Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN PRAKTIK STASE

KETERAMPILAN KLINIK PRAKTIK KEBIDANAN

Disusun oleh

RATNA SARI DEWI

213001080099

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ADIWANGSA JAMBI

TAHUN AKADEMIK 2021-2022


LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN LENGKAP

STASE KETERAMPILAN KLINIK PRAKTIK KEBIDANAN PADA

NY. F DENGAN PERAWATAN LUKA POST SC

DI PMB TETTY HERAWATI

TAHUN 2022

Diajukan sebagai salah satu syarat wajib dalam menyelesaikan

Stase Keterampilan Klinik Praktik Kebidanan (KKPK)

Jambi, Oktober 2022

Disetujui,

CI Akademik

(Bdn. Gustien Siahaan, S.Keb, M.Kes)

NIDN. 1022078901

2
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN LENGKAP

STASE KETERAMPILAN KLINIK PRAKTIK KEBIDANAN PADA

NY. F DENGAN PERAWATAN LUKA POST SC

DI PMB TETTY HERAWATI

TAHUN 2022

Dipersiapkan dan Disusun Oleh:

Nama : RATNA SARI DEWI

NIM : 213001080099

Disetujui,

CI Akademik

(Bdn. Gustien Siahaan, S.Keb, M.Kes)


NIDN. 1022078901

Mengetahui,
Ka. Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

(Bdn. Devi Arista, S.Keb., M.Kes)


NIDN. 1005109001

3
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Allah SWT, atas semua berkat dan rahmat-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan individu “Stase Keterampilan

Klinik Praktik Kebidanan Pada Ny. F Dengan Perawatan Luka Post SC di PMB

Tetty Herawati”. Adapun laporan ini telah penulis usahakan semaksimal mungkin.

Dalam hal ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, karena

itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan berterima kasih kepada Ibu

Bdn. Gustien Siahaan, S.Keb., M.Kes, selaku pembimbing CI akademik yang

telah memberikan saran, arahan dan masukan terhadap laporan stase Keterampilan

Klinik Praktik Kebidanan (KKPK). Penulis menyadari bahwa penyusunan

Laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritikan dan saran

penulis harapkan sebagai bahan untuk perbaikan.

Jambi, Oktober 2022

Penulis

4
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................iii
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
DAFTAR ISI............................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Tujuan...........................................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................................5
A. Pengertian Sectio Caesarea..........................................................................5
B. Klasifikasi Operasi Sectio Caesarea............................................................5
C. Indikasi dan Kontraindikasi Section Caesarea.............................................6
D. Komplikasi Operasi Section caesarea..........................................................7
E. Perawatan Post SC.......................................................................................9
F. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Post Section Caesarea..................................10
BAB III TINJAUAN KASUS................................................................................16
I. PENGKAJIAN DATA...............................................................................16
II. INTERPRETASI DATA / DIAGNOSA....................................................24
III. MENGIDENTIFIKASI MASALAH POTENSIAL..................................25
IV. IDENTIFIKASI TINDAKAN SEGERA/KONSULTASI/RUJUKAN.....25
V. PERENCANAAN......................................................................................25
VI. IMPLEMENTASI......................................................................................26
VII. EVALUASI................................................................................................29
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................30
A. Pengkajian Data..........................................................................................30
B. Interpretasi Data/Diagnosa.........................................................................30
C. Identifikasi Diagnosa Atau Masalah Potensial...........................................31
D. Tindakan Segera atau Kolaborasi...............................................................32
E. Perencanaan................................................................................................32
F. Implementasi..............................................................................................33
G. Evaluasi......................................................................................................33
BAB V KESIMPULAN........................................................................................35
A. Kesimpulan.................................................................................................35
B. Saran...........................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................1

5
6
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap wanita menginginkan Persalinan nya berjalan lancar dan dapat

melahirkan bayi dengan sempurna. Ada dua cara persalinan yaitu persalinan

lewat vagina yang lebih lebih dikenal dengan persalinan alami dan persalinan

caesar atau Sectio Caesarea (Sumelung, Dkk, 2014).

Sectio Caesarea (SC) adalah proses persalinan dengan melalui

pembedahan di mana irisan dilkakukan di perut ibu (laparatomi) dan rahim

(histerektomi) untuk mengeluarkan bayi. Bedah caesar umumnya dilakukan

ketika proses persalinan normal melalui vagina tidak memungkinkan karena

beresiko kepada komplikasi medis lainya (Purwoastuti, Dkk, 2015).

WHO memperkirakan bahwa angka persalinan dengan bedah caesar

adalah sekitar 10% sampai 15% dari semua proses persalinan dinegara-negara

berkembang dibandingkan dengan 20% di Britania Raya dan 23% di Amerika

Serikat (Purwoastuti, Dkk, 2015).

Pada beberapa keadaan, tindakan Sectio Caesarea ini bisa direncanakan

atau diputuskan jauh-jauh sebelumnya. Operasi ini disebut operasi sesarea

elektif. Kondisi ini dilakukan apabila dokter menemukan ada masalah

kesehatan pada ibu atau menderita suatu penyakit, sehingga tidak memungkin

untuk melahirkan secara normal (Purwoastuti, Dkk, 2015).

1
Beberapa kerugian dari persalinan yang dijalani melalui bedah Sectio

Caesarea yaitu adanya komplikasi yang dapat terjadi antara lain cedera

kandung kemih, cedera pada pembuluh darah, cedera pada usus dan infeksi

pada rahim. Dalam hal ini bakteri merupakan sumber penyebab infeksi yang

mengakibatkan terhambatnya proses penyembuhan luka (Norman, Dkk, 2011).

Menurut WHO (World Health Organisation) Tahun 2011 Angka

Kematian Ibu (AKI) di negara-negara Asia Tenggara seperti Malaysia

(29/100.000 kelahiran hidup), Thailand (48/100.000 KH), Vietnam

(59/100.000 KH), serta Singapore (3/100.000 kelahiran hidup. Dibandingkan

dengan negara-negara maju, angkanya sangat jauh berbeda seperti Australia

(7/100.000 kelahiran hidup) dan Jepang (5/100.000 kelahiran hidup) (WHO

2011).

Angka kematian ibu merupakan indikator utama derajat kesehatan

masyarakat dan ditetapkan sebagai salah satu tujuan Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2015-2019), dengan target AKI tahun

2019 adalah 306/100.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2015). Pencapaian

penurunan AKI di Indonesia masih lambat. Menurut data Survei Demografi

dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 AKI di Indonesia, 228/100.000

kelahiran hidup dan tahun 2012 adalah 359/100.000 kelahiran hidup

(Kemenkes RI, 2015).

Hasil laporan dari fasilitas pelayanan kesehatan terdapat jumlah kematian

ibu di Provinsi Jambi tahun 2014 adalah 53 kasus dengan jumlah kelahiran

hidup sebanyak 70.223 kelahiran hidup. Jika diproyeksikan angka kematian ibu

2
di Provinsi Jambi tahun 2014 adalah 75 per 100.000 kelahiran hidup (Dinkes

Provinsi Jambi, 2015).

Resiko kematian ibu karena proses melahirkan di Indonesia adalah 1 : 65

kelahiran. Penyebab utama kematian tersebut adalah perdarahan,

preeklamsi/eklamsi, komplikasi karena aborsi, infeksi dan komplikasi

persalinan (Martaadisoebrata dan Susiarno, 2014). Penyebab kematian ibu

adalah perdarahan pasca persalinan sebesar 30,3%, eklampsia 27,1%, penyakit

infeksi 7,3%, Penyebab lainnya sebesar 40,8% seperti penyakit kanker, ginjal,

jantung, tuberkulosis dan penyakit lain yagn diderita ibu (Kemenkes RI, 2014).

Berdasarkan hasil uraian diatas salah satu penyebab angka kematian ibu

yaitu perdarahan sehingga membutuhkan penanganan dan mendapatkan

pemantauan khususnya pada pasca persalinan karena tindakan operasi agar

dapat menurunkan terjadinya berbagai komplikasi pada ibu Post Sectio

Caesarea (SC), maka dengan adanya kasus ini sehingga penulis tertarik untuk

memberikan asuhan kebidanan pada stase keterampilan klinik praktik

kebidanan pada Ny. F dengan perawatan luka Post SC di PMB Tetty Herawati

tahun 2022.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu memberikan asuhan kebidanan pada stase keterampilan klinik

praktik kebidanan pada pada Ny. F dengan perawatan luka Post SC di

PMB Tetty Herawati tahun 2022.

3
2. Tujuan Khusus

a. Dilaksanakannya pengkajian dengan analisa data pada Ny. F dengan

perawatan luka Post SC

b. Dirumuskannya diagnosa/masalah aktual pada Ny. F dengan

perawatan luka Post SC

c. Dirumuskannya diagnosa/masalah potensial pada Ny. F dengan

perawatan luka Post SC

d. Dilaksanakannya tindakan segera dan kolaborasi pada pada Ny. F

dengan perawatan luka Post SC

e. Direncanakannya tindakan asuhan kebidanan pada Ny. F dengan

perawatan luka Post SC

f. Dilaksanakannya tindakan asuhan kebidanan pada Ny. F dengan

perawatan luka Post SC

g. Dievaluasinya asuhan kebidanan pada Ny. F dengan perawatan luka

Post SC

4
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Sectio Caesarea

Sectio Caesarea adalah proses persalinan dengan melalui pembedahan di

mana irisan dilakukan di perut ibu (laparatomi) dan rahim (histerektomi) untuk

mengeluarkan bayi. Sectio Caesarea umumnya dilakukan ketika proses

persalinan normal melalui vagina tidak memungkinkan karena beresiko kepada

komplikasi medis lainya (Purwoastuti, dkk, 2015).

B. Klasifikasi Operasi Sectio Caesarea

1. Jenis klasik yaitu dengan melakukan sayatan vertikal sehingga

memungkinkan ruangan yang lebih besar untuk jalan keluar bayi. Akan

tetapi jenis ini sudah sangat jarang dilakukan saat ini karena sangat beresiko

terhadap terjadinya komplikasi.

2. Sayatan mendatar di bagian atas dari kandung kemih sangat umum

dilakukan pada masa sekarang ini. Metode ini meminimalkan risiko

terjadinya perdarahan dan cepat penyembuhanya.

3. Histerektomi caesar yaitu bedah caesar diikuti dengan pengankatan rahim.

Hal ini dilakukan dalam kasus-kasus di mana pendarahan yang sulit

tertangani atau ketika plasenta tidak dapat dipisahkan dari rahim.

5
4. Bentuk lain dari Sectio Caesarea (SC) seperti extraperitoneal CS atau Porro

CS (Purwoastuti, Dkk, 2015).Tujuan dari personal hygiene ini adalah

sebagai berikut.

C. Indikasi dan Kontraindikasi Section Caesarea

Menurut Rasjidi (2009) indikasi dan kontra indikasi dari Sectio Caesarea

sebagai berikut:

1. Indikasi Sectio Caesarea

a. Indikasi Mutlak

Indikasi Ibu : panggul sempit absolut, kegagalan melahirkan secara

normal karena kurang adekuatnya stimulasi, tumor-tumor jalan lahir yang

menyebabkan obstruksi, stenosis serviks atau vagina, plasenta previa,

disproporsi sefalopelvik, ruptur uteri membakat

Indikasi janin : kelainan letak, gawat janin, prolapsus placenta,

perkembangan bayi yang terhambat, mencegah hipoksia janin, misalnya

karena preeklampsia.

b. Indikasi relatif

Riwayat Sectio Caesarea sebelumnya, presentasi bokong, distosia, fetal

distress, preeklampsia berat, penyakit kardiovaskuler dan diabetes, ibu

dengan HIV positif sebelum inpartu

c. Indikasi Sosial

Wanita yang takut melahirkan berdasarkan pengalaman sebelumnya,

wanita yang ingin Sectio Caesarea elektif karena takut bayinya

6
mengalami cedera atau asfiksia selama persalinan atau mengurangi

resiko kerusakan dasar panggul, wanita yang takut terjadinya perubahan

pada tubuhnya atau sexuality image setelah melahirkan.

2. Kontra indikasi

a. Janin mati

b. Syok

c. Anemia berat

d. Kelainan kongenital berat

e. Infeksi piogenik pada dinding abdomen

f. Minimnya fasilitas operasi Sectio Caesarea .

D. Komplikasi Operasi Section caesarea

1. Syok

Peristiwa ini terjadi karena insufisiensi akut dari sistem sirkulasi

dengan akibat sel-sel jaringan tidak mendapat zat-zat makanan dan O 2

dengan akibat terjadi kematian nya. Penyebab-penyebab syok adalah:

hemoragi merupakan penyebab terbanyak dan harus selalu dipikirkan bila

terjadi pada 24 jam pertama pascabedah, sepsis, neurogenik dan

kardiogenik, atau kombinasi antara berbagai sebab tersebut. Gejala-

gejalanya ialah nadi dan pernafasan meningkat, tensi menurun, oliguri,

penderita gelisah, eksteremitas dan muka dingin, serta warna kulit

keabuabuan. Dalam hal ini sangat penting untuk membuat diagnosis sedini

mungkin yang dikenal dengan sistem peringatan dini (early warning

7
system), karena jika terlambat, perubahanya sudah tidak dapat dipengaruhi

lagi.

2. Gangguan Saluran Kemih

Pada operasi ada kemungkinan terjadi retensio urinae. Pengeluaran air

seni perlu diukur, jika air seni yang dikeluarkan jauh berkurang, ada

kemungkinan oliguri atau retensio urinae. Pemeriksaan abdomen seringkali

dapat menentukan adanya retensi. Apabila daya upaya supaya penderita

dapat berkemih tidak berhasil, maka terpaksa dilakukan kateterisasi.

3. Infeksi Saluran Kemih

Kemungkinan infeksi saluran kemih selalu ada, terutama pada

penderitapenderita yang untuk salah satu sebab dikateter. Penderita

menderita panas dan seringkali menderita nyeri pada saat berkemih, dan

pemeriksaan air seni (yang dikeluarkan dengan kateter atau sebagai

midstream urine) mengandung leukosit dalam kelompok. Hal ini dapat

segera diketahui dengan meningkatnya leukosit esterase.

4. Distensi Perut

Pada pasca laparatomi tidak jarang perut agak kembung akan

tetapi,setelah flatus keluar, keadaan perut menjadi normal. Akan tetapi, ada

kemungkinan bahwa distensi bertambah, terdapat timpani diatas perut pada

periksa ketok, serta penderita merasa mual dan muntah.

5. Infeksi Puerperal

8
Pada komplikasi ini biasanya bersifat ringan, seperti kenaikan suhu

selama beberapa hari dalam masa nifas, bersifat berat seperti

Tromboflebitis, peritonitis, sepsis dan lainya.

6. Terbukanya Luka Operasi Eviserasi

Sebab-sebab terbukanya luka operasi pasca pembedahan ialah luka

tidak dijahit dengan sempurna, distensi perut, batuk atau muntah keras, serta

mengalami infeksi

E. Perawatan Post SC

Perawatan Post Sectio Caesarea (SC) sangat diperlukan untuk

mengembalikan kondisi kebugaran tubuh seperti sedia kala. Adapun perawatan

Post Seksio Sesaria (SC) yang harus dilakukan oleh bidan yaitu diantaranya:

1. Periksa tekanan darah, frekuensi nadi dan pernapasan, ukur jumlah urine

yang tertampung dikantong urine dan periksa/ukur jumlah perdarahan

selama operasi.

2. Buat laporan operasi dan cantumkan hasil pemeriksaan diatas pada lembar

laporan. Catat lama operasi, jenis kelamin, nilai apgar score dan kondisi

bayi saat lahir, lembar operasi ditanda tangani oleh operator.

3. Buat instruksi perawatan yang meliputi: jadwal pemeriksaan ulang tekanan

darah, frekuensi nadi dan pernapasan, jadwal pengukuran jumlah produksi

urine, berikan instruksi dengan jelas, singkat dan terperinci yang

mencangkup nama, obat, dosis, cara pemberian, dan waktu atau jam

pemberian.

9
4. Nasihat dan konseling Post Sectio Caesarea (SC) :

a. Kepada keluarga pasien beritahu bahwa: operasi telah selesai dan

sampaikan jalannya operasi, kondisi ibu saat ini dan apa yang

diharapkan, minimal mencangkup 24 jam post operasi. Waktu lahir, jenis

kelamin, panjang badan, berat badan dan keadaan operasi. Risiko fungsi

reproduksi pasien dan kehamilan/persalinan yang akan datang, alat

kontrasepsi yang akan digunakan. Jelaskan rencana perawatan dan

perkiraan waktu pasien dapat dupulangkan, sertakan keluarganya untuk

ikut mengawasi pasien, khusus terhadap risiko fungsi reproduksi berupa

bekas Sectio Caesarea (SC).

b. Kepada pasien (setelah sadar/dapat berkomunikasi) beritahu mengenai

keadaannya saat ini. Waktu lahir, jenis kelamin, panjang badan, berat

badan dan keadaan bayi. Risiko fungsi repsroduksi, kehamilan dan

persalinan yang akan datang. Lakukan konseling dan rencanakan upaya-

upaya pencegahan kehamilan (bila tidak dilakukan tubektomi). Jelaskan

hingga pasien memahami, menerima dan dapat memilih metode

kontrasepsi yang sesuai serta jelaskan kembali risiko yang dihadapi oleh

pasien, berikan cukup waktu untuk berdiskusi hingga diyakini bahwa

pasien telah cukup mengerti dan paham (Siti Nunung, Dkk, 2013).

Adakalanya dokter akan memantau kondisi terakhir pasiennya, dan apabila

dinyatakan sudah stabil, maka pihak medis tentunya akan memperbolehkan

untuk pulang. Pastikan pula untuk melakukan check up secara rutin untuk

memeriksa kondisi terkini si ibu (Purwoastuti, Dkk, 2015).

10
F. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Post Section Caesarea

Pasca operasi, ada hal-hal yang perlu diperhatikan karena pada tahap ini

ibu sangat rentang terhadap infeksi akibat perlukaan karena persalinan. Dengan

memberikan asuhan dan pemantauan khusus pada ibu pasca operasi maka

kemungkinan terjadinya infeksi pada klien lebih rendah.

1. Pemberian cairan intravena

Kebutuhan cairan intravena, termasuk darah selama dan setelah seksio

sangat bervariasi.cairan yang diberikan secara intravena terdiri dari larutan

Ringer Laktat atau larutan sejenis dan Dekstrosa 5% dalam air. Biasanya

diberikan dalam 1-2 liter cairan yang mengandung elektrolit seimbang

selama dan segera setelah operasi.

2. Ruang pemulihan

Di ruang pemulihan, jumlah perdarahan dari vagina harus dipantau

dengan ketat, dan fundus harus sering diperiksa dengan palpasi, dengan

palpasi untuk memastikan bahwa uterus tetap berkontraksi kuat. Balutan

tebal dengan banyak plester dapat mengganggu palpasi dan pemijatan

fundus serta menimbulkan rasa tidak nyaman kemudiaan saat plester, dan

mungkin kulit diangkat. Ibu didorong untuk bernapas dalam dan batuk.

Setelah ibu sadar penuh, perdarahan minimal, tekanan darah memuaskan,

dan aliran urine paling tidak 30 ml per jam, pasien dapat dipulangkan ke

kamarnya.

3. Pemberian analgesik (Anti nyeri)

11
Untuk ibu dengan ukuran tubuh rata-rata, diberikan meperidin 75 mg,

atau morfin 10 mg secara intramuskulus sampai sesering tiap 3 jam untuk

menghilangkan rasa nyaman. Jika bertubuh kecil, mungkin diperlukan

meperidin 50 mg atau jika besar, 100 mg. Suatu antiemetik (misalnya

prometazin 25 mg) biasanya diberikan betsama narkotik. Metode pemberian

analgetik lainya misalnya pemberian narkotik epidural pasca partum atau

analgesik yang dikontrol oleh pasien sedang dievaluasi dengan hasil awal

yang menjajikan.

4. Tanda Vital

Tekanan darah, nadi, jumlah urin, dan fundus uteri diperiksa paling

tidak setiap jam selama 4 jam. Setiap kelainan dilaporkan. Setelah itu,

selama 24 jam pertama, hal-hal diatas bersamaan dengan suhu, diperiksa

setiap 4 jam.

5. Terapi Cairan Dan Makanan

Secara umum, 3 liter cairan, termasuk Ringer Laktat seyogyanya

adekuat untuk pembedahan dan 24 jam pertama sesudahnya. Namun, jika

pengeluarna urine kurang dari 30 ml per jam, pasien harus segera dievaluasi

kembali. Penyebab oligouria dapat beragam mulai dari pengeluaran darah

yang tidak diketahui sampai efek antidiuretik infus oksitosin. Jika tidak

terjadi manipulasi intra-abdomen yang ekstensi atau sepsis, ibu yang

seyogiyanya mampu menerima cairan per oral sehari setelah pembedahan.

Jika tidak mampu, cairan intravena dilanjutkan atau diulang. Pada hari

12
kedua setalah pembedahan , sebagian besar ibu dapat menerima makan

biasa.

6. Kandung Kemih dan Usus

Kateter umunya dapat dilepas dari kandung kemih 12 jam setelah

operasi atau, yang lebih menyenangkan, pagi hari setelah operasi.

Kemampuan ibu mengosongkan kandung kemihnya sebelum terjadi

peregangan yang berlebihan harus dipantau seperti pada persalinan

pervaginam. Bising usus biasanya tidak terdengar pada hari pertama

pembedahan, samar-samar pada hari kedua, dan aktif pada hari ketiga. Pada

hari kedua dan ketiga pasca operasi, dapat timbul nyeri gas akibat gerakan

usus yang tidak terkoordinasi. Supositoria rektum biasanya dapat memicu

defekasi, jika tidak ibu harus diberi anema.

7. Ambulasi

Umumnya, sehari setelah pembedahan, pasien harus turun sebentar

dari tempat tidur dengan bantuan paling tidak dua kali. Lama waktu

ambulasi Post Sectio Caesarea (SC) dengan general anastesi dan regional

anastesi cenderung sama. Selisih rata-rata lama waktu ambulasi dini hanya 2

jam 40 menit (Solikhah, 2011).

8. Pemeriksaan Laboratorium

Hematokrit secara rutin diukur pada pagi hari setelah pembedahan.

Hemotokrit diperiksa lebih dini jika terjadi pengeluaran darah berlebihan

atau terjadi oliguria atau tanda-tanda yang lain yang mengisyaratkan

hipovolemia. Jika hematokrit menurun secara signifikan dari kadar

13
praoperasi, pemeriksaan diulang, dan dilakukan penelitian untuk

menentukan penyebab penurunan tersebut. jika hematokrit yang rendah itu

tetap stabil, ibu yang bersangkutan tersebut dapat pulang tanpa kesulitan.

Jika kecil kemungkinan nya terjadi pengeluarn darah lebih kanjut, terapi

besi untuk memperbaiki gangguan hematologik lebih dianjurkan dari pada

transfusi.

9. Perawatan Payudara

Menyusui dapat dimulai sehari setelah pembedahan. Jika ibu yang

bersangkutan memilih untuk tidak menyusui karena ada hal lain, maka

pemakaian penyangga payudara yang tidak menekan biasanya dapat

mengurangi rasa tidak nyaman.

10. Pemulangan Dari Rumah Sakit

Ibu dapat dipulangkan dengan aman pada hari keempat atau kelima

pasca persalinan, kecuali jika terjadi penyulit selama Masa Nifas. Aktifitas

ibu selama minggu berikutnya harus dibatasi pada perawatan diri dan

bayinya dengan bantuan. Evaluasi pasca salin perta sebaliknya dilakukan

tinga minggu setelah persalinan, bukan 6 minggu seperti cara tradisional.

11. Pemberian Antimikroba Profilaksis

Suatu Penelitian mengevaluasi intervensi terapi pada kelompok

perempuan nulipara beresiko tinggi yang menjalani Sectio Caesarea akibat

disproporsi sefalopelvik. Karena frekuensi infeksi panggul adalah 85%,

menganggap bahwa pemberian antimikroba adalah pengobatan dan bukan

profilaksis. Mereka mengamati bahwa pemberian penisil ditambah

14
gentamisin atau sefamandol saja segera setelah tali pusat dijepit dan diikuti

dua pemebrian dosis dan obat yang sama dengan interval 6 jam

menyebabkan penurunan drastis morbiditas akibat infeksi. Saat ini peneliti

hanya memberikan dosis tunggal yaitu antimikroba spektrum luas, misalnya

sefalosporin atau penisil spektrum luas. Regimen ini terbukti sama efektif,

dan pemilihan anti mikroba harus mempertimbangka beberapa hal, yaitu:

alergi pasien, ketersediaan obat, biaya dan kebiasaan dokter memakai obat

yang bersangkutan (Norman,dkk 2011).

Setelah memberikan Asuhan pada Ibu Post Sectio Caesarea (SC) maka

tentunya bidan dapat menolong ibu dengan baik mengingat kembali

pengalaman bedah sesar dengan menimbulkan rasa puas tersendiri dan

keberhasilan pencapaian asuhan kebidanan yang diberikan sesuai dengan

kebutuhan setiap ibu, dapat membuat perbedaan dalam mengalami dan

mengingat peristiwa penting ini (Helen dan Jenifer 2011).

15
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. F DENGAN PERAWATAN LUKA

POST SC DI PMB TETTY HERAWATI

Tempat Praktek/Ruang : PMB Tetty Herawati.....................................................


Nomor MR :........................................................................................
Masuk PKM H/Tgl : 07 September 2022........................................................
Pembimbing lahan/CI : Gustien Siahaan, S.ST, M.Kes......................................
Pengkajian tanggal : 07 September 2022..................Jam 08.00 WIB............
Oleh : Ratna Sari Dewi.............................................................
Sumber data :........................................................................................

I. PENGKAJIAN DATA

A. Data Subyektif

1. Identitas

Pasien Suami

Nama : NY. F Tn. F

Umur : 27 Tahun 33 Tahun

Agama : Kristen Kristen

Pendidikan : SMA SD

Pekerjaan : IRT Petani

Suku/Bangsa : Batak/Indonesia Batak/Indonesia

Alamat : RT 10 Tempino RT 10 Tempino

2. Keluhan utama : Ibu mengatakan ingin mengganti verban

16
3. Riwayat Kesehatan Sekarang : Ibu mengatakan tidak ada riwayat

penyakit jantung, hipertensi, asma dan diabetes mellitus, ibu

mengatakan tidak riwayat penyakit menular, ibu mengatakan tidak ada

riwayat alergi terhadap makanan dan obat-obatan.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga : Ibu mengatakan tidak ada riwayat

penyakit jantung, hipertensi, asma dan diabetes mellitus, ibu

mengatakan tidak riwayat penyakit menular, ibu mengatakan tidak ada

riwayat alergi terhadap makanan dan obat-obatan pada anggota

keluarganya.

5. Riwayat Haid

Menarche Umur : 12 Tahun

Teratur/Tidak : Teratur

Siklus : 28 Hari

Lamanya : 4-5 Hari

Konsistensi : Kental bergumpal

Keluhan : Tidak ada

Warna : Merah

Bau : Bau metalik

Haid Terakhir Tanggal : 22 – 11 – 2021

6. Riwayat Perkawinan

Kawin 1 kali
Umur kawin pertama : 20 Tahun Umur suami : 26 Tahun
Umur perkawinan dengan suami sekarang : 7 Tahun
7. Riwayat Obstetri

12. Ibu menyatakan, G3 P0 A0

17
a. Riwayat Kehamilan, Nifas, dan persalinan yang Lalu

1) Riwayat kehamilan yang lalu

Pemeriksaan Kehamilan
N Terapi/
Tahun Keluhan T.
o Berapa kali Oleh Tindakan
T
1 2016 Tidak ada 6 Bidan 2x Asam
Folat
2 2019 Tidak ada 9 Bidan 2x Asam
Folat
Hamil ini

2) Riwayat persalinan yang lalu

Jenis Anak Kelahiran Volume Penolong


No Tahun Penyulit
Persalinan L/P H/M BB/PB Plasenta Darah /Terapi
1 2016 Spontan P H 2700 gr/ Lengkap ± 300 cc Tidak ada Bidan
47 cm
2 2019 Spontan L H 3000 gr/ Lengkap ± 280 cc Tidak ada Bidan
49 cm
Hamil Ini

3) Riwayat nifas yang lalu

No Laktasi Penyulit Terapi/Tindakan


1 ASI Tidak ada Tidak ada
2 ASI Tidak ada Tidak ada
Hamil ini

b. Riwayat Kehamilan Sekarang

Pemeriksaan Kehamilan
N Tah
Keluhan Berapa Terapi/Tindakan
o un Oleh T.T
kali
1 202 Nyeri perut 6x Bidan 2x Tablet Fe, Kalk,
2 bagian bawah Asam Folat
menjalar ke
pinggang

c. Riwayat Persalinan Sekarang

18
Persalinan mulai tanggal 31 – 08 – 2022 Jam 05.00 WIB

Jenis persalinan SC presentasi kepala janin sungsang

Selaput ketuban pecah spontan/dipecah jam 16.00 WIB

Tanggal 03 – 09 – 2022 di RS Annisa

Kelahiran placenta : 16.15 WIB

Kelengkapan placenta : Lengkap

Ukuran placenta : - Diameter 20 cm kelainan tidak ada

- Tebal 3 cm

- Berat 500 gram

- Panjang tali pusat 50 cm

- Inersio tali pusat sentralis

Keadaan perineum : Ruptur / episiotomi

Dijahit : dalam 0 luar 0

Pengobatan : - Infus RL 28 Tpm

- Ranitidine 1 amp/ 8 jam/ IV

- Cefoperazone 1 gr /12 jam / IV

- Asam Traneksamat 500 mg / 8 jam / IV

- Ketorolac 1 amp / 8 jam / IV

- Transamin 1 amp / 8 jam / IV

Lamanya persalinan : 50 menit

Volume darah yang keluar : < 500 cc

Keadaan Janin:

Lahir langsng menangis kuat / merintih

19
APGAR Score 1 menit : 9, 5 menit 10

Jenis Kelamin : Laki-laki

3200 gr
Berat badan / panjang badan
49 cm

Lingkar kepala 34 cm

Lingkar dada 33 cm

Lingkar lengan atas 11 cm

Kelainan : tidak ada

8. Riwayat Keluarga Berencana

Tempat Tgl/Bln/Th
N Metode/ Tgl/Bln/ Keluha Penanggulanga
Pelayana Berhenti/Alasa
o Cara Th n n
n n
Tidak ada

9. Pola Kebiasaan

a. Aspek Biologis

1) Pola Nutrisi

Frekuensi : 3x sehari

Komponen Makanan : nasi, lauk pauk, sayur mayur, buah

Makanan Selingan : biskuit

Makanan Pantang : tidak ada

Alergi Makanan : tidak ada

Volume Minum/Hari : 8 gelas sehari

Jenis Minuman : air putih

2) Pola Eliminasi

20
Buang Air Besar : BAB 1x sehari, warna kuning kecoklatan,

lunak dan tidak ada keluhan

Buang Air Kecil : BAK 6-7 x sehari, warna kuning jernih,

bau khas amoniak dan tidak ada rasa nyeri saat BAK

3) Pola Aktifitas dan Istirahat

Aktifitas sehari-hari : Ibu mengerjakan pekerjaan

rumah tangga seperti menyapu, mencuci pakaian, dan memasak

Lama Beraktifitas : 3-4 jam

Keluhan selama Beraktivitas : Tidak ada

Penanggulangan : Tidak ada

Tidur malam dari jam : 21.30 sampai jam 05.30 WIB

Keluhan : Tidak ada

Tidur siang : 13.30 sampai jam 15.30 WIB

4) Personal Higiene

Mandi : 2 x sehari

Menggosok gigi : 3 x sehari

Mencuci rambut : 3 x seminggu

Memotong kuku : 1 x seminggu

Mengganti pakaian luar/dalam : 2 x sehari

Membersihkan genetalia : 3 x sehari

b. Aspek Mental, Intelektual Sosial, Spiritual

Konsep diri : Ibu merasa senang dengan kehamilannya

21
Intelektual : Ibu dapat memahami edukasi tentang kehamilan dan

masalah kesehatan lainnya

Hubungan interpersonal : Ibu dapat menyesuaikan diri dengan orang

lain dan lingkungannya

Mekanisme koping : Ibu dapat menerima keadaan fisik dan

mentalnya selama masa kehamilan

Support system : Ibu mengatakan mendapatkan dukungan penuh dari

suami dan keluarga

Spiritual : Ibu mengatakan mengerjakan kegiatan ibadah seperti

shalat 5 waktu dan pengajian mingguan di masjid

c. Data Psikososial

Penghasilan keluarga per bulan : ± Rp 3.500.000

Respon pasien terhadap kelahiran anak sekarang : Ibu merasa senang

dengan kelahiran anak pertamanya

Respon keluarga terhadap kelahiran anak sekarang : Suami maupun

keluarga merasa senang dengan kelahiran anak pertamanya

Rencana pengasuhan anak : Ibu mengatakan ibu dan suami yang

akan mengasuh anaknya

B. Data Obyektif

Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

22
Berat Badan : 56 kg

Tinggi Badan : 153 cm

x
Tanda Vital : - Tensi : 120/80 mmHg - Nadi : 82
menit

x
- Pernafasan : 20 - Suhu : 36,8 oC
menit

Kepala : - Bentuk : Normal, tidak ada luka

- Rambut : Bersih, tidak rontok dan tidak ada ketombe

Muka : - Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih

- Hidung : Simeteris, tidak ada polip, penciuman baik

- Mulut/gigi : Mulut tampak bersih,mukosa tampak lembab,

tidak ada karies pada gigi

- Telinga : Simetris, tidak ada serumen,

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, limfe, dan vena jugularis

Dada : - Bentuk : Simetris, tidak ada retraksi dada

- Payudara : Payudara simetris, tidak ada oedema, tidak ada

benjolan, hyperpigmentasi, puting susu menonjol,

puting susu sebelah kiri sedikit lecet dan kemerahan,

ASI sudah keluar.

Abdomen : - Bekas Operasi : tampak luka bekas operasi tertutup verban

- Tinggi Fundus Uteri : 2 jari bawah pusat

- Kontraksi Uterus : Keras

Ekstremitas atas : Tidak ada oedem dan tidak ada nyeri tekan

Ekstremitas bawah : Tidak ada oedem, tidak ada varises

23
Genitalia : - Luka : Tidak ada

- Oedem : Tidak ada oedem

- Jahitan : Tidak ada

- Lochea : Warna : Rubra

Volume : ± 100 cc

Bau : Tidak berbau

Pemeriksaan Penunjang

a. Laboratorium :

Pre Operasi Tanggal 02 September 2022

- Leucocyte : 11,44/mm³

- Erythrocyte : 2,49 jt/mm/³

- Haemoglobin : 10,1 gr %

- Haemotokrit : 30,6 %

- Trombosit : Hct : 30,6 %

- HbSAg : Negatif

- Gula darah : 100 mg/dL

b. Lain-lain : Tidak dilakukan

II. INTERPRETASI DATA / DIAGNOSA

Diagnosa Kebidanan

NY. F Umur 27 Tahun P3A0 nifas hari ke - 4 dengan perawatan luka post sc

Data Dasar :

DS : - Ibu mengatakan sudah bisa duduk dan berjalan disekitar tempat tidur

24
- Ibu mengatakan measih merasakan nyeri bekas operasi berkurang

DO :

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda- tanda vital

Tekanan darah : 120/80 mmHg Nadi : 82 x/menit

Suhu : 36,8 oC Pernapasan : 20 x/ menit

Luka operasi mulai kering

Nyeri tekan sudah berkurang

Masalah : Tidak ada

Kebutuhan : Tidak ada

III. MENGIDENTIFIKASI MASALAH POTENSIAL

Antisipasi terjadinya infeksi luka operasi

IV. IDENTIFIKASI TINDAKAN SEGERA/KONSULTASI/RUJUKAN

Tidak ada data yang mendukung untuk dilakukannya tindakan segera

V. PERENCANAAN

Tanggal : 07-09-2022

Pukul : 08.00 WIB

1. Lakukan informed consent

2. Jelaskan pada ibu hasil pemeriksaan

25
3. Anjurkan ibu untuk mobilisasi dini

4. Berikan konseling pada ibu hal-hal yang harus diperhatikan setelah operasi

SC

5. Berikan dukungan moril kepada ibu bahwa perlahan ibu mulai pulih

dengan keadaan nya

6. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya secara on demand sesering

mungkin sesuai kebutuhan bayi

7. Berikan konseling mengenai jenis KB pada ibu Post SC

8. Anjurkan ibu untuk melanjutkan pemberian obat-obatan dari rumah sakit

9. Anjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang ke rumah sakit

VI. IMPLEMENTASI

Tanggal : 07-09-2022

Pukul : 08.05 WIB

1. Melakukan informed consent

2. Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan :

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda- tanda vital

Tekanan darah : 120/80 mmHg Nadi : 80 x/menit

Suhu : 36,5 oC Pernapasan : 20 x/ menit

Luka operasi mulai kering

Nyeri tekan sudah berkurang

26
3. Menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi dini agar dapat

mempertahankan fungsi tubuh, memperlancar peredaran darah, membantu

pernafasan menjadi lebih baik, mempertahankan kekuatan otot,

memperlancar Buang Air Kecil dan Buang Air Besar, mencegah terjadinya

hipotensi (tekanan darah rendah), dan mencegah terjadinya konstipasi

(susah BAB).

4. Memberikan konseling pada ibu hal-hal yang harus diperhatikan setelah

operasi SC, yaitu:

a. Hindari aktifitas berat

Pada masa-masa pemulihan patut dihindari, karena pada aktifitas berat

dapat memungkinkan terjadinya perdarahan pada daerah luka serta

meningkatkan kemungkinan luka terbuka.

b. Hindari pakaian ketat

Menggunakan pakaian ketat akan menekan bekas sayatan sehingga

sirkulasi darah kedaerah luka menjadi tidak lancar.

c. Merawat luka jahitan dirumah dengan cara :

1) Bersihkan kedua tangan, gunakan sarung tangan yang bersih dan

steril

2) Bersihkan luka dengan menggunakan kasa steril dan cairan seperti

Nacl

3) Ganti perban sesering mungkin yang ibu bisa

4) Oleskan sedikit salep antibiotik jika diperlukan dari anjuran dokter

27
5) Tutup kembali luka menggunakan sofratule (perban yang

dibungkus dan tahan air sehingga luka tidak basah).

5. Memberikan dukungan moril kepada ibu bahwa perlahan ibu mulai pulih

dengan keadaan nya.

6. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya secara on demand sesering

mungkin sesuai kebutuhan bayi

7. Memberikan konseling mengenai jenis KB pada ibu, yaitu:

a. Metode Amenorrhea Laktasi (MAL) merupakan metode yang dipakai

dengan mengandalkan air susu ibu (ASI) selama 6 bulan penuh.

b. Mini Pil adalah alat konterasepsi oral yang dikonsumsi setiap hari 1×1

dapa digunakan 3 hari pasca persalinan dan sangat efektif bagi ibu

menyusui.

c. Suntik 3 Bulan merupakan jenis kontasepsi yang disuntikan ke dalam

tubuh ibu yang diberikan setiap 3 bulan atau 12 minggu, suntikan

pertama diberikan 6 minggu pada pasca persalinan.

d. Implan/AKBK merupakan alat kontrasepsi hormonal yang dipasang

dibawah kulit pada daerah lengan atas.

e. IUD/AKDR merupakan alat kontrasepsi dalam rahim terbuat dari bahan

plastik

8. Menganjurkan ibu untuk melanjutkan pemberian obat-obatan dari rumah

sakit seperti Asam mefenamat 500 gram 3×1, Asam sulfat ferosus (SF)

1×1, Cefadroxil 2×1, Metronidazole 3×1

28
9. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang ke rumah sakit yaitu

7 hari setelah operasi caesar untuk memantau keadaan luka jahitan

VII. EVALUASI

Tanggal : 07-09-2022

Pukul : 09.30 WIB

1. Informed consent telah dilakukan

2. Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaan

3. Ibu bersedia melakukan mobilisasi dini

4. Konseling pada ibu hal-hal yang harus diperhatikan setelah operasi SC

telah dilakukan

5. Dukungan moril kepada ibu bahwa perlahan ibu mulai pulih dengan

keadaan nya telah dilakukan

6. Ibu bersedia untuk menyusui bayinya secara on demand sesering mungkin

sesuai kebutuhan bayi

7. Konseling mengenai jenis KB pada ibu telah dilakukan

8. Ibu bersedia untuk melanjutkan pemberian obat-obatan dari rumah sakit

9. Ibu bersedia untuk melakukan kunjungan ulang ke rumah sakit

CI Akademik Peserta Didik

29
(Bdn. Gustien Siahaan, S.Keb., M.Kes) (Ratna Sari Dewi)

30
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengkajian Data

Pada pengkajian yang dilakukan penulis pada kasus puting susu lecet

yaitu mengumpulkan data dasar meliputi data subyektif dan data obyektif. Data

subyektif adalah mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk

mengevaluasi keadaan pasien dan mengumpulkan semua informasi yang akurat

dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien (Wulandari dan

Handayani, 2011).

Data pada kasus Ny. F, ibu mengatakan bernama Ny. F umur 27 tahun

habis melahirkan 8 hari yang lalu pada tanggal 30 Agustus 2022. Ny. F

mengatakan merasakan nyeri pada puting susu kiri pada saat menyusui. Data

obyektifnya meliputi pada pemeriksaan umum pada tanggal 07 September

2022 didapatkan keadaan umum : baik, kesadaran : composmentis, TTV : TD :

120/80 mmHg, N : 82x/menit, RR : 20x/menit, S : 36,8 ºC, kontraksi keras,

lochea sanguinolenta, terdapat lecet pada puting susu kanan dan kiri.

Hal ini menjukkan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dan studi

kasus yang ditemukan dilapangan.

B. Interpretasi Data/Diagnosa

Masalah aktual merupakan identifikasi diagnosa kebidanan dan masalah

berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.

31
Dalam langkah ini data yang diinterpretasikan menjadi diagnosa kebidanan dan

masalah. Keduanya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat

diselesaikan seperti diagnosa tetapi membutuhkan penanganan yang

dituangkan dalam rencana asuhan terhadap klien. Pada tinjauan pustaka

dikatakan bahwa adanya luka operasi menyebabkan terputusnya kontinuitas

jaringan sehingga rangsangan pada saraf meningkat, impuls nyeri disebabkan

ke korteks cerebri sehingga nyeri dipersepsikan.

Pada studi kasus pada Ny. F ditemukan kontraksi uterus teraba keras dan

bundar, pengeluaran lochia rubra, TFU 2 jari bawah pusat, dan nyeri yang

dirasakan ibu pada daerah abdomen saat bergerak sehingga ditegakkan

diagnosa NY. F Umur 27 Tahun P3A0 nifas hari ke - 4 dengan perawatan luka

post SC. Dengan demikian penerapan tinjauan pustaka dan studi kasus Ny. F

secara garis besar tampak ada persamaan dalam diagnosa aktual yaitu nyeri

pada daerah bekas SC, sehingga apa yang dijelaskan ditinjauan pustaka dengan

studi kasus tampaknya tidak ada kesenjangan antara teori dan studi kasus.

C. Identifikasi Diagnosa Atau Masalah Potensial

Berdasarkan tinjauan pustaka, manajemen kebidanan adalah

mengidentifikasi adanya masalah potensial yaitu mengantisipasi segala sesuatu

yang mungkin terjadi. Sesuai dengan tinjauan pustaka bahwa keadaan nyeri

luka operasi kemungkinan dapat terjadi infeksi apabila tidak ditangani dengan

baik. Berdasarkan data yang ada pada studi kasus Ny. F dilahan praktek dapat

diidentifikasi masalah potensial yaitu terjadi infeksi. Dengan demikian

32
penerapan tinjauan dan manajemen asuhan kebidanan pada studi kasus Ny. F

nampak ada persamaan dan tidak ditemukan adanya kesenjangan.

D. Tindakan Segera atau Kolaborasi

Beberapa data yang memberikan indikasi adanya tindakan segera dimana

harus menyelamatkan jiwa klien, berupa kolaborasi dengan tenaga kesehatan

yang lebih profesional sesuai dengan keadaan yang dialami oleh klien ataupun

konsultasi dengan dokter. Berdasarkan studi kasus pada Ny. F dengan Post SC,

tidak ditemukan indikasi untuk melakukan tindakan segera atau kolaborasi

mengingat keadaan pada saat pelaksanaan manajemen asuhan kebidanan tidak

dalam keadaan darurat atau bahaya. Dengan demikian ada kesamaan antara

tinjauan pustaka dan manajemen asuhan kebidanan pada studi kasus dilahan

praktek dan ini berarti tidak ada kesenjangan.

E. Perencanaan

Pada manajemen asuhan kebidanan suatu rencana tindakan yang

komprehensif dilakukan termasuk atas indikasi apa yang timbul berdasarkan

kondisi klien, rencana tindakan harus disetujui klien dan semua tindakan yang

diambil harus berdasarkan rasional yang relevan dan diakui kebenaranya.

Pada studi kasus Ny. F dengan Post SC, penulis merencanakan asuhan

kebidanan berdasarkan diagnosa/masalah aktual dan masalah potensial yaitu

Lakukan informed consent, Jelaskan pada ibu hasil pemeriksaan, anjurkan ibu

untuk melakukan mobilisasi dini, Berikan konseling pada ibu hal-hal yang

33
harus diperhatikan setelah operasi SC, Berikan dukungan moril kepada ibu

bahwa perlahan ibu mulai pulih dengan keadaan nya, Anjurkan ibu untuk

menyusui bayinya secara on demand sesering mungkin sesuai kebutuhan bayi,

Berikan konseling mengenai jenis KB pada ibu Post SC, Anjurkan ibu untuk

melanjutkan pemberian obat-obatan dari rumah sakit, Anjurkan ibu untuk

melakukan kunjungan ulang ke rumah sakit.

Dari rencana asuhan kebidanan yang telah diberikan, pada kasus ini ada

kesesuaian antara teori dengan kasus yang ada pada Ny. F.

F. Implementasi

Berdasarkan tinjauan manajemen asuhan kebidanan bahwa melaksanakan

rencana tindakan harus efisien dan menjamin rasa aman pada klien.

Implementasi dapat dilaksanakan seluruhnya oleh bidan ataupun sebagian

dilaksanakan ibu serta kerjasama dengan tim kesehatan lainnya sesuai dengan

tindakan yang telah direncanakan.

Pada studi kasus Ny. F dengan Post SC, semua tindakan yang telah

direncanakan dapat dilaksanakan seluruhnya dengan baik tanpa hambatan

karena adanya kerjasama dan penerimaan yang baik dari klien serta adanya

dukungan dari keluarga.

G. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses manajemen asuhan

kebidanan dalam mengevaluasi pencapaian tujuan, membandingkan data yang

34
dikumpulkan dengan kriteria yang diidentifikasikan, memutuskan apakah

tujuan telah dicapai atau tidak dengan tindakan yang sudah diimplementasikan.

Evaluasi yang berhasil dilakukan sebelum dan sesudah meliputi : luka

insisi/operasi kering, nyeri pada daerah bekas operasi berkurang, tanda-tanda

vital dalam batas normal, dan tidak ditemukan adanya tanda-tanda infeksi

seperti merah, bengkak, nyeri, dan panas. Berdasarkan studi kasus Ny. F Post

SC tidak ditemukan hal-hal yang menyimpang dari evaluasi tinjauan pustaka.

Oleh karena itu bila dibandingkan dengan tinjauan pustaka dan studi kasus Ny.

F secara garis besar tidak ditemukan adanya kesenjangan.

35
BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

1. Telah dilaksanakannya pengkajian dan analisis data Pada Ny. F Post SC

dengan hasil ditemukan data bahwa ibu telah dioperasi S karena kondisi

yang tidak memungkinkan untuk melahirkan normal akibat adanya

plasenta previa yang menutupi jalan lahir.

2. Telah dirumuskannya diagnosa/masalah aktual Pada Ny. F Post SC dengan

hasil Ny. F Umur 27 Tahun P3A0 nifas hari ke - 4 dengan perawatan luka

post SC.

3. Telah dirumuskannya diagnosa/masalah potensial Pada Ny. F Post SC

dengan hasil yaitu keadaan nyeri pada luka operasi memungkinkan

terjadinya infeksi apabila tidak ditangani dengan baik.

4. Telah diidentifikasi perlunya tindakan segera dan kolaborasi yaitu tidak

dilakukan tindakan segera mengingat keadaan pasien pada saat

pelaksanaan manajemen tidak dalam keadaan darurat atau bahaya.

5. Telah ditetapkannya rencana tindakan asuhan kebidanan Pada Ny. F Post

SC dengan hasil penulis merencanakan berdasarkan diagnosa/masalah

aktual dan masalah potensial.

6. Telah dilaksanakannya tindakan asuhan kebidanan yang telah disusun

pada Ny. F Post SC dengan hasil yaitu semua tindakan yang telah

36
direncanakan dapat dilaksanakan seluruhnya dengan baik tanpa adanya

hambatan.

7. Telah dievaluasi hasil tindakan yang telah dilaksanakan pada Ny. F Post

SC dengan hasil yaitu tidak ditemukan hal-hal yang menyimpang dari

evaluasi tinjauan pustaka.

B. Saran

1. Bagi Ibu

a. Diharapkan pada setiap ibu Post SC agar senantiasa menjaga kebersihan

diri terutama pada daerah bekas operasi agar luka tidak terkena kotoran

untuk mencegah timbulnya infeksi.

b. Diharapkan kepada ibu agar mengkonsumsi makanan bergizi seperti

sayuran hijau, lauk-pauk dan buah, dengan memperhatikan makanan

yang bergizi agar ibu sehat sehingga akan membantu luka cepat kering

dan sembuh.

c. Diperlukan keterlibatan suami/keluarga dalam perawatan untuk

meningkatkan hubungan yang lebih erat antara ibu dan bayinya demi

menambah pengetahuan dan bimbimngan sebagai kelanjutan perawatan

dirumah.

2. Bagi Bidan

a. Bidan sebagai tenaga kesehatan sangat berperan dalam menurungkan

angka kesakitan dan kematian ibu dengan memberikan konseling ANC

untuk mempersiapkan persalinan dan kemungkinan komplikasi.

37
b. Sebagai bidan diharapkan senantiasa berupaya meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan

yang lebih profesional berdasarkan manajemen kebidanan sebagai

pertanggung jawaban apabila ada gugatan.

c. Kerja sama dan komunikasi yang baik antara petugas profesional lain

(dokter, perawat, dan sesama bidan) agar proses berjalan dengan mudah.

d. Sebagai tenaga bidan yang profesional dan muslimah harus dapat

memberikan dukungan motivasi serta banyak berdo’a selama proses

persalinan berlangsung.

e. Perlunya bukti pertanggung jawaban petugas kesehatan terhadap semua

asuhan yang diberikan maka setiap tindakan yang sdilakukan harus

didokumentasikan.

38
DAFTAR PUSTAKA

Benson, Ralph C dan Martin L Pernold. 2013. Obstetri dan Ginekologi. Jakarta:
EGC.
Fauziyah, Yulia. 2012. Obstetri Patologi. Yogyakarta: Nuha Medika.
Fadlun dan Feryanto Achmad. 2013. Asuhan kebidanan Patologis. Jakarta:
Salemba Medika.
Gant, Norman F dan F Gary Cunningham. 2011. Dasar-Dasar Ginekologi &
Obstetri. Jakarta: EGC.
Heryani, Reni. 2012. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Dan Menyusui. Jakarta : CV
Trans Info Media.
Herbold, Nancie Edelstein, Sari. 2011. Buku Saku Nutrisi. Jakarta : EGC.
Kementrian Kesehatan RI. 2017. Kesehatan dalam Kerangka Sustainable
Development Goals (SDG’s). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes. 2015. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Mangkuji, Betty. 2012. Asuhan Kebidanan 7 Langkah Soap. Jakarta: EGC.
Metti, D. (2016). Hubungan Umur dan Paritas dengan Kejadian Plasenta Previa
pada Ibu Bersalin. Jurnal Keperawatan, XII(1), 112.
https://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JKEP/article/view/367
Maritalia, Dewi. 2012. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
Nugroho, Taufan. 2011. Buku Ajar Obstetri Untuk Mahasiswa Kebidanan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Putra, ida B. G. S., Wandia, M., & Harkitasari, S. (2021). Indikasi Tindakan
Sectio Caesarea di RSUD Sanjiwani Gianyar Tahun 2017-2019.
Aesculapius Medical Journal, 1(1), 63–64.
Rukiyah, Aiyeyeh, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan III (Nifas). Jakarta: CV.Trans
Info Media.
Rahmawati Nur, Eni. 2011. Ilmu Praktis Kebidanan. Surabaya: Victory Inti Cipta.
Saleha, Sitti. 2013. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba
Medika.
Varney Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta : EGC
Walyani, Elisabeth Siwi dan Purwoastuti, Endang. 2015. Paduan Materi
Kesehatan. Reproduksi Dan Keluarga Berencana. Yogyakarta : PT. Pustaka
Baru Press
WHO. 2015. Trends In Maternal Mortality : 1990 to 2015.
World Health Organization (WHO). 2016. Angka Kematian Ibu dan Angka
Kematian Bayi. www.pusdatin.kemenkes.go.id
LAMPIRAN DOKUMENTASI KEGIATAN
LEMBAR BIMBINGAN PRAKTIK KLINIK PROFESI BIDAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ADIWANGSA JAMBI
TAHUN AKADEMIK 2021-2022

Nama : Ratna Sari Dewi


NIM : 213001080099
Ruangan : PBM Tetty Herwati
Stase : KKPK
CI Akademik : Bdn. Gustien Siahaan, S.Keb., M.Kes

No Hari/Tanggal Follow Up TTD CI Akademik


1 Kamis, 29/09/2022 Perbaiki askeb dan
tinjauan pustaka

2 Jumat, 30/09/3022 Perbaiki pembahasan

3 Selasa, 04/10/2022 Rapikan jurnal

4 Rabu, 05/10/2022 Acc laporan stase KKPK

Diketahui,
Ketua Prodi Pendidikan Profesi Bidan

(Bdn. Devi Arista, S.Keb., M.Kes)


NIDN. 1005109001

Anda mungkin juga menyukai