Anda di halaman 1dari 13

KARSINOMA SEL MIOEPITEL PADA LIDAH: LAPORAN KASUS DAN

TINJAUAN SISTEMATIS

ORAL MEDICINE JOURNAL READING

Disusun oleh :
Monica Cristabel
1995012

Pembimbing :
Shelly Lelyana, drg., Sp.PM.

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG
2019
ORAL MEDICINE JOURNAL READING
Tanggal/Waktu : 23 September 2019
Presenter : Monica Cristabel / 1995012
Pembimbing : drg. Shelly Lelyana, Sp.PM.
Judul Asli : Myoepithelial Cell Carcinoma of the Oral Tongue:
Case Report and Review of the Literature
Penulis : Robert G Nicholas , Josh A Hanson, Duncan A
Meiklejohn
Sumber : Clinical Medicine Insights: Oncology 2019,
Volume 13: 1–5

Karsinoma Sel Mioepitel Pada Lidah: Laporan Kasus dan

Tinjauan Sistematis

Abstrak

Latar belakang: Karsinoma sel mioepitel adalah tumor ganas langka

yang berasal dari kelenjar saliva, biasanya muncul pada kelenjar parotis dan

kelenjar saliva minor. Penyakit ini juga sebelumnya ditemukan pada daerah

kepala dan leher seperti pada mukosa bukal, alveolar ridge dan dasar lidah.

Metode: Seorang pria berusia 55 tahun datang dengan keluhan nyeri pada

bagian kanan lidah sejak 30 tahun lalu dan selama 10 tahun terakhir ulserasi

semakin parah secara bertahap. Pemeriksan fisik menunjukkan adanya lesi

ulseratif berukuran 2.5 cm pada bagian anterior kanan lidah. Hasil biopsi awal

konsisten dengan karsinoma sel skuamosa yang parah hingga sedang.

Pemeriksaan radiografi menggunakan positron emission tomography

(PET)/computed tomography (CT) scan menunjukkan adanya lesi pada lidah

sebelah kanan dan juga adenopati hipermetabolik tingkat II. Pasien menjalani

1
eksisi bedah pada bagian kanan lidah, endoskopi pada saluran aerodigestif atas

dan diseksi bilateral supraomohyoid leher. Defek pada lidah kemudian ditutup.

Hasil: Hasil akhir patologi dari spesimen bedah menunjukkan karsinoma

sel mioepitel. Seluruh tepi bebas dari tumor dan tidak ditemukan metastasis pada

limfonodus servikal. Imunohistokimia menunjukkan diferensiasi sel mioepitel.

Tumor tidak menunjukkan penataan ulang gen EWSR1 pada uji genetik, dan

diduga berasal dari kelenjar saliva. Badan evaluasi tumor multidisipliner

merekomendasikan untuk tidak melakukan terapi tambahan. Pasien pulih dengan

baik setelah dilakukan tindakan bedah dan setelah hampir satu tahun tidak

ditemukan penyakit yang rekuren atau adanya residu.

Kesimpulan: Penulis melaporkan sebuah kasus karsinoma sel mioepitel

pada lidah dan membahas mengenai tinjauan sistematis mengenai tumor yang

jarang ditemukan ini. Penulis membahas mengenai tampilan klinis, patologis,

imunohistokimia dan perawatan dari karsinoma sel mioepitel.

Kata kunci: karsinoma sel mioepitel, lidah, tumor pada kepala dan leher,

mioepitelioma, tumor kelenjar saliva

Pendahuluan

Sel-sel mioepitel secara fisiologis merupakan komponen penting dari

kelenjar saliva dan berperan penting dalam fungsi kontraktil. Tumor jinak yang

berasal dari sel-sel ini dikenal sebagai mioepitelioma (ME) dan umumnya terjadi

pada kepala, leher dan ekstremitas. Karsinoma sel mioepitel/Myoepithelial cell

2
carcinoma (MCC) merupakan suatu keganasan yang berasal dari sel mioepitel dan

secara spesifik berkembang dari adenoma pleomorfik atau de novo dan jarang dari

ME. Dengan adanya penemuan terbaru yaitu imunohistokimia menyebabkan

diagnosis MCC menjadi umum. Pada artikel ini, penulis membahas mengenai

kasus pertama dari MCC pada lidah disertai dengan review literatur terbaru.

Laporan Kasus

Seorang pria berusia 55 tahun datang ke klinik otolaringologi berdasarkan rujukan

dari penyedia layanan kesehatan primer dengan keluhan utama nyeri pada lidah.

Pasien melaporkan bahwa merasakan nyeri sejak 30 tahun lalu pada sebelah kanan

lidah tanpa adanya faktor pencetus, dimana selama 10 tahun terakhir telah

berkembang menjadi luka terbuka. Kondisi tersebut disertai dengan radiasi nyeri

keseluruhan pada bagian kepala dan leher. Pasien tidak memiliki riwayat medis

lainnya dan merupakan seorang perokok aktif dengan riwayat 14 bungkus rokok

selama satu tahun. Pasien melaporkan mengkonsumsi alkohol pada saat remaja

namun sudah tidak mengkonsumsinya sejak beberapa tahun terakhir.

Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya lesi ulseratif berukuran 2.5 cm pada

bagian anterior kanan lidah dengan nekrosis pada bagian tengah dan jaringan

abnormal dengan palpasi yang dalam pada bagian tengah lidah (Gambar 1).

Fungsi motorik dan sensorik lidah masih bekerja dengan baik. Tidak ditemukan

adanya keterlibatan dasar mulut dan palpasi negatif pada limfadenopati servikal.

Pemeriksaan lainya pada kepala dan leher termasuk nasofaringolaringoskopi

fiberoptik fleksibel menunjukkan tidak ada kelainan.

3
Gambar 1. Lesi pada bagian anterior kanan lidah pada kunjungan awal

Biopsi tekan pada jaringan dilakukan pada saat kunjungan awal dan

hasilnya konsisten yaitu karsinoma sel skuamosa sedang hingga buruk dengan

immunostaining yang sedang. Positron emission tomography (PET)/computed

tomography (CT) scan dilakukan untuk mengkonfimasi lesi pada bagian kanan

lidah (Gambar 2), dan hipermetabolik nodus tingkat II.

Gambar 2. Hasil gambar PET/CT menunjukkan lesi hipermetabolik pada bagian anterior
kanan lidah (yang ditunjukkan dengan panah). CT :computed tomography; PET: positron
emission tomography.

4
Pasien menjalani laringoskopi disertai biopsi, glosektomi sebagian dan diseksi

leher supraomohyoid bilateral. Laringoskopi, esofagoskopi dan bronkoskopi

normal. Seluruh bagian beku tepi intraoperatif bebas dari penyakit. Kemudian

defek glosektomi ditutup. Kondisi pasien setelah tindakan operatif baik dan pasien

dibebaskan dari perawatan pada hari ke-5 setelah tindakan operatif. Pada

kunjungan kontrol pertama pada hari ke-8 setelah tindakan operatif, pasien berada

dalam kondisi baik namun memiliki disartria minor. Meskipun biopsi awal

konsisten dengan karsinoma sel skuamosa namun temuan akhir dari spesimen

tidak konsisten dengan diagnosis awal, sehingga membutuhkan pemeriksaan lebih

lanjut yaitu pewarnaan imunohistokimia. Analisis patologi akhir memastikan

tumor 2.5 cm dengan ketebalan 5 mm konsisten dengan MCC. Tumor tersebut

terdiri atas sel-sel epitelioid yang aktif berinfiltrasi, dan beberapa diantaranya

memiliki tampilan seperti rhabdoid. Sel-sel ini menunjukkan adanya atypia

seluler yang tinggi disertai dengan nukleus yang terletak eksentris dengan nukleoli

yang menonjol dan sitoplasma padat berwarna merah mudah (Gambar 3) yang

dikombinasikan dengan pola perkembangan infiltratif yang menegaskan adanya

keganasan. Terdapat sedikit bukti mengenai perbedan stroma kondroid atau

diferensiasi duktus yang berperan mengatur adenoma pleomorfik. Pewarnaan

imunohistokimia menunjukkan hasil yang positif terhadap pansitokeratin (Gambar

4), epithelial membrane antigen (EMA) (Gambar 5), kalponin (Gambar 6), dan

glial fibrillary acidic protein (GFAP) (Gambar 7), yang sesuai dengan diferensiasi

mioepitel. Untuk membedakan antara MCC jaringan lunak dengan yang berasal

dari kelenjar saliva, fluorescence in situ hybridization (FISH) dilakukan untuk

5
memeriksa EWSR1. Penelitian ini tidak menunjukkan adanya bukti mengenai

penyusunan ulang gen EWSR1, yang mengindikasikan bahwa tumor tersebut

kemungkinan berasal dari kelenjar saliva. Tidak ditemukan adanya penyebaran ke

perineural atau limfovaskular. Seluruh tepi negatif dan spesimen diseksi leher

bilateral menunjukkan tidak adanya metastasis tumor. Tahap patologi akhir yaitu

T2N0M0.

Gambar 3. Pewarnaan H&E pada bagian massa anterior kanan lidah menunjukkan sel-sel
epitel yang mitosis infiltratif secara aktif

Gambar 4. Imunohistokimia menunjukkan hasil yang positif untuk pansitokeratin


(ditunjukkan oleh tanda panah)

Gambar 5. Imunohistokimia menunjukkan hasil yang positif untuk epithelial


membrane antigen (EMA).

6
Gambar 6. Imunohistokimia menunjukkan hasil yang positif untuk kalponin
(ditunjukkan oleh tanda panah).

Gambar 7. Imunohistokimia

Kasus ini termasuk pada multidisipliner tumor bagian leher dan kepala. Karena

masih dalam tahap awal tumor dan kurangnya tampilan klinis yang menunjukkan

keadaan ini beresiko tinggi sehingga terapi tambahan tidak direkomendasikan.

Pada kunjungan kontrol 3 bulan setelah tindakan operatif, pasien melaporkan

dapat berbicara dan menelan dengan normal. Pasien sudah dapat melanjutkan

aktivitas fisik dengan normal. Hasil pemeriksaan fisik dan indirect flexible

nasofaringolaringoskopi normal, dengan defek bedah yang sembuh dengan baik

(Gambar 8). Pada evaluasi terbaru, pasien tidak menunjukkan adanya rekurensi

penyakit pada 9 bulan setelah dilakukan tindakan bedah.

7
Gambar 8. Foto klinis tiga bulan setelah tindakan operatif yang menunjukkan daerah
bedah yang mengalami penyembuhan sempurna dan tidak ditemukan bukti adanya residu
penyakit

Pembahasan

Riwayat dan karakteristik klinis MCC

Tumor mioepitel kelenjar saliva pertama kali dilaporkan pada tahun 1943 oleh

Sheldon.1 Seri kasus awal didokumentasikan pada tahun 1945 oleh Bauer dan

Fox.2 Laporan pertama dari MCC dipublikasikan 30 tahun kemudian oleh

Stromeyer et al3 pada tahun 1975. Seri kasus yang lebih besar termasuk oleh

Sciubba dan Brannon4 mendokumentasikan 23 kasus dari ME, dan ditulis pada

sekitar tahun 1980-an yang kemudian memasukkan MCC ke dalam klasifikasi

tumor kelenjar saliva oleh World Health Organization pada tahun 1991.5 Seri

kasus yang lebih besar dalam literatur bahasa Inggris dipublikasikan oleh Kane

dan koleganya dan melaporkan 51 kasus MCC pada pusat kanker tersier. Literatur

sebelumnya telah menemukan bahwa ~70% dari kanker ini muncul pada kelenjar

saliva mayor; tetapi Kane dan Bagwan6 menemukan bahwa ~71% dari kanker

yang tercatat dalam penelitian mereka muncul pada kelenjar saliva minor. Dalam

rongga mulut, palatum durum merupakan daerah yang paling sering terkena.

Berbagai laporan kasus telah mendokumentasikan MCC dalam rongga mulut yang

8
ditemukan pada mukosa bukal, palatum durum, lingir alveolar, trigonum

retromolar dan bibir.7 Pada saat publikasi, seluruh laporan kasus terbaru mengenai

MCC lidah menunjukkan tumor yang ditemukan berasal dari bagian dasar lidah.

Sel-sel mioepitel merupakan komponen penting pada kelenjar asinus dan

duktus. Sel-sel tersebut umumnya terletak antara sel-sel epitel lumina dan

membran dasar serta memiliki fungsi kontraktil.10 Sel-sel tersebut ditemukan pada

seluruh bagian tubuh, tidak hanya pada kelenjar saliva, namun juga ditemukan

pada kelenjar lakrimal, kelenjar keringat, kelenjar mamma, kelenjar Bartholin dan

kelenjar penghasil mukus dari saluran aerodigestif.11 Sel-sel ini menunjukkan

tampilan dari sel-sel myoid dan epiteloid, dan pada kelenjar saliva berfungsi untuk

sekresi saliva dan mengatur pertukaran elektrolit.11 Ketika sel-sel mioepitel

berkontraksi, sel-sel tersebut merusak sel-sel mukus pada asinus.12 Sel-sel tersebut

juga berkontraksi sepanjang duktus interkalaris meningkatkan tekanan dan

diketahui berperan penting pada terjadinya tumor.10

MCC merupakan kegaanasan dari ME dan tumor langka yang ditemukan

pada berbagai rentang usia. 0.4% sampai 0.6% merupakan tumor kelenjar saliva

dan 1.2% hingga 1.5% karsinoma kelenjar saliva.13 Tumor ini umumnya

ditemukan dalam kelenjar parotis (60%), namun dapat terjadi juga pada kelenjar

submandibular (10%), dan kelenjar saliva minor (25%), khususnya pada

palatum.14 Berbagai laporan kasus telah mendokumentasikan MCC yang terdapat

pada nasofaring, laring dan paru-paru.7 Pasien pada umumnya datang dengan

massa asimptomatik namun dengan gejala seperti adanya massa lunak, disfagia

dan suara yang serak. Pada tumor palatum, invasi pada tulang dapat terlihat dalam

9
beberapa kondisi. Kondisi tersebut dapat berkembang menjadi tumor de novo atau

transformasi keganasan menjadi ME atau adenoma pleomorfik.15 Ketika timbul

dari adenoma pleomorfik, MCC dapat menjadi lebih parah dalam waktu 5 tahun.16

Berdasarkan perjalanan gejala dari pasien dalam jangka waktu yang panjang,

penulis menduga tumor tersebut berasal dari ME atau adenoma pleomorfik

dengan perkembangan yang lambat selama beberapa tahun.

Perawatan yang dapat diterima saat ini untuk ME yaitu bedah eksisi dengan

tepi jelas, karena ME kurang rentan menyebabkan rekurensi dibandingkan

adenoma pleomorfik dan transformasi menjadi keganasan sangat jarang terjadi.17

Serupa dengan kondisi tersebut, perawatan definitif untuk MCC yaitu bedah

reseksi penuh.18 MCC melibatkan kelenjar saliva mayor merupakan indikasi untuk

dilakukan eksisi seluruh kelenjar. Pada kelenjar saliva minor, eksisi dengan tepi

yang bebas dari tumor merupakan standar pelayanan. Diseksi leher diindikasikan

jika terdapat penyakit pada leher.17 Indikasi dan keuntungan dari kemoterapi dan

radioterapi belum diketahui dengan pasti. Secara keseluruhan, laporan-laporan

sebelumnya menunjukkan bahwa sepertiga pasien dapat meninggal akibat

metastasis, sepertiga dapat mengalami multipel rekurensi lokal dan sepertiga

dapat bebas dari penyakit setelah reseksi.19

Histopatologi

Berdasarkan ukuran dan proses interdigitasi, sel-sel mioepitel normal

dideskripsikan sebagai sel-sel berbentuk bintang atau seperti keranjang. Sel-sel ini

menghasilkan protein seperti proteinase inhibitors, anti-angiogenesis factors,

metalloproteinase-1, protease nexin II, dan alpha1-antitrypsin.12 ME terbagi

10
menjadi 4 tipe berdasarkan tampilan seluler: spindle, plasmacytoid, epithelioid,

atau clear cell. Mukosa aseluler atau stroma hialinisisasi dapat ditemukan di

sekitar sel-sel mioepitel.20 Sel-sel ini mengalami kekurangan diferensiasi duktus

atau stroma kondroid, yang merupakan tampilan utama untuk membedakannya

dari adenoma pleomorfik.21

Dalam kasus MCC, pola histologis yang paling umum yaitu epiteloid, yang

menunjukkan sel-sel polygonal berukuran besar dengan inti nukleus yang

berbeda. Variasi yang berbentuk spindle memiliki inti nukleus dan sitoplasma

granular yang serupa.6 Variasi plasmasitoid yang juga diketahui sebagai hialin

atau rhabdoid, memiliki tampilan sebagai sel-sel polygonal dengan nukleus

eksentrik pyknotik dan sitoplasma eosinofilik yang padat.19 Variasi clear sell

menunjukkan sitoplasma yang sebagian besar terdiri atas glikogen.22 Keganasan

dari MCC berbeda dari ME karena bersifat infiltrative, yang menunjukkan

peningkatan aktivitas mitosis, pleomorfisme nukleus dan menunjukkan invasi ke

limfovaskular atau perineural.19

Imunokimia menujukkan sel-sel yang sangat positif terhadap sitokeratin,

EMA, p63, calponin, S100, smooth muscle actin, GFAP, dan muscle-specific

actin.23 Mikroskopi electron menunjukkan tanda epitel dan myoid. Karakteristik

epitel meliputi desmosom dan persimpangan rapat, sedangkan karakteristik myoid

yaitu terdapat myofilamen intrasitoplasmik.19 Pengaturan ulang gen EWSR1 telah

terdeteksi dalam jaringan lunak ME namun tidak terdapat dalam saliva.24

11
Kesimpulan

Berdasarkan pengetahuan penulis, artikel ini merupakan laporan kasus

pertama mengenai MCC yang terdapat pada lidah. MCC merupakan suatu

keganasan yang berasal dari asinus saliva dan sel-sel duktus yang jarang

ditemukan dalam rongga mulut. Penulis telah mendiskusikan mengenai tampilan

klinis, patogenesis, penanganan, patologis unik, imunohistokimia dan perawatan

untuk tumor ini. Laporan lebih lanjut mengenai perawatan dan hasilnya akan

membantu dalam mengklarifikasi standar perawatan untuk jenis tumor yang

jarang ditemukan ini.

12

Anda mungkin juga menyukai