Anda di halaman 1dari 11

ILMU BEDAH MULUT 1

RANULA

DISUSUN OLEH
:
KELOMPOK 9
Muhammad Eddwar
Muthia Rachmawati
Mutia Oktira
Nabila Putri Safira
Nadia Salsabila
Nadia Shabrina

2014-11-106
2014-11-109
2014-11-110
2014-11-113
2014-11-115
2014-11-116

Nadya Alisha
Nafisya Ghaisani
Nandini Setyaputri
Natasha Avrisa M
Nidya Nur R
Nita Puspaningrum

2014-11-117
2014-11-118
2014-11-119
2014-11-121
2014-11-124
2014-11-125

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)
JAKARTA
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan karya tulis ini. Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Bedah Mulut 1 tahun 2016 di
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama).
Makalah ini tidak dapat diselesaikan tepat waktu tanpa adanya dukungan dari banyak
pihak. Kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ika Ratna Maulani, drg,Sp.BM
selaku dosen bidang studi mata kuliah Ilmu Bedah Mulut 1 yang telah memberikan
bimbingan dan perhatian kepada kami agar dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Akhir kata kami mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam makalah ini terdapat
kesalahan baik dalam pengetikan maupun dalam penyusunan. Dengan segala rendah hati,
kritik dan saran yang bersifat membangun akan kami terima dengan senang hati guna
kesempurnaan makalah ini dimasa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat memberikan
informasi yang bermanfaat bagi pembacanya.

Jakarta, Agustus 2016

DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR..

DAFTAR ISI.....

ii

BAB

PENDAHULUAN...................... 1
1
2
3

Latar Belakang. 1
Rumusan Masalah 1
Tujuan penelitian. 1

BAB

II ISI...............................

................

1
2
3
4
5
6
7
8
9

Definisi.............................................................................................................................
Etiologi.............................................................................................................................
Diagnosa...............................................................................................
Diagnosa Banding............................................................................................................
Klasifikasi.........................................................................................................................
Gambaran Klinis, Radiografi, Histopatologi....................................................................
Pathogenesis......................................................................................................................
Perawaatan........................................................................................................................
Pembedahan..

2
2
2
3
3
4
8
9
9

BAB III PENUTUP................................................................................................................ 10


3.1 Kesimpulan................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA.... 11

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Banyak penyakit mulut yang terjadi melibatkan glandula saliva. Umumnya, penyakit
mulut tersebut menyebabkan terbentuknya massa atau pembengkakan. Untuk mengatasinya,
dokter gigi harus mampu mengenali jenis-jenis penyakit mulut yang berbentuk
pembengkakan yang melibatkan glandula saliva dan mengetahui perawatannya. Contoh
penyakit mulut yang melibatkan glandula saliva adalah ranula. Dokter gigi harus mengetahui
gambaran klinis mukokel, mekanisme terjadinya, diagnosa banding dan perawatannya agar
nantinya dapat mengatasi dampak buruk ataupun gangguan yang diakibatkan oleh ranula.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan beberapa masalah yang terkait yaitu :
1. Bagaimana gambaran klinis ranula?
2. Bagaimana mekanisme terjadinya?
3. Bagaimanakah patogenesis terjadinya ranula?
4. Bagaimanakah cara mendiagnosis mukokel dan apa sajakah diagnosis banding dari ranula?
5. Apakah rencana perawatan yang tepat untuk mengatasi ranula?
6. Bagaimana gambaran klinis radiografi & histopatologis dari ranula?
7. Apa saja klasifikasi dari ranula?
1.3. Tujuan Penyusunan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui:
1. Definisi, klasifikasi, dan prevalensi ranula
2. Patogenesis terjadinya ranula
3. Gambaran klinis dan gambaran histopatologis ranula
4. Diagnosis dan diagnosis banding dari ranulal.
5. Rencana perawatan yang tepat untuk mengatasi ranula
6. Komplikasi yang dapat terjadi pada ranula

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Ranula adalah istilah yang digunakan untuk menyebut mukokel yang letaknya di dasar mulut.
Kata ranula yang digunakan berasal dari bahasa latin RANA yang berarti katak, karena
pembengkakannya menyerupai bentuk tenggorokan bagian bawah dari katak. Merupakan
pembengkakan dasar mulut yang berhubungan dan melibatkan glandula sublingualis, dapat
juga melibatkan glandula salivari minor.

Ukuran ranula dapat membesar, dan apabila tidak segera diatasi akan memberikan
dampak yang buruk, karena pembengkakannya dapat mengganggu fungsi bicara, mengunyah,
menelan, dan bernafas.
2.2 Etiologi
Etiologinya tidak diketahui namun diduga ranula terjadi akibat trauma, obstruksi kelenjar
saliva, dan aneurisma duktus glandula saliva. Post traumatic ranula terjadi akibat trauma pada
glandula sublingual atau submandibula yang menyebabkan ekstravasasi mukus, sehingga
terbentuk pseudokista. Ranula juga dikatakan berkaitan dengan penyakit kelenjar saliva dan
anomali kongenital dimana duktus saliva tidak terbuka.
2.3 Diagnosa
Untuk menegakkan diagnosa ranula dilakukan prosedur-prosedur yang meliputi beberapa
tahap. Pertama melakukan anamnese dan mencatat riwayat pasien.Pada pasien anak
dilakukan aloanamnese yaitu anamnese yang diperoleh dari orang terdekat pasien. Pada
pasien dewasa dengan autoanamnese yaitu yang diperoleh dari pasien itu sendiri. Kedua
melakukan pemeriksaan terhadap pasien dan pemeriksaan pendukung.
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan fisik dengan tujuan melihat tandatanda yang terdapat pada pasien, yaitu pemeriksaan keadaan umum mencakup pengukuran
temperatur dan pengukuran tekanan darah, pemeriksaan ekstra oral mencakup pemeriksaan
kelenjar limfe, pemeriksaan keadaan abnormal dengan memperhatikan konsistensi, warna,
dan jenis keadaan abnormal, kemudian pemeriksaan intra oral yaitu secara visual melihat
pembengkakan pada rongga mulut yang dikeluhkan pasien dan melakukan palpasi pada
massa tersebut. Diperhatikan apakah ada perubahan warna pada saat dilakukan palpasi pada
massa. Ditanyakan kepada pasien apakah ada rasa sakit pada saat dilakukan palpasi.
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan pendukung meliputi pemeriksaan laboratorium
dan pemeriksaan radiografi.Pemeriksaan laboratorium sangat membantu dalam menegakkan
diagnosa. Pada kasus mukokel, cairan diambil secara aspirasi dan jaringan diambil secara
biopsi, kemudian dievaluasi secara mikroskopis untuk mengetahui kelainan-kelainan jaringan
yang terlibat. Kemudian dapat dilakukan pemeriksaan radiografi, meliputi pemeriksaan
secara MRI (Magnetic Resonance Imaging), CT Scan (Computed Tomography Scan),
ultrasonografi, sialografi, dan juga radiografi konfensional.

2.4 Diagnosa Banding


Sama halnya dengan mukokel, ada beberapa penyakit mulut yang memiliki kemiripan
gambaran klinis dengan ranula, diantaranya kista dermoid, sialolithiasis, thyroglossal duct
cyst, cystic hygroma, neoplastic thyroid disease, dan lain-lain.Untuk dapat membedakan
ranula dengan penyakit-penyakit tersebut maka dibutuhkan riwayat timbulnya massa atau
pembengkakan yang jelas, gambaran klinis yang jelas yang menggambarkan ciri khas ranula
yang tidak dimiliki oleh penyakit mulut lain, dan dibutuhkan hasil pemeriksaan fisik dan hasil
pemeriksaan pendukung lain yang akurat seperti pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan
radiografi.
2.5 Klasifikasi
Berdasarkan letaknya ranula dibedakan menjadi dua, yaitu ranula simpel dan ranula plunging.
Ranula simpel yang juga disebut dengan oral ranula merupakan ranula yang terbentuk karena
obstruksi duktus glandula saliva tanpa diikuti dengan rupturnya duktus tersebut. Letaknya
tidak melewati ruang submandibula, dengan kata lain tidak berpenetrasi ke otot milohioideus.
Sedangkan ranula plunging atau sering disebut ranula diving merupakan massa yang
terbentuk akibat rupturnya glandula saliva tanpa diikuti rupturnya ruang submandibula yang
kemudian menimbulkan plug pseudokista yang meluas hingga ke ruang submandibula atau
dengan kata lain berpenetrasi ke otot milohioideus.
Ranula juga dapat dibedakan atas fenomena ekstravasasi mukus dan kista retensi
mukus. Ekstravasasi mukus merupakan akibat dari trauma, sedangkan kista retensi mukus
terjadi akibat obstruksi duktus glandula saliva. Selain tipe ranula di atas, dikenal pula ranula
kongenital, yaitu ranula yang diakibatkan anomali kongenital, misalnya atresia duktus saliva
atau kegagalan pada proses pembentukan kanal/duktus ekskresi, tetapi kasus seperti ini
sangat jarang ditemui.
2.6 Gambaran Klinis, Radiografi, Histopatologi
Sama halnya dengan mukokel, gambaran klinis ranula merupakan massa lunak yang
berfluktusi dan berwarna translusen kebiruan, yang membedakannya dengan mukokel adalah
letaknya di dasar mulut atau bagian bawah lidah (Gambar 2.8). Apabila dipalpasi, massa ini
tidak akan berubah warna menjadi pucat. Jika massa ini terletak agak jauh ke dasar mulut,

maka massa ini tidak lagi berwarna kebiruan melainkan berwarna normal seperti mukosa
mulut yang sehat. Diameternya mulai dari 1 sampai dengan beberapa sentimeter.
Ranula tidak diikuti rasa sakit. Keluhan yang paling sering diungkapkan pasien adalah
mulutnya terasa penuh dan lidah terangkat ke atas. Apabila tidak segera diatasi akan terus
mengganggu fungsi bicara, mengunyah, menelan, dan bernafas. Ranula yang berukuran besar
akan menekan duktus glandula saliva dan menyebabkan aliran saliva menjadi terganggu.
Akibatnya muncul gejala obstruksi glandula saliva seperti sakit saat makan atau sakit pada
saat glandula saliva terangsang untuk mengeluarkan saliva dan akhirnya kelenjar saliva
membengkak.
Ranula plunging akan menimbulkan pembengkakan pada leher (Gambar 2.9). Dan
biasanya berdiameter 4-10 cm dan melibatkan ruang submandibula.4 Terdapat juga laporan
yang menunjukkan ruang submental, daerah kontralateral leher, nasofaring, retrofaring, dan juga
mediastinum.

Gambaran Klinis Ranula


Simpel

Gambaran Klinis Plunging


Ranula

Secara histopatologi, kebanyakan ranula tidak mempunyai lapisan epitel


dan dinding dari ranula terdiri dari jaringan ikat fibrous yang menyerupai
jaringan granulasi. Penemuan histopatologi menunjukkan ruang dalam
kista dan dindingnya didominasi oleh histiosit, dan juga dijumpai mucin
Gambaran histopatologi ranula
simpel yang menunjukkan histiosit
yang mendominasi pada ruang kista
dan pada serabut penghubung

Gambaran histopatologi

Gambaran radiografi
ranula (CT Scan),
ditunjukkan oleh
tanda panah

Gambaran radiografi ranula plunging


(MRI), dapat dilihat bahwa massa
menyebabkan
terjadinya

2.7 Patogenesis
Ranula

telah dikenal sejak berabad-abad yang lalu. Banyak teori yang diajukan untuk

mengetahui asalnya. Hippocrates dan Celcius mengatakan bahwa kista berasal dari proses
inflamasi yang sederhana. Pare mensugestikan berasal dari glandula pituitary yang menurun
dari otak ke lidah. Ada juga yang mensugestikan bahwa kista tersebut berasal dari degenerasi
myxomatous glandula saliva. Teori yang terakhir mengatakan bahwa kista terjadi karena
Obstruksi ductus saliva dengan pembentukan kista atau ekstravasasi (kebocoran) saliva pada
jaringan yang disebabkan karena trauma. Obstruksi ductus tersebut dapat disebabkan karena
calculus atau infeksi (Aswin Rahardja).
Terdapat dua konsep patogenesis ranula superfisial. Pertama pembentukan kista akibat
obstruksi duktus saliva dan kedua pembentukan pseudokista yang diakibatkan oleh injuri
duktus dan ekstravasasi mukus.15 Obstruksi duktus saliva dapat disebabkan oleh sialolith,

malformasi kongenital, stenosis, pembentukan parut pada periduktus akibat trauma, agenesis
duktus atau tumor. Ekstravasasi mukus pada glandula sublingual menjadi penyebab ranula
servikal. Kista ini berpenetrasi ke otot milohioideus. Sekresi mukus mengalir ke arah leher
melalui otot milohioideus dan menetap di dalam jaringan fasial sehingga terjadi
pembengkakan yang difus pada bagian lateral atau submental leher. Sekresi saliva yang
berlangsung lama pada glandula sublingual akan menyebabkan akumulasi mukus sehingga
terjadi pembesaran massa servikal secara konstan. Trauma dari tindakan bedah yang
dilakukan untuk mengeksisi ranula menimbulkan jaringan parut atau disebut juga jaringan
fibrosa pada permukaan superior ranula, sehingga apabila kambuh kembali ranula akan
tumbuh dan berpenetrasi ke otot milohioideus dan membentuk ranula servikal. Sekurangkurangnya 45% dari ranula servikal terjadi setelah eksisi ranula superfisial.
2.8 Perawatan
Perawatan ranula umumnya dilakukan untuk mengurangi dan menghilangkan gangguan
fungsi mulut yang dirasakan pasien akibat ukuran dan keberadaan massa. Perawatan yang
dilakukan

meliputi

penanggulangan

faktor

penyebab

dan

pembedahan

massa.

Penanggulangan faktor penyebab dimaksudkan untuk menghindarkan terjadinya rekurensi.


Biasanya ranula yang etiologinya trauma akibat kebiasaan buruk atau trauma lokal atau
mekanik yang terjadi terus menerus dapatmenyebabkan terjadinya rekurensi ranula. Karena
apabila kebiasaan buruk atau hal yang menyebabkan terjadinya trauma tidak segera
dihilangkan, maka ranula akandengan mudah muncul kembali walaupun sebelumnya sudah
dilakukan perawatan
2.9 Pembedahan
Pembedahan massa dibagi atas tiga jenis, yaitu :

Eksisi adalah salah satu cara tindakan bedah yaitu membuang jaringan (tumor)

dengan cara memotong


Marsupalisasi adalah tindakan membuat suatu jendela (surgical window) pada dinding
kista, mengevakuasi kista dan mempertahankan kontinuitas antara kista dengan

rongga mulut, sinus maksilaris atau rongga nasal.


Dissecting adalah tindakan atau proses membedah untuk melihat organ dalam sesuatu
agar dapat dipelajari struktur anatomisnya

Pemilihan teknik pembedahan tergantung kepada ukuran dari massa

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ranula adalah istilah yang digunakan untuk menyebut mukokel yang letaknya di dasar mulut.

Berdasarkan letaknya ranula dibedakan menjadi dua, yaitu ranula simpel dan ranula plunging.
Ranula simpel yang juga disebut dengan oral ranula merupakan ranula yang terbentuk karena
obstruksi duktus glandula saliva tanpa diikuti dengan rupturnya duktus tersebut. Letaknya
tidak melewati ruang submandibula, dengan kata lain tidak berpenetrasi ke otot milohioideus.
Sedangkan ranula plunging atau sering disebut ranula diving merupakan massa yang
terbentuk akibat rupturnya glandula saliva tanpa diikuti rupturnya ruang submandibula yang
kemudian menimbulkan plug pseudokista yang meluas hingga ke ruang submandibula atau
dengan kata lain berpenetrasi ke otot milohioideus. Etiologinya tidak diketahui namun diduga
ranula terjadi akibat trauma, obstruksi kelenjar saliva, dan aneurisma duktus glandula saliva. Untuk
menegakkan diagnosa ranula dilakukan prosedur-prosedur yang meliputi beberapa tahap seperti
anamsesa, pemeriksaan extra oral dan intra oral.

DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20503/3/Chapter%20II.pdf

http://dokumen.tips/documents/ranula-dan-sialolithiasis.html

Anda mungkin juga menyukai