Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEBIDANAN

PADA NY “N“ USIA 22 TAHUN UK 41-42 MINGGU

DENGAN PRE SC (POST DATE)

DI PMB C. YUNITA RAHAYU

KOTA MALANG

OLEH :

IKE ROSSI DWI KARTIKA

1817154011166

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

STIKES WIDYAGAMA HUSADA MALANG

2021
LEMBAR KONSUL ASUHAN KEBIDANAN

Nama Mahasiswa : Ike Rossi Dwi Kartika

Nim : 1817154011166

Tempat Praktek : PMB Ceacilia Yunita Rahayu, Amd. Keb

Pembimbing
No Tanggal Rekomendasi TTD
1 2

Mengetahui, Mengetahui,

Pembimbing Institusi Pembimbing Lapangan

(……………………………..) (…………………………)
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Praktek Kllinik ini telah disetujui oleh

Pembimbing Lapangan dan Pembimbing Akademik

Malang, Juli 2021

Pembimbing Lapangan Pembimbing Akademik

(C. Yunita Rahayu , A.Md. Keb) (Yuniar Angelia, S.SiT.M.Kes)

Ka.Prodi D III Kebidanan

STIKES Widyagama Husada

(Yuniar Angelia, S.SiT.M.Kes)


KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karuniaNya sehingga laporan ini dapat selesai dengan baik. Loparan
ini berjudul “ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. “N ” USIA 22 TAHUN UK
41-42 MINGGU DENGAN PRE SC POST DATE”. Tidak lupa penulis
mengucapkan terima kasih kepada:

1. dr. Rudi Joegiantoro, MMRS, Selaku direktur STIKES Widyagama Husada.


2. Yuniar Angelia P, S.SiT, M.Kes selaku ketua Prodi D3 Kebidanan dan
pembimbing institusi STIKes Widyagama Husada Malang
3. Cecilia Yunita Rahayu A.Md. Keb selaku Pembimbing Lapangan

Keterbatasan penulis dalam pembuatan laporana ini baik pengetahuan


maupun pengalaman penulis. Penulis yakin masih banyak kekuranagn dalam
laporan ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini.

Malang, Juli 2021

Ike Rossi Dwi Kartika


DAFTAR ISI

LEMBAR KONSUL ASUHAN KEBIDANAN...................................................2


LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................3
KATA PENGANTAR............................................................................................4
DAFTAR ISI...........................................................................................................5
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................6
A. Latar Belakang............................................................................................6
B. Tujuan..........................................................................................................7
C. Waktu dan Tempat Pengambilan Kasus..................................................7
D. Gambaran Kasus.........................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................8
A. Definisi..........................................................................................................8
B. Etiologi.......................................................................................................10
C. Patofisiologi................................................................................................11
D. Penatalaksanaan........................................................................................11
BAB III..................................................................................................................12
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................13
BAB V PENUTUP................................................................................................14
A. Kesimpulan................................................................................................14
B. Saran..........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah Kehamilan merupakan proses dan mulainya ovulasi yaitu kira – kira
280 hari (40 minggu) juga disebut kehamilan matur (cukup bulan) lebih dari 43
minggu disebut postmatur dan kehamilan antara 28 minggu sampai 36 minggu
disebut kehamilan prematur hingga terjadinya persalinan (Saifuddin, 2010).

Menurut definisi WHO “kematian maternal ialah kematian seorang wanita


waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab
apapun, terlepas dari tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk
mengakhiri kehamilan.” Sebab-sebab kematian ini dapat dibagi dalam 2 golongan,
yakni yang langsung disebabkan oleh komplikasi-komplikasi kehamilan,
persalinan dan nifas, dan komplikasi tidak langsung karena sebab- sebab yang lain
seperti penyakit jantung, kanker, dan sebagainya (associated causes). Angka
kematian maternal (maternal mortality rate) ialah jumlah kematian maternal
diperhitungkan terhadap 1000 atau 10.000 kelahiran hidup, kini di beberapa
negara malahan terhadap 100.000 kelahiran hidup (Saifuddin, 2010).

Angka kematian ibu di Indonesia menjadi yang tertinggi di Asia Tenggara


yaitu sebanyak 214 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2010. Sedangkan
target MDGs dalam meningkatkan kesehatan ibu di Indonesia menetapkan batasan
jumlah kematian ibu sebanyak 102 per 100.000 kelahiran hidup. Di Indonesia
kematian ibu disebabkan oleh penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab
langsung antara lain perdarahan 28%, eklampsia 24%, infeksi 11%, abortus 5%,
persalinan lama 5%, emboli obstetri 3%, komplikasi puerpureum 8%, dan lain –
lain 11% (Depkes RI, 2011).

Sedangkan untuk data Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia walaupun


masih jauh dari angka target MDGs yaitu AKB tahun 2015 sebesar 23 per 1000
kelahiran hidup tetapi tercatat mengalami penurunan yaitu dari sebesar 35 per
1000 kelahiran hidup (SDKI 2002) menjadi sebesar 34 per 1000 kelahiran hidup
(SDKI 2007), dan terakhir menjadi 32 per 1000 kelahiran hidup (SDKI 2012).
Namun angka kematian bayi (AKB) di Indonesia masih tetap tergolong tinggi jika
dibandingkan dengan Negara-Negara ASEAN seperti Singapura (3 per 1000
kelahiran hidup), Brunei Darussalam (8 per 1000 kelahiran hidup), Malaysia (10
per 1000 kelahiran hidup), Vietnam (18 per 1000 kelahiran hidup), dan Thailand
(20 per 1000 kelahiran hidup). Target AKB dalam MDGs adalah 23 per 1000
kelahiran hidup (Profil kesehatan Kalimantan Timur 2013).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasisiwa mampu mengerti, memahami, malakukan, dan melaksanakan
asuhan kebidanan pada pasien Pre operasi
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian terhadap pasien pre op
b. Mahasiswa mampu merumuskan diagnose kebidanan pada pasien
c. Mahasiswa mampu menyusun dan melaksanakan rencana asuhan
kebidanan pre operasi
d. Mahasiswa mampu mengevaluasi asuhan kebidanan pada pasien pre
operasi

C. Waktu dan Tempat Pengambilan Kasus


Hari/tanggal : 21 Juli 2021
Waktu : 10.00 WIB
Tempat : PMB C. Yunita Rahayu

D. Gambaran Kasus
Pada ny “ N “ usia 22 tahun G1 P0000 Ab000 datang ke PMB C. Yunita
dengan keluhan kenceng-kenceng pada perutnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
1. Pengertian Sectio Caesarea
Merupakan suatu tindakan pembedahan dengan cara membuka dinding
abdomen dan dinding rahim untuk melahirkan janin dengan syarat rahim
dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram dan usia janin > 28
minggu yang dilakukan dengan cara melakukan suatu irisan pembedahan
yang akan menembus dinding abdomen pasien (laparotomy) dan uterus
(histerektomi) dengan tujuan untuk mengeluarkan satu bayi atau lebih
(Saifuddin AB, 2010).
Tindakan Sectio Caesarea dilakukan untuk mencegah kematian janin dan
ibu karena adanya suatu komplikasi yang akan terjadi bila persalinan
dilakukan secara pervaginam.
2. Indikasi Sectio Caesarea
Indikasi dilakukannya Sectio Caesarea berasal dari faktor ibu maupun
janin, seperti CPD (Pinggul sempit), gawat janin, plasenta previa, letak
lintang, Incoordinate Uterine Action (kontraksi Rahim adekuat), pre-
eklampsi, Oligohidramnion, serta riwayat SC sebelumnya.
3. Perawatan Pre Operasi SC Perawatan pre operasi merupakan perawatan
perioperatif yang dimulai sejak pasien diterima masuk di ruang terima
pasien dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja operasi untuk
dilakukan tindakan pembedahan (Mirianti, 2011).
Persiapan sebelum SC sangat penting dilakukan untuk mendukung
kesuksesan tindakan operasi. Persiapan SC yang dapat dilakukan yaitu
persiapan fisiologis, dimana persiapan ini merupakan persiapan yang
dilakukan mulai dari persiapan fisik, pemeriksaan penunjang, pemerikaan
status anastesi sampai informed consent. Selain itu, persiapan psikologis
atau persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam
proses persiapan SC. Persiapan perioperatif, diantaranya :
1) Persiapan Fisik
a. Memeriksa status kesehatan fisik secara umum termasuk
memeriksa adanya riwayat alergi dan memantau tanda-tanda
vital
b. Memeriksa status nutrisi pasien, dimana pasien yang akan
operasi SC setidaknya puasa selama 4 jam
c. Melakukan pencukuran daerah operasi
d. Memastikan kebersihan tubuh pasien termasuk melepas
perhiasan dan memastikan pasien tidak menggunakan cat kuku
e. Memastikan keseimbangan cairan elektrolit dengan cara
memasang cairan infus
f. Pengosongan kantong kemih dan memasang kateter
2) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari tindakan pembedahan. Pemeriksaan penunjang
yang diperlukan sebelum operasi SC adalah pemeriksaan USG,
laboratorium maupun pemeriksaan lain seperti NST.
3) Persiapan mental
Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam
proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau
labil dapat berpengaruh terhadap kondisi fisiknya. Ketakutan dan
kecemasan yang mungkin dialami pasien dapat dideteksi dengan
adanya perubahan-perubahan fisik seperti meningkatnya frekuensi
denyut jantung dan pernafasan, tekanan darah, gerakan-gerakan
tangan yang tidak terkontrol, telapak tangan yang lembab, gelisah,
serta menanyakan pertanyaan yang sama berulang kali, sehingga
peran dan dukungan keluarga sangat diperlukan selama proses
operasi.
4. Mobilisasi
Mobilisasi dini dianjurkan 6 jam pasca operasi untuk memperbaikan
sirkulasi, serta menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal normal. Hal
tersebut berpengaruh terhadap proses penyembuhan dan kembalinya
organ-organ kewanitaan seperti sebelum hamil. Penelitian yang dilakukan
oleh Reni Heryani dan Ardenny (2016) tentang Pengaruh Mobilisasi Dini
Terhadap Penyembuhan Luka Post Sectio Caesarea membuktikan bahwa
penerapan mobilisasi dini berpengaruh 3 kali terhadap penyembuhan luka
dibandingkan dengan tidak melakukan mobilisasi dini karena mobilisasi
dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis untuk
mempertahankan kemandirian.
5. Perawatan luka operasi
Perawatan luka operasi sangat diperlukan untuk penghalang dan pelindung
terhadap infeksi selama proses penyembuhan. Luka operasi harus dijaga
tetap bersih dan kering.
6. Pemberian antibiotika
jika ada tanda infeksi atau pasien demam, dan diberikan sampai bebas
demam selama 48 jam 2) Perawatan Lanjutan di Rumah
a. Menjaga kebersihan diri termasuk menjaga luka operasi tetap bersih
dan kering
b. Menghindari mengangkat beban yang berat untuk menghindari
tekanan pada bagian perut
c. Mengkonusmsi makanan bergizi

B. Etiologi
1. Pre Eklampsia
Sampai saat ini terjadinya preeklampsia belum diketahui
penyebabnya, tetapi ada yang menyatakan bahwa preeklampsia dapat
terjadi pada kelompok tertentu diantaranya yaitu ibu yang mempunyai
faktor penyabab dari dalam diri seperti umur karena bertambahnya usia
juga lebih rentan untuk terjadinya peningkatan hipertensi kronis dan
menghadapi risiko lebih besar untuk menderita hipertensi karena
kehamilan, riwayat melahirkan, keturunan, riwayat kehamilan, riwayat
preeklampsia (Sitomorang dkk, 2016).
Penyebab pasti preeklampsia masih belum diketahui secara pasti.
Menurut Angsar (2009) beberapa faktor risiko terjadinya preeklampsia
meliputi riwayat keluarga pernah preeklampsia/eklampsia, riwayat
preeklampsia sebelumnya, umur ibu yang ekstrim (35 tahun), riwayat
preeklampsia dalam keluarga, kehamilan kembar, hipertensi kronik.
2. CPD (Cephalopelvic Disproportion)

Faktor Maternal (Passageway)


Faktor Maternal yang dapat menyebabkan CPD absolut antara lain:
1. Panggul sempit baik diameter inlet, midpelvis, atau outlet
2. Eksostosis pelvis
3. Spondilolistesis
4. Tumor di anterior sacrococcygeal

Faktor Janin (Passenger)


Faktor janin yang dapat menyebabkan CPD absolut adalah sebagai
berikut:
1. Makrosomia (berat janin >4.000 gram)
2. Hidrosefalus
Cephalopelvic Disproportion Relatif
Cephalopelvic disproportion relatif terjadi akibat kelainan letak, posisi,
atau defleksi kepala janin sehingga kepala tidak dapat melewati panggul
dan mempersulit persalinan per vaginam. Pada beberapa literatur, beberapa
penyebab CPD relatif dikelompokkan tersendiri sebagai malpresentasi.
Faktor janin yang menyebabkan CPD relatif adalah sebagai berikut:
1. Kepala janin tidak fleksi sempurna (defleksi)
2. Presentasi occiput-posterior
3. Presentasi face-brow
4. Ketidakmampuan kepala janin untuk terkompresi (mold)/ molase
menyesuaikan ukuran dan bentuk pintu pelvis dikarenakan adanya
suatu sindrom/ kelainan kongenital atau karena proses osifikasi tulang

C. Patofisiologi
1. Pre Eklampsia
Tahap pertama adalah: hipoksia plasenta yang terjadi karena
berkurangnya aliran darah dalam arteri spiralis. Hal ini terjadi karena
kegagalan invasi sel tropoblast pada dinding arteri spiralis pada awal
kehamilan dan awal trimester kedua kehamilan sehingga arteri spiralis
tidak dapat melebar dengan sempurna dengan akibat penurunan aliran
darah dalam ruangan intervilus diplasenta sehingga terjadilah hipoksia
plasenta. Hipoksia plasenta yang berkelanjutan ini akan membebaskan
zat-zat toksis seperti sitokin, radikal bebas dalam bentuk lipid
peroksidase dalam sirkulasi darah ibu, dan akan menyebabkan
terjadinya stress oksidatif yaitu suatu keadaan di mana radikal bebas
jumlahnya 13 lebih dominan dibandingkan antioksidan. Stress oksidatif
pada tahap berikutnya bersama dengan zat toksis yang beredar dapat
merangsang terjadinya kerusakan pada sel endothel pembuluh darah
yang disebut disfungsi endothel yang dapat terjadi pada seluruh
permukaan endothel pembuluh darah pada organ-organ penderita
preeklampsia.
2. CPD
Cephalopelvic disproportion (CPD) dipengaruhi oleh
faktor passageway (bentuk dan ukuran panggul) dan
juga passenger (ukuran dan presentasi kepala janin). Istilah cephalopelvic
disproportion dipakai untuk mendeskripsikan ketidak sesuaian ukuran
panggul ibu dengan ukuran kepala janin. Ketika kepala janin lebih besar
dari diameter pintu panggul atau kepala janin berukuran normal namun
ukuran panggul lebih sempit, maka akan terjadi hambatan penurunan janin
dan mempersulit persalinan per vaginam sehingga pada umumnya akan
dilakukan sectio caesarea.

D. Penatalaksanaan
Menurut Sarwono (2008), dalam pengelolaan kehamilan postmatur ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain : Menentukan apakah
kehamilan memang telah berlangsung lewat bulan atau bukan. Dengan
demikian, penatalaksanaan diyujukan pada dua variasi dari postmatur ini.
Identifikasi kondisi janin dan keadaan yang membahayakan janin. Priksa
kematangan serviks dengan skor Bishop. Kematangan serviks ini
memegang peranan penting dalam pengelolaan kehamilan postmatur.
Sebagian besar kepustakaan sepakat bahwa induksi persalinan dapat 25
segera dilaksanakan baik pada usia 41 maupun 42 minggu bilamana
serviks telah matang. Menurut mansjoer (2000)
penatalaksanaan kehamilan lewat waktu bila keadaan janin baik dapat
dilakukan dengan cara :
1. Tanda pengahiran kehamilan selama 1 minggu dengan menilai gerakan
janin dan tes tanpa tekanan 3 hari kemudian, bila hasil positif, segera
lakukan section caesarea.
2. Induksi Persalinan merupakan suatu usaha supaya persalinan mulai
berlangsung dengan jalan merangsang timbulnya his. Ada dua cara
yang biasannya dilakukan untuk memulai proses induksi, yaitu mekanik
dan kimia. Kedua cara ini pada dasarnya dilakukan untuk mengeluarkan
zat prostaglandin yang fungsinya sebagai zat penyebab otot rahim
berkontraksi.
a. Secara mekanik, biasanya dilakukan dengan sejumlah cara, seperti
menggunakan metode stripping, vibrator, kateter, serta
memecahkan ketuban.
b. Secara kimia, ibu akan diberikan obat-obatan khusus. Ada yang
diberikan dengan cara diminum, dimasukkan kedalam vagina,
diinfuskan, atau pun disemprotkan pada hidung. Biasannya, tak
lama setelah salah satu cara kimia itu dilakukan, ibu hamil akan
merasakan datangnya kontraksi.
BAB IV

PEMBAHASAN

Sectio caesaria adalah suatu persalinan yang dilakukan dengan sayatan


pada dinding abdomen (laparatomi) dan dinding uterus (histerotomi). Sc dapat
dilakukan dengan beberapa indikasi yang ada pada ibu dan juga janin. Indikasi
pada ibu yakni ruptur uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini.
Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000
gram (Manuaba, 2008). Hal tersebut sesuai dengan kondisi yang diperoleh dari
Ny.”N”, yang akan melakukan SC dengan indikasipost date dan kepala bayi
belum masuk PAP. Maka dengan demikian tidak ada kesenjangan antara teori
dengan lapangan.

Hal-hal yang dilakukan untuk merujuk pasien kerumah sakit melakukan


pemeriksaan, menyiapkan berkas-berkas yang akan dibutuhkan, seperti kartu
identitas pasien, menyiapkan tranportasi rujukan, mengantar pasien sampai ke
tempat rujukan.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin
dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding
rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas
500 gram (Sarwono, 2009).
Berdasarkan beberapa uraian yang telah didapatkan pada bab-bab
sebelumnya serta analisis data yang didapatkan pada pasien di Ruang
Kamar Bersalin RS Bhayangkara Hasta Brata Batu. Maka dapat
diambil kesimpulan bahwa Ny.”N” Usia 22 tahun G1 P0000 Ab000
UK 41-42 minggu T/H/I pre SC. Dari hasil pemeriksaan didapatkan
hasil bahwa Kndungan sudah post date dan kepala janin belum turun
ke panggul jadi tindakan yang akan dilakukan adalah dengan
melakukan rujukan ke rumah sakit.

B. Saran
Saran yang dapat saya ajukan khusus untuk tenaga kesehatan
terutama bidan adalah agar tetap memberikan konseling secara terinci,
tak terkecuali mengenai dana. Agar bagi klien yang tiba-tiba pada saat
inpartu tidak dapat melahirkan dengan spontan, maka tidak bingung
mengenai dana. Konseling tersebut dilakukan agar menyediakan dana
yang tak terduga.
DAFTAR PUSTAKA

Achadiat CM. 2004. Prosedur tetap Obstetri dan ginekologi. Jakarta : EGC

Dwi, cristine. 2011. Asuhan Persalinan Normal. Yogyakarta : Nuha Medika

Kriebs, Jan M. 2009. Buku Saku Asuhan Kebidanan Varney, Ed. 2. Jakarta : EGC

Kumar, A. 2014. Penatalaksanaan Ilmu Kebidanan. Tanggerang : binarupa aksara

Mochtar rustam, 2008. Synopsis obstetric. Jakarta : EGC

Prawirohardjo Sarwono, 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka

Sujiyatini, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan (Persalinan).

Wildan, Moh dan A. Aziz. 2013. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta : Salemba


Medika

Anda mungkin juga menyukai