Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN TUGAS ASUHAN KEBIDANAN MASA NIFAS NORMAL

PADA NY. “R” P1A0 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKATANI


KABUPATEN BEKASI TAHUN 2022

OLEH:
ATIK ARYANTI
NIM: 210704104

PROGRAM STUDI PROFESI KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


ABDI NUSANTARA JAKARTA
TAHUN 2022
LEMBAR PERSETUJUAN LAPORAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN MASA NIFAS NORMAL PADA NY. “R” P1A0
DI PUSKESMAS KECAMATAN SUKATANI KAB BEKASI TAHUN 2022

Telah disetujui, diperiksa, dan siap diujikan dihadapan Tim penguji

Pembimbing 1

(Feva Tridiyawati, M. Kes, M. Keb)


0318027603
LAMPIRAN
PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Ny. r

Tempat tanggal lahir : Bekasi, 11 Juli 2003

Alamat : Kp. Blokang Desa Sukamanah Kecamatan Sukatani

Bersama ini menyatakan kesediaannya untuk dilakukan tindakan dan prosedur pengobatan

pada diri saya persetujuan ini saya berikan setelah mendapat penjelasan dari petugas

kesehatan yang berwenang di fasilitas Kesehatan tersebut diatas.

Demikian surat persetujuan ini saya buat tanpa paksaan dari pihak manapun dan agar dapat di

dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bekasi, 20 Agustus 2022

Mengetahui

Pemeriksa Pembuat pernyataan

ATIK ARYANTI RUKIYAH


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya

akhirnya penulis dapat menyelesaikan Tugas dengan judul Asuhan Kebidanan Masa Nifas

Normal Pada Ny. ”R” P1A0 Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukatani Kabupaten Bekasi Tahun

2022.

Dalam penyusunan Laporan Kasus penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Khairil Walid, M.Pd, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Abdi Nusantar

Jakarta.

2. Ibu Lia idealistiana, SKM, STT, MARS, Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Abdi

Nusantar Jakarta.

3. Ibu Maryani, M.Keb, Kaprodi Profesi Kebidanan Abdi Nusantara Jakarta.

4. Dr. Pulung Kusumayudha, Kepala PKM Kecamatan Sukatani yang telah memberikan izin

kepada penulis untuk pengambilan data.

5. Ibu Peva Tridiawati, M, Kes, M.Keb, Pembimbing II yang telah memberikan masukan,

perngarahan, dan bantuan kepada penulis dalam melakukan perbaikan – perbaikan.

6. Suami dan anak – anak tercinta, serta keluarga besar yang selalu mendoakan dan

membantu dengan tulus ikhlas.


Penulis berusaha untuk dapat menyelesaikan Tugas ini dengan sebaik–baiknya, namun

demikian penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangannya. Hal ini dikarenakan

keterbatasan yang ada pada penulis baik pengalaman, pengetahuan dan waktu. Untuk itu kritik

dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun demi perbaikan yang akan datang sangat

diharapkan.

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala amal yang telah diberikan dan

semoga Tugas ini bermanfaat bagi penulis maupun pihak lain yang membutuhkan.

Bekasi, 20 Agustus 2022

Penyusun
Atik Aryanti
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Masa nifas merupakan masa yang dilalui oleh setiap wanita setelah melahirkan.
Masa ini berlangsung sejak plasenta lahir sampai dengan 6 minggu setelah kelahiran atau
42 hari setelah kelahiran. Masa ini merupakan masa yang rawan bagi ibu, sekitar 60%
kematian ibu terjadi setelah melahirkan dan hampir 50% dari kematian pada masa nifas
terjadi pada 24 jam pertama setelah persalinan. Pada masa tersebut dapat terjadi
komplikasi persalinan baik secara langsung maupun tidak langsung. Masa nifas ini
merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga kesehatan khususnya bidan untuk selalu
melakukan pemantauan terhadap ibu karena pelaksanaan yang kurang maksimal dapat
menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah, bahkan dapat berlanjut pada komplikasi
masa nifas seperti sepsis puerperalis. Jika ditinjau dari penyebab kematian ibu, infeksi
merupakan penyebab kematian terbanyak nomor dua setelah perdarahan sehingga sangat
tepat jika tenaga kesehatan memberikan perhatian yang tinggi pada masa ini.

Faktor penyebab terjadinya infeksi nifas diantaranya, daya tahan tubuh yang
kurang, perawatan nifas yang kurang baik, kurang gizi/mal nutrisi, hygiene yang kurang
baik, serta kelelahan. Sedangkan faktor penyebab utama terjadinya infeksi pada masa
nifas ialah adanya perlukaan pada perineum (Rini Hariani, 2020). Pelayanan kesehatan ibu
nifas harus dilakukan minimal tiga kali sesuai jadwal yang dianjurkan, yaitu pada enam jam
sampai dengan tiga hari pasca persalinan, pada hari ke empat sampai dengan hari ke-28 pasca
persalinan, dan pada hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 pasca persalinan. Upaya ini terbukti
telah menyelamatkan lebih dari separuh ibu bersalin dan bayi baru lahir disertai dengan
penyulit proses persalinan atau komplikasi yang mengancam keselamatan jiwa (Maritalia,
2017). Jenis pelayanan kesehatan ibu nifas yang diberikan terdiri dari: pemeriksaan tanda vital
(tekanan darah, nadi, nafas, dan suhu), pemeriksaan tinggi puncak rahim (fundus uteri),
pemeriksaan lokhia dan cairan pervaginam lain, pemeriksaan payudara dan pemberian anjuran
ASI eksklusif, pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kesehatan ibu nifas dan bayi
baru lahir, termasuk keluarga berencana pasca persalinan.

Tanda-tanda bahaya postpartum (nifas) adalah suatu tanda yang abnormal yang
mengindikasikan adanya bahaya atau komplikasi yang dapat terjadi selama masa nifas,
apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu. Tanda-
tanda bahaya postpartum yaitu perdarahan postpartum, infeksi pada masa postpartum,
lochea yang berbau busuk (bau dari vagina), sub involusi uterus (pengecilan uterus yang
terganggu), nyeri pada perut dan pelvis, pusing dan lemas yang berlebihan, sakit kepala,
nyeri epigastrik, penglihatan kabur, suhu tubuh ibu lebih dari 38 derajat celcius, payudara
yang merah dan terasa sakit, kehilangan nafsu makan dalam waktu lama, pembengkakan
di wajah maupun ekstremitas (Wahyuningsih, 2018).

Perlunya kunjungan nifas karena bidan dapat memberikan asuhan


kebidanan selama masa nifas melalui kunjungan rumah, untuk membantu ibu dalam
proses pemulihan dan memperhatikan kondisi bayi terutama penanganan tali pusat atau
rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan
mengenai masalah kesehatan secara umum, kebersihan, makanan bergizi, perawatan bayi
baru lahir, pemberian ASI, imunisasi dan KB. Dengan pemantauan melekat dan asuhan
pada ibu dan bayi pada masa nifas dapat mencegah beberapa kematian ibu.

Angka Kematian Ibu di Indonesia menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2019
mencapai 305 per 100.000 kelahiran hidup, dan dari Hasil Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 menunjukkan AKB 24 per 1.000 kelahiran
hidup. Penyebab kematian ibu terbanyak adalah perdarahan (1.280 kasus), hipertensi
dalam kehamilan (1.066 kasus), infeksi (207 kasus), sedangkan penyebab kematian
neonatal terbanyak adalah kondisi berat badan lahir rendah (BBLR). Penyebab kematian
lainnya di antaranya asfiksia, kelainan bawaan, sepsis, tetanus neonatorium, dan lainnya.
(Kementrian Kesehatan RI, 2019).

Upaya yang dilakukan untuk mengurangi angka kematian ibu melahirkan di


Indonesia adalah dengan cara melaksanakan suatu kegiatan untuk meningkatkan
pemberdayaan masyarakat melalui kader kesehatan. Melalui upaya keterlibatan dan
pemberdayaan masyarakat (kader kesehatan). Oleh karena itu, sebagai tenaga kesehatan
yang dinilai paling dekat dengan wanita, bidan diharapkan dapat memberikan pelayanan
kesehatan dengan baik. Tujuannya ialah untuk menekan angka kematian ibu dan
menaikkan derajat kesehatan masyarakat indonesia khususnya pada perempuan.

Hasil Laporan ini diperoleh ibu tidak mengalami komplikasi dalam masa nifasnya
tetapi hanya keluhan fisiologis yang dialami ibu seperti mules pada perut ibu, nyeri pada
luka perineum dan pengeluaran ASI yang masih sedikit. Setelah dilakukan asuhan
kebidanan, pasien menerima dan memahami serta melaksanakan anjuran yang telah
diberikan.

1.2. Tujuan dan Pembelajaran

1.2.1. Tujuan Umum


Memberikan asuhan kebidanan postpartum (nifas) pada Ny. R di Puskesmas Sukatani
Kabupaten Bekasi dengan baik. Tujuannya ialah untuk menekan angka kematian ibu dan
menaikkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia khususnya pada perempuan dengan
menggunakan metode pathway dan SOAP.
1.2.2. Tujuan Khusus
a. Bidan mampu melaksanakan pengkajian asuhan kebidanan postpartum (nifas) yang
sehat pada Ny. P.
b. Bidan mampu merumuskan diagnosa asuhan kebidanan konseling postpartum (nifas)
yang sehat pada Ny. P.
c. Bidan mampu merencanakan asuhan kebidanan konseling postpartum (nifas) yang
sehat pada Ny. P.
d. Bidan mampu melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan postpartum (nifas) yang
sehat pada Ny. P.
e. Bidan mampu melakukan evaluasi asuhan kebidanan konseling postpartum (nifas)
yang sehat pada Ny. P.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. Konsep Dasar


2.1.1. Teori Asuhan Kebidanan
Asuhan kebidanan adalah bantuan yang diberikan oleh bidan kepada individu, klien.
Kebidanan adalah bentuk pelayanan kesehatan yang komperhensif dan karakteristik
berdasarkan ilmu dan seni kebidanan yang ditujukan pada wanita atau khususnya dalam
masa prakonsepsi, masa kehamilan, masa nifas dan bayi baru lahir, upaya masa interval
dengan upaya promotif, preventative dan rehabilitatif baik secara individu, keluaarga,
kelompok masyarakat sesuai wewenang, tanggung jawab dan kode etik profesi bidan.
Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggungjawab
dalam memberikan pelayanan kepada klien yag mempunyai kebutuhan masalah dalam
bidang kesehatan ibu hamil, masa persalinan, masa nifas, bayi setelah lahir serta keluarga
berencana. (Depkes RI, 2014).
2.1.2. Macam-macam Asuhan Kebidanan
1. Asuhan komprehensif
adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara lengkap dengan adanya
pemeriksaan laboratorium dan konseling, mencakup 4 kegiatan pemeriksaan
berkesinambungan diantaranya adalah asuhan Antenatal Care, Intranatal Care,
Postnatal Care dan Neonatal Care.
2. Continuity of Care
Continuity of Care adalah asuhan yang mengutamakan kesinambungan pelayanan
yaitu seseorang mendapatkan pelayanan dari seorang professional yang sama atau
dari satu tim tenaga professional sehingga perkembangan kondisi mereka setiap saat
akan terpantau dengan baik, selain mereka juga menjadi lebih percaya dan terbuka
karena merasa sudah mengenal si pemberi asuhan.
2.1.3. Standar Asuhan Kebidanan
Standar asuhan kebidanan adalah acuan dalam proses pengambilan keputusan dan
tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup
praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan yang telah diatur dalam Keputusan
Menteri Kesehatan No. 938/Menkes/SK/VII/2007. Standar ini dibagi menjadi enam
diantaranya:
1. Standar I: Pengkajian
Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dan lengkap dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien saat ini. Pengkajian diharapkan
meliputi data yang tepat, akurat dan lengkap yang terdiri dari data subjektif dan data
objektif.
2. Standar II: Perumusan Diagnosa atau Masalah Kebidanan
Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian,
menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk menegakkan diagnosis dan
masalah kebidanan yang tepat sesuai kondisi pasien.
3. Standar III: Perencanaan
Berdasarkan diagnosis dan masalah yang telah ditegakkan, bidan kemudian
merencanakan asuhan kebidanan. Perencanaan yang akan dilakukan yaitu rencana
tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan kondisi pasien, tindakan segera,
tindakan antisipasi dan asuhan secara komprehensif, melibatkan pasien dan keluarga,
memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan pasien berdasarkan
evidence based
4. Standar IV: Implementasi
Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif, efektif dan
aman kepada pasien dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif
yang dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.
5. Standar V: Evaluasi
Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan untuk melihat
keefektifan asuhan yang sudah diberikan, sesuai dengan perubahan kondisi pasien
secara bertahap.
6. Standar VI: Pencatatan Asuhan Kebidanan
Bidan melakukan pencatatan asuhan secara lengkap, akurat, singkat dan jelas
mengenai keadaan dan temuan dalam memberikan asuhan kebidanan pencatatan
dilakukan setelah melakukan asuhan kebidanan.

2.2. Konsep Dasar Asuhan Kebidan


2.2.1. Definisi Nifas
- Masa nifas merupakan masa yang dimulai setelah persalinan selesai berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung selama
6 minggu (Kemenkes R.I, 2018).
- Masa nifas (PostPartum) adalah masa di mulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat kandungan kembali semula seperti sebelum hamil, yang berlangsung
selama 6 minggu atau 42 hari. Selama masa pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan
mengalami banyak perubahan fisik yang bersifat fisiologis dan banyak memberikan
ketidak nyamanan pada awal postpartum, yang tidak menutup kemungkinan untuk
menjadi patologis bila tidak diikuti dengan perawatan yang baik (Yuliana & Hakim,
2020).
2.2.2. Tujuan Asuhan Kebidanan Nifas
Tujuan asuhan kebidanan nifas yaitu: Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik secara
fisik maupun psikologis, dalam hal ini diperlukan peran keluarga dalam pemenuhan
nutrisi dan juga dukungan psikologis agar kesehatan ibu dan bayi selalu terjaga,
memberikan asuhan kebidanan yang sistematis yaitu dimulai dari pengkajian, interpretasi
data dan analisa masalah, perencanaan, penatalaksanaan dan evaluasi sehingga dapat
mendeteksi secara dini bila ada penyulit maupun komplikasi, kemudian melaksanakan
rujukan yang aman dan tepat ke fasilitas pelayanan yang dibutuhkan, memberikan
pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan nifas dan menyusui, kebutuhan
nutrisi, perencanaan jarak kelahiran, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya,
perawatan bayi sehat serta pelayanan keluarga berencana sesuai dengan pilihan ibu,
(Kemenkes R.I, 2018).
Dalam masa nifas ini, ibu memerlukan perawatan dan pengawasan yang dilakukan
selama ibu tinggal di rumah sakit maupun setelah keluar dari rumah sakit. Adapun tujuan
dari perawatan masa nifas menurut Sri Wahyuningsih, 2019, adalah sebagai berikut:
1. Mendeteksi adanya perdarahan masa nifas.
Tujuan perawatan masa nitas adalah untuk mendeteksi adanya kemungkinan adanya
pendarahan postpartum, dan infeksi, penolong persalinan harus waspada, sekurang-
kurangnya satu jam postpartum untuk mengatasi kemungkinan terjadinya komplikasi
persalinan. Umumnya wanita sangat lemah setelah melahirkan, lebih lebih bila partus
berlangsung lama.
2. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya.
Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis harus diberikan
oleh penolong persalinan ibu dianjurkan untuk menjaga kebersihan badan,
mengajarkan ibu bersalin bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun
dan air bersihkan daerah di sekitar vulva dahulu, dari depan ke belakang dan baru
sekitar anus. Sarankan ibu mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudahnya. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi sarankan ibu untuk
menghindari menyentuh daerah luka.
3. Melaksanakan skrining secara komprehensif.
Melaksanakan skrining yang komprehensif dengan mendeteksi masalah, mengobati
dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi. Bidan bertugas untuk
melakukan pengawasan kala IV yang meliputi pemeriksaan placenta, pengawasan
TFU, pengawasan PPV, pengawasan konsistensi rahim dan pengawasan KU ibu.
Bila ditemukan permasalahan maka segera melakukan tindakan sesuai dengan
standar pelayanan pada penatalaksanaan masa nifas.
4. Memberikan pendidikan kesehatan diri.
Memberikan pelayanan kesehatan tentang perawatan diri, nutrisi KB, menyusui,
pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat. Ibu postpartum harus
diberikan pendidikan pentingnya kebutuhan gizi ibu menyusui.
5. Memberikan pendidikan tentang laktasi dan perawatan payudara.
Menjaga payudara tetap bersih dan kering, menggunakan BH yang menyokong
payudara. Apabila puting susu lecet, oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada
sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui Menyusui tetap dilakukan mulai dan
putting susu yang tidak lecet. Lakukan pengompresan apabila bengkak dan
terjadinya bendungan.
2.2.3. Tahapan Masa Nifas
Tahapan nifas di bagi menjadi 3 bagian (Kemenkes R.I 2018), yaitu:
1. Immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam, fase ini merupakan fase
kritis, sering terjadi insiden perdarahan postpartum karena atonia uteri. Pada fase ini
bidan perlu melakukan pemantauan secara rutin yang meliputi kontraksi uterus,
pengeluaran lochea, kandung kemih, tekanan darah dan suhu.
2. Early postpartum (>24 jam – 1 minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri berjalan normal, tidak ada perdarahan,
lochea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu mendapat asupan makanan dan cairan
yang cukup sehingga dapat menyusui dengan baik.
3. Late postpartum
Bidan melakukan asuhan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling pemeriksaan
KB.

2.3. Perubahan Fisiologis Masa Nifas


Ibu dalam masa nifas mengalami perubahan fisiologis. Setelah keluarnya plasenta,
kadar sirkulasi hormon HCG (human chorionic gonadotropin), human plasental
lactogen, estrogen dan progesteron menurun. Human plasental lactogen akan menghilang
dari peredaran darah ibu dalam 2 hari dan HCG dalam 2 mingu setelah melahirkan.
Kadar estrogen dan progesteron hampir sama dengan kadar yang ditemukan pada fase
follikuler dari siklus menstruasi berturut-turut sekitar 3 dan 7 hari. Penarikan polipeptida
dan hormon steroid ini mengubah fungsi seluruh sistem sehingga efek kehamilan berbalik
dan wanita dianggap sedang tidak hamil (Walyani, 2017).
Perubahan- perubahan fisiologis yang terjadi pada ibu masa nifas menurut Walyani
(2017) yaitu:
1. Uterus
Uterus merupakan organ reproduksi interna yang berongga dan berotot, berbentuk
seperti buah alpukat yang sedikit gepeng dan berukuran sebesar telur ayam. Panjang
uterus sekitar 7-8 cm, lebar sekitar 5-5,5 cm dan tebal sekitar 2, 5 cm. Letak uterus
secara fisiologis adalah anteversiofleksio. Uterus terbagi dari 3 bagian yaitu fundus
uteri, korpus uteri, dan serviks uteri.
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali
seperti sebelum hamil.
- Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus 1000gr.
- Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawah pusat dengan
berat uterus 750gr.
- Satu minggu postpartum tinggi fundus uteri teraba pertengahan pusat simpisis
dangan berat uterus 500gr.
- Dua minggu postpartum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas simpisis dengan
berat urterus 350gr.
- Enam minggu postpartum fundus uteri bertambah kecil dengan berat uterus 50gr
b. Lochea.
Lochea adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam masa
nifas.
2. Serviks
Serviks merupakan bagian dasar dari uterus yang bentuknya menyempit sehingga
disebut juga sebagai leher rahim. Serviks menghubungkan uterus dengan saluran
vagina dan sebagai jalan keluarnya janin dan uterus menuju saluran vagina pada saat
persalinan. Segera setelah persalinan, bentuk serviks akan menganga seperti corong.
Hal ini disebabkan oleh korpus uteri yang berkontraksi sedangkan serviks tidak
berkontraksi. Warna serviks berubah menjadi merah kehitaman karena mengandung
banyak pembuluh darah dengan konsistensi lunak. Segera setelah janin dilahirkan,
serviks masih dapat dilewati oleh tangan pemeriksa. Setelah 2 jam persalinan serviks
hanya dapat dilewati oleh 2-3 jari dan setelah 1 minggu persalinan hanya dapat
dilewati oleh 1 jari, setelah 6 minggu persalinan serviks menutup.
3. Vagina
Vagina merupakan saluran yang menghubungkan rongga uterus dengan tubuh bagian
luar. Dinding depan dan belakang vagina berdekatan satu sama lain dengan ukuran
panjang ± 6, 5 cm dan ± 9 cm. Selama proses persalinan vagina mengalami
penekanan serta pereganganan yang sangat besar, terutama pada saat melahirkan bayi.
Beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, vagina tetap berada dalam keadaan
kendur. Setelah 3 minggu vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae
dalam vagina secara berangsur- angsur akan muncul kembali.
Sesuai dengan fungsinya sebagai bagian lunak dan jalan lahir dan merupakan saluran
yang menghubungkan cavum uteri dengan tubuh bagian luar, vagina juga berfungsi
sebagai saluran tempat dikeluarkannya sekret yang berasal dari cavum uteri selama
masa nifas yang disebut lochea. Karakteristik lochea dalam masa nifas menurut
Walyani, 2017 adalah sebagai berikut:
- Lochea rubra/ kruenta
Timbul pada hari 1- 2 postpartum, terdiri dari darah segar barcampur sisa- sisa
selaput ketuban, sel- sel desidua, sisa- sisa verniks kaseosa, lanugo dan
mekoneum.
- Lochea sanguinolenta
Timbul pada hari ke 3 sampai dengan hari ke 7 postpartum, karakteristik lochea
sanguinolenta berupa darah bercampur lendir.
- Lochea serosa
Merupakan cairan berwarna agak kuning, timbul setelah 1 minggu postpartum.
- Lochea alba
Timbul setelah 2 minggu postpartum dan hanya merupakan cairan putih.
(Walyani, 2017)
Normalnya lochea agak berbau amis, kecuali bila terjadi infeksi pada jalan lahir,
baunya akan berubah menjadi berbau busuk.
4. Vulva
Sama halnya dengan vagina, vulva juga mengalami penekanan serta peregangan yang
sangat besar selama proses melahirkan bayi. Beberapa hari pertama sesudah proses
melahirkan vulva tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva akan
kembali kepada keadaan tidak hamil dan labia menjadi lebih menonjol.
5. Payudara (mamae)
Setelah pelahiran plasenta, konsentrasi estrogen dan progesteron menurun, prolactin
dilepaskan dan sintesis ASI dimulai. Suplai darah ke payudara meningkat dan
menyebabkan pembengkakan vascular sementara. Air susu sata diproduksi disimpan
di alveoli dan harus dikeluarkan dengan efektif dengan cara dihisap oleh bayi untuk
pengadaan dan keberlangsungan laktasi. ASI yang akan pertama muncul pada awal
nifas ASI adalah ASI yang berwarna kekuningan yang biasa dikenal dengan sebutan
kolostrum. Kolostrum telah terbentuk didalam tubuh ibu pada usia kehamilan ± 12
minggu.
2.4. Perubahan Psikologis Masa Nifas
Pada primipara (wanita yang telah melahirkan seorang anak untuk pertama kali, Mochtar,
1998 : 92), menjadi orang tua merupakan pengalaman tersendiri dan dapat menimbulkan
stress apabila tidak ditangani dengan segera. Perubahan peran dari wanita biasa menjadi
seorang ibu memerlukan adaptasi sehingga ibu dapat melakukan perannya dengan baik.
Perubahan hormonal yang sangat cepat setelah proses melahirkan juga ikut
mempengaruhi keadaan emosi dan proses adaptasi ibu pada masa nifas. Berikut ini 3
tahap penyesuaian psikologi ibu dalam masa postpartum Menurut Sutanto (2019):
1. Fase Talking In (Setelah melahirkan sampai hari ke dua)
- Perasaan ibu berfokus pada dirinya.
- Ibu masih pasif dan tergantung dengan orang lain.
- Perhatian ibu tertuju pada kekhawatiran perubahan tubuhnya.
- Ibu akan mengulangi pengalaman pengalaman waktu melahirkan.
- Memerlukan ketenangan dalam tidur untuk mengembalikan keadaan tubuh ke
kondisi normal.
- Nafsu makan ibu biasanya bertambah sehingga membutuhkan peningkatan
nutrisi.
- Kurangnya nafsu makan menandakan proses pengembalian kondisi tubuh tidak
berlangsung normal.
- Gangguan psikologis yang mungkin dirasakan ibu pada fase ini adalah sebagai
berikut:
2. Fase Taking Hold (Hari ke-3 sampai 10)
- Ibu merasa merasa khawatir akan ketidakmampuan merawat bayi, muncul
perasaan sedih (baby blues).
- Ibu memperhatikan kemampuan men jadi orang tua dan meningkatkan teng gung
jawab akan bayinya.
- Ibu memfokuskan perhatian pada pengontrolan fungsi tubuh, BAK, BAB dan
daya tahan tubuh.
- Ibu berusaha untuk menguasai keterampilan merawat bayi seperti menggen dong,
menyusui, memandikan, dan mengganti popok.
- Ibu cenderung terbuka menerima nasehat bidan dan kritikan pribadi. 6.
Kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum karena merasa tidak mampu
membesarkan bayinya.
- Kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum karena merasa tidak mampu
membesarkan bayinya.
- Wanita pada masa ini sangat sensitif akan ketidakmampuannya, cepat
tersinggung, dan cenderung menganggap pemberi tahuan bidan sebagai teguran.
Dianjur kan untuk berhati-hati dalam berko munikasi dengan wanita ini dan perlu
memberi support.
3. Fase Letting Go (Hari ke-10 sampai akhir masa nifas)
- Ibu merasa percaya diri untuk merawat diri dan bayinya. Setelah ibu pulang ke
rumah dan dipengaruhi oleh dukungan serta perhatian keluarga.
- Ibu sudah mengambil tanggung jawab dalam merawat bayi dan memahami
kebutuhan bayi.

2.5. Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas


Kebutuhan dasar pada ibu masa nifas menurut Walyani (2017) yaitu:
1. Kebutuhan nutrisi
Ibu nifas harus mengkonsumsi makanan yang mengandung zat- zat yang berguna
bagi tubuh ibu pasca melahirkan dan untuk persiapan prosuksi ASI, terpenuhi
kebutuhan karbohidrat, protein, zat besi, vitamin dan minelar untuk mengatasi
anemia, cairan dan serat untuk memperlancar ekskresi. Ibu nifas harus mengkonsumsi
makanan yang mengandung zat- zat yang berguna bagi tubuh ibu pasca melahirkan
dan untuk persiapan prosuksi ASI, terpenuhi kebutuhan karbohidrat, protein, zat besi,
vitamin dan minelar untuk mengatasi anemia, cairan dan serat untuk memperlancar
ekskresi. Kebutuhan kalori wanita dewasa yang sehat dengan berat badan 47 kg
diperkirakan sekitar 2200 kalori/ hari. Ibu yang berada dalam masa nifas dan
menyusui membutuhkan kalori yang sama dengan wanita dewasa, ditambah 700
kalori pada 6 bulan pertama untuk membeikan ASI eksklusif dan 500 kalori pada
bulan ke tujuh dan selanjutnya.

2. Kebutuhan Cairan
Fungsi cairan sebagai pelarut zat gizi dalam proses metabolisme tubuh. Minumlah
cairan cukup untuk membuat tubuh ibu tidak dehidrasi. Ibu dianjurkan untuk minum
setiap kali menyusui dan menjaga kebutuhan hidrasi sedikitnya 3liter setiap hari.
Asupan tablet tambah darah dan zat besi diberikan selama 40 hari postpartum.
Minum kapsul Vit A (200.000 unit). Menurut Siregar (2019), Kapsul Vitamin A
200.000 IU diberikan dua kali, yaitu satu kapsul diminum segera setelah persalinan
dan satu kapsul diminum 24 jam setelah Vitamin yang pertama. Tujuan pemberian
Vitamin A yaitu memperbaiki kadar Vitamin A pada ASI dan dapat meningkatkan
daya tahan ibu terhadap infeksi perlukaan laserasi akibat proses persalinan.
3. Kebutuhan ambulasi
Aktivitas dapat dilakukan secara bertahap, memberikan jarak antara aktivitas dan
istirahat. Dalam 2 jam setelah bersalin ibu harus sudah melakukan mobilisasi.
Dilakukan secara perlahan- lahan dan bertahap. Dapat dilakukan dengan miring
kanan atau kiri terlebih dahulu dan berangsur- angsur untuk berdiri dan jalan.
Mobilisasi dini bermanfaat untuk:
- Melancarkan pengeluaran lokia, mengurangi infeksi puerperium.
- Ibu merasa lebih sehat dan kuat.
- Mempercepat involusi alat kandungan.
- Fungsi usus, sirkulasi, paru- paru dan perkemihan lebih baik.
- Meningkatkan kelancaran peredaran darah, sehingga mempercepat fungsi ASI
dan pengeluaran sisa metabolisme.
- Memungkinkan untuk mengajarkan perawatan bayi pada ibu.
- Mencegah trombosis pada pembuluh tungkai (Walyani, 2017).
4. Kebutuhan eliminasi
Pada kala IV persalinan pemantauan urin dilakukan selama 2 jam, setiap 15 menit
sekali pada 1 jam pertama dan 30 menit sekali pada jam berikutnya. Pemantauan urin
dilakukan untuk memastikan kandung kemih tetap kosong sehingga uterus dapat
berkontraksi dengan baik. Dengan adanya kontraksi uterus yang adekuat diharapkan
perdarahan postpartum dapat dihindari. Memasuki masa nifas, ibu diharapkan untuk
berkemih dalam 6- 8 jam pertama. Pengeluaran urin masih tetap dipantau dan
diharapkan setiap kali berkemih urin yang keluar minimal sekitar 150 ml. Ibu nifas
yang mengalami kesulitan dalam berkemih kemungkinan disebabkan oleh
menurunnya tonus otot kandung kemih, adanya edema akibat trauma persalinan dan
rasa takut timbulnya rasa nyeri setiap kali berkemih.
Kebutuhan untuk defekasi biasanya timbul pada hari pertama sampai hari ke tiga
postpartum. Kebutuhan ini dapat terpenuhi bila ibu mengkonsumsi makanan yang
mengandung tinggi serat, cukup cairan dan melakukan mobilisasi dengan baik dan
benar. Bila lebih dari waktu tersebut ibu belum mengalami defekasi mungkin perlu
diberikan obat pencahar.
5. Kebersihan diri
Pada masa nifas yang berlangsung selama lebih kurang 40 hari, kebersihan vagina
perlu mendapat perhatian lebih. Vagina merupakan bagian dari jalan lahir yang
dilewati janin pada saat proses persalinan. Kebersihan vagina yang tidak terjaga
dengan baik pada masa nifas dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada vagina itu
sendiri yang dapat meluas sampai ke rahim. Alasan perlunya meningkatkan
kebersihan vagina pada masa nifas adalah:
- Adanya darah dan cairan yang keluar dari vagina selama masa nifas yang disebut
lochea.
- Secara anatomis, letak vagina berdekatan dengan saluran buang air kecil (meatus
eksternus uretrae) dan buang air besar (anus) yang setiap hari kita lakukan. Kedua
saluran tersebut merupakan saluran pembuangan (muara eksreta) dan banyak
mengandung mikroorganisme pathogen.
- Adanya luka/ trauma di daerah perineum yang terjadi akibat proses persalinan dan
bila terkena kotoran dapat terinfeksi.
- Vagina merupakan organ terbuka yang mudah dimasuki mikroorganisme yang
dapat menjalar ke rahim.
6. Kebutuhan istirahat dan tidur
Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur yang dibutuhkan ibu nifas
sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari. Pada tiga hari pertama dapat
merupakan hari yang sulit bagi ibu akibat menumpuknya kelelahan karena proses
persalinan dan nyeri yang timbul pada luka perineum. Secara teoritis, pola tidur akan
kembali mendekati normal dalam 2 sampai 3 minggu setelah persalinan. Pada ibu
nifas, kurang istirahat akan mengakibatkan:
- Berkurangnya produksi ASI.
- Memperlambat proses involusi uterus dan meningkatkan perdarahan.
- Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya
sendiri.
7. Kebutuhan seksual
Ibu yang baru melahirkan boleh melakukan hubungan seksual kembali setelah 6
minggu persalinan. Batasan waktu 6 minggu didasarkan atas pemikiran pada masa itu
semua luka akibat persalinan, termasuk luka episiotomi dan luka bekas section
caesarea (SC) biasanya telah sembuh dengan baik. Bila suatu persalinan dipastikan
tidak ada luka atau laserasi/ robek pada jaringan, hubungan seks bahkan telah boleh
dilakukan 3- 4 minggu setelah proses melahirkan.
Meskipun hubungan telah dilakaukan setelah minggu ke- 6 adakalanya ibu- ibu
tertentu mengeluh hubungan masih terasa sakit atau nyeri meskipun telah beberapa
bulan proses persalinan. Gangguan seperti ini disebut dispareunia atau rasa nyeri
waktu senggama. Ada beberapa kemungkinan yang dapat menyebabkan dispareunia:
- Setelah melahirkan ibu- ibu sering mengkonsumsi jamu- jamu tertentu. Jamu-
jamu ini mungkin mengandung zat- zat yang memiliki sifat astringents yang
berakibat menghambat produksi cairan pelumas pada vagina saat seorang wanita
terangsang seksual.
- Jaringan baru yang terbentuk karena proses penyembuhan luka guntingan jalan
lahir masih sensitif.
- Faktor psikologis yaitu kecemasan yang berlebihan.
8. Kebutuhan perawatan payudara
Kebutuhan perawatan payudara pada ibu masa nifas antara lain:
- Sebaiknya perawatan mamae telah dimulai sejak wanita hamil supaya puting
lemas, tidak keras dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya.
- Bila bayi meninggal, laktasi harus dihentikan dengan cara: pembalutan mamae
sampai tertekan, pemberian obat estrogen untuk supresi LH seperti tablet Lynoral
dan Pardolel.
- Ibu menyusi harus menjaga payudaranya untuk tetap bersih dan kering.
- Menggunakan bra yang menyongkong payudara.
- Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar
putting susu setiap kali selesai menyusui, kemudian apabila lecetnya sangat berat
dapat diistirahatkan selama 24 jam. Asi dikeluarkan dan diminumkan
menggunakan sendok. Selain itu, untuk menghilangkan rasa nyeri dapat minum
paracetamol 1 tablet setiap 4- 6 jam.
9. Latihan senam nifas
Pada masa nifas yang berlangsung selama lebih kurang 6 minggu, ibu membutuhkan
latihan- latihan tertentu yang dapat mempercepat proses involusi. Salah satu latihan
yang dianjurkan pada masa ini adalah senam nifas. Senam nifas adalah senam yang
dilakukan oleh ibu setelah persalinan, setelah keadaan ibu normal.
Senam nifas sebaiknya dilakukan dalam 24 jam setelah persalinan, secara teratur
setiap hari. Luka yang timbul akibat proses persalinan karena 6 jam setelah persalinan
normal dan 8 jam setelah persalinan Caesar, ibu sudah dianjurkan untuk mobilisasi
dini. Tujuan utama mobilisasi dini adalah agar peredaran darah ibu dapat berjalan
dengan baik sehingga ibu dapat melakukan senam nifas.
Bentuk latihan senam nifas antara ibu yang melahirkan secara normal dengan ibu
yang melahirkan Caesar tentu akan berbeda. Pada ibu yang mengalami persalinan
Caesar, beberapa jam setelah keluar dari kamar operasi, pernafasan lah yang dilatih
guna mempercepat penyembuhan luka operasi, sementara latihan untuk
mengencangkan otot perut dan melancarkan sirkulasi darah di tungkai baru dilakukan
2- 3 hari setelah ibu dapat bangun dari tempat tidur. Sedangkan pada persalinan
normal, bila keadaan ibu cukup baik, semua gerakan senam bisa dilakukan.
10. Rencana KB
Rencana KB setelah ibu melahirkan sangatlah penting, dikarenakan secara tidak
langsung KB dapat membantu ibu untuk dapat merawat anaknya dengan baik serta
mengistirahatkan alat kandungnya.

2.6. Standar Pelayanan Pada Masa Nifas


Menurut Kemenkes R.I (2020), pelayanan nifas yang dapat diberikan pada masa nifas
yaitu:
1. Kunjungan nifas pertama (KF 1) diberikan pada enam jam sampai dua hari setelah
persalinan. Asuhan yang diberikan berupa pemeriksaan tanda-tanda vital, pemantauan
jumlah darah yang keluar, pemeriksaan cairan yang keluar dari vagina, pemeriksaan
payudara dan anjuran ASI Ekslusif enam bulan, pemberian kapsul Vitamin A, minum
tablet tambah darah setiap hari, pelayanan KB pasca persalinan.
2. Kunjungan nifas kedua (KF 2) diberikan pada hari ke-3 sampai hari ke-7 setelah
persalinan. Pelayanan yang diberikan adalah pemeriksaan tanda-tanda vital,
pemantauan jumlah darah yang keluar, pemeriksaan cairan yang keluar dari vagina,
pemeriksaan payudara dan anjuran ASI Ekslusif enam bulan, minum tablet tambah
darah setiap hari, dari pelayanan KB pasca persalinan.
3. Kunjungan nifas lengkap (KF 3), pelayanan yang dilakukan hari ke-8 sampai ke-28
setelah persalinan. Asuhan pelayanan yang diberikan sama dengan asuhan pada KF 2.
4. Kunjungan nifas keempat (KF 4), Pelayanan yang dilakukan hari ke-29 sampai hari
ke-42 setelah persalinan. Asuhan pelayanan yang diberikan sama dengan asuhan pada
KF 3 yaitu pemeriksaan tanda-tanda vital, pemantauan jumlah darah yang keluar,
pemeriksaan cairan yang keluar dari vagina, pemeriksaan payudara dan anjuran ASI
Ekslusif enam bulan, minum tablet tambah darah seriap hari, dan KB Persalinan.
Asuhan yang diberikan pada masa nifas, yaitu:
1. Menanyakan kondisi ibu nifas secara umum.
2. Pengukuran tekanan darah, suhu tubuh, pernafasan, dan nadi.
3. Pemeriksaan lochea dan perdarahan.
4. Pemeriksaan kondisi jalan lahir dan tanda infeksi.
5. Pemeriksaan kontraksi rahim, tinggi fundus uteri, dan kandung kemih.
6. Pemeriksaan payudara anjuran pemberian ASI Ekslusif.
7. Pemberian kapsul Vitamin A.
8. Pelayanan kontrasepsi Pasca Persalinan dan Konseling.

2.7. Tanda –Tanda Bahaya Masa Nifas


1. Perdarahan hebat atau peningkatan perdarahan secara tiba-tiba (melebihi haid biasa
atau jika perdarahan tersebut membasahi lebih dari 2 pembalut saniter dalam waktu
setengah jam).
2. Pengeluaran cairan vaginal dengan bau busuk yang keras.
3. Rasa nyeri di perut bagian bawah atau punggung Sakit Kepala yang terus menerus.
nyeri epigastrium, atau, masalah penglihatan.
4. Pembengkakan pada wajah dan tangan Deman muntah, rasa sakit sewaktu buang air
seni, atau merasa tidak enak badan Payudara yang memerah panas dan/atau sakit.
5. Kehilangan selera makan untuk waktu yang berkepanjangan.
6. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengurus diri-sendiri atau bayi.
7. Merasa sangat letih atau bernafas terengah-engah (Wilujeng & Hartati, 2018).

2.8. Komplikasi dan Penyakit Dalam Masa Nifas


Komplikasi dan penyakit yang terjadi pada ibu masa nifas menurut Walyani (2017),
yaitu:
- Infeksi nifas
Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat- alat genetelia
dalam masa nifas. Masuknya kuman- kuman dapat terjadi dalam kehamilan, waktu
persalinan, dan nifas. Demam nifas adalah demam dalam masa nifas oleh sebab apa
pun. Morbiditas puerpuralis adalah kenaikan suhu badan sampai 38⁰ C atau lebih
selama 2 hari dari dalam 10 hari postpartum. Kecuali pada hari pertama. Suhu diukur
4 kali secara oral.
- Infeksi saluran kemih
Pada masa nifas dini, sensitivitas kandung kemih terhadap tegangan air kemih di
dalam vesika sering menurun akibat trauma persalinan atau analgesia epidural atau
spinal. Sensasi peregangan kandung kemih juga mungkin berkurang akibat rasa tidak
nyaman yang ditimbulkan oleh episiotomi yang lebar, laserasi periuretra, atau
hematoma dinding vagina. Setelah melahirkan, terutama saat infus oksitosis
dihentikan, terjadi diuresis yang disertai peningkatan produksi urin dan distensi
kandung kemih. Over distensi yang disertai katerisasi untuk mengeluarkan air kemih
sering menyebabkan infeksi saluran kemih.
- Metritis
Metritis adalah inspeksi uterus setelah persalinan yang merupakan salah satu
penyebab terbesar kematian ibu. Bila pengobatan terlambat atau kurang adekuat dapat
menjadi abses pelvic yang menahun, peritonitis, syok septik, trombosis yang dalam,
emboli pulmonal, infeksi felvik yang menahan dispareunia, penyumbatan tuba dan
infertilitas.
- Bendungan payudara
Bendungan payudara adalah peningkatan aliran vena dan limfe pada payudara dalam
rangka mempersiapkan diri untuk laktasi. Bendungan terjadi akibat bendungan
berlebihan pada limfatik dan vena sebelum laktasi. Payudara bengkak disebabkan
karena menyusui yang tidak kontinu, sehingga sisa ASI terkumpul pada daerah
ductus. Hal ini dapat terjadi pada hari ke tiga setelah melahirkan. Penggunaan bra
yang keras serta keadaan puting susu yang tidak bersih dapat menyebabkan sumbatan
pada ductus.
- Infeksi payudara
Mastitis termasuk salah satu infeksi payudara. Mastitis adalah peradangan pada
payudara yang dapat disertai infeksi atau tidak, yang disebabkan oleh kuman terutama
Sraphylococcus aureus melalui luka pada puting susu atau melalui peredaran darah.
- Abses payudara
Abses payudara merupakan komplikasi akibat peradangan payudara/ mastitis yang
sering timbul pada minggu ke dua postpartum (setelah melahirkan), karena adanya
pembengkakan payudara akibat tidak menyusui dan lecet pada puting susu.
- Abses pelvis
Penyakit ini merupakan komplikasi yang umum terjadi pada penyakit- penyakit
meluar seksual (sexually transmitted disease/ STDs), utamanya yang disebabkan oleh
chlamydia dan gonorrhea.
- Peritonitis
Peritonitis adalah peradangan pada peritoneum yang merupakan pembungkus visera
dalam rongga perut. Peritoneum adalah selaput tipis dan jernih yang membungkus
organ perut dan dinding perut sebelah dalam.
- Infeksi luka perineum dan luka abdominal
- Luka perineum adalah luka perineum karena adanya robekan jalan lahir baik karena
rupture maupun karena episiotomy pada waktu melahirkan janin. Rupture perineum
adalah robekan yang terjadi pada perineum sewaktu persalinan.
- Perdarahan pervagina
Perdarahan pervagina atau perdarahan postpartum adalah kehilangan darah sebanyak
500 cc atau lebih dari traktus genetalia setelah melahirkan. Hemoragi postpartum
primer mencakup semua kejadian perdarahan dalam 24 jam setelah kelahiran.
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1. KUNJUNGAN I
6-8 jam setelah persalinan. Tanggal, 26 Juli 2022 Jam: 17.00 WIB
3.11. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas

Jenis Identitas Istri Suami


Nama Ny. R Tn. Deni
TTL - -
Umur 28 tahun 30 tahun
Suku/bangsa Jawa/Indonesia Betawi/Indonesia
Agama Islam Islam
Pendidikan SMA S1
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga Karyawan Swasta
Alamat rumah Jl. Pulo Rt. 03/06 Karang Jl Pulo Rt. 03/06 Karang
Bahagia Bahagia

2. Pemeriksaan
No Jenis Pemeriksaan Hasil Keterangan
Ya Tidak
1. Sakit kepala hebat √
2. Gangguan penglihatan √
3. Pembengkakan pada wajah dan √
tangan
4. Mual dan muntah berlebihan √
5. Nyeri abdomen (epigastrium) √
6. Pergerakan janin yang tidak biasa √
7. Pengeluaran pervaginam √
8. Demam √

3. Keluhan
Ibu mengatakan nyeri dan mulas setelah melahirkan. Pada tanggal 26 Juli 2022 pukul
11.15 WIB Ny. R melahirkan bayi perempuan secara normal spontan pervaginam
dengan panjang badan 40 cm, berat badan 3200 gram. Tidak ada komplikasi selama
proses kelahiran baik dari Ny. R maupun bayinya. Ny. R melahirkan bayi pada usia
kehamilan 38 minggu. ASI Belum Keluar dan bayi sudah di lakukan IMD.
4. Riwayat Kehamilan Sekarang
- HPHT : 02-11-2021
- Siklus haid : 28 hari
- Taksiran waktu persalinan : 09-08-2022
- Gerakan janin pertama kali : 10-02- 2022
- Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir : 12 x/12 jam
- Pemakaian obat dan jamu-jamuan : Tidak pernah
- Kekhawatiran yang berkaitan dengan persalinan : Tidak ada
5. Riwayat Obstetrik

No Tanggal UK Tempat Jenis Penolong Penyulit JK BB PB Riwayat Menyusui Ket.


Partus Partus Partus
1. 10-06- Aterm BPM Spontan Bidan Tidak ♂ 2700 gr 50  IMD dilakukan Sehat
2019 ada  ASI eksklusif
berhasil
 Menyusui
sampai 2 tahun
2. Hamil ini
6. Riwayat Kesehatan

No Jenis hasil Keterangan


Ada Tidak ada
1. Jantung √
2. Hipertensi √
3. DM √
4. Asma √
5. Hepatitis √
6. IMS/HIV √
7. TBC √
8. Ginjal kronis √
9. Malaria √
10 Epilepsi √
.
11 Kejiwaan √
.
12 Alergi obat /makanan √
.
13 Tranfusi darah √
.
14 Golongan darah √
.
15 Riwayat Operasi √
.
16 Obat rutin yang dikonsumsi √
.
17 Thalasemia dan gangguan √
. hematologi

7. Riwayat Imunisasi TT
- TT I :
- TT II :
- TT III : 09-01-2022
- TT IV :
- TT V :
8. Riwayat Kontrasepsi
- Kontrasepsi yang pernah digunakan : Suntik KB 3 bulan Lamanya: 2 Tahun
- Kontrasepsi terakhir sebelum hamil : Suntik KB 3 bulan Lamanya: 2 Tahun
- Keluhan dalam penggunaan kontrasepsi : Tidak ada
9. Riwayat Sosial Ekonomi
- Usia pertama menikah: 20 tahun.
- Status perkawinan: Syah 1x, lama 6 tahun.
- Respon ibu dan keluarga setelah persalinan: keluarga senang ketika mendengar
ibu telah melahirkan.
- Dukungan keluarga: Suami menemani.
- Pengambil keputusan dalam keluarga: Suami.
- Makan dan minum terakhir:
 Makan terakhir pkl 21.00 WIB.
Nafsu makan: menurun karena masih merasakan nyeri setelah melahirkan.
 Minum terakhir pukul 07.00 WIB sebanyak 200 cc.

- BAB dan BAK terakhir: BAB terakhir tgl 25 juli 2022 pkl 18.00 WIB.
- BAK terakhir pkl 07.30 WIB sebanyak 150 cc.
- Kebiasaan merokok, obat-obatan dan alkohol: tidak ada.
- Kekerasan dalam rumah tangga: tidak ada.
- Keinginan ibu memberikan ASI eksklusif: Ibu ingin berhasil memberikan ASI
eksklusif seperti anaknya yang pertama.
- Rencana ibu memberikan ASI: 2 tahun.

3.1.2. DATA OBJEKTIF


1. Keadaan Umum
- Kesadaran : Compos mentis
- Keadaan emosional : Stabil
2. Tanda Vital
- Takanan darah : 110/80 mmHg
- Denyut nadi : 85x/menit
- Pernafasan : 23 x/menit
- Suhu : 36,5oC
- BB : 50 kg
- LILA : 24 cm
- TB : 150 cm
- RR : 23 x/i
- Pols : 80 x/i
- Kontraksi uterus baik
- TFU 2 jari dibawah pusat
- Payudara sudah mengeluarkan colostrum
- Pengeluaran pervaginam berwarna merah (lochea rubra)
- Tidak ada laserasi
- Kandung kemih kosong

3. Pemeriksaan Fisik
- Rambut : Penyebaran merata,bersih, tidak mudah rontok
- Muka : Tidak oedema
- Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
- Mulut dan gigi : Bersih tidak ada caries dan gigi berlubang
- Lidah dan geraham : Bersih dan utuh
- Kelenjar tiroid : Tidak ada pembengkakan
- Kelenjar getah bening : Tidak ada pembengkakan
- Payudara : Bentuk simetris, tidak ada pemebesaran, aerola
hiperpigmentasi, puting susu menonjol, tidak ada benjolan
dan rasa nyeri
- Ekstremitas : Tidak ada odema dan varises dan refleks patella (+)
- Abdomen : Tidak ada bekas operasi, uterus keras, TFU dua jari
dibawah perut
- Genetalia : Tidak ada varises, tidak ada lasrasi jalan lahir
- Anus : Anus tidak ada hemoroid
- Berat badan bayi Lahir: 3200gram

3.1.3. ASSASMENT
Ny. “R” P2A0 umur 28 tahun 6 jam postpartum normal

3.1.4. PENATALAKSANAAN
1. Menginformasikan kepada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan saat ini, (ibu
mengetahui hasil pemeriksaan).
2. Menjelaskan kepada ibu bahwa keluhan rasa mules yang ibu alami merupakan hal
yang normal, karena rahim yang keras dan mules berarti rahim sedang berkontraksi
yang dapat mencegah terjadinya perdarahan pada masa nifas. Ibu sudah mengerti
tentang penyebab rasa mules yang dialamai ibu.
3. Beritahu ibu tentang gizi yang seimbang agar kebutuhan bayi pada masa laktasi bisa
terpenuhi seperti makan sayuran, buah-buahan, ikan dan minum susu dan zat gizi yang
banyak untuk membantu melancarkan produksi ASI. Ibu mengerti dan mengetahui
tentang gizi yang diperlukannya.
4. Memberitahu ibu cara menyusui yang benar yaitu dagu bayi menempel pada payudara
ibu, mulut bayi terbuka lebar dan menutupi areola mammae. Seluruh badan bayi
tersanggah dengan baik tidak hanya kepala dan leher. Ibu sudah mengetahui cara
menyusui yang benar.
5. Memberitahu kepada ibu jadwal pemberian ASI yaitu ASI diberikan setiap 2 jam atau
setiap bayi menangis. Ibu sudah mengerti dan bersedia menyusui bayinya.
6. Memberitahu ibu untuk selalu mengganti pembalut secara rutin 2-3 kali sehari atau
bila penuh, ibu mengerti dan sudah melakukannya setiap hari selama nifas.
7. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini seperti miring kekanan dan kiri sertake kamar
mandi untuk membersihkan tubuh dan daerah kelamin ibu. Ibu sudah mengerti dan
akan tetap menjaga kebersihan diri terutama daerah genetalia.
8. Memberitahu kepada ibu tanda-tanda bahaya pada masa nifas seperti pengeluaran
lochea berbau, demam, nyeri perut berat, kelelahan atau sesak, bengkak pada tangan,
wajah dan tungkai, sakit kepala hebat, pandangan kabur, nyeri pada payudara. Apabila
ditemukan tanda bahaya segera ke petugas kesehatan. Ibu sudah mengerti tanda-tanda
bahaya masa nifas dan bersedia kepetugas kesehatan.
9. Melakukan dokumentasi dan melengkapi partograph.
3.2. KUNJUNGAN II
6 hari setelah persalinan. Tanggal, 01 Agustus 2022 Jam: 09.00 WIB.
Tempat: Rumah Ny. R.

3.2.1. DATA SUBJEKTIF


Ibu mengatakan keadaannya semakin membaik, nyeri perut sudah tidak terasa, ibu sudah
bisa BAB, ASI lancar keluar, bayi kuat menyusu, tidak ada penyulit dan hanya
memberikan ASI dan ibu mengatakan darah dari kemaluannya masih keluar dengan
warna merah kecoklatan.

3.2.2. DATA OBJEKTIF


1. Pemeriksaan umum
- Keadaan umum baik dan kesadaran composmentis, dan emosional stabil.
- Tanda vital:
 TD : 110/80 mmHg
 Pols : 75 x/i
 RR : 22 x/i
 Suhu : 36,2 0C
2. Kontraksi uterus baik
3. TFU pertengahan pusat – simpisis
4. Pengeluaran pervaginam berwarna merah kecoklatan (Lochea Sanguiloenta) dan
tidak berbau.

3.2.3. ASSASEMENT
Ny. “R” P2A0 umur 28 postpartum hari ke-6 normal

3.2.4. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa keadaannya sehat Ibu sudah
mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Mengingatkan kembali ibu tentang tanda bahaya masa nifas yaitu perdarahan lewat
jalan lahir, keluar cairan berbau dari jalan lahir, bengkak di wajah, tangan dan kaki
atau sakit kepala dan kejang, demam lebih dari 2 hari, payudara bengkak, merah
disertai rasa sakit, murung, sedih dan menangis tanpa sebab, Ibu memahami tanda
bahaya nifas dan dapat mengulang informasi yang diberikan.
3. Memberitahu bahwa involusi uteri ibu berjalan dengan baik dan normal TFU
pertengahan simfisis dengan pusat, uterus berkontraksi dengan baik, tidak ada
perdarahan abnormal dan tidak berbau. Ibu dalam keadaan normal.
4. Mengingatkan ibu kembali untuk memakan makanan bergizi dan asupan nutrisi yang
cukup untuk metabolisme dan proses pembentukan ASI yaitu karbohidrat, tinggi
protein (tahu, tempe, kacang-kacangan, daging, ikan), sayur-mayur, buah-buahan dan
minum air putih minimal 3 liter/hari serta minum pil zat besi. Ibu minum air putih
lebih dari 8 gelas/hari dan telah minum pil zat besi sesuai aturan yang diberikan
petugas.
5. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, ibu bersedia. Ibu tidur di saat bayi
tidur.
6. Memberikan ibu pendidikan kesehatan tentang perawatan payudara dan posisi yang
baik saat menyusui. Memastikan ibu menyusui bayi secara bergantian dan
mengajarkan posisi yang baik yaitu meletakkan bayi pangkuan ibu dengan posisi ibu
duduk, seluruh daerah hitam harus masuk ke dalam mulut bayi. Ibu mengerti dengan
penjelasan yang diberikan dan mempraktekkannya di depan petugas dengan benar.
7. Menilai adanya tanda-tanda demam dan infeksi pada ibu. Tidak ada tanda-tanda
demam dan infeksi pada ibu, ibu dalam keadaan baik.
8. Melakukan dokumentasi dan melengkapi partograph.

3.3. KUNJUNGAN III


2 minggu setelah persalinan. Tanggal, 09 Agustus 2022 Jam: 09.00 WIB.
Tempat: Rumah Ny. R

3.3.1. DATA SUBJEKTIF


Ibu mengatakan keadaannya sudah sehat dan tidak ada keluhan dan selalu menyusui
bayinya dan hanya memberikan ASI, ibu sudah BAB dan Ibu mengatakan darah yang
keluar dari kemaluannya sudah tidak berwarna kecoklatan namun berwarna kekuningan
dan tidak berbau.
3.3.2. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
- Keadaan umum baik dan kesadaran composmentis, dan emosional stabil.
- Tanda vital:
 TD : 110/70 mmHg
 Pols : 72 x/i
 RR : 20 x/i
 Suhu : 36,5 0C
- Pengeluaran pervaginam berwarna merah kecoklatan (Lochea Sanguiloenta) dan
tidak berbau.
2. Pemeriksaan fisik
- Muka: Tidak pucat, tidak oedem, tidak ada cloasma gravidarum.
- Mata: konjungtiva tidak pucat, sclera putih.
- Payudara: ASI keluar lancar dan tidak ada nyeri tekan, puting susu kanan dan kiri
menonjol, tidak lecet.
- Kontraksi uterus baik.
- TFU sudah tidak teraba.
- Ekstremitas atas dan bawah, kanan dan kiri tidak oedem.

3.3.3. ASSASEMENT
Ny. “R” P2A0 umur 28 postpartum 2 minggu normal

3.3.4. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa keadaannya sehat hasil
pemeriksaan. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Mengingatkan kembali ibu tentang tanda bahaya masa nifas yaitu perdarahan lewat
jalan lahir, keluar cairan berbau dari jalan lahir, bengkak di wajah, tangan dan kaki
atau sakit kepala dan kejang, demam lebih dari 2 hari, payudara bengkak, merah
disertai rasa sakit, murung, sedih dan menangis tanpa sebab, Ibu memahami tanda
bahaya nifas dan dapat mengulang informasi yang diberikan.
3. Memastikan kembali tidak ada perdarahan abnormal, uterus tidak teraba, perdarahan
hanya bercak kecoklatan, tidak berbau, tidak ditemukan masalah, Ibu mengerti.
4. Menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan payudara, ibu mengerti dan bersedia
melakukan perawatan payudara selama masa nifas.
5. Menganjurkan pada ibu untuk istirahat cukup, ibu mengerti dan ibu sudah dapat tidur
lebih baik dari minggu pertama postpartum.
6. Mengingatkan ibu kembali untuk memakan makanan bergizi dan asupan nutrisi yang
cukup untuk metabolisme dan proses pembentukan ASI yaitu karbohidrat, tinggi
protein (tahu, tempe, kacang-kacangan, daging, ikan), sayur-mayur, buah-buahan dan
minum air putih minimal 3 liter/hari serta minum pil zat besi. Ibu minum air putih
lebih dari 8 gelas/hari dan telah minum pil zat besi sesuai aturan yang diberikan
petugas.
7. Menganjurkan ibu untuk menjadi akseptor KB dan memberikan konseling macam-
macam alat kontrasepsi yang sesuai kepada kondisi ibu yaitu MAL, IUD, suntik 3
bulan dan AKBK. Kemudian menjelaskan tentang keuntungan dan efek samping dari
tiap- tiap alat kontrasepsi tersebut. Ibu sudah mengerti dengan penjelasan macam-
macam KB tersebut dan mengatakan ingin berdiskusi terlebih dahulu dengan
suaminya.
8. Mengingatkan ibu kembali untuk tetap menyusui bayinya sesuai kebutuhan dari 0-6
bulan supaya bayi mendapat ASI eksklusif. Ibu sudah mengerti tentang pemberian
ASI pada bayi.
9. Melakukan dokumentasi dan melengkapi partograph.

3.4. KUNJUNGAN IV
6 minggu setelah persalinan. Tanggal, 06 September 2022 Jam: 10.00 WIB.
Tempat: Rumah Ny. R

3.4.1. DATA SUBJEKTIF


Ibu mengatakan keadaannya sudah sehat dan selalu menyusui bayinya dengan hanya
memberikan ASI, sudah tidak ada darah yang keluar dari kemaluannya dan tidak ada
keluhan saat ini.
3.4.2. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
- Keadaan umum baik dan kesadaran composmentis, dan emosional stabil.
- Tanda vital:
 TD : 120/70 mmHg
 Pols : 72 x/i
 RR : 20 x/i
 Suhu : 36,5 0C
2. lochea sudah tidak keluar (Alba).
3. TFU sudah tidak teraba.
4. Ekstremitas atas dan bawah, kanan dan kiri tidak oedem.

3.4.3. ASSASEMENT
Ny. “R” P2A0 umur 28 tahun postpartum 6 minggu normal

3.4.4. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa keadaannya sehat hasil
pemeriksaan. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Memberitahu bahwa involusi uteri ibu berjalan dengan normal, TFU bertambah kecil,
tidak ada perdarahan yang abnormal dan tidak berbau. Ibu dalam keadaan normal.
3. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayi dengan ASI saja selama 6 bulan tanpa
masakan tambahan apapun seperti bubur, pisang, nasi dan lain-lain, Ibu bersedia
memberikan ASI eksklusif.
4. Memberitahu kepada ibu bahwa ibu sudah dapat kembali aktif untuk melakukan
hubungan seksual, Ibu sudah mengetahui bahwa dirinya sudah bisa aktif kembali
berhubungan seksual.
5. Memberikan HE tentang KB dan menjelaskan tentang macam-macam KB,
keuntungan, kerugian, dan efek sampingnya, ibu mengerti.
6. Memberitahu ibu jika ada keluhan apapun segera periksa ke tenaga kesehatan, ibu
mengerti dan bersedia melakukan.
7. Menganjurkan ibu membawa bayinya untuk penimbangan dan imunisasi dan
menuliskan jadwal imunisasi di buku KIA. Ibu sudah mengetahui jadwal imunisasi
dan mengatakan akan membawa bayinya untuk imunisasi.
8. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga pola makan yang sehat dan bergizi, karena
mempengaruhi produksi ASI. Ibu mengerti dan mengatakan akan selalu menjaga pola
makanan yang sehat dan bergizi.
9. Melakukan dokumentasi dan melengkapi partograph.

3.4.5. DOKUMENTASI DALAM BENTUK PATHWAY ASUHAN KEBIDANAN MASA


NIFAS NORMAL
1. Kunjungaan I
Tanggal Kunjungan : 26 Juli 2022, Jam 17.00 WIB
Tempat Praktik : Puskesmas Sukatani
Program Studi : Bidan Profesi

Pathway Kasus Kebidanan

Kunjungan I
Nama : Ny. R
Usia : 28 Tahun
P1 A0, 6 jam setelah persalinan
Tanda / Gejala /
keluhan secara Patofisiologi: Tanda / Gejala / keluhan yang dialami
teori: pasien:
- Ibu merasa lelah dan lega karena
- Ibu merasa bayi dan plasenta telah lahir. - Ibu merasa perutnya mulas dan
lelah. - Plasenta telah lahir sehingga TFU keras
- Fundus uteri 2 menurun. - Ibu merasa kelelahan dan sedikit
Rasionalisasi dari asuhan yang diberikan:
Asuhan yang diberikan:

- Menjelaskan hasil pemeriksaan. - Agar ibu mengetahui keadaannya.


- Melakukan massage pada fundus uteri. - Untuk mencegah perdarahan pada ibu.
- Memantau kontraksi Rahim, Mengontrol perdarahan, - Untuk mengetahui adanya kontraksi Rahim,
Melakukan pemeriksaan TTV dan keadaan umum ibu robekan perineum dan kandung kemih.
setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan setiap 30 menit - Untuk mengetahui keadaan umum ibu.
pada1 jam kedua. - Agar ibu merasa nyaman dan tidak cemas
- Membersihkan ibu dari darah dan cairan. dalam mengadapi masa nifas.
- Memantau Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan - Agar kebutuhan nutrisi ibu terpenuhi.
Memberikan dukungan psikologis pada ibu untuk - Deteksi dini dapat dilakukan.
memberikan ASI.
- Mengganti pakaian ibu.
- Dokumentasi untuk perlindungan hukum
bidan.
- Memberikan nutrisi yang adekuat.
- Mengajarkan keluarga tanda bahaya masa nifas

Evaluasi asuhan yang diberikan:

- Ibu mengerti dengan keadaannya saat ini dengan menjelaskan kembali bahwa ibu berada dalam masa nifas.
- Dilakukan massage pada pundus uteri.
- Dilakukan pemantauan perdarahan dan robekan pada perineum.
- 2. TTV
Pemeriksaan Kunjungan
dan kondisiIIibu dalam keadaan baik.
- Tanggal
Pakaian ibu sudah Kunjungan
di ganti. : 01 Agustus 2022, Jam 09.00 WIB
- Tempat Praktik
Ibu diberikan makan dan minum. : Rumah Ny. R
- Keluarga paham Program Studi
akan tanda bahaya. : Bidan Profesi
- Partograf telah terisi lengkap.
Pathway Kasus Kebidanan
Kunjungan II
Nama : Ny. R
Usia : 28 Tahun
P1 A0, 6 hari setelah persalinan
Tanda / Gejala / keluhan yang dialami
Tanda / Gejala / keluhan secara Patofisiologi (SesuaiTanda / Gejala pasien:
teori: / keluhan yang dialami pasien):
- Nyeri perineum yang dirasakan sudah
- Sakit kepala - Involusi uterus berkurang
- Penglihatan kabur - Involusi tempat plasenta - Mammae colostrum/ASI (+) banyak,
- Pembengkakan wajah - Perubahan pada servik dan puting susu menonjol, ibu tidak ada
vagina merasakan benjolan maupun rasa nyeri
- Gangguan buang air kecil
- Lochea - TFU pertengahan symphisis pusat
- Sesak napas dan nyeri dada
- Laktasi - kontraksi baik
- Nyeri dan bengkak di betis
- Pengeluaran pervaginam berwarna
Rasionalisasi dari asuhan yang diberikan:
Asuhan yang diberikan:
- Agar ibu mengetahui kemajuan dalam
- Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa
keadaannya sehat. persalinan.
- Mengingatkan kembali ibu tentang tanda bahaya masa nifas. - Memberikan derajat kesehatan yg tinggi
- Memberitahu bahwa involusi uteri ibu berjalan dengan baik bagi ibu dan bayinya melalui upaya yang
dan normal TFU pertengahan simfisis dengan pusat, uterus terintegrasi dan lengkap degan intervesi
berkontraksi dengan baik, tidak ada perdarahan abnormal dan yang seminimal mungkin.
tidak berbau. - Agar kebutuhan nutrisi terpenuhi selama
- Mengingatkan ibu kembali untuk memakan makanan bergizi masa nifas.
dan asupan nutrisi yang cukup. - Agar ibu merasa nyaman dan tidak
- Memberikan ibu pendidikan kesehatan tentang perawatan cemas dalam masa nifas.
payudara dan posisi yang baik saat menyusui.
- Menjaga kehangatan dan memberikan
- Menyarankan untuk istirahat yang cukup.
ASI dini pada bayi.
- Mengisi Partograf.

Evaluasi asuhan yang diberikan

- Ibu mengerti dengan keadaannya saat ini dengan menjelaskan kembali bahwa ibu berada dalam masa nifas.
- Menilai adanya tanda-tanda demam dan infeksi pada ibu. Tidak ada tanda-tanda demam dan infeksi pada ibu, ibu dalam
keadaan baik.
- Memakan makanan bergizi dan asupan nutrisi yang cukup untuk metabolisme dan proses pembentukan ASI yaitu
karbohidrat, tinggi protein (tahu, tempe, kacang-kacangan, daging, ikan), sayur-mayur, buah-buahan dan minum air
putih minimal
3. 3Kunjungan
liter/hari serta
IIIminum pil zat besi.
- Memastikan ibuTanggal
menyusui bayi secara bergantian
Kunjungan dan mengajarkan
: 09 Agustus 2022, Jamposisi
09.00yang
WIBbaik
- Partograf telah Tempat
terisi lengkap.
Praktik : Rumah Ny. R
Program Studi : Bidan Profesi

Pathway Kasus Kebidanan


Kunjungan III
Nama : Ny. R
Usia : 28 Tahun
P1 A0, 2 minggu setelah persalinan
Tanda / Gejala / keluhan yang
dialami pasien:
Tanda / Gejala / keluhan Patofisiologi (SesuaiTanda / Gejala /
secara teori: keluhan yang dialami pasien): - Payudara: ASI keluar
lancar dan tidak ada nyeri
- Perubahan bentuk - Involusi uterus tekan, puting susu kanan
dan kiri menonjol, tidak
uterus dan tinggi - Involusi tempat plasenta lecet.
fundus uterus. - Perubahan pada servik dan - Kontraksi uterus baik.
vagina - TFU sudah tidak teraba.
- Lochea - Ekstremitas atas dan
- Laktasi
Asuhan yang diberikan: Rasionalisasi dari asuhan yang diberikan:
- Menjelaskan hasil pemeriksaan. - Agar ibu mengetahui kemajuan dalam
- Mengingatkan kembali ibu tentang tanda bahaya masa nifas.
masa nifas.
- Deteksi dini dapat dilakukan
- Mengingatkan kembali ibu untuk melakukan - Memberikan derajat kesehatan yg tinggi
perawatan payudara
bagi ibu dan bayinya melalui upaya yang
- Memastikan kembali tidak ada perdarahan
abnormal. terintegrasi dan lengkap degan intervesi
- Menyarankan kembali untuk pemberian ASI yang seminimal mungkin.
eksklusif. - Menjaga kehangatan dan memberikan ASI
- Menganjurkan ibu untuk menjadi akseptor KB dini pada bayi.
dan memberikan konseling macam-macam alat - Agar kebutuhan nutrisi terpenuhi selama
kontrasepsi yang sesuai kepada kondisi ibu. persalinan.
- Mengisi partograf.

Evaluasi asuhan yang diberikan:


- Ibu mengerti dengan keadaannya saat ini dengan menjelaskan kembali bahwa ibu masa nifas
normal dengan kondisi yang baik.
- Ibu mengerti tentang keuntungan dan efek samping dari tiap- tiap alat kontrasepsi.
- Ibu mengerti tentang keuntungan pemberian ASI eksklusif.
4. Kunjungan
- Partograf IV
telah terisi lengkap .
Tanggal Kunjungan : 06 September 2022, Jam 10.00 WIB
Tempat Praktik : Rumah Ny. R
Program Studi : Bidan Profesi

Pathway Kasus Kebidanan


Kunjungan IV
Nama : Ny. R
Usia : 28 Tahun
P1 A0, 6 minggu setelah persalinan
Tanda / Gejala /
keluhan secara
teori: Patofisiologi (SesuaiTanda / Gejala / Tanda / Gejala / keluhan yang dialami
keluhan yang dialami pasien): pasien:
- Normal
- Involusi uterus - Sudah tidak ada keluhan.
- Involusi tempat plasenta - Ibu mengatakan keadaannya sudah
- Perubahan pada servik dan vagina sehat dan selalu menyusui bayinya
- Lochea dengan hanya memberikan ASI.
- Laktasi - lochea sudah tidak keluar (Alba).
- TFU sudah tidak teraba.
Asuhan yang diberikan:
Rasionalisasi dari asuhan yang diberikan:
- Menjelaskan hasil pemeriksaan.
- Memberitahu bahwa involusi uteri ibu berjalan dengan - Agar ibu mengetahui keadaannya.
normal, TFU bertambah kecil, tidak ada perdarahan yang - Ibu sudah mngerti
abnormal dan tidak berbau. - Dokumentasi untuk perlindungan hukum
- Menganjurkan ibu untuk menyusui bayi dengan ASI saja bidan.
selama 6 bulan tanpa masakan tambahan apapun seperti
bubur, pisang, nasi dan lain-lain.
- Memberikan HE tentang KB dan menjelaskan tentang
macam-macam KB, keuntungan, kerugian, dan efek
sampingnya.
- Memberitahu ibu jika ada keluhan apapun segera periksa
ke tenaga Kesehatan.
- Menganjurkan ibu membawa bayinya untuk
penimbangan dan imunisasi dan menuliskan jadwal
imunisasi di buku KIA.
- Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga pola makan yang
sehat dan bergizi, karena mempengaruhi produksi ASI.
- Melengkapi partograf.

Evaluasi asuhan yang diberikan:

- Ibu mengerti dengan keadaannya saat ini


- Partograf telah terisi lengkap. BAB IV
PEMBAHASAN

Selama melakukan kunjungan asuhan kebidanan masa nifas, Ny. “R” telah mendapatkan
standar asuhan pelayanan standar minimal dalam asuhan masa nifas. Studi kasus ini
menggunakan metode dengan pendekatan asuhan kebidanan yaitu SOAP yang meliputi
subjektif, objektif, assessment, plan, dan lembar implementasi serta evaluasi yang diberikan
pada ibu hamil Ny. “R” di puskesmas Sukatani. Kunjungan masa nifas dilakukan pada tanggal
26 Juli 2022, sebagai berikut:

3.1. KUNJUNGAN I
4.1.1. Asuhan yang Diberikan:
- Menginformasikan kepada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan saat ini,
- Menjelaskan kepada ibu bahwa keluhan rasa mules yang ibu alami merupakan hal
yang normal, karena rahim yang keras dan mules berarti rahim sedang berkontraksi
yang dapat mencegah terjadinya perdarahan pada masa nifas.
- Beritahu ibu tentang gizi yang seimbang agar kebutuhan bayi pada masa laktasi bisa
terpenuhi.
- Memberitahu ibu cara menyusui yang benar.
- Memberitahu kepada ibu jadwal pemberian ASI yaitu ASI diberikan setiap 2 jam atau
setiap bayi menangis.
- Memberitahu ibu untuk selalu mengganti pembalut secara rutin 2-3 kali sehari atau
bila penuh.
- Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini seperti miring kekanan dan kiri sertake
kamar mandi untuk membersihkan tubuh dan daerah kelamin ibu.
- Memberitahu kepada ibu tanda-tanda bahaya pada masa nifas.
- Melakukan dokumentasi dan melengkapi partograf.
4.1.2. Data Subjektif
Ibu mengatakan nyeri dan mulas setelah melahirkan. Pada tanggal 26 Juli 2022
pukul 11.15 WIB Ny. R melahirkan bayi perempuan secara normal spontan pervaginam
dengan panjang badan 40 cm, berat badan 3200 gram. Tidak ada komplikasi selama
proses kelahiran baik dari Ny. R maupun bayinya. Ny. R melahirkan bayi pada usia
kehamilan 38 minggu. ASI Belum Keluar dan bayi sudah di lakukan IMD.
4.1.3. Data Objektif
Pada saat kunjungan awal keadaan umum ibu baik, Takanan darah 110/80 mmHg,
Denyut nadi 85x/menit, Pernafasan 23 x/menit. Kontraksi uterus baik, TFU 2 jari
dibawah pusat, Payudara sudah mengeluarkan colostrum, Pengeluaran pervaginam
berwarna merah (lochea rubra), tidak ada laserasi, Kandung kemih kosong. Menurut
peneliti hal ini merupakan kondisi normal di masa nifas 6 jam dan sesuai dengan
pendapat (Sulis dkk, 2019). Kesimpulan dari pemeriksaan fisik, ibu tidak ada kelainan
dan normal.
4.1.4. Assessment
Ny. R usia 28 tahun P1A0, 6 hari masa nifas. Ibu mengatakan nyeri dan mulas
setelah melahirkan. Pendapat peneliti, hal ini merupakan kondisi normal di masa nifas 6
jam dan sesuai dengan Sukma, dkk, (2017).

4.1.5. Perencanaan.
- Menjelaskan hasil pemeriksaan.
- Melakukan massage pada fundus uteri.
- Memantau kontraksi Rahim, Mengontrol perdarahan, Melakukan pemeriksaan TTV
dan keadaan umum ibu setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada1
jam kedua.
- Membersihkan ibu dari darah dan cairan.
- Memantau Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan Memberikan dukungan psikologis pada
ibu untuk memberikan ASI.
- Mengganti pakaian ibu.
- Memberikan nutrisi yang adekuat.
- Mengajarkan keluarga tanda bahaya masa nifas.
- Melengkapi partograf.
4.1.6. Implementasi
- Informasikan hasil pemeriksaan.
- Mengobservasi TD, nadi, kontraksi, TFU, kandung kemih, perdarahan, 2 – 3 kali
pada 15 menit pertama, setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit pada
jam kedua. Suhu setiap 1 jam selama 2 jam pertama (semua hasil pemeriksaan
normal).
- Bersihkan perineum dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering.
- Menganjurkan ibu untuk minum dan makan sesuai dengan menu yang disukainya
(Ibu menghabiskan makanan yanag diberikan).
- Biarkan ibu untuk beristirahat dan bantu ibu pada posisi yang nyaman.
- Biarkan bayi berada bersama ibu dan menganjurkan ibu untuk tetap menyusui
bayinya.
- Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAK dan bantu ibu untuk BAK spontan.
- Mengajari ibu atau anggota keluarga tentang tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi.
- Melakukan dokumentasi dan melengkapi partograf.
4.1.7. Evaluasi
- Ibu mengerti dengan keadaannya saat ini dengan menjelaskan kembali bahwa ibu
berada dalam masa nifas.
- Dilakukan massage pada pundus uteri.
- Dilakukan pemantauan kontraksi pada rahim, perdarahan dan robekan pada perineum.
- Pemeriksaan TTV dan kondisi ibu dalam keadaan baik.
- Pakaian ibu sudah di ganti.
- Ibu diberikan makan dan minum.
- Keluarga paham akan tanda bahaya.
- Partograf telah terisi lengkap.

4.2. KUNJUNGAN II
4.2.1. Asuhan yang Diberikan:
- Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa keadaannya sehat Ibu sudah
mengetahui hasil pemeriksaan.
- Mengingatkan kembali ibu tentang tanda bahaya masa nifas yaitu perdarahan lewat
jalan lahir, keluar cairan berbau dari jalan lahir, bengkak di wajah, tangan dan kaki
atau sakit kepala dan kejang, demam lebih dari 2 hari, payudara bengkak, merah
disertai rasa sakit, murung, sedih dan menangis tanpa sebab, Ibu memahami tanda
bahaya nifas dan dapat mengulang informasi yang diberikan.
- Memberitahu bahwa involusi uteri ibu berjalan dengan baik dan normal TFU
pertengahan simfisis dengan pusat, uterus berkontraksi dengan baik, tidak ada
perdarahan abnormal dan tidak berbau. Ibu dalam keadaan normal.
- Mengingatkan ibu kembali untuk memakan makanan bergizi dan asupan nutrisi yang
cukup untuk metabolisme dan proses pembentukan ASI yaitu karbohidrat, tinggi
protein (tahu, tempe, kacang-kacangan, daging, ikan), sayur-mayur, buah-buahan dan
minum air putih minimal 3 liter/hari serta minum pil zat besi. Ibu minum air putih
lebih dari 8 gelas/hari dan telah minum pil zat besi sesuai aturan yang diberikan
petugas.
- Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, ibu bersedia. Ibu tidur di saat bayi
tidur.
- Memberikan ibu pendidikan kesehatan tentang perawatan payudara dan posisi yang
baik saat menyusui. Memastikan ibu menyusui bayi secara bergantian dan
mengajarkan posisi yang baik yaitu meletakkan bayi pangkuan ibu dengan posisi ibu
duduk, seluruh daerah hitam harus masuk ke dalam mulut bayi. Ibu mengerti dengan
penjelasan yang diberikan dan mempraktekkannya di depan petugas dengan benar.
- Menilai adanya tanda-tanda demam dan infeksi pada ibu. Tidak ada tanda-tanda
demam dan infeksi pada ibu, ibu dalam keadaan baik.
- Melakukan dokumentasi dan melengkapi partograf.
4.2.2. Data Subjektif
Ibu mengatakan keadaannya semakin membaik, nyeri perut sudah tidak terasa, ibu
sudah bisa BAB, ASI lancar keluar, bayi kuat menyusu, tidak ada penyulit dan hanya
memberikan ASI dan ibu mengatakan darah dari kemaluannya masih keluar dengan
warna merah kecoklatan.
4.2.3. Data Objektif
Pada saat kunjungan ke II keadaan umum ibu baik, TD 110/80 mmHg, Pols: 75
x/i, RR: 22 x/i, Suhu: 36,2 0C, kontraksi uterus baik, TFU pertengahan pusat – simpisis,
Pengeluaran pervaginam berwarna merah kecoklatan (Lochea Sanguiloenta) dan tidak
berbau. Menurut peneliti hal ini merupakan kondisi normal di masa nifas 6 hari dan
sesuai dengan pendapat Sukma, dkk, (2017).
4.2.4. Assessment
Ny. R usia 28 tahun P1A0, 6 hari masa nifas. Ibu mengatakan keadaannya
semakin membaik, nyeri perut sudah tidak terasa, ibu sudah bisa BAB, ASI lancar keluar,
bayi kuat menyusu, tidak ada penyulit dan hanya memberikan ASI dan ibu mengatakan
darah dari kemaluannya masih keluar dengan warna merah kecoklatan. Pendapat peneliti,
hal ini merupakan kondisi normal di masa nifas 6 hari dan sesuai dengan Sukma, dkk,
(2017).

4.2.5. Perencanaan.
- Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa keadaannya sehat.
- Mengingatkan kembali ibu tentang tanda bahaya masa nifas.
- Memberitahu bahwa involusi uteri ibu berjalan dengan baik dan normal TFU
pertengahan simfisis dengan pusat, uterus berkontraksi dengan baik, tidak ada
perdarahan abnormal dan tidak berbau.
- Mengingatkan ibu kembali untuk memakan makanan bergizi dan asupan nutrisi yang
cukup.
- Memberikan ibu pendidikan kesehatan tentang perawatan payudara dan posisi yang
baik saat menyusui.
- Menyarankan untuk istirahat yang cukup.
- Melengkapi partograf.
4.2.6. Implementasi
- Agar ibu mengetahui kemajuan dalam persalinan.
- Memberikan derajat kesehatan yg tinggi bagi ibu dan bayinya melalui upaya yang
terintegrasi dan lengkap degan intervesi yang seminimal mungkin.
- Agar keburtuhan nutrisi terpenuhi selama persalinan.
- Agar ibu merasa nyaman dan tidak cemas dalam masa nifas.
- Menjaga kehangatan dan memberikan ASI dini pada bayi.
- Melakukan dokumentasi dan melengkapi partograf.
4.2.7. Evaluasi
- Ibu mengerti dengan keadaannya saat ini dengan menjelaskan kembali bahwa ibu berada
dalam masa nifas.
- Menilai adanya tanda-tanda demam dan infeksi pada ibu. Tidak ada tanda-tanda
demam dan infeksi pada ibu, ibu dalam keadaan baik.
- Memakan makanan bergizi dan asupan nutrisi yang cukup untuk metabolisme dan
proses pembentukan ASI yaitu karbohidrat, tinggi protein (tahu, tempe, kacang-
kacangan, daging, ikan), sayur-mayur, buah-buahan dan minum air putih minimal 3
liter/hari serta minum pil zat besi.
- Memastikan ibu menyusui bayi secara bergantian dan mengajarkan posisi yang baik
- Partograf telah terisi lengkapPartograph telah terisi lengkap.
4.3. KUNJUNGAN III
4.3.1. Asuhan yang Diberikan:
- Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa keadaannya sehat.
- Mengingatkan kembali ibu tentang tanda bahaya masa nifas.
- Memastikan kembali tidak ada perdarahan abnormal, uterus tidak teraba, perdarahan
hanya bercak kecoklatan, tidak berbau.
- Menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan payudara.
- Menganjurkan pada ibu untuk istirahat cukup.
- Mengingatkan ibu kembali untuk memakan makanan bergizi dan asupan nutrisi yang
cukup untuk metabolisme dan proses pembentukan ASI.
- Menganjurkan ibu untuk menjadi akseptor KB dan memberikan konseling macam-
macam alat kontrasepsi yang sesuai kepada kondisi ibu.
- Mengingatkan ibu kembali untuk tetap menyusui bayinya supaya bayi mendapat ASI
eksklusif.
- Melakukan dokumentasi dan melengkapi partograf.

4.3.2. Data Subjektif


Ibu mengatakan keadaannya sudah sehat dan tidak ada keluhan dan selalu menyusui
bayinya dan hanya memberikan ASI, ibu sudah BAB dan Ibu mengatakan darah yang
keluar dari kemaluannya sudah tidak berwarna kecoklatan namun berwarna kekuningan
dan tidak berbau.
4.3.3. Data Objektif
Pada saat kunjungan ke III keadaan umum ibu baik, TD: 110/70 mmHg, Pols: 72
x/i, RR : 20 x/i, suhu: 36,5 0C. Pengeluaran pervaginam berwarna merah kecoklatan
(Lochea Sanguiloenta) dan tidak berbau. Muka tidak pucat, tidak oedem, tidak ada
cloasma gravidarum. Mata konjungtiva tidak pucat, sclera putih. Payudara: ASI keluar
lancar dan tidak ada nyeri tekan, puting susu kanan dan kiri menonjol, tidak lecet.
Kontraksi uterus baik. TFU sudah tidak teraba. Ekstremitas atas dan bawah, kanan dan
kiri tidak oedem.Menurut peneliti hal ini merupakan kondisi normal di masa nifas 6 hari
dan sesuai dengan pendapat Sukma, dkk, (2017).

4.3.4. Assessment
Ny. R usia 28 tahun P1A0, 2 minggu masa nifas. Ibu mengatakan keadaannya sudah sehat
dan tidak ada keluhan dan selalu menyusui bayinya dan hanya memberikan ASI, ibu
sudah BAB dan Ibu mengatakan darah yang keluar dari kemaluannya sudah tidak
berwarna kecoklatan namun berwarna kekuningan dan tidak berbau. Pendapat peneliti,
hal ini merupakan kondisi normal di masa nifas 2 minggu dan sesuai dengan Sukma, dkk,
(2017).
4.3.5. Perencanaan.
- Menjelaskan hasil pemeriksaan.
- Mengingatkan kembali ibu tentang tanda bahaya masa nifas.
- Mengingatkan kembali ibu untuk melakukan perawatan payudara
- Memastikan kembali tidak ada perdarahan abnormal.
- Menyarankan kembali untuk pemberian ASI eksklusif.
- Menganjurkan ibu untuk menjadi akseptor KB dan memberikan konseling macam-
macam alat kontrasepsi yang sesuai kepada kondisi ibu.
- Melengkapi partograf.
4.3.6. Implementasi
- Agar ibu mengetahui kemajuan dalam masa nifas.
- Deteksi dini dapat dilakukan.
- Memberikan derajat kesehatan yg tinggi bagi ibu dan bayinya melalui upaya yang
terintegrasi dan lengkap degan intervesi yang seminimal mungkin.
- Menjaga kehangatan dan memberikan ASI dini pada bayi.
- Agar kebutuhan nutrisi terpenuhi selama persalinan.
- Melakukan dokumentasi dan melengkapi partograf.
4.3.7. Evaluasi
- Ibu mengerti dengan keadaannya saat ini dengan menjelaskan kembali bahwa ibu
masa nifas normal dengan kondisi yang baik.
- Ibu mengerti tentang keuntungan dan efek samping dari tiap- tiap alat kontrasepsi.
- Ibu mengerti tentang keuntungan pemberian ASI eksklusif.
- Partograf telah terisi lengkapPartograph telah terisi lengkap.
4.4. KUNJUNGAN IV
4.4.1. Asuhan yang Diberikan:
- Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa keadaannya sehat.
- Memberitahu bahwa involusi uteri ibu berjalan dengan normal, TFU bertambah kecil,
tidak ada perdarahan yang abnormal dan tidak berbau. Ibu dalam keadaan normal.
- Menganjurkan ibu untuk menyusui bayi dengan ASI saja.
- Memberitahu kepada ibu bahwa ibu sudah dapat kembali aktif untuk melakukan
hubungan seksual.
- Memberikan HE tentang KB dan menjelaskan tentang macam-macam KB,
keuntungan, kerugian, dan efek sampingnya.
- Memberitahu ibu jika ada keluhan apapun segera periksa ke tenaga Kesehatan.
- Menganjurkan ibu membawa bayinya untuk penimbangan dan imunisasi dan
menuliskan jadwal imunisasi di buku KIA.
- Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga pola makan yang sehat dan bergizi.
- Melakukan dokumentasi dan melengkapi partograph.
- Melengkapi partograph
4.4.2. Data Subjektif
Ibu mengatakan keadaannya semakin membaik, nyeri perut sudah tidak terasa, ibu
sudah bisa BAB, ASI lancar keluar, bayi kuat menyusu, tidak ada penyulit dan hanya
memberikan ASI dan ibu mengatakan darah dari kemaluannya masih keluar dengan
warna merah kecoklatan.
4.4.3. Data Objektif
Pada saat kunjungan ke II keadaan umum ibu baik, TD 110/80 mmHg, Pols: 75
x/i, RR: 22 x/i, Suhu: 36,2 0C, kontraksi uterus baik, TFU pertengahan pusat – simpisis,
Pengeluaran pervaginam berwarna merah kecoklatan (Lochea Sanguiloenta) dan tidak
berbau. Menurut peneliti hal ini merupakan kondisi normal di masa nifas 6 hari dan
sesuai dengan pendapat Sukma, dkk, (2017).
4.4.4. Assessment
Ny. R usia 28 tahun P1A0, 6 hari masa nifas. Ibu mengatakan keadaannya
semakin membaik, nyeri perut sudah tidak terasa, ibu sudah bisa BAB, ASI lancar keluar,
bayi kuat menyusu, tidak ada penyulit dan hanya memberikan ASI dan ibu mengatakan
darah dari kemaluannya masih keluar dengan warna merah kecoklatan. Pendapat peneliti,
hal ini merupakan kondisi normal di masa nifas 6 minggu dan sesuai dengan Sukma, dkk,
(2017).

4.4.5. Perencanaan.
- Menjelaskan hasil pemeriksaan.
- Memberitahu bahwa involusi uteri ibu berjalan dengan normal, TFU bertambah kecil,
tidak ada perdarahan yang abnormal dan tidak berbau.
- Menganjurkan ibu untuk menyusui bayi dengan ASI saja selama 6 bulan tanpa
masakan tambahan apapun seperti bubur, pisang, nasi dan lain-lain.
- Memberikan HE tentang KB dan menjelaskan tentang macam-macam KB,
keuntungan, kerugian, dan efek sampingnya.
- Memberitahu ibu jika ada keluhan apapun segera periksa ke tenaga Kesehatan.
- Menganjurkan ibu membawa bayinya untuk penimbangan dan imunisasi dan
menuliskan jadwal imunisasi di buku KIA.
- Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga pola makan yang sehat dan bergizi, karena
mempengaruhi produksi ASI.
- Melengkapi partograf.
4.4.6. Implementasi
- Agar ibu mengetahui keadaannya.
- Ibu sudah mengerti.
- Dokumentasi untuk perlindungan hukum bidan.
- Melakukan dokumentasi dan melengkapi partograf.
4.4.7. Evaluasi
- Ibu mengerti dengan keadaannya saat ini dengan menjelaskan kembali bahwa ibu berada
dalam masa nifas.
- Menilai adanya tanda-tanda demam dan infeksi pada ibu. Tidak ada tanda-tanda
demam dan infeksi pada ibu, ibu dalam keadaan baik.
- Memakan makanan bergizi dan asupan nutrisi yang cukup untuk metabolisme dan
proses pembentukan ASI yaitu karbohidrat, tinggi protein, sayur-mayur, buah-buahan
dan minum air putih minimal 3 liter/hari serta minum pil zat besi.
- Memastikan ibu menyusui bayi secara bergantian dan mengajarkan posisi yang baik
- Partograf telah terisi lengkapPartograph telah terisi lengkap.
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan Berdasarkan hasil studi kasus mengenai gambaran masa nifas normal
di Puskesmas Sukatani yang telah dilakukan pada tanggal 26 Juli 2022 dapat disimpulkan
bahwa:
Pada KF 1 dilakukannya asuhan pada 6-8 jam setelah persalinan, asuhan yang
dilakukan diantanya : Melakukan asuhan yaitu pemantauan TTV, kontraksi, dan
pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan. Menurut Ari Kurniawan, (2016) pada 2 jam
postpartum observasi yang dilakukan pemeriksaan TTV, kontraksi uterus,evaluasi TFU,
perkirakan kehilangan darah tidak boleh >500 cc/ nilai perdarahan dan memastikan ibu
mencukupi kebutuhan nutrisi dan cairannya untuk mencegah hilangnya energi setelah
mengeluarkan banyak tenaga selama kelahiran. Menjelaskan bahwa keluhan yang dialami
seperti mulas yang dirasakan adalah normal karena menurut pada saat setelah persalinan
uterus berkontraksi untuk proses kembalinya rahim kebentuk semula, Menurut Ari
Kurniawan (2016) pada 2 jam postpartum harus memastikan ibu mencukupi kebutuhan
nutrisi dan cairannya untuk mencegah hilangnya energi setelah mengeluarkan banyak
tenaga selama kelahiran.
Memberikan asuhan menganjurkan ibu untuk BAK ke kamar mandi. Menurut
Febi Sukma, (2017) mobilisasi dianjurkan pada 2 jam postpartum , mobilisasi berdampak
positif yaitu ibu merasa lebih sehat, faal usus dan kandung kemih dan dapat merawat
anaknya. Memberikan asuhan kepada ibu mengenai perawatan luka perineum. Pada masa
postpartum seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi, maka dilakukannya perawatan
perineum. Memberikan obat tablet Fe 1, Vit.A 1, dan meminum paracetamol 1 tablet.
Pemberian vitamin A pada ibu dapat menaikkan jumlah kandungan vitamin A dalam ASI
selain bermanfaat bagi ibu, bermanfaat juga bagi bayi karena bayi menyusu dengan
ibunya maka secara tidak langsung bayipun memperolehnya. Dan pemberian paracetamol
untuk ibu karena paracetamol merupakan analgesik untuk mengurangi nyeri sehingga
diberikan kepada ibu untuk mengurangi nyeri yang dirasakan setelah mengalami proses
persalinan. Dapat disimpulkan bahwa asuhan yang diberikan sesuai dengan teori.
Memberikan konseling mengenai cara perawatan bayi baru lahir, tanda bahaya
masa nifas, kebutuhan ibu nifas, pemberian ASI eksklusif. Selain itu, menurut Elly Dwi
Wahyuni, (2018) memberikan konseling tentang masa nifas merupakan aspek penting
agar terhindar adanya penyulit/ komplikasi baik dari segi ibu maupum bayi. Memberitahu
tanda bahaya pada masa nifas adalah penerapan dari asuhan sayang ibu karena dengan
memberitahu tanda bahaya pada masa nifas ibu dapat mengetahui tanda bahaya yang
dapat terjadi pada masa nifas sehingga ibu dapat mengantisipasi apabila terjadi tanda
bahaya pada masa nifas pada dirinya. Dan melakukan jadwal kunjungan ulang. Dapat
disimpulkan asuhan yang diberikan sesuai dengan teori mengenai kunjungan masa nifas.
Pada KF 2 dilakukannya asuhan pada 6 hari setelah persalinan, asuhan yang
dilakukan diantanya: Memastikan involusi uterus barjalan dengan normal, uterus
berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan
abnormal. menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan. Memberikan
asuhan mengenai cara mengatasi masalah menyusui, putting susu lecet dan mengajarkan
teknik menyusui . Menurut Elly Dwi Wahyuni, (2018) Menyusui tetap dilakukan dimulai
dari puting susu yang tidak lecet agar ketika bayi dengan daya hisap paling kuat dimulai
dari puting susu yang tidak lecet. Melakukan asuhan dengan mengajarkan ibu pemijatan
oksitosin dan masasse payudara untuk mengatasi masalah bendungan ASI. Menurut
Zubaidah, ( 2021) cara penanganan bendungan ASI yaitu kompres hangat, mengeluarkan
ASI sedikit dan melakukan kompres hangat pada payudara dan masasse payudara.
Melakukan asuhan dengan memberitahukan kebutuhan istirahat pada ibu nifas.
Berdasarkan teori menurut Menurut Elly Dwi Wahyuni, (2018) anjurkan ibu untuk
istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan. kurang istirahat akan
mempengaruhi ibu dalam beberapa hal antara lain mengurangi jumlah asi yang
diproduksi, memperlambat proses involusi uteri dan memperbanyak perdarahan,
menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya dan
dianjurkan ibu tidur ketika bayi tertidur. Dapat disimpulkan bahwa asuhan yang diberikan
sesuai dengan kunjungan nifas dan melakukan kunjungan ulang pada 1 minggu kedepan.
Pada KF 3 dilakukannya asuhan pada 2 minggu setelah persalinan, asuhan yang
dilakukan memastikan involusi uterus barjalan dengan normal, uterus berkontraksi
dengan baik, tinggi fundus uteri di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal.
menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan. memastikan ibu mendapat
istirahat yang cukup. memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan cukup cairan.
memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada tanda-tanda kesulitan
menyusui. Selanjutnya memberikan konseling KB untuk mempersiapkan perencanaan
alat kontrasepsi yang akan digunakan pada 6 minggu postpartum. Setelah hari ke 10
mulai membicarakan tentang alat kontrasepsi untuk mendorong ibu berfikir positif
tentang rencana kehamilan berikutnya dan dapat mengetahui alat kontrasepsi yang cocok
digunakan ibu sesuai kebutuhan ibu. Dapat disimpulkan bahwa penatalaksanaan yang
dilakukan sesuai dengan teori serta asuhan yang diberikan setiap kunjungannya.
Pada KF 4 dilakukannya asuhan pada 2 minggu setelah persalinan,
memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa keadaannya sehat hasil
pemeriksaan. Memberitahu bahwa involusi uteri ibu berjalan dengan normal, TFU
bertambah kecil, tidak ada perdarahan yang abnormal dan tidak berbau. Menganjurkan
ibu untuk menyusui bayi dengan ASI saja selama 6 bulan tanpa masakan tambahan
apapun seperti bubur, pisang, nasi dan lain-lain. Memberikan HE tentang KB dan
menjelaskan tentang macam-macam KB, keuntungan, kerugian, dan efek sampingnya.
Memberitahu ibu jika ada keluhan apapun segera periksa ke tenaga Kesehatan.
Menganjurkan ibu membawa bayinya untuk penimbangan dan imunisasi dan menuliskan
jadwal imunisasi di buku KIA. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga pola makan yang
sehat dan bergizi, karena mempengaruhi produksi ASI. Ibu mengerti dan mengatakan
akan selalu menjaga pola makanan yang sehat dan bergizi.
Setelah dilakukan pengkajian sampai evaluasi kasus, tidak terdapat kesenjangan teori
dan praktik di lapangan. Setelah dilakukan asuhan kebidanan kepada Ny. R pada masa
nifas melalui KF1, KF2, KF3, KF4, dapat disimpulan bahwa sebagai seorang bidan
sangat penting memberikan asuhan sesuai standar kepada setiap pasien dan masyarakat
terutama di dalam memberikan pelayanan kebidanan. Asuhan masa nifas yang diberikan
pada Ny.N mulai dari kunjungan Nifas pertama hingga kunjungan nifas keempat di
Puskesmas Sukatani sudah terlaksana. Asuhan ini di lakukan untuk memantau
perkembangan kesehatan ibu dan bayi serta mendeteksi dini adanya komplikasi yang
mungkin akan terjadi sehingga dapat dihindari.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil studi kasus dan kesimpulan, maka penulis dapat memberikan
saran sebagai berikut:

1. Untuk Penulis
Selanjutnya Hasil penulis ini dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya
dan diharapkan penulis selanjutnya dapat melakukan penelitian lebih mendalam.
2. Untuk Masyarakat
khususnya ibu hamil diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang anemia
pada ibu hamil dengan cara lebih banyak membaca buku, leaflet, internet atau
bertanya pada tenaga kesehatan.
3. Untuk Instansi
Puskesmas diharapkan mempertahankan dan meningkatkan program kesehatan yang
sudah ada seperti kelas untuk ibu/ ibu hamil yang diadakan setiap 3 kali selama 1
tahun dan promosi kesehatan tentang persiapan kehamilan yang sehat serta asupan
Gizi yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

Riskesdas, K. (2018). Hasil Utama Riset Kesehata Dasar (RISKESDAS). Journal of Physics A:
Mathematical and Theoretical, 44(8), 1–200. https://doi.org/10.1088/1751-
8113/44/8/085201
Kementerian Kesehatan. Hasil Utama Riskesdas 2018 [Internet]. 2018. p. 5–200. Available
from:
https://kesmas.kemkes.go.id/assets/ upload/dir_519d41d8cd98f00/files/ Hasil-riskesdas-
2018_1274.pdf
Kemenkes RI. (2019). Info Data dan Informasi. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.
Riskesdas. (2018). Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian RI, Jakarta.
World Health Organization. (2019). Maternal mortality. Diakses dari
https://www.who.int/en/news-room/fact-sheets/detail/maternal-mortality
Handayani dan Mulyati.2017. Dokumentasi Kebidanan. Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia
Pratiwi M. Arantika dan Fatimah, 2019. Patologi Kehamilan. Pustaka Baru Press, Yogyakarta
Dewi, A. D. C. (2019) ‘Analisis Kelancaran Produksi ASI pada Ibu Nifas Dengan Perawatan
Payudara’, Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan.
Rosita, E. (2017) ‘Hubungan Perawatan Payudara Pada Ibu Nifas Dengan Bendungan Asi’,
Midwifery Journal Of STIKes Insan Cendekia Medika Jombang Volume.
Ratnawati, A. (2020). Asuhan Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: PUSTAKA BARU
PRESS.
Sutanto, A. V., & Fitriana, Y. (2019). Asuhan Pada Kehamilan (1 ed.). Yogyakarta: PUSTAKA
BARU PRESS.
Wahyuni Dwi Elly. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal . Jakarta: Kemenkes RI; 2018.
Hayati F. Personal Hygiene Pada Masa Nifas. J Abdimas Kesehat. 2020.
Zubaidah. Asuhan Keperawatan Nifas. Yogyakarta: Deepublish; 2021.
Fitriahahadi E. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Beserta Daftar Tilik. Yogyakarta:
Universitas Aisyiyah Yogyakarta; 2018.
Handayani Sih Rini. Bahan Ajar Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: Kemenkes RI; 2017.
Sukma F. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Fakultas Kedokteran Dan Kesehatan
Universitas Muhamadiyah Jakarta, 2017.
Walyani Es. Asuhan Kebidanan Masa Nifas & Menyusui. Yogyakarta: Pustaka Baru Press;
2015.
Pratiwi L. Modul Ajar & Pratikum Keperawatan Maternitas. Sukabumi: CV. Jejak; 2020.
Kurniawan A. Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir. Jakarta: KEMENKES RI;
2016.

Anda mungkin juga menyukai