Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MEMAHAMI KONSEP KELUARGA BERENCANA DAN


KEPENDUDUKAN

DISUSUN OLEH : Prayoga


Sindi kurniati
SEMESTER : 6A
MATA KULIAH : Masa’ilul Fiqh Al-Hadits
DOSEN PENGAMPU : Fitrianah, M.Pd.I

YAYASAN PERGURUAN TINGGI AGAMA ISLAM AL-


KALAM(YPAI)
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH MUARA ENIM
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil ‘alamin, segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT.
Tuhan semesta alam yang telah menghendaki terselesaikannya tugas makalah ini
tepat padawaktunya. Shalawat berbingkai salam tidak lupa juga kami lantunkan
kepada junjungan Nabi kita Nabi Muhammad SAW. Yang telah membawa kita
dari zaman kegelapan menuju zaman terang benderang yakni Islam Rahmatan Lil
‘alamin.

Makalah mata kuliah dengan topik pembahasan “ Memahami konsep keluarga


berencana dan kependudukan” ini di susun dengan ringkas, dengan harapan agar
pembaca dapat memahami dan mengamalkan ilmunya.

Kami menyadari penyusunan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh


karena itu, kami mohon kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
untuk menyempurnakan isi dari pembahasan topik ini. Semoga makalah ini dapat
memberi manfaat bagi kita semua.

Muara Enim, 07 Maret 2023

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................iii

B. Rumusan Masalah ...............................................................iv

C. Tujuan Penulisan .................................................................iv

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi keluarga berencana dan kependudukan ................1

B. Hubungan keluarga berencana dan kependudukan ............4

C. Hukum keluarga berencana dan kependudukan .................5

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ..........................................................................9

B. Saran ...................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................11


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia diciptakan oleh Allah dari segumpal tanah yang atas kehendak-Nya
diperintahkan Malaikat untuk mengambilnya di bumi dan dibentuk sedemikian
rupa sehingga jadilah sesosok manusia, yang akhirnya inilah awal terbentuknya
manusia pertama yang dinamakan Adam. Kemudian, setelah Adam diciptakan
kisah demi kisah akhirnya diciptakannya pula manusia kedua yang memiliki
kelamin beda tapi dari jenis yang sama serta diambil dari tulang rusuk Adam yang
akhirnya dinamakan Hawa. Yang kita ketahui bersama tujuan diciptakan manusia
kedua yang dinamakan Hawa ini adalah sebagai bentuk rasa kasih sayang Allah
agar Adam memiliki teman di surga. Akan tetapi, setelah Adam dan Hawa
dipindahkan ke dunia yang berbeda yaitu bumi, disinilah awal manusia
berkembang biak dan memiliki keturunan yang banyak. Kejadian ini merupakan
fitrah dan kehendak Allah untuk manusia memiliki keturunan dengan cara yang
Allah tentukan dengan tujuan agar terciptanya kehidupan yang didasari atas rasa
kasih dan sayang sehingga terciptalah kebahagiaan, ketentraman dan kesejahteraan
di muka bumi khususnya bagi manusia. Hal ini merupakan perintah tersirat bahwa
manusialah yang memilki kewajiban menjaga dan melestarikan bumi sebagai
wadah kehidupan mereka. Maka dari itu, dari tema ini yang berjudul “Keluarga
Berencana dan Kependudukan Dalam Islam” sangat menarik untuk dibahas karena
merupakan hal baru di era melenium yang harus kita cari hukumnya. Hal ini
merupakan konsep dan metode dalam menyelesaikan masalah terkini di dalam

kehidupan manusia dalam menyikapi perubahan khususnya perkembangan


manusia dari segi jumlahnya di Negara-negara berkembang. Oleh karena itu,
apakah metode baru tersebut yang kita ketemukan pada masa kita ini sesuai dengan
hukum yang Allah tentukan atau tidak, sehingga kita pun tidak melakukan hal yang
dilarang oleh-Nya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari keluarga berencana dan kependudukan?

2. Bagaimana hubungan keluarga berencana dan kependudukan?

3. Bagaimana hukum keluarga berencana dan kependudukan?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi dari keluarga berencana dan kependuduka

2. Untuk Mengetahui hubungan keluarga berencana dan kependudukan.

3. Untuk Mengetahui hukum keluarga berencana dan kependudukan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi dari keluarga berencana dan kependudukan

1. Definisi kependudukan

Kependudukan atau demografi adalah ilmu yang mempelajari dinamika


kependudukan manusia, meliputi di dalamnya ukuran, struktur, dan distribusi
penduduk, serta bagaimana jumlah penduduk berubah setiap waktu akibat
kelahiran, kematian, migrasi, serta penuaan. Analisis kependudukan dapat merujuk
masyarakat secara keseluruhan atau kelompok tertentu yang didasarkan kriteria
seperti pendidikan, kewarganegaraan, agama, atau etnisitas tertentu.

Dari data-data yang didapat menunjukkan :

1. Bahwa penyebaran dan kepadatan penduduk Indonesia tidak merata, sebab


lebih dari 60% penduduk Indonesia tinggal di pulau Jawa yang luasnya hanya 7%
dari tanah air.

2. Bahwa dalam masa 50 tahun terakhir ini (tahun 1930-1980) pertumbuhan


penduduk Indonesia mengalami kenaikan yang cukup tinggi, yaitu 1,5% untuk
tahun 1930-1961, 2,1% untuk tahun 1961-1971 dan 2,3% untuk tahun 1971-1980.

Fakta-fakta tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan program transmigrasi dan


keluarga berencana belum berhasil sebagaimana diharapkan, padahal pemerintah
telah mencanangkan program kependudukan dan keluarga berencana yang
mempunyai tujuan demografis, yakni penurunan tingkat pertumbuhan penduduk
sebanyak 50% pada tahun 1990 dari keadaan tahun 1970. Itu berarti laju
pertumbuhan penduduk Indonesia bisa ditekan sampai sekitar 1% pertahun sejak
tahun 1990. Sudah tentu program nasional Kependudukan dan Keluarga Berencana
(KKB) itu hanya bisa berhasil dengan baik, apabila respon yang positif dari seluruh

lapisan masyarakat, baik dari kalangan pribumi (warga negara asli) atau WNI
keturunan asing dan warga negara asing yang tinggal di Indonesia.

Mengingat umat Islam di Indonesia merupakan kelompok mayoritas maka respon


positif dan partisifatif aktif dari para ulama dan cendikiawan Muslim sangat
diharapkan, demi suksesnya program nasional KKB ini. Sebab fatwa mereka
sebagai informal leader sangat diperhatikan oleh umat Islam, karena pelaksanaan
program KKB ini tidak hanya menyangkut aspek media, sosial ekonomi dan
budaya saja, melainkan juga berkaitan dengan aspek agama yang cukup sensitif,
yakni masalah hukum halal atau haramnya.

Karena itu, Majelis Ulama Indonesia sebagai lembaga yang menyuarakan aspirasi
umat Islam harus berani mengeluarkan fatwa tentang program KKB, terutama
hukum, ber-KKB dan cara-cara kontrasepsi yang mana benar-benar boleh dan
haram, dan juga pandangan Islam terhadap gagasan melembagakan Norma
Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) yang hanya menghendaki catur warga
untuk setiap keluarga.

Namun, fatwa-fatwa agama baik oleh MUI, lembaga lainnya, atau oleh ulama
perorangan harus berdasarkan dalil-dali agama yang cukup kuat dengan
memperhatikan situasi dan kondisi bangsa Indonesia serta budayanya, dan bukan
fatwa untuk sekedar legitimasi guna memenuhi pesan sponsor.

2. Definisi Keluarga Berencana ( KB )

KB seperti yang telah diketahui adalah singkatan dari Keluarga Berencana.


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997), maksud daripada ini adalah:
Gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera dengan
membatasi kelahiran. Keluarga Berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah
dan jarak anak yang di inginkan. Keluarga berencana juga dapat diartikan
perencanaan kehamilan, sehingga kehamilan itu terjadi pada waktu seperti yang
diinginkan, jarak antara kelahiran diperpanjang, untuk membina kesehatan yang
sebaik – baiknya bagi seluruh anggota keluarga, apabila jumlah anggota keluarga
telah mencapai jumlah yang dikehendaki. Adapun yang dimaksud dengan keluarga
disini, ialah suatu kesatuan sosial yang terkecil dalam masyarakat, yang di ikat
oleh tali perkawinan yang sah. Jadi keluarga disini ialah keluarga inti yang
menurut istilah di jawa batih, atau menurut istilah inggris “nuclear family”, yang
terdiri dari suami-istri dan anak-anak.

Keluarga berencana adalah istilah resmi yang di pakai di dalam lembaga lembaga
Negara kita seperti badan koordinasi keluarga berencana nasional (BKKBN).
Istilah KB mempunya arti yang sama dengan istilah umum yang dipakai di dunia
internasional yakni family planning atau planned parenthood, seperti International
Planned Parenthood Federation (IPPF), nama sebuah organisasi KB tingkat
internasional dengan kantor pusatnya di London. Keluarga berencana juga
mempunyai arti yang sama dengan istilah pengaturan keturunan/kelahiran dan
bukan pembatasan kelahiran. KB family planning atau planned parenthood berarti
pasangan suami istri telah mempunyai perencanaan yang kongkrit mengenai kapan
anak-anaknya di harapkan lahir agar setip anaknya lahir disambut dengan rasa
gembira dan syukur. Dan pasangan suami istri tersebut juga telah merencanakan
berapa anak yang dicita-citakan, yang disesuaikan dengan kemampuannya sendiri
dan situasi kondisi masyarakat dan negaranya. Jadi KB dititikberatkan pada
perencanaan, pengaturan, dan pertanggung jawaban orang terhadap anggota-
anggota keluarganya.
B. Hubungan keluarga berencana dan kependudukan

Keluarga berencana seperti yang telah dijelaskan ialah perencanaan kehamilan,


sehingga kehamilan itu terjadi pada waktu seperti yang diinginkan, jarak antara
kelahiran diperpanjang, untuk membina kesehatan yang sebaik – baiknya bagi
seluruh anggota keluarga, apabila jumlah anggota keluarga telah mencapai jumlah
yang dikehendaki. Sedangkan kependudukan merupakan berbagai hal yang
berkaitan dengan jumlah, struktur, umur, jenis kelamin, agama, kelahiran,
perkawinan, kehamilan, kematian, persebaran, mobilitas dan kualitas serta
ketahanannya yang menyangkut politik, ekonomi, sosial dan budaya.

Hubungan Antara keluarga berencana dan kependudukan bisa dilihat dari salah
satu contoh fenomena berikut ini yaitu bahwa badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) memperkirakan jumlah penduduk Indonesia pada
tahun 2011 telah bertambah menjadi 241 juta jiwa lebih. Jika laju pertumbuhan
tidak ditekan maka jumlah penduduk di Indonesia pada 2045 bisa menjadi sekitar
450 juta jiwa, ini berarti satu dari 20 penduduk dunia adalah orang Indonesia.
Jumlah penduduk merupakan masalah yang serius tidak hanya bagi negara-negara
yang sedang berkembang seperti Indonesia tetapi juga bagi negara-negara maju.
Masalah kependudukan telah menjadi masalah yang besar bagi dunia secara
keseluruhan karena menyangkut banyak aspek terutama pada aspek jumlah dan
kualitas.Pertambahan jumlah penduduk yang tanpa kendali dapat menimbulkan
masalah sosial dan ekonomi dengan segala akibatnya. Masalah sosial tersebut
antara lain adalah semakin besarnya kebutuhan akan fasilitas pendidikan,
kesehatan, perumahan, dan sebagainya. Dalam mengatasi masalah ini maka
memasyarakatkan program Keluarga Berencana (KB) kepada seluruh lapisan
masyarakat adalah suatu langkah yang cukup efektif dalam menghambat tingginya
laju pertumbuhan kelahiran dan pemerintah telah melakukan berbagai kebijakan di
antaranya melalui pendidikan, baik pendidikan formal maupun nonformal. Melalui
pendidikan nonformal dilakukan berbagai bentuk kegiatan langsung kepada
masyarakat melalui media massa, penataran-penataran, dan lain-lain. Dari contoh
fenomena diatas dan dari pengertian badan yang menangani mengenai hal tersebut
di Indonesia yaitu Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(disingkat BKKBN) itu sendiri dapat diketahui hubungan antara keluarga
berencana dan kependudukan adalah saling melengkapi satu sama lain dalam
mensukseskan dan melaksanakan tugas di bidang pengendalian penduduk dan
penyelenggaraan keluarga. Jika intensitas kependudukan naik dan diiringi dengan
intensitas yang mengikuti program keluarga berencana naik juga maka tingkat atau
laju pertumbuhan kelahiran akan terkontrol.

C. Hukum keluarga berencana dan kependudukan

Ber-KB dalam pengertian untuk mencegah kehamilan akibat hubungan badan


suami-istri telah dikenal sejak masa Nabi Muhammad, dengan perbuatan yang
sekarang dikenal dengan coitus-interuptus, yakni jima terputus, yaitu melakukan
ejakulasi (inzal al-mani) di luar vagina 4 (faraj) sehingga sperma tidak bertemu
dengan indung telur istri. Di dalam Al-Qur’an dan hadits yang merupakan sumber
pokok hukum Islam dan yang menjadi pedoman hidup (way of life) bagi umat
Islam, tidak ada nas yang sharih yang melarang ataupun yang memerintahkan ber-
KB harus dikembalikan kepada kaidah hukum islam (qaidah fiqhiyah) yang
menyatakan :
“Pada dasarnya segala sesuatu / perbuatan itu boleh, kecuali ada dalil yang
menunjukkan keharamannya”.

Kalau seorang muslim melakasanakan KB dengan motivasi yang hanya bersipat


pribadi, misalnya ber-KB untuk menjarangkan kehamilan/kelahiran, atau untuk
menjaga kesehatan, kesegaran, kelangsingan badan si ibu, hukumnya boleh saja.
Tetapi kalau seseorang ber-KB disamping punya motivasi yang bersipat pribadi
seperti untuk kesejahteraan keluarga, juga ia punya motivasi yang bersipat kolektif
dan nasional,seperti untuk kesejahteraan masyarakat maka hukumnya bisa sunah
atau wajib, tergantung kepada keadaan masyarakat dan Negara, misalnya mengenai
kependudukannya, apakah sudah benar-benar overpofulated (terlalu padat
pendudukny), atau mengenai wilayahnya untuk tanah pemukiman tanah
pertanian/industry/pendidikan dan sebagainya sudah benar-benar
overloaded(terlalu sarat/penuh dan berat), sehingga wilayah yang bersangkutan itu
tidak mampu mendukung kebutuhan hidup penduduknya secara normal.

Hukum ber-KB bisa menjadi makruh hukumnya bagi pasangan suami istri yang
tidak menghendaki kehamilan si istri, padahal suami istri tersebut tidak ada
hambatan/atau kelainan untuk mempunyai keturunan. Sebab hal yang demikian
bertentangan dengan tujuan perkawinan menurut agama, yakni untuk menciptakan
rumah tangga yang bahagia dan untuk mendapatkan keturunan yang shaleh sebagai
generasi penerus.

Hukum ber-KB juga bisa haram, apabila orang melaksanakan KB dengan cara
yang bertentangan dengan norma agama. Mislnya dengan cara vasektomi
(strelisasi suami) dan abortus (pengguguran).
Menurut Syekh Ibnu Baz, mengkonsumsi pil KB atau ber-KB supaya bisa fokus
bekerja, atau bersenang-senang, atau alasan yang semisalnya, yang diinginkan oleh
para wanita hari ini, maka itu tidak diperbolehkan.

Adapun salah satu ayat-ayat al-quran yang dapat dijadikan sandaran untuk
dibenarkan ber-KB contohnya dalam surat an-nisa ayat 9 yang artinya:

“Dan hendaklah orang-orang merasa khawatir kalau mereka meninggalkan


dibelakang mereka anak cucu yang lemah, yang mereka khawatir terhadap

kesejahteraannya. Oleh karena itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada allah dan
hendklah mengucapkan yang benar.”

Dan surat Luqman ayat 14 yang artinya :

“Dan kami amanatkan kepada manusia terhadap kedua orang tuanya. Ibunya yang
telah mengandung dalam keadaan lemah dan telah menyapihnya dalam dua tahun.
Bersyukur kepada-KU dan kepada orang tuamu. KepadaKu-lah dan kepada tuamu.
KepadaKu-lah kamu kembali.”

Mengenai hadis-hadis nabi yang dapat dijadikan dalil untuk membenarkan KB


antara lain sebagai berikut :

“Sesungguhnya lebih baik bagimu meninggalkan ahli warismu dalam keadaan


kecukupan daripada meninggalkan mereka menjadi beban tanggungan orang
banyak” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Saad bin Abi Waqqash ra).

“Orang mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih disukai Allah daripada orang
mukmin yang lemah” (HR. Muslim dari Abu Hurairah ra).

Mengenai keluarga berencana, terjadi silang pendapat mengenai hukum ber-KB


dikalangan para ulama di antara mereka ada yang membolehkan dan ada pula yang
melarangnya. Pencegah kehamilan dan alat kontrasepsi dapat digunakan jika ada
sebab yang dibenarkan dalam syariat, maka dalam menggunakannya harus
diperhatikan beberapa hal berikut:

1. Sebelum menggunakan alat kontrasepsi atau obat anti hamil hendaknya


berkonsultasi dengan seorang dokter muslim yang dipercaya agamanya, sehingga
dia tidak gampang membolehkan hal ini, karena hukum asalnya adalah haram,
sebagaimana penjelasan yang lalu. Ini perlu ditekankan karena tidak semua dokter
bisa diper-caya, dan banyak di antara mereka yang dengan mudah membolehkan
pencegahan kehamilan (KB) karena ketidakpahaman terhadap hukum-hukum
syariat Islam, sebagaimana ucapan Syaikh Shaleh alFauzan di atas.

2. Pilihlah alat kontrasepsi yang tidak membahayakan kesehatan, atau minimal


yang lebih ringan efek samping-nya terhadap kesehatan.

3. Usahakanlah memilih alat kontrasepsi yang ketika memakai atau memasangnya


tidak mengharuskan terbu-kanya aurat besar (kemaluan dan dubur/anus) di
hadapan orang yang tidak berhak melihatnya, karena aurat besar wanita hukum
asalnya hanya boleh dilihat oleh suaminya. Akan tetapi, untuk alas an darurat dan
demi kemaslahatan yang lebih besar maka dapat dilihat oleh petugas kesehatan
yang ditunjuk secara resmi, dan petugasnya sedapat mungkin dari kalangan
perempuan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Keluarga berencana juga dapat diartikan perencanaan kehamilan, sehingga


kehamilan itu terjadi pada waktu seperti yang diinginkan, jarak antara kelahiran
diperpanjang, untuk membina kesehatan yang sebaik – baiknya bagi seluruh
anggota keluarga, apabila jumlah anggota keluarga telah mencapai jumlah yang
dikehendaki. Hubungan antara keluarga berencana dan kependudukan adalah
saling melengkapi satu sama lain dalam mensukseskan dan melaksanakan tugas di
bidang pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga. Jika intensitas
kependudukan naik dan diiringi dengan intensitas yang mengikuti program
keluarga berencana naik jugala maka tingkat atau laju pertumbuhan kelahiran akan
terkontrol. Ber-KB dalam pengertian untuk mencegah kehamilan akibat hubungan
badan suami-istri telah dikenal sejak masa Nabi Muhammad, Kalau seorang
muslim melakasanakan KB dengan motivasi yang hanya bersipat pribadi, misalnya
ber-KB untuk menjarangkan kehamilan/kelahiran hukumnya boleh saja. Kalau
seseorang ber-KB disamping punya motivasi yang bersipat pribadi seperti untuk
kesejahteraan keluarga, juga ia punya motivasi yang bersipat kolektif dan
nasional,seperti untuk kesejahteraan masyarakat maka hukumnya bisa sunah atau
wajib, Hukum ber-KB bisa menjadi makruh hukumnya bagi pasangan suami istri
yang tidak menghendaki kehamilan si istri. Serta Hukum ber-KB juga bisa haram,
apabila orang melaksanakan KB dengan cara yang bertentangan dengan norma
agama.
B. Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka penulis

mohon kritik dan saran guna perbaikan untuk masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Fauzi. 2017. Keluarga Berencana Perspektif Islam Dalam Bingkai
Keindonesiaan. JURNAL LENTERA: Kajian Keagamaan, Keilmuan dan
Teknologi. Volume 3, Nomor 1. Diakses 5 Oktober 2020

Umar, Muhammad Samih. 2016. Fikih Kontemporer Wanita dan Pernikahan.


Terjemahan oleh Ibnu Abdil Bari. Solo: PT. Aqwam Media Profetika.

Yusuf, Muhammad. 2017. MASAIL FIQHIYAH; Memahami Permasalahan


Kontemporer. CV. Jakarta: Gunadarma Ilmu.

Zuhdi, Masjfuk. 1996. Masail Fiqhiyah. Jakarta: PT. Toko Gunung Agung.

https://id.wikipedia.org

https://kbbi.kata.web.id

https://www.kelaspintar.id

Anda mungkin juga menyukai