Disusun Oleh :
FAUZIYAH UMAR
21159010087
LAPORAN KASUS
Disusun oleh :
NAMA : Fauziyah Umar
NIM : 21159010087
KELAS :B
Disetujui:
Kepala Ruangan
Tanggal: 20 Agustus 2022
Di: Puskesmas Sreseh (Endang Ratnawati, S.Tr.Keb)
Pembimbing Institusi
Tanggal: 20 Agustus 2022
Di: Puskesmas Sreseh ( Dr.Hj.Eny Susanti,M.Keb)
NIDN. 0707058302
Pembimbing Kasus
Tanggal: 20 Agustus 2022 ( dr.Nurus Zakiyah )
Di: Puskesmas Sreseh
NIP. 19771007 2006042 0 21
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini yang berjudul “ASUHAN KEBIDANAN
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan dan kesalahan untuk
kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan dan pada pembaca dari pada
kesempurnaan dan keberhasilan laporan ini selanjutnya kami berharap semoga pembaca
dapat mengambil manfaat dari laporan ini bagi kami khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam dalam istilah medis dikenal sebagai febris, yaitu suatu kondisi umum yang terjadi
terutama pada anak-anak. Penangan febris pada anak sangat tergantung pada orang tua. Hasil
penelitian terdahulu memperlihatkan hampir 80% orang tua mempunyai “fobia” febris. Febris
adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh di atas normal, yaitu diatas 38 C (Riandita, 2012 ;
Ardinasari, 2016). Febris merupakan suatu gejala yang menyertai penyakit lain. biasanya
merupakan adanya tanda infeksi pada tubuh anak, dan dapat memicu timbulnya kejang.
Tingginya suhu pemicu kejang bervariasi pada setiap anak, kejang dapat terjadi pada suhu
yang terlalu tinggi, antara 38C - 40C tergantung kondisi masing-masing anak (Ardinasari,
2016). Kejang dapat menyebabkan gangguan lain seperti resiko persisten bakterimia, resiko
meningitis, dan risiko ke arah keseriusan penyakit lainnya (Suriadi dan Yuliani, 2006).
Hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 menunjukkan Angka Kematian
Balita (AKABA) sebesar 26,29 per 1.000 kelahiran hidup, dan sudah memenuhi target
Millennium Development Goals (MDGs) 2015 sebesar 32 per 1.000 kelahiran hidup
(Kemenkes RI, 2015). Angka Kematian Balita (AKABA) di Provinsi Jawa Tengah tahun
2014 sebesar 11,54 per 1.000 kelahiran hidup, menurun dibandingkan dengan tahun 2013
sebesar 11,80 per 1.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Balita (AKABA) di Provinsi Jawa
Tengah juga sudah melampaui target MDG’s tahun 2015 yaitu 23 per 1000 kelahiran
hidupn(Dinkes Jateng, 2014). Angka Kematian Balita (AKABA) pada tahun 2014 sebesar 1,5
per 1000 kelahiran hidup, turun dibandingkan tahun 2013 sebesar 1,6 per 1000 kelahiran
hidup. Namun masih ada lebih dari 19 anak meninggal setiap tahunnya di Kabupaten
Karanganyar. Penyebabnya adalah anak-anak dari keluarga miskin yanng terkena penyakit
yang mudah di cegah dan di obati seperti pneumonia, diare dan demam atau febris (Dinkes
Kabupaten Karanganyar, 2014).
Badan kesehatan dunia (WHO) memperkiraka jumlah kasus demam di seluruh dunia
mencapai 16-33 juta dengan 500-600 ribu kematian tiap tahhunnya. Jumlah penderita febris
di Indonesia dilaporkan lebih tinggi angka kejadian dibandingkan dengan Negara-negara
lainnya yaitu sekitar 80%-90% dari selruh febris yang dilaporkan adalah febris sederhana.
Angka kejadian 2010 di wilayah Jawa Tengah sekitar 2-5% terjadi pada anak usia 6 bulan
sampai 5 tahun setiap bulannya (Dinkes, Jawa Tengah, 2009). berdasarkan data yang
diperoleh Dinas Kesehatan Jawa Tengah berdasarkan system survailens terpadu beberapa
penyakit terpilih pada tahun 2016 penderita demam ada 50.422 penderita termasuk urutan
ketiga dibawah TBC dan dare, sedangkan pada tahun 2017 jumlah penderita demam
meningkat menjadi 54.243 penderita. Hal ini menunjukan bahwa angka kejadian demam di
Jawa Tengah termasuk tinggi
B TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Mahasiswa kebidanan mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi,
balita dan anak prasekolah agar dapat mendukung peran tugas dan kewajiban seorang
bidan .
2. TUJUAN KHUSUS
1. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian yaitu dengan mengumpulkan ds dan
do pada bayi, balita dan anak prasekolah
2. Mahasiswa mampu melakukan interpretasi data yang telah dikumpulkan sehingga
dapat merumuskan diagnose dan masalah yang spesifik pada bayi, balita dan anak
prasekolah
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnose atau masalah potensial dan
mengantisipasi penanganannya pada bayi, balita dan anak prasekolah
4. Mahasiswa mampu mengetahui kebutuhan terhadap tindakan segera pada bayi,
balita dan anak prasekolah
5. Mahasiswa mampu merencanakan asuhan secara menyeluruh dengan tepat pada
bayi, balita dan anak prasekolah
6. Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan secara tepat pada bayi, balita dan anak
prasekolah
7. Mahasiswa mampu mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan pada bayi,
balita dan anak prasekolah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori
1. Balita
a. Pengertian
e) Melakukan pembicaraan.
b) Bermain air.
c) Menendang bola.
a) Melompat.
b) Melompat jauh.
a) Lomba karung.
b) Main engklek.
c) Melompat tali.
d) Belajar mengingat-ingat
e) Mengenal angka.
g) Mengenal musim.
h) Membaca majalah.
1) Alergi/biduran
2) Asma
3) Batuk
4) Cacar air
5) Cacingan
6) Campak
7) Demam
8) Diare
9) Defisiensi Gizi
10) Influenza
12) Mimisan
13) Sakit Kuning
2. Febris
a. Pengertian
Febris adalah meningkatnya temperatur tubuh secara abnormal (Suriadi dan Yuliani,
2006). Febris dapat di definisikan dengan suatu keadaan suhu tubuh di atas normal
sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus yang di pengaruhi oleh
interleukin-1 (Sodikin, 2012). Febris adalah suatu keadaan di mana suhu tubuh di atas
normal, yaitu diatas 38 C (Riandita, 2012). Febris adalah salah satu keluhan yang paling
sering di kemukakan, yang terdapat pada berbagai penyakit baik infeksi maupun non-
infeksi (Matondang dkk, 2013). Febris adalah meningkatnya suhu tubuh di atas 38 C
yang terdapat pada berbagai penyakit.
b. Etiologi
Zat yang menyebabkan febris adalah pirogen. Ada dua jenis pirogen yaitu pirogen
eksogen dan endogen. Pirogen eksogen berasal dari luar tubuh dan berkemampuan
untuk merangsang interleukin-1. Sedangkan pirogen endogen berasal dari dalam tubuh
dan memiliki kemampuan untuk merangsang febris dengan mempengaruhi kerja pusat
pengatur suhu di hipotalamus (Sodikin, 2012). Dilihat dari faktor penyebabnya, febris
bisa dibedakan menjadi dua. Pertama, febris sebagai akibat dari suatu infeksi oleh
kuman, virus, parasit, atau mikroorganisme lain. Kedua, febris yang di sebabkan oleh
faktor non infeksi antara lain faktor alergi, dehidrasi pada anak. Febris hanya bisa
disebabkan oleh alergi terhadap benda-benda tertentu seperti serbuk sari dari pohon,
ilalang, rumput, bulu binatang, debu rumah dan jamur (Sudarmoko, 2013).
c. Patofisiologi
Febris dimulai dengan timbulnya reaksi tubuh terhadap pirogen. Saat mekanisme
ini berlangsung bakteri atau pecahan jaringan akan difagositosis oleh leukosit,
makrofag, serta limfosit pembunuh yang memiliki granula dalam ukuran besar. Seluruh
sel ini kemudian mencerna hasil pemecahan bakteri, dan melepaskan zat interleukin-1
ke dalam cairan tubuh (zat pirogen leukosit/pirogen endogen). Mekanisme febris
terlihat jelas pada saat interleukin-1 sudah sampai ke hipotalamus akan menimbulkan
febris dengan cara meningkatkan temperatur tubuh dalam waktu 8–10 menit (Sodikin,
2012). Febris sering kali dikaitkan dengan adanya gangguan pada “set point”
hipotalamus oleh karena infeksi, alergi, endotoxin atau tumor (Sudarmoko, 2013).
Sewaktu febris berlangsung, akan terlihat berbagai gejala klinis tergantung dari fase
febris nya. Ada 3 fase yang terjadi selama febris berlangsung, yaitu 1) Fase I ( awitan
dingin atau menggigil )
b) Berkeringat.
c) Mengigil ringan.
Menurut Suriadi, Yuliani (2006) dan Sodikin (2012) gejala demam sebagai berikut :
2) Menggigil.
3) Berkeringat.
7) Kejang
e. Komplikasi febris
Komplikasi yang akan terjadi pada demam menurut Suriadi dan Yuliani (2006), yaitu :
1) Kejang.
3) Risiko meningitis.
f. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan febris menurut Suriadi dan Yuliani (2006) dan Sodikin (2012) sebagai
berikut :
1) Beri satu dosis paracetamol setiap 6 jam sampai demam hilang untuk demam ≥
38,5 C
5) Jika demam berlanjut lebih dari 7 hari, RUJUK untuk penilaian lebih lanjut
3. Dehidrasi
a. Klasifikasi tingkat dehidrasi pada anak menurut WHO (2009), adalah sebagai berikut:
1) Dehidrasi berat Terdapat dua atau lebih dari tanda di bawah ini :
b) Mata cekung
a) Rewel, gelisah
b) Mata cekung
1. Pengertian
a. Langkah I : Pengkajian
1) Identitas
Merupakan bagian yang paling penting untuk memastikan bahwa yang diperiksa
benar-benar anak yang dimaksud, dan tidak keliru dengan anak lain (Matondang dkk,
2013). Identitas tersebut meliputi :
Identitas dimulai dengan nama pasien, yang harus jelas dan lengkap ( nama depan,
nama tengah (bila ada), nama keluarga, dan nama panggilan akrabnya.
b) Umur
Umur pasien sebaiknya didapat dari tanggal lahir, yang dapat ditanyakan
ataupun dilihat dari Kartu Menuju Sehat atau kartu pemeriksaan kesehatan lainnya.
Usia anak diperlukan untuk menginterpretasi apakah data pemeriksaan klinis pada
anak tersebut normal sesuai dengan umurnya.
c) Jenis Kelamin
Jenis kelamin pasien sangat diperlukan, selain untuk identitas juga untuk penilaian
data pemeriksaan klinis, misalnya nilai-nilai baku, insidens seks, penyakit-penyakit
terangkai seks.
d) Anak ke
e) Nama Orangtua
Nama ayah, ibu, atau wali pasien harus dituliskan dengan jelas agar tidak keliru
dengan orang lain, mengingat banyak sekali nama yang sama. Bila ada, titel yang
bersangkutan harus disertakan.
f) Umur
g) Suku Bangsa
h) Agama
Data tentang agama juga memantapkan identitas; di samping itu perilaku seseorang
tentang kesehatan dan penyakit sering berhubungan dengan agama. Kebiasaan,
kepercayaan dan tradisi dapat menunjang namun tidak jarang dapat menghambat
perilaku hidup sehat.
i) Pendidikan orangtua
j) Pekerjaan orangtua
Menggambarkan keakurataan data yang akan diperoleh serta dapat ditentukan pola
pendekatan dalam anamnesis.
k) Alamat
Tempat tinggal pasien harus ditulikan dengan jelas dan lengkap, dengan nomor
rumah, nama jalan, RT,RW, kelurahan dan kecamatannya, serta bila ada nomor
teleponnya. Kejelasan alamat keluarga ini amat diperlukan agar sewaktu-waktu
dapat dihubungi, misalnya bila pasien menjadi sangat gawat, atau perlu tindakan
operasi segera, atau perlu pembelian obat/alat yang tidak tersedia di rumah sakit,
dan lain sebagainya.
a) Keluhan Utama
Keluhan utama yaitu keluhan atau gejala yang menyebabkan pasien dibawa berobat.
Perlu diperhatikan bahwa keluhan utama tidak selalu merupakan keluhan yeng
pertama disampaikan oleh orangtua pasien, hal ini terutama pada orangtua yang
pendidikannya rendah, yang kurang dapat mengemukakan esensi masalah
(Matondang dkk, 2013). Pada kasus febris keluhan yang dirasakan balita biasanya
sedikit rewel, cenderung emosional, susah minum, nafsu makan berkurang
(Sudarmoko, 2013).
Riwayat kesehatan yang lalu yang harus di periksa menurut Matondang, dkk (2013)
(1) Imunisasi
c) Riwayat sosial
(2) Hubungan pasien dengan anggota keluarga yaitu ibu, ayah serta anggota
keluarga yang lain.
(4) Perlu di upayakan untuk mengetahui terdapatnya masalah dalam keluarga, tetapi
harus diingat bahwa masalah ini sering menyangkut hal-hal sensitif, hingga di
perlukan kebijakan dan kearifan dalam pendekatannya. (Matondang dkk, 2013).
d) Riwayat pertumbuhan
Status pertumbuhan anak terutama pada usia balita dapat ditelaah dari kurva berat
badan terhadap umur dan panjang badan terhadap umur (Matondang dkk, 2013).
e) Riwayat perkembangan
Status perkembangan pasien perlu ditelaah secara rinci untuk mengetahui apakah
semua tahapan perkembangan dilalui dengan mulus atau terdapat penyimpangan
(Matondang dkk, 2013).
Untuk mengetahui berapa kali anak mandi dalam sehari karena untuk
mengetahui kebersihan anak tersebut (Walyani, 2015).
Untuk mengetahui berapa banyak anak BAB dan BAK dalam sehari (Walyani,
2015).
3) Data Objektif
Pemeriksaan Fisik
a) Status Generalis
Kesan keadaan sakit, kesadaran dan kesan status gizi (Matondang dkk, 2013).
(2) Kesadaran
(b) Pernafasan
Menilai laju pernafasan, irama atau keteraturan, kedalaman dan tipe atau
pola pernapasan. Pada kasus balita dengan febris terjadi pernafasan yang
lebih cepat dari normal (Matondang dkk, 2013).
(c) Suhu
Suhu tubuh dapat sedikit meningkat apabila anak menangis, setelah makan,
setelah bermain, dan ansietas (Matondang,dkk,2013). Pada kasus balita
febris adalah suhu tubuh di atas normal, yaitu diatas 38C (Riandita, 2012).
(4) Antropometri
Pada anak berumur 1-5 tahun, LILA saja sudah dapat menunjukkan status gizi
(Matondang dkk, 2013).
Untuk menilai bentuk dan besar dada, kesimetrisan, gerakan dada, deformitas
penonjolan, pembengkakan, dan kelainan lain (Muslihatun dkk, 2009).
Untuk mengetahui status nutrisi dan pertumbuhan fisik anak (Matondang dkk,
2013).
Untuk menilai apakah ada masalah dalam pemenuhan nutrisi pada anak
(Matondang dkk, 2013).
b) Pemeriksaan Sistematis
(c) Telinga : Untuk menilai telinga bagian luar yaitu bentuk, besar dan posisi daun
telinga.
(2) Leher : Untuk menilai tekanan vena jugularis, massa pada leher dan pembesaran
kelenjar tiroid.
(4) Perut : Untuk ukuran, bentuk, peristaltik usus dan suara bising.
(6) Anogenital
c) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang atau pemeriksaan laboratorium dalam arti luas adalah setiap
pemeriksaan yang dilakukan di luar pemeriksaan fisik (Matondang dkk, 2013). Pada
kasus febris pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan hematologi
(pemeriksaan darah) diperlukan jikademam pada anak lebih dari tiga hari (Sodikin,
2012).
Penatalaksanaan
Melaksanakan rencana perawatan secara menyeluruh. Langkah ini dapat dilakukan
secara keseluruhan oleh bidan atau tim anggota kesehatan yang lain. Apabila tidak
dapat melakukannya sendiri, bidan bertanggung jawab untuk memastikan bahwa
implementasi benar-benar dilakukan. Penatalaksanaan febris menurut Suriadi dan
Yuliani (2006) dan Sodikin (2012) sebagai berikut :
1) Memberi satu dosis paracetamol setiap 6 jam sampai demam hilang untuk demam ≥
38,5C
5) Menganjurkan jika demam berlanjut lebih dari 7 hari, RUJUK untuk penilaian lebih
lanjut
Evaluasi
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI, BALITA DAN ANAK PRASEKOLAH
DENGAN FEBRIS DI PMB ISYA MULYANINGSIH, S.ST., Bd
A. PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian : 08 Agustus 2022
Jam : 10.00 WIB
B. IDENTITAS
a. Biodata
Nama pasien
Nama : Balita. “D”
Tanggal lahir /umur : 20 April 2019/ 3 tahun 4 bulan
Jenis kelamin : Laki-laki
Anak ke : 2 (dua)
b. Nama orang tua
Nama : Ny. “S” Nama : Tn. “M”
Umur : 27 tahun Umur : 29 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Madura Suku : Madura
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta
Alamat : Sreseh Alamat : Sreseh
C. DATA SUBYEKTIF
1. Keluhan utama
Ibu mengatakan anaknya panas sejak tadi malam tanggal 07-8-2022, rewel dan
sudah di kompres tadi malam.
2. Riwayat kesehatan
a. Dahulu
Ibu mengatakan anak tidak mempunyai penyakit kronis jantung, ginjal menurun
(asma Dm, hipertensi) menular (HIV/AIDS, TBC)
b. Sekarang
Ibu mengatakan anak tidak mempunyai penyakit kronis jantung, ginjal) menurun
(asma Dm, hipertensi) menular (HIV/AIDS, TBC)
c. Keluarga
Keluarga tidak mempunyai penyakit kronis jantung, ginjal) menurun (asma Dm,
hipertensi) menular (HIV/AIDS, TBC)
3. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
Jenis persalinan : normal
BB Lahir : 3500 gram
4. Riwayat tumbuh kembang
Pertumbuhan BB/TB : baik (15 kg/100 cm)
Perkembangan anak : baik
Kelainan bawaan : tidak ada
5. Riwayat imunisasi : imunisasi lengkap
6. Pola kebiasaan sehari – hari
a. Nutrisi : anak makan sehari 2 kali dengan porsi berkurang dari sebelumnya .
b. Eliminasi : BAB 1 kali sehari, BAK 4 kali sehari
c. Istirahat : istirahat tadi malam 7 jam dan siang 2 jam
d. Activity : anak rewel
e. Personal hygiene : mandi 2 kali sehari dengan air hangat, ganti baju 2 kali sehari
D. DATA OBYEKTIF
a. Pemeriksaan Umum
Kesadaran umum : baik
Kesadaran : composmentis
TTV : RR : 30 x/menit Antropometri :
S : 38,5°C BB/TB: 15Kg/100 cm
N : 136 x/menit
b. Pemeriksaan fisik
Kepala : tidak ada caput seccadenum, chepal hemotoma, hidrocepalus
Wajah : tampak kemerahan
Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih
Mulut : bibir lembab, tidak ada stomatitis
Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar
Dada : tidak ada tarikan intercosta
Abdomen : tidak kembung
Genetalia : tidak dikaji
Ekstremitas : gerak aktif
Kulit : tidak ada lesi, teraba panas
Anus : tidak ada atresia ani
E. ASSESMENT
Balita ‘’D’’ usia 3 tahun 4 bulan dengan Febris
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Febris adalah salah satu keluhan yang paling sering di kemukakan, yang
terdapat pada berbagai penyakit baik infeksi maupun non-infeksi (Matondang dkk,
2013). Febris adalah meningkatnya suhu tubuh di atas 38 C yang terdapat pada
berbagai penyakit. Febris dimulai dengan timbulnya reaksi tubuh terhadap pirogen.
Saat mekanisme ini berlangsung bakteri atau pecahan jaringan akan difagositosis oleh
leukosit, makrofag, serta limfosit pembunuh yang memiliki granula dalam ukuran
besar.
Seluruh sel ini kemudian mencerna hasil pemecahan bakteri, dan melepaskan
zat interleukin-1 ke dalam cairan tubuh (zat pirogen leukosit/pirogen endogen).
Mekanisme febris terlihat jelas pada saat interleukin-1 sudah sampai ke hipotalamus
akan menimbulkan febris dengan cara meningkatkan temperatur tubuh dalam waktu
8–10 menit (Sodikin, 2012). Kasus diatas yaitu An. ‘’D’’ umur 3 tahun dengan febris
dan hasil Pemeriksaan, kesadaran umum: baik, kesadaran : composmentis, RR: 30
x
/menit, S: 38,5°C, N : 136 x/menit.
DAFTAR PUSTAKA
Ardinasari E, 2016. Buku Pintar Mencegah & Mengobati Penyakit Bayi & Anak.
Jakarta : Penerbit Bestari
Atika, Dyah P.D. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Balita Sakit An. A Umur 3 Tahun
dengan Febris di BPM Al-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali. KTI DIII
Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2014. Profil Kesehatan Profinsi Jawa Tengah
Tahun 2014. Semarang : Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
Manggiasih V.A, Jaya P, 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Neonatus,
Bayi, Balita Dan Anak Pra Sekolah. Jakarta : CV. Trans Info Media
Maryunani, 2016. Manajemen Kebidanan. Jakarta : CV. Trans Info Medika
Matondang C.S, Wahidiyat I, Sastroasmoro S, 2013. Diagnosis Fisis Pada
Anak,Edisi 5. Jakarta : PT Sagung Seto