Anda di halaman 1dari 56

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA PERTENGAHAN

DENGAN HIPRTENSI DI DESA KEMILING BANDAR LAMPUNG


TAHUN 2022

Dosen Pengampu : Ns. Janu Purwono,M.Kes

Kelompok 6
Semester 6B
Ana Kusmeika Yanti
Dahlia Anggraini
Detalia Apriani
Siti Rodiatun
Nanda Romadhon

PRODI S1 ILMU KEPERATAN FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Penulis sangat berharap
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa
bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 8 September 2021

Penyusun

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keluarga adalah unit terkecil dalam kehidupan masyarakat. Keluarga
merupakan sekumpulan dua orang atau lebih yang dihubungkan oleh ikatan
perkawinan, adopsi, hubungan darah, hidup dalam satu rumah tangga,
memiliki kedekatan emosional, dan berinteraksi satu sama lain yang lain yang
saling ketergantungan untuk menciptakan atau mempertahankan budaya,
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial setiap
anggota dalam rangka mencapai tujuan bersama. Keluarga memiliki
keterkaitan yang erat dengan kesehatan setiap anggotanya (Jhonson dan
Leny, 2010).

Kesehatan merupakan kunci utama dalam melakukan berbagai kegiatan.


Kesehatan yang terganggu, akan menghambat setiap orang dalam
beraktivitas. Pemerintah berlomba-lomba mencanangkan berbagai program
guna meningkatkan taraf kesehatan masyarakat. Program tersebut dapat
berhasil berkat kerjasama lintas sektor. Salah satunya adalah sektor
kesehatan. Dalam ranah kesehatan, peran dokter, perawat dan tenaga
kesehatan lain tentu menjadi kunci utama. Perawat dituntut terampil dalam
memberikan asuhan keperawatan pada keluarga sehingga program dapat
berjalan dengan baik (Setiadi, 2008).

Asuhan keperawatan keluarga merupakan serangkaian proses yang diawali


dari pengkajian, analisa data, penentuan diagnosa, penentuan diagnosa
prioritas, perencanaan keperawatan serta implementasi dan evaluasi. Asuhan
keperawatan keluarga bersifat komprehensif, mencakup seluruh anggota
keluarga. Membantu dalam menyelesaikan permasalah keluarga dimulai dari
permasalahan fisik hingga masalah dalam tahap perkembangan keluarga
(Padila, 2012).

3
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini antara lain:
1. Bagaimana konsep tahap perkembangan keluarga dan tugas pada setiap
tahap?
2. Bagimana konsep teori asuhan keperawatan keluarga?
3. Bagaimana asuhan keperawatan keluarga dengan masalah hipertensi
pada keluarga dengan anak usia remaja?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dalam penulisan makalah ini antara lain:
1. Konsep tahap perkembangan keluarga dan tugas pada setiap tahap
2. Konsep teori asuhan keperawatan keluarga?
3. Asuhan keperawatan keluarga dengan masalah hipertensi pada keluarga
dengan anak usia remaja?

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Teori Tahap Perkembangan Keluarga


Dalam siklus kehidupan keluarga terdapat tahap-tahap yang dapat diprediksi
seperti halnya individu-individu yang megalami tahap pertumbuhan dan
perkembangan secara terus menerus. Keluarga sebagai sebuah unit juga
mengalami tahap perkembangan yang terus menerus. Duval (1997) dalam
Padila (2012) telah membuat formulasi tahap-tahap perkembangan keluarga
dengan menggunakan usia anak yang paling tua sebagai patokannya, kecuali
pada tahap terakhir ketika anak tidak lagi ada di rumah.

Carter dan Mc Goldrick (1989) dalam Padila (2012) membagi keluarga dalam
5 tahap perkembangan, yaitu:
1. Keluarga antara (masa bebas/pacaran) dengan usia dewasa muda
2. Terbentuknya keluarga baru melalui suatu perkawinan
3. Keluarga dengan memiliki anak usia muda (anak usia bayi sampai anak
usia sekolah)
4. Keluarga yang memiliki anak dewasa
5. Keluarga yang mulai melepas anaknya untuk keluar rumah
6. Keluarga lansia

Berikut diuraikan kedelapan tahap siklus kehidupan keluarga berikut tugas


perkembangannya (Duval 1977 dalam Friedman, 1998)
1. Tahap keluarga pemula (Beginning Family)
Keluarga baru atau pasangan yang belum memiliki anak. Tugas
perkembangan keluarga:

5
a. Membangun perkawinan yang saling memuaskan
b. Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis
c. Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orang
tua)
d. Menetapkan tujuan bersama
e. Persiapan menjadi orang tua
f. Memahami prenatal care (pengertian kehamilan, persalinan dan
menjadi orang tua)

2. Tahap keluarga sedang mengasuh anak (child bearing)


Keluarga dengan anak pertama berusia kurang dari 30 bulan. Studi
klasik la master (1957) dari 46 orang tua dinyatakan 17% tidak
bermasalah, selebihnya bermasalah dalam hal:
a. Suami merasa diabaikan
b. Peningkatan perselisihan dan argumen
c. Interupsi dalam jadwal kontinu
d. Kehidupan seksual dan sosial terganggu dan menurun
Tugas perkembangan keluarga tahap ini adalah:
a. Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap
(integrasi bayi dalam keluarga)
b. Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan
kebutuhan anggota keluarga
c. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
d. Memprluas persahabatan keluarga besar dengan menambah peran
orang tua, kakek dan nenek
e. Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan
anak
f. Konseling KB post partum 6 minggu
g. Menata ruang untuk anak
h. Menyiapkan biaya child bearing
i. Memfasilitasi role learning anggota keluarga

6
j. Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin

3. Tahap keluarga dengan anak usia prasekolah


Keluarga dengan anak pertama berusia 30 bulan sampau 6 tahun, tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini adalah:
a. Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang
bermain, privasi dan keamanan
b. Mensosialisasikan anak
c. Mengintegrasikan anak yang baru dan memnuhi kebutuhan anak
yang lain
d. Mempertahankan hubungan yang sehat (hubungan perkawinan dan
ubungan orang tua-anak) serta hubungan di luar keluarga (keluarga
besar dan komunitas)
e. Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak
f. Pembagian tanggung jawab
g. Merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan kembang
anak

4. Tahap keluarga dengan anak usia sekolah


Keluarga dengan anak pertama berusia 6-13 tahun. Tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini adalah:
a. Mensosialisasikan anak-anak termasuk meningkatkan prestasi
sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya
b. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
c. Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga
d. Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual
e. Menyediakan aktivitas untuk anak

5. Tahap keluarga dengan anak remaja


Keluarga dengan anak pertama berusia 13-20 tahun. Tugas
perkembangan pada tahap ini adalah:

7
a. Memberikan keseimbangan antara kebebasan dan tanggung jawab
ketika remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri
b. Memfokuskan kembali hubungan intim perkawinan
c. Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak
d. Mempersiapkan perubahan untuk memenuhi kebutuhan tumbuh
kembang anggota keluarga.
6. Tahap keluarga dengan anak dewasa
Keluarga dengan anak pertama meninggalkan rumah. Tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini adalah:
a. Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga
baru dari perkawinan anak-anaknya
b. Melanjutkan dan menyesuaikan kembali hubungan perkawinan
c. Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami atau
istri
d. Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di
masyarakat
e. Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima
kepergian anaknya
f. Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi
anak-anaknya.

7. Tahap keluarga usia pertengahan (middle age family)


Tugas perkembangan keluarga:
a. Menyediakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan
b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti
dengan para orang tua (lansia) dan anak-anak
c. Memperkokoh hubungan perkawinan
d. Persiapan masa tua/ pensiun.

8. Tahap keluarga lanjut usia


Tugas perkembangan keluarga:

8
a. Penyesuaian tahap masa pensiun dengan cara merubah cara hidup
b. Mempertahankan pengetahuan hidup yang memuaskan
c. Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun
d. Mempertahankan hubungan perkawinan
e. Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
f. Mempertahankan ikatan keluarga antar genarasi
g. Melakukan life review masal lalu.

B. Teori Asuhan Keperawatan Keluarga


Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan
menggunakan pendekatan yang sistematis untuk bekerja sama dengan
keluarga dan individu-individu sebagai anggota keluarga. Tahapan dari
proses keperawatan keluarga meliputi pengkajian, perumusan diagnosa
keperawatan, penyusunan perencanaan, perencanaan asuhan dan penelitian
(Jhonson dan Leny, 2010).
1. Pengkajian keluarga
Pengkajian merupakan suatu tahapan di mana perawat mengambil data
secara terus menerus terhadap keluarga yang dibinanya.
a. Pengumpulan data
Sumber informasi dari tahapan pengumpulan data dapat
menggunakan metode wawancara, observasi misalnya tentang
keadaan rumah, pemeriksaan fisik terhadap seluruh anggota
keluarga secara head to toe dan telaahan data sekunder seperti hasil
laboratorium, hasil x-ray, pap smear dan lain sebagainya.
Hal-hal yang perlu dikumpulkan datanya dalam pengkajian
keluarga adalah:
1) Data umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi:
a) Nama kepala keluarga
b) Alamat dan telepon
c) Pekerjaan kepala keluarga

9
d) Pendidikan kepala keluarga
e) Komposisi keluarga dan genogram
i. Komposisi keluarga: menjelaskan anggota keluarga
yang diidentifikasi sebagai bagian dari keluarga
mereka. Komposisi tidak hanya mencantumkan
penghuni rumah tangga, tetapi juga anggota
keluarga lain yang menjadi bagian dari keluarga
tersebut. Bentuk komposisi keluarga dengan
mencatat terlebih dahulu anggota keluarga yang
sudah dewasa, kemudia diikuti dengan anggota
keluarga yang lain sesuai dengan susunan kelahiran
mulai dari yang tua, kemudia mencantumkan jenis
kelamin, hubungan setiap anggota keluarga tersebut,
tempat tanggal lahir atau umur, pekerjaan dan
pendidikan.
ii. Genogram: genogram keluarga merupakan sebuah
diagram yang menggambarkan konstelasi keluarga
(pohon keluarga). Genogram merupakan alat
pengkahian informatif yang digunakan untuk
mengetahui keluarga, riwayat dan sumber-sumber
keluarga. Diagram ini menggambarkan hubungan
vertikal (lintas generasi) dan horizontal (dalan
generasi yang sama) untuk memahami kehidupan
keluarga dihubungkan dengan pola penyakit. Untuk
hal tersebut, maka genogram keluarga harus
memuat informasi tiga generasi (keluarga inti dan
keluarga masing-masing orang tua).

10
Keterangan:

: Laki-laki

: Perempuan

: Klien yang diidentifikasi

: Meninggal

: Menikah

: Pisah

: Cerai

: Tidak menikah

: Anak adposi/ anak angkat

: Kembar

: Anggota serumah

11
f) Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis/ tipe keluarga beserta
kendala atau masalah-masalah yang terjadi dengan jenis/
tipe keluarga tersebut
g) Suku bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta
mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait
dengan kesehatan
h) Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta
kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan
i) Status sosial ekonomi keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditetntuka oleh
pendapatan baik dari kepala keluarga maupun anggota
keluarga lainnnya. Selain itu status sosial ekonomi
keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebuthan yang
dikeluarkan oleh keluarga serta barang yang dimiliki
oleh keluarga
j) Aktivitas rekreasi keluarga
Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat dari kapan saja
keluarga pergi bersama-sama untuk mengunjungi tempat
relreasi tertentu, namu dengan menonton televisi dan
mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi.

2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga


a) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak
tertua dari keluarga inti.
b) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

12
Menjelaskan perkembangan keluarga yang belum
terpenuhi oleh keluarga serta kendala-kendala mengapa
tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.
c) Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan keluarga inti,
meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan
masing-masing anggota keluarga, perhatian keluarga
terhadap pencegahan penyakit termasuk imunisasi,
sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan dan
pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
d) Riwayat keluarga sebeblumnya
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga
dari pihak suami dan istri.

3) Pengkajian lingkungan
a) Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas
rumah, tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, jarak
septic tank dengan sumber air, sumber air minum
digunkan serta dilengkapi dengan denah rumah.
b) Karateristik tetangga dan komunitas RW
Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan
komunitas setempat meliputi kebiasaan, lingkungan fisik,
aturan atau kesepakatan penduduk setempat serta budaya
setempat yang mempengaruhi kesehatan.
c) Mobilitas geografis keluarga
Monilitas geografis keluarga ditentukan dengan melihat
kebiasaan keluarga berpindah tempat.
d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

13
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga
untuk berkumpul serta perkumpulan yang ada dan sejauh
mana interaksi keluarga dengan masyarakat.

4) Struktur keluarga
a) Sistem pendukung keluarga
Termasuk sistem pendukung keluarga adalah jumlah
anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang
dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan mencakup
fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau dukungan dari
anggota keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari
masyarakat setempat.
b) Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan mengenai bagaimana cara berkomunikasi
antar anggota keluarga
c) Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan
mempengaruhi orang lain untuk mengubah perilaku.
d) Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga
baik secara formal maupun informal.
e) Nilai atau norma keluarga
Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh
keluarga yang berhubungan dengan kesehatan.

5) Struktur keluarga
a) Fungsi afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran dari anggota
keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga,
dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya,
bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga

14
dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling
menghargai.
b) Fungsi sosialiasi
Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam
keluarga, sejauh mana anggotan keluarga belajar disiplin,
norma, budaya, serta prilaku.
c) Fungsi perawatan kesehatan
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan
makanan, pakaian, perlindungan serta merawat anggota
keluarga yang sakit. Sejauh mana pengetahuan keluarga
mengenai sehat sakit. Kesanggupan keluarga di dalam
melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari
kemampuan keluarga dalam melaksanakan lima tugas
kesehatan keluarga, yaitu keluarga mapu mengenal
masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk
melakukan tindakan, melakukan perawatan terhdapa
anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan
yang dapar meningkatkan kesehatan dan mampu
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di
lingkungan setempat.
d) Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai reproduksi keluarga
adalah:
i. Berapa jumlah anak
ii. Apakah rencana keluarga berkaitan dengan jumlah
anggota keluarga
iii. Metode yang digunakan keluarga dalam upaya
mengendalikan jumlah anggota keluarga
e) Fungsi ekonomi
Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana anggota
keluarga memnuhi kebutuhan sandang pangan dan papan

15
serta sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang
ada di masyarakat dalam upaya pengingkatan status
kesehatan keluarga.

6) Stres dan koping keluarga


a) Stressor jangka pendek dan panjang
i. Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami
keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam
waktu kurang dari enam bulan
ii. Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami
keluarga yang memrlukan penyelesaian dalam
waktu lebih dari enam bulan
b) Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
c) Strategi koping yang digunakan
Mengkaji strategi koping yang digunakan keluarga bila
menghadapi permasalah
d) Strategi adaptasi disfungsional
Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang
digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan

7) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga.
Metode yang digunakan sama dengan pemeriksaan fisik
klinik.

8) Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga
terhadap petugas kesehatan yang ada.

16
2. Perumusan diagnosa keperawatan keluarga

Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan masalah


keperawatan yang didapat dari data-data pada pengkajian yang
berhubungan dengan etiologi yang berasal dari data-data pengkajian
fungsi perawatan keluarga.

Diagnosa keperawatan mengacu pada rumusan PES (problem, etiologi,


dan simtom) dimana untuk problem menggunakan rumusan masalah dari
NANDA, sedangkan untuk etiologi dapat menggunakan pendekatan lima
tugas keluarga atau dengan menggambarkan pohon masalah.

Tipologi dari dignosa keperawatan keluarga terdiri dari diagnosa


keperawatan keluarga actual (terjadi defisit/gangguan kesehatan), resiko
(ancaman kesehatan) dan keadaan sejahtera (wellness).

Penulisan diagnosa keperawatan keluarga :


a. Diagnosa keperawatan keluarga : aktual
Contoh: Gangguan nutrisi : Kurang dari kebutuhan anak balita T
keluarga bapak N berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga dengan kekurangan nutrisi.
Ketidakmampuan keluarga merawat, dapat pula mencerminkan tiga
etiologi atau lebih dari masalah yang sama, namun pada saat
merumuskan tujuan dan intervensi harus melibatkan ketiga atau
lebih etiologi tersebut.

b. Diagnosa keperawatan keluarga: risiko (ancaman)


Diagnosa keperawatan keluarga resiko dirumuskan apabila sudah
ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan, misalnya
lingkungan rumah yang kurang bersih, pola makan yang tidak
adekuat, stimulasi tumbuh kembang yang tidak adekuat dan lain
sebagainya.
Contoh :

17
1) Resiko gangguan perkembangan pada balita (anak P) keluarga
Bapak N berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga
melakukan stimulasi terhadap balita.
2) Resiko terjadi konflik pada keluarga Bapak N berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
komunikasi.

c. Diagnosa keperawatan keluarga: sejahtera (potensial)


Diagnosa keperawatan keluarga sejahtera merupakan suatu keadaan
dimana kelurga didalam kondisi sejahtera sehingga kesehatan
keluarga dapat di tingkatkan. Rumusan diagnosanya boleh tidak
menggunakan etiologi.
Contoh :
1) Potensial peningkatan status kesehatan bayi (anak k) keluarga
Bapak K
2) Potensial peningkatan status kesehtan pada pasangan baru
menikah keluarga Bapak A
Berikut disajikan rumusan masalah keperawatan terkait dengan
kondisi kesehatan kelurga berdasarkan NANDA dalam friedman
(1989).

Tabel : Rumusan Dignosa keperawatn keluarga


Aspek Rumusan Diagnosa
Kesehatan lingkungan Kerusakan pemeliharaan rumah
keluarga
Pola dan proses komunikasi Kerusakan komunikasi verbal
keluarga
Struktur kekuatan (power) Konflik menyangkut keputusan
keluarga
Struktur peran (role) - Berduka yang diantisipasi

18
- Berduka disfungsional
- Isolasi sosial
- Perubahan dalam perenting
- Perubahan kinerja peran
- Gangguan citra tubuh
Nilai – nilai keluarga Konfilk lain
Fungsi efektif - Gangguan proses keluarga
- Gangguan menjadi orang tua
- Berkabung yang
disfungsional
- Koping keluarga tidak efektif
- Resiko terjadi kekerasan
Fungsi sosialisasi - Perubahan proises keluarga
- Kurang pengetahuan
- Kurang peran orang tua
- Perubahan menjadi orang tua
- Perilaku mencari pertolongan
kesehatan (diagnosa
wellness)
Fungsi perawatan kesehatan - Perubahan pemeliharaan
kesehatan perilaku mencari
kesehatan
Proses dan strategi koping - Koping keluarga tidak efektif
keluarga - Resiko kekerasan

Setelah seluruh diagnosa keperawatan kelurga ditetapkan sesuai


prioritas, maka selanjutnya dikaji tingkat kemandirian keluarga.
( format pengkajian kemandirian : lihat di penilaian ).
Pada satu keluarga mungkin saja perawat menemukan lebih dari
satu diagnosa keperawatan keluarga, maka selanjutnya bersama

19
keluarga harus menentukan prioritas dengan menggunakan skala
perhitungan sebagai berikut
Tabel : skala prioritas masalah keluarga
Kriteria Skor Bobot
1. Sifat masalah
a. Aktual
3
(tidak/kurang
sehat)
1
b. Ancaman
2
kesehatan
c. Keadaan
1
sejahtera
2. Kemungkinan
masalah dapat di
ubah
2
a. Mudah 2
b. Sebagian 1
c. Tidak dapat 0
3. Potensi masalah
untuk dicegah
a. Tinggi 3 1
b. Cukup 2
c. rendah 1
Sumber : Baylon & Maglaya

Cara melakukan skoringnya adalah :


1) Tentukan skor untuk setiap kriteria
2) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan boboit
3) Jumlah skor untuk semua kriteria
4) Tentukan skor, nilai tertinggi menentukan urutan nomor
diagnosa keperawatan keluarga

Dalam menentukan prioritas, banyak faktor yang mempengaruhi


untuk kriteria yang pertama yaitu sifat masalah, skor yang lebih
besar (3) diberikan pada tidak/kurang sehat karna kondisi ini
biasanya disadari dan disadari dan dirasakan oleh keluarga, ancaman
kesehatan skor dua dan keadaan sejahtera skor satu.

20
Untuk kriteria kedua yaitu kemungkinan masalah dapat diubah,
perawat perlu memperhatikan faktor-fakor berkut :
1) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk
menangani masalah.
2) Sumber daya keluarga baik dalam bentuk fisik, keuangan
maupun tenaga
3) Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan, keterampilan
dan waktu
4) Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi
masyarakat dan dukungan masyarakat
Untuk kriteria ketiga yaitu potensi masalah dapat dicegah, perawat
perlu memperhatikan faktor-faktor berikut :
1) Kepelikan masalah yang berhubungan dengan penyakit atau
masalah
2) Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu
masalah itu ada
3) Tindakan yang sedang dijalankan, yaitu tindakan-tindakan yang
tepat dalam memperbaiki masalah
4) Adanya kelompok high risk atau kelompok yang sangat peka
menambah masalah
Untuk kriteria keempat yaitu menonjolnya masalah, perawat perlu
menilai persepsi atau bagaimana keluarga melihat masalah
kesehatan tersebut.

3. Perencanaan
Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan,
mencangkup tujuan umum dan khusus, rencana intervensi serta
dilengkapi dengan rencana evaluasi yang memuat kriteria dan standar.
Tujuan dirumuskan secara spesifik, dapat diukur (marusable), dapat
dicapai (achivable), rasional dan menunjukan waktu (SMART). Rencana

21
intervensi ditetapkan untuk mencapai tujuan. Wright dan Lrahey dalam
friedman (1998) membagi intervensi keperawatan keluarga menjadi dua
tingkatan intervensi, yaitu intervensi permulaan dan intervensi lanjut.
Intervensi permulaan meliputi intervensi yang bersifat sportif edukatif
dan langsung kearah sasaran, sedangkan pada tingkat lanjut, meliputi
sejumlah intervensi terapi keluarga yang lebih bersifat psikososial dan
tidak langsung.

Feeman (1970) dalam Friedman (1998) mengklasifikasikan (tipologi)


intervensi keperawatan keluarga menjadi :
a. Intervensi supplemental
Perawat sebagai pemberi perawatan langsung dengan
mengintervensi bidang-bidang yang keluarga tidak dapat
melakukannya.
b. Intervensi fasilitatif
Perawat berusaha memfasilitasi pelayanan yang diperlukan keluarga
seperti pelayanan medis, kesejahteraan sosial, transportasi dan
pelayanan kesehatan dirumah.
c. Intervensi perkembangan
Perawat melakukan tindakan dengan tujuan memperbaiki dan
meningkatkan kapasitas keluarga dalam perawatan diri dan
tanggung jawab pribadi. Perawat membantu keluarga memanfaatkan
sumber-sumber perawataan untuk keluarganya termasuk dukungan
internal dan ekternal.
Selanjutnya intervensi keperawatan keluarga diklasifikasikan
menjadi intervensi yang mengarah pada aspek kognitif, efektis dan
psikomotor (prilaku). Semua intervensi baik berupa pendidikan
kesehatan, tetapi modalitas ataupun terapi koplementer pada
akhirnya ditunjukan untuk meningkatkan kemampuan keluarga
melaksanakan lima tugas keluarga dalam kesehatan.

22
Kriteria dan standar merupakan rencana evaluasi, berupa pernyataan
spesifik tentang hasil yang diharapkan dari setiap tindakan
berdasarkan tujuan khusus yang ditetapkan. Kriteria dapat berupa
respons verbal, sikap atau psikomotor, sedangkan standar berupa
patokan/ukuran yang kita tentukan berdasarkan kemampuan
keluarga, sehingga dalam menentukan standar antara klien satu
dengan klien yang lainnya walaupun masalahnya sama, standarnya
bisa jadi berbeda.
Contoh:
Tujuan Khusus: Setelah dilakukan penyuluhan, keluarga dapat
menjelaskan tanda-tanda bahaya demam oleh virus dengue.
Kriteria: Respons verbal (karena menjelaskan)
Standar: Tanda-tanda bahaya demam oleh virus dengue
1) Panas tinggi tidak turun dengan obat penurun panas
2) Perdarahan dibawah kulit, dan lain sebagainya

4. Pelaksanaan
Pelaksanaan atau implementasi adalah serangkaian tindakan perawat
pada keluarga berdasarkan perencanaan sebelumnya. Tindakan
perawatan terhadap keluarga mencangkup dapat berupa:
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenal
masalah dan kebutuhan kesehatan, dengan cara:
1. Memberikan informasi: penyuluhan atau konseling
2. Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan
3. Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang
tepat, dengan cara:
1. mengintifikasi konsukuensi tidak melakukan tindakan
2. mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga
3. mendiskusikan tentang konsekuensi setiap tindakan

23
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga
yang sakit :
1. mendemostrasikan cara perawatan
2. menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah
3. mengawasi keluarga melakukan tindakan/perawatan
d. membantu keluarga menemukan cara bagaimana membuat
lingkungan menjadi :
1. menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga
2. melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin
e. memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
ada, dengan cara :
1. memperkenalkan fasilitas kesehatan yang ada dalam lingkungan
keluarga
2. membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
Metode yang dapat dilakukan untuk menerapkan implementasi dapat
bervariasi seperti melalui partisipasi aktif keluarga, pendidikan
kesehatan, kontrak, memanajemen kasus, kolaborasi dan konsultasi.

5. Penilaian
Untuk penilaian keberhasilan tindakan, maka selanjutnya dilakukan
penilaian. Tindakan-tindakan keperawatan keluarga mungkin saja tidak
dapat dilakukan dalam satu kali kunjungan, untuk itu dilakukan secara
bertahap, demikian halnya dengan penilaian. Penilaian dilaksanakan
dengan menggunakan pendekatan SOAP (subyektif, obyektif, analisa,
dan planning).
S : Hal-hal yang dikemukakan keluarga, misalnya keluarga anak P nafsu
makannya lebih baik
O : Hal-hal yang ditemukan perawat yang dapat diukur, misalnya anak
P naik BB nya 0,5 kg
A : Analisa hasil yang telah dicapai, mengacu pada tujuan dan diagnosa
P : Perencanaan yang akan datang setelah melihat respons keluarga.

24
Penilaian terhadap asuhan keperawatn juga dilakukan dengan melakukan
penilaian tingkat kemandirian keluarga. Pada saat pengkajian
kemandirian keluarga dikaji untuk mengetahui tingkat kemandirian
keluarga sebelum diberikan pembinaan/tindakan keperawatan,
sedangkan pada saat evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat
kemandirian keluarga setelah pembinaan/tindakan keperawatan
dilakukan.
Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 267 Tahun 2006, penilaian
kemandirian keluarga ini diajdikan sebagai outcome pelaksanaan
perawatan kesehatan masyarakat (perkesmas) dipusat kesehatan
masyarakat (perkesmas).

25
BAB III
KASUS

Sebuah keluarga dengan kepala keluarga berinisial Tn. A usia 59 tahun. Memiliki
seorang istri berinisial Ny. E berusia 55 tahun. Anak pertama bernama Tn. S,
berjenis kelamin laki-laki, berusia 27 tahun dan baru 6 bulan menikah dan
berprofesi sebagai guru. Anak kedua bernama Nn. T, berjenis kelamin perempuan,
berusia 25 tahun, sekarang sudah bekerja di bank swasta dan sudah tidak tinggal
dengan orang tuanya. Tn. A bekerja sebagai Guru SMP dan Ny. E sebagai ibu
rumah tangga. Sebagai Guru SMP, Tn. A mendapat gaji Rp. 3.000.000 per bulan.
Tahun depan Tn. A akan pensiun. Tn. A merasa sedikit bingung dengan apa
kegiatan yang akan ia lakukan setelah pensiun dan memikirkan bahwa
penghasilan juga akan berkurang. Tn. A memiliki penyakit hipertensi sejak 5
tahun lalu. Tn. A sering merasa pusing dan terasa berat pada tengkuk saat Tn. A
merasa terlalu lelah. Akan tetapi Tn. A tidak segera berobat ke puskesmas, Tn. A
hanya beristirahat dan meminum obat warung karena beranggapan bahwa sakit
tersebut akan hilang dengan sendirinya. Rumah terlihat berantakan, tidak ada
pertukaran udara karena kurangnya ventilasi rumah.

26
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
1. Data umum
a. Nama kepala keluarga : Tn. A
b. TTL : Bandar Lampung, 3 September 1957
c. Usia : 65 Tahun
d. Alamat : RT 01 RW 02, Desa Kemiling
e. Pekerjaan KK : Guru SMP
f. Pendidikan KK : SMA
g. Komposisi keluarga : Ayah, ibu dan dua orang anak
No. Nama JK TTL Hubungan Pekerjaan Pendidikan
1. Ny. E P Bandar Istri IRT SMP
Lampung, 12
Agustus 1961
(usia 61
tahun)
2. Tn. S L Inderalaya, Anak Guru S1
25 Juni 1989
(33 tahun)
3. Nn. T P Inderalaya, Anak Pegawai S1
10 April Bank
1991 (31
tahun)

27
Genogram

h. Tipe keluarga
Tipe keluarga adalah keluarga inti dengan orang tua dan dua anak
kandung.
i. Latar belakang budaya
Keluarga ini adalah keluarga dengan latar belakang budaya
Sumatera baik Tn. A maupun Ny. E. Keluarga ini memegang adat
budaya Sumatera dalam praktik kehidupan sehari-hari.
j. Agama
Keluarga memeluk agama islam dan aktif dalam kegiatan
keagamaan di lingkungan sekitar. Ny. E sering mengikuti
pengajian ibu-ibu setiap satu minggu sekali. Menurut Ny. E,
keluarganya melaksanakan shalat dan puasa.
k. Status sosial ekonomi keluarga
Tn. A merupakan pencari nafkah di keluarga, ia bekerja sebagai
guru SMP. Status ekonomi tergolong sederhana dengan
penghasilan Rp. 3.000.000 per bulan. Menurut Ny. E, penghasilan

28
Tn. A sudah mencukupi kebutuhan sehari-hari. Keluarga Tn. A
tidak memiliki tabungan yang dikhususkan untuk kesehatan.

l. Aktivitas rekreasi atau waktu luang


Pada hari libur, biasanya keluarga Tn. A berkumpul di rumah
untuk membersihkan kebun kecil dibelakang rumah mereka dan
menonton televisi bersama. Waktu luang juga biasa digunakan Ny.
E untuk berbincang dengan tetangga.

2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga


a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga Tn. A dalam tahap keluarga dengan usia pertengahan
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menurut Ny. E, suaminya saat ini sedang menjalang masa pensiun.
Tn. A bingung dengan kegiatan apa yang akan ia lakukan setelah
pensiun. Karena selama ini sebagai guru SMP adalah satu-satunya
kegiatan Tn. A. Saat ditanya bagaimana perasaan Tn. A menjelang
masa pensiun, Tn. A menjawab bahwa ia bingung dan merasa
sedih. Karena selama ini ia menjalani profesi sebagai guru tetapi
sebentar lagi ia tidak akan menjalankan kegiatan tersebut lagi. Tn.
A menjelaskan bahwa pensiun adalah kejadian di mana seseorang
harus berhenti dari pekerjaannya, karena usia yang sudah lanjut
dan harus diberhentikan ataupun atas permintaan sendiri. TN. A
berkata bahwa pensiun bukanlah suatu masalah, akan tetapi masa
setelah pensiun yang merupakan suatu masalah, disamping tidak
memiliki kegiatan, penghasilan pun akan berkurang. Tn. A dan Ny.
E mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui tahap
perkembangan keluarga usia pertengahan
c. Riwayat keluarga inti
Kedua orang tua saat ini hidup di lingkungan yang sama. Mereka
berpacaran terlebih dahulu sebelum menikah. Saat menikah,

29
keduanya berada pada usia yang sudah matang yaitu Tn. A 31
tahun dan Ny. E berusia 27 tahun. Keluarga dikaruniai anak setelah
1 tahun menikah yaitu Tn. S. Setelah itu Ny. E mengikuti keluarga
berencana dan baru mempunyai anak lagi setelah anak pertama
berusia 2 tahun.
Saat ini kondisi Tn. A pusing dan berat pada tengkuk. Tn. A sudah
di diagnosis hipertensi sejak 5 tahun lalu saat berobat ke
puskesmas. Saat ditanya mengenai hipertensi, Ny. E dapat
menjelaskan dengan sederhana bahwa hipertensi adalah tekanan
darah tinggi. Tn. A dan Ny. E tidak mengetahui penyebab dari
hipertensi, selain itu Tn. A dan Ny. E tidak mengetahui tanda dan
gejala hipertensi selain pusing dan berat pada tengkuk. Menurut
Ny. E, keluhan Tn. A tidak terlalu mengkhawatirkan karena Tn. A
tidak terlihat sakit, dan tetap dapat menjalankan aktivitas seperti
biasa. Tn. A tidak mau berobat ke puskesmas karena merasa bahwa
keluhan tersebut akan hilang dengan sendirinya.

3. Data lingkungan
a. Karakteristik rumah
Rumah yang ditempati oleh keluarga merupakan rumah sendiri,
ukuran 9x6 meter. Menurut Ny. E, keluarganya belum mampu
merenovasi rumah karena keterbatasan biaya. Rumah terlihat
berantakan. Jarak antara rumah Ny. E dengan yang lainnya sangat
dekat, hanya kurang dari satu meter. Kondisi ventilasi kurang
karena sehingga cahaya yang masuk sedikit dan pertukaran udara
sangat kurang. Tn. A sering merasa pengap dan sesak dengan
kondisi rumah. Tetapi ia tidak mengatakan dengan istrinya.
Istrinya mengatakan bahwa ia tidak bisa melakukan apa-apa
karena ventilasi rumah sudah seperti itu saat mereka pertama kali
tinggal. Untuk mengubahnya tentu membutuhkan biaya. Ny. E
mengatakan bahwa rumah yang bersih adalah rumah yang di sapu

30
setiap hari. Ny. E mengatakan rumahnya sudah cukup bersih.
Menurut Ny. E ini tidak menjadi masalah karena semua rumah di
sini juga mengalami hal yang sama.
b. Karakteristik tetangga dan lingkungan RW
Lingkungan di mana keluarga Tn. A tinggal merupakan tempat
hunian yang padat. Jarak antara satu rumah dengan rumah yang
lainnya hanya kurang dari 1 meter. Terdapat banyak rumah petak
atau rumah kontrakan disekitar rumah Ny. E. Antar tetangga
sangat rukun, mereka terkadang menghabiskan waktu untuk
mengobrol di teras salah satu rumah. Jarak masjid hanya sekitar
50 meter dari rumah Ny. E. Menurut Ny. E, sebelumnya terdapat
klinik dokter akan tetapi sekarang sudah tidak ada. Sehingga
apabila ada anggota keluarga yang sakit, mereka pergi ke
puskesmas yang berjarak 500 meter. Kegiatan posyandu biasa
diadakan di rumah RT.
Untuk fasilitas umum, lingkungan rumah Ny. E sangat strategis
karena dekat dengan Pasar Indralaya yang berjarak kurang lebih 1
KM.
c. Mobilitas geografis keluarga
Sejak menikah, mereka sudah tinggal di lingkungan yang saat ini
mereka tempati dan tidak pernah pindah rumah.
d. Hubungan keluarga dengan masyarakat
Hubungan keluarga dengan masyarakat sangat baik, Ny. E selalu
mengikuti pengajian tiap minggu.
e. Sistem pendukung sosial keluarga
Dukungan dari keluarga besar sangat membantu keluarga Tn. A
dan Ny. E. Apabila ada anggota keluarga yang sakit, maka orang
tua dari Ny. E akan membantu pekerjaan rumah.

4. Struktur lingkungan
a. Pola komunikasi

31
Komunikasi antara Tn. A dan Ny. E tidak mengalami kesulitan,
apabila terdapat hal yang penting dibicarakan biasanya mereka
langsung membicarakannya. Menurut Ny. E, mereka sama-sama
orang Sumatera jadi jika berbicara tanpa basa basi. Tn. A dan Ny.
E dekat dengan anak-anak mereka.
b. Struktur kekuatan keluarga
Di keluarga Tn. A, kekuasaan dibagi menurut peran masing-
masing. Untuk masalah-masalah yang berhubungan dengan
kepentingan rumah tangga, Tn. A menyerahkan sepenuhnya pada
Ny. E namun apabila tidak bisa diatasi, Ny. E selalu meminta
bantuan dan pertimbangan Tn. A. Tn. A selalu membeikan
tanggung jawab keuangan kepada Ny. E. Apabila terdapat
keputusan penting dan mendesak, Tn. A lah yang bertanggungjwab
mengambil keputusan dan semua keluarga akan mematuhi.
c. Struktur peran (formal dan informal)
Tn. A: Ayah dan suami, ia merupakan pencari nafkah satu-satunya
dan merupakan pemimpin keluarga. Perannya di keluarga
dilakukan sebaik-baiknya, menurut Tn. A ia selalu berusaha
menjadi suami dan ayah yang baik.ia selalu berusaha memenuhi
keinginan istri dan anaknya. Tn. A tidak pernah mengambil
keputusan sepihak, ia selalu melibatkan Ny. E untuk memberikan
masukan. Tn. A selalu memanfaatkan waktu sebaik-baiknya
dengan keluarga.
Ny. E: Ibu dan istri, merupakan ibu rumah tangga. Ia selalu
berusaha memberikan yang terbaik dan mengasuh anak-anaknya
dengan sebaik-baiknya. Ia pun merasa sangat dihargai oleh
suaminya sehingga tidak mau mengecawakan Tn. A.
Tn. S: Merupakan anak pertama. Menurut Ny. E, Tn. S merupakan
tumpuan harapan keluarga. Tn. S setiap bulan sering mengirimkan
uang untuk kedua orang tuanya. Begitupun dengan Nn. T.
d. Nilai atau norma dalam keluarga

32
Nilai yang mereka anut adalah nilai-nilai sumatera karena mereka
berasal dari suku yang sama. Namun menurut Ny. E ia tidak tahu
seperti apa nilai Sumatera sehingga mereka menjalani kehidupan
sehari-hari seperti biasa. Norma yang dianut adalah norma agama.
Apabila menurut agama tidak baik, maka mereka tidak akan
melakukan hal tersebut.

5. Fungsi keluarga
a. Fungsi afektif
Tn. A dan Ny. E selalu berusaha saling memperlihatkan kasih
sayang baik antara mereka berdua untuk anak-anaknya. Tidak ada
perbendaan antara anak pertama dan kedua. Mereka selalu
berusaha menerapkan komunikasi terbuka dalam segala hal
sehingga jarang jarang terjadi perselisihan antara Tn. A dan Ny. E.
b. Fungsi sosialisasi
Dalam hal pengasuhan anak, Tn. A menyerahkan sepenuhnya pada
Ny. E namun apabila ada masalah yang mendesak biasanya mereka
membicarakan bersama. Menurut keluarga, anak adalah amanah
yang harus dijaga sebaik-baiknya. Keluarga mencoba menerapkan
kedisiplinan kepada semua anak mereka, sosialisasi keluarga
dengan lingkungan sekitar berjalan dengan baik. Begitu juga
dengan anak-anak mereka.
c. Fungsi perawatan keluarga
Dalam keluarga, Ny. E yang berperan melakukan perawatan pada
anak-anak mereka saat masih kecil dan Tn. A. Ny. E mengatakan
bahwa ia selalu berusaha menyiapkan sarapan untuk mereka
keluarga, dengan membeli bahan di pasar. Untuk semua anaknya,
saat masa kehamilan ibu menjaga kehamilan dengan kemampuan
dan biaya seadanya, dan setelah lahir Ny. E membawa anak-
anaknya ke posyandu untuk imunisasi. Apabila ada anggota
keluarga yang sakit, jika tidak terlalu mengganggu maka tidak

33
diberi obat. Apabila sudah merasa tidak enak badan, salah satu
keluarga membelikan obat di warung.

6. Koping keluarga
a. Stressor jangka pendek dan panjang serta kesehatan keluarga
Keluarga tidak merasakan adanya stressor saat ini.
b. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi stessor
Keluarga memiliki sumber daya untuk berespon terhadap stressor
yaitu:
1) Sistem dukungan sosial keluarga kuat. Keluarga besar selalu
memberikan bantuan kepada keluarga Tn. A
2) Tempat tinggal yang memadai dengan sarana kesehatan yang
tersedia
3) Pola komunikasi yang baik dalam keluarga
c. Strategi koping yang digunakan
Strategi koping yang digunakan adalah berdasarkan pengalaman
masa lalu dan berpusat pada Ny. E untuk menangani masalah
kesehatan pada keluarga. Keluarga juga menggunakan sistem
dukungan sosialnya yaitu dari keluarga besar dalam membantu
mereka saat membutuhkan pertolongan.
d. Strategi adaptasi disfungsional
Keluarga terutama Ny. E secara sadar telah melakukan adaptasi
disfungsional yaitu apabila tidak memiliki biaya untuk membeli
sayuran, Ny. E masih dapat memtik sayur di kebun belakang
rumah mereka.

7. Pemeriksaan fisik
Dari pemeriksaan fisik yang dilakukan, pada keluarga secara umum
kondisi kesehatan secara fisik, Ny. E tidak memiliki gangguan.
Sedangkan Tn. A merasa pusing dan berat pada tengkuk. An. S dan An.

34
T belum terkaji karena mereka tidak ada dirumah saat dilakukan
pengkajian. Dibawah ini akan dijabarkan hasil pemeriksaan fisik Tn. A.

No. Prosedur Hasil Pemeriksaan


1. Pemeriksaan umum
a. Penampilan umum Saat ini Tn. A berusia 65 tahun. Tubuh Tn. A
proporsional dengan TB 168 cm dan BB 62 kg,
cara berpakaian rapi, tubuh dan pakaian terlihat
bersih.
b. Status mental Status emosi Tn. A normal, tingkat kecerdasan
rata-rata, orientasi baik, cara bicara normal dan
dapat dimengerti.
2. Pemeriksaan kulit, kuku dan rambut
Kulit Kulit terlihat bersih, pigmentasi kulit merata,
turgor kulit elastis, permukaan kulit tidak kering,
tekstrur kulit lembut, tidak terdapat lesi,
sensitivitas baik.
Rambut dan kulit kepala Rambut dan kulit kepala terlihat bersih, warna
rambut hitam, tebal, tekstur halus, jumlah dan
distribusi normal, tidak terdapat lesi pada kulit
kepala.
Kuku Kuku bersih, rata dan tidak terdapat kelainan.
3. Pemeriksaan kepala dan leher
Kepala Kepala terlihat simetris, bentuk oval, tidak ada lesi
dan tenderness. Rambut berwarna hitam dan
distribusi merata, testur halus, tebal, tidak ada kutu
dan ketombe. Tn. A mengatakan kepala terasa
pusing.
Muka Wajah terlihat simetris, warna kulit sawo matang,
distribusi warna merata sesuai dengan warna kulit

35
tubuh.
Telinga Teling tidak ada kelainan, tidak ada les, bengkak
maupun nyeri tekan.
Mata Mata simetris, konjungtiva berwarna merah muda,
sklera berwarna putih.
Hidung dan sinus Hidung terlihat simetris, tidak ada lesi maupun
cairan.
Mulut dan tenggorokan Warna bibir merah muda, lembab, tidak terdapat
caries gigi, tidak ada gigi berlubang dan tidak ada
bau mulut.
Leher Leher terlihat simetris, tidak ada gangguang fungsi
dan kelainan anatomis. Akan tetapi Tn. A
mengatakan terasa berat pada tengkuk.
4. Pemeriksaan dada
Pernapasan Pernapasana normal, 18 kali per menit, Tn. A tidak
mengalami gangguan pernapasan. Terdengar suara
bronchial pada trakea, bronkhovesikuler pada
bronkus, vesikuler pada paru-paru. Tidak terdengar
suara atau bunyi napas tambahan.
Kardiovaskuler Bunyi jantung normal, terdengar suara S1 dan S2.
Tidak terdengar suara murmur. TD 140/90 mmHg,
nadi 88 kali per menit.
5. Pemeriksaan abdomen
Bising usus terdengar jelas pada kuadran kanan atas, frekuensi 10 kali per
menit, turgor elastis.
6. Pemeriksaan ekstremitas
Ekstremitas tidak ada kelainan, tidak ada gangguan fungsi maupun kelainan
anatomis.

8. Harapan keluarga

36
Keluarga sangat mengharapkan bantuan dari perawat untuk membantu
mengatasi masalah Tn. A dan ingin sekali Tn. A tidak memiliki keluhan
lagi.

B. Analisa Data
No. Data Masalah Etiologi
1. Data subjektif: Nyeri pada Ketidakmampuan
a. Tn. A mengatakan keluarga Tn. A keluarga mengenal
kepalanya terasa pusing khususnya Tn. A masalah hipertensi
b. Terasa berat pada tengkuk
c. Sudah didiagnosis
hipertensi sejak 5 tahun
lalu
d. Tn. A tidak pernah
berobat, bila keluhan
datang Tn. A hanya
istirahat atau membeli
obat warung
e. Saat ditanya mengenai
hipertensi, Tn. A dan Ny.
E dapat menjelaskan
secara sederhana bahwa
hipertensi adalah tekanan
darah tinggi
f. Tn. A dan Ny. E tidak
mengetahui penyebab
hipertensi
g. Tn. A dan Ny. E tidak
mengetahui tanda dan
gejala hipertensi selain

37
pusing dan berat pada
tengkuk
h. Menurut Ny. E dan Tn. A
tidak terlalu
mengkhawatirkan karena
keluhan akan hilang
dengan sendirinya

Data Objektif:
a. TD 140/90 mmHg
b. Nadi 88 kali per menit
c. Tidak memiliki obat
hipertensi
2. Data Subjektif: Risiko terjadinya Ketidakmampuan
a. Ny. E mengatakan bahwa penyakit TB paru keluarga mengenal
rumah merupakan rumah pada keluarga Tn. A pentingnya
sendiri khususnya Tn. A kebersihan
b. Menurut Ny. E, lingkungan dan
keluarganya belum sirkulasi udara yang
mampu merenovasi baik
rumah karena
keterbatasan biaya
c. Tn. A mengatakan sering
merasa pengap dan sesak
dengan kondisi rumah
d. Ny. E mengatakan bahwa
ia tidak bisa melakukan
apa-apa karena keadaan
ventilasi sudah seperti itu
sejak mereka pertama kali
menempati rumah

38
e. Ny. E mengatakan bahwa
rumah yang bersih adalah
rumah yang di sapu setiap
hari
f. Ny. E mengatakan
rumahnya sudah cukup
bersih
g. Menurut Ny. E ini tidak
menjadi masalah karena
semua rumah di sini juga
mengalami hal yang
sama.

Data Objektif:
a. Rumah terlihat berantakan
b. Ventilasi kurang
c. Ukuran rumah 9x6 meter
d. Lingkungan rumah padat
dengan jarak antar rumah
kurang dari 1 meter
e. Kondisi ventilasi kurang
karena sehingga cahaya
yang masuk sedikit dan
pertukaran udara sangat
kurang

3. Data Subjektif: Risiko kesepian Ketidakmampuan


a. Ny. E mengatakan pada keluarga Tn. A keluarga mengenal
suaminya saat ini sedang khususnya Tn. A tahap
menjalang masa pensiun. perkembangan
b. Tn. A mengatakan bahwa keluarga dengan

39
ia bingung dan merasa usia pertengahan
sedih. Karena selama ini
ia menjalani profesi
sebagai guru tetapi
sebentar lagi ia tidak akan
menjalankan kegiatan
tersebut lagi.
c. Tn. A menjelaskan bahwa
pensiun adalah kejadian
di mana seseorang harus
berhenti dari
pekerjaannya, karena usia
yang sudah lanjut dan
harus diberhentikan
ataupun atas permintaan
sendiri.
d. Tn. A berkata bahwa
pensiun bukanlah suatu
masalah, akan tetapi masa
setelah pensiun yang
merupakan suatu masalah,
disamping tidak memiliki
kegiatan, penghasilan pun
akan berkurang
e. Tn. A dan Ny. E
mengatakan bahwa
mereka tidak mengetahui
tahap perkembangan pada
keluarga usia
pertengahan.

40
Data Objektif:
a. Tn. A terlihat bingung
b. Bertanya mengenai tugas
perkembangan keluarga
pada usia pertengahan.

C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri pada keluarga Tn. A khususnya Tn. A berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi
2. Risiko terjadinya penyakit TB Paru pada keluarga Tn. A khususnya Tn.
A berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal pentingnya
kebersihan lingkungan dan sirkulasi udara yang baik
3. Risikp kesepian pada keluarga Tn. A khususnya Tn. A berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga mengenal tahap perkembangan
keluarga usia pertengahan.

D. Prioritas Masalah Dan Skoring


1. Diagnosa 1: Nyeri pada keluarga Tn. A khususnya Tn. A berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga mengenal hipertensi

No. Kriteria Perhitungan Bobot Pembenaran


1. Sifat masalah: 3/3 x 1 = 1 Masalah hipertensi telah
aktual terjadi pada Tn. A, sejak di
diagnosa hipetensi 5 tahun
1
lalu. Saat ini Tn. A mengeluh
pusing dan berat pada
tengkuk.
2. Kemungkinan 2/2 x 2 = 2 2 Keluarga memiliki sumber

41
untuk diubah: daya yang cukup kuat untuk
mudah mengatasi masalah yaitu:
a. Pola komunikasi yang
baik dalam keluarga
b. Keluarga besar selalu
memberikan bantuan
c. Tersedianya pelayanan
kesehatan yaitu
puskesmas yang
berjarak 200 meter
d. Ny. E tidak bekerja di
luar rumah sehingga
memiliki banyak waktu
untuk merawat Tn. A
3. Potensial untuk 2/3 x 1 = 2/3 Masalah sudah berlangsung
dicegah: cukup cukup lama, yaitu 5 tahun
1
lalu. Jarak rumah dengan
pelayanan kesehatan dekat.
4. Menonjolnya 1/1 x 1 = 1 Saat Tn. A mengeluh pusing
masalah: dan berat pada tengkuk,
masalah ada keluarga tidak langsung
tetapi tidak membawa ke palayanan
perlu segera kesehatan. Tn. A hanya
1
ditangani istirahat dan meminum obat
warung. Ny. E mengatakan
keluhan akan hilang dengan
sendirinya.

Total 4 2/3

42
2. Diagnosa 2: Risiko terjadinya penyakit TB paru pada keluarga Tn. A
khususnya Tn. A berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal
pentingnya kebersihan lingkungan dan sirkulasi udara yang baik

No. Kriteria Perhitungan Bobot Pembenaran


1. Sifat masalah; 2/3 x 1 = 2/3 Rumah terlihat berantakan,
risiko ventilasi kurang, sirkulasi
dan cahaya yang masuk juga
kurang. Rumah dengan
1
sirkulasi udara yang buruk
akan menimbulkan penyakit
paru-paru, salah satunya
adalah TB paru.
2. Kemungkinan 2/2 x 2 = 2 Keluarga memiliki sumber
untuk diubah: daya yang cukup kuat untuk
mudah mengatasi masalah yaitu:
a. Pola komunikasi yang
baik dengan An. S
b. Sistem dukungan
keluarga yang sangat
2
kuat
c. Hubungan keluarga
yang harmonis
d. Ny. E selalu berada di
rumah sehingga
memiliki banyak waktu
untuk merapikan rumah
3. Potensial untuk 2/3 x 1 = 2/3 1 Keluarga tidak pernah
dicegah: cukup memanfaatkan fasilitas
kesehatan untuk menambah
informasi tentang pentingnya

43
kerapian di dalam rumah
serta tidak adanya motivasi
yang kuat untuk hidup rapi.
4. Menonjolnya 0/2 x 1 = 0 Keluarga tidak merasa
masalah: adanya masalah dengan
masalah tidak rumahnya. Keluarga tidak
1
dirasakan pernah menderita sakit yang
diakibatkan oleh sirkulasi
udara ruangan yang buruk.
Total 3 1/3

3. Diagnosa 3: Risiko kesepian pada keluarga Tn. A khususnya Tn. A


berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal tahap
perkembangan keluarga usia pertengahan

No. Kriteria Perhitungan Bobot Pembenaran


1. Sifat masalah: 2/3 x 1 = 2/3 Tn. A saat ini merasa
risiko 1 bingung dan sedih menjlang
pensiun.
2. Kemungkinan 1/2 x 2 = 1 2 Keluarga memiliki sumber
untuk diubah: daya yang cukup kuat untuk
sebagian mengatasi masalah yaitu:
a. Pola komunikasi yang
baik dengan An. S
b. Sistem dukungan
keluarga yang sangat
kuat
c. Hubungan keluarga
yang harmonis
d. An. S yang selalu
mendengar saat

44
dinasehati oleh kedua
orang tua
3. Potensial untuk 3/3 x 1 = 1 Tn. A dan Ny. E memiliki
dicegah: tinggi kebun di halaman belakang
1 sehingga berkebun bisa
dijadikan kegiatan setelah
Tn. A pensiun.
4. Menonjolnya 1/2 x 1 = 1/2 Masalah tidak dirasakan
masalah: karena dianggap hal yang
1
masalah tidak biasa dan tidak
dirasakan membahayakan.
Total 3 1/6

E. Rencana Keperawatan
Diagnosa Tujuan KH
No. Intervensi
Kep. J. Panjang J. Pendek Kriteria Standar
1. Nyeri pada Setelah Setelah Respon a. Hiper a. Diskusikan
keluarga Tn. dilakukan dilakukan verbal tensi bersama
A khususnya intervensi intervensi selama adalah keluarga
Tn. A keperawatan 2x45 menit, keadaa mengenai
berhubungan selama 2x45 keluarga mampu: n di pengertian
dengan menit, 1. Mengenal mana hipertensi
ketidakmam keluarga masalah tekanan b. Jelaskan
puan dapat merawat a. Mejelaskan darah pada
keluarga anggota kembali di atas keluarga
mengenal keluarga yang pengertian 130/90 mengenai
masalah menderita hipertensi mmHg penyebab
hipertensi hipertensi b. Menjelaskan b. Peny dan
kembali ebab keadaan
penyebab hiperte hipertensi
hipertensi nsi serta
c. Menjelaskan antara klasifikasi
kembali lain dari
tanda dan pola hipertensi
gejala hidup dengan
hipertensi yang mengguna
d. Menjelaskan tidak kan lembar
kembali sehat, balik dan
dampak rokok, poster

45
yang dapat alhokol c. Jelaskan
terjadi bila , tanda
seseorang obesita gejala
menderita s, hipertensi
hipertensi keturun d. Jelaskan
an, dll kepada
c. Tand keluarga
a gejala mengenai
hiperte dampak
nsi bila
adalah seseorang
sakit terkena
kepala, hipertensi
suing, e. Beri
telinga kesemppat
berden an kepada
gung, keluarga
mata untuk
berkun bertanya
ang. f. Bantu
d. Dam keluarga
pak untuk
hiperte mengulang
nsi i apa yang
lebih telah
lanjut didiskusika
adalah n
gagal g. Beri pujian
ginjal atas
kronik perilaku
dan yang benar
stroke.

2. Mengambil Respon Keluarga a. Jelaskan


keputusan verbal menyatak kepada
untuk an keluarga
mengatasi keputusan mengenai
hipertensi nya dalam tindakan
mengatasi yang harus
hipertensi dilakukan
saat keluarga
menderita
hipertensi
b. Bimbing
dan motivasi

46
keluarga
untuk
mengambil
keputusan
dalam
menangani
masalah
hipertensi
c. Beri pujian
atas
keputusan
yang diambil
untuk
mengatasi
masalah
hipertensi

3. Diharapkan Respon Keluarga a. Berikan


keluarga verbal dan dapat penjelasan
mampu re menjelask pada
memberikan demonstra an dan keluarga
perawatan si mendemo tentang
pada Tn. A nstrasikan cara
dengan nyeri cara mengurang
akut merawat i nyeri
hipertensi keluarga b. Demonstra
dengan sikan pada
hipertensi keluarga
yaitu tentang
dengan cara
teknik mengurang
relaksasi i nyeri
napas c. Berikan
dalam, penjelasan
kompres pada
dingin keluarga
pada leher tentang diit
bagian hipertensi
belakang, yaitu diit
menghind rendah
ari garam,
perubaha rendah
n posisi lemak dan
secara kolesterol
mendadak d. Ajurkan
dan keluarga

47
pengobata untuk
n secara mengkons
teratur umsi
makanan
sesuai
dengan diit
hipertensi
e. Anjurkan
keluarga
untuk
memeriksa
an Tn. A
secara
teratur ke
pelayanan
kesehatan
4. Keluarga Pada Keluarga a. Jelaskan
mampu kunjungan memperli pentingnya
menciptakan yang hatkan lingkungan
lingkungan direncanak kondisi dalam
yang an ruangan mempengaru
kondusif yang rapi hi kondisi
bagi dan penderita
penderita tenang hipertensi
hipertensi b. Diskusikan
dengan
keluarga
cara-cara
menata
lingkungan
c. Motivasi
keluarga
untuk
menata
ruangan
d. Beri pujian
atas tindakan
yang
dilakukan
5. Keluarga Psikomoto Keluarga a. Jelaskan
mampu r membawa pentingnya
memanfaatk Tn. A ke memonitor
an pelayanan puskesma tekanan
kesehatan s darah secara
untuk rutin
memonitor b. Diskusikan

48
tekanan dengan
darah keluarga
manfaat
membawa
anggota
keluarga ke
puskesmas
c. Berikan
pujian atas
tindakan
positif yang
telah
dilakukan

Diagnosa Tujuan KH
No. Intervensi
Kep. J. Panjang J. Pendek Kriteria Standar
2. Risiko Setelah Setelah Respon a. Kebe a. Diskusikan
terjadinya dilakukan dilakukan verbal rsihan bersama
penyakit intervensi intervensi selama lingkun keluarga
TB paru keperawatan 2x45 menit, gan tentang
pada selama 2x45 keluarga mampu: sangat pentingnya
keluarga menit, Mengenal penting kesehatan
Tn. A keluarga masalah untuk b. Menjelask
khususnya mampu a. Mejelaskan menghi an tentang
Tn. A memahami kembali ndarka pentingnya
berhubunga tentang pentingnya n diri membersih
n dengan pentingnya membersihkan dari kan
ketidakmam kebersihan lingkungan penyak lingkungan
puan lingkungan dan sirkulasi it. serta
keluarga dan sirkulasi udara yang Sirkula pentingnya
mengenal udara yang baik si udara sirkulasi
pentingnya baik b. Akibat dari di udara yang
kebersihan lingkungan rumah baik di
lingkungan yang kotor dan yang dalam
dan sirkulasi udara tergang rumah
sirkulasi yang tidak gu c. Memberik
udara yang baik dapat an
baik menim motivasi
bulkan kepada
dampa keluarga
k bagi untuk
kesehat membersih

49
an. kan rumah
Standar d. Beri
luasnya kesemppat
ventilas an kepada
i jika keluarga
dibandi untuk
ngkan bertanya
dengan e. Bantu
luas keluarga
rumah untuk
adalah mengulang
10% i apa yang
b. Peny telah
akit didiskusika
yang n
dapat f. Beri pujian
timbul atas
akibat perilaku
lingkun yang benar
gan
yang
kotor
serta
sirkulas
i udara
yang
tidak
baik
adalah
pneum
onia
dan Tb
paru.

Diagnosa Tujuan KH
No. Intervensi
Kep. J. Panjang J. Pendek Kriteria Standar
3. Risiko Setelah Setelah Respon a. Tahap a. Diskusikan
kesepian dilakukan dilakukan verbal perkemb bersama
pada intervensi intervensi selama angan keluarga
keluarga Tn. keperawatan 2x45 menit, keluarga tentang
A khususnya selama 2x45 keluarga mampu: ada 8 pengertian
Tn. A menit, risiko 1. Mengenal yaitu tahap
berhubungan kesepian tidak masalah ahap keluarga
dengan terjadi a. Mejelaskan keluarga dengan
ketidakmam kembali pemula, usia
puan tahap tahap pertengaha

50
keluarga perkembang keluarga n
mengenal an keluarga sedang b. Jelaskan
tahap b. Menjelaskan mengasu kepada
perkembanga kembali h anak, keluarga
n keluarga tugas tahap tentang
usia perkembang keluarga tugas
pertengahan pada dengan perkemban
keluarga anak gan
dengan anak usia pra keluarga
remaja sekolah, pada tahap
c. Menjelaskan tahap ini
kepada keluarga c. Jelaskan
keluarga dengan kepada
tentang anak keluarga
masalah usia mengenai
yang sering sekolah, masalah
terjadi pada tahap yang
anak remaja keluarga sering
dengan terjadi
anak dengan
remaja, usia
tahap pertengaha
keluarga n
dengan d. Bantu
anak keluarga
dewasa, untuk
tahap mengidenti
keluarga fikasi
usia tugas
pertenga perkemban
han, dan gan yang
tahap telah atau
keluarga belum
lanjut dilakukan
usia. e. Beri
kesempata
b. Tugas n pada
perkemb keluarga
angan untuk
pada bertanya
keluarga f. Beri
dengan kesempata
usia n keluarga
pertenga untuk
han bertanya
adalah g. Bantu

51
menyedi keluarga
akan untuk
lingkung mengulang
an yang apa yang
dapat telah di
meningk diskusikan
atkan h. Beri pujian
kesehata atas
n, perilaku
mempert yang benar
ahankan
hubunga
n yang
memuas
kan dan
penuh
arti
dengan
para
orang
tua
(lansia)
dan
anak-
anak,
memper
kokoh
hubunga
n
perkawi
nan,
persiapa
n masa
tua/
pensiun.

F. Catatan perkembangan
Dx. Waktu dan tanggal Implementasi Evaluasi

52
No.
1. Jum’at 27 Agustus a. Mendiskusikan bersama S:
2016 keluarga tentang pengertian a. Ny. E mengatakan ia
13.00 - 13.45 WIB tahap keluarga dengan usia sekarang mengerti
pertengahan mengenai tahap
b. Menjelaskan kepada keluarga perkembangan
tentang tugas perkembangan keluarga dengan usia
keluarga pada tahap ini pertengahan
c. Menjelaskan kepada keluarga b. Ny. E mengatakan
mengenai masalah yang memahami tugas
sering terjadi dengan usia perkembangan
pertengahan keluarga dengan usia
d. Membantu keluarga untuk pertengahan
mengidentifikasi tugas c. Ny. E mengatakan
perkembangan yang telah atau memahami masalah
belum dilakukan yang terjadi pada usia
pertengahan
d. Tn. A mengatakan
akan melakukan
kegaiatan-kegiatan
yang dulu tidak
sempat ia lakukan,
untuk mengisi masa
pensiunnya.

O:
a. Ny. E menjelaskan
kembali tugas
perkembangan
keluarga dengan usia
pertengahan
b. Ny. E sebelumnya
terlihat kurang
antusias saat
dijelskan mengenai
hipertensi, namuan
setelah terlibat
diskusi Ny. E banyak
melontarkan
pertanyaan

A:
Keluarga sudah
mengetahui tentang
tugas perkembangan
keluarga dengan usia

53
pertengahan dan
sudah mengambil
keputusan untuk
melakukan kegiatan
untuk mengisi masa
pensiun seperti
berkebun.

P:
a. Lakukan pemantauan
terhadap kegiatan Tn.
A melalui keluarga

54
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

Friedman (1998) mendefinisikan keluarga sebagai suatu sistem sosial.


Keluarga merupakan sebuah kelompok yang terdiri dari individu-individu
yang memiliki hubungan erat satu salam alin, saling tergantung yang
diorganisir dalam satu unit tunggal dalam rangka mengcapai tujuan tertentu.

Terdapat 8 tahap perkembangan keluarga yaitu tahap keluarga pemula, tahap


keluarga sedang mengasuh anak, tahap keluarga dengan anak usia pra
sekolah, tahap keluarga dengan anak usia sekolah, tahap keluarga dengan
anak remaja, tahap keluarga dengan anak dewasa, tahap keluarga usia
pertengahan, dan tahap keluarga lanjut usia.

Asuhan keperawatan keluarga terdiri dari pengkajian, analisa data, diagnosa


keperawatan, prioritas masalah, rencana asuhan keperawatan keluarga,
catatan perkembangan dan evaluasi.

B. Saran
1. Mahasiswa agar menambah pengetahuan sengan membaca berbagai
referensi sehingga menambah pengetahuan tentang asuhan keperawatan
keluarga.
2. Seluruh perawat agar meningkatkan pengetahuan tanteng asuhan
keperawatan keluarga, agar dapat diaplikasikan di lingkungan sekitar
serta dikembangkan di tatanan pelayanan kesehatan.

55
DAFTAR PUSTAKA

Friedman. 1998. Buku Ajar Keperawatan Keluarga; Riset, Teori dan Praktek.
Edisi Kelima. Jakarta: FKUI

Jhonson, R dan Leni, R. 2010. Keperawatan Keluarga. Jogjakarta: Nuha Medika

Padila. 2012. Buku Ajar: Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika

Setiadi. 2008. Konsep & Proses Keperawatan Keluarga. Jogjakarta: Graha Ilmu

Sylvia A, Price & Loraraine M, Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis


Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. Volume 1. Jakarta: EGC

56

Anda mungkin juga menyukai