Anda di halaman 1dari 41

ASUHAN KEBIDANAN

TUMBUH KEMBANG PADA An. R UMUR 5 BULAN 8 HARI


DENGAN HERPES SIMPLEX DISERTAI FEBRIS
DI
PUSKESMAS PAKUAN RATU

Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan


Praktik Klinik Kebidanan Stase Bayi, Balita dan Prasekolah
Program Studi Profesi Bidan

DISUSUN OLEH:
PUTU CANDRAWATI
20390031

FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM PROFESI BIDAN


UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
2020
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN STUDI KASUS


ASUHAN KEBIDANAN TUMBUH KEMBANG PADA An. R UMUR 5
BULAN 8 HARI DENGAN HERPES SIMPLEX DISERTAI FEBRIS
DI
PUSKESMAS PAKUAN RATU

Disusun Oleh
Nama : PUTU CANDRAWATI
NPM : 20390031

Laporan Studi Kasus Asuhan Kebidanan


Tumbuh Kembang Pada An. R Umur 5 Bulan 8 Hari Dengan Herpes Simplex
Disertai Febris
Di
Puskesmas Pakuan Ratu
Telah memenuhi persyaratan dan disetujui
Hari, tanggal:

Disetujui

Pembimbing Lapangan
Tanggal
Di (Erina Mulyaningsih, S.ST., M.Kes)

Pembimbing Institusi
Tanggal
Di (Rosmiyati, S.SiT., M.Kes)

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas semua Rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi kasus Praktek Klinik

Kebidanan stase persalinan.

Penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, karena itu pada

kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak DR.dr. Achmad Farich, M. Kes., selaku Rektor Universitas

Malahayati Bandar Lampung.

2. Ibu Dainty Maternity, S.ST M. Keb., selaku Ketua Program Study Profesi

Bidan.

3. Ibu Rosmiyati, S.SiT.,M.Kes., sebagai Pembimbing Institusi Pendidikan


Bidan Profesi universitas Malahayati Bandar Lampung.
4. Erina Mulyaningsih, SST., M.Kes., sebagai pembimbing lapangan di
Puskesmas Pakuan Ratu dan Rekan-rekan mahasiswa yang telah bekerja
sama dan saling mendukung selama penyusunan studi kasus ini.
5. Semua pihak yang telah membantu terselesainya penyusun laporan ini,
yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Semoga semua amal kebaikan dapat diterima dan dibalas oleh Tuhan Yang
Maha Esa. Kritik dan saran untuk penyempurnaan studi kasus ini sangat di
harapkan. Demikianlah, atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

Way Kanan, 20 April 2021

Penulis

Putu Candrawati

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... i
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI ......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Tujuan ................................................................................................. 2
C. Manfaat ............................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Teori ................................................................................... 3
B. Teori Manajemen Kebidanan ........................................................... 22
BAB III TINJAUAN KASUS ....................................................................... 33
BAB IV PEMBAHASAN .............................................................................. 46
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 50
B. Saran ................................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 menunjukkan Angka
Kematian Balita (AKABA) sebesar 26,29 per 1.000 kelahiran hidup, dan
sudah memenuhi target Millennium Development Goals (MDGs) 2015
sebesar 32 per 1.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2015). Angka Kematian
Balita (AKABA) di Provinsi Lampung tahun 2014 sebesar 11,54 per 1.000
kelahiran hidup, menurun dibandingkan dengan tahun 2013 sebesar 11,80 per
1.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Balita (AKABA) di Provinsi Jawa
Tengah juga sudah melampaui target MDG’s tahun 2015 yaitu 23 per 1000
kelahiran hidup (Dinkes Way Kanan, 2015).
Angka Kematian Balita (AKABA) pada tahun 2014 sebesar 1,5 per 1000
kelahiran hidup, turun dibandingkan tahun 2013 sebesar 1,6 per 1000
kelahiran hidup. Namun masih ada lebih dari 19 anak meninggal setiap
tahunnya di Kabupaten Karanganyar. Penyebabnya adalah anak-anak dari
keluarga miskin yanng terkena penyakit yang mudah di cegah dan di obati
seperti pneumonia, diare dan demam atau febris (Dinkes Kabupaten Way
Kanan, 2015).
Rongga mulut merupakan tempat paling rawan di tubuh karena selain
rentan terhadap trauma fisik, kimiawi, dan mekanis, rongga mulut merupakan
pintu masuk berbagai agen berbahaya, seperti produk mikroorganisme dan
agen karsinogenik. Hal ini mengakibatkan sering terjadi infeksi pada rongga
mulut. Infeksi pada rongga mulut dapat diakibatkan oleh bakteri, jamur
maupun virus. Infeksi yang disebabkan oleh virus memiliki angka morbiditas
dan mortalitas yang tinggi dengan manifestasi gejala baik di orofaringeal atau
di sistemik.
Salah satu virus yang dapat menyebabkan infeksi pada rongga mulut
adalah Herpes simpleks virus-1 (HSV-1). Virus ini termasuk kedalam
herpesviridae famili yang merupakan famili virus yang besar, yang menjadi

4
patogen utama pada berbagai macam inang. HSV-1 dapat menyebabkan
berbagai macam penyakit orofacial.
Menurut World Health Organization (WHO)7 infeksi HSV-1 sebagian
besar bersifat asimptomatis (tanpa gejala) namun dapat juga bersifat
simptomatis yang gejalanya bersifat sangat umum seperti demam dan malaise
dengan menimbulkan luka di bibir atau biasa disebut masyarakat awam
sebagai sariawan. Hal ini mengakibatkan baik anak maupun orangtuanya
tidak menyadari bahwa mereka sedang terinfeksi HSV-1.
Menurut WHO, infeksi virus ini dapat dengan mudah menyebar dan
menular. Virus ini ditularkan dari orang ke orang ketika individu yang rentan
memiliki kontak fisik langsung dengan orang yang terinfeksi. HSV-1
terutama ditularkan melalui kontak oral ke oral, melalui kontak dengan virus
HSV-1 pada lesi, air liur, dan permukaan mukosa mulut. HSV jenis ini dapat
ditularkan melalui ciuman mulut atau bertukar alat makan. Proses penetrasi
virus terhadap sel inangnya juga sangat mudah, pada infeksi primer, HSV-1
memasuki tubuh melalui membran mukosa atau kulit yang terbuka kemudian
membuat infeksi lokal pada sel epitel. Virus kemudian menyebar dari tempat
infeksi primer menuju ke inti sel dari saraf sensori yang menginervasi lokasi
dari infeksi lokal tersebut.
Infeksi HSV-1 memiliki pola terapi yang beragam. Terapi bagi penderita
infeksi HSV-1 meliputi terapi kausatif yaitu dengan pemberian antivirus
disertai analgesik, antipiretik, dan antibiotik. Antivirus digunakan untuk
mencegah sintensis DNA virus dan mencegah adanya rekurensi. Analgesik
dan antipiretik digunkan untuk mengurangi dan menurunkan gejala klinis
yang ditimbulkan, serta antibiotik digunakan untuk pasien dengan lesi yang
penyebarannya sudah sangat luas. Pemberian terapi kausatif juga ditunjang
dengan pemberian terapi suportif. Pemberian terapi suportif yaitu meliputi
multivitamin, obat kumur, serta makanan cair tinggi kalori dan protein.
Demam dalam istilah medis dikenal sebagai febris, berarti suhu tubuh di
atas normal biasa, dapat disebabkan oleh kelainan dalam otak sendiri atau
oleh zat toksin yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit
bakteri, tumor otak atau dehidrasi (Guyton, 1990).

5
Febris merupakan suatu gejala yang menyertai penyakit lain. biasanya
merupakan adanya tanda infeksi pada tubuh anak, dan dapat memicu
timbulnya kejang. Tingginya suhu pemicu kejang bervariasi pada setiap anak,
kejang dapat terjadi pada suhu yang terlalu tinggi, antara 38ºC - 40ºC
tergantung kondisi masing-masing anak (Ardinasari, 2016).
Kejang dapat menyebabkan gangguan lain seperti resiko persisten
bakterimia, resiko meningitis, dan risiko ke arah keseriusan penyakit lainnya
(Suriadi dan Yuliani, 2006). Studi pendahuluan yang dilakukan penulis
Puskesmas Pakuan Ratu di dapatkan data dari 16 April sampai 21 April 2021
jumlah balita sakit yang berkunjung sebanyak 282 balita, di antaranya adalah
balita sakit febris sebanyak 53 (18,8%), ISPA sebanyak 124 (44%), diare
sebanyak 83 (29,4%), pneumonis 22 (7,8%) dimana setiap bulan terjadi kasus
balita dengan febris. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk
melakukan studi kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada An. R umur 5
Bulan 8 Hari Dengan Herpes Simplex Disertai Febris “
Berdasarkan hasil data yang diperoleh penulis di Puskesmas Pakuan Ratu
selama tanggal 16 April 2021 sampai 21 April 2021 terdapat 1 anak terkena
herpes simplex disertai febris. Penatalaksanaan dengan cara pemberian
asiklovir dan madu dapat meningkatkan kandungan inplantasi, dapat
mengurangi nyeri, dan pemulihan pada pasien herpes simplex pada anak-
anak.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memberikan asuhan kebidanan Tumbuh Kembang pada An. R
Umur 5 Bulan 8 Hari dengan Herpes Simplex disertai Febris di Puskesmas
Pakuan Ratu
2. Tujuan Khusus
a. Penulis Mampu
1) Melakukan pengkajian data subjektif yang berkaitan dengan
asuhan kebidanan Tumbuh Kembang pada Anak umur 5 bulan 8
Hari dengan herpes simplex disertai febris.

6
2) Melakukan pengkajian data objektif, yang berkaitan dengan asuhan
kebidanan pada anak dengan herpes simplex disertai febris.
3) Melakukan analisa data yang berkaitan dengan asuhan kebidanan
Tumbuh Kembang pada anak umur 5 bulan 8 hari dengan herpes
simplex disertai febris.
4) Melakukan penatalaksanaan yang berkaitan dengan asuhan
kebidanan pada tumbuh kembang anak.
b. Penulis mampu menemukan kesenjangan antara teori dan praktik pada
anak umur 5 bulan 8 hari dengan herpes simplex disertai febris.
C. Manfaat
1. Bagi Penulis
Dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman
nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan tumbuh kembang pada
anak umur 5 bulan 8 hari dengan herpes simplex disertai febris.
2. Bagi Pasien dan Keluarga Pasien
Menambah pengetahuan dan informasi terkait dengan anak umur 5
bulan 8 hari dengan herpes simplex disertai febris sehingga nantinya
dapat menurunkan angka kesakitan maupun kematian pada bayi, balita,
dan anak-anak.
3. Bagi Puskesmas Pakuan Ratu
Dapat digunakan sebagai masukan bagi fasilitas pelayanan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan tumbuh kembang pada bayi,
balita, dan anak-anak dengan herpes simplex disertai febris.

7
BAB II

TINJAUAN TEORI

I. TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Herpes Simplex dan Febris

1. Pengertian Herpes Simplex

Rongga mulut merupakan tempat paling rawan di tubuh karena

selain rentan terhadap trauma fisik, kimiawi, dan mekanis, rongga

mulut merupakan pintu masuk berbagai agen berbahaya, seperti

produk mikroorganisme dan agen karsinogenik. Hal ini mengakibatkan

sering terjadi infeksi pada rongga mulut. Infeksi pada rongga mulut

dapat diakibatkan oleh bakteri, jamur maupun virus.3 Infeksi yang

disebabkan oleh virus memiliki angka morbiditas dan mortalitas yang

tinggi dengan manifestasi gejala baik di orofaringeal atau di sistemik.

Salah satu virus yang dapat menyebabkan infeksi pada rongga mulut

adalah Herpes simpleks virus-1 (HSV-1). Virus ini termasuk kedalam

herpesviridae famili yang merupakan famili virus yang besar, yang

menjadi patogen utama pada berbagai macam inang. HSV-1 dapat

menyebabkan berbagai macam penyakit orofacial.

Menurut World Health Organization (WHO)7 infeksi HSV-1

sebagian besar bersifat asimptomatis (tanpa gejala) namun dapat juga

bersifat simptomatis yang gejalanya bersifat sangat umum seperti

demam dan malaise dengan menimbulkan luka di bibir atau biasa

disebut masyarakat awam sebagai sariawan. Hal ini mengakibatkan

8
baik anak maupun orangtuanya tidak menyadari bahwa mereka sedang

terinfeksi HSV-1.

Menurut WHO7, infeksi virus ini dapat dengan mudah menyebar

dan menular. Virus ini ditularkan dari orang ke orang ketika individu

yang rentan memiliki kontak fisik langsung dengan orang yang

terinfeksi. HSV-1 terutama ditularkan melalui kontak oral ke oral,

melalui kontak dengan virus HSV-1 pada lesi, air liur, dan permukaan

mukosa mulut. HSV jenis ini dapat ditularkan melalui ciuman mulut

atau bertukar alat makan. Proses penetrasi virus terhadap sel inangnya

juga sangat mudah, pada infeksi primer, HSV-1 memasuki tubuh

melalui membran mukosa atau kulit yang terbuka kemudian membuat

infeksi lokal pada sel epitel. Virus kemudian menyebar dari tempat

infeksi primer menuju ke inti sel dari saraf sensori yang menginervasi

lokasi dari infeksi lokal tersebut.

Infeksi HSV-1 memiliki pola terapi yang beragam. Terapi bagi

penderita infeksi HSV-1 meliputi terapi kausatif yaitu dengan

pemberian antivirus disertai analgesik, antipiretik, dan antibiotik.

Antivirus digunakan untuk mencegah sintensis DNA virus dan

mencegah adanya rekurensi. Analgesik dan antipiretik digunkan untuk

mengurangi dan menurunkan gejala klinis yang ditimbulkan, serta

antibiotik digunakan untuk pasien dengan lesi yang penyebarannya

sudah sangat luas. Pemberian terapi kausatif juga ditunjang dengan

pemberian terapi suportif. Pemberian terapi suportif yaitu meliputi

multivitamin, obat kumur, serta makanan cair tinggi kalori dan protein.

9
Herpes yang menyerang bayi biasanya disebabkan oleh virus

herpes simplex tipe 1 (HSV-1). Virus ini umumnya menyerang anak

berusia 1-5 tahun, tapi juga bisa menyerang bayi saat masih berada

didalam kandungan atau saat proses persalinan yang ditularkan dari

sang ibu. Bayi yang belum memiliki system kekebalan tubuh sempurna

sangat rentan terserang virus ini, terlebih saat kondisi kesehatannya

sedang lemah. Misalnya saja saat bayi kelelahan, terluka pada kulit,

dehidrasi, flu, atau terpapar sinar matahari atau dingi secara terus

-menerus.

Herpes simplex gingivosmatitis (jin-juh-voe-sto-ma-tie-tis) adalah

peradangan pada gusi dan bibir yang disebabkan oleh virus herpes

-virus yang sama yang kemudian menyebabkan luka dingin.

Peradangan ini merusak kulit, mengakibatkan bisul yang menyakitkan

dimulut dan lecet di bibir.

Infeksi pada anak sering terjadi, dan sering kali tidak diperhatikan.

Namun, sekitar satu dari empat anak akan mengalami sariawan setelah

infeksi pertama mereka. Anak anda mungkin akan mengalami demam

dan mudah tersinggung, kemudian satu atau dua hari timbul lepuh di

bibir dan bisul di gusinya. Ini menyakitkan dan sering menyebabkan

air liur dan penolakan untuk makan atau minum. Anak anda mungkin

akan mengalami dehidrasi.

Tanda dan gejala herpes simplex:

a. Demam

b. sifat lekas marah

10
c. bibir dan mulut kering

d. sariawan yang menyakitkan dan lecet bibir

e. nafsu makan yang buruk atau keengganan untuk minum

f. mata cekung

g. tangan dan kaki dingin

h. tidak ada air mata saat mereka menangis.

Bisul atau lecet biaasanya membutuhkan waktu 10 hingga 14 hari

untuk sembuh. Lepuh tidak pernah meninggalkan bekas luka.

Sangat penting untuk mengurangi rasa sakit yang disebabkan oleh

lepuh sehingga anak anda lebih mungkin ingin minum. Bila bayi sudah

terlanjur terserang virus herpes ibu bisa melakukan perawatan sebagai

berikut:

a. Berikan obat Pereda nyeri pada anak (parasetamol atau ibuprofen),

nyeri biasanya hilang setelah 3 hingga 4 hari.

b. Kompres luka dengan handuk basah untuk meredakan bengkak dan

merahnya.

c. Jangan memberikan MPASI yang asam dan asin, karena dapat

membuat lukanya terasa lebih sakit.

d. Berikan makannan yang lembut dan dingin

e. Oleskan salep Pereda nyeri dengan panduan dan resep dokter

f. Terus berikan ASI dan cairan lainnya dengan jumlah lebih banyak

untuk mencegah bayi dehidrasi.

g. Hindari untuk menyentuh luka.

11
Jika tidak diberi penanganan yang tepat dan sedini

mungkin, virus herpes dapat dengan mudah menyebar ke organ

tubuh lain, seperti mata, paru, ginjal, hati, dan otak bayi. Jika

infeksi herpes sudah menyerang berbagai organ, bayi dapat

mengalami gangguan penurunan kesadaran, sesak nafas, kebutaan,

radang otak, dan juga berisiko tinggi mengancam nyawa bayi. Oleh

karena itu herpes pada bayi perlu mendapatkan penanganan dari

dokter segera, yang bertujuan untuk meringankan gejala dan

membantu proses pemulihan herpes pada bayi, serta mencegah

komplikasi yang berbahaya.

2. Pengertian Demam (Febris)

Febris (Demam) berarti suhu tubuh di atas normal biasa, dapat

disebabkan oleh kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksin yang

mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri,

tumor otak atau dehidrasi (Guyton, 1990).

Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga

38°C atau lebih ada juga yang mengambil batasan lebih dari 37,8ºC.

Sedangkan bila suhu tubuh lebih dari 40ºC disebut demam tinggi

(hipereksia). (Julia, 2000).

Jadi demam adalah adanya kenaikan suhu tubuh yang melebihi

37,8oC yang disebabkan oleh zat asing yang bersifat toksik yang

merupakan respon dalam memerangi infeksi.

Dilihat dari faktor penyebabnya, febris bisa dibedakan menjadi

dua. Pertama, febris sebagai akibat dari suatu infeksi oleh kuman,

12
virus, parasit, atau mikroorganisme lain. Kedua, febris yang di

sebabkan oleh faktor non infeksi antara lain faktor alergi, dehidrasi

pada anak. Febris hanya bisa disebabkan oleh alergi terhadap benda-

benda tertentu seperti serbuk sari dari pohon, ilalang, rumput, bulu

binatang, debu rumah dan jamur (Sudarmoko, 2013).

Ada 3 fase yang terjadi selama febris berlangsung, yaitu:

1. Fase I (awitan dingin atau menggigil)

Pada fase awal ini febris akan disertai dengan:

a. Peningkatan denyut jantung.

b. Peningkatan laju dan kedalaman pernafasan.

c. Menggigil akibat tegangan dan kontraksi otot

d. Kulit pucat dan dingin karena vasokonstriksi

e. Merasakan sensasi dingin.

f. Dasar kuku mengalami sianosis karena vasokonstriksi.

g. Rambut kulit berdiri.

h. Pengeluaran keringat berlebihan.

i. Peningkatan suhu tubuh.

2. Fase II (proses febris)

a. Proses menggigil hilang

b. Kulit terasa hangat (panas)

c. Merasa tidak panas (dingin)

d. Peningkatan nadi dan laju pernafasan.

e. Peningkatan rasa haus.

f. Dehidrasi ringan sampai berat.

13
g. Mengantuk, delirium, atau kejang akibat iritasi sel saraf.

h. Kehilangan nafsu makan (bila demam memanjang)

3. Fase III (pemulihan)

Saat fase pemulihan maka akan disertai:

a. Kulit tampak merah dan hangat.

b. Berkeringat.

c. Mengigil ringan.

d. Kemungkinan mengalami dehidrasi.

e. Manifestasi klinis febris Menurut Suriadi, Yuliani (2006) dan

Sodikin (2012) gejala demam sebagai berikut: Peningkatan

suhu tubuh di atas rentang normal (>38ºC), Menggigil,

Berkeringat, Gelisah atau lethargy, Tidak ada nafsu makan,

Nadi dan pernapasan cepat, kejang.

3. Jenis Febris

Menurut Suriadi demam adalah meningkatnya temperature suhu

secara abnormal. Tipe demam yang mungkin kita jumpai, antara lain:

1. Demam Septik

Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi pada malam harridan

turun kembali ketingkat normal pada pagi hari. Sering disertai menggigil

dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ke tingkat yang

normal dinamakan juga demam hektik. Suhu > 37,8ºC.

2. Demam Remiten

Suhu badan dapat turun setiap hari, tidak pernah mencapai suhu badan

normal. Penyebab peningkatan suhu yang mungkin dapat tercatat

14
mencapai dua derajat dan tidak sebesar suhu yang disebabkan oleh demam

septic. Puncak demam 38ºC- 40ºC.

3. Demam Intermiten

Suhu badan turun ke tingkat yang normal selama beberapa jam dalam

beberapa hari, bila demam ini terjadi dalam dua hari sekali disebut

tersiana, dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan

demam disebut kuartana.

4. Demam kontinyu

Variasi suhu setiap hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat

demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperaksia.

5. Demam Siklik

Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang disertai oleh

beberapa periode demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh

kenaikan suhu seperti semula.

4. Penatalaksanaan Febris

1. Secara Fisik

a. Mengawasi Kondisi Pasien Pengukuran suhu secara berkala setiap 4-

6 jam. Perhatikan apakah anak tidur gelisah sering terkejut atau

mengigau. Perhatikan pula apakah mata anak cenderung melirik ke

atas atau apakah anak mengalami kejang-kejang.

b. Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan.

c. Perhatikan aliran udara di dalam ruangan.

d. Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai

oksigen ke otak yang akan berakibat rusaknya sel-sel otak.

15
e. Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak-banyaknya,

minuman yang diberikan dapat berupa air putih, susu (anak diare

menyesuaikan), Zat Asing/Infeksi Sistem Imun Zat Pirogen

Hipotalamus Asam Arakidonat Peningkatan Prostaglandin Kanaikan

Suhu, air buah, atau air teh. Tujuannya adalah agar cairan tubuh yang

menguap akibat naiknya suhu tubuh memperoleh gantinya.

f. Tidur yang cukup.

g. Kompres dengan air hangat pada dahi, ketiak, lipatan paha.

Tujuannya untuk menurunkan suhu tubuh dipermukaan tubuh anak.

Turunnya suhu tubuh di permukaan tubuh ini dapat terjadi karena

panas tubuh digunakan untuk menguapkan air pada kain kompres,

jangan menggunakan air es karena justru akan membuat pembuluh

darah menyempit dan panas tidak dapat keluar, menggunakan

alcohol dapat menyebabkan iritasi dan intoksikasi.

2. Obat-obatan antipiretik

Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu dipusat pengaturan suhu

dihipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan

prosteglardin dengan jalan menghambat enzim cyclookygenase sehingga set

point hipotalamus direndahkan kembali menjadi normal yang mana

diperintahkan untuk memproduksi panas di atas normal dan mengurangi

penyaluran panas tidak ada lagi.

B. Teori Manajemen Kebidanan


Model dokumentasi yang digunakan dalam asuhan kebidanan menurut
Mufdillah, dkk (2012), adalah dalam bentuk catatan perkembangan, karena

16
bentuk asuham yang diberikan berkesinambungan dan menggunakan proses
yang terus menerus.
I. Biodata
A. Identitas Pasien (Bayi)
1) Nama Pasien
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan bayi sehari-hari
agar tidak keliru dalam memberikan pelayanan.
2) Tanggal Lahir/Jam
Ditanyakan untuk mengetahui umur bayi
3) Jenis Kelamin
Agar tidak ada kesalahan dalam data bayi
4) Nama Ayah/Ibu
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan ayah/ibu
sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan pelayanan.
5) Umur Ayah/Ibu
Dicatat dalam untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang
umur, mental dan psikisnya belum siap.
6) Agama Ayah/Ibu
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing
atau mengarahkan pasien dalam berdoa
7) Suku/Bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari- hari.
8) Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui
sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat
memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya.
9) Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial
ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien
tersebut.

17
10) Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan.
II. Data Subyektif
1. Alasan Datang/Kunjungan
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang ke
fasilitas pelayanan kesehatan. Pada kasus anak sakit informasi yang
didapat dari pasien adalah sudah berapa lama anak sakit, apa yang
dirasakan oleh anak, obat apakah yang sudah diberikan oleh orang tua
sebelum dibawa ke pelayanan Kesehatan.
2. Riwayat penyakit sekarang
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
penyakit yang diderita pada saat ini.
3. Respon keluarga
Keluarga khawatir dengan Kesehatan bayi
4. Riwayat Kesehatan yang lalu
a. Riwayat prental dan perinatal
 Masa kehamilan…….dalam minggu
 Lahir tanggal………jam……..
 Jenis persalinan, spontan/Tindakan………atas
indikasi………..jika Tindakan
 Penolong……….dimana tempata persalinan…………
 Lama persalinanan
Kala I
Kala II
b. Riwayat pemberian nutrisi :
c. Komplikasi
 Ibu : apa hipertensi/hipotensi dll
 Janin : apa premature/asfiksia dll
 Keadaan bayi baru lahir
Berat-badan
Panjang lahir

18
Nilai APGAR : menit 1/menit 5/menit 10
5. Status Kesehatan terakhir
a. Riwayat alergi
 Jenis makanan
 Debu
 Obat
b. Imunisasi dasar
 BCG
 Hepatitis B
 Polio
 DPT
 Campak
 Apakah pernah imunisasi ulang dan jenis imunisasi ulang…..
c. Uji skrening pertumbuhan dan perkembangan, misal SDIDTK
d. Riwayat penyakit yang lalu

III. Data Obyektif


1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum
b. Kesadaran
c. Tanda vital
 Tekanan darah
Tekanan darah diukur dengan menggunakan alat tensimeter
dan stetoskop. Pengkuran tekanan darah tidak dilakukan pada
bayi (Manuaba, 2008)
 Nadi
Pemeriksaan nadi dilakukan dengan meraba pulsasi pada arteri
di beberapa tempat, seperti carotis, brachialis, radialis,
femoralis, dorsalis pedis, dan lain lain. (Purwaningsih, 2010).
 Pernafasan
Frekuensi pernapasan normal 40 sampai 60 kali / menit. Bila
frekuensi pernapasan lebih dari normal disebut takipnea,

19
sedangkan kurang dari normal disebut bradipnea.
(Purwaningsih, 2010).
 Suhu
Dalam keadaan normal suhu badan berkisar 36,5ºC- 37,2 0C.
Temperatur rectal 0,5-10ºC lebih tinggi dibanding dengan
mulut dan suhu mulut lebih tinggi 0,5ºC dari suhu axilla.
Keadaan dimana suhu badan lebih 37,20C disebut demam atau
febris, sedangkan hipotermia jika suhu badan mencapai 350C
d. Status gizi
 Tinggi badan….cm
Dilakukan saat pertama kali ibu melakukan pemeriksaan.
Mengetahui tinggi badan sangat penting karena untuk
mengetahui ukuran Panjang badan bayi (Astuti, 2012).
 Lingkar kepala…cm
Dilakukan untuk mengetahui apakah bayi mengalami kelaiinan
atau tidak.
 Berat badan….kg
Kenaikan berat badan atau penurunan berat badan merupakan
tanda bahaya jika kenaikan atau penurunan berat badan terlalu
banyak tidak sesuai dengan usia bayi
 LILA….cm
Dikaji untuk mendapatkan gambaran status gizi pasien (Astuti,
2012).
e. Kulit
Untuk mengetahui apakah ada kelainan pada kulit bayi
f. Kuku
Untuk mengetahui kelengkapan jari dan apakah ada kelainan atau
tidak
g. Kelenjar getah bening/limfe (palpasi leher atau ingunual)
2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
 Rambut

20
Untuk mengetahui warna, kebersihan, mudah rontok atau tidak
(Ari Sulistyawati dan Nugraheny, 2010)
 Ubun-ubun
Untuk mengetahui adanya odema atau tidak
 Wajah
Meliputi pemeriksaan oedema dan cloasma gravidarum (Astuti,
2012).
 Mata
Untuk mengetahui warna conjungtiva dan sklera, kebersihan
mata, ada kelainan atau tidak dan adakah gangguan penglihatan
(rabun jauh/dekat) (Sulistyawati, 2009).
 Telinga
Untuk mengetahui canalis bersih atau tidak, radang, cairan
yang keluar, adakah benda asing (Kusmiyati, 2012).
 Hidung
Untuk mengetahui kebersihan hidung klien, ada benjolan atau
tidak, apakah klien alergi terhadap debu atau tidak
(Sulistyawati, 2009).
 Mulut
Untuk mengetahui keadaan bibir, lidah dan gigi klien.
Mengkaji warna bibir, integritas jaringan (lembab, kering atau
pecah-pecah). Mengkaji lidah klien tentang warna dan
kebersihannya serta gigi klien tentang kebersihan gigi, caries
atau tidak serta gangguan pada mulut (bau mulut).
 Faring dan laring
b. Leher
Untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar limfe dan
parotitis (Sulistyawati, 2009).
c. Dada
 Bentuk dan besar
 Gerakan
 Payudara

21
 Paru
 Jantung
d. Abdomen
 Ukuran dan bentuk
 Gerakan
 Dinding perut
 Auskultasi
 Perkusi : Bunyi timpani, obstruksi dan redup
 Palpasi : Hepar, limfa, dan ginjal
e. Anus/rectum
f. Genetalia
 Laki-laki : ukuran, bentuk dll
 Perempuan : epispadia, tanda seks sekunder
g. Tulang belakang : bentuk
h. Ekstermitas : untuk mengetahui tanga nada odema atau
tidak
 Neorologis : (kejang, tanda meningeal dll)
3. Pemeriksaan penunjang
 Laboratorium : darah, urine
 X ray
IV. Analisa
Berdasarkan data yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan meliputi
diagnosis/masalah kebidanan, antisipasi/masalah potensial serta perlunya
tindakan segera untuk mengantisipasi diagnosis/masalah potensial
Muslihatun (2009).
V. Penatalaksanaan
Rencana untuk memberikan intervensi kepada bayi, anak balita dan
prasekolah sesuai dengan kebutuhan.

22
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN TUMBUH KEMBANG PADA An. R UMUR 5
BULAN 8 HARI DENGAN HERPES SIMPLEX DISERTAI FEBRIS
DI
PUSKESMAS PAKUAN RATU

Tanggal/jam pengkajian : 20 April 2020, jam : 10.05 Wib


Tempat Pengkajian : Puskesmas Pakuan Ratu
Nama Mahasiswa : Putu Candrawati
NPM : 20390031

I. Biodata
Nama Pasien : An. R
Tanggal Lahir/Jam : 12-12-2020
Jenis Kelamin : Laki-laki
Nama Ayah : Tn. Hb
Nama Ibu : Ny. Sw
Umur : 29 Tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat/No. telepon : 0821 7XXX XXXX
II. Data Subyektif

1. Keluhan Utama (anak / orang tua) : Ibu datang membawa bayi

nya kepuskesmas dengan keluhan badan bayi panas dan ada luka melepuh

bintik-bintik merah pada bagian muka, perut dan paha.

23
2. Riwayat penyakit sekarang : suhu tubuh panas, dan ada

luka melepuh bintik-bintik merah pada bagian muka, perut, dan paha.

3. Respon keluarga : Keluarga khawatir dengan keadaan bayi

4. Riwayat Kesehatan yang lalu

a. Riwayat prental dan perinatal :

 Masa kehamilan : 39 minggu

 Lahir tanggal : 12-12-1-2020, jam : 15.00 WIB

 Jenis persalinan : Spontan

Atas indikasi : tidak ada Tindakan.

 Penolong : Bidan, tempat di : PMB Erina

Mulyaningsih

 Lama persalinan

Kala I : 1 jam 50 menit

Kala II : 35 menit

Kala III : 15 menit

Kala IV : 2 jam

b. Riwayat pemberian nutrisi :

- Makan : An. R belum makan, masih ASI saja

- minum ASI : 10-12x sehari

- BAB : 1x sehari

-BAK : 4-5x sehari

-tidur : siang 4-5x, malam 2-3 x dengan durasi 5-6 jam

- mandi : 2x sehari

c. Komplikasi

24
 Ibu : ibu mengatakan tidak ada penyakit yang

sedang di derita dan yang lalu seperti hipertensi, asma, DM,

HIV.

 Janin

-lahir premature : tidak

-lahir asfiksia : tidak

 Keadaan bayi baru lahir

Berat-badan : 3000 gram

Panjang lahir : 50 cm

Nilai APGAR : menit 1/menit 5/menit 10, Jumlah APGAR 10

1 menit 5 menit 10 menit


7/8 9 9/10

d. Status Kesehatan terakhir

a. Riwayat alergi

 Jenis makanan : tidak ada alergi jenis makanan apapun

 Debu : tidak ada alegi debu

 Obat : tidak ada alergi obat apapun

b. Imunisasi dasar

 Hb0 : sudah usia 1 hari

 BCG, PI : sudah usia 1 bulan

 Pentabio1 P2 : sudah usia 2 bulan

 Pentabio2 p3 : sudah usia 3 bulan

 Pentabio3p4 dan IPV : sudah usia 4 bulan

 Campak : belum

25
 Apakah pernah imunisasi ulang dan jenis imunisasi ulang :

belum

c. Uji skrening pertumbuhan dan perkembangan

Pemeriksaan KPSP usia 3 bulan


Gerak kasar ya

ya

ya

Gerak halus ya

Gerak halus Ya

ya

ya

ya

9.Pada waktu telungkup di alas yang datar apakah ia menmgangkat ya


kepalanya dengan tegak seperti pada gambar?

26
Ya

Dari 10 pertanyaan yang terjawab An. R menjawab ya 10 dan tidak 0

Instrument test daya dengar menurut umur anak

NO Aspek yang di nilai umur 0-6 bulan ya tidak


1 Pada waktu tidur kemudian anda berbicara atau membuat kegaduhan, ya
apakah bayi akan bergerak atau terbangun dari tidurnya?
2. Pada waktu tidur terlentang dan anda duduk di dekat kepala bayi pada ya
posisi yang tidak terlihat oleh bayi, kemi=udian anda bertepuk tangan
dengan keras, apakah bayi terkejut atau bayi mengerdipkan matanya
atau menegangkan tubuh sambal mengangkat kaki tangannya keatas?
3. Apabila ada suara nyaring (missal suara ada batuk, suara anjing, piring ya
jatuh ke lantai dan lain-lainnya), apakah bayi terkejut atau terlompat?
Di dapatkan hasil dengan jawaban ya 3 dan jawaban tidak 0 maka An. R tidak

mengalami gangguan pendengaran.

d. Riwayat penyakit yang lalu : ibu mengatakan anaknya

tidak ada riwayat penyakit yang serius maupun menular

e. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan anak (berdasarkan

KMS) : ibu mengatakan bahwa berat badan anak selalu naik pada

saat penimbangan di posyandu setiap bulannya dan grafik KMS

selalu berada dalam garis warna hijau.

II. Data Obyektif

1. Pemeriksaan umum

a. Keadaan umum : baik

b. Kesadaran : composmentis

c. Tanda vital

 Tekanan darah :-

27
 Nadi : 100 x/menit

 Pernafasan : 32 x/menit

 Suhu : 38o C

d. Status gizi

 Tinggi badan : 57 cm

 Lingkar kepala : 39 cm

 Berat badan : 8,2 kg

 LILA : 12 cm

 KPSP : skor ya 10 tidak 0 dengan lembar KPSP

terlampir.

e. Kulit : tidak pucat, bersih, tidak ada kelainan

f. Kuku : tidak pucat, pendek dan bersih.

g. Kelenjar getah bening/limfe (palpasi leher atau inguinal) : tidak

ada pembengkakakan kelanjar getah bening dan limfe.

2. Pemeriksaan fisik

a. Kepala

 Rambut : bersih, tidak ada odema

 Ubun-ubun : molase tidak ada

 Wajah : simetris, terdapat luka melepuh bintik-

bintik merah

 Mata : kongjungtiva dan sklera tidak ada kelainan

 Telinga : simetris, tidak ada kelainan

 Hidung : simetris, bersih tidak ada polip

28
 Mulut : simetris, tidaka ada kelainan

 Faring dan laring : palatum ada, tidak ada kelainan

b. Leher : tidak ada kelainan dan tidak ada

pembesaran kelenjar tyroid, dan tidak ada

pembengkakan vena jugularis.

c. Dada

 Bentuk dan besar : normal

 Gerakan : normal

 Payudara : simetris, dan tidak ada kelainan

 Paru : normal, tidak ada kelainan

 Jantung : normal, tidak ada kelainan

d. Abdomen

 Ukuran dan bentuk: normal, ada luka melepuh bintik-bintik

merah dibagian perut

 Gerakan : normal, tidak ada kelainan

 Dinding perut : normal, tidak ada kelainan

 Auskultasi : normal

 Perkusi : normal

 Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan

abnormal.

e. Anus/rectum : normal, lubang anus ada, tidak ada kelainan

f. Genetalia

 Laki-laki : uretra sudah berada diujung penis, testis

29
sudah turun ke skrotum

 Perempuan :-

g. Tulang belakang : normal, tidak ada kelainan

h. Ekstermitas

 Atas : simetris, tidak ada kelainan

 Bawah : simetris, pada bagian paha terdapat luka

Melepuh bintik-bintik merah dibagian paha

i. Pemeriksaan penunjang

 Laboratorium : tidak di lakukan

 X ray : tidak di lakukan

III. Analisa

Diagnosa : An.R usia 5 bulan 8 hari dengan KPSP

normal dengan Herpes simplex disertai febris.

Dasar : DS -ibu mengatakan anaknya berumur 5 bulan 8 hari.

-ibu mengatakan anaknya lahir tanggal 12 Desember 2020.

DO -Keadaan umum : baik

-kesadaran : Compos Mentis

-tanda-tanda vital : -Tekanan darah : -

-Nadi : 100x/menit

-RR : 32x/menit

-Suhu : 38,0o c

Status gizi

 Tinggi badan : 57 cm

30
 Lingkar kepala : 39 cm

 Berat badan : 8,2 kg

 LILA : 12 cm

 KPSP : skor ya 10 tidak 0

Masalah : bayi rewel karena demam akibat herpes simplex

Kebutuhan: terapy untuk mengatasi herpes simplek dan febris.

IV. Penatalaksanaan

1. Memberitahu kepada ibu keadaan bayi berdasarkan hasil pemeriksaan bayi

mengalami herpes simplex disertai febris. Nadi : 100 x/menit, RR : 32

x/menit, suhu : 38ºC. dan pemeriksaan KPSP normal.

Rasionalisasi : Herpes simplex adalah sejenis infeksi yang disebabkan

oleh virus. Herpes yang menyerang bayi biasanya herpes simplex tipe 1

(HSV-1). Virus ini biasanya menyerang anak dibawah usia 10 tahun, tetapi

juga dapat menyerang bayi, atau saat janin masih berada dikandungan ibu.

Hasil : Ibu pasien mendengarkan penjelasan yang disampaikan oleh

petugas Kesehatan, tetapi ibu pasien masih merasa cemas dengan

keadaannya bayi nya.

2. Petugas melakukan penilaian sebelum dilakukan intervensi dengan

menggunakan form KPSP 3 bulan.

Rasionalisasi : dengan memberikan stimulasi yang tepat pada masalah

anak akan segera teratasi.

Evaluasi : hasil pemeriksaan pada anak normal.

31
3. Puji keluarga atas keberhasilan keluarga dalam menstimulasi anaknya, ibu

tampak Bahagia saat anak dapat menyelesaikan rangsangan sederhana.

Rasionalisasi : dengan memuji setiap stimulasi yang di berikan keluarga

dapat puas melihat perkembangan anaknya.

Evaluasi : ibu sudah mengetahui hasil KPSP dan ibu senang anaknya

dalam keadaan normal perkembangannya.

4. Menjelaskan kepada ibu ciri-ciri herpes simplex pada bayi.

Rasionalisasi : Selain ada luka melepuh bintik-bintik merah dan demam,

herpes simplex juga di tandai dengan gusi bengkak, pembengkakan

kelenjar getah bening, mengalami ruam, sering meneteskan air liur, tidak

mau makan dan minum, rewel, lidah dan kulit membiru.

Hasil : Ibu pasien mendengarkan tentang ciri-ciri herpes simplex yang di

jelaskan oleh petugas Kesehatan.

5. Menjelaskan kepada ibu tentang keadaan yang dialami bayi seperti badan

panas, ada luka melepuh bintik-bintik merah pada muka, perut dan paha.

Adalah salah satu gejala dan ciri-ciri herpes simplex pada bayi.

Rasionalisasi : Herpes simplex ini terjadi karena bayi belum memiliki

system kekebalan tubuh yang belum sempurna, sangat rentan terserang

virus ini. Misalnya saja saat bayi kelelahan, terluka pada kulit, dehidrasi,

flu, atau terpapar sinar matahari atau dingin terus- menerus.

Hasil : Ibu Pasien mendengarkan penjelasan yang disampaikan oleh

petugas kesehatan secara seksama.

6. Menjelaskan penanganan herpes simplex disertai febris yaitu dengan

mengkonsumsi asiklovir dan madu secara oral yang di resepkan oleh

32
dokter yaitu selama empat hari dengan dosis tiga kali dalam sehari terbagi

setiap 8 jam dan madu 1 sendok the sehari tiga kali juga.

Rasionalisasi : Pengobatan dengan suspensi asiklovir dan madu secara

oral, dimulai selama tiga hari pertama munculnya herpes, berlanjut selama

tujuh hari terbukti signifikan, dapat mengurangi nyeri, dan pemulihan pada

pasien.

Hasil : pasien mengerti dengan penjelasan yang di berikan oleh petugas

Kesehatan, ibu akan memberikan bayi nya asiklovir dan madu secara oral.

7. Memberikan dukungan kepada ibu pasien tentang kondisi bayi nya saat

ini, dan menyarankan ibu untuk lebih memperhatikan kondisi bayinya.

Rasionalisasi : Dengan pasrah kepada Tuhan akan diberi kekuatan dan

kesembuhan. Lebih memperhatikan keadaan bayi agar mudah mudah

mengetahui jika bayi mengalami perubahan yang tidak seperti biasanya.

Hasil : Ibu pasien merasa tenang dan bersedia mengikuti anjuran yang

diberikan oleh petugas Kesehatan.

8. Menyarankan ibu supaya segera datang ke fasilitas Kesehatan bila bayi

nya mengalami demam, batuk, pilek atau gejala yang lain.

Rasionalisasi : Dengan pergi ke fasilitas Kesehatan bayi akan segera

mendapatkan penanganan secara tepat yang bertujuan meringankan gejala

dan membantu pemulihan pada bayi, serta mencegah komplikasi yang

berbahaya.

Hasil : Ibu pasien mengerti dan akan datang ke fasilitas Kesehatan bila

bayi nya ada keluhan.

33
9. Asuhan yang dilakukan : Mendiskusikan kunjungan ulang 1 minggu lagi

untuk melihat reaksi pengobatan dan keluhan yang di rasakan.

Rasionalisasi :Dengan melakukan kunjungan ulang dapat terdeteksi dini ,

sehingga cepat mendapatkan pertolongan.

Hasil :Ibu Pasien bersedia melakukan kunjungan ulang.

10. 10. Asuhan yang dilakukan : Melakukan pendokumentasian dengan

SOAP.

Rasionalisasi : Dengan melakukan pendokumentasian dengan baik dapat

mengetahui perkembangan kesehatan dan mudah untuk memberikan

terapi.

Hasil : Telah dilakukan pendokumentasian.

Way Kanan, 20 April 2021

Peneliti,

Putu Candrawati,

Mengetahui,

Pembimbing Institusi, Pembimbing Lahan,

Rosmiyati, S.SiT., M.Kes Erina Mulyaningsih,S.ST.,M.Kes

34
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Reflexi Jurnal.

1. Deskripsi Pengalaman (Description the experience)

Pada tanggal 20 Aprili 2021 An. R, umur 5 bulan diantar oleh ibunya

dengan keluhan sebagai berikut : badan bayi panas, ada luka melepuh

bintik-bintik merah, pada bagian muka, perut dan paha.

Keadaan umum bayi baik, hasil pemeriksaan yang telah dilakukan pada

An. R selama pemeriksaan yaitu : Nadi : 140 x/menit, Pernafasan : 44

x/menit, Suhu : 38oC. Ibu pasien gelisah menghadapi keluhan yang

bayinya rasakan sehingga memutuskan untuk datang ke Puskesmas

Pakuan Ratu. Dengan hasil anamnesa untuk memperoleh data subjektif

dan hasil pemeriksaan data obyektif serta pemeriksaan penunjang

petugas laboratorium Puskesmas Pakuan Ratu An. R disimpulkan

Menderita herpes simplex disertai febris.

Tindakan yang di lakukan untuk mengatasi keluhan yang di rasakan

yaitu dengan pemberian suspensi asiklovir dan madu secara oral,

dimulai selama tiga hari pertama munculnya herpes, berlanjut selama

tujuh hari terbukti signifikan, dapat mengurangi nyeri, dan pemulihan

pada pasien.

2. Perasaan terhadap pengalaman (Feeling the experience)

Dalam kasus An. R saya sebagai seorang Bidan hal yang dirasakan

adalah menunjukkan rasa empati dan simpati terhadap pasien. Hal ini

35
didasarkan pada keluhan pasien sewaktu kunjungan ke Puskesmas

Pakuan Ratu yaitu badan panas, luka melepuh bintik-bintik merah pada

bagian wajah, perut dan paha.

3. Evaluasi (Evaluating the experience)

Setelah di berikan pengobatan dengan suspensi asiklovir dan madu secara

oral, dimulai selama tiga hari pertama munculnya herpes, berlanjut

selama tujuh hari terbukti signifikan, dapat mengurangi nyeri, dan

pemulihan pada pasien.

4. Analisis (Analysis the experience)

Ibu datang membawa bayi nya ke Puskesmas Pakuan untuk memeriksakan

keadaan anaknya ke tenaga kesehatan, dikarenakan keluhan cukup

menggangu aktivitas An. R sehari-hari selalu rewel. Dengan keluhan

utama, yaitu ibu mengatakan anaknya mengalami badan panas, luka

melepuh bintik-bintik merah pada bagian wajah, perut dan paha.

Dengan pemberian suspensi asiklovir dan madu secara oral,

dimulai selama tiga hari pertama munculnya herpes, berlanjut selama tujuh

hari terbukti signifikan, dapat mengurangi nyeri, dan pemulihan pada

pasien.

Menurut jurnal “Honey can help in herpes simplex gingivostomatitis in

children: Prospective randomized double blind placebo controlled

clinical trial”

Pemberian suspensi asiklovir dan placebo vs pemberian asiklovir

dan madu secara oral.

36
Hasil penelitian terbukti pemberian suspensi asiklovir dan madu

dimulai selama tiga hari pertama munculnya herpes, berlanjut selama

tujuh hari terbukti signifikan, dapat mengurangi nyeri, dan pemulihan

pada pasien pada herpes simplex pada anak-anak (Osama G. Abdel-Naby

Awad, Abdel-Monem H. Hamad, 2018)

5. Kesimpulan (Conclusion about the experience)

Dengan dilakukannya pemberian asiklovir dan madu secara oral pada An.

R berdasarkan penelitian merupakan alternatif yang efektif untuk

membantu dalam menyembuhkan herpes simplex pada bayi, balita, dan

anak-anak.

6. Rencana Tindak Lanjut  (Action plan)

Sebagai upaya dalam rencana tindak lanjut yang berhubungan dengan

badan bayi panas, terdapat luka melepuh bintik-bintik merah pada wajah,

perut, dan paha. Maka dapat dilakukan dengan pemberian asiklovir dan

madu secara oral pada bayi adalah alternatif yang baik dan cukup efektif

mengurangi nyeri, kembalinya keadaan tubuh normal dan pemulihan pada

pasien herpes simplex pada anak-anak.

37
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan apa yang telah penulis dapatkan dalam studi kasus dan

pembahasan pada “Asuhan Kebidanan Tumbuh Kembang Pada An. R Umur

5 Bulan 8 hari dengan Herpes Simplex disertai Febris di Puskesmas Pakuan

Ratu”, maka penulis dapat mengambil kesimpulan :

1. Pada tanggal 20 April 2021 diagnosanya adalah An. R herpes simplex

disertai febris, ibu mengatakan bayinya mengalami suhu badan panas,

terdapat luka melepuh bintik-bintik merah pada wajah, perut dan paha.

2. Keluhan yang dirasakan An. R adalah masalah suhu badan panas,

terdapat luka melepuh bintik-bintik merah pada wajah, perut dan paha.

Perlu diberi penanganan yang tepat dan sedini mungkin, virus herpes

dapat dengan mudah menyebar ke organ tubuh lain, seperti mata, paru,

ginjal, hati, dan otak bayi. Jika infeksi herpes sudah menyerang

berbagai organ, bayi dapat mengalami gangguan Kesehatan yang serius,

seperti kejang, penurunan kesadaran, sesak nafas, kebutaan, radang otak,

hingga berisiko mengancam nyawa bayi.

3. Pemberian asiklovir dan madu adalah alternatif yang baik dan cukup

efektif mengurangi nyeri, kembalinya keadaan tubuh normal dan

pemulihan pada pasien herpes simplex pada anak-anak.

4. Pemberian asiklovir dan madu secara oral, secara konsisten gejala

herpes menghilang rata-rata setelah 3 hari.

38
B. SARAN

1. Bagi penulis dan bidan

Diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan

tumbuh kembang anak sehingga dapat memberikan pelayanan secara

optimal dan dapat membantu menurunkan angka mordibitas dan mortalitas

bayi, balita, dan anak-anak.

2. Bagi Pasien dan Keluarga Pasien

Diharapkan dapat memahami tentang ciri-ciri atau gejala dari

herpes simplex disertai febris, sehingga dapat segera dibawa ketempat

pelayanan kesehatan setempat, agar bisa ditangani secara tepat dan cepat

serta dapat membantu menurunkan angka mordibitas dan mortalitas bayi,

balita, dan anak-anak.

3. Bagi Puskesmas Pakuan Ratu

Diharapkan dapat mempertahankan kualitas pelayanan yang

diberikan dalam asuhan kebidanan yang harus berpegang pada teori yang

ada agar lebih berkualitas dalam pelayanan kesehatan sehingga akan

didapatkan hasil yang optimal dan dapat membantu upaya pemerintah

dalam menurunkan angka mordibitas dan mortalitas bayi, balita, dan anak-

anak.

39
DAFTAR PUSTAKA

Ardinasari E, 2016. Buku Pintar Mencegah & Mengobati Penyakit Bayi & Anak.
Jakarta : Penerbit Bestari
Arikunto, 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT
Rineka Cipta
Hidayat, 2007. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Anallisis Data. Jakarta :
Salemba Medika
Kemenkes RI. 2015. Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

.Profil Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta: Kementrian


Kesehatan RI.
Manggiasih V.A, Jaya P, 2016. Buku ajarAsuhan Kebidanan Pada Neonatus,
Bayi, Balita Dan Anak Pra Sekolah. Jakarta : CV. Trans Info Media
Matondang C.S, Wahidiyat I, Sastroasmoro S, 2013. Diagnosis Fisis Pada Anak,
Edisi 5. Jakarta : PT Sagung Seto
Muslihatun W.N, Mufdlilah, Setiyawati N, 2009. Dokumentasi Kebidanan.
Yogyakarta : Fitramaya
Notoatmodjo S, 2010. Metode Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi. Jakarta :
Rineka Cipta
Riandita A, 2012. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Demam
Dengan Pengelolaan Demam Pada Anak. Jurnal Kedokteran 2012.
Universitas Diponegoro. Semarang
Septiari, 2012. Mencetak Balita Cerdas Dan Pola Asuh Orang Tua. Yogyakarta :
Nuha Medika
Sihaloho U.K, 2015. Kejang Demam Kompleks. Jurnal Kedokteran 2015.
Universitas Lampung
Sodikin, 2012. Prinsip Perawatan Demam Pada Anak. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar
Suriadi dan Yuliani R, 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi 2. Jakarta :
CV. Sagung Seto
Varney, M. Kriebs, Gegor C.L, 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Edisi 4.
Jakarta : EGC
Walyani, 2015. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta : Pustaka
Barupress

Anda mungkin juga menyukai