Anda di halaman 1dari 13

KAJIAN KLINIK KEISLAMAN DENGAN KASUS HUKUM KELUARGA

BERENCANA (KB)

Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Pembelajaran Praktek Klinik Stase Maternitas

DI SUSUN OLEH:

1. Anaeni Nurhidayah
2. Anisa Apri M.
3. Desi Fitria H.
4. Dina Mauliya
5. Eka Nur R.
6. Endy Tito Irawan

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM PROFESI NERS SEKOLAH


TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG

2019 / 2020

i
DAFTAR ISI

JUDUL .......................................................................................................... ......i

DAFTAR ISI ......................................................................................................ii

BAB 1 LAPORAN PENDAHULUAN ............................................................. 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1


1.2 Rumusan masalah ........................................................................................ 1
1.3 Tujuan ......................................................................................................... 1

BAB II TINJAUAN KASUS ........................................................................... 3

BAB III KAIDAH DAN HUKUM .................................................................. 4

BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Agama Islam merupakan agama yang sempurna, dengan adanya kemajuan
teknologi dan ilmu pengetahuan yang pesat dikalangan masyarakat Islam saat ini.Islam
menganjurkan untuk tetap berpegang teguh kepada ajaran Islam dan sumber Islam yaitu
Al-Qur’an dan Hadis. Masyarakat Islam sebagai suatu bagian yang tidak terpisahkan dari
dunia, tidak bisa melepaskan diri dari persoalan-persoalan yang menyangkut kedudukan
hukum suatu persoalan. Persoalan-persoalan baru yang status hukumya sudah jelas dan
tegas dinyatakan secara eksplisit dalam Al-Qur’an dan Hadis, yang sudah diyakini bahwa
tidak akan menimbulkan pro dan kontra dikalangan masyarakat Islam. Akan tetapi, untuk
persoalan-persoalan yang belum jelas status hukumnya dalam kedua sumber hukum itu,
menuntut para ulama untuk memberikan solusi dan jawaban yang tepat agar hukum Islam
menjadi responsiv dan dinamis.
Setiap pasangan yang sudah memasuki pintu gerbang kehidupan berkeluarga
melalui perkawinan bertujuan untuk membentuk sebuah keluarga yang bahagia, sejahtera
lahir batin yang disebut dengan keluarga sakinah. Dari keluarga yang seperti ini kelak
akan mewujudkan keluarga yang rukun, damai, adil dan makmur baik secara material
maupun spiritual. Berbicara mengenai perkawinan tentunya kurang lengkap apabila tidak
ada keturunan karena salah satu tujuan dari perkawinan adalah untuk mendapatkan
keturunan, akan tetapi keturunan yang berkualitas tentunya.
Anak merupakan harapan atau cita-cita dari sebuah perkawinan. Berapa jumlah
anak yang diinginkan tergantung dari keluarga itu sendiri. Dengan demikian keputusan
untuk memiliki sejumlah anak adalah sebuah pilihan. Selain itu pemeliharaan kesehatan
reproduksi suami isteri sebagai keluarga mempunyai hak untuk menentukan tindakan
yang terbaik yang berkaitan dengan fungsi dan proses memfungsikan alat reproduksinya.
Segala sesuatu yang mempengaruhi sikap dan perilaku dalam berbagai bentuk anjuran,
meskipun dengan tujuan yang mulia akan tetapi tetap keputusan pilihan ada pada suami
dan isteri. Walaupun pada hakikatnya memang Allah SWT yang menentukan. Salah satu
cara untuk merencanakan jumlah dan waktu kehamilan adalah dengan melalui Keluarga
Berencana.
Sebagian besar masyarakat kita sudah mengambil program keluarga berencana
tersebut seperti yang sudah dianjurkan oleh pemerintah dalam amandemen UU Daerah

1
pada tanggal 26 September 2014, yang menjadikan kembali program kependudukan dan
keluarga berencana di Indonesia dengan tujuan berkembangnya generasi yang berkualitas.
Maka dari itu, posisi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana) menjadi penting
karena akan berhadapan dengan kependudukan nasional ke depan melalui BP4 (Badan
Penasihat Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan) dengan mencoba menyumbangkan
pemikiran berkaitan dengan upaya membentuk keluarga yang sakinah.
Johan Suban Tukan mengatakan dalam bukunya Thomas Robert Malthus bahwa
jumlah penduduk bertambah secara geometris, sedangkan persediaan makanan bertambah
secara aritmatik. Adapun sebab-sebab perkembangkan penduduk menjadi pesat adalah
kemajuan ilmu pengetahuan khususnya kedokteran. Membuat jumlah kematian bayi
menurun, penyakit anak-anak dengan mudah bisa disembuhkan. Kemajuan ilmu gizi
membuat manusia lebih tahan hidup dan bisa mencapai usai panjang. Metalitas keluarga
pola lama masih berlaku di banyak Negara, “Banyak Anak Banyak Rejeki”. Anak adalah
berkat orang tua, orang akan malu apabila tidak memiliki keturunan. Salah satu tujuan
dari perkawinan adalah untuk mencapai suatu kebahagiaan dan mengembangkan
keturunan dan tercapainya sakinah dalam keluarga. Serta untuk memelihara berlakunya
hubungan biologis antara pria dan wanita dalam rangka untuk mengembangkan keturunan
yang suci. Mengenai hal ini, maka Rasulullah telah menganjurkan kepada kita supaya
menikahi perempuan-perempuan yang subur untuk melahirkan keturunan.
1.2 Rumusan Masalah
Dari identifikasi di atas akan menimbulkan berbagai penelitian yang
dapat dikaji dan dibahas sebagai berikut ini :
1. Apa itu keluarga berencana (KB)?
2. Bagaimana hukum keluarga berencana dalam pandangan Islam?
3. Bagaimana pandangan ulama tentang keluarga berencana?
4. Tujuan dan Alat-alat keluarga berencana?
5. Apa manfaat keluarga berencana?
1.3 Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui hokum KB menurut pandangan Islam
2. Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui keluarga berencana (KB)
2) Untuk mengetahui hukum keluarga berencana dalam Islam
3) Untuk mengetahui pandangan Ulama tentang keluarga berencana
2
4) Untuk mengetahui tujuan dan alat- alat keluarga berencana
5) Untuk mengetahui manfaat keluarga berencana

3
BAB II

TINJAUAN KASUS

2.1 Kasus
Pasien datang ke RSUD Prof.DR Margono Soekarjo Purwokerto dengan
keluhan nyeri post persalinan dikarenakan waktu persalinan dilakukan episiotomy
dan ada jahitan diperinium karena robekan tersebut. Status obstetric P1A0 dengan
usia kehamilan 39 minggu, pasien dibawa langsung menuju ruang bersalin.
Ketuban pecah langsung kurang lebih 15 menit setelah datang ke rumah sakit,
persalinan kurang lebih satu jam, dan saat bayi telah lahir, bidan yang bertugas
memotivasi klien dan keluarga klien untuk dilakukan pemasangan KB,
pemasangan KB disetujui langsung oleh suami klien dan juga klien. Jenis KB
yang dipasang ialah KB IUD.

4
BAB III

TINJAUAN HUKUM / KAIDAH TEORI

3.1 Pengertian Keluaga Berencana

Keluarga berencana adalah istilah resmi yang dipakai dalam lembaga - lembaga
Negara seperti BKKBN (Badan Koordinsi Keluarga Berencana Nasional). Keluarga
berencana memiliki istilah yang sama dengan istilah umum yang digunakan di dunia
internasional yaitu Family Planning. Keluarga berencana atau family planning atau yang
dalam bahasa Arab memiliki istilah tanzim>u al-nas>l (pengaturan keturunan atau
kelahiran) memiliki arti pasangan suami isitri yang mempunyai rencana konkrit
mengenai kapan anak-anaknya diharapkan lahir agar setiap anaknya yang lahir disambut
dengan bahagia dan syukur.

Keluarga berencana dititik beratkan kepada perencanaan, pengaturan, dan


pertanggung jawaban orang tua kepada anggota keluarganya, supaya secara mudah dan
sistematis dapat mewujudkan suatu keluarga yang sakinah, mawadah, dan warahmah.
Maka dari itu perlu dilakukan berbagai cara dan upaya supaya dalam kegiatan hubungan
suami istri tidak terjadi kehamila.

Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasutri untuk
mendapatkan objektif - objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,
mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval di antara kehamilan dan
menentukan jumlah anak dalam keluarga. Mahmud Syaltut mendefinisikan keluarga
berencana sebagai pengaturan dan penjarangan kelahiran atau usaha mencegah
kehamilan sementara atau bahkan untuk selama - lamanya sehubungan dengan situasi
dan kondisi tertentu, baik bagi keluarga yang bersangkutan maupun untuk kepentingan
masyarakat dan negara.

Istilah keluarga Berencana ada yang mengartikan sebagai suatu ikhtiar untuk usaha
yang disengaja untuk mengatur kehamilan dan keluarga, dengan tidak melawan hukum
agama, undang-undang negara, dan moral pancasila untuk mencapai kesejahteraan
bangsa dan negara pada umumnya. Dengan kata lain, keluarga betencana merupakan
suatu ikhtiar atau upaya manusia untuk mengatur jumlah anggota keluarga disesuaikan
dengan minat orang tua, segi-segi sosial, pendidikan, ekonomi, kesejahteraan hidup dan
kepadatan penduduk dimana mereka tinggal.
5
Keluarga berencana adalah pengaturan penjarangan kehamilan untuk kesejahteraan
bukan sebagai pencegahan kehamilan untuk membatasi kelahiran, yaitu dengan cara
mengeluarkan sperma di luar lubang rahim yang tentunya ini sudah menjadi kesepakatan
antara suami dan istri. Menurut Majlis Ulama Indonesia (MUI) keluarga berencana
adalah suatu ikhtiar atau usaha manusia dalam mengatur kehamilan dalam keluarga
dengan cara tidak melawan hukum agama, undang-undang Negara dan moral pancasila,
demi untuk mendapatkan kesejahteraan keluarga yang sakinah, mawaddah, dan
warahmah.

Keluarga berencana merupakan sebuah masalah suka rela bukan masalah paksaan
dan harus ada persetujuan antara suami dan istri yang bersangkutan. Dari definisi
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa keluarga berencana adalah suatau pengaturan
perencanaan kelahiran dengan melakukan alat atau suatu cara yang dapat mencegah
kehamilan. Keluarga berencana bukanlah Birth Control atau tahdi>d al-nas>l yang
konotasinya pembatasan, yang mana banyak bertentangan dengan tujuan pernikahan
yaitu memiliki banyak keturunan.

3.2 Hukum Keluarga Berencana Dalam Islam


Dasar hukum KB yang bersumber dari Al-Quran dan Al-Hadits. Dalam Al-Quran
banyak sekali ayat yang berkaitan dengan KB diantaranya:
a. Q. S. An-Nisa’ ayat 9:
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir
terhadap (kesejahteraan) mereka.Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa
kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar.
Ali bin Abi Thalhah berkata dari Ibnu Abbas: “Ayat ini berkenaan dengan
seorang laki-laki yang meninggal, kemudian seseorang mendengar ia
memerintahkan wasiat yang membahayakan ahli warisnya, maka Allah Swt
memerintahkan orang yang mendengarnya untuk bertakwa kepada Allah Swt serta
membimbing dan mengarahkannya pada kebenaran. Maka hendaklah ia berusaha
menjaga ahli waris orang tersebut, sebagaimana ia senang melakukannya kepada
ahli warisnya sendiri apabila ia takut mereka disia-siakan. Demikianlah pendapat
Mujahid dan para ulama lainnya.

6
b. Surat Q. S. Al-Qashash ayat 77
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah
telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka)
bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan
c. Surat Q. S. Al-Baqarah ayat 233
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh,
yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi
makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara makruf. Seseorang tidak dibebani
melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita
kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun
berkewajiban demikian.Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun)
dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas
keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada
dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut.
Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa
yang kamu kerjakan.
Dari ayat-ayat di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa petunjuk yang
perlu dilandaskan dalam keluarga berencana antara lain, menjaga kesehatan istri,
mempertimbangkan kepentingan anak, memperhitungkan biaya hidup berumah
tangga. Telah bercerita kepada kami Abu Nu'aim telah bercerita kepada kami
Sufyan dari Sa'ad bin Ibrahim dari 'Amir bin Sa'ad dari Sa'ad bin Abi Waqosh
radliallahu 'anhu berkata:

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam datang menjengukku (saat aku sakit)


ketika aku berada di Makkah".Dia tidak suka bila meninggal dunia di negeri
dimana dia sudah berhijrah darinya.Beliau bersabda; "Semoga Allah merahmati
Ibnu 'Afra'". Aku katakan: "Wahai Rasulullah, aku mau berwasiat untuk
menyerahkan seluruh hartaku". Beliau bersabda: "Jangan". Aku katakan:
"Setengahnya" Beliau bersabda: "Jangan". Aku katakan lagi: "Sepertiganya".
Beliau bersabda: "Ya, sepertiganya dan sepertiga itu sudah banyak.
Sesungguhnya jika kamu meninggalkan ahli warismu dalam keadaan kaya
itu lebih baik daripada kamu meninggalkan mereka dalam keadaan miskin lalu

7
mengemis kepada manusia dengan menengadahkan tangan mereka.Sesungguhnya
apa saja yang kamu keluarkan berupa nafkah sesungguhnya itu termasuk shadaqah
sekalipun satu suapan yang kamu masukkan ke dalam mulut istrimu dan semoga
Allah mengangkatmu dimana Allah memberi manfaat kepada manusia melalui
dirimu atau memberikan madharat orang-orang yang lainnya".Saat itu dia (Sa'ad)
tidak memiliki ahli waris kecuali seorang anak perempuan.”
Hadits ini menjelaskan bahwa suami istri harus mempertimbangkan tentang
kebutuhan rumah tangga ketika keduanya masih hidup, jangan sampai anak-anak
akan menjadi beban bagi orang lain. Dengan demikian pengaturan kelahiran anak
hendaknya dipikirkan bersama.

3.3 Pandangan Ulama Tentang Keluarga Berencana

3.4 Tujuan Dan Jenis – Jenis Keluarga Berencana

1. Tujuan Keluarga Berencana


Program KB memiliki tujuan untuk mewujudkan Norma Keluarga Kecil yang
Bahagia dan Sejahtera (NKKBS). Dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan keluarga
berencana adalah:
a. Meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak serta
keluarga dan bangsa pada umumnya.
b. Meningkatkan martabat kehidupan rakyat dengan cara menurunkan angka
kelahiran, sehingga pertambahan penduduk tidak melebihi kemampuan
negara untuk meningkatkan produksi.
c. Melembagakan dan membudayakan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan
Sejahtera (NKKBS) sebagai pola hidup keluarga dalam rangka usaha
mendukung keberhasilan program pembangunan manusia seutuhnya yang
sekaligus mendukung program pengendalian laju pertambahan penduduk
Indonesia.
2. Jenis – jenis Keluarga Berencana
Menurut Hartono, ada beberapa jenis kontrasepsi, di antaranya: kontrasepsi
hormonal oral, kontrasepsi hormonal jangka panjang, AKDR
a. Kontrasepsi Hormonal Oral

8
Kontrasepsi ini mengandung estrogen atau progestin atau gabungan estrogen
dan progestin.Kontrasepsi hormonal oral dewasa ini banyak tersedia untuk
penggunaan klinik. Preparat-preparat ini bervariasi secara kimiawi dan banyak
mempunyai kemiripan satu sama lain, tetapi tetap mempunyai perbedaan yang
jelas.
Tipe sediaan kontrasepsi hormonal oral, yaitu:
1. Pil kombinasi estrogen dan progestin
2. Pil sekuensial, pemberian estrogen yang disusul oleh kombinasi estrogen
dan progestin
3. Pemberian progestin yang terus-menerus tanpa disertai pemberian
estrogen
4. Trifasik, terdiri dari 3 fase pemberian :

Fase I : 6 tablet @ 30 µgEE

Mekanisme kerja kontrasepsi hormonal oral Kombinasi estrogen,


progestin, dan sediaan sekuensial bekerja terutama untuk mencegah ovulasi.
Sediaan kombinasi yang mengandung estrogen dan progestin juga
menimbulkan perubahan-perubahan pada mucus serviks, endometrium dan
motilitas tuba falopii serta sekresinya.

Pil Kombinasi:

1. Bekerja melalui inhibisi umpan balik pada hipotalamus untuk menekan


GnRH & sekresi gonadotropin plasma sehingga memblok ovulasi.
2. Menyebabkan endometrium tidak siap menerima janin dengan mengubah
motilitas tuba fallopi sehingga mengubah komposisi mukus serviks.

Jika obat diberikan secara tunggal, efeknya menurun sehingga tidak


menghambat ovulasi. Pil progesteron bekerja dengan cara menyebabkan
endometrium tidak siap menerima janin dengan mengubah motilitas tuba
fallopi sehingga mengubah komposisi mukus serviks sehingga hanya
memblok ±25% ovulasi.

b. Kontrasepsi Hormonal Jangka Panjang


1. Suntikan KB

9
Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi hormonal jenis suntikan yang
dibedakan menjadi duamacam yaitu DMPA . Kontrasepsi Suntik Depot
Medroksiprogesteron Asetat hormone esterogen. Dosis yang diberikan 150
mg/ml depotmedroksiprogesteron asetat yang disuntikkan secara
intramuscular.
Keuntungan suntikan KB:
a. Pemberiannya sederhana setiap 8 sampai 12 minggu
b. Tingkat efektivitasnya tinggi
c. Hubungan seks dengan suntikan KB bebas
d. Pengawasan medis yang ringan
e. Dapat dipakai-diberikan pasca persalinan, pasca keguruan atau
pasca menstruasi
f. Tidak menggangu pengeluaran laktasi dan tumbuh kembang
bayi
g. Suntikan KB Cyclofem diberikan setiap bulan dan peserta KB
akan mendapatkan menstruasi
Kerugian suntikan KB:
a. Perdarahan yang tidak menentu
b. Terjadi amenorea menyebabkan peserta KB menghentikan
suntikan KB.
2. Susuk KB (Norplant atau Implant)
Susuk KB yang diperkenalkan di Indonesia sejak 1982 dapat diterima
masyarakat sehingga Indonesia merupakan negara terbesar pemakai
norplant. Susuk KB disebut alat KB bawah kulit. Kini sedang diuji coba
susuk KB satu kapsul yang disebut implanon.
Keuntungan metode susuk KB:
a. Dipasang selama lima tahun
b. Kontrol medis ringan
c. Dapat dilayani di daerah pedesaan
d. Penyulit medis tidak terlalu tinggi
e. Biaya ringan
Kerugian metode susuk KB:
a. Menimbulkan gangguan menstruasi, yaitu tidak mendapat
menstruasi dan perdarahan yang tidak teratur.

10
b. Berat badan bertambah
c. Menimbulkan akne, ketegangan payudara
d. Liang senggama terasa kering.
3. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim AKDR / Intra Uterine Device ( IUD)
Alat ini terdiri dari plastik dan tembaga kecil yang dimasukkan ke
dalam Rahim. Alat ini akan menghentikan proses pembuahan sel telur di
Rahim. AKDR sangat efektif mencegah kehamilan dan bisa dipakai selama
4-5 tahun.
4. Metode Kontap (Kontrasepsi Mantap)
a. Metode Operasi Wanita (Tubektomi)
b. Metode Operasi Pria (vasektomi)

3.5 Manfaat Keluarga Berencana

11

Anda mungkin juga menyukai