Anda di halaman 1dari 236

LAPORAN PRAKTIK STASE

CONTINUITY OF CARE / COC

Disusun Oleh :
SILVIA OKTAVIANTI
Nim : 223001080076

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ADIWANGSA JAMBI
TAHUN AKADEMIK 2023-2024
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN LENGKAP
ASUHAN KEBIDANAN KOMREHENSIF
CONTINUITY OF CARE PADA NY “S” DENGAN
KEHAMILAN IUGR DI RSUD BAYUNG LENCIR

TAHUN 2024

Diajukan sebagai salah satu syarat wajib dalam menyelesaikan


Stase Continuity Of Care
Jambi, Januari 2024

Disetujui
CI Akademik

Bdn. Subang Aini N, S.Keb,. M.Kes

NIDN. 0106018503

i
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN LENGKAP
ASUHAN KEBIDANAN KOMREHENSIF
CONTINUITY OF CARE PADA NY “S” DENGAN
KEHAMILAN IUGR DI RSUD BAYUNG LENCIR

TAHUN 2024

Dipersiapkan dan Disusun Oleh:


NAMA: Silvia Oktaviani
NIM: 223001080076

Disetujui
CI Akademik

Bdn. Subang Aini N, S.Keb,. M.Kes

NIDN. 0106018503

Mengetahui
Ka. Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Bdn. Devi Arista, S.Keb., M.Kes


NIK. 1010300715008

ii
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya menyatakan dengan sesuangguhnya bahwa laporan praktik klinik

yang saya susun sebagai syarat untuk memenuhi mata kuliah Kebidanan

Komprehensif Cointunity Of Care / COC pada Ny.S dengan kehamilan IUGR di

RSUD Bayung Lencir pada program studi Profesi Kebidanan Universitas

Adiwangsa Jambi seluruhnya merupakan hasil karya saya sendiri.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan laporan COC yang

saya kutip dari hasil karya orang lain telah dituliskan dalam sumbernya secara

jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan karya ilmiah.

Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian laporan

COC ini bukan hasil karya saya sendiri atau adanya plagiasi dalam bagian-bagian

tertentu, saya bersedia menerima sanksi, termasuk pencabutan gelar akademik

yang saya sandang sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.

Jambi, Januari 2024

Yang membuat pernyataan

Silvia Oktaviani
Nim 223001080076

iii
ABSTRAK

Silvia Oktaviani. 2024.

Continuity Of Care Pada Ny “S” Usia 25 Tahun Dengan Kehamilan IUGR

Sampai Dengan Asuhan Kebidanan Masa Nifas Di RSUD Bayung Lencir.

Laporan Tugas Akhir. Program Studi Pendidikan Profesi Bidan. Pembimbing:

Bdn.Subang Aini,S.Keb.,M.Kes. Continuity Of Care Pada Ny.”S” Di RSUD

Bayung Lencir. Tujuan dari Asuhan Kebidanan berkesinambungan (Continuity of

Care) yaitu agar dapat melakukan asuhan kebidanan yang komprehensif terhadap

ibu hamil sampai dengan BBL sesuai dengan standart asuhan dengan

menggunakan pendokumentasian VARNEY melalui pendekatan managemen

kebidanan. Hasil dalam pelaksanaan asuhan kebidanan secara berkesinambungan

(Continuity of Care) dari masa kehamilan sampai dengan masa nifas terhadap

Ny.S G2P1A0 usia 25 tahun mulai dari usia kehamilan 39-40 minggu yang

dilaksanakan pada tanggal 06 Januari 2024. Pada kunjungan kehamilan terdapat

masalah pada ibu yaitu kehamilan IUGR. Proses persalinan berjalan lancar. Bayi

lahir pada tanggal 06 Januari 2024 Pukul 19.20 wib ditolong oleh bidan. Bayi

lahir dengan jenis kelamin laki-laki, berat lahir 2155 gram PB : 47 cm LK : 30

cm, LD: 28 cm dengan mendapatkan perawatan pada BBLR. Pada kunjungan

neonatus tidak ada terjadi keluhan dan masalah pada bayi. Pada masa nifas Ny.S

dilakukan kunjungan pertama yaitu perawatan payudara, ibu mengalami

pembengkakan pada payudara dan untuk kunjungan berikutnya ibu sudah tidak

mengalami keluhan. TTV dan TFU ibu dalam batas normal rasa nyeri sudah

iv
teratasi dan asi eksklusif tetap berjalan. Bayi lahir dengan berat badan rendah

sehingga memerlukan perawatan khusus pada BBLR dan tetap mendapatkan asi

eksklusif. Asuhan kebidanan Continuity of Care pada Ny.S yang dimulai dari

trimester III dengan usia kehamilan 39-40 minggu, persalinan, BBL, serta nifas

sudah terlaksana dan ibu termasuk kelompok resiko rendah harapannya bidan

dapat menerapkan asuhan kebidanan Continuity of Care, sehingga jika terjadi

kegawatdaruratan, bidan segera teridentifikasi sejak dini dan dapat tertangani

dengan baik.

Kata kunci : Asuhan Kehamilan, Persalinan, Bayi Baru Lahir, Nifas

v
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan
Stase Continuity Of Care dengan judul “Asuhan kebidanan Komprehensif
continuity of care pada Ny “S” dengan Kehamilan IUGR Di RSUD Bayung
Lencir”. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Bapak Seno Aji, S.Pd., M.Eng, Prac, selaku Rektor Universitas Adiwangsa
Jambi yang sudah memfasilitasi dan memberi dedikasinya untuk pendidikan
profesi Bidan.
2. Ibu Bdn. Subang Aini, S.Keb, M.Kes, selaku dekan Fakultas Kesehatan dan
Farmasi Universitas Adiwangsa Jambi yang sudah membantu dalam
kelancaran pendidikan profesi bidan ini.
3. Ibu Bdn. Devi Arista S.Keb.,M.Kes, selaku Ketua Program Studi profesi
Bidan di Universitas Adiwangsa Jambi yang sudah memberikan arahan untuk
tercapainya penatalaksanaan ini.
4. Ibu Bdn.Subang Aini,S.Keb.,M.Kes, selaku pembimbing CI Akademik yang
telah memberikan saran dan bimbingan dalam pengerjaan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritikan dan saran penulis harapkan sebagai bahan
untuk perbaikan.

Jambi, Januari 2024

Silvia Oktaviani

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.....................................................................................
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................
LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT........................................
ABSTRAK……………….............................................................................
KATA PENGANTAR..................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
Latar belakang..............................................................................................
Tujuan Penulisan..........................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................


Konsep Dasar Asuhan Kehamilan...............................................................
Konsep Dasar Asuhan Persalinan................................................................
Konsep Dasar Asuhan Bayi Baru Lahir (BBL)….......................................
Konsep Dasar Asuhan Nifas........................................................................

BAB III TINJAUAN KASUS


Dokumentasi Asuhan Kebidanan Kehamilan..............................................
Dokumentasi Asuhan Kebidanan Persalinan...............................................
Dokumentasi Asuhan Kebidanan Nifas.......................................................
Dokumentasi Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir......................................

BAB IV PEMBAHASAN
Pembahasan Asuhan Kebidanan Kehamilan................................................
Pembahasan Asuhan Kebidanan Persalinan................................................

vii
Pembahasan Asuhan Kebidanan Nifas........................................................
Pembahasan Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir.......................................
BAB V PENUTUP
Kesimpulan..................................................................................................
Saran.............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

viii
ix
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Asuhan Continuity of care (COC) adalah upaya untuk memberikan
asuhan secara berkesinambungan mulai dari kehamilan, persalinan, nifas,
bayi baru lahir, dan keluarga berencana. Asuhan ini bertujuan untuk
memantau kondisi ibu serta bayi sebagai upaya menurunkan Angka Kematian
Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) (Yulita dan Juwita, 2019).

Dalam profil Kesehatan Indonesia 2017 menyebutkan bahwa AKI di


dunia mencapai 216 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB di 7,3 per 1.000
kelahiran hidup. Sedangkan AKI di Indonesia mencapai 305 per 100.000
kelahiran hidup dan AKB mencapai 22,23 per 1.000 kelahiran hidup
(Kemenkes, 2018). Pada tahun 2018, jumlah kematian ibu di Kulon Progo
ada 3 kasus mengalami penurunan dalam 3 tahun terakhir. Sedangkan untuk
AKB mencapai 8,45 per 1.000 kelahiran hidup. Pada tahun ini mengalami
sedikit kenaikan dibandingkan tahun 2017 yang hanya 8,39 per 1.000
kelahiran hidup (Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo, 2019).

Kematian ibu bisa terjadi karena faktor 4T, yaitu terlalu muda (<20
tahun), terlalu tua (>35 tahun), terlalu sering melahirkan, dan terlalu dekat.
Pada kehamilan terlalu muda memiliki risiko kondisi rahim dan panggul
belum siap berkembang secara optimal yang bisa menyebabkan terjadinya
abortus (Kemenkes, 2018). Sedangkan kehamilan terlalu tua kondisi
kesehatan ibu mulai menurun, fungsi rahim yang menurun, dan kualitas sel
telur yang berkurang. Pada usia ini resiko yang kemungkinan akan terjadi
adalah keguguran, gangguan pada persalinan, preeklamsi, pendarahan,
BBLR, dan cacat bawaan. Usia terlalu muda dan terlalu tua memiliki risiko
kematian 3 kali lipat dibandingkan usia produktif yang sehat yaitu usia 20
tahun sampai 34 tahun (Fitri, 2017).

Pada program Sustainable Development Golds (SGD’s) tahun 2030

1
telah dibuat oleh WHO yang mempunyai tujuan untuk menurunkan AKI
dibawah 70 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB lebih rendah dari 12 per
1.000 kelahiran hidup (Kemenkes, 2018). Selain itu, ibu yang memiliki risiko
hamil perlu diperhatikan serta dikembangkan dalam upaya memberi
pelayanan kebidanan yang bermutu serta sesuai standar kebidanan. Tujuan
pemeriksaan dan pengawasan ibu hamil berisiko yakni, mengenali dan
menangani penyulit yang ditemukan saat kehamilan, persalinan, dan nifas
(Legawati, 2018). Selain itu dapat mengenali dan mengobati penyakit ibu
sedini mungkin, menurunkan angka morbiditas dan mortalilas pada ibu
mupun anak, serta dapat memberikan nasihat dan motivasi tentang cara hidup
sehari-hari, kehamilan, persalinan, Keluarga Berencana (KB), dan laktasi.
Pada dasarnya, bidan merupakan petugas kesehatan yang berkewajiban
melakukan deteksi dini kelainan, penyakit dan komplikasi untuk memperoleh
kehamilan, serta persalinan dan nifas yang aman (Hernawati dan Kamila,
2017). Hal ini mengartikan bahwa asuhan kebidanan berkesinambungan
kepada ibu hamil sangat perlu diberikan karena setiap ibu hamil memiliki
risiko terjadi komplikasi dalam kehamilan, persalinan, maupun nifas.

Pemeriksaan berkala saat hamil merupakan monitor kemajuan


kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu maupun perkembangan bayi,
memberikan penatalaksanaan yang diperlukan, mempersiapkan peran
keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh dan berkembang
dengan normal, mempersiapkan ibu untuk masa nifas supaya berjalan dengan
normal dan memberikan ASI secara Eksklusif, dan membina hubungan untuk
mempersipkan keluarga secara fisik, emosional, dan logis untuk menghadapi
kelahiran serta akan terjadi kemungkinan komplikasi (Parniawati dan
Saryono, 2010)

Dengan demikian penulis ingin melaksanakan pelayanan kebidanan


komprehensif atau Continuity Of Care (COC) pada Ny "F" di PMB Bdn.
Marta Ulina, S.Keb tahun 2022

2
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Memberikan dan melakukan asuhan kebidanan komprehensif sesuai
dengan penerapan manajemen kebidanan secara varney pada Ny. “S”
dengan kehamilan IUGR di RSUD Bayung Lencir Tahun 2024
1.2.2 Tujuan khusus
1. Menganalisis asuhan kebidanan kehamilan pada Ny. “S” di RSUD
Bayung Lencir yang didokumentasikan dengan pendekatan Varney
2. Menganalisis asuhan kebidanan persalinan pada Ny. “S” di RSUD
Bayung Lencir yang didokumentasikan dengan pendekatan Varney.
3. Menganalisis asuhan kebidanan bayi baru lahir pada Ny. “S” di
RSUD Bayung Lencir yang didokumentasikan dengan pendekatan
Varney
4. Menganalisis asuhan kebidanan nifas Ny. “S” di RSUD Bayung
Lencir yang didokumentasikan dengan pendekatan Varney.

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

Konsep Dasar Kehamilan

A. TINJAUAN MEDIS
1. Kehamilan
a. Pengertian
Kehamilan adalah pertemuan persenyawaan antara sel
telur (ovum) dan sel mani (sperma). Kehamilan lamanya
280 hari atau 40 minggu atau 10 bulan (lunar
month).kehamilan yang berlangsung antara 23-36
minggu disebut kehamilan premature. Kehamilan yang
berlangsung antara 37-42 minggu disebut kehamilan
matur.Sedangkan bila kehamilan terjadi lebih dari 34
minggu disebut post matur. Proses kehamilan merupakan
mata rantai yang berkesinambungan dan terdiri dari;
1) Ovulasi atau pelepasan ovum
2) Terjadi imigrasi sperma dan ovum
3) Terjadi konsepsi dan pertumbuhan zigot
4) Terjadi nidasi (implantasi pada uterus)
5) Terjadi pembentukan plasenta
6) Tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm
Menurut tuanya kehamilan dibagi atas 3 triwulan
(trimester) yaitu:
1) Kehamilan trimester pertama : 0-12 minggu
2) Kehamilan trimester kedua : 12-28 minggu
3) Kehamilan trimester ketiga : 28-40
minggu (Muchtar, Rustam, Sinopsis
Obstetri)

4
b. Adaptasi Perubahan Fisiologis Kehamilan
Hampir seluruh tubuh wanita mengalami perubahan,
terutama pada alat kandungan, dan juga organ lainnya.
Adapun perubahan itu terjadi pada:

1) Perubahan sistem Reproduksi


Estrogen dan progesterone diduga utama dalam
pertumbuhan uterus akibat hyperplasia (peningkatan
jumlah sel ), Selama berbulan-bulan awal kehamilan.
Pertumbuhan ini tidak dipengaruhi oleh efek mekanis
embrio yang berkembang. Pertumbuhan ini membuat
dinding uterus semakin kuat, bukan melemah. Karena
jumlah sel otot semakin meningkat disertai peningkayan
jumlah jaringan elastic dan jaringn fibrosa. Oleh karena
itu pembesaran uterus terjadi karena ada kombinasi
antara hipertrofi (peningkatan ukuran sel ) dan pengruh
mekanis tekanan interior terhadap dinding uterus seiring
perkembangan janin didalam kandungan. Selama bulan
bulan pertama kehamilan, terjadi peningkatan pembuluh
darah dan pembuluh limfe uterus. Pertumbuhan dimulai
setelah implantasi dengan proses hiperplasi dan
hipertrofi sel.Hal ini terjadi akibat pengaruh hormon
estrogen dan progesteron. Penyebab pembesaran uterus
antara lain:
a) Peningkatan vaskularisasi dan dilatasi pembuluh
darah;
b) Hiperplasia dan hipertrofi, dan
c) Perkembangan desidua
Uterus bertambah berat sekitar 70 – 1100 gram
selama kehamilan. Ukuran uterus mencapai umur
kehamilan aterm adalah 30 x 25 x 20 cm dengan
kapasitas > 4000 cc. Perubahan bentuk dan posisi uterus

5
antara lain: bulan pertama uterus berbentuk seperti
alpukat, 4 bulan berbentuk bulat, akhir kehamilan
berbentuk bujur telur. Rahim yang tidak hamil/ rahim
normal sebesar telur ayam, pada umur 2 bulan
kehamilan sebesar telur bebek dan umur 3 bulan
kehamilan sebesar telur angsa.
Selama kehamilan, dinding-dinding otot rahim
menjadi kuat dan elastis. Fundus pada servik
mudahfleksi disebut tanda Mc Donald. Korpus uteri dan
servik melunak dan membesar pasca umur kehailan
minggu ke 8 yang disebut tanda Hegar. Sedangkan
posisi rahim pada awal kehamilan adalah antefleksi atau
retrofleksi, pada umur kehamilan 4 bulan kehamilan
rahim berada dalam rongga pelvis dan setelahnya
memasuki rongga perut.
Tinggi fundus uteri selama kehamilan:
Umur Kehamilan Tinggi
Fundus Uteri 12 minggu 3 jari di atas
simpisis
20 minggu 3 jari di bawah pusat
24 minggu Setinggi pusat
28 minggu 3 jari di atas pusat
32 minggu Pertengahan pusat dengan
prosessus xifoideus
36 minggu Setinggi prosessus xifoideus
40 minggu 2 jari di bawah prosessus
xifoideus

2) Perubahan sistem Kardiovaskuler


Perubahan hemodinamik memudahkan system
kardiovaskuler pada ibu memenuhi kebutuhan janin

6
sambil mempertahankan status kardiovaskulernya
sendiri. Volume darah total ibu meingkat sekitar 30-
50% pada kehamilan tunggal dan 50% pada kehamilan
kembar. Volume darah total merupakan kombinasi
volume plasma yang meningkat 75% dan volume sel
darah merah yang meningkat 33%. Dari nilai sebelum
hamil. Semua ini menyebabkan hemodilusi,yang terlihat
pada kadar hematrokit rendah, yang dikenal denga
anemia fisiologis pada kehamilan yang terjadi pada usia
kehamilan 24-32 minggu. Peningkatan volume darah
total dimulai pada awal trimester yang pertama, yang
kemudian meningkat pesat pada pertengahan kehamilan
dan kemudian melambat hingga umur kehamilan 32
minggu. Setelah itu volume darah menjadi relative
stabil.
Pada akhir kehamilan memposisikanwanita pada posisi
telentang dapat menyebabkan uterus yang sekarang
berat dan berat dengan cepat menekan aliran balik vena
sampai membuat pengisian jantung menurun. Pada 10%
wanita hal ini dpat menyebabkan hipotensi arterial dan
wanita dapat menjadi pingsan atau kehilngan kesadaran.
Hal ini dapat diatasi dengan wanit tersebut berbaring
miring atau duduk.
3) Ginjal
Ada perubahan signifikan pada sisitem ginjal selama
kehamilan. Yang memampukan organ wanita bukan
hanya mengella zat sisa dan kelebihan yang dihasilkan
akibat eningkatan volume darah dan curah jantung juga
system metabolosme, tetapi juga menjadi organ utama
yang mengekskresi produk sisa dari janin. Selai itu
ginjal juga sngat penting sebagai media yag meretensi

7
natrium dan mempertahankan keseimbanga selama
kehamilan srta mempertahankan tekanan darah arteri
melalaui system rennin- angiostensi. Semua komponen
dalam sisitem tersebut yang dihasilkan baik dari ibu
maupun dari janin mengalami peningkatan pada
kehamilan normal.Hal ini sebagian disebabkan oleh
tingginya kadar estrogen.Pada normal berkemih wanita
yang tidak hamil pada siang hari berkebalikan dengan
pla wanita yang hamil. Wanita yang hamil
mengumpulkan cairan (air dan natrium) selama siang
hari dalam bentuk edema dependen akibat tekanan
uterus pada pembuluh darah panggul dan vena kava
inferior dan kemudian mengekskresi cairan tersebut
pada malam hari(nokturia) melalaui kedua ginjal ketika
wanita berbarinhg, terutama pada posisi lateral
kiri.Akibat yang ditimbulkan antara lain adalah
peningkatan resiko infeksi saluran kemih pada saat
hamil dan pasca partum, frekuensi berkemih
bertambah, cenderung terjadi glikoseria, proteinuria.
4) Sistem Pernafasan
System pernafasan ibu mengangkut oksigen kemudian
membuang kabondioksida dari janin, serta menyediakan
energy untuk sel-sel ibu itu sendiri janin dan
plasenta.faktor faktor yang mempengaruhi perubahan
pulmonal meliputi pengaruh hormonal dan perubahan
mekanis.Perubahan mekanis meliputi elevasi posisi
istirahat diafragma kurang lebih 4 cm, peningkatan 2
cm tranversal saat sudut subkostal dan iga bawah
melebar, serta lingkar toraks melingkar kurang lebih 6
cm. semua perubahan ini disebabkan olh pembesaran
uterus akibat tekanan keatas. Pengaruh hormonal

8
estrogen terhadp enggogerment kapiler melalui saluran
pernafasan dan efek progesterone terhdap relaksasi otot
polos bonkiol dan relak sasi otot serta kartilago pada
region toraks
5) Sistem Pencernaan
Perubahan pada saluran cerna memungkinkan
pengangkutan nutrian untuk memenuhi kebutuhan ibu
dan janin dan perubahan ini dibawah pengaruh
hormone dan mekanis. Estrogen menyebabkan aliran
darah kemulut sehngga gusi menjadi rapuh, dan dapat
menimbulkan gingivitis. Hal ini juga dapat mendorong
ibu memperhatikan perawatan gigi dan mulut. Tetapi
buka karena ia akan kehilangan kalsium. Saliva menjadi
lebih asam tetapi jumlahnya tidak menigkat.
Tinus pada sfingter osefagus bagian bawah melemah
dibawah pengaruh progesterone yangmenyebabkan
relaksasi otot polos. Pergeseran diafragma dan
penekanan akibat pembesaran uterus yang diperburuk
oleh hilangnya tonus sfingter menyebabkan reflex dan
nyeri ulu hati. Kerja progesterone pada otot otot
polos mentebabakan lambung hipotonusdisertai
penurunan motilitas dan waktu pengosongan yang
memanjang. Semua perubahan ini dialami seluruh
saluran usus halus. Efek progesteronmenjadi lebih jelas
seirirng kemajuan kehamilan dan peningkatan jadar
progesterone. Yang berefek memperpanjang lama
absorbs nutrient, mineral dan obat- obatan.Perubahan
pada traktus gastro intestinal terutama disebabkan oleh
relaksasi otot polos. Keadaan ini dipicu oleh tingginya
kadar Progesteron selama kehamilan.Relaksasi sfingter
oesophageus menyebabkan regurgitasi asam lambung

9
sehingga menyebabkan keluhan panas didada
(heartburn). Sekresi dan motilitas lambung menurun
sehingga pengosongan lambung terhambar, keadaan ini
menyebabkan pencernaan semakin efisien namun
menyebabkan rasa mual.Motilitas usus halus menurun
sehingga absorbsi akan berlangsung lebih
lama.Motilitas usus besar menurun sehingga absorbsi
lebih lama namun menyebabkan obstipasi
c. Tanda bahaya kehamilan
1) Hiperemesis
Adalah gejala mual dan muntah yang berlebihan pada
ibu hamil.Dapat berlangsung sampai usia kehamilan 4
bulan dan keadaan umum menjadi buruk.Etiologi belum
diketahui secara pasti.Dibagi menjadi 3 tingkatan
menurut beratnya gejala yang timbul yaitu :
a) HEG tingkat 1
Muntah terus menerus,ibu merasa lemah, nafsu
makan tidak ada, berat badan turun, nyeri
epigastrium, Nadi meningkat sekitar
100x/menit,Tekanan darah turun,Turgor kulit
berkurang, lidah mengering, mata cekung.
b) HEG tingkat 2
Ibu lebih lemah dan apatis,turgor kulit lebih
mengurang,lidah mengering dan nampak kotor,nadi
rendah dan cepat,suhu tubuh kadang-kadang
naik,mata cekung dan sedikit ikterus,BB dan TD
turun,hemokonsenterasi, oliguria dan
konstipasi,ditemukan aseton pada air kencing.
c) HEG tingkat 3
Keadaan umum lebih parah, Muntah
berhenti,Kesadaran menurun dari somnolen sampai

10
koma, Nadi kecil dan cepat Suhu meningkat, TD dan
BB turun, Ensepalopati Wernicke dengan gejala
nistagmus, diplopia dan perubahan mental.
2) Perdarahan
Penyebab perdarahan pada ibu hamil antara lain:
a) Abortus
b) Placenta Previa
c) Solutio Placenta
d) Kehamilan Ektopik
3) Anemi
Anemia adalah kekurangan kadar hemoglobin atau sel
darah merah < 11 gr % atau suatu keadaan dengan
junlah eritrosit yang beredar atau konsentrasi
hemoglobin menurun (Maimunah 2005).
Ibu hamil dikatakan anemia jika hemoglobin darahnya
kurang dari 11 gr %. Bahaya anemia pada ibu hamil
tidak hanya berpengaruh pada keselamatan dirinya saja,
tetapi juga pada janin yang dikandungnya. Penyebab
paling umum dari anemia pada kehamilan adalah
kekurangan zat besi, hal ini penting dilakukan
pemeriksaan untuk anemia pada kunjungan pertama
kehamilan bahkan jika tidak mengalami anemia pada
saat kunjungan pertama, masih mungkin terjadi anemia
untuk kunjungan berikutnya.
Anemia juga disebabkan oleh kurangnya konsumsi
makanan yang mengandung zat besi atau adanya
gangguan penyerapan zat besi dalam tubuh (Manuaba ,
2001).
Klasifikasi Anemi dalam kehamilan ;
a) Anemia Defisiensi Besi

11
Untuk menegakan diagnosa Anemia defisiensi besi
dapat dilakukan dengan anamnesa. Hasil anamnesa
didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata
berkunang-kunang dan keluhan mual muntah pada
hamil muda. Padapemeriksaan dan pengawasan Hb
dapat dilakukan dengan menggunakan alat sachli,
dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu
trimester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb dengan
sachli dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Hb 11 gr% : Tidak
anemia 2.Hb 9-10 gr% :
Anemia ringan 3.Hb 7 –
8 gr%: Anemia sedang
4. Hb < 7 gr% : Anemia berat
b) Anemia Hipoplastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh hipofungsi
sumsum tulang, membentuk sel darah merah baru.
c) Anemia hemolotik
Disebabkan karena penghancuran sel darah
merah berlangsung lebih cepat dari
pembuatannya.
d) Anemia megaloblastik
Anemia karena defisiensi asam folik, jarang sekali
karena defisiensi vitamin B12 Hal ini erat
hubungannya dengan defisiensi makanan.
4) Pre Eklamsi atau Eklampsi
Preeklamsia adalah sebuah komplikasi pada kehamilan
yang ditandai dengan tekanan darah tinggi (hipertensi)
dan tanda-tanda kerusakan organ, misalnya kerusakan
ginjal yang ditunjukkan oleh tingginya kadar protein
pada urine (proteinuria). Preeklamsia juga sering

12
dikenal dengan nama toksemia atau hipertensi yang
diinduksi kehamilan.
Gejala preeklamsia biasanya muncul saat usia
kehamilan memasuki minggu ke-20 atau lebih (paling
umum usia kehamilan 24-26 minggu), sampai tak lama
setelah bayi lahir. Preeklamsia yang tidak disadari oleh
sang ibu hamil bisa berkembang menjadi eklamsia,
kondisi medis serius yang mengancam keselamatan ibu
hamil dan janinnya.
2. Pengertian IUGR
IUGR (Intra uterine Growth Retiction adalah berat badan bayi
baru kurang dari persentil 10 untuk usia kehamilan bayi, dalam
artian bayi baru lahir berukuran lebih kecil dengan usia
kehamilannya (Pranoto, Ibnu dkk. 2012 ).
3. Klasifikasi IUGR
Menurut Harper T. klasifikasi IUGR / PJT adalah:
a. IUGR tipe I atau dikenal juga sebagai tipe simetris. Terjadi
pada kehamilan 0-20 minggu,terjadi gangguan potensi
tubuh janin untuk memperbanyak sel (hiperplasia),
umumnya disebabkan oleh kelainan kromosom atau infeksi
janin.prognosisnya buruk.
b. IUGR tipe II atau dikenal juga sebagai tipe asimetris.terjadi
pada kehamilan 24-40 minggu, yaitu gangguan potensi
tubuh janin untuk memperbesar sel (hipertrpi), misalnya
pada hipertensi dalam kehamilan disertai insufisiensi
plasenta. Prognosisnya baik.
c. IUGR tipe III adalah kelainan diantara dua tipe diatas.
Terjadi pada kehamilan 20-28 minggu,yaitu gangguan
potensi tubuh kombinasi antara gangguan hiperplasia dan
hipertropi sel. Misalnya dapat terjadi pada malnutrisi
ibu,kecanduan obat,atau keracunan.

13
4. Penyebab IUGR
Penyebab IUGR dibedakan menjadi 3 faktor,yaitu:
a. Maternal/ibu seperti: Tekanan darah tinggi, riwayat
Diabetes mellitus, penyakit jantung dan pernafasan,
malnutrisi dan anemia, pecandu alkohol, obat-obatan
tertentu dan perokok.
b. Uterus dan plasenta : penurunan aliran darah dari uterus ke
plasenta, plasenta abruption , plasenta previa, infark
plasenta.
c. Factor janin antara lain : janin kembar, penyakit infeksi,
kelainan kongenital, kelainan kromosom, pajanan teratogen
(Cunningham, Gary, dkk.2006 ).
5. Manifestasi Klinis
Bayi-bayi yang dilahirkan dengan IUGR biasanya tampak
kurus, pucat, dan berkulit keriput. Tali pusat umumnya tampak
rapuh dan layu dibanding pada bayi normal yang tampak tebal
dan kuat. IUGR muncul sebagai akibat dari berhentinya
pertumbuhan jaringan atau sel. Hal ini terjadi saat janin tidak
mendapatkan nutrisi dan oksigenasi yang cukup untuk
perkembangan dan pertumbuhan organ dan jaringan, atau
karena infeksi. Meski pada sejumlah janin, ukuran kecil untuk
masa kehamilan bisa diakibatkan karena faktor genetik (kedua
orangtua kecil), kebanyakan kasus IUGR atau Kecil Masa
Kehamilan (KMK) dikarenakan karena faktor-faktor lain.
IUGR dapat terjadi kapanpun dalam kehamilan. IUGR
yang muncul sangat dini sering berhubungan dengan kelainan
kromosom dan penyakit ibu. Sementara, IUGR yang muncul
terlambat (>32 minggu) biasanya berhubungan dengan problem
lain. Pada kasus IUGR, pertumbuhan seluruh tubuh dan organ
janin menjadi terbatas. Ketika aliran darah ke plasenta tidak
cukup, janin akan menerima hanya sejumlah kecil oksigen, ini

14
dapat berakibat denyut jantung janin menjadi abnormal, dan
janin berisiko tinggi mengalami kematian (Harper T.,2008 ).

6. Faktor resiko
a. Ibu yang secara konstitusional kecil
Wanita berpostur kecil biasanya memiliki bayi yang lebih
kecil. Tidak jelas apakah fenomena ibu kecil melahirkan
bayi kecil bersifat alami atau karena lingkungan, tetapi
lingkungan yang disediakan oleh ibu lebih penting dalam
menentukan berat badan lair dari pada konstribusi
genetiknya. Pada wanita yang berat badannya rata-rata atau
rendah, kurangnya peningkatan berat selama kehamilan
mungkin berkaitan dengan hambatan pertumbuhan janin.
Akan tetapi,jika ibu yang bersangkutan bertubuh besar dan
sehat, pertambahan berat yang kurang dari rata- rata tanpa
penyakit ibu, kecil kemungkinan dengan hambatan
pertumbuhan janin yang signifikan (Manuaba dkk , 2007).
b. Deprivasi sosial
Efek deprivasi sosial pada berat badan lahir berkaitan
dengan efek faktor gaya hidup yang menyertainya seperti
merokok, penyalahgunaan alkohol dan zat lain, dan kurang
gizi. Wanita yang paling mengalami deprivasi sosial
memiliki bayi paling kecil dan tidak adanya sumber daya
psikososial, meningkatkan resiko hambatan pertumbuhan
pada janin (Pranoto, Ibnu dkk. 2012).
c. Penyulit Medis pada Ibu
Penyakit vaskular kronis, terutama jika diperberat oleh
adanya preeklamsia sering menyebabkan hambatan
pertumbuhan. Preeklamsia itu sendiri juga dapat
menyebabkan kegagalan pertumbuhan janin, terutama jika
kehamilannya sebelum 37 minggu. Penyakit ginjal dapat
disertai oleh hambatan pertumbuhan janin. Janin dari

15
wanita dengan penyakit jantung sianotik sering mengalami
hambatan pertumbuhan yang parah. Pada segian besar
kasus, anemia tidak menyebabkan hambatan pertumbuhan.
Pengecualiannya antar lain adalah anemia sel sabit atau
anemia herediter lain yang berkaitan dengan penyakit
serius pada ibu (Harper T., 2008).
d. Kelainan plasenta dan tali pusat
Solusio plasenta parsial kronis, infark luas, atau
korioangioma cenderung menyebabkan hambatan
pertumbuhan janin. Insersi marginal tali pusat dan terutama
insersi velamentosa lebih besar kemungkinannya disertai
oleh hambatan pertumbuhan janin (Khanzima,2011).
e. Janin Multipel
Kehamilan dengan dua atau lebih janin lebih besar
kemungkinannya mengalami penyulit hambatan
pertumbuhan satu atau lebih janin dibandingkan dengan
kehamilan tunggal. Memang, hambatan pertumbuahn
dilaporkan terjadi pada 10 sampai 15 persen janin kembar
(Resnik R.,2003 ).
f. Kehamilan ekstrauterus
Janin yang tumbuh diluar uterus biasanya mengalami
hambatan pertumbuhan. Malformasi uterus ibu juga
diaporkan berkaitan dengan gangguan pertumbuhan janin
(Khanzima,2011).
7. Mortalitas dan Morbiditas
Pertumbuhan janin terhambat berkaitan dengan mortalitas
dan morbiditas. Kematian janin, asfiksia lahir,aspirasi
mekonium, serta hipoglikemia janin meningkat, demikian juga
prevalensi kelainan perkembangan saraf. Hal ini berlaku baik
bagi bayi aterm maupun prematur.Pertumbuhan dan
perkembangan pascanatal pada janin dengan hambatan

16
pertumbuhan bergantung pada kausa hambatan, gizi selama
masa bayi,dan lingkungan sosial. Bayi dengan hambatan
pertumbuhan akibat faktor konstitusional ibu, kromosom,virus
atau kongenital akan tetap kecil seumur hidupnya. Mereka yang
mengalami hambatan pertumbuhan in utero akibat insufisiensi
plasenta sering dapat tumbuh mengejar ketertinggalannya
setelah lahir mendekati potensi pertumbuhan herediternya jika
berada di lingkungan yang optimal. Demikian juga, prognosis
perkembangan neurologis pada bayi dengan hambatan
pertumbuhan dipengaruhi oleh lingkungan pascanatal. Bayi
demikian yang lahir dari keluarga dengan tingkat sosoiekonomi
tinggi lebih jarang mengalami masalah perkembangan selama
tindak lanjut (Resnik R.,2003).
8. Diagnosis
Menurut Resnik R. diagnosis IUGR dapat ditegakkan
dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Faktor Ibu
Ibu hamil dengan penyakit hipertensi, penyakit
ginjal dan kardiopulmonal dan pada kehamilan
ganda.
b. Tinggi Fundus Uteri
cara ini sangat mudah, murah, aman, dan baik untuk
diagnosa pada kehamilan kecil. Caranya dengan
menggunakan pita pengukur yang di letakkan dari simpisis
pubis sampai bagian teratas fundus uteri. Bila pada
pengukuran di dapat panjang fundus uteri 2 (dua) atau 3
(tiga) sentimeter di bawah ukuran normal untuk masa
kehamilan itu maka kita dapat mencurigai bahwa janin
tersebut mengalami hambatan pertumbuhan.
Berat badan penting diukur sebelum proses persalinan
mulai, gunanya untuk mengantisipasi kemungkinan

17
penyulit kehamilan, persalinan seperti gangguan
pertumbuhan bayi atau makrosomia (Bayi Besar). Berat
badan janin secara sederhana dapat diukur dengan
mempergunakan rumus diantaranya rumus Johnson
Toshack. Rumus ini dihitung berdasarkan Tinggi Fundus
Uteri (TFU) yaitu jarak dari bagian atas tulang kemaluan
(simfisis os pubis) ke puncak rahim (Fundus) dalam
centimeter (cm) dikurangi 11, 12 atau 13, hasilnya dikali
155 didapatkan berat badan bayi dalam gram. Rumus
Johnson Toshack : BB = (TFU – N) x 155 Keterangan : BB
= Berat badan janin dalam gram TF = Tinggi Fundus Uteri
N = 13 bila kepala belum melewati PAP N = 12 bila
kepala berada di atas spina ischiadika N = 11 bila kepala
berada di bawah spina ischiadika
Pada tahun 1990, Dare et al mengajukan suatu formula
yang lebih sederhana untuk menghitung taksiran berat
badan janin, yaitu perkalian antara SFH dengan AG.
Metode yang dipakai berupa pengukuran lingkar perut ibu
dalam centimeter kemudian dikalikan dengan ukuran
fundus uteri dalam centimeter, maka akan didapat taksiran
berat janin.
Metode ini dikenal dengan nama Formula
Dare’s. TBBJ = FU X AG
Keterangan : TBBJ = Taksiran Berat badan janin FU =
Fundus Uteri AG = Lingkar Perut Metode ini dianggap
lebih mudah digunakan berbagai kalangan dan memiliki
nilai bias yang minimal dibandingkan penggunaan tinggi
symphysial-fundal.
c. USG Fetomaternal
Pada USG yang diukur adalah diameter
biparietal atau cephalometry angka kebenarannya mencapai

18
43-100%. Bila pada USG ditemukan cephalometry yang
tidak normal maka dapat kita sebut sebagai asimetris IUGR.
Selain itu dengan lingkar perut kita dapat mendeteksi
apakah ada pembesaran organ intra abdomen atau tidak,
khususnya pembesaran hati.
Tetapi yang terpenting pada USG ini adalah perbandingan
antara ukuran lingkar kepala dengan lingkar perut untuk
mendeteksi adanya asimetris IUGR.
d. Doppler Velocimetry
Dengan menggunakan Doppler kita dapat mengetahui
adanya bunyi end-diastolik yang tidak normal pada arteri
umbilicalis, ini menandakan bahwa adanya IUGR.

9. Penatalaksanaan
Langkah pertama dalam menangani IUGR adalah
mengenali pasien-pasien yang mempunyai resiko tinggi untuk
mengandung janin kecil. Langkah kedua adalah membedakan
janin IUGR atau malnutrisi dengan janin yang kecil tetapi
sehat. Langkah ketiga adalah menciptakan metode adekuat
untuk pengawasan janin pada pasien- pasien IUGR dan
melakukan persalinan di bawah kondisi optimal.
Untuk mengenali pasien-pasien dengan resiko tinggi untuk
mengandung janin kecil, diperlukan riwayat obstetrik yang
terinci seperti hipertensi kronik, penyakit ginjal ibu dan riwayat
mengandung bayi kecil pada kehamilan sebelumnya. Selain itu
diperlukan pemeriksaan USG. Pada USG harus dilakukan
taksiran usia gestasi untuk menegakkan taksiran usia gestasi
secara klinis. Kemudian ukuran-ukuran yang didapatkan pada
pemeriksaan tersebut disesuaikan dengan usia
gestasinya.Pertumbuhan janin yang suboptimal menunjukkan
bahwa pasien tersebut mengandung janin IUGR. (Cunningham,
Gary, dkk.2006 ).

19
Tatalaksana kehamilan dengan IUGR bertujuan suportif,
karena tidak ada terapi yang paling efektif sejauh ini, adalah
untuk melahirkan bayi yang sudah cukup usia dalam kondisi
terbaiknya dan meminimalisasi risiko pada ibu. Tatalaksana
yang harus dilakukan :
1) IUGR pada saat dekat waktu melahirkan. Yang harus
dilakukan adalah segera dilahirkan
2) IUGR jauh sebelum waktu melahirkan. Kelainan organ
harus dicari pada janin ini, dan bila kelainan kromosom
dicurigai maka amniosintesis (pemeriksaan cairan
ketuban) atau pengambilan sampel plasenta, dan
pemeriksaan darah janin dianjurkan.
a) Tata laksana umum :
setelah mencari adanya cacat bawaan dan kelainan
kromosom serta infeksi dalam kehamilan maka
aktivitas fisik harus dibatasi disertai dengan nutrisi
yang baik. Tirah baring dengan posisi miring ke kiri,
Perbaiki nutrisi dengan menambah 300 kal perhari,
Ibu dianjurkan untuk berhenti merokok dan
mengkonsumsi alkohol, Menggunakan aspirin
dalam jumlah kecil dapat membantu dalam beberapa
kasus IUGR Apabila istirahat di rumah tidak dapat
dilakukan maka harus segera dirawat di rumah sakit.
Pengawasan pada janin termasuk diantaranya adalah
melihat pergerakan janin serta pertumbuhan janin
menggunakan USG setiap 3-4 minggu.
b) Tata laksana khusus
pada IUGR yang terjadi jauh sebelum waktunya
dilahirkan, hanya terapi suportif yang dapat
dilakukan. Pada ibu hamil dengan penyakit kronis
seperti jantung, gagal ginjal, hipertensi dan lain-lain

20
perlu pengawasan dan pengobatan dari dokter
spesialis. Apabila penyebabnya adalah nutrisi ibu
hamil tidak adekuat maka nutrisi harus
diperbaiki. .Pada wanita hamil perokok berat,
penggunaan narkotik dan alkohol, maka semuanya
harus dihentikan .
c) Proses kelahiran
pematangan paru harus dilakukan pada janin
prematur.Pengawasan ketat selama melahirkan
harus dilakukan untuk mencegah komplikasi setelah
melahirkan. Operasi caesar dilakukan apabila terjadi
distress janin serta perawatan intensif neonatal care
segera setelah dilahirkan sebaiknya dilakukan.
Kemungkinan kejadian distress janin selama
melahirkan meningkat pada IUGR karena umumnya
IUGR banyak disebabkan oleh insufisiensi plasenta
yang diperparah dengan proses melahirkan.
(Gordon,JO.,2005).

10. Prognosis
Pada kasus-kasus IUGR yang sangat parah dapat berakibat
janin lahir mati (stillbirth) atau jika bertahan hidup dapat
memiliki efek buruk jangka panjang dalam masa kanak-
kanak nantinya. Kasus- kasus IUGR dapat muncul,
sekalipun sang ibu dalam kondisi sehat meskipun faktor-
faktor kekurangan nutrisi dan perokok adalah yang paling
sering. Menghindari cara hidup berisiko tinggi, makan
makanan bergizi, dan lakukan kontrol kehamilan secara
teratur dapat menekan risiko munculnya IUGR . Perkiraan
saat ini mengindikasikan bahwa sekitar 65% wanita pada
negara sedang berkembang paling sedikit memiliki kontrol

21
1 kali selama kehamilan pada dokter, bidan, atau perawat
(Resnik R., 2003 ).
11. Pencegahan
Beberapa penyebab dari IUGR tidak dapat dicegah.
Bagaimanapun juga, faktor seperti diet, istirahat, dan olahraga
rutin dapat dikontrol. Suplementasi dari protein, vitamin,
mineral, serta minyak ikan juga baik dikonsumsi. Selain itu
pencegahan dari anemia serta pencegahan dan tatalaksana dari
penyakit kronik pada ibu maupun infeksi yang terjadi harus
baik.
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk mencegah IUGR pada
janin untuk setiap ibu hamil sebagai berikut :
a. Usahakan hidup sehat.
b. Hindari stress selama kehamilan.
c. Hindari makanan obat-obatan yang tidak dianjurkan selama
kehamilan.
d. Olah raga teratur.
e. Hindari alkohol, rokok, dan narkoba.
f. Periksakan kehamilan secara rutin.(Leveno,J Kenneth,
dkk,2009)

B. TEORI MANAJEMEN KEBIDANAN

Proses manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan


masalah. Proses ini merupakan sebuah metode dengan
pengorganisasian pemikiran dan tindakan-tindakan dengan urutan
yang logis dan menguntungkan baik bagi klien maupun bagi tenaga
kesehatan. Proses ini menguraikan bagaimana prilaku yang
diharapkan dan pemberian asuhan. Proses manajemen ini bukan
hanya terdiri dari pemikiran dan tindakan saja melainkan juga
prilaku pada setiap langkah agar pelayanan yang komprehensif dan
aman dapat tercapai. Dengan demian proses manajemen harus

22
mengikuti urutan yang logis dan memberikan pengertian yang
menyatukan pengetahuan, hasil temuan, dan penilaian yang
terpisah- pisah menjadi satu kesatuan yang berfokus pada
manajemen (Varney, Helen dkk.2007).
Proses manajemen menurut Varney terdiri dari 7 langkah yang
berurutan dimana setiap langkah disempurnakan secara periodik.
Proses dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir
dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu
kerangka lengkap yang dapat diaplikasikan dalam situasi apapun (
Rukiyah, yeyeh ai. 2011).
1. Pengumpulan Data dasar
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan
data, mengelompokan data, dan mengnalisa data sehingga dapat
diketahui masalh dan keadaan klien. Pada langkah pertama ini
dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber
yang berkaitan dengan kondisi klien.
Data-data yang dikumpulkan meliputi :
a. Data Subyektif
1) Biodata atau identitas klien dan suami.
Yang perlu dikaji : nama, umur, agama, suku,
pendidikan, pekerjaan dan alamat. Maksud pertanyaan
ini adalah untuk mengidentifikasi (mengenal) klien
(khanzima,2011).

2) Keluhan utama
Merupakan alasan utama klien untuk datang ke BPS
atau RS dan apa-apa saja yang dirasakan klien.
Kemungkinan yang ditemui : biasanya akan terjadi
kenaikan berat badan yang tidak sesuai dengan normal
selama hamil dan juga bisa penurunan berat badan,
kemungkinan klien mengalami kekurangan nutrisi
ataupun anemia yang tergolong kongenital, serta

23
gerakan janin yang berkurang (winda
kusumawardini,2011).
3) Riwayat perkawinan
Kemungkinan diketahui status perkawinan, umur hamil,
berapa lama baru hamil ( Rukiyah, yeyeh ai. 2011).
4) Riwayat Menstruasi
Yang ditanyakan adalah HPHT untuk menentukan
tafsiran persalinan, siklus,, lama, banyaknya, bau, warna
dan apakah nyeri waktu haid, serta kapan mendapatkan
haid pertama kalinya (khanzima,2011).
5) Riwayat obsetri yang lalu
Kehamilan yang lalu, kemungkinan klien mengalami
abortus, dan kemungkinan ibu mengalami preeklamsia
serta penyakit lainnya seperti diabetes militus dan
penyakit jantung.
Persalinan yang lalu kemungkinan ibu mengalami
kelahiran premature dan berat badan lahir bayi yang
rendah serta melahirkan sebelum waktunya.
Nifas yang lalu kemungkinan keaadaan lochea dan
laktasi berjalan lancar (winda kusumawardini,2011).
6) Riwayat kehamilan sekarang
Kemungkinan terjadinya kelainan plasenta dan tali
pusat, janin kembar, kehamilan ektopik, klien yang
diperberat dengan eklamsia, infeksi janin dan penyakit
lainnya.

7) Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan yang lalu : kemungkinan klien
memiliki penyakit jantung Cianostic dan penyakit
diabetes militus, serta anemia.
Riwayat kesehatan sekarang : kemungkinan pasien
sedang menderita penyakit DM, berat badan kurang dari

24
berat badan normal ibu hamil, malnutrisi anemia dan
konsumsi obat-obatan ( Rukiyah, yeyeh ai. 2011).
8) Riwayat kesehatan keluarga
Kemungkinan ada keluarga yang menderita penyakit
keturunan, riwayat kehamilan prematur atau riwayat.
persalinan pre-term, dan riwayat keturunan kembar
(khanzima,2011).
9) Riwayat sosial, ekonomi, dan budaya
Kemungkinan hubungan klien dengan suami, keluarga,
dan masyarakat baik, pendidikan klien yang rendah
dapat mempengaruhi kehamilan serta ekonomi yang
rendah, adanya kebudayaan klien juga mempengaruhi
kesehatan kehamilan (winda kusumawardini,2011).
10) Riwayat spiritual
Kemungkinan klien melakukan ibadah agama dan
kepercayaan dengan baik (khanzima,2011).
11) Riwayat psikologis
Kemungkinan adanya tanggapan keluarga ataupun
suami yang kurang baik dengn kehamilan ini. Atau
kemungkinan klien tidak mengharapkan kehamilan ini
dan terjadi masalah karna kehamilan ini.
Kemungkinan pemenuhan kebutuhan bio-psiko yang
meliputi pemenuhan nutrisi, proses eliminasi, aktivitas
sehari-hari, istirahat, personal hygiene dan kebiasaan-
kebiasaan yang dapat mempengaruhi kesehatan klien
saat hamil (khanzima,2011).

b. Data Obyektif
Data dikumpulkan melalui pemeriksaan umum dan
pemeriksaan khusus.
1) Pemeriksaan umum

25
Secara teoritis kemungkinan adanya keadaan umum
klien yang kurang baik, yang mencakup kesadaran,
tekanan darah, nadi, nafas, suhu, tinggi badan, berat
badan dan keadaan umum, biasanya akan terjadi
kesenjangan pada berat badan ibu yang tidak normar
ataupun peningkatan berat badanya yang tidak ade
kuat, ini dapat dinyakan kerna salah satu kemungkinan
yang menyebab kan pertumbuhan janin terhambat
adalah malnutris, dan kemungkinan adanya peningkatan
tekanan darah karna hipertensi kronik adalah salah satu
penyakit yang juga dapat mengakibatkan
pertumbuha janin terhambat (winda
kusumawardini,2011).
2) Pemeriksaan Khusus
a. Inspeksi
yaitu pemeriksaan pandang yang dimulai dari
kepala sampai kaki.Yang dinilai adalah
kemungkinan bentuk tubuh yang normal,
kebersihan kulit, rambut, muka, conjuktiva pucat
atau tidak, skelera, hidung, mulut apakah ada caries
dentis, stomatitis, karang gigi, leher apakah ada
pembesaran kalenjer gondok, payudara apakah
simetris kiri dan kanan, keadaan puting susu
menonjol atau tidak, perut membesar sesuai usia
kehamilan atau tidak, kemungkinan biasanya pada
pertumbuhan janin terhambat pembesaran perut
tidak sesuai dengan kehamilan, apakah ada bekas
operasi atau tidak, oedema atau pengeluaran dari
vagina. Anus apakah ada haemoroid, ektremitas atas
dan bawah apakah ada kelainan (khanzima,2011).

b. Palpasi

26
Dengan menggunakan leopold, kemungkinan yang
akan ditemukan adalah :
- Leopold I : tinggi fundus dalam cm, pada
fundus teraba bagian kepala, bokong atau yang
lainnya. Kemungkinan tinggi fundus tidak sesuia
dengan usia kehamilan dan kemungkinan akan
bisa teraba krepitasi pada tulang kepala janin.
- Leopold II : pada dinding perut klien sebelah
kiri atau kanan kemungkinan teraba punggung,
anggota gerak atau bokong atau kepala.
- Leopold III : pada bagian terbawah
kemungkinan teraba kepala, bokong ataupun
yang lainnya.
- Leopold IV : kemungkinan bagian terbawah
janin telah memasuki pintu atas panggul dan
seberapa masuknya dihitung dengan perlimaan (
Rukiyah, yeyeh ai. 2011).
c. Auskultasi
Kemungkinan dapat terdengar bunyi jantung janin,
frekuensinya teratur atau tidak (khanzima,2011).
d. Perkusi
Kemungkinan refleks patella kiri dan kanan positif
(Rukiyah, yeyeh ai. 2011).
e. Ukuran panggul
Kemungkinan ukuran panggul normal, atau bisa
juga tidak normal.
f. Tafsiran Berat janin
Kemungkinan berat badan janin tidak sesuai dengan
usia kehamilan, dengan rumus :

27
(TFU dalam cm -11, atau 12, atau
13) x 155 (winda
kusumawardini,2011).

3) Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
Darah : hb, haematokrit, golongan darah,
kemungkinan hb dibawah normal
Urine : kemungkinan ditemui glukosa urin jika
klien menderita penyakit diabetes militus.
b. USG
Kemungkinan pada USG ditemukan cephalometry
yang tidak normal maka dapat kita sebut sebagai
asimetris IUGR. Selain itu dengan lingkar perut kita
dapat mendeteksi apakah ada pembesaran organ
intra abdomen atau tidak, khususnya pembesaran
hati.
Tetapi yang terpenting pada USG ini adalah
perbandingan antara ukuran lingkar kepala dengan
lingkar perut (HC/AC) untuk mendeteksi adanya
asimetris IUGR (khanzima,2011).
2. Interpretasi data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap
masalah atau diagnosa dan kebutuhan klien berdasarkan
interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.
Data dasar yang sudah dikumpulkan di interpretasikan sehingga
ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik. Kata masalah
atau diagnosa keduanya digunakan karena beberapa masalah
tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa ttapi membutuhkan
penanganan yang dituangkan dalam sebuah rebcana asuhan
terhadap klien. Masalah ini sering menyertai diagnosa.
Diagnosa yang di tegakkan bidan dalam lingkup praktek

28
kebidanan harus memenuhi standar nomenklatur diagnosa
kebidanan, yaitu :
a. Diakui dan telah disahkan oleh profesi.
b. Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan.
c. Memilki ciri khas kebidanan.
d. Dapat diselesaikan dengan pendekatan menajemen
kebidanan.
e. Didukung oleh klinikal judgement dalam lingkup
praktek kebidanan.
Bedasarkan kasus ini, kemungkinan interpretasi data
yang timbul adalah :
1) Diagnosa kebidanan
Kehamilan dengan IUGR, G …, P …. A…, H….
Dasar : HPHT, TP, gerakan janin berkurang dari
biasanya, TFU tidak sesuai dengan usia kehamilan,
berat badan janin dibawah normal, hasil USG
ditemukan asimetris PJT.
2) Masalah
Kemungkinan masalah yang timbul adalah
kecemasan Dasar : kehamilan cukup bulan tetapi
berat badan tidak sesuai dengan usia kehamilan.
3) Kebutuhan
Dukungan
psikologi
Dasar : kehamilan cukup bulan tapi berat badan
tidak sesuai dengan usia kehamilan
(winda kusumawardini,2011).
3. Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa
yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi,

29
bila memungkinkan dilakukan pencegahan sambil mengamati
mklien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa /
masalah potensial ini benar – benar terjadi.
Kemungkinan diagnosa atau masalah potensial yang timbul
adalah:
a. Janin lahir mati (IUFD)
Dasar : karena kelainan plasenta dan lilitan tali pusat serta
mal nutrisi pada ibu
b. Partus Prematur
Dasar : kehamilan belum cukup bulan
c. BBLR
Dasar : kehamilan belum aterm dan berat badan janin
kurang dari normal (Rukiyah, yeyeh ai.2011).
4. Menetapakn kebutuhan tindakan segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh Bidan atau
dokter dan atau untuk dikonsulkan atau ditangani bersama
dengan anggota tim kesehatan lain yang sesuai dengan kondisi
pasien. Kemungkinan tindakan segera pada kasus kehamilan:
a. Kematian janin
1) Segera dilahirkan
2) Kolaborasi dengan tim medis lainnya untuk mengakhiri
kehamilan
b. Prematur
Tindakan yang dilakukan jika terjadi prematur adalah:
1) Segera dilahirkan
2) Kolaborasi denag tim medis lainnya
c. BBLR
1) Lakukan perawatan khusus
2) Jaga hipotermi
3) Pantau keadaan bayi
(winda kusumawardini,2011).

30
5. Menyusun rencana asuhan kebidanan
Suatu rencana asuhan harus disetujui oleh kedua belah pihak
baik bidan maupun klien agar perencanaan dapat dilakuykan
dengan efektif. Semua keputusan harus bersifat rasional dan
falid berdasarkan teori serta asumsi yang berlaku tentang apa
yang akan dan tidak dilakukan. Perencanaan tindakan yang
mungkin dilakukan antara lain :
a. Dukungan psikologis
b. Rawat pasien yang malnutrisi
c. Kontrol vital sign
d. Kontrol dengan USG
e. Dengarkan DJJ Bayi
f. Kolaborasi dengan tenaga
medis lain ( Rukiyah, yeyeh
ai. 2011).
6. Pelaksanaan / Implementasi Tindakan
Tindakan diupayakan sesuai rencana,pada langkah ke enam ini
rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada
langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Dalam
kondisi dimana bidan berkolaborasi, keterlibatan bidan dalam
manajemen asuhan bagi klien adalah tetap bertanggung jawab
terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang
menyeluruh. Manajemen yang efisien akan menyangkut waktu
dan biaya serta meningkatkan mutu asuhan klien
(khanzima,2011).
7. Evaluasi
Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang telah diberikan
meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar –
benar telah terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana yang telah
diidentifikasi dalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut

31
dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam
pelaksanaannya (winda kusumawardini,2011).

Konsep Dasar Persalinan

2. 1 Pengertian Persalinan

Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan

menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir

dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum dapat dikatakan inpartu

apabila kontraksi uterus tidak menyebabkan perubahan serviks (JNPK-KR,

2017).

Persalinan merupakan proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat

hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar, proses yang berakhir

dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan

kontraksi persalinan sejati, dan diakhiri dengan pelahiran plasenta (Varney,

2007).

32
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban

keluar dari Rahim ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi

pada usia kehamilan cukup bulan (37 minggu) tanpa disertai penyulit (APN

dalam Marmi, 2016)

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin

turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban

didorong keluar melalui jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah

proses pengeluaran janin yang yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-

42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang

berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada

janin (Prawirohardjo, 2014).

2. 2 Pembagian Persalinan

1. Persalinan Berdasarkan Tekhnik

a. Persalinan spontan

Persalinan normal atau disebut juga partus spontan adalah proses

lahirnya bayi pada letak belakang kepala dengan tenaga ibu dan bayi

sendiri tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang

umumnya berlangsung 24 jam (Mochtar dalam Marmi, 2016).

b. Persalinan buatan

Persalinan buatan adalah proses persalinan yang berlangsung dengan

bantuan tenaga dari luar misalnya esktraksi dengan forceps atau

dilakukan operasi section caesaria (Prawirohardjo dalam Marmi,

2016).

33
c. Persalinan anjuran

Persalinan anjuran merupakan kekuatan yang diperlukan untuk

persalinan dengan bantuan tenaga dari luar dengan jalan rangsangan

misalnya pemberian pitocun dan prostaglandin (Parwirohardjo dalam

Marmi, 2016).

2. Persalinan berdasarkan usia kehamilan (Jannah 2015)

a. Abortus (keguguran) adalah penghentian dan pengeluaran hasil

konsepsi dari jalan lahir sebelum mampu hidup diluar kandungan.

Usian kehamilan biasanya mencapai kurang dari 28 minggu dan berat

janin kurang dari 1.000 gram.

b. Persalinan prematurus adalah pengeluaran hasil konsepsi baik secara

spontan atau buatan sebelum usia kehamilan 28-36 minggu dengan

berat janin kurang dari 2.499 gram.

c. Persalinan mature atau aterm (cukup bulan) adalah pengeluaran hasil

konsepsi yang spontan ataupun buatan antara usia kehamilan 37-42

minggu dengan berat janin lebih dari 2.500 gram.

d. Persalinan postmaturus (serotinus) adalah pengeluaran hasil konsepsi

yang spontan ataupun buatan melebihi usia kehamilan 42 minggu dan

tampak tanda-tanda janin postmatur.

2. 3 Sebab-Sebab Terjadinya Persalinan

Menurut Setyorini (2013) Terjadinya persalinan secara pasti belum

diketahui, tetapi ada beberapa teori yang berkaitan dengan timbulnya HIS dan

terdinya persalinan :

34
a. Teori penurunan kadar progesterone

Selama kehamilan terdapat keseimbangan progesterone dan estrogen.

Pada masa kehamilan kadar progesterone meningkat, dimana fungsinya

adalah menimbulkan relaksasi pada otot-otot rahim, sedangkan hormone

estrogen adalah untuk meningkatkan kerentanan otot rahim. Di akhir

kehamilan kadar progesterone mengalami penurunan yaitu sekitar 1-2

minggu sebelum partus dimulai, sehingga dapat menimbulkan his yang

menyebabkan terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan servix, sehingga

terjadi persalinan

b. Teori oksitosin

Pada akhir kehamilan kadar oksitosin meningkat dijaringan desidua dan

miometrium karena penurunannya hormone progesterone yang akan

merangsang pelepasan prostagalandin yang akan menyebabkan kontraksi.

Kadar oksitosin ibu sangat rendah dan tidak banyak berubah sebelum

persalinan, produksi oksitosin oleh hipofisis ibu secara drastis meningkat

pada kala I.

c. Keregangan otot-otot

Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.

Majunya persalinan serta pembesaran uterus menimbulkan otot-otot rahim

teregang dan semakin rentan melewati batas tertentu, maka akan

menimbulkan kontraksi.

d. Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua

35
Kadarnya yang tinggi dalam air ketuban dan darah perifer pada ibu hamil

sebelum melahirkan atau selama persalinan menjadi sebab mulainya

persalinan.

e. Penekanan bagian terendah janin

Tekanan bagian terendah janin pada servik dan segmen bawah rahim,

demikian pula pada bagian pleksus nervosus di sekitar servik (fleksus

frankenhuaser) dan vagina, pleksus nervosus ini tertekan akan terjadi

kontraksi.

f. Berkurangnya nutrisi

Bila nutrisi pada janin berkurang, maka hasil konsepsi akan segera

dikeluarkan.

2. 4 Tanda-tanda Persalinan

1. Tanda-tanda persalinan sudah dekat

Sebelum terjadi persalinan, didahului dengan tanda-tanda sebagai berikut

kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang

semakin pendek. Dapat terjadi pengeluaran pervaginam yaitu pengeluaran

lendir atau pengeluaran lendir bercampur darah. Dapat juga disertai

ketuban pecah. Pada pemeriksaan dalam terdapat perubahan serviks yaitu

pelunakan serviks, pendararan serviks dan terjadinya pembukaan serviks

(Rukiyah dkk, 2012)

36
2. Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu

atas panggul terutama pada primigravida, pada miltigravida tidak begitu

kelihatan (Johariyah, 2012)

3. Terjadi his pemula

Makin tua kehamilan, pengeluaran estrogen dan progesterone makin

berkurang sehingga produksi oksitosin meningkat, dengan demikian dapat

menimbulkan kontraksi yang lebih sering diistilahkan sebagai his palsu.

Sifat his palsu, antara lain :

1. Rasa nyeri ringan dibagian bawah

2. Datangnya tidak teratur

3. Tidak ada perubahan pada serviks atau tidak ada tanda-tanda

kemajuan persalinan

4. Durasi pendek

5. Tidak bertambah bila beraktivitas (Marmi, 2012)

4. Tanda dan gejala inpartu.

a) Kontraksi uterus yang semakin lama semakin sering dan teratur

dengan jarak kontraksi yang pendek, yang mengakibatkan parubahan

pada serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit).

b) Cairan lendir bercampur darah (show) melalui vagina.

c) Pada pemeriksaan dalam, dapat ditemukan : pelunakan serviks,

penipisan dan pembukaan serviks.

d) Dapat disertai dengan ketuban pecah.

2. 5 Lima Benang Merah dalam Asuhan Persalinan

37
Lima aspek dasar benang merah yang penting dan saling terkait dalam asuhan

persalinan menurut (JNPK-KR, 2017)

1. Membuat keputusan klinik

Membuat keputusan merupakan proses yang menentukan untuk

menyelesaikan masalah dan menentukan asuhan yang diperlukan oleh

pasien. Keputusan ini harus akurat, komprehensif dan aman, baik bagi

paisen dan keluarganya maupun petugas yang memberikan pertolongan.

2. Asuhan sayang ibu dan sayang bayi

Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya, kepercayaan

dan keinginan sang ibu. Prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah dengan

mengikutsertakan suami dan keluarga selama persalinan dan kelahiran

bayi.

3. Pencegahan infeksi

Tindakan pencegahan infeksi (PI) tidak terpisah dari komponenkomponen

lain dalam asuhan untuk melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga,

penolong persalinan dan tenaga kesehatan lainnya dengan mengurangi

infeksi karena bakteri, virus dan jamur.

4. Pencatatan/dokumentasi

Pencatatan adalah bagian penting dari proses pembuatan keputusan klinik

karena memungkinkan penolong persalinan untuk terus memperhatikan

asuhan yang diberikan selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Hal

yang penting diingat yaitu identitas ibu, hasil pemeriksaan, diagnosis,

38
obat-obatan yang diberikan dan partograf adalah bagian terpenting dari

proses pencatatan selama persalinan.

5. Rujukan

Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas rujukan atau

fasilitas yang memiliki sarana lebih lengkap, diharapkan mampu

menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir. Rujukan tepat waktu

merupakan unggulan asuhan sayang ibu dalam mendukung keselamatan

ibu dan bayi baru lahir.

Singkatan BAKSOKUDA dapat digunakan untuk mengingat hal-hal

penting dalam mempersiapkan rujukan untuk ibu dan bayi

(JNPKKR,2017). Arti dari BAKSOKUDA yaitu:

B (bidan) : Pastikan bahwa ibu dan bayi baru lahir di damping oleh

penolong persalinan yang kompeten untuk

menatalaksanakan gawat darurat obstetrik dan bayi baru

lahir untuk dibawa ke fasilitas rujukan.

A (alat) :Bawa perlengkapan dan bahan-bahan untuk asuhan

persalinan, masa nifas, dan bayi baru lahir (tabung suntik,

selang IV, alat resusitasi, dll) bersama ibu ke tempat

rujukan. Perlengkapan dan bahan-bahan tersebut mungkin

diperlukan jika ibu melahirkan dalam perjalanan ke

fasilitas rujukan.

39
K (keluarga) : Beritahu ibu dan keluarga mengenai alasan dan tujuan

merujuk ibu ke fasilitas rujukan tersebut. Suami atau

anggota keluarga yang lain harus menemani ibu/bayi baru

lahir hingga ke fasilitas rujukan.

S (surat) : Berikut surat ke tempat rujukan. Surat ini harus

memberikan identifikasi mengenai ibu atau bayi baru

lahir, cantumkan alasan rujukan dan uraikan hasil

pemeriksaan, asuhan atau obat-obatan yang diterima ibu

dan bayi baru lahir. Sertakan juga partograf yang dipakai

untuk membuat keputusan klinik.

O (obat) : Bawa obat-obatan esensial pada saat mengantar ibu ke

fasilitas rujukan. Obat-obatan tersebut mungkin akan

diperlukan selama diperjalanan.

K (kendaraan) :Siapkan kendaraan yang paling memungkinkan untuk

merujuk ibu dalam kondisi cukup nyaman.

U (uang) :Ingatkan pada keluarga agar membawa uang dalam jumlah

yang cukup untuk membeli obat-obatan yang diperlukan

40
dan bahan-bahan kesehatan lain yang diperlukan selama

ibu atau bayi baru lahir tinggal di fasilitas rujukan.

DA (darah) :Siapkan darah untuk sewaktu-waktu membutuhkan

tranfusi darah apabila terjadi perdarahan.

2. 6 Kebutuhan Ibu Bersalin.

Kebutuhan ibu bersalin menurut JNPK-KR (2017), antara lain yaitu:

1. Kebutuhan nutrisi Makanan padat tidak dianjurkan diberikan selama

persalinan fase aktif, karena makanan padat memerlukan waktu yang

lama untuk dicerna di lambung daripada makanan cair, sehingga proses

pencernaan berjalan lebih lambat selama proses persalinan.

2. Posisi Posisi bersalin yang tepat dan memberikan rasa nyaman pada ibu

dapat mempercepat proses persalinan, bidan bertugas mendukung ibu

dalam memilih posisi persalinan, menyarankan alternative hanya apabila

ibu merasa posisinya kurang nyaman.

3. Kebutuhan eliminasi Kandung kemih harus dikosongkan setiap 2 jam

selama proses persalinan karena dapat mengganggu proses penurunan

bayi saat persalinan.

4. Peran pendamping Suami atau orang terdekat ibu harus berada disamping

ibu untuk memberikan dukungan saat proses persalinan sehingga ibu

merasa lebih tenang dan proses persalinannya dapat berjalan dengan

lancar.

41
5. Pengurangan rasa nyeri Mengurangi rasa nyeri bisa dilakukan dengan

pijatan. Pijatan dapat dilakukan pada lumba sakralis dengan arah

melingkar. Adapun secara umum teknik pengurangan rasa sakit, meliputi

kehadiran pendamping yang terusmenerus, sentuhan yang nyaman dan

dorongan dari orang yang mendukung, perubahan posisi dan pergerakan,

counterpressure (mengurangi tegangan pada ligament sacroiliaca), pijatan

ganda pada panggul, penekanan pada lutut, kompres hangat dan dingin,

berendam, pengeluaran suara, visualisasi dan pemusatan perhatian,

mendengarkan musik serta aromatherapy yang menenangkan (JNPK-KR,

2017).

6. Dukungan emosional Dukungan emosional diberikan dengan melatih

keterampilan dalam menanamkan kepercayaan diri. Ibu yang dapat

mengendalikan tubuhnya sendiri, dapat mengendalikan prilakunya, dan

merasa berperan aktif dalam membuat keputusan akan mendapat

pengalaman melahirkan yang lebih memuaskan.

7. Pencegahan infeksi Prinsip pencegahan infeksi sangat penting dalam

proses persalinan. Lingkungan bersih dan nyaman merupakan hal penting

dalam mewujudkan persalinan yang bersih dan aman bagi ibu dan

bayinya, penolong dan pendamping persalinan juga dapat terlindungi dari

infeksi.

2. 7 Perubahan Psikologis

Saat Persalinan Perubahan psikologis sering dialami oleh ibu bersalin

dan merupakan hal yang wajar, apabila ibu bersalin tidak mampu beradaptasi

42
dengan perubahan psikologi maka dapat memberikan efek jangka panjang

dan berlanjut pada gangguan psikologi yang lebih berat. Perubahan psikologi

biasanya dipengaruhi oleh persiapan menghadapi persalinan (fisik, mental,

materi, dsb), penerimaan kehamilan, pengalaman sebelumnya, kesiapan

emosional ibu, dukungan (bidan, suami, keluarga, dan sistem kesehatan)

(Manuaba, 2012).

Lingkungan mekanisme koping dan budaya. Beberapa masalah

psikologis yang mungkin terjadi menurut Manuaba (2012) yaitu : rasa cemas

bercampur bahagia, ketidakyakinan atau ketidakpastian, fokus pada diri

sendiri, stres, khawatir atau cemas dan perubahan emosi. Pada bulan-bulan

terakhir menjelang persalinan, perubahan emosi ibu semakin berubah-ubah

dan terkadang menjadi tak terkendali.

Perubahan emosi ini bermuara dari adanya perasaan khawatir, cemas,

takut, bimbang, dan ragu terhadap kondisi kehamilannya. Lebih buruk lagi

saat menjelang persalinan atau kekhawatiran dan kecemasan akibat

ketidakmampuannya dalam menjalankan tugas sebagai ibu pasca kelahiran

bayinya.

2. 8 Tahapan Persalinan

1. Kala I

Adapun batasan kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi

uterus yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga

serviks membuka lengkap 10 cm JNKP-KR (2017). Kala I persalinan

dibagi menjadi dua fase yaitu:

43
a. Fase laten adalah periode waktu dari awal persalinan hingga

pembukaan mulai berjalan secara progresif yang umumnya dimulai

sejak kontraksi mulai muncul hingga pembukaan kurang dari 4 cm.

b. Fase aktif adalah periode waktu dari pembukaan 4 cm hingga 10 cm.

Lama kala I untuk primigravida berlangsung 1 cm per jam dan pada

multigravida 2 cm per jam.

2. Kala II

Persalinan kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap

atau 10 cm dan berakhir dengan lahirnya bayi (JNPK-KR, 2017).

Kontraksi selama kala dua terjadi lebih sering, kuat dan lebih lama, yaitu

sekitar setiap dua menit, berlangsung selama 60 sampai 90 detik

(Manuaba, 2012).

Tanda bahwa persalinan dimulai adalah terdapat dorongan meneran

yang dirasakan oleh ibu, tekanan pada anus, perineum menonjol dan

vulva membuka.

3. Kala III

Batasan kala III persalinan menurut JNPK-KR (2017) dimulai

setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput

ketuban. Pada kala tiga persalinan otot uterus terus berkontraksi

mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi.

Penyusutan ukuran ini mengakibatkan berkurangnya ukuran tempat

perlekatan plasenta. Karena tempat perlekatan menjadi semakin kecil,

sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan melipat,

44
menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta

akan turun kebawah uterus atau kedalam vagina.

Penatalaksanaan aktif pada kala III membantu menghindarkan

perdarahan pasca persalinan. Penatalaksanaan aktif kala III meliputi :

penyuntikan oksitosin 10 IU secara IM pada 1/3 paha bagian luar,

pengendalian tarikan pada tali pusat yang dilakukan hanya selama uterus

berkontraksi, dan masase fundus uteri segera setelah plasenta lahir agar

menimbulkan kontraksi untuk mencegah perdarahan. Tanda pelepasan

plasenta menurut Manuaba (2012), yaitu terdapat semburan darah tiba-

tiba, pemanjangan tali pusat terlihat pada introitus vagina, perubahan

bentuk uterus dari diskoid ke bentuk globular dan terjadi perubahan posisi

uterus.

4. Kala IV

Batasan kala IV persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta dan

berakhir setelah dua jam dari lahirnya plasenta (JNPK-KR, 2017). Hal-hal

yang dipantau selama kala IV dan dicatat pada lembar partograf adalah

periksa fundus, tekanan darah, nadi, kandung kemih dan perdarahan

setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua.

2. 9 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan

1. Passage (jalan lahir)

Menurut Setyorini (2013), Adalah jalan lahir yang harus

dilewati oleh janin terdiri dari rongga panggul, dasar panggul, serviks

dan vagina. Agar janin dan plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada

45
rintangan, maka jalan lahir tersebut harus normal, rongga-rongga panggul

yang normal adalah : pintu atas panggul hamper berbentuk bundar,

sacrum lebar dan melengkung, promontorium tidak menonjol ke depan,

kedua spina ischiadica tidak menonjol ke dalam, sudut arcus pubis

cukup luas (90-100), ukuran conjugata vera (ukuran muka belakang

pintu atas panggul yaitu dari bawah simpisis ke promontorium) ialah 10-

11 cm, ukuran diameter transversa (ukuran melintang pintu atas panggul)

12-14 cm, diameter oblique (ukuran serong pintu atas panggul) 12-14

cm, pintu bawah panggul ukuran muka melintang 10-10,5 cm.

2. Power (kekuatan)

a. His (kontraksi) adalah serangkaian kontraksi Rahim yang teratur,

yang secara bertahap akan mendorong janin melalui serviks (Rahim

bagian bawah) dan vagina (jalan lahir), sehingga janin keluar dari

Rahim ibu. (Marmi, 2012). Kontraksi menyebabkan serviks

membuka secara bertahap (mengalami dilatasi). His terdiri dari : his

pembukaan, his pengeluaran dan his pelepasan uri.

b. Tenaga mengejan

c. Kontraksi otot-otot dinding perut

d. Kepala di dasar panggul merangsang mengejan

e. Paling efektif saat kontraksi/his.

3. Passenger (janin)

46
Passenger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan

interaksi beberapa factor, yakni kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan

posisi janin (Ai Nursiah, dkk, 2014).

4. Psikis (psikologis)

Menurut Widia (2015). Perasaan positif berupa kelegaan hati,

seolah-olah pada saat itulah benar-benar terjadi realitas, “kewanitaan

sejati” yaitu munculnya rasa bangga bias melahirkan atau memproduksi

anak.

a) Psikologis meliputi : Kondisi psikologis ibu sendiri, emosi dan

persiapan intelektual, pengalaman melahirkan bayi sebelumnya,

kebiasaan adat dan dukungan dari orang terdekat pada kehidupan

ibu.

b) Sikap negative terhadap persalinan dipengaruhi oleh : persalinan

semacam ancaman terhadap keamanan, persalinan semacam

ancaman pada self-image, medikasi persalinan, dan nyeri persalinan

ataupun kelahiran.

5. Penolong

Peran dari penolong persalinan dalam hal ini adalah bidan, yang

mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu

dan janin (Widia, 2015).

Tidak hanya aspek tindakan yang diberikan tetapi aspek konseling

dan memberikan informasi yang jelas dibutuhkan oleh ibu bersalin untuk

mengurangi tingkat kecemasan ibu dan keluarga (Ai Nursiah, dkk 2014)

47
2. 10 Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin Selama proses persalinan.

Menurut JNPK-KR (2017) terdapat beberapa kebutuhan dasar yang

diperlukan ibu, yaitu :

1. Kebutuhan akan makanan dan cairan. Bertujuan untuk menjaga terjadinya

hidrasi, mencukupi kebutuhan kalori dengan makanan dan minuman yang

mudah diserap tubuh

2. Mengurangi rasa nyeri. Meredakan ketegangan pada ligament sakroiliaka

dapat dilakukan dengan melakukan penekanan pada kedua sisi pinggul,

melakukan kompres hangat, maupun dengan pemijatan.

3. Dukungan emosional. Kehadiran pendamping sangat diperlukan, tidak

hanya membantu dalam kebutuhan fisik namun juga dapat dilakukan

secara emosional.

2. 11 Asuhan Persalinan Normal

Menurut Sarwono Prawirohadrjo (2016) dasar asuhan persalinan

normal adalah asuhan yang bersih dan aman selama persalinan dan setelah

bayi lahir, serta upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan pasca

persalinan, hipotermia, dan asfiksia bayi baru lahir. 60 Langkah Asuhan

Persalinan Normal (APN) yaitu :

a. Melihat tanda dan gejala kala II

1) Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua.

a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran

48
b) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rectum

dan atau vaginanya.

c) Perineum menonjol

d) Vulva vagina dan sfingter anal membuka.

b. Menyiapkan pertolongan persalinan

2) Memastikan perlengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan

esensial siap digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit

dan menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam

partus set.

3) Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.

4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku.

Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang

mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali

pakai/pribadi yang bersih.

5) Memakai sarung tangan desinfeksi/steril untuk semua

pemeriksaan dalam.

6) Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan

memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi/steril) dan

meletakkan kembali di partus set/wadah desinfeksi tingkat

tinggi atau steril tanpa mengontaminasi tabung suntik.

c. Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik

7) Membersihkan vulva, perineum, menyekanya dengan hati-hati

dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa

49
yang sudah dibasahi air desinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut

vagina perineum anus terkontaminasi oleh kotoran ibu,

membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari

depan ke belakang. Membuang kapas atau kasa yang

terkontaminasi dalam wadah yang benar, mengganti sarung

tangan jika terkontaminasi.

8) Dengan menggunakan teknik antiseptik, melakukan

pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa serviks sudah

lengkap, bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan

pembukaan sudah lengkap lakukan amniotomi.

9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan

tangan yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam

larutan klorin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam

keadaan terbalik serta merendamnya dalam larutan klorin 0,5%

selama 10 menit, mencuci tangan.

10) Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi

berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal

(100-180 kali/menit).

a.Mengambil tindakan yang sesaui jika DJJ tidak normal.

b. Mendekumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam,

DJJ, dan semua hasil-hasil penilain serta asuhan lainnya

pada partograf.

50
d. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses

pimpinan meneran.

11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin

baik. Membantu ibu dalam posisi yang nyaman sesuai

keinginannya, menunggu hingga ibu mempunyai keinginan

untuk meneran. Melanjutkan pemantauan kesehatan dan

kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan pedoman persalinan

aktif dan mendokumentasikan temuan-temuan, menjelaskan

kepada anggota bagaimana mereka dapat mendukung dan

memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran.

12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk

meneran (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah

duduk dan pastikan ia merasa nyaman)

13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan

yang kuat untuk meneran :

a. Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai

keinginan untuk meneran.

b. Mendukung dan member semngat atas usaha ibu untuk

meneran.

c. Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai

dengan pilihannya (tidak meminta ibu untuk berbaring

telentang)

d. Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.

51
e. Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi

semngat pada ibu.

f. Menganjurkan asupan cairan per oral

g. Menilai DJJ setiap lima menit

h. Jika bayi belum lahir atau jika kelahiran bayi belum akan

tejadi segera dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran ibu

untuk primipara atau 60 menit, anjurkan ibu untuk mulai

meneran pada puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan

beristirahat di antara kontraksi.

i. Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi

segera setelah 60 menit meneran, merujuk ibu segera.

e. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi

14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,

letakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan

bayi.

15) Letakkan kain bersih yang diletakkan 1/3 bagian di bawah

bokong ibu.

16) Membuka partus set

17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.

f. Menolong kelahiran bayi

Lahirnya kepala

18) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka

vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi

52
kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi

untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala.

Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernafas cepat dan

dangkal. Dengan lembut, menyeka muka, mulut dan hidung

bayi dengan kain atau kasa yang bersih.

19) Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan

kain atau kasa yang bersih (langkah ini harus dilakukan)

20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang

sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera

proses kelahiran bayi

21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar

secara spontan.

g. Lahir bahu.

22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara

biparietal. Menganjurkan ibu meneran saat kontraksi

berikutnya dengan lembut menariknya ke arah bawah dan ke

arah luar hingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis

dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke arah

luar untuk melahirkan bahu posterior.

23) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai

kepala bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum

tangan, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan

tersebut. Mengendalikan kelahiran dan tangan bayi saat

53
melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk

menyangga tubuh bayi saat dilahirkan.

24) Setelah tubuh dan tangan lahir, menelusurkan tangan yang ada

di atas dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya

saat punggung dan kaki lahir memegang kedua mata kaki bayi,

dengan hati-hati membantu kelahiran bayi.

h. Penanganan bayi baru lahir

25) Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian

meletakkan bayi diatas perut ibu dengan posisi kepala bayi

sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlaku

pendek, meletakkan bayi yang memungkinkan) bila bayi

mengalami asfiksia, lakukan resusitasi.

26) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan

biarkan kontak kulit ibu dan bayi.

27) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari

pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem

kearah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama

(ke arah ibu).

28) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari

gunting dan memotong tali tali pusat diantara klem tersebut.

29) Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan

menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan

kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat tebuka.

54
Jika bayi mengalami kesulitan bernafas, ambil tindakan yang

sesuai.

30) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk

memeluk bayinya dengan memulai pemberian ASI jika ibu

menghendakinya.

i. Oksitosin

31) Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi

abdomen untuk menghilangkan adanya dugaan bayi kedua.

32) Beritahu ibu bahwa dia akan disuntik oksitosin 10 unit agar

uterus berkontraksi baik.

33) Dalam waktu dua menit setelah kelahiran bayi, berikan

suntikan oksitosin 10 unit IM di gluteus atau 1/3 atas paha kanan

ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.

j. Penegangan tali pusat terkendali

34) Memindahkan klem pada tali pusat.

35) Meletakkan tangan pada satu kain yang ada diatas perut ibu,

tepat diatas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk

melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus.

Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.

36) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan

penegangan ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut.

Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah

uterus dengan cara menekan uterus kearah atas dan belakang

55
(dorso cranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah

terjadinya inversion uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-

40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga

kontraksi berikut mulai.

a.Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang

anggota keluarga untuk melakukan rangsangan putting

susu.

k. Mengeluarkan plasenta

37) Setelah plasenta terlepas, menita ibu untuk meneran sambil

menarik tali pusat kea rah bawah dan kemudian kea rah atas,

mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan tekanan

berlawanan arah pada uterus.

a.Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga

berjarak sekirar 5-10 cm dari vulva.

b. Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan

penegangan tali pusat selama 15 menit :

(1) Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM

(2) Menilai kandung kemih dan dilakukan kateresasi

kandung kemih dengan menggunakan teknik aseptic

jika perlu.

(3) Meminta keluarga untuk melakukan rujukan

(4) Mengulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya

56
(5) Merujuk ibu juka plasenta tidak lahir dalam waktu 30

menit sejak kelahiran bayi.

38) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan

kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua tangan.

Memegang plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-hati

memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan

lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut.

l. Pemijatan uterus

39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir lakukan

masase uterus, letakkan tangan di fundus dan lakukan masase

dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus

berkontraksi (fundus teraba keras).

m. Menilai perdarahan

40) Periksa kedua sisa plasenta baik bagian ibu maupun janin dan

pastikan selaput ketuban utuh dan lengkap, masukkan

plasenta kedalam kantong plastik atau tempat khusus.

41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.

Lakukan penilaian bila laserasi menyebabkan perdarahan.

n. Melakukan prosedur pasca persalinan

42) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi

dengan baik.

43) Mencelupkan kedua kedua yang memakai sarung tangan ke

dalam larutan klorin 0,5%, membilas kedua tangan yang

57
masih bersarung tangan tersebut dengan air desinfektasi

tingkat tinggi dan mengeringkannya dengan kain yang bersih

dan kering.

44) Menempatkan klem tali pusat desinfektasi tingkat tinggi atau

steril atau mengikatkan tali desinfektasi tingkat tinggi dengan

simpul mati sekelilingnya tali pusat sekitar 1 sm dari pusat.

45) Mengikat simpul mati dibagian pusat yang berseberangan

dengan simpul mati yang pertama.

46) Melepaskan klem bedah dan meletakkan ke dalam larutan

klorin 0,5%.

47) Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya.

Memastikan handuk atau kainnya bersih atau kering.

48) Menganjurkan ibu untuk mulai pemberian ASI

49) Menganjurkan pemantaun kontraksi uterus dan perdarahan

pervaginam.

50) Mengajarkan pada ibu dan keluarga bagaimana melakukan

masase uterus dan memeriksa kontraksi uterus

51) Mengevaluasi kehilangan darah

52) Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih

setiap 15 manit selama satu jam pertama pasca persalinan dan

setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan.

o. Kebersihan dan keamanan

58
53) Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5%

untuk dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas

peralatan setelah dekontaminasi.

54) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam

tempat sampah yang sesuai.

55) Membersihkan ibu dengan menggunakan air desinfeksi

tingkat tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendi dan

darah. Membantu ibu memakai pakain yang bersih dan

kering.

56) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan

ASI. Menganjurkan keluarga untuk memberikan minuman

dan makanan yang diinginkan.

57) Mendekomentaminasi daerah yang digunakan untuk

melahirkan dengan larutan klorin 0,5% dan membilas dengan

air bersih.

58) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin

0,5%, membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya

dalam larutan klorin 0,5%, selama 10 menit.

59) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

p. Dokumentasi.

60) Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang).

2. 12 Partograf

59
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu

persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik dan digunakan

selama fase aktif persalinan. Tujuan utama penggunaan partograf adalah

untuk :

a. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai

pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.

b. Mendeteksi apabila proses persalinan berjalan secara normal. Dengan

demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan tejadinya

persalinan lama.

c. Data pelengkap yang terkait dengan pemantaun kondisi ibu, kondisi

bayi, grafik kemajuan proses persalinan, pemeriksaan labotorium,

membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan

dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medic

ibu bersalin dan bayi baru lahir.

d. Pencatatan selama fase aktif persalinan :

1) Informasi tentang ibu

Nama, umur, gravida, para, abortus, nomor catatan

medis/nomor puskesmas, tanggal dan waktu mulai dirawat,

waktu pecahnya selaput ketuban.

2) Kondisi janin

a. DJJ, catat setiap 30 menit.

b. Warna dan adanya air ketuban.

(1) U : Selaput ketuban masih utuh (belum pecah)

60
(2) J : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih

(3) M : Air ketuban bercampur mekonium

(4) D : Air ketuban berwarna darah.

(5) K : Tidak ada cairan ketuban/kering.

3) Penyusupan (molase) kepala janin :

a) 0 : Tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dapat dengan

mudah dipalpasi.

b) 1 : Tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan

c) 2 : Sutura tumpang tindih tetapi dapat diperbaiki

d) 3 : Sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki.

4) Kemajuan persalinan. Pembukaan serviks dimulai setiap 4 jam

dan diberi tanda silang (x). Penurunan bagian terbawah janin,

catat dengan tanda lingkaran (o) pada setiap dalam. Pada posisi

0/5 atau paruh atas kepala berada di simfisis pubis. Garis

waspada dan garis bertindak.

5) Jam dan waktu. Waktu mulainya fase aktif persalinan. Waktu

aktual saat pemeriksaan atau penilaian.

a) Kontraksi uterus. Catat setiap setengah jam. Lakukan

palpasi untuk menghitung banyaknya kontraksi dalam 10

menit dan lamanya setiap kontraksi dalam hitungan detik :

Kurang dari 20 detik, antara 20 detik dan 40 detik, lebih

dari 40 detik.

61
b) Obat-obatan dan cairan yang digunakan. Oksitosin, obat-

obatan lainnya dan cairan Intra Vena (IV) yang diberikan.

c) Kondisi ibu. Nadi setiap 30-60 menit dan tandai dengan

sebuah titik besar (.). Tekanan darah catat setiap 4 jam dan

ditandai dengan anak panah. Suhu badan catat setiap 2 jam.

Urin (volume, aseton dan protein) catat setiap kali

ibu BAK.

(JNPK-KR, 2017)

2. 13

62
Konsep Dasar Asuhan Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR)

2.1 Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

2.1.1 Definisi BBLR

Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan


bayi baru lahir yang saat dilahirkan memiliki berat badan
senilai < 2500 gram tanpa menilai masa gestasi. (Sholeh,
2014). Pada tahun 1961 oleh World Health Organization
(WHO) semua bayi yang telah lahir dengan berat badan
saat lahir kurang dari 2.500 gram disebut Low Birth
Weight Infants atau Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).

Banyak yang masih beranggapan apabila BBLR


hanya terjadi pada bayi prematur atau bayi tidak cukup
bulan. Tapi, BBLR tidak hanya bisa terjadi pada bayi
prematur, bisa juga terjadi pada bayi cukup bulan yang
mengalami proses hambatan dalam pertumbuhannya
selama kehamilan (Profil Kesehatan Dasar Indonesia,
2014).

2.1.2 Klasifikasi BBLR

Bayi BBLR dapat di klasifikasikan berdasarkan


gestasinya, Bayi bblr dapat digolongkan sebagai berikut :

1. Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) prematuritas


murni, yaitu BBLR yang mengalami masa gestasi kurang
dari 37 minggu. Berat badan pada masa gestasi itu pada
umumnya biasa disebut neonatus kurang bulan untuk
masa kehamilan (Saputra, 2014).

2. Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dismatur,


Yaitu BBLR yang memiliki berat badan yang kurang dari
seharusnya pada masa kehamilan. BBLR dismatur dapat

63
lahir pada masa kehamilan preterm atau kurang bulan-
kecil masa kehamilan, masa kehamilan term atau cukup
bulan-kecil masa kehamilan, dan masa kehamilan post-
term atau lebih bulan-kecil masa kehamilan (Saputra,
2014).

2.1.3 Etiologi BBLR

Etiologi dari BBLR dapat dilihat dari faktor


maternal dan faktor fetus. Etiologi dari maternal dapat
dibagi menjadi dua yaitu prematur dan IUGR
(Intrauterine Growth Restriction). Yang termasuk
prematur dari faktor maternal yaitu Preeklamsia, penyakit
kronis, infeksi, penggunaan obat, KPD, polihidramnion,
iatrogenic, disfungsi plasenta, plasenta previa, solusio
plasenta, inkompeten serviks, atau malformasi uterin.
Sedangkan yang termasuk IUGR (Intrauterine Growth
Restriction) dari faktor maternal yaitu Anemia, hipertensi,
penyakit ginjal, penyakit kronis, atau pecandu alcohol
atau narkortika. Selain etiologi dari faktor maternal juga
ada etiologi dari faktor fetus. Yang termasuk prematur
dari faktor fetus yaitu Gestasi multipel atau malformasi.
Sedangkan, yang termasuk IUGR (Intrauterine Growth
Restriction) dari faktor fetus yaitu Gangguan kromosom,
infeksi intrauterin (TORCH), kongenital anomali, atau
gestasi multipel (Bansal, Agrawal, dan Sukumaran,
2013).

Selain itu ada beberapa faktor yang dapat


menyebabkan bayi dengan berat badan lahir rendah atau
biasa disebut BBLR (Proverawati dan Ismawati, 2010) :

A. Faktor ibu :

64
1) Penyakit

Penyakit kronik adalah penyakit yang sangat lama terjadi


dan biasanya kejadiannya bisa penyakit berat yang
dialami ibu pada saat ibu hamil ataupun pada saat
melahirkan. Penyakit kronik pada ibu yang dapat
menyebabkan terjadinya BBLR adalah hipertensi kronik,
Preeklampsia, diabetes melitus dan jantung (England,
2014).

a. Adanya komplkasi - komplikasi kehamilan,


seperti anemia, perdarahan antepartum,
preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung
kemih.
b. Menderita penyakit seperti malaria, infeksi
menular seksual, hipertensi atau darah tinggi,
HIV/AIDS, TORCH, penyakit jantung.
c. Salah guna obat, merokok, konsumsi alkohol.
2) Ibu (geografis)

a. Usia ibu saat kehamilan tertinggi adalah


kehamilan pada usia < 20 tahun atau lebih dari 35
tahun.
b. Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek
dari anak satu ke anak yang akan dilahirkan
(kurang dari 1 tahun).
c. Paritas yang dapat menyebabkan BBLR pada ibu
yang paling sering terjadi yaitu paritas pertama
dan paritas lebih dari 4.
d. Mempunyai riwayat BBLR yang pernah diderita
sebelumnya.

3) Keadaan sosial ekonomi

65
a. Kejadian yang paling sering terjadi yaitu pada
keadaan sosial ekonomi yang kurang. Karena
pengawasan dan perawatan kehamilan yang
sangat kurang.
b. Aktivitas fisik yang berlebihan dapat juga
mempengaruhi keadaan bayi. diusahakan apabila
sedang hamil tidak melakukan aktivitas yang
ekstrim.
c. Perkawinan yang tidak sah juga dapat mempengaruhi fisik
serta mental.

B. Faktor janin

Fakor janin juga bisa menjadi salah satu faktor bayi


BBLR disebabkan oleh : kelainan kromosom, infeksi
janin kronik (inklusi sitomegali, rubella bawaan, gawat
janin, dan kehamilan kembar).

C. Faktor plasenta

Faktor plasenta yang dapat menyebabkan bayi BBLR


juga dapat menjadi salah satu faktor. Kelainan plasenta
dapat disebabkan oeh : hidramnion, plasenta previa,
solutio plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom
parabiotik), ketuban pecah dini.

D. Faktor lingkungan

banyak masyarakat yang menganggap remeh adanya


faktor lingkungan ini. Faktor lingku ngan yang dapat
menyebabkan BBLR, yaitu : tempat tinggal di dataran
tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun
(England, 2014).

2.1.4 Manifestasi Klinis

66
Manifestasi klinis atau biasa disebut gambaran
klinis biasanya digunakan untuk menggambarkan sesuatu
kejadian yang sedang terjadi. Manifestasi klinis dari
BBLR dapat dibagi berdasarkan prematuritas dan
dismaturitas. Manifestasi klinis dari premataturitas yaitu :

a. Berat lahir bernilai sekitar < 2.500 gram, panjang


badan < 45 cm, lingkaran dada < 30 cm, lingkar
kepala < 33 cm.
b. Masa gestasi kurang dari 37 minggu.
c. Kulit tipis dan mengkilap dan lemak subkutan kurang.
d. Tulang rawan telinga yang sangat lunak.
e. Lanugo banyak terutama di daerah punggung.
f. Puting susu belum terbentuk dengan bentuk baik.
g. Pembuluh darah kulit masih banyak terlihat.
h. Labia minora belum bisa menutup pada labia
mayora pada bayi jenis kelamin perempuan,
sedangkan pada bayi jenis kelamin laki – laki
belum turunnya testis.
i. Pergerakan kurang, lemah serta tonus otot yang mengalami
hipotonik.
j. Menangis dan lemah.
k. Pernapasan kurang teratur.
l. Sering terjadi serangan apnea.
m. Refleks tonik leher masih lemah.
n. Refleks mengisap serta menelan belum mencapai
sempurna (Saputra, 2014).

Selain prematuritas juga ada dismaturitas.


Manifestasi klinis dari
dismaturitas sebagai berikut:

a. Kulit pucat ada seperti noda

67
b. Mekonium atau feses kering, keriput, dan tipis
c. Verniks caseosa tipis atau bahkan tidak ada
d. Jaringan lemak dibawah kulit yang masih tipis
e. Bayi tampak gersk cepat, aktif, dan kuat
f. Tali pusat berwarna kuning agak kehijauan (Saputra,
2014).

2.1.5 Dampak BBLR

2.1.5.1 Jangka Pendek

Dampak atau masalah jangka pendek yang terjadi


pada BBLR (Izzah , 2018) adalah sebagai berikut :

1. Gangguan metabolik
Gangguan metabolik yang diikuti dengan hipotermi
dapat terjadi karena bayi BBLR memiliki jumlah
lemak yang sangat sedikit di dalam tubuhnya. Selain
itu, pengaturan sistem suhu tubuhnya juga belum
matur. Yang sering menjadi masalah pada bayi BBLR
yaitu hipoglikemi. Bayi dengan asupan yang kurang
dapat berdampak kerusakan sel pada otak yang
mengakibatkan sel pada otak mati. Apabila terjadi
kematian pada sel otak, mengakibatkan gangguan
pada kecerdasan anak tesebut. Untuk memperoleh
glukosa yang lebih harus dibantu dengan ASI yang
lebih banyak. Kebanyakan bayi BBLR kekurangan
ASI karena ukuran bayi kecil, lambung kecil dan
energi saat menghisap sangat lemah.

2. Gangguan imunitas
a. Gangguan imunologik
Sistem imun akan berkurang karena diberikan
rendahnya kadar Ig dan Gamma globulin.

68
Sehingga menyebabkan sering terkena infeksi.
Bayi BBLR juga sering terinfeksi penyakit yang
ditularkan ibu melalui plasenta.
b. Kejang pada saat dilahirkan
Untuk menghindari kejang pada saat lahir, Bayi
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) harus
dipantai dalam 1 X 24 jam. Dan harus tetap
dijaga ketat untuk jalan napasnya.
c. Ikterus (kadar bilirubin yag tinggi)
Ikterus pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) merupakan adanya gangguan pada zat
warna empedu yang dapat mengakibatkan bayi
berwarna kuning ( Khoiriah, 2017).

3. Gangguan pernafasan
a. Sindroma gangguan pemafasan
Gangguan sistem pernapasan pada bayi BBLR
dapat disebabkan karena kurang adekuatnya
surfaktan pada paru – paru.
b. Asfiksia
Pada bayi BBLR saat lahir biasanya dapat timbul asfiksia.
c. Apneu periodik
Terjadi apneu periodik karena kurang matangnya
organ yang terbentuk pada saat bayi BBLR
dilahirkan.
d. Paru belum berkembang
Paru yang belum berkembang menyebabkan bayi
BBLR sesak napas. Untuk menghindari
berhentinya jalan napas pada payi BBLR harus
sering dilakukan resusitasi.
e. Retrolenta fibroplasia

69
Retrolenta fibroplasia dapat terjadi akibat
berlebihnya gangguan oksigen pada bayi BBLR
(Kusparlina, 2016).

4. Gangguan sistem peredarah darah


a. Perdarahan
Perdarahan dapat terjadi padi bayi BBLR karena
terjadi gangguan pada pembekuan darah.
Gangguan fungsi pada pembukuh darah dapat
menyebabkan tingginya tekanan vaskuler pada
otak dan saluran cerna. Untuk mempertahankan
pembekuan darah normal dapat diberikan
suntikan vitamin K.
b. Anemia
Anemia dapat terjadi karena kekurangan zat besi pada bayi
BBLR.
c. Gangguan jantung.
Gangguan jantung dapat terjadi akibat kurang
adekuatnya pompa jantung pada bayi BBLR.

5. Gangguan cairan dan elektrolit


a. Gangguan eliminasi
Pada bayi BBLR kurang dapat mengatur
pembuangan sisa metabolisme dan juga kerja
ginjal yang belum matang. Sehingga,
menyebabkan adsorpsi sedikit, produksi urin
berkurang dan tidak mampunya mengeluarkan
kelebihan air didalam tubuh. Edema dan asidosis
metabolik sering terjadi pada bayi BBLR.
a. Distensi abdomen
Distensi abdomen pada bayi BBLR dapat
menyebkan kurangnya absopsi makanan di dalam

70
lambung. Akibatkan sari – sari makanan hanya
sedikit yang diserap.
b. Gangguan pencernaan
Saluran pencernaan pada bayi BBLR kurang
sempurna sehingga lemahnya otot – otot dalam
melakukan pencernaan dan kurangnya
pengosongan dalam lambung (England, 2014).

2.1.5.2 Jangka Panjang

Dampak atau masalah jangka panjang yang terjadi


pada BBLR (Izzah, 2018) adalah sebagai berikut :

1. Masalah psikis
a. Gangguan perkembangan dan pertumbuhan
Pada bayi BBLR terdapat gangguan pada
masa pertembuhan dan perkembangan
sehingga menyebabkan lambatnya tumbuh
kembang Bayi Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR).
b. Gangguan bicara dan komunikasi
Gangguan ini menyebabkan Bayi Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) memiliki kemampuan
bicara yang lambat dibandingkan bayi pada
umummnya.
c. Gangguan neurologi dan kognisi
Gangguan neurologi dan kognisi pada Bayi
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) juga
sering ditemukan (Lestari, 2018).

2. Masalah fisik
a. Penyakit paru kronis

71
Penyakit paru kronis disebabkan karena infeksi.
Ini terjadi pada ibu yang merokok dan terdapat
radiasi pada saat kehamilan.
b. Gangguan penglihatan dan pendengaran
Pada bayi BBLR sering terjadi Retinopathy of
prematurity (ROP)

dengan BB 1500 gram dan masa gestasi < 30 minggu.


c. Kelainan bawaan
d. Kelainan bawaan merupakan kelainan
fungsi atubuh pada ibu yang dapat
ditularkan saat ibu melahirkan bayi BBLR (
Khoiriah, 2017).

2.1.6 Tata laksana BBLR

Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) menjadi perhatian yang


cukup besar serta memerlukan penanganan yang tepat dan
cepat. Untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi.
Penanganan BBLR meliputi Hal – hal berikut :
1. Mempertahankan suhu dengan ketat.
BBLR mudah mengalami hipotermia. Maka, suhu sering
diperhatikan dan dijaga ketat.
2. Mencegah infeksi dengan ketat.
Dalam penanganan BBLR harus memperhatikan prinsip-prinsip
pencegahan infeksi karena sangat rentan. Bayi BBLR juga
memiliki imunitas yang sangat kurang. Hal sekecil apapun harus
perlu diperhatikan untuk pencegahan bayi BBLR. Salah satu
cara pencegahan infeksi, yaitu dengan mencuci tangan sebelum
memegang bayi.
3. Pengawasan nutrisi dan ASI.

72
Refleks menelan pada BBLR belum sempurna dan lemahnya
refleks otot juga terdapat pada bayi BBLR Oleh karena itu,
pemberian nutrisi harus dilakukan dengan hati-hati.
4. Penimbangan ketat.
Penimbangan berat badan harus perlu dilakukan secara ketat
karena peningkatan berat badan merupakan salah satu status
gizi/nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh
(Syafrudin dan Hamidah, 2009).
Ada juga penatalaksanaan menurut Proverawati, A. 2010 yaitu
Penatalaksanaan umum pada bayi dengan BBLR dapat
dilakukan beberapa hal sebagai berikut:

1. Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi


Keadaan bayi BBLR akan mudah mengalami rasa kehilangan
panas badan dan menjadi hipotermi, karena pada pusat
pengaturan panas badan belum berfungsi secara baik dan
optimal, metabolismenya masih rendah, dan permukaan
badannya yang sangat relatif luas. Maka, bayi harus di rawat
pasa suatu alat di dalam inkubator sehingga mendapatkan
kehangatan atau panas badan sesuai suhu dalam rahim.
Inkubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,40C
untuk bayi dengan berat badan sebesar 1,7 kg dan suhu sebesar
32,20C untuk bayi yang memiliki berat badan lebih kecil. Bila
tidak memiliki alat atau tidak terdapat inkubator, bayi dapat
dibungkus menggunakan kain dan pada sisi samping dapat
diletakkan botol ysng diisi dengan air hangat. Selain itu, terdapat
metode kanguru yang dapat dilakukan dengan cara
menempatkan atau menempelkan bayi secara langsung di atas
dada ibu.

2. Pengaturan dan Pengawasan Intake Nutrisi

73
Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi yang dimaksud yaitu
menentukan pilihan susu yang sesuai, tata cara pemberian dan
pemberan jadwal yang cocok dengan kebutuhan bayi dengan
BBLR. ASI (Air Susu Ibu) merupakan pilihan utama apabila
bayi masih mampu mengisap. Tetapi, jika bayi tidak mampu
untuk mengisap maka dapat dilakukan dengan cara ASI dapat
diperas terlebih dahulu lalu diberikan kepada bayi dengan
menggunakan sendok atau dapat dengan cara memasang sonde
ke lambung secara langsung. Jika ASI tidak dapat mencukupi
atau bahkan tidak ada, khusus pada bayi dengan BBLR dapat
digunakan susu formula yang komposisinya mirip ASI atau
biasanya dapat disebut susu formula khusus untuk bayi BBLR
(Hartini, 2017).

3. Pencegahan Infeksi
Bayi BBLR memiliki imun dan daya tahan tubuh yang relatif
kecil ataupun sedikit. Maka, sangat berisiko bayi BBLR akan
sering terkena infeksi. Pada bayi yang terkena infeksi dapat
dilihat dari tingkah laku, seperti memiliki rasa malas menetek,
gelisah, letargi, suhu tubuh yang relatif meningkat, frekuensi
pernapasan cenderung akan meningkat, terdapat muntah, diare,
dan berat badan mendadak akan semakin turun.
Fungsi perawatan di sini adalah memberi perlindungan terhadap
bayi BBLR dari bahaya infeksi. Oleh karena itu, bayi tidak
boleh kontak dengan penderita infeksi dalam bentuk apapun.
Digunakan masker dan baju khusus dalam penanganan bayi,
perawatan luka tali pusat, perawatan mata, hidung, kulit,
tindakan asepsis dan antisepsis alat- alat yang digunakan, rasio
perawat pasien ideal, menghindari perawatan yang terlalu lama,
mencegah timbulnya asfiksia dan pemberian antibotik yang
tepat (Kusparlina, 2016).

74
4. Hidrasi
Pada bayi BBLR tidak menutup kemungkinan untuk terjadinya
kekurangan cairan dan elektrolit. Maka, perlu dilakukan
tindakan hidrasi untuk menambah asupan cairan serta elektrolit
yang tidak cukup untuk kebutuhan tubuh.

5. Pemberian Oksigen
Pemberian oksigen dapat dilakukan apabila diperlukan pada
bayi BBLR. Pemberian oksigen ini dilakukan untuk mengurangi
bahaya hipoksia dan sirkulasi. Apabila kekurangan oksigen pada
bayi BLR dapat menimbulkan ekspansi paru akibat kurngnya
surfaktan dan oksigen pada alveoli. Konsentrasi oksigen yang
dapt diberikan pada bayi BBLR sekitar 30%-35% dengan
menggunakan head box. Konsentrasi oksigen yang cukup tinggi
dalam waktu yang panjang akan dapat menyebabkan kerusakan
pada jaringan retina. Oksigen dapat dilakukan melalui tudung
kepala, dapat menimbulkan kebutaan pada Bayi Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR). Sebisa mungkin lakukan dengan bahaya
yang sangat kecil mungkin dapat dilakukan dengan pemberian
alat CPAP (ContinousPositive Airway Pressure) atau dengan
pipa endotrakeal untuk pemberian konsentrasi oksigen yang
cukup aman dan relatif stabil.

6. Pengawasan Jalan Nafas


Salah satu bahaya yang paling besar dalam bayi BBLR yaitu
terhambatnya jalan nafas. Jalan nafas tersebut dapat menimbulkan
asfiksia, hipoksia, dan akhirnya kematian. Selain itu bayi BBLR
susah dalam beradaptasi apabila terjadi asfiksia selama proses
kelahiran sehingga menyebabkan kondisi pada saat lahir dengan
asfiksia perinatal. Bayi BBLR memiliki resiko mengalami
serangan apneu dan defisiensi surfaktan, sehingga tidak dapat

75
memperoleh oksigen yang cukup yang sebelumnya diperoleh dari
plasenta. Dalam kondisi seperti ini diperlukan tindakan pemberian
jalan nafas segera setelah lahir (aspirasi lendir), dibaringkan pada
posisi yang miring, merangsang pernapasan dengan cara menepuk
atau menjentik tumit. Bila tindakan ini dapat gagal, dilakukan
ventilasi, intubasi endotrakheal, pijatan jantung dan pemberian
oksigen dan selama pemberian intake dicegah untuk terjadinya
aspirasi. Tindakan ini dapat dicegah untuk mengatasi asfiksia
sehingga dapat memperkecil kejadian kematian bayi BBLR
(Proverawati, 2010)

76
Konsep Dasar Asuhan Masa Nifas

2. 1 Pengertian Masa Nifas


Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil.
Lama masa nifas 6-8 minggu ( Ai Yeyeh:2018).
Masa nifas adalah masa segera setelah kelahiran sampai 6 minggu.
Selama masa . ini, saluran reproduktif anatominya kembali ke keadaan tidak
hamil yang normal (Obstetri William).
2. 2 Tujuan Asuhan Masa Nifas
Selama bidan memberikan asuhan sebaiknya bidan mengetahui apa
tujuan dari pemberian asuhan pada ibu masa nifas, tujuan diberikannya
asuhan pada ibu selama masa nifas antara lain untuk :
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis
dimana dalam asuhan pada masa ini peranan keluarga sangat
penting, dengan pemberian nutrisi, dukungan psikologi maka
kesehatan ibu dan bayi selalu terjaga.
2. Melaksanakan skrinning yang komprehensif (menyeluruh) dimana
bidan harus melakukan manajemen asuhan kebidanan pada ibu
masa nifas secara sistematis yaitu mulai pengajian data subjektif,
objektif maupun penunjang.
3. Setelah bidan melaksanakan pengkajian data maka bidan harus
menganalisa data tersebut sehingga tujuan asuhan masa nifas ini
dapat mendeteksi masalah yang terjadi pada ibu dan bayi.
4. Mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun
bayinya, yakni setelah masalah ditemukan maka bidan dapat

77
langsung masuk ke langkah berikutnya sehingga tujuan diatas
dapat dilaksanakan.
5. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan
diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi
kepada bayinya dan perawatan bayi sehat;memberikan pelayanan
keluarga berencana ( Ai Yeyeh:2018).
2. 3 Peran dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas
Setelah proses persalinan selesai bukan berarti tugas dan tanggung
jawab seorang bidan terhenti, karena asuhan kepada ibu harus dilakukan
secara komprehensif dan terus menerus, artinya selama masa kurun
reproduksi seorang wanita harus mendapatkan asuhan yang berkualitas dan
standar, salah satu asuhan berkesinambungan adalah asuhan ibu selama
masa nifas.
Bidan mempunyai peran dan tanggung jawab antara lain :
a) Bidan harus tinggal bersama ibu dan bayi dalam beberapa saat
untuk memastikan keduanya dalam kondisi yang stabil.
b) Periksa fundus tiap 15 menit pada jam pertama, 20-30 menit pada
jam kedua, jika kontraksi tidak kuat. Massase uterus sampai keras
karena otot akan menjepit pembuluh darah sehingga menghentikan
perdarahan.
c) Periksa tekanan darah, kandung kemih, nadi, perdarahan tiap 15
menit pada jam pertama dan tiap 30 menit pada jam kedua.
d) Anjurkan ibu minum untuk mencegah dehidrasi, bersihkan
perineum dan kenakan pakaian bersih, biarkan ibu istirahat, beri
posisi yang nyaman, dukung program bounding attachman dan ASI
Eksklusif, ajarkan ibu dan keluarga untuk memeriksa fundus dan
perdarahan, beri konseling tentang gizi, perawatan payudara,
kebersihan diri.
e) Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa
nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan
fisik dan psikologis selama masa nifas.

78
f) Sebagai promoter hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
g) Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan
rasa nyaman.
h) Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan
ibu dan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi.
i) Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
j) Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara
mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi
yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman.
k) Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data,
menetapkan diagnose dan rencana tindakan serta melaksanakannya
untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi
dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas.
l) Memberikan asuhan secara professional.
( Ai Yeyeh:2018).
2. 4 Tahapan Masa Nifas
Masa nifas seperti dijelaskan diatas merupakan rangkaian setelah proses
persalinan dilalui oleh seorang wanita, beberapa tahapan masa nifas yang
harus dipahami oleh seorang bidan antara lain :
a) Puerperium dini yaitu pemulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri
dan berjalan-jalan
b) Puerperium dintermedial yaitu pemulihan menyeluruh alat-alat genital
yang lamanya 6-8 minggu
c) Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
terutama bila selama hamil atau bersalin memiliki komplikasi.
( Ai Yeyeh:2018).
2. 5 Kebijakan Program Nasional Nifas
Selama ibu berada pada masa nifas, paling sedikit 4 kali bidan harus
melakukan kunjunga, dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru
lahir dan untuk mncegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang
terjadi.

79
Seorang bidan pada saat memberikan asuhan kepada ibu dalam masa
nifas, ada beberapa hal yang harus dilakukan, akan tetapi pemberian asuhan
kebidanan pada ibu masa nifas tergantung dari kondisi ibu sesuai dengan
tahapan perkembangannya antara lain dalam literature :
a) Kunjungan ke-1 (6-8 jam setelah persalinan)
Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri: mendeteksi dan
merawat penyebab lain perdarahan : rujuk bila perdarahan berlanjut :
Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana
mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri; Pemberian ASI awal;
Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir; Menjaga bayi tetap sehat
dengan cara mencegah hipotermia; Jika petugas kesehatan menolong
persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam
pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan sehat.
b) Kunjungan ke-2 (6 hari setelah persalinan)
Memastikan involusi uterus berjalan normal; uterus berkontraksi, fundus
di bawah umbilicus. tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau; Menilai
adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal; memastikan
ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat; memastikan ibu menyusui
dengan baik dan tak memperlihatkan tanda-tanda penyulit; memberikan
konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap
hangat dan merawat bayi sehari-hari.
c) Kunjungan ke-4 (6 minggu setelah persalinan)
Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami;
Memberikan konseling untuk KB secara dini.
( Ai Yeyeh:2018).

A. Konsep Dasar Perawatan Payudara


1. Payudara
Secara vertical payudara terletak diantara kosta II dan IV, secara
horsontal mulai dari pinggir sternum sampai linea aksilaris medialis, kelenjar

80
susu berada di jaringan sub kultan, tepatnya diantara jaringan sub kutan
supersfisial dan profundus yang menutupi muskulus pectoralis mayor.
Ukuran normal 10-12 cm dengan beratnya pada wanita hamil adalah
200 gram, pada wanita hamil aterm 400-600 gram dan pada masa laktasi
sekitar 600-800 gram. Bentuk dari ukuran payudara akan bervariasi menurut
aktifitas fungsionalnya. Payudara menjadi besar saat hamil dan menyusui
biasanya mengecil setelah menopause. Pembesaran ini terutama disebabkan
oleh pertumbuhan struma jaringan penyangga dan penimbunan jaringan
lemak.
Ada 3 bagian utama payudara, korpus (badan), areola, papilla atau
putting. Areola mamae (kalang payudara) letaknya mengelilingi putting susu
dan berwarna kegelapan yang disebabkan oleh penipisan dan penimbunan
pigmen pada kulitnya. Perubahan warna ini tergantung dari corak kulit dan
adanya kehamilan. Pada wanita yang corak kulitnya kuning langsat akan
berwarna jingga kemerahan, bila kulitnya kehitaman maka warnanya akan
lebih gelap dan kemudian menetap.
( Weni; 2018; ASI,Menyusui & Sadar; Yogyakarta )
2. Bentuk- Bentuk Payudara
Terkadang wanita berpikir, seperti apakah bentuk payudara yang ideal,
hingga saat ini belum ada ketentuan pasti mengenai bentuk payudara ideal
karena keindahan payudara bersifat relative bagi setiap orang. Terdapat
berbagai macam bentuk payudara pada wanita ada yang oval, lonjong,persegi
dan masih banyak lainnya yang diistilahkan dengan sebutan benda ataupun
buah-buahan. ( Weni; 2018; ASI,Menyusui & Sadar; Yogyakarta )

81
Gambar 1.2 Berbagai macam bentuk payudara
3. Putting Susu
Putting susu terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung adanya variasi
bentuk dan ukuran payudara makan letaknyapun akan bervariasi pula. Pada
tempat ini terdapat lubang-lubang kecil yang merupakan muara dari duktus
laktiferus, ujung-ujung serat otot polos yang tersusun secara sirkuler sehingga bila
ada kontraksi maka duktus laktiferus akan memadat dan menyebabkan putting
susu ereksi, sedangkan serat-serat otot yang longitudinal akan menarik kembali
putting susu tersebut.
Ada empat macam bentuk putting yaitu bentuk yang normal/umum,
pendek/datar,panjang/terbenam (interved). Namun bentuk-bentuk putting ini tidak
terlalu berpengaruh pada proses laktasi, yang penting adalah bahwa putting susu
dan areola dapat ditarik sehingga membentuk tonjolan atau “ dot “ ke dalam mulut
bayi. Kadang dapat terjadi putting susu tidak lentur terutama pada bentuk putting
terbenam, sehingga butuh penanganan khusus agar bayi bisa menyusu dengan
baik.

82
Struktur payudarat tediri dari tiga bagian, yaitu kulit, jaringan sub kutan
(jaringan bawah kulit), dan corpus mammae. Corpus mammae terdiri dari
parenkim dan stroma, parenkim merupakan suatu struktur yang terdiri dari
Duktus Laktiferus (duktus), Duktulus (duktulli),Lobus dan Alveolus.
Ada 15-20 duktus laktiferus. Tiap-tiap duktus bercabang menjadi 20-40
duktulus. Duktulus bercabang menjadi 10-100 alveolus dan masing-masing
dihubungkan dengan saluran air susu (system duktus) sehingga merupakan suatu
pohon. Bila diikuti pohon tersebut dari akarnya pada putting susu, akan
didapatkan saluran air susu yang disebut duktus laktiferus. Didaerah kalang
payudara duktus laktiferus ini melebar membentuk sinus laktiferus tempat
penampungan air susu. Selanjutnya duktus laktiferus terus bercabang-cabang
menjadi duktus dan duktulus, tapi duktulus yang pada perjalanan selanjutnya
disusun pada sekelompok alveoli. Di dalam alveoli terdiri dari duktulus yang
terbuka, sel-sel kelenjar yang menghasilkan air susu dan miopitelium yang
berfungsi memeras air susu keluar dari alveoli.
( Weni; 2018; ASI,Menyusui & Sadar; Yogyakarta )

83
84
4. Proses Terbentuknya ASI
Selama kehamilan, hormone prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI
biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi.
Pada hari kedua atau ketiga pasca persalinan, kadar estrogen dan progesterone
turun drastic, sehingga pengaruh prolaktin lebih dominan pada saat inilah
mulai terjadi sekresi ASI. Dengan menyusukan lebih dini terjadi perangsangan
putting susu, terbentuklah prolaktin oleh hipofisi, sehingga sekresi ASI
semakin lancar. Dua refleks pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi,
refleks prolaktin dan refleks aliran timbul akibat perangsangan putting susu
oleh hisapan bayi.
a. Refleks Prolaktin
Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf peraba yang terdapat pada
putting susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut afferent
dibawa ke hipotalamus di dasar otak, lalu memacu hipofise anterior
untuk mengeluarkan hormone prolaktin kedalam darah. Melalui
sirkulasi prolaktin memacu sel kelenjar (alveoli) untuk memproduksi
air susu. Jumlah prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang
diproduksi berkaitan dengan stimulasi isapan, yaitu frekuensi, intensitas
dan lamanya bayi menghisap.
b. Refleks Aliran (Let Down Reflex)
Rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi saat menyusu selain
mempengaruhi hipofise anterior mengeluarkan hormone prolaktin juga
mempengaruhi hipofise posterior mengeluarkan hormone oksitosin.
Dimana setelah oksitosin dilepas kedalam darah akan mengacu otot-otot
polis yang mengelilingi alveoli dan duktulus berkontraksi sehingga
memeras air susu dari alveoli, duktulus, dan sinus menuju putting susu.
Refleks let-down dapat dirasakan sebagai sensasi kesemutan atau
dapat juga ibu merasakan sensasi apapun. Tanda-tanda lain dari let-
down adalag tetesan pada payudara lain sedang dihisap oleh bayi.
Refleks ini dipengaruhi oleh kejiwaan ibu.
( Weni; 2018; ASI,Menyusui & Sadar; Yogyakarta )

85
5. Pengertian Perawatan Payudara Ibu
Perawatan payudara adalah suatu tindakan untuk merawat payudara
terutama pada masa nifas (masa menyusui) untuk memperlancarkan
pengeluaran ASI. Perawatan payudara adalah perawatan payudara
setelah ibu melahirkan dan menyusui yang merupakan suatu cara yang
dilakukan untuk merawat payudara agar air susu keluar dengan lancar
(Elisabeth; 2018).
Perawatan payudara merupakan suatu tindakan perawatan payudara
yang dilaksanakan, baik oleh pasien maupun dibantu oleh orang lain
yang dilakssanaka mulai hari pertama atau kedua setelah melahirkan
(Anggraini; 2018).
Payudara merupakan organ penting bagi ibu menyusui, karena
sebagian besar kebutuhan nutrisi untuk bayi selama 6 bulan pertama
kelahirannya dapat dipenuhi melalui ASI. Sesungguhnya, kelancaran
ASI dan kenyamanan menyusui tergantung pada perawatan payudara.
Nah, beberapa cara yang bisa dilakukan agar payudara tetap indah dan
nyaman ketika menyusui adalah sebagai berikut :
a) Ibu mengenakan kutang (bra) yang nyaman dan mampu
menyangga payudara dengan baik. Ibu pun bisa mengganti bra
dengan ukuran yang lebih besar bila usia kehamilan bertambah.
Sebab, semakin bertambah usia kehamilan, payudara pun
semakin besar.
b) Ibu merawat payudara agar selalu bersih dengan mandi
menggunakan sabun lunak setiap hari.
c) Secara perlahan, ibu mengusap kotoran yang menyumbat mulut
saluran ASI. Kemudian, ibu mengeringkannya dengan handuk
bersih.
d) Ibu mengoleskan krem lanolin setiap hari pada putting payudara.
Krem ini dapat menjaga kelembutan kulit payudara dan
mencegah lecet-lecet sewaktu menyusui bayi.

86
e) Bila putting payudara terlalu pendek,datar atau tertarik ke
dalam, hendaknya ibu menarik putting keluar, lalu
memelintirnya menggunakan ibu jari dan jari telunjuk selama
beberapa menit setiap hari atau ibu dapat mengenakan pelindung
putting payudara.
f) Setelah usia kehamilan lebih dari 7 bulan, sebaiknya ibu
memijat areola beberapa kali setiap hari. Tindakan tersebut
dapat membuka saluran ASI. Terkait hal ini, ibu perlu
membersihkan tetesan susu, sehingga tidak mongering dan
menyumbat saluran ASI.
( Ai Yeyeh:2018; Asuhan kebidanan pada masa nifas;Jakarta).
6. Fisiologi Payudara
Selama kehamilan, hormon prolaktin dari plasenta meningkat
tetapi ASI biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar
esterogen yang tinggi. Pada hari kedua atau ketiga pasca persalinan,
kadar esterogen dan progesterone turun drastic, sehingga pengaruh
prolactin lebih dominan dan pada saat inilah mulai terjadi sekresi
ASI. Dengan menyusukan lebih dini terjadi perangsangan putting
susu, terbentuklah prolaktin hipofisis, sehingga sekresi ASI semakin
lancer. Dua reflek pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi
yaitu reflek prolactin dan reflek aliran timbul akibat perangsangan
puting susu oleh hisapan bayi (Elisabeth, 2015).
7. Tujuan Perawatan Payudara

Tujuan dari perawatan payudara untuk melancarkan sirkulasi


darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu, sehingga
Pengeluran ASI lancer, perawatan payudara dilakukan sedini
mungkin, bahkan tidak menutup kemungkinan perawatan payudara
sebelum hamil sudah mulai dilakukan. Sebelum menyentuh putting
susu, lalu pastikan tangan ibu selalu bersih dan cuci tangan sebelum
menyusui. Kebersihan payudara paling tidak dilakukan minimal satu
kali dalam sehari, dan tidak diperkenankan mengoleskan krim,

87
minyak,alcohol ataupun sabun pada putting susunya. Asuhan
Kebidanan Masa Nifas .( Andina Vita Sutanto 2019)

Tujuan dari perawatan payudara Menurut Elisabeth (2020)


adalah :

a. Memelihara hygine payudara

b. Melenturkan dan menguatkan putting susu

c. Payudara yang terawatt akan memproduksi ASI cukup untuk


kebutuhan bayi

d. Dengan perawatan payudara yang baik ibu tidak perlu khawatir


bentuk payudaranya akan cepat berubah sehingga kurang
menarik

e. Dengan perawatan payudara yang baik putting susu tidak akan


lecet sewaktu dihisap oleh bayi

f. Melancarkan aliran ASI

g. Mengatasi putting susu datar atau terbenam supaya dapat


dikeluarkan sehingga siap untuk disusukan kepada bayinya.
Pelaksanaan perawatan payudara pasca persalinan dimulai
sedini mungkin yaitu 1-2 hari sesudah bayi dilahirkan. Hal itu
dilakukan 2 kali sehari (Eka dkk,2014).
8. Persyaratan Perawatan Payudara
a. Pengurutan harus dikerjakan secara sistematis dan teratur
minimal dua kali dalam sehari.
b. Memerhatikan makanan dengan menu seimbang.
c. Memerhatikan keberihan sehari-hari.
d. Memakai BH yang bersih dan bentuknya yang menyokong
payudara.
e. Menghindari rokok dan minuman beralkohol.
f. Istirahat yang cukup dan pikiran yang tenang
(Elisabeth dkk,2015).

88
9. Cara Melakukan Perawatan Payudara Ibu Menyusui
a. Persiapan Alat
a) Handuk
b) Kapas
c) Minyak kelapa
d) Waslap
e) Baskom (masing-masing berisi air hangat dan air dingin)
b. Prosedur Pelaksanaan
a) Buka pakaian ibu
b) Letakkan handuk di atas pangkuan ibu dan tutup payudara
dengan handuk
c) Buka handuk pada daerah payudara
d) Kompres putting susu dengan menggunakan kapas minyak
selama 3-5 menit
e) Bersihkan dan tarikkan putting susu keluar terutama untuk
putting susu yang datar
f) Ketuk-ketuk sekeliling putting susu dengan ujung-ujung jari
g) Kedua telapak tangan dibasahi dengan minyak kelapa
h) Kedua telapak tangan diletakkan di antara kedua payudara
i) Pengurutan dimulai ke arah atas, samping, telapak tangan
kiri kea rah sisi kiri, telapak tangan kanan arah sisi kanan.
j) Pengurutan diteruskan samping, selanjutnya melintang,
telapak tangan mengurut ke depan, kemudian dilepas dari
kedua payudara.
k) Telapak tangan kanan kiri menolong payudara kiri,
kemudian jari-jari tangan kanan sisi kelingking mengurut
payudara ke arah putting susu.
l) Telapak tangan kanan menopang payudara dan tangan
lainnya menggengam serta mengurut payudara dari arah
pangkal kea rah putting susu.

89
m) Payudara disiram dengan air hangat dan dengan secara
bergantian kira-kira 5 menit (air hangat dahulu)
n) Keringkan dengan handuk
o) Pakailah BH khusus untuk ibu menyusui (BH yang
menyangga payudara dan memudahkan untuk menyusui.

Gambar 2.1 menggunakan BH menyusui

.( Andina Vita Sutanto 2019)

10. Tahap-Tahap Pijat Payudara


Ibu bisa melakukan pijat payudara menggunakan minyak
kelapa atau saitun. Tahap-tahap pijat payudara sebagai berikut :
a. Gunakan jari0jari untuk mengusap payudara secara lembut
dengan arah menjauhi putting.
b. Pijat lembut payudara seolah menguleni, menggunakan gerakan
mengangkat dan menekan.
c. Gunakan tangan secara lembut dan hati-hati untuk memutir
payudara searah dan berlawanan arah jarum jam
d. Gunakan kedua tangan untuk menekan secara perlahan daerah
sekitar areola payudara untuk mengeluarkan cairan susu.
e. Kemudian oleskan sebagian cairan susu ke putting payudara.

90
Gambar 2.2 langkah pemijatan payudara

( Andina Vita Sutanto 2019)


11. Cara Merawat Payudara
a. Latihan gerak otot badan
Ukuran payudara yang semakin membesar memaksa ibu hamil
untuk segera mengganti ukuran BH, lakukan latihan gerakan otot
badan yang berfungsi untuk mengencangkan otot penopang payudara
agar tidak mengendur setelah masa menyusui selesai.
a) Gerakan yang dapat anda lakukan adalah dengan duduk sila di
lantai
b) Tangan kanan memegang bagian lengan bawah kiri (dekat siku),
tangan kiri memegang lengan bawah kanan
c) Angkat kedua siku hingga sejajar pundak
d) Tekan pegangan tangan kuat-kuat kea rah siku sehingga terasa
adanya tarikan pada otot dasar payudara.

91
Perawatan payudara juga dapat dilakukan untuk selalu
menjaga kebersihan terutama pada bagian payudara khususnya
pada bagian putting dan areola. Ketika, mandi usahan juga untuk
tidak diberi sabun mandi pada areola dan putting agar kelembapan
pada area itu tetap terjaga dan tidak kering. Usahan putting agar
lentur ketika tiba waktu menyusui dan upayakan agar tidak ada
sumbatan dengan cara mengkompres dengan mintak atau ai selama
2-4 menit.
Tarik dan putar putting kea rah luar 20 kali, kearah dalam 20
kali untuk masig-masing putting. Pijat daerah areolah untuk
membuka saluran susu. Bila keluar cairan, oleskan ke putting dan
sekitarnya. Bersihkan payudara dengan handuk lembut.
Mengoreksi puting yang datar atau terbenam agar menyembul
keluar dengan bantuan pompa putting pada pecan terakhir
kehamilan sehingga siap untuk disusukan pada bayi atau bias juga
seara manual (menarik putting keluar menggunakan tangan).

( Andina Vita Sutanto 2019)

92
Selain memakai BH, ada beberapa kiat merawat payudara,
yaitu :

a. Masker Payudara

Bertujuan menambah dan mempertahankan


kesegaran,kelenturan dan kekenyalan.

b. Massage

Bertujuan memperlancar perdaran darah. Dimulai dari arah


atas. Sekitar putting tidak perlu dipijat.

c. Minum Air Putih

d. Minum jamu, sebagai upaya mengencangkan payudara dengan


perawatan dari dalam

e. Olahraga teratur, khususnya gerakan seputar payudara.


12. Hal-Hal Yang Mempengaruhi Produksi ASI

Selain kendala pada ibu dan bayi, pemberian ASI juga


mengalami kendalam pada faktor produksi ASI. Adapun hal-hal
yang mempengaruhi produksi ASI adalah :
a. Makanan

Makanan yang dikonsumsi ibu menyusui sangat


berpengaruh terhadap produksi ASI. Apabila makanan yang ibu
makan cukup akan gizi dan pola makan yang teratur, maka
produksi ASI akan berjalan dengan lancar.
b. Ketenangan jiwa dan fikiran

Untuk memproduksi ASI yang baik, maka kondisi


kejiwaan dan fikiran harus tenang. Keadaan psikologis ibu yang
tertekan, sedih dan tegang akan menurunkan volume ASI.
f. Penggunaan alat kontrasepsi

Penggunaan alat kontrasepsi pada ibu menyusui perlu


diperhatikan agar tidak mengurangi produksi ASI. Contoh alat

93
kontrasepsi yang bisa digunakan adalah kondom, IUD, Pil
khusus menyusui ataupun suntik hormonal 3 bulanan.
g. Perawatan payudara
Perawatan payudara bermanfaat merangsang payudara
mempengaruhi hipofise untuk mengeluarkan hormone prolaktin
dan oksitosin.
h. Anatomis payudara
Jumlah lobus dalam payudara juga mempengaruhi produksi
ASI. Selain itu, perlu diperhatikan juga bentuk anatomis papilla
atau putting susu ibu.
i. Faktor fisiologi
ASI terbentuk oleh karena pengaruh dari hormon prolaktin
yang menentukan produksi ASI dan mempertahankan
sekresi air susu.
j. Pola istirahat

Faktor istirahat mempengaruhi produksi dan pengeluaran


ASI. Apabila kondisi ibu terlalu capek, kurang istirahat maka
ASI juga berkurang.
k. Faktor isapan anak atau frekuensi penyusuan

Semakin sering bayi menyusu pada payudara ibu, maka


produksi dan pengeluaran ASI akan semakin banyak. Akan
tetapi, frekuensi penyusuan pada bayi premature dan cukup
bulan berbeda. Studi mengatakan bahwa pada produksi ASI bayi
premature akan optimal dengan pemompaan ASI lebih dari 5
kali per hari selama bulan pertama setelah melahirkan.
Pemompaan dilakukan karena bayi premature belum dapat
menyusu. Sedangkan pada bayi cukup bulan frekuensi
penyusuan 10 kali per hari selama 2 minggu pertama setelah
melahirkan berhubungan dengan produksi ASI yang cukup.
Sehingga direkomendasikan penyusuan paling sedikit 8 kali per

94
hari pada periode awal setelah melahirkan. Frekuensi penyusuan
ini berkaitan dengan kemampuan stimulasi hormone dalam
kelenjar payudara.
l. Berat lahir bayi

Bayi berat lahir rendah ( BBLR ) mempunyai kemampuan


menghisap ASI yang lebih rendah dibandingkan bayi yang berat
lahir normal (BBL>2500 gr). Kemampuan menghisap ASI yang
lebih rendah ini meliputi frekuensi dan lama penyusuan yang
lebih rendah disbanding bayi berat lahir normal yang akan
mempengaruhi stimulasi hormone prolaktin dan oksitosin dalam
memproduksi ASI.
m. Umur kehamilan saat melahirkan

Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi produksi


ASI. Hal ini disebabkan bayi yang lahir premature (umur
kehamilan kurang dari 34 minggu) sangat lemah dan tidak
mampu menghisap secara efektif sehingga produksi ASI lebih
rendah dari pada bayi yang lahir cukup bulan. Lemahnya
kemampuan menghisap pada bayi premature dapat disebabkan
berat badan lahir yang rendah dan belum sempurnanya fungsi
organ.
n. Konsumsi rokok dan alcohol

Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan


mengganggu hormone prolaktin dan oksitosin untuk produksi
ASI. Merokok akan menstimulasi pelepasan adrenalin dimana
adrenalin akan menghambat pelapasan oksitosin. Meskipun
minuman alcohol dosis rendah disatu sisi dapat membuat ibu
merasa lebih rileks sehingga membantu proses pengeluaran ASI
namun disisi lain etanol dapat menghambat produksi oksitosin.

( Natia;2018; ASI dan Panduan Ibu Menyusui; Yogyakarta )

95
13. Makanan Yang Mempengaruhi Produksi ASI

Ada beberapa macam kendala dalam pemberian ASI Eksklusif,


salah satunya adalah ASI tidak lancar. Tetapi jangan khawatir, bagi
para ibu-ibu yang ASI tidak lancar. Tetapi jangan khawatir, bagi para
ibu-ibu yang ASI-nya tidak lancar tapi ingin memberikan bayinya ASI
Eksklusif ada beberapa makanan yang dapat mempengaruhi produksi
ASI, yaitu:

a. Daun Katuk

Terbukti daun katuk sudah sejak jaman nenek moyang kita


gunakan sebagai makanan untuk memperlancar ASI. Ia dapat
digunakan sebagai sayuran maupun jamu. Pada daun katuk
terdapat vitamin A, C, B1, Zat besi, kalium, protein, fosfor, sterol,
alkaloid, asam seskuiterna.

b. Bayam hijau dan bayam merah

Tumbuhan bayam yang mengandung banyak klorofil ini


ternyata juga berisi vitamin A, B6, C, E K, asam folat, zat besi,
karoten, thiamin.

c. Kacang hijau

Tips berikutnya rajinlah anda mengkonsumsi kacang hijau,


baik itu yang direbus atau yang sudah dibuat bubur kacang hijau.
Makanan ini mengandung vitamin B1, protein, fosfor,
tiamin,mangan,kalium,magnesium,asam folat. Selain mampu
memproduksi banyak ASI, kacang hijau dapat mencukupi
kebutuhan protein dan energy.

d. Pare

Buah pare mengandung vitamin K, likopen,fitokimia, lutein,


anti oksidan yang berguna untuk memproduksi insulin, mampu

96
menurunkan kadar gula dalam darah, termasuk sebagai makanan
anti kanker.

e. Bunga papaya

Resep memperlancar ini telah dipraktekkan oleh ibu-ibu


didesa. Bunga papaya terbukti berisi vitamin
A,C,fosfor,kalium,enzim papain dan kelebihannya bunga papaya
juga dapat meningkatkan nafsu makan.

f. Semangka

Menurut paraahli buah semangka mengandung vitaminA, C,


asam folat,kalium. Sangat cocok untuk membantu kesegaran
seorang ibu dan membantu produksi ASI secara signifikan.

g. Labu Siam

Buah labu adalah salah satu cara menambah produksi air susu
ibu secara alami, tanpa perlu obat memperlancar ASI. Buah ini
dapat dimasak sebagai sayuran atau kolak. Labu siam mengandung
vitamin B6, C, K, asam folat, kalium,magnesium,zink,mangan.
Labu siam dapat membantu mencukupi kebutuhan asam folat ibu
yang sedang menyusui. Labu siam mampu membantu pertumbuhan
sel dan juga perkembangan tubuh bayi. ( Natia;2018; ASI dan
Panduan Ibu Menyusui; Yogyakarta )

B. Pijat Oksitosin

Pijat (Oxytocin) adalah salah satu dari dua hormone yang dibentuk
oleh sel-sel neuronal nuclei hipotalamik dan disimpan dalam lobus
posterior pituitary, hormone lainnya adalah vasopressin. Ia memiliki kerja
mengontraksi uterus dan menginjeksi ASI.

ASI diproduksi atas hasil kerja gabungan antara hormon dan


refleks. Selama kehamilan, perubahan pada hormon berfungsi
mempersiapkan jaringan kelenjar susu untuk memproduksi ASI. Segera

97
setelah melahirkan, bahkan mulai pada usia kehamilan 6 bulan akan terjadi
perubahan pada hormon yang menyebabkan payudara mulai memproduksi
ASI. Pada waktu bayi mulai menghisap ASI, akan terjadi dua refleks pada
ibu yang akan menyebabkan ASI keluar pada saat yang tepat dan jumlah
yang tepat pula. Dua refleks tersebut adalah :

1. Refleks Prolaktin

Refleks pembentukan atau produksi ASI. Rangsangan isapan


bayi melalui serabut syaraf akan memacu hipofise anterior untuk
mengeluarkan hormon prolaktin ke dalam aliran darah. Prolaktin
memacu sel kelenjar untuk sekresi ASI. Makin sering bayi menghisap
makin banyakprolaktin dilepas oleh hipofise, makin banyak pula ASI
yang diproduksi oleh sel kelanjar, sehingga makin sering isapan bayi,
makin banyak produksi ASI,sebaliknya berkurang isapan bayi
menyebabkan produksi ASI kurang. Mekanisme ini disebut
mekanisme “supply and demand”. Efek lain dari prolaktin yang juga
penting adalah menekan fungsi indung telur (ovarium). Efek
penekanan ini pada ibu yang menyusui secara eksklusif adalah
memperlambat kembalinya fungsi kesuburan dan haid. Dengan kata
lain, memberikan ASI eksklusif pada bayi dapat menunda kehamilan.

2. Refleks oksitosin

Reflek pengaliran atau pelepasan ASI (let down reflex) setelah


diproduksi oleh sumber pembuat susu, ASI akan dikeluarkan dari
sumber pembuat susu dan dialirkan ke saluran susu. Pengeluaran ASI
ini terjadi karena sel otot halus di sekitar kelenjar payudara mengerut
sehingga memeras ASI untuk keluar. Penyebab otot-otot itu mengerut
adalah suatu hormon yang dinamakan oksitosin. Rangsangan isapan
bayi melalui serabut syaraf memacu hipofise posterior untuk melepas
hormon oksitosin dalam darah. Oksitosin memacu sel-sel myoepithel
yang mengelilingi alveoli dan duktus untuk berkontraksi, sehingga
mengalirkan ASI dari alveoli ke duktus menuju sinus dan puting.

98
Dengan demikian sering menyusui penting untuk pengosongan
payudara agar tidak terjadi engorgement (payudara bengkak), tetapi
justru memperlancar pengaliran ASI.

Selain itu oksitosin berperan juga memacu kontraksi otot


rahim, sehingga mempercepat keluarnya plasenta dan mengurangi
perdarahan setelah persalinan. Hal penting adalah bahwa bayi tidak
akan mendapatkan ASI cukup bila hanya mengandalkan refleks
pembentukan ASI atau refleks prolaktin saja. Ia harus dibantu refleks
oksitosin. Bila refleks ini tidak bekerja maka bayi tidak akan
mendapatkan ASI yang memadai, walaupun produksi ASI cukup.

Refleks oksitosin lebih rumit dibanding refleks prolaktin.


Pikiran, perasaan dan sensasi seorang ibu akan sangat mempengaruhi
refleks ini. Perasaan ibu dapat meningkatkan dan juga menghambat
pengeluaran oksitosin. Hormon ini akan menyebabkan sel-sel otot
yang mengelilingi saluran pembuat susu mengerut atau berkontraksi
sehingga ASI terdorong keluar dari saluran produksi ASI dan
mengalir siap untuk dihisap oleh bayi. Pijat oksitosin merupakan salah
satu solusi untuk mengatasi ketidaklancaran produksi ASI.

Pijat oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang tulang


belakang (vertebrae) sampai tulang costae kelima- keenam dan
merupakan usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin
setelah melahirkan

Pijat oksitosin ini dilakukan untuk merangsang refleks


oksitosin atau let down reflex. Selain untuk merangsang let down
reflex manfaat pijat oksitosin adalah memberikan kenyamanan pada
ibu, mengurangi bengkak (engorgement), mengurangi sumbatan ASI,
merangsang pelepasan hormone oksitosin, mempertahankan produksi
ASI ketika ibu dan bayi sakit (Depkes RI, 2012;).

99
Persiapan ibu sebelum dilakukan pijat oksitosin :

1) Bangkitkan rasa percaya diri ibu (menjaga privacy)

2) Bantu ibu agar mempunyai pikiran dan perasaan baik tentang


bayinya Alat –alat yang digunakan :

a. 2 buah handuk besar bersih

b. Air hangat dan air dingin dalam baskom

c. 2 buah Waslap atau sapu tangan dari handuk

d. Minyak kelapa atau baby oil pada tempatnya

Langkah-langkah melakukan pijat oksitosin sebagai berikut:

a. Melepaskan baju ibu bagian atas

b. Ibu miring ke kanan maupun ke kiri, lalu memeluk bantal atau bisa
juga dengan posisi duduk

c. Memasang handuk

d. Melumuri kedua telapak tangan dengan minyak atau baby oil

e. Memijat sepanjang kedua sisi tulang belakang ibu dengan


menggunakan dua kepalan tangan, dengan ibu jari menunjuk ke
depan

f. Menekan kuat-kuat kedua sisi tulang belakang membentuk


gerakangerakan melingkar kecil-kecil dengan kedua ibu jarinya

g. Pada saat bersamaan, memijat kedua sisi tulang belakang ke arah


bawah, dari leher ke arah tulang belikat, selama 2-3 menit

h. Mengulangi pemijatan hingga 3 kali

i. Membersihkan punggung ibu dengan waslap air hangat dan dingin


secara bergantian

100
BAB III
TINJAUAN KASUS

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN IUGR


PADA NY “S” G2 P1 A0 HAMIL 39-40 MINGGU

NAMA MAHASISWA : Silvia Oktaviani

NIM : 223001080076

TGL/JAM PENGKAJIAN : Sabtu, 06-01-2024 / 10.00 WIB

TEMPAT PENGKAJIAN : RSUD Bayung Lencir

PEMBIMBING AKADEMIK : Bdn.Subang Aini,S.Keb.,M.Kes

1. LANGKAH I : PENGKAJIAN / PENGUMPULAN DATA

a. DATA SUBJEKTIF / ANAMNESE :


a. Biodata
- Nama Ibu : Ny.Septa - Nama Suami : Tn.Rio

- Umur : 25 th - Umur : 28 th

- Pendidikan : SMA - Pendidikan : SMA

- Agama : Islam - Agam : Islam

- Suku : Melayu - Suku : Melayu

- Pekerjaan : IRT - Pekerjaan : swasta

- Alamat : Simpang Bayat

b. Keluhan utama:
 Alasan kunjungan : control ulang kehamilan
 Aminorrhoe : Tidak datang haid sejak 9 bulan (+) hamil
 Keluhan saat ini : tidak ada
c. Riwayat obstetri :

101
 Riwayat menstruasi
- HPHT : 03-04-2023

- TP : 08-01-2024

- Menarche : 13 th

- Usia Kehamilan : 39-40 minggu

- Siklus : 30 hari

- Jumlah : 3x ganti pembalut

- Lama : 7 hari

- Sifat darah : encer

- Gg. Haid : tidak ada

 Riwayat kehamilan sekarang


 Trimester I
- Periksa ke : Puskesmas
- Oleh : bidan
- Frekwensi :1x
- TT (jk sdh diberikan) : ada Tanggal : -
- Keluhan:
- Mual muntah : Ada
- Pusing : Ada
- Nafsu makan : berkurang
- Keluar darah : Tidak ada
- Sering BAK : Tidak ada
- Lain-lain : Tidak ada
- Penkes yang diberikan :
- Makanlah sesering mungkin dengan porsi
kecil
- Makan makanan yang bergizi
- Kurangi makanan pedas yang merangsang
mules

102
- Mengganti celana dalam bila terasa basah
atau lembab
- Istirahat yang cukup
- Sering minum air putih dan jus
 Trimester II
- Periksa ke : Puskesmas
- Oleh : bidan
- Frekwensi : 1x
- TT : ada Tanggal :-
- Keluhan:
- Mual muntah : Ada

- Pusing / sakit kepala : Tidak ada

- Mata kabur : Tidak ada

- Hipertensi : Tidak ada

- Nafsu makan : Tidak ada

- Nyeri ulu hati : Tidak ada

- Keputihan (patologis) : Tidak ada

- Keluar darah : Tidak ada

- Lain-lain : Tidak ada

- Penkes yang diberikan : - istirahat yang cukup

- personal hygiene

- nutrisi yang seimbang


Trimester III

- Periksa ke : RSUD Bayung Lencir


- Oleh : bidan
- Frekwensi : teratur
- TT :- Tanggal : -
- Keluhan:

103
- Mual muntah : Tidak ada

- Pusing / sakit kepala : Tidak ada

- Nafsu makan : Tidak ada

- Keluar darah : Tidak ada

- Keputihan (patologis) : Tidak ada

- Bengkak pd muka/kaki : Tidak ada

- Hipertensi : Tidak ada

- Kontraksi (brackton hick) : ada

- Lain-lain : Tidak ada

- Penkes yang diberikan : - perbanyak aktivitas jalan

- jangan mengkonsumsi
makanan berkadar garam
tinggi

- rutin melakukan senam


hamil

- paksakan untuk makan agar


tidak terjadi pertumbuhan
janin yang terhambat

 Riwayat pergerakan anak :


- Mulai dirasakan : usia kehamilan 20 minggu

- Frekwensi :teratur

- Durasi : 1 jam

- Pergerakan anak dalam 24 jam terakhir : ada

- Keluhan yg dirasakan : Tidak ada

104
 Riwayat obstetri yang lalu
HAMIL PERSALINAN NIFAS

Ke Periks Umur Kompli thn Jenis penolo Kompli BB/PB J/ Komplikasi lakta
a ke ng kasi K si
Kehamila kasi persali Ibu dn anak
n nan Ibu dn
bayi

1. Bidan 38 Tidak ada 2019 Sponta Bidan Tidak 2700 P Tidak ada 1 thn
minggu n ada gr / 48 R
cm

Hamil
2.
ini

d. Riwayat perkawinan
 Perkawinan yang ke :1
 Status perkawinan : Sah
 Lama perkawinan : 4 tahun
 Apakah kehamilan ini diinginkan : Ya
e. Riwayat Pemakaian Alat Kontrasepsi Kb
 Akseptor KB : Ya
 Jenis alkon KB yg dipakai : Pil KB

105
 Lama memakai alkon KB : 2 tahun
 Alasan melepaskan alkon KB : ingin mempunyai anak lagi
 Keluhan yang dirasakan : sering sakit kepala
 Apakah ibu diketahui hamil ketika masih ber-KB : tidak
f. Riwayat kesehatan sekarang
 Penyakit sistemik :
 Hipertensi : Tidak ada
 Asma : Tidak ada
 Jantung : Tidak ada
 Hepatitis : Tidak ada
 Ginjal : Tidak ada
 DM : Tidak ada
 dll (sebutkan) : Tidak ada
 penyakit menular sexual (PMS) :
 HIV / AIDS : Tidak ada
 Gonorrhoea : Tidak ada
 Siphilis : Tidak ada
 Kondiloma akuminata : Tidak ada
 Herpes : Tidak ada
 Penyakit infeksi :
 TBC : Tidak ada
 TORCH : Tidak ada
 Campak : Tidak ada
 ISK : Tidak ada
 Demam/kejang : Tidak ada
 dll (sebutkan) : Tidak ada
 Gangguan jiwa (psikis) :
 Kecemasan : Tidak ada
 Depresi : Tidak ada
 Psikosa : Tidak ada
 dll (sebutkan) : Tidak ada

106
 Riwayat operasi
 Appendix : Tidak ada
 SC : Tidak ada
 KET : Tidak ada
 Laparatomy : Tidak ada
 dll (sebutkan) : Tidak ada
g. Riwayat kesehatan keluarga
 Hipertensi : Tidak ada
 Asma : Tidak ada
 Jantung : Tidak ada
 Hepatitis : Tidak ada
 Ginjal : Tidak ada
 DM : Tidak ada
 Keturunan kembar : Tidak ada
 Penyakit psikis (kejiwaan) : Tidak ada
 Cacat bawaan : Tidak ada
 dll (sebutkan) : Tidak ada
h. Riwayat pola aktivitas ibu sehari-hari
 NUTRISI
 Makan :
- Frekuensi : 2x/hari

- Banyaknya : 1 piring

- Keluhan/pantangan : tidak mau makan

- Menu seimbang (sebutkan) : hanya nasi dan sayur

 Minum :
- Frekuensi : 3 x/hari

- Banyaknya : 2 gelas penuh

- Minum susu : Ada

- Minuman yang bergas : Tidak ada

107
 ELIMINASI
 BAB
- Frekuensi : 2x/hari

- Banyaknya : Tidak ada

- Konsistensi : Lunak

- Warnanya : Kuning kecoklatan

- Baunya : Khas

- Keluhan (sebutkan) : Tidak ada

 BAK
- Frekuensi : 3x/hari

- Banyaknya : Tidak ada

- Warna : Kuning jernih

- Baunya : Khas

- Konsistensi BAK : Cair

- Keluhan (sebutkan) : Tidak ada

 PERSONAL HIGIENE
 Mandi
- Frekwensi mandi : 2 x/hr

- Gosok gigi : 2 x/hr

- Keramas/Mandi : 3 x/mg

- Keluhan (sebutkan) : Tidak ada

 Vulva hygiene
- Cara cebok : Dari depan kebelakang

- Pemakaian pembersih / obat-obatan pd vagina : Tidak ada

- Keluhan (sebutkan) : Tidak ada

 Ganti pakaian

108
- Ganti pakaian dalam :
* BH : 2x / hr

* Celana dalam : 2x / hr

- Ganti baju
* Frekuensi : 2 x / hr

* Jenis pakaian : Daster

 ISTIRAHAT / TIDUR
 Tidur malam : ± 8 jam
 Tidur / istirahat siang : ± 2 jam
 Gangguan/keluhan tidur (sebutkan) : Tidak ada
 PEKERJAAN RUMAH
 Dibantu / tidak : Tidak
 Jenis pekerjaan : IRT
 Mengangkat yang berat : Tidak ada
 Pkj RT yang memberatkan ibu saat kehamilan ini : Tidak ada
 OLAHRAGA / REKREASI
 Olahraga
- Frekuensi : tidak ada

- Jenis olahraga : tidak ada

- Lama olahraga :-

- Senam hamil : Tidak ada

- Keluhan (sebutkan) : Tidak mau makan

 Rekreasi
- Rekreasi : Tidak ada

- Frekuensi : Tidak ada

- Kemana : Tidak ada

 HUBUNGAN SEKSUAL
- Frekuensi : Tidak ada

109
- Penurunan libido : Menurun

- Apakah hub.sex mengganggu kenyamanan ibu : Tidak ada

- Keluhan:

* Disparenia : Tidak ada

* Keluar darah post coitus : Tidak ada

* dll (sebutkan) : Tidak ada

DATA SOSIO, EKONOMI, KULTURAL & SPIRITUAL


 SOSIAL
 Hubungan ibu dengan suami : Baik
 Hubungan ibu dengan keluarga : Baik
 Hubungan ibu dengan tetangga : Baik
 Mengikuti kegiatan dalam masyarakat : Ya, arisan, pengajian
 EKONOMI
 Persiapan dana untuk persalinan : Ada
 Persiapan pakaian ibu dan bayi : Ada
 Persiapan dana tak terduga (keperluan mendadak) : Ada
 Memiliki asuransi (Askes/Jamsostek/Askeskin) : Ada
 KULTURAL
 Kepercayaan terhadap mistik : Tidak ada
 Kepercayaan yang bertentangan dengan kesehatan : Tidak ada
 Kebiasaan yang bertentangan dengan kesehatan (miras, narkoba,
jamu, dll) : Tidak ada
 SPIRITUAL
 Percaya kepada tuhan YME : Ya
 Pelaksanaan ibadah rutin : Ada
b. DATA OBJEKTIF :
a. DATA UMUM
 Sikap tubuh : tegap
 Cara jalan : Lordosis

110
 BB sebelum hamil: 53 kg
 BB Sekarang : 60 kg
 TB : 153 cm
 TTV:
- TD : 120/80 mmHg - Nadi : 70 x/i

- Suhu : 36,5ºC - Nafas : 20 x/i

 Lila : 31 cm

 Kesadaran : Composmentis
 K/U : Baik
b. DATA KHUSUS
 INSPEKSI (head to toe)
 Kepala
‒ Rambut :
- Ketombe : Tidak ada

- Rontok : Tidak ada

- Kebersihan : Bersih

‒ Muka :
- Oedema : Tidak ada

- Cloasma gravidarum : Tidak ada

‒ Mata
- Konjungtiva : An-anemis

- Sklera : An-ikterik

- Palpebra : Tidak ada pembengkakan

‒ Hidung
- Polip : Tidak ada

- Obstruksi : Tidak ada

- kelainan/cacat : Tidak ada

111
- Pengeluaran : Tidak ada

- Kebersihan : Bersih

‒ Mulut
- Gigi :
* Caries : Ada

* Karang gigi : Ada

* Kebersihan : Kurang

- Gusi :
* Epulis : Tidak ada

* Sariawan : Tidak ada

* Warna : Merah muda

- Lidah
* Warna : Merah muda

* Kebersihan : Bersih

- Bibir :
* Kering/pecah-pecah : Tidak ada

* Sariawan : Tidak ada

‒ Telinga
- Bentuk : Simetris
- Pengeluaran : Tidak ada
- Kebersihan : Bersih
 Leher
‒ Kelenjar tyroid : Tidak ada pembesaran
‒ Kelenjar limpe : Tidak ada pembesaran
‒ Hiperpigmentasi kulit leher : Tidak ada
 Dada
‒ Mamae :
- Bentuk kiri/kanan : Simetris

112
- Puting : Menonjol
- Areola mamae : Hiperpigmentasi
- Kel.montgomery : Tidak ada
- Massa : Tidak ada
‒ Jantung
- Irama : Normal
- lain-lain (sebutkan) : Tidak ada

‒ Paru
- Wheezing : Tidak ada
- Ronkhi : Tidak ada
 Punggung
‒ Bentuk : Lordosis
‒ Kelainan tlg belakang : Tidak ada
 Perut
‒ Striae lividae : Tidak ada
‒ Linea alba : Tidak ada
‒ Linea nigra : Ada
‒ Bekas operasi : Tidak ada
‒ Arah pembesaran perut (kanan/kiri): kanan
‒ Lain-lain (sebutkan) : Tidak ada
 Tangan
‒ Eritema palmaris : Tidak ada
‒ Spider nevi : Tidak ada
‒ Oedema : Tidak ada
 Kaki
‒ Varices : Tidak ada
‒ Oedema : Tidak ada
 PALPASI
‒ Leopold I

113
- Tujuan :Untuk menentukan tinggi fundus dan bagian janin
apa yang terdapat di fundus.
- Hasil : tfu 25 cm, fundus teraba lunak, bulat dan tidak
melenting (bokong)
‒ Leopold II
- Tujuan :Untuk menentukan bagian janin apa yang terdapat di
samping kanan/kiri perut ibu
- Hasil : abdomen kanan teraba panjang, memapan dan
tidak terputus-putus (punggung)
Abdomen kiri teraba tonolan tonjolan kecil dan
terputus-putus (ekstremitas)
‒ Leopold III
- Tujuan :Untuk mengetahui bagian terbawah janin dan apakah
sudah masuk PAP/belum
- Hasil: bagian terbawah teraba bulat, keras dan melenting
(kepala), sudah masuk PAP.
‒ Leopold IV
- Tujuan :Untuk menentukan seberapa jauh bagian terbawah
janin sudah masuk PAP
- Hasil : sudah masuk PAP
‒ TFU (cm) : 25 cm
‒ TBJ : 2170 gram
‒ Kontraksi (brackton hick):
- Teraba : ya
- Frekwensi : 1x
- Durasi : 1menit
- Interval : 1 jam
 AUSKULTASI
‒ DJJ:
- Frekuensi : 145 x/i
- Irama : teratur

114
- Durasi : 1 menit
- Interval : 1 jam
- Kekuatan : sedang
‒ Punktum maksimum : abdomen kanan bawah pusat
 PERKUSI
‒ Reflek patella kiri / kanan : (+/+)
 INSPEKULO (anogenetal)
‒ Perineum : Tidak ada
‒ Vulva
- Warna : Tidak ada - Varises : Tidak ada
- Kel. Bartolini :Tidak ada - Kel. Skene : Tidak ada
* Bengkak : Tidak ada

* Kelainan : Tidak ada

* Nyeri : Tidak ada

‒ Vagina
- Pengeluaran : Tidak ada
- Warna : Tidak ada
- Luka/laserasi : Tidak ada
‒ Cervik
- Warna : Tidak ada
- Polip : Tidak ada
- Luka/laserasi : Tidak ada
- lain-lain (sebutkan) : Tidak ada
‒ Anus
- Haemorroid : Tidak ada
 PEMERIKSAAN PANGGUL LUAR
- Distantia spinarum : Tidak dikaji
- Distantia cristarum : Tidak dikaji
- Konjugata externa : Tidak dikaji
- Lingkar panggul : Tidak dikaji

115
 PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) LABOR
‒ Darah
- HB : (11.5gr%)
‒ Urine
- Protein : (-)
- Glukosa : (-)
b) U S G / rontgen : Tidak ada

II. IDENTIFIKASI DATA DASAR, DIAGNOSA, MASALAH DAN


KEBUTUHAN

‒ Data Dasar
- DS : - Ibu mengatakan hamil anak kedua
- Ibu mengatakan HpHt 03-04-2023
- Ibu mengatakan selama hamil tidak mau makan
- TFU tidak sesuai dengan usia kehamilan
- Gerakan janin yang berkurang
- Berat badan janin dibawah normal
- DO :- TTV
TD : 120/80 mmHg S : 36,5 °C

N : 70 x/i RR: 20x/i

LILA : 28 cm

- Auskultasi
DJJ : 138 x/i
- Perkusi
Reflek patella kanan/kiri (+/+)
- Palpasi :

116
- Leopold I : tfu 25 cm, fundus teraba lunak, bulat dan tidak
melenting (bokong)
- Leopold II : abdomen kanan teraba panjang, memapan dan
tidak terputus-putus (punggung)
Abdomen kiri teraba tonjolan tonjolan kecil dan terputus-putus
(ekstremitas)
- Leopold III: bagian terbawah teraba bulat, keras dan melenting
(kepala), sudah masuk PAP.
- Leopold IV : sudah masuk PAP Hodge III
Diagnosa : Ny. S 25 thn G2 P1 A0, hamil 39-40 minggu janin tunggal

hidup intra uterine presentasi kepala dengan kehamilan IUGR

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL


Kemungkinan diagnosa atau masalah potensial yang timbul adalah:
a. Janin lahir mati (IUFD)
Dasar : karena kelainan plasenta dan lilitan tali pusat serta mal nutrisi
pada ibu
b. Partus Prematur
Dasar : kehamilan belum cukup bulan
c. BBLR
Dasar : kehamilan belum aterm dan berat badan janin kurang dari normal
(Rukiyah, yeyeh ai.2011).

IV. TINDAKAN SEGERA DAN KOLABORASI

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh Bidan atau dokter dan atau
untuk dikonsulkan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan
lain yang sesuai dengan kondisi pasien. Kemungkinan tindakan segera
pada kasus kehamilan:
a. Kematian janin
 Segera dilahirkan
 Kolaborasi dengan tim medis lainnya untuk mengakhiri kehamilan

117
b. Prematur
Tindakan yang dilakukan jika terjadi prematur adalah:
 Segera dilahirkan
 Kolaborasi denag tim medis lainnya
c. BBLR
 Lakukan perawatan khusus
 Jaga hipotermi
 Pantau keadaan bayi (winda kusumawardini,2011).

V. PERENCANAAN

Tanggal : Sabtu, 06-01-2024 jam : 10.05 wib

1. Informed consent
2. Lakukan Pemeriksaan TTV dan beritahu Hasil
3. Dukungan psikologis

4. Dengarkan DJJ Bayi


5. Kolaborasi dengan tenaga medis lain
6. Beritahu ibu tentang persiapan persalinan
7. Beritahu ibu jadwal kunjungan ulang

VI. PELAKSANAAN

Tanggal : Sabtu, 06-01-2024 jam : 10.10 wib

1. Melakukan informed consent pada ibu agar mengetahui tindakan yang


akan dilakukan.
2. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan:
TD :120/80 mmHg S : 36,50C
N : 70 x/i R : 20 x/i
3. Memberikan dukungan psikologis pada ibu agar selalu menjaga
kehamilannya dan tidak malas untuk makan dan menjaga asupan
nutrisinya

118
4. Mendengarkan dan memantau DJJ bayi karena kehamilan IUGR
berpotensi terjadinya gerakan janin yang tiba-tiba berkurang
5. Melakukan kolaborasi dengan tim medis lain seperti dokter spesialis
kandungan dan ahli gizi
6. Memberitahu ibu persiapan persalinan
 Tempat persalinan
 Tenaga kesehatan
 Bagaimana menghubungi tenaga kesehatan
 Transportasi ke tempat persalinan
 Siapa yang akan menemani saat persalinan
7. Memberitahu ibu akan jadwal kunjungan ulang atau bila ada keluhan

VII. EVALUASI
Tanggal : Sabtu, 06-01-2024 jam : 10.45 wib
1. Informed consent telah di lakukan dan ibu menyetujui

2. Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaan

3. Ibu berjanji akan lebih memperhatikan perkembangan kehamilannya

4. Pemantauan DJJ bayi dilakukan secara berkala

5. Kolaborasi dengan tim medis lain sudah dilakukan

6. Ibu telah mengetahui apa saja yang harus di persiapkan dalam menghadapi

persalinan.

7. Ibu akan melakukan kunjungan ulang atau pada saat ada keluhan

119
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN NORMAL
Ny. S UMUR 25 TAHUN G2P1A0 UK 39-40 MINGGU DENGAN IUGR
DI RSUD BAYUNG LENCIR
TAHUN 2024

NAMA MAHASISWA : Silvia Oktaviani

NIM : 223001080076

TGL/JAM PENGKAJIAN : Sabtu, 06-01-2024 / 10.00 WIB

TEMPAT PENGKAJIAN : RSUD Bayung Lencir

PEMBIMBING AKADEMIK : Bdn.Subang Aini,S.Keb.,M.Kes

1. PENGKAJIAN DATA/ PENGUMPULAN DATA

A. IDENTITAS

c. Biodata
- Nama Ibu : Ny.Septa - Nama Suami : Tn. Rio

- Umur : 25 th - Umur : 28 th

- Pendidikan : SMA - Pendidikan : SMA

- Agama : Islam - Agam : Islam

- Suku : Melayu - Suku : Melayu

- Pekerjaan : IRT - Pekerjaan : swasta

120
- Alamat : Simpang Bayat

B. ANAMNESE

Tanggal: 06-01-20243 Pukul : 10.05 WIB.

1. Alasan masuk klinik : ibu mengatakan nyeri perut bagian bawah


menjalar sampai kepinggang dan keluar lendir bercampur darah.

2. Perasaan (sejak terakhir datang) : cemas

3. Tanda-tanda persalinan

- Kontraksi : ada

- Frekuensi : 3x/10’

- Lamanya : 40 ‘’

- Kekuatan : kuat

- Lokasi ketidaknyamanan : dari perut menjalar sampai


kepinggang

4. Pengeluaran pervaginam

- Darah lendir : ada

- Air ketuban : (+)

- Darah : tidak ada

5. Masalah-masalah khusus : tidak ada

6. Riwayat kehamilan sekarang

- HPHT : 03-04-2023

- TP : 08-01-2024

121
- Menarrche : 12 tahun

- Siklus : 28 hari

- Lamanya : 7 hari

- ANC : teratur

- Keluhan : tidak ada

7. Riwayat imunisasi

- TT I :-

- TT II :-

8. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu

HAMIL PERSALINAN NIFAS

Ke Periks Umur Kompli thn Jenis penolo Kompli BB/PB J/ Komplikasi lakta
a ke ng kasi K si
Kehamila kasi persali Ibu dn anak
n nan Ibu dn
bayi

1. Bidan 38 Tidak ada 2019 Sponta Bidan Tidak 2800 P Tidak ada 1 thn
minggu n ada gr / 47 R
cm

Hamil
2.
ini

9. Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir : ada

122
10. Makan dan minum terakhir : ada
Jenis makanan : nasi,lauk,sayur.
11. BAK terakhir : ada tanggal : 06-01-2024 pukul : 05.00 WIB
BAB terakhir : ada tanggal : 30-12-2023 pukul : 05.00 WIB
12. Tidur
Siang : ±1 jam
Malam : ± 8 jam
13. Psikologis : baik
14. Keluhan lain : tidak ada
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : baik
Keadaan emosional : stabil
2. Tanda-tanda vital
- TD : 120/80 MmHg
- N : 88x/i
- R : 21x/i
- S : 36,8°C
3. Tinggi badan : 153 cm
4. BB sebelum hamil : 53 kg
- BB sekarang : 60 kg
5. Muka
- Kelopak mata : tidak ada pembengkakan
- Oedema : tidak ada
- Konjungtiva : an-anemis
- Sklera : an-ikterik
6. Mulut dan gigi : bersih
Lidah dan geraham : bersih
7. Kelenjar Thyroid : tidak ada pembengkakan
Kelenjar limfe : tidak ada pembengkakan
8. Aksila

123
Kelenjar getah bening: tidak ada pembengkakan
9. Dada
- Paru-paru : normal,vesikuler
- Jantung : normal, lup dup
10. Payudara
- Pembesaran : ada
- Aerola : hiperpigmentasi
- Putting susu : menonjol
- Benjolan : tidak ada
- Pengeluaran : tidak ada
- Rasa nyeri : tidak ada
- Lain-lain : tidak ada
11. Punggung dan pinggang
- Posisi tulang belakang : lordosis
- Punggung (nyeri tekuk) : tidak ada
12. Ekstremitas atas dan bawah
- Oedema : tidak ada
- Kemerahan : tidak ada
- Varices : tidak ada
- Kekuatan otot dan sendi : kuat
- Reflek patella : (+/+)
13. Abdomen
- Bekas luka operasi : tidak ada
- Pembesaran : kekiri
- Benjolan : tidak ada
- Konsistensi : keras
- Lien/hepar : normal
14. Kandung kemih : kosong
15. Pemeriksaan kebidanan
Palpasi uterus

124
- Leopold I : TFU 25 cm, teraba bulat,lunak, dan tidak
melenting(bokong)
- Leopold II : bagian kanan teraba panjang , memapan, dan tidak
terputus-putus (punggung) bagian kanan teraba tonjolan-tonjolan
Kecil dan terputus-putus( ekstremitas)
- Leopold III : Teraba bulat,keras,melenting (kepala), sudah masuk
PAP
- Leopold IV : Hodge III
16. Kontraksi
- Kekuatan : ada
- Frekuensi : 3x/10’
- Lamanya : 30’’
17. TBJ : (TFU-11) = (25-11) x 155 = 2170 gram
18. Auskultasi
- DJJ : 135 x/i
- Frekuensi : 1 menit penuh
- Punktum maksimum : abdomen kanan dibawah pusat
19. Anogenital
- Perineum : baik
- Vulva/benjolan : baik, tidak ada benjolan
- Fistula : tidak ada
- Varices : tidak ada
- Pengeluaran lendir : tidak ada
20. Anus
- Haemorroid : tidak ada
21. Pemeriksaan dalam
- Atas indikasi : adanya tanda inpartu
- Dinding vagina : tipis dan tidak ada benjolan
- Portio : Teraba
 Pembukaan : 4 cm

125
 Penipisan : 70 %
 Portio : Menipis
 Konsistensi : Lunak
- Presentasi : kepala
- Petunjuk : ubun-ubun kecil bagian depan
- Posisi : Ante
- Penurunan bag. Terbawah : Hodge III
- Ketuban : (+)
- Lain-lain : tidak ada
D. UJI DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan laboratorium
- HB : 11.5 gr%
- Gol.darah : tidak dikaji
- Protein urin : tidak dikaji
- Lain-lain : tidak dikaji
2. Rontgen/USG : tidak dikaji

KALA I
Tanggal : 06-01-2024 Pukul : 10.00 wib
II. INTERPRETASI DATA DASAR, DIAGNOSA, MASALAH DAN
KEBUTUHAN
 Data dasar
- Data Subjektif : - Ibu mengatakan nyeri perut menjalar sampai ke
Pinggang dan keluar lendir bercampur darah
- Ibu mengatakan hamil anak kedua dengan HPHT 03-
04-2023
- Data Objektif : Keadaan umum : baik
Keadaan emosional : compos mentis
Tanda-tanda vital
 TD : 120/80 MmHg

126
 N : 88x/i
 R : 21x/i
 S : 36,8°C
- DJJ : 138 x/i
- Palpasi
 L1 : TFU 25 cm, teraba bulat,lunak, dan tidak
Melenting (bokong)
 L2 : bagian kanan teraba, memapan, dan tidak terputus-putus
(punggung) bagian kiri teraba tonjolan-tonjolan Kecil dan terputus-
putus( ekstremitas)
 L3 : Teraba bulat,keras,melenting(kepala), sudah masuk PAP
 L4 : bagian terbawah sudah masuk PAP (4/5)
- Pemeriksaan dalam
 Dinding vagina : Tidak ada benjolan
 Porsio : Teraba Menipis
 Konsistensi : lunak
 Molase :0
 Pembukaan : 4 cm
 Ketuban : (+)
 Presentasi : kepala
 Penunjuk : ubun-ubun kecil bagian depan
 Penurunan : Hodge III
 Diagnosa : Ny.S Umur 25 tahun , G2 P1 A0 Usia kehamilan 39-
40 minggu,Janin tunggal hidup, Intrauterine, Presentasi
kepala, inpartu kala I fase aktif keadaan ibu dan janin baik.
 Masalah : Nyeri perut menjalar sampai ke pinggang.
 Kebutuhan :
- Atur posisi ibu senyaman mungkin
- Memberikan asuhan sayang ibu.

III. ANTISIPASI MASALAH

127
Tidak ada

IV. TINDAKAN SEGERA


Tidak ada

V. PERENCANAAN
Tanggal : 06-01-2024 pukul : 10.05 wib
1) Informed consent
2) Observasi keadaan umum ibu dan janin serta kemajuan persalinan
3) Berikan asupan cairan dan nutrisi
4) Siapakan ruangan, alat, obat-obatan dan pakaian
5) Berikan asuhan sayang ibu.

VI. PELAKSANAAN
Tanggal : 06-01-2024 pukul : 10.10 wib
1) Meminta persetujuan kapada ibu atas tindakan yang akan dilakukan.
2) Mengobservasi keadaan umum ibu dan janin serta kemajuan persalinan
Tanggal Waktu TTV His DJJ Pemeriksaan dalam

06-01- 10.00 TD :120/80 3x10′/30″ 135 x/i -Keadaan vagina :tidak ada
2024 wib mmHg benjolan

N :80 x/i -portio :teraba menipis

S :36,8℃ -pembukaan: 4 cm

-Ketuban: utuh

-presentase: kepala

-penurunan: hodge III

-penumbungan: tidak ada

128
-molase : O

-Petunjuk : UUK bagian depan

-konsistensi : lunak

19.00 TD :120/80 5x10′/45″ 150 x/i -Keadaan vagina :tidak ada


wib mmHg benjolan

N : 80x/i -portio :tidak teraba

S : 36,0℃ -pembukaan :10 cm

-Ketuban :jernih

-presentase :kepala

-penurunan :hodge IV

-penumbungan :tidak ada

-molase : O

-petunjuk : UUK bagian depan

-konsistensi : lunak

3) Memberikan asupan nutrisi dan cairan kepada ibu disela kontraksi.


Berikan makanan yang lembut seperti bubur yang mudah dicerna dan
untuk menambah tenaga ibu serta berikan teh hangat dan air putih hangat.
4) Mempersiapkan ruangan, alat alat obat-obatan serta pakaian ibu dan bayi.
a. Mempersiapkan alat-alat persalinan
o Partus Set
 2 klem arteri
 Gunting tali pusat
 Gunting episiotomy
 Klem ½ kocher

129
 Klem tali pusat.
 Kain mitela
o Heacting set
 Pinset anatomis
 Pinset cirugis
 Nald holder
 Nald heacting
 Catgut cromic
 Gunting lurus/benang
o APD
 Penutup kepala
 Kacamata
 Masker
 Celemek
 Handsoon
 Handuk pribadi
 Sepatu boot
o baskom berisi air DTT, dsn clorin
o piring plasenta, perlak dan pengalas
o handuk bersih 2 buah.
o tempat sampah tajam,kering,basah, dan terkontaminasi.
o Pakaian bersih ibu dan bayi.
o Obat-obatan
 Oksitosin 10 IU
 Lidokain
 Ergometrin
 Vit. K
 Hb 0
5) Memberikan asuhan sayang ibu kala 1

130
- Memberikan dukungan emosional berupa jangan mengedan sebelum
pembukaan lengkap
- Menghadirkan orang terdekat untuk mendampingi selama proses
persalinan.
- Membantu ibu memilih posisi yang nyaman.
- Memberikan cairan dan nutrisi untuk kecukupan energi ibu
- Memberikan sentuhan atau gosokan pada pinggang ibu untuk
mengurangi rasa nyeri.

VII. EVALUASI
Tanggal: 06-01-2024 Pukul : 10.30 wib
1) Ibu telah menyetujui atas tindakan yang dilakukan.
2) Keadaan umum ibu dan janin baik, serta kemajuan persalinan berjalan
normal.
- Pembukaan : 4 cm
- Penipisan : 70%
- Ketuban : (+)
- Presentasi : kepala
- Penunjuk : ubun-ubun kecil bagian depan
- Penurunan : Hodge IV
- Kontaksi : 3x10′/35″
- DJJ : 135x/i
- TD : 120/80 MmHg
- N : 80x/i
- R : 21x/i
- S : 36,8°C
3) Ibu sudah mendapatkan asupan cairan dan nutrisi yang cukup.
4) Ruangan,alat,obat-obatan dan pakaian sudah dipersiapkan.
5) Ibu sudah mendapatkan asuhan yang baik pada kala I.

131
KALA II
Tanggal : 06-01-2024 Pukul :19.00 wib
II. INTERPRETASI DATA DASAR, DIAGNOSA, MASALAH DAN
KEBUTUHAN
 Data dasar
- Data Subjektif :
o Ibu mengatakan mules-mules,semakin sering dan semakin
besar/kuat.
o Ibu merasakan adanya rasa ingin BAB.
- Data Objektif
o Keadaan umum ibu dan janin baik.
o TD : 120/80 MmHg
o N : 82x/i
o R : 22x/i
o S : 36,0°C
o Kontraksi : 5x10′/45″
o Inspeksi: terlihat tanda gejala kala II
 Dorangan ingin meneran
 Tekanan pada anus
 Vulva dan sfingter ani membuka
 Kepala bayi tampak di depan vulva
o Pemeriksaan dalam
 Dinding vagina : tidak ada pembengkakan
 Porsio : Tidak Teraba
 Konsistensi : lunak
 Pendataran : 100%
 Pembukaan : 10 cm
 Ketuban : Jernih
 Presentasi : kepala
 Penunjuk : ubun-ubun kecil bagian depan

132
 Penurunan : Hodge IV
 DJJ : 140x/i
 Diagnosa : Ny.S 25 th P2 A0 inpartu kala II keadaan ibu dan
janin baik
 Masalah : tidak ada.
 Kebutuhan :
- Pertolongan persalinan sesuai APN (Asuhan Persalinan Normal)
- Asuhan sayang ibu pada kala II.

III. ANTISIPASI MASALAH


Tidak ada

IV. TINDAKAN SEGERA


Tidak ada

V. PERENCANAAN
Tanggal : 06-01-2024 Pukul : 19.05 wib
1) Informed consent
2) Berikan support mental pada ibu
3) Atur posisi ibu senyaman mungkin
4) Anjurkan ibu cara meneran yang baik
5) Lakukan pertolongan persalinan sesuai APN

VII. PELAKSANAAN
Tanggal : 06-01-2024 Pukul : 19.10 wib
1) Menjelaskan kepada ibu dan keluarga atas tindakan yang akan dilakukan .
2) Memberikan support mental pada ibu bahwa ibu bisa dan persalinan akan
berjalan dengan lancar.
3) Mengatur posisi ibu senyaman mungkin dengan posisi lithotomi, tangan
ibu memegang paha bagian belakang, dam mata ibu melihat kearah perut.

133
4) Mengajarkan ibu cara meneran yang baik dengan membimbing ibu saat
ada his anjurkan ibu untuk meneran. Dan jika tidak ada his anjurkan ibu
untuk mengatur nafas dengan cara menarik nafas melalui hidung dan
menghembuskan nya lewat mulut.
5) Melakukan pertolongan persalinan sesuai APN
- Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
meletakkan handuk bersih di atas perut ibu
- Meletakkan kain yang bersih dibagian bawah bokong ibu
- Membuka partus set.
- Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
- Setelah kepala bayi tampak 5-6 cm didepan vulva tangan kanan
menahan perineum dan tangan kiri menahan puncak kepala
- Jika ada mekonium dalam cairan ketuban, segera hisap mulut dan
hidung setelah kepala lahir menggunakan penghisap lendir
- Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan kain
atau kasa yang bersih
- Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika
hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi
- Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat
bagian atas kepala bayi.
- Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua
tempat dan memotongnya
- Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara
spontan.
- Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, lakukan biparietal
dengan tangan dominan diatas, lakukan curam kebawah untuk lahirkan
bahu atas, kemudian curam keatas untuk lahirkan bahu bawah
- Lakukan sanggah susur, pindahkan tangan dominan kebawah untuk
menyangga badan bahu kepala kemudian tangan kiri menyusuri dari
ekstremitas atas sampai ekstremitas bawah.

134
- Setelah bayi lahir nilai APGAR SCORE
- Letakkan diperut ibu, keringkan bayi sambil melakukan rangsangan
taktil
- Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.
Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan
memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (ke arah ibu).
- Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting
dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.
- Mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau
selimut yang bersih dan kering, dan menutupi bagian kepala.
- Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk
memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI.
- Melakukan palpasi abdomen untuk memastikan kemungkinan adanya
janin kedua.

VII. EVALUASI
Tanggal : 06-01-2024 pukul : 19.20 wib
1) Keluarga dan ibu menyetujui atas tindakan yang dilakukan
2) Ibu mendapatkan support mental
3) Ibu merasa nyaman dengan posisinya.
4) Ibu meneran dengan baik selama proses persalinan
5) Ibu mendapatkan pertolongan persalinan sesuai APN
- Bayi lahir dan menangis spontan pada pukul 19.20 wib
- Jenis kelamin : Laki-laki
- BB : 2155 gram
- PB : 47 cm
- APGAR skor : 7/8
- Anus : (+)
- Cacat : tidak ada
- Kontraksi : baik

135
- Perdarahan : ±250 c

136
KALA III
Tanggal: 06-01-2024 pukul : 19.25 wib
II. INTERPRETASI DATA DASAR, DIAGNOSA, MASALAH DAN
KEBUTUHAN
 Data dasar
- Data Subjektif :
o Ibu merasa lega dan senang dengan kelahiran bayinya.
o Ibu merasa mules pada bagian perut.
- Data Objektif
o K/U : baik
o TTV
 TD : 120/70 MmHg
 N : 88x/i
 R : 23x/i
 S : 36,5°C
o Kontraksi : baik
o Kandung kemih : penuh
o TFU : sepusat.
 Diagnosa : Ny.S 25 th P2 A0 H2 inpartu kala III
keadaan umum ibu baik.
 Masalah : ibu merasakan perutnya terasa mules
 Kebutuhan :
- Melahirkan plasenta
- Manajemen aktif kala III

III. ANTISIPASI MASALAH


Tidak ada

IV. TINDAKAN SEGERA


Tidak ada

137
V. PERENCANAAN
Tanggal : 06-01-2024 pukul : 19.25 wib
1) Informed consent
2) Periksa abdomen
3) Pengosongan kandung kemih.
4) Melihat tanda-tanda pelepasan plasenta
5) Manajemen aktif kala III

VI. PELAKSANAAN
Tanggal: 06-01-2024 Pukul : 19.27 wib
1) Menjelaskan kepada ibu atas tindakan yang akan dilakukan
2) Pemeriksaan abdomen untuk mengetahui apakah masih terdapat janin
Kedua atau tidak.
3) Melakukan pengosongan kandung kemih dengan melakukan katerisasi.
4) Melihat tanda-tanda pelepasan plasenta
o Semburan darah tiba-tiba dan singkat
o Tali pusat memanjang
o Uterus keras dan membundar.
5) Melakukan manajemen aktif kala III
o Pemberian oksitosin
Sebelum menyuntikkan oksitosin periksa terlebih dahulu abdomen
untuk memastikan bahwa bayi tunggal. Berikan oksitosin 10 IU secara
IM di 1/3 paha bagian luar. Bila plasenta tidak lahir selama 15 menit
maka suntikkan oksitosin yang ke-dua.
o Peregangan Tali Pusat Terkendali
Pindahkan klem 5-10 cm didepan vulva, tangan kanan memegan klem
tangan kiri berada di simpisis , kemudian lakukan dorso kranial,
setelah plasenta tampak didepan vulva lahirkan dengan kedua tangan
dengan gerakan memutar searah jarum jam dan periksa kelengkapan
plasenta.

138
o Masase fundus uteri
Setelah plasenta lahir sefera lakukan masase fundus dengan gerakan
memutar searah jarum jam selama 15 detik

VII. EVALUASI
Tanggal: 06-01-2024 Pukul : 19.35 wib
1) Ibu menyetujui tindakan yang dilakukan
2) Janin tunggal dan tidak ada janin ke-2.
3) Pengosongan kandung kemih telah dilakukan.
4) Tanda tanda pelepasan plasenta ada
5) Pengeluaran placenta telah di lakukan dan placenta lahir lengkap
pada pukul 19.35 wib dengan jumlah kotiledon 20, panjang tali
pusat 60 cm diameter placenta 22 cm dan berat placenta 500 gram.

139
KALA IV
Tanggal : 06-01-2024 Pukul : 20.00 wib
II. INTERPRETASI DATA DASAR, DIAGNOSA, MASALAH DAN
KEBUTUHAN
 Data dasar
- Data Subjektif :
o Ibu merasa lega dan senang dengan kelahiran bayinya.
- Data Objektif
o K/U : baik
o TTV
 TD : 110/80 MmHg
 N : 80x/i
 R : 21x/i
 S : 36,5°C
o Kontraksi : baik
o Kandung kemih : kosong
o TFU : 2 jari dibawah pusat.
o Perdarahan : ±100 cc
 Diagnosa : Ny.S 25 th P2A0H2 inpartu kala IV keadaan
umum ibu baik
 Masalah : tidak ada
 Kebutuhan : Dokumentasi Kala IV

III. ANTISIPASI MASALAH


Tidaka ada

IV. TINDAKAN SEGERA


Tidak ada

V. PERENCANAAN

140
Tanggal : 06-01-2024 pukul : 20.05 wib
1) Informed consent
2) Periksa apakah ada laserasi/tidak
3) Observasi perdarahan,kontraksi dan TTV ibu
4) Ajarkan ibu dan keluarga untuk melakukan masase uterus,
5) Bereskan alat dan Dekontaminasi semua peralatan.
6) Rapikan dan bersihkan ibu.
7) Menganjurkan keluarga untuk memberi makan dan minum pada ibu.
8) Dokumentasikan semuanya dan lengkapi partograf.

VI. PELAKSANAAN
Tanggal : 06-01-2024 pukul : 20.10 wib
1) Menjelaskan atas tindakan yang akan dilakukan pada ibu.
2) Memeriksa apakah ada laserasi jalan lahir/tidak dengan menggunakan kasa
steril. Dan jika ada laserasi lakukan heacting.
3) Observasi apakah perdarahan normal/tidak. Perdarahan normal <500 cc.
Kontraksi uterus harus baik, dan mengobservasi TTV (TD,N,R,S) ibu
setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua.
4) Mengajarkan ibu dan keluarga cara masase uterus, dengan cara masase
uterus searah jarum jam. Agar uterus tidak menjadi lembek dan mampu
berkontraksi dengan baik.
5) Membereskan semua peralatan mencuci dan dekontaminasi alat dengan
cara DTT/ strerilisasi.
6) Merapikan ibu dan membersikan ibu dengan air DTT, mengganti pakaian
ibu dengan pakaian bersih.
7) Menganjurkan keluarga untuk memberikan makan dan minum pada ibu
untuk memulihkan stamina ibu.
8) Mendokumentasikan semua tindakan yang telah dilakukan dan lengkapi
partograf.

VII. EVALUASI

141
Tanggal : 06-01-2024 pukul : 22.00 wib
1) Ibu menyetujui atas tindakan yang dilakukan.
2) Tidak ada laserasi jalan lahir.
3) Observasi telah dilakukan dan keadaan umum ibu dan bayi baik.
4) Ibu dan keluarga telah mengetahui cara masase uterus dan telah
melakukan nya.
5) Peralatan sudah dibereskan dan di sterilkan.
6) Ibu telah dirapikan dan bersih.
7) Ibu telah mendapatkan nutrisi
8) Dokumentasi telah dilakukan dan partograf telah dilengkapi.

142
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN
PADA IBU NIFAS Ny. S 25 tahun P2A0
DENGAN PERAWATAN PAYUDARA

NAMA MAHASISWA : Silvia Oktaviani

NIM : 223001080067

TGL/JAM PENGKAJIAN : Minggu, 07-01-2024 / 13.30 WIB

TEMPAT PENGKAJIAN : RSUD Bayung Lencir

PEMBIMBING AKADEMIK : Bdn.Subang Aini,S.Keb.,M.Kes

I. PENGUMPULAN DATA
DATA SUBJEKTIF
A. Identitas
- Nama Ibu : Ny.Septa - Nama Suami : Tn.Rio

- Umur : 25 th - Umur : 28 th

- Pendidikan : SMA - Pendidikan : SMA

- Agama : Islam - Agam : Islam

- Suku : Melayu - Suku : Melayu

- Pekerjaan : IRT - Pekerjaan : swasta

- Alamat : Simpang Bayat

B. Anamnese
Tanggal : 06-01-2024 Pukul : 13.30 Wib
Riwayat Persalinan : P2 A0 H2
Jenis Persalinan : Normal
Tgl Persalinan : 06-01-2024
Pukul : 19.20 Wib
Ditolong Oleh : Bidan
Lama Kala I : 9 Jam
Lama Kala II : 20 Menit

143
Lama Kala III :10 Menit
Lama Kala IV : 2 Jam
Data Bayi
BB/PB : 2155 gr/ 47 cm
JK : Laki-laki
Kelainan : Tidak ada

DATA OBJEKTIF

A. Keadaan Umum
Kesadaran : Composmentis
Keadaan Emosional : Stabil
Tanda Vital
TD : 110/70mmHg N : 80x/i
Temp : 36,6ºC R : 20x/i
B. Pemeriksaan Fisik
 Muka : Tidak ada cloasma gravidarum
Odema : Tidak ada
Konjungtiva : Merah muda
 Mulut dan Gigi : Bersih
 Kelenjar Thyroid : Tidak ada pembengkakan
 Dada : Simetris
Jantung : Tidak dikaji
Paru : Tidak ada whezing dan ronkhi
 Mammae
Kolostrum/ASI : Ada
Areola : Hiperpigmentasi
Putting Susu : Menonjol
Nyeri : Tidak ada
Massa : Tidak ada
 Abdomen
Kontraksi : Baik

144
TFU : 2 Jari dibawah pusat
Striae : Ada
 Anogenetal
Kebersihan : Bersih
Perineum : Tidak ada luka
Anastesi : Tidak ada
Jenis Jahitan : Tidak ada
Jenis Benang : Tidak ada
Tanda Infeksi : Tidak ada
Lochea : Ada
Jenis : Rubra
Jumlah : 3x ganti pembalut
Bau : Khas
 Ekstremitas Bawah
Odema : Tidak ada
Kaku sendi : Tidak ada
Kemerahan : Tidak ada
Varises : Tidak ada
 Pola Kehidupan Sehari-hari
Nutrisi : Seimbang
Pola Makan : 3x sehari
Diet : Tidak ada
Perubahan Nafsu Makan : Tidak ada
 Pola Eliminasi
BAB :7x/hari Pukul : -
BAK : 3x/hari Pukul : -
 Istirahat
Siang : ±2 Jam
Malam : ±8 Jam
Psikologis : Normal
 Riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita

145
Jantung : Tidak ada
Tekanan Darah Tinggi : Tidak ada
Hepar : Tidak ada
DM : Tidak ada
 Pemeriksaan Laboratorium
HB : Tidak dikaji
Gol. Darah :A

II. INTERPRESTASI DATA DASAR, DIAGNOSA, MASALAH DAN


KEBUTUHAN
DATA DASAR
- DS : Ibu mengatakan telah melahirkan pukul 19.20 wib
Ibu mengatakan melahirkan anak kedua
Ibu merasa senang dan lega sudah melahirkan anaknya
- DO :
TTV
TD : 110/70 mmHg N : 80x/i
S : 36,6ºC R : 20x/i
K/U : Baik
Kesadaran Compormentis
DIAGNOSA : Ny.D umur 20 th P1 A0 H1 Post partum 1 hari keadaan
umum Ibu baik
MASALAH : Tidak ada
KEBUTUHAN: - Istirahat yang cukup
- perawatan payudara
- Personal hygiene

III.ANTISIPASI MASALAH
Tidak ada
IV. TINDAKAN SEGERA
Tidak ada

146
V. PERENCANAAN
Tanggal : 06-01-2024 Pukul : 13.35 Wib
1. Informed consent
2. Beritahu ibu hasil pemeriksaan
3. beri penkes tentang :
- nutrisi
- Istirahat
- personal hygiene
- Perawatan Payudara
- Perawatan Bayi sehari-hari
- asi ekslusif
- tanda bahaya pada masa nifas
4. Anjurkan ibu untuk menyusui yang benar
5. Anjurkan ibu untuk mobilisasi dini
6. Menganjurkan ibu melakukan kunjungan ulang ke dua pada
tanggal 12-01-2024

VI. PELAKSANAAN
Tanggal : 06-01-2024 Pukul : 13.40 Wib
1. Meminta persetujuan pada ibu atas tindakan yang akan di lakukan
2. Memberi tahu tentang hasil pemeriksaan
TTV
TD : 110/70 mmHg S : 36,6ºC
N : 80x/i R : 20x/i
Kontraksi : Baik
3. Memberi pankes tentang
a. Nutrisi
Menganjurkan ibu untuk mengonsumsi makanan-makanan
yang bergizi dan seimbang seperti: nasi, lauk-pauk, sayuran
hijau, buah-buahan dan susu. Untuk ibu yang sedang
menyusui supaya memperlancar ASI dan memperlancar

147
BAB dapat makan-makanan yang berseratseperti buah
pepaya, pisang, dll dan makan-makanan yang mengandung
kecang-kacangan serta sayuran hijau
b. Personal Hygine
Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga personal hygine nya
dengan cara minimal mandi 2 x seharai, menjaga
kebersihan didaerah kewanitaan, menggantikan celana
dalam bila terasa lembab, mengajarkan ibu cara cebok dari
depan kebelakag lalu dikeringakn dengan handuk bersih.
Dan mencuci tangan setiap sebelum dan sesudah
mebersihkan daerah genetalia.
c. Perawatan payudara
 Bersihkan dan tarikkan putting susu keluar terutama untuk
putting susu yang datar
 Ketuk-ketuk sekeliling putting susu dengan ujung-ujung
jari
 Kedua telapak tangan dibasahi dengan minyak kelapa
 Kedua telapak tangan diletakkan di antara kedua payudara
 Pengurutan dimulai ke arah atas, samping, telapak tangan
kiri kea rah sisi kiri, telapak tangan kanan arah sisi kanan.
 Pengurutan diteruskan samping, selanjutnya melintang,
telapak tangan mengurut ke depan, kemudian dilepas dari
kedua payudara.
 Telapak tangan kanan kiri menolong payudara kiri,
kemudian jari-jari tangan kanan sisi kelingking mengurut
payudara ke arah putting susu.
 Telapak tangan kanan menopang payudara dan tangan
lainnya menggengam serta mengurut payudara dari arah
pangkal kea rah putting susu.
d. Asi Ekslusif

148
Mennganjurkan ibu untuk memberikan ASI Ekslusif selama
6 bulan tanpa adanya makanan tambahan pemdamping ASI
apapun seperti: susu formula,jeruk, madu, air teh, air putih
dan pemberian tambahan makanan seperti pepaya, pisang,
biskuit, bubu nasi dan tim. Dan berikan ASI minimal setiap
2 jam sekali berikan bahkan bila perlu tanpa adanya jadwal
sekalipun.
e. Tanda Bahaya Nifas
 Suhu tubuh >37,5ºC, muntah dan rasa sakit waktu berkemih
 Keluar cairan yang berbau dari vagina
 Kepala yang sering sakit
 Penglihatan kabur
 Payudara mengalami bendungan ASI
 Odema pada wajah atau ekstermitas
f. Istirahat
Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup minimal pada
siang hari ± 2jam dan malan hari ± 8 jam serta hindarilah
melakukan pekerjaan yang berat dan terlalu melelahkan.
4. Mengajarkan ibu untuk teknik menyusi dengan benar
- Sebelum menyusui air susu di keluarkan sedikit kemudian di
ileskan ke putting
- Kemudian letakkan bantal di atas pangkuan ibu
- Ibu duduk di kursi yang mempunyai sandaran,usahakan kaki ibu
tidak menggantung
- Bayi di pegang di belakang bahunya dengan satu tangan kepala
bayi di letakkan pada lipatan siku sementara bokong bayi di tahan
dengan telpak tangan ibu
- Letakkan putting di ujung bibir & biarkan bayi yang
mencarinya,setelah itu ketika bayi sudah membuka sediit mulut &
mendapatkan putting arahkan ibu jari k eke payudara & bantu bayi
mengisap susu sampai ke areola agar susu ibu tidak lecet

149
- Lakukan bergantian kepada payudarah sebelahnya kemudian
sendawakan bayi
5. Menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi dini dengan miring
kanan dan kiri serta melakukan gerakan-gerakan kecil,agar otot ibu
tidak kaku.
6. menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang kedua yaitu pada
tanggal 12-01-2024

VII. EVALUASI
Tanggal: 06-01-2024 Pukul : 14.30 Wib
1. Informed consent telah di lakukan
2. Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaan nya
3. Ibu telah mengerti tentang pankes yang di berikan
4. Ibu telah mengerti tentang tekhnik menyusui yang benar
5. Ibu bersedia melakukan mobilisasi
6. Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang yang kedua pada tanggal
12-01-2024

150
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR IBU PADA BAYI Ny. S
DENGAN PERAWATAN BBLR
DI RSUD BAYUNG LENCIR
TAHUN 2024

NAMA MAHASISWA :Silvia Oktavani

NIM : 223001080076

TGL/JAM PENGKAJIAN : Sabtu, 06-01-2024 / 21.00 WIB

TEMPAT PENGKAJIAN : RSUD Bayung Lencir

PEMBIMBING AKADEMIK : Bdn.Subang Aini,S.Keb.,M.Kes

1. PENGKAJIAN DATA
A. DATA SUBJEKTIF
1. IDENTITAS BAYI

a. Nama bayi : By.Ny. Septa

Tanggal/jam lahir : 06-01-2024 / 19.20 wib

Jenis kelamin : Laki-laki

Anak ke : kedua

b. Identitas orang tua

- Nama Ibu : Ny.Septa - Nama Suami : Tn.Rio

- Umur : 25 th - Umur : 28 th

- Pendidikan : SMA - Pendidikan : SMA

- Agama : Islam - Agam : Islam

- Suku : Melayu - Suku : Melayu

- Pekerjaan : IRT - Pekerjaan : swasta

- Alamat : Simpang Bayat

151
2. ANAMNESE
a. Keluhan Utama :Tidak ada
b. Riwayat persalinan
- Ibu dengan P A H : P2H1
- Persalinan ditolonng oleh :Bidan
- Jenis persalinan :Normal
- Tempat persalinan :RSUD Bayung Lencir
- Lama persalinan
- Lama kala I :9 jam
- Lama kala II :20 menit
- Lama kala III :10 menit
- Lama kala IV :2 jam
c. Riwayat penyakit kehamilan
- Perdarahan :Tidak ada
- Pre eklamsia :Tidak ada
- Eklamsia :Tidak ada
- Penyakit kelamin :Tidak ada
- Diabetes militus :Tidak ada
- Hepatitis :Tidak ada
- Lain-lain :Tidak ada
d. Kebiasaan sewaktu hamil
- Makan :3x sehari
- Obat-obatan :Tidak ada
- Jamu :Tidak ada
e. Keadaan bayi baru lahir APGAR SCORE : menit 1. Menit 5

Tanda 0 1 2 Jumlah

Menit 1 Frekuensi jantung []Tidak ada []<100x/I [√]>100x/i


Usaha bernafas []Tidak ada [v]Lambat tidak teratur []Menangis kuat 7
Tonus otot []Lumpuh []Eks. Fleksi sedikit [v]Gerakan aktif

152
Refleks []Tidak bereaksi [√]Gerakan aktif []Batuk/bersin
Warna []Tidak ada [√]Tubuh kemerahan tangan []Kemerahan
dan kaki biru

Menit 5 Frekuensi jantung []Tidak ada []<100x/i [√]>100x/i


Usaha bernafas []Tidak ada [v]Lambat tidak teratur []Menangis kuat
Tonus otot []Lumpuh []Eks. Fleksi sedikit [√]Gerakan aktif 8
Refleks []Tidak ada [v]Gerakan aktif []Batuk/bersin
Warna []Tidak ada []Tubuh kemerahan tangan [√]Kemerahan
dan kaki biru

f. Resusitasi
- Penghisap lendir :Ada
- Ambu :Tidak ada
- Massage jantung :Tidak ada
- Intubasi endrotraheal :Tidak ada
- Oksigen :Tidak ada
- Terapi :Tidak ada
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
- Keadaan Umum :Baik
- Pernapasan :40 x/i
- Hr/Nadi :140 x/i
- Suhu :36,0˚C
2. Antropometri
- Berat badan :2155 gram
- Panjang badan :47 cm
- Lingkar Kepala :30 cn
- Lingkar dada :28 cm
- Lingkar lengan atas :10 cm
3. Refleks
- Moro :Ada/(+)
- Rooting :Ada/(+)

153
- Graps :Ada/(+)
- Sucking :Ada/(+)
- Tonick neck :Ada/(+)
- Walking :Ada/(+)
4. Eliminasi
- Miksi : belum ada
- Mekonium : belum ada
2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
- Simetris :Ya
- Ubun-ubun besar :Ada
- Ubun-ubun besar :Ada
- Caput :Tidak ada
- Sephalohematoma :Tidak ada
- Kelainan :Tidak ada
b. Mata
- Simetris :Ya
- Kelainan :Tidak ada
- Perdarahan :Tidak ada
- Kelainan :Tidak ada
c. Hidung
- Lubang :Ada
- Cuping hidung :Ada
- Cairan/pengeluaran :Tidak ada
- Kelainan :Tidak ada
d. Mulut
- Bibir :Ada
- Palatum :Ada
- Gusi :Merah muda
- Kelainan :Tidak ada
e. Telinga

154
- Simetris :Ya
- Pengeluaran :Tidak ada
- Lubang :Ada
- Daun telinga :Ada
- Kelainan :Tidak ada
f. Leher
- Pembengkakan :Tidak ada
- Kelainan :Tidak ada
g. Dada
- Simetris :Simetris
- Bunyi nafas :Ronchi
- Bunyi jantung :Wheeizing
- Kelainan :Tidak ada
h. Perut
- Bentuk :Simetris
- Tali pusat :Bersih
- Pengeluaran :Tidak ada
- Pembuluh darah :Tidak ada
- Kelainan :Tidak ada
i. Punggung
- Bentuk :Simetris
- Kelainan :Tidak ada
j. Kulit
- Warna :Kemerahan
- Turgor :Normal
- Lanuago :Ada
- Vernik caseosa(lemak) :Ada
k. Ekstremitas
- Jari-jari :Lengkap
- Gerakan :Aktif
- Kelainan :Tidak ada

155
l. Genetalia
Pria Wanita
- Scrotum : Ada -Labia :-
- Penis : Ada -Vagina :-
- Lubang penis : Ada -Kelainan :-
m.Anus
- Lubang anus :Ada
- Kelainan :Tidak ada

II :IDENTIFIKASI DATA DASAR, DIAGNOSA, MASALAH DAN


KEBUTUHAN

Data dasar

 Data subjektif : BBLR lahir spontan segera menangis usia 2 jam


 Data Objektif :
- K/U : baik
- J/K : Laki-laki
- Anus :(+)
- Cacat :(-)
- APGAR SCORE :7/8
- TTV
- RR :40 x/i
- N :140 x/i
- S :36,0˚C
- Antopometri
- BB :2155 gram
- PB :47 cm
- LK :30 cm
- LD :28 cm
- LL :10 cm
 Diagnosa :By. Ny.S BBLR usia 2 jam lahir spontan segera
menangis keadaan umum bayi baik .

156
 Masalah : hipotermi dan infeksi tali pusat
 Kebutuhan :
- Jaga kehangatan
- Perawatan BBLR
- Perawatan tali pusat
- Pemberian ASI secara on demand
III :ANTISIPASI MASALAH DAN DIAGNOSA POTENSIAL

Pada kasus bayi baru lahir dengan bayi berat lahir rendah, diagnosa potensial
bila berat badan tidak naik, ini tidak terjadi diagnosa potensial karena bayi dalam
inkubator sehingga suhu tubuh bayi masih normal (Walyani, S.E. 2015). Pada
kasus bayi Ny.”S” ditemukan masalah potensial terjadi hipotermi dan infeksi pada
tali pusat.

IV :TINDAKAN SEGERA

Penanganan atau tindakan yang harus dilakukan pada kasus bayi Ny.”S” yaitu
kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk mengatasi terjadinya hipotermi dan
pemberian terapi seperti injeksi Vitamin K 1 mg, pemberian salep mata.

V :PERENCANAAN

Tanggal : 06-01-2024 Pukul : 21.05 wib

1. Informed consent
2. Jaga kehangatan tubuh bayi
3. Lakukan pemeriksaan antropometri pada bayi
4. Memberikan injeksi Vit K 0,5 mg dan salep mata
5. Lakukan perawatan BBLR
6. Edukasi ibu cara melakukan perawatan tali pusat dirumah

VI :PELAKSANAAN

Tanggal : 06-01-2024 Pukul : 21.10 wib

1. Melakukan informed consent kepada klien atas tindakan yang akan dilakukan.
2. Menjaga kehangatan bayi

157
a. Dengan cara tidak memandikan bayi sebelum 6 jam setelah kelahiran dan
selalu beri kehangatan dengan kontak langsung pada ibu
b. Mengenakan sarung tangan, sarung kaki, dan topi lalu bedong bayi
3. Melakukan pemeriksaan Antropometri
BB :2155 gram
PB :47 cm
LK :30 cm
LD :28 cm
LL :10 cm
4. Memberi tahu hasil pemeriksaan
a. Pernafasan : 40 x/i
b. Nadi : 140 x/i
c. Suhu : 36,0ºC
5. Memberikasn injeksi Vit K dengan dosis 0,5 ml di paha sebelah kiri bagian
luar untuk mencegah terjadinya perdarahan pada otak. Memberikan obat salep
mata pada bayi untuk mencegah terjadinya infeksi pada mata bayi.
6. Melakukan perawatan pada bayi baru lahir rendah (BBLR) dengan cara:

 Melakukan rawatan di incubator dengan suhu 34oC


 Pantau KU dan TTV bayi per 3 jam
 Observasi BAK dan BAB bayi
 Pantau daya isap bayi
 Segera mengganti baju atau popok bayi bila basah
 Merawat tali pusat bayi dengan kasa steril 2x sehari
 Lakukan penimbangan BB bayi setiap pagi
 Penuhi nutrisi bayi dengan ASI secara on demand atau setiap 2 jam

7. Mengajarkan ibu untuk merawat tali pusat bayi saat dirumah dengan cara:
a. Selalu mengganti kassa setiap kali sehabis mandi
b. Jangan biarkan tali pusat basah atapun lembab

158
c. Jangan berikan ramuan apapaun pada tali pusat karna akan menyebabkan
infeksi pada tali pusat bayi

VII :EVALUASI

Tanggal: 06-01-2024 Pukul : 21.30 wib

1. Informed consent telah dilakukan dan keluarga maupun ibu menyutujui nya
2. Bayi telah terjaga kehangatannya dan keluarga mengerti cara perawatabayinya
3. Pemeriksaan antropometri telah di lakukan
4. Kehangatan tubuh bayi sudah terjaga
5. Pemeriksaan antropometri pada bayi sudah dilakukan
6. Bayi sudah diberikan injeksi Vit K 0,5 mg dan salep mata
7. Bayi sudah dirawat diruangan perinatologi
8. Ibu sudah mengetahui cara melakukan perawatan tali pusat dirumah

Diketahui, Jambi, Januari 2024


CI Akademik Mahasiswa

Bdn. Subang Aini N, S.Keb,. M.Kes SILVIA OKTAVIANI

NIDN. 0106018503 223001080076

159
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 PEMBAHASAN ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN

Available online at:


https://jurnal.globalhealthsciencegroup.com/index.php/JPPP/article/download/
2284/1728/

NY. P, 35 TAHUN DENGAN G4P1A2 HAMIL 32 MINGGU DENGAN

IUGR

1. Pengkajian Data
Pada langkah pengakajian data ini dimana pertama kali dilakukan dalam
langkah varney. Pengkajian data terdiri dari pengkajian data berupa
identitas pasien, dilakukan pemeriksaan fisik pada pasien dimana ibu
dalam keadaan normal, data subjektif ibu mengatakan hamil anak kedua,
HPHT: 03-04-2023, TP: 08-01-2024

2. Interprestasi Data
Dalam langkah varney yang kedua yaitu interprestasi data terdiri dari
diagnosa Kehamilan IUGR pada Ny.S G2P1A0 hamil 39-40 minggu
janin Tunggal hidup intra uteri presentasi kepala, keadaan umum baik.
Data Dasar :
DS:
 Ibu mengatakan hamil anak kedua
 Ibu mengatakan selama hamil tidak mau makan
DO:
TD : 120/80 mmHg S : 36,5 °C

N : 70 x/i RR: 20x/i

LILA : 28 cm

- Auskultasi
DJJ : 138 x/i
- Perkusi
Reflek patella kanan/kiri (+/+)
- Palpasi :

160
- Leopold I : tfu 25 cm, fundus teraba lunak, bulat dan tidak
melenting (bokong)
- Leopold II : abdomen kanan teraba panjang, memapan dan
tidak terputus-putus (punggung)
Abdomen kiri teraba tonjolan tonjolan kecil dan terputus-putus
(ekstremitas)
- Leopold III: bagian terbawah teraba bulat, keras dan melenting
(kepala), sudah masuk PAP.
- Leopold IV : sudah masuk PAP Hodge III
- Diagnosa : Ny. S 25 thn G2 P1 A0, hamil 39-40 minggu janin
tunggal hidup intra uterine presentasi kepala dengan
kehamilan IUGR

3. Identifikasi Masalah Potensial


Kemungkinan diagnosa atau masalah potensial yang timbul adalah:
 Janin lahir mati (IUFD)
Dasar : karena kelainan plasenta dan lilitan tali pusat serta mal nutrisi
pada ibu
 Partus Prematur
Dasar : kehamilan belum cukup bulan
 BBLR
Dasar : kehamilan belum aterm dan berat badan janin kurang dari normal

4. Identifikasi Rujukan Atau Antisipasi Kemudian


Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh Bidan atau dokter dan
atau untuk dikonsulkan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan lain yang sesuai dengan kondisi pasien

5. Intervensi atau Perencanaan Asuhan Kebidanan


Adapun langkah kelima dalam varney yaitu intervensi atau perencanaan
yang dilakukan pada Ny.S yaitu sesuai kebutuhan yaitu: Informed
consent, edukasi tentang asupan nutrisi yang baik dan bergizi, edukasi
tentang persiapan persalinan, edukasi tentang tanda bahaya kehamilan
trimester III

6. Pelaksanaan Asuhan Kebidanan

161
Langkah varney yang keenam yaitu melakukan implementasi atau
pelaksanaan yaitu sesuai intervensi

7. Evaluasi Asuhan Kebidanan


Langkah terakhir dalam varney yaitu evaluasi dimana evaulasi ini
dilakukan setelah implementasi telah dilakukan

Kasus Ny. S sesuai dengan jurnal Anggita Dwi Paramitha yang


berjudul “NY. P, 35 TAHUN DENGAN G4P1A2 HAMIL 32 MINGGU
DENGAN IUGR” Intrauterine Growth Restriction (IUGR) merupakan
suatu keadaan berat lahir kurang dari persentil 10 pada estimated fetus
weight (EFW), oligohidroamnion, abnormal Doppler dan jarak kecepatan
pertumbuhan kurang dari 3 persentil. Studi ini merupakan laporan kasus,
didapatkan Ny. P, 35 tahun dengan G4P1A2 Hamil 32 Minggu dengan
IUGR ke Ponek RS Abdul Moeloek dan telah diberikan Dexamethasone
12 mg/24 jam selama 2 hari untuk pematangan paru. Pada pemeriksaan
fisik: Palpasi Leopold I didapatkan teraba bagian lunak dan bulat kesan
bokong, TFU 25 cm. Leopold II teraba bagian datar memanjang pada sisi
kanan, kesan punggung. Leopold III teraba bagian bawah bulat, keras,
melinting, kesan kepala. Leopold IV didapatkan kepala sudah masuk PAP
dengan penurunan 3/5. HIS 3X10’X30” regular, taksiran berat janin
(TBJ) = 2015 gram. Auskultasi Detak Jantung Janin (DJJ) (+) 137
x/menit. Kesan Janin tunggal hidup intrauterine, bagian janin pada kepala
sudah masuk PAP, punggung kanan. Pada pemeriksaan dalam: porsio
lunak, pendataran 80%, pembukaan 5 cm, ketuban (+), bagian terbawah
adalah kepala, penurunan H-II dan penunjuk adalah Ubun Ubun Kecil.
Pada pukul 18.25 WIB pasien melahirkan secara pervaginam, lahir bayi
laki laki dengan APGAR score 4/5, Berat Badan Lahir (BBL) 1200 gram,
PB 37 cm, anus (+), cacat (-).
Selama dilakukan asuhan kebidanan kehamilan pada Ny.S dengan
kehamilan IUGR, ibu sangat kooperatif atas tindakan yang diberikan dan
memberikan kepercayaan pada bidan serta mau mengungkapkan
permasalah secara terbuka, sehingga diagnosa tersebut telah dilakukan
intervensi dan implementasi, sehingga diagnosa masalah dapat teratasi
dikarenakan adanya kerjasama yang baik dari klien dan keluarga. Dalam
asuhan ini tidak ada kesenjangan teori maupun praktik.

162
4.2 PEMBAHASAN ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN

Available online at

file:///E:/PROFESI%202/326878-analisis-penerapan-asuhan-persalinan-nor-
77a96237.pdf

ANALISIS PENERAPAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN) DI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DOKTER SOEDARSO PONTIANAK
TAHUN 2018

Asuhan Persalinan Normal merupakan asuhan persalinan yang bersih dan aman

mulai dari kala I sampai dengan kala IV. Kematian maternal dan kematian

perinatal merupakan cermin kemampuan dalam memberikan pelayanan kesehatan

di tengah masyarakat khususnya dalam pertolongan persalinan oleh bidan.

Proses persalinan merupakan pengalaman emosi dan melibatkan mekanisme

fisik dan psikologi pada ibu melahirkan. Persalinan normal merupakan suatu

peristiwa yang menegangkan bagi kebanyakan wanita. Seorang ibu, terutama ibu

dengan kehamilan pertama atau primigravida cenderung merasa takut pada saat

menghadapi persalinan (Wahyuningsih, 2014)

Selain itu, persalinan dikatakan normal apabila tidak ada penyulit saat proses

bersalin berlangsung seperti, bayi terlilit plasenta, dan lain – lain (Sukarni dan

Wahyu, 2015).

Fase Laten merupakan tahap pertama kali pembukaan jalan lahir, yaitu serviks

membuka dengan ukuran 0 – 4 cm dalam waktu 20 jam pada ibu primipara dan 10

– 14 jam pada ibu multipara.

163
Fase aktif merupakan fase ketika pembukaan serviks mulai dari 4 – 10 cm

dalam waktu sekitar 5 jam pada ibu primipara dan sekitar 2 jam pada ibu

multipara. Pada fase terakhir yaitu fase transisi yaitu fase keluarnya plasenta dan

janin melalui jalan lahir dan pada fase ini kontraksi yang terjadi intensitasnya

lebih ringan dari pada fase sebelumnya.

Pada persalinan Ny. S usia 25 tahun tergolong persalinan normal. Dapat

dilihat pada askeb persalinan Ny. S tidak terlihat adanya tanda-tanda persalinan

yang patologi. Pada fase aktif Ny. S pembukaan servik dari 4 cm menjadi

pembukaan lengkap lamanya sekitar 9 jam. Ini masih dianggap fisiologis karena

pada teori dijelaskan bahwa serviks membuka dari 4 cm sampai 10 cm memiliki

kecepatan rata-rata 1 cm perjam pada primigravida dan pada multi gravida bisa

hingga 2 cm per jam. Pada pemeriksaan janin, yaitu penghitungan DJJ, didapat

DJJ dari janin Ny. D normal yaitu berkisar 130-140x/menit. Ini selaras dengan

teori pemeriksaan janin. Kismoyo, dkk (2014) mengatakan bahwa DJJ normal

adalah berkisar 120-160 x/menit.

Setelah kala 2 dan kala 3 selesai, Ny. S dipantau selama 2 jam untuk

memastikan keadaannya baik-baik saja. Data yang didapat pada pemantauan kala

4 yaitu Kondisi ibu baik, TD 120/80 mmHg, N : 84 kali/menit, S: 37 derajat

celcius. TFU : 3 jari dibawah pusat, kontraksi baik, kandung kemih kosong. Ini

menandakan bahwa, pada pemantauan kala 4 Ny. S tidak mengalami masalah

apapun selama 2 jam postpartum.

164
4.3 PEMBAHASAN ASUHAN KEBIDANAN NIFAS

Available online at :
https://jurnal.untan.ac.id

Pengaruh Perawatan Payudara Terhadap Pengeluaran Air Susu Ibu (ASI)


Pada Ibu Nifas

Selama dilakukan asuhan kebidanan pada Ny “S” ibu Post Partum dengan
perawatan payudara , ibu sangat kooperatif atas tindakan yang diberikan dan
memberikan kepercayaan pada saya serta mau mengungkapkan permasalah secara
terbuka, sehingga diagnosa tersebut telah dilakukan intervensi dan implenetasi,
sehingga diagnosa masalah dapat teratasi dikarenakan adanya kerjasama yang
baik dari ibu dan keluarga sehingga dapat mendukung keberhasilan program
asuhan kebidanan.

Dari hasil Penelitian yang dilakukan oleh Teodora Br Tarigan ( 2019 )


berdasarkan pengetahuan dapat disimpulkan bahwa dari 25 responden sebagian
besar responden berpengetahuan cukup sebanyak 14 orang (56%), berpengetahuan
baik sebanyak 2 orang (8%), dan berpengetahuan kurang sebanyak 9 orang (36%).
Dari hasil penelitian Gambaran Pengetahuan berdasarkan umur dapat disimpulkan
bahwa responden sebagian besar yang berpengetahuan baik sebanyak 1 orang
(4%) ditemukan pada umur 20-35 tahun, dan berpengetahuan kurang sebanyak 8
orang (32%). 3. Dari hasil penelitian Gambaran Pengetahuan berdasarkan
Pendidikan dapat disimpulkan bahwa responden sebagian besar yang
berpengetahuan baik sebanyak 1 orang (4%) pada pendidikan SMA, dan
berpengetahuan kurang sebanyak 4 orang (16%). Dari hasil penelitian Gambaran
Pengetahuan berdasarkan pekerjaan dapat disimpulkan bahwa responden sebagian
besar yang pengetahuan baik sebanyak 1 orang (4%) ditemukan pada pekerjaan
IRT, dan berpengetahuan kurang sebanyak 8 orang (32%). Dari hasil penelitian
Gambaran Pengetahuan berdasarkan sumber informasi dapat disimpulkan bahwa
responden sebagian besar pengetahuan baik sebanyak 2 orang (8%) ditemukan
pada sumber informasi dari tenaga kesehatan, dan berpengetahuan kurang
sebanyak 3 orang (12%).

165
Penelitian yang dilakukan oleh Siti Nur Soleha (2019) Hasil penelitian ini
sejalan dengan teori yang menyebutkan bahwa gerakan pada perawatan payudara
bermanfaat melancarkan reflek pengeluaran ASI. Kegiatan ini juga merupakan
cara yang efektif untuk meningkatkan jumlah ASI pada payudara. Selain itu juga
dapat mencegah terjadinya bendungan ASI pada payudara.Hal tersebut sejalan
dengan yang dikemukakan oleh Eti Rochaeti pada penelitiannya di tahun 2009
yaitu Ibu yang melakukan perawatan payudara ternyata semua menunjukkan
produksi ASI kategori cukup.

Penelitian yang dilakukan oleh Ade ayu Prawita (2018) Berdasarkan tabel
2 didapatkan mayoritas ibu memiliki sikap negatif sebanyak 20 orang (66,7%)
dengan tidak melaksanakan perawatan payudara sebanyak 18 orang (60,0%) dan
melaksanakan perawatan payudara sebanyak 2 orang (6,7%). Dari hasil uji Chi-
square di dapatkan nilai p-value =0,001<α=0,05, sehingga dapat di simpulkan
ada Sikap Ibu Nifas Tentang Perawatan Payudara Dengan Pelaksanaan Perawatan
Payudara Di Klinik Pratama Niar Medan Tahun 2017.

Berdasarkan penerapan asuhan ibu nifas dengan Ny.D ibu memiliki sikap
positif dalam diri ibu mengenai baik atau tidaknya melaksanakan perawatan
payudara pada bayi dan dirinya. Dalam asuhan ini tidak ada kesenjangan teori
maupun praktik.

166
4.4 PEMBAHASAN ASUHAN KEBIDANAN BBL

Available online at

https://jurnal.itk-avicenna.ac.id/index.php/jkma/article/download/43/31
Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir dengan Kasus Bayi Berat Lahir
Rendah di RSU Dewi Sartika Kota Kendari Tahun 2022

Bab ini akan menguraikan pembahasan manajemen asuhan kebidanan

yang dilakukan di RSUD Bayung Lencir. Pembahasan ini penulis akan membahas

berdasarkan pendekatan manajemen asuhan kebidanan dengan tujuh langkah,

yaitu identifikasi Data Dasar identifikasi diagnosa/masalah aktual, identifikasi

diagnosa/masalah potensial, melaksanakan tindakan segera/kolaborasi,

merencenakan tindakan asuhan kebidanan, melaksanakan tindakan asuhan

kebidanan dan mengevaluasi asuhan kebidanan.

A. Langkah I Identifikasi Data Dasar

Identifikasi data dasar merupakan proses manajemen asuhan kebidanan

yang ditujukan untuk pengumpulan informasi baik fisik, psokososial dan spiritual.

Informasi yang diperoleh mengenai data-data tersebut penulis dapatkan dengan

mengadakan wawancara langsung dari klien dan keluarganya serta Sebagian

bersumber dari pemeriksaaan fisik yang dimulai dari kepala sampai ke kaki dan

pemeriksaan penunjang (Mangkuji dkk, 2012:5).

Tahap ini dilakukan identifikasi data dasar (pengkajian) yang merupakan

langkah pertama yang dilakukan untuk mengumpulkan semua informasi yang

akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien

mengenai By” S”, baik orang tua maupun bidan dan dokter yang ada diruangan

167
dapat memberikan informasi secara terbuka sehingga memudahkan untuk

memperoleh data yang diinginkan sesuai dengan permasalahan yang diangkat.

Data yang diambil dari studi kasus By ”S” dengan Bayi Berat Lahir Rendah

(BBLR) selama bayi dirawat di RSUD Bayung Lencir meliputi:

HPHT tangggal 03-04-2023, taksiran persalinan tanggal 08-01-2024 anak

kedua dan tidak pernah keguguran selama hamil tidak pernah memeriksakan

kehamilannya, tidak pernah mendapatkan imunisasi TT, selama hamil tidak

pernah mengkomsumsi tablet Fe, selama hamil ibu mengatakan tidak mau makan,

tidak pernah menderita riwayat penyakit yang serius. Bayi lahir normal, umur

kehamilan 39-40 minggu, presentasi belakang kepala dengan berat badan 2155

gram, jenis kelamin laki-laki lahir pada tanggal 06-01-2024 pukul 19.20 wib.

Umur 2 jam dirawat di inkubator , keadaan umum bayi lemah, berat badan

2155 gram, panjang badan 47 cm, reflex menghisap dan menelan lemah dan bayi

belum menghisap putting susu ibu, tanda-tanda vital: Denyut jantung 140x/i,

pernapasan 44x/i, suhu 36,5 º C, dada sesuai dengan gerakan nafas, keadaan tali

pusat masih basah, tidak ada kelainan pada genetalia, gerakan tangan dan

kaki baik, integrasi kulit tampak tipis, lemak kulit kurang, tampak kemerahan,

dan tidak ada lanugu, dan bayi di beri ASI eksklusif oleh ibunya.

Faktor janin: kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini, cacat

bawaan, kelainan kromosom, infeksi (misal: rubella, sifilis, toksoplasmosis),

insufensi plasenta, inkompatibilitas darah ibu dari janin (faktor rhesus, golongan

darah A, B, dan O), dan infeksi dalam rahim. Selain faktor ibu dan janin ada pula

faktor lain: faktor plasenta, plasenta previa, solusi plasenta, faktor lingkungan

168
(radiasi dan zat-zat beracun) dan faktor keadaan sosial ekonomi yang rendah

(kebiasaan, pekerjaan yang melelahkan dan merokok (Rukiyah, dkk, 2013: 244).

Bayi berat lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya

saat lahir kurang dari 2.500 gram (sampai dengan 2.499 gram) (Rukiah, dkk,

2013:26). Berat bayi lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang memiliki berat badan

2500 gram atau kurang saat lahir (Williamson, R, & Kenda, C, 2013:4).

Berdasarkan tinjauan teoritis dan studi kasus pada By “S“ dengan bayi berat

badan lahir rendah (BBLR) ditemukan banyak persamaan dengan tinjauan teoritis

dan studi kasus sehingga tidak terjadi perbedaan yang menyebabkan By ‟S‟

dengan bayi berat lahir rendah (BBLR).

B. Langkah II Merumuskan diagnosa atau masalah aktual

Masalah aktual merupakan identifikasi diagnosa kebidanan dan masalah

berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan

(Nurhayati dkk,2013). Dalam langkah ini data yang diinterpretasikan menjadi

diagnosa kebidanan dan masalah keduanya digunakan karena beberapa masalah

tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi membutuhkan penanganan yang

dituangkan dalam rencana asuhan kebidanan.

Berdasarkan data yang diperoleh diagnosa atau masalah aktual pada By

‟S‟‟ adalah BCB/SMK/SPT/PBK, bayi berat lahir rendah (BBLR). Bayi dengan

berat badan 2155 gram dengan konsep teori bahwa bayi berat lahir rendah adalah

bayi yang lahir dengan berat badan 1500 gram sampai 2500 gram, maka hal ini

sesuai dengan data yang ada yang menandakan bayi tersebut adalah bayi berat

lahir rendah (BBLR) (Amiruddin, R, & Hasmi, 2014:141). Umur 1 hari berat

169
badan 2000 gram, umur 2 hari berat badan 2000 gram, umur 3 hari berat badan

2000 gram, umur sepuluh hari berat badan 2100 gram, dengan konsep teori

bahwa bayi berat lahir rendah adalah bayi yang berat badannya kurang dari 2500

gram (Fauziah, A, 2013: 3).

Bayi lahir secara normal, presentasi belakang kepala, masa gestasi 39-40

minggu yaitu BCB/SMK/SPT/PBK, dengan konsep teori bahwa neonatus cukup

bulan (NCB) adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan diatas 37 minggu dan

sesuai masa kehamilan (SMK) adalah berat badan sesuai dengan berat badan

untuk usia kehamilan, maka hal ini sesuai data yang ada yaitu dari tanggal HPHT

ibu/klien 03-04-2023 sampai klien melahirkan yaitu pada tanggal 06-01-2024

masa gestasinya adalah 39-40 minggu dimana berada antara 38 sampai 40 minggu

dan di tunjang dengan pemeriksaan ballard skor yang menandakan bayi tersebut

adalah neonatus cukup bulan dan sesuai masa kehamilan. Menurut teori bayi yang

lahir dengan usia kehamilan diatas 37 minggu dengan berat badan dibawah 2500

gram adalah bayi berat badan lahir rendah (BBLR) Penerapan tinjauan pustaka

dan studi kasus By “S” secara garis besar tampak adanya persamaan (Maryunani,

A, 2013).

C. Langkah III Merumuskan diagnosa/masalah Potensial

Berdasarkan tinjauan pustaka manajemen kebidanan adalah

mengidentifikasi adanya masalah potensial yaitu mengantisipasi segala sesuatu

yang mungkin terjadi (Nurhayati dkk, 2013). Pada langkah ini, kita

mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian

diagnosis dan masalah yang sudah terindentifikasi, berdasarkan temuan tersebut,

170
bidan harus siap apabila didiagnosa masalah tersebut benar-benar terjadi

(Mangkuji dkk, 2012:6).

Konsep dasar Berat Badan lahir Rendah yang dilakukan di RSUD Bayung

Lencir selama 3 hari kunjungan perlu diantisipasi terjadinya hipotermi dimana

hipotermi dapat terjadi karena hanya sedikit lemak tubuh dan pengaturan suhu

tubuh pada bayi baru lahir belum matang. Potensi terjadinya Hipoglekemia

dimana hipoglekemia terjadi karena sedikitnya energi pada bayi sehingga BBLR

membutuhkan ASI sesegera mungkin setelah lahir. Potensi terjadinya

Hiperbilirubinemia dapat terjadi karena fungsi hati belum matang. potensi

terjadinya infeksi diangkat menjadi masalah potensial karena adanya data yang

menunjang munculnya diagnosa tersebut yaitu dari bayi sendiri dimana

permukaan kulit bayi masih tipis sehingga mudah kehilangan panas baik melalui

konduksi, konveksi, evaporasi dan radiasi, serta ditunjang dengan fasilitas yang

ada di ruangan bayi yang belum memadai (Maryunani, A, 2013)

Adapun masalah potensial yang harus diantisipasi pada saat kunjungan

dirumah yaitu: potensi terjadinya hipotermi, dimana pada saat dirumah kita

mengantisipasi terjadinya hipotermi, hipotermi ini dapat terjadi karena hanya

sedikit lemak tubuh dan pengaturan suhu tubuh pada bayi belum matang serta

kehilangan panas disebabkan oleh permukaan tubuh bayi yang kurang relatif lebih

luas, potensi terjadinya hipoglekemia, hipoglekemia dapat terjadi karena

sedikitnya simpanan energy pada bayi sehingga bayi harus diberikan ASI secara

on demand dan membutuhkan ASI sesegera mungkin, potensial terjadinya infeksi,

171
bayi rentan terkena infeksi baik di Puskesmas maupun d rumah terutama pada

bayi BBLR, oleh karena itu perlu diantisipasi terjadinya infeksi.

Bayi rentan terhadap berbagai penyakit infeksi yang disebabkan oleh

beberapa faktor, seperti riwayat kehamilan ibu dengan komplikasi riwayat

kelahiran (persalinan lama dan persalinan dengan tindakan) serta riwayat bayi

baru lahir (trauma lahir dan prematur), penyakit infeksi terutama pada bayi

dengan BBLR dapat menyebar dengan cepat danmenimbulkan angka kematian

yang tinggi. Hasil penelitian di wilayah Puskesmas Sumberasih menunjukkan

bahwa terdapat 58,3% bayi meninggal yang mempunyai penyakit infeksi disertai

dengan kondisi BBLR

Berdasarkan data yang diperoleh dari pengkajian data tidak ada perbedaan

dengan tinjauan kepustakaan yang ditemukan pada kasus, dimana prognosis Bayi

Berat Lahir Rendah tergantung dari cara penanganannya.

D. Langkah IV Identifikasi perlunya Tindakan Segera dan Kolaborasi

Menurut mangkuji dkk (2012), perlunya tindakan segera dan kolaborasi

dilakukan jika klien mengalami penyakit atau keluhan yang mengancam maka

dilakukan segera atau kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya untuk

menanggani kasus BBLR. Tidak ada yang memberikan indikasi adanya

tindakan segera Dimana harus menyelamatkan jiwa klien, berupa kolaborasi

dengan kesehatan yang lebih professional sesuai dengan keaadan klien ataupun

konsultasi dengan dokter.

Menurut teori tindakan segera/kolaborasi, jika dalam keadaan tertentu

terjadi kejadian hipotermi, hipoglikemia, hiperbilirubenemia, gangguan

172
pernapasan idiopatik (Penaykit membrane hialin), maka perlu dilakukan tindakan

tergantung keadaan bayi. Pada By ”S” tidak dilakukan tindakan segera/kolaborasi

karena kondisi bayi tidak memerlukan tindakan tersebut.

Pemantauan ini tidak dilakukan tindakan segera/kolaborasi karena kondisi

bayi tidak memerlukan tindakan tersebut namun harus dilakukan pemantauan

dirumah seperti mengobservasi tanda-tanda vital bayi, menimbang berat badan

bayi dan menganjurkan ibu untuk menyusui secara on demand. Namun jika

keadaan bayi terjadi seperti hipotermi, hipoglekimia, hiperbilirubenemia, kejang

maka perlu dilakukan tindakan segera/kolaborasi dengan dokter sehingga dapat

terlihat adanya kesesuaian antara pelaksanaan tindakan dengan yang seharusnya

menurut teori yang ada.

E. Langkah V Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan

Manajemen asuhan kebidanan suatu rencana tindakan yang komprehensif

dilakukan termasuk atas indikasi apa yang timbul berdasarkan kondisi klien,

rencana tindakan harus disetujui klien dan semua tindakan yang diambil harus

berdasarkan rasional yang relevan dan diakui kebenarannya (Nurhayati dkk,

2013).

Dalam membuat perencanaan ini ditemukan tujuan dan kreteria yang akan

dicapai dalam menerapkan asuhan kebidanan pada bayi “S” dengan Bayi Berat

lahir rendah, cukup bulan/sesuai masa kehamilan, ini tidak berbeda dengan teori

dimana rencana asuhan kebidanan dikembangkan berdasar pada intervensi dan

rasional sesuai dengan masalah aktual dan potensial pada bayi dengan Berat Lahir

Rendah, cukup bulan/sesuai masa kehamilan.

173
Pada kasus bayi “S” penulis merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan

diagnosa/masalah aktual dan potensial yang dilakukan di Puskesmas yaitu sebagai

berikut: cuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh bayi, observasi tanda-tanda

vital, timbang berat badan bayi, rawat tali pusat bayi, kaji adanya tanda-tanda

infeksi, observasi eliminasi bayi, ganti popok bayi saat basah, anjurkan ibu

pertahankan suhu badan bayi, berikan nutrisi pada bayi, anjurkan kepada ibu

untuk selalu memberikan ASI ekslusif pada bayinya selama 6 bulan dan

komsumsi sayur-sayuran hijau seperti daun katuk agar produksi asi lancar,

ajarkan kepada ibu cara menyusui yang baik dan benar, ajarakan ibu tentang

metode kangguru, anjurkan kepada ibu untuk menjaga personal hygine pada diri

dan bayinya, beritahu kepada ibu tentang tanda- tanda bahaya bagi bayi, anjurkan

kepada ibu untuk menyusui bayinya secara on demend, anjurkan kepada ibu dan

keluarga agar selalu menjaga kebersihan bayinya dengan mencuci tangan sebelum

dan sesudah memegang bayinya, anjurkan dan ajarkan kepada ibu cara masase

uterus.

Rencana asuhan kebidanan selanjutnya yaitu melakukan kunjungan kepada

bayi untuk memantau keadaannya setelah pulang kerumah apakah berat badannya

terjadi peningkatan atau tidak.Rencana asuhan yang diberikan yaitu anjurkan ibu

untuk selalu memberikan ASI eksklusif pada bayinya secara on demand,

menganjurkan ibu untuk mempertahankan suhu tubuh bayinya dengan cara

membedongnya, timbang berat badan bayi dan periksa TTV bayi, anjurkan ibu

untuk selalu menjaga personal hygine diri dan bayinya, anjurkan kepada ibu untuk

selalu mencuci tangan apabila menyentuh bayinya, anjurkan ibu untuk mengganti

174
pakaian dan popok jika telah BAB/BAK, menganjurkan kepada ibu agar tidak

memberikan makanan tambahan pada bayinya selama 6 bulan.

Berdasarkan tinjauan teoritis asuhan yang diberikan bayi dengan berat badan

lahir rendah (BBLR) adalah tindakan umum pada BBLR. Secara umum yaitu

memepertahankan tubuh dengan ketat karena bayi mudah mengalami hipotermi,

maka itu suhu tubuhnya harus dipertahankan dengan ketat, mencegah infeksi

dengan ketat karena bayi BBLR sangat rentan akan infeksi. Adapun prinsip –

prinsip pencegahan infeksi adalah termasuk cuci tangan sebelum memegang bayi,

pengawasan nutrisi (ASI) refleks menelan bayi BBLR belum sempurna dan sangat

lemah, sehingga pemberian nutrisi harus di lakukan dengan cermat. Sebagai

langkah awal jika bayi BBLR bisa menelan adalah tetesi ASI dan jika bayi BBLR

belum bisa menelan segera rujuk (rujuk ke rumah sakit jika bayi BBLRnya di

tangani di Puskesmas).

Penimbangan ketat, perubahan berat mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi

dan erat kaitannya dengan daya tahan tubu, oleh sebab itu penimbangan berat

badan harus dilakukan dengan ketat. Kebutuhan cairan untuk bayi baru lahir

adalah 120-150 ml/kg/hari atau 100-120ml/kg/hari. Pemberian dilakukan secara

bertahap sesuai dengan kemampuan bayi untuk segera mungkin mencukupi

kebutuhan cairan/kalori. Selain itu kapasitas lambung bayi BBLR sangat kecil

sehingga minum harus sering diberikan tiap jam. Perhatikan apakah selama

pemberian minum bayi menjadi cepat lelah, menjadi biru atau perut

membesar/kembung.

175
Hasil penelitan Dian Insana Fitri dkk, pertumbuhan menurut status gizi

didapatkan bahwa bayi yang diberikan ASI eksklusif mempunyai pertumbuhan

normal lebih banyak dari pada bayi yang diberiakn ASI non eksklusif . Pada bayi

yang mendapatkan ASI ekslusif sebesar 73,3% pertumbuhan normal dan 26,7%

pertumbuhannya kurang sedangkan bayi yang diberikan ASI non eksklusif

diperoleh 62,9% dengan pertumbuhan normal 37,1% adalah pertumbuhan kurang.

Nilai OR 1,62, artinya bayi yang mendapatkan ASI ekslusif berpeluang

mendapatkan pertumbuhan normal. 1,62 kali lebih besar jika dibandingkan

dengan bayi ASI non eksklusif (Dian Insana fitri dkk, Vol. 3 issue 2).

Menurut Sitiatava Rizema putra, dalam pengantar buku Asuhan Neonatus

Bayi dan Balita untuk keperawatan dan kebidanan. Bayi

(neonatus) dan anak sangat rentang terserang penyakit. Hal ini dikarenakan

mereka belum memiliki daya imun (kekebalan) yang sempurna. Bahkan banyak

dari mereka yang tidak bisa tertolong. Oleh karena itu dapat dipastikan bahwa

mereka membutuhkan perawatan yang tepat dan komprehensif. Perlu diketahui

bahwa disekitar kita banyak sekali sumber penyakit yang dapat menjadi faktor

terjangkitnya suatu penyakit dan yang paling umum dan sering terjadi pada bayi

di akibatkan oleh bakteri dan virus. Dimana bakteri dan virus tersebut bisa datang

dari perawatan bayi yang kurang tepat (Rizema, 2012 : 12).

Rencana tindakan sudah disusun berdasarkan diagnosa/masalah aktual dan

potensial, hal ini menunjukkan tidak ada kesenjangan antara tinjauan teori dengan

tinjauan manajemen Asuhan kebidaanan pada penerapan studi kasus di lahan

praktek.

176
F. Langkah VI Implementasi Asuhan Kebidanan

Berdasarkan tinjauan manajemen Asuhan kebidanan bahwa

melaksanakan rencanakan tindakan harus efisien dan menjamin rasa aman pada

klien. Implementasi dapat dilaksanakan seluruhnya oleh bidan ataupun sebagian

dilaksanakan ibu serta kerjasama dengan tim kesehatan lainnya sesuai dengan

tindakan yang telah direncanakan (Mangkuji dkk, 2012). Pada saat dilakukan

tindakan pada bayi, yang pertama dilakukan yaitu mencuci tangan sebelum dan

sesudah melakukan tindakan untuk pencegahan terjadinya infeksi.

Pada studi kasus By ”S” dengan berat badan lahir rendah semua

tindakan yang telah direncanakan seperti mempertahankan suhu tubuh bayi

dengan ketat, melakukan pengawasan nutrisi, mencegah infeksi dengan ketat,

melakukan penimbangan serta pemantauan tanda-tanda vital dan memberikan

bimbingan dan penyuluhan kepada ibu dan keluarga selama berada di Puskesmas

dan d rumah, dapat dilaksanakan seluruhnya dengan baik tanpa ada hambatan

karena adanya kerjasama dan penerimaan yang baik dari klien serta adanya

dukungan dari keluarga dan petugas kesehatan di ruang bayi di Puskesmas

jumpandang Baru Makassar.

G. Langkah VII Evaluasi Hasil Asuhan

Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses manajemen Asuhan

kebidanan, keberhasilan dan ketepatan tindakan terdapat dalam tahap ini. Dalam

tahap ini pula kita dapat melakukan reassessment terhadap tindakan-tindakan

yang belum berhasil/tidak tepat.

177
Dengan demikian dapat terlihat bahwa proses manajemen Asuhan

kebidanan yang diterapkan pada bayi ”S” dengan Bayi Berat Lahir Rendah,

cukup bulan/sesuai masa kehamilan cukup berhasil dan efektif.

178
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan selama kehamilan,

bersalin, nifas, dan bayi baru lahir pada Ny “S” pada tanggal 06-07 Januari

2024 dapat disimpulkam sebagai berikut :

5.1.1 Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Trimester III

Masa kehamilan Ny “S” adalah nonfisiologis. Antenatal care (ANC)

dilakukan secara teratur sesuai dengan referensi, tetapi terdapat kesenjangan

karena pemeriksaan kehamilan dengan standart 10T tidak lengkap, Bidan

telah menganjurkan ibu untuk periksa labaratorium di puskesmas tetapi ibu

tidak melakukannya. Masa kehamilan Ny “S” berjalan dengan tidak baik,

kehamilan IUGR karena selama hamil ibu malas atau tidak mau makan. Hasil

pengkajian data subyektif, ibu hamil anak kedua dengan usia kehamilan 39-

40 minggu, berdasarkan data obyektif secara keseluruhan terdapat keluhan

TFU yang tidak sesuai dengan masa kehamilan, dari data subyektif dan

obyektif dapat ditegakkan diagnosa Ny “S” G2P1A0 usia kehamilan 39-40

minggu janin, tunggal, hidup dengan kehamilan IUGR.

5.1.2 Asuhan Kebidanan Pada Persalinan

Asuhan kebidanan persalinan dimulai dari kala I sampai kala IV. Hasil

pengkajian data subyektif ibu memasuki masa persalinan pada usia kehamilan

39-40 minggu, berdasarkan data obyektif secara keseluruhan tidak ada

179
masalah apapun dan termasuk dalam kategori normal. Hasil dari data

subyektif dan obyektif dapat ditegakkan diagnosa Ny “S” G2P1A0 usia

kehamilan 39-40 minggu inpartu kala I fase aktif dilatasi maksimal janin

tunggal, hidup, presentasi kepala, keadaan ibu dan janin baik. Bayi lahir

spontan, langsung menangis pada pukul 19.20 WIB, plasenta lahir lengkap

pada pukul 19.35 WIB dan tidak ada pedarahan. Dilakukan dengan 58

langkah asuhan persalinan nomal (APN) dan didokumentasikan dalam

partograf.

5.1.3 Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas

Asuhan kebidanan pada masa nifas dilakukan sebanyak 4 kali

kunjungan yaitu, 6 jam post partum, 4 hari post partum, 16 hari post partum,

29 hari post partum. Hasil pengkajian data subjektif, masa nifas berjalan

dengan lancar sesuai dengan tahapan, ASI keluar lancar, keluhan mulas yang

dirasakan ibu selama masa nifas termasuk dalam batas normal tidak ada

komplikasi apapun. Berdasarkan data objektif secara keseluruhan tidak ada

masalah apapun dan termasuk dalam kategori normal. Hasil dari data

subyektif dan obyektif ditegakkan Ny “S” P 2 dengan nifas normal. Asuhan

yang diberikan sesuai dengan kebutuhan ibu seperti pemenuhan nutrisi ibu

nifas, personal hygiene, istirahat, pengenalan tanda bahaya dan anjuran

pemberian ASI ekslusif pada bayi serta perencanaan KB pasca persalinan.

5.2.3 Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir (BBL)

Bayi lahir pukul 19.20 wib, spontan, langsung menangis, tonus otot

baik, kulit berwarna merah muda, jenis kelamin laki-laki, bayi baru lahir

180
rendah (BBLR) dalam perawatan BBLR diruangan Perinatologi. Hasil dari

data subyektif dan obyektif ditegakkan diagnosa neonatus cukup bulan berat

badan rendah (BBLR). Asuhan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan bayi

baru lahir rendah yaitu menjaga kehangatan bayi, pantau KU dan TTV

bayiper 3 jam dan mengajari ibu cara memandikan bayinya, menganjurkan

ibu untuk tetap mempertahankan suhu tubuh bayi agar tetap hangat,

menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI setiap 2 jam atau sesering

mungkin selama 6 bulan tanpa makanan/minuman lain, menganjurkan ibu

cara merawat tali pusat, mengenali ibu tentang tanda bahaya pada bayi,

menjelaskan pada ibu pentingnya imunisasi pada bayi yaitu untuk mencegah

berbagai macam penyakit, menganjurkan ibu untuk membawa bayi ke

Posyandu secara rutin untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan

bayinya.

Saran

5.2 Bagi penulis

Diharapkan penulis dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

dalam memberikan asuhan dan mengatasi masalah bila ada kesenjangan pada ibu

hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir serta dapat mengaplikasikan teori-teori

dilapangan praktik.

5.3 Bagi RSUD Bayung Lencir

Diharapkan bagi bidan maupun tenaga medis dilapangan dapat memberikan

asuhan secara menyeluruh, sehingga dapat mendeteksi dan mencegah komplikasi

terutama saat masa kehamilan, persalinan, nifas, serta bayi baru lahir.

181
5.4 Bagi Universitas Adiwangsa Jambi

Diharapkan bagi institusi pendidikan, laporan kasus ini dapat menjadi bahan

referensi bagi mahasiswa dalam meningkatkan proses pembelajaran dan data

dasar untuk asuhan komprehensif selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ade ayu Prawita (2018) Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Nifas Tentang
Perawatan Payudara Dengan Pelaksanaan Perawatan Payudara; Prodi D4
Kebidanan Fakultas Farmasi dan Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia,
Medan http://ejournal.helvetia.ac.id/index.php/jbk

Ai Yeyeh Rukiyah ( 2018 ) Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas ; Jakarta

Andina Vita Sutanto( 2019); Asuhan Kebidanan Masa Nifas; Jakarta

Asri, Dwi dan Cristine Clervo P. 2012. Asuhan Persalinan Normal Plus Contoh
Askeb dan Patologi Persalinan,Yogyakarta : Nuha Medika

Baety, Aprilia Nurul. 2012. Kehamilan dan persalinan.Yogyakarta : Graha Ilmu,


Bothamley,Judy dan Maureen Boyle. 2013. Patofisiologi dalam Kebidanan
(Medical Conditins Affering Pregnancy and Childbirth). Jakarta : Buku
Kedokteran EGC

Heni, Ummi, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta :
Salemba Medika

Manuaba, Ida Ayuhandranita.,Ida Bagus Gde Fajar Manuaba., Ida Bagus Gde
Manuaba. 2015. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB, Jakarta:
EGC.

Mangkuji, Betty, dkk. 2014. Asuhan Kebidanan 7 Langkah SOAP, Jakarta : ECG

Miardiawati. 2011. Asuhan keperawatan maternitas. Salemba Medika : Jakarta

Pudiastuti, Dewi.2015. Asuhan Kebidanan Pada Hamil Normal Patologi.


Yogyakarta : Nuha Medika.

182
Prawirohardjo, Sarwono.2013.Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka

___________________. 2014. Ilmu kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka

Rukiya, Ai, Yeyeh. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan. Jakarta. TIM

Saifudin, A. 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharodjo

Th.Endang, Purwoastuti. 2014., dkk. Konsep Kebidana ,Yogyakarta : PB

Trisunarsih. Dewi,Vivian Nanny Lia., 2012. Asuhan Kehamilan untuk Kebidanan,


Jakarta : Salemba Medika

Agustin1, Nelly. 2019. Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kejadian


Hipertensi Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Susukan
Kecamatan Susukan Kabupaten Cirebon Tahun 2019. Jurnal Ilmu
Kesehatan : Cirebon

Ari, Desi. 2020. Hubungan Sikap dan Pengetahuan Ibu Hamil dalam Perawatan
Keputihan di Puskesmas Gedong Tataan. Jurnal Wacana Kesehatan :
Jakarta

Kusumawardani, Amelia, dkk. 2020, Evidence Based Midwifery dalam Praktek


Kebidanan. Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Hlm.1

Mahanani, Srinalesti. 2015. Perawatan Organ Reproduksi dan Kejadian


Keputihan pada Ibu Hamil. Stikes Rs. Baptis Kediri

Masruroh. 2015; Praktik Keterampilan Asuhan Kebidanan Nifas Dilengkapi


Dengan Jobsheet Dan Daftar Tilik; Yogyakarta

Natia; 2018;ASI Dan Panduan Ibu Menyusui; Yogyakarta;Nuha Medika

Rahayu, Indah. 2020. Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny “L” Dengan


Kehamilan Normal Di Pbm Siti Zulaikah, Sst Desa Jogoroto Kecamatan
Jogoroto Kabupaten Jombang. Jurnal Kebidanan. Jombang

Siti Nur Soleha (2019) Pengaruh Perawatan Payudara Terhadap Produksi ASI Ibu
Nifas The Effect of Breast Care on Breast Milk Production of Postpartum
Mother.

183
Teodora Br Tarigan ( 2019 ) Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas Tentang
Perawatan Payudara Di Klinik Mariana Sukadono; Medan

WHO. 2014. Maternal Maortalit. World Healt Organization

WHO. 2017. Maternal Motality. Available at:


https://www.who.int/news-room/factsheets/detail/maternal-mortality.

Weni; 2018; ASI, Menyusui Dan Sadari; Yogyakarta; Nuha Medika

184
LAMPIRAN PARTOGRAF

185
DOKUMENTASI ASKEB KEHAMILAN

186
DOKUMENTASI ASKEB PERSALINAN NORMAL

187
DOKUMENTASI ASKEB BBL

188
DOKUMENTASI ASKEB NIFAS

189
LEMBAR BIMBINGAN

190
PRAKTIK KLINIK PROFESI BIDAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ADIWANGSA JAMBI
TAHUN AKADEMIK 2023-2024

Nama : Silvia Oktaviani


NIM : 223001080076
Ruangan : RSUD Bayung Lencir
Stase : Continuity Of Care (COC)
CI Akademik : Bdn.Subang Aini,S.Keb.,M.Kes

No Hari/Tanggal Follow Up Pembimbing TTD CI


Akademik

Diketahui,
Kaprodi Pendidikan Profesi Bidan

Bdn. Devi Arista,S.Keb.,M.Kes


NIK. 1010300715007

191
LAMPIRAN JURNAL KEHAMILAN

192
193
194
195
196
197
LAMPIRAN JURNAL PERSALINAN

198
199
200
201
202
203
204
205
206
207
208
209
210
LAMPIRAN JURNAL BBL

211
212
213
214
215
216
217
LAMPIRAN JURNAL NIFAS

218
219
220
221
222
223
224
225
226

Anda mungkin juga menyukai