KANKER LIDAH
Oleh:
dr. Fonda R P Silalahi
Pembimbing:
dr. Kiki Rizki , SpB(K)Onk
II. Anamnesis :
Keluhan Utama : Luka pada lidah bagian kanan belakang atas, yang semakin membesar
Dan menyebabkan lidah tertarik ke kanan
Status Lokalis
a/r Lidah :
Inspeksi : saat menjulur lidah tertarik kesebelah kanan. Terlihat lesi berwarna putih
kemerahan dibagian posterior lidah sebelah kanan, bentuk ireguler, batas tidak tegas,
permukaan berbenjol-benjol
Palpasi : ukuran 2,5x2x0,5, berbenjol-benjol dengan bagian tengah mencekung scar
post op, batas tidak tegas, terfiksir, nyeri (+), cm mudah berdarah
Seorang perempuan berusia 36 tahun dengan keluhan utama Luka pada lidah bagian
kanan belakang atas, yang semakin membesar dan menyebabkan lidah tertarik ke kanan
sejak 3 bulan yang lalu dengan TDT kasar 30 hari. Tidak ada gejala metastasis ke KGB
regional. Pada pemeriksaan fisik status generalis dalam batas normal tanda klinis metastasis
jauh (-). Pada pemeriksaan fisik : saat menjulur lidah tertarik kesebelah kanan. Terlihat lesi
berwarna putih kemerahan dibagian posterior lidah sebelah kanan, bentuk ireguler, batas
tidak tegas, permukaan berbenjol-benjol, teraba massa ukuran 2,5x2x0,5, berbenjol-benjol
dengan bagian tengah mencekung scar post op, batas tidak tegas, terfiksir, nyeri (+), cm
mudah berdarah . Pembesaran KGB Colli (-)
V. Diagnosis Banding
Tumor Lingual suspek maligna, yang sudah menginfiltrasi dasar lidah, , belum
metastasis ke KGB regional, metastasis jauh belum diketahui (T4N0Mx)
dengan suspek histopatologis karsinoma sel skuamosa
Inflamasi kronis a/r lingual
XII. Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : malam
Kelainan Rongga Mulut
Beberapa kelainan yang dibahas pada makalah ini adalah kelainan kongenital rongga mulut,
infeksi rongga mulut dan neoplasma rongga mulut, yang dibagi lagi menjadi neoplasma
benigna dan neoplasma maligna atau karsinoma rongga mulut.
Lesi Prakanker pada Keganasan Rongga Mulut
Beberapa lesi telah ditandai sebagai lesi prakanker pada keganasan rongga mulut dan
karenanya penting untuk dikenali dan diterapi dengan baik.
1. Leukoplakia. Menurut WHO leukoplakia adalah setiap lesi yang berwarna putih (
white patch), yang tidak dapat dimasukkan sebagai lesi yang lainnya dan tidak dapat
diangkat dari dasarnya. Morfologinya mirip dengan kandidiasis oral.Lesi ini
biasanya kecil dan diameternya hanya beberapa senti. Leukoplakia dapat dibedakan
dari aphtous ulcer karena leukoplakia akan menetap walaupun setelah 3 minggu.
Secara histologis biasanya terdapat hiperkeratosis sebagai respons dari iritasi kronis
( biasanya dari gigi yang berlubang, merokok, alkohol) dan sekitar 2-6% akan
berubah menjadi karsinoma sel skuamosa invasif.
Gambar Erythroplakia
Diunduh dari http://www.merck.com/mkgr/mmg/photos/104p20.jsp
3. Lichen planus adalah lesi kronis inflammasi autoimmun yang memiliki beberapa
bentuk dan kadang sulit dibedakan dari kandidiasis dan karsinoma sel skuamosa.
Bentuk retikular sulit dibedakan dengan kandidiasis, sementara bentuk erosif mirip
dengan karsinoma sel skuamosa. Biopsi diperlukan dalam hal ini, sehingga dapat
dilakukan manajemen dengan baik. Steroid dipakai sebagai terapi topikal dan
sistemik untuk penyakit ini. Beberapa peneliti menyebutkan kurang dari 1% dari
lesi lichen planus dapat berubah menjadi karsinoma sel skuamosa yang
berdifferensiasi baik.
Epidemiologi
Insidensi kanker rongga mulut di indonesia belum diketahui dengan pasti. Frekuensi
relatif di Indonesia diperkirakan 1.5-5% dari seluruh kanker. Insidensi kanker rongga mulut
pada laki-laki yang tinggi terdapat di perancis yaitu 13.0 per 100.000 dan terendah di jepang
yaitu 0.5 per 100.000. Pada perempuan tertinggi di India yaitu 5.8 per 100.000 dan terendah di
Yugoslavia yaitu 0.2 per 100.000. Paling sering terdapat pada lidah (40%), sisanya dasar mulut
( 15% dan bibir ( 13%). Karsinoma rongga mulut lebih banyak terdapat pada laki-laki
dibanding perempuan ( 3/2- 2/1) dan pada umumnya didapatkan pada usia diatas 40 tahun (
70%).
Karsinogenesis
Perkembangan dari tumor menggambarkan hilangnya mekanisme sinyal seluler yang
terlibat dalam pengaturan pertumbuhan. Mengikuti transformasi maligna maka proses replikasi
( mitosis ), kematian sel yang terprogram (apoptosis) dan interaksi dari sel dengan lingkungan
sekililingnya terganggu. Perkembangan terbaru dari biologi molekuler mengidentifikasi
beberapa mutasi yang berhubungan dengan transformasi ini.
Overekspresi dari p53 mutan berhubungan dengan karsinogenesis dari beberapa tempat
di tubuh. Mutasi-mutasi titik pada p53 dilaporkan pada 45% karsinoma kepala dan leher. Koch
dkk menulis bahwa mutasi p53 adalah event kunci dalam transformasi maligna lebih dari 50%
dari karsinoma sel skuamosa pada perokok.
Karsinogenesis telah dijelaskan sebagai proses two-hit yaitu inisiasi dan promosi.
Diduga 6-10 mutasi genetik bebas berperan dalam perkembangan keganasan kepala dan leher.
Overekspresi dari reseptor mitogenik, hilangnya protein suppresor tumor, ekspresi dari protein
terkait oncogen yang menghambat apoptosis dan overekspresi protein yang mendukung siklus
sel dapat menyebabkan pertumbuhan sel yang tidak terregulasi.
Mutasi genetik dapat terjadi sebagai hasil dari paparan lingkungan (misal paparan
karsinogen atau radiasi ), infeksi virus atau mutasi spontan ( delesi, translokasi, dan frame
shifts). Perubahan genetik umum, seperti hilangnya heterozigosity pada kromosom 3p, 4q, dan
11q13, dan secara keseluruhan beberapa kehilangan mikrosatelit kromosomal ditemukan
dalam tumor pada perokok, lebih banyak dari individu yang tidak merokok.
Gambar 3. Karsinogenesis dari karsinoma sel skuamosa pada daerah kepala dan leher. Yang paling berperan
adalah akumulasi kerusakan genetik dan bukan urutan perubahan genetik yang menyebabkan progresi ke arah
keganasan
Diunduh dari : Sidransky, David. Cancer of The Head and Neck. In : Devita, Hellman & Rosenberg.
Cancer Principles & Practices of Oncology.8th Edition.
2008. Lippincott William & Wilkins. Chapter 36
Klasifikasi Histopatologi
Terdapat beberapa tipe histopatologi yang sering didapatkan pada karsinoma rongga
mulut, yaitu karsinoma sel skuamosa, adenokarsinoma, adenoid kistik karsinoma, ameloblastik
karsinoma, adenolymphoma, malignant mixed tumor, karsinoma plemorfik, melanoma
maligna dan limfoma maligna. Sedangkan derajat differensiasinya dibagi menjadi differensiasi
baik (G1), differensiasi sedang ( G2), differensiasi jelek ( G3) dan tanpa
differensiasi/anaplastik ( G4).
Tipe histologi dari karsinoma rongga mulut sebagian besar (90%) adalah karsinoma
sel skuamosa dengan differensiasi baik.
Bila didapatkan gambaran patologis suatu rhabdomiosarkoma, fibrosarkoma,
malignant fibrohistiocytoma atau tumor ganas jaringan lunak lainnya perlu diperiksa teliti
apakah tumor itu benar suatu tumor ganas rongga mulut atau suatu tumor ganas jaringan lunak
pipi, kulit, atau tulang yang mengadakan invasi ke rongga mulut.
Tumor pada lidah dimulai pada permukaan epitel dan biasanya menginvasi struktur otot
yang lebih dalam. Biasanya muncul sebagai massa berulserasi atau eksofitik. Penyebaran
limfatik regional dari keganasan pada lidah adalah pada kelenjar submandibular dan nodus
limfatik servikal bagian atas. Nervus lingualis dan hipoglossus dapat diinvasi secara langsung
oleh tumor dan menyebabkan hilangnya sensasi pada lidah bagian dorsal dan deviasi pada
waktu menjulurkan lidah, fasikulasi dan atrofi lidah. Tumor lidah dapat muncul pada semua
permukaan tapi paling sering pada lateral dan ventral. Tumor primer lainnya dari otot lidah
atau komponen mesenkimal dapat muncul seperti leiomyoma, leiomyosarcoma,
rhabdomyosarcoma dan neurofibroma.
Pembedahan untuk tumor kecil (T1-T2) adalah eksisi lokal luas dengan penutupan
primer atau penutupan luka sekunder.Glossektomi parsial adalah tindakan pengangkatan
bagian lateral lidah secara signifikan, dengan fungsi post operasi yang cukup efektif. Reseksi
dari tumor lidah yang lebih besar dan berinvasi lebih ke dalam dapat menyebabkan gangguan
fungsional yang signifikan. Pembuangan sebagian lidah menyebabkan hipomobilitas dan
hipestesia yang mengganggu bicara dan menelan. Kontak lidah dengan palatum, gigi, dan bibir
menurun sehingga artikulasi terganggu. Sering diperlukan diseksi leher selektif maupun
radikal. Dalamnya invasi dari tumor primer dapat menentukan perlu atau tidaknya diseksi leher
elektif dengan lesi awal.
Ekstensi anterior atau lateral dari periosteum mandibular adalah hal yang penting dalam
perencanaan pengobatan sebelum oeprasi untuk lesi-lesi ini. Pencitraan dari mandibula,
termasuk CT-scan, MRI dan panoramik dapat membantu menentukan invasi tulang. Pencitraan
ini diperlukan untuk membantu pemeriksaan klinis dimana klinisi melakukan pemeriksaan
bimanual untuk menentukan ada atau tidaknya fiksasi pada mandibula. Bila belum terdapat
fiksasi lesi pada korteks mandibula bagian dalam maka prosedur untuk mempertahankan
mandibula masih mungkin. Invasi yang dalam ke otot-otot intrinsik lidah menyebabkan fiksasi
dan memerlukan glosektomi parsial dikombinasi dengan reseksi dari dasar mulur. Lesi dari
dasar mulut anterior dapat menginvasi secara langsung ke glandula sublingualis atau ductus
submandibularis dan memerlukan reseksi dari kelenjar ini.
Reseksi dari tumor yang besar di dasar mulut memerlukan incisi lip-splitting
sepertigambar diabawah ini dan memerlukan rekonstruksi segera. Tujuannya adalah penutupan
yang kedap air untuk mencegah fistula dari kelenjar liur dan mobilisasi lidah yang maksimal.
Untuk lesi mukosa yang kecil, eksisi lokal yang luas dapat diikuti STSG. Defek yang lebih
besar memerlukan marginal atau segmental mandibulectomy memerlukan rekonstruksi yang
lebih kompleks.
Gambar Lip-Splitting Incision
Diunduh dari Chandra, Rakesh. Disorders of
Head and Neck. In : Schwartzs Principles of
Surgery. 8th edition. 2007. McGraw-Hill
Companies. Chapter 17
Karsinoma rongga mulut cukup
sering bermetastasis ke KGB servikal. Perjalanannya berdasarkan aliran limfatik masing-
masing lokasinya. Dibawah ini adalah lokasi tersering metastasis KGB servikal pada
karsinoma rongga mulut.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Status generalis
Pemeriksaan umum dari kepala sampai kaki. Ditentukan tentang : penampilan,
keadaan umum dan adanya metastasis jauh
b. Status lokal
Diperiksa dengan cara inspeksi dan palpasi bimanual
Kelainan dalam rongga mulut diperiksa dengan cara inspeksi dan palpasi
dengan bantuan spatel lidah dan penerangan memakai lampu senter atau lampu
kepala. Seluruh rongga mulut dilihat, mulai bibir sampai orofaring posterior.
Perabaan lesi rongga mulut dilakukan dengan memasukkan 1 atau 2 jari ke
dalam mulut. Untuk menentukan dalamnya lesi dilakukan dengan perabaan
bimanuil. Satu atau 2 jari tangan kanan atau kiri dimasukkan ke dalam rongga
mulut dan jari-jari tangan lainnya meraba lesi dari luar mulut.
Untuk dapat inspeksi lidah dan orofaring maka ujung lidah yang telah dibalut
dengan kasa 2x2 inchi dipegang dengan tangan kiri pemeriksa dan ditarik
keluar rongga mulut dan diarahkan kekanan dan kekiri untuk melihat
permukaan dorsal, ventral, dan lateral lidah, dasar mulut dan orofaring. Inspeksi
bisa lebih baik lagi bila menggunakan bantuan cermin pemeriksa
Tentukan dimana lokasi tumor primer, bagaimana bentuknya, berapa besarnya
dalam cm, berapa luas infiltrasinya, bagaimana operabilitasnya
3) Status regional
Palpasi apakah ada pembesaran kelenjar getah bening leher leher ipsilateral dan
kontralateral. Bila ada pembesaran tentukan lokasinya, jumlahnya, ukurannya ( yang
terbesar ), dan mobilitasnya.
2. PEMERIKSAAN RADIOGRAFI
a. X-foto polos
o X-foto mandibula AP, lateral, Eisler, panoramik, oklusal, dikerjakan pada
tumor gingiva mandibula atau tumor yang lekat pada mandibula
o X-foto kepala lateral, Waters, oklusal, dikerjakan pada tumor gingiva, maksila
atau tumor yang lekat pada maksila
o X-foto Hap dikerjakan pada tumor palatum durum
o X-foto thorax, untuk mengetahui adanya metastase paru
b. Imaging ( dibuat hanya atas indikasi )
o USG hepar untuk melihat metastase di hepar
o CT-scan atau MRI untuk menilai luas ekstensi tumor lokoregional
o Scan tulang, kalau diduga ada metastase ke tulang
3. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
4. PEMERIKSAAN PATOLOGI
Semua penderita kanker rongga mulut atau diduga kanker rongga mulut harus diperiksa
patologis dengan teliti.
Spesimen diambil dari biopsi tumor
Biopsi jarum halus (FNA) untuk pemeriksaan sitologis dapat dilakukan pada tumor
primer atau pada metastase kelenjar getah bening leher.
Yang harus diperiksa dalam sediaan histopatologis ialah tipe, diferensiasi dan luas
invasi dari tumor.
PROSEDUR TERAPI
Penanganan kanker rongga mulut sebaiknya dilakukan secara multidisipliner yang melibatkan
beberapa bidang spesialis yaitu:
- oncologic surgeon
- plastic & reconstructive surgeon
- radiation oncologist
- medical oncologist
- dentists
- rehabilitation specialists
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penanganan kanker rongga mulut ialah eradikasi
dari tumor, pengembalian fungsi dari rongga mulut, serta aspek kosmetik /penampilan
penderita.
Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan macam terapi ialah
a) Umur penderita
b) Keadaan umum penderita
c) Fasilitas yang tersedia
d) Kemampuan dokternya
e) Pilihan penderita.
Untuk lesi yang kecil (T1 dan T2), tindakan operasi atau radioterapi saja dapat memberikan
angka kesembuhan yang tinggi, dengan catatan bahwa radioterapi saja pada T2 memberikan
angka kekambuhan yang lebih tinggi daripada tindakan operasi.
Untuk T3 dan T4, terapi kombinasi operasi dan radioterapi memberikan hasil yang paling baik.
Pemberian neo-adjuvant radioterapi dan atau kemoterapi sebelum tindakan operasi dapat
diberikan pada kanker rongga locally advanced (T3,T4).
Radioterapi dapat diberikan secara interstisial atau eksternal, tumor yang eksofitik dengan
ukuran kecil akan lebih banyak berhasil daripada tumor yang endofitik dengan ukuran besar.
Peran kemoterapi pada penanganan kanker rongga mulut masih belum banyak, dalam tahap
penelitian kemoterapi hanya digunakan sebagai neo-adjuvant pre-operatif atau adjuvan post-
operatif untuk sterilisasi kemungkinan adanya mikro metastasis.
Sebagai pedoman terapi untuk kanker rongga mulut dianjurkan seperti tabel 9 berikut:
Anjuran terapi untuk kanker rongga mulut
Untuk karsinoma rongga mulut T3 dan T4, penanganan N0 dapat dilakukan deseksi leher
selektif atau radioterapi regional pasca bedah. Sedangkan N1 yang didapatkan pada setiap
T harus dilakukan deseksi leher radikal. Bila memungkinkan, eksisi luas tumor primer dan
deseksi leher tersebut harus dilakukan secara en-block.
Pemberian radioterapi regional pasca bedah tergantung hasil pemeriksaan patologis
metastase kelenjar getah bening tersebut ( jumlah kelenjar getah bening yang positif
metastase, penembusan kapsul kelenjar getah bening/ ektra kelenjar getah bening)
A. TERAPI KURATIF
Terapi kuratif untuk kanker rongga mulut diberikan pada kanker rongga mulut stadium I, II,
dan III.
1. Terapi utama
Terapi utama untuk stadium I dan II ialah operasi atau radioterapi yang masing-masing
mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Sedangkan untuk stadium III dan
IV yang masih operabel ialah kombinasi operasi dan radioterapi pasca bedah
Pada terapi kuratif haruslah diperhatikan:
a) Menurut prosedur yang benar, karena kalau salah hasilnya
tidak menjadi kuratif.
b) Fungsi mulut untuk bicara, makan, minum, menelan, bernafas,
tetap baik.
c) Kosmetis cukup dapat diterima.
a. Operasi
Indikasi operasi:
1) Kasus operabel
2) Umur relatif muda
3) Keadaan umum baik
4) Tidak terdapat ko-morbiditas yang berat
Prinsip dasar operasi kanker rongga mulut ialah :
1) Pembukaan harus cukup luas untuk dapat melihat seluruh tumor dengan
ekstensinya
2) Eksplorasi tumor: untuk menentukan luas ekstensi tumor
3) Eksisi luas tumor
o Tumor tidak menginvasi tulang, eksisi luas 1-2 cm diluar tumor
o Menginvasi tulang,eksisi luas disertai reseksi tulang yang terinvasi
4) Diseksi KGB regional (RND = Radical Neck Disection atau modifikasi-
nya), kalau terdapat metastase KGB regional.
Diseksi ini dikerjakan secara enblok dengan tumor primer bilamana me-
mungkinkan.
5) Tentukan radikalitas operasi durante operasi dari tepi sayatan dengan pe-
meriksaan potong beku .
Kalau tidak radikal buat garis sayatan baru yang lebih luas sampai bebas
tumor.
6) Rekonstruksi defek yang terjadi.
b. Radioterapi
Indikasi radioterapi
1) Kasus inoperabel 2) T1,2 tempat tertentu (lihat diatas)
3) Kanker pangkal lidah 4) Umur relatif tua
5) Menolak operasi 6) Ada ko-morbiditas yang berat
Radioterapi dapat diberikan dengan cara:
1) Teleterapi memakai: ortovoltase, Cobalt 60, Linec dengan dosis 5000 -
7000 rads.
2) Brakiterapi: sebagai booster dengan implantasi intratumoral jarum
Irridium 192 atau Radium 226 dengan dosis 2000-3000 rads.
2 Terapi tambahan
a. Radioterapi
Radioterapi tambahan diberikan pada kasus yang terapi utamanya operasi.
(1) Radioterapi pasca-bedah
Diberikan pada T3 dan T4a setelah operasi, kasus yang tidak dapat
dikerjakan eksisi radikal, radikalitasnya diragukan, atau terjadi kontaminasi
lapangan operasi oleh sel kanker.
(2) Radioterapi pra-bedah
Radioterapi pra-bedah diberikan pada kasus yang operabilitasnya diragukan
atau yang inoperabel.
b. Operasi
Operasi dikerjakan pada kasus yang terapi utamanya radioterapi yang setelah
radioterapi menjadi operabel atau timbul residif setelah radioterapi.
c. Kemoterapi
Kemoterapi diberikan pada kasus yang terjadi kontaminasi lapangan operasi
oleh sel kanker, kanker stadium III atau IV atau timbul residif setelah operasi
dan atau radioterapi.
3 Terapi Komplikasi
a. Terapi komplikasi penyakit
Pada umumnya stadium I sampai II belum ada komplikasi penyakit, tetapi dapat
terjadi komplikasi karena terapi.
Terapinya tergantung dari komplikasi yang ada, misalnya:
1) Nyeri: analgetika 2) Infeksi: antibiotika
3) Anemia: hematinik 4) Dsb.
b. Terapi komplikasi terapi
1) Komplikasi operasi: menurut jenis komplikasinya
2) Komplikasi radioterapi: menurut jenis komplikasinya
3) Komplikasi kemoterapi: menurut jenis komplikasinya
4 Terapi bantuan
Dapat diberikan nutrisi yang baik, vitamin, dsb.
5 Terapi sekunder
Kalau ada penyakit sekunder diberi terapi sesuai dengan jenis penyakitnya.
B. TERAPI PALIATIF
Terapi paliatif ialah untuk memperbaiki kwalitas hidup penderita dan
mengurangi keluhannya terutama untuk penderita yang sudah tidak dapat disembuhkan
lagi.
Terapi paliatif diberikan pada penderita kanker rongga mulut yang:
1. Stadium IV yang telah menunjukkan metastase jauh
2. Terdapat ko-morbiditas yang berat dengan harapan hidup yang pendek
3. Terapi kuratif gagal
4. Usia sangat lanjut
Keluhan yang perlu dipaliasi antara lain:
1. Loko regional
a) Ulkus di mulut/leher b) Nyeri c) Sukar makan, minum, menelan
d) Mulut berbau e) Anoreksia f) Fistula oro-kutan
2. Sistemik:
a) Nyeri b) Sesak nafas c) Sukar bicara
d) Batuk-batuk e) Badan mengurus f) Badan lemah
b) Obat kombinasi:
F = Flourouracil: 500 mg/m2, hl,8,14,28 )
A = Adryamycin: 50 mg/m2, hl,21 ) diulang tiap
M = Mithomycin-C: 10 mg/m2, h1 ) 6 minggu
1. Anatomy of the Tongue. Diunduh dari http://anukp.wordpress.com pada tanggal 9 Mei 2009 pukul
23.00
2. Articulation : Tongue. Diunduh dari http://www.yorku.ca/earmstro/journey/tongue.html pada tanggal
9 Mei 2009 pukul 23.00
3. Canker Sores. Diunduh dari http://www.andoverdmd.com/images/canker-sores.jpg pada tanggal 9 Mei
2009. Pukul 18.00
4. Chandra, Rakesh. Disorders of Head and Neck. In : Schwartzs Principles of Surgery. 8th edition. 2007.
McGraw-Hill Companies. Chapter 17
5. Cuy, et al. Oral Teratoma : A Case Report and Literature Review. Journal of Pediatric Surgery
International. 2004. Springer Berlin/Heidelberg. Vol 20 pp 304-308
6. Ghorayeb. Houston Otolaryngology. Diunduh dari http://www.houstonoto.com/TorusPalatinus.html
pada tanggal 9 mei 2009. Pukul 20.00
7. Kumar, Abbas, Fausto, Mitchell. Oral Cavity and Gastrointestinal Tract. In : Robbins Basic Pathology.
8th edition. 2007. Elsevier- Saunders. Chapter 15
8. Lederman&Fornatora. Oral Fibroma& Fibromatoses.
http://emedicine.medscape.com/article/1080948-overview Diunduh pada tanggal 9Mei2009 jam
18.45
9. Noma. Diunduh dari www.nomahospital.org pada tanggal 9 Mei 2009 pukul 18.15
10. Oral Erythroplakia. Diunduh dari www.merck.com pada tanggal 9 mei 2009. Pukul 18.30
11. Oral Lichen Planus. Diunduh dari www.gettestedchicago.com/images/SymptomOral.jpg pada tanggal
9 Mei 2009. Pukul 18.30
12. Oral Growth. Diunduh dari www.familypracticenotebook.com pada tanggal 9 Mei 2009 pukul 20.00
13. Papilloma. Diunduh dari http://img.tfd.com/mosby/thumbs/50018X-fx8.jpg pada tanggal 9 Mei 2009
tanggal 21.45
14. Primary Syphillis Lesion. Diunduh dari www.gettestedchicago.com/images/SymptomOral.jpg pada
tanggal 9 Mei 2009. Pukul 18.30
15. Reksoprawiro, dkk. Protokol Penatalaksanaan Kanker Rongga Mulut. Dalam : Protokol Peraboi 2003.
Bandung. Peraboi. Hal 51-70
16. Sidransky, David. Cancer of The Head and Neck. In : Devita, Hellman & Rosenberg. Cancer Principles
& Practices of Oncology.8th Edition. 2008. Lippincott William & Wilkins. Chapter 36
17. Stomatitis Herpetika.Diunduh dari www.about.com pada tanggal 9 Mei 2009 pukul 18.00
18. Squamous Cell Carcinoma of the Tongue. Diunduh dari www.sciencelearn.org.nz/var/sciencelearn/
pada tanggal 9 Mei 2009 pukul 23.00
19. Vincents Infection. Diunduh dari http://www.mynewsmile.com/images/trench_mouth.jpg pada
tanggal 9 Mei 2009. Pukul 18.00