LK Coc - Silvia Oktaviani
LK Coc - Silvia Oktaviani
Disusun Oleh :
SILVIA OKTAVIANTI
Nim : 223001080076
LAPORAN LENGKAP
ASUHAN KEBIDANAN KOMREHENSIF
CONTINUITY OF CARE PADA NY “S” DENGAN
KEHAMILAN IUGR DI RSUD BAYUNG LENCIR
TAHUN 2024
Disetujui
CI Akademik
NIDN. 0106018503
i
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN LENGKAP
ASUHAN KEBIDANAN KOMREHENSIF
CONTINUITY OF CARE PADA NY “S” DENGAN
KEHAMILAN IUGR DI RSUD BAYUNG LENCIR
TAHUN 2024
Disetujui
CI Akademik
NIDN. 0106018503
Mengetahui
Ka. Program Studi Pendidikan Profesi Bidan
ii
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
yang saya susun sebagai syarat untuk memenuhi mata kuliah Kebidanan
saya kutip dari hasil karya orang lain telah dituliskan dalam sumbernya secara
jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan karya ilmiah.
COC ini bukan hasil karya saya sendiri atau adanya plagiasi dalam bagian-bagian
Silvia Oktaviani
Nim 223001080076
iii
ABSTRAK
Care) yaitu agar dapat melakukan asuhan kebidanan yang komprehensif terhadap
ibu hamil sampai dengan BBL sesuai dengan standart asuhan dengan
(Continuity of Care) dari masa kehamilan sampai dengan masa nifas terhadap
Ny.S G2P1A0 usia 25 tahun mulai dari usia kehamilan 39-40 minggu yang
masalah pada ibu yaitu kehamilan IUGR. Proses persalinan berjalan lancar. Bayi
lahir pada tanggal 06 Januari 2024 Pukul 19.20 wib ditolong oleh bidan. Bayi
neonatus tidak ada terjadi keluhan dan masalah pada bayi. Pada masa nifas Ny.S
pembengkakan pada payudara dan untuk kunjungan berikutnya ibu sudah tidak
mengalami keluhan. TTV dan TFU ibu dalam batas normal rasa nyeri sudah
iv
teratasi dan asi eksklusif tetap berjalan. Bayi lahir dengan berat badan rendah
sehingga memerlukan perawatan khusus pada BBLR dan tetap mendapatkan asi
eksklusif. Asuhan kebidanan Continuity of Care pada Ny.S yang dimulai dari
trimester III dengan usia kehamilan 39-40 minggu, persalinan, BBL, serta nifas
sudah terlaksana dan ibu termasuk kelompok resiko rendah harapannya bidan
dengan baik.
v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan
Stase Continuity Of Care dengan judul “Asuhan kebidanan Komprehensif
continuity of care pada Ny “S” dengan Kehamilan IUGR Di RSUD Bayung
Lencir”. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Bapak Seno Aji, S.Pd., M.Eng, Prac, selaku Rektor Universitas Adiwangsa
Jambi yang sudah memfasilitasi dan memberi dedikasinya untuk pendidikan
profesi Bidan.
2. Ibu Bdn. Subang Aini, S.Keb, M.Kes, selaku dekan Fakultas Kesehatan dan
Farmasi Universitas Adiwangsa Jambi yang sudah membantu dalam
kelancaran pendidikan profesi bidan ini.
3. Ibu Bdn. Devi Arista S.Keb.,M.Kes, selaku Ketua Program Studi profesi
Bidan di Universitas Adiwangsa Jambi yang sudah memberikan arahan untuk
tercapainya penatalaksanaan ini.
4. Ibu Bdn.Subang Aini,S.Keb.,M.Kes, selaku pembimbing CI Akademik yang
telah memberikan saran dan bimbingan dalam pengerjaan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritikan dan saran penulis harapkan sebagai bahan
untuk perbaikan.
Silvia Oktaviani
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................
LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT........................................
ABSTRAK……………….............................................................................
KATA PENGANTAR..................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
Latar belakang..............................................................................................
Tujuan Penulisan..........................................................................................
BAB IV PEMBAHASAN
Pembahasan Asuhan Kebidanan Kehamilan................................................
Pembahasan Asuhan Kebidanan Persalinan................................................
vii
Pembahasan Asuhan Kebidanan Nifas........................................................
Pembahasan Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir.......................................
BAB V PENUTUP
Kesimpulan..................................................................................................
Saran.............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
ix
BAB I
PENDAHULUAN
Kematian ibu bisa terjadi karena faktor 4T, yaitu terlalu muda (<20
tahun), terlalu tua (>35 tahun), terlalu sering melahirkan, dan terlalu dekat.
Pada kehamilan terlalu muda memiliki risiko kondisi rahim dan panggul
belum siap berkembang secara optimal yang bisa menyebabkan terjadinya
abortus (Kemenkes, 2018). Sedangkan kehamilan terlalu tua kondisi
kesehatan ibu mulai menurun, fungsi rahim yang menurun, dan kualitas sel
telur yang berkurang. Pada usia ini resiko yang kemungkinan akan terjadi
adalah keguguran, gangguan pada persalinan, preeklamsi, pendarahan,
BBLR, dan cacat bawaan. Usia terlalu muda dan terlalu tua memiliki risiko
kematian 3 kali lipat dibandingkan usia produktif yang sehat yaitu usia 20
tahun sampai 34 tahun (Fitri, 2017).
1
telah dibuat oleh WHO yang mempunyai tujuan untuk menurunkan AKI
dibawah 70 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB lebih rendah dari 12 per
1.000 kelahiran hidup (Kemenkes, 2018). Selain itu, ibu yang memiliki risiko
hamil perlu diperhatikan serta dikembangkan dalam upaya memberi
pelayanan kebidanan yang bermutu serta sesuai standar kebidanan. Tujuan
pemeriksaan dan pengawasan ibu hamil berisiko yakni, mengenali dan
menangani penyulit yang ditemukan saat kehamilan, persalinan, dan nifas
(Legawati, 2018). Selain itu dapat mengenali dan mengobati penyakit ibu
sedini mungkin, menurunkan angka morbiditas dan mortalilas pada ibu
mupun anak, serta dapat memberikan nasihat dan motivasi tentang cara hidup
sehari-hari, kehamilan, persalinan, Keluarga Berencana (KB), dan laktasi.
Pada dasarnya, bidan merupakan petugas kesehatan yang berkewajiban
melakukan deteksi dini kelainan, penyakit dan komplikasi untuk memperoleh
kehamilan, serta persalinan dan nifas yang aman (Hernawati dan Kamila,
2017). Hal ini mengartikan bahwa asuhan kebidanan berkesinambungan
kepada ibu hamil sangat perlu diberikan karena setiap ibu hamil memiliki
risiko terjadi komplikasi dalam kehamilan, persalinan, maupun nifas.
2
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Memberikan dan melakukan asuhan kebidanan komprehensif sesuai
dengan penerapan manajemen kebidanan secara varney pada Ny. “S”
dengan kehamilan IUGR di RSUD Bayung Lencir Tahun 2024
1.2.2 Tujuan khusus
1. Menganalisis asuhan kebidanan kehamilan pada Ny. “S” di RSUD
Bayung Lencir yang didokumentasikan dengan pendekatan Varney
2. Menganalisis asuhan kebidanan persalinan pada Ny. “S” di RSUD
Bayung Lencir yang didokumentasikan dengan pendekatan Varney.
3. Menganalisis asuhan kebidanan bayi baru lahir pada Ny. “S” di
RSUD Bayung Lencir yang didokumentasikan dengan pendekatan
Varney
4. Menganalisis asuhan kebidanan nifas Ny. “S” di RSUD Bayung
Lencir yang didokumentasikan dengan pendekatan Varney.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. TINJAUAN MEDIS
1. Kehamilan
a. Pengertian
Kehamilan adalah pertemuan persenyawaan antara sel
telur (ovum) dan sel mani (sperma). Kehamilan lamanya
280 hari atau 40 minggu atau 10 bulan (lunar
month).kehamilan yang berlangsung antara 23-36
minggu disebut kehamilan premature. Kehamilan yang
berlangsung antara 37-42 minggu disebut kehamilan
matur.Sedangkan bila kehamilan terjadi lebih dari 34
minggu disebut post matur. Proses kehamilan merupakan
mata rantai yang berkesinambungan dan terdiri dari;
1) Ovulasi atau pelepasan ovum
2) Terjadi imigrasi sperma dan ovum
3) Terjadi konsepsi dan pertumbuhan zigot
4) Terjadi nidasi (implantasi pada uterus)
5) Terjadi pembentukan plasenta
6) Tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm
Menurut tuanya kehamilan dibagi atas 3 triwulan
(trimester) yaitu:
1) Kehamilan trimester pertama : 0-12 minggu
2) Kehamilan trimester kedua : 12-28 minggu
3) Kehamilan trimester ketiga : 28-40
minggu (Muchtar, Rustam, Sinopsis
Obstetri)
4
b. Adaptasi Perubahan Fisiologis Kehamilan
Hampir seluruh tubuh wanita mengalami perubahan,
terutama pada alat kandungan, dan juga organ lainnya.
Adapun perubahan itu terjadi pada:
5
antara lain: bulan pertama uterus berbentuk seperti
alpukat, 4 bulan berbentuk bulat, akhir kehamilan
berbentuk bujur telur. Rahim yang tidak hamil/ rahim
normal sebesar telur ayam, pada umur 2 bulan
kehamilan sebesar telur bebek dan umur 3 bulan
kehamilan sebesar telur angsa.
Selama kehamilan, dinding-dinding otot rahim
menjadi kuat dan elastis. Fundus pada servik
mudahfleksi disebut tanda Mc Donald. Korpus uteri dan
servik melunak dan membesar pasca umur kehailan
minggu ke 8 yang disebut tanda Hegar. Sedangkan
posisi rahim pada awal kehamilan adalah antefleksi atau
retrofleksi, pada umur kehamilan 4 bulan kehamilan
rahim berada dalam rongga pelvis dan setelahnya
memasuki rongga perut.
Tinggi fundus uteri selama kehamilan:
Umur Kehamilan Tinggi
Fundus Uteri 12 minggu 3 jari di atas
simpisis
20 minggu 3 jari di bawah pusat
24 minggu Setinggi pusat
28 minggu 3 jari di atas pusat
32 minggu Pertengahan pusat dengan
prosessus xifoideus
36 minggu Setinggi prosessus xifoideus
40 minggu 2 jari di bawah prosessus
xifoideus
6
sambil mempertahankan status kardiovaskulernya
sendiri. Volume darah total ibu meingkat sekitar 30-
50% pada kehamilan tunggal dan 50% pada kehamilan
kembar. Volume darah total merupakan kombinasi
volume plasma yang meningkat 75% dan volume sel
darah merah yang meningkat 33%. Dari nilai sebelum
hamil. Semua ini menyebabkan hemodilusi,yang terlihat
pada kadar hematrokit rendah, yang dikenal denga
anemia fisiologis pada kehamilan yang terjadi pada usia
kehamilan 24-32 minggu. Peningkatan volume darah
total dimulai pada awal trimester yang pertama, yang
kemudian meningkat pesat pada pertengahan kehamilan
dan kemudian melambat hingga umur kehamilan 32
minggu. Setelah itu volume darah menjadi relative
stabil.
Pada akhir kehamilan memposisikanwanita pada posisi
telentang dapat menyebabkan uterus yang sekarang
berat dan berat dengan cepat menekan aliran balik vena
sampai membuat pengisian jantung menurun. Pada 10%
wanita hal ini dpat menyebabkan hipotensi arterial dan
wanita dapat menjadi pingsan atau kehilngan kesadaran.
Hal ini dapat diatasi dengan wanit tersebut berbaring
miring atau duduk.
3) Ginjal
Ada perubahan signifikan pada sisitem ginjal selama
kehamilan. Yang memampukan organ wanita bukan
hanya mengella zat sisa dan kelebihan yang dihasilkan
akibat eningkatan volume darah dan curah jantung juga
system metabolosme, tetapi juga menjadi organ utama
yang mengekskresi produk sisa dari janin. Selai itu
ginjal juga sngat penting sebagai media yag meretensi
7
natrium dan mempertahankan keseimbanga selama
kehamilan srta mempertahankan tekanan darah arteri
melalaui system rennin- angiostensi. Semua komponen
dalam sisitem tersebut yang dihasilkan baik dari ibu
maupun dari janin mengalami peningkatan pada
kehamilan normal.Hal ini sebagian disebabkan oleh
tingginya kadar estrogen.Pada normal berkemih wanita
yang tidak hamil pada siang hari berkebalikan dengan
pla wanita yang hamil. Wanita yang hamil
mengumpulkan cairan (air dan natrium) selama siang
hari dalam bentuk edema dependen akibat tekanan
uterus pada pembuluh darah panggul dan vena kava
inferior dan kemudian mengekskresi cairan tersebut
pada malam hari(nokturia) melalaui kedua ginjal ketika
wanita berbarinhg, terutama pada posisi lateral
kiri.Akibat yang ditimbulkan antara lain adalah
peningkatan resiko infeksi saluran kemih pada saat
hamil dan pasca partum, frekuensi berkemih
bertambah, cenderung terjadi glikoseria, proteinuria.
4) Sistem Pernafasan
System pernafasan ibu mengangkut oksigen kemudian
membuang kabondioksida dari janin, serta menyediakan
energy untuk sel-sel ibu itu sendiri janin dan
plasenta.faktor faktor yang mempengaruhi perubahan
pulmonal meliputi pengaruh hormonal dan perubahan
mekanis.Perubahan mekanis meliputi elevasi posisi
istirahat diafragma kurang lebih 4 cm, peningkatan 2
cm tranversal saat sudut subkostal dan iga bawah
melebar, serta lingkar toraks melingkar kurang lebih 6
cm. semua perubahan ini disebabkan olh pembesaran
uterus akibat tekanan keatas. Pengaruh hormonal
8
estrogen terhadp enggogerment kapiler melalui saluran
pernafasan dan efek progesterone terhdap relaksasi otot
polos bonkiol dan relak sasi otot serta kartilago pada
region toraks
5) Sistem Pencernaan
Perubahan pada saluran cerna memungkinkan
pengangkutan nutrian untuk memenuhi kebutuhan ibu
dan janin dan perubahan ini dibawah pengaruh
hormone dan mekanis. Estrogen menyebabkan aliran
darah kemulut sehngga gusi menjadi rapuh, dan dapat
menimbulkan gingivitis. Hal ini juga dapat mendorong
ibu memperhatikan perawatan gigi dan mulut. Tetapi
buka karena ia akan kehilangan kalsium. Saliva menjadi
lebih asam tetapi jumlahnya tidak menigkat.
Tinus pada sfingter osefagus bagian bawah melemah
dibawah pengaruh progesterone yangmenyebabkan
relaksasi otot polos. Pergeseran diafragma dan
penekanan akibat pembesaran uterus yang diperburuk
oleh hilangnya tonus sfingter menyebabkan reflex dan
nyeri ulu hati. Kerja progesterone pada otot otot
polos mentebabakan lambung hipotonusdisertai
penurunan motilitas dan waktu pengosongan yang
memanjang. Semua perubahan ini dialami seluruh
saluran usus halus. Efek progesteronmenjadi lebih jelas
seirirng kemajuan kehamilan dan peningkatan jadar
progesterone. Yang berefek memperpanjang lama
absorbs nutrient, mineral dan obat- obatan.Perubahan
pada traktus gastro intestinal terutama disebabkan oleh
relaksasi otot polos. Keadaan ini dipicu oleh tingginya
kadar Progesteron selama kehamilan.Relaksasi sfingter
oesophageus menyebabkan regurgitasi asam lambung
9
sehingga menyebabkan keluhan panas didada
(heartburn). Sekresi dan motilitas lambung menurun
sehingga pengosongan lambung terhambar, keadaan ini
menyebabkan pencernaan semakin efisien namun
menyebabkan rasa mual.Motilitas usus halus menurun
sehingga absorbsi akan berlangsung lebih
lama.Motilitas usus besar menurun sehingga absorbsi
lebih lama namun menyebabkan obstipasi
c. Tanda bahaya kehamilan
1) Hiperemesis
Adalah gejala mual dan muntah yang berlebihan pada
ibu hamil.Dapat berlangsung sampai usia kehamilan 4
bulan dan keadaan umum menjadi buruk.Etiologi belum
diketahui secara pasti.Dibagi menjadi 3 tingkatan
menurut beratnya gejala yang timbul yaitu :
a) HEG tingkat 1
Muntah terus menerus,ibu merasa lemah, nafsu
makan tidak ada, berat badan turun, nyeri
epigastrium, Nadi meningkat sekitar
100x/menit,Tekanan darah turun,Turgor kulit
berkurang, lidah mengering, mata cekung.
b) HEG tingkat 2
Ibu lebih lemah dan apatis,turgor kulit lebih
mengurang,lidah mengering dan nampak kotor,nadi
rendah dan cepat,suhu tubuh kadang-kadang
naik,mata cekung dan sedikit ikterus,BB dan TD
turun,hemokonsenterasi, oliguria dan
konstipasi,ditemukan aseton pada air kencing.
c) HEG tingkat 3
Keadaan umum lebih parah, Muntah
berhenti,Kesadaran menurun dari somnolen sampai
10
koma, Nadi kecil dan cepat Suhu meningkat, TD dan
BB turun, Ensepalopati Wernicke dengan gejala
nistagmus, diplopia dan perubahan mental.
2) Perdarahan
Penyebab perdarahan pada ibu hamil antara lain:
a) Abortus
b) Placenta Previa
c) Solutio Placenta
d) Kehamilan Ektopik
3) Anemi
Anemia adalah kekurangan kadar hemoglobin atau sel
darah merah < 11 gr % atau suatu keadaan dengan
junlah eritrosit yang beredar atau konsentrasi
hemoglobin menurun (Maimunah 2005).
Ibu hamil dikatakan anemia jika hemoglobin darahnya
kurang dari 11 gr %. Bahaya anemia pada ibu hamil
tidak hanya berpengaruh pada keselamatan dirinya saja,
tetapi juga pada janin yang dikandungnya. Penyebab
paling umum dari anemia pada kehamilan adalah
kekurangan zat besi, hal ini penting dilakukan
pemeriksaan untuk anemia pada kunjungan pertama
kehamilan bahkan jika tidak mengalami anemia pada
saat kunjungan pertama, masih mungkin terjadi anemia
untuk kunjungan berikutnya.
Anemia juga disebabkan oleh kurangnya konsumsi
makanan yang mengandung zat besi atau adanya
gangguan penyerapan zat besi dalam tubuh (Manuaba ,
2001).
Klasifikasi Anemi dalam kehamilan ;
a) Anemia Defisiensi Besi
11
Untuk menegakan diagnosa Anemia defisiensi besi
dapat dilakukan dengan anamnesa. Hasil anamnesa
didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata
berkunang-kunang dan keluhan mual muntah pada
hamil muda. Padapemeriksaan dan pengawasan Hb
dapat dilakukan dengan menggunakan alat sachli,
dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu
trimester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb dengan
sachli dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Hb 11 gr% : Tidak
anemia 2.Hb 9-10 gr% :
Anemia ringan 3.Hb 7 –
8 gr%: Anemia sedang
4. Hb < 7 gr% : Anemia berat
b) Anemia Hipoplastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh hipofungsi
sumsum tulang, membentuk sel darah merah baru.
c) Anemia hemolotik
Disebabkan karena penghancuran sel darah
merah berlangsung lebih cepat dari
pembuatannya.
d) Anemia megaloblastik
Anemia karena defisiensi asam folik, jarang sekali
karena defisiensi vitamin B12 Hal ini erat
hubungannya dengan defisiensi makanan.
4) Pre Eklamsi atau Eklampsi
Preeklamsia adalah sebuah komplikasi pada kehamilan
yang ditandai dengan tekanan darah tinggi (hipertensi)
dan tanda-tanda kerusakan organ, misalnya kerusakan
ginjal yang ditunjukkan oleh tingginya kadar protein
pada urine (proteinuria). Preeklamsia juga sering
12
dikenal dengan nama toksemia atau hipertensi yang
diinduksi kehamilan.
Gejala preeklamsia biasanya muncul saat usia
kehamilan memasuki minggu ke-20 atau lebih (paling
umum usia kehamilan 24-26 minggu), sampai tak lama
setelah bayi lahir. Preeklamsia yang tidak disadari oleh
sang ibu hamil bisa berkembang menjadi eklamsia,
kondisi medis serius yang mengancam keselamatan ibu
hamil dan janinnya.
2. Pengertian IUGR
IUGR (Intra uterine Growth Retiction adalah berat badan bayi
baru kurang dari persentil 10 untuk usia kehamilan bayi, dalam
artian bayi baru lahir berukuran lebih kecil dengan usia
kehamilannya (Pranoto, Ibnu dkk. 2012 ).
3. Klasifikasi IUGR
Menurut Harper T. klasifikasi IUGR / PJT adalah:
a. IUGR tipe I atau dikenal juga sebagai tipe simetris. Terjadi
pada kehamilan 0-20 minggu,terjadi gangguan potensi
tubuh janin untuk memperbanyak sel (hiperplasia),
umumnya disebabkan oleh kelainan kromosom atau infeksi
janin.prognosisnya buruk.
b. IUGR tipe II atau dikenal juga sebagai tipe asimetris.terjadi
pada kehamilan 24-40 minggu, yaitu gangguan potensi
tubuh janin untuk memperbesar sel (hipertrpi), misalnya
pada hipertensi dalam kehamilan disertai insufisiensi
plasenta. Prognosisnya baik.
c. IUGR tipe III adalah kelainan diantara dua tipe diatas.
Terjadi pada kehamilan 20-28 minggu,yaitu gangguan
potensi tubuh kombinasi antara gangguan hiperplasia dan
hipertropi sel. Misalnya dapat terjadi pada malnutrisi
ibu,kecanduan obat,atau keracunan.
13
4. Penyebab IUGR
Penyebab IUGR dibedakan menjadi 3 faktor,yaitu:
a. Maternal/ibu seperti: Tekanan darah tinggi, riwayat
Diabetes mellitus, penyakit jantung dan pernafasan,
malnutrisi dan anemia, pecandu alkohol, obat-obatan
tertentu dan perokok.
b. Uterus dan plasenta : penurunan aliran darah dari uterus ke
plasenta, plasenta abruption , plasenta previa, infark
plasenta.
c. Factor janin antara lain : janin kembar, penyakit infeksi,
kelainan kongenital, kelainan kromosom, pajanan teratogen
(Cunningham, Gary, dkk.2006 ).
5. Manifestasi Klinis
Bayi-bayi yang dilahirkan dengan IUGR biasanya tampak
kurus, pucat, dan berkulit keriput. Tali pusat umumnya tampak
rapuh dan layu dibanding pada bayi normal yang tampak tebal
dan kuat. IUGR muncul sebagai akibat dari berhentinya
pertumbuhan jaringan atau sel. Hal ini terjadi saat janin tidak
mendapatkan nutrisi dan oksigenasi yang cukup untuk
perkembangan dan pertumbuhan organ dan jaringan, atau
karena infeksi. Meski pada sejumlah janin, ukuran kecil untuk
masa kehamilan bisa diakibatkan karena faktor genetik (kedua
orangtua kecil), kebanyakan kasus IUGR atau Kecil Masa
Kehamilan (KMK) dikarenakan karena faktor-faktor lain.
IUGR dapat terjadi kapanpun dalam kehamilan. IUGR
yang muncul sangat dini sering berhubungan dengan kelainan
kromosom dan penyakit ibu. Sementara, IUGR yang muncul
terlambat (>32 minggu) biasanya berhubungan dengan problem
lain. Pada kasus IUGR, pertumbuhan seluruh tubuh dan organ
janin menjadi terbatas. Ketika aliran darah ke plasenta tidak
cukup, janin akan menerima hanya sejumlah kecil oksigen, ini
14
dapat berakibat denyut jantung janin menjadi abnormal, dan
janin berisiko tinggi mengalami kematian (Harper T.,2008 ).
6. Faktor resiko
a. Ibu yang secara konstitusional kecil
Wanita berpostur kecil biasanya memiliki bayi yang lebih
kecil. Tidak jelas apakah fenomena ibu kecil melahirkan
bayi kecil bersifat alami atau karena lingkungan, tetapi
lingkungan yang disediakan oleh ibu lebih penting dalam
menentukan berat badan lair dari pada konstribusi
genetiknya. Pada wanita yang berat badannya rata-rata atau
rendah, kurangnya peningkatan berat selama kehamilan
mungkin berkaitan dengan hambatan pertumbuhan janin.
Akan tetapi,jika ibu yang bersangkutan bertubuh besar dan
sehat, pertambahan berat yang kurang dari rata- rata tanpa
penyakit ibu, kecil kemungkinan dengan hambatan
pertumbuhan janin yang signifikan (Manuaba dkk , 2007).
b. Deprivasi sosial
Efek deprivasi sosial pada berat badan lahir berkaitan
dengan efek faktor gaya hidup yang menyertainya seperti
merokok, penyalahgunaan alkohol dan zat lain, dan kurang
gizi. Wanita yang paling mengalami deprivasi sosial
memiliki bayi paling kecil dan tidak adanya sumber daya
psikososial, meningkatkan resiko hambatan pertumbuhan
pada janin (Pranoto, Ibnu dkk. 2012).
c. Penyulit Medis pada Ibu
Penyakit vaskular kronis, terutama jika diperberat oleh
adanya preeklamsia sering menyebabkan hambatan
pertumbuhan. Preeklamsia itu sendiri juga dapat
menyebabkan kegagalan pertumbuhan janin, terutama jika
kehamilannya sebelum 37 minggu. Penyakit ginjal dapat
disertai oleh hambatan pertumbuhan janin. Janin dari
15
wanita dengan penyakit jantung sianotik sering mengalami
hambatan pertumbuhan yang parah. Pada segian besar
kasus, anemia tidak menyebabkan hambatan pertumbuhan.
Pengecualiannya antar lain adalah anemia sel sabit atau
anemia herediter lain yang berkaitan dengan penyakit
serius pada ibu (Harper T., 2008).
d. Kelainan plasenta dan tali pusat
Solusio plasenta parsial kronis, infark luas, atau
korioangioma cenderung menyebabkan hambatan
pertumbuhan janin. Insersi marginal tali pusat dan terutama
insersi velamentosa lebih besar kemungkinannya disertai
oleh hambatan pertumbuhan janin (Khanzima,2011).
e. Janin Multipel
Kehamilan dengan dua atau lebih janin lebih besar
kemungkinannya mengalami penyulit hambatan
pertumbuhan satu atau lebih janin dibandingkan dengan
kehamilan tunggal. Memang, hambatan pertumbuahn
dilaporkan terjadi pada 10 sampai 15 persen janin kembar
(Resnik R.,2003 ).
f. Kehamilan ekstrauterus
Janin yang tumbuh diluar uterus biasanya mengalami
hambatan pertumbuhan. Malformasi uterus ibu juga
diaporkan berkaitan dengan gangguan pertumbuhan janin
(Khanzima,2011).
7. Mortalitas dan Morbiditas
Pertumbuhan janin terhambat berkaitan dengan mortalitas
dan morbiditas. Kematian janin, asfiksia lahir,aspirasi
mekonium, serta hipoglikemia janin meningkat, demikian juga
prevalensi kelainan perkembangan saraf. Hal ini berlaku baik
bagi bayi aterm maupun prematur.Pertumbuhan dan
perkembangan pascanatal pada janin dengan hambatan
16
pertumbuhan bergantung pada kausa hambatan, gizi selama
masa bayi,dan lingkungan sosial. Bayi dengan hambatan
pertumbuhan akibat faktor konstitusional ibu, kromosom,virus
atau kongenital akan tetap kecil seumur hidupnya. Mereka yang
mengalami hambatan pertumbuhan in utero akibat insufisiensi
plasenta sering dapat tumbuh mengejar ketertinggalannya
setelah lahir mendekati potensi pertumbuhan herediternya jika
berada di lingkungan yang optimal. Demikian juga, prognosis
perkembangan neurologis pada bayi dengan hambatan
pertumbuhan dipengaruhi oleh lingkungan pascanatal. Bayi
demikian yang lahir dari keluarga dengan tingkat sosoiekonomi
tinggi lebih jarang mengalami masalah perkembangan selama
tindak lanjut (Resnik R.,2003).
8. Diagnosis
Menurut Resnik R. diagnosis IUGR dapat ditegakkan
dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Faktor Ibu
Ibu hamil dengan penyakit hipertensi, penyakit
ginjal dan kardiopulmonal dan pada kehamilan
ganda.
b. Tinggi Fundus Uteri
cara ini sangat mudah, murah, aman, dan baik untuk
diagnosa pada kehamilan kecil. Caranya dengan
menggunakan pita pengukur yang di letakkan dari simpisis
pubis sampai bagian teratas fundus uteri. Bila pada
pengukuran di dapat panjang fundus uteri 2 (dua) atau 3
(tiga) sentimeter di bawah ukuran normal untuk masa
kehamilan itu maka kita dapat mencurigai bahwa janin
tersebut mengalami hambatan pertumbuhan.
Berat badan penting diukur sebelum proses persalinan
mulai, gunanya untuk mengantisipasi kemungkinan
17
penyulit kehamilan, persalinan seperti gangguan
pertumbuhan bayi atau makrosomia (Bayi Besar). Berat
badan janin secara sederhana dapat diukur dengan
mempergunakan rumus diantaranya rumus Johnson
Toshack. Rumus ini dihitung berdasarkan Tinggi Fundus
Uteri (TFU) yaitu jarak dari bagian atas tulang kemaluan
(simfisis os pubis) ke puncak rahim (Fundus) dalam
centimeter (cm) dikurangi 11, 12 atau 13, hasilnya dikali
155 didapatkan berat badan bayi dalam gram. Rumus
Johnson Toshack : BB = (TFU – N) x 155 Keterangan : BB
= Berat badan janin dalam gram TF = Tinggi Fundus Uteri
N = 13 bila kepala belum melewati PAP N = 12 bila
kepala berada di atas spina ischiadika N = 11 bila kepala
berada di bawah spina ischiadika
Pada tahun 1990, Dare et al mengajukan suatu formula
yang lebih sederhana untuk menghitung taksiran berat
badan janin, yaitu perkalian antara SFH dengan AG.
Metode yang dipakai berupa pengukuran lingkar perut ibu
dalam centimeter kemudian dikalikan dengan ukuran
fundus uteri dalam centimeter, maka akan didapat taksiran
berat janin.
Metode ini dikenal dengan nama Formula
Dare’s. TBBJ = FU X AG
Keterangan : TBBJ = Taksiran Berat badan janin FU =
Fundus Uteri AG = Lingkar Perut Metode ini dianggap
lebih mudah digunakan berbagai kalangan dan memiliki
nilai bias yang minimal dibandingkan penggunaan tinggi
symphysial-fundal.
c. USG Fetomaternal
Pada USG yang diukur adalah diameter
biparietal atau cephalometry angka kebenarannya mencapai
18
43-100%. Bila pada USG ditemukan cephalometry yang
tidak normal maka dapat kita sebut sebagai asimetris IUGR.
Selain itu dengan lingkar perut kita dapat mendeteksi
apakah ada pembesaran organ intra abdomen atau tidak,
khususnya pembesaran hati.
Tetapi yang terpenting pada USG ini adalah perbandingan
antara ukuran lingkar kepala dengan lingkar perut untuk
mendeteksi adanya asimetris IUGR.
d. Doppler Velocimetry
Dengan menggunakan Doppler kita dapat mengetahui
adanya bunyi end-diastolik yang tidak normal pada arteri
umbilicalis, ini menandakan bahwa adanya IUGR.
9. Penatalaksanaan
Langkah pertama dalam menangani IUGR adalah
mengenali pasien-pasien yang mempunyai resiko tinggi untuk
mengandung janin kecil. Langkah kedua adalah membedakan
janin IUGR atau malnutrisi dengan janin yang kecil tetapi
sehat. Langkah ketiga adalah menciptakan metode adekuat
untuk pengawasan janin pada pasien- pasien IUGR dan
melakukan persalinan di bawah kondisi optimal.
Untuk mengenali pasien-pasien dengan resiko tinggi untuk
mengandung janin kecil, diperlukan riwayat obstetrik yang
terinci seperti hipertensi kronik, penyakit ginjal ibu dan riwayat
mengandung bayi kecil pada kehamilan sebelumnya. Selain itu
diperlukan pemeriksaan USG. Pada USG harus dilakukan
taksiran usia gestasi untuk menegakkan taksiran usia gestasi
secara klinis. Kemudian ukuran-ukuran yang didapatkan pada
pemeriksaan tersebut disesuaikan dengan usia
gestasinya.Pertumbuhan janin yang suboptimal menunjukkan
bahwa pasien tersebut mengandung janin IUGR. (Cunningham,
Gary, dkk.2006 ).
19
Tatalaksana kehamilan dengan IUGR bertujuan suportif,
karena tidak ada terapi yang paling efektif sejauh ini, adalah
untuk melahirkan bayi yang sudah cukup usia dalam kondisi
terbaiknya dan meminimalisasi risiko pada ibu. Tatalaksana
yang harus dilakukan :
1) IUGR pada saat dekat waktu melahirkan. Yang harus
dilakukan adalah segera dilahirkan
2) IUGR jauh sebelum waktu melahirkan. Kelainan organ
harus dicari pada janin ini, dan bila kelainan kromosom
dicurigai maka amniosintesis (pemeriksaan cairan
ketuban) atau pengambilan sampel plasenta, dan
pemeriksaan darah janin dianjurkan.
a) Tata laksana umum :
setelah mencari adanya cacat bawaan dan kelainan
kromosom serta infeksi dalam kehamilan maka
aktivitas fisik harus dibatasi disertai dengan nutrisi
yang baik. Tirah baring dengan posisi miring ke kiri,
Perbaiki nutrisi dengan menambah 300 kal perhari,
Ibu dianjurkan untuk berhenti merokok dan
mengkonsumsi alkohol, Menggunakan aspirin
dalam jumlah kecil dapat membantu dalam beberapa
kasus IUGR Apabila istirahat di rumah tidak dapat
dilakukan maka harus segera dirawat di rumah sakit.
Pengawasan pada janin termasuk diantaranya adalah
melihat pergerakan janin serta pertumbuhan janin
menggunakan USG setiap 3-4 minggu.
b) Tata laksana khusus
pada IUGR yang terjadi jauh sebelum waktunya
dilahirkan, hanya terapi suportif yang dapat
dilakukan. Pada ibu hamil dengan penyakit kronis
seperti jantung, gagal ginjal, hipertensi dan lain-lain
20
perlu pengawasan dan pengobatan dari dokter
spesialis. Apabila penyebabnya adalah nutrisi ibu
hamil tidak adekuat maka nutrisi harus
diperbaiki. .Pada wanita hamil perokok berat,
penggunaan narkotik dan alkohol, maka semuanya
harus dihentikan .
c) Proses kelahiran
pematangan paru harus dilakukan pada janin
prematur.Pengawasan ketat selama melahirkan
harus dilakukan untuk mencegah komplikasi setelah
melahirkan. Operasi caesar dilakukan apabila terjadi
distress janin serta perawatan intensif neonatal care
segera setelah dilahirkan sebaiknya dilakukan.
Kemungkinan kejadian distress janin selama
melahirkan meningkat pada IUGR karena umumnya
IUGR banyak disebabkan oleh insufisiensi plasenta
yang diperparah dengan proses melahirkan.
(Gordon,JO.,2005).
10. Prognosis
Pada kasus-kasus IUGR yang sangat parah dapat berakibat
janin lahir mati (stillbirth) atau jika bertahan hidup dapat
memiliki efek buruk jangka panjang dalam masa kanak-
kanak nantinya. Kasus- kasus IUGR dapat muncul,
sekalipun sang ibu dalam kondisi sehat meskipun faktor-
faktor kekurangan nutrisi dan perokok adalah yang paling
sering. Menghindari cara hidup berisiko tinggi, makan
makanan bergizi, dan lakukan kontrol kehamilan secara
teratur dapat menekan risiko munculnya IUGR . Perkiraan
saat ini mengindikasikan bahwa sekitar 65% wanita pada
negara sedang berkembang paling sedikit memiliki kontrol
21
1 kali selama kehamilan pada dokter, bidan, atau perawat
(Resnik R., 2003 ).
11. Pencegahan
Beberapa penyebab dari IUGR tidak dapat dicegah.
Bagaimanapun juga, faktor seperti diet, istirahat, dan olahraga
rutin dapat dikontrol. Suplementasi dari protein, vitamin,
mineral, serta minyak ikan juga baik dikonsumsi. Selain itu
pencegahan dari anemia serta pencegahan dan tatalaksana dari
penyakit kronik pada ibu maupun infeksi yang terjadi harus
baik.
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk mencegah IUGR pada
janin untuk setiap ibu hamil sebagai berikut :
a. Usahakan hidup sehat.
b. Hindari stress selama kehamilan.
c. Hindari makanan obat-obatan yang tidak dianjurkan selama
kehamilan.
d. Olah raga teratur.
e. Hindari alkohol, rokok, dan narkoba.
f. Periksakan kehamilan secara rutin.(Leveno,J Kenneth,
dkk,2009)
22
mengikuti urutan yang logis dan memberikan pengertian yang
menyatukan pengetahuan, hasil temuan, dan penilaian yang
terpisah- pisah menjadi satu kesatuan yang berfokus pada
manajemen (Varney, Helen dkk.2007).
Proses manajemen menurut Varney terdiri dari 7 langkah yang
berurutan dimana setiap langkah disempurnakan secara periodik.
Proses dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir
dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu
kerangka lengkap yang dapat diaplikasikan dalam situasi apapun (
Rukiyah, yeyeh ai. 2011).
1. Pengumpulan Data dasar
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan
data, mengelompokan data, dan mengnalisa data sehingga dapat
diketahui masalh dan keadaan klien. Pada langkah pertama ini
dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber
yang berkaitan dengan kondisi klien.
Data-data yang dikumpulkan meliputi :
a. Data Subyektif
1) Biodata atau identitas klien dan suami.
Yang perlu dikaji : nama, umur, agama, suku,
pendidikan, pekerjaan dan alamat. Maksud pertanyaan
ini adalah untuk mengidentifikasi (mengenal) klien
(khanzima,2011).
2) Keluhan utama
Merupakan alasan utama klien untuk datang ke BPS
atau RS dan apa-apa saja yang dirasakan klien.
Kemungkinan yang ditemui : biasanya akan terjadi
kenaikan berat badan yang tidak sesuai dengan normal
selama hamil dan juga bisa penurunan berat badan,
kemungkinan klien mengalami kekurangan nutrisi
ataupun anemia yang tergolong kongenital, serta
23
gerakan janin yang berkurang (winda
kusumawardini,2011).
3) Riwayat perkawinan
Kemungkinan diketahui status perkawinan, umur hamil,
berapa lama baru hamil ( Rukiyah, yeyeh ai. 2011).
4) Riwayat Menstruasi
Yang ditanyakan adalah HPHT untuk menentukan
tafsiran persalinan, siklus,, lama, banyaknya, bau, warna
dan apakah nyeri waktu haid, serta kapan mendapatkan
haid pertama kalinya (khanzima,2011).
5) Riwayat obsetri yang lalu
Kehamilan yang lalu, kemungkinan klien mengalami
abortus, dan kemungkinan ibu mengalami preeklamsia
serta penyakit lainnya seperti diabetes militus dan
penyakit jantung.
Persalinan yang lalu kemungkinan ibu mengalami
kelahiran premature dan berat badan lahir bayi yang
rendah serta melahirkan sebelum waktunya.
Nifas yang lalu kemungkinan keaadaan lochea dan
laktasi berjalan lancar (winda kusumawardini,2011).
6) Riwayat kehamilan sekarang
Kemungkinan terjadinya kelainan plasenta dan tali
pusat, janin kembar, kehamilan ektopik, klien yang
diperberat dengan eklamsia, infeksi janin dan penyakit
lainnya.
7) Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan yang lalu : kemungkinan klien
memiliki penyakit jantung Cianostic dan penyakit
diabetes militus, serta anemia.
Riwayat kesehatan sekarang : kemungkinan pasien
sedang menderita penyakit DM, berat badan kurang dari
24
berat badan normal ibu hamil, malnutrisi anemia dan
konsumsi obat-obatan ( Rukiyah, yeyeh ai. 2011).
8) Riwayat kesehatan keluarga
Kemungkinan ada keluarga yang menderita penyakit
keturunan, riwayat kehamilan prematur atau riwayat.
persalinan pre-term, dan riwayat keturunan kembar
(khanzima,2011).
9) Riwayat sosial, ekonomi, dan budaya
Kemungkinan hubungan klien dengan suami, keluarga,
dan masyarakat baik, pendidikan klien yang rendah
dapat mempengaruhi kehamilan serta ekonomi yang
rendah, adanya kebudayaan klien juga mempengaruhi
kesehatan kehamilan (winda kusumawardini,2011).
10) Riwayat spiritual
Kemungkinan klien melakukan ibadah agama dan
kepercayaan dengan baik (khanzima,2011).
11) Riwayat psikologis
Kemungkinan adanya tanggapan keluarga ataupun
suami yang kurang baik dengn kehamilan ini. Atau
kemungkinan klien tidak mengharapkan kehamilan ini
dan terjadi masalah karna kehamilan ini.
Kemungkinan pemenuhan kebutuhan bio-psiko yang
meliputi pemenuhan nutrisi, proses eliminasi, aktivitas
sehari-hari, istirahat, personal hygiene dan kebiasaan-
kebiasaan yang dapat mempengaruhi kesehatan klien
saat hamil (khanzima,2011).
b. Data Obyektif
Data dikumpulkan melalui pemeriksaan umum dan
pemeriksaan khusus.
1) Pemeriksaan umum
25
Secara teoritis kemungkinan adanya keadaan umum
klien yang kurang baik, yang mencakup kesadaran,
tekanan darah, nadi, nafas, suhu, tinggi badan, berat
badan dan keadaan umum, biasanya akan terjadi
kesenjangan pada berat badan ibu yang tidak normar
ataupun peningkatan berat badanya yang tidak ade
kuat, ini dapat dinyakan kerna salah satu kemungkinan
yang menyebab kan pertumbuhan janin terhambat
adalah malnutris, dan kemungkinan adanya peningkatan
tekanan darah karna hipertensi kronik adalah salah satu
penyakit yang juga dapat mengakibatkan
pertumbuha janin terhambat (winda
kusumawardini,2011).
2) Pemeriksaan Khusus
a. Inspeksi
yaitu pemeriksaan pandang yang dimulai dari
kepala sampai kaki.Yang dinilai adalah
kemungkinan bentuk tubuh yang normal,
kebersihan kulit, rambut, muka, conjuktiva pucat
atau tidak, skelera, hidung, mulut apakah ada caries
dentis, stomatitis, karang gigi, leher apakah ada
pembesaran kalenjer gondok, payudara apakah
simetris kiri dan kanan, keadaan puting susu
menonjol atau tidak, perut membesar sesuai usia
kehamilan atau tidak, kemungkinan biasanya pada
pertumbuhan janin terhambat pembesaran perut
tidak sesuai dengan kehamilan, apakah ada bekas
operasi atau tidak, oedema atau pengeluaran dari
vagina. Anus apakah ada haemoroid, ektremitas atas
dan bawah apakah ada kelainan (khanzima,2011).
b. Palpasi
26
Dengan menggunakan leopold, kemungkinan yang
akan ditemukan adalah :
- Leopold I : tinggi fundus dalam cm, pada
fundus teraba bagian kepala, bokong atau yang
lainnya. Kemungkinan tinggi fundus tidak sesuia
dengan usia kehamilan dan kemungkinan akan
bisa teraba krepitasi pada tulang kepala janin.
- Leopold II : pada dinding perut klien sebelah
kiri atau kanan kemungkinan teraba punggung,
anggota gerak atau bokong atau kepala.
- Leopold III : pada bagian terbawah
kemungkinan teraba kepala, bokong ataupun
yang lainnya.
- Leopold IV : kemungkinan bagian terbawah
janin telah memasuki pintu atas panggul dan
seberapa masuknya dihitung dengan perlimaan (
Rukiyah, yeyeh ai. 2011).
c. Auskultasi
Kemungkinan dapat terdengar bunyi jantung janin,
frekuensinya teratur atau tidak (khanzima,2011).
d. Perkusi
Kemungkinan refleks patella kiri dan kanan positif
(Rukiyah, yeyeh ai. 2011).
e. Ukuran panggul
Kemungkinan ukuran panggul normal, atau bisa
juga tidak normal.
f. Tafsiran Berat janin
Kemungkinan berat badan janin tidak sesuai dengan
usia kehamilan, dengan rumus :
27
(TFU dalam cm -11, atau 12, atau
13) x 155 (winda
kusumawardini,2011).
3) Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
Darah : hb, haematokrit, golongan darah,
kemungkinan hb dibawah normal
Urine : kemungkinan ditemui glukosa urin jika
klien menderita penyakit diabetes militus.
b. USG
Kemungkinan pada USG ditemukan cephalometry
yang tidak normal maka dapat kita sebut sebagai
asimetris IUGR. Selain itu dengan lingkar perut kita
dapat mendeteksi apakah ada pembesaran organ
intra abdomen atau tidak, khususnya pembesaran
hati.
Tetapi yang terpenting pada USG ini adalah
perbandingan antara ukuran lingkar kepala dengan
lingkar perut (HC/AC) untuk mendeteksi adanya
asimetris IUGR (khanzima,2011).
2. Interpretasi data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap
masalah atau diagnosa dan kebutuhan klien berdasarkan
interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.
Data dasar yang sudah dikumpulkan di interpretasikan sehingga
ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik. Kata masalah
atau diagnosa keduanya digunakan karena beberapa masalah
tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa ttapi membutuhkan
penanganan yang dituangkan dalam sebuah rebcana asuhan
terhadap klien. Masalah ini sering menyertai diagnosa.
Diagnosa yang di tegakkan bidan dalam lingkup praktek
28
kebidanan harus memenuhi standar nomenklatur diagnosa
kebidanan, yaitu :
a. Diakui dan telah disahkan oleh profesi.
b. Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan.
c. Memilki ciri khas kebidanan.
d. Dapat diselesaikan dengan pendekatan menajemen
kebidanan.
e. Didukung oleh klinikal judgement dalam lingkup
praktek kebidanan.
Bedasarkan kasus ini, kemungkinan interpretasi data
yang timbul adalah :
1) Diagnosa kebidanan
Kehamilan dengan IUGR, G …, P …. A…, H….
Dasar : HPHT, TP, gerakan janin berkurang dari
biasanya, TFU tidak sesuai dengan usia kehamilan,
berat badan janin dibawah normal, hasil USG
ditemukan asimetris PJT.
2) Masalah
Kemungkinan masalah yang timbul adalah
kecemasan Dasar : kehamilan cukup bulan tetapi
berat badan tidak sesuai dengan usia kehamilan.
3) Kebutuhan
Dukungan
psikologi
Dasar : kehamilan cukup bulan tapi berat badan
tidak sesuai dengan usia kehamilan
(winda kusumawardini,2011).
3. Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa
yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi,
29
bila memungkinkan dilakukan pencegahan sambil mengamati
mklien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa /
masalah potensial ini benar – benar terjadi.
Kemungkinan diagnosa atau masalah potensial yang timbul
adalah:
a. Janin lahir mati (IUFD)
Dasar : karena kelainan plasenta dan lilitan tali pusat serta
mal nutrisi pada ibu
b. Partus Prematur
Dasar : kehamilan belum cukup bulan
c. BBLR
Dasar : kehamilan belum aterm dan berat badan janin
kurang dari normal (Rukiyah, yeyeh ai.2011).
4. Menetapakn kebutuhan tindakan segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh Bidan atau
dokter dan atau untuk dikonsulkan atau ditangani bersama
dengan anggota tim kesehatan lain yang sesuai dengan kondisi
pasien. Kemungkinan tindakan segera pada kasus kehamilan:
a. Kematian janin
1) Segera dilahirkan
2) Kolaborasi dengan tim medis lainnya untuk mengakhiri
kehamilan
b. Prematur
Tindakan yang dilakukan jika terjadi prematur adalah:
1) Segera dilahirkan
2) Kolaborasi denag tim medis lainnya
c. BBLR
1) Lakukan perawatan khusus
2) Jaga hipotermi
3) Pantau keadaan bayi
(winda kusumawardini,2011).
30
5. Menyusun rencana asuhan kebidanan
Suatu rencana asuhan harus disetujui oleh kedua belah pihak
baik bidan maupun klien agar perencanaan dapat dilakuykan
dengan efektif. Semua keputusan harus bersifat rasional dan
falid berdasarkan teori serta asumsi yang berlaku tentang apa
yang akan dan tidak dilakukan. Perencanaan tindakan yang
mungkin dilakukan antara lain :
a. Dukungan psikologis
b. Rawat pasien yang malnutrisi
c. Kontrol vital sign
d. Kontrol dengan USG
e. Dengarkan DJJ Bayi
f. Kolaborasi dengan tenaga
medis lain ( Rukiyah, yeyeh
ai. 2011).
6. Pelaksanaan / Implementasi Tindakan
Tindakan diupayakan sesuai rencana,pada langkah ke enam ini
rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada
langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Dalam
kondisi dimana bidan berkolaborasi, keterlibatan bidan dalam
manajemen asuhan bagi klien adalah tetap bertanggung jawab
terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang
menyeluruh. Manajemen yang efisien akan menyangkut waktu
dan biaya serta meningkatkan mutu asuhan klien
(khanzima,2011).
7. Evaluasi
Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang telah diberikan
meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar –
benar telah terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana yang telah
diidentifikasi dalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut
31
dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam
pelaksanaannya (winda kusumawardini,2011).
2. 1 Pengertian Persalinan
dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum dapat dikatakan inpartu
2017).
hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar, proses yang berakhir
dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan
2007).
32
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban
keluar dari Rahim ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi
pada usia kehamilan cukup bulan (37 minggu) tanpa disertai penyulit (APN
turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban
didorong keluar melalui jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah
proses pengeluaran janin yang yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-
berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada
2. 2 Pembagian Persalinan
a. Persalinan spontan
lahirnya bayi pada letak belakang kepala dengan tenaga ibu dan bayi
sendiri tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang
b. Persalinan buatan
2016).
33
c. Persalinan anjuran
Marmi, 2016).
diketahui, tetapi ada beberapa teori yang berkaitan dengan timbulnya HIS dan
terdinya persalinan :
34
a. Teori penurunan kadar progesterone
terjadi persalinan
b. Teori oksitosin
Kadar oksitosin ibu sangat rendah dan tidak banyak berubah sebelum
pada kala I.
c. Keregangan otot-otot
menimbulkan kontraksi.
35
Kadarnya yang tinggi dalam air ketuban dan darah perifer pada ibu hamil
persalinan.
Tekanan bagian terendah janin pada servik dan segmen bawah rahim,
kontraksi.
f. Berkurangnya nutrisi
Bila nutrisi pada janin berkurang, maka hasil konsepsi akan segera
dikeluarkan.
2. 4 Tanda-tanda Persalinan
kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang
36
2. Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu
kemajuan persalinan
4. Durasi pendek
37
Lima aspek dasar benang merah yang penting dan saling terkait dalam asuhan
pasien. Keputusan ini harus akurat, komprehensif dan aman, baik bagi
dan keinginan sang ibu. Prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah dengan
bayi.
3. Pencegahan infeksi
lain dalam asuhan untuk melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga,
4. Pencatatan/dokumentasi
asuhan yang diberikan selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Hal
38
obat-obatan yang diberikan dan partograf adalah bagian terpenting dari
5. Rujukan
Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas rujukan atau
menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir. Rujukan tepat waktu
B (bidan) : Pastikan bahwa ibu dan bayi baru lahir di damping oleh
fasilitas rujukan.
39
K (keluarga) : Beritahu ibu dan keluarga mengenai alasan dan tujuan
40
dan bahan-bahan kesehatan lain yang diperlukan selama
2. Posisi Posisi bersalin yang tepat dan memberikan rasa nyaman pada ibu
4. Peran pendamping Suami atau orang terdekat ibu harus berada disamping
lancar.
41
5. Pengurangan rasa nyeri Mengurangi rasa nyeri bisa dilakukan dengan
ganda pada panggul, penekanan pada lutut, kompres hangat dan dingin,
2017).
dalam mewujudkan persalinan yang bersih dan aman bagi ibu dan
infeksi.
2. 7 Perubahan Psikologis
dan merupakan hal yang wajar, apabila ibu bersalin tidak mampu beradaptasi
42
dengan perubahan psikologi maka dapat memberikan efek jangka panjang
dan berlanjut pada gangguan psikologi yang lebih berat. Perubahan psikologi
(Manuaba, 2012).
psikologis yang mungkin terjadi menurut Manuaba (2012) yaitu : rasa cemas
sendiri, stres, khawatir atau cemas dan perubahan emosi. Pada bulan-bulan
takut, bimbang, dan ragu terhadap kondisi kehamilannya. Lebih buruk lagi
bayinya.
2. 8 Tahapan Persalinan
1. Kala I
43
a. Fase laten adalah periode waktu dari awal persalinan hingga
2. Kala II
Kontraksi selama kala dua terjadi lebih sering, kuat dan lebih lama, yaitu
(Manuaba, 2012).
yang dirasakan oleh ibu, tekanan pada anus, perineum menonjol dan
vulva membuka.
3. Kala III
setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput
44
menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta
pengendalian tarikan pada tali pusat yang dilakukan hanya selama uterus
berkontraksi, dan masase fundus uteri segera setelah plasenta lahir agar
bentuk uterus dari diskoid ke bentuk globular dan terjadi perubahan posisi
uterus.
4. Kala IV
berakhir setelah dua jam dari lahirnya plasenta (JNPK-KR, 2017). Hal-hal
yang dipantau selama kala IV dan dicatat pada lembar partograf adalah
setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua.
dilewati oleh janin terdiri dari rongga panggul, dasar panggul, serviks
dan vagina. Agar janin dan plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada
45
rintangan, maka jalan lahir tersebut harus normal, rongga-rongga panggul
pintu atas panggul yaitu dari bawah simpisis ke promontorium) ialah 10-
12-14 cm, diameter oblique (ukuran serong pintu atas panggul) 12-14
2. Power (kekuatan)
bagian bawah) dan vagina (jalan lahir), sehingga janin keluar dari
b. Tenaga mengejan
3. Passenger (janin)
46
Passenger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan
interaksi beberapa factor, yakni kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan
4. Psikis (psikologis)
anak.
ibu.
ataupun kelahiran.
5. Penolong
Peran dari penolong persalinan dalam hal ini adalah bidan, yang
dan memberikan informasi yang jelas dibutuhkan oleh ibu bersalin untuk
mengurangi tingkat kecemasan ibu dan keluarga (Ai Nursiah, dkk 2014)
47
2. 10 Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin Selama proses persalinan.
secara emosional.
normal adalah asuhan yang bersih dan aman selama persalinan dan setelah
48
b) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rectum
c) Perineum menonjol
partus set.
pemeriksaan dalam.
49
yang sudah dibasahi air desinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut
(100-180 kali/menit).
pada partograf.
50
d. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses
pimpinan meneran.
meneran (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah
meneran.
telentang)
51
e. Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi
h. Jika bayi belum lahir atau jika kelahiran bayi belum akan
i. Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi
14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
bayi.
bokong ibu.
17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
Lahirnya kepala
52
kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi
19) Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan
secara spontan.
g. Lahir bahu.
53
melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk
24) Setelah tubuh dan tangan lahir, menelusurkan tangan yang ada
saat punggung dan kaki lahir memegang kedua mata kaki bayi,
26) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan
pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem
28) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari
54
Jika bayi mengalami kesulitan bernafas, ambil tindakan yang
sesuai.
menghendakinya.
i. Oksitosin
32) Beritahu ibu bahwa dia akan disuntik oksitosin 10 unit agar
35) Meletakkan tangan pada satu kain yang ada diatas perut ibu,
55
(dorso cranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah
susu.
k. Mengeluarkan plasenta
menarik tali pusat kea rah bawah dan kemudian kea rah atas,
jika perlu.
56
(5) Merujuk ibu juka plasenta tidak lahir dalam waktu 30
l. Pemijatan uterus
m. Menilai perdarahan
40) Periksa kedua sisa plasenta baik bagian ibu maupun janin dan
dengan baik.
57
masih bersarung tangan tersebut dengan air desinfektasi
dan kering.
klorin 0,5%.
pervaginam.
58
53) Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5%
kering.
air bersih.
p. Dokumentasi.
2. 12 Partograf
59
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu
untuk :
persalinan lama.
dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medic
2) Kondisi janin
60
(2) J : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
mudah dipalpasi.
catat dengan tanda lingkaran (o) pada setiap dalam. Pada posisi
dari 40 detik.
61
b) Obat-obatan dan cairan yang digunakan. Oksitosin, obat-
sebuah titik besar (.). Tekanan darah catat setiap 4 jam dan
ibu BAK.
(JNPK-KR, 2017)
2. 13
62
Konsep Dasar Asuhan Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR)
63
lahir pada masa kehamilan preterm atau kurang bulan-
kecil masa kehamilan, masa kehamilan term atau cukup
bulan-kecil masa kehamilan, dan masa kehamilan post-
term atau lebih bulan-kecil masa kehamilan (Saputra,
2014).
A. Faktor ibu :
64
1) Penyakit
65
a. Kejadian yang paling sering terjadi yaitu pada
keadaan sosial ekonomi yang kurang. Karena
pengawasan dan perawatan kehamilan yang
sangat kurang.
b. Aktivitas fisik yang berlebihan dapat juga
mempengaruhi keadaan bayi. diusahakan apabila
sedang hamil tidak melakukan aktivitas yang
ekstrim.
c. Perkawinan yang tidak sah juga dapat mempengaruhi fisik
serta mental.
B. Faktor janin
C. Faktor plasenta
D. Faktor lingkungan
66
Manifestasi klinis atau biasa disebut gambaran
klinis biasanya digunakan untuk menggambarkan sesuatu
kejadian yang sedang terjadi. Manifestasi klinis dari
BBLR dapat dibagi berdasarkan prematuritas dan
dismaturitas. Manifestasi klinis dari premataturitas yaitu :
67
b. Mekonium atau feses kering, keriput, dan tipis
c. Verniks caseosa tipis atau bahkan tidak ada
d. Jaringan lemak dibawah kulit yang masih tipis
e. Bayi tampak gersk cepat, aktif, dan kuat
f. Tali pusat berwarna kuning agak kehijauan (Saputra,
2014).
1. Gangguan metabolik
Gangguan metabolik yang diikuti dengan hipotermi
dapat terjadi karena bayi BBLR memiliki jumlah
lemak yang sangat sedikit di dalam tubuhnya. Selain
itu, pengaturan sistem suhu tubuhnya juga belum
matur. Yang sering menjadi masalah pada bayi BBLR
yaitu hipoglikemi. Bayi dengan asupan yang kurang
dapat berdampak kerusakan sel pada otak yang
mengakibatkan sel pada otak mati. Apabila terjadi
kematian pada sel otak, mengakibatkan gangguan
pada kecerdasan anak tesebut. Untuk memperoleh
glukosa yang lebih harus dibantu dengan ASI yang
lebih banyak. Kebanyakan bayi BBLR kekurangan
ASI karena ukuran bayi kecil, lambung kecil dan
energi saat menghisap sangat lemah.
2. Gangguan imunitas
a. Gangguan imunologik
Sistem imun akan berkurang karena diberikan
rendahnya kadar Ig dan Gamma globulin.
68
Sehingga menyebabkan sering terkena infeksi.
Bayi BBLR juga sering terinfeksi penyakit yang
ditularkan ibu melalui plasenta.
b. Kejang pada saat dilahirkan
Untuk menghindari kejang pada saat lahir, Bayi
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) harus
dipantai dalam 1 X 24 jam. Dan harus tetap
dijaga ketat untuk jalan napasnya.
c. Ikterus (kadar bilirubin yag tinggi)
Ikterus pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) merupakan adanya gangguan pada zat
warna empedu yang dapat mengakibatkan bayi
berwarna kuning ( Khoiriah, 2017).
3. Gangguan pernafasan
a. Sindroma gangguan pemafasan
Gangguan sistem pernapasan pada bayi BBLR
dapat disebabkan karena kurang adekuatnya
surfaktan pada paru – paru.
b. Asfiksia
Pada bayi BBLR saat lahir biasanya dapat timbul asfiksia.
c. Apneu periodik
Terjadi apneu periodik karena kurang matangnya
organ yang terbentuk pada saat bayi BBLR
dilahirkan.
d. Paru belum berkembang
Paru yang belum berkembang menyebabkan bayi
BBLR sesak napas. Untuk menghindari
berhentinya jalan napas pada payi BBLR harus
sering dilakukan resusitasi.
e. Retrolenta fibroplasia
69
Retrolenta fibroplasia dapat terjadi akibat
berlebihnya gangguan oksigen pada bayi BBLR
(Kusparlina, 2016).
70
lambung. Akibatkan sari – sari makanan hanya
sedikit yang diserap.
b. Gangguan pencernaan
Saluran pencernaan pada bayi BBLR kurang
sempurna sehingga lemahnya otot – otot dalam
melakukan pencernaan dan kurangnya
pengosongan dalam lambung (England, 2014).
1. Masalah psikis
a. Gangguan perkembangan dan pertumbuhan
Pada bayi BBLR terdapat gangguan pada
masa pertembuhan dan perkembangan
sehingga menyebabkan lambatnya tumbuh
kembang Bayi Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR).
b. Gangguan bicara dan komunikasi
Gangguan ini menyebabkan Bayi Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) memiliki kemampuan
bicara yang lambat dibandingkan bayi pada
umummnya.
c. Gangguan neurologi dan kognisi
Gangguan neurologi dan kognisi pada Bayi
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) juga
sering ditemukan (Lestari, 2018).
2. Masalah fisik
a. Penyakit paru kronis
71
Penyakit paru kronis disebabkan karena infeksi.
Ini terjadi pada ibu yang merokok dan terdapat
radiasi pada saat kehamilan.
b. Gangguan penglihatan dan pendengaran
Pada bayi BBLR sering terjadi Retinopathy of
prematurity (ROP)
72
Refleks menelan pada BBLR belum sempurna dan lemahnya
refleks otot juga terdapat pada bayi BBLR Oleh karena itu,
pemberian nutrisi harus dilakukan dengan hati-hati.
4. Penimbangan ketat.
Penimbangan berat badan harus perlu dilakukan secara ketat
karena peningkatan berat badan merupakan salah satu status
gizi/nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh
(Syafrudin dan Hamidah, 2009).
Ada juga penatalaksanaan menurut Proverawati, A. 2010 yaitu
Penatalaksanaan umum pada bayi dengan BBLR dapat
dilakukan beberapa hal sebagai berikut:
73
Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi yang dimaksud yaitu
menentukan pilihan susu yang sesuai, tata cara pemberian dan
pemberan jadwal yang cocok dengan kebutuhan bayi dengan
BBLR. ASI (Air Susu Ibu) merupakan pilihan utama apabila
bayi masih mampu mengisap. Tetapi, jika bayi tidak mampu
untuk mengisap maka dapat dilakukan dengan cara ASI dapat
diperas terlebih dahulu lalu diberikan kepada bayi dengan
menggunakan sendok atau dapat dengan cara memasang sonde
ke lambung secara langsung. Jika ASI tidak dapat mencukupi
atau bahkan tidak ada, khusus pada bayi dengan BBLR dapat
digunakan susu formula yang komposisinya mirip ASI atau
biasanya dapat disebut susu formula khusus untuk bayi BBLR
(Hartini, 2017).
3. Pencegahan Infeksi
Bayi BBLR memiliki imun dan daya tahan tubuh yang relatif
kecil ataupun sedikit. Maka, sangat berisiko bayi BBLR akan
sering terkena infeksi. Pada bayi yang terkena infeksi dapat
dilihat dari tingkah laku, seperti memiliki rasa malas menetek,
gelisah, letargi, suhu tubuh yang relatif meningkat, frekuensi
pernapasan cenderung akan meningkat, terdapat muntah, diare,
dan berat badan mendadak akan semakin turun.
Fungsi perawatan di sini adalah memberi perlindungan terhadap
bayi BBLR dari bahaya infeksi. Oleh karena itu, bayi tidak
boleh kontak dengan penderita infeksi dalam bentuk apapun.
Digunakan masker dan baju khusus dalam penanganan bayi,
perawatan luka tali pusat, perawatan mata, hidung, kulit,
tindakan asepsis dan antisepsis alat- alat yang digunakan, rasio
perawat pasien ideal, menghindari perawatan yang terlalu lama,
mencegah timbulnya asfiksia dan pemberian antibotik yang
tepat (Kusparlina, 2016).
74
4. Hidrasi
Pada bayi BBLR tidak menutup kemungkinan untuk terjadinya
kekurangan cairan dan elektrolit. Maka, perlu dilakukan
tindakan hidrasi untuk menambah asupan cairan serta elektrolit
yang tidak cukup untuk kebutuhan tubuh.
5. Pemberian Oksigen
Pemberian oksigen dapat dilakukan apabila diperlukan pada
bayi BBLR. Pemberian oksigen ini dilakukan untuk mengurangi
bahaya hipoksia dan sirkulasi. Apabila kekurangan oksigen pada
bayi BLR dapat menimbulkan ekspansi paru akibat kurngnya
surfaktan dan oksigen pada alveoli. Konsentrasi oksigen yang
dapt diberikan pada bayi BBLR sekitar 30%-35% dengan
menggunakan head box. Konsentrasi oksigen yang cukup tinggi
dalam waktu yang panjang akan dapat menyebabkan kerusakan
pada jaringan retina. Oksigen dapat dilakukan melalui tudung
kepala, dapat menimbulkan kebutaan pada Bayi Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR). Sebisa mungkin lakukan dengan bahaya
yang sangat kecil mungkin dapat dilakukan dengan pemberian
alat CPAP (ContinousPositive Airway Pressure) atau dengan
pipa endotrakeal untuk pemberian konsentrasi oksigen yang
cukup aman dan relatif stabil.
75
memperoleh oksigen yang cukup yang sebelumnya diperoleh dari
plasenta. Dalam kondisi seperti ini diperlukan tindakan pemberian
jalan nafas segera setelah lahir (aspirasi lendir), dibaringkan pada
posisi yang miring, merangsang pernapasan dengan cara menepuk
atau menjentik tumit. Bila tindakan ini dapat gagal, dilakukan
ventilasi, intubasi endotrakheal, pijatan jantung dan pemberian
oksigen dan selama pemberian intake dicegah untuk terjadinya
aspirasi. Tindakan ini dapat dicegah untuk mengatasi asfiksia
sehingga dapat memperkecil kejadian kematian bayi BBLR
(Proverawati, 2010)
76
Konsep Dasar Asuhan Masa Nifas
77
langsung masuk ke langkah berikutnya sehingga tujuan diatas
dapat dilaksanakan.
5. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan
diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi
kepada bayinya dan perawatan bayi sehat;memberikan pelayanan
keluarga berencana ( Ai Yeyeh:2018).
2. 3 Peran dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas
Setelah proses persalinan selesai bukan berarti tugas dan tanggung
jawab seorang bidan terhenti, karena asuhan kepada ibu harus dilakukan
secara komprehensif dan terus menerus, artinya selama masa kurun
reproduksi seorang wanita harus mendapatkan asuhan yang berkualitas dan
standar, salah satu asuhan berkesinambungan adalah asuhan ibu selama
masa nifas.
Bidan mempunyai peran dan tanggung jawab antara lain :
a) Bidan harus tinggal bersama ibu dan bayi dalam beberapa saat
untuk memastikan keduanya dalam kondisi yang stabil.
b) Periksa fundus tiap 15 menit pada jam pertama, 20-30 menit pada
jam kedua, jika kontraksi tidak kuat. Massase uterus sampai keras
karena otot akan menjepit pembuluh darah sehingga menghentikan
perdarahan.
c) Periksa tekanan darah, kandung kemih, nadi, perdarahan tiap 15
menit pada jam pertama dan tiap 30 menit pada jam kedua.
d) Anjurkan ibu minum untuk mencegah dehidrasi, bersihkan
perineum dan kenakan pakaian bersih, biarkan ibu istirahat, beri
posisi yang nyaman, dukung program bounding attachman dan ASI
Eksklusif, ajarkan ibu dan keluarga untuk memeriksa fundus dan
perdarahan, beri konseling tentang gizi, perawatan payudara,
kebersihan diri.
e) Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa
nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan
fisik dan psikologis selama masa nifas.
78
f) Sebagai promoter hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
g) Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan
rasa nyaman.
h) Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan
ibu dan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi.
i) Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
j) Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara
mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi
yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman.
k) Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data,
menetapkan diagnose dan rencana tindakan serta melaksanakannya
untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi
dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas.
l) Memberikan asuhan secara professional.
( Ai Yeyeh:2018).
2. 4 Tahapan Masa Nifas
Masa nifas seperti dijelaskan diatas merupakan rangkaian setelah proses
persalinan dilalui oleh seorang wanita, beberapa tahapan masa nifas yang
harus dipahami oleh seorang bidan antara lain :
a) Puerperium dini yaitu pemulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri
dan berjalan-jalan
b) Puerperium dintermedial yaitu pemulihan menyeluruh alat-alat genital
yang lamanya 6-8 minggu
c) Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
terutama bila selama hamil atau bersalin memiliki komplikasi.
( Ai Yeyeh:2018).
2. 5 Kebijakan Program Nasional Nifas
Selama ibu berada pada masa nifas, paling sedikit 4 kali bidan harus
melakukan kunjunga, dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru
lahir dan untuk mncegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang
terjadi.
79
Seorang bidan pada saat memberikan asuhan kepada ibu dalam masa
nifas, ada beberapa hal yang harus dilakukan, akan tetapi pemberian asuhan
kebidanan pada ibu masa nifas tergantung dari kondisi ibu sesuai dengan
tahapan perkembangannya antara lain dalam literature :
a) Kunjungan ke-1 (6-8 jam setelah persalinan)
Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri: mendeteksi dan
merawat penyebab lain perdarahan : rujuk bila perdarahan berlanjut :
Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana
mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri; Pemberian ASI awal;
Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir; Menjaga bayi tetap sehat
dengan cara mencegah hipotermia; Jika petugas kesehatan menolong
persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam
pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan sehat.
b) Kunjungan ke-2 (6 hari setelah persalinan)
Memastikan involusi uterus berjalan normal; uterus berkontraksi, fundus
di bawah umbilicus. tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau; Menilai
adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal; memastikan
ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat; memastikan ibu menyusui
dengan baik dan tak memperlihatkan tanda-tanda penyulit; memberikan
konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap
hangat dan merawat bayi sehari-hari.
c) Kunjungan ke-4 (6 minggu setelah persalinan)
Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami;
Memberikan konseling untuk KB secara dini.
( Ai Yeyeh:2018).
80
susu berada di jaringan sub kultan, tepatnya diantara jaringan sub kutan
supersfisial dan profundus yang menutupi muskulus pectoralis mayor.
Ukuran normal 10-12 cm dengan beratnya pada wanita hamil adalah
200 gram, pada wanita hamil aterm 400-600 gram dan pada masa laktasi
sekitar 600-800 gram. Bentuk dari ukuran payudara akan bervariasi menurut
aktifitas fungsionalnya. Payudara menjadi besar saat hamil dan menyusui
biasanya mengecil setelah menopause. Pembesaran ini terutama disebabkan
oleh pertumbuhan struma jaringan penyangga dan penimbunan jaringan
lemak.
Ada 3 bagian utama payudara, korpus (badan), areola, papilla atau
putting. Areola mamae (kalang payudara) letaknya mengelilingi putting susu
dan berwarna kegelapan yang disebabkan oleh penipisan dan penimbunan
pigmen pada kulitnya. Perubahan warna ini tergantung dari corak kulit dan
adanya kehamilan. Pada wanita yang corak kulitnya kuning langsat akan
berwarna jingga kemerahan, bila kulitnya kehitaman maka warnanya akan
lebih gelap dan kemudian menetap.
( Weni; 2018; ASI,Menyusui & Sadar; Yogyakarta )
2. Bentuk- Bentuk Payudara
Terkadang wanita berpikir, seperti apakah bentuk payudara yang ideal,
hingga saat ini belum ada ketentuan pasti mengenai bentuk payudara ideal
karena keindahan payudara bersifat relative bagi setiap orang. Terdapat
berbagai macam bentuk payudara pada wanita ada yang oval, lonjong,persegi
dan masih banyak lainnya yang diistilahkan dengan sebutan benda ataupun
buah-buahan. ( Weni; 2018; ASI,Menyusui & Sadar; Yogyakarta )
81
Gambar 1.2 Berbagai macam bentuk payudara
3. Putting Susu
Putting susu terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung adanya variasi
bentuk dan ukuran payudara makan letaknyapun akan bervariasi pula. Pada
tempat ini terdapat lubang-lubang kecil yang merupakan muara dari duktus
laktiferus, ujung-ujung serat otot polos yang tersusun secara sirkuler sehingga bila
ada kontraksi maka duktus laktiferus akan memadat dan menyebabkan putting
susu ereksi, sedangkan serat-serat otot yang longitudinal akan menarik kembali
putting susu tersebut.
Ada empat macam bentuk putting yaitu bentuk yang normal/umum,
pendek/datar,panjang/terbenam (interved). Namun bentuk-bentuk putting ini tidak
terlalu berpengaruh pada proses laktasi, yang penting adalah bahwa putting susu
dan areola dapat ditarik sehingga membentuk tonjolan atau “ dot “ ke dalam mulut
bayi. Kadang dapat terjadi putting susu tidak lentur terutama pada bentuk putting
terbenam, sehingga butuh penanganan khusus agar bayi bisa menyusu dengan
baik.
82
Struktur payudarat tediri dari tiga bagian, yaitu kulit, jaringan sub kutan
(jaringan bawah kulit), dan corpus mammae. Corpus mammae terdiri dari
parenkim dan stroma, parenkim merupakan suatu struktur yang terdiri dari
Duktus Laktiferus (duktus), Duktulus (duktulli),Lobus dan Alveolus.
Ada 15-20 duktus laktiferus. Tiap-tiap duktus bercabang menjadi 20-40
duktulus. Duktulus bercabang menjadi 10-100 alveolus dan masing-masing
dihubungkan dengan saluran air susu (system duktus) sehingga merupakan suatu
pohon. Bila diikuti pohon tersebut dari akarnya pada putting susu, akan
didapatkan saluran air susu yang disebut duktus laktiferus. Didaerah kalang
payudara duktus laktiferus ini melebar membentuk sinus laktiferus tempat
penampungan air susu. Selanjutnya duktus laktiferus terus bercabang-cabang
menjadi duktus dan duktulus, tapi duktulus yang pada perjalanan selanjutnya
disusun pada sekelompok alveoli. Di dalam alveoli terdiri dari duktulus yang
terbuka, sel-sel kelenjar yang menghasilkan air susu dan miopitelium yang
berfungsi memeras air susu keluar dari alveoli.
( Weni; 2018; ASI,Menyusui & Sadar; Yogyakarta )
83
84
4. Proses Terbentuknya ASI
Selama kehamilan, hormone prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI
biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi.
Pada hari kedua atau ketiga pasca persalinan, kadar estrogen dan progesterone
turun drastic, sehingga pengaruh prolaktin lebih dominan pada saat inilah
mulai terjadi sekresi ASI. Dengan menyusukan lebih dini terjadi perangsangan
putting susu, terbentuklah prolaktin oleh hipofisi, sehingga sekresi ASI
semakin lancar. Dua refleks pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi,
refleks prolaktin dan refleks aliran timbul akibat perangsangan putting susu
oleh hisapan bayi.
a. Refleks Prolaktin
Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf peraba yang terdapat pada
putting susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut afferent
dibawa ke hipotalamus di dasar otak, lalu memacu hipofise anterior
untuk mengeluarkan hormone prolaktin kedalam darah. Melalui
sirkulasi prolaktin memacu sel kelenjar (alveoli) untuk memproduksi
air susu. Jumlah prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang
diproduksi berkaitan dengan stimulasi isapan, yaitu frekuensi, intensitas
dan lamanya bayi menghisap.
b. Refleks Aliran (Let Down Reflex)
Rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi saat menyusu selain
mempengaruhi hipofise anterior mengeluarkan hormone prolaktin juga
mempengaruhi hipofise posterior mengeluarkan hormone oksitosin.
Dimana setelah oksitosin dilepas kedalam darah akan mengacu otot-otot
polis yang mengelilingi alveoli dan duktulus berkontraksi sehingga
memeras air susu dari alveoli, duktulus, dan sinus menuju putting susu.
Refleks let-down dapat dirasakan sebagai sensasi kesemutan atau
dapat juga ibu merasakan sensasi apapun. Tanda-tanda lain dari let-
down adalag tetesan pada payudara lain sedang dihisap oleh bayi.
Refleks ini dipengaruhi oleh kejiwaan ibu.
( Weni; 2018; ASI,Menyusui & Sadar; Yogyakarta )
85
5. Pengertian Perawatan Payudara Ibu
Perawatan payudara adalah suatu tindakan untuk merawat payudara
terutama pada masa nifas (masa menyusui) untuk memperlancarkan
pengeluaran ASI. Perawatan payudara adalah perawatan payudara
setelah ibu melahirkan dan menyusui yang merupakan suatu cara yang
dilakukan untuk merawat payudara agar air susu keluar dengan lancar
(Elisabeth; 2018).
Perawatan payudara merupakan suatu tindakan perawatan payudara
yang dilaksanakan, baik oleh pasien maupun dibantu oleh orang lain
yang dilakssanaka mulai hari pertama atau kedua setelah melahirkan
(Anggraini; 2018).
Payudara merupakan organ penting bagi ibu menyusui, karena
sebagian besar kebutuhan nutrisi untuk bayi selama 6 bulan pertama
kelahirannya dapat dipenuhi melalui ASI. Sesungguhnya, kelancaran
ASI dan kenyamanan menyusui tergantung pada perawatan payudara.
Nah, beberapa cara yang bisa dilakukan agar payudara tetap indah dan
nyaman ketika menyusui adalah sebagai berikut :
a) Ibu mengenakan kutang (bra) yang nyaman dan mampu
menyangga payudara dengan baik. Ibu pun bisa mengganti bra
dengan ukuran yang lebih besar bila usia kehamilan bertambah.
Sebab, semakin bertambah usia kehamilan, payudara pun
semakin besar.
b) Ibu merawat payudara agar selalu bersih dengan mandi
menggunakan sabun lunak setiap hari.
c) Secara perlahan, ibu mengusap kotoran yang menyumbat mulut
saluran ASI. Kemudian, ibu mengeringkannya dengan handuk
bersih.
d) Ibu mengoleskan krem lanolin setiap hari pada putting payudara.
Krem ini dapat menjaga kelembutan kulit payudara dan
mencegah lecet-lecet sewaktu menyusui bayi.
86
e) Bila putting payudara terlalu pendek,datar atau tertarik ke
dalam, hendaknya ibu menarik putting keluar, lalu
memelintirnya menggunakan ibu jari dan jari telunjuk selama
beberapa menit setiap hari atau ibu dapat mengenakan pelindung
putting payudara.
f) Setelah usia kehamilan lebih dari 7 bulan, sebaiknya ibu
memijat areola beberapa kali setiap hari. Tindakan tersebut
dapat membuka saluran ASI. Terkait hal ini, ibu perlu
membersihkan tetesan susu, sehingga tidak mongering dan
menyumbat saluran ASI.
( Ai Yeyeh:2018; Asuhan kebidanan pada masa nifas;Jakarta).
6. Fisiologi Payudara
Selama kehamilan, hormon prolaktin dari plasenta meningkat
tetapi ASI biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar
esterogen yang tinggi. Pada hari kedua atau ketiga pasca persalinan,
kadar esterogen dan progesterone turun drastic, sehingga pengaruh
prolactin lebih dominan dan pada saat inilah mulai terjadi sekresi
ASI. Dengan menyusukan lebih dini terjadi perangsangan putting
susu, terbentuklah prolaktin hipofisis, sehingga sekresi ASI semakin
lancer. Dua reflek pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi
yaitu reflek prolactin dan reflek aliran timbul akibat perangsangan
puting susu oleh hisapan bayi (Elisabeth, 2015).
7. Tujuan Perawatan Payudara
87
minyak,alcohol ataupun sabun pada putting susunya. Asuhan
Kebidanan Masa Nifas .( Andina Vita Sutanto 2019)
88
9. Cara Melakukan Perawatan Payudara Ibu Menyusui
a. Persiapan Alat
a) Handuk
b) Kapas
c) Minyak kelapa
d) Waslap
e) Baskom (masing-masing berisi air hangat dan air dingin)
b. Prosedur Pelaksanaan
a) Buka pakaian ibu
b) Letakkan handuk di atas pangkuan ibu dan tutup payudara
dengan handuk
c) Buka handuk pada daerah payudara
d) Kompres putting susu dengan menggunakan kapas minyak
selama 3-5 menit
e) Bersihkan dan tarikkan putting susu keluar terutama untuk
putting susu yang datar
f) Ketuk-ketuk sekeliling putting susu dengan ujung-ujung jari
g) Kedua telapak tangan dibasahi dengan minyak kelapa
h) Kedua telapak tangan diletakkan di antara kedua payudara
i) Pengurutan dimulai ke arah atas, samping, telapak tangan
kiri kea rah sisi kiri, telapak tangan kanan arah sisi kanan.
j) Pengurutan diteruskan samping, selanjutnya melintang,
telapak tangan mengurut ke depan, kemudian dilepas dari
kedua payudara.
k) Telapak tangan kanan kiri menolong payudara kiri,
kemudian jari-jari tangan kanan sisi kelingking mengurut
payudara ke arah putting susu.
l) Telapak tangan kanan menopang payudara dan tangan
lainnya menggengam serta mengurut payudara dari arah
pangkal kea rah putting susu.
89
m) Payudara disiram dengan air hangat dan dengan secara
bergantian kira-kira 5 menit (air hangat dahulu)
n) Keringkan dengan handuk
o) Pakailah BH khusus untuk ibu menyusui (BH yang
menyangga payudara dan memudahkan untuk menyusui.
90
Gambar 2.2 langkah pemijatan payudara
91
Perawatan payudara juga dapat dilakukan untuk selalu
menjaga kebersihan terutama pada bagian payudara khususnya
pada bagian putting dan areola. Ketika, mandi usahan juga untuk
tidak diberi sabun mandi pada areola dan putting agar kelembapan
pada area itu tetap terjaga dan tidak kering. Usahan putting agar
lentur ketika tiba waktu menyusui dan upayakan agar tidak ada
sumbatan dengan cara mengkompres dengan mintak atau ai selama
2-4 menit.
Tarik dan putar putting kea rah luar 20 kali, kearah dalam 20
kali untuk masig-masing putting. Pijat daerah areolah untuk
membuka saluran susu. Bila keluar cairan, oleskan ke putting dan
sekitarnya. Bersihkan payudara dengan handuk lembut.
Mengoreksi puting yang datar atau terbenam agar menyembul
keluar dengan bantuan pompa putting pada pecan terakhir
kehamilan sehingga siap untuk disusukan pada bayi atau bias juga
seara manual (menarik putting keluar menggunakan tangan).
92
Selain memakai BH, ada beberapa kiat merawat payudara,
yaitu :
a. Masker Payudara
b. Massage
93
kontrasepsi yang bisa digunakan adalah kondom, IUD, Pil
khusus menyusui ataupun suntik hormonal 3 bulanan.
g. Perawatan payudara
Perawatan payudara bermanfaat merangsang payudara
mempengaruhi hipofise untuk mengeluarkan hormone prolaktin
dan oksitosin.
h. Anatomis payudara
Jumlah lobus dalam payudara juga mempengaruhi produksi
ASI. Selain itu, perlu diperhatikan juga bentuk anatomis papilla
atau putting susu ibu.
i. Faktor fisiologi
ASI terbentuk oleh karena pengaruh dari hormon prolaktin
yang menentukan produksi ASI dan mempertahankan
sekresi air susu.
j. Pola istirahat
94
hari pada periode awal setelah melahirkan. Frekuensi penyusuan
ini berkaitan dengan kemampuan stimulasi hormone dalam
kelenjar payudara.
l. Berat lahir bayi
95
13. Makanan Yang Mempengaruhi Produksi ASI
a. Daun Katuk
c. Kacang hijau
d. Pare
96
menurunkan kadar gula dalam darah, termasuk sebagai makanan
anti kanker.
e. Bunga papaya
f. Semangka
g. Labu Siam
Buah labu adalah salah satu cara menambah produksi air susu
ibu secara alami, tanpa perlu obat memperlancar ASI. Buah ini
dapat dimasak sebagai sayuran atau kolak. Labu siam mengandung
vitamin B6, C, K, asam folat, kalium,magnesium,zink,mangan.
Labu siam dapat membantu mencukupi kebutuhan asam folat ibu
yang sedang menyusui. Labu siam mampu membantu pertumbuhan
sel dan juga perkembangan tubuh bayi. ( Natia;2018; ASI dan
Panduan Ibu Menyusui; Yogyakarta )
B. Pijat Oksitosin
Pijat (Oxytocin) adalah salah satu dari dua hormone yang dibentuk
oleh sel-sel neuronal nuclei hipotalamik dan disimpan dalam lobus
posterior pituitary, hormone lainnya adalah vasopressin. Ia memiliki kerja
mengontraksi uterus dan menginjeksi ASI.
97
setelah melahirkan, bahkan mulai pada usia kehamilan 6 bulan akan terjadi
perubahan pada hormon yang menyebabkan payudara mulai memproduksi
ASI. Pada waktu bayi mulai menghisap ASI, akan terjadi dua refleks pada
ibu yang akan menyebabkan ASI keluar pada saat yang tepat dan jumlah
yang tepat pula. Dua refleks tersebut adalah :
1. Refleks Prolaktin
2. Refleks oksitosin
98
Dengan demikian sering menyusui penting untuk pengosongan
payudara agar tidak terjadi engorgement (payudara bengkak), tetapi
justru memperlancar pengaliran ASI.
99
Persiapan ibu sebelum dilakukan pijat oksitosin :
b. Ibu miring ke kanan maupun ke kiri, lalu memeluk bantal atau bisa
juga dengan posisi duduk
c. Memasang handuk
100
BAB III
TINJAUAN KASUS
NIM : 223001080076
- Umur : 25 th - Umur : 28 th
b. Keluhan utama:
Alasan kunjungan : control ulang kehamilan
Aminorrhoe : Tidak datang haid sejak 9 bulan (+) hamil
Keluhan saat ini : tidak ada
c. Riwayat obstetri :
101
Riwayat menstruasi
- HPHT : 03-04-2023
- TP : 08-01-2024
- Menarche : 13 th
- Siklus : 30 hari
- Lama : 7 hari
102
- Mengganti celana dalam bila terasa basah
atau lembab
- Istirahat yang cukup
- Sering minum air putih dan jus
Trimester II
- Periksa ke : Puskesmas
- Oleh : bidan
- Frekwensi : 1x
- TT : ada Tanggal :-
- Keluhan:
- Mual muntah : Ada
- personal hygiene
103
- Mual muntah : Tidak ada
- jangan mengkonsumsi
makanan berkadar garam
tinggi
- Frekwensi :teratur
- Durasi : 1 jam
104
Riwayat obstetri yang lalu
HAMIL PERSALINAN NIFAS
Ke Periks Umur Kompli thn Jenis penolo Kompli BB/PB J/ Komplikasi lakta
a ke ng kasi K si
Kehamila kasi persali Ibu dn anak
n nan Ibu dn
bayi
1. Bidan 38 Tidak ada 2019 Sponta Bidan Tidak 2700 P Tidak ada 1 thn
minggu n ada gr / 48 R
cm
Hamil
2.
ini
d. Riwayat perkawinan
Perkawinan yang ke :1
Status perkawinan : Sah
Lama perkawinan : 4 tahun
Apakah kehamilan ini diinginkan : Ya
e. Riwayat Pemakaian Alat Kontrasepsi Kb
Akseptor KB : Ya
Jenis alkon KB yg dipakai : Pil KB
105
Lama memakai alkon KB : 2 tahun
Alasan melepaskan alkon KB : ingin mempunyai anak lagi
Keluhan yang dirasakan : sering sakit kepala
Apakah ibu diketahui hamil ketika masih ber-KB : tidak
f. Riwayat kesehatan sekarang
Penyakit sistemik :
Hipertensi : Tidak ada
Asma : Tidak ada
Jantung : Tidak ada
Hepatitis : Tidak ada
Ginjal : Tidak ada
DM : Tidak ada
dll (sebutkan) : Tidak ada
penyakit menular sexual (PMS) :
HIV / AIDS : Tidak ada
Gonorrhoea : Tidak ada
Siphilis : Tidak ada
Kondiloma akuminata : Tidak ada
Herpes : Tidak ada
Penyakit infeksi :
TBC : Tidak ada
TORCH : Tidak ada
Campak : Tidak ada
ISK : Tidak ada
Demam/kejang : Tidak ada
dll (sebutkan) : Tidak ada
Gangguan jiwa (psikis) :
Kecemasan : Tidak ada
Depresi : Tidak ada
Psikosa : Tidak ada
dll (sebutkan) : Tidak ada
106
Riwayat operasi
Appendix : Tidak ada
SC : Tidak ada
KET : Tidak ada
Laparatomy : Tidak ada
dll (sebutkan) : Tidak ada
g. Riwayat kesehatan keluarga
Hipertensi : Tidak ada
Asma : Tidak ada
Jantung : Tidak ada
Hepatitis : Tidak ada
Ginjal : Tidak ada
DM : Tidak ada
Keturunan kembar : Tidak ada
Penyakit psikis (kejiwaan) : Tidak ada
Cacat bawaan : Tidak ada
dll (sebutkan) : Tidak ada
h. Riwayat pola aktivitas ibu sehari-hari
NUTRISI
Makan :
- Frekuensi : 2x/hari
- Banyaknya : 1 piring
Minum :
- Frekuensi : 3 x/hari
107
ELIMINASI
BAB
- Frekuensi : 2x/hari
- Konsistensi : Lunak
- Baunya : Khas
BAK
- Frekuensi : 3x/hari
- Baunya : Khas
PERSONAL HIGIENE
Mandi
- Frekwensi mandi : 2 x/hr
- Keramas/Mandi : 3 x/mg
Vulva hygiene
- Cara cebok : Dari depan kebelakang
Ganti pakaian
108
- Ganti pakaian dalam :
* BH : 2x / hr
* Celana dalam : 2x / hr
- Ganti baju
* Frekuensi : 2 x / hr
ISTIRAHAT / TIDUR
Tidur malam : ± 8 jam
Tidur / istirahat siang : ± 2 jam
Gangguan/keluhan tidur (sebutkan) : Tidak ada
PEKERJAAN RUMAH
Dibantu / tidak : Tidak
Jenis pekerjaan : IRT
Mengangkat yang berat : Tidak ada
Pkj RT yang memberatkan ibu saat kehamilan ini : Tidak ada
OLAHRAGA / REKREASI
Olahraga
- Frekuensi : tidak ada
- Lama olahraga :-
Rekreasi
- Rekreasi : Tidak ada
HUBUNGAN SEKSUAL
- Frekuensi : Tidak ada
109
- Penurunan libido : Menurun
- Keluhan:
110
BB sebelum hamil: 53 kg
BB Sekarang : 60 kg
TB : 153 cm
TTV:
- TD : 120/80 mmHg - Nadi : 70 x/i
Lila : 31 cm
Kesadaran : Composmentis
K/U : Baik
b. DATA KHUSUS
INSPEKSI (head to toe)
Kepala
‒ Rambut :
- Ketombe : Tidak ada
- Kebersihan : Bersih
‒ Muka :
- Oedema : Tidak ada
‒ Mata
- Konjungtiva : An-anemis
- Sklera : An-ikterik
‒ Hidung
- Polip : Tidak ada
111
- Pengeluaran : Tidak ada
- Kebersihan : Bersih
‒ Mulut
- Gigi :
* Caries : Ada
* Kebersihan : Kurang
- Gusi :
* Epulis : Tidak ada
- Lidah
* Warna : Merah muda
* Kebersihan : Bersih
- Bibir :
* Kering/pecah-pecah : Tidak ada
‒ Telinga
- Bentuk : Simetris
- Pengeluaran : Tidak ada
- Kebersihan : Bersih
Leher
‒ Kelenjar tyroid : Tidak ada pembesaran
‒ Kelenjar limpe : Tidak ada pembesaran
‒ Hiperpigmentasi kulit leher : Tidak ada
Dada
‒ Mamae :
- Bentuk kiri/kanan : Simetris
112
- Puting : Menonjol
- Areola mamae : Hiperpigmentasi
- Kel.montgomery : Tidak ada
- Massa : Tidak ada
‒ Jantung
- Irama : Normal
- lain-lain (sebutkan) : Tidak ada
‒ Paru
- Wheezing : Tidak ada
- Ronkhi : Tidak ada
Punggung
‒ Bentuk : Lordosis
‒ Kelainan tlg belakang : Tidak ada
Perut
‒ Striae lividae : Tidak ada
‒ Linea alba : Tidak ada
‒ Linea nigra : Ada
‒ Bekas operasi : Tidak ada
‒ Arah pembesaran perut (kanan/kiri): kanan
‒ Lain-lain (sebutkan) : Tidak ada
Tangan
‒ Eritema palmaris : Tidak ada
‒ Spider nevi : Tidak ada
‒ Oedema : Tidak ada
Kaki
‒ Varices : Tidak ada
‒ Oedema : Tidak ada
PALPASI
‒ Leopold I
113
- Tujuan :Untuk menentukan tinggi fundus dan bagian janin
apa yang terdapat di fundus.
- Hasil : tfu 25 cm, fundus teraba lunak, bulat dan tidak
melenting (bokong)
‒ Leopold II
- Tujuan :Untuk menentukan bagian janin apa yang terdapat di
samping kanan/kiri perut ibu
- Hasil : abdomen kanan teraba panjang, memapan dan
tidak terputus-putus (punggung)
Abdomen kiri teraba tonolan tonjolan kecil dan
terputus-putus (ekstremitas)
‒ Leopold III
- Tujuan :Untuk mengetahui bagian terbawah janin dan apakah
sudah masuk PAP/belum
- Hasil: bagian terbawah teraba bulat, keras dan melenting
(kepala), sudah masuk PAP.
‒ Leopold IV
- Tujuan :Untuk menentukan seberapa jauh bagian terbawah
janin sudah masuk PAP
- Hasil : sudah masuk PAP
‒ TFU (cm) : 25 cm
‒ TBJ : 2170 gram
‒ Kontraksi (brackton hick):
- Teraba : ya
- Frekwensi : 1x
- Durasi : 1menit
- Interval : 1 jam
AUSKULTASI
‒ DJJ:
- Frekuensi : 145 x/i
- Irama : teratur
114
- Durasi : 1 menit
- Interval : 1 jam
- Kekuatan : sedang
‒ Punktum maksimum : abdomen kanan bawah pusat
PERKUSI
‒ Reflek patella kiri / kanan : (+/+)
INSPEKULO (anogenetal)
‒ Perineum : Tidak ada
‒ Vulva
- Warna : Tidak ada - Varises : Tidak ada
- Kel. Bartolini :Tidak ada - Kel. Skene : Tidak ada
* Bengkak : Tidak ada
‒ Vagina
- Pengeluaran : Tidak ada
- Warna : Tidak ada
- Luka/laserasi : Tidak ada
‒ Cervik
- Warna : Tidak ada
- Polip : Tidak ada
- Luka/laserasi : Tidak ada
- lain-lain (sebutkan) : Tidak ada
‒ Anus
- Haemorroid : Tidak ada
PEMERIKSAAN PANGGUL LUAR
- Distantia spinarum : Tidak dikaji
- Distantia cristarum : Tidak dikaji
- Konjugata externa : Tidak dikaji
- Lingkar panggul : Tidak dikaji
115
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) LABOR
‒ Darah
- HB : (11.5gr%)
‒ Urine
- Protein : (-)
- Glukosa : (-)
b) U S G / rontgen : Tidak ada
‒ Data Dasar
- DS : - Ibu mengatakan hamil anak kedua
- Ibu mengatakan HpHt 03-04-2023
- Ibu mengatakan selama hamil tidak mau makan
- TFU tidak sesuai dengan usia kehamilan
- Gerakan janin yang berkurang
- Berat badan janin dibawah normal
- DO :- TTV
TD : 120/80 mmHg S : 36,5 °C
LILA : 28 cm
- Auskultasi
DJJ : 138 x/i
- Perkusi
Reflek patella kanan/kiri (+/+)
- Palpasi :
116
- Leopold I : tfu 25 cm, fundus teraba lunak, bulat dan tidak
melenting (bokong)
- Leopold II : abdomen kanan teraba panjang, memapan dan
tidak terputus-putus (punggung)
Abdomen kiri teraba tonjolan tonjolan kecil dan terputus-putus
(ekstremitas)
- Leopold III: bagian terbawah teraba bulat, keras dan melenting
(kepala), sudah masuk PAP.
- Leopold IV : sudah masuk PAP Hodge III
Diagnosa : Ny. S 25 thn G2 P1 A0, hamil 39-40 minggu janin tunggal
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh Bidan atau dokter dan atau
untuk dikonsulkan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan
lain yang sesuai dengan kondisi pasien. Kemungkinan tindakan segera
pada kasus kehamilan:
a. Kematian janin
Segera dilahirkan
Kolaborasi dengan tim medis lainnya untuk mengakhiri kehamilan
117
b. Prematur
Tindakan yang dilakukan jika terjadi prematur adalah:
Segera dilahirkan
Kolaborasi denag tim medis lainnya
c. BBLR
Lakukan perawatan khusus
Jaga hipotermi
Pantau keadaan bayi (winda kusumawardini,2011).
V. PERENCANAAN
1. Informed consent
2. Lakukan Pemeriksaan TTV dan beritahu Hasil
3. Dukungan psikologis
VI. PELAKSANAAN
118
4. Mendengarkan dan memantau DJJ bayi karena kehamilan IUGR
berpotensi terjadinya gerakan janin yang tiba-tiba berkurang
5. Melakukan kolaborasi dengan tim medis lain seperti dokter spesialis
kandungan dan ahli gizi
6. Memberitahu ibu persiapan persalinan
Tempat persalinan
Tenaga kesehatan
Bagaimana menghubungi tenaga kesehatan
Transportasi ke tempat persalinan
Siapa yang akan menemani saat persalinan
7. Memberitahu ibu akan jadwal kunjungan ulang atau bila ada keluhan
VII. EVALUASI
Tanggal : Sabtu, 06-01-2024 jam : 10.45 wib
1. Informed consent telah di lakukan dan ibu menyetujui
6. Ibu telah mengetahui apa saja yang harus di persiapkan dalam menghadapi
persalinan.
7. Ibu akan melakukan kunjungan ulang atau pada saat ada keluhan
119
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN NORMAL
Ny. S UMUR 25 TAHUN G2P1A0 UK 39-40 MINGGU DENGAN IUGR
DI RSUD BAYUNG LENCIR
TAHUN 2024
NIM : 223001080076
A. IDENTITAS
c. Biodata
- Nama Ibu : Ny.Septa - Nama Suami : Tn. Rio
- Umur : 25 th - Umur : 28 th
120
- Alamat : Simpang Bayat
B. ANAMNESE
3. Tanda-tanda persalinan
- Kontraksi : ada
- Frekuensi : 3x/10’
- Lamanya : 40 ‘’
- Kekuatan : kuat
4. Pengeluaran pervaginam
- HPHT : 03-04-2023
- TP : 08-01-2024
121
- Menarrche : 12 tahun
- Siklus : 28 hari
- Lamanya : 7 hari
- ANC : teratur
7. Riwayat imunisasi
- TT I :-
- TT II :-
Ke Periks Umur Kompli thn Jenis penolo Kompli BB/PB J/ Komplikasi lakta
a ke ng kasi K si
Kehamila kasi persali Ibu dn anak
n nan Ibu dn
bayi
1. Bidan 38 Tidak ada 2019 Sponta Bidan Tidak 2800 P Tidak ada 1 thn
minggu n ada gr / 47 R
cm
Hamil
2.
ini
122
10. Makan dan minum terakhir : ada
Jenis makanan : nasi,lauk,sayur.
11. BAK terakhir : ada tanggal : 06-01-2024 pukul : 05.00 WIB
BAB terakhir : ada tanggal : 30-12-2023 pukul : 05.00 WIB
12. Tidur
Siang : ±1 jam
Malam : ± 8 jam
13. Psikologis : baik
14. Keluhan lain : tidak ada
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : baik
Keadaan emosional : stabil
2. Tanda-tanda vital
- TD : 120/80 MmHg
- N : 88x/i
- R : 21x/i
- S : 36,8°C
3. Tinggi badan : 153 cm
4. BB sebelum hamil : 53 kg
- BB sekarang : 60 kg
5. Muka
- Kelopak mata : tidak ada pembengkakan
- Oedema : tidak ada
- Konjungtiva : an-anemis
- Sklera : an-ikterik
6. Mulut dan gigi : bersih
Lidah dan geraham : bersih
7. Kelenjar Thyroid : tidak ada pembengkakan
Kelenjar limfe : tidak ada pembengkakan
8. Aksila
123
Kelenjar getah bening: tidak ada pembengkakan
9. Dada
- Paru-paru : normal,vesikuler
- Jantung : normal, lup dup
10. Payudara
- Pembesaran : ada
- Aerola : hiperpigmentasi
- Putting susu : menonjol
- Benjolan : tidak ada
- Pengeluaran : tidak ada
- Rasa nyeri : tidak ada
- Lain-lain : tidak ada
11. Punggung dan pinggang
- Posisi tulang belakang : lordosis
- Punggung (nyeri tekuk) : tidak ada
12. Ekstremitas atas dan bawah
- Oedema : tidak ada
- Kemerahan : tidak ada
- Varices : tidak ada
- Kekuatan otot dan sendi : kuat
- Reflek patella : (+/+)
13. Abdomen
- Bekas luka operasi : tidak ada
- Pembesaran : kekiri
- Benjolan : tidak ada
- Konsistensi : keras
- Lien/hepar : normal
14. Kandung kemih : kosong
15. Pemeriksaan kebidanan
Palpasi uterus
124
- Leopold I : TFU 25 cm, teraba bulat,lunak, dan tidak
melenting(bokong)
- Leopold II : bagian kanan teraba panjang , memapan, dan tidak
terputus-putus (punggung) bagian kanan teraba tonjolan-tonjolan
Kecil dan terputus-putus( ekstremitas)
- Leopold III : Teraba bulat,keras,melenting (kepala), sudah masuk
PAP
- Leopold IV : Hodge III
16. Kontraksi
- Kekuatan : ada
- Frekuensi : 3x/10’
- Lamanya : 30’’
17. TBJ : (TFU-11) = (25-11) x 155 = 2170 gram
18. Auskultasi
- DJJ : 135 x/i
- Frekuensi : 1 menit penuh
- Punktum maksimum : abdomen kanan dibawah pusat
19. Anogenital
- Perineum : baik
- Vulva/benjolan : baik, tidak ada benjolan
- Fistula : tidak ada
- Varices : tidak ada
- Pengeluaran lendir : tidak ada
20. Anus
- Haemorroid : tidak ada
21. Pemeriksaan dalam
- Atas indikasi : adanya tanda inpartu
- Dinding vagina : tipis dan tidak ada benjolan
- Portio : Teraba
Pembukaan : 4 cm
125
Penipisan : 70 %
Portio : Menipis
Konsistensi : Lunak
- Presentasi : kepala
- Petunjuk : ubun-ubun kecil bagian depan
- Posisi : Ante
- Penurunan bag. Terbawah : Hodge III
- Ketuban : (+)
- Lain-lain : tidak ada
D. UJI DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan laboratorium
- HB : 11.5 gr%
- Gol.darah : tidak dikaji
- Protein urin : tidak dikaji
- Lain-lain : tidak dikaji
2. Rontgen/USG : tidak dikaji
KALA I
Tanggal : 06-01-2024 Pukul : 10.00 wib
II. INTERPRETASI DATA DASAR, DIAGNOSA, MASALAH DAN
KEBUTUHAN
Data dasar
- Data Subjektif : - Ibu mengatakan nyeri perut menjalar sampai ke
Pinggang dan keluar lendir bercampur darah
- Ibu mengatakan hamil anak kedua dengan HPHT 03-
04-2023
- Data Objektif : Keadaan umum : baik
Keadaan emosional : compos mentis
Tanda-tanda vital
TD : 120/80 MmHg
126
N : 88x/i
R : 21x/i
S : 36,8°C
- DJJ : 138 x/i
- Palpasi
L1 : TFU 25 cm, teraba bulat,lunak, dan tidak
Melenting (bokong)
L2 : bagian kanan teraba, memapan, dan tidak terputus-putus
(punggung) bagian kiri teraba tonjolan-tonjolan Kecil dan terputus-
putus( ekstremitas)
L3 : Teraba bulat,keras,melenting(kepala), sudah masuk PAP
L4 : bagian terbawah sudah masuk PAP (4/5)
- Pemeriksaan dalam
Dinding vagina : Tidak ada benjolan
Porsio : Teraba Menipis
Konsistensi : lunak
Molase :0
Pembukaan : 4 cm
Ketuban : (+)
Presentasi : kepala
Penunjuk : ubun-ubun kecil bagian depan
Penurunan : Hodge III
Diagnosa : Ny.S Umur 25 tahun , G2 P1 A0 Usia kehamilan 39-
40 minggu,Janin tunggal hidup, Intrauterine, Presentasi
kepala, inpartu kala I fase aktif keadaan ibu dan janin baik.
Masalah : Nyeri perut menjalar sampai ke pinggang.
Kebutuhan :
- Atur posisi ibu senyaman mungkin
- Memberikan asuhan sayang ibu.
127
Tidak ada
V. PERENCANAAN
Tanggal : 06-01-2024 pukul : 10.05 wib
1) Informed consent
2) Observasi keadaan umum ibu dan janin serta kemajuan persalinan
3) Berikan asupan cairan dan nutrisi
4) Siapakan ruangan, alat, obat-obatan dan pakaian
5) Berikan asuhan sayang ibu.
VI. PELAKSANAAN
Tanggal : 06-01-2024 pukul : 10.10 wib
1) Meminta persetujuan kapada ibu atas tindakan yang akan dilakukan.
2) Mengobservasi keadaan umum ibu dan janin serta kemajuan persalinan
Tanggal Waktu TTV His DJJ Pemeriksaan dalam
06-01- 10.00 TD :120/80 3x10′/30″ 135 x/i -Keadaan vagina :tidak ada
2024 wib mmHg benjolan
S :36,8℃ -pembukaan: 4 cm
-Ketuban: utuh
-presentase: kepala
128
-molase : O
-konsistensi : lunak
-Ketuban :jernih
-presentase :kepala
-penurunan :hodge IV
-molase : O
-konsistensi : lunak
129
Klem tali pusat.
Kain mitela
o Heacting set
Pinset anatomis
Pinset cirugis
Nald holder
Nald heacting
Catgut cromic
Gunting lurus/benang
o APD
Penutup kepala
Kacamata
Masker
Celemek
Handsoon
Handuk pribadi
Sepatu boot
o baskom berisi air DTT, dsn clorin
o piring plasenta, perlak dan pengalas
o handuk bersih 2 buah.
o tempat sampah tajam,kering,basah, dan terkontaminasi.
o Pakaian bersih ibu dan bayi.
o Obat-obatan
Oksitosin 10 IU
Lidokain
Ergometrin
Vit. K
Hb 0
5) Memberikan asuhan sayang ibu kala 1
130
- Memberikan dukungan emosional berupa jangan mengedan sebelum
pembukaan lengkap
- Menghadirkan orang terdekat untuk mendampingi selama proses
persalinan.
- Membantu ibu memilih posisi yang nyaman.
- Memberikan cairan dan nutrisi untuk kecukupan energi ibu
- Memberikan sentuhan atau gosokan pada pinggang ibu untuk
mengurangi rasa nyeri.
VII. EVALUASI
Tanggal: 06-01-2024 Pukul : 10.30 wib
1) Ibu telah menyetujui atas tindakan yang dilakukan.
2) Keadaan umum ibu dan janin baik, serta kemajuan persalinan berjalan
normal.
- Pembukaan : 4 cm
- Penipisan : 70%
- Ketuban : (+)
- Presentasi : kepala
- Penunjuk : ubun-ubun kecil bagian depan
- Penurunan : Hodge IV
- Kontaksi : 3x10′/35″
- DJJ : 135x/i
- TD : 120/80 MmHg
- N : 80x/i
- R : 21x/i
- S : 36,8°C
3) Ibu sudah mendapatkan asupan cairan dan nutrisi yang cukup.
4) Ruangan,alat,obat-obatan dan pakaian sudah dipersiapkan.
5) Ibu sudah mendapatkan asuhan yang baik pada kala I.
131
KALA II
Tanggal : 06-01-2024 Pukul :19.00 wib
II. INTERPRETASI DATA DASAR, DIAGNOSA, MASALAH DAN
KEBUTUHAN
Data dasar
- Data Subjektif :
o Ibu mengatakan mules-mules,semakin sering dan semakin
besar/kuat.
o Ibu merasakan adanya rasa ingin BAB.
- Data Objektif
o Keadaan umum ibu dan janin baik.
o TD : 120/80 MmHg
o N : 82x/i
o R : 22x/i
o S : 36,0°C
o Kontraksi : 5x10′/45″
o Inspeksi: terlihat tanda gejala kala II
Dorangan ingin meneran
Tekanan pada anus
Vulva dan sfingter ani membuka
Kepala bayi tampak di depan vulva
o Pemeriksaan dalam
Dinding vagina : tidak ada pembengkakan
Porsio : Tidak Teraba
Konsistensi : lunak
Pendataran : 100%
Pembukaan : 10 cm
Ketuban : Jernih
Presentasi : kepala
Penunjuk : ubun-ubun kecil bagian depan
132
Penurunan : Hodge IV
DJJ : 140x/i
Diagnosa : Ny.S 25 th P2 A0 inpartu kala II keadaan ibu dan
janin baik
Masalah : tidak ada.
Kebutuhan :
- Pertolongan persalinan sesuai APN (Asuhan Persalinan Normal)
- Asuhan sayang ibu pada kala II.
V. PERENCANAAN
Tanggal : 06-01-2024 Pukul : 19.05 wib
1) Informed consent
2) Berikan support mental pada ibu
3) Atur posisi ibu senyaman mungkin
4) Anjurkan ibu cara meneran yang baik
5) Lakukan pertolongan persalinan sesuai APN
VII. PELAKSANAAN
Tanggal : 06-01-2024 Pukul : 19.10 wib
1) Menjelaskan kepada ibu dan keluarga atas tindakan yang akan dilakukan .
2) Memberikan support mental pada ibu bahwa ibu bisa dan persalinan akan
berjalan dengan lancar.
3) Mengatur posisi ibu senyaman mungkin dengan posisi lithotomi, tangan
ibu memegang paha bagian belakang, dam mata ibu melihat kearah perut.
133
4) Mengajarkan ibu cara meneran yang baik dengan membimbing ibu saat
ada his anjurkan ibu untuk meneran. Dan jika tidak ada his anjurkan ibu
untuk mengatur nafas dengan cara menarik nafas melalui hidung dan
menghembuskan nya lewat mulut.
5) Melakukan pertolongan persalinan sesuai APN
- Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
meletakkan handuk bersih di atas perut ibu
- Meletakkan kain yang bersih dibagian bawah bokong ibu
- Membuka partus set.
- Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
- Setelah kepala bayi tampak 5-6 cm didepan vulva tangan kanan
menahan perineum dan tangan kiri menahan puncak kepala
- Jika ada mekonium dalam cairan ketuban, segera hisap mulut dan
hidung setelah kepala lahir menggunakan penghisap lendir
- Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan kain
atau kasa yang bersih
- Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika
hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi
- Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat
bagian atas kepala bayi.
- Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua
tempat dan memotongnya
- Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara
spontan.
- Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, lakukan biparietal
dengan tangan dominan diatas, lakukan curam kebawah untuk lahirkan
bahu atas, kemudian curam keatas untuk lahirkan bahu bawah
- Lakukan sanggah susur, pindahkan tangan dominan kebawah untuk
menyangga badan bahu kepala kemudian tangan kiri menyusuri dari
ekstremitas atas sampai ekstremitas bawah.
134
- Setelah bayi lahir nilai APGAR SCORE
- Letakkan diperut ibu, keringkan bayi sambil melakukan rangsangan
taktil
- Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.
Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan
memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (ke arah ibu).
- Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting
dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.
- Mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau
selimut yang bersih dan kering, dan menutupi bagian kepala.
- Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk
memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI.
- Melakukan palpasi abdomen untuk memastikan kemungkinan adanya
janin kedua.
VII. EVALUASI
Tanggal : 06-01-2024 pukul : 19.20 wib
1) Keluarga dan ibu menyetujui atas tindakan yang dilakukan
2) Ibu mendapatkan support mental
3) Ibu merasa nyaman dengan posisinya.
4) Ibu meneran dengan baik selama proses persalinan
5) Ibu mendapatkan pertolongan persalinan sesuai APN
- Bayi lahir dan menangis spontan pada pukul 19.20 wib
- Jenis kelamin : Laki-laki
- BB : 2155 gram
- PB : 47 cm
- APGAR skor : 7/8
- Anus : (+)
- Cacat : tidak ada
- Kontraksi : baik
135
- Perdarahan : ±250 c
136
KALA III
Tanggal: 06-01-2024 pukul : 19.25 wib
II. INTERPRETASI DATA DASAR, DIAGNOSA, MASALAH DAN
KEBUTUHAN
Data dasar
- Data Subjektif :
o Ibu merasa lega dan senang dengan kelahiran bayinya.
o Ibu merasa mules pada bagian perut.
- Data Objektif
o K/U : baik
o TTV
TD : 120/70 MmHg
N : 88x/i
R : 23x/i
S : 36,5°C
o Kontraksi : baik
o Kandung kemih : penuh
o TFU : sepusat.
Diagnosa : Ny.S 25 th P2 A0 H2 inpartu kala III
keadaan umum ibu baik.
Masalah : ibu merasakan perutnya terasa mules
Kebutuhan :
- Melahirkan plasenta
- Manajemen aktif kala III
137
V. PERENCANAAN
Tanggal : 06-01-2024 pukul : 19.25 wib
1) Informed consent
2) Periksa abdomen
3) Pengosongan kandung kemih.
4) Melihat tanda-tanda pelepasan plasenta
5) Manajemen aktif kala III
VI. PELAKSANAAN
Tanggal: 06-01-2024 Pukul : 19.27 wib
1) Menjelaskan kepada ibu atas tindakan yang akan dilakukan
2) Pemeriksaan abdomen untuk mengetahui apakah masih terdapat janin
Kedua atau tidak.
3) Melakukan pengosongan kandung kemih dengan melakukan katerisasi.
4) Melihat tanda-tanda pelepasan plasenta
o Semburan darah tiba-tiba dan singkat
o Tali pusat memanjang
o Uterus keras dan membundar.
5) Melakukan manajemen aktif kala III
o Pemberian oksitosin
Sebelum menyuntikkan oksitosin periksa terlebih dahulu abdomen
untuk memastikan bahwa bayi tunggal. Berikan oksitosin 10 IU secara
IM di 1/3 paha bagian luar. Bila plasenta tidak lahir selama 15 menit
maka suntikkan oksitosin yang ke-dua.
o Peregangan Tali Pusat Terkendali
Pindahkan klem 5-10 cm didepan vulva, tangan kanan memegan klem
tangan kiri berada di simpisis , kemudian lakukan dorso kranial,
setelah plasenta tampak didepan vulva lahirkan dengan kedua tangan
dengan gerakan memutar searah jarum jam dan periksa kelengkapan
plasenta.
138
o Masase fundus uteri
Setelah plasenta lahir sefera lakukan masase fundus dengan gerakan
memutar searah jarum jam selama 15 detik
VII. EVALUASI
Tanggal: 06-01-2024 Pukul : 19.35 wib
1) Ibu menyetujui tindakan yang dilakukan
2) Janin tunggal dan tidak ada janin ke-2.
3) Pengosongan kandung kemih telah dilakukan.
4) Tanda tanda pelepasan plasenta ada
5) Pengeluaran placenta telah di lakukan dan placenta lahir lengkap
pada pukul 19.35 wib dengan jumlah kotiledon 20, panjang tali
pusat 60 cm diameter placenta 22 cm dan berat placenta 500 gram.
139
KALA IV
Tanggal : 06-01-2024 Pukul : 20.00 wib
II. INTERPRETASI DATA DASAR, DIAGNOSA, MASALAH DAN
KEBUTUHAN
Data dasar
- Data Subjektif :
o Ibu merasa lega dan senang dengan kelahiran bayinya.
- Data Objektif
o K/U : baik
o TTV
TD : 110/80 MmHg
N : 80x/i
R : 21x/i
S : 36,5°C
o Kontraksi : baik
o Kandung kemih : kosong
o TFU : 2 jari dibawah pusat.
o Perdarahan : ±100 cc
Diagnosa : Ny.S 25 th P2A0H2 inpartu kala IV keadaan
umum ibu baik
Masalah : tidak ada
Kebutuhan : Dokumentasi Kala IV
V. PERENCANAAN
140
Tanggal : 06-01-2024 pukul : 20.05 wib
1) Informed consent
2) Periksa apakah ada laserasi/tidak
3) Observasi perdarahan,kontraksi dan TTV ibu
4) Ajarkan ibu dan keluarga untuk melakukan masase uterus,
5) Bereskan alat dan Dekontaminasi semua peralatan.
6) Rapikan dan bersihkan ibu.
7) Menganjurkan keluarga untuk memberi makan dan minum pada ibu.
8) Dokumentasikan semuanya dan lengkapi partograf.
VI. PELAKSANAAN
Tanggal : 06-01-2024 pukul : 20.10 wib
1) Menjelaskan atas tindakan yang akan dilakukan pada ibu.
2) Memeriksa apakah ada laserasi jalan lahir/tidak dengan menggunakan kasa
steril. Dan jika ada laserasi lakukan heacting.
3) Observasi apakah perdarahan normal/tidak. Perdarahan normal <500 cc.
Kontraksi uterus harus baik, dan mengobservasi TTV (TD,N,R,S) ibu
setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua.
4) Mengajarkan ibu dan keluarga cara masase uterus, dengan cara masase
uterus searah jarum jam. Agar uterus tidak menjadi lembek dan mampu
berkontraksi dengan baik.
5) Membereskan semua peralatan mencuci dan dekontaminasi alat dengan
cara DTT/ strerilisasi.
6) Merapikan ibu dan membersikan ibu dengan air DTT, mengganti pakaian
ibu dengan pakaian bersih.
7) Menganjurkan keluarga untuk memberikan makan dan minum pada ibu
untuk memulihkan stamina ibu.
8) Mendokumentasikan semua tindakan yang telah dilakukan dan lengkapi
partograf.
VII. EVALUASI
141
Tanggal : 06-01-2024 pukul : 22.00 wib
1) Ibu menyetujui atas tindakan yang dilakukan.
2) Tidak ada laserasi jalan lahir.
3) Observasi telah dilakukan dan keadaan umum ibu dan bayi baik.
4) Ibu dan keluarga telah mengetahui cara masase uterus dan telah
melakukan nya.
5) Peralatan sudah dibereskan dan di sterilkan.
6) Ibu telah dirapikan dan bersih.
7) Ibu telah mendapatkan nutrisi
8) Dokumentasi telah dilakukan dan partograf telah dilengkapi.
142
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN
PADA IBU NIFAS Ny. S 25 tahun P2A0
DENGAN PERAWATAN PAYUDARA
NIM : 223001080067
I. PENGUMPULAN DATA
DATA SUBJEKTIF
A. Identitas
- Nama Ibu : Ny.Septa - Nama Suami : Tn.Rio
- Umur : 25 th - Umur : 28 th
B. Anamnese
Tanggal : 06-01-2024 Pukul : 13.30 Wib
Riwayat Persalinan : P2 A0 H2
Jenis Persalinan : Normal
Tgl Persalinan : 06-01-2024
Pukul : 19.20 Wib
Ditolong Oleh : Bidan
Lama Kala I : 9 Jam
Lama Kala II : 20 Menit
143
Lama Kala III :10 Menit
Lama Kala IV : 2 Jam
Data Bayi
BB/PB : 2155 gr/ 47 cm
JK : Laki-laki
Kelainan : Tidak ada
DATA OBJEKTIF
A. Keadaan Umum
Kesadaran : Composmentis
Keadaan Emosional : Stabil
Tanda Vital
TD : 110/70mmHg N : 80x/i
Temp : 36,6ºC R : 20x/i
B. Pemeriksaan Fisik
Muka : Tidak ada cloasma gravidarum
Odema : Tidak ada
Konjungtiva : Merah muda
Mulut dan Gigi : Bersih
Kelenjar Thyroid : Tidak ada pembengkakan
Dada : Simetris
Jantung : Tidak dikaji
Paru : Tidak ada whezing dan ronkhi
Mammae
Kolostrum/ASI : Ada
Areola : Hiperpigmentasi
Putting Susu : Menonjol
Nyeri : Tidak ada
Massa : Tidak ada
Abdomen
Kontraksi : Baik
144
TFU : 2 Jari dibawah pusat
Striae : Ada
Anogenetal
Kebersihan : Bersih
Perineum : Tidak ada luka
Anastesi : Tidak ada
Jenis Jahitan : Tidak ada
Jenis Benang : Tidak ada
Tanda Infeksi : Tidak ada
Lochea : Ada
Jenis : Rubra
Jumlah : 3x ganti pembalut
Bau : Khas
Ekstremitas Bawah
Odema : Tidak ada
Kaku sendi : Tidak ada
Kemerahan : Tidak ada
Varises : Tidak ada
Pola Kehidupan Sehari-hari
Nutrisi : Seimbang
Pola Makan : 3x sehari
Diet : Tidak ada
Perubahan Nafsu Makan : Tidak ada
Pola Eliminasi
BAB :7x/hari Pukul : -
BAK : 3x/hari Pukul : -
Istirahat
Siang : ±2 Jam
Malam : ±8 Jam
Psikologis : Normal
Riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita
145
Jantung : Tidak ada
Tekanan Darah Tinggi : Tidak ada
Hepar : Tidak ada
DM : Tidak ada
Pemeriksaan Laboratorium
HB : Tidak dikaji
Gol. Darah :A
III.ANTISIPASI MASALAH
Tidak ada
IV. TINDAKAN SEGERA
Tidak ada
146
V. PERENCANAAN
Tanggal : 06-01-2024 Pukul : 13.35 Wib
1. Informed consent
2. Beritahu ibu hasil pemeriksaan
3. beri penkes tentang :
- nutrisi
- Istirahat
- personal hygiene
- Perawatan Payudara
- Perawatan Bayi sehari-hari
- asi ekslusif
- tanda bahaya pada masa nifas
4. Anjurkan ibu untuk menyusui yang benar
5. Anjurkan ibu untuk mobilisasi dini
6. Menganjurkan ibu melakukan kunjungan ulang ke dua pada
tanggal 12-01-2024
VI. PELAKSANAAN
Tanggal : 06-01-2024 Pukul : 13.40 Wib
1. Meminta persetujuan pada ibu atas tindakan yang akan di lakukan
2. Memberi tahu tentang hasil pemeriksaan
TTV
TD : 110/70 mmHg S : 36,6ºC
N : 80x/i R : 20x/i
Kontraksi : Baik
3. Memberi pankes tentang
a. Nutrisi
Menganjurkan ibu untuk mengonsumsi makanan-makanan
yang bergizi dan seimbang seperti: nasi, lauk-pauk, sayuran
hijau, buah-buahan dan susu. Untuk ibu yang sedang
menyusui supaya memperlancar ASI dan memperlancar
147
BAB dapat makan-makanan yang berseratseperti buah
pepaya, pisang, dll dan makan-makanan yang mengandung
kecang-kacangan serta sayuran hijau
b. Personal Hygine
Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga personal hygine nya
dengan cara minimal mandi 2 x seharai, menjaga
kebersihan didaerah kewanitaan, menggantikan celana
dalam bila terasa lembab, mengajarkan ibu cara cebok dari
depan kebelakag lalu dikeringakn dengan handuk bersih.
Dan mencuci tangan setiap sebelum dan sesudah
mebersihkan daerah genetalia.
c. Perawatan payudara
Bersihkan dan tarikkan putting susu keluar terutama untuk
putting susu yang datar
Ketuk-ketuk sekeliling putting susu dengan ujung-ujung
jari
Kedua telapak tangan dibasahi dengan minyak kelapa
Kedua telapak tangan diletakkan di antara kedua payudara
Pengurutan dimulai ke arah atas, samping, telapak tangan
kiri kea rah sisi kiri, telapak tangan kanan arah sisi kanan.
Pengurutan diteruskan samping, selanjutnya melintang,
telapak tangan mengurut ke depan, kemudian dilepas dari
kedua payudara.
Telapak tangan kanan kiri menolong payudara kiri,
kemudian jari-jari tangan kanan sisi kelingking mengurut
payudara ke arah putting susu.
Telapak tangan kanan menopang payudara dan tangan
lainnya menggengam serta mengurut payudara dari arah
pangkal kea rah putting susu.
d. Asi Ekslusif
148
Mennganjurkan ibu untuk memberikan ASI Ekslusif selama
6 bulan tanpa adanya makanan tambahan pemdamping ASI
apapun seperti: susu formula,jeruk, madu, air teh, air putih
dan pemberian tambahan makanan seperti pepaya, pisang,
biskuit, bubu nasi dan tim. Dan berikan ASI minimal setiap
2 jam sekali berikan bahkan bila perlu tanpa adanya jadwal
sekalipun.
e. Tanda Bahaya Nifas
Suhu tubuh >37,5ºC, muntah dan rasa sakit waktu berkemih
Keluar cairan yang berbau dari vagina
Kepala yang sering sakit
Penglihatan kabur
Payudara mengalami bendungan ASI
Odema pada wajah atau ekstermitas
f. Istirahat
Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup minimal pada
siang hari ± 2jam dan malan hari ± 8 jam serta hindarilah
melakukan pekerjaan yang berat dan terlalu melelahkan.
4. Mengajarkan ibu untuk teknik menyusi dengan benar
- Sebelum menyusui air susu di keluarkan sedikit kemudian di
ileskan ke putting
- Kemudian letakkan bantal di atas pangkuan ibu
- Ibu duduk di kursi yang mempunyai sandaran,usahakan kaki ibu
tidak menggantung
- Bayi di pegang di belakang bahunya dengan satu tangan kepala
bayi di letakkan pada lipatan siku sementara bokong bayi di tahan
dengan telpak tangan ibu
- Letakkan putting di ujung bibir & biarkan bayi yang
mencarinya,setelah itu ketika bayi sudah membuka sediit mulut &
mendapatkan putting arahkan ibu jari k eke payudara & bantu bayi
mengisap susu sampai ke areola agar susu ibu tidak lecet
149
- Lakukan bergantian kepada payudarah sebelahnya kemudian
sendawakan bayi
5. Menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi dini dengan miring
kanan dan kiri serta melakukan gerakan-gerakan kecil,agar otot ibu
tidak kaku.
6. menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang kedua yaitu pada
tanggal 12-01-2024
VII. EVALUASI
Tanggal: 06-01-2024 Pukul : 14.30 Wib
1. Informed consent telah di lakukan
2. Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaan nya
3. Ibu telah mengerti tentang pankes yang di berikan
4. Ibu telah mengerti tentang tekhnik menyusui yang benar
5. Ibu bersedia melakukan mobilisasi
6. Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang yang kedua pada tanggal
12-01-2024
150
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR IBU PADA BAYI Ny. S
DENGAN PERAWATAN BBLR
DI RSUD BAYUNG LENCIR
TAHUN 2024
NIM : 223001080076
1. PENGKAJIAN DATA
A. DATA SUBJEKTIF
1. IDENTITAS BAYI
Anak ke : kedua
- Umur : 25 th - Umur : 28 th
151
2. ANAMNESE
a. Keluhan Utama :Tidak ada
b. Riwayat persalinan
- Ibu dengan P A H : P2H1
- Persalinan ditolonng oleh :Bidan
- Jenis persalinan :Normal
- Tempat persalinan :RSUD Bayung Lencir
- Lama persalinan
- Lama kala I :9 jam
- Lama kala II :20 menit
- Lama kala III :10 menit
- Lama kala IV :2 jam
c. Riwayat penyakit kehamilan
- Perdarahan :Tidak ada
- Pre eklamsia :Tidak ada
- Eklamsia :Tidak ada
- Penyakit kelamin :Tidak ada
- Diabetes militus :Tidak ada
- Hepatitis :Tidak ada
- Lain-lain :Tidak ada
d. Kebiasaan sewaktu hamil
- Makan :3x sehari
- Obat-obatan :Tidak ada
- Jamu :Tidak ada
e. Keadaan bayi baru lahir APGAR SCORE : menit 1. Menit 5
Tanda 0 1 2 Jumlah
152
Refleks []Tidak bereaksi [√]Gerakan aktif []Batuk/bersin
Warna []Tidak ada [√]Tubuh kemerahan tangan []Kemerahan
dan kaki biru
f. Resusitasi
- Penghisap lendir :Ada
- Ambu :Tidak ada
- Massage jantung :Tidak ada
- Intubasi endrotraheal :Tidak ada
- Oksigen :Tidak ada
- Terapi :Tidak ada
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
- Keadaan Umum :Baik
- Pernapasan :40 x/i
- Hr/Nadi :140 x/i
- Suhu :36,0˚C
2. Antropometri
- Berat badan :2155 gram
- Panjang badan :47 cm
- Lingkar Kepala :30 cn
- Lingkar dada :28 cm
- Lingkar lengan atas :10 cm
3. Refleks
- Moro :Ada/(+)
- Rooting :Ada/(+)
153
- Graps :Ada/(+)
- Sucking :Ada/(+)
- Tonick neck :Ada/(+)
- Walking :Ada/(+)
4. Eliminasi
- Miksi : belum ada
- Mekonium : belum ada
2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
- Simetris :Ya
- Ubun-ubun besar :Ada
- Ubun-ubun besar :Ada
- Caput :Tidak ada
- Sephalohematoma :Tidak ada
- Kelainan :Tidak ada
b. Mata
- Simetris :Ya
- Kelainan :Tidak ada
- Perdarahan :Tidak ada
- Kelainan :Tidak ada
c. Hidung
- Lubang :Ada
- Cuping hidung :Ada
- Cairan/pengeluaran :Tidak ada
- Kelainan :Tidak ada
d. Mulut
- Bibir :Ada
- Palatum :Ada
- Gusi :Merah muda
- Kelainan :Tidak ada
e. Telinga
154
- Simetris :Ya
- Pengeluaran :Tidak ada
- Lubang :Ada
- Daun telinga :Ada
- Kelainan :Tidak ada
f. Leher
- Pembengkakan :Tidak ada
- Kelainan :Tidak ada
g. Dada
- Simetris :Simetris
- Bunyi nafas :Ronchi
- Bunyi jantung :Wheeizing
- Kelainan :Tidak ada
h. Perut
- Bentuk :Simetris
- Tali pusat :Bersih
- Pengeluaran :Tidak ada
- Pembuluh darah :Tidak ada
- Kelainan :Tidak ada
i. Punggung
- Bentuk :Simetris
- Kelainan :Tidak ada
j. Kulit
- Warna :Kemerahan
- Turgor :Normal
- Lanuago :Ada
- Vernik caseosa(lemak) :Ada
k. Ekstremitas
- Jari-jari :Lengkap
- Gerakan :Aktif
- Kelainan :Tidak ada
155
l. Genetalia
Pria Wanita
- Scrotum : Ada -Labia :-
- Penis : Ada -Vagina :-
- Lubang penis : Ada -Kelainan :-
m.Anus
- Lubang anus :Ada
- Kelainan :Tidak ada
Data dasar
156
Masalah : hipotermi dan infeksi tali pusat
Kebutuhan :
- Jaga kehangatan
- Perawatan BBLR
- Perawatan tali pusat
- Pemberian ASI secara on demand
III :ANTISIPASI MASALAH DAN DIAGNOSA POTENSIAL
Pada kasus bayi baru lahir dengan bayi berat lahir rendah, diagnosa potensial
bila berat badan tidak naik, ini tidak terjadi diagnosa potensial karena bayi dalam
inkubator sehingga suhu tubuh bayi masih normal (Walyani, S.E. 2015). Pada
kasus bayi Ny.”S” ditemukan masalah potensial terjadi hipotermi dan infeksi pada
tali pusat.
IV :TINDAKAN SEGERA
Penanganan atau tindakan yang harus dilakukan pada kasus bayi Ny.”S” yaitu
kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk mengatasi terjadinya hipotermi dan
pemberian terapi seperti injeksi Vitamin K 1 mg, pemberian salep mata.
V :PERENCANAAN
1. Informed consent
2. Jaga kehangatan tubuh bayi
3. Lakukan pemeriksaan antropometri pada bayi
4. Memberikan injeksi Vit K 0,5 mg dan salep mata
5. Lakukan perawatan BBLR
6. Edukasi ibu cara melakukan perawatan tali pusat dirumah
VI :PELAKSANAAN
1. Melakukan informed consent kepada klien atas tindakan yang akan dilakukan.
2. Menjaga kehangatan bayi
157
a. Dengan cara tidak memandikan bayi sebelum 6 jam setelah kelahiran dan
selalu beri kehangatan dengan kontak langsung pada ibu
b. Mengenakan sarung tangan, sarung kaki, dan topi lalu bedong bayi
3. Melakukan pemeriksaan Antropometri
BB :2155 gram
PB :47 cm
LK :30 cm
LD :28 cm
LL :10 cm
4. Memberi tahu hasil pemeriksaan
a. Pernafasan : 40 x/i
b. Nadi : 140 x/i
c. Suhu : 36,0ºC
5. Memberikasn injeksi Vit K dengan dosis 0,5 ml di paha sebelah kiri bagian
luar untuk mencegah terjadinya perdarahan pada otak. Memberikan obat salep
mata pada bayi untuk mencegah terjadinya infeksi pada mata bayi.
6. Melakukan perawatan pada bayi baru lahir rendah (BBLR) dengan cara:
7. Mengajarkan ibu untuk merawat tali pusat bayi saat dirumah dengan cara:
a. Selalu mengganti kassa setiap kali sehabis mandi
b. Jangan biarkan tali pusat basah atapun lembab
158
c. Jangan berikan ramuan apapaun pada tali pusat karna akan menyebabkan
infeksi pada tali pusat bayi
VII :EVALUASI
1. Informed consent telah dilakukan dan keluarga maupun ibu menyutujui nya
2. Bayi telah terjaga kehangatannya dan keluarga mengerti cara perawatabayinya
3. Pemeriksaan antropometri telah di lakukan
4. Kehangatan tubuh bayi sudah terjaga
5. Pemeriksaan antropometri pada bayi sudah dilakukan
6. Bayi sudah diberikan injeksi Vit K 0,5 mg dan salep mata
7. Bayi sudah dirawat diruangan perinatologi
8. Ibu sudah mengetahui cara melakukan perawatan tali pusat dirumah
159
BAB IV
PEMBAHASAN
IUGR
1. Pengkajian Data
Pada langkah pengakajian data ini dimana pertama kali dilakukan dalam
langkah varney. Pengkajian data terdiri dari pengkajian data berupa
identitas pasien, dilakukan pemeriksaan fisik pada pasien dimana ibu
dalam keadaan normal, data subjektif ibu mengatakan hamil anak kedua,
HPHT: 03-04-2023, TP: 08-01-2024
2. Interprestasi Data
Dalam langkah varney yang kedua yaitu interprestasi data terdiri dari
diagnosa Kehamilan IUGR pada Ny.S G2P1A0 hamil 39-40 minggu
janin Tunggal hidup intra uteri presentasi kepala, keadaan umum baik.
Data Dasar :
DS:
Ibu mengatakan hamil anak kedua
Ibu mengatakan selama hamil tidak mau makan
DO:
TD : 120/80 mmHg S : 36,5 °C
LILA : 28 cm
- Auskultasi
DJJ : 138 x/i
- Perkusi
Reflek patella kanan/kiri (+/+)
- Palpasi :
160
- Leopold I : tfu 25 cm, fundus teraba lunak, bulat dan tidak
melenting (bokong)
- Leopold II : abdomen kanan teraba panjang, memapan dan
tidak terputus-putus (punggung)
Abdomen kiri teraba tonjolan tonjolan kecil dan terputus-putus
(ekstremitas)
- Leopold III: bagian terbawah teraba bulat, keras dan melenting
(kepala), sudah masuk PAP.
- Leopold IV : sudah masuk PAP Hodge III
- Diagnosa : Ny. S 25 thn G2 P1 A0, hamil 39-40 minggu janin
tunggal hidup intra uterine presentasi kepala dengan
kehamilan IUGR
161
Langkah varney yang keenam yaitu melakukan implementasi atau
pelaksanaan yaitu sesuai intervensi
162
4.2 PEMBAHASAN ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
Available online at
file:///E:/PROFESI%202/326878-analisis-penerapan-asuhan-persalinan-nor-
77a96237.pdf
Asuhan Persalinan Normal merupakan asuhan persalinan yang bersih dan aman
mulai dari kala I sampai dengan kala IV. Kematian maternal dan kematian
fisik dan psikologi pada ibu melahirkan. Persalinan normal merupakan suatu
peristiwa yang menegangkan bagi kebanyakan wanita. Seorang ibu, terutama ibu
dengan kehamilan pertama atau primigravida cenderung merasa takut pada saat
Selain itu, persalinan dikatakan normal apabila tidak ada penyulit saat proses
bersalin berlangsung seperti, bayi terlilit plasenta, dan lain – lain (Sukarni dan
Wahyu, 2015).
Fase Laten merupakan tahap pertama kali pembukaan jalan lahir, yaitu serviks
membuka dengan ukuran 0 – 4 cm dalam waktu 20 jam pada ibu primipara dan 10
163
Fase aktif merupakan fase ketika pembukaan serviks mulai dari 4 – 10 cm
dalam waktu sekitar 5 jam pada ibu primipara dan sekitar 2 jam pada ibu
multipara. Pada fase terakhir yaitu fase transisi yaitu fase keluarnya plasenta dan
janin melalui jalan lahir dan pada fase ini kontraksi yang terjadi intensitasnya
dilihat pada askeb persalinan Ny. S tidak terlihat adanya tanda-tanda persalinan
yang patologi. Pada fase aktif Ny. S pembukaan servik dari 4 cm menjadi
pembukaan lengkap lamanya sekitar 9 jam. Ini masih dianggap fisiologis karena
kecepatan rata-rata 1 cm perjam pada primigravida dan pada multi gravida bisa
hingga 2 cm per jam. Pada pemeriksaan janin, yaitu penghitungan DJJ, didapat
DJJ dari janin Ny. D normal yaitu berkisar 130-140x/menit. Ini selaras dengan
teori pemeriksaan janin. Kismoyo, dkk (2014) mengatakan bahwa DJJ normal
Setelah kala 2 dan kala 3 selesai, Ny. S dipantau selama 2 jam untuk
memastikan keadaannya baik-baik saja. Data yang didapat pada pemantauan kala
celcius. TFU : 3 jari dibawah pusat, kontraksi baik, kandung kemih kosong. Ini
164
4.3 PEMBAHASAN ASUHAN KEBIDANAN NIFAS
Available online at :
https://jurnal.untan.ac.id
Selama dilakukan asuhan kebidanan pada Ny “S” ibu Post Partum dengan
perawatan payudara , ibu sangat kooperatif atas tindakan yang diberikan dan
memberikan kepercayaan pada saya serta mau mengungkapkan permasalah secara
terbuka, sehingga diagnosa tersebut telah dilakukan intervensi dan implenetasi,
sehingga diagnosa masalah dapat teratasi dikarenakan adanya kerjasama yang
baik dari ibu dan keluarga sehingga dapat mendukung keberhasilan program
asuhan kebidanan.
165
Penelitian yang dilakukan oleh Siti Nur Soleha (2019) Hasil penelitian ini
sejalan dengan teori yang menyebutkan bahwa gerakan pada perawatan payudara
bermanfaat melancarkan reflek pengeluaran ASI. Kegiatan ini juga merupakan
cara yang efektif untuk meningkatkan jumlah ASI pada payudara. Selain itu juga
dapat mencegah terjadinya bendungan ASI pada payudara.Hal tersebut sejalan
dengan yang dikemukakan oleh Eti Rochaeti pada penelitiannya di tahun 2009
yaitu Ibu yang melakukan perawatan payudara ternyata semua menunjukkan
produksi ASI kategori cukup.
Penelitian yang dilakukan oleh Ade ayu Prawita (2018) Berdasarkan tabel
2 didapatkan mayoritas ibu memiliki sikap negatif sebanyak 20 orang (66,7%)
dengan tidak melaksanakan perawatan payudara sebanyak 18 orang (60,0%) dan
melaksanakan perawatan payudara sebanyak 2 orang (6,7%). Dari hasil uji Chi-
square di dapatkan nilai p-value =0,001<α=0,05, sehingga dapat di simpulkan
ada Sikap Ibu Nifas Tentang Perawatan Payudara Dengan Pelaksanaan Perawatan
Payudara Di Klinik Pratama Niar Medan Tahun 2017.
Berdasarkan penerapan asuhan ibu nifas dengan Ny.D ibu memiliki sikap
positif dalam diri ibu mengenai baik atau tidaknya melaksanakan perawatan
payudara pada bayi dan dirinya. Dalam asuhan ini tidak ada kesenjangan teori
maupun praktik.
166
4.4 PEMBAHASAN ASUHAN KEBIDANAN BBL
Available online at
https://jurnal.itk-avicenna.ac.id/index.php/jkma/article/download/43/31
Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir dengan Kasus Bayi Berat Lahir
Rendah di RSU Dewi Sartika Kota Kendari Tahun 2022
yang dilakukan di RSUD Bayung Lencir. Pembahasan ini penulis akan membahas
yang ditujukan untuk pengumpulan informasi baik fisik, psokososial dan spiritual.
bersumber dari pemeriksaaan fisik yang dimulai dari kepala sampai ke kaki dan
akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien
mengenai By” S”, baik orang tua maupun bidan dan dokter yang ada diruangan
167
dapat memberikan informasi secara terbuka sehingga memudahkan untuk
Data yang diambil dari studi kasus By ”S” dengan Bayi Berat Lahir Rendah
kedua dan tidak pernah keguguran selama hamil tidak pernah memeriksakan
pernah mengkomsumsi tablet Fe, selama hamil ibu mengatakan tidak mau makan,
tidak pernah menderita riwayat penyakit yang serius. Bayi lahir normal, umur
kehamilan 39-40 minggu, presentasi belakang kepala dengan berat badan 2155
gram, jenis kelamin laki-laki lahir pada tanggal 06-01-2024 pukul 19.20 wib.
Umur 2 jam dirawat di inkubator , keadaan umum bayi lemah, berat badan
2155 gram, panjang badan 47 cm, reflex menghisap dan menelan lemah dan bayi
belum menghisap putting susu ibu, tanda-tanda vital: Denyut jantung 140x/i,
pernapasan 44x/i, suhu 36,5 º C, dada sesuai dengan gerakan nafas, keadaan tali
pusat masih basah, tidak ada kelainan pada genetalia, gerakan tangan dan
kaki baik, integrasi kulit tampak tipis, lemak kulit kurang, tampak kemerahan,
dan tidak ada lanugu, dan bayi di beri ASI eksklusif oleh ibunya.
insufensi plasenta, inkompatibilitas darah ibu dari janin (faktor rhesus, golongan
darah A, B, dan O), dan infeksi dalam rahim. Selain faktor ibu dan janin ada pula
faktor lain: faktor plasenta, plasenta previa, solusi plasenta, faktor lingkungan
168
(radiasi dan zat-zat beracun) dan faktor keadaan sosial ekonomi yang rendah
(kebiasaan, pekerjaan yang melelahkan dan merokok (Rukiyah, dkk, 2013: 244).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya
saat lahir kurang dari 2.500 gram (sampai dengan 2.499 gram) (Rukiah, dkk,
2013:26). Berat bayi lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang memiliki berat badan
2500 gram atau kurang saat lahir (Williamson, R, & Kenda, C, 2013:4).
Berdasarkan tinjauan teoritis dan studi kasus pada By “S“ dengan bayi berat
badan lahir rendah (BBLR) ditemukan banyak persamaan dengan tinjauan teoritis
dan studi kasus sehingga tidak terjadi perbedaan yang menyebabkan By ‟S‟
‟S‟‟ adalah BCB/SMK/SPT/PBK, bayi berat lahir rendah (BBLR). Bayi dengan
berat badan 2155 gram dengan konsep teori bahwa bayi berat lahir rendah adalah
bayi yang lahir dengan berat badan 1500 gram sampai 2500 gram, maka hal ini
sesuai dengan data yang ada yang menandakan bayi tersebut adalah bayi berat
lahir rendah (BBLR) (Amiruddin, R, & Hasmi, 2014:141). Umur 1 hari berat
169
badan 2000 gram, umur 2 hari berat badan 2000 gram, umur 3 hari berat badan
2000 gram, umur sepuluh hari berat badan 2100 gram, dengan konsep teori
bahwa bayi berat lahir rendah adalah bayi yang berat badannya kurang dari 2500
Bayi lahir secara normal, presentasi belakang kepala, masa gestasi 39-40
bulan (NCB) adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan diatas 37 minggu dan
sesuai masa kehamilan (SMK) adalah berat badan sesuai dengan berat badan
untuk usia kehamilan, maka hal ini sesuai data yang ada yaitu dari tanggal HPHT
masa gestasinya adalah 39-40 minggu dimana berada antara 38 sampai 40 minggu
dan di tunjang dengan pemeriksaan ballard skor yang menandakan bayi tersebut
adalah neonatus cukup bulan dan sesuai masa kehamilan. Menurut teori bayi yang
lahir dengan usia kehamilan diatas 37 minggu dengan berat badan dibawah 2500
gram adalah bayi berat badan lahir rendah (BBLR) Penerapan tinjauan pustaka
dan studi kasus By “S” secara garis besar tampak adanya persamaan (Maryunani,
A, 2013).
yang mungkin terjadi (Nurhayati dkk, 2013). Pada langkah ini, kita
170
bidan harus siap apabila didiagnosa masalah tersebut benar-benar terjadi
Konsep dasar Berat Badan lahir Rendah yang dilakukan di RSUD Bayung
hipotermi dapat terjadi karena hanya sedikit lemak tubuh dan pengaturan suhu
tubuh pada bayi baru lahir belum matang. Potensi terjadinya Hipoglekemia
dimana hipoglekemia terjadi karena sedikitnya energi pada bayi sehingga BBLR
terjadinya infeksi diangkat menjadi masalah potensial karena adanya data yang
permukaan kulit bayi masih tipis sehingga mudah kehilangan panas baik melalui
konduksi, konveksi, evaporasi dan radiasi, serta ditunjang dengan fasilitas yang
dirumah yaitu: potensi terjadinya hipotermi, dimana pada saat dirumah kita
sedikit lemak tubuh dan pengaturan suhu tubuh pada bayi belum matang serta
kehilangan panas disebabkan oleh permukaan tubuh bayi yang kurang relatif lebih
sedikitnya simpanan energy pada bayi sehingga bayi harus diberikan ASI secara
171
bayi rentan terkena infeksi baik di Puskesmas maupun d rumah terutama pada
kelahiran (persalinan lama dan persalinan dengan tindakan) serta riwayat bayi
baru lahir (trauma lahir dan prematur), penyakit infeksi terutama pada bayi
bahwa terdapat 58,3% bayi meninggal yang mempunyai penyakit infeksi disertai
Berdasarkan data yang diperoleh dari pengkajian data tidak ada perbedaan
dengan tinjauan kepustakaan yang ditemukan pada kasus, dimana prognosis Bayi
dilakukan jika klien mengalami penyakit atau keluhan yang mengancam maka
dengan kesehatan yang lebih professional sesuai dengan keaadan klien ataupun
172
pernapasan idiopatik (Penaykit membrane hialin), maka perlu dilakukan tindakan
bayi dan menganjurkan ibu untuk menyusui secara on demand. Namun jika
dilakukan termasuk atas indikasi apa yang timbul berdasarkan kondisi klien,
rencana tindakan harus disetujui klien dan semua tindakan yang diambil harus
2013).
Dalam membuat perencanaan ini ditemukan tujuan dan kreteria yang akan
dicapai dalam menerapkan asuhan kebidanan pada bayi “S” dengan Bayi Berat
lahir rendah, cukup bulan/sesuai masa kehamilan, ini tidak berbeda dengan teori
rasional sesuai dengan masalah aktual dan potensial pada bayi dengan Berat Lahir
173
Pada kasus bayi “S” penulis merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan
berikut: cuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh bayi, observasi tanda-tanda
vital, timbang berat badan bayi, rawat tali pusat bayi, kaji adanya tanda-tanda
infeksi, observasi eliminasi bayi, ganti popok bayi saat basah, anjurkan ibu
pertahankan suhu badan bayi, berikan nutrisi pada bayi, anjurkan kepada ibu
untuk selalu memberikan ASI ekslusif pada bayinya selama 6 bulan dan
komsumsi sayur-sayuran hijau seperti daun katuk agar produksi asi lancar,
ajarkan kepada ibu cara menyusui yang baik dan benar, ajarakan ibu tentang
metode kangguru, anjurkan kepada ibu untuk menjaga personal hygine pada diri
dan bayinya, beritahu kepada ibu tentang tanda- tanda bahaya bagi bayi, anjurkan
kepada ibu untuk menyusui bayinya secara on demend, anjurkan kepada ibu dan
keluarga agar selalu menjaga kebersihan bayinya dengan mencuci tangan sebelum
dan sesudah memegang bayinya, anjurkan dan ajarkan kepada ibu cara masase
uterus.
bayi untuk memantau keadaannya setelah pulang kerumah apakah berat badannya
terjadi peningkatan atau tidak.Rencana asuhan yang diberikan yaitu anjurkan ibu
membedongnya, timbang berat badan bayi dan periksa TTV bayi, anjurkan ibu
untuk selalu menjaga personal hygine diri dan bayinya, anjurkan kepada ibu untuk
selalu mencuci tangan apabila menyentuh bayinya, anjurkan ibu untuk mengganti
174
pakaian dan popok jika telah BAB/BAK, menganjurkan kepada ibu agar tidak
Berdasarkan tinjauan teoritis asuhan yang diberikan bayi dengan berat badan
lahir rendah (BBLR) adalah tindakan umum pada BBLR. Secara umum yaitu
maka itu suhu tubuhnya harus dipertahankan dengan ketat, mencegah infeksi
dengan ketat karena bayi BBLR sangat rentan akan infeksi. Adapun prinsip –
prinsip pencegahan infeksi adalah termasuk cuci tangan sebelum memegang bayi,
pengawasan nutrisi (ASI) refleks menelan bayi BBLR belum sempurna dan sangat
langkah awal jika bayi BBLR bisa menelan adalah tetesi ASI dan jika bayi BBLR
belum bisa menelan segera rujuk (rujuk ke rumah sakit jika bayi BBLRnya di
tangani di Puskesmas).
dan erat kaitannya dengan daya tahan tubu, oleh sebab itu penimbangan berat
badan harus dilakukan dengan ketat. Kebutuhan cairan untuk bayi baru lahir
kebutuhan cairan/kalori. Selain itu kapasitas lambung bayi BBLR sangat kecil
sehingga minum harus sering diberikan tiap jam. Perhatikan apakah selama
pemberian minum bayi menjadi cepat lelah, menjadi biru atau perut
membesar/kembung.
175
Hasil penelitan Dian Insana Fitri dkk, pertumbuhan menurut status gizi
normal lebih banyak dari pada bayi yang diberiakn ASI non eksklusif . Pada bayi
yang mendapatkan ASI ekslusif sebesar 73,3% pertumbuhan normal dan 26,7%
dengan bayi ASI non eksklusif (Dian Insana fitri dkk, Vol. 3 issue 2).
(neonatus) dan anak sangat rentang terserang penyakit. Hal ini dikarenakan
mereka belum memiliki daya imun (kekebalan) yang sempurna. Bahkan banyak
dari mereka yang tidak bisa tertolong. Oleh karena itu dapat dipastikan bahwa
bahwa disekitar kita banyak sekali sumber penyakit yang dapat menjadi faktor
terjangkitnya suatu penyakit dan yang paling umum dan sering terjadi pada bayi
di akibatkan oleh bakteri dan virus. Dimana bakteri dan virus tersebut bisa datang
potensial, hal ini menunjukkan tidak ada kesenjangan antara tinjauan teori dengan
praktek.
176
F. Langkah VI Implementasi Asuhan Kebidanan
melaksanakan rencanakan tindakan harus efisien dan menjamin rasa aman pada
dilaksanakan ibu serta kerjasama dengan tim kesehatan lainnya sesuai dengan
tindakan yang telah direncanakan (Mangkuji dkk, 2012). Pada saat dilakukan
tindakan pada bayi, yang pertama dilakukan yaitu mencuci tangan sebelum dan
Pada studi kasus By ”S” dengan berat badan lahir rendah semua
bimbingan dan penyuluhan kepada ibu dan keluarga selama berada di Puskesmas
dan d rumah, dapat dilaksanakan seluruhnya dengan baik tanpa ada hambatan
karena adanya kerjasama dan penerimaan yang baik dari klien serta adanya
kebidanan, keberhasilan dan ketepatan tindakan terdapat dalam tahap ini. Dalam
177
Dengan demikian dapat terlihat bahwa proses manajemen Asuhan
kebidanan yang diterapkan pada bayi ”S” dengan Bayi Berat Lahir Rendah,
178
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
bersalin, nifas, dan bayi baru lahir pada Ny “S” pada tanggal 06-07 Januari
kehamilan IUGR karena selama hamil ibu malas atau tidak mau makan. Hasil
pengkajian data subyektif, ibu hamil anak kedua dengan usia kehamilan 39-
TFU yang tidak sesuai dengan masa kehamilan, dari data subyektif dan
Asuhan kebidanan persalinan dimulai dari kala I sampai kala IV. Hasil
pengkajian data subyektif ibu memasuki masa persalinan pada usia kehamilan
179
masalah apapun dan termasuk dalam kategori normal. Hasil dari data
kehamilan 39-40 minggu inpartu kala I fase aktif dilatasi maksimal janin
tunggal, hidup, presentasi kepala, keadaan ibu dan janin baik. Bayi lahir
spontan, langsung menangis pada pukul 19.20 WIB, plasenta lahir lengkap
pada pukul 19.35 WIB dan tidak ada pedarahan. Dilakukan dengan 58
partograf.
kunjungan yaitu, 6 jam post partum, 4 hari post partum, 16 hari post partum,
29 hari post partum. Hasil pengkajian data subjektif, masa nifas berjalan
dengan lancar sesuai dengan tahapan, ASI keluar lancar, keluhan mulas yang
dirasakan ibu selama masa nifas termasuk dalam batas normal tidak ada
masalah apapun dan termasuk dalam kategori normal. Hasil dari data
yang diberikan sesuai dengan kebutuhan ibu seperti pemenuhan nutrisi ibu
Bayi lahir pukul 19.20 wib, spontan, langsung menangis, tonus otot
baik, kulit berwarna merah muda, jenis kelamin laki-laki, bayi baru lahir
180
rendah (BBLR) dalam perawatan BBLR diruangan Perinatologi. Hasil dari
data subyektif dan obyektif ditegakkan diagnosa neonatus cukup bulan berat
badan rendah (BBLR). Asuhan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan bayi
baru lahir rendah yaitu menjaga kehangatan bayi, pantau KU dan TTV
ibu untuk tetap mempertahankan suhu tubuh bayi agar tetap hangat,
menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI setiap 2 jam atau sesering
cara merawat tali pusat, mengenali ibu tentang tanda bahaya pada bayi,
menjelaskan pada ibu pentingnya imunisasi pada bayi yaitu untuk mencegah
bayinya.
Saran
dalam memberikan asuhan dan mengatasi masalah bila ada kesenjangan pada ibu
hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir serta dapat mengaplikasikan teori-teori
dilapangan praktik.
terutama saat masa kehamilan, persalinan, nifas, serta bayi baru lahir.
181
5.4 Bagi Universitas Adiwangsa Jambi
Diharapkan bagi institusi pendidikan, laporan kasus ini dapat menjadi bahan
DAFTAR PUSTAKA
Ade ayu Prawita (2018) Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Nifas Tentang
Perawatan Payudara Dengan Pelaksanaan Perawatan Payudara; Prodi D4
Kebidanan Fakultas Farmasi dan Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia,
Medan http://ejournal.helvetia.ac.id/index.php/jbk
Asri, Dwi dan Cristine Clervo P. 2012. Asuhan Persalinan Normal Plus Contoh
Askeb dan Patologi Persalinan,Yogyakarta : Nuha Medika
Heni, Ummi, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta :
Salemba Medika
Manuaba, Ida Ayuhandranita.,Ida Bagus Gde Fajar Manuaba., Ida Bagus Gde
Manuaba. 2015. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB, Jakarta:
EGC.
Mangkuji, Betty, dkk. 2014. Asuhan Kebidanan 7 Langkah SOAP, Jakarta : ECG
182
Prawirohardjo, Sarwono.2013.Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka
Ari, Desi. 2020. Hubungan Sikap dan Pengetahuan Ibu Hamil dalam Perawatan
Keputihan di Puskesmas Gedong Tataan. Jurnal Wacana Kesehatan :
Jakarta
Siti Nur Soleha (2019) Pengaruh Perawatan Payudara Terhadap Produksi ASI Ibu
Nifas The Effect of Breast Care on Breast Milk Production of Postpartum
Mother.
183
Teodora Br Tarigan ( 2019 ) Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas Tentang
Perawatan Payudara Di Klinik Mariana Sukadono; Medan
184
LAMPIRAN PARTOGRAF
185
DOKUMENTASI ASKEB KEHAMILAN
186
DOKUMENTASI ASKEB PERSALINAN NORMAL
187
DOKUMENTASI ASKEB BBL
188
DOKUMENTASI ASKEB NIFAS
189
LEMBAR BIMBINGAN
190
PRAKTIK KLINIK PROFESI BIDAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ADIWANGSA JAMBI
TAHUN AKADEMIK 2023-2024
Diketahui,
Kaprodi Pendidikan Profesi Bidan
191
LAMPIRAN JURNAL KEHAMILAN
192
193
194
195
196
197
LAMPIRAN JURNAL PERSALINAN
198
199
200
201
202
203
204
205
206
207
208
209
210
LAMPIRAN JURNAL BBL
211
212
213
214
215
216
217
LAMPIRAN JURNAL NIFAS
218
219
220
221
222
223
224
225
226