Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA By. A DENGAN IMUNISASI BCG


DI PUSKESMAS SIULAK MUKAI
TAHUN 2022

Disusun Oleh :
NOFRI WARDIANTI
NIM: PO.71242220145

Dosen Pembimbing :
IMELDA, SST, M.Bmd

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN


POLTEKKES KEMENKES JAMBI
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Telah disahkan “Laporan Stase Asuhan Kebidanan Pada By. A Dengan Imunisasi
BCG Di Puskesmas Siulak Mukai Tahun 2022” guna memenuhi tugas Stase Bayi,
Balita dan Anak Pra Sekolah program studi profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Jambi
tahun 2022.

Jambi, September 2022

Perseptor Akademik Pembimbing Lahan

Imelda, SST, M.Bmd Erlinawati, S.Keb


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan pada Allah SWT, karena berkat rahmat, hidayah
dan rizki kesehatan yang telah berikan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya dengan judul “Manajemen Asuhan Kebidanan Pada
By. A Dengan Imunisasi BCG Di Puskesmas Siulak Mukai Tahun 2022”
Laporan ini disusun dengan tujuan utama memenuhi Laporan Stase
Komprehensif Bayi, Balita dan Apras dan juga untuk menambah wawasan penyusun
makalah sebagai mahasiswa Poltekkes Jambi Program Studi Profesi Bidan.
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami berharap
mendapat kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan penyusunan
makalah kami kedepannya. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Hj. Suryani, S.Pd, MPH selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jambi
2. Lia Artika Sari, M.Keb selaku Kaprodi Pendidikan Profesi Bidan Poltekkes
Kemenkes Jambi
3. Imelda, SST, M.Bmd selaku Pembimbing Institusi yang telah banyak memberikan
petunjuk dan pembelajaran, bimbingan serta motivasi dalam pembuatan laporan ini
4. Erlinawati, S.Keb selaku Pembimbing Lahan di lahan praktik (CI) di Puskemas
Gunung Labu
5. Rekan-rekan sejawat dan seperjuangan yang telah memberikan saran dan masukan
kepada penulis dalam menyelesaikan laporan kasus ini.
Demikian yang dapat disampaikan oleh kami, atas kekurangannya kami
memohon maaf yang sebesar-besarnya.

Kerinci, September 2022


Penulis

NOFRI WARDIANTI
NIM : PO.71242220145
DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan .................................................................................................. i


Kata Pengantar........................................................................................................... ii
Daftar Isi..................................................................................................................... iii

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 2
C. Tujuan........................................................................................................ 2
D. Manfaat ..................................................................................................... 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Teori Imunisasi.......................................................................................... 3
B. Teori Asuhan Kebidanan .......................................................................... 6
C. Evidence Based Midwivery....................................................................... 14

BAB III. TINJAUAN KASUS


A. Tinjauan Kasus ......................................................................................... 15

BAB IV PEMBAHASAN
Analisis Kasus dengan kajian teori jurnal/EBM ........................................... 20

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................ 22
B. Saran ......................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA

DOKUMENTASI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Pendahuluan
Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang terhadap
suatu penyakit, sehingga bila kelak terpajan pada penyakit tersebut ia tidak
menjadi sakit. Kekebalan yang diperoleh dari imunisasi dapat berupa kekebalan
pasif maupun aktif (Ranuh et.al, 2011).
Oleh karena itu perlu dilakukannya imunisasi sebagai upaya pencegahan
terhadap serangan penyakit yang berpengaruh terhadap status gizi anak Imunisasi
telah terbukti sebagai salah satu upaya kesehatan masyarakat yang sangat penting.
Program imunisasi telah menunjukkan keberhasilan yang luar biasa dan
merupakan usaha yang sangat hemat biaya dalam mencegah penyakit menular.
Imunisasi juga telah berhasil menyelamatkan begitu banyak kehidupan
dibandingkan dengan upaya kesehatan masyarakat lainnya. Program ini merupakan
intervensi kesehatan yang paling efektif, yang berhasil meningkatkan angka
harapan hidup.
Sejak penetapan the Expanded Program on Immunisation(EPI) oleh WHO,
cakupan imunisasi dasar anak meningkat dari 5% hingga mendekati 80% di
seluruh dunia. Sekurang-kurangnya ada 2,7 juta kematian akibat campak, tetanus
neonatorum dan pertusis serta 200.000 kelumpuhan akibat polio yang dapat
dicegah setiap tahunnya. Vaksinasi terhadap 7 penyakit telah direkomendasikan
EPI sebagai imunisasi rutin di negara berkembang: BCG, DPT, Polio, Campak dan
Hepatitis B. Banyak anggapan salah tentang munisasi yang berkembang dalam
masyarakat. Banyak pula orang tua dan kalangan praktisi tertentu khawatir
terhadap risiko dari beberapa vaksin. Adapula media yang masih mempertanyakan
manfaat imunisasi serta membesar-besarkan risiko beberapa vaksin.
Data mutakhir dari Direktorat Surveilans Epidemiologi, Imunisasi, dan
Kesehatan Matra, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan Departemen Kesehatan Indonesia, pada tanggal 27 mei 2011
menunjukkan angka cakupan imunisasi di tahun 2010 adalah campak 89,5%, DTP-
3 90,4%, polio-4 87,4%, dan hepatitis B-3 mencapai 91%. Dari datayang ada,
terlihat angka cakupan imunisasi dasar di Indonesia sudah cukup tinggi, namun
pada beberapa daerah masih ditemukan angka cakupan di bawah standar nasional
(Depkes RI, 2011).
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah Asuhan Kebidanan pada By.A imunisasi BGC di Puskesmas
Siulak Mukai Tahun 2022

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mahasiswa dapat melaksanakan Asuhan Kebidanan Pada By.A umur 1 bulan
dengan Imunisasi BCG di Puskesmas Siulak Mukai Tahun 2022 dengan
mengunakan dokumentasi SOAP.
2. Tujuan Khusus
Penulis diharapkan mampu:
a. Untuk mengetahui data subjektif Asuhan Kebidanan Pada By.A umur 1
bulan dengan Imunisasi BCG di Puskesmas Siulak Mukai Tahun 2022
b. Untuk Mengetahui data objektif Asuhan Kebidanan Pada By.A umur 1
bulan dengan Imunisasi BCG di Puskesmas Siulak Mukai Tahun 2022.
c. Untuk Mentukan Analisi Asuhan Kebidanan By.A umur 1 bulan dengan
Imunisasi BCG di Puskesmas Siulak Mukai Tahun 2022.
d. Untuk dapat MelakukanPenatalaksanan Asuhan Kebidanan By.A umur 1
bulan dengan Imunisasi BCG di Puskesmas Siulak Mukai Tahun 2022.

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi penulis
Dapat meningkatkan pengetahuan, wawasan, dan keterampilan dalam
memberikan asuhan pada bayi sehat dengan imunisasi.
2. Bagi institusi Potekes Kemenkes Jambi
Hasil studi kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber referensi
khususnya tentang asuhan kebidanan pada bayi sehat dengan imunisasi.
3. Bagi lahan Praktik Puskesmas Siulak Mukai
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan studi banding dalam
melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi sehat dengan imunisasi.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Teori Imunisasi
1. Pengertian
Imunisasi merupakan upaya pencegahan yang telah berhasil menurunkan
morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) penyakit infeksi
pada bayi dan anak. Selain itu imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan pada
bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat
anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan vaksin adalah bahan
yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yanga dimasukkan ke dalam
tubuh melalui suntikan. Seperti vaksin BCG, DPT, Campak, dan melalui mulut
seperti vaksin polio. (Maryunani, Anik. 2010)
Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal pada bayi yang baru lahir
sampai usia satu tahun untuk mencapai kadar kelebihan di atas ambang
perlindungan. (Depkes RI, 2005)

2. Tujuan Imunisasi
Menurut Maryunani, Anik. 2010 Tujuan dalam pemberian imunisasi, antara
lain:
a. Mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan
kesehatan bahkan bias menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa
penyakit yang dapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti campak, polio,
difteri, batuk rejan, hepatitis B, gondongan, cacar air, TBC, dan lain
sebagainya.
b. Melindungi dan mencegah penyakit-penyakit menular yang sangat berbahaya
bagi bayi dan anak.

3. Manfaat Imunisasi
Pemberian imunisasi menurut Depkes RI (2001) memberikan manfaat
sebagai berikut:
a. Untuk anak, bermanfaat mencegah penderitaan yang disebabkan oleh
penyakit menurun yang sering berjangkit.
b. Untuk keluarga, bermanfaat menghilangkan kecemasan serta biaya
pengobatan jika anak sakit.
c. Untuk Negara, bermanfaat memperbaiki derajat kesehatan, menciptakan
bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan Negara.
4. Efek Samping
Hampir tidak ada efek samping. Hanya sebagian kecil saja yang mengalami
pusing, diare ringan, dan sakit otot. Kasusnya pun sangat jarang. (Maryunani,
Anik. 2010)

5. Indikasi Pemberian Imunisasi


Imunisasi diberikan pada bayi, balita dan anak dalam keadaan sehat.

6. Kontraindikasi Pemberian Imunisasi


Imunisasi tidak boleh diberikan pada bayi, balita dan anak seperti:
a. Dalam masa tunas atau perkembangan suatu penyakit
b. Penurunan daya tahan tubuh
c. Terjadinya reaksi anafilaksis terhadap vaksin tersebut
d. Penyakit sedang atau berat dengan atau tanpa demam.

7. Daftar Imunisasi yang harus diberikan

Umur Jenis Imunisasi


0 bulan HB 0
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT/HB 1, Polio 2
3 bulan DPT/HB 2, Polo 3
4 bulan DPT/HB 3, Polio 4
9 bulan Campak

8. Vaksin BCG (Kemenkes RI, 2014)


Deskripsi:
Vaksin BCG merupakan vaksin
beku kering yang mengandung
Mycrobacterium bovis hidup yang
dilemahkan (Bacillus Calmette
Guerin), strain paris.

Indikasi:
Untuk pemberian kekebalan aktif
Vaksin BCG dan pelarut terhadap tuberculosis

Cara pemberian dan dosis:


• Dosis pemberian: 0,05 ml, sebanyak 1kali.
• Disuntikkan secara intrakutan didaerah lengan kanan atas(insertio
musculus deltoideus),dengan menggunakan ADS 0,05ml.

Efek samping:
2–6 minggu setelah imunisasi BCG daerah bekas suntikan timbul bisul kecil
(papula )yang semakin membesar dan dapat terjadi ulserasi dalam waktu 2–4
bulan, kemudian menyembuh perlahan dengan menimbulkan jaringan parut
dengan diameter 2–10 mm.

Penanganan efeksamping:
• Apabila ulkus mengeluarkan cairan perlu dikompres dengan cairan
antiseptik
• Apabila cairan bertambah banyak atau koreng semakin membesar
anjurkan orangtua membawa bayi ke dokter.

9. Vaksin Polio (Kemenkes RI, 2014)


a. Vaksin Polio Oral ( Oral Polio Vaccine(OPV)
Deskripsi:
Vaksin Polio Trivalent yang terdiri
dari suspensi viruspoliomyelitis
tipe 1,2, dan 3 (strain Sabin) yang
sudahdilemahkan.

Indikasi:
Untuk pemberian kekebalan aktif
Vaksin Polio & droplet terhadap poliomielitis
Cara pemberian dan dosis:
Secaraoral (melalu imulut),1dosis(dua tetes) sebanyak 4kali(dosis)
pemberian, dengan interval setiap dosis minimal 4minggu.
Kontra indikasi:
Pada individu yang menderita“immunedeficiency”tidak ada efek yang
berbahaya yang timbul akibat pemberian polio pada anak yang sedang sakit.
Efek Samping:
Sangat jarang terjadi reaksi sesudah imunisas ipoliooral.Setelah
mendapat vaksin polio oral bayi boleh makan minum seperti
bisa.Apabila muntah dalam30 menit segera diberi dosisulang.
Penanganan efek samping:
Orang tua tidak perlu melakukan tindakan apapun.

B. Teori Asuhan Kebidanan


Menurut Rukiyah, dkk (2009), pendokumentasian hasil asuhan adalah sebagai
berikut :
1. Pengertian
Catatan interaksi antara pasien, keluarga pasien dan tim kesehatan yang
mencatat tentang hasil pemeriksaan, prosedur pengobatan pada pasien dan
pendidikan kesehatan pada pasien serta respon pasien kepada semua kegiatan
yang dilakukan.
2. Tujuan
Tujuan dari pendokumentasian asuhan kebidanan adalah untuk kepentingan
hukum apabila terdapat gugatan di suatu saat nanti dari pasien dan juga untuk
memudahkan kita untuk memberikan asuhan selanjutnya kepada pasien.
3. Langkah-langkah
a. Menurut Hellen Varney, langkah-langkah Manajemen Kebidanan adalah
sebagai berikut :
1) Langkah I (Pertama), Pengumpulan Data Dasar
Langkah pertama merupakan awal yang akan menentukan langkah
berikutnya. Mengumpulkan data adalah menghimpau informasi
tentang klien atau orang yang meminta asuhan. Memilih informasi data
yang tepat diperlukan analisa situasi yang menyangkut manusia yang
rumit karena sifat manusia yang komplek. Kegiatan pengumpulan data
dimulai saat klien masuk dan dilanjutkan secara terus menerus selama
proses asuhan kebidanan berlangsung. Data dapat dikumpulkan dari
berbagai sumber. Sumber yang dapat memberikan informasi paling
akurat yang dapat diperoleh secepat mungkin dan upaya sekecil
mungkin.Pasien dalam sumber informasi yang akurat dan ekonomis
disebut sumber data primer, sumber data alternatif atau sumber data
sekunder adalah data yang yang sudah ada praktikan kesehatan lainnya
atau anggota keluarga.
2) Langkah II (Kedua), Interprestasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau
masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interprestasi yang benar atas
data-data yang dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan.
Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterprestasikan sehingga
ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik. Langkah awal dari
perumusan masalah atau diagnosa kebidanan adalah pengelolaan atau
analisa data yaitu menggabungkan dan menghubungkan data satu
dengan lainnya sehingga tergambar fakta. Diagnosa kebidanan adalah
diagnosa yang ditegakkan oleh bidan dalam lingkup praktik kebidanan
dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan.
3) Langkah III (Ketiga), Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah
Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial
lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah
diindentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien bidan
diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah potensial ini
benar-benar terjadi.
4) Langkah IV (Keempat), Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan
yang Memerlukan Penanganan Segera
Beberapa data menunjukkan situasi emergensi dimana bidan perlu
bertindak segera demi keselamatan ibu dan bayi, beberapa data
menunjukkan situasi yang memerlukan tindakan segera sementara
menunggu intruksi lain. Bidan mengevaluasi situasi setiap pasien
untuk menentukan asuhan pasien yang paling tepat. Langkah ini
mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan.
5) Langkah V (Kelima), Merencanakan Asuhan yang Komprehensif atau
Menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh
langkah sebelumnnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen
terhadap diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi atau
antisipasi, pada langkah ini informasi atau data dasar yang tidak
lengkap di lengkapi. Suatu rencana asuhan harus sama-sama disetujui
oleh bidan maupun wanita itu agar efektif, karena pada akhirnya
wanita itulah yang akan melaksankan rencana itu atau tidak. Oleh
karena itu tugas dalam langkah ini termasuk membuat dan
mendiskusikan rencanan dengan wanita itu begitu juga termasuk
penegasan akan persetujuannya.
6) Langkah VI (keenam), Melaksanakan Perencanaan dan
Penatalaksanaan
Pada langkah keenam ini rencana menyeluruh seperti yang telah diuraikan
pada langkah ke-5 dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan
ini bisa dilakukan selurunya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh
bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainnya.
Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter dan
keterlibatannya dalam manajemen asuhan bagi pasien yang mengalami
komplikasi, bidan juga bertanggung jawab terhadap terlaksanakannya
rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang
efisien akan menyingkat waktu, biaya dan meningkatkan mutu asuhan.
7) Langkah VII ( Ketujuh) Evaluasi
Pada langkah ke-7 ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah
bener-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana
telah diidentifikasi didalam masalah dan diagnosa. Rencana tersebut
dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam
penatalaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa sebagaimana rencana
tersebut telah efektif sedang sebagaimana belum efektif. Manajemen
kebidanan ini merupakan suatu kontinum, maka perlu mengulangi
kembali dari awal setiap asuhan mengidentifikasi mengapa proses
manajemen tidak efektif serta melakukan penyesuaian pada rencana
asuhan berikutnya.
b. Metode pendokumentasian yang dilakukan dalam asuhan kebidanan adalah
SOAP. SOAP merupakan singkatan dari :
S : Subjektif, pada pendokumentasian bayi baru lahir, data subjektif tidak
ditambahkan karena data subjektif merupakan data hasil wawancara
atau ucapan yang diungkapkan oleh pasien.
O : Objektif, yaitu menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan
fisik klien, lab dan tes diagnosis lain yang dirumuskan dalam data
fokus yang mendukung assesment. Tanda gejala objektif yang
diperoleh dari hasil pemeriksaan. Pemeriksaan yang dilakukan secara
head to toe dan terfokus disesuaikan dengan kebutuhan pemeriksaan
pada bayi baru lahir.
A : Merupakan pendokumentasian hasil analisis dan intrepretasi
(kesimpulan) dari data subyektif dan objektif. Karena keadaan pasien
yang setiap saat bisa mengalami perubahan dan akan ditemukan
informasi baru dalam data objektif, maka proses pengkajian data akan
menjadi sangat dinamis. Hal ini juga menuntut bidan untuk sering
melakukan analisis data yang dinamis tersebut dalam rangka mengikuti
perkembangan pasien dan analisis yang tepat dan akurat mengikuti
perkembangan data pasien akan menjamin cepat diketahuinya
perubahan pada pasien, dapat terus diikuti dan diambil
keputusan/tindakan yang tepat. Analisis data adalah melakukan
interpretasi data yang telah dikumpulkan, mencakup diagnosis/masalah
kebidanan, diagnosis/masalah potensial dan tindakan segera
(Muslihatun, 2009).

P : Planning/perencanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini dan


yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis
dan intrepretasi data. Penatalaksanaan (P) di SOAP juga mengandung
Implementasi dan Evaluasi. Pelaksanaan tindakan harus disetujui oleh
pasien, kecuali bila tindakan tidak dilaksanakan akan membahayakan
keselamatan pasien. Sebanyak mungkin pasien harus dilibatkan dalam
prosese implementasi ini. Bila kondisi pasien berubah, analisis juga
berubah, maka rencana asuhan maupun implementasinya pun
kemungkinan besar akan ikut berubah atau harus disesuaikan
(Muslihatun, 2009).

4. Pengkajian
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan
lengkap dari semua sumber berkaitan dengan kondisi klien. Pengkajian data
bayi terdiri atas anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
a. Identitas Bayi
Maksud pertanyaan ini adalah untuk identifikasi (mengenal)
penderita yang harus diketahui, misalnya untuk menetukan anjuran apa
atau pengobatan apa yang akan diberikan.
1) Nama
Dikaji untuk mengenal klien dan memanggil pasien agar tidak
keliru dengan pasien lain. (Ibrahim, 1996).
2) Tanggal lahir
Dikaji untuk mengetahui usia bayi dan menentukan dalam
pemberian asuhan pada bayi baru lahir.
3) Jam
Dikaji untuk menentukan batasan usia pada bayi sebagai patokan
dalam pemberian asuhan.
4) Jenis kelamin
Untuk mencocokan identitas kelamin sesuai nama anak, serta
menghindari kekeliruan bila terjadi kesamaan nama anak dengan
pasien lain.
5) Anak ke
Untuk mengetahui paritas dari ibu.
b. Pengkajian Orang Tua
1) Nama
Dikaji untuk mengenal klien dan memanggil pasien agar tidak
keliru dengan pasien lain. (Ibrahim, 1996). Nama orang tua juga
sebagai penanggungjawab terhadap anak.
2) Umur
Untuk mengetahui umur orang tua dan sebagai patokan sebagai
kesiapan sebagai orang tua dalam pemberian asuhan pada bayi.
3) Agama
Dikaji untuk mempermudah dalam melakukan pendekatan
keagamaan dalam melakukan asuhan kebidanan juga mengetahui
pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan lain.
4) Pendidikan
Pendidikan berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat
memberikan konseling asuhan sesuai dengan
pendidikan/pemahamannya.
5) Pekerjaan
Mengetahui pekerjaan ibu, gunanya untuk mengetahui dan
mengukur tingkat sosial ekonominya, karena ini juga mempengaruhi
dalam gizi pada anak.
6) Suku Bangsa
Ini perlu ditanyakan untuk mengadakan statistik kelahiran dan
sebagai penentuan cara pendekatan serta pemberian asuhan kepada
anak
7) Alamat
Untuk mengetahui keadaan lingkungan perumahan serta keadaan
tempat tinggal ibu dan dengan mengetahui tempat tinggal ibu, bidan
bisa dengan mudah berhubungan bila keadaan mendesak.
c. Data Subjektif
1) Keluhan Utama
Diisi sesuai dengan apa yang dikeluhkan ibu tentang keadaan
bayinya.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Untuk mengetahui kondisi bayinya apakah dalam keadaan yang sehat
atau sakit.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Ditanyakan mengenai latar belakang keluarga terutama :
 Anggota keluarga yang mempunayi penyakit tertentu terutama
penyakit menular seperti TBC, hepatitis dll.
 Penyakit keluarga yang diturunkan seperti kencing manis,
kelainan pembekuan darah, jiwa, asma dll.

 Riwayat kehamilan kembar. Faktor yang meningkatkan


kemungkinan hamil kembar adalah faktor ras, keturunan, umur
wanita, dan paritas. Oleh karena itu apabila ada yang pernah
melahirkan atau hamil dengan anak kembar harus diwaspadai
karena hal ini bisa menurun pada ibu.
4) Riwayat Persalinan dan Neonatal
a) Persalinan
Untuk mengetahui cara persalinan, ditolong oleh siapa, apakah ada
penyulit/tidak selama melahirkan seperti perdarahan.
b) Neonatal
Untuk mengetahui berapa berat badan lahir, panjang badan lahir,
apakah saat lahir bayi langsung menangis/tidak, serta adakah
cacat/ tidak.
5) Pola Kebiasaan Sehari-hari
a) Nutrisi
Setelah bayi dilahirkan apakah bayi sudah diberi minum ASI/ PASI
atau tidak.
b) Eliminasi
BAB : < 24 jam setelah bayi dilahirkan bayi mengeluarkan
mekonium
BAK : segera setelah bayi sudah lahir
c) Istirahat
1 jam pertama dari kelahiran bayi. Bayi belum tidur
d) Personal Hygiene
Bayi mandi setelah 6 jam/ lebih dari kelahiran bayi
d. Data Obyektif
Pemeriksaan fisik lengkap perlu dilakukan pada bayi baru lahir untuk
memastikan apakah bayi tersebut mempunyai abnormalitas medis atau
penyakit.
1) Pemeriksaan Umum :
a) Keadaan Umum
b) Kesadaran
2) Pengukuran
a) Berat Badan : untuk mengetahui berat bayi,
normal 2500-4000 gr, jika kurang bayi
premature, jika lebih bayi obesitas
(makrosomia)
b) Panjang Badan : panjang normal 45-50 cm

c) Lingkar Kepala : normalnya 30-33 cm, jika diameter


lebih kecil 3 cm bayi mengalami
mikrosepalus.
d) Lingkar Dada : lingkar normal 33-35 cm
e) LILA : normalnya 11-15 cm. LILA pada BBL
mencerminkan keadaan tumbuh kembang
bayi
3) Tanda Vital
a) Nadi : Peningkatan denyut nadi dapat menunjukan
infeksi, syok atau dehidrasi
b) Suhu : Peningkatan suhu menunjukan proses
infeksi ataudehidrasi.
c) Pernapasan : Peningkatan frekuensi pernafasan dapat
menunjukan syok
4) Status Present
Pemeriksaan tidak hanya dilakukan secara pandang tetapi sekaligus
dengan rabaan, pemeriksaan diawali dari :
Kepala : trauma kelahiran, caput suksedeneum, cepal
hematom,perdarahan dan fraktur tulang tengkorak,
ansefali dan mikrosefali.
Muka : simetris, tanda sindrom down.
Mata : simetris, tanda strabismus, glaukoma kongenital,
katarak kongenital, perdarahan konjungtiva dan reflek
glabella.
Hidung : simetris, nafas cuping hidung, pengeluaran cairan
abnormal.
Mulut : simetris, bibir sumping, reflek rooting, reflek
sucking dan swallowing (ketika bayi sedang menyusu).
Telinga : simetris, letak dan bentuk daun telinga, reflek
moro.
Leher : pergerakan, trauma lahir, fraktur fleksus
brakhialis, pembengkakan kelenjar tiroid dan vena
jugularis, reflek tonic neck.
Klavikula : fraktur klavikula
Dada : simetris, retraksi dinding dada, pembentukan
putting susu
Abdomen : pergerakan dada dan perut bersamaan, hernia,
kembung, benjolan abnormal

Punggung : spina bifida, abnormalitas medula spinalis, reflek


galant’s.
Vulva : Pada laki-laki panjang penis 3-4 cm dan lebar 1-
1,3 cm. Periksa lubang uretra, periksa adanya hipospadia
dan epispadia, memastikan jumlah testis.Pada perempuan
pada bayi cukup bulan labia mayorasudah menutupi labia
minora, lubang uretra terpisah dengan lubang vagina,
pengeluaran sekret abnormal.
Anus : kelainan atresia ani, pengeluaran mekonium.
Ekstremitas : simetris, pergerakan, periksa jari kemungkinan
polidaktili dan sindaktili, refleks palmer grasp dan reflek
babinski.
5. Assesment
Analisis data atau diagnosa, yaitu menggambarkan pendokumentasian hasil
analisa dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi atau
masalah potensial.
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan, yaitu menggambarkan pendokumentasian dari perencaan dan
evaluasi berdasarkan assesment.

C. Teori EBM
1. Kasus Kontrol Hubungan Imunisasi BCG dengan kejadian TB Paru pada
anak tahun 2015-2016 (Riani, dkk, 2018)
Tuberkulosis adalah penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan di
dunia. Pada tahun 2014 terjadi peningkatan insidens, prevalens bahkan
kematian karena TB di Indonesia. Tujuan. Mengetahui besar risiko tidak
diimunisasi BCG terhadap kejadian TB Paru pada anak di Kota Sukabumi
tahun 2015-2016 setelah dikontrol oleh variabel umur, jenis kelamin, berat
badan lahir, pemberian ASI Eksklusif, kunjungan Neonatal, pemberian Vitamin
A, pendidikan Ibu dan Pekerjaan Ibu. Sedangkan tujuan sekunder dari studi ini
adalah mengidentifikasi status imunisasi BCG dan kejadian TB Paru pada anak
serta variable covariatnya dan mengetahui besar risiko anak yang tidak
diimunisasi serta mengetahui besar Efektivitas vaksin BCG. Metode. Penelitian
ini menggunakan desain case control. Kasus dan kontrol adalah anak kota
Sukabumi usia 0-5 tahun yang diperoleh dari laporan rutin program TB,
imunisasi, KIA dan Gizi di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi. Hasil. Analisis
multivariat menunjukkan bahwa risiko anak yang tidak diimunisasi BCG dan
KN sebanyak 3 kali adalah 1,13 kali lebih besar untuk terkena TB paru
dibandingkan kelompok rujukan dan anak yang diimunisasi BCG. Dari hasil
tersebut diketahui bahwa efektivitas vaksin BCG tanpa interaksi 67%,
sedangkan dengan interaksi 82%. Kesimpulan. Imunisasi di Kota Sukabumi
masih merupakan salah satu upaya yang efektif untuk mencegah terjadinya TB
paru pada anak.
2. Efektivitas Imunisasi BCG Terhadap Kejadian Tuberkulosis Anak di
Kabupaten Bangka(Wulan, dkk, 2021)
Vaksin Bacillus Calmette Guerin (BCG) masih merupakan satu-satunya vaksin
berlisensi untuk melawan Tuberkulosis, dengan perkiraan cakupan global mencapai
85%, namun kasus TB Anak masih ditemukan, walaupun cakupan imunisasi sudah
sesuai dengan target.
Tujuan:Menganalisis efektivitas imunisasi BCG terhadap kejadian TB pada anak di
Kabupaten Bangka.
Metode:Penelitian ini menggunakan desain kasus kontrol, populasi 93 anak didiagnosa
TB di Kabupaten Bangka pada tahun 2019. Total sampling digunakan untuk kelompok
TB sedangkan simple random sampling digunakan untuk kelompok kontrol,
perbandingan jumlah sampel 1 kasus : 1 kontrol. Analisis data yang digunakan adalah
analisis univariat dan bivariat dengan uji Chi Square, perhitungan Odds Ratio
(OR),Attributable Fraction,Attributable Number, dan Attributable Fraction
Population.
Hasil:Total 25 anak yang tidak divaksin BCG, 21 orang (84,0%) didiagnosa TB.
Kelompok yang diberi vaksin BCG, ada 55 orang (43,3%) yang menderita TB.
Analisis statistik menunjukkan ada hubungan bermakna antara pemberian imunisasi
BCG dengan kejadian TB anak (p=0,000). OR sebesar 6,87 (95% CI 2,2 -21,1).
Efektifitas imunisasi BCG pada penelitian ini sebesar 85%.
Kesimpulan:Efektivitas imunisasi BCG adalah 85%, dinyatakan efektif mencegah
kejadian Tuberkulosis Anak. Anak yang tidak mendapat imunisasi BCG beresiko 6,87
kali lebih tinggi untuk menderita TB Anak
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BY. A UMUR


1 BULAN DI BERIKAN IMUNISASI BCG
DI PUSKESMAS SIULAK MUKAI

Tanggal Pengkajian : 26 September 2022 Pukul : 09.00 WIB


A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
Bayi
a. Nama : By. A
b. Umur : 31 hari (1 Bulan 1 hari)
c. Jenis Kelamin : Perempuan
Orang Tua (Ayah dan Ibu)
a. Nama : Tn. A / Ny. F
b. Umur : 26 tahun / 32 tahun
c. Agama : Islam
d. Pendidikan : S1 / SMA
e. Pekerjaan : Swasta / Ibu Rumah Tangga
f. Alamat : Desa Koto Lua
2. Alasan datang/keluhan utama :
Ibu mengatakan ingin mengimunisasi anaknya
3. Riwayat Kelahiran
a. Tanggal lahir : 26 Agustus 2022
b. Jenis persalinan : normal
c. Penolong : bidan
d. BBL, PB, LK : 3000 gram, 49 cm, 32 cm
e. Komplikasi : tidak ada
f. Laktasi : IMD berhasil dan ASI eksklusif
4. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang : ibu mengatakan anaknya sehat dan tidak ada
keluhan.
b. Riwayat kesehatan yang lalu : ibu mengatakan anaknya tidak pernah
mengalami penyakit berat seperti kejang demam, diare, malaria, demam
berdarah, gangguan napas, kedinginan dan infeksi.
c. Riwayat kesehatan keluarga : ibu mengatakan didalam keluarga tidak pernah
mengalami penyakit, sistemik, menurun dan menular seperti ginjal TBC,
malaria, HIV/AIDS
5. Riwayat imunisasi
Jenis Pemberian ke/Tanggal pemberian
Keterangan
Imunisasi 1 2 3 4
HB0 26-08-22 Umur 0 hari
BCG
Polio
DPT-HB-Hib
Campak

6. Pola kebutuhan sehari-hari


a. Nutrisi : ibu mengatakan anaknya ASI eksklusif dan belum diberikan
makanan dan minuman tambahan.
b. Eliminasi : ibu mengatakan anaknya BAB satu kali sehari, BAK 6-7 kali
sehari dan tidak ada mengalami keluhan.
c. Istirahat : ibu mengatakan anaknya masih banyak tidur.
d. Aktivitas : ibu mengatakan anaknya aktif dan sering bermain.
e. Hygiene : ibu mengatakan anaknya mandi 2 kali sehari, keramas setiap
hari, ganti pakaian setiap mandi dan apabila kotor serta basah.
7. Data sosial budaya
a. Pandangan keluarga terhadap kesehatan : ibu mengatakan tidak ada budaya
atau adat istiadat yang merugikan kesehatan.
b. Keadaan lingkungan : lingkungan di sekitar rumah bersih,, rumah tidak
dipinggir jalan raya sehingga tidak terpapar oleh asap kendaraan, anggota
keluarga ada yang merokok tetapi merokok di luar rumah karena sadar akan
adanya anak kecil di rumah.
c. Pengasuhan anak : anak diasuh oleh orangtuanya karena ibu tidak bekerja
sehingga dapat mengawasi anak setiap hari.
8. Data Perkembangan
Anak bisa menatap ke ibu, mengeluarkan suara o o, tersenyum, menggerakkan
kaki dan tangan

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum :
a. Keadaan umum : Baik
b. Tanda-tanda vital
1) Suhu : 36 °C
2) Denyut Jantung: 120 x/menit
3) Pernapasan : 38 x/menit
c. Antropometri
1) PB : 50 cm
2) BB : 3700 gram
2. Pemeriksaan fisik (head to toe)
a. Kepala
1) Rambut : bersih, distribusi merata, berwarna hitam
2) Muka : Simetris
3) Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih,
tidak ada tanda infeksi
4) Hidung : Lubang hidung simetris, tidakada pernapasan
cuping hidung
5) Mulut : Bibir simetris, tidak ada labioskisis, palatoskisis,
maupun labiopalatoskisis.
6) Telinga : Simetris, ada lubang telinga, daun telinga sudah
terbentuk sempurna, pendengaran baik
b. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, vena jugularis, maupun kelenjar tyroid,
tidak ada trauma.
c. Dada
Simetris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada suara wheezing
d. Abdomen
Simetris, normal, tidak ada kelainan, tidak ada benjolan.
e. Ekstremitas
1) Atas
Simetris, gerakan aktif, jumlah jari lengkap, tidak ada kelainan.
2) Bawah
Simetris, gerakan aktif, jumlah jari lengkap, tidak ada kelainan, garis-garis
plantar kaki sudah ada
f. Genetalia
Ada lubang pada ujung penis, testis sudah turun ke dalam skrotum, tidak ada
kelainan
g. Anus
Ada lubang anus
h. Punggung
Normal, tidak ada spina bifida, tidak ada pembengkakan
i. Kulit
Warna kemerahan, tidak mengelupas, lembab, hangat
C. ANALISIS DATA
Diagnosa Kebidanan :
Bayi. N 31 Hari dengan imunisasi BCG,
Masalah :
Tidak Ada

D. PERENCANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa bayinya dalam keadaan sehat
2. Menjelaskan kepada ibu manfaat imunisasi
3. Menjelaskan kepada ibu reaksi dan efek samping setelah diberikan imunisasi
BCG
4. Menyuntikkan imunisasi BCG dengan dosis 0,05 ml deltoid lengan kanan atas
secara intra cutan
5. Menganjurkan ibu untuk imunisasi anaknya setelah berumur 2 bulan yaitu DPT-
HB-Hib 1 dan Polio 2
6. Melakukan dokumentasi di KMS Bayi dan buku rigister imunisasi

E. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa bayinya dalam keadaan sehat.
Rasionalisasi : Untuk memberikan informasi kepada ibu dan keluarga mengenai
keadaan anaknya siap untuk diberikan imunisasi.
Evaluasi : Ibu dan keluarga mengetahui keadaan anaknya dan terlihat senang
karena anaknya sehat.
2. Menjelaskan kepada ibu manfaat imunisasi BCG
Rasionalisasi :Memberi informasi kepada ibu dan keluarga mengenai manfaat
imunisasi BCG untuk memberikan kekebalan pada bayi terhadap kuman TBC.
Evaluasi :ibu mengerti manfaat dari pemberian imunisasi BCG.
3. Menjelaskan kepada ibu reaksi dan efek samping setelah diberikan imunisasi
BCG.
Rasionalisasi : ibumengerti reaksi dan efek samping yang akan timbul setelah
diberikan imunisasi BCG berupa rasa tidak nyaman pada bayi, timbul benjolan
kecil setelah 1-2 bulan, kemerahan yang selanjutnya akan mengering dengan
sendirinya.
Evaluasi : ibu mengerti reaksi yang ditimbulkan setelah diberikan imunisasi
BCG.
4. Menyuntikkan imunisasi BCG dengan dosis 0,05 ml deltoid lengan kanan atas
secara intra cutan.
Rasionalisasi :Pemberian imunisasi BCG sesuai dosis ketentuan dan diberikan
di deltoid lengan kanan atas untuk memberikan estetika yg baik krn imunisasi
BCG menimbukan bekas di permukaan kulit.
Evaluasi :imunisasi BCG disuntikkan pada deltoid kanan secara IC dan ibu
mengerti semua penjelasan yang diberikan.
5. Menganjurkan ibu untuk imunisasi anaknya setelah berumur 2 bulan yaitu DPT-
HB-Hib 1 dan Polio 2.
Rasionalisasi : agar bayi mendapatkan imunisasi selanjutnya.
Evaluasi : ibu bersedia mengimunisasi anaknya setelah berumur 2 bulan yaitu
DPT-HB-Hib 1 dan Polio 2.
6. Melakukan dokumentasi di KMS bayi dan buku Rigister Imunisasi.
Rasionalisasi :KMS adalah kartu menuju sehat yang di pegang orang tua untuk
memantau tubuh kembang anaknya dan sebagai catatan kelengkapan imunisasi,
Rigister Imunisasi sebagai dokumen RS.
Evaluasi :Proses dokumentasi terlaksanan dengan baik.
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan program pengembangan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).


Program Pengembangan Imunisasi (PPI) yang diwajibkan dan Program Imunisasi Non
PPI yang dianjurkan. Wajib jika kejadian penyakitnya cukup tinggi dan menimbulkan
cacat atau kematian. Adapun jenis imunisasi yaitu Hb 0, BCG, DPT, Polio dan Campak.
Dari pengkajian data subjektif dan data objektif pada By. N umur 32 harimaka
didapatkan hasil bahwa By. N dalam keadaan sehat, tidak ada keluhan dalam hal
pemenuhan kebutuhan dasar yaitu dalam pemberian ASI, pola tidur, kebersihan serta
BAB dan BAK. Hasil pemeriksaan TTV yaitu pernafasan : 38 x/menit, S : 36,5°C,
denyut jantung : 120x/menit. Dilakukan penimbangan berat badan dengan hasil 2700 gr
serta tidak ditemukannya kelainan pada saat pemeriksaan fisik By. N.
Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut maka bayi dianggap sehat dan normal,
sehingga asuhan berikutnya dapat dilakukan yaitu pemberian imunisasi BCG. Menurut
Depkes RI (2005) dalam pemberian imunisasi ada syarat yang harus diperhatikan yaitu
diberikan pada bayi atau anak yang sehat. Imunisasi BCG diberikan setelah adanya
pendidikan kesehatan tentang apa itu imunisasi BCG, manfaat serta efek samping dari
pemberiannya. Tidak lupa pula sebelum melakukan penyuntikan, pemberi asuhan
meminta persetujuan dari pihak keluarga mengenai asuhan yang akan diberikan.
Vaksin BCG melindungi anak terhadap penyakit tuberculosis (TBC). Dibuat
dari bibit penyakit hidup yang telah dilemahkan, ditemukan oleh Calmett Guerint.
Sebelum menyuntikkan BCG, vaksin harus lebih dulu dilarutkan dengan 4 cc cairan
pelarut (NaCl 0,9%). Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan dalam waktu 3
jam. Vaksin akan mudah rusak bila kena sinar matahari langsung. Tempat penyuntikan
adalah sepertinya bagian lengan kanan atas (Theophilus, 2007). Menurut Ikatan Dokter
Anak Indonesia (IDAI). Program Pengembangan Imunisasi (PPI), vaksin yang
diberikan harus baik, disimpan dilemari es dan belum lewat masa berlakunya, teknik
yang tepat, jadwal imunisasi yang sesuai umur dan dosis yang benar.
Pemberian hanya dilakukan apabila bayi atau anak sehat karena pada bayi yang
sehat antibody tubuhnya akan bekerja optimal. Sementara pemberian imunisasi pada
bayi sakit dikhawatirkan dapat memperburuk kondisinya sebab seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya bahwa imunisasi adalah proses memasukkan bakteri yang sudah
dilemahkan ke dalam tubuh. Selain itu, setelah diimunisasi terkadang muncul efek
samping pembengkakan kecil, merah di bekas lokasi penyuntikan, abses kecil, parutan
dan sebagainya yang mungkin akan membuat anak menjadi kurang nyaman.
Hal lain yang perlu diperhatikan sebelum pemberian imunisasi adalah lokasi
penyuntikan dan cara pemberiannya. Menurut dr. Arifianto, Sp.A (2014) lokasi
penyuntikan dan cara pemberian akan menentukan efektivitas imunisasi dalam
merangsang terbentuknya kekebalan tubuh. Dilihat dari asuhan yang diberikan maka
dapat disimpulkan bahwa pemberian imunisasi pada By. N telah sesuai dengan teori dan
standar pelayanan yang ada.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan tinjauan kasus yang telah dibuat asuhan kebidanan bayi sehat
dengan imunisasi pada By. N umur 32 haridapat disimpulkan sebagai berikut
1. Data subjektif yang didapat dari anamnesa yaitu, bayi lahir normal pada tanggal
2 September 2022.
2. Data objektif didapatkan hasil yaitu keadaan umum baik dan tidak ada kelainan.
3. Diagnosa didapatkan dari data subjektif dan data objektif yaitu By.N umur 32
hari dengan Imunisasi BCG.
4. Penatalaksaan asuhan sudah berdasarkan evidence based untuk bayi sehat dengan
imunisasi BCG.
B. Saran
1. Bagi Penulis
Untuk menerapkan ilmu yang telah diperoleh serta mendapatkan pengalaman
dalam melaksanakan asuhan kebidanan secara langsung pada bayi sehingga dapat
digunakan sebagai berkas penulis didalam melaksanakan tugas sebagai bidan.
2. Bagi Institusi Pendidikan Poltekes Kemenkes Jambi
Agar menjadi tambahan sumber kepustakaan dan perbandingan pada asuhan
kebidanan pada bayi.
3. Bagi Lahan Praktik Puskesmas Siulak Mukai
Hasil penulisan dapat memberikan masukan terhadap tenaga kesehatan untuk
lebih meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat dan selalu menjaga
mutu pelayanan.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Jakarta: Salemba
Medika

Kemenkes R1, 2014. Buku Ajar Imunisasi. Jakarta : Pusdiklatnakes

Khoirunnisa, Endang, Sudarti. 2010. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Anak
Balita. Yogyakarta: Nuha Medika

Maryunani, Anik. 2010. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta: Trans Info
Media

Riani, dkk, 2018. Kasus Kontrol Hubungan Imunisasi BCG dengan kejadian TB Paru
pada anak tahun 2015-2016.Sari Pediatri 2018;19(6):321-7

Wulan, dkk. 2020. Efektivitas Imunisasi BCG Terhadap Kejadian Tuberkulosis Anak di
Kabupaten Bangka.Pangkal Pinang: Jurnal KesehatanVol. x, No.xx, Juni 2021
DOKUMENTASI
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai