Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KEGIATAN KEPANITERAAN

RS. BHAYANGKARA TK. II SARTIKA ASIH


BAGIAN: UNIT GAWAT DARURAT

Disusun Oleh: Kelompok 3


Selina Wissen 1995009
Velysia Niyan Putri 1995010
Monica Cristabel 1995012
Egya Laboda Surabina 1995013
Reynhard Richard Setiawan 1995029
Nalaria Prakusya 1995030
Yuana Dianis Eka Putri 1995031
Dela Puspita 1995032
Ayudia Pratiwi Putri 1995034

Pembimbing:
dr. Nanang Budi Pramono, Sp.P, M.Kes

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG
2021
BANTUAN HIDUP DASAR

I. Pendahuluan

American Heart Association (AHA) telah memperbaharui pembelajaran Basic

Life Support (BLS) / Bantuan Hidup Dasar (BHD) dari tahun ke tahun

dikarenakan penelitian terbaru mengenai perawatan jantung telah tersedia.

Penyakit jantung terus menjadi penyebab kematian di Amerika Serikat. Panduan

bantuan hidup telah berubah secara drastic dan komponen BHD terus menjadi

langkah penting dalam penanganan awal. Bantuan hidup dasar meliputi:

- Tanggap memulai rantai keberhasilan

- Memberikan tekanan kompresi dada yang baik terhadap orang dewasa,

anak-anak dan balita

- Mengetahui dimana lokasi dan mengerti cara penggunaan Automatic

External Defibrillator (AED)

- Memberikan pertolongan nafas ketika diperlukan

- Mengerti bagaimana bertindak dalam kelompok

- Mengetahui cara menyelamatkan seseorang tersedak

Gambar 1. Rantai Bertahan Hidup AHA untuk Henti Jantung di Rumah Sakit dewasa
Gambar 2. Rantai Bertahan Hidup AHA untuk Henti Jantung di Luar Rumah Sakit dewasa

II. Pengertian Bantuan Hidup Dasar

Bantuan Hidup Dasar (BHD) / Basic Life Support (BLS) adalah penanganan

awal pada pasien yang mengalami henti jantung, henti nafas atau obstruksi jalan

nafas. BHD meliputi beberapa keterampilan yang dapat diajarkan kepada semua

orang, yaitu mengenali kejadian henti jantung mendadak, aktivasi system

tanggapan darurat, melakukan cardiopulmonary resuscitation (CPR) / resusitasi

jantung paru (RJP) awal, dan cara menggunakan automated external defibrillator

(AED). Pengenalan dini dan respon terhadap serangan jantung dan stroke

dianggap sebagai bagian dari BHD.

III. Tujuan Bantuan Hidup Dasar

Tujuan utama dari BHD yaitu:

1. Mempertahankan ventilasi paru dengan memberikan tindakan

oksigenasi darurat dan mendistribusikan darah-oksigen ke jaringan

tubuh.

2. Memberi bantuan sirkulasi sistemik, beserta ventilasi dan oksigenasi

tubuh secara efektif dan optimal sampai didapatkan kembali sirkulasi


sistemik spontan atau telah tiba bantuan dengan peralatan yang lebih

lengkap untuk melaksanakan tindakan bantuan hidup jantung lanjutan.

IV. Langkah-langkah Bantuan Hidup Dasar

1. Pada saat tiba di lokasi kejadian

Tahap ini merupakan tahapan umum pada saat tiba di suatu lokasi

kejadian, baik pada kasus trauma ataupun kasus medis. Pada saat tiba di

tempat kejadian, kenali dan pelajari segala situasi dan potensi bahaya yang

ada. Sebelum melakukan pertolongan, pastikan keadaan aman bagi penolong.

a. Amankan keadaan

Perhatikan dahulu segala yang berpotensi menimbulkan bahaya sebelum

menolong pasien, seperti lalu lintas kendaraan, jalur listrik, asap, cuaca

ekstrim, atau emosi dari orang di sekitar lokasi kejadian. Lalu

menggunakan alat perlindungan diri (APD) yang sesuai.

b. Evaluasi ancaman bahaya

Bila tidak ada ancaman bahaya jangan memindahkan korban, misalnya api

atau gas beracun. Jika penolong harus memindahkan korban, maka harus

dilakukan secepat mungkin dan seaman mungkin dengan sumber daya

yang tersedia.

c. Evaluasi penyebab cedera atau mekanisme cedera

Evaluasi petunjuk yang mungkin menjadi pertanda penyebab terjadinya

kegawatan dan bagaimana korban mendapatkan cederanya, misalnya

terjatuh dari tangga, tabrakan antar kendaraan, atau adanya tumpahan obat

dari botolnya. Gali informasi melalui saksi mata apa yang terjadi dan
menggunakan informasi tersebut untuk menilai apa yang terjadi. Penolong

juga harus memikirkan kemungkinan korban telah dipindahkan dari tempat

kejadian, baik oleh orang di sekitar lokasi atau oleh si korban sendiri.

d. Jumlah korban

Evaluasi pula keadaan sekitar bilamana terdapat korban lain. Jangan

sekali-kali berpikir hanya ada satu korban, oleh sebab itu sangat penting

untuk segera mengamati keadaan sekitar kejadian.

e. Meminta pertolongan

Minta bantuan ke orang sekitar tempat kejadian. Hal ini sangat penting

karena akan sangat sulit menolong pasien seorang diri, apabila ada lebih

dari satu penolong maka akan lebih efektif menangani korban, seperti

pengaktifan EMS dan mengamankan lokasi.

f. Evaluasi kesan awal

Evaluasi gejala dan tanda yang mengindikasikan kedaruratan yang

mengancam nyawa korban, seperti adanya sumbatan jalan nafas,

perdarahan dan sebagainya.

2. Penilaian awal pada korban tidak sadarkan diri

a. Level of Conciousness (Tingkat kesadaran)

- A - Alert/Awas: Kondisi dimana korban sadar, meskipun mungkin

masih dalam keadaan bingung terhadap apa yang terjadi.

- V - Verbal/Suara: Kondisi dimana korban merespon terhadap

rangsang suara yang diberikan. Oleh karena itu, si penolong harus


memberikan rangsang suara yang nyaring ketika melakukan

penilaian pada tahap ini.

- P - Pain/Nyeri: Kondisi dimana korban merespon terhadap rangsang

nyeri yang diberikan oleh penolong. Rangsang nyeri dapat diberikan

melalui penekanan dengan keras di pangkal kuku atau penekanan

dengan menggunakan sendi jari tangan yang dikepalkan pada tulang

sternum/tulang dada. Namun, pastikan bahwa tidak ada tanda cedera

di daerah tersebut sebelum melakukannya.

- U - Unresponsive/tidak respon: Kondisi dimana korban tidak

merespon semua tahapan yang ada di atas.

Gambar 3. Pemeriksaan Respon

b. Circulations – Airway – Breathing (Sirkulasi –Jalan nafas – Pernafasan)

Apabila korban dalam keadaan tidak respon, segera evaluasi keadaan

jalan napas korban. Pastikan bahwa korban dalam posisi telentang. Jika

korban tertelungkup, penolong harus menelentangkannya dengan hati-

hati dan jangan sampai membuat atau memperparah cedera korban.

Pada korban yang tidak sadarkan diri dengan mulut yang menutup
terdapat metode untuk membuka jalan napas, yaitu Head-tilt/chin-lift

technique (Teknik tekan dahi/angkat dagu).

Gambar 4. Triple airway manuever (Head-tilt, chin-lift, jaw-thrust)

V. Bantuan Hidup Dasar untuk Dewasa

Bantuan Hidup Dasar (BHD) untuk dewasa difokuskan dengan melakukan

tugas bersamaan. Pada BHD lama, fokus hanya dilakukan dengan melakukan satu

penolong resusitasi jantung paru. Pada pedoman tahun 2010, diketahui bahwa

lebih dari satu orang dapat melakukan RJP, namun semua penolong harus

mengetahui cara melakukannya baik RJP sendiri maupun RJP 2 orang. Hal ini

termasuk kompresi dada, membuka jalur udara, bernafas untuk korban, dan

defibrillasi ketika terdapat mesin AED. Penting untuk mengetahui tahapan BHD

pada orang dewasa.

1. BHD / RJP dewasa dengan penolong satu orang

Tahapan RJP

1. Periksa nadi karotis pada sisi leher. Perlu diingat untuk tidak

menghabiskan waktu dengan memeriksa nadi, lakukan pemeriksaan tidak

lebih dari 10 detik. Jika Anda tidak yakin dengan tekanan nadi, mulai

RJP dengan cycle 30 tekanan dada dan 2 nafas buatan.


Gambar 5. Pemeriksaan nadi

2. Gunakan ujung jari pada setengah bawah sternum di tengah-tengah dada

Gambar 6. Pencarian titik sternum

3. Letakkan kedua tangan menumpuk di atas lokasi tersebut

Gambar 7. Posisi tangan


4. Lengan tegak lurus 90 derajat dan tekan kebawah. Kompresi setidaknya

dua inci kedalam dada korban dengan kecepatan setidaknya 100 per

menit

Gambar 8. Kompresi dada


5. Hentikan penekanan dan biarkan dada mengembang mengempis pada

setiap kompresi – hal ini dilakukan untuk membantu darah kembali ke

dalam jantung

6. Setelah 30 kompresi, hentikan kompresi dan buka jalan nafas dengan

tilting kepala dan mengangkat dagu:

a. Letakkan satu tangan pada dahi korban dan miringkan kepala korban ke

arah belakang
Gambar 9. Tilting kepala untuk jalan nafas
b. Angkat rahang korban dengan meletakkan jari tengah dan jari telunjuk

pada rahang bawah

Gambar 10. Tilting kepala untuk jalan nafas


c. Jangan mengangkat kepala korban apabila diperkirakan memiliki luka

leher

7. Berikan nafas buatan selagi melihat tekanan dada. Ulangi dengan

memberikan nafas kedua. Nafas buatan diberikan dalam waktu 1 detik.

8. Lanjutkan kompresi dada


2. BHD / RJP dengan penolong dua orang

Terdapat kejadian dimana akan ada orang kedua yang dapat membantu

tindakan. Gunakan individu ini untuk menelefon Unit Gawat Darurat dan

mencari AED ketika individu pertama sedang melakukan RJP. Ketika individu

kedua kembali, tugas RJP dapat dilakukan bergantian:

1. Individu kedua persiapkan AED untuk digunakan

2. Mulai kompresi dada dan hitung kompresi secara lantang

3. Individu kedua aplikasikan pad AED

4. Individu kedua membuka jalan nafas korban dan berikan nafas buatan

5. Ganti posisi setiap 5 putar kompresi dan nafas. Satu putaran terdiri dari 30

kompresi dan 2 nafas

6. Ketika AED dipasangkan, interupsi RJP dikurangi dengan melakukan

pertolongan bergantian ketika menganalisis ritme jantung pada AED.

VI. Bantuan Hidup Dasar (BHD) Pada Anak

Terdapat banyak kesamaan antara pedoman BHD untuk anak dengan dewasa.

Perbedaan utama antar dua kategori tersebut adalah berikut:

- Pada anak-anak, jika dua penolong dapat melakukan RJP, rasio kompresi

dengan nafas buatan adalah 15:2; jika hanya ada satu orang penolong,

rasionya 30:2 untuk semua kelompok usia

- Untuk anak yang masih kecil, Anda dapat menggunakan kompresi dada satu

tangan
- Kedalaman kompresi mungkin berbeda. Pada anak-anak, kompres dada

setidaknya 1/3 kedalaman dada. Hal ini mungkin kurang dari 2 inci untuk

anak kecil, namun sekitar 2 inci untuk anak yang lebih besar

- Jika Anda satu-satunya orang yang berada dalam kejadian dan menemukan

anak yang tidak merespon, lakukan RJP 2 menit sebelum Anda menelefon

EMS atau mencari AED

- Pada anak-anak, kejadian henti jantung jarang terjadi. Henti jantung

biasanya terjadi akibat masalah pernafasan. Tingkat kelangsungan hidup

dapat meningkat dengan intervensi awal terhadap masalah pernafasan. Perlu

di ingat bahwa pencegahan merupakan kunci utama kelangsungan hidup

anak.

- Jika Anda menemukan kejadian henti jantung pada anak-anak, telefon EMS

dan gunakan AED seperti Anda melakukan BHD pada orang dewasa.

VII. Cara Menggunakan Automated External Defibrilator (AED)

Apabila perangkat automated external defibrilator (AED) telah tersedia,

maka segera dipasangkan. AED adalah alat elektronik portabel yang secara

otomatis dapat menganalisis ritme jantung pasien dan dapat melakukan

defibrilasi. AED dapat mengindikasikan pemberikan defibrilasi pada dua

keadaan disritmia jantung, yaitu ventricular fibrilasi (VF) dan ventricular

tachycardi (VT).
Gambar 11. Posisi pad AED pada dewasa dan anak-anak

- Nyalakan alat AED.

Gambar 12. Automated External Defibrilator (AED)


- Pastikan dada pasien terbuka dan kering.

Gambar 13. Posisi AED


- Letakkan pad pada dada korban. Gunakan pad dewasa untuk korban

dewasa dan anak dengan usia di atas 8 tahun atau dengan berat di atas 55

pound (di atas 25 kg). Tempatkan satu pad di dada kanan atas di bawah

tulang selangka kanan, dan tempatkan pad yang lain di dada kiri pada

garis tengah ketiak, beberapa inci di bawah ketiak kiri.

Gambar 14. Pad AED


Gambar 15. Peletakkan pad
- Hubungkan konektor, dan tekan tombol analyze.

Gambar 16. Menyalakan mesin AED


- Beritahukan pada semua orang dengan menyebutkan "clear" sebagai

tanda untuk tidak menyentuh korban selama AED menganalisis. Hal ini

dilakukan agar analisis yang didapatkan akurat.

- Ketika "clear" disebutkan, penolong yang bertugas untuk melakukan RJP

harus menghentikan penekanan dada dan mengangkat tangannya

beberapa inci di atas dada, tapi masih berada pada posisi untuk bersiap

melanjutkan penekanan dada segera setelah kejut listrik diberikan atau

AED menyarankan bahwa kejut listrik tidak diindikasikan.


- Amati analisis AED dan siapkan untuk pemberian kejut listrik bila

diperlukan. Pastikan tidak ada seorangpun yang kontak dengan pasien.

Siapkan penolang pada posisi untuk siap melanjutkan penekanan dada

segera setelah kejut listrik diberikan.

- Berikan kejut listrik dengan menekan tombol "shock" bila ada indikasi.

- Setelah kejut listrik diberikan, segera lanjutkan penekanan dada dan

lakukan selama 2 menit (sekitar 5 siklus) hingga AED menyarankan

untuk melakukan analisis ulang, adanya tanda kembalinya sirkulasi

spontan, atau Anda diperintahkan oleh ketua tim atau anggota terlatih

untuk berhenti.

Gambar 17. Lakukan kompresi kembali pada korban


Skema 1. Protokol RJP pada orang dewasa menurut AHA 2015
DAFTAR PUSTAKA

1. Intensive Care Society. Levels of critical care for adult patient: Standard and

guideline. 2009.

2. American Red Cross. Basic Life Support for Healthcare Providers Handbook.

2015.

3. National Health Care Provider Solutions. Basic Life Support: Provider

Handbook 1st edition. 2016.

4. American Heart Association. Highlights of the 2020 AHA Guidelines Update

for CPR and ECC. 2020.

Anda mungkin juga menyukai