Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT PADA An.

D UMUR 4 TAHUN
DENGAN DI PMB NY.D KOTA MALANG

Asuhan Kebidanan Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Praktek Klinik Kebidanan III Semester VI

Disusun oleh :

AGNES FRANTONA
BOB0181738

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

TAHUN AJARAN 2020/2021


LEMBAR KONSULTASI

Ditulis oleh : Agnes Frantona

NIM : BOB0181738

Judul : Asuhan Kebidanan Balita Sakit Pada An. D Umur 4 Tahun Dengan
Di PMB Ny.D Kota Malang

Hari/Tanggal Materi Yang Di Konsulkan Perbaikan Tanda Tangan


LEMBAR PENGESAHAN

Ditulis Oleh : AGNES FRANTONA

NIM : BOB0181738

Judul : Asuhan Kebidanan Balita Sakit Pada An. D Umur 4 Tahun Dengan
Di PMB Ny.D Kota Malang

Sri Diati Khasanah, AMd. Keb (.........................) (........................)


Pembimbing Lahan TandaTangan Tanggal

Riski Akbarani, M.Kes (..........................) (........................)


NIDN. 0707098302 Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing Praktek Klinik

Eka Yuni Indah Nurmala, SST., M.Keb (..........................) (........................)


NIDN. 0730068301 Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing Akademik
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas karunia dan Hidayah-
Nya, asuhan kebidanan dengan judul “ “ ini dapat terselesaikan.
Asuhan kebidanan ini berisi tentang pengkajian data, identifikasi dignosa/
masalah, identifiksasi masalah potensial, identifikasi kebutuhan segera, intervensi,
implementasi, evaluasi dan catatan perkembangan.
Penulisan dalam hal ini banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada :
1. dr. Mulyohadi Sungkono, Sp.OG (K), selaku Pembina Yayasan Ken Dedes
Malang.
2. drg. Suharwati, selaku Ketua Yayasan Ken Dedes Malang.
3. dr. Endah Puspitorini, MScIH, DTMPH, selaku PLH Ketua Yayasan Ken
Dedes Malang.
4. Dr. Edi Murwani, AMd.Keb, Spd., M.MRS selaku Ketua STIKes Kendedes
Malang
5. Eka Yuni Indah Nurmala, M.Keb, selaku Pembimbing Akademik dan Wakil
ketua 1 STIKes Kendedes Malang
6. Lilik Winarsih, SST., M.Keb, Ka prodi D III Kebidanan STIKes Kendedes
Malang.
7. Ulfa Nurhidayati., SKM., M.Kes selaku Walikelas Lily
8. Eva Inayatul Faiza, SKM., M.Kes, Selaku Koordinator Klinik Praktik
Klinik Kebidanan 1.
9. Sri Diati Khasanah, Amd.Keb, Selaku pembimbing Klinik Praktik Klinik
Kebidanan I
Demikian, semoga asuhan kebidanan ini bisa memberikan manfaat bagi diri
kami sendiri dan pihak lain yang menggunakan.
Malang, 26 November 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 menunjukkan Angka
Kematian Balita (AKABA) sebesar 26,29 per 1.000 kelahiran hidup, dan sudah
memenuhi target Millennium Development Goals (MDGs) 2015 sebesar 32 per
1.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2015).
Angka Kematian Balita (AKABA) di Provinsi Jawa Tengah tahun 2014
sebesar 11,54 per 1.000 kelahiran hidup, menurun dibandingkan dengan tahun
2013 sebesar 11,80 per 1.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Balita (AKABA)
di Provinsi Jawa Tengah juga sudah melampaui target MDG’s tahun 2015 yaitu
23 per 1000 kelahiran hidup (Dinkes Jateng, 2014).
Angka Kematian Balita (AKABA) pada tahun 2014 sebesar 1,5 per 1000
kelahiran hidup, turun dibandingkan tahun 2013 sebesar 1,6 per 1000 kelahiran
hidup. Namun masih ada lebih dari 19 anak meninggal setiap tahunnya di
Kabupaten Karanganyar. Penyebabnya adalah anak-anak dari keluarga miskin
yanng terkena penyakit yang mudah di cegah dan di obati seperti pneumonia,
diare dan demam atau febris (Dinkes Kabupaten Karanganyar, 2014).
Demam dalam istilah medis dikenal sebagai febris, yaitu suatu kondisi
umum yang terjadi terutama pada anak-anak. Penangan febris pada anak sangat
tergantung pada orang tua. Hasil penelitian terdahulu memperlihatkan hampir
80% orang tua mempunyai “fobia” febris. Febris adalah suatu keadaan dimana
suhu tubuh di atas normal, yaitu diatas 380C (Riandita, 2012; Ardinasari, 2016).
Febris merupakan suatu gejala yang menyertai penyakit lain. biasanya
merupakan adanya tanda infeksi pada tubuh anak, dan dapat memicu timbulnya
kejang. Tingginya suhu pemicu kejang bervariasi pada setiap anak, kejang dapat
terjadi pada suhu yang terlalu tinggi, antara 380C-400C tergantung kondisi
masing-masing anak (Ardinasari, 2016).
Kejang dapat menyebabkan gangguan lain seperti resiko persisten
bakterimia, resiko meningitis, dan risiko ke arah keseriusan penyakit lainnya
(Suriadi dan Yuliani, 2006). Studi pendahuluan yang dilakukan penulis di Klinik
Pratama Rawat Inap An-Nuur Colomadu Karanganyar pada tanggal 17
Novemeber 2016 di dapatkan data dari bulan Oktober 2015 sampai Oktober 2016
jumlah balita sakit yang berkunjung sebanyak 282 balita, di antaranya adalah
balita sakit febris sebanyak 53 (18,8%), ISPA sebanyak 124 (44%), diare
sebanyak 83 (29,4%), pneumonis 22 (7,8%) dimana setiap bulan terjadi kasus
balita dengan febris.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan studi
kasus dengan judul “ ” dengan pendekatan manajemen Kebidanan Varney yang
diharapkan dapat memberikan asuhan kebidanan yang baik dan benar.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana penerepan asuhan kebidanan pada balita sakit pada An. D Di PMB
Ny. D Kota Malang ?
1.3 Tujuan
1. Tujuan umum
Penulis memperoleh pengalaman nyata dengan melaksanakan asuhan
kebidanan pada balita sakit febris secara langsung melalui pendekatan
manajemen kebidanan menurut Varney.
2. Tujuan khusus

1.4 Manfaat
1. Bagi Peneliti
Mendapatkan pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan asuhan
kebidanan secara langsung kepada balita sakit febris melalui pendekatan
manajemen kebidanan Varney
2. Bagi Profesi
Menambah referensi dan wawasan dalam pelaksanaan asuhan kebidanan
pada balita sakit febris
3. Bagi Institusi
a. Pendidikan
Dapat digunakan sebagai sumber referensi dalam penerapan asuhan
kebidanan khususnya pada balita sakit febris.
b. Klinik Pratama Rawat Inap
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pemberian
pelayanan kebidanan khususnya pada balita sakit febris

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Medis


2.1.1 Balita
1) Pengertian
Balita adalah anak dengan usia di bawah 5 tahun dengan
karakteristik pertumbuhan yakni pertumbuhan cepat pada usia 0-1
tahun dimana umur 5 bulan berat badan naik 2x berat badan lahir, dan
3x berat badan lahir pada umur 1 tahun dan menjadi 4x pada umur 2
tahun (Septiari, 2012).
Anak Balita adalah anak yang berusia antara 1-5 tahun
(Sudarmoko, 2013). Menurut Penulis, balita adalah anak yang
menginjak usia 1 sampai 5 tahun dengan karekteristik pertumbuhan
dan perkembangan.
2) Tahapan Tumbuh Kembang Balita
Manggiasih (2016) mengelompokkan tahapan tumbuh
kembang balita sebagai berikut :
A. Umur 12-15 bulan
a) Berjalan naik dan turun tangga.
b) Berjalan sambil berjinjit.
c) Menangkap dan melempar bola
d) Menyebut nama bagian tubuh.
e) Melakukan pembicaraan.
B. Umur 15-18 bulan
a) Bermain di luar rumah.
b) Bermain air.
c) Menendang bola.
d) Bercerita tentang gambar di buku/majalah.
e) Permainan telepon-teleponan.
f) Menyebut berbagai barang
C. Umur 18-24 bulan
a) Melompat.
b) Melatih keseimbangan tubuh.
c) Mendorong permainan dengan kaki.
d) Melihat acara televisi.
e) Mengerjakan perintah sederhana.
f) Berbicara tentang apa yang dilihatnya.
D. Umur 24-36 bulan
a) Latihan menghadapi rintangan.
b) Melompat jauh.
c) Melempar dan menangkap bola besar.
d) Menyebut nama lengkap anak.
e) Berbicara tentang diri anak.
f) Menyebut berbagai jenis pakaian.
E. Umur 36-48 bulan
a) Menangkap bola kecil dan melemparkan kembali.
b) Berjalan mengikuti garis lurus.
c) Melompat dengan satu kaki.
d) Mengenal huruf besar menurut alfabet di koran/majalah
e) Bercerita mengenai dirinya.
f) Bercerita melalui album foto.
F. Umur 48-60 bulan
a) Lomba karung.
b) Main engklek.
c) Melompat tali.
d) Belajar mengingat-ingat
e) Mengenal angka.
f) Mengenal huruf dan simbol.
g) Mengenal musim.
h) Membaca majalah.
3) Gangguan Kesehatan Pada Balita
Menurut sudarmoko (2013), penyakit pada balita sebagai berikut :
1) Alergi/biduran
2) Asma
3) Batuk
4) Cacar air
5) Cacingan
6) Campak
7) Demam
8) Diare
9) Defisiensi Gizi
10) Influenza
11) Kejang Demam
12) Mimisan
13) Sakit Kuning
2.1.2 Febris
1) Pengertian
Febris adalah meningkatnya temperatur tubuh secara abnormal
(Suriadi dan Yuliani, 2006). Febris dapat di definisikan dengan suatu
keadaan suhu tubuh di atas normal sebagai akibat peningkatan pusat
pengatur suhu di hipotalamus yang di pengaruhi oleh interleukin-1
(Sodikin, 2012).
Febris adalah suatu keadaan di mana suhu tubuh di atas
normal, yaitu diatas 380C (Riandita, 2012).
Febris adalah salah satu keluhan yang paling sering di
kemukakan, yang terdapat pada berbagai penyakit baik infeksi
maupun non-infeksi (Matondang dkk, 2013). Febris adalah
meningkatnya suhu tubuh di atas 380C yang terdapat pada berbagai
penyakit.
2) Etiologi
Zat yang menyebabkan febris adalah pirogen. Ada dua jenis
pirogen yaitu pirogen eksogen dan endogen. Pirogen eksogen berasal
dari luar tubuh dan berkemampuan untuk merangsang interleukin-1.
Sedangkan pirogen endogen berasal dari dalam tubuh dan memiliki
kemampuan untuk merangsang febris dengan mempengaruhi kerja
pusat pengatur suhu di hipotalamus (Sodikin, 2012).
Dilihat dari faktor penyebabnya, febris bisa dibedakan
menjadi dua. Pertama, febris sebagai akibat dari suatu infeksi oleh
kuman, virus, parasit, atau mikroorganisme lain. Kedua, febris yang
di sebabkan oleh faktor non infeksi antara lain faktor alergi, dehidrasi
pada anak. Febris hanya bisa disebabkan oleh alergi terhadap benda-
benda tertentu seperti serbuk sari dari pohon, ilalang, rumput, bulu
binatang, debu rumah dan jamur (Sudarmoko, 2013).
3) Patofisiologi
Febris dimulai dengan timbulnya reaksi tubuh terhadap
pirogen. Saat mekanisme ini berlangsung bakteri atau pecahan
jaringan akan difagositosis oleh leukosit, makrofag, serta limfosit
pembunuh yang memiliki granula dalam ukuran besar. Seluruh sel ini
kemudian mencerna hasil pemecahan bakteri, dan melepaskan zat
interleukin-1 ke dalam cairan tubuh (zat pirogen leukosit/pirogen
endogen). Mekanisme febris terlihat jelas pada saat interleukin-1
sudah sampai ke hipotalamus akan menimbulkan febris dengan cara
meningkatkan temperatur tubuh dalam waktu 8–10 menit (Sodikin,
2012).
Febris sering kali dikaitkan dengan adanya gangguan pada
“set point” hipotalamus oleh karena infeksi, alergi, endotoxin atau
tumor (Sudarmoko, 2013). Sewaktu febris berlangsung, akan terlihat
berbagai gejala klinis tergantung dari fase febris nya. Ada 3 fase yang
terjadi selama febris berlangsung, yaitu :
1. Fase I ( awitan dingin atau menggigil )
Pada fase awal ini febris akan disertai dengan :
a) Peningkatan denyut jantung.
b) Peningkatan laju dan kedalaman pernafasan.
c) Menggigil akibat tegangan dan kontraksi otot.
d) Kulit pucat dan dingin karena vasokonstriksi.
e) Merasakan sensasi dingin.
f) Dasar kuku mengalami sianosis karena vasokonstriksi.
g) Rambut kulit berdiri.
h) Pengeluaran keringat berlebihan.
i) Peningkatan suhu tubuh.
2. Fase II ( proses febris )
a) Proses menggigil hilang
b) Kulit terasa hangat (panas)
c) Merasa tidak panas (dingin).
d) Peningkatan nadi dan laju pernafasan.
e) Peningkatan rasa haus.
f) Dehidrasi ringan sampai berat.
g) Mengantuk, delirium, atau kejang akibat iritasi sel saraf.
h) Kehilangan nafsu makan ( bila demam memanjang )
3. Fase III ( pemulihan )
Saat fase pemulihan maka akan disertai :
a) Kulit tampak merah dan hangat.
b) Berkeringat.
c) Mengigil ringan.
d) Kemungkinan mengalami dehidrasi.
4) Manifestasi klinis febris
Menurut Suriadi, Yuliani (2006) dan Sodikin (2012) gejala demam
sebagai berikut :
a) Peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal (>380C)
b) Menggigil.
c) Berkeringat.
d) Gelisah atau lethargy
e) Tidak ada nafsu makan
f) Nadi dan pernapasan cepat.
g) Kejang
5) Komplikasi febris
Komplikasi yang akan terjadi pada demam menurut Suriadi dan
Yuliani (2006), yaitu :
a) Kejang.
b) Risiko persisten bakteremia.
c) Risiko meningitis.
d) Risiko ke arah keseriusan penyakit.
6) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan febris menurut Suriadi dan Yuliani (2006) dan
Sodikin (2012) sebagai berikut :
a) Pemberian terapi antipiretik dan antibiotik sesuai program.
b) Berikan minuman lebih banyak dari biasanya.
c) Pakaian yang di gunakan anak baiknya dengan pakaian yang
tipis.
d) Monitor temperatur secara ketat.
e) Hindari kompres alkohol dan air es.
f) Kompres hangat ( Tepid Water Sponge ) dengan cara :
a. Menyiapkan air hangat
b. Mencelupkan waslap atau handuk kecil ke waskom dan
mengkompresnya di daerah dahi, dada, dan ketiak.
c. Melakukan tindakan di atas beberapa kali (setelah kulit
kering).
g) Menghentikan prosedur bila suhu tubuh mendekati normal
Penatalaksanaan Febris menurut Kemenkes RI (2015) dalam buku
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) sebagai berikut :
a) Beri satu dosis paracetamol setiap 6 jam sampai demam hilang
untuk demam ≥ 38,5 0C
b) Obati penyebab lain dari demam
c) Nasihati kapan kembali segera
d) Kunjungan ulang 2 hari jika tetap demam
e) Jika demam berlanjut lebih dari 7 hari, RUJUK untuk
penilaian lebih lanjut
2.1.3 Dehidrasi
1) Klasifikasi tingkat dehidrasi pada anak menurut WHO (2009), adalah
sebagai berikut :
a. Dehidrasi berat
Terdapat dua atau lebih dari tanda di bawah ini :
a) Latergis/ tidak sadar
b) Mata cekung
c) Tidak bisa minum atau malas minum
d) Cubitan kulit perut kembali sangat lambat ( ≥ 2 detik )
b. Dehidrasi sedang
Terdapat dua atau lebih tanda di bawah ini :
a) Rewel, gelisah
b) Mata cekung
c) Minum dengan lahap, haus
d) Cubitan kulit kembali lambat
c. Tanpa dehidrasi
Tidak terdapat cukup tanda utuk diklasifikasikan sebagai
dehidrasi sedang atau berat
2.2 Teori Manajemen Kebidanan
1. Pengertian
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam
rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang
berfokus pada klien (Maryunani, 2016).
2. Proses Asuhan Kebidanan
Adapun tujuh langkah proses manajemen menurut Rismalinda (2014) :
a. Langkah I : Pengkajian
Mengumpulkan data dasar yang menyeluruh untuk
mengevaluasi pasien. Data dasar ini meliputi pengkajian riwayat,
pemeriksaan fisik sesuai indikasi, meninjau kembali proses
perkembangan keperawatan saat ini atau catatan rumah sakit
terdahulu, dan meninjau kembali data hasil laboratorium dan laporan
penelitian terkait secara singkat, data dasar yang diperlukan adalah
semua data yanng berasal dari semua sumber informasi yang
berkaitan dengan kondisi pasien (Varney, 2007). Pengkajian balita
dengan febris antara lain :
1) Identitas
Merupakan bagian yang paling penting untuk memastikan
bahwa yang diperiksa benar-benar anak yang dimaksud, dan
tidak keliru dengan anak lain (Matondang dkk, 2013).
Identitas tersebut meliputi :
a) Nama Bayi atau Balita
Identitas dimulai dengan nama pasien, yang harus
jelas dan lengkap ( nama depan, nama tengah (bila
ada), nama keluarga, dan nama panggilan akrabnya.
b) Umur
Umur pasien sebaiknya didapat dari tanggal lahir,
yang dapat ditanyakan ataupun dilihat dari Kartu
Menuju Sehat atau kartu pemeriksaan kesehatan
lainnya. Usia anak diperlukan untuk menginterpretasi
apakah data pemeriksaan klinis pada anak tersebut
normal sesuai dengan umurnya.
c) Jenis Kelamin
Jenis kelamin pasien sangat diperlukan, selain untuk
identitas juga untuk penilaian data pemeriksaan klinis,
misalnya nilainilai baku, insidens seks, penyakit-
penyakit terangkai seks.
d) Anak ke
Dikaji untuk mengetahui jumlah saudara pasien.
e) Nama Orang tua
Nama ayah, ibu, atau wali pasien harus dituliskan
dengan jelas agar tidak keliru dengan orang lain,
mengingat banyak sekali nama yang sama. Bila ada,
titel yang bersangkutan harus disertakan.
f) Umur
Dikaji untuk mengetahui umur orang tua.
g) Suku Bangsa
Memantapkan identitas seseorang tentang kesehatan
dan penyakit.
h) Agama
Data tentang agama juga memantapkan identitas; di
samping itu perilaku seseorang tentang kesehatan dan
penyakit sering berhubungan dengan agama.
Kebiasaan, kepercayaan dan tradisi dapat menunjang
namun tidak jarang dapat menghambat perilaku hidup
sehat.
i) Pendidikan orangtua
Tingkat pendidikan orangtua juga berperan dalam
pendekatan selanjutnya, misalnya dalam pemeriksaan
penunjang dan penentuan tata laksana pasien
selanjutnya.
j) Pekerjaan orangtua
Menggambarkan keakurataan data yang akan
diperoleh serta dapat ditentukan pola pendekatan
dalam anamnesis.
k) Alamat
Tempat tinggal pasien harus ditulikan dengan jelas
dan lengkap, dengan nomor rumah, nama jalan,
RT,RW, kelurahan dan kecamatannya, serta bila ada
nomor teleponnya. Kejelasan alamat keluarga ini amat
diperlukan agar sewaktu-waktu dapat dihubungi,
misalnya bila pasien menjadi sangat gawat, atau perlu
tindakan operasi segera, atau perlu pembelian
obat/alat yang tidak tersedia di rumah sakit, dan lain
sebagainya.
2) Anamnesa (Data Subjekif)
Anamnesa adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan
wawancara (Matondang dkk, 2013).
a) Keluhan Utama
Keluhan utama yaitu keluhan atau gejala yang
menyebabkan pasien dibawa berobat. Perlu diperhatikan
bahwa keluhan utama tidak selalu merupakan keluhan
yeng pertama disampaikan oleh orangtua pasien, hal ini
terutama pada orangtua yang pendidikannya rendah, yang
kurang dapat mengemukakan esensi masalah (Matondang
dkk, 2013). Pada kasus febris keluhan yang dirasakan
balita biasanya sedikit rewel, cenderung emosional, susah
minum, nafsu makan berkurang (Sudarmoko, 2013).
b) Riwayat kesehatan yang lalu
Riwayat kesehatan yang lalu yang harus di periksa
menurut Matondang, dkk (2013) :
(1) Imunisasi
Status imunisasi pasien, baik imunisasi dasar maupun
imunisasi ulangan (booster) harus secara rutin di
tanyakan untuk mengetahui status perlindungan
pediatrik yang diperoleh mungkin dapat membantu
diagnosis pada beberapa keadaan tertentu.
(2) Riwayat kesehatan keluarga atau menurun
Data keluarga pasien perlu diketahui dengan akurat
untuk memperoleh gambaran keadaan sosial-
ekonimibudaya dan kesehatan keluarga pasien.
(3) Riwayat penyakit yang lalu
Mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum
terdapat keluhan sampai ia di bawa berobat .
(4) Riwayat penyakit sekarang
Perlu diketahui keadaan atau penyakit yang berkaitan
dengan penyakit sekrang. Perlu ditanyakan dengan
teliti termasuk jenis keluhan, waktu keluhan,
perkembangannya, dan responnya terhadap
pengobatan yang diberikan.
c) Riwayat sosial
(1) Siapa yang mengasuh balita
(2) Hubungan pasien dengan anggota keluarga yaitu ibu,
ayah serta anggota keluarga yang lain.
(3) Hubungan dengan teman sebaya dilingkungan sekitar
rumah.
(4) Perlu di upayakan untuk mengetahui terdapatnya
masalah dalam keluarga, tetapi harus diingat bahwa
masalah ini sering menyangkut hal-hal sensitif, hingga
di perlukan kebijakan dan kearifan dalam
pendekatannya. (Matondang dkk, 2013).
d) Riwayat pertumbuhan
Status pertumbuhan anak terutama pada usia balita dapat
ditelaah dari kurva berat badan terhadap umur dan
panjang badan terhadap umur (Matondang dkk, 2013).
e) Riwayat perkembangan
Status perkembangan pasien perlu ditelaah secara rinci
untuk mengetahui apakah semua tahapan perkembangan
dilalui dengan mulus atau terdapat penyimpangan
(Matondang dkk, 2013).
f) Pola kebiasaan sehari-hari
(1) Pola nutrisi
Pada anamnesis tentang riwayat makanan diharapkan
dapat diperoleh keterangan tentang makanan yang
dikonsumsi oleh anak, baik dalam jangka pendek
(beberapa waktu sebelum sakit), maupun jangka
panjang (sejak bayi). Kemudian dinilai apakah
kualitas dan kuantitasnya adekuat, yaitu memenuhi
angka kecukupan gizi (AKG) yang dianjurkan
(Matondang dkk, 2013). Pada kasus balita dengan
febris anak susah makan dan minum (Sudarmoko,
2013).
(2) Pola istirahat atau tidur
Untuk mengetahui berapa lama anak tidur siang dan
tidur malam (Walyani, 2015).
(3) Pola hygiene
Untuk mengetahui berapa kali anak mandi dalam
sehari karena untuk mengetahui kebersihan anak
tersebut (Walyani, 2015).
(4) Pola aktivitas
Pengkajian mengenai bagaimana pola aktivitas pasien
(Walyani, 2015).
(5) Pola eliminasi
Untuk mengetahui berapa banyak anak BAB dan
BAK dalam sehari (Walyani, 2015)
3) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi tiap tanda-
tanda keluhan balita (Walyani, 2015).
a) Status Generalis
(1) Keadaan umum bayi/balita meliputi :
Kesan keadaan sakit, kesadaran dan kesan status gizi
(Matondang dkk, 2013).
(2) Kesadaran
Penilaian kesadaran dinyatakan sebagai
Composmentis, apatik, delirium,somnolen, sopor, dan
koma. Pada kasus anak dengan febris kesadaran apatis
(Matondang dkk, 2013).
(3) Tanda-tanda vital meliputi :
(a) Denyut Nadi
Pemeriksaan nadi harus dilakukan pada keempat
ekstermitas, penilaian nadi harus mancakup :
frekuensi atau laju nadi, irama, isi atau kualitas
serta ekualitas nadi. Pada kasus balita dengan
febris terjadi takikardia yaitu laju denyut nadi
yang lebih cepat dari normal (Matondang dkk,
2013).
(b) Pernafasan
Menilai laju pernafasan, irama atau keteraturan,
kedalaman dan tipe atau pola pernapasan. Pada
kasus balita dengan febris terjadi pernafasan yang
lebih cepat dari normal (Matondang dkk, 2013).
(c) Suhu
Suhu tubuh dapat sedikit meningkat apabila anak
menangis, setelah makan, setelah bermain, dan
ansietas (Matondang,dkk,2013). Pada kasus balita
febris adalah suhu tubuh di atas normal, yaitu
diatas 380C (Riandita, 2012).
(4) Antropometri
(a) Lingkar Kepala
Pada anak berumur 1-5 tahun, LILA saja sudah
dapat menunjukkan status gizi (Matondang dkk,
2013).
(b) Lingkar Dada
Untuk menilai bentuk dan besar dada,
kesimetrisan, gerakan dada, deformitas
penonjolan, pembengkakan, dan kelainan lain
(Muslihatun dkk, 2009).
(c) Panjang Badan
Untuk mengetahui status nutrisi dan pertumbuhan
fisik anak (Matondang dkk, 2013).
(d) Berat Badan
Untuk menilai apakah ada masalah dalam
pemenuhan nutrisi pada anak (Matondang dkk,
2013).
b) Pemeriksaan Sistematis
Menurut Muslihatun dkk (2009) meliputi :
(1) Kepala : Untuk menilai lingkar kepala dan ubun-ubun.
(a) Muka : Untuk menilai kesimetrisan muka dan
pembengkakan.
(b) Mata : Untuk menilai conjungtiva, kornea dan
sklera.
(c) Telinga : Untuk menilai telinga bagian luar yaitu
bentuk, besar dan posisi daun telinga.
(d) Hidung : Untuk menilai bentuk dan adanya
epistaksis.
(e) Mulut : Untuk menilai labioskisis, odema dan
keadaan guzi.
(2) Leher : Untuk menilai tekanan vena jugularis, massa
pada leher dan pembesaran kelenjar tiroid.
(3) Dada : Untuk menilai bentuk, benjolan dan
kesimetrisan.
(4) Perut : Untuk ukuran, bentuk, peristaltik usus dan
suara bising.
(5) Ekstermitas : Kaji kesejajaran tubuh, kesimetrisan,
rentang gerak, pembengkakan, kemerahan dan nyeri
tekan.
(6) Anogenital
(a) Perempuan : Kaji tahap perkembangan seksual
dan pengeluaran cairan.
(b) Laki-laki : Kaji ukuran, bentuk, peradangan testis
dan skrotum.
(c) Anus : Adakah haemoroid pada anus.
c) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang atau pemeriksaan laboratorium
dalam arti luas adalah setiap pemeriksaan yang dilakukan
di luar pemeriksaan fisik (Matondang dkk, 2013). Pada
kasus febris pemeriksaan penunjang yang dilakukan
adalah pemeriksaan hematologi (pemeriksaan darah)
diperlukan jika demam pada anak lebih dari tiga hari
(Sodikin, 2012).
b. Langakah II : Interpretasi Data
Bermula dari data dasar menginterpretasi data untuk kemudian
diproses menjadi masalah atau diagnosis serta kebutuhan perawatan
kesehatan yang identifikasi khusus (Varney, 2007).
1) Diagnosis kebidanan
Diagnosis kebidanan adalah diagnosis yang ditegakkan oleh
profesi (bidan) dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi
standar nomenklatur (tata nama) diagnosis kebidanan
(Rismalinda, 2014).
Data dasar :
a) Data Subjektif
Pengkajian data yang diperoleh dengan anamnesis,
berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien
(Rismalinda, 2014).
b) Data Objektif
Data berasal dari hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan
fisik pasien, pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan
diagnostik lainnya (Rismalinda, 2014).
2) Masalah
Masalah digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan
seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penanganan. Masalah
sering berkaitan dengan hasil pengkajian (Walyani, 2015). Kasus
balita dengan febris masalah yang timbul adalah balita susah
minum dan nafsu makan berkurang (Sudarmoko, 2013).
3) Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan pasien dan belum
teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapat dengan
melakukan analisa data (Varney, 2007). Kebutuhan pada balita
dengan febris adalah memberikan cairan oral yang adekuat serta
peningkatan pemenuhan kebutuhan nutrisi untuk balita (Suriadi
dan Yuliani, 2006).
c. Langkah III : Diagnosa Potensial
Mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial
berdasarkan masalah dan diagnosis saat ini berkenan dengan
tindakan antisipasi, pencegahan jika memungkinkan, menunggu
dengan waspada penuh, dan persiapan terhadap semua keadaan yang
mungkin muncul (Varney, 2007). Pada kasus balita dengan febris
diagnosa potensial terjadi kejang demam (Sodikin, 2012).
d. Langkah IV : Antisipasi atau Tindakan Segera
Mencerminkan sifat kesinambungan proses penatalaksanaan,
yang tidak hanya dilakukan selama perawatan primer atau kunjungan
prenatal periodik (Varney, 2007). Pada kasus balita dengan kejang
demamkolaborasi dengan Dokter Spesialis Anak dalam pemberian
diazepam intervena dengan dosis 0,3-0,5 mg/kg BB, dengan dosis
maksimal 20 mg dan diazepam per rektal dengan dosis 5 mg
(<10kg), dosis 10 mg (>10 kg) diberikan perlahan-lahan dengan
kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit (Sihaloho,
2015).
e. Langkah V : Rencana Tindakan
Mengembangkan sebuah rencana keperawatan yang
menyeluruh ditentukan dengan mengacu pada hasil langkah
sebelumnya (Varney, 2007). Perencanaan febris menurut Suriadi dan
Yuliani (2006) dan Sodikin (2012) sebagai berikut :
1) Pemberian terapi antipiretik dan antibiotik sesuai program.
2) Berikan minuman lebih banyak dari biasanya.
3) Pakaian yang di gunakan anak baiknya dengan pakaian yang
tipis.
4) Monitor temperatur secara ketat.
5) Hindari kompres alkohol dan air es.
6) Kompres hangat ( Tepid Water Sponge ) dengan cara :
a) Menyiapkan air hangat
b) Mencelupkan waslap atau handuk kecil ke waskom dan
mengkompresnya di daerah dahi, dada, dan ketiak.
c) Melakukan tindakan di atas beberapa kali (setelah kulit
kering).
7) Menghentikan prosedur bila suhu tubuh mendekati normal
Penatalaksanaan Febris menurut Kemenkes RI (2015) dalam
buku
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) sebagai berikut :
8) Beri satu dosis paracetamol setiap 6 jam sampai demam hilang
untuk demam ≥ 38,5 0C
9) Obati penyebab lain dari demam
10) Nasihati kapan kembali segera
11) Kunjungan ulang 2 hari jika tetap demam
12) Jika demam berlanjut lebih dari 7 hari, RUJUK untuk penilaian
lebih lanjut
f. Langkah VI : Pelaksanaan
Melaksanakan rencana perawatan secara menyeluruh. Langkah ini
dapat dilakukan secara keseluruhan oleh bidan atau tim anggota
kesehatan yang lain. Apabila tidak dapat melakukannya sendiri,
bidan bertanggung jawab untuk memastikan bahwa implementasi
benar-benar dilakukan. Penatalaksanaan febris menurut Suriadi dan
Yuliani (2006) dan Sodikin (2012) sebagai berikut :
1) Pemberian terapi antipiretik dan antibiotik sesuai program.
2) Berikan minuman lebih banyak dari biasanya.
3) Pakaian yang di gunakan anak baiknya dengan pakaian yang
tipis.
4) Monitor temperatur secara ketat.
5) Hindari kompres alkohol dan air es.
6) Kompres hangat ( Tepid Water Sponge ) dengan cara :
a) Menyiapkan air hangat
b) Mencelupkan waslap atau handuk kecil ke waskom dan
mengkompresnya di daerah dahi, dada, dan ketiak.
c) Melakukan tindakan di atas beberapa kali (setelah kulit
kering).
7) Menghentikan prosedur bila suhu tubuh mendekati normal
Penatalaksanaan Febris menurut Kemenkes RI (2015) dalam
buku
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) sebagai berikut :
1) Memberi satu dosis paracetamol setiap 6 jam sampai demam
hilang untuk demam ≥ 38,5 0C
2) Mengobati penyebab lain dari demam
3) Menasihati kapan kembali segera
4) Menganjurkan kunjungan ulang 2 hari jika tetap demam
5) Menganjurkan jika demam berlanjut lebih dari 7 hari,
RUJUK untuk penilaian lebih lanjut
g. Laksana VII : Evaluasi
Merupakan tindakan untuk memeriksa apakah perawatan yang
dilakukan benar-benar telah mencapai tujuan, yaitu memenuhi
kebutuhan ibu, seperti yang diidentifikasi pada langkah kedua
tentang masalah, diagnosis maupun kebutuhan perawatan kesehatan
(Varney, 2007).
Hasil evaluasi yang diharapkan menurut Suriadi dan Yuliani (2006)
sebagai berikut :
1) Keadaan umum baik
2) Panas turun
3) Tidak terjadi kejang
BAB III

TINJAUAN KASUS

Ruang : Periksa
Tanggal masuk : 2021
No Register :-

A. TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJUIAN
Tanggal : 2021 Pukul : 15.00 WIB
a. Identitas Anak
Nama anak : An. D
Umur : 4 Tahun
Anak ke- : 2 (Dua)
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat :

Identitas Orang Tua

Nama : Ny. Tn.


Umur : 41 Tahun 30 Tahun
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SLTA
STLA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Swasta

b. Anamnesa (Data Subjektif)


1. Alasan datang
Ibu mengatakan ingin memeriksakan anaknya karena badannya panas
sejak kemarin sore tanggal , rewel, tidak mau makan dan minum
sedikit
2. Riwayat Kesehatan
a) Imunisasi
b) Riwayat penyakit yang lalu
Ibu mengatakan anaknya pernah mengalami batuk, pilek, panas
c) Riwayat penyakit sekarang
Ibu mengatakan saat ini anaknya panas, tidak mau makan dan
rewel
d) Riwayat penyakit keluarga/ menurun
Ibu mengatakan di keluarganya tidak ada yang mempunyai
penyakit keturunan seperti Jantung, DM, Asma dan Hipertensi dan
tidak ada penyakit menular Hepatitis dan TBC.
3. Riwayat sosial
a) Yang Mengasuh
Ibu mengatakan mengasuh anaknya dengan suami saja.
b) Hubungan dengan anggota keluarga
Ibu mengatakan hubungan dengan anggota keluarga yang lain
sangat baik.
c) Hubungan dengan teman sebaya
Ibu mengatakan anaknya hubungan dengan teman sebayanya baik.
d) Lingkungan rumah
Ibu mengatakan lingkungan rumah aman, bersih dan rapi.
4. Pola Kebiasaan Sehari-hari (Sebelum sakit dan selama sakit)
a. Nutrisi
Nutrisi yang diberikan :
1) Pagi jam : Ibu mengatakan anaknya sebelum sakit makan pagi
jam 07.00 WIB. Makanan yang disukai anaknya nasi dengan
sayur sop dan telur. Minumnya susu, teh dan air putih. Dan ibu
mengatakan anaknya selama sakit sejak tadi pagi tidak mau
makan dan minum sedikit. Ibu mengatakan makan 1 kali pukul
09.00 WIB minum susu pukul 11.00 WIB
2) Sore jam : ibu mengatakan anak biasanya makan siang pukul
12.00 WIB dan sore pukul 17.00 WIB. Makanan yang disukai
anaknya yaitu nasi dengan sayur sop dan telur. Minumnya
susu, teh dan air putih. Dan ibu mengatakan anaknya selama
sakit tidak mau makan siang.
3) Malam jam : ibu mengatakan anaknya tidak sering makan
malam saat sebelum sakit maupun selama sakit
b. Istirahat/ Tidur
1) Tidur siang : ibu mengatakan sebelum sakit anaknya tidur
siang 2 sampai 3 jam dan selama sakit anaknya tidur siang
kurang dari 1 jam dan minta digendong.
2) Tidur malam : ibu mengatakan sebelum sakit anaknya tidur
malam 8 sampai 10 jam dan selama sakit 7 sampai 8 jam.
c. Mandi
1) Pagi jam : ibu mengatakan sebelum sakit anaknya mandi pagi
pukul 06.30 WIB dan selama sakit anaknya hanya disibin.
2) Sore jam : ibu mengatakan sebelum sakit anaknya mandi sore
pukul 16.00 WIB dan selama sakit anaknya hanya disibin.
d. Aktifitas : ibu mengatakan sebelum sakit anaknya sering bermain
dengan teman sebayanya dan selama sakit tidak mau bermain dan
hanya ingin digendong.
e. Eliminasi
1) BAK : ibu mengatakan sebelum sakit anaknya
BAK 6 sampai 7 kali sehari warna jernih dan selama sakit
anaknya BAK 5 kali warna kuning bau khas urine.
2) BAB :ibu mengatakan sebelum sakit anaknya BAB 1 kali
sehari konsistensi lembek, dan selama sakit anaknya BAB 1
kali tadi pagi konsistensi agak keras.
c. Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalis
a. Keadaan umum : Cukup
Kesadaran : Composmentis
TTV :
R : 36 x/menit
N : 110 x/menit
S : 38,9 0C
BB/ TB :12,9 kg / 94 cm
2. Pemeriksaan Sistematis
a. Kepala : Bersih, rambut keriting berwarna kecoklatan
b. Muka : Agak pucat
c. Mata : Kelopak mata cekung, simetris, conjungtiva berwarna
merah muda dan skelera sedikit merah
d. Telinga : Simetris dan tidak ada serumen
e. Hidung : Simetris dan tidak ada benjolan
f. Mulut :Lidah sedikit kotor dan bibir kering
g. Leher : Tidak ada benjolan dan tidak ada kelainan
h. Dada : Simetris, bunyi nafas teratur dan tidak ada retraksi
i. Perut : Tidak ada benjolan dan sedikit kembung
j. Ekstremitas : Simetris, tidak oedema, tidak ada kelainan baik
tangan dan kaki bisa digerakkan
3. Pemeriksaan tingkat perkembangan
a. Bisa naik sepeda roda tiga
b. Bisa melompat tali
c. Bisa berlari
d. Belajar mengingat-ingat
e. Belajar mengenal angka
4. Pemeriksaan penunjang: tidak dilakukan
II. INTERPRETASI DATA
Tanggal : 2021.Pukul : 15. 20 WIB
A. Diangnosa Kebidanan
An. D umur 4 tahun jenis kelamin perempuan dengan febris
Data Dasar
DS:
1. Ibu mengatakan anaknya berumur 4 tahun
2. Ibu mengatakan ingin memeriksakan anaknya karena badannya
panas sejak kemarin sore tanggal 22 Mei 2017, rewel, tidak mau
makan dan minum sedikit
DO:
Keadaan umum : Cukup
Kesadaran : Composmentis
TTV :
N : 110 x/menit
R : 36 x/menit
S : 38,90C
BB: 12,9 kg

Muka : Agak pucat


Mulut : lidah kotor dan bibir kering
Anak terlihat rewe

B. Masalah
Gangguan masalah pemenuhan nutrisi, cairan dan rewel
C. Kebutuhan
1. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan pemberian makanan sedikit
sedikit tapi sering.
2. Pemenuhan kebutuhan cairan dengan pemberian minum susu, teh
manis maupun air putih lebih sering.
3. Menenangkan balita dengan cara digendong.

III. DIAGNOSA POTENSIAL


Potensial terjadi kejang demam
IV. ANTISIPASI
Pemberian obat penurun panas sesuai program yaitu paracetamol sirup
120mg/5 ml sehari 3-4x 1 sendok takar sampai panasnya turun, ibuprofen
supositoria (dubur) 125mg sehari 1x, vitamin dan mineral sirup 60ml
sehari 1x1 sendok takar
V. PERENCANAAN
1. Beri informasi pada ibu tentang hasil pemeriksaan anaknya
2. Anjurkan pada ibu untuk memakaikan anaknya pakaian yang tipis
3. Anjurkan ibu untuk memberikan banyak minum pada anak
4. Anjurkan ibu untuk melakukan kompres dengan air hangat
5. Anjurkan pada ibu untuk memberikan obat pada anaknya sesuai
program yaitu paracetamol sirup 120mg/5 ml sehari 3-4x1 sendok
takar sampai panasnya turun, ibuprofen supositoria (dubur) 125mg
sehari 1x, vitamin dan mineral sirup 60ml sehari 1x1 sendok takar.
6. Anjurkan ibu untuk kontrol ulang 2 hari lagi atau jika anaknya belum
sembuh
7. Beritahu ibu rencana kunjungan rumah
VI. PELAKSANAAN
1. Memberikan informasi pada ibu tentang hasil pemeriksaan anaknya
Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran : Composmentis
TTV
N : 110 x/menit
R : 36 x/menit (saat menangis)
S : 38,90C
BB : 12,9 kg
2. Menganjurkan pada ibu untuk memakaikan anaknya pakaian yang
tipis agar panas anaknya segera turun
3. Menganjurkan ibu untuk memberikan anaknya banyak minum untuk
agar tidak kekurangan cairan
4. Menganjurkan ibu untuk melakukan kompres pada dahi dan ketiak
anaknya dengan air hangat dirumah
5. Menganjurkan pada ibu untuk memberikan obat pada anaknya sesuai
program yaitu paracetamol sirup 120mg/5 ml sehari 3-4x1 sendok
takar sampai panasnya turun, ibuprofen supositoria (dubur) 125mg
sehari 1x, vitamin dan mineral sirup 60ml sehari 1 x 1 sendok takar
secara teratur
6. Menganjurkan ibu untuk kontrol ulang 2 hari lagi atau jika obat habis
7. Memberitahu ibu bahwa besok akan dilakukan kunjungan rumah
untuk dilakukan pemeriksaan.
VII. EVALUASI
1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan anaknya
Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran : Composmentis
TTV
N : 110 x/menit
R : 36 x/menit (saat menangis)
S : 38,90C
BB : 12,9 kg
2. Ibu bersedia untuk memakaikan anaknya pakaian yang tipis
3. Ibu bersedia untuk memberikan banyak minum pada anaknya
4. Ibu bersedia untuk melakukan kompres hangat di rumah
5. Ibu bersedia memberikan obat pada anaknya sesuai program
6. Ibu bersedia melakukan kontrol ulang
7. Ibu sudah tahu dan bersedia bahwa besok akan dilakukan kunjungan
rumah untuk pemantauan pada anak.

BAB IV

PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas tentang studi kasus yang dilakukan penulis di PMB
Ny. D Sumberpasir, Pakis, Kabupaten Malang, yang kemudian dibandingkan dengan
teori yang ada. Pelaksanaan studi kasus ini menggunakan manajemen kebidanan
menurut Varney yang terdiri dari tujuh langkah yaitu : Pengkajian, Interpretasi data,
Diagnosa potensial, Antisipasi, Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi. Dibawah ini
akan diuraikan mengenai pembahasan dan cara pemecahan masalah berdasarkan
kesenjangan antara teori dan praktik.

1. Pengkajian
Pengkajian dengan mengumpulkan data dasar yang merupakan tahap
awal dari manajemen kebidanan dilaksanakan dengan cara waancara dan
observasi langsung. Hasil pengkajian pada tanggal 23 Mei 2017 diperoleh
hasil bahwa ibu mengatakan anaknya umur 4 tahun, panas sejak kemarin
sore, rewel dan mau makan dan minum sedikit. Data Objektif: keadaan
umum cukup, kesadaran composmentis, Nadi 108 x/menit, Respirasi 38
x/menit, Suhu 38,9 °C.
Sedangkan menurut Hartini 2015, Febris adalah proses alami tubuh
untuk melawan infeksi yang masuk kedalam tubuh. Febris terjadi pada suhu
>37,2 °C, biasanya disebakan oleh infesi (bakteri, virus, jamur atau parasite),
penyakit autoimun, keganasan, ataupun obat-obatan. Keluhan yang dirasakan
balita biasanya adalah suhu meningkat, gelisah, rewel, susah minum, nafsu
makan berkurang. Sehingga antara teori dan praktik tidak ada kesenjangan.
2. Interpretasi Data
Interpretasi data dalam asuhan kebidanan ditemukan diagnosa An.D
Umur 4 tahun dengan febris. Masalah yang ditemukan pada balita adalah
tentang gangguan pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi. Kebutuhan
berdasarkan masalah yang timbul yaitu pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan
pemberian makanan sedikit tapi sering dan pemenuhan kebutuhan cairan
dengan pemberian minum susu, teh manis atau air putih sesering mungkin.
Menurut Suriadi dan Yuliani (2010), kebutuhan balita dengan febris
yaitu memberikan cairan oral yang adekuat, peningkatan pemenuhan
kebutuhan nutrisi serta memberikan kompres hangat pada balita. Sehingga
antara teori dan praktik tidak ada kesenjangan.
3. Diagnosa Potensial
Dalam diagnosa potensial ini muncul karena adanya permasalahan
atau diagnosa yang telah diidentifikasi sebelumnya. Pada kasus balita dengan
febris diagnosa potensial yaitu terjadi kejang demam (Suriadi dan
Yuliani,2010). Pada kasus An. D umur 4 tahun dengan febris diagnosa
potensialnya tidak muncul karena penanganan dan antisipasi yang baik dari
tenaga kesehatan. Pada kasus ini ada kesenjangan antara teori dan praktik
yaitu pada teori terdapat kejang.
4. Antisipasi
Antisipasi yang dilakukan pada An.D umur 4 tahun dengan febris
yaitu pemberian obat penurun panas paracetamol syrup 120mg/5 ml sehari 3-
4x 1 sendok takar, ibuprofen supositoria (dubur) 125 mg sehari 1x, vitamin
dan mineral sirup 60 ml sehari 1 x 1 sendok takar yang diberikan bidan sesuai
dengan anjuran dokter sehingga tidak dilakukan kolaborasi dengan dokter
spesialis anak dalam pemberian antipiretik. Sedangkan, pada kasus balita
sakit febris kolaborasi dengan dokter spesialis anak dalam pemberiaan
antipiretik yaitu paracetamol sirup 120mg/5 ml 3x1 maksimal pemberian 6
kali dalam sehari (Sodikin,2012). Sehingga antara teori dan peraktek tidak
ada kesenjangan.
5. Perencanaan
Kasus An. D umur 4 tahun dengan febris pada perencanaan meliputi :
Beri informasi pada ibu tentang hasil pemeriksaan anaknya, Anjurkan pada
ibu untuk memakaikan anaknya pakaian yang tipis, Anjurkan ibu untuk
memberikan banyak minum pada anak, Anjurkan ibu untuk melakukan
kompres dengan air hangat, Anjurkan pada ibu untuk memberikan obat pada
anaknya sesuai program yaitu paracetamol sirup 120mg/5 ml sehari 3 - 4x 1
sendok takar, ibuprofen supositoria (dubur) 125mg sehari 1x, vitamin dan
mineral sirup 60ml sehari 1 x 1 sendok takar.
Perencanaan balita febris dengan kriteria menurut Suriadi dan Yuliani
(2006) dan Sodikin (2012) sebagai berikut : Pemberian terapi antipiretik dan
antibiotik sesuai program, Berikan minuman lebih banyak dari biasanya,
Pakaian yang di gunakan anak baiknya dengan pakaian yang tipis, Monitor
temperatur secara ketat, Berikan kompres hangat ( Tepid Water Sponge ),
Hindari kompres alkohol dan air es. Pada kasus balita sakit febris kolaborasi
dengan dokter spesialis anak dalam pemberiaan antipiretik yaitu paracetamol
sirup 120mg/5 ml 3x1 maksimal pemberian 6 kali dalam sehari
(Sodikin,2012). Sedangkan menurut buku bagan manajemen terpadu balita
sakit (MTBS) dalam pemberiaan antipiretik yaitu paracetamol sirup setiap 6
jam sampai demam hilang dengan dosis 120mg/7,5 ml 1½ sendok takar.
Sehingga pada langkah ini ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek
yaitu pada lahan dalam pemberian dosis antipiretik paracetamol dan
pemberian antibiotik. Pada kasus dilahan pemberian paracetamol sirup
120mg/5 ml sehari 3 - 4x 1 sendok takar sedangkan dalam teori MTBS
pemberiaan antipiretik yaitu paracetamol syrup setiap 6 jam sampai demam
hilang dengan dosis 120mg/7,5 ml 1 ½ sendok takar. Di lahan tidak diberikan
antibiotik pada kasus balita sakit febris karena kasus yang terjadi pada An.D
hanya kenaikan suhu tubuh dan tidak disertai gejala lain seperti diare, batuk
dan pilek sedangkan pada teori diberikan antibiotik pada kasus balita sakit
febris (Sodikin,2012).
6. Pelaksanaan
Pada langkah ini merupakan pelaksanaan dari rencana asuhan
menyeluruh seperti telah di uraikan pada langkah kelima secara efesien dan
aman. Pelaksanaan asuhan pada balita febris yaitu : Memberikan informasi
pada ibu tentang hasil pemeriksaan anaknya (keadaan umum: Cukup,
kesadaran : Composmentis, N : 110 x/menit, R : 36 x/menit, S: 38,90C,
BB:12,9 kg), Menganjurkan pada ibu untuk memakaikan anaknya pakaian
yang tipis agar panas anaknya segera turun, Menganjurkan ibu untuk
memberikan anaknya banyak minum untuk agar tidak kekurangan cairan,
Menganjurkan ibu untuk melakukan kompres pada dahi dan ketiak anaknya
dengan air hangat dirumah, Menganjurkan pada ibu untuk memberikan obat
pada anaknya sesuai program yaitu paracetamol syrup 120mg/5 ml sehari 3 -
4x 1 sendok takar, ibuprofen supositoria (dubur) 125mg sehari 1x, vitamin
dan mineral syrup 60ml sehari 1 x 1 sendok takar secara teraturyang
diberikan bidan sesuai dengan anjuran dokter sehingga tidak dilakukan
kolaborasi dengan dokter spesialis anak dalam pemberian antipiretik.
Sehingga ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek.
7. Evaluasi
Langkah evaluasi ini merupakan langkah terakhir dari asuhan
kebidanan yang bertujuan intik menilai sejauh mana keberhasilan dalam
memberikan. Hasil evaluasi yang diharapkan menurut Suriadi dan Yuliani
(2010) adalah keadaan umum baik, panas turun dan tidak kejang.
Asuhan kebidanan yang dilakukan pada An. D umur 4 tahun dengan
febris selama kurang lebih 4 hari didapatkan hasil keadaan umum anak baik,
panas turun dari 38,9 0C menjadi 36,6 0C, dan tidak terjadi kejang pada
anak. Sehingga antara teori dan praktek tidak ada kesenjangan.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil studi kasus yang dilakukan penulis pada An. D
umur 4 tahun dengan febris di PMB Ny.D Sumberpasir, Pakis,
Kabupaten Malang, maka dapat disimpulkan :

4.2 Saran
1. Bagi Peneliti
Diharapkan mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang
lebih efektif dalam memberikan asuhan kebidanan secara langsung
kepada balita sakit febris melalui pendekatan manajemen
kebidanan Varney.
2. Bagi Profesi
Diharapkan dapat menambah referensi dan wawasan dalam
pelaksanaan asuhan kebidanan pada balita sakit febris.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat digunakan sebagai sumber referensi dalam
penerapan asuhan kebidanan khususnya pada balita sakit febris.
4. Bagi PMB
Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
pemberian pelayanan kebidanan khususnya pada balita sakit febris.

DAFTAR PUSTAKA

Hartini, S., & Pertiwi. (2015). Efektifitas Kompres air hangat terhadap penurunan
suhu tubuh anak demam usia 1-3 bulan di SMC RS Telogorejo
Semalang.

Ardinasari E, 2016. Buku Pintar Mencegah & Mengobati Penyakit Bayi & Anak.

Jakarta : Penerbit Bestari

Arikunto, 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT

Rineka Cipta

Atika, Dyah P.D. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Balita Sakit An. A Umur 3

Tahun dengan Febris di BPM Al-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali.

KTI DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Dinkes Kabupaten Karanganyar, 2014. Profil Kesehatan Kabupaten Karanganyar

Tahun 2014. Karanganyar : Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar

Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2014. Profil Kesehatan Profinsi Jawa Tengah

Tahun 2014. Semarang : Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah

Hidayat, 2007. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Anallisis Data. Jakarta :

Salemba Medika

Kemenkes RI. 2015. Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).

Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Anda mungkin juga menyukai