Anda di halaman 1dari 16

PROGRAM KELUARGA BERENCANA, POLIGAMI,

ZHIHAR, NIKAH BEDA AGAMA


Fiqh Kontemporer

Dosen Pengampu: Unggul Suryo Ardi, M.H

Disusun Oleh:

Kelompok Tiga (3)

1. Oti Dinda (101180091)


2. Deflaizar (101180070)

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS

SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN

THAHA SAIFUDDIN JAMBI

2021
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Sholawat dan salam
senantiasa kita curahkan kepada Nabi baginda kita yakni Nabi Muhammad SAW.

Hanya kata syukur yang bisa penulis sampaikan sehingga makalah ini dapat
selesai dengan baik. Di lain sisi, kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat menjadi salah
satu panduan untuk mengkaji pentingnya mempelajari Program Keluarga Berencana,
Poligami, Zhihar, dan Nikah Beda Agama. Kritik dan saran senantiasa kami harapkan
agar makalah ini dapat lebih ditingkatkan kepada-Nya Aamiin ya Rabbal ‘Alamiin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

Jambi, 16 April 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................i

KATA PENGANTAR...............................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah........................................................................1


B. Rumusan Masalah ................................................................................2
C. Tujuan Masalah.....................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Program Keluarga Berencana................................................................3


B. Poligami................................................................................................6
C. Zhihar....................................................................................................
D. Nikah Beda Agama...............................................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................10
B. Saran .....................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk terbanyak di
dunia. Ledakan penduduk ini terjadi karena laju pertumbuhan penduduk yang sangat
tinggi. Kondisi ini jelas menimbulkan dua sisi yang berbeda. Disatu sisi kondisi
tersebut bisa menjadi salah satu kekuatan yang besar untuk Indonesia. Tetapi di satu
sisi kondisi tersebut menyebabkan beban negara menjadi semakin besar. Selain
menjadi beban negara juga menimbulkan permasalahan lain. Banyaknya jumlah
penduduk yang tidak disertai dengan ketersediaan lapangan pekerjaan yang mampu
menampung seluruh angkatan kerja bisa menimbulkan pengangguran, kriminalitas
yang bersinggungan pula dengan rusaknya moralitas masyarakat.
Karena berhubungan dengan tinggi rendahnya beban negara untuk
memberikan penghidupan yang layak kepada setiap warga negaranya, maka
pemerintah memberikan serangkaian usaha untuk menekan laju pertumbuhan
penduduk agar tidak terjadi ledakan penduduk yang lebih besar. Salah satu cara
yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan menggalakkan program keluarga
berencana. Program keluarga berencana pertama kali dilaksanakan pada masa
pemerintahan Soeharto yaitu saat Orde Baru. Melalui keluarga berencana
masyarakat diharuskan untuk membatasi jumlah kelahiran anak, yaitu setiap
keluarga memiliki maksimal dua anak. Tidak tanggung-tanggung, keluarga
berencana diberlakukan kepada seluruh lapisan masyarakat, dari lapisan bawah
hingga lapisan atas dalam tatanan masyarakat.
Meskipun demikian masih ada di sebagian kalangan yang menganggap
keluarga berencana adalah hal yang tabu dan dilarang oleh agama dengan alasan
karena rasulullah menginginkan kelak mendapatkan umat terbanyak di antara umat-
umat yang lain dan berkeyakinan bahwa rezeki seserorang sudah dijamin oleh Allah
SWT. Menariknya adalah bagaimana sebenarnya hukum keluarga berencana dalam

1
konteks keindonesiaan melihat keadaan masyarakatnya yang banyak dan masih
berada di bawah garis kemiskinan serta kualitas yang rendah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Program Keluarga Berencana?
2. Apa itu Poligami?
3. Apa itu Zhihar?
4. Apa itu Nikah Beda Agama?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui program keluarga berencana
2. Untuk mengetahui poligami
3. Untuk mengetahui zhihar
4. Untuk mengetahui nikah beda agama.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Program Keluarga Berencana


1. Pengertian Keluarga Berencana
Pengertian keluarga di sini adalah suatu kesatuan sosial terkecil di
dalam masyarakat yang diikat oleh jalinan perkawinan yang sah yang lazim
disebut dengan keluarga inti atau nuclear family, yang terdiri dari suami istri
dan anak-anak, dan bukan extended family atau keluarga besar yang mencakup
keluarga lain terdekat. KB dalam istilah inggris disebut dengan family planning
atau birth control ada juga yang menyebutnya dengan planning parenthood.
sedangkan padanan Arabnya disebut, ‫ تحديد النسل‬atau ‫ تنظيم النسل‬. Menurut WHO

(World Health Organization).2 KB adalah tindakan yang membantu individu


atau pasutri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari
kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan,
mengatur interval di antara kehamilan dan menentukan jumlah anak dalam

keluarga.3 Mahmud Syaltut mendefinisikan KB sebagai pengaturan dan


penjarangan kelahiran atau usaha mencegah kehamilan sementara atau bahkan
untuk selama- lamanya sehubungan dengan situasi dan kondisi tertentu, baik
bagi keluarga yang bersangkutan maupun untuk kepentingan masyarakat dan
negara.1
Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa KB adalah
pengaturan rencana kelahiran anak dengan melakukan suatu cara atau alat yang
dapat mencegah kehamilan. KB bukanlah berarti Birth Control atau Tahi>d al-
Nasl yang konotasinya pembatasan atau mencegah kelahiran, yang mana
hal tersebut bertentangan dengan tujuan perkawinan yaitu melanjutkan

1
Mahmud Syaltut, Al-Fatawa, (Mesir: Darul Qalam, 1909), h l m . 294-297

3
keturunan. Perencanaan merupakan hak dan wewenang setiap manusia,
termasuk perencanaan berkeluarga dengan jumlah anak yang mungkin mampu
ia tanggungkan sesuai dengan kondisinya masing-masing. Perencanaan
keluarga adalah merencanakan kelahiran dengan merencanakan kehamilan
karena memakai atau menggunakan suatu cara atau alat/obat yang disebut

kontrasepsi.2 Dengan demikian dapat dibedakan antara mencegah kelahiran


dengan mencegah kehamilan. KB adalah usaha untuk mencegah kehamilan.
2. Tujuan Program Keluarga Berencana
Berdasarkan pengertian KB dan problem-problem yang ditimbulkan
dari beberapa faktor seperti diuraikan dalam bagian pendahuluan di atas, maka
program KB mempunyai beberapa tujuan yang dipandang akan membawa
kemaslahatan dan mencegah kemudaratan, baik bagi keluarga yang
bersangkutan maupun bagi negara yang mengalami masalah kependudukan.
Khususnya di Indonesia, program KB bertujuan untuk:

1. Tujuan Demografis, yaitu upaya penurunan tingkat pertumbuhan


penduduk sebanyak 50% pada tahun 1990 dari keadaan tahun 1971.
Kalau ini berhasil, maka laju pertumbuhan penduduk di Indonesia dapat
ditekan sampai 1% pertahun mulai 1990. Dengan demikian hasil
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi serta pendapatan negara
semakin dapat dirasakan, tidak sekedar memenuhi kebutuhan-kebutuhan
yang konsumtif seperti pangan, pelayanan kesehatan dan masalah-
masalah sosial lainnya, tetapi meningkatkan kesejahteraan dan
kemakmuran negara serta membangun sarana-sarana yang lebih
produktif. Dan juga untuk mewujudkan penduduk tumbuh seimbang
melalui pelembagaan keluarga kecil bahagia sejahtera.3
2. Tujuan Normatif, yaitu menciptakan suatu norma ke tengah-tengah
2
Abdurrahman Qadir, Problematika Hukum Islam Kontemporer, (Jakarta: Pustaka
Firdaus, 1996), hlm. 143
3
Www. Bkkbn.go.id., diakses 15 April 2015, pukul 23:07.

4
masyarakat agar timbul kecenderungan untuk menyukai keluarga kecil
dengan motto “dua anak lebih baik, tiga orang stop, lelaki perempuan
sama saja” sehingga melembaga dan merasa bangga dengan jumlah keluarga yang
relatif kecil yaitu Catur Warga atau Panca Warga.

Dengan jumlah keluarga yang kecil akan lebih mudah untuk


mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan keluarga, terutama masalah
kesehatan ibu dan anak. Seorang ibu yang sering melahirkan dapat
mengandung berbagai resiko gangguan kesehatan, berupa kurang darah
(anemia), hypertensi, penyakit jantung dan sebaginya.

Terlebih bagi anak-anak itu sendiri yang perlu dirawat secara intensif

yaitu diberi air susu ibu ASI selama dua tahun. 4 Seterusnya disapih dari
penyusuan dengan memberikan makanan yang bergizi dan berprotein sampai
anak tersebut berumur lima tahun. Dengan kata lain, seorang ibu dituntut
untuk merawat seorang anak (bayi) secara intensif sampai anak berumur lima
tahun. Sebelum anak berumur lima tahun hendaknya sang ibu tidak diganggu
oleh kelahiran anak berikutnya. Apalagi dalam masa menyusui bayi, seorang
ibu jangan sampai menjadi hamil, karena dapat mengganggu kelancaran dan
kemurnian air susu. Hal ini disebab ghailah yang kurang terpuji,
sebagaimana pernah disabdakan oleh Nabi dalam suatu hadist, karena
mengakibatkan terhentinya anak menyusu.

Tujuan lain dari program KB adalah untuk memperoleh kesempatan


yang luas bagi seorang ibu demi melaksanakan berbagai kegiatan yang lebih
bermanfaat, yaitu menata kehidupan rumah tangga, dan dapat berpartisipasi
dalam kegiatan kemasyarakatan seperti kegiatan sosial, pendidikan, ceramah,
ibadah dan lain-lain. Seorang ibu jangan sampai habis waktunya untuk hanya
mengurus satu anak berikutnya, sehingga melalaikan kewajiban lainnya.

4
Al-Qur’an 2:233

5
B. Poligami
1. Pengertian Poligami dan Dasar Hukumnya
Kata poligami (‫ الزوجات‬L‫ )تعدد‬berasal dari bahasa Latin polygamia poly &
gamia), atau berasal dari paduan kara dari bhaasa Yunani poly dan gamy dari
akar polus (banyak), dan perkawinan yang banyak.5
Secara terminologi poligami adalah suatu keadaan atau praktik
(perkawinan) lebih dari satu istri atau suami, pasangan yang dilakukan pada
satu waktu (bersamaan). Dalam istilah bhasa Indonesia poligami adalah sistem
perkawinan yang salah satu pihak memiliki atau mengawini beberapa lawan
jenisnya dalam waktu yang bersamaan.6
Bila memperhatikan definisi poligami di atas, ternyata poligami
memiliki makna yang lebih luas, yakni bisa dilakukan oleh suami atau sitri.
Pengertian semacam ini sungguh berbeda dengan kenyataan penggunaannya
yang sering digunakan hanya untuk istilah perkawinan jamak yang dilakukan
oleh suami (pria). Seperti Peorwadarminta menggunkaan pengertian tersebut.
Poligami ialah adat seorang alki-laki beristri lebih dari satu orang. Dalam hal
itu, dari definisi di atas juga terdapat pembatasan jumlah, yakni maksimal 4
(empat) orang sitri, hal ini mengacu kepada poligami yang dibolehkan dalam
hukum Islam.
Dasar hukum poligami dalam Islam maksimal sampai empat orang
istri, terdapat dalam Q.S an-Nisa’ ayat 3, sebagai berikut:
‫إ ِ ۡن ِخ ۡفتُمۡ أَاَّل‬H َ‫ ۖ َع ف‬Hَ‫ٓا ِء َم ۡثنَ ٰى َوثُ ٰلَ َث َو ُر ٰب‬H ‫س‬ َ Hَ‫ا ط‬HH‫ٱن ِك ُحو ْا َم‬HHَ‫طُو ْا فِي ۡٱليَ ٰتَ َم ٰى ف‬H ‫س‬
َ ِّ‫اب لَ ُكم ِّمنَ ٱلن‬H ِ ‫َوإِ ۡن ِخ ۡفتُمۡ أَاَّل ت ُۡق‬
‫ت َۡع ِدلُو ْا فَ ٰ َو ِح َدةً أَ ۡو َما َملَ َك ۡت أَ ۡي ٰ َمنُ ُكمۡۚ ٰ َذلِكَ أَ ۡدنَ ٰ ٓى أَاَّل تَ ُعولُو ْا‬
Artinya: “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-
hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka
kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau
empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil,
maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu

5
Baharuddin Ahmad, Hukum Perkawinan di Indonesia, (Cirebon: Nusa Litera Inspirasi, 2019),
hlm. 161
6
Ibid, hlm. 161

6
miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat
aniaya”.7

Berdasarkan ayat inilah Islam membolehkan poligami, yakni si suami


boleh memiliki istri lebih dari satu, maksimal sampai empat dengan syarat
sanggup untuk berlaku adil terhadap istri-istri, kalau tidak sanggup berlaku
adil, maka cukup satu saja (monogami).
Atas dasar ayat inilah sehingga Nabi SAW melarang menghimpun
dalam saat yang sama lebih dari empat orang sitri bagi seorang pria. Ketika
turnnya ayat ini, beliau memerintahkan semua yang memiliki lebih dari empat
orang istri. Agar segera menceraikan istri-istrinya sehingga maksimal setiap
orang hanya memperistrikan empat orang wanita.
2. Alasan dan Syarat Poligami dalam Islam
Menurut syara’ atau hukum Islam, poligami dilakukan dengan alasan-
alasan sebagai berikut:8
 Adanya ayat al-Qur’an yang menyatakan bahwa poligami bukan perbuatan
yang terlarang, bahkan ayatnya dimulai dengan kalimat perintah,
 Adanya hadits yang membolehkan suami poligami
 Adanya contoh dari Rasulullah SAW yang poligami dengan sembilan sitri,
 Adanya kecendrungan seksual kaum laki-laki yang lebih besar daripada
kaum perempuan,
 Adanya kesepakatan para ulama bahwa poligami hukumnya boleh atau
mubah,
 Adanya kenyataan bahwa sejak sebelum Islam, poligami sudah dilakukan
oleh kaum laki-laki Islam hanya membatasi poligami maksimal empat
orang sitri,
 Adanya persyaratan yang ditekankan untuk suami, yakni berlaku adil.

7
Al-Qur’an 4:3
8
Baharuddin Ahmad, Hukum Perkawinan di Indonesia,..., hlm. 163-164

7
Alasan-alasan di atas, merupakan alasan syar’iyah yang secara tekstual
tertuang dalam al-Qur’an dan al-Sunnah. Dalam alasan syar’iyah terdpaat
penekanan utama yaitu menjalankan prinsip keadilan, tetapi prinsip keadilan
yang dimaksud yaitu keadilan lahhiriyah dan bukan keadilan batiniah.
Para ulama sepakat menetapkan kebolehan poligami, berdasarkan ayat
3 surat an-Nisa’ menyatakan kebolehan poligami dan mensyaratkan pelakunya
harus berlaku adil. Al-Kasani menyatakan lelaki yang berpoligami wajib
berlaku adil terhadap istri-istrinya. As-Syafi’i juga menyatakan keadilan
antara para istri, dan menurutnya keadilan hanya menyangkut urusan fisik
semisal mengunjungi istri di malam atau di siang hari.
3. Hikmah Poligami
Poligami dibenarkan dalam Islam dengan persyaratan yang sangat
berat, yakni suami harus berlaku adil terhadap istri-istrinya. Keadilan yang
dituntut adalah keadilan materi, yang bisa dihitung secara matematis.
Hikmah diizinkannya poligami dengan syarat adil adalah sebagai
berikut:9
 Untuk mendapatkan keturunan bagi suami yang subur dan istri mandul,
 Untuk menjaga keutuhan keluarga tanpa menceraikan istri, sekalipun istri
tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai istri, atau ia mendapat cacat
badan atau penyakit yang tak dapat disembuhkan,
 Untuk menyelamatkan suami yang hypersex dari perbuatan zina dan krisis
akhlak lainnya,
 Untuk menyelamatkan kaum perempuan dari krisis akhlak yang tinggal di
Negara/masayarakat yang jumlah wanitanya jauh kebih banyak dari kaum
laki-laki,
 Untuk melatih suami menjadi pemimpin yang adil dalam kehidupan dan
pengelolaan keluarga dan rumah tangganya.

9
Baharuddin Ahmad, Hukum Perkawinan di Indonesia,..., hlm. 170-171

8
C. Zhihar
1. Definisi Zhihar

Zhihar secara etimologi diambil dari kata zhahr (punggung) karena


bentuk zhihar adalah ucapan suami kepada istrinya, "Kamu bagiku seperti
punggung ibuku." Jika masyarakat jahiliah tidak menyukai istrinya, tetapi tidak
ingin si istri diperistri pria lain, mereka melakukan ila' atau zhihar. si istri
berada dalam kondisi tanpa suami dan tidak pula dilepaskan suaminya untuk
menikah dengan pria lain. Mereka menganggap tindakan itu sebagai talak.
Islam kemudian mengubah hukum tersebut menjadi pengharaman wanita dalam
tenggat waktu setelah suami menarik kembali pernyataannya dan memenuhi
kewajiban membayar kafarat.

Definisi zhihar secara syar'i adalah menyerupakan istri yang tidak


ditalak ba'in dengan wanita mahram suami, baik seperti ibu maupun mahram
yang lain, atau dengan anggota tubuhnya. Penamaan zhihar tersebut dipakai
karena ada unsur penyamaan istri dengan punggung (zhihar) ibu. 10 Firman
Allah SWT dalam Al-Qur'an :

Artinya: "Orang-orang di antara kamu yang menzhihar istrinya, maka istri


mereka itu bukanlah ibunya. Ibu-ibu mereka adalah wanita yang
melahirkan dirinya. Dan sesungguhnya mereka benar-benar telah
mengucapkan suatu perkataan yang mungkar dan dusta. Dan
sesungguhnya Allah Maha Pemaaf, lagi Miha Pengampun." (Al-
Mujadilah: 2).

2. Rukun Zhihar Rukun zhihar ada empat:

10
Wahba Zuhaili, Al-fiqhu Asy- Syafi'i Al-Muyassar,( Jakarta Timur,Almuhaiyar,2012 ) Hlm. 675

9
BAB III

PENUTUP

10
A. Kesimpulan
bahwa KB adalah pengaturan rencana kelahiran anak dengan melakukan
suatu cara atau alat yang dapat mencegah kehamilan. KB bukanlah berarti Birth
Control atau Tahi>d al-Nasl yang konotasinya pembatasan atau mencegah
kelahiran, yang mana hal tersebut bertentangan dengan tujuan perkawinan yaitu
melanjutkan keturunan. Perencanaan merupakan hak dan wewenang setiap
manusia, termasuk perencanaan berkeluarga dengan jumlah anak yang mungkin
mampu ia tanggungkan sesuai dengan kondisinya masing-masing. Perencanaan
keluarga adalah merencanakan kelahiran dengan merencanakan kehamilan karena
memakai atau menggunakan suatu cara atau alat/obat yang disebut kontrasepsi.
Dengan demikian dapat dibedakan antara mencegah kelahiran dengan mencegah
kehamilan. KB adalah usaha untuk mencegah kehamilan.
Bila memperhatikan definisi poligami di atas, ternyata poligami
memiliki makna yang lebih luas, yakni bisa dilakukan oleh suami atau sitri.
Pengertian semacam ini sungguh berbeda dengan kenyataan penggunaannya
yang sering digunakan hanya untuk istilah perkawinan jamak yang dilakukan
oleh suami (pria). Seperti Peorwadarminta menggunkaan pengertian tersebut.
Poligami ialah adat seorang alki-laki beristri lebih dari satu orang. Dalam hal
itu, dari definisi di atas juga terdapat pembatasan jumlah, yakni maksimal 4
(empat) orang sitri, hal ini mengacu kepada poligami yang dibolehkan dalam
hukum Islam.
B. Saran
1. Dengan adanya makalah ini hendaknya dapat memberikan gambaran kepada
pembaca bahwasanya mempelajari Program KB, Poligami, Zhihar, Nikah Beda
Agama itu sangat penting.
2. Penulis berharap kepada pembaca agar makalah ini dapat dijadikan bahan
untuk diskusi.
3. Dalam karya ilmiah ini, penulis merasakan banyaknya kekurangan karena
keterbatasan ilmu penulis, oleh karena itu kepada para pembaca agar

11
memberikan kritikan-kritikan dari sarannya untuk kesempurnaan karya ilmiah
penulis sendiri untuk masa yang akan datang.

12
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai