LAPORAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN By NY “f” umur 24 tahun dengan pemeriksaan
Kehamilan yang Sehat
Pembimbing I
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus
yang berjudul ASUHAN KEBIDANAN By NY “f” umur 24 tahun dengan
pemeriksaan Kehamilan yang Sehat ,DI RSUD BUMI PANUA POHUWATO 2021
ii
Dalam penulisan laporan, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Penulis berharap
semoga laporan kasus ini dapat berguna bagi pembaca umumnya dan profesi
kebidanan khususnya. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan
hidayahNya kepada kita semua.
Gorontalo,06 – 02-2021
Penulis
iii
DAFTAR ISI
A. Pengertian ............................................................................................................. 4
A.Laporan Kasus dengan Metode SOAP ................ Error! Bookmark not defined.
B. Laporan Kasus dengan Metode Patway ............. Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan suatu keadaan membahagiakan bagi seorang wanita
karena didalam kandungannya ada embrio yang dinantikan hingga kelak lahirnya
janin, yang diperkirakan sekitar 40 minggu kemudian (Kuswanti, 2014). Ketika
seorang wanita menginginkan kehamilan, disitulah dimulainya sebuah komitmen
untuk menjalani hidup sehat. Pola hidup sehat ketika hamil menjadi perhatian serius
karena akan berpengaruh terhadap kelangsungan kesehatan ibu, pertumbuhan dan
perkembangan janin, proses persalinan, serta mengurangi resiko kelahiran abnormal
pada janin. Kehamilan yang sehat didukung dengan adanya pemeriksaan kesehatan
sebelum kehamilan. Pemeriksaan ini penting karena akan membantu mengatasi
kemungkinan terjadinya kelainan genetik pada janin dalam kandungan (Pujiastuti,
2014).Kondisi kesehatan calon ibu pada masa awal kehamilan akan mempengaruhi
kesehatan kehamilan serta kondisi status kesehatan calon bayi yang masih didalam
rahim, sehingga selama masa prakonsepsi disarankan agar calon ibu dapat
menjaga pola hidup sehat (Johnson, 2016).
1
Beberapa Studi di Eropa dan AS menunjukkan bahwa wanita yang
merencanakannya kehamilan lebih cenderung mengadopsi perilaku prakonsepsi
yang lebih sehat,termasuk asupan asam folat, berhenti merokok, dan mengurangi
konsumsi alkohol (Backhausen et al, 2014). Sebuah penelitian cross-sectional
Denmark dengan 258 wanita hamil menemukan bahwa wanita dengan kehamilan
yang terencana lebih mungkin untuk mengkonsumsi asam folat (57% berbanding
2%) dan melaporkan lebih sedikit mengkonsumsi minuman keras (20% berbanding
31%). Studi ini menemukan perbedaan yang signifikan dalam perilaku kesehatan
prakonsepsi antara kehamilan yang direncanakan dan tidak direncanakan (Stern et
al, 2016).
Di Amerika Serikat, dalam 25 tahun terakhir, tingkat kematian ibu dengan
kehamilan yang tidak direncanakan, bayi dengan berat badan lahir rendah, dan bayi
premature terus meningkat hingga dua kali lipat. Angka ini memiliki implikasi sosial
dan ekonomi yang signifikan, misalnya jumlah bayi yang dilahirkan premature di AS
tahun 2000 dan 2010 menunjukkan peningkatan lebih dari 3 % dan pada tahun 2010
angka kelahiran premature adalah 12% angka kelahiran hidup (Helen, dkk. 2015).
Kurang energi kronik (KEK) masih merupakan masalah gizi utama yang sering
terjadi pada WUS. Prevalensi KEK pada WUS di Indonesia menurut Indeks
Pembangunan Kesehatan Masyarakat tahun 2013 menunjukkan angka sebesar
20,97% sementara untuk provinsi Sumatera Utara sebesar 17,61% Dampak dari
wanita yang menderita KEK antara lain dapat mengakibatkan terjadinya anemia,
kematian pada ibu saat melahirkan, kematian janin, bayi berat lahir rendah (BBLR),
kelahiran prematur, lahir cacat hingga kematian pada bayi (Stephanie, dkk. 2016).
2
pentingnya kesehatan dalam hal ini merencanakan kehamilan. Perawatan kehamilan
dimasyarakat sangat dipengaruhi beberapa aspek seperti aspek sosial, ekonomi,
pendidikan dan budaya (Rahim, dkk. 2013).
Persiapan yang baik akan menghasilkan kehamilan yang sehat dan dengan
mengikuti pola hidup sehat maka kehamilan akan berjalan dengan baik dan dapat
menghindari timbulnya depresi setelah kelahiran ataupun kesulitan menyusui
(Wendy, 2007).oleh karena itu pentingnya dilakukan identifikasi calon ibu yang ingin
hamil untuk mempersiapkan kehamilan yang sehat yang di landasi dengan
pengetahuan dan perilaku yang baik selama masa prakonsepsi untuk meningkatkan
derajat kesehatan ibu dan janin serta mencegah terjadinya berbagai komplikasi
selama masa kehamilan.
B. Tujuan
a. Mahasiswa mampu Mengidentifikasi pengetahuan ibu prakonsepsi untuk
kehamilan yang sehat
b. Mahasiswa mampu Mengidentifikasi sikap ibu prakonsepsi untuk kehamilan
yang sehat
c. Mahasiswa Mengidentifikasi tindakan ibu prakonsepsi untuk kehamilan yang
sehat
d. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi asuhan kebidanan pada ibu
prakonsepsi untuk kehamilan yang sehat
e. Mampu membuat dokumentasi asuhan kebidanan SOAP ibu prakonsepsi
untuk kehamilan yang sehat
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
a. Definisi
Perilaku terdiri dari tiga komponen yaitu pengetahuan, sikap dan
tindakan (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan adalah hasil pengindraan
manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang
dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya
pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut
sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap
objek.
Periode prakonsepsi adalah rentang waktu dari tiga bulan hingga satu
tahun sebelum konsepsi dan idealnya harus mencakup waktu saat
4
ovum dan sperma matur, yaitu sekitar 100 hari sebelum konsepsi
(Susilowati dan Kuspriyanto, 2016). Masa prakonsepsi merupakan
masa sebelum hamil, wanita prakonsepsi diasumsikan sebagai wanita
dewasa atau wanita usia subur yang siap menjadi seorang ibu, dimana
kebutuhan gizi pada masa ini berbeda dengan masa anak-anak,
remaja, ataupun lanjut usia. Wanita pranikah merupakan bagian dari
kelompok WUS yang perlu mempersiapkan kecukupan gizi tubuhnya,
karena sebagai calon ibu, gizi yang optimal pada wanita pranikah akan
mempengaruhi tumbuh kembang janin, kondisi kesehatan bayi yang
dilahirkan dan keselamatan selama proses melahirkan. Masa pranikah
dapat dikaitkan dengan masa prakonsepsi, karena setelah menikah
wanita akan segera menjalani proses konsepsi. Masa prakonsepsi
merupakan masa sebelum kehamilan (Paratmanitya, dkk. 2012).
5
diinginkan dan merupakan salah satu faktor penting dalam upaya
menurunkan angka kematian maternal. Menjaga jarak kehamilan tidak
hanya menyelamatkan ibu dan bayi dari sisi kesehatan, namun juga
memperbaiki kualitas hubungan psikologi keluarga (Mirza, 2008).
b. Persiapan Kesehatan
1. Status Nutrisi
Salah satu masalah gizi yang dihadapi di Indonesia adalah masalah
gizi pada masa kehamilan, gizi prakonsepsi didefinisikan sebagai
masukan makanan dan kebiasaan makan yang dilakukan wanita usia
subur yang merencanakan kehamilan Status gizi prakonsepsi juga
merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi
kondisi kehamilan dan kesejahteraan bayi. Keadaan kesehatan dan
status gizi ibu hamil ditentukan jauh sebelumnya, yaitu pada masa
remaja dan dewasa sebelum hamil atau selama menjadi Wanita Usia
Subur (WUS). Kualitas bayi yang dilahirkan sangat tergantung kepada
keadaan gizi ibu sebelum dan selama kehamilan (Cetin, et al. 2009).
Dampak dari ketidakseimbangan asupan gizi ibu hamil dapat
menimbulkan gangguan selama kehamilan, baik terhadap ibu maupun
janin yang dikandungnya. Apabila kondisi ini berlangsung dalam waktu
yang lama maka akan terjadi ketidakseimbangan asupan untuk
pemenuhan kebutuhan dan pengeluaran energi sehingga
menyebakan ibu hamil mengalami Kekurangan Energi Kronis
(Yuliastuti, 2013). Kekurangan energi kronis (KEK) merupakan suatu
kondisi dimana seorang ibu hamil menderita kekurangan asupan
makan yang berlangsung dalam jangka waktu lama (menahun atau
kronis) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan, sehingga
peningkatan kebutuhan zat gizi pada masa kehamilan tidak dapat
terpenuhi (Kemenkes, 2015).
Di Indonesia banyak terjadi kasus KEK ibu hamil salah satunya
disebabkan karena adanya ketidakseimbangan asupan gizi (energi
dan protein), sehingga zat gizi yang dibutuhkan tubuh tidak tercukupi.
Status gizi ibu hamil dipengaruhi oleh berbagai faktor, karena pada
6
masa kehamilan banyak terjadi perubahan pada tubuhnya yaitu
adanya peningkatan metabolisme energi dan juga berbagai zat gizi
yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin yang
ada dalam kandungannya. Faktor tersebut diantaranya adalah usia,
pendidikan, absopsi makanan, paritas, dan status ekonomi. Proporsi
wanita usia subur dan wanita hamil risiko KEK dilihat berdasarkan
indikator lingkar lengan atas (LILA sebesar 24,2%), untuk
mengambarkan adaya risiko KEK pada wanita hamil digunakan batas
rata-rata LILA < 23,5 cm (Depkes, 2013).
Wanita yang menderita malnutrisi sebelum hamil atau selama minggu
pertama kehamilan cenderung melahirkan bayi yang menderita
kerusakan otak dan sumsum tulang karena sistem saraf pusat sangat
peka pada 2–5 minggu pertama (Arisman, 2009). Kekurangan gizi
pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan
dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian
neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum (mati
dalam kandungan) dan bayi berat lahir rendah (BBLR) di bawah 2500
gram. Efek jangka pendek KEK diantaranya yaitu anemia,
perkembangan organ tidak optimal dan pertumbuhan fisik kurang,
yang mengakibatkan kurang produktifnya seseorang, sehingga perlu
ada pencegahan terhadap kejadian KEK (Waryono, 2010). Untuk
mengetahui tingkat kecukupan gizi pada seseorang maka ditetapkan
Angka Kecukupan Gizi Indonesia yang disusun oleh Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI), Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi
(2004) yang dituliskan dalam buku Gizi Ibu Hamil oleh Sayogo (2007).
Nutrisi penting yang harus di perhatikan dan dikonsumsi pada masa
prakonsepsi adalah makanan yang mengandung karbohidrat, protein,
lemak sebagai sumber energi, vitamin A, asam folat, vitamin D,
kalsium, besi, serta yodium (Badriah, 2011). Konsumsi tablet Fe
sangat berkaitan dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil. Anemia
defesiensi zat besi yang banyak dialami ibu hamil disebabkan oleh
kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe yang tidak baik ataupun cara
mengkonsumsi yang salah sehingga menyebabkan kurangnya
7
penyerapan zat besi pada tubuh ibu. Tablet zat besi sebagai suplemen
yang diberikan pada ibu hamil menurut aturan harus dikonsumsi setiap
hari. Namun, karena berbagai faktor misalnya pengetahuan, sikap dan
tindakan ibu hamil yang kurang baik, efek samping tablet yang
ditimbulkan dapat memicu seseorang untuk kurang mematuhi
konsumsi tablet zat besi secara benar sehingga tujuan dari pemberian
tablet tersebut tidak tercapai (Yenni, 2007).
Anemia adalah keadaan dimana seseorang mempunyai kadar
hemoglobin di bawah nilai normal berdasarkan jenis kelompok umur
dan jenis kelamin. Untuk subyek WUS dikategorikan anemia bila kadar
Hb kurang dari 12,0 g/dl. Kurang vitamin A apabila kurang dari 20
ug/dL. Sedangkan kategori kurang feritin apabila kadar serum feritin
kurang dari 15μg/l (Depkes, 2013). Menurut Setianingrum (2015)
dikatakan bahwa seorang ibu hamil menderita anemia bila kadar
hemoglobinnya dibawah 11 gr %. Kadar hemoglobin yang tidak normal
pada ibu hamil dapat menambah risiko mendapatkan bayi berat lahir
rendah (BBLR), gangguan perkembangan otak, dan risiko perdarahan
sebelum dan pada saat persalinan, bahkan bisa menyebabkan
kematian ibu dan bayinya, jika ibu hamil menderita anemia berat.
Keadaan ini terjadi karena kurangnya suplai darah nutrisi akan
oksigen pada plasenta yang akan mempengaruhi fungsi plasenta
terhadap janin (Depkes RI, 2016).
Status gizi ibu selama masa pembuahan dan pada saat hamil juga
mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung sehingga
gizi ibu hamil akan menentukan berat bayi yang akan dilahirkan, maka
dari itu pentingnya pemantauan gizi pada ibu hamil harus sangat
diperhatikan (Kristyanasari, 2010).
2. Faktor Psikologis (Mental)
Waspadai beberapa penyakit kelainan jiwa yang diturunkan, misalnya
schizophrenia yang dapat menggaggu keharmonisan rumah tangga.
a. Stressor internal: pemicunya adalah karena faktor dari ibu sendiri`
8
b. Stressor eksternal: Pemicunya berasal dari luar diri ibu seperti
status sosial, mal adaptasi, kasih sayang, relationship, support
mental, broken home, respon negatif dari lingkungan.
c. Dukungan keluarga: Ibu hamil sangat membutuhkan dukungan
yang intensif dari keluarga dengan cara menunjukkan perhatian
dan kasih sayang.
d. Kekerasan yang dilakukan oleh pasangan: Efek yang muncul
apabila ibu mengalami kekerasan dalam rumah tangganya adalah
gangguan rasa nyaman, dan sewaktu-waktu ibu akan mengalami
perasaan terancam yang akan berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan janinnya
9
ektopik, kelainan plasenta atau selaput janin, perdarahan
antepartum dan gemelli
b. Penyakit atau kelainan yang tidak langsung berhubungan
dengan kehamilan, terdapat hubungan timbal balik dimana
penyakit ini dapat memperberat serta mempengaruhi
kehamilan atau penyakit ini dapat diperberat oleh kehamilan.
Salah satu contohnya adalah penyakit kardiovaskular: penyakit
jantung, hipertensi, penyakit jantung rematik, endocarditi
(Jannah, 2012).
Ada dua hal penting yang berkaitan dengan kesiapan finansial, diantaranya:
a. Dana yang wajib disiapkan sebagai calon orang tua, yaitu: saat hamil seperti
biaya untuk memeriksakan kehamilan (ANC), pemeriksaan penunjang
(laboratorium, USG, dan sebagainya), serta mengatasi penyakit/masalah
(bila ada).
b. Memerlukan biaya untuk persalinan (secara normal atau operasi), seperti
biaya penginapan di rumah sakit pilihan, obat-obatan, serta biaya penolong
persalinan. Kemudian setelah bayi lahir prioritas keuangan keluarga menjadi
berubah dan perlu memperhitungkan masa depan anak.
Maka dari itu sangat perlu bagi calon orang tua mempersiapkan keuangan
bisa dengan cara menabung sejak jauh-jauh hari untuk dapat
mempersiapkan kehamilan dengan baik. Disadari atau tidak, anak ternyata
membutuhkan alokasi dana yang cukup besar (Kurniasih, 2010).
2. Perawatan prakonsepsi
Perawatan prakonsepsi adalah perawatan yang diberikan sebelum
kehamilan dengan tujuan mempermudah seorang wanita mencapai tingkat
10
kesehatan yang optimal sebelum ia mengandung. Masalah umum dalam
perawatan prakonsepsi yaitu keluarga berencana, mencapai berat badan
yang optimal, skrining dan pengobatan untuk penyakit menular, memperbarui
imunisasi yang tepat, meninjau obat untuk efek teratogenik, konsumsi
suplemen asam folat, dan pengendalian penyakit kronis sangat penting untuk
mengoptimalkan hasil kehamilan (Farahi dan Zolotor, 2013).
Pada tahun 2006, Center For Disease Control an Prevention mendefinisikan
perawatan prakonsepsi sebagai “serangkaian intervensi yang ditujukan untuk
menemukan dan memodifikasi risiko biomedis, perilaku, dan sosial pada
hasil akhir kehamilan atau kesehatan wanita melalui pencegahan dan
penatalaksanaan.” CDC menetapkan tujuan-tujuan berikut untuk
memperbaiki perawatan prakonsepsi yaitu: meningkatkan pengetahuan,
sikap, dan perilaku ibu tentang kesehatan prakonsepsi, dan memastikan
bahwa semua wanita usia subur menerima layanan perawatan prakonsepsi,
termasuk promosi kesehatan, dan intervensi yang memungkinkan mereka
memasuki kehamilan dengan kesehatan optimal, mengurangi risiko yang
diindikasikan oleh adanya penyimpangan pada hasil akhir kehamilan
sebelumnya, dan mengurangi kelainan pada kehamilan yang menyimpang.
Ada beberapa hal penting yang berkaitan dengan perawatan prakonsepsi
untuk kehamilan yang sehat yaitu:
Riwayat imunisasi ibu harus terpenuhi, untuk wanita usia subur suplementasi
asam folat 600 mg setiap hari harus didorong, wanita yang merencanakan
kehamilan dalam waktu dekat juga dapat didorong untuk memenuhi vitamin
prenatal, mengkonsumsi obat dan suplemen tidak dianjurkan secara
berlebihan kecuali atas resep dokter, penyalahgunaan obat-obatan
merupakan masalah yang semakin meningkat dan perlu di evaluasi secara
khusus, kondisi kronis yang sering terjadi pada ibu seperti hipertensi dan
diabetes memiliki potensi dampak buruk yang signifikan pada ibu dan janin
jika tidak dikontrol sebelum dan selama kehamilan. Tingkat kesehatan,
riwayat keluarga, dan sosial budaya dapat menjadi faktor penting dalam
perencanaan kehamilan, lingkungan dan pekerjaan ibu sehari-hari juga harus
di perhatikan (Helen, dkk. 2015).
11
Perawatan prakonsepsi memiliki efek positif pada berbagai aspek kesehatan
antara lain adalah mengurangi angka kematian ibu dan anak, mencegah
kehamilan yang tidak diinginkan, mencegah terjadinya komplikasi selama
kehamilan dan persalinan, bayi lahir mati, lahir prematur dan berat bayi lahir
rendah, mencegah cacat lahir, mencegah infeksi neonatal, mencegah
stunting, mencegah penularan HIV/IMS, menurunkan risiko beberapa bentuk
kanker pada anak, menurunkan risiko diabetes tipe 2 dan kardiovaskular
penyakit di kemudian hari (CDC, 2006)
3. Konseling Prakonsepsi
Konseling dalam kebidana merupakan salah satu komponen penting dalam
proses keperawatan dan pendidikan kesehatan ibu. Konseling
mencerminkan hubungan pbidan dan klien, komunikasi terapeutik, serta
pelayanan yang berorientasi pada masalah. Konseling dapat dipandang
sebagai salah satu bentuk pelayanan kebidanan, yaitu memberi petunjuk
kepada individu untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, dan perilaku
konstruktif yang berguna untuk mempertahankan dan meningkatkan derajat
kesehatannya (Tamsuri, 2008). Tenaga Kesehatan mempunyai kewajiban
membimbingdan membantu klien dalam memecahkan masalah melalui
program konseling (Priyanto, 2009).
Konseling prakonsepsi memainkan peran utama dalam mempersiapkan
kehamilan yang bertujuan untuk mengidentifikasi, memodifikasi risiko yang
berhubungan dengan kesehatan dan hasil kehamilan ibu, serta sebelum ibu
hamil (Walfisch dan Koren, 2011). Selama ini, banyak orang yang kurang
memahami pentingnya kondisi-kondisi pada masa sebelum terjadinya proses
konsepsi, sehingga para calon ibu hanya berkonsentrasi pada persiapan
proses kehamilan dan persalinan saja. Hal ini dapat dimengerti karena
pengetahuan yang kurang tentang kondisi-kondisi prakonsepsi disebabkan
tidak adanya penyuluhan-penyuluhan terhadap mereka (Sujiono, 2004).
American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) (2006) Pada
saat wanita menyadari bahwa mereka hamil 1 sampai 2 minggu setelah
terlambat haid maka medulla spinalis janin telah terbentuk dan jantung telah
berdenyut. Karena itu, banyak strategi pencegahan, misalnya asam folat
untuk mencagah cacat tabung saraf (neural-tube), diperkirakan hampir
12
separuh dari semua kehamilan yang tidak direncanakan, dan kehamilan
inilah yang mungkin berisiko paling besar. Kehamilan yang tidak diharapkan
lebih besar kemungkinannya terjadi pada wanita muda atau lajang, memiliki
tingkat pendidikan relatif rendah, merokok, minum alkohol, atau memakai
obat-obatan terlarang, dan tidak mendapatkan asam folat (Cunningham, dkk.
2015).
Untuk menilai efektivitas konseling prakonsepsi dalam mengurangi
kehamilan yang tidak direncanakan, Moos dkk, mempelajari efek program
perawatan prakonsepsi yang dilakukan di sebuah klinik departemen
kesehatan. Sebanyak 456 wanita yang menjalani konseling prakonsepsi
memperlihatkan kemungkinan 50% lebih besar untuk melaporkan bahwa
kehamilan berikutnya adalah kehamilan yang direncanakan dibandingkan
dengan 309 wanita yang mendapat perawatan kesehatan tetapi tanpa
konseling, dan kemungkinan 65% lebih besar dibandingkan dengan wanita
yang tidak mendapat perawatan kesehatan sama sekali sebelum hamil.
Kementerian Kesehatan RI (2013) mendefinisikan bahwa Wanita Usia Subur
(WUS) adalah wanita yang berada dalam periode umur antara 15-49 tahun.
Wanita pranikah merupakan bagian dari kelompok WUS perlu
mempersiapkan kecukupan gizi tubuhnya, karena sebagai calon ibu gizi yang
optimal pada wanita pranikah akan mempengaruhi tumbuh kembang janin,
kondisi kesehatan bayi yang dilahirkan dan keselamatan selama proses
melahirkan. Upaya peningkatan pengetahuan dapat dilakukan dengan cara
memberikan pendidikan gizi (Supariasa, 2014).
Kategori lain mengenai wanita yang mungkin memerlukan konseling nutrisi
adalah wanita yang mengalami kehamilan dalam jarak yang dekat, masa
remaja dimana pengaruh utama pada hasil kehamilan adalah jumlah tahun
antara menarke- an kehamilan. Semakin pendek interval antara menarke dan
kehamilan, semakin besar potensi untuk mengalami defisiensi nutrisi.
Defisiensi nutrisi juga lebih cenderung terjadi selama kehamilan karena untuk
memenuhi kebutuhan bayi yang sedang tumbuh, wanita yang memiliki
ekonomi rendah, mereka yang sudah memiliki penyakit misalnya, diabetes
dan epilepsi karena alergi makanan harus selalu didiagnosis secara medis
dan sindrom malabsorpsi, seperti penyakit Crohn, colitis ulseratif, atau
13
fibrosis kistik, memerlukan konsultasi diet, mereka yang mengalami
gangguan makan seperti anoreksia nervosa, bulimia, nervosa, atau makan
berlebihan (binge eating) (Medforth, dkk. 2011).
Dalam hal ini, peran tenaga kesehatan dalam perawatan prakonsepsi di
tingkat dasar antara lain pengkajian faktor risiko, promosi kesehatan,
intervensi klinikal, dan psikososial. Perawat harus memiliki akses, seperti
informasi tentang perawatan sebelum konsepsi untuk memberikan
anjuran/nasihat kepada calon ibu, mengevaluasi kehamilan dan bila
menemukan suatu kelainan, dapat merujuk ke dokter spesialis yang lebih
kompeten sedini mungkin. Dari peran perawat yang dilakukan tersebut,
diharapkan dapat menghasilkan sebuah kehamilan yang sehat pada
pasangan usia subur (Regina, 2011).
4. Kehamilan
Menurut Federasi Obstetri Ginekoloigi Internasional, kehamilan didefinisikan
sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan
dengan nidasi atau implantasi (Yulistiana, 2015). Menurut Departemen
Kesehatan RI (2007) kehamilan adalah masa dimulai saat konsepsi sampai
lahirnya janin, lamanya hamil normal 280 hari (40 minggu/ 9 bulan 7 hari) di
hitung dari triwulan/trimester pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan,
trimester ke-2 dari bulan ke- 4 sampai 6 bulan, triwulan/ trimester ke-3 dari
bulan ke-7 sampai ke-9.
Proses kehamilan dimulai dengan terjadinya konsepsi. Konsepsi adalah
bersatunya sel telur (ovum) dan sperma. Proses kehamilan atau (gestasi)
berlangsung selama 40 minggu atau 280 hari dihitung dari hari pertama
menstruasi terakhir. Usia kehamilan sendiri adalah 38 minggu, karena
dihitung mulai dari tanggal konsepsi (tanggal bersatunya sperma dengan
telur) yang terjadi dua minggu setelahnya (Kamariyah, dkk. 2014).
Kehamilan merupakan masa yang cukup berat bagi seorang ibu, karena itu
ibu hamil sangat membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, terutama
suami agar dapat menjalani proses kehamilan hingga melahirkan dengan
aman dan nyaman (Yuliana, 2015). Kehamilan melibatkan perubahan fisik
maupun emosional dari ibu serta perubahan sosial dalam keluarga, pada
umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan
14
kelahiran bayi sehat cukup bulan melalui jalan lahir, namun kadang-kadang
tidak sesuai dengan yang diharapkan (Prawirohardjo, 2011).
Kehamilan merupakan proses alamiah, akan tetapi dalam perjalanannya
kehamilan dapat berkembang menjadi suatu permasalahan atau dapat
menimbulkan komplikasi, sehingga perlu pemantauan selama kehamilan
untuk melihat kesejahteraan ibu dan janin. Beberapa indikator untuk melihat
kesejahteraan ibu dan janin adalah dengan mengukur berat badan, tekanan
darah, dan tinggi fundus uteri ibu setiap kali kunjungan (Yulifah, dkk. 2009).
Kehamilan tidak diinginkan adalah kehamilan yang terjadi bukan dikarenakan
ibu sedang menginginkan untuk memiliki anak, kehamilan tidak direncanakan
dapat disebabkan dari perilaku yang tidak sehat atau kondisi sebelum dan
saat hamil seperti korban pemerkosaan, kurangnya pengetahuan ibu tentang
kontrasepsi, banyak anak, usia relatif muda, pasangan tidak
bertanggungjawab, kehamilan tidak direncanakan sangat mempengaruhi
pelaksanaan pembangunan kesehatan suatu negara. Hal tersebut
dikarenakan kehamilan tidak direncanakan lebih banyak menimbulkan
kerugian seperti kesehatan ibu yang cenderung mengalami komplikasi saat
kehamilan serta kehidupan sosial ekonomi. Ibu hamil yang tidak direncanakan
cenderung untuk menghindari layanan kesehatan baik untuk pemeriksaan
ANC, bersalin maupunsaatmasa nifas. Hal tersebut mengakibatkan
kesehatan ibu dan janin tidak terpantau (Sakti, 2017).
15
Ketika seorang wanita menginginkan kehamilan, disitulah dimulainya sebuah
komitmen untuk menjalani hidup sehat. Pola hidup sehat ketika hamil menjadi
perhatian serius karena akan berpengaruh terhadap kelangsungan kesehatan
ibu, pertumbuhan dan perkembangan janin, proses persalinan, serta
mengurangi resiko kelahiran abnormal pada janin. Kehamilan yang sehat
didukung dengan adanya pemeriksaan kesehatan sebelum kehamilan.
Kehamilan yang sehat adalah kondisi ibu dalam keadaan sehat serta bayi
yang dilahirkan dalam kondisi sehat dan normal (Francis dan Nayak, 2013).
Kesehatan ibu hamil dapat terwujud dengan berperilaku hidup sehat selama
kehamilan yaitu merawat kehamilan dengan baik melalui pola hidup sehat,
asupan gizi yang baik, mengkonsumsi tablet zat besi, melakukan aktifitas
olahraga, menghindari merokok dan makan obat tanpa resep dokter.
Melakukan kunjungan minimal empat kali untuk mendapat informasi dari
petugas kesehatan tentang perawatan yang harus dilakukan (Gulardi, 2008).
Status kesehatan ibu hamil merupakan suatu proses yang butuh perawatan
khusus agar dapat berlangsung dengan baik, kehamilan mengandung unsur
kehidupan ibu maupun janin. Resiko kehamilan ini bersifat dinamis karena ibu
hamil yang pada mulanya normal, secara tiba-tiba dapat beresiko tinggi. Jika
status kesehatan ibu hamil buruk, misalnya menderita anemia maka bayi
yang dilahirkan beresiko lahir dengan berat bayi lahir rendah, bayi dengan
BBLR ini memiliki resiko kesakitan seperti infeksi saluran nafas bagian bawah
dan kematian yang lebih tinggi dari pada bayi yang dilahirkan dengan berat
badan normal. Bagi ibu sendiri anemia ini meningkatkan resiko pendarahan
pada saat persalinan dan pasca persalinan, gangguan kesehatan bahkan
resiko kematian (kusmiyati, 2009).
Anemia selama kehamilanmerupakan masalah global yang sangat
berhubungan dengan tingkat morbiditas dan mortalitas ibu, janin dan
kelahiran premature. Rendahnya kadar HB yang mengikat oksigen di dalam
darah dapat menyebabkan kekurangan oksigen pada sirkulasi ibu dan janin
sehingga terjadi hipoksia janin yang dapat mempengaruhi pertumbuhan janin,
banyak mengkonsumsi makanan sumber protein menjaga ibu hamil dari
kemungkinan terkena anemia (Ribot et al, 2013). Ibu sering mengalami
16
defisiensi besi pada trimester kedua dan ketiga, disaat tubuh memerlukan
banyak zat besi, sehingga meningkatkan resiko anemia (Proverawati, 2011).
6. Perawatan kehamilan
Merupakan salah satu faktor yang sangat perlu diperhatikan untuk mencegah
terjadinya komplikasi dan kematian ketika persalinan, di samping itu juga
untuk pertumbuhan dan kesehatan janin. Perilaku perawatan kehamilan yang
diukur merupakan tindakan yang dilakukan ibu dalam menjaga kesehatannya
seperti perawatan diri (kulit, gigi, mulut, perawatan kuku, perawatan organ
intim ) payudara, imunisasi, senam hamil, pemeriksaan kehamilan (ANC),
serta gizi untuk perkembangan janin. Perawatan kehamilan dipengaruhi oleh
faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor faktor penguat, seperti
pengetahuan yang diperoleh melalui pemahaman tentang perawatan
kehamilan. Beberapa faktor yang turut berpengaruh di antaranya usia,
pendidikan, pekerjaan, paritas, dukungan keluarga, dan ekonomi (Gamelia,
dkk. 2013).
Notoatmodjo (2007) menyebutkan bahwa perilaku seseorang didasari oleh
beberapa faktor seperti faktor predisposisi, faktor pendukung, dan faktor
pendorong. Faktor predisposisi contohnya adalah nilai dan budaya yang
dapat mempengaruhi perawatan kehamilan salah satunya pantangan
terhadap makanan tertentu (Suryawati, 2007). Fasilitas kesehatan sebagai
faktor pendukung juga dapat mempengaruhi perawatan kehamilan khususnya
dalam melakukan antenatal care (Kristina, 2009). Sedangkan faktor
pendorong misalnya dorongan dan dukungan dari pasangan.
Pemeriksaan kehamilan (Antenatal Care) adalah suatu program yang
terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil,
untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan yang aman dan
sehat. Pelayanan antenatal ini merupakan pelayanan yang diterima wanita
selama kehamilan dan sangat penting dalam membantu memastikan bahwa
ibu dan janin selamat dalam kehamilan dan persalinan (Prasojo, dkk. 2015).
Tujuan ANC (Antenatal Care) yaitu mempromosikan dan menjaga kesehatan
fisik dan mental ibu dan bayi dengan pendidikan, nutrisi, kebersihan diri, serta
proses kelahiran bayi. Mendeteksi dan menatalaksanakan komplikasi medis,
17
atau obstetri selama kehamilan. Memantau kemajuan kehamilan, memastikan
kesejahteraan ibu, dan tumbuh kembang janin. Mengetahui persiapan
persalinan serta kesiapan mencegah komplikasi. Membantu menyiapkan ibu
untuk menyusui dengan sukses, menjalankan masa nifas dengan normal,
serta merawat anak secara fisik, psikologis, dan sosial. Mempersiapkan ibu
dan keluarga untuk dapat berperan dengan baik dalam memelihara bayi agar
dapat tumbuh dan berkembang secara sehat dan normal (Jannah, 2012).
Komponen penting dalam Antenatal care (ANC) seperti mengukur tekanan
darah, memeriksa kadar proteinuria, mendeteksi tanda-tanda awal
perdarahan atau infeksi, maupun deteksi dan penanganan awal terhadap
anemia, pada kebijakan program kunjungan ulang dilakukan paling sedikit 4
kali yaitu 1 x pada trimester I, 1 x pada trimester II, dan 2 x pada trimester III
(Pantikawati dan Saryono, 2010).
18
BAB III
TINJAUAN KASUS /SITUASI
No Reg : 08 - 08 - 47
Nama Pengkajian : Nur Delvi Yanti Pidu
Hari / Tanggal : 09– 04 -2021
Waktu Pengkajian : 10:10
Tempat Pengkajian : RSBP Ruang irdo
PENGKAJIAN
FORMULIR PENGKAJIAN PRAKONSEPSI
I. IDENTITAS
Nama Klien : NY F
Kecamatan : Marisa
NIK. e-KTP :-
19
Telepon/HP : 082290255945
II. -
20
- Kecelakaan
- Tranfusi darah
V. RIWAYAT KONTRASEPSI
Kontrasepsi yang pernah digunakan : belum pernah mengunakan
Kontrasepsi terakhir sebelum hamil :-
Keluhan dalam penggunaan kontrasepsi :-
Sebelum ini pernah periksa : tidak pernah IVAx Pap smearX Tidak pernah
Merokok : tidak
21
Kurang konsumsi buah/sayur (5 porsi/hari) : Ya
GolonganDarah :B
Rhesus : ( +)
b. Kelainan Konginetal
- Spina bifida
- Labio Skisis, Palato Skisis, Genato Skisis
- Penyakit jatung bawaan
- Fibrosistik
- Down Sindrom
c. Gangguan jiwa : -
d. Kembar : tidak ada riwayat kembar
B. PEMERIKSAAN OBJEKTIF
1. BB : 49 TB : 153 IMT :………
2. Pemeriksaan TTV :
a. TD : 120 / 80
b. Suhu : 36.6
c. Nadi : 80
22
d. Pernafasan : 20
3. Head to too
a. Mata : Konjungtiva normal
Sklera :putih
b. Mulut : Caries Dentis: tidak
c. Leher : Tidak ada kelenjar getah bening dan
Kelenjar Tiroid
d. Dada
e. Payudara : Pembesaran tidak ada
Tarikan dinding payudara
C. ASSASMENT :
Seorang perempuan Usia 24 tahun ingin mempersiapan Kehamilan
dengan kondisi dalam keadaaan sehat
D. PENATALAKSANAAN
a. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa saat ini kondisi ibu dalam
keadaan baik dengan hasil Tekanan darah120 / 80 mmHg, Nadi: .80
x/menit Respirasi: .20 x/menitSuhu : 36,5°C ,TB: 153 cm, BB : 48 kg
,IMT : , ,berkolaborasi dengan dokter kadungan Hasil USG: Tampak
uterus antafleksi ovarium kiri dan kanan baik dan hasil pemeriksaan
23
lab dalam keadaan normal ( Ibu mengerti dan sudah mengetahui
keadaanya )
b. menskrining pasangan berupa siap fisik pasangan untuk kehamilan siap
mental, penerimaan kehamilan siap social, penerimaan lingkungan tentang
kehamilan siap ekonomi, pasangan sudah menyiapkan dana kehamilan.
EV ( ibu dan suami mengerti )
c. menyiapkan kesehatan pasangan nutrisi pasangan, olah raga
Bersama,mengkonsumsi makanan sehat, sayur, buah dan olahan rumah
tangga (hindari makanan instan) polusi udara hindari stress berlebihan
Ev ( Ibu dan sauami mengerti )
d. menyiapkan kesehatan pasangan rutin melakukan pemeriksaan
Ev (ibu dan suami mengerti)
e. menjelaksan Kebutuhan Gizi pada Masa Prakonsepsi. Zat-zat gizi yang
dapat memberikan energi adalah karbohidrat, lemak, dan protein, oksidasi
zat-zat gizi ini menghasilkan energi yang diperlukan tubuh untuk
melakukan kegiatan atau aktivitas
Ev (ibu dan suami mengerti)
f. Menjelaskan Bahwa setiap Pasangan Usia subur dianjurkan untuk
mengonsumsi Tablet tambah darah, Asam folat, Vit B-com.
EV : Ibu dan suami sudah mengerti dengan penjelasan bidan
24
B.PATWAY
Hari dan Tanggal : 09 -04-2021
25
Rasionalisasi dari asuhan yang diberikan
Urine plano test : Negatif Berikut pola makan yang disarankan pada pasangan prakonsepsi
untuk mengonsumsi dalam jumlah yang mencukupi:
HIV/AIDS : negative
Hepatitis : Negatif 1. Karbohidrat yang disarankan adalah kelompok
polisakarida (seperti nasi, jagung, sereal, umbi-umbian)
- Kolaborasi dengan dokter untuk usg hasil dan disarankan membatasi konsumsi monosakarida
Tampak uterus antafleksi ovarium kiri (seperti gula, sirup, makanan, dan minuman yang tinggi
dan kanan baik therapy pemberian Asam gula).
2. ProteinKekurangan protein pada tingkat berat akan
Folat, Vit B-com, Tablet Fe
memperlambat perkembangan hormone endokrin
sehingga kemampuan untuk mengikat hormone androgen
rendah. Makanan yang kaya protein bisa diperoleh dari
telur, daging, tempe, dan tahu.
- Pemeriksaan lab merupakan hasil penunjang dalam
suatu diagnose
- USG .merupakan pemerisaan yang menegakkan suatu
Evaluasi asuhan yang diberikan : diagnose, pada obgyen sendiri biasa menentukan
kehamilan atau kelainan pada ibu uterus ibu yang ingin
merencankan kehamilan
- Kebutuhan asam folat pada ibu hamil sebesar 600 ug per
ibu dan suami akan bekerjasama mengikuti hari. Selain itu kebutuhan folat tidak hanya pada saat
anjuran yaitu. Akan memperbaiki pola hamil tetapi juga sebelum hamil. Tiga bulan sebelum
makan minum, mengurangi mengkonsumsi hamil sebaiknya wanita mengkonsumsi asam folat
makanan instan dan akan berusaha sebanyak 600 ug per hari Jika kehamilan direncanakan,
mengikuti anjuran dan mengatur jadwal maka ia akan mempersiapkan gizi yang baik sebelum
26
untuk pemeriksaan Kesehatan jika perlu hamil karena kebutuhan asam folat harus dipersiapkan
sejak sebelum kehamilan.
dilakukan
BAB IV
PEMBAHASAN
Konseling prakonsepsi memainkan peran utama dalam mempersiapkan
kehamilan yang bertujuan untuk mengidentifikasi, memodifikasi risiko yang
berhubungan dengan kesehatan dan hasil kehamilan ibu, serta sebelum ibu hamil
(Walfisch dan Koren, 2011). Selama ini, banyak orang yang kurang memahami
pentingnya kondisi-kondisi pada masa sebelum terjadinya proses konsepsi,
sehingga para calon ibu hanya berkonsentrasi pada persiapan proses kehamilan
dan persalinan saja. Hal ini dapat dimengerti karena pengetahuan yang kurang
tentang kondisi-kondisi prakonsepsi disebabkan tidak adanya penyuluhan-
penyuluhan terhadap mereka (Sujiono, 2004).
27
penerimaan lingkungan tentang kehamilan,siap ekonomi, pasangan sudah
menyiapkan dana kehamilan.strategi-strategi pelayanan kesehatan menyiapkan
kesehatan pasangan,nutrisi pasangan, olah raga Bersama, mengkonsumsi makanan
sehat, sayur, buah dan olahan rumah tangga (hindari makanan instan) polusi
udara,hindari stress berlebihan lakukanpemeriksaan Kesehatan rutin Bersama
pasanga ,Kebutuhan Gizi pada Masa Prakonsepsi. Zat-zat gizi yang dapat
memberikan energi adalah karbohidrat, lemak, dan protein, oksidasi zatzat gizi ini
menghasilkan energi yang diperlukan tubuh untuk melakukan kegiatan atau
aktivitas.Berikut pola makan yang disarankan pada pasangan prakonsepsi untuk
mengonsumsi dalam jumlah yang mencukupi:Karbohidrat yang disarankan adalah
kelompok polisakarida (seperti nasi, jagung, sereal, umbi-umbian) dan disarankan
membatasi konsumsi monosakarida (seperti gula, sirup, makanan, dan minuman
yang tinggi gula).,ProteinKekurangan protein pada tingkat berat akan memperlambat
perkembangan hormone endokrin sehingga kemampuan untuk mengikat hormone
androgen rendah. Makanan yang kaya protein bisa diperoleh dari telur, daging,
tempe, dan tahu..Pemeriksaan lab merupakan hasil penunjang dalam suatu
diagnose .USG .merupakan pemerisaan yang menegakkan suatu diagnose, pada
obgyen sendiri biasa menentukan kehamilan atau kelainan pada uterus ibu yang
ingin merencankan kehamilan . Kebutuhan asam folat pada ibu hamil sebesar 600 ug
per hari. Selain itu kebutuhan folat tidak hanya pada saat hamil tetapi juga sebelum
hamil. Tiga bulan sebelum hamil sebaiknya wanita mengkonsumsi asam folat sebanyak
600 ug per hari Jika kehamilan direncanakan, maka ia akan mempersiapkan gizi yang
baik sebelum hamil karena kebutuhan asam folat harus dipersiapkan sejak sebelum
kehamilan.
28
BAB V
PENUTUP
A. Saran
1. Bagi MahasiswA
Diharapkan mahasiswa dapat menambah pengetahuan mengenai asuhan
kebidanan parakonsepsi dengan Seorang perempuan Usia 24 tahun ingin
mempersiapan Kehamilan dengan kondisi dalam keadaaan sehat
2. Bagi pasien
Diharapkan pada pus memiliki pengetahuan mengenai asuhan kebidanan
parakonsepsi dengan kehamilan sehat
3. Bagi Lahan Praktik
Tetap mempertahankan pemberian tindakan sesuai dengan SOP yang ada
B. Kesimpulan
Dalam kasus ini, penulis memahami kasus secara nyata tentang asuhan
kebidanan prakonsepsi yang diberikan, kepada Seorang perempuan Usia 24
tahun ingin mempersiapan Kehamilan dengan kondisi dalam keadaaan sehat
berjalan sesuai dengan teori, sehingga dari kasus ini penulis dapat melakukan:
assuhan kebidanan yang dilakukan pada Ny “f” berdasarkan hasil pemeriksaaan
skrining , pemeriksan lab dan kolaborasi dengan dokter.
29
30