Anda di halaman 1dari 14

KELUARGA BERENCANA

Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas Mata Kuliah


“Masail Fiqhiyah Hukum Keluarga”
Dosen pengampu
Dr. Zayad Abd. Rahman, M.HI

Disusun oleh :

1. Popy Noviya Sari (931101717)


2. Umi Lailatul Fitriyah (931103317)
3. Afifatus Sholikah (931106617)
4. Kana Safitri (931109417)
5. Nashirul Haq Shilahuddin (931102317)
6. Achmad Hilmi K.M (931108318)

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI

2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR................................................................................. iii

BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 1
C. Tujuan............................................................................................ 2

BAB II: PEMBAHASAN


A. Deskripsi Masalah
B. Pendapat Ulama tentang Keluarga Berencana
C. Analisis Penulis

BAB III: PENUTUP


A.Kesimpulan................................................................................ 10
B. Saran.......................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 12

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufiq dan hidayah-Nya kami dapat menyelesikan makalah
dengan judul “KeluargaBerencana ” ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan di dalamnya. Dan kami juga berterima kasih kepada bapak Dr. Zayad
Abd. Rahman, M.HI.selaku Dosen pengampu mata kuliah Masail Fiqiyah
Hukum Keluarga yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Masail Fiqiyah Hukum Keluarga.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usul demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Kediri, 11 Mei 2020

Penulis

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorangpria dengan
seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk kelurga
(rumah tangga)yang bahagia dankekal berdasarkan keTuhanan Yang Maha
Esa.1Sebuah keluarga dapat dikatakan bahagia apabila telah hadir anak
dalam kehidupan mereka, dan tercukupi segala kebutuhan hidupnya. Akan
tetapi apabila memiliki banyak anak dan tidak dapat memelihara dan
mengurusnya dengan baik maka hal itu akan menyebabkan masalah.
Di Indonesia tingkat kelahiran anak sangat tinggi, sehingga
Indonesia dikenal salah satu negara dengan penduduk terbanyak di dunia.
Banyaknya jumlah penduduk yang tidak didukung dengan fasilitas yang
baik akan menyebabkan pengangguran,kriminalitas,tingkat ekonomi yang
rendah,dan lail-lain.
Oleh karena itu pemerintah memberikan serangkaian usaha untuk
menekan lajupertumbuhan penduduk agar tidak terjadi ledakan penduduk
yang lebihbesar. Salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah adalah
denganmenggalakkan program keluarga berencana. Program keluarga
berencanapertama kali dilaksanakan pada masa pemerintahan Soeharto
yaitu saatOrde Baru. Melalui keluarga berencana masyarakat diharuskan
untukmembatasi jumlah kelahiran anak, yaitu setiap keluarga memiliki
maksimal dua anak.2

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian Keluarga Berencana?
2. Apa tujuan Keluarga Berencana?
3. Bagaimana pendapat ulama tentang Keluarga Berencana?
1
Undang-Undang Nomor 01Tahun1974 Tentang Perkawinan.
2
Al-Fauzi, Keluarga Berencana Perspektif Islam DalamBingkai Keindonesiaan, JURNAL
LENTERA: Kajian Keagamaan, Keilmuan dan Teknologi,Volume 3, Nomor 1, March 2017,
ISSN: 1693-6922 (Print), ISSN : 2540-7767 (Online).

1
C. TUJUAN
1. Mengetahui tentang pengertian dari Keluarga Berencana
2. Mengetahui apa tujuan dari Keluarga Berencana
3. Mengetahui pendapat ulama tentang Keluarga Berencana

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Deskripsi Masalah
a. Pengertian Keluarga Berencana (KB)
Keluarga berencana (KB) dalam pengertian sederhana adalah merujuk
kepada metode kontrasepsi oleh suami istri atas persetujuan bersama, untuk
mengatur kesuburan dengan tujuan untuk menghindari kesulitan, kesehatan,
kemasyarakatan, dan ekonomi, dan untuk memungkinkan mereka memikul
tanggung jawab terhadap anak-anaknya dan masyarakat. Ini meliputi hal-hal
sebagai berikut:(1) menjarangkan anak untuk memungkinkan penyusunan
dan penjagaan kesehatan ibu dan anak(2) pengaturan masa hamil agar
terjadi pada waktu yang aman (3) mengatur jumlah anak, bukan saja untuk
keperluan keluarga, melainkan juga untuk kemampuan fisik, finansial,
pendidikan, dan pemeliharaan anak.3
Di masa orde baru, yakni antara era 1970-an hingga dekade 1990-an,
program KB menjadi program pokok pemerintah, bahkan mutlak. Pada
waktu itu, negara tampak begitu gencar menekan laju pertumbuhan
penduduk. Dalihnya adalah pembangunan (developmentalisme). Atas nama
pembangunan, negara berkepentingan untuk menggenjot pertumbuhan
ekonomi. Sebab, konon sebuah masyarakat (bangsa, negara) dinilai berhasil
melaksanakan pembangunan bila pertumbuhan ekonominya cukup tinggi.
Disisi lain, pertumbuhan ekonomi (pembangunan) itu sendiri tidak akan
memiliki makna dan fungsi jika populasi tidak terkendali. Artinya, sejauh
apa pun kemakmuran, kekayaan sebagai hasil pembangunan, melimpahnya
sumber daya alam (SDA), tidak akan ada artinya jika harus menanggung
beban populasi yang tinggi. Maka dari itulah dilaksanakan program KB,
yang dalam makna sempitnya adalah pengaturan dan pembatasan angka
kelahiran.4
3
Sabrur Rokhim, Argumen Program Keluarga Berencana (KB) DalamIslam, Jurnal Ilmu Syariah
dan Hukum vol.1, Nomor. 2, 2016. Hlm 149-150.
4
Ibid., 149-150.

3
Dalam tataran operasionalnya, negara tidak hanya menggunakan agen-
agen pembangunan seperti dokter, bidan, PKB (penyuluhan keluarga
berencana), paramedis, pegawai negeri, pengurus ormas wanita, anggota
pkk, dan dharma wanita, bahkan juga para kyai maupun tokoh agama
tingkat lokal (kabupaten, kecamatan, desa). Tentu saja, yang menarik, dalam
hal ini ulama bertugas untuk mengintroduksikan, untuk tidak mengatakan
“mengindoktrinasikan”, pemahaman kepada masyarakat ihwal keselarasan
program KB dengan ajaran islam. Para kyai dan tokoh agama diminta
memberikan “pencerahan” kepada umat, yang pada intinya menekankan
bahwa islam mendukung program KB, bahwa misi negara untuk menekan
jumlah penduduk adalah tidak bertentangan dengan ajaran islam. Dalil-dalil
agama yang kerap kali menjadi “senjata” adalah ajaran al-Qur’an tentang
“kekhawatiran adanya generasi yang lemah”. Kata “lemah” dipahami
sebagai rendahnya kuqlitas SDM, yang kemudian diikuti dengan pengajuan
sebuah logika, bahwa salah satu pemicu rendahnyakualitas SDM adalah
rendahnya tingkat kesejahteraan, dan rendahnya tingkat kesejahteraan salah
satu penyebabnya adalah beban hidup yang berat karena banyaknya anak
dalam keluarga.
Justifikasi atas program KB yang direncanakan pemerintah kian kuat
dengan adanya rekomendasi dari lembaga fatwa yang dibentuk pemerintah,
majelis ulama indonesia. MUI mengeluarkan fatwa yang terdiri atas
beberapa point penting, yang mendukung program KB ini. Pemerintah
sukses menjalankan program yang dimulai sejak tahun 1970-an itu.
Kesuksesan indonesia dalam melaksanakan program KB menjadi isu
internasional, sehingga banyak negara lain yang berguru tentang bagaimana
penanganan program ini secara baik. Tidak hanya sampai situ, bahkan
kemudian indonesia mendapat kehormatan sebagai tuan rumah konferensi
nasioanalkeluarga berencana (internationalconferenceoffamily planing), di
Jakarta pada tahun 1981. Dalam even tersebut, PBB memberikan
penghargaan kepada indonesia sebagai negara yang paling sukses dalam
program KB selama bertahun-tahun.5
5
Ibid., 150.

4
b. Tujuan Keluarga Berencana (KB)

Secara umum tujuan KB berdasarkan pengertian KB dan problem-


problem yang ditimbulkan dari beberapa faktor maka program KB
dipandang akan membawa manfaat. Program KB bertujuan untuk
menciptakan suatu norma ketengah-tengah masyarakat agar timbul
kecenderungan untuk menyukai berkeluarga kecil denfanmotto “dua orang
anak lebih baik, tiga orang stop, laki-laki atau perempuan sama
saja”sehingga melembaga dan merasa bangga jumlah keluarga yang relatif
kecil yaitu catur atau panca warga. Dengan jumlahikeluarga yang kecil yaitu
catur warga atau panca warga dapat mencapai kesejahteraan dan
kebahagiaan keluarga, terutama masalah kesehatan ibu dan anak. Seorang
ibu yang sering melahirkan dapat mengundang berbagai resikogangguan
kesehatan, berupa kurang darah (anemia), hypertensi, penyakit jantung, dan
sebagainya. Disamping itu dengan ber-KB dapat mencegah angka kematian
ibu, terutama jika program tersebut berhasil menurunkan tingkat kesuburan.
Dan secara khusus program KB mempunyai beberapa tujuan yang
dipandang akan membawa kemaslahatan dan mencegah kemadharatan yaitu
mewujudkan keluarga yang sejahtera dan bahagia guna menghasilkan
generasi yang tangguh dimasa yang akan datang. Dan secara psikologis
akan ada ketenangan serta mawaddah warahmah antara suami dan istri, hal
ini merupakan pendidikan dasar bagi anak-anak.

KB mempunyai tujuan untuk mengatur jarak kehamilan atau mengatur


waktu kelahiran untuk mendapat kesejahteraan keluarga dan menghindari
kemudharatan dari salah satu pihak apabila suami atau isteri menderita
penyakit berbahaya yang bisa menurun kepada anak keturunannya.
Sehingga dengan ber-KB akan membantu menciptakan keluarga yang
harmonis dan sejahtera atau bisa juga Disebut keluarga sakinah.6

B. Pendapat Ulama Tentang Keluarga Berencana

6
Malik Ibrahim, Keluarga Berencana Dalam Rangka Mewujudkan Keluarga Sakinah Di
Mungkid, Magelang, Jawa Tengah, jurnal Al-Ahwal vol. 4 No. 2, 2012. Hal. 118

5
Ber-KB dalam pengertian untuk mencegah kehamilan akibat
hubungan badan suami-istri telah dikenal sejak masa Nabi Muhammad
dengan perbuatan 'azal yang sekarang dikenal dengan coitus-interuptus,
yakni jima' terputus, yaitu melakukan ejakulasi (inzal al-mani) di luar
vagina (faraj) sehingga sperma tidak bertemu denganindung telur istri.
Dengan demikian tidak mungkin terjadi kehamilan karena indung telur
tidak dapat dibuahi oleh sperma suami.
'Azal pernah dilakukan oleh sebagian Sahabat Nabi yang menjimaki
bundak-budaknya tetapi mereka tidak menginginkannya hamil. Demikian
pula terhadap istri mereka setelah mendapat izin sebelumnya.
Peristiwa'azal ini mereka ceritakan kepada Nabi seraya mengharapkan
petunjuk Nabi tentang hukumnya. Ternyata Nabi tidak menentukan
hukumnya, sementara wahyu yang masih turun juga tidak menentukan
hukumnya.
Mengenai'azal diungkapkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan
Bukhari dan Muslim :
"Dari sahabat Jabir berkata: kami melakukan 'azal pada masa Nabi
SAW sedangkan ketika itu al-Quran masih turun, kemudian berita
peristiwa ini sampai kepada Rasulullah dan beliau tidak melarang kami."
Dalam hadis lain dari sahabat Jabir yang diriwayatkan oleh Muslim
disebutkan:
"Dari sahabat Jabir berkata: salah seorang dari kalangan Anshar
datang menemui Rasulullah lalu ia berkata: sungguh aku memiliki
seorang jariah sedang aku sendiri menggaulinya, akan tetapi aku tidak
menginginkannya hamil. Kemudian Rasulullah memerintahkan
lakukanlah 'azal jika engkau menghendaki karena dengan begitu hanya
akan masuk sekedarnya saja. Atas dasar itulah kemudian ia melakukan
'azal. Kemudian ia mendatangi rasul dan berkata: sungguh jariah itu
telah hamil, maka Rasullahpun berkata: aku telah beritahu kamu
bahwasanya sperma akan masuk sekedarnya (kerahimnya) dan akan
membuahi."

6
Kedua hadis di atas merupakan hadis taqriri yang menunjukkan
bahwa perbuatan 'azal yang dilakukan dalam rangka upaya menghindari
kehamilan dapat dibenarkan (tidak ada larangan). Jika 'azal dilarang maka
akan dijelaskan dalam al-Quran yang masih turun pada waktu itu atau
ditegaskan oleh Nabi sendiri. Nabi hanya mengingatkan 'azal hanya ikhtiar
manusia untuk mengindari kehamilan, sedangkan kepastiannya berada
ditangan Tuhan. Demikian pula alat-alat kontrasepsi atau cara-cara
lainnya, tidak menjamin sepenuhnya berhasil.
Mengenai keluarga berencana atau setidak-tidaknya mencegah
kehamilan “Keluarga Berencana” dikenal sekarang, terjadi silang pendapat
mengenai hukum ber-KB dikalangan para ulama,di antara mereka ada
yang membolehkan dan ada pula yang melarangnya. Ulama yang
membolehkan seperti Imam al-Ghazali dalam kitabnya, “Ihya
'Ulumuddin” dinyatakan, bahwa 'azal tidak dilarang, karena kesukaran
yang dialami si ibu disebabkan sering melahirkan. Motifnya antara lain:
untuk menjaga kesehatan si ibu, untuk menghindari kesulitan hidup,
karena banyak anak, dan untuk menjaga kecantikan si ibu.
Kemudian Syekh al-Hariri (Mufti Besar mesir)beliau berpendapat
bahwa menjalankan KB bagi perorangan (individu) hukumnya boleh
dengan beberapa ketentuan seperti: untuk menjarangkan anak. Untuk
menghindari suatu penyakit bila ia mengandung. Untuk menghindari
kemudaratan bila ia mengandung dan melahirkan dapat membawa
kematiannya (secara medis). Untuk menjaga kesehatan si ibu, karena
setiap hamil selalu menderita suatu penyakit kandungan. Dan untuk
menghindari anak dari cacat fisik bila suami atau istri mengindap penyakit
kotor.
Adapun beberapa ulama-ulama yang melarang ber-KB adalah sebagai
berikut: Abu 'Ala al-Maududi ia adalah salah seorang ulama yang
menentang pendapat orang yang membolehkan pembatasan kelahiran.
Menurut beliau Islam satu agama yang berjalan sesuai dengan fitrah
manusia. Dikatakannya: “barangsiapa yang mengubah perbuatan Tuhan
dan menyalahi undang-undang fitrah, adalah memenuhi perintah setan”.

7
Menurut al-Maududi salah satu tujuan pernikahan adalah mengekalkan
jenis manusia dan mendirikan suatu kehidupan yang beradab.
Para ulama yang menggunakan dalil-dalil yang pada prinsipnya
menolak KB, di antaranya adalah: al-Quran Surah al-An'am: 151, al-Quran
Surah al-Isra': 31. Maksud dari dua ayat ini adalah tidak memberi
kesempatan untuk hidup, sama halnya dengan membunuh walaupun tidak
secara langsung, alasannya karena takut melarat (miskin). Padahal Allah
telah menjamin rizki hamba-Nya.

C. Analisis Penulis
Setiap era memiliki arah kebijakan dan strategi berbeda dalam menyikapi
program Keluarga Berencana. Masa Soekarno menekankan prospek pertahanan
Negara sehingga bersikap menentang kontrol terhadap populasi. Masa Soeharto
mencoba memperkenalkan konsep kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat
sehingga mendukung program KB yang dipandang sebagai solusi masalah
ekonomi, demografi, dan sosial.7 Meskipun demikian, keduanya memiliki satu
arah dalam politik internal mereka, yakni mencoba mengintegrasikan ide-ide, baik
pertahanan nasional maupun kemakmuran. Hal ini dilakukan agar mendapatkan
dukungan dan kepercayaan luas untuk menjaga eksistensi kepemimpinan mereka.
Era reformasi meskipun belum terlihat secara detil perannya, tapi sudah
mencoba mengintegrasikan dan menyeimbangkan kepentingan internal dan
eksternal berkaitan dengan program KB dalam pengaplikasian demokratisasinya.
Menurut kami, jangkauan KB untuk masyarakat yang terpencil dianggap
kurang memadai, karena tidak semua di pedesaan dibekali dengan infrastruktur
dan keahlian pemeriksaan KB, ditambah lagi dengan kurangnya presentasi tentang
pengetahuan KB di daerah pedesaan, sehingga kebanyakan masyarakat Indonesia
yang berdomisili di desa terpencil masih kurang pengetahuaannya tentang
program KB dan manfaatnya, mereka masih beranggapan bahwa banyak anak

7
Sudjai, Hasanudin R, Djumali, Sukarno M, Aryanto I, Keluarga Berencana dan Hubungannya
Dengan Kehidupan Sosial, Ekonomi dan Budaya, Jakarta : Pusat Pendidikan dan Latihan BKKBN,
1998, hlm. 35.

8
banyak rezeki, padahal zaman semakin maju dan harus diimbangi dengan
pemikiran yang semakin maju pula.
Dengan adanya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
pemerintah Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 terjadi perubahan kewenangan pada pemerintah daerah.Kepada
pemerintah daerah diberikan keleluasaan untuk menyelenggarakan pemerintahan
yang mencakup seluruh bidang pemerintahan, kecuali bidang-bidang yang
berdasar Undang-Undang telah ditetapkan sebagai kewenangan pusat.
Keleluasaan otonomi ini mencakup pula kewenangan yang utuh dan bulat
dalam penyelenggaraan pemerintahan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, pengendalian, dan evaluasi. Konsekuensi dari kebijakan tersebut
adalah kewenangan pusat termasuk program KB Nasional, pengelolaannya
diserahkan kepada pemerintah kabupaten/kota. Hal ini ditunjukkan dengan adanya
penyerahan P3D (Personal Pembiayaan, Perlengkapan dan Dokementasi) BKKBN
Kabupaten/Kota oleh pemerintah pusat kepada pemerintah kabupaten/kota.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

9
Program gerakan KB di laksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan bangsa di mana pada saat ini pemerintah sedang melakukan
pembangunan di segala bidang, termasuk untuk mengatasi berbagai masalah
kependudukan seperti pertumbuhan penduduk yang tinggi, penyebaran penduduk
yang tidak merata dan kualitas sumber daya manusia yang relatif rendah.
Dalam pelayanan KB juga ada cara operasinal programnya yang meliputi:
Pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE), Pelayanan kontrasepsi dan
pengayoman peserta KB, Peran serta masyarakat dan institusi pemerintah dan
Pendidikan KB.
Dari program KB juga memiliki dampak terhadap pencegahan kelahiran,
semisalkan dampak pada ibu, dampak pada anak, maupun dampak pada suami.
Secara umum Program keluarga berencana memberikan dampak, yaitu penurunan
angka kematian ibu dan anak; Penanggulangan masalah kesehatan reproduksi;
Peningkatan kesejahteraan keluarga; Peningkatan derajat kesehatan; Peningkatan
mutu dan layanan KB-KR; Peningkatan sistem pengelolaan dan kapasitas SDM;
Pelaksanaan tugas pimpinan dan fungsi manajemen dalam penyelenggaraan
kenegaraan dan pemerintahan berjalan lancar.
Program KB menentukan kualitas keluarga, karena program ini dapat
menyelamatkan kehidupan perempuan serta meningkatkan status kesehatan ibu
terutama dalam mencegah kehamilan tak diinginkan, menjarangkan jarak
kelahiran mengurangi risiko kematian bayi. Selain memberi keuntungan ekonomi
pada pasangan suami istri, keluarga dan masyarakat, KB juga membantu remaja
mangambil keputusan untuk memilih kehidupan yang lebih balk dengan
merencanakan proses reproduksinya. Program KB, bisa meningkatkan pria untuk
ikut bertanggung jawab dalam kesehatan reproduksi mereka dan keluarganya. Ini
merupakan keuntungan seseorang mengikuti program KB.

B. SARAN
Dalam makalah ini, masih terdapat beberapa kekurangan dan kesalahan,
baik dari segi penulisan maupun penyusunan kalimatnya.Oleh karena itu, kami
sangat mengharap kepada pembaca makalah ini agar dapat memberi kritik dan
masukan yang bersifat membangun.

10
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Nomor 01Tahun1974 Tentang Perkawinan.

Al-Fauzi, Keluarga Berencana Perspektif Islam DalamBingkai Keindonesiaan,


JURNAL LENTERA: Kajian Keagamaan, Keilmuan dan
Teknologi,Volume 3, Nomor 1, March 2017, ISSN: 1693-6922 (Print),
ISSN : 2540-7767 (Online).

Sabrur Rokhim, Argumen Program Keluarga Berencana (KB) DalamIslam,


Jurnal Ilmu Syariah dan Hukum vol.1, Nomor. 2, 2016.

Malik Ibrahim, Keluarga Berencana Dalam Rangka Mewujudkan Keluarga


Sakinah Di Mungkid, Magelang, Jawa Tengah, jurnal Al-Ahwal vol. 4 No.
2, 2012.

Sudjai, Hasanudin R, Djumali, Sukarno M, Aryanto I, Keluarga Berencana dan


Hubungannya Dengan Kehidupan Sosial, Ekonomi dan Budaya, Jakarta :
Pusat Pendidikan dan Latihan BKKBN, 1998.

11

Anda mungkin juga menyukai