Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

EVIDANCE BASED DALAM PELAYANAN KEBIDANAN


ASUHAN INTRANATAL BERDASARKAN EVIDENCE BASED

PENATALAKSANAAN PERSALINAN KALA 1 FASE LATEN

DOSEN PEMBIMBING :

Dewi Nopiska L, SST, M.Keb

DISUSUN OLEH KELOMPOK1 :

1. Desi Amelia :
PO71241210123
2. Indah Permatasari : PO71241210128
3. Martina Azra : PO71241210053
4. Miftahul Jannah : PO71241210052
5. Oktarina : PO71241210050

JURUSAN ALIH JENJANG DIV KEBIDANAN


KELAS A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI


TAHUN AJARAN 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji dan sukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan karunia-
NYA, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang membahas tentang “Makalah
Asuhan Intranatal Berdasarkan Evidence BasedPenatalaksanaan Persalinan Kala 1
Fase Laten “” salah satu tugas yang diberikan.

Makalah ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis peroleh dari
buku panduan yang berkaitan dengan Penatalaksanaan Persalinan Kala 1 Fase Laten, tak lupa
ucapkan terima kasih kepada dosen pengajar, dan juga kepada rekan-rekan yang mendukung
makalah ini.

Semoga dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua,
sehingga dapat menambah wawasan kita mengenai konsep kebidanan, khususnya bagi kami
para penyusun makalah ini. Makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

Jambi, 09September 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………………………………………………..i


DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................1
1.3 Tujuan..................................................................................................................................1
2.1 Pengertian Kala I Persalinan..............................................................................................2
2.1.1 Fase laten persalinan..........................................................................................................2
2.2 Diagnosis Inpartu.................................................................................................................4
2.2.1 Tanda-tanda bahwa persalinan sudah dekat.......................................................................4
2.2.2 Tanda-tanda persalinan......................................................................................................5
2.3 Fisiologis Persalinan............................................................................................................6
2.3.1 Fisiologi Kala I (Kurniawan, 2016)...................................................................................6
2.4 Pemantauan Ibu dan Janin.................................................................................................6
2.4.1 Pemeriksaan fisik umum (Yulizawati, Insani, Sinta, & Andriani, 2019)............................7
2.4.2 Pemeriksaan khusus obstetri..............................................................................................7
2.4.2.1 Inspeksi:.............................................................................................................................7
2.4.2.2 Palpasi................................................................................................................................7
2.4.2.3 Auskultasi..........................................................................................................................8
2.5 Penatalaksanaan................................................................................................................10
2.5.1 Langkah I: Pengkajian.....................................................................................................10
2.5.2 Langkah II: Merumuskan Diagnosa/Masalah Kebidanan................................................11
2.5.3 Langkah III: Antisipasi Diagnosa/Masalah Potensial.......................................................11
2.5.4 Langkah IV: Menetapkan Kebutuhan Tindakan Segera...................................................11
2.5.5 Langkah V: Merencana Asuhan Secara Menyeluruh.......................................................12
2.5.6 Langkah VI: Implementasi...............................................................................................12
2.5.7 Langkah VII: Evaluasi.....................................................................................................13
2.6 .Evidance Based Pada Penatalaksanaan Persalinan Kala 1 Fase Laten.............13
2.6.1 Mobilisasi…………………………..…………………………………………....14
2.6.2 Birth ball …………………………..……………………………………………..14
2.6.3 Pijat Punggung……………………..…………………………………………….15

iii
BAB III PENUTUP..........................................................................................................................16
A. Kesimpulan............................................................................................................................16
B. Kritik dan Saran....................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................17

iv
v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tingginya komplikasi obstetri seperti perdarahan pasca persalinan, eklampsia,


sepsis dan komplikasi keguguran menyebabkan tingginya kasus kesakitan dan kematian
ibu di negara berkembang.Persalinan yang terjadi di Indonesia masih di tingkat pelayanan
primer dimana tingkat keterampilan dan pengetahuan petugas kesehatan di fasilitas
pelayanan tersebut masih belum memadai.Deteksi dini dan pencegahan komplikasi dapat
menurunkan angka kematian dan kesakitan ibu serta bayi baru lahir. Jika semua tenaga
penolong persalinan dilatih agar mampu mencegah atau deteksi dini komplikasi yang
mungkin terjadi; menerapkan asuhan persalinan secara tepat guna dan waktu, baik
sebelum atau saat masalah terjadi; dan segera melakukan rujukan; maka para ibu dan bayi
baru lahir akan terhindar dari ancaman kesakitan dan kematian.
Makalah ini memberikan materi tentang asuhan kebidanan pada ibu dalam
persalinan dengan pendekatan manajemen kebidanan yang didasarkan pada konsep, sikap
dan keterampilan serta hasil evidence based.
1.2 RumusanMasalah

Bagaimana asuhan antenatal penatalaksanaan persalinan kala 1 fase laten berdasarkan


evidence based?
1.3 Tujuan

Diketahuinya asuhan antenatal penatalaksanaan persalinan kala 1 fase laten berdasarkan


evidence based.

1
BAB II
PEMBAHASAN
PENATALAKSANAAN PERSALINAN KALA 1 FASE LATEN

2.1 Pengertian Kala I Persalinan


Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan
meningkat ( frekuensi& kekuatan nya )sehingga serviks membuka lengkap, atau dimulai
saat persalinan dan diakhiri dengan pembukaan serviks penuh hingga 10 sentimeter.
Persalinan sering dimulai secara spontan atau mungkin diinduksi secara medis untuk
berbagai indikasi ibu atau janin.Metode menginduksi persalinan termasuk pematangan
serviks dengan prostaglandin, pengupasan membran, amniotomi, dan oksitosin
intravena.Meskipun secara tepat menentukan kapan persalinan dimulai mungkin tidak
tepat, persalinan umumnya didefinisikan sebagai permulaan ketika kontraksi menjadi kuat
dan secara teratur berjarak sekitar 3 sampai 5 menit.Seorang Wanita mungkin mengalami
kontraksi yang menyakitkan selama kehamilan yang tidak menyebabkan pelebaran atau
penipisan serviks, yang disebut sebagai persalinan palsu.Dengan demikian, menentukan
permulaan persalinan sering bergantung pada data retrospektif atau subyektif.Friedman
dkk.adalah beberapa orang pertama yang mempelajari kemajuan persalinan dan
mendefinisikan awal persalinan sebagai permulaan ketika wanita merasakan kontraksi
yang signifikan dan teratur. Dia membuat grafik dilatasi serviks dari waktu ke waktu dan
menentukan bahwa persalinan normal memiliki bentuk sigmoidal(Hutchison, Mahdy, &
Hutchison, 2021).

Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan


servixhingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm). Persalinan kala I berlangsung 18 –
24 jam danterbagi menjadi dua fase yaitu fase laten dan fase aktif(Kurniawan, 2016).

2.1.1 Fase laten persalinan


- Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan servix
secara bertahap
- Pembukaan servix kurang dari 4 cm (1-3 CM)
- Biasanya berlangsung di bawah hingga 8 jam

2
Penilaian dan intervensi persalinan saat kala 1 fase laten:

Parameter Frekuensi pada kala 1


fase laten

Tekanan darah Tiap 4 jam

Suhu Tiap 4 jam

Nadi Tiap 30-60 menit

DJJ Tiap 1 jam

Kontraksi Tiap 1 jam

Pembukaan serviks Tiap 4 jam


Penurunan kepala Tiap 4 jam
Warna cairan amnion Tiap 4 jam

BEBERAPA YANG HARUS DIPERHATIKAN PADA PERSALINAN KALA 1 FASE LATEN :

Kemajuan Tanda dan gejala Keterangan


Persalinan Kontraksi tidak progresif Lakukan tatalaksana
teratur kecepatan pembukaan persalinan lama
serviks <1cm/jam. Serviks
dipenuhi bagian bawah janin
Kondisi Ibu Denyut nadi meningkat Mungkin dehidrasi atau
Tekanan darah turun nyeri nilai adanya
Terdapat Aseton urin pendarahan curiga asupan
nutrisi kurang. Beri IV
dekrosa bila perlu
Kondisi Bayi DJJ <100 atau >180x/menit Curiga gawat janin lakukan
Posisi selain oksiput anterior tatalaksana malpresentasi
dengan fleksisempurna atau malposisi

2.2 Diagnosis Inpartu

Deskripsi tentang tanda dan gejala persalinan, yaitu sebagai berikut (Kurniawan,
2016):

3
2.2.1 Tanda-tanda bahwa persalinan sudah dekat

a. Lightening
Beberapa minggu sebelum persalinan, calon ibu merasa bahwa keadaannya
menjadi lebih enteng.Ia merasa kurang sesak, tetapi sebaliknya ia merasa bahwa
berjalan sedikit lebih sukar, dan sering diganggu oleh perasaan nyeri pada anggota
bawah.
b. Pollikasuria
Pada akhir bulan ke-IX hasil pemeriksaan didapatkan epigastrium kendor, fundus
uteri lebih rendah dari pada kedudukannya dan kepala janin sudah mulai masuk ke
dalam pintu atas panggul.Keadaan ini menyebabkan kandung kencing tertekan
sehingga merangsang ibu untuk sering kencing yang disebut Pollikasuria.
c. False labor
Tiga (3) atau empat (4) minggu sebelum persalinan, calon ibu diganggu oleh his
pendahuluan yang sebetulnya hanya merupakan peningkatan dari kontraksi
Braxton Hicks. His pendahuluan ini bersifat:
1) Nyeri yang hanya terasa di perut bagian bawah
2) Tidak teratur
3) Lamanya his pendek, tidak bertambah kuat dengan majunya waktu dan bila
dibawa jalan malah sering berkurang
4) Tidak ada pengaruh pada pendataran atau pembukaan cervix
d. Perubahan cervix
Pada akhir bulan ke-IX hasil pemeriksaan cervix menunjukkan bahwa
cervix yang tadinya tertutup, panjang dan kurang lunak, kemudian menjadi lebih
lembut, dan beberapa menunjukkan telah terjadi pembukaan dan
penipisan.Perubahan ini berbeda untuk masingmasing ibu, misalnya pada
multipara sudah terjadi pembukaan 2 cm namun pada primipara sebagian besar
masih dalam keadaan tertutup.
e. Energy Sport
Beberapa ibu akan mengalami peningkatan energi kira-kira 24-28 jam
sebelum persalinan mulai. Setelah beberapa hari sebelumnya merasa kelelahan
fisik karena tuanya kehamilan maka ibu mendapati satu hari sebelum persalinan
dengan energi yang penuh. Peningkatan energi ibu ini tampak dari aktifitas yang
dilakukannya seperti membersihkan rumah, mengepel, mencuci perabot rumah,

4
dan pekerjaan rumah lainnya sehingga ibu akan kehabisan tenaga menjelang
kelahiran bayi, sehingga persalinan menjadi panjang dan sulit.
f. Gastrointestinal Upsets
Beberapa ibu mungkin akan mengalami tanda-tanda seperti diare,
obstipasi, mual dan muntah karena efek penurunan hormon terhadap sistem
pencernaan.
2.2.2 Tanda-tanda persalinan

Yang merupakan tanda pasti dari persalinan adalah (Kurniawan, 2016):


a. Timbulnya kontraksi uterus
Biasa juga disebut dengan his persalinan yaitu his pembukaan yang mempunyai
sifat sebagai berikut :
1) Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan.
2) Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan
3) Sifatnya teratur, inerval makin lama makin pendek dan kekuatannya makin
besar
4) Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaan cervix.
5) Makin beraktifitas ibu akan menambah kekuatan kontraksi.
Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada servix (frekuensi minimal 2
kali dalam 10 menit).Kontraksi yang terjadi dapat menyebabkan pendataran,
penipisan dan pembukaan serviks.
b. Penipisan dan pembukaan servix
Penipisan dan pembukaan servix ditandai dengan adanya pengeluaran lendir dan
darah sebagai tanda pemula.
c. Bloody Show (lendir disertai darah dari jalan lahir)
Dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari canalis cervicalis keluar disertai
dengan sedikit darah.Perdarahan yang sedikit ini disebabkan karena lepasnya
selaput janin pada bagian bawah segmen bawah rahim hingga beberapa capillar
darah terputus.

d. Premature Rupture of Membrane


Adalah keluarnya cairan banyak dari jalan lahir.Hal ini terjadi akibat
ketuban pecah atau selaput janin robek.Ketuban biasanya pecah kalau pembukaan

5
lengkap atau hampir lengkap dan dalam hal ini keluarnya cairan merupakan tanda
yang lambat sekali.Tetapi kadang-kadang ketuban pecah pada pembukaan kecil,
malahan kadang-kadang selaput janin robek sebelum persalinan. Walaupun
demikian persalinan diharapkan akan mulai dalam 24 jam setelah air ketuban
keluar.
2.3 Fisiologis Persalinan
2.3.1 Fisiologi Kala I(Kurniawan, 2016)
a. Uterus
Kontraksi uterus mulai dari fundus dan terus menyebar ke depan dan ke bawah
abdomen. Kontraksi berakhir dengan masa yang terpanjang dan sangat
kuatpadafundus.Selagi uterus kontraksi berkontraksi dan relaksasi
memungkinkan kepala janin masuk ke rongga pelvik.
b. Serviks
Sebelum onset persalinan, serviks berubah menjadi lembut:
- Effacement (penipisan) serviks berhubungan dengan kemajuan
pemendekan dan penipisan serviks. Panjang serviks pada akhir kehamilan
normal berubah-ubah (beberapa mm sampai 3 cm). Dengan mulainya
persalinan panjangnya serviks berkurang secara teratur sampai menjadi
pendek (hanya beberapa mm). Serviks yang sangat tipis ini disebut sebagai
menipis penuh
- Dilatasi berhubungan dengan pembukaan progresif dari serviks. Untuk
mengukur dilatasi/diameter serviks digunakan ukuran centimeter dengan
menggunakan jari tangan saat peeriksaan dalam. Serviks dianggap
membuka lengkap setelah mencapai diameter 10 cm
- Blood show (lendir show) pada umumnya ibu akan mengeluarkan darah
sedikit atau sedang dari serviks

2.4 Pemantauan Ibu dan Janin


2.4.1 Pemeriksaan fisik umum(Yulizawati, Insani, Sinta, & Andriani, 2019)

a. Kesan umum (nampak sakit berat, sedang), anemia konjungtiva, ikterus,


kesadaran, komunikasi personal.
b. Tinggi dan berat badan.
c. Tekanan darah, nadi, frekuensi pernafasan, suhu tubuh.

6
d. Pemeriksaan fisik lain yang dipandang perlu.
2.4.2 Pemeriksaan khusus obstetri
2.4.2.1 Inspeksi:

1. Chloasma gravidarum.
2. Keadaan kelenjar thyroid.
3. Dinding abdomen (varises, jaringan parut, gerakan janin).
4. Keadaan vulva dan perineum.
2.4.2.2 Palpasi

Maksud untuk melakukan palpasi adalah untuk:


- Memperkirakan adanya kehamilan.
- Memperkirakan usia kehamilan.
- Presentasi - posisi dan taksiran berat badan janin.
- Mengikuti proses penurunan kepala pada persalinan.
- Mencari penyulit kehamilan atau persalinan.
a. Palpasi Abdomen Pada Kehamilan

Teknik:

1) Jelaskan maksud dan tujuan serta cara pemeriksaan palpasi yangakan


saudara lakukan pada ibu.
2) Ibu dipersilahkan berbaring telentang dengan sendi lutut semi
fleksiuntuk mengurangi kontraksi otot dinding abdomen.
3) Manuver Leopold
Manuver Leopold, dinamai dari dokter kandungan dan ginekolog
Jerman Christian Gerhard Leopold (1846–1911), adalah bagian dari
pemeriksaan fisik wanita hamil. Empat manuver klasik digunakan
untuk meraba uterus gravid secara sistematis.Metode palpasi abdomen
ini berbiaya rendah, mudah dilakukan, dan non-invasif. Ini digunakan
untuk menentukan posisi, presentasi, dan keterlibatan janin dalam
kandungan(Superville & Siccardi, 2021).
Leopold I s/d III, pemeriksa melakukan pemeriksaan dengan berdiri
disamping kanan ibu dengan menghadap kearah muka ibu; pada

7
pemeriksaan Leopold IV, pemeriksa berbalik arah sehingga
menghadap kearah kaki ibu.
Leopold I:
- Kedua telapak tangan pemeriksa diletakkan pada puncak fundus
uteri.
- Tentukan tinggi fundus uteri untuk menentukan usia kehamilan.
- Rasakan bagian janin yang berada pada bagian fundus (bokong
atau kepala atau kosong).
Leopold II: ·
- Kedua telapak tangan pemeriksa bergeser turun kebawah sampai
disamping kiri dan kanan umbilikus.
- Tentukan bagian punggung janin untuk menentukan lokasi
auskultasi denyut jantung janin nantinya. ·
- Tentukan bagian-bagian kecil janin.
Leopold III: ·
- Pemeriksaan ini dilakukan dengan hati-hati oleh karena dapat
menyebabkan perasaan tak nyaman bagi pasien.
- Bagian terendah janin dicekap diantara ibu jari dan telunjuk tangan
kanan.
- Ditentukan apa yang menjadi bagian terendah janin dan ditentukan
apakah sudah mengalami engagemen atau belum.
Leopold IV: ·
- Pemeriksa merubah posisinya sehingga menghadap ke arah kaki
pasien.
- Kedua telapak tangan ditempatkan disisi kiri dan kanan bagian
terendah janin.
- Digunakan untuk menentukan sampai berapa jauh derajat desensus
janin. Menentukan tinggi fundus uteri untuk memperkirakan usia
kehamilan berdasarkan parameter tertentu (umbilikus, prosesus
xyphoideus dan tepi atas simfisis pubis)
b. Vaginal Toucher

Pada Kasus Obstetri Indikasi vaginal toucher pada kasus kehamilan


atau persalinan:

8
1) Sebagai bagian dalam menegakkan diagnosa kehamilan muda.
2) Pada primigravida dengan usia kehamilan lebih dari 37 minggu
digunakan untuk melakukan evaluasi kapasitas panggul (pelvimetri
klinik) dan menentukan apakah ada kelainan pada jalan lahir yang
diperkirakan akan dapat mengganggu jalannya proses persalinan
pervaginam.
3) Pada saat masuk kamar bersalin dilakukan untuk menentukan fase
persalinan dan diagnosa letak janin.
4) Pada saat inpartu digunakan untuk menilai apakah kemajuan proses
persalinan sesuai dengan yang diharapkan.
5) Pada saat ketuban pecah digunakan untuk menentukan ada tidaknya
prolapsus bagian kecil janin atau talipusat.
6) Pada saat inpartu, ibu nampak ingin meneran dan digunakan untuk
memastikan apakah fase persalinan sudah masuk pada persalinan kala
II.
Teknik Vaginal toucher pada pemeriksaan kehamilan dan persalinan:
1. Didahului dengan melakukan inspeksi pada organ genitalia eksterna.
2. Tahap berikutnya, pemeriksaan inspekulo untuk melihat keadaan
jalan lahir.
3. Labia minora disisihkan kekiri dan kanan dengan ibu jari dan jari
telunjuk tangan kiri dari sisi kranial untuk memaparkan vestibulum.
4. Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan dalam posisi lurus dan
rapat dimasukkan kearah belakang - atas vagina dan melakukan palpasi
pada servik. ·
a. Menentukan dilatasi (cm) dan pendataran servik (prosentase). ·
b. Menentukan keadaan selaput ketuban masih utuh atau sudah pecah,
bila sudah pecah tentukan: 1. Warna 2. Bau 3. Jumlah air ketuban yang
mengalir keluar ·
c. Menentukan presentasi (bagian terendah) dan posisi (berdasarkan
denominator) serta derajat penurunan janin berdasarkan stasion. ·
d. Menentukan apakah terdapat bagian-bagian kecil janin lain atau
talipusat yang berada disamping bagian terendah janin (presentasi
rangkap – compound presentation).

9
2.4.2.3 Auskultasi

Auskultasi detik jantung janin dengan menggunakan fetoskop de Lee ·


Detik jantung janin terdengar paling keras didaerah punggung janin. · DJJ
dihitung selama 5 detik dilakukan 3 kali berurutan selang 5 detik sebanyak
3 kali · Hasil pemeriksaan detik jantung janin 10 – 12 – 10 berarti
frekuensi detik jantung janin 32 x 4 = 128 kali per menit. · Frekuensi detik
jantung janin normal 120 – 160 kali per menit.
2.5 Penatalaksanaan
2.5.1 Langkah I: Pengkajian

Pada langkah ini bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat dan
lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien, untuk memperoleh
data dengan cara(Yulizawati et al., 2019):

a. Anamnese
b. Pemeriksaan Fisik
c. Pemeriksaan Khusus
d. Pemeriksaan Penunjang

Data dasar ini meliputi pengkajian riwayat, pemeriksaan fisik, dan hasil
pemeriksaan sebelumnya.

a. Mengidentifikasi identitas ibu dan suami (Nama, Umur, Suku, Agama,


StatusPernikahan, Pendidikan Terakhir, Pekerjaan , Alamat)
b. Keluhan yang dialami dan dirasakan oleh ibu
c. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
d. Riwayat reproduksi (Menarche, Lama Haid, Siklus Haid, Dismenorhe)
e. Riwayat kesehatan keluarga
f. Riwayat kontrasepsi (Metode Kontrasepsi, Efek Samping, Alasan Penghentian)
g. Pola kebutuhan sehari-hari (Nutrisi, Eliminasi, Personal Hygiene)
h. Data psikososial, spiritual dan ekonomi
i. Pemeriksaan Khusus (USG, Rontgen)
j. Pemeriksaan penunjang (Darah dan Urin)
k. Pemeriksaan fisik

10
1) Penampilan dan emosional ibu
2) Pengukuran fisik (Tinggi Badan, Berat Badan, LILA)
3) Tanda-tanda vital (Tekanan Darah, Pernapasan, Nadi, dan Suhu)
4) Pemeriksaan kepala, wajah, dan leher (Rambut, Wajah, Mulut, Leher)
5) Pemeriksaan dada dan abdomen (Payudara dan Perut)
6) Pemeriksaan genitalia (Vagina)
7) Pemeriksaan tungkai (Tangan dan Kaki)
2.5.2 Langkah II: Merumuskan Diagnosa atau Masalah Kebidanan

Pada langkah ini identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan


interpretasi yang akurat atas data-data yang telah dikumpulkan.Data dasar yang
sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan
masalah yang spesifik.Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan
karena masalah tidak dapat didefenisikan seperti diagnosa tetapi tetap
membutuhkan penanganan.Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang
dialami wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil
pengkajian.Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam
lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa
kebidanan.Dalam mengidentifikasi diagnosa/masalah harus berdasarkan data
dasar yang meliputi data subjektif (informasi yang didapat dari pasien) dan data
objektif (data yang didapat dari hasil pemeriksaan oleh petugas kesehatan).
2.5.3 Langkah III: Antisipasi Diagnosa atau Masalah Potensial

Pada langkah ini mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial


berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi.Langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Pada
langkah ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah potensial tidak
hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan
tindakan antisipasi agar diagnosa atau masalah potensial tidak terjadi.
2.5.4 Langkah IV: Menetapkan Kebutuhan Tindakan Segera

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk


dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain
sesuai dengan kondisi klien. Langkah ini mencerminkan kesinambungan dari
proses penatalaksanaan kebidanan. Jadi, penatalaksanaan bukan hanya selama
11
asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja tetapi juga selama wanita
tersebut bersama bidan terus-menerus.Pada penjelasan diatas menunjukkan bahwa
bidan dalam melakukan tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah atau
kebutuhan yang dihadapi kliennya. Setelah bidan merumuskan tindakan yang
perlu dilakukan untuk mengantisipasi diagnose atau masalah potensial pada
langkah sebelumnya, bidan juga harus merumuskan tindakan emergency atau
segera untuk segera ditangani baik ibu maupun bayinya. Dalam rumusan ini
termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau
yang bersifat rujukan
2.5.5 Langkah V: Merencana Asuhan Secara Menyeluruh

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan


oleh langkah-langkah sebelumnya.Langkah ini merupakan kelanjutan
penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosa yang telah teridentifikasi atau
diantisipasi.Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa-apa yang sudah
teridentifikasi dari kondisi klien atau dari masalah yang berkaitan tetapi juga dari
kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang
diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan konseling
dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan
sosial ekonomi-kultural atau masalah psikologi. Setiap rencana asuhan haruslah
disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien agar dapat
dilaksanakan dengan efektif karena klien juga akan melaksanakan rencana
tersebut. Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini
harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up
to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan dilakukan klien.
2.5.6 Langkah VI: Implementasi

Pada langkah ke enam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan pada langkah ke lima dilaksanakan secara aman dan efisien.
Perencanaan ini dibuat dan dilaksanakan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi
oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walaupun bidan tidak
melakukannya sendiri, bidan tetap bertanggung jawab untuk mengarahkan
pelaksanaannya.Dalam kondisi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk

12
menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam
penatalaksanaan asuhan bagi klien adalah tetap bertanggung jawab terhadap
terlaksananyarencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Pelaksanaan
yang efisien akan menyangkut waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dan
asuhan klien
2.5.7 Langkah VII: Evaluasi

Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasidi dalam
diagnosa dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang
benar-benar efektif dalam pelaksanaannya. Langkah-langkah proses
penatalaksanaan umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas proses
pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis,
karena proses penatalaksanaan tersebut berlangsung di dalam situasi klinik dan
dua langkah terakhir tergantung pada klien dan situasi klinik.

.
2.6 . Evidance Based Pada Penatalaksanaan Persalinan Kala 1 Fase Laten

2.6.1 Mobilisasi

Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa posisi terlentang dalam persalinan


mungkin memiliki efek samping efek fisiologis pada kondisi wanita dan bayinya dan pada
perkembangan tenaga kerja. Berat rahim yang hamil dapat menekan pembuluh darah perut,
mengganggu fungsi peredaran darah ibu termasuk aliran darah rahim (Abitbol 1985;
Huovinen 1979; Marx 1982; Ueland 1969), dan ini dapat berdampak negatif pada aliran
darah ke plasenta (Cyna 2006; Roberts 1989; Rooks 1999; Walsh 2000). Efek dari Posisi
wanita pada frekuensi dan intensitas kontraksi juga telah diperiksa (Caldeyro-Barcia 1960;
Lupe 1986; Mendez-Bauer 1980; Roberts 1983; Roberts 1984; Irlandia 1969). Temuan
menunjukkan bahwa kontraksi meningkat dalam kekuatan dalam posisi tegak atauposisi
lateral dibandingkan dengan posisi terlentang dan sering terpengaruh secara negatif ketika
wanita yang bekerja berbaring setelah tegak atau bergerak. Efek ini seringkali dapat dibalik
jika wanita itu kembali ke posisi tegak. Kontraksi yang efektif sangat penting untuk
membantu serviks dilatasi dan penurunan janin (Roberts 1989; Rooks 1999; Walsh 2000) dan

13
karena itu memiliki peran penting dalam membantu mengurangi distosia (kemajuan lambat
dalam persalinan).

Bergerak dapat meningkatkan rasa kontrol wanita dalam persalinan dengan


memberikan rasa percaya diri. gangguan diatur dari tantangan tenaga kerja (Albers 1997).
Dukungan dari yang lain orang juga tampaknya memfasilitasi persalinan normal (Hodnett
2007). Meningkatkan rasa wanita kontrol mungkin memiliki efek mengurangi
kebutuhannya akan analgesia (Albers 1997; Hodnett 2007; Lupe 1986; Rooks 1999) dan
juga telah disarankan bahwa posisi tegak di kala I persalinan dapat meningkatkan
kenyamanan wanita (Simkin 2002).

Karena kelompok yang berbeda menganjurkan berbagai posisi pada tahap pertama
persalinan, tampaknya sangat penting untuk menilai bukti yang tersedia sehingga posisi
yang ditunjukkan aman dan efektif dapat didorong.

Tinjauan Cochrane terkait berfokus pada posisi ibu untuk malpresentasi janin
dalam persalinan (Pemburu 2007).

Mobilisasi dalam persalinan kala 1 dalam penelitian ini menunjukkan bahwa


berdiri dan berjalan berkaitan dengan penurunan durasi persalinan jika dibandingkan
dengan duduk atau posisi tegak ditempat tidur, analisis lebih lanjut dilakukan.
Percobaan dilakukan dengan melakukan perbandingan antara ibu yang dimotivasi untuk
melakukan ambulasi dan ibu yang melakukan posisi tegak non ambulasi ditempat tidur
dengan ibu yang tidak melak Sebagian besar ibu (51,6%) memilih untuk melakukan
pergerakan Ketika berada dirumah dan hanya 15 % dari mereka yang menyatakan
mobilisasi di rumah sakit. Sebanyak 28, 3 % dari ibu yang melahirkan ditempat tidur
dilingkungan rumah sakit mengatakan bahwa mereka ingin melakukan mobilisasi.
Dalam penelitian ini menunjukkan durasi kala 1 sangat bervariasi, tapi apabila
dilakukan mobilisasi seperti duduk, berdiri, dan berlutut 1 jam lebih cepat pada
nullipara dan setengah jam lebih cepat pada multipara. Akan tetapi, bukti perbedaan
diantara kelompok tersebut tidak mencapai angka statistik yang signifikan.

14
2.6.2 Pijat Punggung

Ibu-ibu dalam kelompok eksperimen diberi pijat punggung dengan minyak melati
(ekstra murni), yang diencerkan dengan minyak pembawa biji anggur . Pijat punggung
diberikan dengan menggunakan teknik pijat punggung rutin seperti Effleurage (pukulan
meluncur) dan Petrissage (pukulan menguleni ) di sela-sela kontraksi; dan selama
kontraksi, usapan punggung obstetrik dilakukan . Effleurage dilakukan dengan
mengayunkan telapak tangan rata dengan mulus ke seluruh punggung dalam gerakan

15
melingkar lambat diikuti oleh Petrissage , yang dilakukan dengan menggunakan gerakan
meremas dan knuckling. Menguleni dilakukan dengan meremas massa berdaging
punggung bawah antara jari dan ibu jari dan knuckling dilakukan dengan menggunakan
buku-buku jari untuk meremas dan mengangkat dengan gerakan melingkar dan ke atas.
Gosok punggung obstetri dilakukan selama kontraksi dengan cara menempelkan telapak
tangan pada titik yang diidentifikasi oleh ibu. Bahwa tempat dan daerah yang berdekatan
itu dipijat dengan menggerakkan telapak tangan secara melingkar tanpa mengangkat. Ibu
mendapat pijatan punggung sebanyak 20 kali, yaitu 13 kali pada fase laten dan 7 kali pada
fase aktif persalinan, setiap setengah jam selama 10 menit. Ibu dalam kelompok kontrol
hanya menerima perawatan rutin.

Pijat di sekitar punggung bagian bawah dengan minyak melati, clary sage, mawar,
dan lavender telah dilaporkan memberikan manfaat subjektif dalam persalinan.Ini
merangsang tubuh untuk melepaskan endorfin, yang merupakan zat penghilang rasa sakit
dan pengangkat suasana hati alami.

Oleh karena itu, pemijatan direkomendasikan oleh para ahli persalinan karena
telah terbukti mengurangi rasa sakit dan mengurangi kecemasan pada tahap pertama
persalinan. Hal ini juga terkait dengan durasi persalinan yang lebih pendek dan risiko
depresi pascapersalinan yang rendah .

16
2.6.3 Birth Ball

Bidan dalam melakukan asuhan selalu memberikan kenyamanan dan menghindari


resiko yang akan terjadi selama kehamilan dan persalinan (Nurasiah, Rukmawati dan
Badriah, 2012).

Asuhan kebidanan merupakan metode pemberian asuhan yang menggunakan cara


yang sederhana. Tidak melakukan intervensi tanpa ada indikasi,

(Rohani, Saswita dan Marisah, 2011). Praktek asuhan kebidanan menggunakan


pendekatan non farmakologis diantaranya relaksasi, masase (pijat), birthing ball (bola
persalinan) akupuntur, kompres panas atau dingin. Manajemen nyeri non farmakologi
lebih efektif, aman sederhana dan tidak menimbulkan efek merugikan pada ibu dan bayi
serta mengacu kepada asuhan sayang ibu (Walsh, 2007).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa menggunakan bola persalinan saat


persalinan dapat mengurangi nyeri persalinan diantaranya, penelitian yang dilakukan oleh
Hau et all (2012) di Hongkong menyebutkan bahwa menggunakan bola saat persalinan
dapat mengurangi rasa sakit dan kecemasan ibu saat persalinan.

17
Penelitian di India dengan 11 wanita menunjukkan bahwa menggunakan bola
melahirkan dan melakukan kegiatan lain seperti latihan pernapasan, pijat, mandi dan
posisi berdiri membantu ibu menjadi jauh lebih baik dalam mengontrol rasa sakit
(Mathew et al, 2012)

Studi yang dilakukan di Cina dengan 203 ibu juga menemukan bahwa ada
perbedaan secara statistik dan klinis yang signifikan dalam tingkat nyeri punggung, stres
dan tingkat kecemasan serta tingkat tekanan pada perut bagian bawah sebelum dan
sesudah latihan menggunakan bola persalinan atau birthing ball.

Duduk lurus di atas bola maka gaya gravitasi bumi akan membantu janin atau
bagian terendah janin untuk segera turun ke panggul. Disamping itu duduk pada birthing
ball dan bersandar di kursi di depan maka memungkinkan ibu untuk bersantai dan
memungkinkan pasangan suami untuk menggosok punggung atau memijat sepanjang
tulang belakang, akan merangsang sekresi endorphin selama proses persalinan untuk
mengurangi rasa sakit. Duduk di birthing ball memberikan dukungan pada perineum dan
otot panggul sehingga dapat merangsang dilatasi dan memperlebar rongga panggul
panggul (Aprillia, 2014)

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Evidence based pada Persalinan kala 1 fase laten menunjukkan ambulasi selama
kala 1 persalinan mempengaruhi durasi persalinan. Hasil penelitian di rumah sakit
terkait mobilisasi jarang dilakukan. Ibu lebih banyak melakukan mobilisasi
dilingkungan rumah daripada di rumah sakit.
Sebagian besar ibu (51,6%) memilih untuk melakukan pergerakan Ketika berada
dirumah dan hanya 15 % dari mereka yang menyatakan mobilisasi di rumah sakit.
Sebanyak 28, 3 % dari ibu yang melahirkan ditempat tidur dilingkungan rumah sakit
mengatakan bahwa mereka ingin melakukan mobilisasi.
Dalam penelitian ini menunjukkan durasi kala 1 sangat bervariasi, tapi apabila
dilakukan mobilisasi seperti duduk, berdiri, dan berlutut 1 jam lebih cepat pada
nullipara dan setengah jam lebih cepat. Akan tetapi, bukti perbedaan diantara kelompok
tersebut tidak mencapai angka statistik yang signifikan.

B. Kritik dan Saran

Setelah membaca makalah ini diharapkan bagi para mahasiswa mampu untuk
mengetahui Asuhan Intranatal Berdasarkan Evidence Based Penatalaksanaan Persalinan
Kala 1 Fase Laten.
Demikian makalah ini kami buat, sebagaimana pepatah mengatakan “tiada gading
yang tak retak”.Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

19
20
DAFTAR PUSTAKA

Hutchison, J., Mahdy, H., & Hutchison, J. (2021). Stage of Labor. Retrieved from
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK544290/

Kurniawan, A. (2016). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta: Pusdik
SDM Kesehatan.

Superville, S. S., & Siccardi, M. A. (2021). Manuver Leopold. StatPearls Publishing LLC.

Yulizawati, Insani, A. A., Sinta, L. El, & Andriani, F. (2019). Asuhan Kebidanan pada
Persalinan. Sidoarjo: Indomedia Pustaka.

Kurniawati, Dini (2017) Manajemen Intervensi Fase aten dan Fase Aktif Pada Kemajuan
Persalinan, Jurnal Keperawatan dan Pemikiean Ilmiah. Nurscope

Aryani,Yeni, dkk .(2016) .Hubungan Pengetahuan Bidan dan Penilaian Teknik Penggunaan
Bola Persalinan terhadap Intensitas Nyeri Kala I Persalinan Normal di Klinik Taman
Sari Kota Pekanbaru, Jurnal proteksi Kesehatan. Poltekkes Kemenkes Riau.

Khacar, Nuchet. Neslihan Zcan Kaser. (2020) Perbandinagn Efek Pijat Mekanis dan Aplikasi
Pijat Mekanis Hangat Pada Nyeri Persalinan yang di Rasakan dan Pengalaman
Melahirkan: European Journal of Midwifery.

Pawale, Manasi P. Jyoti A.Salunkhe. (2020) . Efektivitas pijat punggung pada penghilang
rasa sakit selama tahap pertama persalinan pada ibu primi yang dirawat di pusat
perawatan tersier.J.Family Med Prim Care.

Lawrence,A.,Lewis,L.,Hofmeyr,G.J.,Dowswell,T.,&styles,C.(2009).maternal positions and


mobility during first stage labour. New jersey: John Wiley&sons,Inc.

21
22

Anda mungkin juga menyukai