Disusun Oleh :
Dosen Pengampu :
Anica, M. Pd
Penulis
i
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................................................ 1
PEMBAHASAN .................................................................................................... 4
PENUTUP ............................................................................................................ 19
A. Kesimpulan ................................................................................................... 19
B. Saran ............................................................................................................. 19
ii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
anaknya dengan baik karena keadaan finansialnya. Maka, pemerintah
mencanangkan program keluarga berencana (KB) dengan beberapa alasan
yang signifikan demi kesejahteraan masyarakatnya. Selain menjalankan
program KB ini, dalam dunia medis bisa menggunakan cara sterilisasi yakni
cara agar benar-benar tidak memiliki keturunan dengan memotong/menutup
jalur sperma/sel telur.
Dalam pandangan Islam menanggapi perkara ini, maka para fuqaha
memberikan pandangannya berdasarkan al-Quran dan as-Sunah serta
kemashlahatan umat. Ada fuqaha yang menyatakan hal ini diperbolehkan
dengan syarat sesuai dengan syariat serta ada juga yang melarang perkara ini.
Maka, pada kesempatan kali ini, penulis akan membahas pandangan Islam
mengenai perkara alat kontrasepsi (KB) dan sterilisasi.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Makalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan makalah ini dibuat adalah
sebagai berikut:
2
1. Untuk mengetahui pengertian kontrasepsi dan keluarga berencana (KB).
2. Untuk mengetahui dasar hukum dari keluarga berencana (KB).
3. Untuk mengetahui macam-macam alat kontrasepsi.
4. Untuk mengetahui fungsi dan tujuan dari keluarga berencana (KB).
5. Untuk mengetahui pandangan Islam mengenai keluarga berencana (KB).
6. Untuk mengetahui pengertian sterilisasi.
7. Untuk mengetahui cara sterilisasi.
8. Untuk mengetahui pandangan Islam mengenai sterilisasi.
9. Untuk mengetahui pendapat para ahli mengenai penggunaan sterilisasi
dalam pernikahan.
D. Manfaat Makalah
3
PEMBAHASAN
1
Yassir Hayati, “Kontrasepsi Dan Sterilisasi Dalam Pernikahan,” Journal Equitable 3
(2018). Hal. 84-85.
2
Fauzi, “Keluarga Berencana Perspektif Islam Dalam Bingkai Keindonesiaan,” JURNAL
LENTERA: Kajian Keagamaan, Keilmuan Dan Teknologi 3 (2017). Hal. 3.
4
Jadi, KB atau family planning dapat dipahami menjadi dua; yaitu: pertama,
KB sebagai suatu program nasional yang dijalankan pemerintah untuk
mengurangi populasi penduduk, karena diasumsikan pertumbuhan populasi
penduduk tidak seimbang dengan ketersediaan barang dan jasa. Dalam
pengertian ini KB pertama diistilahkan dengan tahdid al-nasl (pembatasan
kelahiran). Kedua, KB dapat dipahami sebagai aktivitas individual untuk
mencegah kehamilan (man’u al-hamli) dengan berbagai cara dan sarana (alat).
Misalnya, dengan kondom, IUD, pil KB, dan sebagainya. KB dalam pengertian
ini diberi istilah tanzhim al-nasl (pengaturan kelahiran).3
Maka dapat disimpulkan bahwa alat kontrasepsi merupakan sarana yang
digunakan oleh pasutri agar menunda kehamilan dengan menggunakan
berbagai alat yang berhubungan dengan istilah keluarga berencana (KB) yang
merupakan program untuk perencanaan, pengaturan, dan pengelolaan jumlah
anak sehingga diharapkan kesehatan ibu serta pemenuhan kebutuhan anak
dapat tercapai.
3
Muhammad Yusuf, Masail Fiqhiyah: Memahami Permasalahan Kontemporer (Jakarta
Pusat: Gunadarma Pusat, 2017). Hal. 132.
4
Ani Wafiroh, Masail Fiqhiyah: Penyelesaian Hukum Islam Terhadap Persoalan
Keagamaan Kontemporer (Mataram: Sanabil, 2020). Hal. 149-154.
5
1. Quran Surah An-Nisa (4) ayat 9:
6
3. Quran Surah Al-Luqman (31) ayat 14:
َ ُضعَتهُ ُكرها َو َحملُهۥَ س ٰـنًا َح َملَتهُ أ ُ ُّمهۥُ ُكرها َو َوَ س ٰـنَ ب َوٰ ٰلدَیه إح
َ صینَا ٱۡلن َّ َو
َ َشدَّهۥُ َوبَلَ َغ أَربَعین
سنَة قَا َل َرب ُ َص ٰـلُهۥُ ثَلَ ٰـثُونَ شَه ًرا َحتَّ ٰۤى إذَا بَلَ َغ أ
َ َوف
ی َوأَن أَع َم َل
َّ َعلَ ٰى َوٰ ٰلد َ َأَوزعن ۤی أَن أَش ُك َر نع َمتَكَ ٱلَّت ۤی أَنعَمت
َّ َعل
َ ی َو
َض ٰىهُ َوأَصلح لی فی ذُریَّت ۤی إنی تُبتُ إلَیكَ َوإنی منَ ٱل ُمسلمین
َ ص ٰـلحا تَر
َ
Artinya: “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada
dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan
melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai
menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa
dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: “Ya Tuhanku,
tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan
kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang
saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi
kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada
Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.”
Ayat-ayat di atas memberi petunjuk tentang perlunya melaksanakan
perencanaan dalam keluarga atas dasar mencapai keseimbangan antara
mendapatkan keturunan dengan:
a. Terpeliharanya kesehatan ibu baik rohani maupun jasmani,
b. Terpeliharanya kesehatan anak baik rohani maupun jasmani, dan
7
c. Terjaminnya keselamatan agama orang tua.5
5
Wafiroh.
6
Wafiroh.
7
Nurfaizi Al-Uzma and Khoirul Ahsan, “Analisis Pandangan Masyarakat Giriroto Tentang
Keluarga Berencana Ditinjau Dari Fikih Islam,” MAQASID: Jurnal Studi Hukum Islam 12 (2023).
Hal. 41-44.
8
‘Azl adalah mengeluarkan sperma (mencabut dzakar) di luar kemaluan
perempuan ketika akan orgasme saat berhubungan badan dengan tujuan
agar sperma tidak masuk ke dalam rahim. Menurut Syafi`iyah, Hanabilah
dan sebagian dari Sahabat berpendapat bahwa `azl dibolehkan tetapi
makruh, hal didasarkan pada Hadits Nabi yang diriwayatkan oleh
Judzamah binti Wahb bahwasannya `azl masuk dalam kategori aborsi yang
samar. Namun bentuk larangan dari Hadits ini hanya bersifat makruh
tanzīh, sementara Imam Ghazali membolehkan `azl dengan beberapa
sebab, diantaranya banyaknya kesulitan yang menimpanya disebabkan
banyaknya anak.
2. Kondom
Kondom adalah satu-satunya bentuk kontrasepsi yang melindungi
terhadap sebagian besar Infeksi Menular Seksual (IMS) serta mencegah
kehamilan. Metode kontrasepsi ini dapat digunakan sesuai permintaan,
bebas hormon dan dapat dengan mudah dibawa-bawa. Dan itu datang
dalam varietas pria dan wanita.
3. Pil KB
Ini berupa tablet kecil yang diminum sekali sehari. Biasanya terdapat
berbagai jenis pil KB yang bisa dipilih. Seperti pil kombinasi yang
mengandung estrogen dan progestin dan pil mini yang hanya mengandung
satu hormon, yaitu progestin. Pil dapat memiliki banyak manfaat, namun
harus diminum tepat waktu agar memberikan hasil yang optimal.
4. IUD
Jenis KB ini berupa alat kecil berbentuk T terbuat dari bahan yang
mengandung hormon progesteron atau plastik dan tembaga dan dipasang
di dalam rahim wanita oleh penyedia layanan kesehatan terlatih. Ini adalah
metode kontrasepsi jangka panjang dan reversibel, yang dapat bertahan
selama tiga hingga 10 tahun, tergantung pada jenisnya. Beberapa IUD
mengandung hormon yang dilepaskan secara bertahap untuk mencegah
kehamilan. IUD juga dapat menjadi kontrasepsi darurat yang efektif jika
9
dipasang oleh profesional kesehatan dalam waktu lima hari (120 jam)
setelah berhubungan seks tanpa kondom.
5. Injeksi/Suntik
KB suntik ini mengandung versi sintetis dari hormon progestogen.
Cairan ini dimasukkan dengan alat suntik ke pantat atau lengan atas wanita,
dan selama 12 minggu berikutnya hormon perlahan dilepaskan ke aliran
darah. Ini dapat menyebabkan efek samping, seperti keluarnya bercak
darah, siklus menstruasi menjadi tidak teratur, tidak dianjurkan untuk
digunakan pada wanita yang memiliki riwayat penyakit migrain, diabetes,
sirosis hati, stroke, dan serangan jantung.
6. Implan
Jenis KB ini berupa batang kecil fleksibel yang ditempatkan di bawah
kulit di lengan atas wanita, melepaskan suatu bentuk hormon progesteron.
Hormon tersebut menghentikan ovarium melepaskan sel telur dan
mengentalkan lendir serviks sehingga menyulitkan sperma untuk masuk ke
dalam rahim. Implan memerlukan prosedur kecil menggunakan anestesi
lokal untuk memasang dan mengeluarkan batang dan perlu diganti setelah
tiga tahun.
7. Spermasida
Spermisida adalah produk kontrasepsi yang digunakan di dalam vagina
sebelum berhubungan seksual. Produk ini berbentuk jeli, krim, membran,
atau busa yang mengandung bahan kimia untuk membunuh sperma.
8. Kondom Wanita
Kondom wanita berbentuk plastik yang berfungsi untuk menyelubungi
vagina. Terdapat cincin plastik di ujung kondom, sehingga posisinya
mudah disesuaikan. Kondom wanita tidak dapat digunakan bersamaan
dengan kondom pria.
9. Diafragma
Diafragma merupakan alat kontrasepsi yang terbuat dari karet
berbentuk kubah. Alat kontrasepsi ini ditempatkan di mulut rahim sebelum
10
berhubungan seksual dan umumnya digunakan bersama dengan
spermisida. Kelebihan: harganya terjangkau.
10. Cervikal Cap
Cervical cap berbentuk seperti diafragma, tetapi memiliki ukuran lebih
kecil. Alat kontrasepsi ini umumnya digunakan bersama dengan spermisida
dan berfungsi untuk menutup jalan sperma masuk ke rahim.
11. Koyo Ortho Evra
Koyo ortho evra digunakan dengan cara ditempelkan pada kulit dan
diganti setiap seminggu sekali selama 3 minggu. Cara kerja koyo ini adalah
dengan melepaskan hormon yang sama efektifnya dengan yang terdapat
dalam pil KB.
12. Cincin Vagina
Cincin vagina atau NuvaRing merupakan cincin plastik yang
ditempatkan di dalam vagina. NuvaRing bekerja dengan cara melepaskan
hormon yang sama seperti pil KB.
8
Ibnu Irawan, “Argumentasi Keluarga Berencana Dalam Hukum Islam (Studi Fatwa
Syaikh Mahmud Syaltut),” JAWI 3 (2020). Hal. 183.
11
Tujuan KB menurut UU RI. No. 52 tahun 2009 mengenai perkembangan
kependudukan dan pembangunan keluarga, kebijakan keluarga berencana
bertujuan untuk:9
1. Mengatur kehamilan yang sesuai dengan keinginan
2. Menjaga kesehatan dan mengurangi angka kematian ibu dan bayi
3. Mengembangkan kualitas informasi dan konseling pelayanan keluarga
berencana dan kesehatan reproduksi
4. Mengembangkan partisipasi dan kesertaan pria dalam praktik keluarga
berencana
5. Mempromosikan penyusuan bayi sebagai usaha untuk menjarangkan
jarang kehamilan
Dengan jumlah keluarga yang kecil akan lebih mudah untuk mencapai
kesejahteraan dan kebahagiaan keluarga, terutama masalah kesehatan ibu dan
anak. Seorang ibu yang sering melahirkan dapat mengandung berbagai risiko
gangguan kesehatan, berupa kurang darah (anemia), hipertensi, penyakit
jantung dan sebagainya. Secara umum tujuan KB yaitu untuk menciptakan
keluarga kecil yang sejahtera dan bahagia dalam arti dengan adanya cinta kasih
baik dari ayah, ibu dan anak dengan prinsip utama yaitu lebih mengutamakan
kesehatan seorang ibu dan anak serta pendidikannya.10
9
Irawan. Hal. 184.
10
Emilia Sari, “Keluarga Berencana Perspektif Ulama Hadis,” SALAM; Jurnal Sosial &
Budaya Syari 6 (2019). Hal. 62.
12
masa sekarang ini, manusia banyak menciptakan alat untuk mencegah dan
menghentikan kehamilan.11
Pada hakikatnya, KB tidak bertujuan untuk membatasi kehamilan dan
kelahiran yang dipandang sangat bertentangan dengan eksistensi dan esensi
perkawinan itu sendiri, melainkan hanya mengatur kehamilan dan kelahiran
anak. Sehingga bila dilihat dari fungsi dan manfaat KB yang dapat melahirkan
kemaslahatan dan mencegah kemudharatan, maka tidak diragukan lagi
kebolehannya dalam Islam.12
Adapun menurut Hamid Laonso dalam bukunya yang berjudul Hukum
Islam menjelaskan bahwa pelaksanaan KB yang mendapat legitimasi dari
syariat Islam jika aktivitas tersebut berorientasi pada konteks menjarangkan,
bukan membatasi keturunan. Karena dengan memperhatikan hal-hal
berikut:13
1. Menghawatirkan keselamatan jiwa atau kesehatan ibu, namun
kekhawatiran ini harus dilaksanakan berdasarkan indikasi dari dokter yang
dapat dipercaya. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt. QS Al-Baqarah
ayat 195:
“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu
menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah,
karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.”
2. Mengkhawatirkan kesehatan atau pendidikan anak-anak bila jarak
kelahiran anak terlalu dekat. Kebolehan melakukan KB antara lain karena
untuk menjaga kesehatan istri, mempertimbangkan kepentingan anak,
mempertimbangkan biaya hidup berumah tangga.
11
Sari. Hal. 65.
12
Sari.
13
Hamid Laonso and Muhammad Jamil, Hukum Islam Alternatif Terhadap Masalah Fiqh
Kontemporer (Jakarta: Restu Ilahi, 2005). Hal. 23-24.
13
Oleh karena itu, hukum ber-KB harus dikembalikan kepada kaidah hukum
Islam (kaidah fiqhiyah) yang menyatakan:
14
Sari, “Keluarga Berencana Perspektif Ulama Hadis.” Hal. 67.
15
Fauzi, “Keluarga Berencana Perspektif Islam Dalam Bingkai Keindonesiaan.” Hal. 12.
16
Abd Salam, Pembaharuan Pemikiran Islam Antara Fakta Dan Realita (Yogyakarta: Les
Fi, 2003). Hal. 170.
17
Fauzi, “Keluarga Berencana Perspektif Islam Dalam Bingkai Keindonesiaan.” Hal. 13.
14
Islam pada fakultas Hukum, dalam tulisannya, “Islam and Family Planning”
dikemukakan antara lain, “bahwa beliau tidak menyetujui KB jika tidak ada
alasan yang membenarkan perbuatan itu. Beliau berpegang pada prinsip:
“hal-hal yang mendesak membenarkan perbuatan terlarang”. Abu ‘Ala al-
Maududi ia adalah salah seorang ulama yang menentang pendapat orang yang
membolehkan pembatasan kelahiran. Menurut beliau Islam satu agama yang
berjalan sesuai dengan fitrah manusia. Dikatakannya: “barangsiapa yang
mengubah perbuatan Tuhan dan menyalahi undang-undang fitrah, adalah
memenuhi perintah setan”. Menurut al-Maududi salah satu tujuan pernikahan
adalah mengekalkan jenis manusia dan mendirikan suatu kehidupan yang
beradab.
Maka, dapat disimpulkan bahwa Islam tidak melarang dalam
melaksanakan program KB asalkan dengan alasan yang dibenarkan dalam
syariat Islam yakni menjaga kesehatan sang Ibu dan alasan untuk
mempersiapkan kehidupan sang anak yang lebih baik lagi. Di dalam agama
Islam, ada dua istilah yang digunakan yang berhubungan dengan KB, yakni
tahdid an-nasl dan tanzhim an-nasl. Tahdid an-nasl diartikan sebagai
pembatasan jumlah anak sedangkan tanzhim an-nasl adalah pembatasan jarak
kelahiran anak. Mahmud Syaltut menegaskan bahwa diperbolehkannya
dalam ber-KB dengan alasan untuk memberikan jarak kelahiran anak. Akan
tetapi, belia berpendapat haram hukumnya bila ber-KB untuk membatasi
jumlah anak karena bertentangan dengan hadits Nabi SAW yang menyukai
bila umatnya memiliki banyak keturunan.
Penulis berpendapat sama akan hal ini. Akan tetapi ini ditujukan bagi
orang tua yang memiliki finansial yang memadai. Kembali lagi pada tujuan
dilaksanakannya KB. Maka pembatasan jumlah anak bagi orang tua yang
“mampu” untuk merawat anaknya dengan baik, maka ini yang tidak
diperbolehkan.
15
F. Pengertian Sterilisasi
Sterilisasi adalah memandulkan lelaki atau perempuan dengan jalan
operasi (pada umumnya) agar tidak dapat menghasilkan keturunan. Dengan
demikian sterilisasi berbeda dengan cara atau alat kontrasepsi yang pada
umumnya hanya bertujuan menghindari atau menjarangkan kehamilan untuk
sementara waktu saja.18 Berdasarkan teori orang yang disterilisasikan masih
bisa dipulihkan lagi (reversable), tetapi para ahli kedokteran mengakui
harapan akan tipis sekali untuk bisa berhasil.19 Sterilisasi pada laki-laki
disebut vasektomi atau vas ligation, yaitu operasi pemutusan atau pengikatan
saluran atau pembuluh yang menghubungkan testis (pabrik sperma) dengan
kelenjar prostat (gudang sperma), sehingga sperma tidak dapat mengalir
keluar penis (uretra). Sterilisasi pada lelaki termasuk operasi ringan, tidak
memerlukan perawatan rumah sakit dan tidak mengganggu kehidupan
seksualnya bahkan tidak akan kehilangan sifat kelaki-lakiannya.
Sedangkan sterilisasi pada perempuan disebut tubektomi atau tuba
ligation, yaitu pemutusan hubungan saluran atau pembuluh sel telur (tuba
falopi) yang menyalurkan ovum dan menutup kedua ujungnya, sehingga sel
telur tidak dapat keluar dan memasuki rongga rahim, sementara itu sel sperma
yang masuk kedalam vagina wanita itu tidak mengandung spermatozoa
sehingga tidak terjadi kehamilan walaupun coitus tetap normal tanpa
gangguan apapun.20 Sterilisasi untuk lelaki (vasektomi) maupun untuk wanita
(tubektomi) sama dengan abortus bisa mengakibatkan kemandulan sehingga
yang bersangkutan tidak lagi mempunyai keturunan. Dalam hal ini
pemerintah Indonesia secara resmi tidak pernah menganjurkan rakyatnya
untuk melaksanakan sterilisasi sebagai cara kontrasepsi dalam program
keluarga berencana, karena melihat akibat sterilisasi yaitu kemandulan
selamanya dan menghormati aspirasi ummat Islam di Indonesia.
18
Ali Hasan, Masail Fiqhiyah Al-Haditsah, (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2000), cet IV
Hal. 52.
19
Masjfuk Zuhdi, Islam dan keluarga berencana di Indonesia, (Surabaya, Bina ilmu,1986),
cet ke-5, Hal. 40.
20
Ibid.
16
G. Cara Sterilisasi
a. Tubektomi
adalah menghalangi telur melewati saluran telur sehingga tidak
terjadi konsepsi dengan sperma. Tubektomi dilakukan dengan cara
mengikat kedua saluran telur,dapat melalui ligasi langsung pada
saluran, elektrokoagulasi tuba, pemasangan cincin tuba, pemasangan
klip pada tuba (ketiga cara terakhir dilakukan dengan laparoskopi).
Kemudian minilaparotomy adalah tekhnik dengan sayatan sebesar 3cm
diatas pubis anda, untuk kemudian dilakukan ligasi tuba.
Minilaparotomy dapat dilakukan dokter, hanya saja parut luka yang
dihasilkan cukup besar. Sedangkan laparoskopi harus dilakukan
spesialis kebidanan, tetapi luka parut yang dihasilkan kecil bahkan
nyaris tak terlihat dan penyembuhan lebih cepat.
b. Aksetomi
adalah pemotongan sebagian (0,5 cm-1cm) saluran benih sehingga
terdapat jarak diantara ujung saluran benih bagian sisi testis dan saluran
benih bagian sisi lainnya yang masih tersisa dan pada masing-masing
kedua ujung saluran yang tersisa tersebut dilakukan pengikatan
sehingga saluran menjadi buntu/tersumbat.
17
b. Mengubah ciptaan Allah SWT dengan jalan memotong dan
menghilangkan sebagian tubuh yang sehat dan berfungsi (saluran
mani/telur)
c. Melihat aurat orang lain. Pada prinsipnya Islam melarang orang melihat
aurat orang lain.21
21
Ali Hasan, Masail Fiqhiyyah al-Haditsah Pada Masalah-Masalah Kontemporer Hukum
Islam (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2000), Hal. 53.
22
Majlis Fatwa Indonesia, Kumpulan Fatwa, Hal. 157-158.
18
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada masa Rasulullah SAW, tidak terdapat seruan luas untuk ber-KB atau
membatasi keturunan di tengah-tengah umat Muslim. Praktik al-azl hanya
dilakukan dalam keadaan darurat oleh sebagian sahabat, tanpa perintah atau
larangan langsung dari Nabi Muhammad SAW. Namun, dengan kemajuan
zaman, manusia menciptakan alat pencegah kehamilan modern yang aman dan
terjamin dari risiko. Dengan demikian, dalam Islam, penggunaan alat
kontrasepsi yang aman tidak dilarang, bahkan dapat dilakukan dalam keadaan
darurat untuk menghindari bahaya, sementara sterilisasi tidak disarankan karena
dapat menyebabkan kemandulan tetap. Efek samping dari metode kontrasepsi
idealnya dapat diatasi dengan tepat oleh pengguna, sehingga program KB dapat
berhasil mewujudkan keluarga kecil berkualitas.
B. Saran
Penulis mengharapkan kiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembacanya, baik itu cara penulisan maupun isi makalah, dan tidak lupa penulis
juga mengharapkan saran dan masukan yang sifatnya membangun untuk lebih
menyempurnakan isi dari makalah ini .
19
DAFTAR PUSTAKA
Hasan, Ali. Masail fiqhiyah al-haditsah, cet. 4. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
(2000).
Irawan, Ibnu. “Argumentasi Keluarga Berencana Dalam Hukum Islam (Studi Fatwa
Syaikh Mahmud Syaltut).” JAWI 3. (2020).
Laonso, Hamid, and Muhammad Jamil. Hukum Islam Alternatif Terhadap Masalah
Fiqh Kontemporer. Jakarta: Restu Ilahi. (2005).
Ma‟ruf, Amin dkk. Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesi. Jakarta: Majelis
Ulama Indonesia, cet. III. (2009).
Sari, Emilia. “Keluarga Berencana Perspektif Ulama Hadis.” SALAM; Jurnal Sosial
& Budaya Syari 6. (2019).
Zuhdi, Majsfuk. Islam dan keluarga berencana di Indonesia, cet. V. Surabaya: Bina
ilmu. (1986).
20