Anda di halaman 1dari 20

PROMOSI UNTUK KESEHATAN REPRODUKSI LANSIA DAN POSYANDU

LANSIA

Dosen Pengampu : Ibu Suryati Romauli, S.ST., M.Kes

Oleh Kelompok 6 :

Yustina Rumbrawer
Rosalina Rumbewas
Merinna Kulla
Greaceline Vira Ivanna Kalo
Nurhudayanti
Windri Tenri Ajeng

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAYAPURA


PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN
TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Tuhan Yang Maha Esa atas penyertaan-Nya,
makalah “Promosi Untuk Kesehatan Reproduksi Lansia dan Posyandu Lansia” dapat
terselesaikan. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan Perempuan
dan Reproduksi Terkini. Kami berharap dengan adanya makalah ini dapat menambah
pengetahuan tentang promosi kesehatan reproduksi dan posyandu lansia.
Namun penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu kritik serta saran yang membangun sangat penulis harapkan sebagai
penyempurnaan penulisan kedepannya.

Jayapura, 13 November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG...................................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH.............................................................................................................1
1.3 TUJUAN..................................................................................................................................2
1.4 MANFAAT...............................................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................................................3
2.1 Definisi Promosi Kesehatan....................................................................................................3
2.2 Definisi Posyandu Lansia........................................................................................................7
BAB III..................................................................................................................................................15
PENUTUP.............................................................................................................................................15
3.1 KESIMPULAN........................................................................................................................15
3.2 SARAN..................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Proporsi penduduk lanjut usia (lansia) kian besar sehingga memerlukan perhatian
dalam pelaksanaan program pembangunan. Secara biologis, lansia akan mengalami
proses penuaan yang secara terus menerus dengan ditandai adanya penurunan fungsi
fisik, biologis, dan kemampuan beradaptasi dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.
Perubahan-perubahan tersebut sering menyebabkan lansia menjadi dipandang sebagai
beban dalam sebuah keluarga.
Masalah kesehatan usia lanjut semakin meningkat bersamaan dengan bertambahnya
presentase penduduk usia lanjut. Masalah prioritas pada kelompok ini antara lain
meliputi gangguan pada masa menopause, osteoporisis, kanker prostat, dan penyakit
kerdiovaskular serta penyakit degeneratif, yang dapat berpengaruh terhadap organ
reproduksi. Di samping itu, kekurangan gizi dan gangguan otot serta sendi sering
memperburuk keadaan tersebut. Melengkapi siklus kehidupan keluarga, komponen ini
akan mempromosikan peningkatan kualitas penduduk usia lanjut pada saat menjelang
dan setelah akhir kurun usia reproduksi (menopouse/adropause).
Upaya dalam menjaga kesehatan reproduksi pada lansia sangat penting. Sebab resiko
berbagai penyakit yang menyerang sistem reproduksi tetap bisa terjadi pada usia senja.
Misalnya, pada wanita lanjut usia, menopause dapat menyebabkan peningkatan risiko
berbagai penyakit menular seksual. Sebab, menopause dapat menyebabkan perubahan
hormonal alami, yang memicu penipisan dinding vagina. Akibatnya, vagina jadi lebih
kering dan risiko terjadinya luka saat berhubungan intim meningkat. Hal ini secara
tidak langsung dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi.
Oleh karena itu peran dari berbagai pihak sangat diperlukan untuk membantu lansia.
Disamping keluarga, pemerintah juga perlu memberikan intervensi untuk membantu
lansia untuk tetap memiliki kondisi fisik ataupun mental yang prima. Pemerintah
dalam pembinaan kesehatan usia lanjut perlu tetap melibatkan berbagai sektor seperti
Depkes, DepSos, organisasi profesi ataupun Lembaga swadaya Masyarakat (Depkes
RI, 2007) yang secara teknis dilaksanakan melauli pembinaan ketenagaan, berupa
peningkatan kemampuan teknis dan manajemen bagi para pengelola serta pelaksana
serta kader kesehatan. Hal ini menjadi salah satu strategi untuk meningkatkan
jangkauan pelayanan kesehatan usia lanjut melalui kegiatan yang diadakan di posyandu
lansia.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa Yang Dimaksud Dengan Promosi Kesehatan Pada Lansia ?
2. Apa Yang Dimaksud Dengan Posyandu Lansia ?

1
3. Bagaimana Promosi Untuk Kesehatan Reproduksi Lansia Dan Pelaksanaan
Posyandu Lansia ?

1.3 TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Pengertian Promosi Kesehatan Pada Lansia.
2. Untuk Mengetahui Pengertian Posyandu Lansia.
3. Untuk Mengetahui Pelaksanaan Promosi Kesehatan Reproduksi Lansia Dan
Posyandu Lansia.

1.4 MANFAAT
Untuk Menambah Pengetahuan Tentang Pelaksanaan Promosi Untuk Kesehatan
Reproduksi Lansia Dan Posyandu Lansia.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.5 Definisi Promosi Kesehatan


Promosi kesehatan adalah segala upaya yang dilakukan oleh individu atau kelompok
untuk meningkatkan pengetahuan dengan harapan dapat merubah perilaku kesehatan di
masyarakat. Terdapat beberapa definisi promosi kesehatan menurut beberapa sumber,
diantaranya :
1. Pendidikan Kesehatan adalah segala kombinasi dari pengalaman pembelajaran yang
dirancang untuk memfasilitasi perubahan perilaku yang kondusif untuk kesehatan
(any combination of learning’s experiences designed to facilitate voluntary
adaptations of behavior conducive to health) (Green, 1980).
2. Promosi kesehatan lainnya yaitu suatu proses yang mampu membuat seseorang
mampu meningkatkan kontrol dan memperbaiki kesehatannya (Health promotion is
the process of enabling people to increase control over, and to improve their health)
(WHO, 1998).
3. Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat,
melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat
menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya
masyarakat, sesuai sosial budaya setempat yang didukung oleh kebijakan publik
yang berwawasan kesehatan (Depkes RI, 2006).
Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan tiga strategi dasar promosi
kesehatan, yaitu penggerakan dan pemberdayaan, bina suasana, dan advokasi (Depkes
RI, 2004). Ketiga strategi tersebut diperkuat oleh kemitraan serta metode dan sarana
komunikasi yang tepat. Strategi tersebut harus dilaksanakan secara lengkap dan
berkesinambungan dalam mengubah perilaku baru masyarakat menjadi lebih baik yang
diperlukan oleh program kesehatan. Lingkup promosi kesehatan mencakup diantaranya
sebagai berikut :
a) Strategi promosi kesehatan yaitu advokasi, bina suasana, dan gerakan
(pemberdayaan) masyarakat.
b) Tatanan kegiatan promosi kesehatan dilakukan untuk meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat di tatanan keluarga, sekolah, tempat bekerja, tempat-tempat
umum, dan sarana kesehatan.
c) Prioritas perilaku yang akan dikembangkan berdasarkan program kesehatan yang
dilaksanakan, maka kegiatan dilakukan untuk mengembangkan aspek perilaku
sehat tertentu, misalnya yang berkaitan dengan kesehatan KIA, gizi, kesehatan
lingkungan, gaya hidup, Jaminan Pemeliharan Kesehatan Masyarakat (JPKM), dan
sebagainya sesuai dengan kebutuhan, kondisi, dan situasi di masing-masing
tatanan.

3
1.5.1 Tujuan Promosi Kesehatan
Promosi Kesehatan harus mempunyai tujuan yang jelas. Yang dimaksud tujuan
dalam konteks ini adalah apa yang diinginkan oleh promosi kesehatan sebagai
penunjang program-program kesehatan yang lain. Tujuan umum promosi kesehatan
tidak terlepas dari Undang-Undang Kesehatan No.23/1992, maupun WHO, yakni
meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan, baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara
ekonomi maupun social. Promosi kesehatan di semua program kesehatan, baik
pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan
kesehatan, maupun program kesehatan lainnya bermuara pada kemampuan
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, baik kesehatan individu, kelompok
maupun masyarakat.

1.5.2 Sasaran Promosi Kesehatan


Sasaran promosi kesehatan yang dilaksanakan oleh perawat adalah individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat. Agar promosi kesehatan dapat lebih tepat
sasaran, maka sasaran tersebut perlu dikenali secara lebih khusus, rinci, dan jelas
melalui pengelompokan sasaran promosi kesehatan meliputi sasaran utama (primer),
sasaran antara (sekunder), dan sasaran penunjang (tersier).
Sasaran primer adalah mereka yang diharapkan akan menerapkan perilaku
baru. Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung segala upaya pendidikan
atau promosi kesehatan. Sesuai dengan permasalahan kesehatan,maka sasaran ini
dapat dikelompokkan menjadi: kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, ibu
hamil dan menyusui untuk masalah KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), anak sekolah
untuk kesehatan remaja, dan sebagainya. Upaya promosi yang dilakukan terhadap
sasaran primer ini sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat
(empowerment).
Sasaran sekunder adalah mereka yang dapat mempengaruhi sasaran primer.
Para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan sebagainya. Disebut sasaran
sekunder, karena dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada kelompok ini
diharapkan untuk selanjutnya kelompok ini akan memberikan pendidikan kesehatan
kepada masyarakat disekitarnya. Upaya promosi kesehatan yang ditujukan kepada
sasaran sekunder ini adalah sejalan dengan strategi dukungan social (social support).
Sasaran tersier adalah mereka yang berpengaruh terhadap keberhasilan kegiatan,
seperti para pengambil keputusan atau penyandang dana. Para pembuat keputusan
atau penentu kebijakan baik di tingkat pusat, maupun daerah adalah sasaran primer
tersier promosi kesehatan. Dengan kebijakan-kebijakan atau keputusan yang
dikeluarkan oleh kelompok ini akan mempunyai dampak terhadap perilaku para
tokoh masyarakat (sasaran sekunder), dan juga kepada masyarakat umum (sasaran
primer). Upaya promosi kesehatan yang ditujukan kepada sasaran tersier ini sejalan
dengan strategi advokasi (advocacy).

4
1.5.3 Strategi Promosi Kesehatan
Untuk mencapai tujuan promosi kesehatan, maka perlu dilakukan strategi dalam
pelaksanaan promosi kesehatan yang bekerja sama dengan tenaga kesehatan dan
sektor terkait. Strategi tersebut adalah sebagai berikut (Depkes RI, 2006)
1. Advokasi
Yaitu pendekatan pimpinan dengan tujuan untuk mengembangkan kebijakan
publik yang berwawasan kesehatan. Hasil yang diharapkan adalah kebijakan
dan peraturan peraturan yang mendukung untuk memengaruhi terciptanya
perilaku hidup bersih dan sehat serta adanya dukungan dana atau sumber daya
lainnya. Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain pendekatan perorangan
melalui lobi, dialog, negoisasi, debat, petisi, mobilisasi, seminar, dan lain lain.
2. Bina suasana
Yaitu penciptaan situasi yang kondusif untuk memberdayakan perilaku hidup
bersih dan sehat. Perilaku hidup bersih dan sehat dapat tercipta dan
berkembang jika lingkungan mendukung hal ini. Dalam hal ini, lingkungan
mencakup lingkungan fisik, sosial budaya, ekonomi dan politik.
3. Gerakan pembedayaan Masyarakat
Yaitu gerakan dari, oleh, dan untuk masyarakat mengenali dan memelihara
masalah kesehatan sendiri serta untuk memelihara, meningkatkan, dan
melindungi kesehatannya. Tujuan yang ingin dicapai melalui pendekatan ini
adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan keterampilan untuk
berperilaku hidup bersih dan sehat.

1.5.4 Jenis Metode Promosi Kesehatan


Metode Promosi Kesehatan dapat digolongkan berdasarkan Teknik Komunikasi,
Sasaran yang dicapai dan Indera penerima dari sasaran promosi.
1. Berdasarkan Teknik Komunikasi
a) Metode penyuluhan langsung.
b) Metode yang tidak langsung.
2. Berdasarkan Jumlah Sasaran Yang Dicapai
a) Pendekatan perorangan
b) Pendekatan kelompok
c) Pendekatan masal

5
1.5.5 Pemilihan Metode Promosi Keehatan
Notoatmodjo (1989) menyatakan bahwa agar tercapai hasil belajar (perubahan
perilaku) dengan efektif dan efisien, maka pemilihan metode pendidikan perlu
dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. Pemilihan metode hendaknya disesuaikan dengan tujuan pendidikan.
a) Pemilihan metode tergantung kepada kemampuan guru atau pendidiknya.
b) Pemilihan metode harus mempertimbangkan kemampuan dari sasaran belajar
(pihak yang belajar).
c) Pemilihan metode tergantung pada besarnya kelompok sasaran.
d) Pemilihan metode harus disesuaikan dengan waktu pemberian atau
penyampaian pesan. Pemilihan metode hendaknya mempertimbangkan
fasilitas-fasilitas yang tersedia

1.5.6 Pendekatan Promosi Kesehatan


Beberapa model promosi kesehatan dan pendidikan kesehatan adalah alat analisis
yang berguna, yang dapat membantu memperjelas tujuan dan nilai-nilai yang diantu.
Menurut Ewles dan Simnett (1994), terdapat kerangka lima pendekatan yang
menunjukkan nilai-nilai yang melekat pada masing-masing pendekatan tersebut.
Pendekatan tersebut meliputi :
1. Pendekatan medic
2. Pendekatan perubahan perilaku
3. Pendekatan Pendidikan
4. Pendekatan berpusat pada klien
5. Perubahan sosial

1.5.7 Media dan Alat Peraga Promosi Kesehatan


Beberapa media promosi kesehatan dapat juga dipergunakan sebagai alat peraga
jika pendidik kesehatan bertemu langsung dengan partisipan dalam proses promosi
kesehatan. Media poster dapat dianggap sebagai alat peraga berupa gambar, demikian
juga dengan billboard dan sebagainya. Berikut adalah media dan alat peraga yang
dapat dipergunakan dalam promosi kesehatan :
a) Leaflet dan pamphlet
Merupakan selembar kertas yang berisi tulisan cetak tentang suatu maslaah khsusu
untuk sasaran yang dapat membaca. Leaflet terdiri atas 200-400 kata dan kadang-
kadang berseling dengan gambar. Leaflet berukuran 20 x 30 cm, dan biasanya
disajikan dalam bentuk terlipat. Biasanya leaflet diberikan setelah sasaran selesai
kuliah atau ceramah agar dapat dipergunakan sebagai pengingat pesan atau dapat
juga diberikan sewaktu ceramah untuk memperkuat pesan yang sedang
disampaikan.
b) Media ini berbentuk buku kecil yang berisi tulisan atau gambar atau keduanya.
Sasaran booklet adalah masayarakat yang dapat membaca

6
c) Flyer
d) Selebaran berbentuk seperti leaflet, tetapi tidak terlipat. Biasanya disebarkan
melalui udara (pesawat udara)
e) Billboard
Berbentuk papan besar berukuran 2 x 2 m yang berisi tulisan dan/atau gambar yang
ditempatkan di pinggir jalan besar yang dapat dibaca atau dilihat oleh pemakai
jalan. Tulisan dalam billboard harus cukup besar
f) Poster
Merupakan pesan singkat dalam bentuk gambar. Ukuran poster biasanya sekitar 50
x 60 cm. Karena ukurannya yang terbatas, maka tema dalam poster tidak terlalu
banyak, sedapat-dapatnya hanya ada satu tema dalam satu poster. Tata letak kata
dan warna dalam poster hendaknya menarik. Kata-kata dalam poster tidak lebih
dari tujuh kata dan hurufnya dapat dibaca oleh orang yang lewat dari jarak 6
meter.Tujuan poster adalah untuk mengingatkan kembali dan mengarahkan
pembaca ke arah tindakan tertentu atau sebagai bahan diskusi kelompok.
g) Flannelgraph
Merupakan guntingan-guntingan gambar atau tulisan yang di belakangnya diberi
kertas amril (ampelas). Guntingan gambar tersebut kemudian ditempekan pada
papan berlapis kain flanel atau kain berbulu yang lain. Keuntungan menggunakan
flannelgraph adalah peserta dapat mendekat dan memilih sendiri gambar atau kata
yang diinginkannya untuk ditempelkan di tempat yang ia inginkan. Dengan cara
ini, para peserta menunjukkan gagasannya sendiri tentang masalah yang sedang
didiskusikan. Flannelgraph yang telah dipergunakan dalam suatu pendidikan juga
dapat dipergunakan kembali untuk pendidikan kesehatan dengan topik yang
berbeda.
h) Bulletin board
Berupa papan berukuran 90 x 120 cm yang biasanya dipasang di dinding fasilitas
umum (puskesmas, rumah sakit, balai desa, dan kantor kecamatan). Pada papan ini
ditempelkan gambar-gambar, leaflet, poster, atau media massa lain yang
mengandung informasi penting yang secara berkala diganti dengan topik-topik
lain.
i) Lembar balik
Merupakan alat peraga yang menyerupai kalender balik bergambar. Lembar balik
(flip chart) mempunyai dua ukuran. Ukuran besar terdiri atas lembaran-lembaran
yang berukuran ± 50 x 75 cm, sedangkan ukuran kecil ± 38 x 50 cm. Lembar balik
yang berukuran lebih kecil (21 x 28 cm) disebut flip book atau flip chart meja.
Lembaran-lembaran ini disusun dalam urutan tertentu dan dibundel pada salah satu
sisinya. Di bawah gambar, dituliskan pesan-pesan yang dpaat dibaca oleh
komunikan. Lembar balik digunakan dengan cara membalik lembaran-lembaran
bergambar tersebut satu per satu. Lembar balik digunakan untuk pertemuan
kelompok dengan jumlah maksimal peserta 30 orang. Flip book biasa
dipergunakan untuk pendidikan individu atau kelompok yang lebih kecil (kurang
dari 5 orang).

7
j) Flashcard
Merupakan sejumlah kartu bergambar berukuran 25 x 30 cm. Gambar-gambarnya
dapat dibuat dengan tangan atau dicetak dari foto dan diberi nomor urut.
Keterangan tentang gambar tercantum di belakang setiap kartu. Flashcard
dipergunakan untuk sasaran berjumlah kurang dari 30 orang.

1.6 Definisi Posyandu Lansia


Posyandu lansia merupakan pelayanan terpadu bagi lansia di suatu wilayah tertentu
yang disepakati dan dibimbing agar lansia dapat menerima dan memperoleh
pelayanan kesehatan yang memadai. Posyandu lansia merupakan salah satu kebijakan
pemerintah untuk mengembangkan pelayanan kesehatan bagi lanjut usia, dengan
melaksanakan program puskesmas melibatkan lansia, anggota keluarga, tokoh
masyarakat dan organisasi sosial (Bruno, 2019).
Posyandu lansia merupakan pelayanan lansia di suatu daerah wilayah tertentu yang
disepakati dan dikendalikan oleh masyarakat di mana mereka dapat mengakses
layanan kesehatan. Posyandu lansia merupakan pembangunan dan kebijakan
pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lanjut usia yang dilaksanakan di bawah
program Puskesmas yang melibatkan lanjut usia, keluarga, tokoh masyarakat dan
organisasi sosial dalam pelaksanaannya (Sunaryo, Rahayu Wijayanti, 2015).
Proses pembentukan dan pelaksanaan posyandu lansia dilakukan oleh masyarakat
bersama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat, Lintas Sektor Pemerintah, non
pemerintah, organisasi sosial dan lembaga lainnya yang kegiatan pelayanan kesehatan
dititikberatkan pada upaya promotif dan preventif (Rauf et al., 2021).

8
1.6.1 Tujuan Posyandu Lansia
Tujuan umum dari Posyandu lanjut usia adalah meningkatkan kesejahteraan lansia
melalui kegiatan posyandu lanjut usia yang mandiri dalam masyarakat. Menurut
tujuan posyandu lansia meliputi:
1. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan lansia.
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan lansia.
3. Membina kesehatan dirinya sendiri.
4. Meningkatkan kesadaran pada lansia.
5. Meningkatkan derajat kesehatan dan mutu pelayanan kesehatan usia lanjut
dimasyarakat, untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna bagi
keluarga.
Tujuan umum adalah meningkatkan derajat kesehatan lanjut usia untuk
mencapai lanjut usia yang sehat, mandiri, aktif, produktif dan berdayaguna bagi
25 keluarga dan masyarakat. Tujuan khususnya, meliputi:
a) Meningkatnya cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan santun lanjut usia
b) Meningkatnya ketersediaan data dan informasi di bidang kesehatan lanjut usia
c) Meningkatnya koordinasi dengan lintas program, lintas sektor,
profesi/organisasi profesi, organisasi masyarakat, dunia usaha, media massa
dan pihak terkait lainnya
d) Meningkatnya peran serta dan pemberdayaan keluarga, masyarakat dan lanjut
usia dalam upaya peningkatan kesehatan lanjut usia
e) Meningkatnya peran serta lanjut usia dalam upaya peningkatan kesehatan
keluarga dan masyarakat

1.6.2 Sasaran Posyandu Lansia


Sasaran langsung adalah pra lanjut usia (45-59 tahun), lanjut usia (60-69 tahun), dan
lanjut usia risiko tinggi (lanjut usia >70 tahun atau usia >= 60 tahun dengan masalah
kesehatan). Sedangkan sasaran tidak langsung adalah keluarga, masyarakat, lembaga
swadaya masyarakat, organisasi kemasyarakatan, kelompok khusus, dan swasta, lintas
program, dan lintas sector.

1.6.3 Manfaat Posyandu Lansia


Manfaat posyandu lansia antara lain:
1. Meningkatkan status kesehatan lansia

9
2. Meningkatkan kemandirian pada lansia
3. Memperlambat aging proses
4. Deteksi dini gangguan kesehatan pada lansia
5. Meningkatkan harapan hidup
Alasan pentingnya posyandu lansia karena kerentanannya terhadap gangguan
kesehatan. Gangguan kesehatan pada organ reproduksi, seperti osteoporosis dan
kanker leher rahim (pada lansia perempuan) dan gangguan kelenjar prostat dan
gangguan seksual serta impotensi (pada lansia laki-laki merupakan masalah tersendiri
dan berdampak pada kualitas hidup lansia)

1.6.4 Kegiatan Posyandu Lansia


Kegiatan posyandu lansia meliputi kegiatan pelayanan kesehatan dan kegiatan lain
yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup lansia. Bentuk pelayanan pada
posyandu lansia meliputi pemeriksaan kesehatan fisik dan mental emosional, yang
dicatat dan dipantau dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk mengetahui lebih awal
penyakit yang diderita atau ancaman masalah kesehatan yang dialami lansia. Kegiatan
di posyandu lansia secara umum mencakup kegiatan pelayanan yang berbentuk.
1. Kegiatan Promotif
Kegiatan ini bertujuan meningkatkan gairah hidup para lansia agar merasa tetap
dihargai dan tetap berguna.
2. Kegiatan Preventif
Kegitan preventif merupakan upaya yang dilakukan untuk mencegah sedini
mungkin terjadinya penyakit dan komplikasi yang diakibatkanoleh proses
degeneratif. Kegiatan yang dilakukan berupa deteksi dini kesehatan lansia baik
dikelompok lansia maupun dikelompok Puskesmas.
3. Kegiatan Kuratif
Kegiatan kuratif adalah upaya yang dilakukan dalam pengobatan dan perawatan
bagi lansia yang sakit.

10
4. Kegiatan rehabilitative
Kegiatan rehabilitatif adalah upaya yang dilakukan atau bersifat medis,
psikososial, edukatif dan pengembangan keterampilanatau hobi untuk
mengembalikan semaksimal mungkin kemampuan fungsional dan kepercayaan
diri pada lansia. Kegiatan-kegiatan dalam posyandu lansia dicatat dan dipantau
melalui Kartu Menuju Sehat (KMS) bagi lansia diantaranya adalah:
Kegiatankegiatan di posyandu lansia antara lain: Penyuluhan kesehatan (perilaku
hidup sehat, gizi lansia, proses degeneratif), pemeriksaan kesehatan berkala,
pelayanan dan pemeliharaan kesehatan lansia, rujukan, olahraga dan kesehatan,
pembinaan rohani atau kesehatan mental spiritual, pemberian makanan tambahan
dan rekreasi.
5. Kegiatan Rujukan
Upaya yang dilakukan untuk mendapatkan pelayanan kuratif dan rehabilitatif
yang memadai dan tepat waktu sesuai kebutuhan. Upaya dapat dilakukan secara
vertikal dari tingkat pelayanan dasar ke tingkat pelayanan spesialistik di rumah
sakit secara horizontal ke sesama tingkat pelayanan yang mempunyai sarana yang
lebih lengkap.
Beberapa kegiatan pada posyandu lansia menurut Departemen Kesehatan RI
adalah:
a) Pemeriksaan aktifitas kegiatan sehari-hari (activity of daily living)
meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan, seperti makan/ minum, berjalan,
mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besar/ kecil dan
sebagainya.
b) Pemeriksaan status mental
Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional, dengan
menggunakan pedoman metode 2 menit (bisa dilihat di KMS Lanjut usia).
c) Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran
tinggi badan dan dicatat pada grafik Indeks Massa Tubuh (IMT).
d) Pengukuran tekanan darah dengan menggunakan tensimeter dan stetoskop
serta penghitungan denyut nadi selama satu menit.
e) Pemeriksaan hemoglobin menggunakan Talquist, Sahli atau Cuprisulfat.
f) Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya
penyakit gula (diabetes mellitus).
g) Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi
awal adanya penyakit ginjal.
h) Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau
ditemukan kelainan pada pemeriksaan butir 1 hingga 8.
i) Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi anggota POKSILA
yang tidak datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan masyarakat
(Public Health Nursing)
j) Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi
setempat.

11
k) Pemberian Makanan Tambahan (PMT) penyuluhan sebagai contoh menu
makanan dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi lansia, serta
menggunakan bahan makanan yang berasal dari daerah tersebut.
l) Kegiatan olahraga antara lain senam lansia, gerak jalan santai, dan lain
sebagainya untuk meningkatkan kebugaran. Kecuali kegiatan pelayanan
kesehatan seperti uraian diatas, kelompok dapat melakukan kegiatan
nonkesehatan dibawah bimbingan sektor lain, contohnya kegiatan
kerohanian, arisan, kegiatan ekonomi produktif, forum diskusi, penyaluran
hobi dan lainlain.

1.6.5 Penyelenggaraan Posyandu Lansia


Penyelenggaraan posyandu lansia pada hakikatnya dilaksanakan dalam 1 (satu)
bulan kegiatan, baik pada hari buka posyandu maupun di luar hari buka posyandu
sekurang-kurangnya satu hari dalam sebulan. Hari dan waktu yang dipilih, sesuai
dengan hasil kesepakatan. Apabila diperlukan, hari buka posyandu dapat lebih dari
satu kali dalam sebulan.
Tempat penyelengaran kegiatan posyandu lansia sebaiknya berada pada lokasi yang
mudah dijangkau oleh masyarakat. Tempat penyelengaraan tersebut dapat di salah
satu rumah warga, halaman rumah, balai desa/kelurahan, balai RW/RT/dusun, salah
satu kios di pasar, salah satu ruangan perkantoran atau tempat khusus yang dibangun
secara swadaya oleh masyarakat yang dapat disebut dengan nama “Wisma Posyandu”
atau sebutan lainnya. Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang prima terhadap
lansia, mekanisme pelaksanaan kegiatan yang sebaiknya digunakan adalah 5 tahapan
(5 meja) sebagai berikut :
1. Tahap Pertama : Pendaftaran anggota posyandu lansia sebelum pelaksanaan
pelayanan.
2. Tahap Kedua : Pencatatan kegiatan sehari-hari yang dilakukan lansia serta
penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan.
3. Tahap ketiga : Pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehatan dan
pemeriksaan status mental.
4. Tahap keempat : Pemeriksaan air seni dan kadar darah (laboratorium
sederhana)
5. Tahap kelima : Pemberian penyuluhan dan konseling.

12
1.6.6 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Posyandu Lansia
Beberapa faktor yang dihadapi lansia dalam pemanfaatan posyandu lansia antara lain :
a) Jarak Posyandu Lansia
Menurut Nurhayati jarak posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah
menjangkau posyandu tanpa harus mengalami kelelahan fisik karena penurunan daya
tahan atau kekuatan fisik tubuh. Kemudahan dalam menjangkau lokasi posyandu
berhubungan dengan faktor keamanan atau keselamatan bagi lansia. Jika lansia
merasa aman atau merasa mudah untuk menjangkau lokasi posyandu tanpa harus
menimbulkan kelelahan atau masalah yang serius maka hal ini dapat mendorong
minat atau motivasi lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu.
Jarak posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah menjangkau posyandu
tanpa harus mengalami kelelahan atau kecelakaan fisik karena penurunan daya tahan
atau kekuatan fisik tubuh. Kemudahan dalam menjangkau lokasi posyandu ini
berhubungan dengan faktor keamanan atau keselamatan bagi lansia. Jika lansia
merasa aman atau merasa mudah untuk menjangkau lokasi posyandu tanpa harus
menimbulkan kelelahan atau masalah yang lebih serius, maka hal ini dapat
mendorong minat atau motivasi lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu.
b) Pengetahuan Lansia
Posyandu Lansia Pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan
peraba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya perilaku manusia. Pengetahuan yang rendah tentang manfaat posyandu
lansia dapat menjadi kendala bagi lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu lansia.
Pengetahuan yang salah tentang tujuan dan manfaat posyandu dapat menimbulkan
salah persepsi yang akhirnya kunjungan ke posyandu rendah. Pengetahuan lansia akan
manfaat posyandu ini dapat diperoleh dari pengalaman pribadi dalam kehidupan
sehari-harinya.
Dengan menghadiri kegiatan posyandu, lansia akan mendapatkan penyuluhan
tentang bagaimana cara hidup sehat dengan segala keterbatasan atau masalah
kesehatan yang melekat pada mereka. Dengan pengalaman ini, pengetahuan lansia
menjadi meningkat, yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong
minat atau motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia. Hasil
penelitian Kurniasari menunjukkan hasil bahwa ada hubungan antara tingkat
pengetahuan dengan motivasi lansia berkunjung ke Posyandu Lansia di Desa Dadirejo
Kecamatan Tirto Kabupaten Pekalongan dengan kekuatan sedang. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu tingkat pendidikan, informasi yang
diperoleh, pengalaman dan sosial ekonomi.

13
Pengetahuan lansia akan manfaat posyandu ini dapat diperoleh dari pengalaman
pribadi dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan menghadiri kegiatan posyandu,
lansia akan mendapatkan penyuluhan tentang bagaimana cara hidup sehat dengan
segala keterbatasan atau masalah kesehatan yang melekat pada mereka. Dengan
pengalaman ini, pengetahuan lansia menjadi meningkat, yang menjadi dasar
pembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi mereka untuk selalu
mengikuti kegiatan posyandu lansia.
c) Sikap Lansia
Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu
stimulus atau objek, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang
bersangkutan . Penilaian pribadi atau sikap yang baik terhadap petugas merupakan
dasar atas kesiapan atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan
sikap yang baik tersebut, lansia cenderung untuk selalu hadir atau mengikuti kegiatan
yang diadakan di posyandu lansia. Hal ini dapat dipahami karena sikap seseorang
adalah suatu cermin kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek. Kesiapan
merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara-cara tertentu apabila
individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya suatu respons.
d) Motivasi Petugas Kesehatan
Petugas kesehatan merupakan faktor terpenting dalam mempengaruhi perubahan
perilaku. Dengan adanya promosi kesehatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan
maka masyarakat lebih terdorong dan tertarik sehingga cenderung dalam merubah
tingkah lakunya. Dalam meningkatkan kesehatan masyarakat dapat dilakukan dengan
cara health promtion (promosi kesehatan). Promosi kesehatan sendiri dapat dilakukan
dengan cara pelatihan pelatihan pada masyarakat, mentransformasikan pengetahuan
pengetahuan dan memberikan dukungan pada Masyarakat.
Fungsi pelayanan kesehatan dan pemeliharaan kesehatan tidak dapat lagi
seluruhnya ditangani oleh para dokter saja. Apalagi kegiatan itu mencakup kelompok
masyarakat luas. Para dokter memerlukan bantuan tenaga para medis, sanitasi gizi,
ahli ilmu sosial dan juga anggota masyarakat (tokoh masyarakat, kader) untuk
melaksanakan program kesehatan, tugas tim kesehatan ini dapat dibedakan menurut
tahap/jenis program kesehatan yang dijalankan, yaitu promosi kesehatan, pencegahan
penyakit, pengobatan dan rehabilitasi. Peran puskesmas atau petugas kesehatan dalam
kegiatan posyandu adalah sebagai fasilitator dan lebih memberdayakan masyarakat
dalam kegiatan posyandu.
e) Motivasi Keluarga
Motivasi keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau kesediaan lansia
untuk mengikuti kegiatan posyandu. Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia
apabila selalu menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar lansia ke
posyandu, mengingatkan lansia jika lupa jadwal posyandu, dan berusaha membantu
mengatasi segala permasalahan bersama lansia. Efek dari dukungan keluarga yang
adekuat terhadap kesehatan dan kesejahteraan terbukti dapat menurunkan mortalitas,
mempercepat penyembuhan dari sakit, meningkatkan kesehatan kognitif, fisik dan
emosi, disamping itu pengaruh positif dari dukungan keluarga adalah pada

14
penyesuaian terhadap kejadian dalam kehidupan sehari-hari yang penuh dengan
stress.

1.6.7 Menjaga Kesehatan Reproduksi pada Lansia


Menjaga kesehatan reproduksi pada lansia sangat penting. Sebab, risiko berbagai
penyakit yang menyerang sistem reproduksi tetap bisa terjadi pada usia senja.
Misalnya, pada wanita lanjut usia, menopause dapat menyebabkan peningkatan risiko
berbagai penyakit menular seksual. Sebab, menopause dapat menyebabkan perubahan
hormonal alami, yang memicu penipisan dinding vagina. Akibatnya, vagina jadi lebih
kering dan risiko terjadinya luka saat berhubungan intim meningkat. Hal ini secara
tidak langsung dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi.

1.6.8 Hal-Hal Yg Diperlukan Lansia Untuk Menjaga Kesehatan Reproduksi


Karena menjaga kesehatan reproduksi sangat perlu, berikut ini beberapa hal yang
bisa lansia lakukan:
1. Lakukan Seks dengan Aman Aktivitas seksual dapat dilakukan oleh lansia. Tetapi, penting
untuk lansia melakukan seksual yang aman. Jika Anda memiliki pasangan baru atau lebih
dari satu, pastikan pasangan Anda tidak memiliki riwayat penyakit seks menular, atau
dapat melakukan seks dengan menggunakan kondom atau alat kontrasepsi.
2. Mempertahankan Hidup Sehat Gaya hidup yang sehat juga menjadi salah satu kunci untuk
kesehatan reproduksi yang optimal. Salah satu contohnya dengan memiliki pola makan
sehat, rajin berolahraga, dan tidak mengkonsumsi alkohol.
3. Membersihkan Bagian Reproduksi dengan Baik Membersihkan area bagian intim dengan
baik dan benar sangat penting untuk menjaga kesehatan reproduksi. Cara membersihkan
yang baik dan benar itu dimulai dari bagian depan ke belakang, bukan sebaliknya. Cara ini
akan membantu mencegah bakteri berbahaya pada bagian belakang berpindah dan
menginfeksi bagian depan intim.
4. Menggunakan Pakaian Dalam yang Tidak Ketat Sangat penting bagi kesehatan reproduksi
untuk menggunakan pakaian dalam yang tidak ketat. Cara ini baik dilakukan bagi pria
ataupun wanita. Memakai pakaian dalam yang ketat akan menimbulkan panas dan lembab
yang akan membahayakan area intim.
5. Hindari Penggunaan Sabun Kewanitaan Mengapa sabun kewanitaan dianjurkan untuk
dihindari?Karena penggunaan sabun kewanitaan ini dapat menyebabkan terjadinya
kekeringan, nyeri, kemerahan, atau iritasi kulit. Bahkan dapat memicu terjadinya
pertumbuhan bakteri berbahaya. Menghindari Rokok Merokok bukan hanya merusak
bagian dari pernapasan, tetapi bisa juga merusak bagian reporoduksi baik bagi wanita
maupun pria. Dari merokok ini akan memengaruhi fungsi dari ovarium, rahim dan area
lain dari reproduksi. Melakukan Pemeriksaan Rutin Pada lansia yang rentan terkena
penyakit, pemeriksaan secara rutin juga sangat penting untuk dilakukan. Selain untuk
organ vital, pemeriksaan rutin juga dapat dilakukan untuk memeriksa kesehatan
reproduksi. Dengan begitu masalah kesehatan yang terjadi sudah terdeteksi. Sehingga
dokter dapat melakukan tind akan pengobatan yang tepat sesuai dengan kondisi pasien.

15
BAB III
PENUTUP

1.7 KESIMPULAN
Promosi kesehatan adalah segala upaya yang dilakukan oleh individu atau kelompok
untuk meningkatkan pengetahuan dengan harapan dapat merubah perilaku kesehatan di
masyarakat.
Posyandu lansia merupakan pelayanan terpadu bagi lansia di suatu wilayah tertentu
yang disepakati dan dibimbing agar lansia dapat menerima dan memperoleh pelayanan
kesehatan yang memadai

1.8 SARAN
Untuk penyebaran promosi kesehatan yang merata dan menyeluruh ke masyarakat
khususnya lansia, diperlukan peran berbagai sektor seperti pemerintah, tenaga kesehatan
ataupun Lembaga swadaya Masyarakat untuk menunjang kelancaran program promosi
kesehatan salah satunya adanya Posyandu Lansia karena kelompok usia lanjut
memerlukan perhatian khusus dalam memenuhi kebutuhan dasar sehari-harinya baik dari
tenaga medis, paramedic, maupun keluarga.

16
DAFTAR PUSTAKA

Halodoc.Com. (2023,November). Pentingnya Menjaga Kesehatan Reproduksi Pada


Lansia.Https://Www.Halodoc.Com/Artikel/Pentingnya-Menjaga-Kesehatan-
Reproduksi-Pada-Lansia

Astuti.Haryati, dkk 2023. Buku Kesehatan Reproduksi Remaja dan


Lansia.2023.Purbalingga. Penerbit EUREKA MEDIA AKSARA

http://repository.helvetia.ac.id/id/eprint/1249/.2018 (Diakses 2023,November )

Promosi Kesehatan Pada Lansia Baru | Pdf (Scribd.Com) (Diakses 2023,


November)

Sofiana,Juni., Laeatur,Umi dan Astuti DP (2018). Faktor Yang Mempengaruhi


Kunjungan Lansia Ke Posyandu Di Desa Semali Sempor Kebumen. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Keperawatan Vol.14 No 2 Juni 2018

Eswanti, Noor., Sunarno RD (2022). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Kunjungan Lansia Dalam Kegiatan Posyandu Lansia. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan
Kebidanan Vol.13 No.1 2022

Sabu, WY, Blandina, OA dan Fitria,PN. 2022. Faktor-Faktor Yang Berhubungan


Dengan Kunjungan Lansia Pada Program Posyandu Lansia Di Puskesmas Pitu
Kecamatan Tobelo Tengah. Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan Masyarakat Vol 3 No
1 Juni 2022

Anda mungkin juga menyukai