Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH RUANG LINGKUP PROMOSI KESEHATAN

DALAM PELAYANAN KEBIDANAN PADA PUS / WUS

Dosen Pengampu :
Tatarini Ika Pipitcahyani, SST., M.Kes.

Disusun Oleh :

1. Anna Dwi Septyawati (P27824422007)


2. Griseldha Atha Safira (P27824422019)
3. Putri Afridasari (P27824422035)
4. Rizka Dewi Enggawati (P27824422036)
5. Zahra Auliya Ramadhani (P27824422047)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
TAHUN 2024

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kami semua, sehingga kami semua
dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu. Serta sholawat dan
juga salam selalu kami panjatkan kepada baginda besar kita yaitu Muhammad
SAW.
Adapun judul makalah yang kami kerjakan adalah “Ruang Lingkup
Promosi Kesehatan Dalam Pelayanan Kebidanan Pada PUS / WUS”. Makalah ini
disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Promosi Kesehatan. Oleh karena itu,
kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dwi Wahyu Wulan Sulistyowati, SST., M.Keb, selaku Ketua Jurusan
Kebidanan Kampus Surabaya Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya.
2. Dwi Purwanti, S.Kp., SST., M.Kes, selaku Ketua Program Studi Sarjana
Terapan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya dan dosen
pengampu mata kuliah Kode Etik dan Perundang-undangan Profesi Bidan.
3. Tatarini Ika Pipitcahyani, SST., M. Kes, selaku dosen pengampu mata kuliah
Promosi Kesehatan.
4. Sherly Jeniawaty, S.ST, M.Kes. selaku Dosen Mata Kuliah Promosi
Kesehatan Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya.
5. Seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam pengerjaan
makalah ini. Kami juga mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun
untuk memperbaiki isi dari makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan menambah wawasan bagi para penulis lainnya maupun pembaca.

Surabaya, 27 Januari 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................6
1.3.1 Tujuan umum.....................................................................................6
1.3.2 Tujuan khusus....................................................................................6
1.4 Manfaat Penulisan.....................................................................................6
1.4.1 Manfaat bagi mahasiswa....................................................................6
1.4.2 Manfaat bagi tenaga kesehatan..........................................................7
BAB II.....................................................................................................................8
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................8
2.1 Pengertian PUS / WUS..............................................................................8
2.2 Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Pada PUS / WUS.............................9
1.2.1 Persiapan Kehhamilan........................................................................9
1.2.2 Keluarga Berencana.........................................................................13
1.2.3 Kesehatan.........................................................................................15
1.2.4 Parenting..........................................................................................16
1.2.5 Nutrisi...............................................................................................17
1.2.6 Produktifitas.....................................................................................18
BAB III..................................................................................................................19
PENUTUP.............................................................................................................19
3.1 Kesimpulan..............................................................................................19
3.2 Saran........................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Promosi kesehatan adalah upaya pemberdayaan masyarakat yang
mampu memecahkan dan meningkatkan kesehatan. Dalam makalah ini
dibahas mengenai masalah dan kebutuhan yang diperlukan WUS (Wanita
Usia Subur) dan PUS (Pasangan Usia Subur). Yang merupakan masalah dari
WUS yaitu mengenai keadaan organ kelamin, untuk itu diberikan promosi
kesehatan mengenai alat kelamin dan penyakit yang sering mengganggu
akibat infeksi. Selain itu, WUS juga harus diberi penyuluhan mengenai
penyakit menular seksual (PMS) agar WUS tidak melakukan tindakan atau
perbuatan berganti-ganti pasangan dalam usianya yang subur.

Lingkup promosi kesehatan terhadap PUS/WUS meliputi persiapan


hamil, keluarga berencana, kesehatan, parenting, nutrisi dan produktifitas.
Penyuluhan tentang kesehatan pada masa pra kehamilan di sampaikan pada
kelompok wanita usia subur yang akan menikah. Penyampaian tentang
kesehatan ini disesuaikan dengan tingkat intelektual klien. Nasehat yang
diberikan menggunakan bahasa yang mudah dicerna, karena informasi yang
diberikan bersifat pribadi dan sensitif.

Wanita usia subur (WUS) atau bisa disebut masa reproduksi


merupakan wanita yang berusia antara 15-49 tahun dimulai dari pertama
kali menstruasi sampai berhentinya menstruasi atau menopause yang
berstatus menikah, belum menikah maupun janda dan masih berpotensi
untuk hamil. Seorang wanita dikatakan masa reproduksi ketika pertama
mengalami mentsruasi atau haid. Mentruasi ini terjadi karena adanya
pengeluaran sel telur yang telah matang dan tidak dibuahi sehingga sel telur
tersebut akan lepas dari ovariumnya Begitupun sebaliknya ketika seorang
wanita tidak mampu melepaskan ovum karena sudah habis tereduksi,
menstruasi akan menjadi tidak teratur lagi setiap bulan, sampai kemudian

4
terhenti sama sekali, masa ini disebut menopause (Akbar & Hidayani,
2021).

Pasangan Usia Subur adalah Pasangan suami istri yang saat ini hidup
bersama, baik bertempat tinggal resmi ataupun tidak, dimana usia istri
antara 20 tahun sampai 45 tahun. Pasangan usia subur batasan usia yang
digunakan disini adalah 20-45 tahun. Pasangan Usia Subur berkisar antara
usia 20-45 tahun dimana pasangan (laki-laki dan perempuan) sudah cukup
matang dalam segala hal terlebih organ reproduksinya sudah berfungsi
dengan baik. Ini dibedakan dengan perempuan usia subur yang berstatus
janda atau cerai. Dalam menjalani kehidupan berkeluarga, Pasangan Usia
Subur sangat mudah dalam memperoleh keturunan, dikarenakan keadaan
kedua pasangan tersebut normal. Hal ini lah yang menjadi masalah bagi
Pasangan Usia Subur yaitu perlunya pengaturan tingkat kelahiran,
perawatan kehamilan dan persalinan aman (Kadarisman, 2015).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan beberapa
masalah, yaitu, sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Pasangan Usia Subur?
2. Apa saja yang termasuk dari ruang lingkup promosi kesehatan bagi
Pasangan Usia Subur?
3. Bagaimana persiapan kehamilan dapat terjadi?
4. Apa yang dimaksud dengan keluarga berencana?
5. Kesehatan seperti apa yang perlu diperhatikan pada Pasangan Usia
Subur?
6. Bagaimana parenting yang baik dan benar untuk Pasangan Usia Subur?
7. Apa saja nutrisi yang diperlukan bagi Pasangan Usia Subur?
8. Produktifitas seperti apa yang dapat dilakukan oleh Pasangan Usia
Subur?

5
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan umum
Mahasiswa dapat memahami dan mengetahui lebih mendalam
mengenai lingkup dan sasaran promosi kesehatan dalam praktek
kebidanan menurut sasaran pada Pasangan Usia Subur?

1.3.2 Tujuan khusus


Berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat disimpulkan beberapa
tujuan yaitu, sebagai berikut :
1. Untuk memahami dan mengetahui mengenai Pasangan Usia
Subur.
2. Untuk memahami dan mengetahui mengenai ruang lingkup
promosi kesehatan bagi Pasangan Usia Subur.
3. Untuk memahami dan mengetahui mengenai persiapan
kehamilan pada Pasangan Usia Subur.
4. Untuk memahami dan mengetahui mengenai keluarga berencana.
5. Untuk memahami dan mengetahui mengenai kesehatan yang
perlu diperhatikan pada Pasangan Usia Subur.
6. Untuk memahami dan mengetahui mengenai parenting yang baik
dan benar untuk Pasangan Usia Subur.
7. Untuk memahami dan mengetahui mengenai nutrisi yang
diperlukan bagi Pasangan Usia Subur.
8. Untuk memahami dan mengetahui mengenai produktifitas yang
dapat dilakukan oleh Pasangan Usia Subur.

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Manfaat bagi mahasiswa
Makalah ini dibuat untuk menambahan wawasan dan referensi
dalam poses pembelajaran khususnya pada Mata Kuliah “Promosi
Kesehatan”

6
1.4.2 Manfaat bagi tenaga kesehatan
Makalah ini dapat digunakan untuk mengembangkan kader – kader
kesehatan untuk menggerakkan individu, keluarga dan masyarakat di
wilayah sekitah untuk berprilaku hidup bersih dan sehat.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Pengertian PUS / WUS


Wanita Usia Subur (WUS ) adalah wanita yang keadaan organ
reproduksinya berfungsi dengan baik antara umur 20 – 45 tahun. Pada
wanita usia subur ini berlangsung lebih cepat dari pada pria. Puncak
kesuburan ada pada rentang usia 20 – 29 tahun. Pada usia ini wanita
memiliki kesempatan 95% untuk hamil. Pada usia 30-an presentasenya
menurun hingga 90%. Sedaangkan memasuki usia 40 kesempatan hamil
berkurang hingga menjadi 40%. Setelah usia 40 wanita hanya punya
maksimal 10% kesempatan untuk hamil. Masalah kesuburan alat
reproduksi merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui. Dimana
dalam masa wanita subur ini harus menjaga dan merawat personal hygine
yaitu pemeliharaan keadaan alat kelaminnya dengan rajin
membersihkannya. Oleh karena itu WUS dianjurkan untuk merawat diri.

Pasangan usia subur (PUS) adalah pasangan suami istri yang pada
saat ini hidup bersama, baik bertempat tinggal resmi dalam satu rumah
maupun tidak, dimana umur istrinya antara 15 tahun sampai 44 tahun.
Pasangan usia subur batasan umur yang digunakan disini adalah 15 sampai
44 tahun bukan 15 sampai 49 tahun (Yasin, 2012).

Hal ini tidak berarti berbeda dengan perhitungan fertilitas yang


menggunakan batasan 15-49 tahun, tetapi dalam kegiatan keluarga
berencana mereka yang berada pada kelompok 45-49 bukan merupakan
sasaran keluarga berencana lagi. Hal ini dilatar belakangi oleh pemikiran
bahwa mereka yangberada pada kelompok umur 45-49 tahun,
kemungkinan untuk melahirkan lagi sudah sangat kecil (Yasin, 2012).

8
1.2 Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Pada PUS / WUS
Lingkup promosi kesehatan terhadap PUS/WUS meliputi persiapan
hamil, keluarga berencana, kesehatan, parenting, nutrisi dan produktifitas.
Penyuluhan tentang kesehatan pada masa pra kehamilan di sampaikan
pada kelompok wanita usia subur/pria usia subur yang akan menikah.
Penyampaian tentang kesehatan ini disesuaikan dengan tingkat intelektual
klien. Nasehat yang diberikan menggunakan bahasa yang mudah dicerna,
karena informasi yang diberikan bersifat pribadi dan sensitif.

Wanita usia subur juga diberikan pendidikan mengenai gangguan


kesehatan, akibat gangguan sistem reproduksi. Gangguan sistem
reproduksi tidak berdiri sendiri. Gangguan tersebut dapat terhadap kondisi
psikologis dan lingkungan sosial klien itu sendiri. Bila masalah kesehatan
itu sangat kompleks, perlu dikonsultasikan ke ahli yang relevan atau
dirujuk ke unit pelayanan kesehatan yang fasilitasnya lebih lengkap.
Faktor keluarga juga turut mempengaruhi kondisi WUS/PUS yang akan
memasuki pintu gerbang pernikahan. Bidan dapat menggunakan pengaruh
keluarga untuk memperkuat mental WUS/PUS dalam memasuki masa
perkawinan dan kehamilan

1.2.1 Persiapan Kehhamilan


Persiapan kehamilan adalah proses yang dilakukan oleh pasangan
untuk mencapai kesehatan dan keberhasilan kehamilan. Ini mencakup
pemahaman tentang kesehatan, pengetahuan tentang persiapan kehamilan,
dan pemeliharaan kesehatan selama masa kehamilan

Periode prakonsepsi adalah rentang waktu dari tiga bulan hingga


satu tahun sebelum konsepsi dan idealnya harus mencakup waktu saat
ovum dan sperma matur, yaitu sekitar 100 hari sebelum konsepsi. Status
gizi WUS atau wanita pranikah selama tiga sampai enam bulan pada masa
prakonsepsi akan menentukan kondisi bayi yang dilahirkan.
Persiapan/perencanaan kehamilan tentunya berbeda bagi pasangan yang
belum menikah, pasangan yang menikah namun belum memiliki anak dan

9
juga bagi pasangan yang menikah dan sudah memiliki anak. Perencanaan
kehamilan perlu dibicarakan oleh setiap pasangan yang berencana untuk
menikah karena hal itu memiliki beberapa manfaat. Pertama, perencanaan
bermanfaat untuk menghindari jarak kehamilan yang terlalu muda, tua
ataupun jarak antara kehamilan yang dekat. Kedua, kehamilan yang
dipersiapkan dan diatur jaraknya juga akan mencegah terjadinya gangguan
fisik dan psikologis. Merencanakan kehamilan adalah meningkatkan
kualitas diri dan mewujudkan mimpi untuk menjadi keluarga yang
harmonis.(Sedgh and Singh, 2014);Ayu et al., 2021).

Persiapan gizi bagi WUS dan PUS, Persiapan gizi perlu dilakukan
sebelum menikah, ini berkaitan dengan persiapan kehamilan, dimana
proses kehamilan membutuhkan cadangan nutrisi dari ibu. Persiapan gizi
meliputi penentuan status gizi dan pemenuhan gizi seimbang. status gizi
ditentukan dengan pengukuran Indek Massa Tubuh (IMT) serta
pengukuran Lingkar Lengan atas bagi Catin perempuan. Secara umum
terdapat pesan khusus gizi seimbang yang perlu diperhatikan bagi calon
pengantin adalah mengonsumsi aneka ragam makanan untuk memenuhi
kebutuhan energinya. Hal tersebut meliputi konsumsi zat gizi makro dan
mikro (karbohidrat, protein, vitamin dan mineral) yang akan digunakan
sebagai proses pertumbuhan tubuh yang cepat, peningkatan volume darah
dan peningkatan hemoglobin dalam darah yang berguna untuk mencegah
anemia yang disebabkan karena kehilangan zat besi selama proses
menstruasi (Kemenkes,2014). Gizi yang memengaruhi prakonsepsi adalah
karbohidrat, lemak, protein, asam Folat, vitamin A, E, dan B12, mineral
zinc, besi, kalsium, dan omega-3 pasangan yang akan melangsungkan
pernikahan sebaiknya mulai mengubah pola makan menjadi teratur dan
baik selambat-lambatnya enam bulan sebulan sebelum kehamilan. Hal ini
dapat membantu memperbaiki tingkat kecukupan gizi pasangan.

Persiapan fisik bagi WUS dan PUS, persiapan fisik bagi PUS dan
WUS meliputi melakukan pemeriksaan tanda tanda vital, cek darah rutin,

10
cek urine rutin, mengukur IMT dan Lila, pemeriksaan indikasi penyakit
atas indikasi medis lain seperti IMS dan diabetes melitus, imunisasi, dan
perawatan dan atau pemeriksaan organ reproduksi, memenuhi kabutuhan
gizi untuk tubuh, berolahraga rutin dan menerapkan pola hidup sehat.

Persiapan psikologi bagi WUS dan PUS, Selama kehamilan terjadi


penambahan hormon estrogen sebanyak sembilan kali lipat dan
progesteron sebanyak dua puluh lima kali lipat yang dihasilkan sepanjang
siklus menstruasi normal. Adanya perubahan hormonal ini menyebabkan
emosi perempuan selama kehamilan cenderung berubah-ubah, sehingga
tanpa ada sebab yang jelas seorang ibu hamil merasa sedih, mudah
tersinggung, marah atau justru sebaliknya merasa sangat bahagia
(Saifudin, 2010). Perencanaan kehamilan yang sehat harus dilakukan
sebelum masa kehamilan. Proses kehamilan yang direncanakan dengan
baik, maka akan berdampak positif pada kondisi janin dan adaptasi fisik
dan psikologis dari ibu menjadi lebih baik. Persiapan psikologis dapat
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni faktor pribadi dimana
bagaimana individu tersebut dapat menerima kehamilannya dan peran baru
sebagai orang tua, faktor dukungan keluarga dan, faktor lingkungan yang
dapat dipengaruhi oleh sosial budaya dan ekonomi.

Persiapan kehamilan untuk WUS meliputi persiapan fisik,


psikologis, dan pengetahuan, seperti menjaga kesehatan fisik, kesiapan
mental, dan pemahaman tentang ovulasi serta masa subur. Persiapan ini
penting untuk mendukung kehamilan yang sehat dan berhasil. Lebih
lanjut, persiapan kehamilan juga meliputi pemeriksaan kesehatan oleh
dokter sebelum merencanakan kehamilan untuk memastikan kondisi
kesehatan yang optimal. Persiapan kehamilan bagi Pasangan Usia Subur
(PUS) meliputi berbagai aspek, seperti: pemeriksaan dan pengelolaan
kesehatan, pengelolaan kesehatan reproduksi, pengelolaan kesehatan gizi,
pengelolaan kesehatan pola makan, pengelolaan kesehatan ekonomi,

11
pengelolaan kesehatan kesejahteraan, pengelolaan kesehatan, pengelolaan
kesehatan kesejahteraan keluarga.

Beberapa faktor yang mempengaruhi persiapan dan perencanaan


kehamilan (Das et al., 2021; Mehra et al., 2018;Cheptum, 2018;Mwase-
Musicha et al., 2022):

1. Faktor sosial dan budaya: usia, pendidikan, pengetahuan, status


pernikahan, suku dan budaya.
2. Faktor ekonomi/finansial: pekerjaan dan penghasilan
3. Faktor kesehatan: riwayat kesehatan/penyakit yang diderita dan
riwayat kehamilan/persalinan sebelumnya.
4. Faktor psikologi: kesiapan menerima kehamilan dan jumlah anak.

Tujuan persiapan kehamilan bagi PUS dan WUS adalah untuk


mencapai kesehatan dan keberhasilan kehamilan. Berikut adalah tujuan
dan manfaat persiapan perencanaan kehamilan (Das et al., 2021; Mehra et
al., 2018;Cheptum, 2018;Mwase-Musicha et al., 2022):

1. Tingkatan kesejahteraan perempuan


Perencanaan keluarga melalui pemanfaatan kontrasepsi merupakan
gerakan global yang penting dan bertujuan meningkatkan
kesejahteraan perempuan. Penggunaan kontrasepsi tidak saja bertujuan
untuk mengendalikan kelahiran tetapi juga untuk memperkuat hak-hak
perempuan dalam menentukan sendiri kapan mereka siap hamil,
bagaimana mempersiapkan kehamilan, dan menjaga kesehatan selama
kehamilan sehingga dapat melahirkan generasi baru yang berkualitas.
Dengan merencanakan jarak kehamilan dengan baik, maka perempuan
dapat lebih memberdayakan dirinya dalam segi pendidikan dan sosial
sehingga kesejahteraan dirinya maupun keluarga dapat ditingkatkan
pula.
2. Kendalikan kesuburan

12
Menghargai hak ibu mengendalikan kesuburan. Misalnya hamil jika
sudah siap, asi selama 2 tahun, membesarkan anak, dan sebagainya.
3. Lindungi kesehatan reproduksi
Melindungi ibu dari gangguan kesehatan reproduksi. Misalnya
kehamilan terlalu muda, terlalu tua, terlalu dekat akan meningkatkan
risiko preeklamsia, prematuritas, dan lainnya.
4. Lindungi anak
Melindungi anak dari gangguan tumbuh kembang dan gangguan
kesehatan. Terlalu dekat atau terlalu banyak anak, maka gizi yang
diberikan akan kurang.
5. Turunkan risiko kanker
Menurunkan risiko kanker. Misalnya menurunkan kejadian kanker
indung telur dan kanker endometrium.
6. Menurunkan risiko penyakit
Menurunkan risiko penyakit radang panggul. Terlalu banyak anak dan
terlalu dekat jaraknya bisa meningkatkan risiko ibu mengalami
penyakit tersebut.
7. Menjaga kesehatan jiwa
Mempersiapkan kehamilan dengan baik akan menjaga kesehatan jiwa.
Misalnya hamil yang tidak sehat meningkatkan risiko depresi pasca
melahirkan. Dan terlalu banyak anak juga membuat ibu stres dalam
mengasuhnya

1.2.2 Keluarga Berencana


Keluarga Berencana (KB) adalah gerakan untuk membentuk
keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran. Itu
bermakna adalah perencanaan jumlah keluarga dengan pembatasan yang
bisa dilakukan dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi atau
penanggulangan kelahiran seperti kondom, spiral, IUD, dan sebagainya.
Jumlah anak dalam sebuah keluarga yang dianggap ideal adalah dua
(Pragita & Rembang, 2019).

13
Pasangan usia subur (PUS) dan Wanita usia subur (WUS) perlu
untuk mempersiapkan program Keluarga Berencana (KB) karena program
ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga secara
keseluruhan. Dengan berpartisipasi dalam program KB, WUS dan PUS
dapat memperoleh manfaat seperti menekan kehamilan yang tidak
diinginkan, menurunkan risiko kesehatan ibu dan anak, serta
meningkatkan kualitas keluarga dan kesejahteraan keluarga secara
keseluruhan. Selain itu, partisipasi WUS dan PUS dalam program KB juga
dapat membantu dalam mengendalikan laju pertumbuhan penduduk
sehingga tidak melebihi kecepatan pembangunan negara

Berikut ini merupakan alat alat kontrasepsi yang dapat digunakan


oleh WUS dan PUS:

1. Pil KB
Pil KB adalah alat kontrasepsi hormonal yang diminum setiap hari
pada waktu yang sama untuk mencegah kehamilan
2. KB suntik
Suntikan KB adalah alat kontrasepsi hormonal yang diberikan melalui
injeksi setiap 1-3 bulan untuk mencegah kehamilan
3. Implan KB
Implan KB adalah alat kontrasepsi hormonal yang ditanamkan di
bawah kulit lengan atas dan dapat mencegah kehamilan selama 3-5
tahun
4. IUD
IUD (Intra Uterine Device) adalah alat kontrasepsi yang ditempatkan
di dalam rahim dan dapat mencegah kehamilan selama 3-10 tahun
5. Kondom
Kondom adalah alat kontrasepsi yang dapat digunakan oleh pria dan
wanita untuk mencegah kehamilan dan melindungi dari penyakit
menular seksual
6. Metode kalender

14
Metode kalender adalah metode kontrasepsi yang melibatkan
pemantauan siklus menstruasi untuk menentukan periode subur dan
tidak subur
7. Kontap ( kontrasepsi mantap)
a. Vasektomi, merupakan kontap atau metode operasi pria (MOP)
dengan cara memotong vas deferens sehingga saat ejakulasi tidak
terdapat spermatozoa dalam cairan sperma
b. Tubektomi, merupakan kontap atau metode operasi wanita
(MOW) dengan memotong atau menutup saluran tuba falopi
wanita.
KB kontap dilakukan apabila pasangan sudah tidak ingin memiliki
anak lagi.

Tujuan dari program Keluarga Berencana (KB) adalah untuk


meningkatkan kesejahteraan ibu, anak, dan keluarga secara keseluruhan.
Program KB dirancang untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk,
meningkatkan kesehatan keluarga dengan mengendalikan kelahiran, serta
mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan. Selain itu, program
ini juga bertujuan untuk membentuk keluarga kecil sejahtera sesuai dengan
kondisi ekonomi keluarga, menekan angka kematian ibu dan bayi akibat
hamil di usia yang terlalu muda atau terlalu tua, serta mencegah
pernikahan di usia dini.

Manfaat dari program KB antara lain adalah menekan kehamilan


yang tidak diinginkan, menurunkan risiko kesehatan ibu dan anak, serta
meningkatkan kualitas keluarga dan kesejahteraan keluarga secara
keseluruhan

1.2.3 Kesehatan
Sehat adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial yang
utuh, bukan hanyabebas dari penyakitatau kecacatan, dalam segala aspek
yang berhubungan dengan sistemreproduksi, fungsi serta prosesnya.
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat mental, fisik dan

15
kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan
sistem dan fungsi serta proses dan bukan hanya kondisi yang bebas dari
penyakit dan kecacatan serta dibentuk berdasarkan atasperkawinan yang
sah, mampu memenuhi kebutuhan spiritual dan material yang layak,
bertakwa pada Tuhan yang Maha Esa,spiritual memiliki hubungan yang
serasi, selaras, seimbang antara anggota keluarga dan antara keluarga dan
masyarakat dan lingkungan.

1. Tujuan umum kesehatan reproduksi yaitu :


Memberikan pelayanan kesehatan reproduksi yang komprehensif
kepada perempuan termasuk kehidupan seksual dan hak - hak
reproduksi perempuan sehingga dapat meninhgkatkan kemandirian
perempuan dalam mengatur fungsi dan proses reproduksinya yang
pada akhirnya dapat membawa pada peningkatan kualitas
kehidupannya.
2. Tujuan khusus kesehatan reproduksi yaitu :
1) Meningkatkan kemandirian perempuan khususnya dalam peranan
dan fungsi reproduksinya.
2) Meningkatkan peran dan tanggung jawab sosial perempuan dalam
konteks: kapan ingin hamil, berapa jumlah anak yang diinginkan,
dan jarak antar kehamilan.
3) Meningkatkan peran dan tanggung jawab social laki - laki.
4) Menciptakan dukungan laki - laki dalam membuat keputusan,
mencari informasi dan pelayanan yang memenuhi kebutuhan
kesehatan reproduksi.
1.2.4 Parenting
Kehamilan yang sehat membutuhkan persiapan fisik, mental dan
pengetahuan, oleh karena itu perencanaan kehamilan harus dilakukan
sebelum masa kehamilan oleh wanita usia subur (WUS). Proses kehamilan
yang direncanakan dengan baik akan berdampak positif pada kondisi janin
dan adaptasi fisik serta psikologis ibu pada kehamilan menjadi lebih baik.

16
Oleh sebab itu pemberian edukasi kesehatan mengenai parenting pola
makan, pola hidup, dan pola tidur yang baik dan sehat sangat diperlukan
untuk meningkatkan kualitas anak yang akan dilahirkan sekaligus dapat
membantu pada upaya penurunan kesakitan dan kematian ibu dan bayi
serta mengurangi resiko kegawatdaruratan.

1.2.5 Nutrisi
Pasangan usia subur tidak boleh mengonsumsi makanan yang
mengandung bahan pengawet dan penyedap. Pasangan usia subur dapat
mengonsumsi buah-buahan dan sayuran. Pasangan usia subur
membutuhkan beberapa nutrisi sperti:

1. Zat besi
Sumber zat besi yang baik adalah daging yang tidak berlemak seperti
ayam, ikan, dan hasil laut lainnya. Tumbuhan yang merupakan sumber
zat besi adalah sayuran berdaun hijau, sereal, roti, kacang, dan biji-
bijian.
2. Kalsium
Untuk memperkuat struktur tulang guna menompang tubuh. Wanita
usia subur disarankan untuk mengonsumsi kalsium antara 1000-1300
mg/harinya. Sumber kalsium yang terkenal adalah susu, juga bisa
diperoleh dari bayam, brokoli, salmon, dan almond.
3. Asam Folat
Membantu mencegah cacat selubung saraf pada janin. Tambahan
asupan asam folat yang dibutuhkan Wanita usia subur sekitar 400 mcg.
Folat banyak terdapat pada sayuran hijau. Hanya saja, harus pandai
mengolahnya agar zat nutrisinya tidak rusak.
4. Omega-3
Bermanfaat dalam pengembangan struktur otak dan mendukung
Kesehatan jantung. Banyak terkandung dalam ikan bilis, herring,
mackerel, tuna, dan salmon
5. Vitamin B12

17
Penting bagi pembentukan sel darah merah dan fungsi system saraf
pusat. Tubuh membutuhkan sekitar 2,4 mcg. Dimasa kehamilan
dibutuhkan sekitar 2,6 mcg, dan pada saat menyusui dibutuhkan 2,8
mcg. Banyak terdapat pada makanan laut, seperti kerrang, kepiting,
tuna, dan sarden serta bisa dari telur, ayam, ikan salmon, daging sapi,
dan susu.

1.2.6 Produktifitas
1. Pada usia remaja (dibawah 20 tahun)
Pada kehamilan diusia muda memiliki resiko yang lebih tinggi pada
Kesehatan. Pada usia dibawah 20 thn organ reproduksi yang belum
siap dab beresiko tinggi mengalami kondisi Kesehatan yang buruk saat
hamil. Selain itu kondisi sel telur belum sempurna dikhawatirkan akan
mengganggu perkembangan janin.
2. Pada usia 21-35 tahun
Pada usia 21-35 tahun resiko gangguan Kesehatan pada kehamilan
paling rendah yaitu 15%. Selain itu apabila dilihat dari perkembvangan
kematangan, Wanita pada kelompok umur ini telah memiliki
kematangan reproduksi, emosional maupun aspek sosial.
3. Pada usia diatas 35 tahun
Walaupun usia ideal untuk Wanita hamil adalah usia 21-35 tahun akan
tetapi untuk yang baru mendapat kehamilan diusia 35 tahun tidak perlu
cemas. Adapun permasalahan yang muncul pada usia 35 tahun adalah
diabetes gestational yaitu diabetes yang muncul Ketika sedang hamil,
mengalami tekanan darah yang tinggi dan juga gangguan kandung
kemih.

18
BAB III

PENUTUP

1.3 Kesimpulan

1.4 Saran

19
DAFTAR PUSTAKA

Agustina Catur, (2022). Persiapan Pranikah Dari Sisi Kesehatan Reproduksi

BKKBN pusdiklat KKB, (2021). Pendamping Keluarga Bagi Calon Pengantin


Mempersiapkan Pernikahan dan Kehamilan bagi Calon Pengantin

Dian Permatasari, dkk. (2022). Asuhan Kebidanan Pranikah dan Pra


Konsepsi. .Jakarta:Kemenkes RI

Eny Retna Ambarwati dan Isabela Rahmawati, (2020). PROMOSI KESEHATAN


TENTANG KELUARGA BERENCANA PADA WANITA USIA
SUBUR SEBAGAI UPAYA AWAL UNTUK MEWUJUDKAN
KELUARGA BERKUALITAS

Hariyani Sulistyoningsih, Adinda bidari Hawa. (2020). GAMBARAN


PARTISIPASI PASANGAN USIA SUBUR DALAM PROGRAM
KELUARGA BERENCANA DI DESA CIKADONGDONG
KECAMATAN SINGAPARNA TAHUN 2018

Nopita Yanti Sitorus, Maimunah R. (2019). Faktor-faktor yang mempengaruhi


keikutsertaan program Keluarga Berencana (KB) Di kota Medan

Raihany Sholihatul Mukaromah, Patonah, Fikri Mourly, Trijani Moedjiherwati,


Ira Adiyati Rum*, Shinta Ayu Nani, (2022). Edukasi Kesehatan Wanita
Usia Subur Dalam Mempersiapkan Kehamilan Di Desa Tegorejo Kendal
dan Kelurahan Cigugur. Cimahi

Siti Luthfiah Nasution, (2020). Lingkup promkes untuk PUS dan WUS

Zakiah Hasan Gaffar, Antonia Sasap Abao, (2021). Partisipasi Pasangan Usia
Subur (PUS) dalam program Keluarga Berencana di Kampung KB
Kelurahan Sagatani, Singkawang, Kalimantan Barat

20

Anda mungkin juga menyukai