Kale, pasien laki – laki umur 40 tahun dapat ke RSND dengan keluhan benjolan yang
tidak sembuh – sembuh, tidak sakit sejak 3 bulan yang lalu. Tepi benjolan agak mengeras.
Benjolan yang berbentuk bunga kol terdapat di lidah bagian bawah tersebut mudah berdarah.
Pasien mempunyai kebiasaan merokok dan minum alkohol. Pasien mengaku memiliki riwayat
keluarga yang mengalami penyakit serupa. Oleh dokter, pasien dirujuk ke dokter spesialis
bedah onkologi.
Terminologi
1. Bedah Onkologi: Cabang ilmu kedokteran yang mengkhususkan diri dalam diagnosis dan
pengobatan kanker. Merupakan cabang onkologi yang berfokus pada penanganan kanker
melalui prosedur bedah
Rumusan Masalah
1. Apa penyebab terjadinya benjolan?
2. Apa diagnosis pasien berdasarkan ciri-ciri pada pasien?
3. Pemeriksaan apa saja untuk diagnosis pada skenario tersebut?
4. Mengapa benjolan tidak merasa sakit pada 3 bulan pertama?
5. Apakah benjolan tersebut merupakan keganasan? Jika iya bagaimana membedakan dengan
tumor jinak?
6. Apakah benjolan tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik?
7. Apakah benjolan tersebut dipengaruhi oleh merokok dan mengonsumsi alkohol?
Hipotesis
1. -Penyebabnya dari kebiasaan pasien merokok dan meminum alkohol
-Karena terjadinya proliferasi yang berlebih pada suatu lokasi pada tubuh manusia
-Faktor genetik
-Umur yang sudah tua dapat meningkatkan resiko terkena kanker
2. -Karsinoma sel skuamosa : sel ganas yang berasal dari epitel skuamosa yang merupakan
salah satu jenis kanker yang dapat ditemukan pada rongga mulut
-Benjolan berbentuk bunga kol, mudah berdarah, terdapat dibagian bawah lidah, tepi
benjolan keras
3. -Anamnesis, pemeriksaan klinik (gambaran lesi), pemeriksaan penunjang (foto rontgen,
biopsy)
-Biopsy mengambil jaringan lidah, endoskopi (mengambil jaringan lidah dan limfonodi)
4. -Benjolan masih dalam pada tahap awal, benjolan akan terasa sakit karena proliferasi dan
menghambat peredaran darah sehingga terjadi ulcer
5. -bermetastasis, lama sakitnya, periode tidak lama
-merusak jaringan sekitarnya (ganas), jarang kambuh lagi setelah operasi (jinak)
-skenario (ganas) lesi tidak sembuh-sembuh
-tes histopatologis (infiltratif atau tidak)
-infiltratif adalah bisa menyebar kelainnya
6. -iya dipengaruhi, seseorang yang memiliki riwayat kanker memiliki kesempatan terkena
kanker lebih tinggi hingga 3-4 kali
7. Rokok dapat menyebabkan terbentuknya radikal bebas yang menyebabkan terjadinya
proliferasi yang berlebih, hal ini didukung dengan adanya konsumsi alkohol karena alkohol
ini menyebabkan terjadi nya peningkatan permeabilitas pada jaringan
Peta Konsep
Etiologi
Penegakan
Patogenesis
Diagnosis
Squamous
Cell
Carcinoma
Penata
Pencegahan
laksanaan
Sasaran Belajar
BELAJAR MANDIRI
1. Etiologi SCC
a. Tembakau dan alkohol
Tembakau mengandung karsinogen yang potensial meliputi nitrosamines
(nicotine), polycylic aromatic hydrocarbons, nitrodicthanolamine, nitrosoproline, dan
polonium. Paparan tembakau menyebabkan perubahan yang progresif dari mukosa
mulut dan penggunaan dalam waktu lama menyebabkan transformasi keganasan
terutama perubahan dalam ekspresi mutasi p53. Asap tembakau mengandung CO2,
thiocanate, hydrogen cyianide, nicotine, dan metabolit dari kandungan ini. Efek
karsinogenik dari tembakau sebagian besar dirangsang oleh zat kimia yang terdapat
pada asap rokok. Asap rokok merangsang perubahan genetik termasuk mutasi gen,
gangguan kromosom, mikronuklei, perubahan kromatin, rusaknya rantai DNA. Mutasi
gen menyebabkan hiperaktif onkogen, gangguan proliferasi, penolakan G-S, G-M dan M
pada siklus sel, mencegah apoptosis dan gangguan kelangsungan hidup sel. Selain itu
juga mutasi gen akan menginaktifkan tumor supresor yang secara normal berperan
untuk mencegah perubahan sel-sel menjadi ganas.
Semua bentuk alkohol dapat menyebabkan kanker mulut, termasuk alkohol yang
terkandung di mouthwash. Alkohol dapat berperan secara independen dan bereaksi
sinergis dengan tembakau dalam karsinogenesis dengan cara memberikan efek
dehidrasi pada mukosa, sehingga meningkatkan permeabilitas mukosa yang terpapar
bahan karsinogen yang terkandung di dalam alkohol dan rokok. Selain itu penggunaan
alkohol dalam waktu lama dapat meningkatkan respon enzim sitokrom p450 yang
berfungsi untuk mengaktivasi protokarsinogen menjadi karsinogen. Kemungkinan
mekanisme yang lain adalah rusaknya aktivitas makrofag dan berkurangnya jumlah T
limfosit. Alkohol juga menurunkan aktivitas enzim yang berperan untuk perbaikan DNA
sehingga terjadi peningkatan kerusakan kromosom. Perokok menggunakan mouthwash
lebih sering.
b. Bahan kimia
Sebagian besar bahan-bahan kimia berhubungan dengan terjadinya kanker.
Bahan-bahan yang dapat menimbulkan kanker di lingkungan antara lain, seperti cool
tar, polycylic aromatic hydrocarbons, aromatic amines, nitrat, nitrit, dan nitrosamin.
c. Infeksi
beberapa mikroorganisme yang berhubungan dengan kanker mulut adalah
candida albicans. Hubungan antara candida albicans dengan penyakit speckled
leukoplakia pertama kali ditemukan oleh Jespen dan Winter pada tahun 1965.
Beberapa studi menunjukkan bahwa, sekitar 7-39% dari leukoplakia dijumpai adanya
candida hyphae. Penyakit ini mempunyai kecenderungan berubah menjadi kanker.
Virus dapat menyebabkan keganasan dengan mengubah struktur DNA dan kromosom
sel yang diinfeksinya. Virus human papilloma (HPV) berhubungan dengan timbulnya
karsinoma lidah. HPV subtipe 16, 18, 31 dan 33 merupakan jenis yang dilaporkan paling
sering berhubungan dengan timbulnya displasia dan karsinoma sel skuamosa. Virus
human papilloma merupakan virus DNA rantai ganda yang menyerang sel epitel.
d. Nutrisi
Pola diet makanan sangat berpengaruh terhadap timbulnya kanker. Defisiensi
dari beberapa mikronutriensi seperti vitamin A, C, E, dan Fe dilaporkan mempunyai
hubungan dengan terjadinya kanker. Vitamin-vitamin tersebut mempunyai efek
antioksidan. Defisiensi zat besi yang menyebabkan anemia. Radiasi sinar ultraviolet
adalah suatu bahan yang diketahui bersifat karsinogenik. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Takeichi dkk, (1983) terhadap efek radiasi di Hiroshima dan Nagasaki
Jepang, melaporkan bahwa terjadi peningkatan insidensi kanker kelenjar ludah pada
orang yang selamat setelah terkena radiasi bom atom pada periode antara 1957-1970,
terjadinya kanker 2,6 kali lebih tinggi dibandingkan yang tidak terkena radiasi
e. Faktor genetik
Seseorang yang memiliki riwayat keluarga menderita kanker memiliki risiko
terkena kanker sebanyak 3 sampai 4 kali lebih besar dari yang tidak memiliki riwayat
keluarga menderita kanker
f. Sistem imun
Dilaporkan bahwa ada peningkatan insidensi kanker pada pasien yang mendapat
penekanan sistem kekebalan tubuh, seperti pada penderita transplantasi, AIDS, dan
defisiensi kekebalan genetik. Insidensi tumor pada pasien yang mendapat tekanan
sistem kekebalan tubuh sebesar 10%. Gangguan sistem kekebalan selain disebabkan
kerusakan genetik juga disebabkan oleh penuaan, obat-obatan, infeksi virus.
3. Patogenesis SCC
OSCC muncul sebagai akibat dari berbagai kejadian molekular yang menyebabkan
kerusakan genetik yang mempengaruhi kromosom dan gen, yang akhirnya menuju ke
perubahan DNA. Proses neoplastik mula-mula bermanifestasi secara intraepitel dekat
membran dasar sebagai suatu hal yang fokal, kemudian terjadi pertumbuhan klonal
keratinosit sel yang berubah secara berlebihan, menggantikan epitelium normal.
Seperti semua tumor epitel, perkembangan SCC merupakan suatu proses multistep yang
melibatkan aktivasi onkogen dan inaktivasi gen penekan tumor. Perubahan pertama adalah
hilangnya kromosom pada regio 3p dan 9p21. Kehilangan heterozigositas dalam
hubungannya dengan hypermethylation pada lokus ini menyebabkan inaktivasi gen p16,
penghambat cyclindependent kinase. Perubahan ini dikaitkan dengan transisi dari epitel
normal sampai menjadi epitel yang mengalami hiperplasia/hiperkeratosis. Perubahan
selanjutnya terjadi pada regio 17p dengan mutasi dari gen penekan tumor p53 dan
dikaitkan dengan perubahan menjadi displasia. Baru-baru ini diperlihatkan perubahan
genom seperti delesi pada 4q, 6p, 8p 11q, 13q, 14q dan dapat bertindak sebagai prediktor
pada suatu keganasan.
4. Penatalaksanaan SCC
Penatalaksanaan karsinoma lidah meliputi pembedahan, radioterapi, kemoterapi dan
kombinasi.
a. Pembedahan
- Tumor primer
Tindakan pembedahan karsinoma lidah pada bagian anterior lidah dilakukan
dengan pendekatan transoral berupa eksisi luas, hemiglosektomi atau glosektomi
subtotal. Eksisi luas merupakan teknik pengambilan jaringan lidah kurang dari
separuh lidah. Hemiglosektomi adalah pengambilan separuh jaringan lidah.
Glosektomi subtotal adalah pengambilan jaringan lidah lebih dari separuh tetapi
tidak sampai seluruh lidah terambil. sektomi total adalah mengambil seluruh
jaringan lidah. Glosektomi total dilakukan pada karsinoma lidah yang luas,
karsinoma yang melibatkan dua sisi pangkal lidah dan permukaan ventral lidah. Pull-
through operation dilakukan pada karsinoma lidah yang menyebar ke dasar mulut.
Pendekatan ini dilakukan dengan cara insisi horisontal pada leher atas dan flap
diangkat untuk memperluas lapang pandang. Kemudian tumor ditarik dari bawah
dagu tanpa merusak lengkung mandibula. Pada tumor besar yang melekat ke
mandibula dapat dilakukan dengan tehnik ini dilanjutkan diseksi leher serta
mandibulektomi marginal (lateral inner-table mandibulectomy).
Pada karsinoma lidah yang sudah menyebar ke mandibula sebaiknya
dilakukan dengan pendekatan commando jaw-neck resection atau jaw-tongue-neck
resection dimana selain dilakukan pengambilan tumor lidah juga dilakukan
hemimandibulektomi dan diseksi leher ipsilateral. Pada tumor pangkal lidah jarang
dilakukan tehnik transoral tetapi melalui transhioid seperti transhioid faringotomi
dan faringotomi lateral. Tehnik transhioid faringotomi digunakan untuk mengangkat
tumor kecil pada pangkal lidah. Dilakukan pemotongan tulang hioid dan
mengikutsertakan valekula.
Pada tumor pangkal lidah jarang dilakukan tehnik transoral tetapi melalui
transhioid seperti transhioid faringotomi dan faringotomi lateral. Teknik transhioid
faringotomi digunakan untuk mengangkat tumor kecil pada pangkal lidah. Dilakukan
pemotongan tulang hioid dan mengikutsertakan valekula. Hal yang perlu
diperhatikan pada tehnik ini adalah menghindari kerusakan a. lingualis dan N.
hipoglosus pada sisi lesi. Meskipun dengan tehnik ini menghasilkan lapangan
operasi yang terbatas tetapi keuntungannya dapat mempertahankan integritas
mandibula dan mobilitas lidah. Pada tumor yang besar digunakan kombinasi
pendekatan transoral dan transhioid.
Pendekatan anterior midline glossotomy digunakan untuk pengangkatan
tumor yang kecil dan terbatas pada dasar lidah. Pada tehnik ini lidah di bagi 2 pada
bagian anteromidline dimana daerah ini relatif avaskular dan mudah mencapai
daerah dasar lidah. Tehnik ini memberikan hasil operasi yang baik.
Metode operasi yang lebih baik tanpa mengganggu fungsi menelan yaitu
melalui pendekatan mandibulotomi median dengan ekstensi paralingual atau the
mandibular swing operation. Pendekatan ini dilakukan dengan membuat insisi
secara vertikal melalui bibir bawah membelok pada dagu sekitar protuberansia
mental, kemudian dilanjutkan dengan memotong bagian lateral dasar mulut.
Keuntungan pendekatan ini adalah menyediakan lapang pandang operasi yang
cukup luas sehingga tumor dapat diangkat secara intoto. Tetapi pendekatan ini
menimbulkan komplikasi kosmetik, perdarahan dan gangguan fungsi yang minimal.
b. Radioterapi
Karsinoma lidah dapat dilakukan dengan terapi radiasi eksternal maupun radiasi
internal. Sebelum radioterapi harus diperhatikan higiene rongga mulut yang baik
dengan membersihkan atau mencabut gigi yang karies, mencegah dan mengeliminasi
sumber infeksi dari dental.
Pada tumor primer T1 dengan lokasi dimana saja pada lidah dapat dilakukan
radioterapi dengan menggunakan brakiterapi implan jarum Ir-192. Pada tumor primer
T2 dan T3 yang eksofitik atau dengan infiltrasi minimal diberikan radioterapi eksternal
menggunakan radiasi sinar X, Co-60 dengan dosis 40-60 Gy selama 4-6 minggu
selanjutnya diberikan radiasi internal implan interstisial. Pada penderita yang tidak
dapat dilakukan tindakan pembedahan diberikan radiasi ekternal paliatif dengan dosis
total 70 Gy/7 minggu. Dosis yang diterima medula spinal dibatasi kurang dari 40 Gy
untuk mencegah mielitis radiasi.
c. Kombinasi pembedahan dan radioterapi
Terapi kombinasi pembedahan dan radioterapi memberikan hasil terapi yang
lebih baik untuk karsinoma lidah stadium III dan IV.
Terapi kombinasi dilakukan dengan 2 cara yaitu terapi kombinasi terencana dan
terapi kombinasi tanpa rencana. Terapi kombinasi terencana yaitu dilakukan
pembedahan untuk mengambil semua tumor yang nampak dan teraba sampai 1–2 cm
dari tepi tumor yang merupakan jaringan normal. Selanjutnya dilakukan radioterapi
untuk eradikasi tumor residu secara mikroskopik. Terapi kombinasi tanpa rencana
dilakukan sebagai terapi kuratif dan belum ada kesepakatan tentang waktu untuk
dilakukan radioterapi. Keuntungan pemberian radioterapi preoperatif adalah sel kanker
pada tepi tumor menjadi inaktif, radioterapi menyebabkan sklerosis dan menyumbat
aliran kelenjar getah bening serta mengurangi penyebaran karsinoma saat
pembedahan. Tetapi radioterapi preoperatif menyebabkan gangguan penyembuhan
luka seperti fistula orofaringokutan, luka yang mengelupas serta ruptur vaskuler. Saat
ini ada kecenderungan untuk melakukan pembedahan terlebih dahulu dan selanjutnya
diberikan radioterapi. Keuntungan pendekatan ini adalah morbiditas operasi dapat
dikurangi dan kerugiannya adalah apabila terjadi komplikasi pembedahan maka
pemberian radioterapi menjadi terlambat dan tidak efektif.
d. Kemoterapi
Kemoterapi digunakan pada karsinoma stadium lanjut dan sebagai terapi paliatif
pada tumor rekuren untuk mengurangi rasa nyeri. Regimen yang digunakan adalah
cisplatin dan 5-fluorouracil.
Tatalaksana tumor primer:
Eksisi tumor umumnya dilakukan dengan tepi sayatan 1-2 cm di luar indurasi tumor,
namun perlu dilakukan pemeriksaan “potong beku” tepi sayatan terutama pada daerah
yang dicurigai karena lapangan yang sempit. Yang infiltratif dan ulseratif harus lebih hati-
hati untuk melakukan sayatan karena untuk free margin memerlukan eksisi yang lebih luas.
Daerah yang belum bebas tumor dire-eksisi atau diradiasi; penggunaan radioterapi
adjuvant sesudah pembedahan dapat diberikan dengan radiasi eksterna dan dosis 65 Gy.
5. Pencegahan SCC
A. Memberikan pendidikan kesehatan kepada kelompok masyarakat dalam bentuk
penyuluhan kepada kelompok masyarakat atau penyebaran informasi melalui media
massa seperti koran, televisi dsb
B. Screening, yaitu pemeriksaan yang dilakukan secara dini kepada seseorang dengan
riwayat keluarga menderita kanker.
Setiap parameter dinilai dandiberi skor 1 sampai 4 (Tabel 1), skor yang semakin tinggi
mencerminkan sel-sel yang berdiferensiasi semakin rendah dan prognosis yang makin
buruk. Masing-masing skor dijumlahkan, total skor ≤8 dinyatakan sebagai derajat
keganasan rendah, sedangkan skor >8 disebut derajat keganasan tinggi
1. Ginting, Rehulina,. dkk. Karateristik Karsinoma Sel Skuamosa Rongga Mulut. Jurnal
Ilmiah PANMED. Vol. 10 No.1 Mei-Agustus 2015
2. Wahyuni, Sri Sofhia dan Widodo Ario Kentjono. Diagnosis dan Penatalaksanaan
Karsinoma Lidah. Jurnal THT-KL. Vol. 5, No.1, Januari-April 2012, hlm, 44-61
3. Surhatiningtyas, Dwi., dkk. Toluidine Blue Vital Staining sebagai Alat Bantu diagnostik
pada Karsinoma Sel Skuamosa Lidah. Maj Ked Gi. Desember 2012; 19(2): 136-140
4. Rosen, D. Ryan and Amit Sapra. TNM Classification. StatPearls [Internet]. StatPearls
Pubishing. Treasure Island (FL). January 16, 2020
5. Ruslim, Welly Hartono,.dkk. Hubungan Imunoekspresi β-Katenin antara Karsinoma Sel
Skuamosa Oral Derajat Rendah dan Derajat Tinggi Berdasarkan Sistem Grading Bryne.
Majalah Patologi. Vol. 23 no. 3, September 2014
6. E. B. Kayalvizhi. Oral leukoplakia: A review and its update. Journal of Medicine,
Radiology, Pathology & Surgery. 2016. 2, 18–22.
7. Alessandro Villa. Leukoplakia—A Diagnostic and Management Algorithm. 2017. 75:723-
734.