Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MAKALAH

PANDANGAN ISLAM TERHADAP HUKUM KELUARGA BERENCANA


(FAMILY PLANNING)

Disusun oleh:

DEVI RANO HERVINA


211F106005

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA SUBANG

PROGRAM STUDI D-3 KEBIDANAN

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadiran tuhan Yang Maha Esa,yang telah
memberikan berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul:” PANDANGAN ISLAM TERHADAP HUKUM
KELUARGA BERENCANA (FAMILY PLANNING) ”

Beberapa referensi telah penulis kumpulkan sebagai bahan dalam penulisan


makalah ini . Namun dengan demikian penulis menerima kritik dan saran
dari pembaca untuk menyempurnakan makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Demikian penyusunan makalah ini,semoga makalah ini memberikan
manfaat yang baik untuk pembaca, dan kelemahan maupun kekurangan
yang berasal dari penulis adalah tahapan masih belajar.

SUBANG, JANUARI 2022

PENULIS
BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah


Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar baik segi kekayaan
sumber daya alam maupun sumber daya manusia, hal ini pernah tercatat, bangsa
Indonesia terbanyak penduduk setelah Cina dan India artinya maju mundurnya
kemajuan bangsa salah satunya ditentukan oleh kualitas manusia atau lebih
spesifik keluarga. Tidak dapat kita pungkiri, sebagai institusi terkecil dalam
masyarakat, keluarga memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan
pembangunan sebuah bangsa. Hal ini terkait erat dengan fungsi keluarga sebagai
wahana pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu,
sudah sewajarnya bila pemerintah bersama-sama dengan segenap komponen
masyarakat berkepentingan untuk membangun keluarga-keluarga di negara kita
tercinta ini agar menjadi keluarga yang sejahtera yang dalam konteks ini kita
maknai sebagai keluarga yang sehat, maju dan mandiri dengan ketahanan keluarga
yang tinggi. Terlebih Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
sebagai motor penggerak Program KB di Indonesia, sekarang ini sangat berpihak
pada upaya membangun keluarga sejahtera dengan visi dan misinya yang telah
derbaharuhi, yakni ”Seluruh Keluarga Ikut KB” dan ”Mewujudkan Keluarga
Kecil Bahagia Sejahtera”.
Keluarga yang sejahtera, dengan demikian, tentu menjadi dambaan setiap
orang untuk mencapainya. Bukan saja karena dengan mencapai tingkat
kesejahteraan tertentu, seseorang akan dapat menikmati hidup secara wajar dan
menyenangkan karena tercukupi kebutuhan materill dan spirituilnya, tetapi
dengan kondisi keluarga yang sejahtera setiap individu didalamnya akan
mendapat kesempatan seluas-luasnya untuk berkembang sesuai dengan potensi,
bakat dan kemampuan yang dimiliki.
Dalam agama Islam,  keluarga sejahtera disubstansikan dalam bentuk
keluarga sakinah. Pengertian keluarga sakinah diambil dan berasal dari Al Qur’an,
yang dipahami dari ayat - ayat Surat Ar - Ruum, dimana dinyatakan bahwa tujuan
keluarga adalah untuk mencapai ketenteraman dan kebahagiaan dengan dasar
kasih sayang. Yaitu keluarga yang saling cinta mencintai dan penuh kasih sayang,
sehingga setiap anggota keluarga merasa dalam suasana aman, tenteram, tenang
dan damai, bahagia dan sejahtera namun dinamis menuju kehidupan yang lebih
baik di dunia maupun di akhirat.
Mencermati penjelasan di atas antara keluarga sejahtera secara umum
dengan kosnep keluarga sakinah mempunyai hubungan yang sangat erat, untuk itu
dalam makalah ini penulis akan mencoba mendeskripsikan KB dalam pandangan
Agama.

B.      Rumusan Masalah


Berdasarkan pemaparan penulis dalam latar belakang masalah di atas,
maka rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana konsep keluarga berencana secara umum?
2. Bagaimana keluarga berencana dalam pandangan Al-Qur’an dan
Hadits?
3. Bagaimana hukum keluarga berencana dalam Islam?
4. Bagaimana Cara KB yang Diperbolehkan dan Yang Dilarang oleh
Islam?
C.      Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dalam makalah ini adalah :
1. Untuk mendeskripsikan konsep keluarga berencana secara umum.
2. Untuk mendeskripsikan keluarga berencana dalam pandangan Al-
Qur’an dan Hadits.
3. Untuk mendeskripsikan hukum keluarga berencana dalam Islam.
4. Untuk mendeskripsikan Cara KB yang Diperbolehkan dan Yang
Dilarang oleh Islam.
D.     Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu menggunakan
metode deskriptif analitis dimana penulis berusaha mendeskripsikan permasalahan
dan menganalisisnya sesuai dengan kajian pustaka yang diperoleh/studi literature,
dimana sumber yang digunakan menggunakan sumber pustaka (buku) dan hasil
browsing dari internet.

E.      Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan makalah sebagai berikut :
1. Pendahuluan meliputi : Latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
2. Pembahasan meliputi : Konsep keluarga berencana secara umum,
Keluarga berencana dalam pandangan Al-Qur’an dan Hadits,
Hukum keluarga berencana dalam Islam, dan  Cara KB yang
Diperbolehkan dan Yang Dilarang oleh Islam.
3. Penutup meliputi kesimpulan dan saran.
BAB II
PEMBAHASAN

A.     Konsep Keluarga Berencana


1. Pengertian Keluarga Berencana
Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997:
keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri
untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan
kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur interval diantara
kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur
suami istri serta menentukan  jumlah anak dalam keluarga.
Keluarga berencana menurut Undang-Undang no 10 tahun 1992
(tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga
sejahtera) adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat
melalui pendewasaan  usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran,
pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil,
bahagia dan sejahtera. Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk
menjarangkan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi.
Secara umum keluarga berencana dapat diartikan sebagai suatu
usaha yang mengatur banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga
berdampak positif bagi ibu, bayi, ayah serta keluarganya yang bersangkutan
tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari kehamilan
tersebut. Diharapkan dengan adanya perencanaan keluarga yang matang
kehamilan merupakan suatu hal yang memang sangat diharapkan sehingga
akan terhindar dari perbuatan untuk mengakhiri kehamilan dengan aborsi.
2. Tujuan Keluarga Berencana
Gerakan KB dan pelayanan kontrasepsi memiliki tujuan:
a) Tujuan demografi yaitu mencegah terjadinya ledakan
penduduk dengan menekan laju pertumbuhan penduduk
(LLP) dan hal ini tentunya akan diikuti dengan menurunnya
angka kelahiran atau TFR (Total Fertility Rate) dari 2,87
menjadi 2,69 per wanita. Pertambahan penduduk yang tidak
terkendalikan akan mengakibatkan kesengsaraan dan
menurunkan sumber daya alam serta banyaknya kerusakan
yang ditimbulkan dan kesenjangan penyediaan bahan pangan
dibandingkan jumlah penduduk. Hal ini diperkuat dengan
teori Malthus (1766-1834) yang menyatakan bahwa
pertumbuhan manusia cenderung mengikuti deret ukur,
sedangkan pertumbuhan bahan pangan mengikuti deret
hitung.
b) Mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan, menunda
kehamilan anak pertama dan menjarangkan kehamilan
setelah kelahiran anak pertama serta menghentikan
kehamilan bila dirasakan anak telah cukup.
c) Mengobati kemandulan atau infertilitas bagi pasangan yang
telah menikah lebih dari satu tahun tetapi belum juga
mempunyai keturunan, hal ini memungkinkan untuk
tercapainya keluarga bahagia.
d) Married Conseling atau nasehat perkawinan bagi remaja atau
pasangan yang akan menikah dengan harapan bahwa
pasangan akan mempunyai pengetahuan dan pemahaman
yang cukup tinggi dalam membentuk keluarga yang bahagia
dan berkualitas.
e) Tujuan akhir KB adalah tercapainya NKKBS (Norma
Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera) dan membentuk
keluarga berkualitas, keluarga berkualitas artinya suatu
keluarga yang harmonis, sehat, tercukupi sandang, pangan,
papan, pendidikan dan produktif dari segi ekonomi.
3. Macam-macam Alat Kontrasepsi
Dalam pelaksanaan KB harus menggunakan alat kontrsepsi
yang sudah dikenal diantaranya ialah:
 Pil, berupa tablet yang berisi progrestin yang bekerja dalam
tubuh wanita untuk mencegah terjadinya ovulasi dan
melakukan perubahan pada endometrium.
 Suntikan, yaitu menginjeksikan cairan kedalam tubuh. Cara
kerjanya yaitu menghalangi ovulasi, menipiskan
endometrin sehingga nidasi tidak mungkin terjadi dan
memekatkan lendir serlak sehingga memperlambat
perjalanan sperma melalui canalis servikalis.
 Susuk KB, levermergostrel. Terdiri dari enam kapsul yang
diinsersikan dibawah kulit lengan bagian dalam kira-kira
sampai 10 cm dari lipatan siku. Cara kerjanya sama dengan
suntik.
 AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) terdiri atas lippiss
loop(spiral) multi load terbuat dari plastik harus dililit
dengan tembaga tipis cara kerjanya ialah membuat
lemahnya daya sperma untuk membuahi sel telur wanita.

B.      Keluarga Berencana Dalam Pandangan Al-Qur’an Hadits


1) Pandangan Al-Qur’an Tentang Keluarga Berencana
Dalam al-Qur’an banyak sekali ayat yang memberikan petunjuk
yang perlu kita laksanakan dalam kaitannya dengan KB diantaranya
ialah :
Surat An-Nisa’ ayat 9:
‫وليخششش الذين لو تركوا من خلفهم ذرية ضعافا خافوا عليهم فليتقواهللا واليقولوا سديدا‬
“Dan hendaklah takut pada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah. Mereka
khawatir terhadap kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar”.
Selain ayat diatas masih banyak ayat yang berisi petunjuk tentang
pelaksanaan KB diantaranya ialah surat al-Qashas: 77, al-Baqarah: 233,
Lukman: 14, al-Ahkaf: 15, al-Anfal: 53, dan at-Thalaq: 7.

Dari ayat-ayat diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa


petunjuk yang perlu dilaksanakan dalam KB antara lain, menjaga
kesehatan istri, mempertimbangkan kepentingan anak, memperhitungkan
biaya hidup brumah tangga.

2) Pandangan al-Hadits Tentang Keluarga Berencana


Dalam Hadits Nabi diriwayatkan:

)‫إ نك تدر ورثك أغنياء خير من أن تدرهم عالة لتكففون الناس (متفق عليه‬

“Sesungguhnya lebih baik bagimu meninggalkan ahli warismu


dalam keadaan berkecukupan dari pada meninggalkan mereka menjadi
beban atau tanggungan orang banyak.” Dari hadits ini menjelaskan
bahwa suami istri mempertimbangkan tentang biaya rumah tangga selagi
keduanya masih hidup, jangan sampai anak-anak mereka menjadi beban
bagi orang lain. Dengan demikian pengaturan kelahiran anak hendaknya
dipikirkan bersama.
C. Hukum Keluarga Berencana Dalam Islam
Menurut al-Qur’an dan Hadits
Sebenarnya dalam al-Qur’an dan Hadits tidak ada nas yang
shoreh yang melarang atau memerintahkan KB secara eksplisit,
karena hukum ber-KB harus dikembalikan kepada kaidah hukum
Islam, yaitu:

‫ا ال صل فى األشياء االباحة حتى يدل على الدليل على تحريمها‬

Tetapi dalam al-Qur’an ada ayat-ayat yang berindikasi


tentang diperbolehkannya mengikuti program KB, yakni karena
hal-hal berikut:
a. Menghawatirkan keselamatan jiwa atau kesehatan ibu. Hal
ini sesuai dengan firman Allah:

)195 : ‫وال تلقوا بأيديكم إلى التهلكة (البقرة‬

“Janganlah kalian menjerumuskan diri dalam


kerusakan”.
b. Menghawatirkan keselamatan agama, akibat kesempitan
penghidupan hal ini sesuai dengan hadits Nabi:

‫كادا الفقر أن تكون كفرا‬

“Kefakiran atau kemiskinan itu mendekati kekufuran”.


c. Menghawatirkan kesehatan atau pendidikan anak-anak bila
jarak kelahiran anak terlalu dekat sebagai mana hadits
Nabi:

‫وال ضرر وال ضرار‬

“Jangan bahayakan dan jangan lupa membahayakan


orang lain.

Menurut Pandangan Ulama’


i. Ulama’ yang memperbolehkan

Diantara ulama’ yang membolehkan adalah Imam


al-Ghazali, Syaikh al-Hariri, Syaikh Syalthut, Ulama’ yang
membolehkan ini berpendapat bahwa diperbolehkan
mengikuti progaram KB dengan ketentuan antara lain,
untuk menjaga kesehatan si ibu, menghindari kesulitan ibu,
untuk menjarangkan anak. Mereka juga berpendapat bahwa
perencanaan keluarga itu tidak sama dengan pembunuhan
karena pembunuhan itu berlaku ketika janin mencapai
tahap ketujuh dari penciptaan. Mereka mendasarkan
pendapatnya pada surat al-Mu’minun ayat: 12, 13, 14.
ii. Ulama’ yang melarang
Selain ulama’ yang memperbolehkan ada para
ulama’ yang melarang diantaranya ialah Prof. Dr. Madkour,
Abu A’la al-Maududi. Mereka melarang mengikuti KB
karena perbuatan itu termasuk membunuh keturunan seperti
firman Allah:
‫وال تقتلوا أوالدكم من إملق نحن نرزقكم وإياهم‬
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu
karena takut (kemiskinan) kami akan memberi rizkqi
kepadamu dan kepada mereka”.

D. Cara KB yang Diperbolehkan dan Yang Dilarang oleh Islam


Cara yang diperbolehkan
Ada beberapa macam cara pencegahan kehamilan yang
diperbolehkan oleh syara’ antara lain, menggunakan pil, suntikan,
spiral, kondom, diafragma, tablet vaginal , tisue. Cara ini
diperbolehkan asal tidak membahayakan nyawa sang ibu. Dan cara
ini dapat dikategorikan kepada azl yang tidak dipermasalahkan
hukumnya. Sebagaimana hadits Nabi :
) ‫ فلم ينهها (رواه مسلم‬.‫ م‬.‫كنا نعزل على عهد وسول هللا ص‬

Kami dahulu dizaman Nabi SAW melakukan azl, tetapi beliau


tidak melarangnya.
Cara yang dilarang
Ada juga cara pencegahan kehamilan yang dilarang oleh
syara’, yaitu dengan cara merubah atau merusak organ tubuh yang
bersangkutan. Cara-cara yang termasuk kategori ini antara lain,
vasektomi, tubektomi, aborsi. Hal ini tidak diperbolehkan karena
hal ini menentang tujuan pernikahan untuk menghasilakn
keturunan.
BAB III

PENUTUP
Kesimpulan
Keluarga berencana berarti pasangan suami istri yang telah mempunyai
perencanaan yang kongkrit mengenai kapan anaknya diharapkan lahir agar setiap
anaknya lahir disambut dengan rasa gembira dan syukur dan merencanakan
berapa anak yang dicita-citakan, yang disesuaikan dengan kemampuannya dan
situasi kondisi masyarakat dan negaranya.
Alat kontrasepsi yang dibenarkan menurut Islam adalah yang cara
kerjanya mencegah kehamilan (man’u al-haml), bersifat sementara (tidak
permanen) dan dapat dipasang sendiri olrh yang bersangkutan atau oleh orang lain
yang tidak haram memandang auratnya atau oleh orang lain yang pada dasarnya
tidak boleh memandang auratnya tetapi dalam keadaan darurat ia dibolehkan.
Selain itu bahan pembuatan yang digunakan harus berasal dari bahan yang halal,
serta tidak menimbulkan implikasi yang membahayakan (mudlarat) bagi
kesehatan.
Para ulama yang membolehkan KB sepakat bahwa Keluarga Berencana
(KB) yang dibolehkan syari`at adalah suatu usaha pengaturan/penjarangan
kelahiran atau usaha pencegahan kehamilan sementara atas kesepakatan suami-
isteri karena situasi dan kondisi tertentu untuk kepentingan (maslahat) keluarga.
Hukum KB secara prinsipil dapat diterima oleh Islam, bahkan KB dengan
maksud menciptakan keluarga sejahtera yang berkualitas dan melahirkan
keturunan yang tangguh sangat sejalan dengan tujuan syari`at Islam yaitu
mewujudkan kemashlahatan bagi umatnya. Selain itu, Kb juga memiliki sejumlah
manfaat yang dapat mencegah timbulnya kemudlaratan. Bila dilihat dari fungsi
dan manfaat KB yang dapat melahirkan kemaslahatan dan mencegah
kemudlaratan maka tidak diragukan lagi kebolehan KB dalam Islam
Saran
Dalam mewujudkan keluarga yang sejahtera sesuai dengan syariat Islam 
maka penulis berharap pemerintah tidak henti-hentinya memberikan penyuluhan
dan bimbingan kepada masyarakat agar melaksanakan program pemerintah karena
dengan menggunakan alat kontrasepsi bukan berarti menolak takdir dari Allah
SWT tetapi dalam rangka meningkatkan ke Imanan dan Ketaqwaan kepada Allah
SWT.
DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Agama Republik Indonesia. 2004. Al – Qur’an dan


Terjemahannya. Jakarta : CV Naladana.
2. www.wikipedia.com.
3. https://www.scribd.com/document/261702035/Makalah-KB-Dalam-
Islam

Anda mungkin juga menyukai