Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA DAN PERIMENOPAUSE

Tentang
KONSEP PERENCANAAN KELUARGA

Disusun Oleh:
1. Nadia Rahman
2. Rika Suryani
3. Revi Rahma Yanti
4. Sinta Rahayu
5. Wilia Ningrum

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM


SARJANA DAN PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MERCUBAKTIJAYAPADANG
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan tugas
makalah ini dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun agar dapat memperluas ilmu tentang “KONSEP
PERENCANAAN KELUARGA”. Kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai
sumber informasi, referensi dan berita.
Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan, baik itu yang dating
dari diri penyusun maupun yang dating dari luar. Namun dengan penuh kesabaran terutrama
pertolongan dari allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Kami sadar bahwa makalah inimasih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna.
Untuk itu, kepada dosen pengajar kami mohon masukkannya demi perbaikan makalah kami
di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Umum

BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian
2. Tipe-Tipe Keluarga
3. Tahap Perkembangan Keluarga
4. Tugas Perkembangan Keluarga
5. Maalah-Masalah Kesehatan
6. Struktur Keluarga
7. Fungsi dan Tugas Keluarga
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Perencanaan keluarga merupakan upaya untuk mengatur jumlah anak yang

dimiliki dalam keluarga berdasarkan pilihan dan keputusan bersama di antara

pasangan suami istri. Panduan kerja global yang dikembangkan oleh WHO

menyerukan upaya peningkatan dalam mengadvokasi pengakuan penting perencanaan

keluarga dalam mencapai tujuan kesehatan dan pembangunan di semua tingkatan.

Namun, adanya kepercayaan tradisional, hambatan agama, dan kurangnya keterlibatan pria

telah melemahkan intervensi program perencanaan keluarga ini. Pada tahun 1990-an,

banyak program kesehatan yang mulai mengakui bahwa perencanaan keluarga

harus dilihat dalam konteks kesehatan reproduksi yang lebih luas. Program aksi yang

diadopsi oleh International Conference on Population and Development (ICPD) yang

diadakan oleh 179 negara di Kairo pada tahun 1994 mencatat bahwa upaya khusus harus

dilakukan untuk menekankan tanggung jawab bersama di antara pria dan wanita dan

mempromosikan keterlibatan aktif mereka dalam tanggung jawab menjadi orang tua,

perilaku seksual dan reproduksi, termasuk pencegahan Penyakit Menular Seksual (PMS)

dan pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan berisiko (Laili, 2014).

Keterlibatan pria dalam keputusan tentang kontrasepsi dan pengasuhan anak

memiliki peranan penting yang menaungi tiga aspek dalam kesehatan reproduksi dan

perencanaan keluarga yaitu aspek kesehatan reproduksi, aspek hak-hak reproduksi,

dan aspek perilaku reproduksi. Oleh karena itu, peranan dan partisipasi pria secara

langsung berdampak pada indikator-indikator capaian program Keluarga Berencana dan

Kesehatan Reproduksi (KBKR). Target-target pada indikator KBKR yaitu persentase

unmeet need, contraceptive prevalence rate pria, dan angka kelahiran total hingga saat ini
masih belum tercapai. Sedangkan jika peran pria dimaksimalkan dalam

keterlibatannya pada kesehatan reproduksi dan perencanaan keluarga, maka besar

kemungkinan bahwa target-target tersebut akan lebih cepat tercapai. IGWG (2010)

bahkan menyatakan bahwa program perencanaan keluarga tidak akan bisa berhasil tanpa

partisipasi pria. Jika pria tidak dilibatkan dalam kegiatan mendukung kesehatan keluarga,

maka pencapaian akan tetap dan selalu lambat. Hal ini didukung oleh berbagai penelitian

bahwa dukungan pria tehadap penggunaan alat kontrasepsi akan menurunkan

unmeet need dan meningkatkan contraceptive prevalence rate pria. Selain itu,

dukungan pria akan membuat komunikasi antar pasangan menjadi lebih baik

sehingga timbul kesetaraan dan kerjasama dalam pembuatan keputusan mengenai

kesehatan reproduksi. Pada skala yang lebih luas lagi, partisipasi pria dalam kesehatan

reproduksi dan perencanaan keluarga dapat mengurangi jumlah kematian ibu hingga

30% dan menyelamatkan nyawa 1,4 juta nyawa anak dibawah usia 5 (lima) tahun dan dapat

membantu mencapai semua 17 tujuan pembengunan berkelanjutan (SDG’S) pada tahun 2030.

B.RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Konsep keluarga


2. Bagaimana cara mempersiapkan diri menuju pernikahan

3. Bagaimana dinamika dan masalah dalam rumah tangga

4. Bagaimana cara mencapai keluarga bahagia

5. Bagaimana cara mencapai keluarga sehat

C.TUJUAN

1. Untuk mengetahui konsep dasar keluarga

2. Untuk mengetahui apa saja cara mempersiapkan pernikahan

3. Untuk mengetahui dinamika dan masalah dalam rumah tangga

4. Untuk mengetahui cara mencapai keluarga bahagia

5. Untuk mengetahui cara mencapai keluarga sehat


BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN

Keluarga adalah kumpulan anggota rumah tangga yang saling berhubungan Melalui

pertalian darah, adopsi, atau perkawinan (WHO,1996).

Keluarga adalah Suatu sistem yang beranggotakan ayah, ibu, anak atau semua

individu yang Tinggal di dalam rumah tangga, dimana mereka saling

berinteraksi, interelasi, dan Interdependensi untuk mencapai tujuan bersama

(Andarmoyo, 2012).

Keluarga Adalah kelompok kecil yang memiliki pemimpin dan anggota yang

mempunyai Pembagian tugas dan kerja serta hak dan kewajiban (Helmawati, 2016).

Keluarga Adalah suatu tempat dimana dua atau lebih individu yang terikat dalam

hubungan Darah, perkawinan, atau adopsi yang hidup bersama dan saling berinteraksi

satu Sama lain, mereka masing-masing mempunyai peran sosial suami, istri,

anak, Kakak dan adik. Menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan

Perkembangan fisik, psikologik dan sosialnya (Tombokan, 2014).

2. TIPE – TIPE KELUARGA

Menurut Friedman ( 1998 ) dalam Sunaryo ( 2015 ), ada 11 tipe, yaitu :

a. Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak

b. Dyad Family adalah keluarga yang terdiri dari suami istri tanpa anak yang Hidup bersama

dalam satu rumah

c. Keluarga lansia adalah keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua Dengan anak

sudah memisahkan diri dari rumah bersama

d. Keluarga tanpa anak adalah keluarga tanpa anak karena telambat menikah dan Untuk

mendapatkan anak terlambat waktunya, yang terjadi karena mengejar Karier/pendidikanyang


terjadi pada wanita

e. Keluarga besar adalah keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup Bersama

dengan satu rumah, seperti keluarga inti yang disertai paman, tante, Orangtua ( kakek-

nenek), keponakan.

f. Keluarga duda atau janda keluarga yang terdiri dari satu orangtua dan anak. Hal ini biasany

terjadi melalui proses perceraian, kematian, ditinggakan

g. Keluarga komuter adalah keluarga dengan kedua orangtua bekerja dikota yang Berbeda,

namun salah satu kota tersebut terdapat tempat tinggal agar orangtuaYang bekerja diluar kota

dapar berkumpul dengan anggota keluarga pada akhir Pekan.

h. Keluarga multigenerasi yaitu keluarga dengan beberapa generasi atau Kelompok

umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.

i. Kin – Network Family adalah beberapakeluarga inti yang tinggal dalam satu Rumah

atau saling berdekatan dan saling menggunakan barang – barang dan Pelayanan yang

sama.

j. Keluarga campuran adalah keluarga yang dibentuk oleh duda dan janda yang

Menikah kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.

k. Single – adult Family yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena

Pilihannya untuk berpisah, seperti perceraian atau ditinggal mati.

Selain itu tipe keluarga juga dapat dilihat dari sudut pandang lain, seperti Dilihat dari

garis keturunan dapat dibedekan menjadi patrilineal dan matrilineal.

Keluarga patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara Sedarah dalam

beberapa generasi, hubungan tersebut menurut jalur garis ayah. Selanjutnya, keluarga

matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak Saudara yang terdiri dari sanak

saudara sedarah dalam beberapa generasi, Hubungan itu dimulai dari garis ibu. Keluarga

tipe ini, anak dan ayah tidak Memiliki hak dan kekuasaan atas harta.
Tipe lain adalah berdasarkan jenis perkawinan, yaitu monogamy dan Poligami Keluarga

monogamy adalah keluarga yang terdiri dari seorang suami dengan istri. Sebaliknya,

keluarga poligami adalah keluarga yang terdiri dari Suami dengan beberapa istri.

Selanjutnya, tipe keluarga dilihat dari kekuasaan Dalam keluarga pertama, keluarga

patriakal yaitu keluarga dengan kekuasaan Berada ditangan suami, kedua keluarga

matriakal adalah keluarga dengan Kekuasaan didominasi oleh istri, sementara keluarga

ekualitarian adalah keluarga Dengan perana suami dan istri berjalan dengan seimbang

(Sunaryo, 2015).

3. TAHAP DAN PERKEMBANGAN KELUARGA


Menurut Andarmoyo (2012) tahap siklus kehidupan keluarga, meliputi:

a. Tahap pertama keluarga baru/pemula (Beginning Family)

Keluarga baru dimulai pada saat masing – masing individu, yaitu suami dan Istri baru

membentuk keluarga melalui perkawinan yang resmi dan Meninggalkan keluarga inti dari

masing – masing individu.

Secara psikologis Keluarga baru akan mempersiapkan kehidupan baru oleh karena

itu setiap Individu memerlukan penyesuaian peran dan fungsi sehari – hari, serta

saling Beradaptasi dan belajar tentang kebiasaan sendiri dan pasngannya. Dan ini

Berlangsung ketika awal – awal perkawinan, dalam situasi ini dapat diputuskan

Kapan waktu yang tepat untuk mempunyai anak dan berapa jumlah anak yang

Diharapkan, pada tahap ini tugas perkembangan seperti membina hubungan Intim

dan kepuasan bersama, menetepkan tujuan bersama, membina hubungan Dengan

keluarga lain, dan merencanakan keluarga.

b. Tahap mengasuh anak (Child Bearing)

Tahap ini dimulai dari lahirnya anak pertama hingga berusia 30 bulan atau 2,5

Tahun, sehingga pasangan harus beradaptasi pada peran baru sebagai


orangtua.Masalah yang terjadi dengan kelahiran bayi adalah pasangan merasa

diabaikan karena focus perhatian kedua pasangan tertuju pada bayi, terjadi

peningkatan Perselisihan dan argument antar suami-istri, kehidupan seksual dan

sosial Terganggu.Tugas perkembangan pada tahap ini adalah membentuk keluarga

Muda sebagai unit yang mantap, rekonsiliasi tugas perkembangan yang

Bertentangan dan kebutuhan anggota keluarga, mempertahankan hubungan

Perkawinan yang memuaskan, memperluas persahabatan dengan keluarga Besar

dengan menambahkan peran orangtua dan kakek- nenek.

c. Tahap ketiga keluarga dengan anak prasekolah Tahap ini dimulai ketika anak

berusia 2,5 tahun dan berakhir pada usia 5 tahun.

Kehidupan keluarga pada tahap ini sangat sibuk dan anak bergantung pada Orangtua

dalam hal lain orangtua juga memikirkan kebutuhan ekonomi Kedepan, dalam tahap

ini orangtua menjadi arsitek keluarga dalam merancang Dan mengarahkan

perkembangan keluarga agar perkawinan tetap utuh dan Langgeng dengan cara

kerjasama anatara suami istri. Tugas perkembangan pada Tahap ini adalah

memenuhi kebutuhan anggota keluarga, membantu anak Bersosialisasi,

mempertahankan hubungan suami dan istri yang sehat dan baik, Membagi waktu

antara individu, pembagian tanggung jawab keluarga.

d. Tahap keempat keluarga anak usia sekolah

Tahap ini dimulai pada anak usia 6 tahun dan berakhir anak usia 12

tahun.Pada Tahap ini anggota keluarga mencapai jumlah anggota keluarga yang

utuh, Sehingga setiap anggota keluarga mempunyai kesibukan masing – masing

dan Setiap individu diharapkan memahami hal itu. Tugas perkembangan pada
tahap Ini adalah mempertahankan hubungan yang harmonis dalam perkawinan,

menbimbing anak untuk meningkatlan prestasi sekolah dan mengembangkan

Hubungan dengan teman sebaya yang hebat, memenuhi kebutuhan kesehatan

Fisik anggota keluarga.

e. Tahap Kelima keluarga dengan anak remaja

Tahap ini dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan berakhit ketika

anak Berusia 19 – 20 tahun. Tugas perkembangan pada tahap ini adalah

Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab remaja untuk mencapai

Dewasa yang semakin mandiri, memfokuskan kembali hubungan perkawinan,

Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua, dan

Mempertahankan etika dan standar moral keluarga.

f. Tahap keenam keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda

Pada tahap ini seringkali orangtua akan merasa kehilangan ketika anak

mulai Tumbuh dewasa dan menikah serta meninggalkan keluarga inti. Tugas

pada Tahap ini adalah, mempertahankan keintiman pasangan, memperluas

keluarga Dengan bertambahnya anggota baru dari perkawinan anak,

membantu orang tua Usia lanjut dan sakit-sakitan.

g. Tahap ketujuh keluarga usia pertengahan

Pada tahap ini pasangan berfokus untuk mempertahankan kesehatan

dan Mencari kesenangan berdua untuk mengisi waktu, tugas

perekmbangan pada Tahap ini adalah mempertahankan kesehatan,

memperkokoh hubungan Perkawinan, mempertahankan hubungan dengan

anak-anak
h. Tahap kedelapan keluarga usia lanjut

Tahap perkembangan terakhir keluarga dimulai saat salah satu atau kedua

Pasangan memasuki masa pensiun, sampai salah satu meninggal dunia dan

Berakhir saat kedua pasangan meninggal. Tugas perkembangan keluarga pada

Tahap ini, yaitu mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan,

Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun,mempertahankan hubungan

Perkawinan, menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan, mempertahankan

ikatan keluarga tergenerasi.

D. TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai berikut :

1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab mengingat remaja yang

sudah bertambah dan meningkat otonominya.

2) Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga. Tahap ini dimulai pada saat anak

terakhir meninggalkan rumah

E. MASALAH-MASALAH KESEHATAN

1. Pengertian

Asma adalah satu keadaan klinik yang ditandai oleh terjadinya penyempitan bronkus yang

berulang namun reversibel, dan di antara episode penyempitan bronkus tersebut terdapat

keadaan ventilasi yang lebih normal (Price, Silvia Anderson, 2005). Asma (bronkhial)

merupakan gangguan inflamasi pada jalan napas yang ditandai oleh obstruksi aliran udara

napas dan respons jalan napas yang berlebihan terhadap berbagai bentuk rangsangan

(Kowalak, Jennifer P, 2011). Asma adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya

wheezing (mengi) intermiten yang timbul sebagai respon akibat paparan terhadap suatu zat

iritan atau alergen (Clark, Margaret Varnell, 2013). Asma bronkhial adalah satu hiper-reaksi
dari bronkus dan trakea yang mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang bersifat

reversibel (Herdin Sibuea, 2009)

2. Patofisiologi asma

Pada asma ekstrinsik

Pada asma ekstrinsik alergen menimbulkan reaksi yang hebat pada mukosa bronkus yang

mengakibatkan kontriksi otot polos, hiperemia serta sekeresi lendir putih yang tebal.

Mekanisme terjadinya reaksi ini telah diketahui dengan baik, tetapi sangat rumit. Penderita

dengan ba yang telah disensitisasi terhadap satu bentuk alergen yang spesifik, akan membuat

antibodi terhadap alergen yang dihirup itu. Antibodi ini merupakan imunoglobin jenis IgE.

Antibodi ini melekat pada permukaan sel mast pada mukosa bronkus.

Sel mast tersebut tidak lain daripada basofil yang kita kenal pada hitung jenis leukosit. Bila

satu molekul IgE yang terdapat pada permukaan sel mast menangkap satu molekul alergen, sel

mast tersebut akan memisahkan diri dan melepaskan sejumlah bahan yang menyebabkan

kontriksi bronkus. Salah satu contoh yaitu histamin prostaglandin. Pada permukaan sel mast juga

terdapat reseptor beta-2 adrenergik (jantung mempunyai reseptor beta 1). Bila reseptor beta-2

dirangsang dengan obat anti asma Salbutamol (beta-2 mimetik), maka pelepasan histamin akan

terhalang.

Pada asma intrinsik : Terjadinya asma intrinsik sangat berbeda dengan asma ekstrinsik.

Mungkin mula-mula akibat kepekaan yang berlebihan. (hipersensitivitas) dari serabut-serabut

nervus yang akan merangsang bahan-bahan iritan di dalam bronkus dan menimbulkan batuk.

3. Tanda dan gejala

Tanda dan gejala asma meliputi ITAS

a. Dispnea mendadak, mengi, dan rasa berat pada dada

b. Batuk-batuk dengan sputum yang kental, jernih, ataupun kuning


c. Takipnea, bersamaan dengan pengguanaan otot-otot respirasi COKE aksesorius

d. Denyut nadi yang cepat

e. Pengeluaran keringat (perspirasi) yang banyak

f. Lapangan paru yang hipersonor pada perkusi

g. Bunyi napas yang berkurang

4. Penatalaksanaan umum

1) Pengobatan

Pengobatan Asma menurut GINA (Global Initiative for Asthma), ada enam komponen dalam

pengobatan asma (Syaifuddin, 2006):

a. Penyuluhan kepada pasien

b. Penilaian derajat beratnya asma

c. Pencegahan dan pengendalian faktor pencetus serangga

d. Merencanakan pengobatan asma akut

e. Berobat secara teratur

2) Pemeriksaan penunjang

a. Spirometri

Cara yang cepat dan sederhana untuk menegakkan diagnosa asma adalah melihat

respons pengobatan dengan bronkodilator.


b. Uji provokasi bronkus

Jika pemeriksaan spirometri normal, untuk menunjukan adanya hipereaktivitas

bronkus dilakukan uji provokasi bronkus. Ada beberapa cara untuk melakukan uji provokasi

bronkus seperti uji provokasi dengan histamin, metakolin, kegiatan jasmani, udara dingin,

larutan garam hipertonik, dan bahkan dengan aqua destilata.

c. Pemeriksaan sputum Sputum eosinofil sangat karakteristik untuk asma, sedangkan

neutrofil sangat dominan pada bronkitis kronik. Selain untuk melihat adanya eosinofil, kristal

Charcaf Leyden dan SpiralCurschmann, pemeriksaan ini penting untuk melihat adanya

miselium Aspergillus Fumigarus.

d. Pemeriksaan eosinofil total Jumlah eosinofil total darah sering meningkat pada pasien

asma dan hal ini dapat membantu dalam membedakan asma dari bronkitis kronik.

Pemeriksaan ini juga dapat dipakai sebagai patokan untuk menentukan cukup tidaknya dosis

kortikosteroid yang dibutuhkan. MI

e. Uji kulit Tujuan uji kulit adalah untuk menunjukan adanya antibodi IgE spesifik

dalam tubuh. Uji ini hanya menyokong anamnesis, karena uji alergen yang positif tidak selalu

merupakan penyebab asma, demikian pula sebaliknya

F. STRUKTUR KELUARGA

a. Definisi struktut keluarga

Struktur keluarga adalah bagaimana keluarga mampu memenuhi fungsi-fungsi

keluarga. Hal ini sangat penting untuk memudahkan pencapaian fungsi-fungsi keluarga.

Selain itu struktur keluarga dapat diperluas dan dipersempit tergantung dari kemampuan dari

keluarga tersebut untuk merespon stressor yang ada dalam keluarga

b. Macam macam struktur keluarga

Struktur keluarga berdasarkan tipenya :


a. Patrilinier :keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara dalam beberapa generasi,

dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah

b. Matrilinier: keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara dalam beberapa

generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu

c. Matrilokal sepasang suami isteri yang tinggal bersama keluarga sedarah isteri

d. Patrilokal: sepasang suami isteri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami

e. Keluarga Kawinan: hubungan suami isteri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga

dan beberapasanak saudara

G. FUNGSI DAN TUGAS KELUARGA

1. Peran-peran formal

Merupakan peran dasar yang membentuk posisi sosial sebagai suami( ayah ) istri

( ibu) ,Peran formal yang standar terdapat dalam keluarga yaitu mencari nafkah, ibu rumah

tangga dan sebagainya

2. Peran informal keluarga

Merupakan peran yang biasanya tidak tampak, dimainkan hanya untuk memenuhi kebutuhan

emosional individu/ atau menjaga keseimbangan dalam keluarga.

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Keluarga merupakan kumpulan dua orang atau lebih yang disatukan


oleh suatuikatan, baik berupa ikatan darah, pernikahan, ikatan sosial, ataupun

emosional, yangmemiliki peran masing-masing dan anggota didalamnya

saling berketergantungan,serta yang mengidentifikasi dirinya sebagai bagian

dari keluarga. Untuk menyelesaikan masalah keluarga, terutama dalam

bidang kesehatan, diperlukan suatu pendekatan kebidanan yang berpusat

pada keluarga atau yang disebutdengan pendekatan perencanaan keluarga.

Pendekatan perencanaan keluarga adalah suatu pendekatan yang digunakan

bidan dalam melakukan asuhan kebidanan pada keluarga. Terdapat beberapa

tipe keluarga,tahap perkembangan keluarga,masalah-masalah kesehatan

dalam keluarga dan struktur sebagai bagian dari komponen perencanaan

keluarga.

Bidan diharapkan dapat meningkatkan profesionalisme agar mampu

memberikan pelayanan sesuai standar profesi dan kewenangan, selain itu memperkuat

eksistensi pelayanan kesehatan primer melalui optimalisasi pelayanan Kebidanan.

B. SARAN
Semoga dengan di buatnya makalah ini dapat membantu mahasiswa

kebidanan dalam memahami, menilai, dan menerapkan ilmu tentang Strategi

Kesehatan dalam pelayan kebidanan dalam menjalani Asuhan Kebidanan

DAFTAR PUSTAKA

Dartiwen,aryanti, mira,2021,Asuhan Kebidanan Pada Remaja Dan

Perimenopause.yogyakarta:Deepublish

www-academia-edu-makalah_konsep_perencanaan_keluarga
www.google.com_s1_023201001_dee_

Anda mungkin juga menyukai