Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA PASIEN

KANKER TULANG
Dosen Pengampu : Ns. Janu Purwono, M.Kes

Kelompok 6

Semester 6B

Ana Kusmeika Yanti


Siti Rodiatun
Dahlia Anggraini
Detalia Apriani
Selpia Utami
Nadna Romadhon

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
2022
I. Konsep Kanker Tulang
A. Pengertian
Osteosarcoma adalah suatu pertumbuhan yang cepat pada tumor maligna
tulang. Menurut Saferi Wijaya (2013), osteosarcoma adalah tumor tulang ganas,
yang biasanya berhubungan dengan periode kecepatan pertumbuhan pada masa
remaja.
Osteosarcoma merupakan neoplasma tulang primer yang sangat ganas. Tumor
ini tumbuh di bagian matafisis tulang. Tempat yang paling sering terserang tumor
ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut.
B. Etiologi
Penyebab osteosarkoma menurut Saferi Wijaya (2013), yaitu :
1. Radiasi sinar radio aktif
2. Faktor keturunan (genetik)
3. Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya yang disebabkan oleh penyakit
4. Pertumbuhan tulang yang terlalu cepat
5. Sering mengkonsumsi zat-zat toksik seperti : makanan dengan zat pengawet,
merokok, dan lain-lain.
C. Patofisiologi
Patofisiologi Osteosarkoma menurut Saferi Wijaya dan Mariza Putri (2013),
adanya tumor di tulang menyebabkan reaksi tulang normal dengan respons
osteolitik (destruksi tulang) atau respons osteoblastik (pembentukan tulang).
Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang panjang dan biasa ditemukan
pada ujung bawah femur, ujung atas humerus dan ujung atas tibia. Secara
histolgik, tumor terdiri dari massa sel-sel kumparan atau bulat yang
berdiferensiasi jelek dan sering dengan elemen jaringan lunak seperti jaringan
fibrosa atau miksomatosa atau kartilaginosa yang berselang seling dengan
ruangan darah sinusoid. Sementara tumor ini memecah melalui dinding
periosteum dan menyebar ke jaringan lunak sekitarnya; garis epifisis membentuk
terhadap gambarannya di dalam tulang.Adanya tumor pada tulang menyebabkan
jaringan lunak diinvasi oleh sel tumor. Timbul reaksi dari tulang normal dengan
respon osteolitik yaitu proses destruksi atau penghancuran tulang dan respon
osteoblastik atau proses pembentukan tulang. Terjadi destruksi tulang lokal. Pada
proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi penimbunan
periosteum tulang yang baru dekat lempat lesi terjadi sehingga terjadi
pertumbuhan tulang yang abortif.
D. Manifestasi Klinis
Menurut Smeltzer (2008), manifestasi klinis dari Osteosarkoma adalah
nyeri/pembengkakan ekstremitas yang terkena (biasanya menjadi semakin parah
pada malam hari dan meningkat sesuai dengan progresivitas penyakit),
pembengkakan pada tulang atas atau persendian serta pergerakan terbatas, teraba
masa tulang dan peningkatan suhu tubuh kulit di atas masa serta adanya pelebaran
vena, serta adanya gejala-gejala metastatic meliputi nyeri dada, batuk, demam,
berat badan menurun, dan malaise.
E. Penatalaksanaan
Menurut Saferi Wijaya dan Mariza Putri (2013), pengobatan seringkali
merupakan kombinasi dari :
1. Kemoterapi, harapannya adalah kombinasi kemoterapi mempunyai efek yang
lebih tinggi dengan tingkat toksisitas yang rendah sambil menurunkan
kemungkinan resistensi terhadap obat.
2. Terapi penyinaran tumor
Radiasi apabila tumor bersifat radio sensitive dan kemoterapi (preoperative,
pasca operative dan ajuran untuk mencegah mikrometastasis). Sasaran utama
dapat dilakukan dengan sksisi luas dengan teknik grafting restorative.
Ketahanan dan kualitas hidup merupakan pertimbangan penting pada
prosedur yang mengupayakan mempertahankan ekstermitas yang sakit.
3. Terapi pembedahan untuk mengangkat tumor
Sasaran penatalaksanaan adalah menghancurkan atau pengangkatan tumor.
Ini dapat dilakukan dengan bedah (berkisar dari eksisi local sampai amputasi
dan disartikulasi).
4. Pengangkatan tumor secara bedah sering memerlukan amputasi ekstremitas
yang sakit, dengan tinggi amputasi diatas tumor agar dapat mengontrol local
lesi primer. Prognosis tergantung kepada lokasi dan penyebaran tumor.
a. Penanganan kanker tulang metastasis adalah peliatif dan sasaran
teraupetiknya adalah mengurangi nyeri dan ketidak nyamanan pasien
sebanyak mungkin. Terapi tambahan disesuaikan dengan metode yang
diganakan untuk menangani kanker asal fiksasi interna fraktur patologik
dapat mengurangi kecacatan dan nyeri yang timbul.
b. Bila terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan
pemberian cairan salin normal intravena, diuretika, mobilisasi dan obat-
obatan seperti fosfat, mitramisin, kalsitonin, atau kartikosteroid.
F. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Saferi Wijaya (2013), pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah :
1. Pemeriksan radiologis menyatakan adanya segitiga codman dan destruksi
tulang.
2. CT scan dada untuk melihat adanya penyebaran ke paru-paru.
3. Biopsi terbuka menentukan jenis malignansi tumor tulang, meliputi tindakan
insisi, eksisi, biopsi jarum dan lesi-lesi yang dicurigai.
4. Skening tulang untuk melihat penyebaran tumor.
5. Pemeriksaan darah biasanya menunjukkan adanya peningkatan alkalin
fosfatase.
6. MRI digunakan untuk menentukan distribusi tumor pada tulang dan
penyebaran pada jaringan lunak sekitarnya.
7. Scntigrafi untuk dapat dilakukan mendeteksi adanya “skip lesion”.

II.
II. Asuhan Keperawatan Keluarga
Kasus
An.Y merupakan anak yang aktif di sekolah. An.Y 5 tahun yang lalu mengeluh
panas pada tungkai kanan yang disertai nyeri. Karena merasa terganggu, kemudian
An.Y dibawa ke RS dan dilakukan biopsy, hingga dirawat di ruang orthopedic. Dari
hasil pemeriksaan yang dilakukan, ditemukan benjolan pada tungkai sebesar bola
tenis, kulit sekitar benjolan memerah. An.Y mengatakan nyeri terus menerus skala
nyeri 9 (dari 1-10) dan sesekali pasien meringis kesakitan dan menangis. Pasien juga
cemas karena pasien tidak dapat melakukan aktivitas secara mandiri, pasien
melakukan aktivitas dengan bantuan keluarganya. Setelah melakukan operasi, 2 tahun
yang lalu mengalami keluhan yang sama, hingga 3 bulan terakhir kondisinya semakin
menurun, sakitnya menjalar ke seluruh tubuh. (Youli, Anitha. 2019. Asuhan
Keperawatan pada Osteosarcoma. Surakarta: Makalah)

A. PENGKAJIAN
1. Data Umum
a. Nama Kepala Keluarga : Tn.X
b. Alamat : Surakarta
c. Telpon :-
d. Pekerjaan : Swasta
e. Pendidikan : SMA
f. Komposisi : Ayah, Ibu, Anak

Hub. Status Imunisasi


Umu Pendidika
Nama JK Dng Polio DPT Hepatitis Campa Ket
r n BCG
KK 1 2 3 4 1 2 3 1 2 3 k
Tn.X L Ayah 51 SMA Tidak
terkaj
i

Ny.K P Ibu 45 SMA Tidak


terkaj
i

An.X P Anak 17 Pelajar Tidak


ke-1 terkaj
i

An.Y L Anak 12 Pelajar Tidak


ke-2 terkaj
i

2.
3. Genogram Keterangan :

:
Laki-
laki

Perempuan

: Pasien

: Menikah

: Keturunan

: Meninggal

4. Tipe Keluarga
Keluarga Tn.X adalah Nuclear Family (Keluarga Inti) yang terdiri dari suami, istri,
dan anak.

5. Suku Bangsa
Suku Jawa. Tidak ada kebiasaan memasak tertentu seperti hobi masak bersantan atau
makanan pedas, tidak ada pantangan makanan. Bahasa yang digunakan sehari-hari
adalah Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa.

6. Agama
Kepercayaan yang dianut keluarga Tn.X adalah islam, maka An.Y pun beragama
islam, nilai-nilai yang diyakini dalam keluarga ini adalah nilai-nilai islam. Tn.X dan
Ny.K sering datang ke acara pengajian, keluarga rajin shalat, An.Y setiap hari
mengikuti pengajian bersama anak-anak di lingkungan rumahnya.

7. Status Sosial Ekonomi Keluarga


Penghasilan keluarga ini berasal dari penghasilan Tn.X sebagai seorang pedagang,
penghasilannya selama 1 bulan biasanya cukup untuk membiayai kehidupannya
Bersama istri dan anaknya.

8. Aktivitas rekreasi keluarga


Setiap satu kali dalam enam bulan keluarga terbiasa berekreasi ke suatu tempat yang
tidak jauh. Kegiatan mengobrol, berkumpul, dan menonton TV bersama sering
dilakukan setiap hari.

9. Riwayat Dan Tehap Perkembangan Keluarga


a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga berada pada tahap perkembangan keluarga dengan anak usia remaja. Hal
ini ditandai dengan kedua anaknya yang memasuki usia remaja, orang tua
memberikan kebebasan yang seimbang dan bertanggung jawab.

b. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi


Dalam mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan anggota keluarga
untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang keluarga ini belum terpenuhi,
karena An.Y yang masih terus membutuhkan bantuan orang tua untuk menjalani
aktivitasnya terhambat karena menderita kanker tulang sejak 5 tahun ke belakang.

c. Riwayat kesehatan keluarga inti


Menurut Ny.K Riwayat kesehatan keluarganya yaitu Tn.X tidak pernah
mengalami sakit serius begitupun anak pertama dan istrinya. Namun An.Y anak
kedua dari Tn.X dan Ny.K sudah 5 tahun menjalani pengobatan. 5 tahun
sebelumnya An.Y mengeluh panas pada tungkai kanan yang disertai nyeri. Karena
merasa terganggu kemudian An.Y dibawa ke RS dan dilakukan biopsy, dirawat di
ruang orthopedic. Hasil dari pemeriksaan ditemukan benjolan pada tungkai
sebesar bola tenis, kulit sekitar benjolan memerah. 3 bulan terakhir kondisinya
semakin memburuk, sakitnya menjalar ke bagian tubuh lain yang disertai panas.

d. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya


Keluarga pasien tidak memiliki Riwayat penyakit menurun

B. PENGKAJIAN LINGKUNGAN
1. Karakteristik rumah
Status rumah yang ditempati adalah rumah milik sendiri, rumah berbentuk permanen
dengan lantai sebagian sudah memakai keramik. Ventilasi di rumah cukup, sinar
matahari dapat masuk ke dalam rumah. Terdapat 1 kamar mandi, 2 kamar tidur. Air
yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari adalah memakai air sumur.

2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW


Penduduk disekitar cukup padat, jarak antar rumah berdekatan bahkan banyak yang
berdempetan. Kegiatan masyarakat di sekitar jarang melakukan kegiatan olahraga
karena tidak adanya fasilitas untuk berolah raga di lingkungan, seperti lapangan.

3. Mobilitas geografis keluarga


Aktivitas rutin masing-masing keluarga Tn.X setiap harinya adalah Tn.X sebagai ayah
dan berjualan keliling di sekitar lingkungannya mulai pukul 06.00-12.00. Ny.K
sebagai istri berada di rumah menjadi ibu rumah tangga dan membantu suami
mempersiapkan kebutuhan jualannya. An.X sebagai anak pertama setiap hari
berangkat sekolah dan An.Y selam 2 tahun ini mengikuti kegiatan belajarnya dari
rumah karena kondisi kesehatannya menurun.

4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat


Keluarga sering berkumpul pada malam hari, keluarga Tn.X sering mengikuti
kegiatan masyarakat yaitu mengikuti pengajian di lingkungannya. Dalam bertetangga
selalu bertegur sapa, saling mengunjungi, dan menjaga tali silaturahim
5. Sistem pendukung keluarga
Keluarga Tn.D tidak memiliki masalah dengan tetangga lain, keluarga selalu
mendapat dukungan dari saudara yang tinggal berdekatan dan keluarga yang lain serta
bila ada masalah selalu dibicarakan bersama-sama.

C.
C. STRUKTUR KELUARGA
1. Komunikasi keluarga
Keluarga Tn.X selalu berkomunikasi secara terbuka antar anggota keluarga dan bebas
mengungkapkan keluhan ataupun pendapat. Pengambilan keputusan adalah Tn.X
sebagai Kepala Keluarga dan atas pertimbangan Ny.K juga sebagai Istri / Kepala
Rumah Tangga. Anggota keluarga setiap hari selalu bertemu, waktu tersering untuk
digunakan megobrol adalah malam hari.

2. Struktur kekuatan keluarga


Dalam membuat keputusan selalu didiskusikan bersama dengan Tn.X segabai ayah
dan Ny.K sebagai ibu, tetapi keputusan akhir dibuat oleh ayah (Tn.X). namun
terkadang juga disaat waktu yang mendesak, keputusan dapat dibuat oleh Ibu (Ny.K).

3. Struktur peran
Tn.D sebagai kepala keluarga bertanggung jawab untuk mencari nafkah, dan
pengelolaan dana diserahkan kepada istrinya.

4. Norma keluarga
Nilai dan norma budaya keluarga ini sesuai dengan nilai dari suku dan agama yang
mereka anut yaitu islam. Keluarga tidak pernah melakukan pelanggaran-pelanggaran
hukum dan norma yang berlaku, kedua anaknya merupakan anak yang baik dan
penurut.

D. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi afektif
Keluarga dapat dikatakan sangat rukun dan saling menyayangi satu sama lain. Mereka
melewati masalah bersama.

2. Fungsi sosialisasi
Tn.X sering bersosialisai dengan tetangga karena ia berjualan keliling di
lingkungannya. Kadang Ny.K juga membantu mempersiapkan kebutuhan berdagang
dengan berbelanja ke pasar dan saling tegur dengan tetangganya. Kedua anaknya
cukup aktif dalam kegiatan pengajian.

3. Fungsi perawatan kesehatan


Keluarga menggunakan layanan kesehatan ketika ada anggota keluarga yang sakit.
Keluarga memeriksakan keadaan An.Y yang kanker tulang dan menjalani operasi di
rumah sakit, dan 2 tahun ini melakukan pengobatan kembali.

4. Fungsi reproduksi
Ny.K mengikuti program KB dan tidak berencana untuk memiliki anak kembali.

5. Fungsi ekonomi
Keluarga Tn.D dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari sudah cukup terpenuhi,
dibuktikan dengan tidak adanya anggota keluarga yang mengalami gizi kurang.

E. TUGAS PERAWATAN KELUARGA


1. Mengenal masalah keluarga
Sejak An.Y mengeluh sakit, keluarga segera membawanya berobat karena aktivitas
anaknya tidak dapat dilakukan seperti biasanya. An.Y pada saat mengeluh sakit pada
kakinya 5 tahun yang lalu, dilakukan biopsy, dan operasi pengangkatan tumor.
Setelah 3 tahun pasca operasi, An.Y mengeluhkan kembali sakitnya, merasakan sakit
yg sama, dan selama 2 tahun ini keluarga menjalani pengobatan rutin terhadap An.Y
yaitu kemoterapi. Namun 3 bulan terakhir ini kondisi An.Y semakin memburuk,
keluarga hanya dapat pasrah kepada yang maha kuasa atas kesembuhan dan kondisi
anaknya.

2. Mengambil keputusan
Keluarga Tn.X bila keluarganya sakit selalu membawanya ke fasilitas kesehatan,
walaupun perekonomian yang cukup, Tn.X lebih mementingkan kesehatan
keluarganya.

3. Merawat anggota keluarga yang sakit


Keluarga Tn.X selalu memperhatikan kesehatan keluarga, saat An.Y mengalami sakit,
keluarga selalu merawat agar An Y dapat sembuh kembali.

4. Memelihara lingkungan
Keluarga Tn.X menyadari akan pentingnya kebersihan lingkungan yang sangat
berpengaruh terhadap kesehatan, oleh sebab itu keluarga selalu menjaga kebersihan
rumahnya dengan membersihkan lingkungan rumah, seperti menyapu di dalam rumah
dan luar rumah, mengepel, membersihkan kamar mandi agar tidak menjadi sumber
penyebaran penyakit.

5. Menggunakan fasilitas/pelayanan kesehatan


Tn.X dan Ny.K mengatakan sudah mengetahui fasilitas kesehatan, selama ini
keluarga mendapatkan pelayanan yang baik oleh puskesmas dan rumah sakit.
Keluarga juga percaya dengan informasi yang diberikan oleh puskesmas ataupun
rumah sakit

F. STRESS DAN KOPING KELUARGA


1. Stress jangka pendek dan panjang
Stress jangka pendek : Tn.X terkadang bingung ketika anaknya meraskan sakit, An.Y
tidak dapat beraktivitas normal, tidak dapat bermain bersama teman
Stress jangka panjang : Tn.X dan Ny.K sudah tidak tahu bagaimana lagi karna kondisi
anaknya mengalami penurunan kesehatan.

2. Kemampuan koping keluarga


Untuk stress jangka pendek, keluaga membantu semaksimal mungkin apa yang An,Y
butuhkan
Untuk stress jangka panjang, keluarga Tn.D terus berlatih menekuk walaupun sudah
diprediksi dokter tidak dapat menekuk sempurna, Tn.D mengharap ada keajaiban dari
tuhan, dan untuk kulitnya yang tak kunjung membaik, Tn.D terus merawatnya dengan
memberika lotion dan jeruk nipis.

3. Strategi koping
Strategi koping yang digunakan Tn.X dan Ny.K baik, bila ada permasalahan Tn.X dan
Ny.K berusaha untuk selalu menyelesaikannya dengan berdiskusi, tetap tenang, dan
berpikir positif. Bila anggota keluarga sakit, mendiskusikan cara mengatasinya atau
konsultasi dengan dokter dan membawanya ke fasilitas kesehatan

4. Strategi adaptasi
Keluarga tidak pernah menggunakan kekerasan, perlakuan kejam kepada anak
ataupun istrinya dalam menyelesaikan masalah, jika anggota keluarga ada yang sakit
membawanya ke fasilitas kesehatan tidak membawa ke selain petugas Kesehatan
(dukun/orang pintar).

G. PEMERIKSAAN FISIK
An.Y
Keadaan Umum
Tanda – tanda Vital:
Tensi : 110/70 mmHg Nadi : 98x/menit
RR : 28x/menit Suhu : 38⁰C

Pemeriksaan Fisik Head to Toe / Persistem

1. Kepala
Bentuk dan ukuran kepala : bentuk simetris dan tidak ada luka
Pertumbuhan rambut : warna hitam, bergelombang, tebal, dan agak
kotor
Kulit kepala : bersih tidak ada ketombe
2. Wajah
a. Mata
Mata simetris, penglihatan baik tidak memakai kaca mata, konjungtiva anemis,
sklera putih, pupil kontriksi terhadap cahaya
b. Hidung
Fungsi penciuman normal, tidak ada sekret, tidak ada nyeri sinus, tidak ada
polip, tidak ada napas cuping hidung
c. Mulut
Bibir tampak kering, mukosa kering, lidah merah muda, gigi bersih tidak ada
flek
d. Gigi
Jumlah gigi 32, bersih, tidak ada karies
e. Telinga
Fungsi pendengaran baik, bentuk simetris, tidak ada serumen, tidak ada nyeri
3. Leher
Simetris, tidak ada pembesaran tiroid, tidak ada pembengkakan kelenjar getah
bening
4. Dada (thorax)
a. Paru-paru : bentuk simetris, adanya retraksi dinding dada, tidak ada luka,
tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, terdapat bunyi sonor, tidak ada suara
napas tambahan, vesikuler
b. Jantung : bentuk simetris, tidak ada benjolan/pembengkakan, tidak ada
nyeri tekan, suara jantung redup, reguler, S1,S2, suara jantung resonan
5. Abdomen
Bentuk simetris, tidak ada luka, bising usus 8x/menit, suara timpani, tidak terdapat
nyeri tekan
6. Genitalia
Daerah genital bersih, tidak ada luka, tidak ada tanda infeksi, tidak terpasang
kateter.
7. Anus dan rectum
Tidak ada hemoroid
8. Ekstremitas
a. Atas : skala kekuatan otot pada ekstremitas atas sinistra dan dextra
yaitu masing-masing 4, ditandai dengan kurang mampu menggenggam kuat
b. Bawah : skala kekuatan otot pada ekstremitas bawah sinistra dan
dextra yaitu 3, ditandai dengan salah satu kaki tidak bisa berjalan
c. Kuku : warna merah muda pucat, panjang, bersih, tidak ada edema,
dan utuh
d. Capillary refill : cepat
9. Integumen
Warna kulit pasien sawo matang, lembab, dan bersih
Terdapat benjolan di tungkai sebesar bola tenis dan sekitarnya memerah

H. HARAPAN KELUARGA

Tn.X dan Ny.K berharap anaknya dapat sembuh kembali, dapat beraktivitas normal dan
berharap tidak ada lagi anggota keluarga yang sakit/mengalami masalah kesehatan.
ANALISA DATA

Nama Klien : An.Y

NO KELOMPOK DATA ETIOLOGI MASALAH

1. Data subyektif : Ketidakmampuan Nyeri kronis


- An.Y mengeluh keluarga mengenal
nyeri pada kaki masalah. Kesehatan pada
kanannya anggota keluarga
- An.Y mengatakan
nyeri menjalar ke
seluruh tubuh
- Keluarga
mengatakan An.Y
tidak dapat berjalan
sendiri
- Keluarga tidak
paham dengan
penyakit yang
diderita anaknya

Data obyektif :
- Kekuatan otot
ekstremitas bawah 3
- Salah satu kakinya
tidak bisa berjalan
- Terdapat benjolan
di tungkai kanan
sebesar bola tenis
- Suhu 38⁰C
- Tidak mampu
menuntaskan
aktivitas

2. Data Subjektif : Ketidakpahaman Ketidakefektifan pola


- Keluarga keluarga mengenal napas
mengatakan An.Y masalah kesehatan pada
bernafas cepat anggota keluarga
ketika nyeri terasa
- Pasien mengeluh
sesak
Data Objektif :
- RR : 28x/menit
- Adanya retraksi
dinding dada
- Pasien tampak
bernapas melalui
bibir
DX Keperawatan Keluarga:

1. Nyeri kronis pada An,Y berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal


masalah kesehatan pada anggota keluarga.
2. Ketidakefektifan pola napas pada An.Y berhubungan dengan ketidakpahaman
keluarga mengenal masalah kesehatan pada anggota keluarga.
SKALA UNTUK MENENTUKAN PRIORITAS
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

(BAILON DAN MAGLAYA, 1978)

Diagnosa : Nyeri kronis pada An,Y berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga


mengenal masalah kesehatan pada anggota keluarga.

No Kriteria Skor Bobot Perhitungan Justifikasi

1. Sifat Masalah 1 3 Nyeri pada kaki


x 1=1
3 dan menjalar ke
Skala : seluruh tubuh
 Tidak/kurang sehat 3 pada An.Y
 Ancaman kesehatan telah terjadi
2 dan
 Keadaan sejahtera
1 berlangsung
lama
2. Kemungkinan masalah dapat 2 1 Keluhan nyeri
x 2=1
diubah 2 saat
beraktivitas,
Skala : ataupun
2
 Mudah bergerak sudah
1 terjadi lama,
 Sebagian
 Tidak dapat 0 keluarga telah
mencoba
pengobatan tapi
tetap belum ada
hasil yg baik
3. Potensial masalah untuk dicegah 1 3 Adanya massa
x 1=1
3 atau kanker di
Skala : dalam tubuh
 Tinggi 3 akan terus
 Cukup terasa sakit
2
 Rendah
1

4. Menonjolnya masalah 1 2 Keluarga


x 1=1
2 merasakan
Skala : masalah
 Masalah berat, harus segera 2 tersebut dan
ditangani telah mencoba
 Ada masalah tetapi tidak membawa ke
perlu ditangani 1 fasilitas
 Masalah tidak dirasakan kesehatan
0
JUMLAH 4
Diagnosa : Ketidakefektifan pola napas pada An.Y berhubungan dengan ketidakpahaman
keluarga mengenal masalah kesehatan pada anggota keluarga.

No Kriteria Skor Bobot Perhitungan Justifikasi

1. Sifat Masalah 1 3 Sesak napas


x 1=1
3 dirasakan
Skala : setelah adanya
 Tidak/kurang sehat 3 nyeri yg
 Ancaman kesehatan menjalar ke
2 seluruh tubuh
 Keadaan sejahtera
1
2. Kemungkinan masalah dapat 2 1 Ketika nyeri
x 2=1
diubah 2 dapat teratasi
atau reda, sesak
Skala : napas
2
 Mudah berkurang bila
1 metastase
 Sebagian
 Tidak dapat 0 kanker belum
mencapai paru-
paru
3. Potensial masalah untuk dicegah 1 2 2 Pasien
x 1=
3 3 mengalami
Skala : sesak sejak
 Tinggi 3 nyeri telah
 Cukup menjalar ke
2 seluruh tubuh
 Rendah
1

4. Menonjolnya masalah 1 2 Keluarga


x 1=1
2 merasakan
Skala : masalah
 Masalah berat, harus segera 2 tersebut dan
ditangani telah mencoba
 Ada masalah tetapi tidak membawa ke
perlu ditangani 1 fasilitas
 Masalah tidak dirasakan kesehatan

0
JUMLAH 2
3
3
Prioritas Diagnosa:

1. Nyeri kronis pada An,Y berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal


masalah kesehatan pada anggota keluarga.
2. Ketidakefektifan pola napas pada An.Y berhubungan dengan ketidakpahaman
keluarga mengenal masalah kesehatan pada anggota keluarga.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama anggota keluarga yang sakit : An. Y

Intervensi

No
Tgl Tujuan dan Kriteria Hasil : Intervensi Keperawatan :
Dx
NOC NIC

20/ 1 · Pain Level, Pain Management


07/ Nyeri kronis pada An,Y · Pain control
20 berhubungan dengan · Comfort level · Lakukan pengkajian nyeri secara
20 Kriteria Hasil : komprehensif termasuk lokasi,
ketidakmampuan keluarga
· Mampu mengontrol nyeri (tahu karakteristik, durasi frekuensi, kualitas
mengenal masalah kesehatan
penyebab nyeri, mampu dan faktor presipitasi
pada anggota keluarga.
menggunakan tehnik nonfarmakologi · Observasi reaksi nonverbal dan
untuk mengurangi nyeri, mencari ketidaknyamanan
bantuan)
· Melaporkan bahwa nyeri · Gunakan teknik komunikasi
berkurang dengan menggunakan terapeutik untuk mengetahui
manajemen nyeri pengalaman nyeri pasien
· Mampu mengenali nyeri · Kaji kultur yang mempengaruhi
(skala, intensitas, frekuensi dan tanda respon nyeri
nyeri)
· Menyatakan rasa nyaman · Evaluasi pengalaman nyeri masa
setelah nyeri berkurang lampau
· Evaluasi bersama pasien dan tim
kesehatan lain tentang ketidakefektifan
kontrol nyeri masa Iampau
· Bantu pasierl dan keluarga untuk
mencari dan menemukan dukungan
· Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
· Kurangi faktor presipitasi nyeri
· Pilih dan lakukan penanganan
nyeri (farmakologi, non farmakologi
dan inter personal)
· Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
· Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
· Berikan anaIgetik untuk
mengurangi nyeri
· Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
· Tingkatkan istirahat
· Kolaborasikan dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
· Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri
Analgesic Administration
· Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
· Cek instruksi dokter tentang jenis
obat, dosis, dan frekuensi
· Cek riwayat alergi
· Pilih analgesik yang diperlukan
atau kombinasi dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
· Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya nyeri
· Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal
· Pilih rute pemberian secara IV,
IM untuk pengobatan nyeri secara
teratur
· Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik pertama
kali
· Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
· Evaluasi efektivitas analgesik,
tanda dan gejala
20/ 2 Ketidakefektifan pola napas pada Tujuan dan Kriteria Hasil : Intervensi Keperawatan :
07/ An.Y berhubungan dengan NOC :
20 NIC :
ketidakpahaman keluarga mengenal
20 masalah kesehatan pada anggota - Respiratory status : Ventilation Airway Management
keluarga. - Respiratory status : Airway patency
- Vital sign Status - Buka jalan nafas, guanakan teknik
Kriteria Hasil : chin lift atau jaw thrust bila perlu
- Mendemonstrasikan batuk efektif
dan suara nafas yang bersih, tidak ada - Posisikan pasien untuk
sianosis dan dyspneu (mampu memaksimalkan ventilasi
mengeluarkan sputum, mampu - Identifikasi pasien perlunya
bernafas dengan mudah, tidak ada pemasangan alat jalan nafas buatan
pursed lips)
- Menunjukkan jalan nafas yang paten - Pasang mayo bila perlu
(klien tidak merasa tercekik, irama - Lakukan fisioterapi dada jika perlu
nafas, frekuensi pernafasan dalam
rentang normal, tidak ada suara nafas - Keluarkan sekret dengan batuk atau
abnormal) suction
- Tanda Tanda vital dalam rentang
- Auskultasi suara nafas, catat adanya
normal (tekanan darah, nadi,
suara tambahan
pernafasan)
- Lakukan suction pada mayo
- Berikan bronkodilator bila perlu
- Berikan pelembab udara Kassa
basah NaCl Lembab
- Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
- Monitor respirasi dan status O2

Oxygen Therapy
- Bersihkan mulut, hidung dan secret
trakea
- Pertahankan jalan nafas yang paten
- Atur peralatan oksigenasi
- Monitor aliran oksigen
- Pertahankan posisi pasien
- Onservasi adanya tanda tanda
hipoventilasi
- Monitor adanya kecemasan pasien
terhadap oksigenasi

Vital sign Monitoring


- Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
- Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
- Monitor VS saat pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
- Auskultasi TD pada kedua lengan
dan bandingkan
- Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas
- Monitor kualitas dari nadi
- Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
- Monitor suara paru
- Monitor pola pernapasan
abnormal
- Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
- Monitor sianosis perifer
- Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
- Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
Jurnal Penelitian
Jumlah
Penulis Judul Tahun Usia Jenis penelitian Intervensi Hasil penelitian
sampel
Mahmud, Penatalaksanaan 2016 - - - Terapi Penatalaksanaan nyeri kanker dapat melalui terapi
Calcarina Paliatif Pasien farmakologi dan farmakologik dan terapi intervensional.
Fitriani Retno dengan Nyeri terapi Pada terapi farmakologi terdapat level pemberian
Wisudarti, Kanker intervensional obat tergantung dengan beratnya nyeri. Untuk
Achmad Fauzani nyeri ringan (sesuai skala analog numerik 1-3/10)
Nugraha menggunakan analgesik langkah ke-1 non-opioid,
nyeri sedang (4-6/10) menggunakan Langkah ke-2
opioid, nyeri berat (7-10/10) dimulai pada
Langkah ke-3 terapi adjuvant (koanalgesik). Tidak
perlu untuk melalui semua Langkah secara
bertahap, pasien dengan nyeri berat mungkin bisa
langsung mendapat terapi opioid Langkah ke-3
segera mungkin.
Terapi intervensional bervariasi mulai dari blok
saraf yang sederhana hingga Teknik invasive
seperti blok regional atau neurolitik, atau bahkan
prosedur intervensional bersifat individual,
berbeda-beda untuk tiap kasus, berdasarkan resiko
dan manfaat untuk tiap-tiap pasien.
Daftar Pustaka
Mahmud, Calcarina dkk. 2016. Penatalaksanaan Paliatif Pasien dengan Nyeri Kanker. Jurnal Intervensi Anastesi. 4 (1) : 87-98.

Isra Wahyuni Pendampingan 2017 3 orang 6 tahun, 7 Pendekatan Pendampingan Pendampingan psikososial dilakukan dengan
Psikososial tahun, 9 kualitatif jenis psikososial dalam adanya kunjungan rutin dari pekerja sosial untuk
dalam Perawatan tahun deskripsi dengan perawatan paliatif melihat kondisi psikososial serta kebutuhan pasien
Paliatif bagi Teknik purposive anak dengan kanker dan kunjungan relawan
Pasien Anak sampling pendamping untuk melakukan aktivitas yang
Kanker di bersifat rekreasional bersama pasien anak dengan
Yayasan Pita kanker yang disesuaikan dengan kebutuhan dan
Kuning Jakarta tahap perkembangan anak. Selain itu adanya
pelayanan bantuan dan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan pasien anak dengan kanker
terkait dengan pengobatan atau perawatan
kesehatannya. Selanjutnya adalah manfaat dari
perawatan paliatif yang diberikan adalah
mencegah dan mengurangi masalah-masalah
psikososial, selain itu dapat meringankan beban
keluarga atau oranag tua khususnya dalam masalah
ekonomi untuk memenuhi kebutuhan
pengobatan/perawatan anak dengan kanker.
Daftar Pustaka
Wahyuni, Isra. 2017. Pendampingan Psikososial dalam Perawatan Paliatif bagi Pasien Anak Kanker di Yayasan Pita Kuning Jakarta [skripsi]. Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah.

Rani Lisa Indra Penggunaan 2017 12 orang 23-65 Metode Mengurangi Responden penelitian terdiri dari laki-laki
Kipas Angin tahun eksperimen dispnea dengan sebanyak 4 orang (44,4%) dan perempuan 5 orang
untuk crossover trial kipas angin (55,6%) dengan rata-rata usia 46,67±13,62 tahun.
Mengurangi pretest-posttest Usia pasien terendah 23 tahun dan tertinggi 65
Dispnea pada design tahun. Pasien yang terlibat dalam penelitian ini
Pasien Kanker adalah pasien kanker stadium lanjut dan telah
mengalami metastasis ke paru-paru, dengan DES
pada skala 4.
Penggunaan kipas angin bermanfaat dalam
menurunkan sensasi dispnea pasien kanker dengan
normoksemia, sederhana, murah, dan tanpa efek
samping serta dapat digunakan di mana saja
sehingga dapat dijadikan sebagai bagian dari
penatalaksanaan nonfarmakologi untuk mengatasi
sensasi dispnea yang dirasakan pasien terutama
saat pasien berada di rumah.
Daftar Pustaka
Indra, Rani Lisa. 2017. Penggunaan Kipas Angin untuk Mengurangi Dispnea pada Pasien Kanker. Jurnal Keperawatan Abdurrab. 10-17.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart. (2008). Keperawatan Medika Bedah Edisi 8. Jakarta : EGC
Wijaya Andra Saferi, Putri Yessie Mariza, 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2.
Yogyakarta : Nuha Medika
Youli, Anitha. 2019. Asuhan Keperawatan pada Osteosarcoma. Surakarta: Makalah.

Anda mungkin juga menyukai