DISUSUN OLEH:
PUTU CANDRAWATI
20390031
Disusun Oleh
Nama : PUTU CANDRAWATI
NPM : 20390031
Disetujui
Pembimbing Lapangan
Tanggal
Di (Erina Mulyaningsih, S.ST., M.Kes)
Pembimbing Institusi
Tanggal
Di (Rosmiyati, S.SiT., M.Kes)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas semua Rahmat dan
Penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, karena itu pada
2. Ibu Dainty Maternity, S.ST M. Keb., selaku Ketua Program Study Profesi
Bidan.
Penulis
Putu Candrawati
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... i
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI ......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Tujuan ................................................................................................. 2
C. Manfaat ............................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Teori ................................................................................... 3
B. Teori Manajemen Kebidanan ........................................................... 22
BAB III TINJAUAN KASUS ....................................................................... 33
BAB IV PEMBAHASAN .............................................................................. 46
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 50
B. Saran ................................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 menunjukkan Angka
Kematian Balita (AKABA) sebesar 26,29 per 1.000 kelahiran hidup, dan
sudah memenuhi target Millennium Development Goals (MDGs) 2015
sebesar 32 per 1.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2015). Angka Kematian
Balita (AKABA) di Provinsi Lampung tahun 2014 sebesar 11,54 per 1.000
kelahiran hidup, menurun dibandingkan dengan tahun 2013 sebesar 11,80 per
1.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Balita (AKABA) di Provinsi Jawa
Tengah juga sudah melampaui target MDG’s tahun 2015 yaitu 23 per 1000
kelahiran hidup (Dinkes Way Kanan, 2015).
Angka Kematian Balita (AKABA) pada tahun 2014 sebesar 1,5 per 1000
kelahiran hidup, turun dibandingkan tahun 2013 sebesar 1,6 per 1000
kelahiran hidup. Namun masih ada lebih dari 19 anak meninggal setiap
tahunnya di Kabupaten Karanganyar. Penyebabnya adalah anak-anak dari
keluarga miskin yanng terkena penyakit yang mudah di cegah dan di obati
seperti pneumonia, diare dan demam atau febris (Dinkes Kabupaten Way
Kanan, 2015).
Rongga mulut merupakan tempat paling rawan di tubuh karena selain
rentan terhadap trauma fisik, kimiawi, dan mekanis, rongga mulut merupakan
pintu masuk berbagai agen berbahaya, seperti produk mikroorganisme dan
agen karsinogenik. Hal ini mengakibatkan sering terjadi infeksi pada rongga
mulut. Infeksi pada rongga mulut dapat diakibatkan oleh bakteri, jamur
maupun virus. Infeksi yang disebabkan oleh virus memiliki angka morbiditas
dan mortalitas yang tinggi dengan manifestasi gejala baik di orofaringeal atau
di sistemik.
Salah satu virus yang dapat menyebabkan infeksi pada rongga mulut
adalah Herpes simpleks virus-1 (HSV-1). Virus ini termasuk kedalam
herpesviridae famili yang merupakan famili virus yang besar, yang menjadi
4
patogen utama pada berbagai macam inang. HSV-1 dapat menyebabkan
berbagai macam penyakit orofacial.
Menurut World Health Organization (WHO)7 infeksi HSV-1 sebagian
besar bersifat asimptomatis (tanpa gejala) namun dapat juga bersifat
simptomatis yang gejalanya bersifat sangat umum seperti demam dan malaise
dengan menimbulkan luka di bibir atau biasa disebut masyarakat awam
sebagai sariawan. Hal ini mengakibatkan baik anak maupun orangtuanya
tidak menyadari bahwa mereka sedang terinfeksi HSV-1.
Menurut WHO, infeksi virus ini dapat dengan mudah menyebar dan
menular. Virus ini ditularkan dari orang ke orang ketika individu yang rentan
memiliki kontak fisik langsung dengan orang yang terinfeksi. HSV-1
terutama ditularkan melalui kontak oral ke oral, melalui kontak dengan virus
HSV-1 pada lesi, air liur, dan permukaan mukosa mulut. HSV jenis ini dapat
ditularkan melalui ciuman mulut atau bertukar alat makan. Proses penetrasi
virus terhadap sel inangnya juga sangat mudah, pada infeksi primer, HSV-1
memasuki tubuh melalui membran mukosa atau kulit yang terbuka kemudian
membuat infeksi lokal pada sel epitel. Virus kemudian menyebar dari tempat
infeksi primer menuju ke inti sel dari saraf sensori yang menginervasi lokasi
dari infeksi lokal tersebut.
Infeksi HSV-1 memiliki pola terapi yang beragam. Terapi bagi penderita
infeksi HSV-1 meliputi terapi kausatif yaitu dengan pemberian antivirus
disertai analgesik, antipiretik, dan antibiotik. Antivirus digunakan untuk
mencegah sintensis DNA virus dan mencegah adanya rekurensi. Analgesik
dan antipiretik digunkan untuk mengurangi dan menurunkan gejala klinis
yang ditimbulkan, serta antibiotik digunakan untuk pasien dengan lesi yang
penyebarannya sudah sangat luas. Pemberian terapi kausatif juga ditunjang
dengan pemberian terapi suportif. Pemberian terapi suportif yaitu meliputi
multivitamin, obat kumur, serta makanan cair tinggi kalori dan protein.
Demam dalam istilah medis dikenal sebagai febris, berarti suhu tubuh di
atas normal biasa, dapat disebabkan oleh kelainan dalam otak sendiri atau
oleh zat toksin yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit
bakteri, tumor otak atau dehidrasi (Guyton, 1990).
5
Febris merupakan suatu gejala yang menyertai penyakit lain. biasanya
merupakan adanya tanda infeksi pada tubuh anak, dan dapat memicu
timbulnya kejang. Tingginya suhu pemicu kejang bervariasi pada setiap anak,
kejang dapat terjadi pada suhu yang terlalu tinggi, antara 38ºC - 40ºC
tergantung kondisi masing-masing anak (Ardinasari, 2016).
Kejang dapat menyebabkan gangguan lain seperti resiko persisten
bakterimia, resiko meningitis, dan risiko ke arah keseriusan penyakit lainnya
(Suriadi dan Yuliani, 2006). Studi pendahuluan yang dilakukan penulis
Puskesmas Pakuan Ratu di dapatkan data dari 16 April sampai 21 April 2021
jumlah balita sakit yang berkunjung sebanyak 282 balita, di antaranya adalah
balita sakit febris sebanyak 53 (18,8%), ISPA sebanyak 124 (44%), diare
sebanyak 83 (29,4%), pneumonis 22 (7,8%) dimana setiap bulan terjadi kasus
balita dengan febris. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk
melakukan studi kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada An. R umur 5
Bulan 8 Hari Dengan Herpes Simplex Disertai Febris “
Berdasarkan hasil data yang diperoleh penulis di Puskesmas Pakuan Ratu
selama tanggal 16 April 2021 sampai 21 April 2021 terdapat 1 anak terkena
herpes simplex disertai febris. Penatalaksanaan dengan cara pemberian
asiklovir dan madu dapat meningkatkan kandungan inplantasi, dapat
mengurangi nyeri, dan pemulihan pada pasien herpes simplex pada anak-
anak.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memberikan asuhan kebidanan Tumbuh Kembang pada An. R
Umur 5 Bulan 8 Hari dengan Herpes Simplex disertai Febris di Puskesmas
Pakuan Ratu
2. Tujuan Khusus
a. Penulis Mampu
1) Melakukan pengkajian data subjektif yang berkaitan dengan
asuhan kebidanan Tumbuh Kembang pada Anak umur 5 bulan 8
Hari dengan herpes simplex disertai febris.
6
2) Melakukan pengkajian data objektif, yang berkaitan dengan asuhan
kebidanan pada anak dengan herpes simplex disertai febris.
3) Melakukan analisa data yang berkaitan dengan asuhan kebidanan
Tumbuh Kembang pada anak umur 5 bulan 8 hari dengan herpes
simplex disertai febris.
4) Melakukan penatalaksanaan yang berkaitan dengan asuhan
kebidanan pada tumbuh kembang anak.
b. Penulis mampu menemukan kesenjangan antara teori dan praktik pada
anak umur 5 bulan 8 hari dengan herpes simplex disertai febris.
C. Manfaat
1. Bagi Penulis
Dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman
nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan tumbuh kembang pada
anak umur 5 bulan 8 hari dengan herpes simplex disertai febris.
2. Bagi Pasien dan Keluarga Pasien
Menambah pengetahuan dan informasi terkait dengan anak umur 5
bulan 8 hari dengan herpes simplex disertai febris sehingga nantinya
dapat menurunkan angka kesakitan maupun kematian pada bayi, balita,
dan anak-anak.
3. Bagi Puskesmas Pakuan Ratu
Dapat digunakan sebagai masukan bagi fasilitas pelayanan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan tumbuh kembang pada bayi,
balita, dan anak-anak dengan herpes simplex disertai febris.
7
BAB II
TINJAUAN TEORI
I. TINJAUAN TEORI
sering terjadi infeksi pada rongga mulut. Infeksi pada rongga mulut
Salah satu virus yang dapat menyebabkan infeksi pada rongga mulut
8
baik anak maupun orangtuanya tidak menyadari bahwa mereka sedang
terinfeksi HSV-1.
dan menular. Virus ini ditularkan dari orang ke orang ketika individu
melalui kontak dengan virus HSV-1 pada lesi, air liur, dan permukaan
mukosa mulut. HSV jenis ini dapat ditularkan melalui ciuman mulut
atau bertukar alat makan. Proses penetrasi virus terhadap sel inangnya
infeksi lokal pada sel epitel. Virus kemudian menyebar dari tempat
infeksi primer menuju ke inti sel dari saraf sensori yang menginervasi
multivitamin, obat kumur, serta makanan cair tinggi kalori dan protein.
9
Herpes yang menyerang bayi biasanya disebabkan oleh virus
berusia 1-5 tahun, tapi juga bisa menyerang bayi saat masih berada
sang ibu. Bayi yang belum memiliki system kekebalan tubuh sempurna
sedang lemah. Misalnya saja saat bayi kelelahan, terluka pada kulit,
dehidrasi, flu, atau terpapar sinar matahari atau dingi secara terus
-menerus.
peradangan pada gusi dan bibir yang disebabkan oleh virus herpes
Infeksi pada anak sering terjadi, dan sering kali tidak diperhatikan.
Namun, sekitar satu dari empat anak akan mengalami sariawan setelah
dan mudah tersinggung, kemudian satu atau dua hari timbul lepuh di
air liur dan penolakan untuk makan atau minum. Anak anda mungkin
a. Demam
10
c. bibir dan mulut kering
f. mata cekung
lepuh sehingga anak anda lebih mungkin ingin minum. Bila bayi sudah
berikut:
merahnya.
f. Terus berikan ASI dan cairan lainnya dengan jumlah lebih banyak
11
Jika tidak diberi penanganan yang tepat dan sedini
tubuh lain, seperti mata, paru, ginjal, hati, dan otak bayi. Jika
radang otak, dan juga berisiko tinggi mengancam nyawa bayi. Oleh
disebabkan oleh kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksin yang
38°C atau lebih ada juga yang mengambil batasan lebih dari 37,8ºC.
Sedangkan bila suhu tubuh lebih dari 40ºC disebut demam tinggi
37,8oC yang disebabkan oleh zat asing yang bersifat toksik yang
dua. Pertama, febris sebagai akibat dari suatu infeksi oleh kuman,
12
virus, parasit, atau mikroorganisme lain. Kedua, febris yang di
sebabkan oleh faktor non infeksi antara lain faktor alergi, dehidrasi
pada anak. Febris hanya bisa disebabkan oleh alergi terhadap benda-
benda tertentu seperti serbuk sari dari pohon, ilalang, rumput, bulu
13
g. Mengantuk, delirium, atau kejang akibat iritasi sel saraf.
b. Berkeringat.
c. Mengigil ringan.
3. Jenis Febris
secara abnormal. Tipe demam yang mungkin kita jumpai, antara lain:
1. Demam Septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi pada malam harridan
turun kembali ketingkat normal pada pagi hari. Sering disertai menggigil
dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ke tingkat yang
2. Demam Remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari, tidak pernah mencapai suhu badan
14
mencapai dua derajat dan tidak sebesar suhu yang disebabkan oleh demam
3. Demam Intermiten
Suhu badan turun ke tingkat yang normal selama beberapa jam dalam
beberapa hari, bila demam ini terjadi dalam dua hari sekali disebut
tersiana, dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan
4. Demam kontinyu
Variasi suhu setiap hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat
5. Demam Siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang disertai oleh
beberapa periode demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh
4. Penatalaksanaan Febris
1. Secara Fisik
15
e. Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak-banyaknya,
minuman yang diberikan dapat berupa air putih, susu (anak diare
Suhu, air buah, atau air teh. Tujuannya adalah agar cairan tubuh yang
2. Obat-obatan antipiretik
16
bentuk asuham yang diberikan berkesinambungan dan menggunakan proses
yang terus menerus.
I. Biodata
A. Identitas Pasien (Bayi)
1) Nama Pasien
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan bayi sehari-hari
agar tidak keliru dalam memberikan pelayanan.
2) Tanggal Lahir/Jam
Ditanyakan untuk mengetahui umur bayi
3) Jenis Kelamin
Agar tidak ada kesalahan dalam data bayi
4) Nama Ayah/Ibu
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan ayah/ibu
sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan pelayanan.
5) Umur Ayah/Ibu
Dicatat dalam untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang
umur, mental dan psikisnya belum siap.
6) Agama Ayah/Ibu
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing
atau mengarahkan pasien dalam berdoa
7) Suku/Bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari- hari.
8) Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui
sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat
memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya.
9) Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial
ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien
tersebut.
17
10) Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan.
II. Data Subyektif
1. Alasan Datang/Kunjungan
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang ke
fasilitas pelayanan kesehatan. Pada kasus anak sakit informasi yang
didapat dari pasien adalah sudah berapa lama anak sakit, apa yang
dirasakan oleh anak, obat apakah yang sudah diberikan oleh orang tua
sebelum dibawa ke pelayanan Kesehatan.
2. Riwayat penyakit sekarang
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
penyakit yang diderita pada saat ini.
3. Respon keluarga
Keluarga khawatir dengan Kesehatan bayi
4. Riwayat Kesehatan yang lalu
a. Riwayat prental dan perinatal
Masa kehamilan…….dalam minggu
Lahir tanggal………jam……..
Jenis persalinan, spontan/Tindakan………atas
indikasi………..jika Tindakan
Penolong……….dimana tempata persalinan…………
Lama persalinanan
Kala I
Kala II
b. Riwayat pemberian nutrisi :
c. Komplikasi
Ibu : apa hipertensi/hipotensi dll
Janin : apa premature/asfiksia dll
Keadaan bayi baru lahir
Berat-badan
Panjang lahir
18
Nilai APGAR : menit 1/menit 5/menit 10
5. Status Kesehatan terakhir
a. Riwayat alergi
Jenis makanan
Debu
Obat
b. Imunisasi dasar
BCG
Hepatitis B
Polio
DPT
Campak
Apakah pernah imunisasi ulang dan jenis imunisasi ulang…..
c. Uji skrening pertumbuhan dan perkembangan, misal SDIDTK
d. Riwayat penyakit yang lalu
19
sedangkan kurang dari normal disebut bradipnea.
(Purwaningsih, 2010).
Suhu
Dalam keadaan normal suhu badan berkisar 36,5ºC- 37,2 0C.
Temperatur rectal 0,5-10ºC lebih tinggi dibanding dengan
mulut dan suhu mulut lebih tinggi 0,5ºC dari suhu axilla.
Keadaan dimana suhu badan lebih 37,20C disebut demam atau
febris, sedangkan hipotermia jika suhu badan mencapai 350C
d. Status gizi
Tinggi badan….cm
Dilakukan saat pertama kali ibu melakukan pemeriksaan.
Mengetahui tinggi badan sangat penting karena untuk
mengetahui ukuran Panjang badan bayi (Astuti, 2012).
Lingkar kepala…cm
Dilakukan untuk mengetahui apakah bayi mengalami kelaiinan
atau tidak.
Berat badan….kg
Kenaikan berat badan atau penurunan berat badan merupakan
tanda bahaya jika kenaikan atau penurunan berat badan terlalu
banyak tidak sesuai dengan usia bayi
LILA….cm
Dikaji untuk mendapatkan gambaran status gizi pasien (Astuti,
2012).
e. Kulit
Untuk mengetahui apakah ada kelainan pada kulit bayi
f. Kuku
Untuk mengetahui kelengkapan jari dan apakah ada kelainan atau
tidak
g. Kelenjar getah bening/limfe (palpasi leher atau ingunual)
2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Rambut
20
Untuk mengetahui warna, kebersihan, mudah rontok atau tidak
(Ari Sulistyawati dan Nugraheny, 2010)
Ubun-ubun
Untuk mengetahui adanya odema atau tidak
Wajah
Meliputi pemeriksaan oedema dan cloasma gravidarum (Astuti,
2012).
Mata
Untuk mengetahui warna conjungtiva dan sklera, kebersihan
mata, ada kelainan atau tidak dan adakah gangguan penglihatan
(rabun jauh/dekat) (Sulistyawati, 2009).
Telinga
Untuk mengetahui canalis bersih atau tidak, radang, cairan
yang keluar, adakah benda asing (Kusmiyati, 2012).
Hidung
Untuk mengetahui kebersihan hidung klien, ada benjolan atau
tidak, apakah klien alergi terhadap debu atau tidak
(Sulistyawati, 2009).
Mulut
Untuk mengetahui keadaan bibir, lidah dan gigi klien.
Mengkaji warna bibir, integritas jaringan (lembab, kering atau
pecah-pecah). Mengkaji lidah klien tentang warna dan
kebersihannya serta gigi klien tentang kebersihan gigi, caries
atau tidak serta gangguan pada mulut (bau mulut).
Faring dan laring
b. Leher
Untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar limfe dan
parotitis (Sulistyawati, 2009).
c. Dada
Bentuk dan besar
Gerakan
Payudara
21
Paru
Jantung
d. Abdomen
Ukuran dan bentuk
Gerakan
Dinding perut
Auskultasi
Perkusi : Bunyi timpani, obstruksi dan redup
Palpasi : Hepar, limfa, dan ginjal
e. Anus/rectum
f. Genetalia
Laki-laki : ukuran, bentuk dll
Perempuan : epispadia, tanda seks sekunder
g. Tulang belakang : bentuk
h. Ekstermitas : untuk mengetahui tanga nada odema atau
tidak
Neorologis : (kejang, tanda meningeal dll)
3. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium : darah, urine
X ray
IV. Analisa
Berdasarkan data yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan meliputi
diagnosis/masalah kebidanan, antisipasi/masalah potensial serta perlunya
tindakan segera untuk mengantisipasi diagnosis/masalah potensial
Muslihatun (2009).
V. Penatalaksanaan
Rencana untuk memberikan intervensi kepada bayi, anak balita dan
prasekolah sesuai dengan kebutuhan.
22
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN TUMBUH KEMBANG PADA An. R UMUR 5
BULAN 8 HARI DENGAN HERPES SIMPLEX DISERTAI FEBRIS
DI
PUSKESMAS PAKUAN RATU
I. Biodata
Nama Pasien : An. R
Tanggal Lahir/Jam : 12-12-2020
Jenis Kelamin : Laki-laki
Nama Ayah : Tn. Hb
Nama Ibu : Ny. Sw
Umur : 29 Tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat/No. telepon : 0821 7XXX XXXX
II. Data Subyektif
nya kepuskesmas dengan keluhan badan bayi panas dan ada luka melepuh
23
2. Riwayat penyakit sekarang : suhu tubuh panas, dan ada
luka melepuh bintik-bintik merah pada bagian muka, perut, dan paha.
Mulyaningsih
Lama persalinan
Kala II : 35 menit
Kala IV : 2 jam
- BAB : 1x sehari
- mandi : 2x sehari
c. Komplikasi
24
Ibu : ibu mengatakan tidak ada penyakit yang
HIV.
Janin
Panjang lahir : 50 cm
a. Riwayat alergi
b. Imunisasi dasar
Campak : belum
25
Apakah pernah imunisasi ulang dan jenis imunisasi ulang :
belum
ya
ya
Gerak halus ya
Gerak halus Ya
ya
ya
ya
26
Ya
KMS) : ibu mengatakan bahwa berat badan anak selalu naik pada
1. Pemeriksaan umum
b. Kesadaran : composmentis
c. Tanda vital
Tekanan darah :-
27
Nadi : 100 x/menit
Pernafasan : 32 x/menit
Suhu : 38o C
d. Status gizi
Tinggi badan : 57 cm
Lingkar kepala : 39 cm
LILA : 12 cm
terlampir.
2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
bintik merah
28
Mulut : simetris, tidaka ada kelainan
c. Dada
Gerakan : normal
d. Abdomen
Auskultasi : normal
Perkusi : normal
abnormal.
f. Genetalia
29
sudah turun ke skrotum
Perempuan :-
h. Ekstermitas
i. Pemeriksaan penunjang
III. Analisa
-Nadi : 100x/menit
-RR : 32x/menit
-Suhu : 38,0o c
Status gizi
Tinggi badan : 57 cm
30
Lingkar kepala : 39 cm
LILA : 12 cm
IV. Penatalaksanaan
oleh virus. Herpes yang menyerang bayi biasanya herpes simplex tipe 1
(HSV-1). Virus ini biasanya menyerang anak dibawah usia 10 tahun, tetapi
juga dapat menyerang bayi, atau saat janin masih berada dikandungan ibu.
31
3. Puji keluarga atas keberhasilan keluarga dalam menstimulasi anaknya, ibu
Evaluasi : ibu sudah mengetahui hasil KPSP dan ibu senang anaknya
kelenjar getah bening, mengalami ruam, sering meneteskan air liur, tidak
5. Menjelaskan kepada ibu tentang keadaan yang dialami bayi seperti badan
panas, ada luka melepuh bintik-bintik merah pada muka, perut dan paha.
Adalah salah satu gejala dan ciri-ciri herpes simplex pada bayi.
virus ini. Misalnya saja saat bayi kelelahan, terluka pada kulit, dehidrasi,
32
dokter yaitu selama empat hari dengan dosis tiga kali dalam sehari terbagi
setiap 8 jam dan madu 1 sendok the sehari tiga kali juga.
oral, dimulai selama tiga hari pertama munculnya herpes, berlanjut selama
tujuh hari terbukti signifikan, dapat mengurangi nyeri, dan pemulihan pada
pasien.
Kesehatan, ibu akan memberikan bayi nya asiklovir dan madu secara oral.
7. Memberikan dukungan kepada ibu pasien tentang kondisi bayi nya saat
Hasil : Ibu pasien merasa tenang dan bersedia mengikuti anjuran yang
berbahaya.
Hasil : Ibu pasien mengerti dan akan datang ke fasilitas Kesehatan bila
33
9. Asuhan yang dilakukan : Mendiskusikan kunjungan ulang 1 minggu lagi
SOAP.
terapi.
Peneliti,
Putu Candrawati,
Mengetahui,
34
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Reflexi Jurnal.
Pada tanggal 20 Aprili 2021 An. R, umur 5 bulan diantar oleh ibunya
dengan keluhan sebagai berikut : badan bayi panas, ada luka melepuh
Keadaan umum bayi baik, hasil pemeriksaan yang telah dilakukan pada
pada pasien.
Dalam kasus An. R saya sebagai seorang Bidan hal yang dirasakan
adalah menunjukkan rasa empati dan simpati terhadap pasien. Hal ini
35
didasarkan pada keluhan pasien sewaktu kunjungan ke Puskesmas
Pakuan Ratu yaitu badan panas, luka melepuh bintik-bintik merah pada
dimulai selama tiga hari pertama munculnya herpes, berlanjut selama tujuh
pasien.
clinical trial”
36
Hasil penelitian terbukti pemberian suspensi asiklovir dan madu
Dengan dilakukannya pemberian asiklovir dan madu secara oral pada An.
anak-anak.
badan bayi panas, terdapat luka melepuh bintik-bintik merah pada wajah,
perut, dan paha. Maka dapat dilakukan dengan pemberian asiklovir dan
madu secara oral pada bayi adalah alternatif yang baik dan cukup efektif
37
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan apa yang telah penulis dapatkan dalam studi kasus dan
terdapat luka melepuh bintik-bintik merah pada wajah, perut dan paha.
terdapat luka melepuh bintik-bintik merah pada wajah, perut dan paha.
Perlu diberi penanganan yang tepat dan sedini mungkin, virus herpes
dapat dengan mudah menyebar ke organ tubuh lain, seperti mata, paru,
ginjal, hati, dan otak bayi. Jika infeksi herpes sudah menyerang
3. Pemberian asiklovir dan madu adalah alternatif yang baik dan cukup
38
B. SARAN
pelayanan kesehatan setempat, agar bisa ditangani secara tepat dan cepat
diberikan dalam asuhan kebidanan yang harus berpegang pada teori yang
dalam menurunkan angka mordibitas dan mortalitas bayi, balita, dan anak-
anak.
39
DAFTAR PUSTAKA
Ardinasari E, 2016. Buku Pintar Mencegah & Mengobati Penyakit Bayi & Anak.
Jakarta : Penerbit Bestari
Arikunto, 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT
Rineka Cipta
Hidayat, 2007. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Anallisis Data. Jakarta :
Salemba Medika
Kemenkes RI. 2015. Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.