Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ..........................................................................9
B. Saran ...................................................................................10
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia diciptakan oleh Allah dari segumpal tanah yang atas kehendak-Nya
diperintahkan Malaikat untuk mengambilnya di bumi dan dibentuk sedemikian
rupa sehingga jadilah sesosok manusia, yang akhirnya inilah awal terbentuknya
manusia pertama yang dinamakan Adam. Kemudian, setelah Adam diciptakan
kisah demi kisah akhirnya diciptakannya pula manusia kedua yang memiliki
kelamin beda tapi dari jenis yang sama serta diambil dari tulang rusuk Adam yang
akhirnya dinamakan Hawa. Yang kita ketahui bersama tujuan diciptakan manusia
kedua yang dinamakan Hawa ini adalah sebagai bentuk rasa kasih sayang Allah
agar Adam memiliki teman di surga. Akan tetapi, setelah Adam dan Hawa
dipindahkan ke dunia yang berbeda yaitu bumi, disinilah awal manusia
berkembang biak dan memiliki keturunan yang banyak. Kejadian ini merupakan
fitrah dan kehendak Allah untuk manusia memiliki keturunan dengan cara yang
Allah tentukan dengan tujuan agar terciptanya kehidupan yang didasari atas rasa
kasih dan sayang sehingga terciptalah kebahagiaan, ketentraman dan kesejahteraan
di muka bumi khususnya bagi manusia. Hal ini merupakan perintah tersirat bahwa
manusialah yang memilki kewajiban menjaga dan melestarikan bumi sebagai
wadah kehidupan mereka. Maka dari itu, dari tema ini yang berjudul “Keluarga
Berencana dan Kependudukan Dalam Islam” sangat menarik untuk dibahas karena
merupakan hal baru di era melenium yang harus kita cari hukumnya. Hal ini
merupakan konsep dan metode dalam menyelesaikan masalah terkini di dalam
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi kependudukan
lapisan masyarakat, baik dari kalangan pribumi (warga negara asli) atau WNI
keturunan asing dan warga negara asing yang tinggal di Indonesia.
Karena itu, Majelis Ulama Indonesia sebagai lembaga yang menyuarakan aspirasi
umat Islam harus berani mengeluarkan fatwa tentang program KKB, terutama
hukum, ber-KKB dan cara-cara kontrasepsi yang mana benar-benar boleh dan
haram, dan juga pandangan Islam terhadap gagasan melembagakan Norma
Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) yang hanya menghendaki catur warga
untuk setiap keluarga.
Namun, fatwa-fatwa agama baik oleh MUI, lembaga lainnya, atau oleh ulama
perorangan harus berdasarkan dalil-dali agama yang cukup kuat dengan
memperhatikan situasi dan kondisi bangsa Indonesia serta budayanya, dan bukan
fatwa untuk sekedar legitimasi guna memenuhi pesan sponsor.
Keluarga berencana adalah istilah resmi yang di pakai di dalam lembaga lembaga
Negara kita seperti badan koordinasi keluarga berencana nasional (BKKBN).
Istilah KB mempunya arti yang sama dengan istilah umum yang dipakai di dunia
internasional yakni family planning atau planned parenthood, seperti International
Planned Parenthood Federation (IPPF), nama sebuah organisasi KB tingkat
internasional dengan kantor pusatnya di London. Keluarga berencana juga
mempunyai arti yang sama dengan istilah pengaturan keturunan/kelahiran dan
bukan pembatasan kelahiran. KB family planning atau planned parenthood berarti
pasangan suami istri telah mempunyai perencanaan yang kongkrit mengenai kapan
anak-anaknya di harapkan lahir agar setip anaknya lahir disambut dengan rasa
gembira dan syukur. Dan pasangan suami istri tersebut juga telah merencanakan
berapa anak yang dicita-citakan, yang disesuaikan dengan kemampuannya sendiri
dan situasi kondisi masyarakat dan negaranya. Jadi KB dititikberatkan pada
perencanaan, pengaturan, dan pertanggung jawaban orang terhadap anggota-
anggota keluarganya.
B. Hubungan keluarga berencana dan kependudukan
Hubungan Antara keluarga berencana dan kependudukan bisa dilihat dari salah
satu contoh fenomena berikut ini yaitu bahwa badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) memperkirakan jumlah penduduk Indonesia pada
tahun 2011 telah bertambah menjadi 241 juta jiwa lebih. Jika laju pertumbuhan
tidak ditekan maka jumlah penduduk di Indonesia pada 2045 bisa menjadi sekitar
450 juta jiwa, ini berarti satu dari 20 penduduk dunia adalah orang Indonesia.
Jumlah penduduk merupakan masalah yang serius tidak hanya bagi negara-negara
yang sedang berkembang seperti Indonesia tetapi juga bagi negara-negara maju.
Masalah kependudukan telah menjadi masalah yang besar bagi dunia secara
keseluruhan karena menyangkut banyak aspek terutama pada aspek jumlah dan
kualitas.Pertambahan jumlah penduduk yang tanpa kendali dapat menimbulkan
masalah sosial dan ekonomi dengan segala akibatnya. Masalah sosial tersebut
antara lain adalah semakin besarnya kebutuhan akan fasilitas pendidikan,
kesehatan, perumahan, dan sebagainya. Dalam mengatasi masalah ini maka
memasyarakatkan program Keluarga Berencana (KB) kepada seluruh lapisan
masyarakat adalah suatu langkah yang cukup efektif dalam menghambat tingginya
laju pertumbuhan kelahiran dan pemerintah telah melakukan berbagai kebijakan di
antaranya melalui pendidikan, baik pendidikan formal maupun nonformal. Melalui
pendidikan nonformal dilakukan berbagai bentuk kegiatan langsung kepada
masyarakat melalui media massa, penataran-penataran, dan lain-lain. Dari contoh
fenomena diatas dan dari pengertian badan yang menangani mengenai hal tersebut
di Indonesia yaitu Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(disingkat BKKBN) itu sendiri dapat diketahui hubungan antara keluarga
berencana dan kependudukan adalah saling melengkapi satu sama lain dalam
mensukseskan dan melaksanakan tugas di bidang pengendalian penduduk dan
penyelenggaraan keluarga. Jika intensitas kependudukan naik dan diiringi dengan
intensitas yang mengikuti program keluarga berencana naik juga maka tingkat atau
laju pertumbuhan kelahiran akan terkontrol.
Hukum ber-KB bisa menjadi makruh hukumnya bagi pasangan suami istri yang
tidak menghendaki kehamilan si istri, padahal suami istri tersebut tidak ada
hambatan/atau kelainan untuk mempunyai keturunan. Sebab hal yang demikian
bertentangan dengan tujuan perkawinan menurut agama, yakni untuk menciptakan
rumah tangga yang bahagia dan untuk mendapatkan keturunan yang shaleh sebagai
generasi penerus.
Hukum ber-KB juga bisa haram, apabila orang melaksanakan KB dengan cara
yang bertentangan dengan norma agama. Mislnya dengan cara vasektomi
(strelisasi suami) dan abortus (pengguguran).
Menurut Syekh Ibnu Baz, mengkonsumsi pil KB atau ber-KB supaya bisa fokus
bekerja, atau bersenang-senang, atau alasan yang semisalnya, yang diinginkan oleh
para wanita hari ini, maka itu tidak diperbolehkan.
Adapun salah satu ayat-ayat al-quran yang dapat dijadikan sandaran untuk
dibenarkan ber-KB contohnya dalam surat an-nisa ayat 9 yang artinya:
kesejahteraannya. Oleh karena itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada allah dan
hendklah mengucapkan yang benar.”
“Dan kami amanatkan kepada manusia terhadap kedua orang tuanya. Ibunya yang
telah mengandung dalam keadaan lemah dan telah menyapihnya dalam dua tahun.
Bersyukur kepada-KU dan kepada orang tuamu. KepadaKu-lah dan kepada tuamu.
KepadaKu-lah kamu kembali.”
“Orang mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih disukai Allah daripada orang
mukmin yang lemah” (HR. Muslim dari Abu Hurairah ra).
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka penulis
mohon kritik dan saran guna perbaikan untuk masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Fauzi. 2017. Keluarga Berencana Perspektif Islam Dalam Bingkai
Keindonesiaan. JURNAL LENTERA: Kajian Keagamaan, Keilmuan dan
Teknologi. Volume 3, Nomor 1. Diakses 5 Oktober 2020
Zuhdi, Masjfuk. 1996. Masail Fiqhiyah. Jakarta: PT. Toko Gunung Agung.
https://id.wikipedia.org
https://kbbi.kata.web.id
https://www.kelaspintar.id