Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PERBEDAAN PENDAPAT DALAM HAL MENCEGAH DAN MENGATUR

KETURUNAN (KB)

Dosen Pengampu: H. Muhammad Iqbal Lc, MHI

Disusun Oleh:

Rahmat Kurnia Eko 2020020101027

Raiza Ardita Afrilianti 2020020101004

Talfia 19020101056

HUKUM KELUARGA ISLAM (AHWAL SYAKHSHIYYAH)

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KENDARI

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Perbedaan Pendapat
Dalam Hal Mencegah Dan Mengatur Keturunan(KB)” ini tepat pada waktu Sholawat serta
salam semoga senantiasa dihaturkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW,
para sahabat dan para pengikutnya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen
pada mata kuliah Fiqh Muqaran. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang perbedaan pendapat dalam hal mencegah dan mengatur keturunan (KB)
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak H. Muhammad Iqbal Lc, MHI., selaku
dosen Fiqh Muqaran yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Kendari, 4 Juni 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................................

DAFTAR ISI.........................................................................................................................

BAB I: PENDAHULUAN...................................................................................................

A. Latar Belakang...........................................................................................................
B. Rumusan Masalah......................................................................................................
BAB II: PEMBAHASAN...............................................................................................
A. Pengertian dan tujuan Melakukan Keluarga Berencana(KB)....................................
B. Ruang Lingkup Dalam Melakukan Keluarga Berencana (KB).................................
BAB III: PENUTUP.............................................................................................................

A. Kesimpulan................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keluarga berencana diakui sebagai program nasional, pionir dalam usaha keluarga
berencana adalah organisasi swasta, sedangkan peranan pemerintah melakukan supervisi dan
menyokong program tersebut selama program ini searah dengan program dari pemerintah.

Pemerintah belum mengambil alih semua tanggung jawab, karena itu dirasa perlu
mendirikan suatu lembaga yang semi pemerintah (LKBN). Kemudian pemerintah mengakui
keluarga berencana sebagai bagian dari integral dari program pembangunan, berhasilnya
program keluarga berencana hanya dapat dicapai bila pemerintah mengambil alih semua
tanggung jawabnya termasuk biayanya.

Umumnya pembangunan nasional diarahkan untuk memecahkan persoalan-persoalan


dengan latar belakang ekonomi. Bila ekonomi tumbuh dengan kenaikan 5% sedangkan
penduduk bertambah 2,8%, dapat diharapkan dalam jangka waktu lama pendapatan per
kapita akan bertambah walaupun keluarga berencana tidak dilakukan.

Berhasilnya perkembangan ekonomi bersama-sama dengan penurunan pertumbuhan


penduduk pasti akan membawa kesejahteraan dan perbaikan 2 kehidupan bangsa dengan
lebih cepat. Sebaliknya bila penduduk terus bertambah tanpa diawasi suatu kesengsaraan
tidak dapat dihindarkan.

Berpasangan-pasangan dalam hukum merupakan pola hidup yang ditetapkan oleh


Allah swt. bagi umat-Nya sebagai sarana untuk memperbanyak keturunan dan
mempertahankan hidup setelah Dia membekali dan mempersiapkan masing-masing pasangan
agar dapat menjalankan peran mereka untuk mencapai tujuan tersebut dengan sebaik-
baiknya.

B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan keluarga berencana(KB) ?
b. Apa tujuan melakukan KB ?
c. Bagaimana ruang lingkup program keluarga berencanaKB?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Keluarga Berencana

Pengertian Keluarga Berencana secara umum dapat diuraikan bahwa keluarga


berencana ialah suatu usaha yang mengatur banyaknya jumlah kelahiran sedemikian rupa
sehingga bagi ibu maupun bayinya dan bagi ayah serta keluarganya atau masyarakat yang
bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari kelahiran
tersebut.

Dalam pengertian sempitnya keluarga berencana dalam kehidupan seharihari berkisar


pada pencegahan konsepsi atau pencegahan terjadinya pembuahan mencegah pertemuan
antara sel mani (spermatozoa) dari pria dan sel telur (ovum) dari wanita.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009 BAB I Pasal 1


tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga sebagai landasan hukum
yang berisikan berbagai pengertian: Keluarga Berencana (KB) adalah upaya mengatur
kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan melalui promosi,
perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang
berkualitas.

Selain undang-undang yang mendefinisikan tentang program KB, Hanafi Hartanto


(1994: 08) menjelaskan pengertian Keluarga Berencana (KB) sebagai suatu ikhtiar atau usaha
manusia mengatur kehamilan dalam keluarga, secara tidak melawan hukum agama, undang-
undang negara dan moral pancasila, demi untuk mendapatkan kesejahteraan keluarga
khususnya dan kesejahteraan bangsa umumnya.

Menurut UU No 10 tahun 1992 dalam Handayani (2010) Keluarga Berencana adalah


upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia
perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan
kesejahteraan keluarga kecil yang bahagia sejahtera. Keluarga Berencana (family
planning/planned parenthood) merupakan suatu usaha menjarangkan atau merencanakan
jumlah dan jarak kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi (Sulistyawati, 2012).

B. Perbedaan pendapat para ulama


Pelaksanaan KB diperdebatkan oleh kalangan ulama’, diantaranya ada yang membolehkan
dan ada yang melarang. Diantara ulama’ yang membolehkan adalah Imam Ghazali, Syekh al-
Hariri (mufti besar Mesir), syekh Mahmud Syaltut, dan Sayyid Sabiq. Imam Ghazali tidak
melarang dengan pertimbangan kesukaran yang dialami seorang ibu disebabkan sering
melahirkan dengan motif menjaga kesehatan, menghindari kesulitan hidup, dan menjaga
kecantikan si ibu.

Syekh al-Hariri memberikan memberikan ketentuan bagi individu dalam pelaksanaan KB,
diantaranya : a) Untuk menjarangkan anak., b) Untuk menghindari penyakit, bila ia
mengandung. Untuk menghindari kemudharatan, bila ia mengandung dan melahirkan dapat
membawa kematiannya (secara medis), c) Untuk menjaga kesehatan si ibu, karena setiap
hamil selalu menderita suatu penyakit (penyakit kandungan), dan d) Untuk menghindari anak
dari cacat fisik bila suami atau istri mengidap penyakit menular seksual.

Syaikh Mahmud Syaltut membedakan konsep pembatasan keluarga (tahdiid al-nasl) dan
pengaturan atau perencanaan berketurunan (tandzhim al-nasl). Tandzim an-Nasl
diumpamakan dengan menjarangkan kelahiran karena situasi dan kondisi khusus, baik yang
ada hubungannya dengan keluarga yang bersangkutan maupun dengan masyarakat dan
negara.

Sayyid Sabiq dalam Fiqh As-Sunnah juga membolehkan seseorang untuk melaksanakan KB
dengan alasan sang ayah adalah seorang faqir, tidak mampu memberikan pendidikan pada
anak-anaknya, dan sang ibu adalah orang yang dha’if (lemah) jika terus menerus melahirkan.

Sementara itu, salah satu ulama’ yang melarang pelaksanaan KB adalah Abu ‘Ala al-Madudi
(Pakistan), menurutnya pembatasan kelahiran adalah bertentangan dengan ajaran Islam. Islam
adalah suatu agama yang berjalan sesuai dengan fitrah manusia, dan barangsiapa yang
merubah atau menyalahi fitrah maka ia telah menuruti perintah setan. Di samping pendapat
tersebut, para ulama yang menolak KB menggunakan dalil:

“Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan
memberi rejeki kepadamu dan kepada mereka.”(QS. Al-Isra’ (17):31). Pendapat tersebut
menyatakan bahwa program KB melalui pembatasan kelahiran merupakan hal yang tidak
dibenarkan dalam agama Islam. Karena hal tersebut telah menyalahi fitrah manusia apalagi
hanya kerena takut akan kemiskinan dan melupakan bahwa Allah Yang Maha Memberi
Rejeki.
C. Tujuan Keluarga Berencana

Tujuan umum Keluarga berencana yaitu meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam
rangka mewujudkan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar
terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin
terkendalinya pertambahan penduduk

Melihat pada tujuan KB pada keluarga, maka terlihat bahwa KB pada prinsipnya
memberikan manfaat yang sangat besar bagi keluarga tersebut terutama masa depan anak-
anaknya. Dalam hal ini, kita dapat melihat bahwa program KB merupakan suatu perbuatan
baik yang merupakan pengamalan Al-Quran surah An-Nisa’ 4:9 untuk senantiasa membentuk
generasi masa depan yang sehat dan kuat. Sebenarnya dalam al-Qur’an dan Hadits tidak ada
nas yang shoreh yang melarang atau memerintahkan KB secara eksplisit, karena hukum ber-
KB harus dikembalikan kepada kaidah hukum Islam.

Menentukan halal dan haram dalam Islam harus berdasarkan keterangan yang bisa
dipertanggungjawabkan. Jika dilihat tujuannya, KB memiliki orientasi yang berbeda-beda. Ini
juga dapat menentukan hukum KB dalam Islam dilihat dari peruntukannya.

Dalam sebuah hadits, Anas bin Malik berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:

‫تَزَ َّوجُوا ْال َودُو َد ْال َولُو َد فَِإنِّي ُم َكاثِ ٌر بِ ُك ُم ْاالُ َم َم‬

“Nikahilah perempuan yang penyayang dan banyak anak karena aku akan berlomba dalam
banyak jumlahnya umat.” (HR Abu Daud)

Para ulama memiliki pandangan bahwa hukum KB dalam Islam adalah haram jika
tujuannya untuk membatasi kelahiran. Allah SWT memberikan perintah agar para perempuan
dan keluarganya bisa memiliki keturunan yang banyak dan kuat untuk Islam.

Hal ini berbeda jika tujuannya untuk kesehatan. Membatasi kelahiran demi kesehatan
tentu bisa berefek kepada kesehatan seorang istri atau ibu, mengganggu kesehatan rahim,
dan juga pada aspek-aspek organ tubuh lainnya.Tapi jangan sampai alasan membatasi
kelahiran disebabkan alasan ekonomi. Allah SWT berfirman: “Dan janganlah kamu
membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberikan rizki
kepada mereka dan juga kepadamu.” (QS Al-Isra: 31)
Jika dilihat dari dua tujuan tersebut, hukum KB dalam Islam bisa menjadi haram jika
orientasinya bukan untuk kemaslahatan dan menyelamatkan. Tetapi bisa halal jika memang
berorientasi pada kesehatan dan juga kesejahteraan ibu.

Dalam al-Qur’an ada ayat-ayat yang berindikasi tentang diperbolehkannya mengikuti


program KB, yakni karena hal-hal berikut:

a. Menghawatirkan keselamatan jiwa atau kesehatan ibu. Hal ini sesuai dengan
firman Allah(Qs. Al-Baqarah: 195) “Janganlah kalian menjerumuskan diri
dalam kerusakan”.
b. Mengkhawatirkan keselamatan agama, akibat kesempitan penghidupan hal ini
sesuai dengan hadits Nabi: “Kefakiran atau kemiskinan itu mendekati
kekufuran”.
c. Menghawatirkan kesehatan atau pendidikan anak-anak bila jarak kelahiran
anak terlalu dekat sebagai mana hadits Nabi: “Jangan bahayakan dan jangan
lupa membahayakan orang lain.

C. Ruang Lingkup Program Keluarga Berencana

Ruang lingkup program Keluarga Berenca mencakup sebagai berikut :

1. Ibu

Dengan jalan mengatur jumlah dan jarak kelahiran. Adapun manfaat yang
diperbolehkan oleh ibu adalah sebagai berikut

a. Tercegahnya kehamilan yang berulang kali dalam jangka waktu yang terlalu
pendek, sehingga keselamatan ibu dapat terpelihara tertama kesehatan organ
reproduksinya.
b. Meningkatkan kesehatan mental dan sosial yang dimungkinkan oleh adanya
waktu yang cukup untuk mengasuh anak-anak dan beristirahat yang cukup
karena kehadiran akan anak-anak tersebut memang diinginkan.

2. Suami Dengan memberikan kesempatan suami agar dapat melakukan hal berikut

a. Memperbaiki kesehatan fisik


b. Mengurangi beban ekonomi keluarga yang ditanggungnya
3. Seluruh Keluarga Dilaksanakannya program KB dapat meingkatkan kesehatan fisik,
mental dan sosial setiap anggota keluarga dan bagi anak dapat memperoleh kesempatan yang
lebih besar dalam hal pendidikan serta ksih sayang kedua orang tuanya.

Ruang lingkup Keluarga Berencana secara umum adalah sebagai berikut :

1. Keluarga Berencana

2. Kesehatan reproduksi remaja

3. Ketahanan dan pemberdayaan keluarga

4. Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas

5. Keserasian kebijakan kependudukan


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

di kalangan umat islam ada dua kubu antara yang membolehkan keluarga
berencana dan yang menolak keluarga berencana. Ada beberapa alasan dari para
ulama yang memperbolehkan keluarga berencana, diantaranya dari segi kesehatan
ibu dan ekonomi keluarga.

Allah swt. berfirman, “Dan janganlah kalian membunuh anak-anakmu karena


takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga
kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar”(Al
isra’[17]:31)14
Serta hadits Nabi: “nikahlah, berketurunanlah dan berbanyak-banyaklah,
sesungguhnya aku bangga dengan kalian pada hari kiamat”. (HR. Bukhari-Muslim)
Contoh metode pencegahan kehamilan yang pernah dilakukan di zaman
Rasulullah SAW adalah azl yakni mengeluarkan air mani di luar vagina istri atau
yang lazim di sebut sanggama terputus, namun tidak dilarang oleh Rasulullah
SAW. Dari zabir berkata: “Kami melakukan azl di zaman Rasulullah SAW, dan
rasul mendengarnya dan tidak melarangnya(HR MUSLIM)”.
Sedangkan metode dizaman ini yang tentunya belum pernah dilakukan di
zaman Rasulullah SAW membutuhkan kajian yang mendalam dan melibatkan ahli
medis dalam menentukan kebolehan dan keharamannya. hukum keluarga
berencana dalam islam dapat dilihat dari 2(dua) pengertian:
1. Tahdid An-Nasl (Pembatasan Kelahiran)
2. Tanzhim An-Nasl (Pengaturan Kelahiran)

Anda mungkin juga menyukai