Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KASUS PRAKLINIK 1

PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTERAL TERHADAP TN. P DENGAN


DIAGNOSA EFUSI PLEURA DI RUANGAN KENANGA 6 RUMAH SAKIT
SURYA INSASI

Disusun Oleh :

Devi Novita Sari : 2239048


Della Syamrotul Husna : 2239017
Novrienti Sahrina : 2239054
Cinta Aulia Azzahra : 2239059
Dhea Yolanda : 2239031
Eka Maya Sari : 2239012
Siti Nurhaliza : 2239004

Prodi S1 Kebidanan dan Profesi Bidan


Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Pasir Pengaraian
T.P 2024/2025
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa saya ucapkan kehadirat Allah Subhanahu


Wata’ala yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan ini guna untuk memenuhi tugas Pra Klinik 1 di Rumah Sakit
Surya Insani dengan kasus “ Pemberian Obat Secara Parenteral Terhadap Tn. P
Dengan Diagnose Efusi Pleura Diruangan Kenanga 6 Rumah Sakit Surya Insani “
Kami menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga laporan ini
dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena
itu, Kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Kami berharap semoga laporan ini dapat memberikan
manfaat.

Pasir Pengaraian, Rabu 14 Februari 2024

Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
E. Ruang Lingkup
F. Metode Penulisan

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Definisi Hemangioma
B. Klasifikasi Hemangioma
C. Diagnosa Hemangioma
D. Tindakan Keterampilan Dasar Kebidanan
a. Definisi Skin Test
b. Tujuan Skin Test
c. Faktor-Faktor
d. Macam-Macam Skin Test
e. Prosedur Tindakan Skin Test

BAB III LAPORAN KASUS

A. Identifikasi Data Dasar


B. Identifikasi Masalah/Diagnosa Aktual
C. Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial
D. Tindakan Segera/Kolaborasi
E. Rencana Tindakan
F. Implementasi
G. Evaluasi

BAB IV PEMBAHASAN

A. Identifikasi Data Dasar


B. Identifikasi Diagnosa/Masalah Aktual
C. Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial
D. Tindakan Segera/Kolaborasi
E. Rencana Tindakan
F. Tindakan Asuhan Kebidanan
G. Evaluasi Asuhan Kebidanan

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bernapas merupakan salah satu kebutuhan dasar mahluk hidup untuk


mempertahankan kelangsungan hidupnya. Dalam proses bernapas, sistem respirasi
manusia tidak terhindarkan oleh gangguan yang disebabkan oleh virus maupun bakteri.
Gangguan sistem pernapasan pada manusia dapat terjadi pada saluran jalan napas
(airway) ataupun pada paru-paru sebagai organ utama sistem pernapasan. Paru-paru
merupakan organ yang berperan penting dalam sistem pernapasan karena memiliki
fungsi sebagai tempat pertukaran oksigen dan karbondioksida serta merupakan organ
yang berhubungan langsung dengan sistem peredaran darah (sirkulasi) yang bekerja
sama dengan jantung untuk mendistribusikan darah ke seluruh tubuh (Lukaningsih,
2011).
Gangguan respirasi merupakan aspek vital dalam kesehatan manusia yang
memengaruhi kemampuan tubuh untuk melakukan pertukaran oksigen dan karbon
dioksida secara efisien. Ketika terganggu, proses ini dapat menyebabkan berbagai
masalah kesehatan serius. Dalam konteks ini, efusi pleura menjadi salah satu penyebab
umum gangguan respirasi, di mana cairan menumpuk di rongga pleura dan mengganggu
fungsi normal paru-paru.
Prevalensi efusi pleura di dunia diperkirakan sebanyak 320 kasus per 100.000
penduduk di negara-negara industri dengan penyebarannya tergantung dari etiologi
penyakit yang mendasarinya.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk mengambil
judul “Pemberian Obat Secara Parenteral Terhadap Tn. P Dengan Diagnose Efusi
Pleura Diruangan Kenanga 6 Rumah Sakit Surya Insani “ Melalui laporan kasus
ini, kita akan menjelajahi asuhan Pemberian Obat Secara Parenteral Terhadap Tn. P
Dengan Diagnose Efusi Pleura
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Dapat mengetahui defenisi efusi pleura
2. Dapat mengetahui bagaimana tindakan keterampilan dasar pemberian obat
secara parenteral
3. Dapat mengetahui Prosedur tindakan pemberian obat secara parenteral

1.3 TUJUAN MASALAH


1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan injeksi intravena atau tindakan
parenteral sesuai SOP
2. Untuk memperoleh pengalaman nyata dalam melakukan proses dan asuhan
kebidanan pada pasien di RS Surya Insani

1.4 MANFAAT

1. Dapat menambah ilmu pengetahuan dan memperdalam pengalaman penulis


khususnya dalam pelaksanaan pada pasien dengan diagnosa Efusi Pleura

2. Dapat digunakan sebagai masukan kepada perawat dan bidan mengenai tingkat
pengetahuan dalam memberikan asuhan yang tepat.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Defenisi Hemangioma

Hemangioma didefinisikan sebagai suatu neoplasma jinak pada endotel pembuluh


darah (vaskuler) yang paling sering terjadi pada masa bayi. Ditandai dengan fase
proliferasi yang berlangsung cepat diikuti dengan fase involusi spontan. Hemangioma
dapat dibagi kedalam dua kelompok yaitu hemangioma infantil dan kongenital.
Hemangioma infantil biasanya sudah terlihat sejak lahir, dan tumbuh cepat dalam
beberapa bulan kemudian, lalu berhenti tumuh setelah berusia satu tahun hingga
akhirnya terjadi involusi (Callahan and Yoon, 2014). Sedangkan hemangioma
kongenital tumbuh secara lengkap setelah lahir dan bisa terjadi involusi (Rapidly
Involuting Congenital Hemangioma) atau noninvolusi (Noninvoluting Congenital
Hemangioma) (Involuting and Hemangiomas, 2005).

Umumnya hemangioma mengenai kulit yang biasaya berwarna kemarahan,


berbatas tegas, datar, menyerupai beludru, terutama kepala dan leher, dan anggota gerak
dengan ukuran yang bervariasi mulai dari beberapa milimeter hingga sentimeter. Juga
dapat mengenai organ visceral seperti hati, limpa, usus, jantung bahkan otak sehingga
dapat mengancam jiwa penderita(Wassef et al., 2015). Sekitar 4 – 10 % hemangioma
terjadi pada ras Kaukasia dengan prevalensi 3 – 5 kali lebih tinggi pada bayi perempuan
dan jarang terjadi pada bayi dengan warna kulit yang gelap. Prevalensi juga meningkat
pada bayi yang lahir prematur, bayi dengan berat lahir dibawah 1200 gram, dan pada
kehamilan usia lanjut; hal ini dikarenakan kemungkinan hipoksia sebagai penyebab.
60% kasus hemangioma terjadi pada daerah craniofacial, 25% pada batang tubuh, dan
15% terjadi pada ekstremitas. Umumnya terjadi hanya pada satu lesi, namun
hemangioma multiple biasanya disertai dengan hemangioma di organ tubuh terurtama
hepar (Sinto, 2017).

2.2 Klasifikasi Hemangioma


Klasifikasi hemangioma berdasarkan kedalaman dari permukaan kulit terdiri dari
hemangioma superfisialis atau cutaneous dan hemangioma profunda. Hemangioma
superfisialis berwarna seperti strawberry pada saat matur. Sedangkan hemangioma
profunda tampak seperti daging tumbuh yang berwarna, dan bila lokasinya lebih ke
superfisial maka akan tampak seperti nodul kebiruan, terkadang disertai vena yang
dilatasi pada kulit sekitar. Selain itu terdapat hemangioma campuran atau compound
bila terdapat hemangioma superfisial yang berwarna merah dan disertai indurasi
dibawahnya.

Klasifikasi hemangioma oleh Mulliken (1988) menjadi 3 tipe berdasarkan


histologik, yaitu hemangioma kapiler, kavernosa dan campuran. Hemangioma Kapiler
(1-1.5% pada bayi) mempunyai 7 penampilan klinis menonjol bulat, kadang berlobus,
dan berwarna merah. Biasanya merupakan jenis Low Flow.
Terdapat 3 tahap utama dalam siklus hemangioma
 Fase Proliferasi (0-1 tahun), berlangsung selama 3-9 bulan. Ditandai dengan
peningkatan angiogenesis dengan molekul-molekul VEGF dan bFGF, dan
enzim-enzim yang bertugas dalam remodeling, seperti kolagen tipe IV,
interferon (IFN-1), urokinase, proteinase, dan Matrix Metalloproteinase
(MMPs) (Lubis, 2016). Pada fase ini, dapat ditemukan Marker angiogenesis
seperti Fibroblast growth factor dan Matrix Metalloproteinase (MMPs) bila
diperiksa melalui urin. Kadarnya akan meningkat selama fase proliferasi, dan
akan menurun pada saat hemangioma mulai mengalami regresi. Perkembangan
proliferasi yang agresif akan menimbulkan gangguan kosmetik dan fungsional
seperti ulserasi, obstruksi nasal dan gangguan jalan napas, hingga gangguan
penglihatan. Tanda awal regresi tampak dengan dijumpai warna lesi dari warna
merah terang berubah menjadi merah kusam dan mulai muncul warna keabuan
dari sentral dan menyebar ke perifer (Sinto, 2017).
 Fase Involusi (1-5) tahun. Pada fase ini proliferasi endotel mulai menurun
disertai dengan meningkatnya proses apoptosis. Pada tahap ini lesi akan tampak
mengecil dan jaringan akan tampak lebih halus. 70% dari kasus hemangioma,
akan tuntas di usia 7 tahun (Sinto, 2017). Penurunan aktifitas proliferasi sel-sel
endotel dipengaruhi oleh sel Mast, makrofag, dan 9 Tissue Inhibitor of
Metalloproteinase (TIMP-1) yang mensupresi pembentukan pembuluh darah.
Sel mast menghasilkan mediator-mediator yang berfungsi dalam menurunkan
aktivitas endotel vaskuler, sedangkan TIMP-1 mensupresi pembentukan
pembuluh darah yang baru (Lubis, 2016).
 Fase Akhir Involusi (>5 tahun). Ditandai dengan regresi yang sempurna dan
memberikan gambaran yang tersisa berupa pembuluh darah yang tampak samar
walaupun masih berukuran besar.(Sinto, 2017) Pada fase ini jumlah sel mast
akan turun sampai kembali normal dan menyisakan jaringan ikat longgar dan
berbentuk seperti pembuluh darah halus (Lubis, 2016).

Gambaran klinis hemangioma sangat bervariasi baik dalam bentuk, ukuran, dan
juga tingkatan. Bila hemangioma terjadi di lapisan superfisial dermis maka gambaran
klinis yang menonjol dengan warna merah tua yang sangat jelas. Bila melibatkan
jaringan dermis hingga subkutan dan otot maka tidak terlalu menonjol disertai warna
kebiru-biruan. Pada ektremitas sering tampak dalam gambaran macula dan
telangiektasis. Hemangioma yang terjadi pada daerah kepala dan alis, sering
menyebabkan kebotakan dikarenakan dapat merusak folikel rambut. Ciri khas dari
hemangioma adalah proliferasi yang cepat (Sinto, 2017).

2.3 Diagnosis Hemangioma


Diagnosis hemangioma dapat ditegakkan dengan melakukan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang berupa Ultrasonography (USG),
Magnetic Resonance Imaging (MRI). Anamnesis 10 dilakukan terkait waktu munculnya
lesi, apakah lesi cepat mengalami pembesaran selama satu tahun pertama, apakah lesi
mengalami fase involusi.
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mencari kelainan yang menyertai hasil
anamnesis seperti hemangioma intrahepatik dengan pembesaran hepar (hepatomegaly),
gagal jantung kongestif, anemia. Pencitraan seperti USG ataupun MRI digunakan untuk
mengkonfirmasi diagnosis klinis hemangioma, memperkirakan luas lesi, dan
menentukan kelayakan reseksi lesi dengan bedah. Namun untuk hemangioma yang
terletak lebih dalam dapat digunakan CT-scan atau MRI. Sedangkan USG dapat
digunakan untuk melihat apakah lesi berifat aliran tinggi atau rendah (Lubis, 2016).

2.4 Tindakan Keterampilan Dasar Kebidanan


2.4.1 Defenisi Skin Test
Skin test (tes kulit) adalah prosedur pemeriksaan pada kulit pasien yang dilakukan
untuk mengidentifikasi reaksi hipersensitivitas terhadap alergen tertentu dan faktor
pencetus pada penyakit yang berhubungan dengan alergi (Dr. Apri Haryono Hafid).

2.3.2 Tujuan
a. Pasien mendapatkan pengobatan sesuai program pengobatan dokter
b. Memperlancar proses pengobatan dan menghindari kesalahan dalam pemberian obat
c. Membantu menentukan diagnosa terhadap penyakit tertentu
d. Menghindari pasien dari efek alergi obat

2.3.3 Faktor-faktor
Indikasi Tindakan Skin Test (Injeksi Intracutan) antara lain :
 Pasien yang membutuhkan tes alergi
 Pasien yang akan melakukan vaksinasi
 Pasien yang membutuhkan tes tuberculin
KontraIndikasi Tindakan Skin Test (Injeksi Intracutan) antara lain :
 Pernah mengalami reaksi alergi berat (anafilaksis)
 Menderita asma yang tidak terkontrol
 Menderita eksim dan psoriasis yang menutupi sebagian besar area kulit di
tangan dan punggung.

2.3.4 Macam-Macam Skin Test

a. Skin Prick Test


Tes alergi kulit satu ini biasanya dilakukan untuk menguji alergi makanan, serbuk,
jamur, bulu hewan, hingga serangga (tungau debu). Pada orang dewasa, pemeriksaan
akan dilakukan pada lengan bawah. Sementara itu, uji tusuk kulit akan dilakukan di
punggung atas pada anak-anak. Normalnya, pengujian ini tidak menimbulkan rasa sakit
karena jarum yang disuntikkan tidak menembus struktur kulit bagian terluar.

b. Skin Injection Test


Uji alergi kulit yang satu ini menyuntikkan ekstrak alergen yang dicurigai ke area
bawah permukaan kulit. Tes ini dilakukan untuk melihat adanya kemungkinan alergi
terhadap racun lebah. penisilin, dan jenis obat-obatan tertentu.

c. Patch Skin Test


Tes alergi kulit yang dilakukan untuk mendeteksi dermatitis kontak alergi. Berbeda
dengan kedua tes sebelumnya yang melibatkan jarum suntik, tes tempel kulit
menggunakan koyo atau tempelan khusus yang ditempelkan ke punggung.

d.Skin Scrape Test


Teknik alternatif dan pelengkap untuk tes alergi kulit yang mampu mendeteksi
sensitisasi imun IgE, yaitu antibodi yang berperan dalam hal alergi. Biasanya, uji alergi
kulit ini akan dilakukan jika hasil tes tusuk kulit belum memberikan hasil yang pasti.
Tes ini dilakukan dengan menghilangkan sebagian kecil lapisan kulit terluar. Dengan
begitu, larutan alergen dapat masuk ke jaringan kulit yang lebih dalam daripada uji
tusuk.
2.3.5 Prosedur Tindakan Skin Test

1. persiapan petugas

a. Pastikan dan identifikasi kebutuhan pasien yang akan dilakukan

tindakan.

b. Cuci tangan sesuai prosedur (lihat SOP cuci tangan )

c. Gunakan alat pelindung diri( APD) sesuai kebutuhan

2. Persiapan pasien

a. Identifikasi pasien (lihat SOP identifikasi pasien)

b. Jaga privasi dan siapkan lingkungan aman dan nyaman

c. Jelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan

3. Persiapan alat

a. Bak instrument berisi hand scoon satu pasang

b. Com berisi kapas alcohol


c. Nierbekan

d. Spuit 1 cc

e. Obat Injeksi dalam Vial/ampul

f. Perlak

g. Wastapel untuk cuci tangan

h. Lap tangan / handuk kecil

i. Waskom berisi larutan klorin 0,5 %

j. Tempat sampah tajam

k. Buku instruksi obat

4. Pelaksanaan

a. Memberitahu pasien tindakan yang akan dilakukan

b. Memasang sampiran

c. Mengidentifikasi pasien dengan 6b ( Benar obat, dosis, pasien, cara


pemberian, waktu dan dokumentasi )

d. Pasang perlak dan pengalas

e. Mencuci tangan sesuai dengan prosedur (bersihkan dengan handuk)

f. Buka spuit dan masukkan ke dalam bak instrument

g. Patahkan ampul

h. Menentukan daerah yang ingin disuntik

i. Memakai hand scoon sebelah kanan

j. Masukkkan obat ke dalam spuit sesuai dengan kebutuhan

k. Memakai hand scoon sebelah kiri

i. Melakukan desinfeksi menggunakan kapas alcohol pada daerah yang akan


disuntik dan biarkan kering dahulu

m. Menegangkan kulit dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri,masukkan
jarum kedalan kulit dengan tangan kanan (jarum dan kulit membentuk
sudut 15 – 20 derajat celcius )
n. Memasukkan obat perlahan-lahan hingga timbul gelembung berwarna
putih

o. Menarik jarum keluar dan tidak boleh melakukan massage pada bekas
suntikan

p. Memberi tanda pada sekeliling suntikan dengan diameter kurang lebih 2


cm ( pada tes alergi )

q. Merapikan pasien dan memberekan alat, buang alat suntik dan bekas
tempat obat pada tempat sampah tajam

r. Merendam alat bekas pakai dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit dan
membuka sarung tangan

s. Mencuci tangan kembali

t. Dokumentasi

BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Pengkajian

MANAJEMEN ASUHAN PADA NY. S DENGAN DIAGNOSA HEMANGIOMA


DI RUANG CEMPAKA RSUD ROKAN HULU
TANGGAL 27 JANUARI 2023

Tanggal Masuk Rumah Sakit : 27 Januari pukul 17.00 wib


Tanggal Operasi : 28 januari, Pukul 14.00 wib
Tanggal Pengkajian : 27 sampai 28 Januari

Langkah I. Identifikasi Data Dasar


1. Data Subjektif
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 14 Tahun
Agama : Islam
Suku : Mandailing
Pendidikan : SMP
Alamat : Kaiti
2.Riwayat Keluhan
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri pada lengan kiri bagian atas benjolan berwarna merah
3.Riwayat Kesehatan
1. Tidak pernah menderita penyakit hipertensi, jantung, DM, hepatitis maupun
penyakit menular lainya.
2. Tidak pernah ada operasi sebelumnya.
3. Tidak ada riwayat ketergantungan obat-obatan dan Alkohol.
4. Tidak ada riwayat alergi
5. Tidak ada riwayat penyakit keluarga

4.Riwayat Pemenuhan Kebutuhan Dasar


1) Kebutuhan Nutrisi Kebiasaan :
a) Menu makan nasi dan lauk pauk
b) Frekuensi 3 x sehari
c) Nafsu makan baik
d) Kebutuhan minum 6-7 gelas/hari
2) Kebutuhan Eliminasi Kebiasaan :
a) Frekuensi BAK 3-4 x sehari
b) Warna kuning
c) Bau amoniak
d) Frekuensi BAB 1 x sehari
e) Konsisten padat
3) Kebutuhan Istirahat :
Klien dapat tidur apabila tidak nyeri baik sebelum operasi maupun sesudah
operasi
3. Riwayat Psikologi
a) Dapat beradaptasi dengan keadaan dan lingkungannya
b) Keluarga senantiasa berdoa agar klien cepat sembuh
c) Biaya persalinan ditanggung oleh keluarga
4. Riwayat Terapi/ Pengobatan pada Post Op
a) Ceftriaxol
b) Ketoprazol
c) Lasoprazol
d) Ketorolac

2.Data Objektif
A.Pemeriksaan Umum
1.Keadaan umum :
Baik
2.Kesadaran :
Composmentis

3.TTV
a) Tekanan darah : 106/65 mmHg
b) Suhu : 36,1°c
c) RR : 22 x/menit
d) Hr : 122 x/menit
B.Pemeriksaan Fisik
a.Wajah : Tidak terdapat luka
b.Hidung : Tidak ada luka
c.Mulut : Tidak ada luka
d.Leher : Tidak ada luka
e.Perut : Tidak ada luka
f.Tangan : Terdapat benjolan dilengan bagian atas berwarna merah dengan rasa
nyeri
g.Kaki : Tidak ada luka

Langkah II Identifikasi Masalah/ Diagnosa Aktual


1. Diagnosa
Hemangioma
a) Data subjektif
1) Ny. S dioperasi pada tanggal 28 Januari 2022
2) Ny. S mengatakan masih merasakan nyeri luka setelah operasi
3) Keluhan dirasakan sejak setelah operasi tanggal 28 Januari 2022 Pukul 14.00
wib.
b) Data objektif
1) Keadaan umum baik
2) Kesadaran komposmentis
2. Kecemasan
a) Data subjektif
Ny. S mengatakan merasa cemas dengan keadaan yang dialaminya.
b) Data objektif
Ekspresi Ny.S tampak murung dan meringis.

Langkah III. Identifikasi Diagnosa/ Masalah Potensial


a) Masalah Potensial
Antisipasi terjadinya infeksi luka operasi
b) Data Subjektif :
1) Tampak luka bekas operasi tertutup kain kasa
c) Data Objektif:
1) Tanda-tanda Vital :
a) Tekanan darah : 99/61 mmHg
b) Hr : 98 x/ menit
c) Pernafasan : 20 x/ menit
d) Suhu : 36,3 ˚C

Langkah IV. Tindakan Segera / Kolaborasi


Operasi Eksisi pada tanggal 28 Januari 2023 pukul 14. 00 wib.

Langkah V. Rencana Tindakan


a) Diagnosa :Post Op
b) Masalah aktual : Nyeri luka operasi
c) Tujuan :
Antisipasi :
a. Post operasi berlangsung normal
b. Nyeri luka bekas operasi berkurang atau teratasi
c. Kecemasan teratasi
d. Tidak terjadi infeksi luka bekas operasi
Intervensi tanggal 28 Januari 2022
1. ucapkan selamat kepada pasien karena operasinya berjalan lancar
2. Observasi Keadaan Umum
3. Observasi Tanda-tanda vital
4. Menganjurkan Ny.S mengkonsumsi makanan yang bergizi seperti sayur-
sayuran dan mengandung protein, karbohidrat, vitamin A, C, D
5. Menjelaskan penyebab nyeri
6. Observasi tanda-tanda infeksi pada luka bekas operasi
7. Anjurkan untuk istirahat yang cukup
8. Berikan konseling tentang personal hygiene dan ajarkan cara perawatan
luka
9. Observasi pemberian cairan infus
10. Anjurkan untuk mobilisasi secara bertahap dan teratur
11.Gunakan teknik aseptic dan antiseptic dalam melakukan tindakan
12. Merencanakan tindakan skin test ampul dengan obat ranitidine
Langkah VI. Implementasi
Tanggal 28 Januari 2022
1. Mengucapkan selamat kepada pasien karena operasinya berjalan lancar
Rasional : Untuk menciptakan jalinan yang baik antara pasien dengan
petugas kesehatan.
2. Mengobservasi keadaan Umum
Rasional : Untuk mengetahui keadan umum dan sebagai petunjuk untuk
melakukan pemantauan dan perawatan selanjutnya.
3. Mengobservasi tanda-tanda vital
a. Tekanan darah :106/65 mmHg
b. Nadi : 122x/menit
c. Pernapasan : 22x/menit
d. Suhu : 36,1˚ C
Rasional : Untuk mengetahui keadaan umum dan memudahkan
mengambil tindakan selanjutnya.
4. Menganjurkan Ny. S mengkonsumsi makanan yang bergizi seperti sayur-
sayuran dan mengandung protein, karbohidrat, vitamin A, C, D
Rasional : membantu dalam proses pemulihan.
5. Menjelaskan ulang penyebab nyeri
Rasional : Dengan memberi penjelasan mengenai penyebab nyeri, maka
pasie dapat mengerti dan beradaptasi dengan nyeri yang dirasakan
sehingga mau bekerja sama dalam proses perawatannya.

6. Observasi tanda-tanda infeksi pada luka bekas operasi


Rasional : Tanda-tanda infeksi perlu diketahui secara dini untuk
mencegah terjadinya komplikasi agar dapat mengetahui tindakan
selanjutnya.
7. Menganjurkan Ny. S untuk istirahat yang cukup
Rasional : Istirahat yang cukup memberikan kesempatan otot dan otak
untuk relaksasi setelah mengalami proses operasi sehingga pemulihan
tenaga serta stamina dapat berlangsung dengan baik.
8. Memberikan penjelasan tentang personal hygiene
Rasional : Untuk memberikan rasa nyaman dan untuk mencegah
terjadinya infeksi.
9. Mengobservasi pemberian cairan infus
Rasional : Pemberian cairan infus mengandung elektrolit yang
diperlukan oleh tubuh untuk mencegah terjadinya hipotermi, dehidrasi
dan komplikasi pada organ-organ lainya.
10. Menganjurkan Ny. S untuk mobilisasi secara bertahap dan teratur
Rasional : Mobilisasi dapat melatih otot-otot kaki dan tangan sehingga
terjadi peningkatan tonus otot, mempercepat proses penyembuhan,
mencegah trombosit dan tromboemboli.
11. Menggunakan teknik aseptic dan antiseptic dalam melakukan tindakan
Rasional : Untuk mencegah agar tidak terkontaminasi kuman pathogen,
baik dari ibu maupun petugas kesehatan.
12. .Penatalaksanaan skin test
a. Memberitahu pasien tindakan yang akan dilakukan

b. Memasang sampiran

c. Mengidentifikasi pasien dengan 6b ( Benar obat, dosis, pasien, cara


pemberian, waktu dan dokumentasi )

d. Pasang perlak dan pengalas

e. Mencuci tangan sesuai dengan prosedur (bersihkan dengan handuk)

f. Buka spuit dan masukkan ke dalam bak instrument

g. Patahkan ampul ( berisi obat ranitidine)

h. Menentukan daerah yang ingin disuntik


i. Memakai hand scoon sebelah kanan

j. Masukkkan obat ke dalam spuit sesuai dengan kebutuhan

k. Memakai hand scoon sebelah kiri

i. Melakukan desinfeksi menggunakan kapas alcohol pada daerah


yang akan disuntik dan biarkan kering dahulu

m. Menegangkan kulit dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan


kiri,masukkan jarum kedalan kulit dengan tangan kanan (jarum dan
kulit membentuk sudut 15 – 20 derajat celcius )

n. Memasukkan obat perlahan-lahan hingga timbul gelembung


berwarna putih

o. Menarik jarum keluar dan tidak boleh melakukan massage pada


bekas suntikan

p. Memberi tanda pada sekeliling suntikan dengan diameter kurang


lebih 2 cm ( pada tes alergi )

q. Merapikan pasien dan memberekan alat, buang alat suntik dan


bekas tempat obat pada tempat sampah tajam

r. Merendam alat bekas pakai dalam larutan klorin 0,5 % selama 10


menit dan membuka sarung tangan

s. Mencuci tangan kembali

t. Dokumentasi

Langkah VII. Evaluasi


Tanggal 29 Januari 2022
1. Post Op Eksisi berlangsung normal ditandai dengan : Keadaan umum Ny S baik
2. Sudah melakukan pemekrisaan tanda-tanda vital dan tanda-tanda vital Ny.S normal
3. Ny. S telah mengkonsumsi makanan yang bergizi seperti sayur-sayuran dan
mengandung protein, karbohidrat, vitamin A, C, D untuk kesehatan tubuhnya
4. Ny. S Sudah paham penyebab nyeri dan telah memahami keadaanya
5. Ny. S sudah istirahat dengan cukup dan keadaanya mulai membaik
6. Ny. S sudah mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan mau melakukan nya
Mengenai personal hygiene.
7. Cairan infus telah diberikan dan keadaan Ny. S lebih baik
8. Ny. S telah melakukan mobilisasi secara bertahap dan teratur dan sudah bisa
melakukan gerakan di tempat tidur dengan miring ke kiri dan ke kanan
9. Teknik aseptic dan antiseptic telah dilakukan dalam melakukan tindakan dan
hasilnya tidak ada infeksi
10. Sudah melakukan skin test dan Ny.S tidak ada alergi pada obat Ranitidine

PENDOKUMENTASIAN SKIN TEST PADA NY. S PRE OP DENGAN


DIAGNOSA HEMANGIOMA DI RUANG CEMPAKA RSUD ROKAN HULU
IDENTITAS PASIEN
a. Nama : Ny. S
b. Umur : 14 Tahun
c. Suku : Mandailing
d. Agama : Islam
e. Alamat : Kaiti
f. Pendidikan : SMP

(SOAP)
Tgl. 27 Januari 2023, Pukul 06.00 Wib

DATA SUBJEKTIF (S)


Pasien mengatakan nyeri pada lengan kiri

DATA OBJEKTIF (O)

Td : 106/65 Mmhg
Hr : 122 x/i
rr : 22 x/i
suhu :36,1 ˚C

A:DIAGNOSA : Hemangioma (nyeri akut)

P: Kaji skala nyeri dan kolaborasi dengan dokter

Tgl. 27 Januari 2023, pukul 18.00 Wib

DATA SUBJEKTIF (S)


a. Pasien mengatakan merasa nyeri pada luka post op

DATA OBJEKTIF (O)


Td : 106/65 mmHg
Hr : 122 x/i
Rr : 22 x/i
Suhu : 36,1°c

ASSESMENT (A)
Hemangioma ( nyeri akut)

PLANNING (P)
1. Kaji skala nyeri
2. Beri posisi yang nyaman
3. Ajari teknik relaksasi
4. Kolborasi dengan dokter

Tgl. 28 Januari 2023

DATA SUBJEKTIF (S)


Pasien Mengatakan nyeri pada luka post op

DATA OBJEKTIF (O)


TD : 99/61 mmHg
HR : 98 x/i
RR : 20 x/i
SUHU : 36,3°c

ASSESMENT
Hemangioma ( Nyeri akut )

PLANNING
1. Kolaborasi dengan dokter
2. Therapy obat

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Tindakan Skin Test dilakukan agar Pasien mendapatkan pengobatan sesuai
program pengobatan dokter, Memperlancar proses pengobatan dan menghindari
kesalahan dalam pemberian obat, Membantu menentukan diagnose terhadap penyakit
tertentu, Menghindari pasien dari efek alergi obat.

4.2 Saran
Diharapkan dari makalah ini dapat sebagai acuan pembelajaran dan referensi
untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, serta dapat dikembangkan lagi dalam rangka
pemberian asuhan kebidanan.

DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, Y. (2019). PETUNJUK PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL , 1-181.

Haryono,Rudi. (2022). Buku Modul Standar Operasional Prosedur (SOP) Keterampilan


Keperawatan : Lembaga Omega Medika

Meihartati, Tuti. (2021). Panduan Praktikum Asuhan Kebidanan dan Keterampilan


Dasar Kebidanann : Media Nusa Creative

Safin,Sinar.(2022). Hemangioma: nntpec


Stevens, M. (2021). Ilmu Keperawatan: Egc
Ernawati.(2022) Teori dan Praktik Keterampilan Dasar kebidanan: Rena Cipta mandiri
Mardyana, Nova (2022) Farmakologi Kebidanan : Rema Cipta Mandiri , 1-75

Anda mungkin juga menyukai