Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEBIDANAN

PADA NY “A” USIA 34 TAHUN G2 P1001 Ab000 UK 38-39MINGGU JANIN


T/H/I LETAK KEPALA DENGAN PERSALINAN NORMAL
DI PMB IMA HAMID PAKIS MALANG

OLEH :
NAMA : VERONIKA DESRI NGGUNA DIHU
NIM : 1918154011201

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


STIKES WIDYAGAMA HUSADA
MALANG
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Praktek ini telah disetujui oleh Pembimbing Akademik dan Pembimbing
lapangan.

Malang,........................................2021

Pembimbing Institusi Pembimbing Lapangan

( Patemah,S.SiT.,M.Kes ) (Khalimatus Sadiyah,Amd.Keb )

Mengetahui

Ketua Program Studi DIII


Kebidanan STIKES Widyagama
Husada

Yuniar Angelia P, S.SiT., M.Kes


LEMBAR BIMBINGAN
Nama : Veronia Desri Ngguna Dihu
NIM 1918154011201
Tempat Praktek : PMB Ima Hamid
Pembimbing :1. Khalimatus Sadiyah,Amd.Keb
2. Patemah,S.SiT.,M.Kes
Judul ASKEB : Asuhan Kebidanan Pada Ny.”S”Usia 30 Tahun G3P2002Ab000
UK 40-41 Minggu Dengan Persalinan Normal Di PMB Ima Hamid

No. TANGGAL PEMBIMBING REKOMENDASI TANDA


1 2 TANGAN

Menyetujui,
Pembimbing Institusi Pembimbing Lapangan

(Patemah,S.SiT.,M.Kes) (Khalimatus Sadiyah,Amd.Keb)


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyusun laporan ini. Dalam penyusunan laporan ini kami
banyak mendapatkan bimbingan pengalaman dan bantuan dari berbagai pihak untuk menambah
pengetahuan dan pengalaman dalam bidang kesehatan. Khususnya kami mahasiswa akademi
kebidanan yang masih banyak butuh bimbingan dan pengajaran yang baik dan benar. Untuk itu
kami ucapkan banyak terimakasih kepada :
1. dr. Rudy Joegijantoro, MMRS , selaku Ketua STIKES Widyagama Husada
Malang.
2. Yuniar Angelia, S.SiT.,M.Kes, selaku Kepala Prodi DIII Kebidanan STIKES
Widyagama Husada Malang.
3. Patemah,S.SiT.,M.Kes selaku dosen pembimbing Institusi di STIKES
Widyagama Husada Malang
4. Khalimatus Sadiyah,Amd.Keb selaku pembimbing Lapangan di PMB Ima
Hamid.
5. Asisten Bidan yang senantiasa menemani, membantu dan
mengajari saya

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa pengkajian laporan ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, segala kritik dan saran yang membangun akan diterima dengan baik demi kemajuan
laporan ini.
DAFTAR ISI
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA

A. LATAR BELAKANG
Kehamilan hampir selalu terjadi pada setiap wanita dan merupakan suatu
proses yang fisiologis. Proses terjadinya kehamilan setelah bertemunya sperma
dan ovum, tumbuh dan berkembang didalam uterus kurang lebih selama 259 hari
atau 37 minggu sampai 42 minggu (Nugroho dan Utama, 2014). Agar kehamilan,
persalinan serta masa nifas seorang ibu berjalan normal, ibu membutuhkan
pelayanan kesehatan yang baik untuk mencapai hidup sehat dan mampu
melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas serta mengurangi Angka
Kematian Ibu (Bandiyah, 2013).
Angka kematian ibu di dunia pada tahun 2015 adalah 216 per 100.000
kelahiran hidup atau diperkirakan jumlah kematian ibu adalah 303.000 kematian.
Setiap harinya tercatat ada 830 kasus yang dapat meningkatkan jumlah angka
kematian ibu tersebut yang terkait dengan proses kehamilan, persalinan dan nifas
di dunia. Indonesia tercatat pada data Rencana Strategis (Renstra) Kementerian
Kesehatan Tahun 2017, ditemukan Angka Kematian Ibu yaitu sebanyak 346 per
100.000. Dibandingkan dengan tahun 2017, Indonesia tercatat pada hasil Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) mencatat Angka Kematian Ibu di
Indonesia tahun 2018 mencapai 305 per 100.000 kelahiran hidup. Dimana pada
tahun 2018 ini terjadi penurunan Angka Kematian Ibu, namun masih tergolong
cukup tinggi. Angka Kematian Ibu di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2017
tercatat sebanyak 91,92 % per 1.000 kelahiran hidup, kemudian mengalami
penurunan yakni pada tahun 2018 mencapai 91,45 % per 1.000 kelahiran hidup.
AKI di Kabupaten Malang tahun 2016-2018 cenderung menurun, tahun 2016
sebanyak 21 kematian, dan tahun 2017 sebanyak 18 kematian. Data terbaru tahun
2018 menunjukkan jumlah kematian ibu di Kabupaten Malang sebanyak 17 kasus
(LKPJ Kab. Malang, 2019).
Pada saat ini tercatat bahwa penyebab kematian pada ibu terbanyak secara
umum adalah adanya komplikasi yang disebabkan oleh terjadinya perdarahan
setelah melahirkan bahkan hingga terjadinya infeksi, pre eklamsi (tekanan darah
tinggi semasa kehamilan), komplikasi di persalinan, dan aborsi yang tidak aman
(WHO, 2018). Penyebab terbanyak angka kematian ibu di Jawa Timur pada tahun
2019 disebabkan oleh perdarahan, pre eklamsi, jantung dan infeksi. Sedangkan
penyebab terbanyak AKI di Kabupaten Malang adalah terjadi pada masa nifas
yaitu saat perdarahan dan adanya infeksi pada masa nifas.
Angka kematian bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi dalam usia 1 tahun
pertama kehidupan per 1000 kelahiran hidup. Tercatat bahwa terdapat 220 per
1000 kelahiran hidup di dunia. Namun dilihat pada Negara Indonesia berdasarkan
data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), angka kematian bayi di Indonesia pada
2019 lalu adalah 21,12%. Angka ini menurun dari catatan pada 2018 ketika angka
kematian bayi di Indonesia masih mencapai 21,86% atau pada 2017 yang
mencapai 22,62% (WHO, 2014). Sementara di Jawa Timur pada tahun 2017
Angka Kematian Bayi tersebut sebanyak 23 per 1.000 kelahiran hidup, namun
angka ini sudah mengalami penurunan ketika di tahun 2018 tercatat sebanyak 13
per 1.000 kelahiran (Dinkes RI, 2019). Angka kematian bayi baru lahir di
Kabupten Malang cenderung fluktuatif selama 5 tahun terakhir. Setelah sempat
mengalami penurunan selama kurun waktu 2014 – 2017. AKB di Kabupaten
Malang mengalami peningkatan, pada tahun 2017 sebesar 1,61 per 1.000
kelahiran hidup. Sementara, pada tahun 2018 mengalami peningkatan menjadi
2,08 per 1.000 kelahiran hidup (LKPJ Kab. Malang, 2019)
Penyebab AKB yang masih tinggi di Jawa Timur adalah dikarenakan di
antaranya berat badan lahir rendah (BBLR), asfiksia (gangguan pengangkutan
oksigen ke jaringan), kelainan bawaan juga tetanus. Sedangkan AKB di kabupaten
Malang sendiri dikarenakan asfiksia, berat badan lahir rendah serta kelaianan
kongenital sejak dalam kandungan.
Dalam menyikapi tingginya AKI di Indonesia sendiri pemerintah membentuk
suatu program yaitu Safe Motherhood Initiatif yang terdiri dari 4 pilar yang
diantaranya adalah Keluarga Berencana, Asuhan Antenatal, Persalinan yang
Aman atau Bersih serta Pelayanan Obstetrik Neonatal Esensial atau Emergensi.
Upaya dapat dilakukan oleh bidan yaitu mengacu pada program Safe Motherhood
Initiatif dalam memberikan asuhan kebidanan yang berkesinambungan mulai dari
hamil, bersalin, nifas(Ambarwati, 2014).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan yang tepat pada ibu hamil dan
bersalin sesuai dengan manajemen kebidanan.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data subyektif dan obyektif pada
klien
b. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah
c. Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah potensial
d. Mahasiswa mampu mengidentifikasi rencana tindakan
e. Mahasiswa mampu membuat rencana tindakan
f. Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan
g. Mahasiwa mampu melaksanakan evaluasi dari hasil tindakan
B. Waktu dan Tempat Pengambilan Kasus
Waktu pengambilan kasus dilakukan pada tanggal 1 Desember 2021 di Kamar
Bersalin PMB Ima Hamid Pakis, Malang.
E. Gambaran Kasus
Kasus ini terjadi pada Ny “A” usia 34 tahun GII P1001Ab000 UK 38-39 Minggu
dengan persalinan fisiologis.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Persalinan
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37- 42 minggu), lahir spontan dengan persalinan
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu
maupun pada janin, mempunyai janin (tunggal) dengan pelvis, terlaksana tanpa
bantuan artificial (seperti forceps), tidak mencakup komplikasi (seperti pedarahan
hebat), dan mencakup pelahiran placenta yang normal (Prawirohardjo, 2014).
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun kedalam
jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui
jalan lahir (Prawirohardjo, 2014).
1. Jenis-Jenis Persalinan
1. Persalinan Spontan yaitu persalinan terjadi karena dorongan kontraksi uterus
dan kekuatan mengejan ibu.
2. Persalinan Buatan yaitu persalinan dengan tenaga dari luar dengan ekstraksi
dengan forcep/operasi sectio caesarea.
3. Persalinan Anjuran yaitu persalinan tidak dimulai dengan sendirinya tetapi
baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin aprostaglandin.
2. Persalinan Menurut Usia Kehamilan
1. Abortus adalah Penghentian kehamilan sebelum janin viabel, berat badan
di bawah 500 gram, atau tua kehamilan di bawah 20 minggu.
2. Partus Prematurus adalah suatu partus dari hasil konsepsi yang dapat hidup
tetapi belum aterm (cukup bulan). Berat janin antara 1000 sampai 2500 gram
atau tua kehamilan antara 28 minggu sampai 36 minggu.
3. Partus Immaturus adalah pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan
kurang dari 28 minggu lebih dari 20 minggu dengan berat janin antara
500-1000 gram
4. Partus Postmaturus (Serotinus) adalah partus yang terjadi 2 minggu atau
lebih dari waktu partus yang di perkirakan.
5. Partus luar biasa atau partus abdominal ialah bila bayi dilahirkan pervaginam
dengan cunam, atau ekstraktor vakum, versi dan ekstraksi,
dekapitasi, embriotomi dan sebagainya (Prawiroharjo, 2013).
3. Teori Keregangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Setelah
melewati batas waktu tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai.
Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang mengakibatkan iskemia otot-
otot uterus.
4. Teori Penurunan Progesteron
Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu, dimana
terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami perubahan-perubahan dan
produksi progesteron mengalami penurunan, sehingga otot rahim mulai lebih sensitif
terhadap oksitosin. Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat
penurunan progesteron tertentu.
5. Teori Oksitosin Internal
Oksitosin di keluarkan oleh kelenjar hipofise parst posterior. Perubahan
keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahim,
sehingga sering terjadi kontraksi branxton hicks. Menurunnya konsentrasi progesteron
akibat tuanya kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan aktivitas, sehingga
persalinan dimulai.
6. Teori Prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu, yang
dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin pada saat hamil dapat menimbulkan
kontraksi otot rahim sehingga terjadi persalinan. Prostaglandin dianggap dapat memicu
terjadinya persalinan.
7. Teori Hipotalamus-pituitari dan Glandula Suprarenalis
Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anensefalus sering terjadi
keterlambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus. Pemberian kortikosteroid
yang dapat menyebabkan maturitas janin, induksi persalinan. dari beberapa percobaan
tersebut disimpulkan ada hubungan antara hipotalamus-pituitari dengan mulainya
persalinan. Glandula suprarenal merupakan pemicu terjadinya persalinan.
8. Berkurangnya Nutrisi
Berkurangnya nutrisi pada janin dikemukakan oleh hippokrates untuk pertama kalinya.
Bila nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan segera dikeluarkan
9. Faktor lain
Tekanan pada ganglion servikale dari pleksus frankenhauser yang terletak dibelakang
serviks. Bila ganglion ini tertekan, maka kontraksi uterus dapat dibangkitkan (Sumarah,
2012).
B. Etiologi
His adalah salah satu kekuatan pada ibu yang menyebabkan serviks membuka dan
mendorong janin ke bawah. Pada persentasi kepala, bila his sudah cukup kuat,kepala akan
turun dan mulai masuk ke dalam rongga panggul.
 Mekanisme jalan lahir menurut (Prawirohardjo, 2013) di antaranya adalah:
1. Penurunan (Kepala masuk PAP)
Kepala masuk melintasi pintu atas panggul (promontorium), sayap sacrum, linea
inominata, ramus superiorost pubis dan pinggir atas simpisis) dengan sutura sagitalis
melintang, dalam sinklitismus arah sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang
pintu atas panggul.dapat juga terjadi keadaan :
a. Asinklitismus anterior adalah arah sumbu kepala membuat sudut
lancip kepan dengan pintu atas panggul.
b. Asinklitismus posterior adalah arah sumbu kepala membuat studut lancip
kebelakang dengan pintu atas panggul.
2. Fleksi
Fleksi yaitu posisi dagu bayio menempel dada dan ubun-ubun kecil rendah dari
ubun-ubun besar.kepala memasuki ruang panggul dengan ukuran paling kecil
(diameter suboksipitobregmatika = 9,5 ) dan di dasar panggul kepala berada dalam
fleksi maksimal.
3. Putar paksi dalam
Kepala yang turun menemui diapragma pelvis yang berjalan dari belakang atas ke
bawah depan.kombinasi elastisitas dipragma pelvis dan tekanan intrauterin oleh his
yang berulang-ulang mengadakan rotasi ubun-ubun kecil berputar kearah depan di
bawah simpisis.
4. Defleksi
Setelah kepala berada di dasar panggul dengan ubun-ubun kecil di bawah simpisis
(sebagai hipomoklion), kepala mengadakan defleksi berturut-turut lahir bregma,
dahi, muka dan akhirnya dagu.
5. Putar paksi luar
Gerakan kembali sebelum putaran paksi dalam terjadi, untuk menyesuaikan
kedudukan kepala dengan punggung anak.
6. Ekspulsi
Putaran paksi luar bahu melintasi pintu atas panggul dalam keadaan miring dan
menyesuikan dengan bentuk panggul, sehingga di dasar panggul, apabila kepala telah
lahir bahu berada dalam posisi depan belakang dan bahu depan lahir dahulu, baru
kemudian bahu belakang. mekanisme persalinan fisiologis penting di pahami, bila
ada penyimpangan koreksi manual dapat di lakukan sehingga tindakan operatif tidak
dapat dilakukan (Rustam Mochtar,2013).
C. Tanda Dan Gejala Inpartu
1. Penipisan dan pembukaan serviks.
2. Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan servik (frekuensi minimal 2 kali
dalam 10 menit)
3. Cairan lendir bercampur darah (show) melalui vagina (Prawirohardjo, 2014).
D. Tahapan Persalinan
1. Persalinan Kala I
Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan
meningkat (frekuinsi dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap (10 cm). Kala
satu persalinan terdiri atas dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif, yaitu :
a. Fase laten
Dari pembukaan 0 cm sampai pembukaan 3 cm, fase laten berlangsung hampir atau
hingga 7 jam
b. Fase aktif
Dari pembukaan serviks 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan
terjadi dengan kecepatan rata-rata per jam (nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1
cm hingga 2 cm (multipara). Dalam fase aktif ini masih dibagi menjadi 3 fase lagi yaitu
:
1. Fase akselerasi, dimana dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4
cm.
2. Fase dilatasi maksimal, yakni dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung
sangat cepat, dari pembukaan 4 cm menjadi 9 cm.
3. Fase deselerasi, dimana pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu
jam pembukaan 9 cm menjadi 10 cm.
2. Persalinan Kala II
Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini
berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida. Pada kala ini his
menjadi lebih kuat dan cepat kurang lebih 2-3 menit sekali (Sumarah, 2012).
Gejala dan tanda-tanda kala II persalinan yaitu :
a. Ibu merasa ingin meneran bersama dengan terjadinya kontraksi.
b. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan atau vaginanya.
c. Perineum menonjol.
d. Vulva-vagina dan sfinger ani membuka.
e. Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah (Prawirohardjo, 2014).
3. Persalinan Kala III
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung
tidak lebih dari 30 menit. Setelah bay lahir uterus teraba keras dengan fundus uteri
agak diatas pusat. Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk
melepaskan plasenta dari dindingnya (Sumarah, 2012).
Tanda-tanda pelepasan plasenta :
a. Perubahan bentuk dan tinggi uterus
b. Talipusat memanjang
c. Semburan darah mendadak dan singkat (Prawirohardjo, 2014).
4. Persalinan Kala IV
Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum. Tujuan
asuhan persalinan adalah memberikan asuhan yang memadahi selama persalinan
dalam upaya mencapai pertolongan yang bersih dan nyaman, dengan memperhatikan
aspek sayang ibu dan sayang bayi (Sumarah, 2012).
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan :
a) Passage (Jalan Lahir)
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat, dasar panggul,
vagina, dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun jaringan lunak, khususnya
lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul
ibu jauh lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus berhasil
menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku.
b) Passanger (Janin Dan Plasenta)
Janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi beberapa
faktor, yakni ukuran kepala janin, presentasi, letak, dan posisi janin. Karena
plasenta juga harus melewati jalan lahir, maka ia dianggap juga sebagai bagian
dari passenger yang menyertai janin. Namun plasenta jarang menghambat proses
persalinan pada kehamilan normal.
c) Power (Kekuatan)
Kekuatan terdiri dari kemampuan ibu melakukan kontraksi involunter dan
volunteer secara bersamaan untuk mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus.
Kontraksi involunter disebut juga kekuatan primer, menandai dimulainya
persalinan. apabila servik berdilatasi, usaha volunteer dimulai untuk mendorong,
yang disebut kekuatan sekunder, dimana kekuatan ini memperbesar kekuatan
kontraksi involunter (Sumarah, 2012).
d) Psyche (Psikologis)
Faktor psikologis ketakutan dan kecemasan sering menjadi penyebab lamanya
persalinan, his menjadi kurang baik, pembukaan menjadi kurang lancar. Menurut
Pritchard, dkk perasaan takut dan cemas merupakan faktor utama yang
menyebabkan rasa sakit dalam persalinan dan berpengaruh terhadap kontraksi
rahim dan dilatasi serviks sehingga persalinan menjadi lama.
e) Penolong
Memilih Penolong persalian yang berkompeten, seperti: bidan, dokter,
perawat atau tenaga kesehatan yang terlatih.
f) Posisi Saat Bersalin
Posisi yang paling baik dalam bersalin adalah posisi semi fowler.
D. Patofisiologi
5. Amniotomi
Selama selaput ketuban masih utuh, janin akan terhindar dari infeksi dan asfiksia.
Cairan amniotic berfungsi sebagai perisai yang melindungi janin dari tekanan penuh
dikarenakan kontraksi. Oleh karena itu perlu dihindarkan amniotomi dini pada kala I.
Biasanya, selaput ketuban akan pecah secara sepontan (Mochtar, 2013).
6. Episiotomi
Laserasi spontan pada vagina atau perineum dapat terjadi saat kepala dan bahu
dilahirkan. Kejadian laserasi akan meningkat jika bayi dilahirkan terlalu cepat dan tidak
terkendali. Jalin kerjasama dengan ibu dan gunakan perasat manual yang tepat dapat
mengatur kecepatan kelahiran bayi dan mencegah terjadinya laserasi. Kerjasama akan
sangat bermanfaat saat kepala bayi pada diameter 5-6 cm tengah membuka vulva
(crowning) karena pengendalian kecepatan dan pengaturan diameter kepala saat
melewati introitus dan perineum dapat mengurangi kemungkinan terjadinya robekan.
Bimbing ibu untuk meneran dan beristirahat atau bernapas dengan cepat pada waktunya
(JNPK-KR, 2011).
Episiotomi dilakukan dengan membuat insisi bedah kecil ke dalam perineum, yang
membantu mencegah peregangan berlebihan oleh kepala bayi pada jaringan vulva
posterior serta otot-otot perineum, dan mengganti robekan vagina serta perineum yang
tidak beraturan dengan jaringan yang terpotong rapi dan bersih sehingga
memungkinkan perbaikan optimal.
Pada masa yang lalu, tindakan episiotomi dilakukan secara rutin terutama pada
primipara. Tindakan ini bertujuan untuk mencegah trauma pada kepala janin, mencegah
kerusakan pada spinter ani serta lebih mudah untuk menjahitnya. Namun hasil
penelitian menunjukan bahwa tidak ada bukti yang mendukung manfaat episiotomo.
Pada kenyataannya tundakan episiotomi dapat menyebabkan peningkatan jumlah
kehilangan darah ibu, bertambah dalam lika perinium bagian posterior, meningkatkan
kerusakan pada spinter ani dan peningkatan rasa nyeri pada hari-hari pertama
postpartum (Mochtar, 2013).
7. Indikasi Episiotomi
1. Gawat janin. Untuk menolong keselamatan janin, maka persalinan
harus segera diakhiri.
2. Persalinan pervaginam dengan penyulit, misalnya presbo, distosia bahu,
akan dilahirkan ekstraksi forcep, ekstraksi vacum.
3. Jaringan perut pada perineum ataupun pada vagina.
4. Perineum kaku dan pendek.
5. Adanya ruptur yang membakat pada perineum.
6. Prematur untuk mengurangi tekanan pada kepala janin.
E. Penatalaksanaan
Asuhan kebidanan persalianan menurut Hidayat (2011) yaitu:
Kala I:
1. Memberikan dukungan dan meyakinkan diri pasien
2. Memberikan informasi mengenai proses dan kemajuan persalinanya
3. Mendengar keluhannya dan mencoba untuk sensistif terhadap perasaannya
4. Pengaturan posisi Anjurkan ibu yang sedang dalam proses persalinan
untuk mendapatkan posisi yang paling nyaman. Berjalan, duduk atau
jongkok akan membantu proses penurunan kepala janin.
5. Anjurkan ibu untuk berjalan dan bergerak, tidak berbaring telentang. Tidur
telentang dapat menekan pembuluh darah (Vena Cava Inferior), yang dapat
mengakibatkan suplai berdarah ke janin berkurang sehingga bayi gawat janin. Posisi
yang dianjurkan adalah melakukan perubahan posisi, menganjurkan posisi sesuaid
dengan keinginan ibu, jika ibu ingin di tempat tidur dianjurkan tidur miring ke kiri.
6. Menganjurkan ibu untuk berjalan-jalan di ruang bersalin.
7. Anjurkan ibu didampingi suami atau keluarga untuk memijat atau
menggosok pungung dan membasuh muka antar kontraksi.
8. Ibu diperbolehkan melakukan aktifitas sesuai kesanggupannya.
9. Ajarkan ibu teknik relaksasi, cara bernafas. Ibu diminta untuk menarik nafas
panjang, menahan nafasnya sebentar kemudian dilepas dengan cara meniup udara
keluar sewaktu serasa kontraksi.
10. Pemberian cairan infus jika ibu dalam keadaan gawat.
BAB IV

PEMBAHASAN

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37- 42 minggu), lahir spontan dengan persalinan
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu
maupun pada janin, mempunyai janin (tunggal) dengan pelvis, terlaksana tanpa
bantuan artificial (seperti forceps), tidak mencakup komplikasi (seperti pedarahan
hebat), dan mencakup kelahiran placenta yang normal. Asuhan kebidanan sesuai
langkah-langkah APN.
Kala I yang dilakukan pada Ny “A”G2P1001Ab00 yaitu mengobservasi tanda
tanda vital, His, DJJ, dan kemajuan persalinan menggunakan partograf. Pada Ny “A”
kala II berlangsung pada jam 07:00 WIB pembukaan lengkap sampai bayi lahir
spontan pukul 07:55 WIB. Kala III pada Ny “A” berlangsung selama 5 menit dari
pukul 07:55 WIB setelah bayi lahir, keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus
uteri. Pengeluaran plasenta ditandai dengan adanya semburan darah tiba-tiba, tali
pusat memanjang dan uterus globuler. Melakukan manajemen aktif kala III yaitu
pemberian oxytosin 10 IU secara IM, melakukan peregangan tali pusat terkendali dan
dorsokranial saat timbul kontraksi kemudian Rangsang Puting Susu (RPS) ketika
kontraksi reda, melakukan massase fundus uteri selama ± 15 detik, Plasenta lahir
lengkap tidak ada selaput yang tertinggal dan tidak ada laserasi jalan lahir. Kala IV
dimulai dari jam 08:00 WIB,pada 1 jam pertama dilakukan observasi tekanan darah,
suhu, nadi, TFU, kontraksi uterus baik, kandung kemih, dan perdarahan setiap 15
menit, dan 1 jam kedua setiap 30 menit.
Selama dilakukan asuhan kebidanan persalinan pada Ny.”A” tidak terdapat
kesenjangan antara teori dan praktik, pengeluaran janin pada kehamilan cukup bulan,
lahir spontan dengan persalinan belakang kepala yang berlangsung tidak lebih dari 18
jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin dan mencakup kelahiran
placenta yang normal serta asuhan kebidanan sesuai langkah-langkah APN.
BAB V
PENUTUP

A.KESIMPULAN

Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan


perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya placenta
secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan
serviks.
Setelah melakukan pengkajian,menyusun diangnosa merencanakan
asuhan,melaksanakan asuhan, melakukan evaluasi asuhan kebidanan pada Ny.”A” usia
34 tahun ,proses persalinan kala I,kala II, kala III, dan kala IV berjalan lancar dan normal,
tidak ada penyulit yang terjadi. His yang adekuat, ketuban pecah jernih, sehingga
persalinan dapat diatasi sesuai prosedur yang ada.
Pada penatalaksanaan rencana tindakan disusun berdasarkan keadaan yang
dialami oleh Ny.”A” dan juga disesuaikan dengan standar langkah-langkah APN dalam
hal ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktik dilahan.

B. SARAN
1. Institusi Lahan Praktik
Untuk lahan praktik diharapkan tetap menjaga pelayanan PMB Caecilia Yunita
Rayahu, AMd.Keb dan tetap memberikan asuhan yang sesuai kepada pasien.
2. Institusi Pendidikan
Untuk institusi pendidikan diharapkan tetap menjaga mutu pembelajaran kepada
mahasiswa guna sebagai bekal dilahan praktik.
3. Mahasiswa
Untuk mahasiswa diharapkan untuk selalu meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan guna memberikan pelayanan yang terbaik kepada pasien di lahan
praktik.
DAFTAR PUSTAKA

Mochtar, Rustam. 2013. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.


Prawirohardjo S. 2014,Ilmu Kebidanan. jakarta Bina Pustaka
Prawiro hardjo, Sarwono. 2013. Pelayanan Maternal Dan
Neonatal.
Jakarta:Yayasan Bina Pustaka.
Saadong Djuhadiah.2012.Asuhan Kebidanan Persalinan Normal:
Makassar Sarwono Prawirohardjo.2013.Ilmu Kebidanan.Jakarta:PT Bina
Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Sumarah, dkk. 2012. Perawatan Ibu Bersalin . Fitramaya :
Jakarta. Hidayat, A. (2011). Asuhan Kebidanan (Persalinan),
Yogyakarta:
Nuha Medi

Anda mungkin juga menyukai