Anda di halaman 1dari 10
DISUSUN OLEH : BRILYANITA HENDRIE 2015302233 (CLAKADEMIK) (CLLAPANGAN) PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEBIDANAN UNIVERSITAS FORT DE KOCK BUKITTINGGI 2021 ii i sib ‘atau sesudah persalinan (Asuhan Persalinan Normal, 2007). Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas sspontan: ‘dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala Janjut yang mungkin timbul (Wiknjosastro, 1999). B. KLASIFIKASI 1. “Vigorous Baby” Skor APGAR 7-10, bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa. 2. “Mild Moderate asphyksia/asphyksia sedang” Skor APGAR 4-6, pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari 100x/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada, » . Asphyksia berat Skor APGAR 0-3, pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi Jantung kurang dari 100 x permenit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, reflek irtabilitas tidak ada, Pada asphyksia dengan henti jantung yaitu bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dati 10 menit sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung ‘menghilang post partum, pemeriksaan fisik sama pada asphyksia berat. diderita ibu dalam persalinan. am GGangguan menahun dalam Kehamilan dapat berupa gizi ibu yang bunile i menahun seperti anemia, hipertensi, jantung dll. Faktor-faktor yang timbul dalam persalinan yang bersfat mendadak yaitu faktorjanin berupa gangguan alan darah dalam tali pusat Karena tekanan tali pusat, depresi pemapasan karena obat-obatan anestesi/ analgetika yang diberikan ke ibu, perdarahan intrakranial, kelainan bawaan seperti hernia diafragmatika, atresia saluran pernapasan, hipoplasia paru-paru dil. Sedangkan faktor dari pihak ibu adalah gangguan his misalnya hipertonia dan tetani, hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan, hipertensi pada eklamsia, ganguan mendadak pada plasenta seperti solusio plasenta. Towel (1996) mengajukan penggolongan penyebab kegagalan pernapasan pada bayi terdiri dari : 1. Faktor ibu a. Hipoksia ibu Dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik atau anestesi dalam, dan kondisi ini akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya, b. Gangguan aliran darah uterus Berkurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya aliran oksigen ke plasenta dan juga ke janin, kondisi ini sering ditemukan pada gangguan kontraksi uterus, hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan, hipertensi pada penyakit eklamsi dsb. 2. Faktor plasenta Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta, asfiksis janin dapat terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya perdarahan plasenta, solusio plasenta dsb. ake cerns pce ey ns ir pet a el yaitu; pemakaian obat anestesi yang berlebihan pada ibu, trauma yang terjadi saat persalinan misalnya perdarahan intra kranial, kelainan kongenital pada bayi misalnya hernia diafragmatika, atresia atau stenosis saluran pernapasan, hipoplasia paru, dsb. D. PATOFISIOLOGI Pemafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkankan asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia transien), proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang kemoreseptor pusat pernafasan agar terjadi “Primarg gasping” yang kemudian akan berlanjut dengan pernafasan. Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O; selama kehamilan / persalinan, akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan ini dapat reversible atau tidak tergantung dari berat badan dan lamanya asfiksia. Asfiksia ringan yang terjadi dimulai dengan suatu periode appnoe, disertai penurunan frekuensi jantung, Selanjutnya bayi akan menunjukan usaha nafas, yang kemudian diikuti pernafasan teratur. Pada asfiksia sedang dan berat usaha nafas tidak tampak schingga bayi berada dalam periode appnoe yang kedua, dan ditemukan pula bradikardi dan penurunan tekanan darah, Disamping terjadinya perubahan klinis juga terjadi gangguan metabolisme dan Keseimbangan asam dan basa pada neonatus. Pada tingkat awal menimbulkan asidosis respiratorik, bila gangguan berlanjut terjadi metabolisme anaerob yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen tubuh pada hati dan jantung berkurang. Hilangnya glikogen yang terjadi pada kardiovaskuler menyebabkan gangguan fungsi jantung. teratur Tonus Tampuh Eksiremitas Gerakan aktif otot fleksi Sedikit ’ Refleks | Tidak ada Gerakan Menangis sedikit Wama Bir Tubuh Tubuh dan puost kemerahan] —_ekstre ekstremitas mitas biru kemer ahan APGAR SCORE nilai 0-3 : asfiksia berat nilai 4-6 asfiksia sedang_nilai 7-10 : normal Dilakukan pemantauan nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor mencapai 7. Nilai apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir dan menentukan prognosis, bukan untuk memulai resusitasi karena resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir bila bayi tidak menangis. (bukan 1 menit seperti penilaian skor apgar) © Sianosis ‘© penurunan terhadap stimulus © Nafas cepat, nafas cuping hidung Menurunnya tekanan O2 anaerob (PaO2) Meningginya tekanan CO) darah (PaO2) © Menurunnya PH (akibat acidosis respoiraktorik dan metabolic) © Dipakainya sumber glikogen tubuh anak metabolisme anaerob Terjadinya perubahan sistem kardivaskuler F. KOMPLIKASI 1. otak : edema otak,perdarahan otak, 2. jantung dan paru : hipertensi pulmonal persisten pada neonatus, perdarahan paru, edema paru, tubular nekrosis akut. 3. ginj 4. hiperbilirubenimia G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 1. Analisa Gas darah 2, _Elektrolit darah 3. Guladarah 4, Baby gram (RO dada) 5. _USG (kepala) ‘muncul. Tindakan resusitasi bayi ‘yang dikenal dengan ABC resusitasi, yaitu : 1. Memastika saluran nafas terbuka : ‘© Meletakan bayi dalam posisi yang benar ‘© Menghisap mulut kemudian hidung kalau perlu trachea ‘© Bila perlu masukan Et untuk memastikan pernapasan terbuka 2. Memulai pemapasan : ‘© Lakukan rangsangan takti, beri rangsangan taktil dengan menyentil atau menepuk telapak kaki bayi. Lakukan penggosokan punggung bayi secara cepat, mengusap atau mengelus tubuh, tungkai dan kepala bayi. © Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif 3. Mempertahankan sirkulasi darah ‘© Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada atau bila perlu menggunakan obat-obatan, Cara resusitasi dibagi dalam tindakan umum dan tindakan khusus 1. Tindakan umum + Pengawasan suhu + Pembersihan jalan nafas + Rangsang untuk menimbulkan pernafasan 2. Tindakan khusus + Asphyksia berat Resusitasi aktif haus segera dilaksanakan, langkah utama memperbaiki ventilasi paru dengan pemberian O, dengan tekanan dan intermiten, cara terbaik dengan intubasi endotrakeal lalu diberikan > tidak lebih dari 30 mmHg. Asphiksia berat hampir selalu diserti asidosis. Koreksi dengan bikarbonat natrium 2-4 mEq/kgBB, diberikan pula Slukosa 15-20 % dengan dosis 2-4mVkgBB. Kedua obat ini disuntuikan kedalam intra = bic 80-100x/menit. Tindakan ini diseting| vetilasi yale setiap kali satu ventilasitekanan ditati olch 3 kali kompeest Nindakan ini tidak berhasil bayi harus dinilai kembali, mungkin hal ini ; Ketidakseimbangan asam dan basa yang belum dikoreksi atau gangguan organi hernia diafragmatika atau stenosis jalan nafas b Asphyksia sodang Stimulasi agar timbul refick pem coba, bila dalam waktu 30-60 detik tif harus segera dilakukan, ventilasi sederhana dengan katcter QO; int . 2 mnt, bay! diletakdean dalam tidak timbul p. posisi dorsoficks: key Ke hukan gerak crobuka dan menutup nares dan mulut diserta: i ‘ a ) kali/menit, sambil Giperhatikan ger s 2 perlihathan gerakan pemapasan spontar hab H A cotilas: dibentikan jika basil tidak dicapai dalar c ' cngan tchanan positif seoara tidak langsung segera dilakukan, vent "i heh Sengan dua cara yaitu dengan dari asker Pada ventilasi dari mulut ke mulut, sebelumnya mulut penolong diisi dulu dengan O;, ventilasi dilakukan dengan frekuensi 20-30 kali permenit dan perhatikan gerakan nafas spontan yang mungkin timbul, mulut ke mulut atau dari ventilasi ke hantong Tindakan dinyatakan tidak berhasil jika setelah dilakukan berberapa saat terjadi Penurunan frekvensi jantung stay perburukan tonus otot, intubasi endotrakhesl ‘segera dilakukan, bikarbonat natrikus dan glukosa dapat segera diberikan, apabila EGC. Dewi, Vivian. 2011. Aswhan Neonatus Bayi dan Anak Balita, Sakarta: Medika Hidayat, Aziz. 2009. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta Rahayu, Sri Dedeh. 2009. Aswhan Keperawatan Anak dan neonatus. Jakarta: Medika Sarwono Prawirohardjo, 2010. /imu Kebidanan. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai