Anda di halaman 1dari 18

APLIKASI AGAMA DALAM MASYARAKAT

HUKUM MENGIKUTI KELUARGA BERENCANA

Dosen : Evi Nikmatuzzakiyah, S.Th.I, M.A

DISUSUN OLEH:
1. ANANDA FEBRIANA NUR A 14205026
2. CINDI RATNASARI 14205029
3. FITRIA DANIASARI 14205030
4. IKA ALFARIKA 14205035
5. STEFANI YULINDA K 14205050
6. YOSIE ROSITA 14205056
KELAS F KM VI

KONSENTRASI SISTEM INFORMASI KESEHATAN


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas curahan nikmat, rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Hukum Mengikuti Keluarga Berencana” ini tepat pada waktunya. Shalawat dan salam
tak lupa senantiasa dilimpahkan kepada junjungan kita Rasulullah Muhammad saw.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas dari ibu Evi
Nikmatuzzakiyah, S.Th.I, M.A pada mata kuliah Aplikasi Agama dalam Masyarakat,
juga sebagai salah satu media belajar untuk menambah wawasan tentang Hukum
Mengikuti Keluarga Berencana bagi para pembaca dan penulis. Kami mengucapkan
terimakasih kepada ibu Evi Nikmatuzzakiyah, S.Th.I, M.A yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah wawasan serta pengetahuan kami pada mata kuliah ini. Tak
lupa juga kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan
memberi sedikit pengetahuan kepada penulis.

Kami menyadari, makalah yang penulis tulis masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari semua dosen maupun pembimbing dan mahasiswa
lainnya merupakan suatu hal yang kami harapkan demi kesempunaan makalah ini,
semoga segala ihktiar kita di ridhoi Allah swt, Aamiin.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Yogyakarta, 26 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................... ..Error! Bookmark not defined.


KATA PENGANTAR ................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................2
C. Tujuan .....................................................................................................................2
D. Manfaat ...................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Keluarga Berencana.. ............................................................................3
B. Tujuan Dilaksanakannya Keluarga Berencana… ...................................................4
C. Macam-Macam Alat Kontrasepsi .......................................................................... 4
D. Hukum Keluarga Berencana Dalam Pandangan islam ..........................................5
E. Keluarga Berencana yang Diperbolehkan dan yang Dilarang ..............................10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ..........................................................................................................13
B. Saran.....................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... iv

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk terbanyak di dunia.
Ledakan penduduk ini terjadi karena laju pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi.
Kondisi ini jelas menimbulkan dua sisi yang berbeda. Disatu sisi kondisi tersebut
bisa menjadi salah satu kekuatan yang besar untuk Indonesia. Tetapi di satu sisi
kondisi tersebut menyebabkan beban negara menjadi semakin besar. Esensi tugas
program Keluarga Berenacana (KB) dalam hal ini telah jelas, yaitu menurunkan
fertilitas agar dapat mengurangi beban pembangunan demi terwujudnya kebahagian
dan kesejahteraan bagi rakyat dan bangsa Indonesia. Program KB adalah bagian yang
terpadu dalam program pembangunan nasional dan bertujuan untuk menciptakan
kesejahteraan ekonomi, spiritual, dan social budaya penduduk Indonesia agar dapat
dicapai keseimbangan yang baik dengan kemampuan produksi nasional.

Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri,
memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan, bertanggung jawab,
harmonis dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Namun pro dan kontra mengenai
penggunaan alat kontrasepsi sebagai upaya melaksanakan Keluarga Berencana masih
menjadi salah satu topic utama yang diangkat oleh sebagian para ahli agama di
Indonesia seperti kaum ulama. Sehingga pelaksanaan program Keluarga Berencana
(KB) masih harus dilihat dari pandangan hukum islam. Padahal telah jelas disebutkan
bahwa tujuan umum untuk tiga tahun kedepan mewujudkan visi dan misi program
Keluarga Berencana KB yaitu membangun kembali dan melestarikan pondasi yang
kokoh bagi pelaksana program Keluarga Berencana (KB) di masa mendatang untuk
mencapai keluarga berkualitas.

Meskipun demikian masih ada di sebagian kalangan yang menganggap keluarga


berencana adalah hal yang tabu dan dilarang oleh agama dengan alasan karena
rasulullah menginginkan kelak mendapatkan umat terbanyak di antara umat-umat
yang lain dan berkeyakinan bahwa rezeki seserorang sudah dijamin oleh Allah SWT.

1
Oleh karena itu pentingnya mempelajari hukum mengikuti keluarga berencana ini
harus disertai dengan ilmu, keimanan, dan keyakinan agar apa yang kita pelajari ini
dapat diamalkan hingga di yaumul akhirat nanti. Berdasarkan uraian di atas, pada
makalah ini penulis akan membahas sebuah tema yang berjudul: “Hukum Mengikuti
Keluarga Berencana (KB)”

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Keluarga Berencana?
2. Apa tujuan diadakannya Keluarga Berencana?
3. Apa saja macam-macam alat kontrasepsi?
4. Bagaimana hukum Keluarga Berencana dalam pandangan islam?
5. Bagaimana cara Keluarga berencana yang diperbolehkan dan dilarang oleh islam?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Keluarga Berencana
2. Untuk mengetahui tujuan diadakannya Keluarga Berencana
3. Untuk mengetahui macam-macam alat kontrasepsi
4. Untuk mengetahui hukum Keluarga Berencana dalam pandangan islam
5. Untuk mengetahui cara Keluarga Berencana yang diperbolehkan dan dilarang
oleh islam

D. Manfaat
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Aplikasi Agama dalam masyarakat
2. Untuk menambah wawasan pembaca dan penulis mengenai pengertian, konsep,
tujuan, macam-macam alat kontrasepsi, dan hukum Keluarga Berencana menurut
pandangan islam

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Keluarga Berencana


Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang
paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian.
Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu
usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi
akibat kehamilan yang dialami oleh wanita. Keluarga Berencana (KB) berarti
pasangan suami istri yang telah mempunyai perencanaan yang kongkrit mengenai
kapan anaknya diharapkan lahir agar setiap anaknya lahir disambut dengan rasa
gembira dan syukur dan merencanakan berapa anak yang dicita-citakan, yang
disesuaikan dengan kemampuannya dan situasi kondisi masyarakat dan negaranya.

Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasutri untuk
mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak
diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval di antara
kehamilan dan menentukan jumlah anak dalam keluarga. Mahmud Syaltut
mendefinisikan Keluarga Berencana (KB) sebagai pengaturan dan penjarangan
kelahiran atau usaha mencegah kehamilan sementara atau bahkan untuk
selamalamanya sehubungan dengan situasi dan kondisi tertentu, baik bagi keluarga
yang bersangkutan maupun untuk kepentingan masyarakat dan negara.

Dari definisi diatas Keluarga Berencana adalah pengaturan rencana kelahiran anak
dengan melakukan suatu cara atau alat yang dapat mencegah kehamilan. Keluarga
Berencana bukanlah berarti Birth Control atau Tahid al-Nasl yang konotasinya
pembatasan atau mencegah kelahiran, yang mana hal tersebut bertentangan dengan
tujuan perkawinan yaitu melanjutkan keturunan. Perencanaan merupakan hak dan
wewenang setiap manusia, termasuk perencanaan berkeluarga dengan jumlah anak
yang mungkin mampu ia tanggungkan sesuai dengan kondisinya masing-masing.
Perencanaan keluarga adalah merencanakan kelahiran dengan merencanakan
kehamilan karena menggunakan suatu cara atau alat/obat yang disebut kontrasepsi.

3
B. Tujuan Diadakannya Keluarga Berencana
Perencanaan Keluarga Berencana (KB) memiliki tujuan umum yaitu untuk
mewujudkan masyarakat yang sejahtera khususnya bagi ibu dan anak serta
mengendalikan pertambahan penduduk suatu negara sesuai dengan Norma Keluarga
Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) dengan jalan mengendalikan jumlah kelahiran.
Sedangkan tujuan khusus dari program tersebut adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan suatu keluarga yaitu dengan jalan penjarangan angka kelahiran atau
jumlah kelahiran bayi yaitu dengan jalan menggalakkan pemakaian alat kontrasepsi.
Hingga saat ini program KB yang dicanangkan memberikan manfaat yang besar,
Adapun tujuan dari Keluarga Berencana (KB) secara umum, antara lain:
1. Tujuan demografis, yaitu upaya penurunan tingkat pertumbuhan penduduk. Jika
berhasil, maka laju pertumbuhan penduduk di Indonesia dapat ditekan sampai 1%
pertahunnya
2. Tujuan normatif, yaitu menciptakan suatu norma ke tengah-tengah masyarakat
agar timbul kecenderungan untuk menyukai keluarga kecil
3. Membatasi kehamilan yang tidak diinginkan
4. Menurunkan risiko terjadinya kanker Rahim dan kanker serviks
5. Dapat meningkatkan kesehatan ibu dan anak
6. Mencegah penularan penyakit berbahaya
7. Lebih menjamin tumbuh kembang bayi dan anak
8. Pendidikan anak terjamin

C. Macam-Macam Alat Kontrasepsi


Alat kontrasepsi yang dibenarkan menurut Islam adalah yang cara kerjanya
mencegah kehamilan (man’u al-haml), bersifat sementara (tidak permanen) dan
dapat dipasang sendiri olrh yang bersangkutan atau oleh orang lain yang tidak haram
memandang auratnya atau oleh orang lain yang pada dasarnya tidak boleh
memandang auratnya tetapi dalam keadaan darurat ia dibolehkan. Selain itu bahan
pembuatan yang digunakan harus berasal dari bahan yang halal, serta tidak
menimbulkan implikasi yang membahayakan (mudlarat) bagi kesehatan. Dalam
pelaksanaan KB harus menggunakan alat kontrsepsi yang sudah dikenal diantaranya:

4
1. Pil, berupa tablet yang berisi progrestin yang bekerja dalam tubuh wanita untuk
mencegah terjadinya ovulasi dan melakukan perubahan pada endometrium.
2. Suntikan, yaitu menginjeksikan cairan kedalam tubuh. Cara kerjanya yaitu
menghalangi ovulasi, menipiskan endometrin sehingga nidasi tidak mungkin
terjadi dan memekatkan lendir serlak sehingga memperlambat perjalanan sperma
melalui canalis servikalis.
3. Susuk KB, levermergostrel. Terdiri dari enam kapsul yang diinsersikan dibawah
kulit lengan bagian dalam kira-kira sampai 10 cm dari lipatan siku. Cara kerjanya
sama dengan suntik.
4. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) terdiri atas lippiss loop(spiral) multi load
terbuat dari plastik harus dililit dengan tembaga tipis cara kerjanya ialah membuat
lemahnya daya sperma untuk membuahi sel telur wanita.
5. Sterelisasi (Vasektomi/ tubektomi) yaitu operasi pemutusan atau pengikatan
saluran pembuluh yang menghubungkan testis (pabrik sperma) dengan kelenjar
prostat (gudang sperma menjelang diejakulasi) bagi laki-laki. Atau tubektomi
dengan operasi yang sama pada wanita sehingga ovarium tidak dapat masuk
kedalam rongga rahim
6. Alat kontrasepsi lainnya seperti kondom, diafragma, tablet vaginal, dan akhir-
akhir ini ada lagi semacam tisu yang dimasukkan ke dalam vagina.
Dari enam macam alat kontrasepsi yang diprogramkan itu sebagian besar sasaran
pemkaiannya adalah wanita, yaitu pil, suntikan, susuk KB, AKDR dan kadang-
kadang tubektomi sedangkan laki-laki (suami) hanya kondom dan vasektomi.

D. Hukum Keluarga Berencana Dalam Pandangan Islam


Islam mengatur banyak hal tentang kehidupan manusia. Bahkan Islam juga tak luput
dalam mengatur tentang Keluarga Berencana (KB). Penggunaan Keluarga Berencana
(KB) ini tentunya sudah mempertimbangkan banyak hal. Sehingga program tersebut
boleh dilaksanakan dengan alasan-alasan tertentu. Hukum Keluarga Berencana (KB)
dalam Islam tidak diperbolehkan jika alasan yang digunakan misalnya seperti takut
menjadi lebih repot untuk mengurusnya atau takut karena tidak bisa membiayai anak-
anak tersebut. disisi lain Keluarga Berencana (KB) secara prinsipil dapat diterima
oleh Islam, bahkan Keluarga Berencana (KB) dengan maksud menciptakan keluarga

5
sejahtera yang berkualitas dan melahirkan keturunan yang tangguh sangat sejalan
dengan tujuan syari`at Islam yaitu mewujudkan kemashlahatan bagi umatnya. Selain
itu, Keluarga Berencana (KB) juga memiliki sejumlah manfaat yang dapat mencegah
timbulnya kemudharatan.

Para ulama yang membolehkan Keluarga Berencana (KB) sepakat bahwa Keluarga
Berencana (KB) yang dibolehkan syari`at adalah suatu usaha
pengaturan/penjarangan kelahiran atau usaha pencegahan kehamilan sementara atas
kesepakatan suami-isteri karena situasi dan kondisi tertentu untuk kepentingan
(maslahat) keluarga. Dengan demikian Keluarga Berencana (KB) disini mempunyai
arti sama dengan tanzim al nasl (pengaturan keturunan). Sejauh pengertiannya adalah
tanzim al nasl (pengaturan keturunan), bukan tahdid al nasl (pembatasan keturunan)
dalam arti pemandulan (taqim) dan aborsi (isqot al-haml), maka Keluarga Berencana
(KB) tidak dilarang. Pemandulan dan aborsi yang dilarang oleh Islam disini adalah
tindakan pemandulan atau aborsi yang tidak didasari medis yang syari`i. Adapun
aborsi yang dilakukan atas dasar indikasi medis, seperti aborsi untuk menyelamatkan
jiwa ibu atau karena analisa medis melihat kelainan dalam kehamilan, dibolehkan
bahkan diharuskan. Begitu pula dengan pemandulan, jika dilakukan dalam keadaan
darurat karena alasan medis, seperti pemandulan pada wanita yang terancam jiwanya
jika ia hamil atau melahirkan maka hukumnya mubah.

Kebolehan Keluarga Berencana (KB) dalam batas pengertian diatas sudah banyak
difatwakan, baik oleh individu ulama maupun lembaga-lembaga ke Islaman tingkat
nasional dan internasional, sehingga dapat disimpulkan bahwa kebolehan Keluarga
Berencana (KB) dengan pengertian /batasan ini sudah hampir menjadi Ijma`Ulama.
MUI (Majelis Ulama Indonesia) juga telah mengeluarkan fatwa serupa dalam
Musyawarah Nasional Ulama tentang Kependudukan, Kesehatan dan Pembangunan
tahun 1983. Betapapun secara teoritis sudah banyak fatwa ulama yang membolehkan
Keluarga Berencana (KB) dalam arti tanzim al-nasl, tetapi kita harus tetap
memperhatikan jenis dan cara kerja alat/metode kontrasepsi yang akan digunakan
untuk melakukan Keluarga Berencana (KB). Dalam islam pun banyak pandangan-

6
pandangan yang mengarah tentang hukum mengikuti Keluarga Berencana (KB).
Adapun hukum KB menurut beberapa pandangan, antara lain:
1. Hukum Keluarga Berencana menurut pandangan Al-Quran
Sebenarnya dalam al-Qur’an dan Hadits tidak ada nas yang shoreh yang melarang
atau memerintahkan KB secara eksplisit, karena hukum mengikuti Keluarga
Berencana (KB) harus dikembalikan kepada kaidah hukum Islam. namun didalam
al-Qur’an terdapat beberapa ayat yang memberikan petunjuk yang perlu kita
laksanakan dalam kaitannya dengan Keluarga Berencana (KB) diantaranya ialah:

Surat An-Nisa’ ayat 9


َ ‫ّٰللا َو ْل َيق ْول ْوا قَ ْو ًًل‬
‫س ِد ْيدًا‬ َ ‫علَ ْي ِه ْۖ ْم فَ ْل َيتَّقوا ه‬ ِ ً‫ش الَّ ِذيْنَ لَ ْو ت ََرك ْوا مِ ْن خ َْل ِف ِه ْم ذ ِريَّة‬
َ ‫ضعٰ فًا خَاف ْوا‬ َ ‫َو ْل َي ْخ‬

“Dan hendaklah takut pada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan


dibelakang mereka anak-anak yang lemah. Mereka khawatir terhadap
kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah
dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”.

Selain ayat diatas masih banyak ayat yang berisi petunjuk tentang pelaksanaan
Keluarga Berencana (KB) diantaranya ialah surat al-Qashas: 77, al-Baqarah: 233,
Lukman:14, al-Ahkaf:15, al-Anfal:53, dan at-Thalaq:7. Dari ayat-ayat diatas
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Keluarga Berencana (KB) boleh
dilaksanakan dengan petunjuk yang perlu dilaksanakan dalam melaksanakan
Keluarga Berencana (KB) antara lain, menjaga kesehatan istri,
mempertimbangkan kepentingan anak, memperhitungkan biaya hidup berumah
tangga. Tetapi dalam al-Qur’an ada ayat-ayat yang berindikasi tentang
diperbolehkannya mengikuti program KB, yakni karena hal-hal berikut:
a) Menghawatirkan keselamatan jiwa atau kesehatan ibu.

‫َو ََل ت ُ ْلقُ ْوا ِبا َ ْي ِد ْي ُك ْم اِلَى الت َّ ْهلُ َك ِة‬


“Janganlah kalian menjerumuskan diri dalam kerusakan” (Q.s Al-
Baqoroh:195)

7
b) Menghawatirkan keselamatan agama, akibat kesempitan penghidupan
‫ َكا َد اْل َف ْق ُر أ َ ْن يَك ُْونَ ُك ْف ًرا‬.
Artinya: “Kemiskinan itu dekat kepada kekufuran”
c) Menghawatirkan kesehatan atau pendidikan anak-anak bila jarak kelahiran
anak terlalu dekat

2. Hukum Keluarga Berencana menurut pandangan Al-Hadist


Dalam Hadits Nabi diriwayatkan:
)‫إنك تدر ورثك أغنياء خير من أن تدرهم عالة لتكففون الناس (متفق عليه‬
“sesungguhnya lebih baik bagimu meninggalkan ahli warismu dalam keadaan
berkecukupan dari pada meninggalkan mereka menjadi beban atau tanggungan
orang banyak.”

Dari hadits ini menjelaskan bahwa suami istri mempertimbangkan tentang biaya
rumah tangga selagi keduanya masih hidup, jangan sampai anak-anak mereka
menjadi beban bagi orang lain. Dengan demikian pengaturan kelahiran anak
hendaknya dipikirkan bersama. Jadi pada intinya menurut pandangan al-hadist
hukum mengikuti Keluarga Berencana (KB) itu tidak ada nas yang shoreh yang
melarang atau memerintahkan KB secara eksplisit, karena hukum mengikuti
Keluarga Berencana (KB) harus dikembalikan kepada kaidah hukum Islam yang
mana pada intinya mengikuti program Keluarga Berencana KB diperbolehkan
dengan maksud dan tujuan yang jelas dan tidak melanggar aturan islam

3. Hukum Keluarga Berencana menurut pandangan Ulama


a) Ulama yang Memperbolehkan
Diantara ulama’ yang membolehkan adalah Imam al-Ghazali, Syaikh al-
Hariri, Syaikh Syalthut, Ulama’ yang membolehkan ini berpendapat bahwa
diperbolehkan mengikuti progaram KB dengan ketentuan antara lain, untuk
menjaga kesehatan si ibu, menghindari kesulitan ibu, untuk menjarangkan
anak. Mereka juga berpendapat bahwa perencanaan keluarga itu tidak sama
dengan pembunuhan karena pembunuhan itu berlaku ketika janin mencapai

8
tahap ketujuh dari penciptaan. Mereka mendasarkan pendapatnya pada surat
al-Mu’minun ayat: 12, 13, 14.

b) Ulama yang Melarang


Selain ulama’ yang memperbolehkan ada para ulama’ yang melarang
diantaranya ialah Prof. Dr. Madkour, Abu A’la al-Maududi. Mereka melarang
mengikuti KB karena perbuatan itu termasuk membunuh keturunan seperti
firman Allah:
‫وَل تقتلوا أوَلدكم من إملق نحن نرزقكم وإياهم‬
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut (kemiskinan)
kami akan memberi rizkqi kepadamu dan kepada mereka”.

4. Hukum Keluarga Berencana menurut Para Imam Mahzab


Hukum mengikuti antara lain:
a) Imam Hanafi
Sikap mayoritas madzhab ini ialah mengizinkan al-‘azl sebagai tindakan
kontrasepsi, dengan perbedaan mengenai persetujuan istri. Tetapi para juris
yang kemudian mengabaikan persetujuan istri (atau suami) pada masa
kemunduran religious, “zaman buruk” (fasad az-zaman) dan bila terdapat
kekhawatiran akan melahirkan anak-anak nakal (al-walad as-su’). Syekh
Abdul Majid Salim, mufti besar mesir, mengeluarkan suatu fatwa di tahun
1937 dengan meringkaskan hukum madzhab Hanafi. Ia mengukuhkan bahwa
penggunaan al-‘azl atau tindakan lain untuk mencegah kehamilan diizinkan
dengan persetujuan istri. Persetujuan itu dapat diabaikan pada saat kerusakan
agama, untuk mengelakkan lahirnya anak nakal.
b) Imam Maliki
Mayoritas juris Maliki menegaskan halalnya al-‘azl untuk mencegah
kahamilan dengan syarat ada persetujuan istri. Sebagian juris
memperkenalkan konsep memberi imbalan pada si wanita atas
persetujuannya apabila dia menghendaki.

9
c) Imam Syafi’i
Sikap khas madzhab Syafi’i ialah bahwa al-‘azl diizinkan dengan bebas tanpa
perlu izin istri. Paling-paling ada suatu ketidaksukaan ringan atau karahah
tanzihiyyah. Jadi, bila penganut madzhab syafi’i mengatakan yukrah (tidak
disukai), yang mereka maksudkan adalah kurang dari “tanpa cela”. Mereka
berargumen bahwa si wanita mempunyai hak akan hubungan kelamin, tetapi
tidak (berhak akan) ejakulasi. Beberapa juris menyeberang dan mengambil
sikap jumhur yang menetapkan perlunya persetujuan istri. Beberapa
diantaranya sama sekali tidak mengizinkan al-‘azl.
d) Imam Hambali
Mayoritas madzhab Hambali sependapat dengan sikap umum bahwa al-‘azl
adalah halal dengan persetujuan istri. Persetujuan itu dapat diabaikan dalam
situasi-situasi tertentu.

E. Cara Keluarga Berencana Yang Diperbolehkan Dan Dilarang Oleh Islam


Terdapat 2 cara dalam melaksanakan KB, antara lain:
1. Cara yang Diperbolehkan
Ada beberapa macam cara pencegahan kehamilan yang diperbolehkan oleh
syara’ antara lain, menggunakan pil, suntikan, spiral, kondom, diafragma, tablet
vaginal, tisue. Cara ini diperbolehkan asal tidak membahayakan nyawa sang
ibu. Dan cara ini dapat dikategorikan kepada azl yang tidak dipermasalahkan
hukumnya. Dari salah satu kasus yang telah dipaparkan diatas banyak hal yang
seyogyanya membuat kita ragu tentang masalah Keluarga Berencana (KB) ini.
Hukum Keluarga Berencana (KB) bisa haram jika menggunakan alat atau
dengan cara yang tidak dibenarkan dalam syariat islam. Ada beberapa ulama
yang menolak Keluarga Berencana (KB) dengan alasan antara lain, yaitu:
a) Keluarga Berencana (KB) sama dengan pembunuhan bayi.
b) Keluarga Berencana (KB) merupakan tindakan tidak wajar (non-alamiah)
dan bertentangan dengan fitrah.
c) Keluarga Berencana (KB) mengindikasikan pada ketidakyakinan akan
perintah dan ketentuan Tuhan.

10
d) Keluarga Berencana (KB) berarti mengabaikan doa Nabi agar umat islam
memperbanyak jumlahnya.
e) Keluarga Berencana (KB) akan membawa petaka konsekuensi-konsekuensi
sosial.
f) Keluarga Berencana (KB) adalah suatu jenis konspirasi Imperialis Barat
terhadap negara-negara yang berkembang.
g) Keluarga Berencana (KB) dilakukan karena niat yang tidak baik misalnya
takut mengalami kesulitan ekonomi dan susah mendidik anak.
Para ulama sepakat bahwa menggunakan metode KB yang bersifat permanen
hukumnya haram. Metode permanen adalah metode yang bersifat mantap, yang
meliputi tindakan:
a) Vasektomi atau vas Ligation
b) Tubektomi atau Tubal Ligation (operasi ikat saluran telur)
c) Histerektomi (operasi pengangkatan rahim)
Ulama mengharamkan metode kontrasepsi permanent ini karena menilainya
sebagai bentuk pengebirian yang dilarang oleh Rasulullah saw. Sesuai dengan
sabda Rasulullah: Tidaklah termasuk golongan kami (umat islam) orang yang
mengebiri orang lain atau mengebiri dirinya sendiri. Disamping itu, tindakan
sterilisasi juga dianggap sebagai mengubah firth kejadian manusia yang dilarang
dalam islam.

2. Cara yang Dilarang


Ada juga cara pencegahan kehamilan yang dilarang oleh syara’, yaitu dengan
cara merubah atau merusak organ tubuh yang bersangkutan. Cara-cara yang
termasuk kategori ini antara lain, vasektomi, tubektomi, aborsi. Hal ini tidak
diperbolehkan karena hal ini menentang tujuan pernikahan untuk menghasilakn
keturunan. Alasan diperbolehkannya Keluarga Berencana (KB), menurut
kelompok ulama yang membolehkan, dari segi nash, tidak ada nash yang sharih
secara eksplisit melarang ataupun memerintahkan melakukan Keluarga
Berencana (KB), antara lain:

11
a. Untuk memberikan kesempatan bagi wanita beristirahat antara dua
kehamilan.
b. Jika salah satu atau kedua orang pasangan suami istri memiliki penyakit yang
dapat menular.
c. Untuk melindungi kesehatan ibu.
d. Jika keuangan suami istri tidak mencukupi untuk membiayai lebih banyak
anak.
e. Imam al-ghazali menambahkan satu lagi, yaitu menjaga kecantikan ibu.

Secara umum lembaga-lembaga fatwa di Indonesia menerima dan membolehkan


KB. Majelis Ulama Indonesia menjelaskan, bahwa ajaran islam membenarkan
Keluarga Berencana. Argumen yang membolehkannya adalah untuk menjaga
kesehatan ibu dan anak, pendidikan anak agar menjadi anak yang sehat, cerdas,
dan sholeh. Majelis Tarjih Muhamadiyah memandang KB sebagai jalan keluar
dari keadaan mendesak, dibolehkan sebagai hukum pengecualian, yakni:
a. Untuk menjaga keselamatan jiwa atau kesehatan ibu.
b. Untuk menjaga keselamatan agama, orang tua yang dibebani kewajiban
mencukupi keperluan hidup keluarga dan anak-anaknya.
c. Untuk menjaga keselamatan jiwa, kesehatan atau pendidikan anak-anak.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasutri untuk
mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak
diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval di antara
kehamilan dan menentukan jumlah anak dalam keluarga.
2. Perencanaan Keluarga Berencana (KB) memiliki tujuan untuk mewujudkan
masyarakat yang sejahtera khususnya bagi ibu dan anak, menjaga kemaslahatan
umat dan tentunya untuk membentuk keluarga yang islami pula.
3. Alat kontrasepsi yang dibenarkan menurut Islam adalah yang cara kerjanya
mencegah kehamilan (man’u al-haml), bersifat sementara (tidak permanen) dan
dapat dipasang sendiri oleh yang bersangkutan oleh orang lain yang pada dasarnya
tidak boleh memandang auratnya tetapi dalam keadaan darurat ia dibolehkan.
4. Keluarga Berencana (KB) yang dibolehkan syari`at adalah suatu usaha
pengaturan/penjarangan kelahiran atas kesepakatan suami-isteri karena situasi dan
kondisi tertentu untuk kepentingan (maslahat) keluarga.
5. Keluarga Berencana (KB) mempunyai arti sama dengan tanzim al nasl (pengaturan
keturunan). Sejauh pengertiannya adalah tanzim al nasl (pengaturan keturunan),
bukan tahdid al nasl (pembatasan keturunan) dalam arti pemandulan (taqim) dan
aborsi (isqot al-haml), maka Keluarga Berencana (KB) tidak dilarang.
6. Hukum mengikuti Keluarga Berencana (KB) oleh pandangan Al Quran, Hadist dan
para ulama hampir semua hukum memperbolehkannya. Dengan catatan program
tersebut digunakkan untuk mempersiapkan generasi yang Rabbani dan untuk
kepentingan serta kemaslahatan umat dan juga sebagai salah satu benteng untuk
melindungi ibu dan anak dari kemudharatan. Namun sebagian ulama
mengharamkan Keluarga Berencana (KB) karena program tersebut menganggap
bahwa KB sama saja dengan membunuh kehidupan. Dari empat mahzab juga
berpendapat bahwa Keluarga Berencana (KB) diperbolehkan dengan syarat-syarat
tertentu dan cara-cara yang dihalalkan. Carab Keluarga Berencana (KB) dalam
islam dibagi menjadi 2, yaitu cara yang diperbolehkan dan cara yang dilarang.

13
B. Saran
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu usaha dari kontrasepsi kehamilan
yang bertujuan membentuk sebuah keluarga sejahtera. Namun, kemungkinan untuk
terjadi kehamilan pun masih sangat tinggi. Oleh karena itu, jika akan melakukan KB
ada baiknya untuk memilih alat kontrasepsi yang sesuai kenyamanan suami istri untuk
menghindari terjadi kehamilan yang tidak diinginkan. Perbedaan pendapat dikalangan
ulama terhadap suatu kasus hukum, merupakan suatu hal yang manusiawi dan
hendaknya tidak menjadi sumber konflik atau sumber perpecahan umat. Serta dalam
mewujudkan keluarga yang sejahtera sesuai dengan syariat Islam kita juga harus
mengetahui bagaimana hukum, cara dan apa yang akan ditimbulkan jika kita
merencanakan untuk menggunakkan KB, karena menggunakan alat kontrasepsi bukan
berarti menolak takdir dari Allah swt tetapi dalam rangka meningkatkan ke Imanan
dan ketaqwaan kepada Allah swt.

14
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. “Q.S AN-Nisa Ayat 9”. https://www.merdeka.com/quran/an-nisa/ayat-9.


Diakses pada 27 Maret 2023
Anonim. 2014 .‘’Hukum KB dalam Madzhab Syafii’’
https://lbm.mudimesra.com/2014/01/hukum-kb-dalam-mazhab-syafii.html .
Diakses pada 27 Maret 2023
Anonim. 2017. “Manfaat KB Bagi Keluarga”. http://dp3kb.brebeskab.go.id/9-manfaat-
kb-bagi-keluarga/. Diakses pada 26 Maret 2023
Chaniago, Djoko .2015. ‘’Keluarga Berencana Dalam Prespektif Islam’’
https://slideplayer.info/slide/2334182/ . Diakses pada 26 Maret 2023
Hartanti, Erna. 2016. “Program KB dengan Hukum Menurut Ulama dan Imam Mahdzab
Fiqh”. https://anfieldvillage.wordpress.com/2016/07/30/program-keluarga-
berencana-pelaksanaan-di-lapangan-dengan-hukum-menurut-ulama-dan-imam-
madzhab-fiqh/. Diakses pada 27 Maret 2023
Ningsih, Ratma. 2014. ‘’Makalah Pandangan Islam Terhadap KB’’
https://www.slideshare.net/septianbarakati/makalah-pandangan-islam-tentang-
kb-42117162 . Diakses pada 26 Maret 2023
Oktaviana, Widya Resti. 2021. ‘’Hukum KB dalam Islam dan Manfaat Jalankan KB
untuk Kesehatan’’ https://www.dream.co.id/stories/hukum-kb-dalam-islam-
dan-manfaat-jalankan-kb-untuk-kesehatan-fisik-mental-2112060.html . Diakses
pada 26 Maret 2023

iv

Anda mungkin juga menyukai