Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI, BALITA DAN ANAK


PRASEKOLAH USIA 3 TAHUN DENGAN FEBRIS
DI PUSKESMAS SRESEH
KABUPATEN SAMPANG

Disusun guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan


Stase Asuhan Kebidanan Bayi, Balita dan Anak Prasekolah

Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Disusun Oleh :
FAUZIYAH UMAR
21159010087

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


STIKES NGUDIA HUSADA MADURA
TAHUN 2022
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI, BALITA DAN ANAK PRASEKOLAH

USIA 3 TAHUN DENGAN FEBRIS


DI PUSKESMAS SRESEH
KABUPATEN SAMPANG

Disusun oleh :
NAMA : Fauziyah Umar
NIM : 21159010087
KELAS :B

Tanggal Pemberian Asuhan : 8 Agustus 2022

Disetujui:

Kepala Ruangan
Tanggal: 20 Agustus 2022
Di: Puskesmas Sreseh (Endang Ratnawati, S.Tr.Keb)

NIP. 19770224 200501 2 008

Pembimbing Institusi
Tanggal: 20 Agustus 2022
Di: Puskesmas Sreseh ( Dr.Hj.Eny Susanti,M.Keb)
NIDN. 0707058302

Pembimbing Kasus
Tanggal: 20 Agustus 2022 ( dr.Nurus Zakiyah )
Di: Puskesmas Sreseh
NIP. 19771007 2006042 0 21

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya

sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini yang berjudul “ASUHAN KEBIDANAN

PADA BAYI, BALITA DAN ANAK PRASEKOLAH DENGAN FEBRIS”

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan dan kesalahan untuk

kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan dan pada pembaca dari pada

kesempurnaan dan keberhasilan laporan ini selanjutnya kami berharap semoga pembaca

dapat mengambil manfaat dari laporan ini bagi kami khususnya dan bagi pembaca pada

umumnya

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demam dalam istilah medis dikenal sebagai febris, yaitu suatu kondisi umum yang terjadi
terutama pada anak-anak. Penangan febris pada anak sangat tergantung pada orang tua. Hasil
penelitian terdahulu memperlihatkan hampir 80% orang tua mempunyai “fobia” febris. Febris
adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh di atas normal, yaitu diatas 38 C (Riandita, 2012 ;
Ardinasari, 2016). Febris merupakan suatu gejala yang menyertai penyakit lain. biasanya
merupakan adanya tanda infeksi pada tubuh anak, dan dapat memicu timbulnya kejang.
Tingginya suhu pemicu kejang bervariasi pada setiap anak, kejang dapat terjadi pada suhu
yang terlalu tinggi, antara 38C - 40C tergantung kondisi masing-masing anak (Ardinasari,
2016). Kejang dapat menyebabkan gangguan lain seperti resiko persisten bakterimia, resiko
meningitis, dan risiko ke arah keseriusan penyakit lainnya (Suriadi dan Yuliani, 2006).

Hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 menunjukkan Angka Kematian
Balita (AKABA) sebesar 26,29 per 1.000 kelahiran hidup, dan sudah memenuhi target
Millennium Development Goals (MDGs) 2015 sebesar 32 per 1.000 kelahiran hidup
(Kemenkes RI, 2015). Angka Kematian Balita (AKABA) di Provinsi Jawa Tengah tahun
2014 sebesar 11,54 per 1.000 kelahiran hidup, menurun dibandingkan dengan tahun 2013
sebesar 11,80 per 1.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Balita (AKABA) di Provinsi Jawa
Tengah juga sudah melampaui target MDG’s tahun 2015 yaitu 23 per 1000 kelahiran
hidupn(Dinkes Jateng, 2014). Angka Kematian Balita (AKABA) pada tahun 2014 sebesar 1,5
per 1000 kelahiran hidup, turun dibandingkan tahun 2013 sebesar 1,6 per 1000 kelahiran
hidup. Namun masih ada lebih dari 19 anak meninggal setiap tahunnya di Kabupaten
Karanganyar. Penyebabnya adalah anak-anak dari keluarga miskin yanng terkena penyakit
yang mudah di cegah dan di obati seperti pneumonia, diare dan demam atau febris (Dinkes
Kabupaten Karanganyar, 2014).

Badan kesehatan dunia (WHO) memperkiraka jumlah kasus demam di seluruh dunia
mencapai 16-33 juta dengan 500-600 ribu kematian tiap tahhunnya. Jumlah penderita febris
di Indonesia dilaporkan lebih tinggi angka kejadian dibandingkan dengan Negara-negara
lainnya yaitu sekitar 80%-90% dari selruh febris yang dilaporkan adalah febris sederhana.
Angka kejadian 2010 di wilayah Jawa Tengah sekitar 2-5% terjadi pada anak usia 6 bulan
sampai 5 tahun setiap bulannya (Dinkes, Jawa Tengah, 2009). berdasarkan data yang
diperoleh Dinas Kesehatan Jawa Tengah berdasarkan system survailens terpadu beberapa
penyakit terpilih pada tahun 2016 penderita demam ada 50.422 penderita termasuk urutan
ketiga dibawah TBC dan dare, sedangkan pada tahun 2017 jumlah penderita demam
meningkat menjadi 54.243 penderita. Hal ini menunjukan bahwa angka kejadian demam di
Jawa Tengah termasuk tinggi

B TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Mahasiswa kebidanan mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi,
balita dan anak prasekolah agar dapat mendukung peran tugas dan kewajiban seorang
bidan .
2. TUJUAN KHUSUS
1. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian yaitu dengan mengumpulkan ds dan
do pada bayi, balita dan anak prasekolah
2. Mahasiswa mampu melakukan interpretasi data yang telah dikumpulkan sehingga
dapat merumuskan diagnose dan masalah yang spesifik pada bayi, balita dan anak
prasekolah
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnose atau masalah potensial dan
mengantisipasi penanganannya pada bayi, balita dan anak prasekolah
4. Mahasiswa mampu mengetahui kebutuhan terhadap tindakan segera pada bayi,
balita dan anak prasekolah
5. Mahasiswa mampu merencanakan asuhan secara menyeluruh dengan tepat pada
bayi, balita dan anak prasekolah
6. Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan secara tepat pada bayi, balita dan anak
prasekolah
7. Mahasiswa mampu mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan pada bayi,
balita dan anak prasekolah

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori

1. Balita

a. Pengertian

Balita adalah anak dengan usia di bawah 5 tahun dengan karakteristik


pertumbuhan yakni pertumbuhan cepat pada usia 0-1 tahun dimana umur 5 bulan
berat badan naik 2x berat badan lahir, dan 3x berat badan lahir pada umur 1 tahun
dan menjadi 4x pada umur 2 tahun (Septiari, 2012). Anak Balita adalah anak yang
berusia antara 1-5 tahun (Sudarmoko, 2013). Menurut Penulis, balita adalah anak
yang menginjak usia 1 sampai 5 tahun dengan karekteristik pertumbuhan dan
perkembangan.

b. Tahapan Tumbuh Kembang Balita

Manggiasih (2016) mengelompokkan tahapan tumbuh kembang balita sebagai


berikut :

1) Umur 12-15 bulan

a) Berjalan naik dan turun tangga.

b) Berjalan sambil berjinjit.

c) Menangkap dan melempar bola

d) Menyebut nama bagian tubuh.

e) Melakukan pembicaraan.

2) Umur 15-18 bulan

a) Bermain di luar rumah.

b) Bermain air.

c) Menendang bola.

d) Bercerita tentang gambar di buku / majalah.


e) Permainan telepon-teleponan.

f) Menyebut berbagai barang.

3) Umur 18-24 bulan

a) Melompat.

b) Melatih keseimbangan tubuh.

c) Mendorong permainan dengan kaki.

d) Melihat acara televisi.

e) Mengerjakan perintah sederhana.

f) Berbicara tentang apa yang dilihatnya.

4) Umur 24-36 bulan

a) Latihan menghadapi rintangan.

b) Melompat jauh.

c) Melempar dan menangkap bola besar.

d) Menyebut nama lengkap anak.

e) Berbicara tentang diri anak.

f) Menyebut berbagai jenis pakaian.

5) Umur 36-48 bulan

a) Menangkap bola kecil dan melemparkan kembali.

b) Berjalan mengikuti garis lurus.

c) Melompat dengan satu kaki.

d) Mengenal huruf besar menurut alfabet di koran / majalah

e) Bercerita mengenai dirinya.

f) Bercerita melalui album foto.


6) Umur 48-60 bulan

a) Lomba karung.

b) Main engklek.

c) Melompat tali.

d) Belajar mengingat-ingat

e) Mengenal angka.

f) Mengenal huruf dan simbol.

g) Mengenal musim.

h) Membaca majalah.

c. Gangguan Kesehatan Pada Balita

Menurut sudarmoko (2013), penyakit pada balita sebagai berikut :

1) Alergi/biduran

2) Asma

3) Batuk

4) Cacar air

5) Cacingan

6) Campak

7) Demam

8) Diare

9) Defisiensi Gizi

10) Influenza

11) Kejang Demam

12) Mimisan
13) Sakit Kuning

2. Febris

a. Pengertian

Febris adalah meningkatnya temperatur tubuh secara abnormal (Suriadi dan Yuliani,
2006). Febris dapat di definisikan dengan suatu keadaan suhu tubuh di atas normal
sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus yang di pengaruhi oleh
interleukin-1 (Sodikin, 2012). Febris adalah suatu keadaan di mana suhu tubuh di atas
normal, yaitu diatas 38 C (Riandita, 2012). Febris adalah salah satu keluhan yang paling
sering di kemukakan, yang terdapat pada berbagai penyakit baik infeksi maupun non-
infeksi (Matondang dkk, 2013). Febris adalah meningkatnya suhu tubuh di atas 38 C
yang terdapat pada berbagai penyakit.

b. Etiologi

Zat yang menyebabkan febris adalah pirogen. Ada dua jenis pirogen yaitu pirogen
eksogen dan endogen. Pirogen eksogen berasal dari luar tubuh dan berkemampuan
untuk merangsang interleukin-1. Sedangkan pirogen endogen berasal dari dalam tubuh
dan memiliki kemampuan untuk merangsang febris dengan mempengaruhi kerja pusat
pengatur suhu di hipotalamus (Sodikin, 2012). Dilihat dari faktor penyebabnya, febris
bisa dibedakan menjadi dua. Pertama, febris sebagai akibat dari suatu infeksi oleh
kuman, virus, parasit, atau mikroorganisme lain. Kedua, febris yang di sebabkan oleh
faktor non infeksi antara lain faktor alergi, dehidrasi pada anak. Febris hanya bisa
disebabkan oleh alergi terhadap benda-benda tertentu seperti serbuk sari dari pohon,
ilalang, rumput, bulu binatang, debu rumah dan jamur (Sudarmoko, 2013).

c. Patofisiologi

Febris dimulai dengan timbulnya reaksi tubuh terhadap pirogen. Saat mekanisme
ini berlangsung bakteri atau pecahan jaringan akan difagositosis oleh leukosit,
makrofag, serta limfosit pembunuh yang memiliki granula dalam ukuran besar. Seluruh
sel ini kemudian mencerna hasil pemecahan bakteri, dan melepaskan zat interleukin-1
ke dalam cairan tubuh (zat pirogen leukosit/pirogen endogen). Mekanisme febris
terlihat jelas pada saat interleukin-1 sudah sampai ke hipotalamus akan menimbulkan
febris dengan cara meningkatkan temperatur tubuh dalam waktu 8–10 menit (Sodikin,
2012). Febris sering kali dikaitkan dengan adanya gangguan pada “set point”
hipotalamus oleh karena infeksi, alergi, endotoxin atau tumor (Sudarmoko, 2013).
Sewaktu febris berlangsung, akan terlihat berbagai gejala klinis tergantung dari fase
febris nya. Ada 3 fase yang terjadi selama febris berlangsung, yaitu 1) Fase I ( awitan
dingin atau menggigil )

Pada fase awal ini febris akan disertai dengan :

a) Peningkatan denyut jantung.

b) Peningkatan laju dan kedalaman pernafasan.

c) Menggigil akibat tegangan dan kontraksi otot.

d) Kulit pucat dan dingin karena vasokonstriksi.

e) Merasakan sensasi dingin.

f) Dasar kuku mengalami sianosis karena vasokonstriksi.

g) Rambut kulit berdiri.

h) Pengeluaran keringat berlebihan.

i) Peningkatan suhu tubuh.

2) Fase II ( proses febris )

a) Proses menggigil hilang

b) Kulit terasa hangat (panas).

c) Merasa tidak panas (dingin).

d) Peningkatan nadi dan laju pernafasan.

e) Peningkatan rasa haus.

f) Dehidrasi ringan sampai berat.

g) Mengantuk, delirium, atau kejang akibat iritasi sel saraf.

h) Kehilangan nafsu makan ( bila demam memanjang )


3) Fase III ( pemulihan )

Saat fase pemulihan maka akan disertai :

a) Kulit tampak merah dan hangat.

b) Berkeringat.

c) Mengigil ringan.

d) Kemungkinan mengalami dehidrasi.

d. Manifestasi klinis febris

Menurut Suriadi, Yuliani (2006) dan Sodikin (2012) gejala demam sebagai berikut :

1) Peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal (>38C)

2) Menggigil.

3) Berkeringat.

4) Gelisah atau lethargy

5) Tidak ada nafsu makan

6) Nadi dan pernapasan cepat.

7) Kejang

e. Komplikasi febris

Komplikasi yang akan terjadi pada demam menurut Suriadi dan Yuliani (2006), yaitu :

1) Kejang.

2) Risiko persisten bakteremia.

3) Risiko meningitis.

4) Risiko ke arah keseriusan penyakit.

f. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan febris menurut Suriadi dan Yuliani (2006) dan Sodikin (2012) sebagai
berikut :

1) Pemberian terapi antipiretik dan antibiotik sesuai program.

2) Berikan minuman lebih banyak dari biasanya.

3) Pakaian yang di gunakan anak baiknya dengan pakaian yang tipis.

4) Monitor temperatur secara ketat.

5) Hindari kompres alkohol dan air es.

6) Kompres hangat ( Tepid Water Sponge ) dengan cara :

a) Menyiapkan air hangat

b) Mencelupkan waslap atau handuk kecil ke waskom dan mengkompresnya di


daerah dahi, dada, dan ketiak.

c) Melakukan tindakan di atas beberapa kali (setelah kulit kering ).

7) Menghentikan prosedur bila suhu tubuh mendekati normal

Penatalaksanaan Febris menurut Kemenkes RI (2015) dalam buku Manajemen


Terpadu Balita Sakit (MTBS) sebagai berikut :

1) Beri satu dosis paracetamol setiap 6 jam sampai demam hilang untuk demam ≥
38,5 C

2) Obati penyebab lain dari demam

3) Nasihati kapan kembali segera

4) Kunjungan ulang 2 hari jika tetap demam

5) Jika demam berlanjut lebih dari 7 hari, RUJUK untuk penilaian lebih lanjut

3. Dehidrasi
a. Klasifikasi tingkat dehidrasi pada anak menurut WHO (2009), adalah sebagai berikut:

1) Dehidrasi berat Terdapat dua atau lebih dari tanda di bawah ini :

a) Latergis/ tidak sadar

b) Mata cekung

c) Tidak bisa minum atau malas minum

d) Cubitan kulit perut kembali sangat lambat ( ≥ 2 detik)

2) Dehidrasi sedang Terdapat dua atau lebih tanda di bawah ini :

a) Rewel, gelisah

b) Mata cekung

c) Minum dengan lahap, haus

d) Cubitan kulit kembali lambat

3) Tanpa dehidrasi Tidak terdapat cukup tanda utuk diklasifikasikan sebagai


dehidrasi sedang atau berat

B. Teori Manajemen Kebidanan

1. Pengertian

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai


metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,
penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk
pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien (Maryunani, 2016).

2. Proses Asuhan Kebidanan

Adapun tujuh langkah proses manajemen menurut Rismalinda (2014) :

a. Langkah I : Pengkajian

Mengumpulkan data dasar yang menyeluruh untuk mengevaluasi pasien. Data


dasar ini meliputi pengkajian riwayat, pemeriksaan fisik sesuai indikasi, meninjau
kembali proses perkembangan keperawatan saat ini atau catatan rumah sakit
terdahulu, dan meninjau kembali data hasil laboratorium dan laporan penelitian
terkait secara singkat, data dasar yang diperlukan adalah semua data yanng berasal
dari semua sumber informasi yang berkaitan dengan kondisi pasien (Varney,
2007). Pengkajian balita dengan febris antara lain :

1) Identitas

Merupakan bagian yang paling penting untuk memastikan bahwa yang diperiksa
benar-benar anak yang dimaksud, dan tidak keliru dengan anak lain (Matondang dkk,
2013). Identitas tersebut meliputi :

a) Nama Bayi atau Balita

Identitas dimulai dengan nama pasien, yang harus jelas dan lengkap ( nama depan,
nama tengah (bila ada), nama keluarga, dan nama panggilan akrabnya.

b) Umur

Umur pasien sebaiknya didapat dari tanggal lahir, yang dapat ditanyakan
ataupun dilihat dari Kartu Menuju Sehat atau kartu pemeriksaan kesehatan lainnya.
Usia anak diperlukan untuk menginterpretasi apakah data pemeriksaan klinis pada
anak tersebut normal sesuai dengan umurnya.

c) Jenis Kelamin

Jenis kelamin pasien sangat diperlukan, selain untuk identitas juga untuk penilaian
data pemeriksaan klinis, misalnya nilai-nilai baku, insidens seks, penyakit-penyakit
terangkai seks.

d) Anak ke

Dikaji untuk mengetahui jumlah saudara pasien.

e) Nama Orangtua
Nama ayah, ibu, atau wali pasien harus dituliskan dengan jelas agar tidak keliru
dengan orang lain, mengingat banyak sekali nama yang sama. Bila ada, titel yang
bersangkutan harus disertakan.

f) Umur

Dikaji untuk mengetahui umur orang tua.

g) Suku Bangsa

Memantapkan identitas seseorang tentang kesehatan dan penyakit.

h) Agama

Data tentang agama juga memantapkan identitas; di samping itu perilaku seseorang
tentang kesehatan dan penyakit sering berhubungan dengan agama. Kebiasaan,
kepercayaan dan tradisi dapat menunjang namun tidak jarang dapat menghambat
perilaku hidup sehat.

i) Pendidikan orangtua

Tingkat pendidikan orangtua juga berperan dalam pendekatan selanjutnya,


misalnya dalam pemeriksaan penunjang dan penentuan tata laksana pasien
selanjutnya.

j) Pekerjaan orangtua

Menggambarkan keakurataan data yang akan diperoleh serta dapat ditentukan pola
pendekatan dalam anamnesis.

k) Alamat

Tempat tinggal pasien harus ditulikan dengan jelas dan lengkap, dengan nomor
rumah, nama jalan, RT,RW, kelurahan dan kecamatannya, serta bila ada nomor
teleponnya. Kejelasan alamat keluarga ini amat diperlukan agar sewaktu-waktu
dapat dihubungi, misalnya bila pasien menjadi sangat gawat, atau perlu tindakan
operasi segera, atau perlu pembelian obat/alat yang tidak tersedia di rumah sakit,
dan lain sebagainya.

2) Anamnesa (Data Subjekif)


Anamnesa adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara (Matondang dkk,
2013).

a) Keluhan Utama

Keluhan utama yaitu keluhan atau gejala yang menyebabkan pasien dibawa berobat.
Perlu diperhatikan bahwa keluhan utama tidak selalu merupakan keluhan yeng
pertama disampaikan oleh orangtua pasien, hal ini terutama pada orangtua yang
pendidikannya rendah, yang kurang dapat mengemukakan esensi masalah
(Matondang dkk, 2013). Pada kasus febris keluhan yang dirasakan balita biasanya
sedikit rewel, cenderung emosional, susah minum, nafsu makan berkurang
(Sudarmoko, 2013).

b) Riwayat kesehatan yang lalu

Riwayat kesehatan yang lalu yang harus di periksa menurut Matondang, dkk (2013)

(1) Imunisasi

Status imunisasi pasien, baik imunisasi dasar maupun imunisasi ulangan


(booster) harus secara rutin di tanyakan untuk mengetahui status perlindungan
pediatrik yang diperoleh mungkin dapat membantu diagnosis pada beberapa
keadaan tertentu.

(2) Riwayat kesehatan keluarga atau menurun

Data keluarga pasien perlu diketahui dengan akurat untuk memperoleh


gambaran keadaan sosial-ekonimi-budaya dan kesehatan keluarga pasien.

(3) Riwayat penyakit yang lalu

Mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum terdapat keluhan sampai ia


di bawa berobat .

(4) Riwayat penyakit sekarang


Perlu diketahui keadaan atau penyakit yang berkaitan dengan penyakit sekrang.
Perlu ditanyakan dengan teliti termasuk jenis keluhan, waktu keluhan,
perkembangannya, dan responnya terhadap pengobatan yang diberikan.

c) Riwayat sosial

(1) Siapa yang mengasuh balita

(2) Hubungan pasien dengan anggota keluarga yaitu ibu, ayah serta anggota
keluarga yang lain.

(3) Hubungan dengan teman sebaya dilingkungan sekitar rumah.

(4) Perlu di upayakan untuk mengetahui terdapatnya masalah dalam keluarga, tetapi
harus diingat bahwa masalah ini sering menyangkut hal-hal sensitif, hingga di
perlukan kebijakan dan kearifan dalam pendekatannya. (Matondang dkk, 2013).

d) Riwayat pertumbuhan

Status pertumbuhan anak terutama pada usia balita dapat ditelaah dari kurva berat
badan terhadap umur dan panjang badan terhadap umur (Matondang dkk, 2013).

e) Riwayat perkembangan

Status perkembangan pasien perlu ditelaah secara rinci untuk mengetahui apakah
semua tahapan perkembangan dilalui dengan mulus atau terdapat penyimpangan
(Matondang dkk, 2013).

f) Pola kebiasaan sehari-hari

(1) Pola nutrisi

Pada anamnesis tentang riwayat makanan diharapkan dapat diperoleh


keterangan tentang makanan yang dikonsumsi oleh anak, baik dalam jangka
pendek (beberapa waktu sebelum sakit), maupun jangka panjang (sejak bayi).
Kemudian dinilai apakah kualitas dan kuantitasnya adekuat, yaitu memenuhi
angka kecukupan gizi (AKG) yang dianjurkan (Matondang dkk, 2013). Pada
kasus balita dengan febris anak susah makan dan minum (Sudarmoko, 2013).

(2) Pola istirahat atau tidur


Untuk mengetahui berapa lama anak tidur siang dan tidur malam (Walyani,
2015).

(3) Pola hygiene

Untuk mengetahui berapa kali anak mandi dalam sehari karena untuk
mengetahui kebersihan anak tersebut (Walyani, 2015).

(4) Pola aktivitas

Pengkajian mengenai bagaimana pola aktivitas pasien (Walyani, 2015).

(5) Pola eliminasi

Untuk mengetahui berapa banyak anak BAB dan BAK dalam sehari (Walyani,
2015).

3) Data Objektif

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi tiap tanda-tanda keluhan balita


(Walyani, 215).

a) Status Generalis

(1) Keadaan umum bayi/balita meliputi :

Kesan keadaan sakit, kesadaran dan kesan status gizi (Matondang dkk, 2013).

(2) Kesadaran

Penilaian kesadaran dinyatakan sebagai Composmentis, apatik,


delirium,somnolen, sopor, dan koma. Pada kasus anak dengan febris kesadaran
apatis (Matondang dkk, 2013).

(3) Tanda-tanda vital meliputi :

(a) Denyut Nadi

Pemeriksaan nadi harus dilakukan pada keempat ekstermitas, penilaian nadi


harus mancakup : frekuensi atau laju nadi, irama, isi atau kualitas serta
ekualitas nadi. Pada kasus balita dengan febris terjadi takikardia yaitu laju
denyut nadi yang lebih cepat dari normal (Matondang dkk, 2013).

(b) Pernafasan

Menilai laju pernafasan, irama atau keteraturan, kedalaman dan tipe atau
pola pernapasan. Pada kasus balita dengan febris terjadi pernafasan yang
lebih cepat dari normal (Matondang dkk, 2013).

(c) Suhu

Suhu tubuh dapat sedikit meningkat apabila anak menangis, setelah makan,
setelah bermain, dan ansietas (Matondang,dkk,2013). Pada kasus balita
febris adalah suhu tubuh di atas normal, yaitu diatas 38C (Riandita, 2012).

(4) Antropometri

(a) Lingkar Kepala

Pada anak berumur 1-5 tahun, LILA saja sudah dapat menunjukkan status gizi
(Matondang dkk, 2013).

(b) Lingkar Dada

Untuk menilai bentuk dan besar dada, kesimetrisan, gerakan dada, deformitas
penonjolan, pembengkakan, dan kelainan lain (Muslihatun dkk, 2009).

(c) Panjang Badan

Untuk mengetahui status nutrisi dan pertumbuhan fisik anak (Matondang dkk,
2013).

(d) Berat Badan

Untuk menilai apakah ada masalah dalam pemenuhan nutrisi pada anak
(Matondang dkk, 2013).

b) Pemeriksaan Sistematis

Menurut Muslihatun dkk (2009) meliputi :


(1) Kepala : Untuk menilai lingkar kepala dan ubun-ubun.

(a) Muka : Untuk menilai kesimetrisan muka dan pembengkakan.

(b) Mata : Untuk menilai conjungtiva, kornea dan sklera.

(c) Telinga : Untuk menilai telinga bagian luar yaitu bentuk, besar dan posisi daun
telinga.

(d) Hidung : Untuk menilai bentuk dan adanya epistaksis.

(e) Mulut : Untuk menilai labioskisis, odema dan keadaan guzi.

(2) Leher : Untuk menilai tekanan vena jugularis, massa pada leher dan pembesaran
kelenjar tiroid.

(3) Dada : Untuk menilai bentuk, benjolan dan kesimetrisan.

(4) Perut : Untuk ukuran, bentuk, peristaltik usus dan suara bising.

(5) Ekstermitas : Kaji kesejajaran tubuh, kesimetrisan, rentang gerak, pembengkakan,


kemerahan dan nyeri tekan.

(6) Anogenital

(a) Perempuan : Kaji tahap perkembangan seksual dan pengeluaran cairan.

(b) Laki-laki : Kaji ukuran, bentuk, peradangan testis dan skrotum.

(c) Anus : Adakah haemoroid pada anus.

c) Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang atau pemeriksaan laboratorium dalam arti luas adalah setiap
pemeriksaan yang dilakukan di luar pemeriksaan fisik (Matondang dkk, 2013). Pada
kasus febris pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan hematologi
(pemeriksaan darah) diperlukan jikademam pada anak lebih dari tiga hari (Sodikin,
2012).

Penatalaksanaan
Melaksanakan rencana perawatan secara menyeluruh. Langkah ini dapat dilakukan
secara keseluruhan oleh bidan atau tim anggota kesehatan yang lain. Apabila tidak
dapat melakukannya sendiri, bidan bertanggung jawab untuk memastikan bahwa
implementasi benar-benar dilakukan. Penatalaksanaan febris menurut Suriadi dan
Yuliani (2006) dan Sodikin (2012) sebagai berikut :

1) Pemberian terapi antipiretik dan antibiotik sesuai program.

2) Berikan minuman lebih banyak dari biasanya.

3) Pakaian yang di gunakan anak baiknya dengan pakaian yang tipis.

4) Monitor temperatur secara ketat.

5) Hindari kompres alkohol dan air es.

6) Kompres hangat ( Tepid Water Sponge ) dengan cara :

a) Menyiapkan air hangat

b) Mencelupkan waslap atau handuk kecil ke waskom dan mengkompresnya di


daerah dahi, dada, dan ketiak.

c) Melakukan tindakan di atas beberapa kali (setelah kulit kering ).

7) Menghentikan prosedur bila suhu tubuh mendekati normal

Penatalaksanaan Febris menurut Kemenkes RI (2015) dalam buku Manajemen Terpadu


Balita Sakit (MTBS) sebagai berikut :

1) Memberi satu dosis paracetamol setiap 6 jam sampai demam hilang untuk demam ≥
38,5C

2) Mengobati penyebab lain dari demam

3) Menasihati kapan kembali segera

4) Menganjurkan kunjungan ulang 2 hari jika tetap demam

5) Menganjurkan jika demam berlanjut lebih dari 7 hari, RUJUK untuk penilaian lebih
lanjut
Evaluasi

Merupakan tindakan untuk memeriksa apakah perawatan yang dilakukan benar-benar


telah mencapai tujuan, yaitu memenuhi kebutuhan ibu, seperti yang diidentifikasi pada
langkah kedua tentang masalah, diagnosis maupun kebutuhan perawatan kesehatan
(Varney, 2007).

BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI, BALITA DAN ANAK PRASEKOLAH
DENGAN FEBRIS DI PMB ISYA MULYANINGSIH, S.ST., Bd

A. PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian : 08 Agustus 2022
Jam : 10.00 WIB

B. IDENTITAS
a. Biodata
Nama pasien
Nama : Balita. “D”
Tanggal lahir /umur : 20 April 2019/ 3 tahun 4 bulan
Jenis kelamin : Laki-laki
Anak ke : 2 (dua)
b. Nama orang tua
Nama : Ny. “S” Nama : Tn. “M”
Umur : 27 tahun Umur : 29 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Madura Suku : Madura
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta
Alamat : Sreseh Alamat : Sreseh
C. DATA SUBYEKTIF
1. Keluhan utama
Ibu mengatakan anaknya panas sejak tadi malam tanggal 07-8-2022, rewel dan
sudah di kompres tadi malam.
2. Riwayat kesehatan
a. Dahulu
Ibu mengatakan anak tidak mempunyai penyakit kronis jantung, ginjal menurun
(asma Dm, hipertensi) menular (HIV/AIDS, TBC)

b. Sekarang
Ibu mengatakan anak tidak mempunyai penyakit kronis jantung, ginjal) menurun
(asma Dm, hipertensi) menular (HIV/AIDS, TBC)
c. Keluarga
Keluarga tidak mempunyai penyakit kronis jantung, ginjal) menurun (asma Dm,
hipertensi) menular (HIV/AIDS, TBC)
3. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
Jenis persalinan : normal
BB Lahir : 3500 gram
4. Riwayat tumbuh kembang
Pertumbuhan BB/TB : baik (15 kg/100 cm)
Perkembangan anak : baik
Kelainan bawaan : tidak ada
5. Riwayat imunisasi : imunisasi lengkap
6. Pola kebiasaan sehari – hari
a. Nutrisi : anak makan sehari 2 kali dengan porsi berkurang dari sebelumnya .
b. Eliminasi : BAB 1 kali sehari, BAK 4 kali sehari
c. Istirahat : istirahat tadi malam 7 jam dan siang 2 jam
d. Activity : anak rewel
e. Personal hygiene : mandi 2 kali sehari dengan air hangat, ganti baju 2 kali sehari

D. DATA OBYEKTIF
a. Pemeriksaan Umum
Kesadaran umum : baik
Kesadaran : composmentis
TTV : RR : 30 x/menit Antropometri :
S : 38,5°C BB/TB: 15Kg/100 cm
N : 136 x/menit
b. Pemeriksaan fisik
Kepala : tidak ada caput seccadenum, chepal hemotoma, hidrocepalus
Wajah : tampak kemerahan
Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih
Mulut : bibir lembab, tidak ada stomatitis
Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar
Dada : tidak ada tarikan intercosta
Abdomen : tidak kembung
Genetalia : tidak dikaji
Ekstremitas : gerak aktif
Kulit : tidak ada lesi, teraba panas
Anus : tidak ada atresia ani

E. ASSESMENT
Balita ‘’D’’ usia 3 tahun 4 bulan dengan Febris

F. PENATALAKSAAN (Jam10:15 WIB)


1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan pada anaknya bahwa anak
mengalami demam tinggi dengan suhu 38,5 °C , ibu mengerti
2. Menganjurkan ibu untuk tidak menyelimuti anaknya dengan selimut yang tebal
supaya keringat pada anaknya dapat terserap dan suhu panasnya menurun, ibu
mengerti
3. Menganjurkan untuk memberikan terapi tepid sponge yaitu merupakan kombinasi
teknik blok dengan seka menggunakan air hangat. Kompres blok tidak hanya di
satu tempat saja melainkan langsung dibeberapa tempat yang memiliki pembuluh
darah besar seperti dilipatan paha, leher, dan ketiak, ibu bersedia
4. Menganjurkan ibu untuk memberi anaknya banyak minum untuk mencegah
dehidrasi (kekurangan cairan), ibu mengerti
5. Menganjurkan ibu untuk menjaga anaknya agar cukup istirahat, ibu bersedia
6. Memberikan terapi syrup amoxicillin 3 X 1 dan Syrup paracetamol diberikan 3 X
1 sesudah makan, ibu mengerti
7. Menjelaskan tanda bahaya pada anak seperti kejang, tidak mau minum, muntah
terus menerus
8. Menganjurkan ibu untuk control ulang 2 hari, ibu mengerti

BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Febris adalah salah satu keluhan yang paling sering di kemukakan, yang
terdapat pada berbagai penyakit baik infeksi maupun non-infeksi (Matondang dkk,
2013). Febris adalah meningkatnya suhu tubuh di atas 38 C yang terdapat pada
berbagai penyakit. Febris dimulai dengan timbulnya reaksi tubuh terhadap pirogen.
Saat mekanisme ini berlangsung bakteri atau pecahan jaringan akan difagositosis oleh
leukosit, makrofag, serta limfosit pembunuh yang memiliki granula dalam ukuran
besar.

Seluruh sel ini kemudian mencerna hasil pemecahan bakteri, dan melepaskan
zat interleukin-1 ke dalam cairan tubuh (zat pirogen leukosit/pirogen endogen).
Mekanisme febris terlihat jelas pada saat interleukin-1 sudah sampai ke hipotalamus
akan menimbulkan febris dengan cara meningkatkan temperatur tubuh dalam waktu
8–10 menit (Sodikin, 2012). Kasus diatas yaitu An. ‘’D’’ umur 3 tahun dengan febris
dan hasil Pemeriksaan, kesadaran umum: baik, kesadaran : composmentis, RR: 30
x
/menit, S: 38,5°C, N : 136 x/menit.

DAFTAR PUSTAKA
Ardinasari E, 2016. Buku Pintar Mencegah & Mengobati Penyakit Bayi & Anak.
Jakarta : Penerbit Bestari
Atika, Dyah P.D. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Balita Sakit An. A Umur 3 Tahun
dengan Febris di BPM Al-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali. KTI DIII
Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2014. Profil Kesehatan Profinsi Jawa Tengah
Tahun 2014. Semarang : Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
Manggiasih V.A, Jaya P, 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Neonatus,
Bayi, Balita Dan Anak Pra Sekolah. Jakarta : CV. Trans Info Media
Maryunani, 2016. Manajemen Kebidanan. Jakarta : CV. Trans Info Medika
Matondang C.S, Wahidiyat I, Sastroasmoro S, 2013. Diagnosis Fisis Pada
Anak,Edisi 5. Jakarta : PT Sagung Seto

Anda mungkin juga menyukai