Anda di halaman 1dari 48

Kanker Lidah

A. Uraian Umum
Tumor ganas lidah adalah keganasan yang terdapat pada lidah. Bentuk yang
paling banyak ditemukan adalah karsinoma sel skuamosa lidah. Karsinoma
sel skuamosa lidah merupakan salah satu bentuk karsinoma rongga mulut
yang mempunyai presentase paling banyak dari seluruh keganasan rongga
mulut (90-97%) (Adam, George L. 1997).

B. Epidemiologi
Angka kejadian kanker lidah ini relatif umum, dengan 3% dari seluruh
penyakit berbahaya yang timbul dalam rongga mulut. Kanker Lidah lebih
umum dari semua jenis kanker rongga mulut kecuali orang-orang dari bibir
dan terjadi dengan bertambahnya usia. Hal ini jarang terjadi sebelum usia 40
dan insiden tertinggi penyakit ini dalam dekade-dekade 6 dan 7 dengan
perbandingan pria dan wanita 3 : 1. Secara geografis, tumor ditemukan di
seluruh dunia, tetapi ada variasi yang signifikan dalam insiden. Penyakit ini
terjadi dengan kejadian tertinggi pada populasi India(Adam, George L. 1997).
C. Etiologi
Faktor risiko untuk pengembangan dasar karsinoma lidah termasuk
alkohol kronis dan penggunaan tembakau, usia lebih tua, lokasi geografis,
dan sejarah keluarga atas kanker saluran aerodigestive. Paparan Lingkungan
untuk polisiklik hidrokarbon aromatik, asbes, dan asap pengelasan dapat
meningkatkan resiko kanker faring. Kekurangan gizi dan agen infeksi
(terutama papillomavirus dan jamur) juga mungkin memainkan peran
penting(Adam, George L.1997, Heinz Hans, Naumann. 1993).
D. Patofisiologi
Unsur-unsur penyebab kanker (onkogen) dapat digolongkan ke dalam
tiga kelompok besar, yaitu energi radiasi, senyawa kimia dan virus(Scher L.
Richard).
1. Energi radiasi
Sinar ultraviolet, sinar-x dan sinar gamma merupakan unsur mutagenik dan
karsinogenik. Radiasi ultraviolet dapat menyebabkan terbentuknya dimmer
pirimidin. Kerusakan pada DNA diperkirakan menjadi mekanisme dasar
timbulnya karsinogenisitas akibat energi radiasi. Selain itu, sinar radiasi
menyebabkan terbentuknya radikal bebas di dalam jaringan. Radikal bebas
yang terbentuk dapat berinteraksi dengan DNA dan makromolekul lainnya
sehingga terjadi kerusakan molekular.
2. Senyawa kimia
Sejumlah besar senyawa kimia bersifat karsinogenik. Kontak dengan
senyawa kimia dapat terjadi akibat pekerjaan seseorang, makanan, atau
gaya hidup. Adanya interaksi senyawa kimia karsinogen dengan DNA dapat
mengakibatkan kerusakan pada DNA. Kerusakan ini ada yang masih dapat
diperbaiki dan ada yang tidak. Kerusakan pada DNA yang tidak dapat
diperbaiki dianggap sebagai penyebab timbulnya proses karsinogenesis.
3. Virus
Virus onkogenik mengandung DNA atau RNA sebagai genomnya. Adanya
infeksi virus pada suatu sel dapat mengakibatkan transformasi maligna,
hanya saja bagaiamana protein virus dapat menyebabkan transformasi masih
belum diketahui secara pasti.
Berdasarkan beberapa penelitian, DNA merupakan makromolekul yang
penting dalam proses karsinogenesis, hal ini didasari dari(Scher L. Richard):
a. Sel kanker memproduksi sel kanker, dimana adanya perubahan esensial
yang menyebabkan timbulnya sel kanker diteruskan dari sel induk kepada sel
turunan, berhubungan dengan peranan DNA.
b. Adanya karsinogen akan merusak DNA, sehingga menyebabkan mutasi
pada DNA.
c. Banyak sel tumor yang memperlihatkan kromosom yang abnormal.
d. DNA sel kanker dapat menyebabkan transformasi sel normal menjadi sel
kanker.
Rokok telah terbukti sebagai karsinogen pada percobaan terhadap
binatang karena mengandung banyak radikal bebas dan epoxides yang
berbahaya. Pengaruh yang ditimbulkan oleh rokok berupa perubahan
mukosa saluran aerodigestivus. Hal ini berhubungan dengan kerusakan gen
p53, dimana jika terjadi mutasi, hilang atau rusaknya gen p53 maka resiko
untuk terjadinya kanker akibat rokok akan meningkat. Peningkatan angka
kejadian keganasan berhubungan erat dengan penggunaan alkohol dan
rokok. Resiko untuk terjadinya kanker kepala dan leher pada orang perokok
dan peminum alkohol 17 kali lebih besar daripada yang tidak perokok atau
peminum alkohol (Nguyen T. C hau)
Menurut Hanh dkk, terdapat 6 faktor yang menyebabkan
perkembangan untuk sel :
1. Berproliferasi autonom
2. Menghambat sinyal growth inhibition
3. Kemampuan menghindari apoptosis
4. Immortal
5. Angiogenesis
6. Menginvasi jaringan lain dan metastasis
Patogenesis tumor ganas merupakan proses biasanya memakan
waktu yang cukup lama. Pada tahap awal terjadi inisiasi karena ada inisiator
yang memulai pertumbuhan sel yang abnormal. Inisiator ini dibawa oleh zat
karsinogenik. Bersamaan dengan atau setelah inisiasi, terjadi promosi yang
dipicu oleh promoter sehingga terbentuk sel yang polimorfis dan anaplastik.
Selanjutnya terjadi progresi yang ditandai dengan invasi sel-sel ganas ke
membrane basalis.
Penyusunan ulang kromosom dapat berubah menjadi aktivasi karsinogenik
(Nguyen T. C hau).
Perubahan genetik pada karsinoma sel skuamosa kepala dan leher
belum diketahui secara pasti. Califano dkk mengemukakan hilangnya
kromosom 9p21 atau 3p menyebabkan perubahan dini pada mukosa kepala
dan leher sehingga mengakibatkan munculnya karsinoma sel skuamosa.
Namun, teori lain menyatakan bahwa hilangnya kromosom 17p pada gen
supresor tumor juga turut berperan tethadap keganasan kepala dan leher.
Selain itu, hilangnya kromosom 3p21 men yebabkan perubahan hyperplasia
dan displasia, sedangkan hilangnya kromosom 6p, 8p, 11q, 14q, dan 4q26-28
menyebabkan terjadinya invasi ke jaringan sekitar (Nguyen T. C hau,Murray,
K Robert, 1999).
E. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala kanker lidah antara lain adalah timbulnya ulkus (luka)
seperti sariawan yang tidak sembuh dengan pengobatan adekuat, mudah
berdarah Bagian tengah ulkus relatif lembut dan mudah berdarah.
Perdarahan terjadi ketika tekanan diberikan pada tempat kanker, saat
mengunyah, minum atau menelan.
Fokus kanker adalah sangat lembut dan tidak tahan tekanan dalam bentuk
apapun, sehingga mengakibatkan pendarahan. Perdarahan merupakan
indikasi penting dan gejala kanker lidah. Sakit tenggorokan terus-menerus
adalah gejala kanker lidah yang utama dan sering terjadinya mati rasa di
lidah dan mulut. Selain itu, perubahan suara, lidah kaku dengan gerakan
berkurang, dan bau mulut adalah gejala kanker lidah lain yang terkait serta
benjolan di bagian belakang tenggorokan, pembesaran kelenjar getah bening
leher, yang tak dapat dijelaskan dan penurunan berat badan yang berlebihan.
Pasien juga mengeluh kesulitan dalam membuka mulut dan kehadiran massa
di leher.
F. Gejala klinis pada kanker lidah
Pada stadium dini, kanker lidah tidak menimbulkan nyeri dan biasanya
ditemukan pada pemeriksaan rutin pada gigi dan mulut. Kanker biasanya
timbul di bagian pinggir lidah, hampir tidak pernah ditemukan kanker pada
pangkal lidah kecuali pada seseorang yang pernah menderita sinus yang
tidak pernah mendapatkan pengobatan selama beberapa tahun. Karsinoma
sel skuamosa pada sel lidah seringkali tampak seperti luka terbuka (borok)
dan cenderung tumbuh ke dalam jaringan di bawahnya. Bintik kecoklatan
mendatar seperti bercak sering ditemukan pada perokok yaitu di sisi
biasanya rokok atau pipa diletakkan pada bibir (Anonim, 2008).
G. Diagnosis (Davies L, Welch HG., 2006)
1. Biopsi langsung
Merupakan metode baku untuk memperoleh jaringan dari lesi dirongga
mulut dan orofaring.
2. Sitologi
Pemeriksaan sitologi eksfoliatifa dari spesimen kerokan atau inprint
dari tumor primer dikerjakan pada lesi yang berupa bercak/superficial. Bila
hasilnya :
a. Klas I- III : lakukan ulangan sitologi 3 bulan lagi.Bila 2x ulangan sitologi
tetap klas I-III maka perlu dibiopsi
b. Klas IV-V : lakukan biopsi
3. Panendoskopi
Dilakukan untuk menentukan perluasan lesi yang besar dan
terletakdisebelah posterior dan untuk menyingkirkan adanya tumor primer
simultan.
4. Biru toluidine
Sebuah zat pewarna yang dibubuhkan in situ sebagai salah satu
caradiagnostik tambahan dalam mendeteksi karsinoma sel skuamosa yang
akan memberi warna biru pada sel kanker. Jaringan normal tidakmengisap
warna, sedang lesi pra-ganas atau non neoplasmatidak konstan mengisap
warna.Menurut Mashberg tehnik memberi warna rongga mulut sebagai
berikut:
a. Kumur dengan larutan asam asetat 1% : 20 detik
b. Kumur dengan air : 20 detik, 2 x
c. Kumur dengan larutan toluidine blue 1% : 5-10 cc
d. Kumur lagi dengan larutan asam asetat 1% : 1 menit
e. Kumur dengan air.
Pembacaan hasil pemeriksaan dilakukan 24 jam kemudian,
pemeriksaanini memiliki sensitivitas dan spesifisitas sebesar 90%.Adapun
larutan toluidine biru terdiri dari :
a. Toluidine chlorida : 1 gr
b. Asam asetat : 10 cc
c. Alkohol absolut : 4,2 cc
d. Aquadest: 100 cc
e.PET (Positron Emission Tomography)
Pemeriksan imaging dengan PET Pemeriksaan Positron Emission
Tomography menggunakan tirosin sebagai tracer memiliki sensitivitas dan
spesifisitas cukup tinggi untuk karsinoma.Pemeriksaan ini dapat mendeteksi
tumor <4mm. Untuk staging memiliki sensitivitas 71% dan spesifisitas 99%,
sedangkan untuk dteksi kekambuhan memiliki sensitivias 92% dan
spesifisitas 81%.
H. Penatalaksanaan
Penanganan kanker lidah ini sebaiknya dilakukan secara
multidisipliner yang melibatkan beberapa bidang spesialis yaitu: (American
Cancer Oral, 2007).
1. oncologic surgeon
2. plastic & reconstructive surgeon
3. radiation oncologist
4. medical oncologist
5. dentists
6. rehabilitation specialists
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penanganan kanker lidah
ini ialah eradikasi dari tumor, pengembalian fungsi dari rongga mulut, serta
aspek kosmetik /penampilan penderita. Beberapa faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam penentuan macam terapi ialah (American Cancer
Oral, 2007) :
1. Umur penderita
2. Keadaan umum penderita
3. Fasilitas yang tersedia
4. Kemampuan dokternya
5. Pilihan penderita.
Penatalaksanaan pasien tumor ganas lidha dilakukan dengan operasi,
radiasi, kemoterapi, atau kombinasi dua atau ketiganya, tergantung dari jenis
tumor dan durasinya. Keputusan tentang tindakan terbaik yang dapat
dilakukan harus dibuat oleh seseorang yang mempunyai keahlian khusus
tentang keganasan leher dan kepala(American Cancer Oral, 2007, Yohannes,
S., ADAM, George L. 1997).
Untuk lesi yang kecil (T1 dan T2), tindakan operasi atau radioterapi
saja dapat memberikan angka kesembuhan yang tinggi, dengan catatan
bahwa radioterapi saja pada T2 memberikan angka kekambuhan yang lebih
tinggi daripada tindakan operasi(American Cancer Oral, 2007).
Untuk T3 dan T4, terapi kombinasi operasi dan radioterapi
memberikan hasil yang paling baik. Pemberian neo-adjuvant radioterapi dan
atau kemoterapi sebelum tindakan operasi dapat diberikan pada kanker
rongga locally advanced (T3,T4). Radioterapi dapat diberikan secara
interstisial atau eksternal, tumor yang eksofitik dengan ukuran kecil akan
lebih banyak berhasil daripada tumor yang endofitik dengan ukuran
besar(American Cancer Oral, 2007).
Peran kemoterapi pada penanganan kanker lidah masih belum
banyak, dalam tahap penelitian kemoterapi hanya digunakan sebagai neo-
adjuvant pre-operatif atau adjuvan post-operatif untuk sterilisasi kemungkinan
adanya mikro metastasis(American Cancer Oral, 2007).
Sebagai pedoman terapi untuk kanker rongga mulut dianjurkan seperti
berikut:
T1,2 : eksisi luas atau radioterapi
T3,4 : eksisi luas + deseksi supraomohioid + radioterapi pasca bedah
Untuk tumor lidah T3 dan T4, penanganan N0 dapat dilakukan deseksi leher
selektif atau radioterapi regional pasca bedah. Sedangkan N1 yang
didapatkan pada setiap T harus dilakukan deseksi leher radikal.
Bila memungkinkan, eksisi luas tumor primer dan deseksi leher
tersebut harus dilakukan secara en-block. Pemberian radioterapi regional
pasca bedah tergantung hasil dari pemeriksaan patologis metastase pada
kelenjar getah bening tersebut (jumlah kelenjar getah bening yang positif
metastase, penembusan kapsul kelenjar getah bening/ ektra kelenjar getah
bening) (American Cancer Oral, 2007).
1. Terapi Kuratif
Terapi kuratif diberikan pada tumor lidah stadium I, II, dan III (American
Cancer Oral, 2007).
A. Terapi utama
Terapi utama untuk stadium I dan II ialah operasi atau radioterapi yang
masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Sedangkan untuk stadium III dan IV yang masih operabel ialah kombinasi
operasi dan radioterapi pasca bedah(American Cancer Oral, 2007).
Pada terapi kuratif haruslah diperhatikan:
a) Menurut prosedur yang benar, karena kalau salah hasilnya tidak menjadi
kuratif.
b) Fungsi mulut untuk bicara, makan, minum, menelan, bernafas, tetap baik.
c) Kosmetis cukup dapat diterima.
a. Operasi
Indikasi operasi(American Cancer Oral, 2007) :
Kasus operable :
1) Umur relative muda
2) Keadaanumumbaik
3) Tidakterdapatko-morbiditas yang berat
b. Radioterapi
Indikasi radioterapi (American Cancer Oral, 2007) :
Kasus inoperable
1) T1,2 tempattertentu (lihatdiatas)
2) Kankerpangkal lidah
3) Umur relative tua
4) Menolakoperasi
5) Ada ko-morbiditas yang berat
B. Terapi tambahan
a. Radioterapi
Radioterapi tambahan diberikan pada kasus yang terapi utamanya
operasi(American Cancer Oral, 2007).
(1) Radioterapi pasca-bedah
Diberikan pada T3 dan T4a setelah operasi, kasus yang tidak dapat
dikerjakan eksisi radikal, radikalitasnya diragukan, atau terjadi kontaminasi
lapangan operasi oleh sel kanker.
(2) Radioterapi pra-bedah
Radioterapi pra-bedah diberikan pada kasus yang operabilitasnya
diragukan atau yang inoperabel.
b. Operasi
Operasi dikerjakan pada kasus yang terapi utamanya radioterapi yang
setelah radioterapi menjadi operabel atau timbul residif setelah
radioterapi(American Cancer Oral, 2007).
c. Kemoterapi
Kemoterapi diberikan pada kasus yang terjadi kontaminasi lapangan
operasi oleh sel kanker, kanker stadium III atau IV atau timbul residif setelah
operasi dan atau radioterapi(American Cancer Oral, 2007).
C. Terapi Komplikasi
Pada umumnya stadium I sampai II belum ada komplikasi penyakit,
tetapi dapat terjadi komplikasi karena terapi. Terapinya tergantung dari
komplikasi yang ada, misalnya:(American Cancer Oral, 2007).
a) Nyeri: analgetika
b) Infeksi: antibiotika
c) Anemia: hematinik
D. Terapi bantuan
Dapat diberikan nutrisi yang baik, vitamin, dsb.(American Cancer Oral,
2007).
E. Terapi sekunder
Kalau ada penyakit sekunder diberi terapi sesuai dengan jenis
penyakitnya.
F. Terapi Paliatif
Terapi paliatif ialah untuk memperbaiki kwalitas hidup penderita dan
mengurangi keluhannya terutama untuk penderita yang sudah tidak dapat
disembuhkan lagi(American Cancer Oral, 2007).
Terapi paliatif diberikan pada penderita kanker lidah yang : (American Cancer
Oral, 2007).
1. Stadium IV yang telahmenunjukkanmetastasejauh
2. Terdapat-morbiditas denganharapanhidup yang pendek
3. Terapi kuratif gagal
4. Usia sangat lanjut
Keluhan yang perlu dipaliasi antara lain:(American Cancer Oral, 2007).
1. Loko regional :
Ulkus di mulut/leher
Nyeri
Sukar makan, minum, menelan
Mulutberbau
Anoreksia
Fistula oro-kutan
2. Sistemik:
Nyeri
Sesaknafas
Sukar bicara
Batuk-batuk
Badan mengurus
Badan lemah
I. Prognosis
Seperti pada kasus-kasus tumor lainnya, deteksi dini dan pengobatan
yang tepat serta adekuat menunjukkan prognosis yang baik. Namun ada
beberapa faktor yang bisa mempengaruhi prognosis yaitu (Murray, K
Robert) :
1. Ukuran massa tumor
Ukuran yang kecil dari massa bisa dieksisi dan ditangani dengan
mudah justru menurunkan angka kematian berbanding massa yang lebih
besar.
2. Metastasis
Tumor ganas lidah menyebar ke organ-organ sekitar seperti mulut,
tenggorokan, leher, mandibula, dan kelenjar getah bening dengan cepat jika
tidak sekitar segera ditangani. Akibatnya, gejala-gejala lain akan timbul dari
komplikasi tersebut. Penderita dengan keadaan ini menunjukkan prognosis
yang buruk.
3. Gaya hidup
Mengkonsumsi alkohol dan merokok merupakan faktor predisposisi
untuk terjadinya tumor ganas pada lidah. Kebiasaan mengambil bahan-bahan
ini dalam kehidupan sehari-hari memperburuk prognosis penyakit.
Kanker Kulit
A. Pengertian dan Epidemiologi
Di seluruh dunia kanker kulit yang tersering adalah karsinoma sel
basal (KSB), karsinoma sel skuamosa (KSS) dan melanoma. KSB dan KSS
umumnya disebut sebagai kanker kulit non melanoma (KKNM). Di Indonesia
data registrasi kanker pathological based (berbasis patologi) sudah ada, tapi
yang hospital based (berbasis rumah sakit) maupun population based
(berbasis populasi) khususnya kanker kulit masih belum lengkap. Hal
tersebut mengakibatkan data epidemiologi kanker kulit di Indonesia masih
kurang, sementara negara lain telah mempublikasikan datanya secara
nasional. Denmark menunjukkan bahwa sejak tahun 1978 sampai 2007
terdapat kecenderungan peningkatan insidens KKNM. Didapatkan bahwa
insidens KSB lebih tinggi dari KSS. Lebih jauh lagi, ternyata peningkatan
tersebut berlangsung cepat pada perempuan muda Denmark, bahkan KSB
perempuan meningkat melampaui insidens pria.
Di Amerika, menurut data National Cancer Institute, KSB merupakan
yang terbanyak di antara dua kanker KKNM yaitu lebih kurang tiga
perempatnya. Insidens KSB meningkat di beberapa daerah, tetapi tidak di
seluruh Amerika. Secara keseluruhan insidens dinyatakan meningkat dalam
beberapa tahun. Dengan adanya data ini, Amerika melakukan pencarian dan
biopsi lesi kulit.
Di Jepang, keganasan kulit yang meningkat insidensnya adalah KSS,
KSB, dan melanoma. Berdasarkan data dari 94 sentra, KSB paling tinggi
yaitu sekitar 50%, diikuti oleh KSS (31%) dan melanoma (21%). Jumlah
kasus masing-masing kanker juga meningkat setiap tahunnya. Antara tahun
1987 dan 2001 terdapat kenaikan 1,5 kali pada KSB serta 1,7 kali pada KSS
dan melanoma.
Di Jakarta, pada tahun 2000-2009, Poliklinik Departemen Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin (IKKK) Rumah Sakit dr Cipto Mangunkusumo
(RSCM) melaporkan 261 kasus KSB, dikuti dengan 69 KSS, dan 22
melanoma.Berlainan dengan data sebelumnya, Rumah Sakit Kanker
Dharmais (RSKD) selama tahun 2005-2007 mencatat bahwa KKNM yang
tersering adalah KSS diikuti oleh KSB dan m Hal ini dapat dimengerti karena
RSKD merupakan salah satu RS rujukan kanker sehingga kasus yang
diterima adalah kasus rujukan, telah dilakukan tindakan sebelumnya tapi
tidak berhasil atau kanker rekuren, misalnya KSS, melanoma dll. Adapun
KSB adalah kanker kulit yang jarang bermetastasis sehingga sebagian besar
kasus masih dapat ditangani oleh dokter kulit maupun dokter bedah yang lain
(National Cancer Institute, 2012).
Kanker kulit adalah penyakit di mana kulit kehilangan kemampuan-nya
untuk regenerasi dan tumbuh secara normal. Sel-sel kulit yang sehat secara
normal membelah diri secara teratur untuk menggantikan sel-sel kulit mati
dan menumbuhkan kulit baru.Sel-sel abnormal dapat tumbuh di luar kontrol
dan membentuk kanker.Kulit pada dasarnya memiliki 3 jenis sel, yaitu sel
basal, skuamosa sel dan sel-sel yang mengandung pigmen yang disebut
melanosit.Oleh karena itu, jenis kanker kulit terdiri dari tiga jenis yaitu kanker
sel basal, skuamosa dan melanoma.Di antara ketiga sel ini, kanker kulit sel
melanoma yang paling berbahaya dan juga dikenal sebagai melanoma
ganas.Sel basal sejauh ini adalah yang paling umum dan merupakan 90%
dari semua jenis sel kanker kulit tersebut (National Cancer Institute, 2012).
B. Etiologi
Secara umum, kanker kulit memiliki banyak resiko yang potensial,
antara lain:
1. Terpapar oleh radiasi sinar ultraviolet secara berlebihan (baik Ultraviolet A
maupun Ultraviolet B). Sinar matahari merupakan sumber radiasi UV.
Paparan radiasi UV ini menyebabkan kerusakan pada DNA sel-sel kulit.
Kerusakan DNA adalah penyebab dari setiap jenis kanker. Paparan sinar
matahari Mungkin langsung atau tidak langsung.
2. Luka yang lama tidak sembuh (chronic non-healing wounds), khususnya
luka bakar, diantaranya adalah Marjolins ulcer yang bisa berkembang
menjadi Karsinoma Sel Skuamosa. Kehadiran bekas luka lama yang besar,
bisul, radang kulit, dan luka bakar dapat meningkatkan risiko kanker sel
skuamosa dan kanker sel basal.
3. Obat-obat tertentu. Beberapa penyakit dan obat-obatan: misalnya
antibiotik, hormon, atau antidepresan membuat kulit lebih sensitif terhadap
paparan sinar matahari dan meningkatkan risiko kanker kulit.
4. Warna kulit. Individu dengan kulit yang pucat, terutama dengan rambut
pirang, merah, atau coklat muda dan mata biru, hijau, atau abu-abu berada
pada peningkatan risiko .
5. Usia dan jenis kelamin. Pria lebih rentan terhadap melanoma dan kedua
kanker kulit non-melanoma. Melanoma dapat ditemukan pada orang muda
tetapi resiko meningkat dengan bertambahnya usia.
6. Tahi lalat berukuran lebih besar dari 20 mm beresiko tinggi berkembang
menjadi kanker.
7. Human papilloma virus (HPV) sering dihubungkan dengan Karsinoma Sel
Skuamosa pada genital, anus, mulut, faring, dan jari tangan. HPV ini berbeda
dari jenis HPV menyebabkan kanker serviks, namun HPV pada kanker
serviks juga termasuk.
8. Toksin arsenik merupakan salah satu resiko peningkatan insiden
Karsinoma Sel Skuamosa. Kekurangan beberapa vitamin dan mineral
tertentu dan merokok(Ishihara,2006).
C. Patofisiologi
Kanker kulit merupakan kanker yang paling nampak gejalanya karena
kanker kulit itu ada dibagian terluar dari tubuh kita. Kanker kulit biasanya
diawali dari sebuah bentol atau tompel di bagian kulit tersebut. Kanker kulit
pada hakikatnya merupakan keganasan dari sel-sel yang berkembang tak
terkendali. Sel-sel tersebut akan merusak jaringan-jaringan kulit. Selain itu,
sel-sel kanker tersebut tidak akan pernah mati meskipun telah memasuki usia
penghujung. Karena itu terjadi penumpukan di jaringan kulit yang akhirnya
menjadi suatu benjolan. Kanker kulit ini sangat berbahaya karena bisa
menyebar ke daerah atau organ lainnya di dalam tubuh. Untuk mengatasi hal
ini, pengobatan konvensional dan terapi biologis bekerjasama untuk saling
mengobati kanker kulit tersebut (Ishihara,2006).
D. Klasifikasi Kanker Kulit
Penyakit Kanker Kulit adalah suatu penyakit yang ditandai dengan
pertumbuhan sel-sel kulit yang tidak terkendali, dapat merusak jaringan di
sekitarnya dan mampu menyebar ke bagian tubuh yang lain. Penyakit kanker
kulit dapat digolongkan menjadi 2 jenis yaitu benign/kanker jinak dan
maligna/ kanker ganas.
a) Kanker Benign
a. Nevus Pigmentous
Nevus pigmentous merupakan tumor jinak yang tersusun dari sel-sel
nevus.Kelainan kulit yang disertai dengan pigmentasi merupakan masalah
yang banyak ditemukan diklinik, salah satunya adalah nevus
pigmentous.Hampir setiap orang mempunyai nevus, sedangkan nevus yang
mengalami perubahan mempunyai resiko 400 kali lebih tinggi untuk menjadi
lebih ganas.
b. Xanthelasma
Bentuk ini adalah bentuk yang paling sering ditemukan diantara
xantoma, terdapat pada kelopak mata, khas dengan papula/plak yang lunak
memanjang berwarna kuning-orange, biasanya pada kantus bagian
dalam.Khas juga, panjang lesi 2-3 cm dan biasanya simetris, yang condong
menetap, berlanjut, multiple dan bersatu. Seringkali xanthelasma disertai
dengan tipe xantoma yang lain, tetapi umumnya berdiri sendiri. Kelainan ini
terlihat pada umur pertengahan.Biasa ditemukan pada wanita yang
menderita penyakit hati.Xanthelasma juga dapat terlihat pada bermacam
hiperpoproteinemia familier, teristimewa pada hiperkolesterole-mia.Juga
biasa ditemukan pada xantoma planum generalisata, penyakit obstruksi
hepar miksedema, diabetes fitosterolemia.
c. Siringoma
Siringoma adalah tumor jinak adenoma duktus kelenjar intraepider-mis
dan digolongkan dalam less mature tumors. Terdapat dua bentuk klinis,
namun ada penulis lain yang membaginya menjadi tiga kelompok, yaitu
siringoma periorbital, siringoma eruptif, dan varian lain.
d. Trikoepitelioma
Trikoepitelioma adalah suatu tumor folikuler jinak apparatus
pilosebaseus dapat berbentuk soliter maupun multipel. Lesi mulai muncul
semasa anak-anak dan akan menetap dan bertambah banyak setelah
dewasa. Umumnya banyakterjadipada wanita dibandingkan dengan
pria.Tempat predileksi tersering adalah wajah terutama pada lipatan
nasolabia, kelopak mata dan bibir atas.Selain itu dapat juga mengenai kulit
kepala leher dan badan bagian atas. Tumor ini berukuran 2 mm-3 cm, bentuk
lesi dapat berupa papula, nodul yang multiplet permukaan halus, mengikat
warnanya seperti kulit normal dengan konsistensi padat.
e. Veruka Vulgaris
Bentuk ini paling sering ditemui pada anak-anak tetapi dapat juga
pada orang dewasa dan orang tua.Pada anak, lesinya timbul multiple dan
cepat meluas, karena autokuasi atau garukan, sedangkan pada orang
dewasa lesi ini jarang didapatkan dalam jumlah yang banyak.Pada keadaan
awal, ukurannya hanya sebesar pentol jarum dengan permukaan halus dan
mengkilat.Dalam waktu beberapa minggu atau bulanm kian membesar dan
permukaannya menjadi kasar, berwarna abu-abu kecoklatan atau kehitaman.
f. Keratosis Seboroika
Keratosis seboroika adalah tumor jinak yang berasal dari proliferasi
epidermis dan keratin menumpuk diatas permukaan kulit sehingga
memberikan gambaran yang sering dijumpai pada orang tua usia 40-50
tahun keatas terutama pada orang kulit putih.
g. Skin Tag
Skin tag adalah tumor jinak kulit yang berasal dari jaringan ikat.
Banyak didapat pada usia pertengahan dan orang tua, umumnya pada
wanita. Faktor penyebab yang pasti dari kelainan ini belum diketahui. Faktor
predisposisi antara lain yaitu obesitas dan kehamilan. Kelainan ini sering
pada daerah intertriginosa tetapi pada umumnya didaerah leher.Pada
gambaran klinis didapatkan bentuk lesi bulat atau oval, brtangkai, biasanya
melekat pada dasar kulit, lunak tidak elastis dengan ukuran <1-10 mm,
berwarna kuning kecoklatan atau merah daging.
b) Kanker Maligna
1. Karsinoma Sel Basal (Basalioma) adalah tipe kanker kulit terbanyak,
bersifat lokal invasif, jarang bermetastasis namun tetap memiliki peluang
untuk menjadi maligna karena dapat merusak dan menghancurkan jaringan
sekitar. Karsinoma Sel Basal muncul akibat radiasi sinar ultraviolet, biasanya
di bagian wajah. Karsinoma Sel Basal jarang menyebabkan kematian serta
mudah diterapi dengan pembedahan maupun radiasi. Lesi sering diawali
sebagai nodul kecil dengan sebuah gulungan, putih seperti mutiara, batas
tembus cahaya dengan telangiektasia, krusta, dan kadang ulserasi.
Tampak paling sering pada kulit yang terpajan matahari, sering pada
wajah antara garis rambut dan bibir bagian atas.
Bila diabaikan, dapat menyebabkan destruksi lokal, hemoragi, dan
infeksi jaringan sekitar, menghasilkan gangguan fungsi berat.
2. Karsinoma Sel Skuamosa adalah tipe kedua terbanyak setelah Karsinoma
Sel Basal, berasal dari sel skuamosa pada lapisan epidermis kulit.
Karsinoma Sel Skuamosa bermetastasis lebih sering dari Karsinoma Sel
basal, namun angka metastasisnya tidak terlalu tinggi kecuali pada telinga,
bibir, dan pasien imunosupresi.
Tampak seperti kasar kemerahan, tebal, lesi bersisik dengan
perdarahan dan kesakitan atau mungkin asimtomatik, batas mungkn
lebar lebih terinfiltrasi, dan lebih meradang daripada karsinoma sel
basal.
Dapat didahului dengan leukopenia (lesi premalignan membran
mukosa) pada mulut atau lidah, keratosa astinik, lesi jaringan parut
atau ulserasi.
Terlihat paling umum pada bibir bawah, tepi telinga, kepala, leher dan
punggung tangan.
3. Melanoma Maligna adalah tumor yang berasal dari melanosit, merupakan
tumor yang paling ganas pada tubuh dengan resiko metastasis yang tinggi.
Melanoma Maligna dibagi menjadi 4 yaitu :
Superficial Spreading Melanoma (SSM)
Superficial spreading melanoma (SSM) merupakan jenis yang
terbanyak dari melanoma (70%) dan di Indonesia merupakan jenis
kedua terbanyak. Berupa plak archiformis berukuran 0,5-3 cm dengan
tepi meninggi dan tidak teratur. Pada permukaannya terdapat
campuran dari bermacam-macam warna, seperti coklat, abu-abu, biru,
hitam dan sering kemerahan.Pada umumnya lesi mempunyai ukuran 2
cm dalam waktu 1 tahun, dan berkembang menjadi nodula biru
kehitaman.Predileksinya pada wanita dijumpai di tungkai bawah,
sedangkan pada pria di badan dan leher.
Nodular Melanoma (NM)
Nodular Melanoma (NM) merupakan jenis melanoma kedua terbanyak
(15-30%) sifatnya lebih agresif.Di Indonesia ini merupakan jenis yang
tersering.Berupa nodul berbentuk setengah bola (dome shaped), atau
polipoid dan eksofitik, berwarna coklat kemerahan atau biru sampai
kehitaman.Dapat mengalami ulserasi, perdarahan, dan timbul lesi
satelit.
Lentigo Malignant Melanoma
Lentigo Maligna Melanoma (LML) merupakan kelainan yang jarang
ditemukan (4-10%).Pertumbuhan vertikal, sangat lambat dengan
lokasi terbanyak di daerah muka yang terpapar sinar matahari.Timbul
pada muka (pipi, pelipis) atau pada bagian lain tubuh terutama daerah
yang terkena sinar matahari.Berupa makula coklat sampai kehitaman,
berukuran beberapa sentimeter dengan tepi tidak teratur.Meluas
secara lambat pada bagian tepi lesi (radial).Pada permukaan dapat
dijumpai adanya bercak-bercak yang berwarna lebih gelap (hitam)
atau biru, tersebar secara tidak teratur.Dapat berkembang menjadi
nodul biru kehitaman yang invasif dan agak hiperkeratotik.
Acral Lentiginous Melanoma (ALM)
Pada umumnya timbul pada kulit normal (de novo). Predileksinya pada
telapak kaki, tumit, telapak tangan, dasar kuku, terutama ibu jari kaki
dan tangan merupakan tipe yang banyak dijumpai pada orang negro
dan bangsa lain yang tinggal pada daerah tropik. Di Afrika, plantar
melanoma dijumpai pada 70% kasus. Acral Lentinginous Melanoma
(ALM) merupakan jenis yang banyak ditemukan pada penderita kulit
berwarna (35-60%).Menyerupai gambaran Melanoma Maligna, SSM,
atau campuran keduanya.
E. Klasifikasi Klinik Kanker Kulit
Melanoma Maligna, terdiri atas 3 stadium:
1. Stadium I
Melanoma primer yang belum diobati atau telah dilakukan biopsi
eksisi.Melanoma rekuren lokaldalam jarak 4cm dari lesi primer.
2. Stadium II (Sudah terjadi metastasis yang terbatas pada kelenjar limfe
regional)
Termasuk Stadium II:
Melanoma primer yang mengadakan metastasis secara simultan.
Melanoma primer yang terkontrol dan kemudian terjadi meta-
stasis.Melanoma rekuren lokal dengan metastasis.Metastasis in-transit yang
berada di luar jarak 4 sentimeter dari lesi primer. Melanoma primer yang tidak
diketahui dengan metastasis.
3. Stadium III (Melanoma diseminata, dimana sudah terjadi metastasis jauh)
Termasuk Stadium III :
Bila sudah terjadi metastasis ke subkutan.Kira-kira 25-30% penderita
Melanoma Maligna menunjukkan adanya metastasis ke kelenjar limfe
regional, walaupun secara klinik belum terjadipembesaran kelenjar limfe. Ini
menerangkan bahwa menentukan prognosis dan tindakan pengobatan tidak
cukup jika didasarkan pada klasifikasi Stadium Klinik saja, tetapi disertai dan
ditentukan oleh histologik.
F. Klasifikasi Histologik Kanker Kulit
Klasifikasi histologik didasarkan pada perangai biologik Melanoma
Maligna. Dikenal dua klasifikasi histologik standar yang digunakan, yaitu
1. Klasifikasi tingkat invasi menurut Clark (1969) Melanoma Maligna menurut
invasinya didalam lapisan kulit terdiri atas lima tingkat :
a) Tingkat I
Sel melanoma terletak di atas membrana basalis epidermis (melanoma in
situ: intraepidermal). Sangat jarang dan tidak membahayakan.
b) Tingkat II
Invasi sel melanoma sampai dengan lapisan papilaris dermis (dermis bagian
superfisial).
c) Tingkat III
Invasi sel melanoma sampai dengan perbatasan antara lapisan papilaris dan
lapisan retikularis dermis.Sel melanoma mengisi papila dermis.
d) Tingkat IV
Invasi sel melanoma sampai dengan lapisan retikularis dermis.
e) Tingkat V
Invasi sel melanoma sampai dengan jaringan subkutan.
2. Klasifikasi kedalaman (ketebalan) tumor menurut Breslow (1970)
Melanoma Maligna terbagi dalam tiga golongan :
a) Golongan I : Dengan kedalaman (ketebalan) tumor kurang dari 0,76 mm
b) Golongan II : Dengan kedalaman (ketebalan) tumor antara 0,76 mm-1,5
mm
c) Golongan III : Dengan kedalaman (ketebalan) tumor lebih dari 1,5 mm.
Kedalaman tumor menurut Breslow, diukur secara langsung
menggunakan mikrometer okuler (dinyatakan dalam nm) dan merupakan
metode yang objektif untuk menentukan prognosis. Sedangkan Tingkat Invasi
menurut Clark merupakan cara pengukuran ketebalan tumor secara tidak
langsung (National Cancer Institute,2012).
G. Tanda dan Gejala
a) Hiperplasia
b) Konsistensi tumor umumnya padat atau keras
c) Tumor epital biasanya mengandung sedikit jaringan ikat dan apabila
berasal dari masenkim yang banyak mengandung jaringan ikat maka akan
elastic kenyal atau lunak.
d) Kadang tampak hipervaskulari disekitar tumor.
e) Biasa terjadi pengerutan dam mengalami retraksi.
f) Edema disekitar tumor disebabkan infiltrasi kepembuluh limfe
g) Nyeri
h) Anoreksia, mual, muntah (Sinuraya,2012)
H. Mekanisme Test
a) Biopsi
Biopsi adalah alat yang efektif untuk mengevaluasi baik kehadiran sel-sel
kanker serta luasnya (atau kelas) dari kanker, yang biasanya dinyatakan
pada skala 1 (kurang agresif) sampai 4 (paling agresif). Umumnya, hasil perlu
satu atau dua hari untuk menetapkan.
Ada beberapa jenis biopsi saat ini digunakan untuk mendiagnosa kanker
kulit. Meliputi :
a. Shave Biopsi. Jenis biopsi mengupas kulit menggunakan alat yang mirip
dengan pisau cukur. Secara umum, Shave biopsi tidak akan membutuhkan
jahitan.
b. Puch Biopsi membutuhkan dokter untuk menggunakan. alat melingkar
untuk mengambil bagian kecil dari lapisan kulit yang lebih dalam. Jahitan
biasanya diperlukan, karena luka umumnya memanjang sekitar 1/4 inci
kedalam.
c. Excisional biopsi prosedur sedikit lebih invasif. Ini melibatkan
pengangkatan seluruh pertumbuhan terlihat atau jaringan kulit tidak normal.
Untuk pasien dengan kanker kulit nonmelanoma,
seperti karsinoma sel skuamosa atau karsinoma sel basal, ini mungkin satu-
satunya pengobatan yang dibutuhkan.
d. Insisional biopsi .Biopsi insisional. melibatkan pengambilan hanya sampel
sel-sel yang mencurigakan dengan menggunakan pisau bedah. Jahitan
mungkin diperlukan, tergantung pada jumlah kulit diambil. Ini adalah jenis
biopsi yang paling umum dilakukan.
b) Tes lanjutan
Sebuah tes secara lebih lanjut perlu dilakukan jika terdapat
kekhawatiran bahwa kanker yang ada sudah menyebar ke organ lainnya,
seperti ke tulang atau ke dalam sistem peredaran darah Anda. Tes-tes lain
yang mungkin harus dilakukan antara lain: Tes darah, Pencitraan sinar X,
MRI Scan, CT Scan,
c) Biopsi Nodus Limfa Sentinel
Pola awal penyebaran melanoma pada umumnya menyebar melalui
saluran di lapisan kulit yang bernama sistem limfatik, menuju kelompok
kelenjar getah bening terdekat. Secara medis, kelenjar getah bening juga
dikenal dengan sebutan nodus limfa. Kelenjar ini bisa ditemukan di mana
saja di dalam tubuh. Kelenjar yang merupakan bagian dari sistem kekebalan
tubuh ini membantu memusnahkan bakteri dan partikel yang tidak diinginkan
di dalam tubuh.Kumpulan sel melanoma dalam jumlah yang sangat kecil
mampu menyebar melalui pembuluh sistem limfatik menuju nodus limfa.
Misalnya melanoma di lengan seringkali menyebar ke nodus limfa di ketiak.
Sedangkan melanoma di kaki seringkali menyebar ke nodus limfa di
selangkangan.
Proses yang dilakukan dokter spesialis bedah plastik bernama biopsi
nodus limfa sentinel adalah tes untuk menentukan apakah melanoma dalam
jumlah yang sangat kecil sudah menyebar ke nodus limfa. Penyebaran yang
kecil biasanya tidak kelihatan pada hasil tes sinar X, tetapi lebih mudah
diketahui dengan proses biopsi nodus limfa sentinel.
Gabungan tinta biru dan unsur radioaktif lemah akan dimasukkan
dokter bedah plastik di sekitar luka Anda sebelum operasi pengangkatan
sebagian kulit. Sama seperti sel melanoma, tinta biru dan unsur radioaktif
akan mengalir mengikuti saluran limfatik dalam kulit. Secara logis, gabungan
unsur itu akan menuju ke nodus limfa pertama, sama seperti nodus limfa
yang dituju oleh kanker itu, ini disebut nodus limfa sentinel.
Dengan tinta biru dan unsur radioaktif yang telah disuntikkan, nodus sentinel
bisa ditemukan dan diangkat, sedangkan nodus yang tidak terjangkit
biasanya dibiarkan. Nodus itu akan diserahkan pada dokter spesialis patologi
untuk memeriksa, mengenali, atau memisahkan sel melanoma yang sangat
kecil. Seluruh proses ini bisa memakan waktu beberapa minggu.
Untuk pasien dengan nodus limfa yang sudah terjangkit melanoma, ada
kemungkinan besar melanoma sudah menyebar ke tempat lain. Jika nodus
limfa sentinel bersih dari melanoma, maka bisa dipastikan nodus limfa yang
lain juga bersih.Jika melanoma ada di nodus limfa sentinel, ada risiko
setidaknya nodus limfa di kelompok yang sama juga terdapat melanoma.
Pada kondisi ini, untuk mengangkat semua nodus limfa yang tersisa di
kelompok yang terjangkiti biasanya akan disarankan. Operasi yang lebih
besar ini biasanya disebut sebagai pembedahan nodus limfa menyeluruh
atau limfadenektomi menyeluruh (www.bsi.international.com)
I. Mekanisme Pengobatan
a) Terapi Photodynamic
Photodynamicialah metode pengobatan menggunakan obat dengan
sumber cahaya khusus seperti sinar laser, untuk membunuh sel kanker.PDT
sangat membantu dalam tahap awal kanker sel basal atau kanker kulit sel
skuamosa.Agen kemoterapi digosok ke kulit atau disuntikkan I.V sebelum
cahaya dipaparkan.Obat menjadi aktif dan menghancurkan sel-sel kanker
dengan cahaya yang difokuskan pada lesi.
b) Kemoterapi
Terapi ini menggunakan obat anti kanker untuk membunuh sel-sel
kanker.Biasanya digunakan setelah operasi.Beberapa agen anti kanker
langsung dapat diaplikasikan di atas kulit.Obat ini digunakan untuk tahap
awal kanker kanker kulit sel basal.Krim harus diterapkan 1-2 x sehari selama
beberapa minggu.Beberapa obat yang digunakan dalam krim termasuk
Fluorouracil atau 5-FU. Imiquimod adalah agen lain digunakan untuk
pengobatan tahap awall. Obat-obat ini menyebabkan kulit pasien menjadi
merah dan terasa gatal, oozing, dan menimbulkan ruam.Agen kemoterapi
juga digunakan dalam bentuk sebagai pil atau suntikan. Pasien melanoma
diberikan kemoterapi dengan cara tersebut. Jenis kemoterapi yang paling
efektif adalah dacarbazine (DTIC= Dimethyl Triazone Imidazole Carboxamide
Decarb Zine).
c) Rekonstruksi Kulit
Jika area kulit yang luas diangkat maka digunakan rekonstruksi
kulit.Kulit dari bagian lain dari tubuh digunakan untuk mengganti kulit itu telah
diangkat.Biasanya kulit di bagian atas perut atau paha yang digunakan untuk
rekonstruksi kulit.
d) Terapi Radiasi
Terapi ini menggunakan sinar energi tinggi radiasi untuk membunuh
sel kanker yang masih tersisa setelah operasi.Terapi radiasi bukanlah
pengobatan yang umum untuk kanker kulit. Digunakan setelah operasi untuk
karsinoma sel skuamosa bila kanker telah menyebar ke organ lain.
e). Eksisi Bedah
Terapi ini pengobatan umum untuk menghilangkan tipe lain kanker
kulit. Setelah menghitung area kulit, pembedahan dilaku-kan untuk
menghilangkan pertumbuhan dengan pisau bedah.Pembedahan juga
menghilangkan daerah batas antara kulit normal sekeliling area
pertumbuhan.Batas pembedahan kulit yang dibedah dilihat dibawah
mikroskop untuk memastikan bahwa semua sel kanker telah
dihilangkan.Ketebalan dari batas pembedahan bergantung pada ukuran
tumor.
f) Cyrosurgery
Metode ini merupakan pilihan untuk kanker sel basal dan sel
skuamosa yang sangat ringan. Pembedahan Cyrosurgery sering digunakan
untuk orang yang tidak dapat untuk mendapatkan tipe pembedahan yang
lain. Dokter akan mengaplikasikan nitrogen cair yang sangat dingin yang
secara langsung menghentikan pertum-buhan kulit dan membunuh sel
kanker. Pengobatan ini menyebab-kan inflamasi.Pengobatan ini juga
menyebabkan keru-sakan saraf, yang dapat menyebabkan mati rasa pada
area yang rusak.
g) Elective Lymph Node Dessection(Elnd)
Dilakukan pada melanoma stadium III, yaitu terdapat metastase ke
kelenjar lymph.Hal ini dibuktikan dengan terabanya pembesaran kelenjar
lymph.ELND masih merupakan terapi yang intraoperative lymphatic mapping.
h) Terapi Biologis
Berguna pada beberapa pasien melanoma.Terapi ini meningkatkan
respon kekebalan tubuh terhadap sel-sel kanker.Obat yang digunakan untuk
terapi biologis termasuk interferon yang digunakan sebagai terapi adjuvan
pada melanoma yang berukuran lebih dari 4 mm (stadium V), tetapi harus
dipertimbang-kan tingkat toksisitasnya yang masih tinggi.Interferon dapat
memperlambat pertumbuhan sel-sel melanoma dan dapat menghambat
metastasis yang lebih jauh lagi. Obat lain yang disebut Interleukin -2 dapat
membantu tubuh menghancurkan sel kanker.
i) Pembagian Jenis Antikanker
1. Zat pengalkilasi
Zat pengalkilasi adalah zat antikanker pertama yang dikembangkan.
Khasiat obat berdasarkan gugus alkilnya yg sangat reaktif dan menyebabkan
cross-linking (saling mengikat) antara rantai DNA di dalam inti sel, sehingga
penggandaan sel terganggu dan pembelahan sel dirintangi (spesifik fase S).
Berkhasiat kuat terhadap sel-sel yang sedang membelah. Efek samping yang
biasa terjadi antara lain sumsum tulang, mukosa lambung-usus, sel sel
kelamin (sterilitas pria) dan janin muda (abortus). Selain itu zat pengaklilasi
ini bersifat karsinogen dan dapat menyebabkan leukemia (non lymphocytic)
akut.
Contoh obatnya adalah Klormetin dan turunannya, Klorambusil,
Melfelan, Siklofosfamida dan Ifofosfamida dimana di dalam tubuh akan
diubah menjadi senyawa etilenimin, membentuk ion karbonium dengan
muatan positif yang mengalkilasi DNA
2. Antimetabolit
Antimetabolit adalah zat spesifik siklus sel yang mencegah sintesis
nukleotida atau menghambat enzim dg menyerupai nukleotida.
Berdasarkan mekanisme kerjanya (spesifik fase S), dapat dibagi dalam 3
kelompok ;
I. antagonis asam folat; metotreksat
II. antagonis pirimidin; 5-fluorourasil, sitarabin, gemcitabin, capecitabin.
III. antagonis purin; 6-merkaptopurin, 6-tioguanin,
Mekanisme kerja obat antimetabolit :
Obat ini mengganggu sintesa DNA dengan jalan antagonis saingan. Obat
menduduki tempat metobolit (yang penting untuk fisiologi sel; asam folat,
purin dan pirimidin) tersebut dalam sistem enzim tanpa mengambil alih
fungsinya, sehingga sintesa DNA gagal dan perbanyakan sel terganggu.
Obatnya sendiri tidak bersifat sitotoksis. Merupakan pro-drug dan diubah dulu
menjadi metabolit aktif di hati.
Antimetabolit ini dibagi 3 golongan :
a. Antagonis asam folat : metotreksat
b. Antagonis pirimidin : 5-fluorourasil, sitarabin, gemcitabin, capecitabin
c. Antagonis purin : 6-merkaptopurin, 6-tioguanin
3. Antimitotika
Zat ini menghindari pembelahan sel pada metafase (tingkat kedua dari
mitosis) dengan jalan merintangi pembelahan inti dengan jalan mencegah
masuknya belahan kromosom ke dalam anak inti.
Adapun obat golongan ini antara lain Vinblastin, Vinkristin, Vindesin,
Podofilin, Etoposida, Paclitaxel-Taxol, Docetaxel
3. Antibiotika
Beberapa antibiotika yang berasal dari jenis jamur Streptomyces juga
berkhasiat sitostatis, disamping kerja antibakterinya. Adapun mekanisme
kerjanya dengan mengikat DNA secara kompleks, sehingga sintesanya
terhenti. Obat yang termasuk antibiotika adalah doksorubisin, daunorubisin
dan derivat sintetisnya; epirubisin, idarubisin, mitoxantron, bleomisin, (d)-
actinomisin dan mitomisin (alkilasi).
4. Imunomodulansia
Zat zat ini dinamakan juga dgn Biological Response Modifiers
(BRM). Imunomodulansia dapat mempengaruhi secara positif reaksi biologis
tubuh terhadap tumor. Fungsi imun dapat distimulir dg baik (imunostimulator)
maupun ditekan (imunosupresor). Imunostimulansia digunakan karena sistem
imun pada umumnya sudah sangat diperlemah oleh kanker itu sendiri,
ditambah lagi dengan penanganan dengan sitostatika, radiasi atau
pembedahan, maka secara tidak langsung, imunostimulator berkhasiat
mereaktivasi sistem imun rendah itu dengan cara meningkatkan respon imun.
a) Imunostimulansia : sitokin atau limfokin, (Interferon, Interleukin, Tumor
Necrosis Factor)
b) Imunosupresiva : Siklosporin, MTX, Merkaptopurin, Azatioprin, Siklosporin,
Talidomida, dan Sulfasalazin
5. Hormon dan Antihormon
Pertumbuhan dari sejumlah tumor, ada yang bersifat estrogen /
androgen dependent, sebagian bergantung dari hormon kelamin. Misalnya
kanker buah dada dan prostat, masing-masing memiliki reseptor estrogen /
progesteron dan testosteron. Proses pertumbuhan ini dapat dihambat dengan
pemberian hormon yang berlawanan ataupun dengan pengeluaran kelenjar
yang memproduksi hormon bersangkutan.
Antihormon kelamin adalah yang menghambat hormon di jaringan
tujuan dan dengan demikian melawan kerjanya. Yang digunakan adalh zat
anti-estrogen dan zat anti-androgen. Anti-estrogen (estrogen antagonis)
seperti tamoksifen (Nolvadex) bekerja dgn jalan menempati resptor estrogen
pada tumor payudara yang bersifat estrogen-dependent. Antihormon ini
khusus digunakan pada kanker mamma yang tersebar pada wanita post-
menopouse. Antiandrogen yg banyak digunakan Siproteron (androcur),
Flutamida (fugerel), dan Nilutamida (anandron). Adapun mekanisme anti-
androgen atas dasar blokade dari pengikatan DHT (= dihidrotestoteron aktif)
pada reseptornya dalam sel-sel prostat sehingga DHT tidak dapat berfungsi.
6. Obat lainnya
Sitostatika lainnya yang digunakan untuk terapi kanker adalah enzim
antara lain :
a) Asparigenase (leunase, paronal)
Enzim ini diperoleh dari pembiakan bakteri E. coli. Mekanisme
kerjanya dengan menghidrolisa levo-asparagin menjadi aspartat (aspartic
acid) dan amoniak. Dengan demikian sel- sel tumor tidak mendapatkan lagi
asam amino asparagin yang esensial bagi sintesa proteinnya, sehingga
terhenti perkembangannya. Efektif untuk mengobati lekemia limfoma akut
pada anak-anak, bila obat-obatan yang lain tidak efektif lagi. Biasanya
dikombinasi dengan MTX atau sitarabin, yang memperkuat khasiatnya bila
diberikan 7-14 hari setelah asparigenase.
b) Cisplatin; Platamine RTU, Platinol
Mekanisme kerjanya dengan penghambatan sintesis DNA dan RNA,
mirip zat alkilasi, rantai DNA saling disambungkan dengan jembatan platina
(crosslinking). Efektif untuk kanker testis dan ovarium yang sudah menyebar,
biasanya dikombinasi dengan bleomisin dan vinblastin / etoposida.
c) Hidroksikarbamida; hidroksiurea, hydrea
Merupakan derivat urea yang bekerja sebagai antitumor dengan jalan
merusak reduktase yang penting bagi sintesa DNA. Biasanya digunakan
pada leukemia kronis.
d) Prokarbazin; Natulan
Merupakan derivat metilhidrazin yang berkhasiat sitostatis dengan
mekanisme kerja zat alkilasi. Obat golongan ini khusus digunakan pada
limfoma Hodgkin bersama klormetin, vinkristin dan prednison. Merupakan
perintang enzim MAO lemah, maka tak dapat dikombinasi antidepresiva
trisiklis, tidak juga dengan alkohol.
e) Topotecan; Hycamtin
Merupakan zat semi sintetis turunan camptothecine, suatu alkaloida
pentasiklis yg dihasilkan dari kayu tanaman Camptotheca acuminata (China)
dan Nothapodytes foetida (India). Mekanisme kerjanya dengan menghambat
topoisomerase-1 (enzim yang terlibat pada perbanyakan sel dan replikasi
DNA), yg berefek musnahnya sel-sel yang sedang tumbuh. Untuk sementara,
obat ini hanya digunakan untuk kanker ovarium
f) Senyawa bifosfonat
Senyawa bifosfonat merupakan turunan dari pirofosfat alamiah
(H4P2O7) yang berkhasiat menghambat perombakan tulang oleh osteoclast.
Obat ini mempunyai affinitas besar untuk kalsium fosfat dan mengikat pada
kristalnya di dalam tulang untuk kemudian secara berangsur dieksresi dari
jaringan tulang. Gejala mestatase kanker tulang berupa; nyeri tulang,
imobilisasi, fraktur, hiperkalsemia dan kelumpuhan akibat terjepitnya saraf-
saraf oleh sumsum tulang. Derivat senyawa bifosfonat yang banyak
digunakan; etidronat, pamidronat, alendronat
g) Obat alternatif
Obat lain yang biasa digunakan adalah antioksidan dan senyawa
flavon. Pada semua metabolisme tubuh, terutama reaksi dengan oksigen,
terbentuk molekul-molekul dengan kehilangan elektron di kulit luarnya, zat ini
dinamakan; radikal bebas (free radikal), bersifat sangat reaktif dan cendrung
menyerang molekul-molekul yang dapat menyerahkan elektron padanya.
Antioksidan alamiah (mudah teroksidasi) dimiliki oleh tubuh untuk terlindung
dari free radical (dinetralkan); vitamin A, C an E, serta enzim-enzim alamiah ;
glutathionperoxydase (GPx), super-oxide dismutase (SOD) dan katalase.-
Bila karena suatu sebab tubuh kehilangan antioksidan alami maka membran
sel dan/ inti sel dapat dirusak oleh free radical, akibatnya proses menua
jaringan dipercepat serta terjadi cacat pada DNA. Bila tidak direparasi atau
dimusnahkan oleh sistem imun, sel dapat memperbanyak diri menjadi sel
sel ganas (Sinuraya,2012).
Kanker Otak
A. Pengertian Kanker Otak
Kanker otak adalah pertumbuhan sel-sel otak yang tidak normal dan tidak
terkendali sehingga fungsinya juga akan terganggu. Kita tahu bahwa otak
merupakan bagian dari sistem saraf pusat (SSP), otak merupakan pusat
kontrol untuk fungsi-fungsi vital tubuh, seperti berbicara, gerakan, pikiran,
perasaan, memori, penglihatan, pendengaran dan banyak lagi.
Secara garis besar kanker otak atau tumor ganas pada otak diklasifikasi
menjadi 2 jenis yaitu tumor otak primer dan skunder.
Tumor Otak Primer : Sel tumor yang memang berasal dari sel-sel otak
itu sendiri.
Tumor Otak Skunder : Tumor atau kanker otak yang merupakan hasil
dari penyebaran kanker yang berasal dari organ tubuh lainnya, disebut
juga sebagai kanker otak metastatik. Jenis kanker otak metastatik ini
lebih sering terjadi daripada tumor otak primer. Beberapa kanker yang
sering menyebar ke otak termasuk kanker paru-paru, usus, ginjal dan
kankerpayudara (Mahar, M., Proses, 2000 : 390 402)
B. Etiologi
Penyakit kanker yang menyerang otak ini jauh berbeda dengan jenis
kanker lainnya. Penyakit kanker pada umumnya dapat muncul karena ada
perilaku yang menyimpang dari orang tersebut. Namun, untuk penyakit
kanker yang menyerang otak ini sepertinya tidak pandang bulu, karena
penderitanya sangat beragam mulai dari usia lanjut sampai dengan anak-
anak.
Sesuai dengan riset yang telah dilakukan, secara garis besar ada dua
penyebab penyakit kanker otak tersebut, yang pertama ialah otak tidak
mendapatkan nutrisi yang cukup, dan penyebab yang kedua ialah karena
penggunaan bahan zat berbahaya seperti alcohol dan zat adiktif seperti
narkoba, heroin, dan yang lainnya.
Faktor-faktor risiko berikut telah dicurigai dapat menyebabkan tumor
otak :
Radiasi pada kepala
Faktor keturunan (genetik)
Infeksi HIV
Asap Rokok
Racun pada lingkungan (misalnya, bahan kimia yang digunakan dalam
kilang minyak, bahan kimia pengawet, bahan kimia industri karet, dll.)
(Mahar, M., 2000 : 390 402).
C. Epidemiologi
Dimana tumor otak primer tersebut kira-kira 41% adalah glioma, 17%
meningioma, 13% adenoma hipofisis dan 12% neurilemoma. Pada orang
dewasa 60% terletak supratentorial sedang pada anak 70% terletak
infratentorial. Pada anak yang paling sering ditemukan adalah tumor
serebellum yaitu meduloblastoma dan astrositoma, sedangkan pada dewasa
adalah glioblastoma multiforme.
D. Patofisiologi
Proses inti pada kanker adalah pertumbuhan dan metastasis.
Pertumbuhan adalah ekspansi klonal sebuah sel yang mengalami
transformasi. Akumulasi sel pada kanker lebih mencerminkan nekrosis dan
apoptosis sel yang berkurang dibandingkan siklus sel yang memendek.
Kecepatan pertumbuhan ditentukan oleh keseimbangan antara waktu yang
dibutuhkan siklus sel dan apoptosis sel, dan oleh proporsi sel tumor yang
maju melalui siklus sel (fraksi pertumbuhan).
Sel ganas menginvasi secara lokal (menggunakan kolagenase dan
metaloprotease) atau bermetastasis, dengan menginvasi saluran limfatik dan
pembuluh darah yang kemudian dapat membentuk emboli dan mencapai
tempat-tempat yang jauh. Molekul adhesi, suplai pembuluh darah, kaliber
pembuluh darah, ukuran sel tumor, dan karakteristik jaringan target
menentukan distribusi metastasis. Pertumbuhan metastasis awal
berhubungan dengan angiogenesis tumor yang kemudian bergantung pada
produksi berbagai sitokin, termasuk faktor pertumbuhan endotel vascular
(VEGF).
Sistem imun sel pejamu adalah imunitas selular pejamu hanya efektif
terhadap beberapa jenis keganasan, karena surveilans sistem imun biasanya
cukup toleran terhadap adanya kanker.
Kanker mulai tumbuh dari satu sel kanker pada satu tempat dalam
organ tubuh (unisentris).Sel kanker itu timbul dari sel normal tubuh kita
sendiri yang mengalami transformasi menjadi ganas, karena adanya mutasi
spontan atau induksi karsinogen. Untuk adanya transformasi sel normal
menjadi ganas oleh karsinogen diperlukan adanya inisasi dan promosi.
Inisasi dan promosi ini dapat dilakukan oleh karsinogen yang sama atau atau
diperlukan karsinogen yang berbeda. Dari adanya kontak dengan karsinogen
sampai timbulnya sel kanker memerlukan waktu induksi yang cukup lama,
diperkirakan 15-30 tahun.
Fase pertumbuhan kanker dibedakan menjadi 4 periode yaitu:
Fase induksi perkiraan waktu 15-30 tahun
Fase in situ perkiraan waktu 5-10 tahun
Fase invasif perkiraan waktu 1-5 tahun
Fase diseminasi perkiraan waktu 1-5 tahun
Neoplasma adalah penyakit pertumbuhan sel. Neoplasma terdiri atas
sel-sel baru yang mempunyai bentuk, sifat dan kinetika yang berbeda dari sel
normalnya. Pertumbuhannya liar, autonom, yang terlepas dari kendali
pertumbuhan sel normal. Neoplasma mempunyai spectrum yang sangat luas,
dari neoplasma ganas dengan derajat keganasan yang sangat tinggi yang
tumbuh sangat cepat dan fatal, sampai neoplasma jinak dengan
pertumbuhan yang sangat pelan dan terbatas yang tidak mengganggu
(Adams and Victor, 2002 : 258 263).

Neoplasma ganas
Neoplasma ganas secara umum disebut kanker. Neoplasma ganas
dapat dibagi berdasarkan derajat keganasan dan topografinya

Derajat keganasan

Berdasarkan derajat keganasan, neoplasma ganas dibagi lagi menjadi


3 golongan : derajat keganasan tinggi, derajat keganasan sedang dan derajat
keganasan rendah. Mengetahui derajat keganasan kanker itu penting sekali
artinya untuk menentukan prognosenya dan menentukan terapi apa yang
tepat diberikan pada penderita.

E. Gejala Kanker Otak


Gejala kanker otak akan tergantung pada beberapa faktor, termasuk
jenis tumor, ukuran, lokasi dan luasnya, serta usia, riwayat kesehatan dan
banyak lagi. Beberapa tanda-tanda umum dari kanker otak termasuk sakit
kepala, lemah, mati rasa, mual, muntah atau kejang. Beberapa orang
mungkin mengalami gangguan kognitif, atau visual, bicara atau masalah
koordinasi. Gejala-gejala ini tidak langsung berat, karena biasanya akan
berkembang secara bertahap.
Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa otak memiliki banyak fungsi
sehingga gejala kanker otak akan lebih spesifik dipengaruhi oleh bagian otak
mana yang terkena kanker sehingga sistem fungsional yang berkaitanlah
yang akan dipengaruhi (misalnya, motorik, sensorik, bahasa, dll).
F. Diagnosis
Jika berdasarkan gejala yang muncul dan dari pemeriksaan fisik
dokter seseorang dicurigai terkena kanker otak, maka dokter akan
menganjurkan berbagai pemeriksaan lanjutan untuk memastikan hal itu,
sebagai contoh:
Rongsen (x-ray)
CT-Scan
MRI
Orang dengan kanker otak biasanya juga memiliki masalah medis
lainnya; Oleh karena itu, tes laboratorium rutin juga diajurkan seperti: Periksa
darah lengkap, elektrolit , hati tes fungsi, dan pembekuan darah. Jika orang
tersebut memiliki perubahan status mental sebagai gejala utama, tes darah
atau urine dapat dilakukan untuk menyingkirkan penggunaan narkoba
sebagai penyebab gejala tersebut.
Jika CT scan atau MRI menunjukkan adanya tumor otak, maka pasien
akan dirujuk ke ahli bedah otak (seorang spesialis bedah saraf). Jika
diperlukan, orang tersebut juga dapat dirujuk ke spesialis terapi radiasi
disebut onkologi radiasi, dan ahli onkologi medis jika memerlukan
pengobatan kemoterapi tumor otak.
G. Pengobatan
Pengobatan untuk kanker otak akan disesuaikan dengan kondisi
pasien masing-masing. Rencana pengobatan akan dipertimbangkan
berdasarkan pada usia dan status kesehatan umum pasien serta ukuran,
lokasi, jenis, dan kelas tumor. Dalam kebanyakan kasus, pengobatan kanker
otak yang paling utama meliputi :
Operasi,
Radiasi
Kemoterapi.
Seringkali, lebih dari satu jenis pengobatan yang digunakan jadi dapat
dikombinasikan.
1. Senyawa alkilasi
Senyawa-senyawa utama alkilasi yang berguna secara klinis memiliki
struktur yang berisi bis (kloroetil) amina, ethyleneimine, atau bagian
nitrosourea. Di antaranya (kloroetil) amina bis, siklofosfamid,
mechlorethamine, melphalan, dan klorambusil adalah yang paling berguna.
Ifosfamid terkait erat dengan siklofosfamid namun memiliki spektrum yang
agak berbeda pada aktivitas dan toksisitasnya. Thiotepa dan busulfan
digunakan untuk tujuan khusus pada kanker ovarium dan leukemia myeloid
kronis. Sebagian besar nitrosoureas berupa senyawa carmustine (BCNU),
lomustine (CCNU), dan semustine (metil-CCNU). Berbagai agen alkylating
yang diteliti telah disintesis yang memiliki penghubung molekul carrier seperti
asam amino, basa asam nukleat, hormon, atau gugus gula untuk kelompok
alkilasi, namun keberhasilan target langsung alkilasi belum tercapai sampai
saat ini.
Mekanisme Kerja
Senyawa alkilasi mengerahkan efek sitotoksiknya melalui transfer
gugus alkil untuk berbagai konstituen sel. Alkylations DNA dalam nucleus
mungkin merupakan interaksi utama yang menyebabkan kematian sel.
Namun, obat ini bereaksi secara kimia dengan kelompok sulfhidril, amino,
hidroksil, karboksil, dan fosfat dari nukleofil selular lain juga. Mekanisme
umum tentang kerja obat ini melibatkan siklisasi intramolekul untuk
membentuk ion ethyleneimonium yang secara langsung atau melalui
pembentukan ion karbonium mentransfer gugus alkil ke konstituen seluler.
Pada adisi terhadap alkilasi, mekanisme sekunder yang terjadi dengan
melibatkan nitrosoureas carbamoylation dari residu lisin protein melalui
pembentukan isosianat.
Bagian utama alkilasi dalam DNA adalah posisi N7 dari guanin,
namun, dasar lain juga dialkilasi ke derajat yang lebih rendah, termasuk N1
dan N3 dari adenin, sitosin dari N3, dan O6 guanin, serta atom fosfat dan
protein yang terkait dengan DNA. Interaksi ini dapat terjadi pada untai tunggal
atau pada kedua untai DNA melalui cross-linking, karena sebagian besar
agen alkylating utama bifunctional, dengan dua kelompok reaktif. Alkilasi
guanin dapat mengakibatkan terjadinya kesalahan coding melalui
perpasangan basa abnormal dengan timin atau depurination dengan eksisi
dari residu guanin. Efek yang terakhir menyebabkan kerusakan untaian DNA
melalui pemotongan tulang punggung gula-fosfat DNA. Ikatan silang DNA
tampaknya menjadi sangat penting untuk aksi sitotoksik agen alkylating, dan
sel replikasi yang paling rentan terhadap obat ini. Jadi, meskipun agen
alkylating bukanlah siklus sel khusus, sel-sel yang paling rentan terhadap
alkilasi di G1 dan fase akhir S dari siklus sel dan blok cepat di G 2.
a. Prokarbazin
Mekanisme yang tepat dari tindakan prokarbazin tidak pasti, namun,
obat tersebut menghambat DNA, RNA, dan biosintesis protein;
memperpanjang interfase, dan menghasilkan pemutusan kromosom.
Metabolisme oksidatif obat ini oleh enzim mikrosomal menghasilkan
azoprocarbazine dan H2O2, yang mungkin bertanggung jawab atas
pemotongan untaian DNA. Berbagai metabolit obat lain yang terbentuk
mungkin sitotoksik. Salah satu metabolitnya adalah rendahnnya penghambat
monoamine oxidase (MAO), dan efek samping dapat terjadi ketika
prokarbazin diberikan dengan penghambat MAO lainnya.
b. Dacarbazine
Dacarbazine adalah senyawa sintetis yang berfungsi sebagai agen
alkylating setelah aktivasi metabolisme oleh enzim mikrosomal hati oleh
oksidasi N-demethylation turunan monometil. Metabolit ini spontan terurai
menjadi 5-aminoimidazole-4-karboksamida, yang diekskresikan dalam urin,
dan diazomethane. Diazomethane ini menghasilkan ion karbonium metil yang
diyakini sebagai spesies sitotoksik. Dacarbazine diberikan parenteral dan
tidak tergantung jadwal. Hasil senyawa tersebut ditandai dengan mual,
muntah, dan myelosupresi. Penggunaan utama nya adalah pada melanoma,
penyakit Hodgkin, dan sarkoma jaringan lunak.
c. Altretamine
Altretamine (Hexamethylmelamine) secara struktural mirip dengan
triethylenemelamine. Senyawa ini relatif tidak larut dan tersedia hanya dalam
bentuk oral. Senyawa ini dengan cepat di biotransformasi di hati dengan
demethylation dengan metabolit pentamethylmelamine dan
tetramethylmelamine. Senyawa ini telah disetujui untuk digunakan pada
pasien kanker ovarium yang telah berkembang meskipun pengobatan
dengan cara berbasis platinum atau agen alkilasi (atau keduanya). Dosis
minimum toksisitas termasuk mual, muntah, dan myelosupresi.
Neurotoksisitas berupa mengantuk, perubahan suasana hati, dan neuropati
perifer juga diamati.
d. Analog Platinum
Cisplatin (cis-diamminedichloroplatinum [II]) adalah sebuah kompleks
logam anorganik ditemukan melalui pengamatan kebetulan yang kompleks
platinum netral menghambat pembelahan dan pertumbuhan berserabut
diinduksi Escherichia coli. Analog platinum Beberapa setelahnya disintesis.
Meskipun mekanisme yang tepat dari tindakan cisplatin masih terdefinisi,
diperkirakan untuk memberi efek sitotoksik nya dengan cara yang sama
sebagai agen alkylating. Ini membunuh sel-sel di semua tahapan dari siklus
sel, mengikat DNA melalui pembentukan intrastrand dan interstrand lintas
link, dan menghambat sintesis DNA dan fungsi. Situs mengikat utama adalah
posisi N7 dari guanin, tetapi interaksi kovalen dengan adenin dan sitosin juga
terjadi. Kompleks platinum tampaknya bersinergi dengan beberapa obat
antikanker lainnya. Hidrasi agresif dengan infus salin intravena telah terbukti
secara signifikan mengurangi insiden nefrotoksisitas.
Cisplatin memiliki aktivitas antitumor utama dalam berbagai tumor
padat, tidak termasuk sel kecil dan sel kecil kanker paru-paru, kanker
kerongkongan dan lambung, kanker kepala dan leher, dan kanker
genitourinari, khususnya testis, ovarium, dan kanker kandung kemih. Ketika
digunakan pada kombinasi dengan vinblastine dan bleomycin atau etoposid
dan bleomycin, berbasis cisplatin terapi telah menyebabkan penyembuhan
kanker testis nonseminomatous.
Carboplatin adalah generasi kedua analog platinum yang memberikan
efek sitotoksik yang persis seperti cisplatin dan memiliki aktivitas terhadap
spektrum yang sama dari tumor padat. Terutama dosis yang membatasi
toksisitas myelosupresi, dan memiliki toksisitas secara signifikan kurang
ginjal dan toksisitas gastrointestinal dari cisplatin. Hidrasi intravena tidak
diperlukan, dan untuk alasan ini, carboplatin telah secara luas menggantikan
cisplatin dalam rejimen kemoterapi kombinasi.
2. ANTIMETABOLIT
Pengembangan obat dengan aksi pada perantara metabolisme dari
perkembangan sel telah menjadi penting baik secara konseptual dan secara
klinis. Sementara sifat biokimia yang unik untuk semua sel kanker belum
ditemukan, sel neoplastik yang memiliki sejumlah perbedaan kuantitatif
dalam metabolisme dari sel-sel normal yang membuat mereka lebih rentan
terhadap sejumlah antimetabolites atau analog struktural. Banyak dari agen-
agen rasional telah dirancang dan disintesis berdasarkan pengetahuan
tentang proses seluler penting yang terlibat dalam biosintesis DNA.
a. Methotrexate
Methotrexate (MTX) merupakan antagonis asam folat yang mengikat
sisi katalitik aktif dihydrofolate reduktase (DHFR), mengganggu sintesis dari
bentuk tereduksi yang menerima satu unit karbon. Kurangnya ini menyela
kofaktor de novo sintesis timidilat, nukleotida purin, dan asam amino serin
dan metionin, sehingga mengganggu pembentukan DNA, RNA, dan protein
seluler kunci. DHFR mengikat metotreksat dengan afinitas tinggi, dan pada
pH 6,0, hampir tidak ada disosiasi dari kompleks enzim-inhibitor terjadi
(inhibisi konstan sekitar 1 nM). Pada pH fisiologis, kinetika kompetitif
reversibel terjadi (inhibisi konstan sekitar 1 uM). Pembentukan intraselular
derivatif polyglutamate sangat penting untuk tindakan terapi methotrexate,
dan proses ini dimediasi oleh enzim sintase folylpolyglutamate (FPGS).
Dosis & Toksisitas
Methotrexate diberikan melalui rute, intravena intratekal, atau oral.
Sampai dengan 90% dari dosis oral diekskresikan dalam urin dalam waktu 12
jam. Obat ini tidak tunduk pada metabolisme, dan kadar serum karenanya
proporsional dengan dosis selama fungsi ginjal dan status hidrasi yang
memadai. Dosis dan efek toksik tercantum dalam. Efek dari methotrexate
dapat dibalik oleh administrasi leucovorin folat berkurang (5-
formyltetrahydrofolate). Leucovorin penyelamatan umumnya digunakan
dalam hubungannya dengan dosis tinggi terapi metotreksat untuk
menyelamatkan sel-sel normal dari toksisitas yang tidak semestinya dan juga
telah digunakan dalam kasus-kasus overdosis.
b. Pemetrexed
Pemetrexed adalah antifolate pyrrolopyrimidine analog dengan
aktivitas pada fase S dari siklus sel. Seperti dalam kasus MTX, pemetrexed
diangkut ke dalam sel melalui reduksi pembawa folat dan membutuhkan
aktivasi oleh FPGS enzim untuk menghasilkan bentuk polyglutamate lebih
tinggi. Sementara agen ini menargetkan DHFR dan enzim yang terlibat dalam
sintesis de novo purin nukleotida, situs utama kerjanya adalah melalui
penghambatan sintase timidilat. Saat ini, antifolate ini telah disetujui untuk
digunakan dalam kombinasi dengan cisplatin dalam pengobatan
mesothelioma dan sebagai agen tunggal dalam terapi lini kedua non-sel kecil
kanker paru. Efek samping utama diuraikan pada dan termasuk
myelosupresi, ruam kulit, mucositis, diare.
c. Antagonis Purin
1. 6-Thiopurines
6-mercaptopurine (6-MP) adalah pertama dari analog thiopurine yang
ditemukan efektif dalam terapi kanker. Seperti thiopurines lain, tidak aktif
dalam bentuk induknya dan harus dimetabolisme oleh hipoksantin-guanin
phosphoribosyl transferase (HGPRT) menjadi asam 6-monofosfat thioinosinic
nukleotida, yang pada gilirannya menghambat beberapa enzim sintesis de
novo purin nukleotida. Tingkat signifikan asam thioguanylic dan 6-
methylmercaptopurine ribotide (MMPR) juga dibentuk dari 6-MP. Metabolit ini
juga berkontribusi terhadap aksi sitotoksik nya. 6-MP digunakan terutama
dalam pengobatan leukimia akut, dan analog erat terkait, azathioprine,
digunakan sebagai agen imunosupresif
6-thioguanine (6-TG) menghambat beberapa enzim dalam jalur biosintesis
novo purin nukleotida. Berbagai hasil metabolisme lesi, termasuk
penghambatan interkonversi nukleotida purin; penurunan tingkat intraselular
nukleotida guanin, yang menyebabkan penghambatan sintesis glikoprotein;
gangguan pada pembentukan DNA dan RNA, dan penggabungan nukleotida
thiopurine ke kedua DNA dan RNA. 6-TG memiliki aksi sinergis bila
digunakan bersama dengan sitarabin dalam pengobatan leukemia akut
dewasa.
Dosis & Toksisitas
6-MP dan 6-TG keduanya diberikan secara oral (Tabel 55-3) dan
diekskresikan terutama di urin. Namun, 6-MP dikonversi menjadi metabolit
tidak aktif (6-thiouric asam) oleh oksidasi dikatalisis oleh xantin oksidase,
sedangkan 6-TG membutuhkan deaminasi sebelum dimetabolisme oleh
enzim ini.
2. Fludarabine
Fludarabine fosfat dengan cepat dephosphorylated untuk 2-fluoro-
arabinofuranosyladenosine dan kemudian terfosforilasi intrasel oleh kinase
deoxycytidine untuk trifosfat tersebut. Para trifosfat metabolit mengganggu
proses sintesis DNA dan perbaikan DNA melalui penghambatan DNA
polimerase-a dan DNA polimerase-b. Bentuk trifosfat juga dapat langsung
dimasukkan ke dalam DNA, mengakibatkan penghambatan sintesis DNA dan
fungsi. Para difosfat metabolit fludarabine menghambat reduktase
ribonucleotide, menyebabkan penghambatan eoxyribonucleotid
etriphosphates penting. Akhirnya, fludarabine menginduksi proses apoptosis
melalui mekanisme yang belum ditentukan. Fludarabine digunakan terutama
dalam pengobatan limfoma tingkat rendah non-Hodgkin dan leukemia
limfositik kronis (CLL). Hal ini diberikan Parentally dan diekskresikan
terutama di urin; toksisitas dosis yang membatasi adalah myelosupresi.
Selain itu, agen ini adalah imunosupresan kuat dengan efek penghambatan
pada CD4 dan CD8 sel T. Pasien berada pada peningkatan risiko untuk
infeksi oportunistik, termasuk jamur, herpes, dan Pneumocystis jiroveci.
3. Cladribine
Cladribine (2-chlorodeoxyadenosine) adalah nukleosida purin analog
dengan kekhususan tinggi untuk sel limfoid. Tidak aktif dalam bentuk
induknya, itu awalnya terfosforilasi oleh kinase deoxycytidine ke bentuk
monofosfat dan akhirnya dimetabolisme menjadi bentuk trifosfat, yang
kemudian dapat dimasukkan ke dalam DNA. Para trifosfat metabolit juga
dapat mengganggu sintesis DNA dan perbaikan DNA oleh DNA polimerase
menghambat-dan DNA polimerase-b, masing-masing. Cladribine
diindikasikan untuk pengobatan leukemia sel berbulu, dan juga memiliki
aktivitas di CLL dan limfoma tingkat rendah non-Hodgkin. Hal ini biasanya
diberikan sebagai infus kontinu tunggal 7-hari; pada kondisi ini, ia memiliki
profil keamanan yang sangat dikelola dengan toksisitas utama yang terdiri
dari myelosupresi sementara. Selain itu, ia memiliki efek imunosupresif, dan
penurunan CD4 dan CD8 sel T, yang berlangsung selama lebih dari 1 tahun,
diamati pada pasien.
d. Pirimidin Antagonis
1. 5-fluorourasil
5-Fluorourasil (5-FU) adalah prodrug yang membutuhkan aktivasi
melalui serangkaian reaksi kompleks biotransformasi menjadi metabolit
nukleotida ribosyl dan deoxyribosyl. Salah satu metabolit, 5-fluoro-2-
deoxyuridine-5 -monofosfat (FdUMP), membentuk kompleks terner kovalen
terikat dengan sintase timidilat enzim dan folat berkurang N5 ,10-
methylenetetrahydrofolate, reaksi kritis untuk de novo sintesis timidilat. Hal ini
menyebabkan penghambatan sintesis DNA melalui "kematian thymineless."
5-FU diubah menjadi 5-fluorouridine-5 -trifosfat (FUTP), yang kemudian
dimasukkan ke dalam RNA, di mana ia mengganggu pemrosesan RNA dan
translasi mRNA. Selain itu, 5-FU diubah menjadi 5-fluorodeoxyuridine-5
trifosfat -(FdUTP), yang dapat dimasukkan ke dalam DNA sel, yang
mengakibatkan penghambatan sintesis DNA dan fungsi. Dengan demikian,
sitotoksisitas dari 5-FU dianggap hasil dari efek gabungan pada kedua
peristiwa DNA dan RNA-mediated
2. Capecitabine
Capecitabine adalah karbamat fluoropyrimidine prodrug dengan
hampir bioavailabilitas oral 70-80%. Itu mengalami metabolisme ekstensif di
hati oleh enzim carboxylesterase ke menengah, 5 -deoksi-5-fluorocytidine.
Hal ini, pada gilirannya, diubah menjadi 5 -deoksi-5-fluorouridine oleh
deaminase cytidine enzim. -deoksi-5-5 fluorouridine metabolit ini kemudian
dihidrolisis oleh fosforilasa timidin untuk 5-FU langsung dalam tumor.
Ekspresi fosforilasa timidin telah terbukti secara signifikan lebih tinggi dalam
berbagai tumor padat daripada di jaringan normal yang sesuai. Puncak kadar
plasma dicapai dalam waktu sekitar 1,5 jam, dan puncak 5-FU tingkat yang
dicapai pada 2 jam setelah pemberian oral.
Capecitabine digunakan dalam pengobatan kanker payudara
metastatik baik sebagai agen tunggal atau dalam kombinasi dengan
docetaxel taxane. Hal ini juga disetujui untuk digunakan dalam terapi
adjuvant kanker usus stadium III dan juga untuk pengobatan kanker
kolorektal metastatik sebagai monoterapi. Pada saat ini, upaya yang
signifikan diarahkan untuk menggabungkan ini dengan agen lain agen
sitotoksik aktif, termasuk irinotecan atau oxaliplatin. Toksisitas utama
capecitabine termasuk diare dan sindrom tangan-kaki dan dicatatkan pada
Tabel 55-3. Sementara myelosupresi, mual dan muntah, dan mucositis juga
dapat diamati dengan agen ini, kejadian secara signifikan kurang dari yang
terlihat dengan infus 5-FU.
3. Sitarabin
Sitarabin (sitosin arabinoside, ara-C) adalah fase S-spesifik
antimetabolit yang diubah oleh kinase deoxycytidine ke 5 -mononukleotida
(ara-CMP). Ara-CMP selanjutnya dimetabolisme dengan triphosphate ara-
CTP, yang kompetitif menghambat DNA polimerase-a dan DNA polimerase-b,
sehingga menghasilkan blokade sintesis DNA dan perbaikan DNA, masing-
masing. Sitarabin juga dimasukkan ke dalam RNA dan DNA. Penggabungan
ke dalam DNA menyebabkan gangguan pada elongasi rantai dan cacat ligasi
fragmen DNA yang baru disintesis. Waktu retensi selular untuk ara-CTP
tampaknya berkorelasi dengan mematikan untuk sel ganas.
Setelah pemberian intravena (Tabel 55-3), obat ini dibersihkan dengan cepat,
dengan sebagian besar dosis yang diberikan untuk deaminasi bentuk tidak
aktif. Rasio kinase enzim anabolik deoxycytidine ke deaminase katalis
menonaktifkan cytidine penting dalam menentukan sitotoksisitas akhirnya
sitarabin.
Mengingat kekhususan fase sitarabin S, obat sangat tergantung pada
jadwal dan harus diberikan baik oleh infus kontinu atau setiap 8-12 jam
selama 5-7 hari. Kegiatannya terbatas secara eksklusif untuk keganasan
hematologi, termasuk leukemia myelogenous akut dan limfoma non-Hodgkin.
Ini sama sekali tidak ada aktivitas pada tumor padat. Efek samping utama
yang tercantum dalam Tabel 55-3.
4. Gemcitabine
Gemcitaine adalah analog deoxycytidine yang terfosforilasi awalnya
oleh enzim kinase deoxycytidine ke bentuk monofosfat dan kemudian oleh
kinase nukleosida lain untuk di-dan trifosfat bentuk nukleotida. Efek antitumor
dianggap hasil dari dua mekanisme yang berbeda: penghambatan reduktase
ribonucleotide oleh difosfat gemcitabine, yang mengurangi tingkat trifosfat
deoxyribonucleoside diperlukan untuk sintesis DNA, dan penggabungan
trifosfat gemcitabine ke dalam DNA, menyebabkan penghambatan sintesis
DNA dan fungsi. Setelah penggabungan nukleotida gemcitabine, hanya satu
nukleotida tambahan dapat ditambahkan ke dalam untai DNA yang
berkembang, mengakibatkan pemutusan rantai.
Gemcitabine awalnya disetujui untuk digunakan pada kanker pankreas
tetapi sekarang banyak digunakan dalam pengobatan non-sel kecil kanker
paru, kanker kandung kemih, dan limfoma non-Hodgkin. Myelosupresi dalam
bentuk neutropenia adalah toksisitas dosis yang membatasi utama.

Daftar Pustaka
ADAM, George L. 1997. Boies : buku ajar penyakit THT. Jakarta : EGC.
American Cancer Oral.Tounge Cancer. 2007.Avalaible from:http://american
cancer oral.blogspot.com/2011/05/tumor-ganas-rongga-mulut.html
(diakses tanggal 20 Oktober 2016).

American Cancer Society , 2007 , Cancer Facts & Figures, Atlanta : American
Cancer Society.

American Cancer Society,2008.Cancer Facts & Figures.Atlanta : American


Cancer Society.

American Society of Clinical Oncology (ASCO),2010.Lung Cancer. Available


Ishihara K. Reasons for the increased incidence of skin cancer. Gan
Kumpulan info sehat. 2009. Kanker Serviks Pembunuh Banyak Wanita

Murray, K Robert. Kanker, Gen Kanker dan Faktor Pertumbuhan dalam


Biokimia Harper. Edisi 24. Jakarta. EGC. 1999. 779-98.

National Cancer Institute. Skin cancer treatment (PDQ). Health professional


version. Tersedia pada http://www.cancer.gov/ cancertopics/
pdq/treatment/skin/. Diunduh pada tanggal 1 November 2016.

Scher L. Richard, Richtsmeier J. William. Tumor Biology and Immunology of


Head and Neck Cancer. Edition. United States of America. 1998. 1401-
11.

Sinuraya EV. Registrasi kanker berbasis rumah sakit di Rumah Sakit Kanker
Mahar, M., Proses Neoplasmatik di Susunan Saraf dalam Neurologi Klinis
Dasar edisi 5, Dian Rakyat, Jakarta, 2000 : 390 402

Meyer, J.S., Gilroy J., Tumors of the Central Nervous System in Medical
Neurology edisi 2, McMillan Publishing C. Inc, New York, 1995 : 611
629

Adams and Victors, Intracranial Neoplasms and Paraneoplastic Disorders in


Manual of Neurology edisi 7, McGraw Hill, New York, 2002 : 258 263.

Anda mungkin juga menyukai