Anda di halaman 1dari 85

ASUHAN KEBIDANAN NY.

VA Plll Al POST SECTIO CAESAREA


(SC) ATAS INDIKASI KETUBAN PECAH DINI (KPD) DI RUMAH
SAKIT RADEN MATTAHER JAMBI

PEMBIMBING LAHAN :
NELLIWATI, S.ST.

OLEH :
JUMAIRAH
PO 71242200027

POLTEKKES KEMENKES JAMBI


PRODI PROFESI JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2021
HALAMAN PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN NY.VA Plll Al POST SECTIO CAESAREA (SC)


ATAS INDIKASI KETUBAN PECAH DINI (KPD) DI RUMAH SAKIT
RADEN MATTAHER JAMBI

Laporan individu Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal


ini telah disetujui
Tanggal, April 2021.

Mengesahkan
Pembimbing Lahan,

( Nelliwati, S.ST)

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan kasus Asuhan Kebidanan pada bayi Ny.VA di
Puskesmas Pakuan Baru Kota Jambi.
Penulisanan laporan ini dalam rangka menerapkan tugas praktik klinik kebidanan
stase kehamilan yang merupakan salah satu mata kuliah atau kurikulum yang harus dilalui
dalam proses pendidikan profesi kebidanan. Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak
mendapatkan bantuan, bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
:
1. Hj. Suryani, S.Pd, M.PH selaku Kepala Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jambi
2. Lia Artika Sari, M.Keb selaku Ketua Prodi Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Jambi
sekaligus Dosen Pembimbing Institusi
3. Dewi nopiska Lilis,S.SiT,M.Keb selaku pembimbing yang telah banyak memberikan
petunjuk dan pembelajaran, bimbingan serta motivasi dalam pembuatan laporan ini
4. Nelliwati,S.ST selaku pembimbing lahan praktik (CI) di rumah sakit Raden Mattaher
Jambi
5. Kakak-kakak bidan dan perawat serta rekan-rekan yang telah memberi banyak masukan
dalam laporan ini yang telah memberikan masukan dan pengarahan kepada penulis
sehingga laporan ini diselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan
dengan demikian penulis sangan mengharapkan petunjuk dan saran serta kritik dari dosen
pembimbing. Akhir kata semoga hasil laporan ini memberikan manfaat yang berguna bagi
yang membutuhkannya.
Jambi, April 2021

Penulis   

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1

1.1 Latar belakang...................................................................................................1

1.2 Rumusan masalah..............................................................................................2

1.3 Tujuan................................................................................................................3

1.4 Manfaat penelitian.............................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................6

2.1 Konsep dasar Sectio Caesarea...........................................................................6

2.2 Konsep dasar Ketuban pecah Dini.....................................................................15

2.3 Konsep dasar manajemen kebidanan.................................................................19

BAB III STUDI KASUS........................................................................................37

3.1 Langkah I Identifikasi dasar..............................................................................37

3.2 Langkah II Identifikasi Masalah........................................................................45

3.3 Langkah III Identifikasi Diagnosa.....................................................................48

3.4 Langkah IV Tindakan segera............................................................................49

3.5 Langkah V Rencana Tindakan.........................................................................49

3.6 Langkah VI Implementasi ...............................................................................53

3.7 Langkah VII Evaluasi ......................................................................................56

BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................70

BAB V PENUTUP.................................................................................................75

5.1 Kesimpulan........................................................................................................75

5.2 Saran..................................................................................................................77

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................79

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-

alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung

selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan akan pulih

dalam waktu 3 bulan. Masa nifas atau Post Sectio Caesarea disebut juga

puerperium yang berasal dari bahasa latin yaitu dari kata ‘puer”yang artinya bayi

dan “parous” berarti melahirkan. Nifas yaitu darah yang keluar dari rahim karena

sebab melahirkan atau setelah melahirkan. (Rimandini dan Sari, 2010).

Ada dua cara persalinan yaitu persalinan melalui vagina yang lebih dikenal

dengan persalinan normal dan persalinan Sectio ceaserea yaitu suatu persalinan

buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding

rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram

(Sarwono, 2010). Saat ini ada kecenderungan untuk melakukan operasi tanpa dasar

indikasi yang cukup kuat tetapi tanpa disadari persalinan dengan metode Sectio

ceasera memiliki resiko yang lebih tinggi dibandingkan persalinan normal seperti

infeksi nifas, perdarahan, luka kandung kemih, serta rupture uteri spontan pada

kehamilan berikutnya. Sehingga dalam masa nifas ini penderita memerlukan

perawatan dan pengawasan yang dilakukan selama ibu tinggal di Rumah Sakit atau

setelah keluar Rumah Sakit Karena perlu diketahui seorang wanita yang telah

mengalami operasi pasti akan menimbulkan cacat dan parut pada rahim yang dapat

membahayakan kehamilan dan persalinan berikutnya, walaupun bahaya teRumah

Sakitebut relatif kecil. Asuhan masa nifas pada SC merupakan masa kritis baik

bagi ibu dan bayinya.

1
Karena ibu melahirkan dengan SC membutuhkan waktu yang lebih lama untuk

mengembalikan organ-organ tubuh kembali normal.

Ketuban pecah dini termasuk kehamilan beresiko tinggi, Kesalahan dalam

mengelolah ketuban pecah di (KPD) akan membawa akibat meningkatnya angka

morbaditas dan mortalitas ibu maupun bayi. Sehingga sebagian kasus ketuban

pecah dini diselesaikan dengan tindakan Sectio ceasarea.

Berdasarkan hasil Riskesdas 2013 menunjukkan persaalinan bedah sesar di

indonesia sebesar 9,8% dengan proporsi tertinggi di DKI Jakarta (19,9%) dan

terendah di Sulawesi Tenggara (3,3%).

Bahaya infeksi setelah operasi caesarea masih tetap mengancam sehingga

perawatan setelah operasi memerlukan perhatian untuk menurunkan perhatian

untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian. Dalam tindakan SC juga dapat

menyebabkan komplikasi seperti infeksi nifas, perdarahan, luka kandung kemih,

serta memungkinkan rupture uteri spontan pada kehamilan mendatang.

Pada pasien post SC diarahkan untuk mengembalikan fungsi fisiologis pada

seluruh sistem secara normal, dapat memperoleh rasa nyama, serta tidak terjadi

infeksi pada luka post operasi. Salah satu upaya untuk mencegah timbulnya

komplikasi dan mengembalikan fungsi fisiologis tubuh dapat dilakukan dengan

ambulasi dini, perawatan luka, dan personal hygiene.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah pada penulisan ini yaitu

Bagaimana Penerapan Manajemen Kebidanan Pada Ibu Post Sectio Caesarea Atas

Indikasi Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit Raden Mattaher Jambi..

2
1.3 TUJUAN

1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui dan menerapkan manajemen kebidanan pada post Sectio

Caesarea (SC) atas indikasi ketuban pecah dini di Rumah Sakit Raden Mattaher

Jambi.

1.3.2 Tujuan Khusus

Setelah melakukan dan menerapkan manajemen kebidanan pada post Sectio

caesarea (SC) atas indikasi KPD di Rumah Sakit Raden Mattaher Jambi.

a. Mampu melakukan pengkajian asuhan pada Post Sectio Caesarea primipara

sc atas indikasi ketuban pecah dini secara komperhensif melalui pendekatan

asuhan kebidanan di Rumah Sakit Raden Mattaher Jambi.

b. Mampu menginterpretasikan data untuk mengindentifikasi diagnosa asuhan

Post Sectio Caesarea primipara pada sc atas indikasi ketuban pecah dini di

Rumah Sakit Raden Mattaher Jambi.

c. Mampu mengidentifikasi masalah potensial asuhan Post Sectio Caesarea

(SC) atas indikasi ketuban pecah dini di Rumah Sakit Raden Mattaher

Jambi.

d. Mampu mengidentifikasi tindakan segera Post Sectio Caesarea primipara

pada sc atas indikasi ketuban pecah dini untuk mencegah masalah potensial

di Rumah Sakit Raden Mattaher Jambi

e. Mampu merencanakan asuhan kebidanan pada Post Sectio Caesarea

primipara pada sc atas indikasi ketuban pecah dini melalui pendekatan

asuhan kebidanan di Rumah Sakit Raden Mattaher Jambi

3
f. Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada Post Sectio Caesarea

primipara pada sc atas indikasi ketuban pecah dini di Rumah Sakit Raden

Mattaher Jambi

g. Mampu mengevaluasi tindakan asuhan yang diberikan pada Post Sectio

Caesarea primipara pada sc atas indikasi ketuban pecah dini di Rumah Sakit

Raden Mattaher Jambi.

h. Mampu menganalisis kesenjangan antara teori dan penatalaksanaan

asuhan pada kasus ibu Post Sectio Caesarea primipara pada SC atas indikasi

KPD di Rumah Sakit Raden Mattaher Jambi.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

1.4.1 Secara teori

Sebagai pedoman yang digunakan untuk mengidentifikasi kasus pada ibu post

Sectio Caesarea (SC) atas indikasi KPD di Rumah Sakit Raden Mattaher

Jambi.

1.4.2 Secara praktik

a. Bagi penulis

Dapat bermanfaat dan meningkatkan pengetahuan dalam

mengembangkan asuhan kebidanan pada ibu nifas post SC atas indikasi

ketuban pecah dini di Rumah Sakit Raden Mattaher Jambi.

b. Bagi profesi bidan

Dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan sebagai bahan

pertimbangan dalam pembelajaran asuhan kebidanan serta

meningkatkan keterampilan dalam memberikan dan melaksanakan

asuhan kebidanan pada kasus nifas post SC atas indikasi KPD di Rumah

Sakit Raden Mattaher Jambi.

4
c. Bagi institusi

Dapat digunakan sebagai bahan referensi dan bahan pertimbangan dan

studi banding dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada

kasus nifas post SC atas indikasi KPD di Rumah Sakit Raden Mattaher
Jambi.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Dasar Sectio Caeserea

A. Pengertian Sectio Caesera

Istilah sectio ceasera berasal dari perkataan latin ceadere yang artinya

memotong. Pengertian ini semula dijumpai dalam Roman Law (Lex Regia) dan

Emperor’s Law (Lex Caesarea) yaitu undang-undang yang menghendaki supaya

dalam kandungan ibu-ibu yang meninggal harus dikeluarkan dari dalam rahim.

Sectio ceasarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat

sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina, atau Sectio

ceasarea adalah suatu histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim.

( Saifuddin, 2010)

Sectio ceasarea adalah suatu peralinan, dimana janin dilahirkan melalui

suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam

keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram.

Istilah-istilah mengenai sectio caeserea menurut Saifuddin tahun 2010,

sebagai berikut :

a. Sectio ceasarea primerm (efektif)

Dari semula direncanakan bahwa janin akan dilahirkan secara

secsio ceasarea, tidak diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya pada

panggul sempit (CV kecil dari 8 cm)

b. Sectio ceasarea sekunder

Dalam hal ini kita beRumah Sakitikap mencoba menunggu

kelahiran biasa (partus percobaan), bila tidak ada kemajuan persalinan

atau partus percobaan gagal, baru dilakukan Sectio ceasarea

6
c. Sectio ceasarea ulang (Repeat Caeserean Section)

Ibu pada kehamilan yang lalu mengalami Sectio ceasarea

(Previous Caesarean Section) dan pada kehamilan selanjutnya

dilakukan Sectio ceasarea ulang.

d. Sectio ceasarea histerektomi (Caesarean Section Hysterectomy) Adalah

suatu operasi dimana setelah janin dilahirkan dengan

Sectio ceasarea, langsung dilakukan histerektomi oleh karena suatu

indikasi

e. Operasi Porro (Porro Operation)

Adalah suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri

(tentunya janin sudah mati), langsung dilakukan histerektomi, misalnya

pada keadaan infeksi rahim yang berat

2.2.2 Indikasi Sectio ceaserea

Angka kejadian Sectio ceasarea pada waktu sekarang ini justru antara

lain disebabkan karena berkembangnya indikasi dan makin kecilnya resiko dan

mortalitas pada sectio ceasarea. Adapun indikasi sectio ceaserea menurut

Saifuddin, 2010 sebagai berikut :

2.2.2.1 Indikasi Ibu

a. Plasenta previa sentralis dan lateralis (postterior)

b. Panggul sempit\

c. DispropoRumah Sakiti sefalo-pelvik yaitu ketidakseimbangan antara

ukuran kepala dan panggul

d. Ruptura uteri

e. Partus lama (Prolonged Labor)

f. Partus tak maju (Obstructed Labor)

7
g. Preeklamsia dan hipertens1

2.2.2.2 Indikasi Janin

a. Malpresentasi janin yaitu letak lintang, letak bokong, letak defleksi,

dan presentasi rangkap.

b. Gawat janin

2.2.2.3 Jenis – jenis operasi Sectio ceasarea

a. Sectio Ceasarea Transperitonealis :

Sectio ceasarea klasik atau korporal dengan insisi memanjang

pada korpus uteri. Sectio ceasarea ismika atau profunda atau low cervical

dengan insisi pada segmen bawah rahim. Sectio ceasarea ekstraperitonealis

yaitu tanpa membuka peritonium parietalis, dengan demikian tidak

membuka kavum abdominal.

b. Secsio Ceasarea Klasik

Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus

uteri kira-kira sepanjang 10 cm. Kelebihan yaitu mengeluarkan janin lebih

cepat, tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik, dan

sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal. Adapun kekurangan dari

SC klasik ini yaitu infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena

tidak ada reperitonealisasi, dan untuk persalinan berikutnya lebih sering

terjadi ruptura uteri spontan

c. Sectio Ceasarea Ismika (Profunda)

Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada

segmen bawah rahim (Low Cervical Transverstal) kira-kira 10 cm.

Kelebihan pada SC ismika yaitu penjahitan luka lebih lama, penutupan

8
luka dengan reperitonealisasi yang baik, tumpang tindih dari peritoneal

flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi uterus ke rongga

perioteneum, perdarahan kurang, dan dibandingkan dengan SC klasik

kemungkinan ruptura uteri spontan kurang/lebih kecil. Kekurangannya

yaitu luka dapat melebar ke kiri, kanan, dan bawah, sehingga dapat

menyebabkan atonia uterina sehingga mengakibatkan perdarahan yang

banyak, dan keluahan pada kandung kemih postoperatif tinggi.

2.2.3 Menurut Saifuddin tahun 2010, penatalaksanaan Pasien Pre SC dan Post

SC :

1. Penatalaksanaan pasien pre SC sebagai berikut :

A. PeRumah Sakitiapan pasien :

1. Jelaskan kepada pasien dan keluarga prosedur operasi.

2. Isilah formulir izin operasi (informed consent)

3. Berilah dukungan moril agar pasien tidak merasa cemas.

4. Lapangan operasi dipeRumah Sakitiapkan dengan tindakan antiseptik

5. Bila terdapat infeksi intrapartum dan ketuban pecah lama, vagina

dibeRumah Sakitihkan dengan cairan betadine.

6. Demikian pula kompilkasi ibu dan kondisi janin merupakan

pertimbangan jenis operasi dan pemberian cairan.

7. Pemeriksaan rutin terhadap fisik dan khususnya dilakukan untuk

merencakan secara cermat jenis anasthesi, lama pembedahan, kesulitan

atau komplikasi dan teknik pembedahan.

8. Pembedahan harus memeriksa sendiri serta menuliskan rencana

pembedahan pada rekam medik.

9
9. Pemeriksaan fisik umum meliputi : keadaan umum (kesadaran, gizi),

paru, jantung, abdomen (hati, limpa) dan anggota gerak. Catat juga

tensi, nadi, suhu, dan pernapasan. Pada pemeriksaan obstetrik tentukan

keadaan janin (letak, besar, tunggal/gemeli)

10.Perlu diketahui jenis operasi yang pernah dijalani, termasuk kesulitan

atau komplikasi (untuk meramalkan perlekatan dan kelainan organ,

misalnya kanker)

11.Dari anamnesis perlu diketahui penyakit yang pernah diderita yaitu

paru, asma, tuberculosis, jantung, iskemi, hati, hepatitis, kelainan

pembekuan darah/penggunaan obat dan trombosit, dan diabetes melitus,

serta alergi obat.

B. Laboratorium :

1. Ambilah sampel darah untuk pemeriksaan laboratorium rutin, yaitu :

HB, HT, leukosit (hitung jenis, trombosit, golongan darah, peRumah

Sakitiapan darah untuk transfusi.

2. Kemudian ambil contoh urine untuk pemeriksaan rutin

3. Pemeriksaan penunjang USG dilakukan atas keperluan penentuan

lokasi patologis, misalnya letak plasenta untuk menentukan jenis

insisi uterus, idealnya pasien harus puasa 6 jam setelah operasi.

C. Infus :

1. Pra bedah pemberian infus terdiri dari : cairan Ringer Laktat 500 ml

diberikan 100-125 ml/jam, kecuali pada hipertensi < 100 ml/jam

2. Selama pembedahan cairan yang diberikan 500 ml/jam kecuali pada

preeklamsia harus lebih sedikit dan setelah bayi lahir akan diberikan

10
oxytosin 10 IU/IV dan dapat diberikan 10 IU infuse untuk selama 6

jam

D. Kateterisasi

1. Kateter dipasang dengan cara dower dengan foley. Kateter no 16-18

cukup untuk digunakan. Bilaslah muara uretra dan juga ujung kateter

dengan betadine sebelum inseRumah Sakiti kateter kembungkan

balon kateter sebanyak 20-30 ml

2. Kemudian sambung kateter dengan kantung urine perhatikan urine

harus keluar. Gantunglah urine di samping tempat tidur.

2. Penatalaksanaan Pasien Post SC a. Posisi tidur pasien

Pasien dibaringkan miring di dalam kamar pulih dengan pemantauan

ketat : tensi, nadi, suhu, pernapasan tiap 15 menit dalam 1 jam pertama,

kemudian 30 menit dalam 1 jam berikut dan selanjutnya tiap jam. Pasien

tidur dengan muka ke samping dan yakinkan kepalanya agak tengadah agar

jalan napas bebas. Letakkan lengan atas di depan badan agar mudah dalam

pengambilan tensi. Tungkai bagian atas dalam posisi fleksi.

b. Mobilisasi

Pasien telah dapat menggerakkan kaki dan tangan serta tubuhnya

sedikit, kemudian dapat duduk pada jam ke 8-12, ibu dapat berjalan bila

mampu pada 24 jam pasca bedah bahkan mandi sendiri pada hari kedua.

c. Makan dan minum

Setelah diperiksa peristaltik pada 6 jam pasca bedah, bila positif maka

dapat diberikan minum hangat sedikit dan kemudian lebih banyak terutama

bila mengalami anasthesi spinal dan pasien tidak muntah. Pasien dapat

11
makan atau biasa pada hari pertama, infus dapat diangkat 24 jam pasca

bedah, bila pasien telah flatus maka ia dapat makan.

d. Perawatan post operasi

Sebelum melakukan perawatan luka operasi yang pertama harus

menyiapkan alat steril (pinset anatomis & sirugis, kassa kering, sarung

tangan), betadine di com, NaCL 9%, sampah medis. Pelaksanaan jelaskan

tindakan pada pasien dan tutp sampiran, dekatkan alat-alat pada pasien, cuci

tangan, pakai sarung tangan, bukan balutan lama secara hati-hati, setalah itu

kaji luka apakah ada pus dan berdarah, beRumah Sakitihkan luka jahitan

dengan cairan NaCL, keringkan, setelah itu pasang plester untuk luka

jahitan, dan bereskan alat.

Pada abdomen luka bekas operasi yang tertutup kasa steril harus dilihat

pada 1 hari pasca bedah, bila basah dan berdarah harus di buka dan di ganti.

Umumnya kasa perut dapat diganti pada hari ke-3 sampai 4 sebelum pulang

dan seterusnya pasien mengganti setiap hari, luka dapat diberikan salep

betadine sedikit. jahitan yang perlu di buka dapat dilakukan pada 5 hari

pasca bedah.

e. Perawatan gabung

Pasien dapat dirawat gabung dengan bayi dan memberikan ASI dalam

posisi tidur atau duduk

f. Laboratorium

Pemeriksaan lab yang diperlukan adalah HB dan HT, biasanya akan

terdapat penurunan HB 2 %. Bila HB di bawah 8 % dipertimbangankan

untuk transfuse.

g. Pengangkatan kateter

12
Kateter dibuka 12-24 jam pasca bedah, bila terdapat hematuria maka

pengangkatan dapat di tunda. Kateter akan tetap dipertahankan bila : rupture

uteri, partus lama, oedema perinetal, sepsi, perdarahan.

Persiapan alat yaitu sarung tangan steril, spuit 10-20 cc, bengkok, dan

pispot. Persiapan klien yaitu beri penjelasan tentang prosedur pelepasan

kateter dan atur posisi pasien senyaman mungkin. Persiapan perawat/bidan

yaitu mencuci tangan dan keringkan. Pelaksanaan yaitu tutup sampiran dan

perlak, letakkan bengkok diantara kedua tungkai klien, keluarkan urin dalam

urinbag pada pispot dan buang, cuci tangan, pakai sarung tangan steril,

ambil spuit 10 cc untuk mengeluarkan isi balon kateter, setelah itu menarik

kateter dan anjurkan pasien untuk tarik nafas panjang, kemudian letakkan

kateter pada bengkok, membereskan alat, dan melepaskan sarung tangan dan

cuci tangan. (Ambarwati, 2009).

h. Memulangkan pasien

Perawatan 3-4 hari kiranya cukup untuk pasien. Berikan instruksi

mengenai perawatan luka dan keterangan tertulis mengenai teknik. Pasien

diminta datang untuk ditindaklanjuti mengenai perawatan 7 hari setelah

pulang. Pasien dapat mandi biasa setelah hari ke 5 dengan mengeringkan

luka dan merawat luka seperti biasa. Pasien diminta segera datang bila

terdapat perdarahan, demam, dan nyeri perut berlebihan.

2.2.4 Komplikasi pasca bedah menurut Saifuddin 2010 adalah sebagai berikut:

a. Perdarahan

Perdarahan dapat terjadi pada saat operasi atau beberapa jam setelah

operasi. Hal ini disebabkan tekanan darah, yang selama operasi agak turun,

13
beberapa jam setelah operasi menjadi normal kembali, sehingga sumbatan

darah terlepas, dengan demikian terjadilah perdarahan. mungkin pula terjadi

perdarahan karena ikatan katgut pada pembuluh darah terlepas karena

ikatannya kurang keras atau terjadi infeksi.

b. Syok (Shock)

Salah satu komplikasi pasca bedah yang gawat dan dapat membawa

kematian adalah syok, dengan penyebab sebagai berikut : kehilangan darah

terlalu banyak, terjadinya vasodilitasi yang disebut syok neurogen, gangguan

fungsi jantung, syok vasogen yaitu terjadinya pelebaran pembuluh darah

kapiler sehingga seakan – akan pembuluh darah menjadi lebih besar

dibandingkan dengan jumlah darah yang teRumah Sakitedia. Syok

anafilaksis sering beRumah Sakitifat vasogen. Syok bakteremi atau toksik,

terjadi jarena perubahan dinding endotel kapiler sehingga cairan dalam

kapiler menembus ke jaringan sekitarnya. Syok psikis dapat terjadi bila

pasien sangat ketakutan, kesakitan yang hebat, atau keadaan emosi yang

hebat.

c. Gangguan paru-paru

1. Bronchitis

Penderita batuk dengan mengeluarkan banyak lendir, tetapi tidak

disertai demam

2. Bronkopneumonia

Penderita batuk dengan mengeluarkan lendir yang banyak disertai

demam tinggi, nadi cepat, serta pernapasan cepat dan dangkal

3. Emboli paru-paru

14
Emboli adalah suatu gumpalan yang terdapat di dalam peredaran darah

dan akhirnya menyumbat pembuluh darah. Gumpalan itu biasanya

terjadi dari darah, kuman, atau dilemak. Emboli paru-paru

menyebabkan perasaan sakit yang hebat dan mendadak di dada,

menjadi sesak napas, membiru dan ketakutan akan mati, pupil melebar,

keringat dingin, dan nadi cepat. Kematian dapat timbul dalam waktu

beberapa menit. berikan segera oksigen dan segera laporkan kepada

dokter bedah.

2.2 Konsep Dasar Ketuban Pecah Dini (KPD)

2.2.1 Definisi

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum proses

peRumah Sakitalinan berlangsung (Sarwono, 2007).

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya

melahirkan/ sebelum inpartu, pada pembukaan <4cm (fase laten) (Nugroho,

2010).

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu, yaitu

bila pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari

5 cm (Mochtar, 1998).

Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum ada

tanda-tanda peRumah Sakitalinan (Arif mansjoer, 2001).

2.3.2 Etiologi

Walaupun banyak publikasi tentang KPD, namun penyebabnya belum

diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Beberapa laporaan

menyebutkan factor-faktor yang erat dengan KPD, namun factor-faktor mana

yang berperan sulit diketahui. (sujiyantini, 2009).

15
Adapun yang menjadi faktor resiko adalah:

c. Infeksi:Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun

asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan

terjadinya KPD.

d. Tekanan intrauteri yang meninggi atau meningkat secara berlebihan

misalnya trauma hidramnion, gemeli atau trauma oleh beberapa ahli

disepakati sebagai faktor predisposisi atau penyebab terjadinya KPD.

e. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam,

maupun amnosintesis menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini karena

biasanya disertai dengan infeksi kelainan letak misalnya sungsang,

sehingga tidak ada again terendah yang menutupi pintu atas panggul

(PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap membrane bagian

bawah.

2.3.7 Patofisiologi

Ketuban pecah dini biasanya terjadi karena berkurangnya kekuatan

membrane atau penambahan tekanan intrauteri ataupun sebaliknya.

Kemungkinan tekanan intrauteri yang kuat adalah penyebab independen dari

ketuban pecah dini dan selaput ketuban yang tidak kuat akibat kurangnya

jaringan ikat dan vaskularisasi akan mudah pecah dengan mengeluarkan air

ketuban.

Menurut Manuaba (2008), patofisiologi ketuban pecah dini adalah:

b. Terjadinya pembukaan premature serviks

c. Membrane terkait dengan pembukaan terjadi devaskularisasi, nekrosis,

dan dapat diikuti pecah spontan

16
d. Jaringan ikat yang menyangga membrane ketuban semakin berkurang

e. Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat dengan nfeksi yang

mengeluarkan enzim proteolotik dan enzim kolagenase.

2.2.4 Komplikasi

c. pada ibu

Dapat mengalami komplikasi seperti partus lama, infeksi masa nifas, atonia

uteri dan perdarahan postpartum (Mochtar, 2012).

d. Pada bayi atau janin

Dapat mengalami komplikasi seperti asfiksia, prematuritas, dan intra fetal

death (IUFD) (Rukyah, 2010).

2.2.5 Diagnosa

Diagnosa ketuban pecah dini dapat ditegakan dengan cara:

d. Anamneses

Penderita mengeluarkan cairan yang banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir,

cairan berbau khas, keluarnya cairan sebelum ada his atau his belum teratur

dan belum ada pengeluaran lendir dan darah.

e. Inspeksi

Pengamatan dengan mata biasa tampak keluarnya cairan dari vagina, bila

ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban masih banyak, pemeriksaan ini

akan lebih jelas.

f. Pemeriksaan dengan speculum

Pemeriksaan speculum pada ketuban pecah dini akan tampak keluar cairan

dari orifisium uteri eksternum (OUE), kalau belum juga tampak keluar,

17
fundus uteri ditekan, penderita diminta untuk mengedan atau bagian terendah

digoyangkan, akan tampak keluar cairan dari ostium uteri dan terkumpul pada

fornik anterior.

g. Pemeriksaan dalam

Melakukan pemeriksaan dalam dengan hati-hati, sehingga tidak banyak

manipulasi daerah pelvis untuk mengurangi kemungkinan infeksi asenden dan

peRumah Sakitalinan prematuritas. Bahaya ketuban pecah dini adalah

kemungkinan infeksi dalam rahim dan peRumah Sakitalinan prematuritas

yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi. Oleh karena

itu pemeriksaan dalam perlu dibatasi sehingga penyulit makin diturunkan

sebagai upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi.

2.2.6 Penanganan dan Penatalaksanaan

2. Konservatif

A Rawat diRumah Sakit dengan tirah baring.

B Beri antibiotic bila pecah ketuban >6 jam berupa: ampisilin

4x500mg gentamycin 1x80mg.

C Umur kehamilan <32-34 minggu, dirawat selama air kutuban

masih keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.

D Bila kasus kehamilan 32-34 minggu, masih keluar air ketuban,

maka usia kehamilan 35 minggu dipertimbangkan untuk terminasi

kehamilan (hal ini sangat tergantung pada kemampuan perawatan

bayi premature)

E Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi

intrauteri)

18
F Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid untuk memacu

kematangan paru janin.

G Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid untuk memacu

kematangan paru janin, dan kalau kemungkinan periksa kadar

lesitin dan spinomegali setiap minggu, dosis betametason 12mg

sehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametason IM 5mg setiap 6

jam sebanyak 4 kali.

3. Aktif

← Kehamilan >35 minggu: induksi oksitosin, bila gagal lakukan

sectio caesarea. Dapat pula diberikan misoprosol 50µg intravaginal

tiap 6 jam maksimal 4 kali.

← Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotic dosis tinggi, dan

persalinan diakhiri:

← Bila skor pelvic <5 lakukan pematangan serviks, kemudian

induksi. Jika tidak berhasil akhiri peRumah Sakitalinan dengan sectio

caesarea.

← Bila skor pelvic >5 induksi peRumah Sakitalinan,


partuspervaginam.

2.3 Konsep Dasar Manajemen Kebidanan

2.3.1 Pengertian

Manajemen kebidanan adalah suatu metode proses berpikir logis sistematis.

Oleh karena itu, manajemen kebidanan merupakan alur fikir bagi seorang bidan

dalam memberikan arah atau kerangka dalam menangani kasus yang menjadi

tanggung jawabnya. Pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan

19
metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengkajian, analisis

data, diagnosis kebidanan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. (Niu, 2017)

a. Manajemen kebidanan adalah metode dan pendekatan pemecahan masalah

ibu dan anak yang khusus dilakukan oleh bidan dalam memberikan asuhan

kebidanan kepada individu, keluarga, dan masyarakat (Depkes RI, 2005).

b. Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan

sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan

teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian atau

tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada

klien. Menurut Varney, ia mengembangkan proses manajemen kebidanan ini

dari 5 langkah menjadi 7 langkah yaitu mulai dari pengumpulan data sampai

dengan evaluasi. Untuk melaksanakan asuhan teRumah Sakitebut digunakan

metode dan pendekatan yang disebut manajemen kebidanan, metode dan

pendekatan digunakan untuk mendalami permasalahan yang dialami oleh

klien, dan kemudian merumuskan permasalahan tersebut serta akhirnya

mengambil langkah pemecahannya. Manajemen kebidanan membantu proses

berfikir bidan dalam melaksanakan asuhan dan pelayanan kebidanan (Helen

Varney, 1997).

2.3.2 Tujuan Manajemen Kebidanan

Tujuan yaitu mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat

kesehatan yang tinggi bagi ibu dan anak melalui upaya yang terintegrasi,

lengkap, serta intervensi yang minimal sehingga prinsip dan kualitas pelayanan

dapat terjaga pada tingkat yang optima ( Niu, 2017)

2.3.3 Prinsip Manajemen Kebidanan

20
Pada era millennium yang terus menghadapkan kita pada situasi yang

mengandalkan ilmu pengetahuan membuat kita, bidan maupun penerima jasa

pelayanan bidan semakin kritis terhadap mutu pelayanan kebidanan. Dengan

demikian pelayanan yang diberikan sudah selayaknya berdasarkan teori yang

dapat dipertanggungjawabkan dan praktik yangdilakukan berdasarkan Evidence

Based Medicine (Bukti Ilmiah yang Rasional). Varney (2002) menjelaskan

bahwa prinsip manajemen adalah pemecahan masalah. Dalam text book

masalah kebidanan yang dituliskan pada tahun 1981 proses manajemen

kebidanan diselesaikan melalui 5 langkah. Setelah menggunakannya, Varney

(2002) melihat ada beberapa hal yang penting disempurnakan. Varney

kemudian menyempurnakan proses manajemen kebidanan menjadi 7 langkah.

Ia menambahkan langkah ke III agar bidan lebih kritikal mengantisipasi

masalah yang kemungkinan dapat terjadi pada kliennya. Proses manajemen

kebidanan ini ditulis oleh Varney berdasarkan proses manajemen kebidanan

yang American College Of Midwife pada dasar pemikiran yang sama dengan

proses manajemen menurut Varney.

Prinsip proses manajemen kebidanan menurut Varney. Proses

manajemen kebidanan sesuai dengan standar yang dikeluarkan oleh America

College Nute Midwife (ACNM) terdiri dari :

a. Secara sistematis mengumpulkan data dan memperbaharui data yang lengkap

dan relevan dengan melakukan pengkajian yang komprehensif terhadap

kesehatan setiap klien, termasuk mengumpulkan riwayat kesehatan dan

pemeriksaan fisik

b. Mengidentifikasi masalah dan membuat diagnosa berdasarkan interprestasi


data dasar

21
c. Mengidentifkasi kebutuhan terhadap asuhan kesehatan dalam menyelesaikan

masalah dan merumuskan tujuan asuhan kesehatan

d. Memberi informasi dan support sehingga klien dapat membuat keputusan

dan bertanggungjawab terhadap kesehatannya.

e. Membuat rencana asuhan yang komprehensif bersama klien

f. Secara pribadi bertanggungjawab terhadap implentasi rencana individual

g. Melakukan konsultasi, perencanaan dan melaksanaan manajemen dengan

berkolaborasi dan merujuk klien untuk mendapatkan asuhan selanjutnya.

h. Merencanakan manajemen terhadap komplikasi tertentu, dalam situasi

darurat dan bila ada penyimpanan dari keadaan normal

i. Melakukan evaluasi bersama klien terhadap pencapaian asuhan

kesehatan dan merevisi rencana asuhan sesuai dengan kebutuhan.

2.3.4 Konsep Asuhan Kebidanan Masa Nifas Post Sectio Ceaserea Atas

(KPD)

Menurut Halen Varney (2002), manajemen kebidanan merupakan

proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk

mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-

penemuan, keterampilan dalam rangkaian tahapan yang logis untuk

pengambilan suatu keputusan berfokus pada klien. Sesuai dengan

perkembangan pelayanan kebidanan, maka bidan diharapkan lebih kritis dalam

melaksanankan proses manajemen kebidanan untuk mengambil keputusan.

Menurut Helen Varney, ia mengembangkan proses menajemen kebidanan ini

dari 5 langkah menjadi 7 langkah, mulai dari pengumpulan data sampai dengan

evaluasi.

22
a. Pengkajian dan pengumpulan data dasar

Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan

semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan pasien

secara lengkap, yaitu riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik sesuai

kebutuhan, meninjau catatan terbaru atau sebelumnya, dan meninjau

data laboratorium dan mebandingkannya dengan hasil studi. Data –

data dapat dikumpulkan dari berbagai observasi dan pemeriksaan

fisik. Pendekatan yang dipakai dalam mengumpulkan data harus

komprehensif meliputi data subjektif, data objektif, dan hasil

pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi pasien yang

sebenarnya. Langkah ini menetukan proses interprestasi data tahap

selanjutnya sehingga harus konfenhensif. Hasil pemeriksaan

menggambarkan kondisi atau masukan klien yang sebenarnya harus

valid (Varney, 2002)

1. Data Subjektif

Data yang didapat dari klien sebagai suatu pendapat terhadap

suatu situasi data kejadian, datateRumah Sakitebut tidak dapat

ditentukkan oleh perawatan secara independen tetapi melalui suatu

interaksi atau komunikasi.

2. Biodata

adalah indentitas untuk mengetahui status klien secara lengkap

sehingga sesuai sasaran. Identitas meliputi : Umur : umur ibu dapat

mempengaruhi faktor terjadinya KPD dimana umur dibawah 20

tahun dan diatas 35 tahun dapat meningkatkan insiden terjadinya

KPD pada ibu.

23
a. Pendidikan: untuk mengetahui tingkat pendidikan ibu/suami

sebagai dasar dalam pemberian KIE.

b. Pekerjaan: untuk mengetahui keadaan sosial ekonomi keluarga,

sejauh mana pengaruh kesehatan klien pada aktifitas dan pada

pasien post operasi dapat beraktifitas

normal kembali dalam waktu tujuh hari.

3. Alasan masuk

Penderita merasa basah pada vagina atau mengeluarkan cairan

yang banyak tiba – tiba dari jalan lahir. Cairan berbau khas, dan

perlu diperhatikan warna, keluarnya cairan teebut his belum teratur

atau belum ada, dan belum ada pengeluaran lendir darah.

4. Keluhan utama

untuk mengetahui keluhan yang dihadapi yang berkaitan

dengan masa nifas misalnya merasa mules, pada kasus sectio

seaserea keluahan bisa muncul yaitu rasa nyeri pada perut, badan

terasa lemah, pusing, sulit mobilisasi, mual, muntah.

5. Riwayat kesehatan sekarang

data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya

penyakit yang diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan

masa nifas dan bayinya.

6. Riwayat kesehatan yang lalu

data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya

riwayat atau penyakit akut, kronis seperti jantung, DM, hipertensi,

asma yang dapat mempengaruhi pada masa nifas ini.

7. Riwayat kesehatan keluarga

24
data ini diperlukan untuk mengetahui apakah dalam keluarga

ada yang menderita penyakit menahun, seperti asma, hepatitis dan

DM serta penyakit menular seperti TBC, hepatitis.

8. Riwayat perkawinan

untuk mengetahui status perkawanina lamanya perkawinan, sah

atau tidak, sudah berapa kali menikah, berapa jumlah anaknya.

9. Riwayat kehamilan sekarang

untuk mengetahui keadaan kesehatan ibu selama hamil ada atau

tidaknya penyakit serta upaya yang dilakukan untuk mengatasi

penyakit teRumah Sakitebut.

10. Kebiasaan selama masa nifas (Saifuddin, 2010)

a. Pola nutrisi : setelah diperiksa peristaltik pada 6 jam bila 6 jam

maka diberikan minum banyak sedikit dan kemudian lebih

banyak terutama bila mengalami anastesi spinal dan pasien tidak

muntah, pasien dapat makan lunak atau biasa pada hari pertama,

infus dapat diangkat 24 jam pasca bedah, bila pasien dapat

flaktus maka biasa dapat makan

b. Pola eliminasi : pada ibu nifas sectio ceaserea BAK melalui

kateterisasi karena ibu masih berbaring di tempat tidur untuk

beberapa hari, sedangkan BAB menggunakan pispot. Kateter

dapat dicabut 12 jam pasca bedah, bila terdapat hematuri maka

pengangkatan dapat ditunda, kateter akan dipertahankan bila

ruptur uteri, oedema perinatal, sepsis dan perdarahan.

25
c. Pola istirahat : untuk mengetahui pola istirahat sangat penting

bagi masa post operasi karena dengan istirahat yang cukup dapat

mempercepat proses penyembuhan dan pemulihan.

d. Keadaan psikologis : untuk mengetahui respon ibu dan keluarga

terhadap bayinya, keadaan mental ibu nifas post sectio saecarea

adalah cemas, susah tidur, merasa beRumah Sakitalah, mudah

teRumah Sakitinggung, pikiran negatif tentang bayinya.

e. Pola hubungan seksual : hubungan seksual yang terlalu sering

dapat menyababkan terjadinya KPD dan disertai infeksi.

b. Data Obyektif

Data yang menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan

fisik pasien, hasil laboratorium dan pemeriksaan diagnostik lain

yang dilakukan seksual dengan beratnya masalah.

1. Pemeriksaan fisik

a. Status generalis

b. Keadaan umum : untuk mengetahui keadaan umum ibu

apakah baik, sedang, buruk. Keadaan ibu setelah dilakukan

sectio saesarea adalah sedang (Saifudin, 2010).

c. c. Kesadaran : untuk mengetahui tingkat kesedaran yaitu

apakah composmentis, apatis, samnoten atau koma.

Kesadaran ibu setelah dilakukan sectio caesarea adalah

composmentis. (Saifudin, 2010)

d. Composmentis : sadar sepenuhnya, baik terhadap dirinya

maupun lingkungannya

26
e. Apatis : pasien tampak senang dan acuh terhadap
lingkungannya.
f. Delirium : penurunan kessadaran disertai dengan kekacauan

motorik, dan siklus tidur yang terganggu. Pasien tampak

gaduh, gelisah, kacau, disorientasi, dan merontak – merontak

g. Samnolen : keadaan mengatuk yang masih dapat pulih bila

dirangsang tapi bila rangsangan berhenti pasien akan tidur

kembali.

h. Suppor : keadaan yang mengantuk sangat dalam bisa

dibangunkan dengan rangsangan kuat tapi pasien tidak

bangun sempurna dan dapat memberikan jawaban verbal

dengan baik

i. Semi koma : penurunan kesadaran yang tidak memberikan

respon terhadap rangsangan verbal dan tidak dapat

dibangunkan sama sekali.

j. Koma : penurunan kesadaran yang sangat dalam, tidak ada

gerakan spontan, dan tidak ada respon terhadap rangsangan

nyeri. Tanda Vital :

a. Tekanan darah : untuk mengetahui atau mengukur batas

normal tekanan darah antara 90/60 mmHg-130/90 mmHg.

Sedangkan tekanan darah ibu nifas post sectio caecarea yang

normal adalah 110/70-130/80 mmHg (Saifuddin, 2010).

b. Suhu : unutk mengetahui suhu basal pada ibu, suhu

27
badan yang normal 360C-370C. Sedangkan pada ibu nifas
post sectio caesarea yang normal adalah 360C-380C.
(Saifuddin, 2010)
c. Nadi : untuk mengetahui denyut nadi pasien sehabis

melahirkan, biasanya denyut nadi akan lebih cepat

sedangkan nadi pada ibu nifas post sectio caesarea yang

normal adalah 60-60 kali/menit (Saifuddin, 2010)

d. Respirasi : untuk mengetahui frekuensi pernapasan yang

dihitung dalam menit. Sedangkan respirasi pada ibu nifas

sectio caeserea cenderung lebih cepat yaitu16-26 kali/menit

(Saifuddin, 2010)

3. Pemeriksaan fisik (data fokus), menurut Saifuddin, 2010

sebagai berikut :

a. Inspeksi : pemeriksaan klien dengan melihat ujung

rambut sampai ujung kaki

b. Perut : untuk mengetahui ada bekas luka operasi atau

tidak, pada kasus ibu dengan post sectio caesarea

terdapt bekas luka operasi.

c. Vulva : untuk mengetahui apakah ada luka perineum,

apakah ada lochea sesuai dengan masa nifas pada ibu

nifas post sectio caeserea

d. Palpasi yaitu pemeriksaan yang dilakukan dengan cara

meraba.

e. Leher : untuk mengetahui ada pembesaran kelenjar

tiroid atau kelenjar gondok

28
f. Dada : untuk mengetahui adanya benjolan pada

payudara atau tidak, ada nyeri tekan atau tidak, ada

kelainan bentuk atau tidak, puting susu menonjol atau

tidak, dan pengeluaran ASI atau kolostrum.

g. Abdomen : untuk mengetahui keadaan kontraksi

uterus, tinggi fundus uteri berapa jari dibawah pusat.

Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendukung

pencegahan diagnosa seperti pemeriksaan

laboratorium, rontgen, ultrasonografi.

4. Pemeriksaan laboratorium

Pada sectio saesarea pemeriksaan Hb perlu diukur sebab

biasanya setelah dioperasi terjadi penurunan Hb sebanyak 2

gram% (Saifuddin, 2010).

b. Interpretasi Data Dasar Dan Diagnosa

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis

atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas

dasar data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah

dikumpulkan kemudian diinterpretasikan sehingga ditemukan

29
masalah atau diagnostik yang spesifik. Kata masalah dan diagnosis,

namun sungguh membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam

sebuah rencana asuhan terhadap klien. Interprestasi data dasar

merupakan rangkaian menguhubungkan data yang diperoleh dengan

konsep teori, prinsip relevan untuk mengetahui kesehatan pasien. Pada

langkah ini data interpretasikan menjadi diagnosa (Saifuddin, 2010).

Diagnosa kebidanan pada kasus nifas post sectio ceasarea dengan

indikasi ketuban pecah dini ditegakkan berdasarkan data subjektif dan

data objektif berikut ini :

a. Data Subjektif

Menurut Saifuddin, (2010). Data subjektif meliputi :

1. Ibu mengatakan keadaan setelah sectio ceaaserea

2. Ibu mengatakan rasa ketidaknyamanan setelah post sc

b. Data Objektif

Menurut Saifuddin (2010), data objektif yang dimaksud meliputi :

1. Keadaan umum ibu setelah tindakan sc adalah sedang

2. Kesadaran ibu setelah sectio ceasarea adalah composmentis.

3. Tanda – tanda vital : tekanan darah. Ibu nifas sectio caesarea tekanan

darah teratur apa tidak. Tekanan darah post sectio saesarea 110/90-

130/60 mmHg. Suhu ibu nifas post sectio saesarea suhu tubuhnya

normal atau tidak. Suhu pada ibu sectio

caesarea 36-38o C. Nadi ibu nifas sectio caesarea nadinya normal

atau tidak. Nadi pada ibu sectio caesarea adalah 50-90 kali/menit.

Respirasi ibu nifas post sectio caesarea respirasinya adalah 16-26

kali/menit.

30
4. Perut terdapat luka jahitan berbentuk jelujur

5. Pemeriksaan Hb perlu dilakukan karena setelah operasi terjadi

penurunan Hb sebanyak 2 gram %.

6. Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien dan

hasil dari pengkajian. Dalam kasus ibu nifas post sectio ceasarea

adalah cemas, sulit tidur, merasa lelah, mudah tersinggung, pikiran

negatif tentang bayi. (Saifuddin, 2010)

7. Kebutuhan merupakan hal-hal yang dibutuhkan pasien dan belum

terindentifikasi dalam diagnosa dan masalah (Saifuddin, 2010).

c. Antisipasi Masalah Potensial

Pada langka ini, dilakukan identifikasi masalah atau diagnosis potensial

lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah

diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan

dilakukan pencegahan. Sambil memantau keadaan klien, bidan diharapkan

dapat bersiap-siap bila diagnosis atau masalah potensial ini benar-benar

terjadi.

Diagnosa yang kemungkinan terjadi adalah infeksi nifas, perdarahan.

(Saifuddin, 2010)

d. Antisipasi Kebutuhan Tindakan Segera atau Kolaborasi

Identifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau

untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim

kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Data yang dikumpulkan

dapat menunjukkan suatu situasi yang memerlukan tindakan segera,

31
sementara yang lain harus menunggu intervensi dari dokter (Saifuddin,

2010). Langkah ini mencerminkan kesenambungkan

32
dari proses manajemen kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya

tindakan segera oleh bidan atau dokter dan unit dikonsultasikan atau

ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan

kondisi pasien.

Antisipasi pertama yang dilakukan pada ibu post sectio caesarea

antara lain kolaborasi dengan SpOG, pemberian antibiotik profilaksis.

(Saifuddin, 2010).

e. Rencana Asuhan Menyeluruh

Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh.

Asuhan secara menyeluruh meliputi memberikan informasi, bimbingan

dan mengajarkan pasien tentang pelayanan kesehatan yang dibutuhkan.

Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau

masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini

juga, data yang belum lengkap dapat dilengkapi (Saifuddin, 2010).

Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan yang menyeluruh

ini harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan ilmu pengetahuan

dan teori yang terkini, perawatan berdasarkan bukti (Evidance Based

Care), serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan dan tidak akan

dilakukan oleh klien. Rasional berarti tidak berdasarkan asumsi, namum

sesuai dengan keadaan klien dan pengetahuan teori yang benar serta

memadai atau berdasarkan suatu data dasar yang lengkap, dan bisa

dianggap valid sehingga menghasilkan asuhan klien yang lengkap dan

tidak berbahaya. Dalam menyusun rencana, sebaiknya pasien dilibatkan

karena pada akhirnya pengambilan keputusan dalam melaksanakan

suatu rencana asuhan harus disetujui oleh klien.

33
(Astuti, dkk, 2016).

Rencana asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-

langkah sebelumnya atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau

diantisipasi (Saifuddin, 2010). Adapun rencana asuhan yang diberikan

yaitu : lakukan manajemen kooperatif, anjurkan mobilisasi atau

aktifitas, lakukan perawatan luka, lakukan kateterisasi dan observasi

eliminasi, dan berikan KIE tentang KB.

f. Pelaksanaan Asuhan

Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh di langkah

manajemen kebidanan yang kelima dilaksanakan secara efisiensi dan

aman. Pelaksanaan intervensi dilakukan seluruhnya oleh bidan dan

sebagaian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan

tidak melakukan sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk

mengarahkan pelaksanaannya dan memastikan langkah-langkah teRumah

Sakitebut benar-benar dilaksanakan (Saifuddin, 2010). Dalam situasi

dimana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang

mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan

bagi klien adalah bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana

asuhan bersama yang menyeluruh teRumah Sakitebut. Manajemen yang

efisiensi akan menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari

asuhan terhadap klien.

g. Evaluasi Keefektifan Asuhan

Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan

yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah

34
benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah

diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosis. Rencana tersebut dapat

dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya. Ada

kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut lebih efektif sedangkan

sebagian belum efektif (Saifuddin, 2010). Mengingat bahwa proses

manajemen asuhan kebidanan ini merupakan suatu hasil pola pikir bidan

yang berkesimbungan, maka perlu diulang kembali dari tahap awal setiap

asuhan yang tidak efektif melalui proses manajemen untuk

mengidentifikasi penyebab proses manajemen tidak efektif serta

melakukan penyesuaian pada rencana asuhan terseebut.

Evaluasi asuhan dilihat berdasarkan pencatatan data perkembangan.

Menurut Varney (2002), data perkembangan dalam asuhan kebidanan

dengan menggunakan SOAP yaitu :

1. Subjektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien

melalui anamnese sebagai langkah 1 Varney

2. Objektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik,

pemeriksaan penunjang meliputi laboratorium dan diagnostik lain yang

dirumuskan dalam data untuk mendukung asuhan sebagai langkah 1

Varney.

3. Assesment

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subjektif

dan objektif dalam satu identifikasi

35
4. Planning

Menggambarkan ketertarikan/hubungan antara manajemen kebidanan sebagai

pola pikir dengan pendokumentasian sebagai catatan dari asuhan dengan

pendekatan manajemen kebidanan. Kriteria pencapaian hasil asuhan pada ibu

nifas post sectio sesarea atas indikasi KPD adalah sebagai berikut : keadaan

umum dan tanda-tanda vital sign, keadaan luka sectio sesarea tidak ada tanda-

tanda infeksi, mobilisasi dengan baik. Evaluasi asuhan kebidanan pada ibu

sectio saesarea antara lain keadaan umum baik dan tanda-tanda vital normal,

tidak ada infeksi pada ibu post sectio ceaserea (Saifuddin, 2010).

36
BAB III

STUDI KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.”VA” DENGAN

POST SECTIO SESAREA (SC) ATAS INDIKASI KPD HARI KE II

DI RUMAH SAKIT RADEN MATTAHER JAMBI

TANGGAL 13 MARET 2021

Tanggal Masuk Rumah Sakit : 11 Maret 2021, Pukul 22.30 Wib

Tanggal Operasi : 12 Maret 2021, Pukul 09.15 Wib

Tanggal Pengkajian : 13 Maret 2021, Pukul 09.30 Wib

LANGKAH I IDENTIFIKASI DATA DASAR

A. IDENTITAS ISTRI/ SUAMI

Nama : Ny. “V A’’ / TN.“A H”

Umur : 25 Tahun / 40 tahun

Nikah / lamanya : 1x / ± 6 tahun

Agama : Islam / Islam

Suku : Melayu / Melayu

Pendidikan : SMP / SMP

Pekerjaan : IRT / Swasta


: Jl. H. Kamil RT. 25 Kel. Pasir
Alamat Putih Jambi.

37
B. DATA BIOLOGIS

1. Keluhan Utama

Ibu mengatakan nyeri pada luka bekas operasi Sectio sesarea (SC)

2. Riwayat Keluhan

a. Keluhan di rasakan setelah operasi sejak tanggal 12 Maret 2021 pukul 09.15 wib

b. Sifat keluhan hilang timbul

c. Lokasi keluhan di daerah abdomen bagian bawah (daerah bekas luka operasi

Sectio sesarea)

d. ibu merasa cemas dengan keadaanya

e. Upaya ibu untuk mengatasi keluhan yaitu dengan istirahat (berbaring dalam posisi

terlentang)

C. RIWAYAT KESEHATAN YANG LALU

1. Ibu tidak pernah menderita penyakit hipertensi, jantung, DM, hepatitis maupun

penyakit menular lainya.

2. Ibu tidak pernah ada operasi sebelumnya.

3. Tidak ada riwayat ketergantungan obat-obatan dan Alkohol.

4. Tidak ada riwayat alergi

D. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

Tidak ada penyakit menular dan turunan dalam keluarga

E. RIWAYAT REPRODUKSI

1. Riwayat haid

a. Menarche : Umur 13 tahun

b. Siklus Haid : 28-30 hari

38
c. Lamanya : 3-5 hari

d. Dismenorhea : ada, setiap hari pertama sampai hari kedua haid

2. Riwayat Obstetri

a. Ibu mengatakan ini merupakan kehamilan yang keempat dan pernah 1x


keguguran

b. Menikah umur 20 tahun

3. Riwayat Gynekologi

a. Ibu tidak pernah mengalami tumor kandungan atau tumor payudara


sebelumnya.

b. Ibu tidak pernah mengalami infeksi organ reproduksi.

c. Ibu tidak pernah menderita penyakit kelamin.

d. Ibu pernah menjadi akseptor KB pil sejak tahun 2015 selama ± 8 bulan.

F. RIWAYAT PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR.

1. Kebutuhan Nutrisi

Kebiasaan :

a. Menu makan nasi dan lauk pauk

b. Frekuensi makan 3 x sehari

c. Nafsu makan baik

d. Kebutuhan minum ± 6–7 gelas /hari

Setelah operasi hari ke II :

a. Menu makan nasi dan lauk pauk

b. Frekuensi 3 x sehari

c. Nafsu makan kurang baik

39
d. Kebutuhan minum ± 6–7 gelas /

hari G. Kebutuhan Eliminasi

Kebiasaan :

1. Frekuensi BAK 4–5 x sehari

2. Warna kuning jernih

3. Bau amoiak

4. Frekuensi BAB 1 kali sehari

5. Konsisten padat

Setelah operasi Hari ke II:

Kateter masih terpasang dengan jumlah urine ± 250 ml didalam urine bag

dan setelah keluar dari ruangan operasi sampai keruang nifas nyeri daerah operasi

padaa saat duduk di toilet.

H. PeRumah Sakitonal Hygiene

Kebiasaan :

1. Mandi 2x sehari dengan menggunakan sabun mandi

2. Sikat gigi 2x sehari

3. Keramas 3x sehari

4. Mengganti pakaian tiap habis mandi

Setelah operasi hari ke II : Klien tidak dapat mandi sendiri

I. Kebutuhan istirahat /

Tidur

Kebiasaan :

1. Tidur siang jam 13.00–15.00 Wib

2. Tidur malam jam 22.00–05.00 Wib

40
J. Riwayat ANC

1. Ibu mengatakan ini adalah kehamilan yang keempat dan pernah 1x keguguran

2. HPHT Tanggal :lupa

3. TP Tanggal : -

4. ANC Sebanyak 5x di tempat praktik bidan

5. Ibu mengkonsumsi tablet Fe sebanyak ± 90 butir selama hamil

6. Imunisasi TT boster pada tanggal 10-11-2020

K. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Tahun Kehamilan Persalinan Bayi Nifas


Jeni
s Tempat Penolong Sex BBL/PBL Keadaan
Nor Puskesm
2014 Aterm mal as Bidan L 2500 Hidup Normal
gram/48c
m
2017 keguguran - - - - - - -

Rumah 3500 gram/


2019 Aterm SC Sakit Dokter L 50 cm Hidup Normal
2021 Ini

L. Riwayat Pesalinan sekarang

1. Ibu masuk Rumah Sakit pukul 22.30 wib dengan rujukan dari dokter spesialis

kebidanan diagnosa GIV PII A1 gravid aterm (37 minggu) rencana Sectio Sesarea (SC)
adanya pengeluaran air- air pada tanggal 11 Maret 2021 sejak pukul 16.00 wib.
2. Ibu dioperasi Secsio Sesarea (SC) pada tanggal 12 Maret 2021 jam 09.15 wib

dengan anastesi spinal, jenis kelamin laki- laki, BBL 3400 gram, PB 49 cm, Apgar

score 8/10.

41
3. Indikasi Sectio sessarea (SC) G4P2A1,hamil aterm belum inpartu preskep+

KPD+Riwayat SC

M. Riwayat Psikologi, Spiritual dan Ekonomis

1. Klien menerima keadaanya dan setelah operasi ini klien berharap agar cepat

sembuh

2. Ibu dapat beradaptasi dengan keadaan dan lingkungannya

3. Ibu menganggap kelahiran bayinya merupakan anugrah dari Tuhan

4. Suami dan Keluarga senantiasa berdoa agar ibu dan bayi selamat

5. Biaya persalinan ditanggung oleh suami

6. Penghasilan suami dirasakan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari

N. Pemeriksaan terfokus Post sectio caessar hari ke II

1. Keadaan umum ibu baik

2. Kesadaran komposmentis

3. TTV :

TD : 110/70 mmHg

N : 78x/menit

P : 18x/menit

S:37˚C

4. Kepala

Inspeksi : kulit kepala beRumah Sakitih, rambut hitam dan bergelombang,


tidak mudah dicabut.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan, benjolan maupun massa.

5. Wajah

42
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, wajah nampak pucat dan meringis apabila

menggerakkan badannya.

Palpas : tidak ada oedema dan nyeri tekan

6. Mata

Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, konjungtiva merah muda dan sklera tidak

ikterus.

43
7. Leher

Inspeksi : tidak ada pembesaran pada kelenjar thyroid.

Palpasi : tidak ada pembengkakan kelenjar lymfe dan vena jugularis.

8. Payudara

Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, puting susu menonjol dan terbentuk,

hyperpigmentasi pada areola mammae.

Palpasi : tidak ada massa dan nyeri tekan, ada kolostrum bila dipencet

9. Abdomen

Inspeks : tampak luka bekas operasi tertutup verban

Palpasi : terdapat nyeri tekan pada luka bekas operasi (perut bagian bawah,

kontraksi uterus baik, TFU 2 jari bawah pusat.

10. Genitalia

Inspeksi : terdapat pengeluaran lochia rubra tidak berbau, terpasang kateter

tetap

Palpasi : tidak ada oedema dan kelenjar bartolini.

11. Anus

Palpasi : tidak ada nyeri tekan, dan tidak ada varices

12. Eksteremitas

a. Atas

Inspeksi : simetris kiri dan kanan, terpasang infus RL 28 Tpm

Palpasi : tidak ada oedema

b. Bawah

Inspeksi : simetris kiri dan kanan


1. Pemeriksaan Laboratorium Pre Operasi Tanggal 11 Maret 2021
-Leucocyte: 11,44/mm³

-Erythrocyte : 2,49 jt/mm/³

- Haemoglobin : 9,43 gr %

-Haemotokrit : 29,3 %

- Trombosit : Hct : 245, %

- HbSAg :–

- Gula darah : 99 mg/dL

2. Pemeriksaan laboratorium 2 Jam Post operasi tanggal 12 Maret

2021 HB = 9,86 gr%

P. Riwayat Terapi/ Pengobatan pada Post Sectio Sesarea Hari ke I

1. Infus RL 28 Tts/ menit

2. Instruksi residen terapi injeksi lanjut :

- Cetriaxone 1x2 gram/ IV

- Keterolac 2 ampul/ IV

- Alinamin F 3x1 / IV

- Maltrofan sirup 3x1

- Boleh minum bertahap

LANGKAH II IDENTIFIKSI MASALAH / DIAGNOSA AKTUALl


:

Diagnosa PIII A1 Post Sectio hari II

Masalah aktual : Nyeri luka bekas Sectio cesarea (SC)

1. Diagnosa
PIII A1 Post Sectio cesarea (SC) atas indikasi KPD hari ke II
a. Data subjektif

- Ibu mengatakan dioperasi tanggal 12 Maret 2021 jam 09.15 Wib

- Ibu mengatakan masih merasakan nyeri luka setelah operasi

- Keluhan dirasakan sejak setelah operasi tanggal 12Maret 2021 Pukul

09.15 wib

b. Data objektif

- Keadaan umum ibu baik

- Kesadaran kompos mentis

- TFU 2 jari bawah pusat

- Kontraksi uterus baik (teraba keras dan bundar)

- Tampak pengeluaran lochia rubra

- Pengkajian tanggal 13 Maret2021 jam 09.30 Wib

c. Analisis dan Interpretasi Data

Sectio sesarea adalah proses peRumah Sakitalinan dengan melalu

pembedahan melalui perut ibu (laparatomi) dan rahim (histerektomi) untuk

mengeluarkan bayi (Purwoastuti, Dkk, 2015).

Ibu mengatakan melahirkan tanggal 12 Maret 2021 jam 09.15. Wib dan

pengkajian tanggal 13 Maret 2021 jam 09.30 Wib, dari tanggal melahirkan sampai

tanggal pengkajian menunjukkan bahwa ibu dalam post Sectio hari kedua.

Setelah janin dilahirkan, fundus uteri kira-kira setinggi pusat segera setelah

lahir TFU ± I jrbpst dan akan mengecil terus hingga 10 hari Post Sectio Caesarea (Ilmu

kebidanan Sarwono Edisi III, Hal 236-237).


Lochia rubra (cruenta) berwarna merah karena berisi darah segar dan sisa

selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks caseosa, lanugo, dan mekonium selama 2 hari

pasca peRumah Sakitalinan. Inilah lokia yang akan keluar selama dua sampai tiga hari

Post Sectio Caesarea ( Saleha, 2013).

Pasca peRumah Sakitalinan kontraksi akan semakin baik karena adanya

rangsangan dari payudara pada saat menyusui, sehingga hormone prolaktin akan

mencegah terjadinya perdarahan (Ilmu kebidanan Penyakit Kandungan, Hal 192).

2. Masalah Aktual

Diagnosis : PIll A1 Post Sectio Sesarea (SC) atas indikasi KPD hari ke II Dengan Nyeri
Pada luka operasi
- Data subjektif

- Ibu melahirkan tanggal 12 Maret 2021 dan ini merupakan anak yang ketiga

- Ibu menagatakan mendapat jahitan pada bagian perut

- Ibu mengatakan nyeri pada luka bekas operasi

- Ibu mengatakan sakitnya hilang timbul

b. Data objektif
- Plll Al

- Bayi lahir tanggal 12 Maret2021, pukul 09.15 wib

- Ekspresi wajah ibu tampak meringis saat bergerak

- Tampak luka operasi tertutup kasa steril pada abdomen

- Tingkat nyeri sedang.

c. Analisa dan interpretasi Data

Terputusnya continuitas jaringan akan melepaskan hormon vasilitator yang

merangsang saraf perifer ke hipotalamus sehingga terjadi feedback ke dalam tubuh


melalui saraf efferent sehingga dipeRumah Sakitepsikan sebagai nyeri (Nunung, Dkk,

2013).

3. Kecemasan

a. Data subjektif

- Ibu mengatakan merasa cemas dengan keadaan yang dialaminya

- Ibu sering menanyakan tentang keadaanya.

b. Data objektif

Ekspresi ibu tampak murung dan meringis bila ditekan pada daerah

abdomen

c. Analisa dan interpretasi data

Kurangnya pengetahuan tentang keadaanya menyebabkan timbul rasa takut

yang merangsang hipotalamus untuk menghasilkan hormon adrenalin serta kurangnya

pengetahuan dan informasi dapat mempengaruhi mekanisme koping dalam menghadapi

kondisinya sehingga cemas dipersepsikan

LANGKAH III IDENTIFIKASI DIAGNOSA/ MASALAH POTENSIAL

Masalah Potensial : Antisipasi terjadinya infeksi luka operasi

a. Data subjektif

- Ibu dioperasi tanggal 12 Maret 2021 jam 09.15 Wib

- Ibu mengatakan nyeri pada luka bekas operasi

b. Data objektif

- Tampak luka bekas operasi tertutup kain kasa

- Tanda-tanda Vital
Nadi : 78x/ menit

Pernafasan : 18x/ menit

Suhu : 37˚C

c. Analisa dan interpretasi data

Adanya luka operasi merupakan pintu masuknya kuman pathogen dan menjadi

tempat untuk berkembangnya mikroorganisme sehingga dapat menimbulkan infeksi

(Sarwono Prawirohardjo, 2011).

LANGKAH IV TINDAKAN SEGERA / KOLABORASI

Tidak ada data yang mendukung untuk dilakukannya tindakan segera

LANGKAH V RENCANA TINDAKAN

Diagnosa : Plll A1 Post Sectio caesarea hari kedua

Masalah aktual : Nyeri luka operasi

Tujuan : Antisipasi terjadinya infeksi luka operasi

a. Post operasi hari kedua berlangsung normal

b. Nyeri luka bekas operasi berkurang atau teratasi

c. Kecemasan teratasi

d. Tidak terjadi infeksi luka bekas operasi

e. Proses involusio uteri berjalan normal

f. Proses laktasi berjalan normal

Kriteria :

a. Keadaan umum ibu baik

b. Tanda-tanda vital dalam batas normal :


TD sistole = 110-130 mmHg

TD diastole = 70/90 mmHg

Nadi = 60-90x/menit

Pernapasan = 16-24x/menit

c. Tidak ada keluhan rasa nyeri

d. Ekspresi wajah ibu tidak meringis

e. Luka bekas operasi kering

f. Tidak ada tanda-tanda infeksi (bengkak, kemerahan, nyeri, panas, ada pus)

g. Proses involusio uteri berlangsung normal ditandai dengan :

1) Kontraksi uterus teraba keras dan bundar

2) Lokia : rubra tidak berbau

3) TFU : 2 Jari bawah pusat (turun 1 cm setiap hari)

h. Proses laktasi berjalan normal

1) ASI lancer

2) Ibu menyusu sesering mungkin seseuai dengan kebutuhan bayinya (secara

ondemand)

3) Saat ibu menyusui Bayi nya mengisap dan menelan dengan tenang

4) Payudara ibu terasa kosong saat selesai menyusui

Intervensi tanggal 13 Maret 2021 jam 09.30 Wib.

1. Mengucapkan selamat kepada ibu atas kelahiran bayinya Rasional :

Untuk menciptakan jalinan yang baik antara ibu dengan petugas kesehatan.

2. Observasi Keadaan Umum ibu Rasional :


Untuk mengetahui keadan umum ibu dan sebagai petunjuk untuk melakukan

pemantauan dan perawatan selanjutnya.

3. Observasi Tanda-tanda vital Rasional :

Untuk mengetahui keadaan umum ibu dan memudahkan mengambil tindakan

selanjutnya.

4. Observasi TFU, kontraksi dan pengeluaran lochia Rasional :

Sebagai indikator untuk menilai/mengetahui proses involusi berjalan normal atau

tidak.

5. Melakukan perawatan payudara Rasional :

Payudara yang bersih akan menciptakan suasana nyaman pada ibu sehingga

membantu melancarkan ASI

6. Menganjurkan ibu mengkonsumsi makanan yang bergizi seperti sayur-sayuran

dan mengandung protein, karbohidrat, vitamin A, C, D

Rasional : membantu dalam proses pemulihan ibu.

7. Menjelaskan ibu penyebab nyeri Rasional :

Dengan memberi penjelasan pada ibu mengenai penyebab nyeri, maka ibu dapat

mengerti dan beradaptasi dengan nyeri yang dirasakan sehingga ibu mau bekerja

sama dalam proses perawatannya.

8. Observasi tanda-tanda infeksi pada luka bekas operasi Rasional :

Tanda-tanda infeksi perlu diketahui secara dini untuk mencegah terjadinya

komplikasi agar dapat mengetahui tindakan selanjutnya.

9. Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup


Istirahat yang cukup memberikan kesempatan otot dan otak untuk relaksasi

setelah mengalami proses operasi sehingga pemulihan tenaga serta stamina ibu

dapat berlangsung dengan baik.

10. Berikan konseling tentang pesonal hygiene dan ajarkan pada ibu cara perawatan

luka

Rasional :

Untuk memberikan rasa nyaman pada ibu dan untuk mencegah terjadinya

infeksi.

11. Berikan konseling KB pada ibu Post Sectio Sesarea (SC) Rasional :

Dengan cara menjarangkan kehamilan dan mengatur jumlah keluarga serta

sebagai acuan dalam membantu klien memilih dan menentukan alat kontrasespsi

yang dipakai.

12. Anjurkan ibu untuk menyusui secara ondemand sesuai kebutuhan bayi Rasional :

Isapan bayi merangsang hipofisis posterior mengeluarkan oksistosin dan

hipofisis anterior memproduksi prolaktin agar ASI keluar serta dengan adanya

bayi menyusui sesering mungkin dapat membantu proses involusio.

13. Observasi pemberian cairan infus Rasional :

Pemberian cairan infus mengandung elektrolit yang diperlukan oleh tubuh untuk

mencegah terjadinya hipotermi, dehidrasi dan komplikasi pada organ-organ

lainya.

14. Observasi pengeluaran urin Rasional :

Untuk mengetahui keseimbangan cairan dalam tubuh ibu, sebab kandung kemih

yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan rasa tidak nyaman pada ibu.
15. Anjurkan ibu untuk mobilisasi secara bertahap dan teratur Rasional :

Mobilisasi dapat melatih otot-otot abdomen sehingga terjadi peningkatan tonus

otot, mempercepat proses penyembuhan, mencegah trombosit dan

tromboemboli.

16. Gunakan teknik aseptic dan antiseptic dalam melakukan tindakan Rasional :

Untuk mencegah agar tidak terkontaminasi kuman pathogen, baik dari ibu

maupun petugas kesehatan.

17. Penatalaksanaan dosis pemberian terapi oral

Rasional : Cefadroxil 2x1, asmef 3x1, Nutribreast 3×1

Cefadroxil merupakan golongan antibiotik yang dapat membunuh jenis kuman

penyebab infeksi, Asam mefenamat merupakan golongan analgetik yang dapat

mengurangi rasa nyeri.

LANGKAH VI IMPLEMENTASI

Tanggal 13 Maret 2021 jam 09.40 Wib

1. Mengucapkan selamat kepada ibu

Hasil : terlaksana dan ibu merasa bersyukur atas kelahiran anaknya

2. Mengobservasi keadaan Umum ibu Hasil :

Keadaan ibu masih sedikit nyeri pada daerah luka operasi ditandai bila bergerak

wajah ibu meringis

3. Mengobservasi tanda-tanda vital Hasil :

Tanda-tanda vital ibu dalam batas normal ditandai dengan Tekanan darah :110/80

mmHg

Nadi: 82x/menit
Pernapasan : 22x/menit

Suhu : 36,2˚ C

4. Mengobservasi TFU, kontraksi dan pengeluaran lochia Hasil :

TFU : 2 jari bawah pusat

Kontraksi uterus : Baik (teraba bulat dan keras)

Lokia : Rubra tidak berbau

5. Melakukan perawatan payudara

Hasil : terlaksana dan payudara ibu tampak bersih

6. Menganjurkan ibu mengkonsumsi makanan yang bergizi seperti sayur-sayuran

dan mengandung protein, karbohidrat, vitamin A, C, D

Hasil : ibu mengerti dan mau melaksanakannya

7. Menjelaskan ulang penyebab nyeri yaitu karena terputusnya kontinuitas jaringan

otot, dan serabut akibat dari rangsangan otot abdomen yang berlebihan saat

operasi dengan adanya luka ini maka dapat merangsang ujung-ujung saraf

sehingga timbulnya nyeri.

Hasil : ibu telah memahami keadaanya

8. Observasi tanda-tanda infeksi pada luka bekas operasi

Hasil : verban tampak kering dan tidak ada tanda-tanda infeksi


9. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup Hasil :

g. Tidur siang 1-2 jam

h. Tidur malam 7-8 jam

10. Memberikan penjelasan tentang personal hygiene yaitu mengganti pembalut

minimal 3x sehari dan pakaian bila basah/ kotor.

Hasil : Ibu sudah mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan mau melakukan

nya.

11. Memberikan konseling mengenai jenis KB pada ibu Post Sectio Sesarea (SC)

yaitu:

a. Mal : Mal merupakan metode yang dipakai dengan mengandalkan air susu ibu (ASI)

selama 6 bulan penuh.

b. Mini Pil : alat konterasepsi oral yang dikonsumsi setiap hari 1×1 dapa digunakan 3

hari pasca persalinan dan sangat efektif bagi ibu menyusui.

c. Suntik 3 Bulan : jenis kontasepsi yang disuntikan ke dalam tubuh ibu yang diberikan

setiap 3 bulan atau 12 minggu, suntikan pertama diberikan 6 minggu pada pasca

persalinan.

d. Implan/AKBK : alat kontrasepsi hormonal yang dipasang dibawah kulit pada daerah

lengan atas.

e. IUD/AKDR : alat kontrasepsi dalam rahim terbuat dari bahan plastik.

Hasil : ibu mengerti dan berencana memilih kontrasepsi implan.

12. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayi sesering mungkin dan sesuai dengan

kebutuhan bayi

Hasil : ibu mengerti dan mau melaksanakan nya


13. Mengobservasi pemberian cairan infus Ringer laktat 28 tetes permenit Hasil :

keadaan ibu merasa lebih baik

14. Observasi pengeluaran urine

Hasil : urine sebanyak 250 ml tertampung didalam urine bag.

15. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi secara bertahap dan teratur

Hasil : ibu sudah bisa melakukan gerakan di tempat tidur dengan miring ke kiri

dan ke kanan

16. Menggunakan teknik aseptic dan antiseptic dalam melakukan tindakan Hasil :

telah dilakukan tekhnik aseptik dan antiseptik

17. Penatalaksanaan dosis pemberian terapi oral

Hasil : - Cefadroxil : 2 ×1

- Asam mefenamat :3×1

-Nutribreast : 3× 1

LANGKAH VII EVALUASI

Tanggal 13 Maret2021, jam 09.50 Wib

1. Post Sectio sesarea (SC) hari kedua berlangsung normal ditandai dengan : -

Keadaan umum ibu baik

- TTV dalam batas normal :

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Nadi : 78×/menit

Pernafasan : 18×/menit

Suhu :37ͦC

2. Ibu dapat beristirahat dengan tenang


3. Tinggi fundus Uteri 2 jari bawah pusat (Teraba keras dan bundar)

4. Nyeri berkurang, ibu dapat beradaptasi dengan nyeri

5. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi (demam, merah, bernanah, bengkak)

6. Proses involusio uteri berjalan normal

7. Proses laktasi berjalan lancer.


PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.”VA”

DENGAN POST SECTIO SESAREA (SC) ATAS INDIKASI KPD HARI KE II

DI RUMAH SAKIT RADEN MATTAHER JAMBI

TANGGAL 13 MARET 2021

(SOAP)

Tgl. Masuk : 11 Maret 2021, Pukul 23.30 Wib

Tgl. Operasi : 12 Maret 2021, Pukul 09.15 Wib

Tgl. Pengkaji : 13 Maret 2021, Pukul 09.30 WiB

IDENTITAS ISTRI/ SUAMI

Nama : Ny. “VA’’ / TN.“AH”

Umur : 25Tahun / 40 tahun

Nikah / lamanya : 1x / ± 6 tahun

Suku : Melayu / Melayu

Agama : Islam / Islam

Pendidikan : SMP / SMP

Pekerjaan : IRT / Swasta


: Jl.H.Kamil Rt 25 kelurahan
Alamat Pasir putih Jambi

DATA SUBJEKTIF (S)

1. Ibu mengatakan dioperasi tanggal 12 Maret 2021 Pukul 09.15 Wib.

2. Ibu mengatakan masih merasa nyeri pada daerah luka operasi bila bergerak

3. Ibu mengatakan ASI nya sudah ada tapi masih sedikit


4. Ibu mengatakan sudah tidak merasa pusing

5. Ibu mengatakan sudah platus tapi belum BAB

6. Ibu tidak ada riwayat hipertensi, asma dan jantung

7. Ibu tidak alergi makanan maupun obat-obatan

8. Ibu dan keluarga sangat senang dengan kelahiran bayinya

9. Ibu pernah menggunakan jenis KB pil selama ± 8 bulan

DATA OBJEKTIF (O)

1. Keadaan umum ibu baik

2. Tampak luka bekas operasi pada abdomen bagian bawah, luka masih basah

3. Ekspresi wajah tampak meringis bila bergerak

4. Nyeri tekan pada daerah luka operasi

5. Kontraksi Uterus Baik ( teraba keras dan bundar )

6. Tampak pengeluaran lochia rubra tidak berbau

7. ASI (+)

8. TFU 2 Jari bawah pusat

9. TTV : Tekanan darah : 110/70 mmHg

Nadi : 78×/ menit

Pernafasan : 18×/ menit

Suhu :37˚C

ASSESMENT (A)
Diagnosa : PIII A1 Post Sectio Sesarea (SC) atas indikasi KPD hari ke II

Masalah aktual : Nyeri luka operasi

Masalah potensial : Antisipasi terjadinya infeksi luka Post Sectio Sesarea(SC)

PLANNING (P)
Tanggal 13 Maret 2021, Pukul 09.40 Wib

1. Mengucapkan selamat kepada ibu atas kelahiran

bayinya Hasil : ibu merasa bahagia dan dihargai

2. Mengobservasi tanda-tanda

vital Hasil :

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Nadi : 78×/ menit

Pernafasan : 18×/ menit

Suhu : 37˚C

3. Mengobservasi Tinggi Fundus ( TFU), kontraksi dan pengeluaran

lochia Hasil :

TFU : 2 Jari bawah pusat

Kontraksi uterus : Baik (Teraba keras dan bundar)

Lokia : Rubra tidak berbau

4. Melakukan perawatan payudara

Hasil : terlaksana dan ibu merasa nyaman

5. Menganjurkan ibu mengkonsumsi makanan yang bergizi seperti sayur-sayuran

dan mengandung protein karbohidrat, protein, vitamin A, C, D.

Hasil : ibu mengerti dan beRumah Sakitedia melakukan nya.

6. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup

Hasil : tidur siang 1-2 jam, malam 7-8 jam dan ibu dapat beristirahat apabila rasa

sakit berkurang.
7. Menjelaskan ibu penyebab yaitu karena terputusnya kontinuitas jaringan otot, dan

serabut akibat dari rangsangan otot abdomen yang berlebihan saat operasi dengan

adanya luka ini maka dapat merangsang ujung-ujung saraf sehingga timbul rasa

nyeri.

Hasil : ibu mengerti dan memahami apa yang telah dijelaskan.

8. Mengobservasi tanda-tanda infeksi pada luka bekas operasi

Hasil : tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka operasi.

9. Memberikan penjelasan tentang personal hygiene yaitu mengganti pembalut

minimal 3x sehari dan pakaian bila basah/ kotor.

Hasil : Ibu sudah mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan mau

melakukan nya.

10. Melakukan perawatan payudara

11. Memberikan konseling Keluarga Berencana (KB) apa yang cocok pada ibu pasca

operasi yaitu: MAL(Metode Amenore Laktasi), KB Suntik 3 Bulan, Mini Pil,

AKDR/Implan, AKDR/IUD

Hasil : ibu mengerti dan ingin menggunakan Kb implan.

12. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya secara ondemand sesering mungkin

sesuai kebutuhan bayi

Hasil : ibu mengerti dan mau melaksanakan nya

13. Mengobservasi pemberian cairan infus Ringer laktat 28 tetes

permenit Hasil : keadaan ibu merasa lebih baik

14. Observasi pengeluaran urine

Hasil : urine sebanyak 250 ml tertampung didalam urine bag.

15. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi secara bertahap dan teratur


Hasil : ibu sudah melakukan gerakan disekitar tempat tidur degan miring ke kiri

dan ke kanan

16. Menggunakan teknik aseptic dan antiseptic dalam melakukan

tindakan Hasil : telah dilakukan tekhnik aseptik dan antiseptik

17. Penatalaksanaan dosis pemberian terapi oral

Hasil : Cefadroxil 2 × 1, Asam mefenamat 3 × 1, Nutribreast 3×1


PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.”VA”

DENGAN POST SECTIO SESAREA (SC) ATAS INDIKASI KPD HARI KE III

DI RUMAH SAKIT RADEN MATTAHER JAMBI

TANGGAL 14 MARET 2021

(SOAP)

Tgl. Masuk : 11 Maret 2021, Pukul 23.30 Wib

Tgl. Operasi : 12 Maret 2021, Pukul 09.15 Wib

Tgl. Pengkaji : 14 Maret 2021, Pukul 09.30 Wib

IDENTITAS ISTRI/ SUAMI

Nama : Ny. “VA’’ / TN.“AH”

Umur : 25 Tahun / 40 tahun

Nikah / lamanya : 1x / ± 6 tahun

Agama : Islam / Islam

Suku : Melayu / Melayu

Pendidikan : SMP / SMP

Pekerjaan : IRT / Swasta

Alamat : Jl.H. Kamil RT. 25 Kel. Pasir Putih Jambi

DATA SUBJEKTIF (S)

1. Ibu sudah miring kiri dan ke kanan

2. Ibu mengatakan nyeri bekas operasi berkurang

3. Ibu mengatakan belum BAB


DATA OBJEKTIF (O)

1. Keadaan umum ibu baik

2. Ekspresi wajah cerah

3. Luka operasi mulai kering

4. Nyeri tekan sudah berkurang

5. Masih ada pengeluaran bercak darah

6. Kateter sudah di aff dan BAK sudah lancar

7. Tanda-tanda vital

Tekanan darah : 110/80 mmHg

Nadi : 82×/menit

Pernafasan : 22×/menit

Suhu : 36,5˚ C

ASSESMENT (A)
Diagnosa : PIII A1 Post Sectio Sesarea (SC) atas indikasi KPD hari ke III

Masalah aktual : Nyeri luka Post Sectio Sesarea (SC)

Masalah potensial : Potensial terjadi infeksi pada luka Post Sectio Sesarea (SC)

PLANNING (P)

Tanggal , 14 Maret 2021, Pukul 09.30 Wib

1. Memberikan motivasi kepada ibu untuk memenuhi sendiri kebutuhannya

Hasil : ibu semangat dan mau melakukan nya sendiri

2.

2. Mengobservasi tanda-tanda vital ibu

Hasil:
Tekanan darah : 110/80 mmHg

Nadi: 82×/menit

Pernafasan : 22×/menit

Suhu : 36,5˚ C

3. Memberikan penjelasan tentang pentingnya pergerakan (mobilisasi dini) dalam

proses penyembuhan

Hasil :

Ibu mengerti dan bersedia melaksanakan nya.

4. Mengganti perban luka operasi pada ibu

Hasil : ibu bersedia digantikan perban luka nya.

5. Memberitahukan kepada ibu bahwa infus nya akan dibuka sesuai dengan instruksi

dokter karena keadaan ibu sudah membaik

Hasil : ibu mengerti dan bersedia untuk di aff.

6. Memberikan dukungan moril kepada ibu bahwa perlahan ibu mulai pulih Hasil :

ibu semangat dan merasa senang serta berterimakasih.

7. Penatalaksanaan pemberian obat-obatan oral yaitu Asam mefenamat 500 gram,

asam sulfat ferosus (SF) 3×1, Cefadroxil 2×1, Metronidazole 3×1, Dulcolax sp.

Hasil : ibu bersedia meminum obat yang telah diberikan.


PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.”VA”

DENGAN POST SECTIO SESREA (SC) ATAS INDIKASI KPD HARI KE IV

DI RUMAH SAKIT RADEN MATTAHER JAMBI

TANGGAL 15 MARET 2021

(SOAP)

Tgl. Masuk : 11 Maret 2021, Pukul 23.30 Wib

Tgl. Operasi : 12 Maret 2021, Pukul 09.15 Wib

Tgl. Pengkaji : 15 Maret 2021, Pukul 09.00 Wib

IDENTITAS ISTRI/ SUAMI

Nama : Ny. “VA’’ / TN.“AH”

Umur : 25 Tahun / 40 tahun

Nikah / lamanya : 1x / ± 6 tahun

Agama : Islam / Islam

Suku : Melayu / Melayu

Pendidikan : SMP / SMP

Pekerjaan : IRT / Swasta


: Jl. H. Kamil RT 25 Kel. Pasir
Alamat Putih Jambi

DATA SUBJEKTIF (S)

1. Sudah bisa duduk dan berjalan disekitar tempat tidur

2. Ibu mengatakan nyeri bekas operasi berkurang

3. Ibu mengatakan sudah BAB


DATA OBJEKTIF (O)

1. Keadaan umum ibu baik

2. Eksperesi wajah cerah

3. Luka operasi mulai kering

4. Nyeri tekan sudah berkurang

5. Pengeluaran bercak darah sedikit

6. Tanda-tanda vital

Tekanan darah : 110/80 mmHg

Nadi : 82×/menit

Pernafasan : 22×/menit

Suhu : 36,8˚ C

ASSESMENT (A)
:

Diagnosa Masalah PIII A1 Post Sectio Caessar (SC) atas indikasi KPD hari ke IV

aktual Masalah : nyeri luka Post Sectio Sesarea (SC)

potensial : Antisipasi terjadinya infeksi Post Sectio Sesarea (SC)


PLANNING (P)

Tanggal 15 Maret 2021, pukul 09.10 Wib

1. Memberikan motivasi pada ibu untuk memenuhi sendiri

kebutuhanya Hasil :ibu bersedia melakukan nya.

2. Memberikan penjelasan tentang pentingnya pergerakan (mobilisasi dini)

dalam proses penyembuhan

Hasil : ibu mengerti dan bersedia melakukan nya.

3. Mengobservasi tanda-tanda vital ibu

Hasil :

Tekanan darah : 110/80 mmHg

Nadi : 82×/menit

Pernafasan : 22×/menit

Suhu : 36,8˚C

4. Mengganti perban luka operasi pada ibu

Hasil : ibu bersedia untuk digantikan perban lukanya dengan menggunakan

verban offsit

5. Memberikan dukungan moril kepada ibu bahwa perlahan ibu mulai pulih

dengan keadaan nya

Hasil : ibu senang dan berterimakasih

6. Memberikan konseling pada ibu sebelum pulang mengenai hal-hal yang

harus diperhatikan, yaitu :

a. Hindari aktifitas berat


Pada masa-masa pemulihan patut dihindari, karena pada aktifitas berat

dapat memungkinkan terjadinya perdarahan pada daerah luka serta

meningkatkan kemungkinan luka terbuka.

b. Hindari pakaian ketat

Menggunakan pakaian ketat akan menekan bekas sayatan sehingga

sirkulasi darah kedaerah luka menjadi tidak lancar.

c. Merawat luka jahitan dirumah dengan cara

- bersihkan kedua tangan, gunakan sarung tangan yang bersih dan steril

- bersiihkan luka dengan menggunakan kasa steril dan cairan seperti Nacl

- ganti perban sesering mungkin yang ibu bisa

- oleskan sedikit salep antibiotik jika diperlukan dari anjuran dokter

- tutup kembali luka menggunakan sofratule (perban yang dibungkus dan

tahan air sehngga luka tidak basah).

Hasil : ibu sudah memahami mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan

7. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang ke Rumah Sakit yaitu 7

hari setelah operasi caesar untuk memantau keadaan luka jahitan

Hasil : ibu bersedia untuk datang kembali pada jadwal yang telah diberikan

8. Ibu dianjurkan untuk pulang, keadaan umum ibu baik, pemberian obat-obatan

dilanjutkan di rumah seperti Asam mefenamat 500 gram, Asam sulfatferosus

(SF) 1×1, Cefadroxil 2×1, Metronidazole 3×1

Hasil : ibu merasa senang dan bersedia mengkonsumsi obat yang dianjurkan.
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas tentang kesenjangan antara teori dan hasil tinjauan

kasus pada pelaksanaan Manajemen Asuhan Kebidanan pada Ny.”VA” dengan Post

Sectio Sesarea (SC) atas indiaksi KPD hari Ke II di Rumah Sakit Raden Mattaher

Jambi, Pada tanggal 13 Maret 2021. Untuk memudahkan pembahasan, maka penulis

akan membahas berdasarkan pendekatan Manajemen Asuhan Kebidanan dengan 7

langkah Varney dengan uraian sebagai berikut :

1. Identifikasi Data Dasar

Identifikasi data dasar merupakan proses manajemen asuhan kebidanan yang

ditujuhkan untuk pengumpulan informasi baik fisik, psokososial dan spiritual.

Pengumpulan data dilakukan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dengan cara

inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi serta pemeriksaan penunjang yaitu

laboratorium dan pemeriksaan diagnostik. Pada tahap ini disebabkan karena respon

ibu dalam memberikan informasi begitu pula dengan keluarga, bidan da dokter yang

merawat sehingga penulis dengan mudah memperoleh data yang diinginkan. Data

diperoleh secara terfokus pada masalah klien sehingga intervensinya juga lebih

terfokus sesuai keadaan klien.

Menurut teori yang ada bahwa Sectio Sesarea (SC) dilakukan apabila ketika

proses persalinan normal melalui vagina tidak memungkinkan karena beresiko

kepada ibu maupun janin, dengan melalui pembedahan irisan dilakukan melalui perut

ibu (laparatomi) dan rahim (histerektomi).

Berdasarkan studi kasus pada Ny.”VA” Post Sectio hari kedua ditemukan data

ibu dioperasi Sectio Sesarea (SC) karena kondisi yang tidak memungkinkan untuk
malahirkan normal akibat adanya plasenta previa totalis yang menutupi jalan lahir

Sehingga harus melakukan tindakan operasi sesar, apa yang dijelaskan ditinjauan

pustaka dengan studi kasus tampaknya tidak ada kesenjangan antara teori dan studi

kasus.

2. Identifikasi Diagnosa/Masala aktual

Masalah aktual merupakan identifikasi diagnosa kebidanan dan masalah

berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Dalam

langkah ini data yang diinterpretasikan menjadi diagnosa kebidanan dan masalah.

Keduanya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti

diagnosa tetapi membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam rencana asuhan

terhadap klien.

Pada tinjauan pustaka dikatakan bahwa adanya luka operasi menyebabkan

terputusnya kontinuitas jaringan sehingga rangsangan pada saraf meningkat, impuls

nyeri disebabkan ke korteks cerebri sehingga nyeri dipeRumah Sakitepsikan.

Sedangkan pada studi kasus pada Ny.”VA” ditemukan kontraksi uterus teraba keras

dan bundar, pengeluaran lochia rubra, TFU 2 jari bawah pusat, dan nyeri yang

dirasakan ibu pada daerah abdomen saat bergerak sehingga ditegakkan diagnosa

Masa Nifas dengan Post Sectio Sesarea (SC) atas indikasi KPD Hari ke II.

Dengan demikian penerapan tinjauan pustaka dan studi kasus Ny”VA” secara garis

besar tampak ada peRumah Sakitamaan dalam diagnosa aktual yaitu nyeri pada

daerah bekas Sectio Sesarea (SC), sehingga apa yang dijelaskan ditinjauan pustaka

dengan studi kasus tampaknya tidak ada kesenjangan antara teori dan studi kasus.

3. Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial

Berdasarkan tinjauan pustaka manajemen kebidanan adalah mengidentifikasi

adanya masalah potensial yaitu mengantisipasi segala sesuatu yang mungkin terjadi.
Sesuai dengan tinsjauan pustaka bahwa keadaan nyeri luka operasi kemungkinan

dapat terjadi infeksi apabila tidak ditangani dengan baik.

Berdasarkan data yang ada pada studi kasus Ny”VA” dilahan praktek dapat

diidentifikasi masalah potensial yaitu terjadi infeksi. Dengan demikian penerapan

tinjauan dan manajemen asuhan kebidanan pada studi kasus Ny”VA” nampak ada

peRumah Sakitamaan dan tidak ditemukan adanya kesenjangan.

4. Tindakan Segera/Kolaborasi

Beberapa data yang memberikan indikasi adanya tindakan segera dimana

harus menyelamatkan jiwa klien, berupa kolaborasi dengan tenaga kesehatan yang

lebih profesional sesuai dengan keadaan yang dialami oleh klien ataupun konsultasi

dengan dokter.

Berdasarkan tinjauan pustaka pada Post Sectio caessar (SC) hari ke II

tindakan segera dilakukan apabila ada perdarahan Post Sectio Sesarea (SC), tetapi

pada studi kasus Ny”VA” dengan Post Sectio Sesarea (SC), tidak ditemukan indikasi

untuk melakukan tindakan segera atau kolaborasi mengingat keadaan pada saat

pelaksanaan manajemen asuhan kebidanan tidak dalam keadaan darurat atau bahaya.

Dengan demikian ada kesamaan antara tinjauan pustaka dan manajemen asuhan

kebidanan pada studi kasus dilahan praktek dan ini berarti tidak ada kesenjangan.

5. Rencana Tindakan Asuhan

Pada manajemen asuhan kebidanan suatu rencana tindakan yang

komprehensif dilakukan termasuk atas indikasi apa yang timbul berdasarkan kondisi

klien, rencana tindakan harus disetujui klien dan semua tindakan yang diambil harus

berdasarkan rasional yang relevan dan diakui kebenaranya.

Pada studi kasus Ny”VA” dengan Post Sectio Sesarea (SC) hari ke II, penulis

merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa/masalah aktual dan masalah


potensial yaitu observasi tanda-tanda vital, anjurkan ibu istirahat yang cukup,

anjurkan ibu makan-maksan yang bergizi, anjurkan ibu untuk mobilisasi dini, berikan

penjelasan tentang personal hygiene yaitu mengganti pembalut dan pakaian bila

basah/kotor, jelaskan penyebab nyeri, anjurkan ibu untuk sering menyusui bayinya,

lakukan perawatan payudara, observasi keadaan luka, observasi pemberian infus,

observasi kandung kemih dan penatalaksanaan pemberian antibiotik, analgetik dan

vitamin.

Dari rencana asuhan kebidanan yang telah diberikan, pada kasus ini ada

kesesuaian antara teori dengan kasus yang ada pada Ny”VA”.

6. Implementasi Asuhan Kebidanan

Berdasarkan tinjauan manajemen asuhan kebidanan bahwa melaksanakan

rencana tindakan harus efisien dan menjamin rasa aman pada klien. Implementasi

dapat dilaksanakan seluruhnya oleh bidan ataupun sebagian dilaksanakan ibu serta

kerjasama dengan tim kesehatan lainnya sesuai dengan tindakan yang telah

direncanakan.

Pada studi kasus Ny”VA” dengan Post Sectio Sesarea (SC) hari ke II, semua

tindakan yang telah direncanakan dapat dilaksanakan seluruhnya dengan baik tanpa

hambatan karena adanya kerjasama dan penerimaan yang baik dari klien serta adanya

dukungan dari keluarga dan petugas kesehatan diruang nifas di Rumah Sakit Raden

Mattaher

7. Evaluasi Asuhan Kebidanan

Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses manajemen asuhan kebidanan

dalam mengevaluasi pencapaian tujuan, membandingkan data yang dikumpulkan


dengan kriteria yang diidentifikasikan, memutuskan apakah tujuan telah dicapai atau

tidak dengan tindakan yang sudah diimplementasikan.

Evaluasi yang berhasil dilakukan sebelum dan sesudah meliputi : luka

insisi/operasi kering, nyeri pada daerah bekas operasi berkurang, tanda-tanda vital

dalam batas normal, dan tidak ditemukan adanya tanda-tanda infeksi seperti merah,

bengkak, nyeri, dan panas.

Berdasarkan studi kasus Ny”VA” Post Sectio Sesarea (SC) atas indikasi KPD

tidak ditemukan hal-hal yang menyimpang dari evaluasi tinjauan pustaka. Oleh

karena itu bila dibandingkan dengan tinjauan pustaka dan studi kasus Ny”VA” secara

garis besar tidak ditemukan adanya kesenjangan.


BAB V

PENUTUP

Setelah penulis mempelajari teori dan pengalam langsung dilahan praktek

melalui studi kasus tentang manajemen asuhan kebidanan pada Ny”VA” dengan Post

Sectio caessar (SC) atas indikasi KPD hari kedua di Rumah Sakit Raden Mattaher

Jambi, maka bab ini penulis menarik kesimpulan dan saran.

A. Kesimpulan

1. Melaksanakan pengkajian dan analisis data Ny”VA” Post Sectio


Caesarea atas indikasi KPD+Riwayat bekas SC

Sectio Sesarea (SC) atas indikasi KPD Hari Ke II di Rumah Sakit

Raden mattaher Jambi dengan hasil ditemukan data bahwa ibu telah

dioperasi Sectio Sesarea (SC) karena kondisi yang tidak

memungkinkan untuk melahirkan normal akibat adanya plasenta

previa yang menutupi jalan lahir.

2. Merumuskan diagnosa/masalah aktual Ibu Post Partum Pada Ny


“VA“ Post Sectio Caesarea atas indikasi KPD+Riwayat bekas SC

Sectio Sesarea (SC) atas indikasi KPD Hari Ke II di Rumah Sakit

Raden Mattaher Jambi, dengan hasil yaitu dapat menimbulkan nyeri

pada daerah bekas Sectio Sesarea (SC).

3. Merumuskan diagnosa/masalah potensial Ibu Post Sectio Caesarea


Pada Ny”VA” Post Sectio Caesarea

Sectio Sesarea (SC) Atas indikasi KPD di Rumah Sakit Raden

Mattaher Jambi dengan hasil yaitu keadaan nyeri pada luka operasi

memungkinkan terjadinya infeksi apabila tidak ditangani dengan baik.


4. Mengidentifikasi perlunya tindakan segera dan kolaborasi Ibu Post
Partum

Pada Ny”VA” Post Sectio Sesarea (SC) atas indikasi KPD+Riwayat

bekas SC Hari Ke II di Rumah Sakit Raden Mattaher dengan hasil

yaitu tidak dilakukan tindakan segera mengingat keadaan pasien pada

saat pelaksanaan manajemen tidak dalam keadaan darurat atau

bahaya.

5. Menetapkan rencana tindakan asuhan kebidanan Ibu Post Sectio


Caesarea Pada Ny”VA”

Post Sectio Sesarea (SC) Atas indikasi KPD di Rumah Sakit Raden

Mattaher Jambi dengan hasil penulis merencanakan berdasarkan

diagnosa/masalah aktual dan masalah potensial.

6. Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan yang telah disusun pada


Ibu Post

Partum Pada Ny”VA” Post Sectio Sesarea (SC) atas indikasi KPD

Hari Ke II di Rumah Sakit Raden Mattaher Jambi dengan hasil yaitu

semua tindakan yang telah direncanakan dapat dilaksanakan

seluruhnya dengan baik tanpa adanya hambatan.

7. Mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilaksanakan pada Ibu Post

Sectio Caesarea

Pada Ny”VA” Post Sectio Sesarea (SC) atas indikasi KPD Hari

Ke II di Rumah Sakit Raden Mattaher Jambi dengan hasil yaitu

tidak ditemukan hal-hal yang menyimpang dari evaluasi tinjauan

pustaka.
B. Saran

1. Bagi ibu (Klien)

a. Diharapkan pada setiap ibu Post Sectio Sesarea (SC) atas indikasi KPD

agar senantiasa menjaga kebersihan diri terutama pada daerah bekas

operasi agar luka tidak terkena kotoran untuk mencegah timbulnya

infeksi.

b. Diharapkan kepada ibu agar mengkonsumsi makanan bergizi seperti

sayuran hijau, lauk-pauk dan buah, dengan memperhatikan makanan yang

bergizi agar ibu sehat sehingga akan membantu luka cepat kering dan

sembuh.

c. Diperlukan keterlibatan suami / keluarga dalam perawatan untuk

meningkatkan hubungan yang lebih erat antara ibu dan bayinya demi

menambah pengetahuan dan bimbimngan sebagai kelanjutan perawatan

dirumah.

2. Untuk bidan

a. Bidan sebagai tenaga kesehatan sangat berperan dalam menurunkan

angka kesakitan dan kematian ibu dengan memberikan konseling ANC

untuk mempersiapkan persalinan dan kemungkinan komplikasi.

b. Sebagai bidan diharapkan senantiasa berupaya meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan

yang lebih profesional berdasarkan manajemen kebidanan sebagai

pertanggung jawaban apabila ada gugatan.

c. Kerja sama dan komunikasi yang baik antara petugas profesional lain

(dokter, perawat, dan sesama bidan) agar proses berjalan dengan mudah.
d. Sebagai tenaga bidan yang profesional dan muslimah harus dapat

memberikan dukungan motivasi serta banyak berdo’a selama proses

peRumah Sakitalinan berlangsung.

e. Perlunya bukti pertanggung jawaban petugas kesehatan terhadap semua

asuhan yang diberikan maka setiap tindakan yang dilakukan harus

didokumentasikan.
DAFTAR PUSTAKA

Astuti dkk. 2016. Asuhan kebidanan nifas dan menyusui. Jakarta : nuha medika

Chandra budiman. 2008. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : EGC.

Duttom lauren. 2012. Rujukan cepat kebidanan. Jakarta : ECG.

Dimboyang jan. 2014. Farmokologi keperawatan. Jakarta : EGC

Fasrah elita. 2016. Kebutuhan dasar manusia dan keterampilan dasar

kebidanan. Yogyakarta : CV trans info mendia

Mochtar rustam. 2005. Sinopsis obstetri. Jakarta : EGC

Mansyur ddk. 2014. Asuhan kebidanan masa nifas. Malang : seleksia medika

Maritilia. 2012. Patologi kebidanan. Jakarta : EGC

Maryunani anik. 2016. Asuhan kegawatdaruratan dalam kebidanan. Jakarta :

CV trans info media.

Nugroho taufan. 2011. Asuhan keperawatan. Yogyakarta : yayasan bina pustaka

Norma dkk. 2013. Asuhan kebidanan. Yogyakarta : nuha medika

Niu flora. 2017. Konsep Kebidanan. Jakarta : CV Trans Info Media

Nogroho taufan. 2012. Kasus emergency kebidanan. Jakarta : nuha medika

Prawirohardjo sarwono. 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan

maternal dan neonatal. Jakarta : yayasan bina pustaka

Puspita sari dkk. 2016. Asuhan kebidanan masa nifas. Jakarta : nuha medika

Rukiyah dkk. 2012. Pemulihan luka. Jakarta : EGC

Rimandini dan sari. 2010. Asuhan kebidanan ibu nifas. Jakarta : EGC

Sudarti dkk. 2011. Dokumentasi kebidanan. Yogyakarta : nuha medika

Sukami dkk. 2014. Patologi (kehamilan, peRumah Sakitalinan, nifas, neonatus)


resiko

tinggi. Yogyakarta : nuha medika

Saifuddin. 2010. Ilmu kandungan. Jakarta : yayasan bina pustaka

Supriyadi dkk. 2006. Kedaruratan obstetri dan ginekologi. Jakarta : EGC

Sulystiawati. 2009. Asuhan kebidanan patologi. Jakarta : Salemba medika


Trisnawati friska. 2016. Pengantar ilmu kebidanan. Jakarta : prestasi pustaka raya

Varney helen dkk. 2002. Buku saku bidan. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai