Anda di halaman 1dari 33

1

LAPORAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA PRAKONSEPSINy. A UMUR 23 TAHUN
DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIK ( KEK )
DI PUSKESMAS PEMATANG KANDIS

Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan Praktik Kebidanan Siklus II


Prakonsepsi dan Kehamilan Sehat

Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Disusun Oleh:
Nama : Maria Andriana
NIM : 2215901105

PRODI KEBIDANAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS FORT DE KOCK
TA. 2022/2023
2

LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA PRAKONSEPSI DENGAN


KEKURANGAN ENERGI KRONIS ( KEK ) DI PUSKESMAS
PEMATANG KANDIS

Disusun oleh :

Nama : Maria Andriana


Nim : 2215901105

Telah diseminarkan didepan penguji


Pada tanggal 2022

Mengetahui,
Pembimbing Lapangan Pembimbing Akademik

(. ) (. )
NIP. ……………………

Ketua Prodi Kebidanan


Universitas Fort De Kock

(. )

ii
3

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Syukur Atas Kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan laporan kasus ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Semoga laporan kasus ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan
atau petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam pembuatan guna dalam
memenuhi persyaratan ketuntasan Praktik Kebidanan Siklus IIFisiologi Holistik
Prakonsepsi dan Kehamilan Normal.
Harapan penulis semoga laporan kasus ini dapat membatu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca sehingga penulis dapat
memperbaiki bentuk atapun isi tugas ini sehingga kedepanya lebih baik lagi.
Pada laporan kasus ini penulis mengakui masih banyak kekuarangan
karena keterbatasan penulis sebagai manusia biasa. Oleh karena itu penulis
harapkan kepada para pembaca untuk memaklumi serta memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan selanjutnya.

Kabupaten Merangin, November 2022


Penulis

iii
4

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................


ii
KATA PENGANTAR .............................................................................................
iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................
iv

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................
1
A. Latar Belakang......................................................................................
1
B. Rumusan Masalah.................................................................................
1
C. Tujuan ..................................................................................................
1
D. Manfaat ................................................................................................
2

BAB II TINJAUAN TEORI...................................................................................


2
A. PengertianAsuhan Kebidanan Pra Konsepsi.........................................
2
B. Tanda dan Gejala..................................................................................
4
C. Penyebab...............................................................................................
7
D. Patofisiologi .........................................................................................
9
E. PemeriksaanFisik..................................................................................
10
F. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang....................................................
11
G. Tindakan Penanganan / Pencegahan..............................................................
12
H. Komplikasi............................................................................................
14
5

BAB III LAPORAN KASUS..................................................................................


16
1. Data Subyektif......................................................................................
16
2. Data Objektif.........................................................................................
18
3. Analisa Data..........................................................................................
19
4. Penata Laksanaan..................................................................................
20

BAB IV ANALISIS KASUS....................................................................................


22

BAB V PENUTUP...................................................................................................
23
A. Kesimpulan...........................................................................................
23
B. Saran.....................................................................................................
23

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
25

iv
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemeriksaan kesehatan sebelum hamil merupakan sesuatu yang


sangat penting agar kehamilan dapat berjalan dengan baik. Sayangnya,
kesadaran akan hal ini masih sangat rendah sehingga angka kesakitan dan
komplikasi kehamilan masih sangat tinggi. Pemeriksaan kesehatan sebelum
menikah atau hamil khususnya pada wanita akan mengurangi angka
kesakitan dan kematian ibu dan anak. Asuhan Prakonsepsi memiliki banyak
keuntungan dan variasi, antara lain : memungkinkan identifikasi penyakit
medis, pengkajian kesiapan psikologis, keuangan dan pencapaian tujuan
hidup.
Indonesia, untuk mewujudkan keluarga sejahtera, Indonesia
merupakan negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada pada posisi
keempat di dunia, dengan laju pertumbuhan yang masih relatif tinggi. Esensi
tugas program Keluarga Berencana (KB) dalam hal ini telah jelas yaitu
menurunkan fertilitas agar dapat mengurangi beban pembangunan demi
terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan bagi rakyat dan bangsa
Indonesia.
Beberapa penyakit yang kemungkinan menggangu proses kehamilan
dapat secara dini sehingga keadaan yang lebih buruk dapat cepat dihindari
oleh karena itu Wanita Usia Subur ( WUS ) membutuhkan asuhan
ginekologi. Ginekologi adalah ilmu yang mempelajari kewanitaan (science
of woman). Namun secara khusus adalah ilmu yang mempelajari dan
menangani kesehatan alat reproduksi wanita. Ruang lingkup ginekologi,
infeksi sistem reproduksi, gangguan menstruasi, infertilitas, tumor dan
kanker sistem reproduksi, kelainan kongenital sistem reproduksi,
pemeriksaan diagnostik, penanganan penyakit menular seksual AIDS dan
HIV.
2

Peran tenaga kesehatan khususnya bidan atau dokter kandungan


yaitu memberikan pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan paripurna bagi
seorang wanita yang berkaitan dengan kesehatan reproduksinya saat tidak
hamil ataupun di masa hamil, bersalin atau nifas. Baik yang bersifat
preventif ( pencegahan terhadap penyakit), kuratif (penyembuhan penyakit),
dan rehabilitatif ( perbaikan kelainan yang timbul ) pada alat reproduksinya.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana Kesehatan pada masa Prakonsepsi?

C. Tujuan
1. Umum
Tujuan Laporan kasus ini untuk mengetahui Asuhan Kebidanan
Kekurangan Energi Kronik ( KEK) pada masa Prakonsepsi
2. Khusus
Tujuan laporan kasus ini untuk memberikan Asuhan Kebidanan
Kekurangan Energi Kronik (KEKK) Prakonsepsi serta meningkatkan
konseling mengenai kontrasepsi, serta memberikan edukasi tentang
program kehamilan yang sesuai dengan Anjuran Kesehatan.

D. Manfaat
1. Klien
Diharapkan dengan diberikan ASUHAN KEBIDANAN PADA
PRAKONSEPSI Ny. A UMUR 23 TAHUN DENGAN
KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK) ini dapat meningkat
pengetahuan tentang Prakonsepsi dan dampak dari KEK terhadap
kehamilan.
2. Mahasiswa
Diharapkan dengan adanya laporan kasus ini bisa dijadikan sebagai
pegangan untuk pencegahan dalam mengurangi AKI, dan AKB dan juga
sebagai panduan bagi mahasiswa terutama mahasiswa Profesi Kebidanan
3

Fort De Kock Bukittinggi Sumatera Barat dalam pembuatan laporan


kasus Prakonsepsi.
3. Lahan Praktik
Diharapkan dengan adanya laporan kasus ini bisa dijadikan
panduan untuk pengurangan dan pencegahan AKI dan AKB yang ada di
lahan praktik dan dapat mengurangi ibu hamil yang kekurangan energi
kronik (KEK)
4

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. PengertianAsuhan Kebidanan Pra Konsepsi


Asuhan pra konsepsi merupakan asuhan yang diberikan kepada
perempuan sebelum terjadi konsepsi. Asuhan Prakonsepsi adalah asuhan yang
diberikan sebelum kehamilan dengan sasaran mempermudah wanita
mencapai tingkat kesehatan optimal sebelum ia hamil. Wanita hamil yang
sehat memiliki kemungkinan lebih besar untuk memiliki bayi yang sehat.
Idealnya semua kehamilan adalah hal yang terencana dan setiap bayi berada
dalam lingkungan yang sehat. Asuhan Prakonsepsi memiliki banyak
keuntungan dan variasi, antara lain : memungkinkan identifikasi penyakit
medis, pengkajian kesiapan psikologis, keuangan dan pencapaian tujuan
hidup. Prakonsepsi adalah rentang waktu dari tiga bulan hingga satu tahun
sebelum konsepsi, tetapi idealnya harus mencakup waktu saat ovum dan
sperma matur, yaitu sekitar 100 hari sebelum konsepsi.

Usia pranikah dapat dikaitkan dengan masa prakonsepsi. “pra” berarti


sebelum, “konsepsi” berarti pertemuan sel ovum dengan sperma atau yang
disebut dengan pembuahan. Prakonsepsi merupakan masa sebelum terjadi
pertemuan sel sperma dengan ovum atau pembuahan sebelum hamil. Ada
beberapa persiapan yang harus dilakukan sebelum merencanakan kehamilan.
Dimulai dari masa remaja, yaitu dengan menjaga kesehatan organ reproduksi,
kebutuhan akan gizi seimbang, perilaku hidup sehat, dan lain-lain (Dieny,
dkk., 2019).

Kesehatan prakonsepsi adalah kesehatan baik pada perempuan maupun


laki-laki selama usia reproduktif yakni usia yang masih dapat memiliki
keturunan. Tujuan kesehatan prakonsepsi adalah untuk mencapai ibu dan
anak dalam kondisi sehat. Bhutta dan lassi (2015) menyebutkan proporsi
5

mortalitas dan mordibitas pada ibu dan bayi secara signifikan dapat dicegah
dengan cara pemberian intervensi gizi sederhana sebelum kehamilan. Alasan
pemberian intervensi gizi tersebut adalah status zat gizi mikro adekuat pada
masa.

Kekurangan Energi Kronik (KEK) sering diderita oleh wanita usia subur
(WUS). Wanita Usia Subur (WUS) adalah wanita yang berada pada masa
kematangan organ reproduksi dan organ reproduksi tersebut telah berfungsi
dengan baik, yaitu pada rentang usia 15 – 49 tahun termasuk wanita hamil,
wanita tidak hamil, ibu nifas, calon pengantin, remaja putri, dan pekerja
wanita. KEK menggambarkan asupan energi dan protein yang tidak adekuat.
Salah satu indikator untuk mendeteksi risiko KEK dan status gizi WUS
adalah dengan melakukan pengukuran antropometri yaitu pengukuran lingkar
lengan atas (LILA) pada lengan tangan yang tidak sering melakukan aktivitas
gerakan yang berat. Nilai ambang batas yang digunakan di Indonesia adalah
nilai rerata LILA < 23,5 cm yang menggambarkan terdapat risiko kekurangan
energi kronik pada kelompok wanita usia subur (Angraini, 2018).

Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun


2012, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih sebesar 395 per
100.000 kelahiran hidup. Pendarahan menempati persentase tertinggi
penyebab kematian Ibu sebesar 31.85%. Anemia dan KEK pada ibu hamil
menjadi penyebab utama terjadinya pendarah dan infeksi yang merupakan
faktor utama kematian ibu. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2007, proporsi
wanita usia subur berisiko KEK usia 15-19 tahun yang hamil sebesar 31,3%
dan yang tidak hamil sebesar 30,9%. Pada usia 20-24 tahun yang hamil
sebesar 23,8% dan yang tidak hamil sebesar 18,2%. Pada usia 25-29 tahun
yang hamil sebesar 16,1% dan yang tidak hamil sebesar 13,1%. Pada usia 30-
34 tahun yang hamil sebesar 12,7% dan yang tidak hamil sebesar 10,2%.
Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013 proporsi WUS risiko KEK
mengalami peningkatan yaitu usia 15-19 tahun yang hamil sebesar 38,5%
6

yang tidak hamil sebesar 46,6% (Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan, 2013). Pada usia 20-24 tahun adalah sebesar 30,1% yang hamil
dan 30,6% yang tidak hamil. Pada usia 25-29 tahun adalah 20,9% yang hamil
dan 19,3% yang tidak hamil. Dan pada usia 30-34 tahun yang hamil 21,4%
dan yang tidak hamil 13,6% (Putri et al., 2019). prakonsepsi bagi perempuan
sangatlah penting, disamping menjaga berat badan (status gizi) dalam rentang
normal (Anggraeny dan Dian. 2017).

B. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala terjadinya kurang energi kronik adalah berat badan
kurang dari 40 kg atau tampak kurus dan kategori KEK bila LiLA kurang dari
23,5 cm atau berada pada bagian merah pita LiLA saat dilakukan pengukuran
(Supariasa, 2016). Adapun tujuan pengukuran LiLA pada kelompok wanita
usia subur merupakan salah satu deteksi dini yang mudah dan dapat
dilaksanakan pada masyarakat awam untuk mengetahui kelompok beresiko
KEK.
Tujuan pengukuran LiLA adalah mencakup masalah WUS baik pada ibu
hamil maupun calon ibu (remaja putri). Adapun tujuan lebih luas antara lain:
a. Mengetahui resiko KEK pada WUS, baik ibu hamil maupun calon ibu,
untuk menapis wanita yang mempunyai resiko melahirkan bayi berat
lahir rendah.
b. Meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat agar lebih berperan
dalam pencegahan dan penanggulangan KEK.
c. Mengembangkan gagasan baru di kalangan masyarakat dengan tujuan
meningkatakan kesejahteraan ibu dan anak.
d. Mengarahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran WUS yang
menderita KEK.
e. Meningkatkan peran dalam upaya perbaikan gizi WUS yang menderita
KEK.
7

Ambang batas LiLA pada WUS dengan resiko KEK di Indonesia adalah
23,5 cm, apabila ukuran LiLA kurang dari 23,5 cm atau berada pada bagian
merah pita LiLA, artinya wanita tersebut mempunyai resiko KEK dan
diprediksi akan melahirkan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). BBLR
mempunyai resiko kematian, kurang gizi, gangguan pertumbuhan dan
gangguan perkembangan pada anak (Supariasa, 2016).

C. Penyebab

Faktor–faktor yang mempengaruhi KEK pada WUS terbagi menjadi


dua, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal (individu/keluarga)
yaitu genetik, obstetrik, seks. Sedangkan faktor eksternal adalah gizi, obat–
obatan, lingkungan dan penyakit (Supariasa dkk, 2012).
Adapun penyebab lainnya adalah :
1. Pola Makan
Pola makan yang tidak seimbang dan tidak sesuai dengan
kebutuhan gizi individu menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan
asupan zat gizi yang masuk ke dalam tubuh sehingga kekurangan gizi
dapat terjadi pada wanita usia subur di masa kehamilannya. Wanita usia
subur (WUS) dengan pola makan kategori kurang dapat diindikasikan
bahwa WUS tersebut tidak tercukupi kebutuhan nutrisinya sesuai angka
kebutuhan gizi (AKG) yang direkomendasikan sehingga berpotensi
terjadi gangguan gizi atau kekurangan gizi. Kebiasaan pola makan yang
tidak memenuhi standar, jika berlangsung lama maka WUS akan berisiko
mengalami KEK dibandingkan individu dengan pola makan yang baik.
Apabila ada WUS dengan kategori pola makan baiknamun mengalami
KEK dapat diindikasikan bahwa asupan makanan yang dikonsumsi oleh
WUS tidak adekuat. Makanan yang adekuat pada WUS adalah makanan
yang dikonsumsi tiap harinya dapat memenuhi kebutuhan zat gizi yang
diperlukan oleh tubuh yang terpenuhi baik secara kualitas maupun
kuantitasnya (Alam et al., 2020).
8

2. Riwayat Pendidikan WUS


Riwayat pendidikan seseorang merupakan suatu unsur penting
yang dapat mempengaruhi status gizi dan kesehatannya. Masalah gizi
dan kesehatan seringkali terjadi karena adanya ketidaktahuan dan kurnag
informasi tentang pentingnya pemenuhan gizi untuk kesehatan tubuh
sehingga berdampak pada kesadaran dan kemauan berperilaku gizi
seimbang dalam kehidupannya (Alam et al., 2020).

3. Pendidikan suami
Pendidikan suami akan mempengaruhi perilaku terhadap istrinya
yang sedang hamil (Mulyaningrum, 2009). Perubahan sikap dan perilaku
sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang lebih tinggi sehingga
lebih mudah menyerap informasi dengan mengimplementasikannya
dalam perilaku dan gaya hidup sehat, khususnya dalam hal kesehatan dan
gizi. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal maka secara tidak
langsung meningkatkan kesadaran untuk hidup lebih sehat sehingga
menurunkan risiko gangguan kesehatan (Mahirawati, 2014).
4. Pekerjaan ibu
Ibu hamil yang bekerja mempunyai waktu lebih sedikit dalam
menyiapkan makanan yang berpengaruh pada jumlah makanan yang
dikonsumsi sehingga berpengaruh pada status gizi ibu hamil. Status gizi
adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk ibu hamil.
Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan
oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient. Gizi secara
langsung dipengaruhi oleh asupan makanan dan penyakit, khususnya
penyakit infeksi. Salah satu faktor tersebut adalah keterbatasan ekonomi,
yang berarti tidak mampu membeli bahan makanan yang berkualitas
baik, sehingga mengganggu pemenuhan gizi (Mahirawati, 2014).
5. Pekerjaan suami
Beberapa studi menunjukkan bahwa pekerjaan suami menentukan
berapa besar pendapatan yang diperoleh setiap bulan dan daya beli
9

keluarga untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Terdapat hubungan


bermakna antara pekerjaan suami dan pendapatan per bulan dengan
kejadian KEK pada ibu hamil (Mahirawati, 2014).
Penelitian lain menunjukan bahwa ada hubungan nyata antara
pendapat suami dengan risiko KEK pada ibu hamil. Semakin tinggi
tingkat pendapatan suami maka status gizi ibu hamil cenderung lebih
baik sehingga lebih kecil kemungkinannya untuk berisiko KEK
dibandingkan dengan ibu hamil yang berasal dari status sosial ekonomi
rendah (Amirullah, 2006).
6. Umur ibu
Umur merupakan salah satu faktor penting dalam proses kehamilan
hingga persalinan, karena kehamilan pada ibu yang berumur muda
menyebabkan terjadinya kompetisi makanan antara janin dengan ibu
yang masih dalam masa pertumbuhan(Baliwati & Retnaningsih, 2004).
Penelitian lain menunjukkan bahwa ibu hamil yang berumur kurang dari
20 tahun memiliki risiko KEK yang lebih tinggi, bahkan ibu hamil yang
umurnya terlalu muda dapat meningkatkan risiko KEK secara
bermakna(Mulyaningrum, 2009).
7. Paritas
Paritas merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya KEK pada
ibu hamil. Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang ibu.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil yang mempunyai
paritas lebih dari 4 orang lebih berisiko KEK dibandingkan dengan ibu
yang mempunyai paritas kurang dari 4 orang(Mahirawati, 2014).

D. Patofisiologi
Patofisiologi penyakit gizi kurang terjadi melalui lima tahapan yaitu:
pertama, ketidakcukupan zat gizi. Apabila ketidakcukupan zat gizi ini
berlangsung lama maka persediaan/ cadangan jaringan akan digunakan untuk
memenuhi ketidakcukupan itu. Kedua, apabila ini berlangsung lama, maka
akan terjadi kemerosotan jaringan, yang ditandai dengan penurunan berat
10

badan. Ketiga, terjadi perubahan biokimia yang dapat dideteksi dengan


pemeriksaan laboratorium. Keempat, terjadi perubahan fungsi yang ditandai
dengan tanda yang khas. Kelima, terjadi perubahan anatomi yang dapat
dilihat dari munculnya tanda klasik. Proses terjadinya KEK merupakan akibat
dari faktor lingkungan dan faktor manusia yang didukung oleh kekurangan
asupan zat-zat gizi, maka simpanan zat gizi pada tubuh digunakan untuk
memenuhi kebutuhan. Apabila keadaan ini berlangsung lama maka simpanan
zat gizi akan habis dan akhirnya terjadi kemerosotan jaringan.

E. PemeriksaanFisik
a. Pemeriksaan LILA
Lingkar Lengan Atas (LILA) adalah pengukuran antropometri yang
dapat menggambarkan keadaan status gizi ibu hamil dan untuk mengetahui
risiko KEK atau gizi kurang. Kategori KEK adalah LILA kurang dari 23,5
cm atau dibagian merah pita LILA (Supariasa, 2013).
b. Tujuan pengukuran LILA
1) Mengetahui risiko KEK Wanita Usia Subur (WUS), baik ibu hamil
maupun calon ibu, untuk menapis wanita yang mempunyai risiko
melahirkan bayi berat lahir rendah.
2) Meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat agar lebih
berperan dalam pencegahan dan penanggulangan KEK.
3) Mengembangkan gagasan baru dikalangan masyarakat dengan tujuan
meningkatakan kesejahteraan ibu dan anak.
4) Mengarahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran WUS yang
menderita KEK
5) Meningkatkan peran dalam upaya perbaikan gizi WUS yang
menderita KEK (Supariasa, 2013).
c. Ambang batas
Ambang batas atau cut off point ukuran LILA WUS dengan risiko
KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila ukuran LILA kurang dari 23,5
11

cm atau dibagian merah pita LILA, artinya wanita tersebut mempunyai


risiko KEK (Supariasa, 2013).
d. Cara mengukur LILA
Pengukuran LILA dilakukan melalui urutan-urutan yang telah
ditetapkan, pengukuran dilakukan dengan pita LILA dan ditandai dengan
sentimeter. Terdapat 7 urutan pengukuran LILA yaitu:
1) Tetapkan posisi bahu dan siku, yang diukur adalah pertengahan lengan
atas sebelah kiri dan lengan dalam keadaan tidak tertutup
kain/pakaian.
2) Letakkan pita antara bahu dan siku.
3) Tentukan titik tengah lengan, beri tanda.
4) Lingkarkan pita LILA pada tengah lengan.
5) Pita jangan terlalu kekat atau longgar.
6) Cara pembacaan sesuai dengan skala yang benar.
7) Catat hasil pengukuran LILA (Supariasa, 2013).

F. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang


1. Hemoglobin (Hb) adalah pemeriksaan jumlah molekul di dalam Eritrosit
(sel darah merah) yang bertugas untuk mengangkut oksigen ke seluruh
tubuh. Kadar haemoglobin (Hb) penting untuk diukur untuk mendiagnosa
anemia. Anemia gizi merupakan masalah gizi dengan prevalensi tinggi
pada ibu hamil, terutama di negara berkembang. Anemia gizi ini sering
terjadi karena kekurangan Fe, asam folat, dan B 12. anemia gizi dapat
menyebabkan antara lain kematian janin di dalam kandungan, abortus,
cacat bawaan, BBLR, abruptio plasenta, cadangan zat besi yang
berkurang pada bayi, atau dilahirkan sudah dalam keadaan anemia,
sehingga mortalitas dan morbiditas ibu dan kematian perinatal secara
bermakna lebih tinggi.
2. Indeks Massa Tubuh
IMT merupakan indikator yang menunjukan bahwa telah terjadi
keseimbangan zat gizi di dalam tubuh orang dewasa dengan tercapainya
12

berat badan yang normal, yaitu berat badan yang sesuai dengan tinggi
badannya.21 IMT didapatkan dengan cara membagi berat badan (dalam
kilogram) dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter). Berat badan
dibawah minimum dinyatakan sebagai underweight atau kekurusan dan
berat badan yang berada diatas batas normal dinyatakan sebagai
“overweight”
G. Tindakan Penanganan / Pencegahan
Untuk menekan angka kejadian KEK diperlukan suatu solusi yang
komprehensif, terpadu, dan paripurna. Salah satu solusi yang dapat dilakukan
adalah melalui penggerakan dan pemberdayaan masyarakat secara
menyeluruh ke dalam suatu program layanan kesehatan masyarakat untuk
mengatasi KEK.
Upaya penanggulangan masalah KEK dapat dilakukan dengan program
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dalam bentuk biskuit yang dibagikan
kepada seluruh WUS dan ibu hamil yang mengalami KEK, pemberian tablet
Fe atau penambah darah untuk mencegah terjadiya anemia pada ibu hamil,
serta melakukan program konseling kepada Wanita Usia Subur (WUS)
mengenai masalah kesehatan reproduksi, kesiapan sebelum hamil, persalinan,
nifas dan konseling pemilihan alat kontrasepsi KB. Selain program PMT, ada
juga program nasional yaitu program Pekan Seribu Hari Kehidupan (HPK)
yaitu program untuk menyelamatkan kehidupan ibu dan bayi yang dimulai
dari seribu HPK yaitu setiap sebulan sekali di setiap Puskesmas semua ibu
hamil, bersalin, nifas, bayi, dan balita harus dilayani ditimbang berat badan
dan dilihat status gizinya(Muhamad & Liputo, 2017).
Selain mengikuti program yang dilakukan oleh puskesmas dan
pemerintah, WUS dan ibu hamil perlu melakukan perbaikan gizi secara
mandiri. Asupan nutrisi merupakan faktor utama penyebab KEK pada ibu
hamil. Gizi ibu hamil dikatakan sempurna jika makanan yang dikonsumsinya
mengandung zat gizi yang seimbang, jumlahnya sesuai dengan kebutuhan dan
tidak belebihan. Makanan yang baik dan seimbang akan menghindari masalah
di saat hamil, melahirkan bayi yang sehat, dan memperlancar ASI. Apabila
13

konsumsi energi kurang, maka energi dalam jaringan otot/lemak akan


digunakan untuk menutupi kekurangan tersebut. Kekurangan energi akan
menurunkan kapasitas kerja, hal ini biasanya terjadi sebagai proses kronis
dengan akibat penurunan berat badan(Muhamad & Liputo, 2017).
Konsumsi biskuit ubi jalar ungu merupakan salah satu alternatif untuk
memperbaiki gizi masyarakat. Ubi jalan ungu merupakan ubi jalar yang
berwarna ungu pekat baik kulit maupun dagingnya serta memiliki
produktivitas yang tinggi, ubi jalar ungu varietas anitin-3 memiliki
kandungan zat antosianin relatif lebih tinggi dibanding varietas antin-1 dan
antin-2. Biskuit ubi jalar ungu merupakan salah satu produk diversifikasi
pangan lokal akan potensi sumber daya alam khususnya pemanfaatan ubi
jalan ungu. Terdapat banyak zat gizi yang ada pada biskuit ubi jalar ungu
seperti karbohidrat, protein, zat besi, dan vitamin C. Sangat banyak manfaat
yang dapat diperoleh dari biskuit ubi jalar ungu khususnya kandungan zat gizi
yang dapat digunakan sebagai makanan alternatif untuk segala usia termasuk
WUS sehingga tidak mengalami KEK(Satrianegara & Alam, 2017).
Selain biskuit ubi jalar ungu, roti rumput laut lawi-lawi juga dapat
menjadi alternatif perbaikan gizi masyarakat. Roti rumput laut lawi-lawi
memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi sebagai sumber protein nabati
maupun mineral. Untuk menambah kandungan gizi produk olahan berbahan
dasar rumput laut lawi-lawi dibutuhkan penambahan pangan lokal lain yang
dapat dioptimalkan keberadaannya dan merupakan sumber protein nabati
serta kaya akan Fe dan zat gizi lainnya. Kadar kandungan gizi makro dalam
100 gram roti rumput laut untuk karbohidrat sebanyak 56,10%, untuk protein
11,42%, untuk lemak 8,81%, dan zat besi (Fe) sebesar 20,9091 mg/kg. Hal
tersebut menunjukkan bahwa roti rumput laut lawi-lawi cocok digunakan
sebagai alternatif perbaikan gizi masyarakat substitusi dari tempe. Dengan
perbaikan gizi masyarakat dapat terhindar dari kejadian KEK, baik pada
WUS dan ibu hamil(Syarfaini et al., 2019).
14

Upaya dan program tersebut dapat berjalan dengan pengembangan dari


masyarakat dan puskesmas. Program pemerintah dan puskesmas dapat
dipegang tanggung jawabnya oleh puskesmas, sehingga puskesmas dapat
memantau berjalannya progrm tersebut. Selain itu juga diperlukan kerjasama
dengan kader posyandu yang hubungannya lebih dekat dengan ibu hamil atau
ibu yang memiliki bayi dan/atau balita. Penyediaan makanan yang membantu
perbaikan gizi dapat dikoordinasikan dengan toko-toko di sekitar desa, agar
distribusi makanan secara merata, dan akses untuk mendapatkan makanan
dapat lebih mudah. Dengan demikian perbaikan gizi dapat dilakukan oleh
WUS dan ibu hamil dengan mudah.

H. Komplikasi
KEK dapat memberi dampak pada kesehatan. Individu yang menderita
KEK akan mengalami berat badan kurang atau rendah, serta produktivitasnya
akan terganggu karena tidak dapat begerak aktif sebab kekurangan gizi.
Apabila KEK terjadi pada wanita usia subur (WUS) dan ibu hamil makan
akan berdampak pada proses kehamilan, melahirkan, dan berat badan bayi.
Ibu hamil yang berisiko KEK (LILA < 23,5 cm) kemungkinan akan
mengalami kesulitan persalinan, pendarahan, dan berpeluang melahirkan bayi
dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yang akhirnya dapat
mengakibatkan kematian pada ibu dan/atau bayi (Proverawati & Ismawati,
2010). Status gizi sebelum hamil atau selama hamil memiliki peluang 50%
dalam mempengaruhi tingginya kasus kejadian bayi BBLR di negara
berkembang. Hasil meta analisis World Health organization (WHO)
Collaboration Study menyimpulkan bahwa berat badan dan tinggi badan ibu
sebelum hamil, indeks masa tubuh dan lingkar lengan atas (LILA) merupakan
faktor yang mempengaruhi bayi BBLR (Sarumaha, 2018). Wanita hamil yang
mengalami KEK sejak mudanya memiliki risiko melahirkan bayi dengan
BBLR 4,8 kali lebih besar dibandingkan dengan yang tidak mengalami KEK
(Syofianti, 2013).
15

Status kekurangan energi kronis sebelum kehamilan dalam jangka


panjang dan selama kehamilan akan menyebabkan ibu melahirkan bayi
dengan berat badan lahir rendah (BBLR), anemia pada bayi baru lahir, mudah
terinfeksi, abortus, dan terhambatnya pertumbuhan otak janin (Siti, 2013).
Kurang energi kronis pada masa usia subur khususnya masa persiapan
kehamilan maupun saat kehamilan dapat berakibat pada ibu maupun janin
yang dikandungnya. Terhadap persalinan pengaruhnya dapat mengakibatkan
persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya, dan pendarahan.
Pengaruhnya terhadap janin dapat menimbulkan keguguran/abortus, bayi
lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, dan berat
badan lahir rendah (BBLR) (Pratiwi, 2018). Dampak Kekurangan Energi
Kronis (KEK) pada ibu hamil dapat menyebabkan risiko komplikasi pada ibu
antara lain anemia, pendarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara
normal, dan terkena penyakit infeksi dan dampak pada persalinan yaitu
persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya (prematur),
pendarahan setelah persalinan, dan persalinan dengan operasi cenderung
meningkat (Proverawati, 2009).
16

BAB III
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA PRAKONSEPSI NY. A UMUR 23 TAHUN
DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIK ( KEK )
DI PUSKESMAS PEMATANG KANDIS

Tempat praktik : Puskesmas Pematang Kandis


Tanggal pengkajian : 03-12-2022
Jam pengkajian : 09.00 wib

1. Data Subyektif
A. IDENTITAS/BIODATA
Nama : Ny. A Nama Suami : Tn. Riki
Umur : 23 tahun Umur : 28 tahun
Suku/Bangsa : Melayu Suku/Bangsa : Jambak
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : sungai ulak Alamat : sungai ulak
B. Alasan kunjungan & Keluhan
Ingin memeriksakan kesehatan untuk memulai program kehamilan
C. Status Perkawinanan
Usia saat pernikahan 23 tahun, lama pernikahan 5 bulan, status perkawinan
ini pernikahan pertama.
D. Data Kebidanan
a. Riwayat Menstruasi
Menarche pada usia : 14 tahun, siklus menstruasi : 28-30 hari,
keteraturan : teratur, lama menstruasi : 5-7 hari, sifat darah : encer,
jumlah/banyaknya : 2-3 kali ganti pembalut / hari, bau : amis khas,
warna darah : merah kehitaman, flour albus : tidak pernah,
dismenorhea : tidak pernah, amenorrhea : tidak ada.
17

b. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu (ini kehamilan yang


pertama)
Persalinan Nipas
Hamil
Tgl Jenis Komplik BB
Ke- UK Penolong JK Laktasi Komp
Lahir Persalinan Asi L

- - - - - - - - - -
c. Riwayat kontrasepsi yang digunakan : Tidak ada
Mulai Berhenti Alasan
No Jenis Keluhan
(kapan, oleh, di) (kapan) Berhenti

- - - - - -
d. Data kesehatan
1) Penyakit sistemik yang pernah / sedang diderita : Tidak ada
2) Penyakit yang pernah / sedang diderita : Tidak ada
3) Riwayat penyakit ginekologi : Tidak ada
e. Data kebutuhan dasar
1) Nutrisi (makan, minum)
Frekuensi : 3 kali sehari
Macam : Nasi, lauk, sayur, dan mineral
Jumlah : Porsi sedang,
Keluhan : Tidak ada
2) Eliminasi (BAK) :
Frekuensi : 6-7 kali sehari
Warna : Jernih
Bau: Khas
Konsistensi : Cair
Keluhan : Tidak ada
Eliminasi (BAB) :
Frekuensi : 1 kali sehari
Warna : Kekuningan
Bau : Khas
18

Konsistensi : Lembek
Keluhan : Tidak ada
3) Pola tidur/istirahat : Tidur malam 8 jam, siang 1 jam.
4) Aktivitas : Bekerja sebagai karyawan swasta, melakukan aktivitas
rumah tangga dll.
5) Pola seksual : 3-4 kali dalam seminggu
6) Personal hygiene :
Mandi : 2 kali sehari
Sikat gigi : 2 kali sehari
Keramas : 3 hari sekali
Ganti pembelut saat haid : 3-4 kali sehari
Ganti pakaian dalam : 2 kali sehari
f. Data psikososial
1) Dukungan suami/keluarga : Suami dan keluarga agar ibu ingin
hamil yang sehat
2) Pengetahuan ibu tentang alat kontrasepsi : ibu belum benar-benar
memahami mengenai kontrasepsi
3) Pengetahuan ibu tentang alat kontrasepsi yang dipakai sekarang :
Ibu tidak menggunakan alat kontrasepsi

2. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran umum : Composmentis
c. Berat badan : 49 Kg, Tinggi badan : 156 cm
d. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Respirasi : 22 kali per menit
Nadi : 84 kali per menit
Suhu : 36,5 ‫ﹾ‬C
e. Pemeriksaan fisik
19

Kepala : Bersih
Rambut : Hitam tidak mudah rontok, bersih
Muka : Simetris, tidak pucat
Mata : Conjuntiva merah muda, dan sklera itenik
Mulut : Bersih, tidak ada caries dan tidak berlubang
Hidung : Bersih, tidak ada polip
Telinga : Simetris kanan dan kiri, tidak ada kotoran, tidak
ada tanda infeksi
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, maupun
vena jugularis
Dada : Bentuk simetris
Payudara : Tidak ada benjolan
Perut : tidak ada luka bekas operasi
Punggung : Normal, tidak tampak kelainan Ekstremitas
Atas : Simetris, tidak ada kelainan
Bawah : Simetris, tidak ada odema
f. Pemeriksaan pengunjung
Pemeriksaan Lingkar Lengan Atas (LILA) : 20 cm
Pemeriksaan laoratorium dilakukan :
Pemeriksaan HB : 12 gr %

3. Analisa Data
1. Diagnosa Kebidanan : Prakonsepsi dengan Kekurangan Energi Kronik
(KEK )
2. Masalah : Ingin segera hamil
3. Diagnosa potensial : Potensial terjadi Anemia dan KEK
4. Kebutuhan : KIE mengenai pengetahuan fertilitas dan
kesadaran kesehatan prakonsepsi, dan
penggunaan kontrasepsi.
20

4. Penata Laksanaan
Tanggal :
1. Menjelaskan hsil pemeriksaan
Rasional : Menjelaskan bahwa hasil pemeriksaan baik baik tidak
terdapat kelainan pada hasil pemeriksaan
Evaluasi : Ibu mengerti penjelasan bidan dan meninta penjelasan
mengenai kesehatannya.
2. Menjelaskan kepada ibu bahwa kesehatan dan perawatan pada masa
prakonsepsi harus di perhatikan
Rasional : pada masa prakonsepsi berpengaruh pada kesuburan, dan
kesehatan keturunan nantinya baik jangka pendek maupun
jangka panjang.
Evaluasi : Ibu menyimak dan memperhatikan
3. Menyarankan agar ibu menghindari gaya hidup yang tidak baik yaitu
merokok, obesitas, dan konsumsi alcohol
Rasional : hal tersebut berdampak negatif pada kesuburan dan
kehamilan. Saat merencanakan kehamilan, akan optimal
jika mengubah gaya hidup tidak sehaat menjadi lebih sehat
dengan menghindari merokok, obesitas (asupan kalori yang
lebih banyak disbanding aktivitas membakar kalori,
sehingga kalori yang berlebih menumpuk dalam bentuk
lemak), dan konsumsi alcohol.
Evaluasi : Ibu mengerti apa yang disampaikan oleh bidan
4. Menyarankan ibu untuk mengkonsumsi asupan folat melalui makanan atau
suplemen vitamin.
Rasional : Makanan atau suplemen vitamin yang mengandung asam
folat direkomendasikan di banyak Negara untuk semua
wanita yang mungkin hamil, untuk mencegah cacat tabung
saraf. Makanan yang mengandung asam folat tinggi
bersumber dari hewan seperti hati ayam, hati sapi, sayuran,
biji-bjian, kacng-kacangan serta sereal.
21

Evaluasi : Ibu mengerti apa yang disampaikan oleh bidan


5. Menjelaskan kepada ibu mengenai Rencana Hidup Reproduksi
(Reproductive Life Plan Counseling / RLPC)
Rasional : (Reproductive Life Plan Counseling / RLPC) adalah alat
untuk mendorong perempuan dan laki-laki untuk menjaga
kesehatan reproduksinya. Menghindari kehamilan yang
tidak diinginkan, dan perilaku kesshatan negatif yang dapat
mengancam reproduksi.
Evaluasi : Ibu menanyakan lebih lanjut mengenai RLPC.
22

BAB IV
ANALISIS KASUS

Penegakkan diagnosis os dapat diketahui dari anamnesis, pemeriksaan fisik


dan pemeriksaan penunjang. Os adalah seorang wanita berusia 23 tahun. Secara
definisi yang dimaksud dengan kekurangan energy kronik (KEK) adalag kondisi
ketika sesorang mengalami kekurangan gizi yang berlangsung menahun (kronis).
Sehingga menimbulkan gangguan kesehatan (prawita, ex, at 2017)
Berdasarkan anamnesa terhadap os, os mengalami kekurangan energi kronik
dengan ukuran lila. 20 cm, dengan berat badan 50 kg dan tinggi badan 156 cm.
Dari hasil anamnesa os dinyatakan KEK karna lila nya kurang dari 23,5 cm.
dngan perubahannya os kurang memperhatikan asupan gizi yang ada di dalam
makanan yang ia konsumsi sehari-hari. Pola makan yang tidak seimbang dan tidak
sesuai dengan kebutuhan gizi individu menyebabkan terjadinya
ketidakseimbangan asuapan zat gizi yang masuk kedalam tubuh. Wus dengan
kekurangan energi kronik dapat menjadi salah satu penyebab bayi lahir prematur
dan BBLR.
Penatalaksanaan yang dilakukan kepada os yaitu dengan memberikan
konseling tentang gizi yang harus dipenuhi, dengan memberikan vitamin serta
tablet tambah darah untuk menghadapi anemia.
23

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil Kasus Asuhan Kebidanan Kekurangan Energi Kronik
(KEK) pada Ny. A di PuskesmasPematang Kandis, yang telah penulis
lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa Asuhan Kebidanan KEK pada Ny.
A yang telah dilakukan meliputi asuhan memenuhi nutrisi disaat sebelum
kehamilan dan setelah kehamilan, dan memenuhi Gizi agar terhindar dari
KEK. Setelah dilakukan asuhan,Ny. A lebih memahami dan mengerti apa saja
yang harus diperhatikan untuk dalam Prakonsepsi dan dalam kehamilan.

B. Saran
1. Bagi Klien Diharapkan laporan ini dapat digunakan sebagai bahan bacaan
untuk pencegahan Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada WUS dan Ibu
Hamil.
2. Bagi institusi pendidikan kiranya laporan ini sebagai bahan evaluasi dalam
menilai keterampilan mahasiswa dalam memberikan asuhan kebidanan
secara komprehensif agar institusi pendidikan dapat mengembangkan
keterampilan mahasiswa kebidanan agar dapat mengaplikasikan tindakan
secara optimal dan lebih terarah sesuai dengan standar operasional.
3. Bagi Puskesmas Pematang Kandis Diharapkan laporan ini dapat digunakan
sebagai bahan evaluasi terhadap setiap asuhan yang diberikan pada klien
agar dapat memberikan pelayanan yang lebih baik lagi sehingga klien
mendapatkan kepuasan dari pelayanan yang telah diberikan. Dan
diharapkan profesi bidan dalam memberikan asuhan kebidanan lebih baik
lagi, mempertahankan dan meningkatkan kompetensi dalam memberikan
asuhan sesuai standar pelayanan kebidanan.
4. Bagi Penulis Diharapkan dapat menerapkan asuhan kebidanan pada
Prakonsepsi yang bisa dilakukan dari Pra Nikah agar lebih baik lagi dan
24

menambah wawasan, menambah pengalaman nyata pada kasus


Kekurangan Energin Kronik dan menjadi bahan referensi atau rujukan
bagi penulis selanjutnya.
25

DAFTAR PUSTAKA

Alam, S., Ansyar, D. I., & Satrianegara, M. F. (2020). Eating pattern and
educational history in women of childbearing age. Al-Sihah: The Public
Health Science Journal, 12(1), 81.
https://doi.org/10.24252/as.v12i1.14185

Amirullah, S. (2006). Prosedur Pengukuran Lingkar Lengan Atas Pada Ibu Hamil
dengan Kurang Energi Kronis (KEK). Rineka Cipta.

Angraini, D. I. (2018). Hubungan Faktor Keluarga dengan Kejadian Kurang


Energi Kronis pada Wanita Usia Subur di Kecamatan Terbanggi Besar.
JK Unila, 2(2), 146–150.
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/JK/article/download/
1952/1919

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2013). Riskesdas Laporan Hasil


Riset Kesehatan Dasar. http://www.depkes.go.id/

Baliwati, Y. F., & Retnaningsih. (2004). Kebutuhan Gizi: Dalam Pengantar


Pangan dan Gizi. Swadaya.

Mahirawati, V. K. (2014). Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kekurangan


Energi Kronik (KEK) Pada Ibu Hamil di Kecamatan Kamoning dan
Tambelangan, Kabupaten Sampang, Jawa Timur. Buletin Penelitian
Sistem Kesehatan, 17(2), 193–202.
Muhamad, Z., & Liputo, S. (2017). Peran Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam
Menanggulangi The Role Of The Local Government Policy In
Eradication Of. 7(November), 113–122.

Mulyaningrum. (2009). Hubungan Faktor Risiko Ibu Hamil dengan Kejadian Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum Barru. Media Gizi
Pangan, VII(1).

Paramata, Y., & Sandalayuk, M. (2019). Kurang Energi Kronis pada Wanita Usia
Subur di Wilayah Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo.
Gorontalo Journal of Public Health, 2(1), 120.
https://doi.org/10.32662/gjph.v2i1.390
26

Pratiwi, S. K. (2018). Hubungan Pendapatan Keluarga dan Tingkat Pendidikan


Ibu dengan Kejadian Kekurangan Energi Kronis (KEK) Pada Ibu
Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Puuwatu Kota Kendari Provinsi
Sulawesi Tenggara. Politeknik Kesehatan Kendari.

Prawita, A., Susanti, A. I., & Sari, P. (2017). Survei Intervensi Ibu Hamil
Kekurangan Energi Kronik (KEK) di Kecamatan Jatinangor Tahun
2015. Jurnal Sistem Kesehatan, 2(4).

Proverawati. (2009). Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. EGC.

Proverawati, A., & Ismawati, C. (2010). Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
Nuha Medika.

Putri, M. C., Angraini, D. I., & Hanriko, R. (2019). Hubungan asupan makan
dengan kejadian kurang energi kronis (kek) pada wanita usia subur
(wus) di kecamatan terbanggi besar kabupaten lampung tengah. Journal
Agromedicine, 6(1), 105–113.
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/agro/article/view/2260/pdf

Sarumaha, O. (2018). Pengaruh Pemberian Siomay Ikan Gabus Terhadap Status


Gizi (IMT dan LILA) Pada Wanita Usia Subur Yang Kekurangan
Energi Kronik di Kelurahan Paluh Kemiri. Politeknik Kesehatan
Medan.

Satrianegara, M. F., & Alam, S. (2017). Al - Sihah : Public Health Science


Journal Analisis Kandungan Zat Gizi Biskuit Ubi Jalar Ungu
( Ipomoea batatas L . Poiret ) Sebagai Alternatif Perbaikan Gizi Di
Masyarakat. 9, 138–152.

Siti, M. (2013). Faktor Penyebab Ibu Hamil Kurang Energi Kronis. Infokus, 3(3),
40–62.
27

SATUAN ACARA PENYULUHAN


KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK) PADA WANITA USIA SUBUR
(WUS)

Pokok bahasan : Penyuluhan pada wanita usia subur (WUS)


Sub Pokok Bahasan : Kekurangan Energi Kronik (kek) pada wanita usia subur
(WUS)
Penyuluh : Maria Andriana, S.Tr.Kep
Hari/Tanggal :
Waktu :
Tempat : Puskesmas Pematang Kandis
Sasaran : Wanita Usia Subur

Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


a. Wus dapat menjelaskan Pengertian KEK
b. Wus dapat menjelaskan Tentang Gizi yang dibutuhkan selama masa
Prakonsepsi
c. Wus dapat menjelaskan Tentang dampak KEK bagi Ibu hamil
d. Wus dapat menjelaskan Cara Pencegahan KEK
Materi
a. Pengertian Kekurangan Energi Kronik (KEK)
b. Kebutuhan Gizi yang harus terpenuhi
c. Dampak KEK untuk WUS dan Ibu Hamil
d. Cara pencegahan KEK
Media
a. Leaflet
Metode
a. Ceramah
b. Diskusi
28

Pelaksanaan
No Kegiatan Respon Masyarakat Waktu
1 Pendahuluan 5 Menit
a. Penyampaian salam a. Membalas salam
b. Perkenalan b. Memperhatikan
c. Mejelaskan topic penyuluhan c. Memperhatikan
d. Menjelaskan tujuan d. Memperhatikan
e. Menjelaskan waktu pelaksanaan e. Memperhatikan
2 Penyampaian Meteri 30 Menit
1. Materi Memperhatikan
a. Pengertian penjelasan dan
b. Mamfaat mencermati materi
c. Kebutuhan
d. Efek samping
e. Waktu dan cara
f. Bahan makanan
2. Memberikan kesempatan untuk Bertanya
bertanya
3. Menjawab pertanyaan peserta Memperhatikan
3 Penutup 5 Menit
Menyimpulkan hasil penyuluhan Memperhatikan
Mengakhiri dengan salam Menjawab salam

Evaluasi
Setelah diberi penyuluhan ibu diberi pertanyaan yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan kekurangan energi kronik (KEK)
2. Sebutkan makanan yang bisa memenuhi gizi selama Prakonsepsi dan
kehamilan
3. Bagaimana cara mencegah KEK

Referensi
Sunarsih, Tri. 2011, Asuhan Kehamilan Untuk Kebidanan. Jakarta :
Salemba Medika
Materi
Terlampir

Anda mungkin juga menyukai