Anda di halaman 1dari 4

Gejala klinis ranula

Secara klinis ranula memiliki gambaran sebagai adanya benjolan simple


pada dasar mulut, mendorong lidah ke atas, umumnya unilateral, jarang
bilateral, benjolan berdinding tipis transparan, berwarna biru kemerah-
merahan, benjolan tumbuh lambat, gambaran seperti perut katak,
pembengkakan selain intra oral dapat juga ekstra oral, bila benjolan
membesar dapat mengganggu bicara, makan maupun menelan, benjolan
oleh karena suatu sebab dapat pecah sendiri, cairan keluar,
mengempes kemudian timbul atau kambuh kembali,dan pada simple
ranula, benjolan terletak superfisial sedangkan plunging ranula benjolan
terletak lebih dalam, bisa menyebar ke dasar otot mylohyoid, daerah
submandibular,ke leher bahkan ke mediastinum.3
Ranula tidak diikuti rasa sakit. Keluhan yang paling sering diungkapkan
pasien adalah mulutnya terasa penuh dan lidah terangkat ke atas.
Apabila tidak segera diatasi akan terus mengganggu fungsi bicara,
mengunyah, menelan, dan bernafas. Ranula yang berukuran besar akan
menekan duktus glandula saliva dan menyebabkan aliran saliva menjadi
terganggu. Akibatnya muncul gejala obstruksi glandula saliva seperti
sakit saat makan atau sakit pada saat glandula saliva terangsang
untuk mengeluarkan saliva dan akhirnya kelenjar saliva membengkak
Shehata EA, Hussain H. Surgical treatment of ranula : comparison between
marsupialization and sublingual sialadenectomy in pediatric patients. Ann Pediatr
Surg 2008 (4): 89-93

Tanda dan Gambaran Klinis ranula adalah sebagai berikut:

• Adanya benjolan simple pada dasar mulut, mendorong lidah ke atas.

• Umumnya unilateral, jarang bilateral .

•Benjolan berdinding tipis transparan, berwarna biru kemerah-merahan.

•Benjolan tumbuh lambat, gambaran seperti perut katak.

•Pembengkakan selain intra oral dapat juga extra oral.

•Tidak ada rasa sakit kecuali meradang atau infeksi.

•Bila benjolan membesar dapat mengganggu bicara, makan maupun menelan.

•Benjolan oleh karena suatu sebab dapat pecah sendiri, cairan keluar, mengempes
kemudian timbul atau kambuh kembali.
•Pada simple ranula benjolan terletak superficial sedangkan plunging ranula benjolan
terletak lebih dalam, bisa menyebar ke dasar otot mylohyoid, daerah submandibular,
ke leher bahkan ke mediastinum(drg. Iskandar Atmadja).

Gambaran klinis ranula (gambar 1), antara lain benjolan warna


kebiruan yang menyerupai perut katak, tanpa disertai gejala dan rasa
sakit, tumbuhnya lambat, lunak, dan massa dapat digerakkan, berbatas
tegas dan terlokalisasi, fluktuatif, berlokasi di dasar mulut terutama di
daerah spasia mandibula yang kadang meluas hingga ke spasia
submentalis, kontralateral leher, ke daerah nasofaring, retrofaring,
sampai dengan mediastinum bagian atas, unilateral atau satu sisi
lingual frenulum dan apabila terletak lebih dalam ke jaringan lunak
ranula dapat melewati midline, dan ukuran bervariasi sekitar 4-10 cm,
pada ukuran besar menyebabkan deviasi lidah dan pada lesi yang besar
dan meluas turun menembus otot mylohioid. Plunging ranula akan
terus membesar dan meluas hingga ke regio leher.

Gambaran histopatologis simple ranula yaitu dinding kista dilapisi epitel,


sedangkan plunging ranula dinding kista tanpa dilapisi epitel.

Tatalaksana Ranula
1. Eksisi Bedah: Ranula oral dan serviks dapat diobati secara efektif
dengan pendekatan ini yang melibatkan pengangkatan lesi beserta kelenjar
ludah utama terkait dengan tingkat kekambuhan yang tidak signifikan.
2. Marsupialisasi: Beberapa penyedia lebih memilihnya sebelum memulai
operasi pengangkatan. Seluruh pseudokista dibungkus dengan kain kasa
selama 7-10 hari. Hal ini memungkinkan re-epitelisasi rongga dan juga
menutup lokasi kebocoran. Selain itu, hal ini juga memicu reaksi benda
asing yang menyebabkan fibrosis dan atrofi asinus yang menyebabkannya.
Jika marsupialisasi gagal menghilangkan penyakit, maka eksisi bedah
adalah pilihan pengobatan berikutnya.
3. Ablasi Laser, Bedah Krios, dan Elektrokauter: Ini juga telah digunakan
untuk pengobatan ranula yang lebih kecil baik secara terpisah atau
sebelum marsupialisasi.
4. Suntikan Agen Sclerosant Intralesi: Meskipun dianggap eksperimental,
injeksi intracystic dari sediaan streptokokus, OK-432, telah dilaporkan
dapat mengobati penyakit ini dengan tingkat keberhasilan yang bervariasi.
sebagian besar ranula saat ini tatalaksana dengan operasi, namun standar
pengobatan ranula masih kontroversial. Pada ranula intra oral, lesi mudah
diamati dan biasanya tatalaksana dengan insisi dan drainase, marsupialisasi,
dan skleroterapi (Huzaifah & Sini, 2021; Lee et al., 2015). Huzaifah, M., &
Sini, A. (2021). Mucocele And Ranula. Statpearls
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560855/

Penatalaksaan pasien penderita ranula atau plunging ranula dapat


dilakukan dengan berbagai cara antara, lain dengan skleroterapi,
marsupialisasi, dan eksisi dengan atau tanpa kombinasi dengan eksisi
kelenjar saliva. Penatalaksanaan dengan pembedahan merupakan
pilihan utama. Kejadian rekurensi sangat tergantung dengan metode
yang dilakukan, yaitu angka rekurensi marsupialisasi 66,67%, eksisi
ranula 57,69%, dan eksisi glandula sublingualis atau kombinasi antara
kelenjar saliva dan lesi sekitar 1,20%. Sedangkan menurut Kim, et al
dilaporkan penggunaan skleroterapi pada pasien dengan ranula. OK-
432 merupakan skleroterapi yang digunakan pada penelitian terhadap
sembilan penderita plunging ranula dan memberikan hasil yang
memuaskan. Lee et al menggunakan OK-432 pada 13 pasien dan
memberikan hasil berupa ukuran lesi yang bekurang sempurna pada
sembilan pasien dan tidak ditemukan komplikasi. Fukase et al
melaporkan secara berkala 32 pasien yang diterapi dengan OK-432,
meliputi 21 pasien dengan simple ranula dan 11 pasien dengan
7
plunging ranula; 31 pasien (97%) menunjukkan perbaikan.

Kebanyakan ahli bedah dalam menangani ranula masih menggunakan


marsupialisasi karena dengan pembedahan yang luas maka dapat
menyebakan trauma pada nervus lingualis sehingga menyebabkan
parestesia dan cedera pada duktus kelenjar saliva submandibularis saat
mengangkat kelenjar saliva sublingualis, dengan konsekuensi angka
rekurensi yang tinggi. Selain itu tindakan bedah juga dapat
menyebabkan komplikasi berupa gangguan kosmetik sebagai akibat
dari jaringan skar yang terbentuk pada leher akibat pengangkatan
plunging ranula melalui ekstraoral.

1.Rho MH, Kim DW, Lee SW. OK-432 sclerotherapy of plunging


ranula in 21 patients: it can be a substitute for surgery. Am J
Neuroradiol 2006; 27.
Pada pemeriksaan pasien tidak didapatkan: riwayat benjolan yang mudah
berdarah, rasa asin-asin di mulut, air liur bercampur darah dan nyeri saat
menggerakkan lidah. Pada leher juga tidak ditemukan benjolan. Pada
anamnesis tidak ada riwayat kebiasaan mengunyah sirih ataupun tembakau,
riwayat konsumsi alkohol dan merokok. Tidak ada riwayat trauma pada
daerah mulut atau bibir sebelumnya, tidak ada anggota keluarga yang
mengalami hal yang sama.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sedang, nadi 90x/menit,


laju nafas 22x/menit, afebris. Pada pemeriksaan telinga dan hidung tidak
ditemukan kelainan. Pada pemeriksaan leher tidak ditemukan adanya
pembesaran kelenjar getah bening (KGB) maupun massa. Pada
pemeriksaan rongga mulut, tidak ditemukan trismus, oral higiene baik,
tampak bejolan berukuran 20 x 15 x 10 mm di sublingual sisi kanan
(Gambar 1A) dengan permukaan licin, berbatas tegas, tidak terfiksir,
berwarna kebiruan, dan tidak mudah berdarah.

Pasien didiagnosis kerja dengan ranula intra oral dengan diagnosis


banding…

Dengan pertimbangan keterbatasan alat dan resiko tindakan pembedahan


yang ada, maka rencana perawatan pada kasus ini adalah merujuk pasien
untuk dilakukan tindakan lanjutan di RSUD Sumedang oleh spesialis bedah
mulut. Karena tidak ada keluhan nyeri dan lainnya, maka pasie tidak diberi
obat. Pasien dan orangtuanya diberikan edukasi dan informasi mengenai
keadaan gigi yang ada dan tindakan yang akan dilakukan yaitu dengan
merujuk pasien ke RSUD.

Anda mungkin juga menyukai