Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEBIDANAN PRANIKAH DAN PRAKONSEPSI

JARAK IDEAL ANTAR KEHAMILAN

DISUSUN OLEH:

Sonya Purnamasari P01740322033


Vira Anggraini P01740322034
Vira Yunita P01740322035
Wulandari P01740322036
Yulia Anggraeni P01740322037
Yunita P01740322038
Zulfa Tania Febriani P01740322039
Zuliana Chandra Wardhana P01740322040

Dosen Pembimbing:
Wenny Indah PES, SST, M.Keb

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
PRODI D4 ALIH JENJANG KEBIDANAN CURUP
T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita haturkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan begitu banyak nikmat yang mana makhluk-Nya pun tidak akan
menyadari begitu banyak nikmat yang telah didapatkan dari Allah SWT. Selain
itu, kami juga merasa sangat bersyukur karena telah mendapatkan hidayah-Nya
baik iman maupun islam.
Dengan nikmat dan hidayah-Nya pula kami dapat menyelesaikan
penulisan makalah ini yang merupakan tugas kuliah mata kuliah Asuhan
Kebidanan Pranikah dan Prakonsepsi. Kami menyampaikan terimakasih kepada
semua pihak yang turut membantu proses penyusunan makalah ini.
Kami menyadari dalam makalah ini masih begitu banyak kekurangan dan
kesalahan baik dari isi maupun struktur penulisannya, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran positif untuk perbaikan dikemudian hari.
Demikian semoga makalah ini memberikan manfaat umumnya pada para
pembaca dan khususnya bagi kami sendiri. Aamiin.

Curup, 14 Juli 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................i
Daftar Isi...........................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................2
BAB II Pembahasan
A. Menentukan Jarak Kehamilan..............................................................3
B. Manfaat Menjaga Jarak Kehamilan......................................................3
C. Resiko dalam Menentukan Jarak Kehamilan.......................................5
D. Dampak Jarak Kelahiran yang Terlalu Dekat.......................................6
E. Fase-fase dalam Mengatur Kehamilan.................................................6
F. Sibling Rivalry......................................................................................7
BAB III Penutup
A. Kesimpulan...........................................................................................12
B. Saran.....................................................................................................12
Daftar Pustaka...................................................................................................iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang dilihat dari jumlah penduduknya


ada pada posisi keempat di dunia, dengan laju pertumbuhan yang masih relatif
tinggi. Esensi tugas program Keluarga Berencana (KB) dalam hal ini telah
jelas yaitu menurunkan fertilitas agar dapat mengurangi beban pembangunan
demi terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan bagi rakyat dan bangsa
Indonesia. Keluarga Berencana yakni upaya meningkatan kepedulian dan
peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, dan peningkatan kesejahteraan
keluarga guna mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.

Alat kontrasepsi sangat berguna sekali dalam program KB namun


perlu diketahui bahwa tidak semua alat kontrasepsi cocok dengan kondisi
setiap orang. Untuk itu, setiap pribadi harus bisa memilih alat kontrasepsi
yang cocok untuk dirinya. Pelayanan kontrasepsi (PK) adalah salah satu jenis
pelayanan KB yang tersedia. Sebagian besar akseptor KB memilih dan
membayar sendiri berbagai macam metode kontrasepsi yang tersedia.

Faktor lain yang mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi antara lain


faktor pasangan (umur, gaya hidup, jumlah keluarga yang diinginkan,
pengalaman dengan metode kontrasepsi yang lalu), faktor kesehatan (status
kesehatan, riwayat haid, riwayat keluarga, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
panggul), faktor metode kontrasepsi (efektivitas, efek samping, biaya), tingkat
pendidikan, pengetahuan, kesejahteraan keluarga, agama, dan dukungan dari
suami/istri. Peran tenaga kesehatan khususnya bidan ataupun dokter
kandungan yaitu memberikan pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan
paripurna bagi seorang wanita yang berkaitan dengan kesehatan
reproduksinya saat tidak hamil ataupun di masa hamil, bersalin atau nifas.

1
B. Rumusan Masalah

1. Menentukan jarak kehamilan

2. Manfaat menjaga jarak kehamilan yang ideal bagi ibu dan anak

3. Risiko dalam menjarakan kehamilan

4. Dampak Jarak Kelahiran yang Terlalu Dekat

5. Fase-Fase Dalam Mengatur Kehamilan

6. Sibling Rivalry

C. Tujuan

1. Mahasiswa mampu menentukan jarak kehamilan

2. Mahasiswa mampu mengetahui manfaat menjaga jarak kehamilan yang


ideal bagi ibu dan anak

3. Mahasiswa dapat mengetahui risiko yang dapat terjadi dalam


menjarangkan kehamilan

4. Mahasiswa dapat mengetahui dampat yang timbul jika jarak kelahiran


anak terlalu dekat

5. Mahasiswa dapat mengetahui fase-fase dalam mengatur kehamilan

6. Mahasiswa mengetahui apa yang dimaksud dengan Sibling Rivaly

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Menentukan Jarak Kehamilan


Menentukan jarak kehamilan adalah upaya untuk menetapkan atau
memberi batasan antara kehamilan yang lalu dengan kehamilan yang akan
datang. Penentuan jarak kehamilan merupakan salah satu cara untuk
menentukan berapa jarak yang akan direncanakan diantara kehamilan satu
dengan yang lain.
Pengaturan jarak kehamilan merupakan salah satu usaha agar pasangan
dapat lebih menerima dan siap untuk memiliki anak. Perencanaan pasangan
kapan untuk memiliki anak kembali, menjadi hal penting untuk
dikomunikasikan (Masyhuri, 2007).
Terdapat beberapa alasan perlunya jarak kelahiran menurut Ummah
(2015), diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Belum pulihnya kondisi rahim ibu setelah kehamilan sebelumnya.
2. Dapat timbulnya beberapa resiko dalam kehamilan, salah satunya adalah
anemia.
3. Resiko terjadinya pendarahan pasca persalinan.
4. Waktu yang disediakan ibu untuk menyusui dan merawat bayi kurang
karena harus terbagi.
Jarak kehamilan yang dianjurkan pada ibu hamil yang ideal dihitung
dari sejak ibu persalinan hingga akan memasuki masa hamil selanjutnya yaitu
2-5 tahun. Hal ini didasarkan karena beberapa pertimbangan yang akan
berpengaruh pada ibu dan anak. Apalagi bagi anda yang mengalami operasi
caesar pada persalinan sebelumnya, pemulihan pasca operasi sangat penting
untuk diperhatikan. Penelitian The Demographic and Health Survey,
menyebutkan bahwa anak - anak yang dilahirkan 2- 5 tahun setelah kelahiran
anak sebelumnya, memiliki kemungkinan hidup sehat 2,5 kali lebih tinggi
daripada yang berjarak kelahiran kurang dari 2 tahun, maka jarak kehamilan
yang aman adalah 2-5 tahun.

3
B. Manfaat Menjaga Jarak Kehamilan
Manfaat menjaga jarak kehamilan yang ideal bagi ibu dan anak :
1. Pemulihan Persalinan bagi Kesehatan Ibu
Dengan minimal waktu dua tahun memungkinkan ibu melakukan
persiapan kehamilan. Dalam mempersiapkan kehamilan selanjutnya ibu
harus mempersiapkan kesehatan yang sempat mengalami penurunan
setelah merawat bayi sebelumnya, selain itu ibu harus mengalami
beberapa pemulihan khusus seperti pada ibu hamil yang melakukan
operasi caesar sebelumnya sebaiknya berkonsultasi pada dokter ketika
akan memasuki kehamilan selanjutnya. Tak kalah penting dalam
mengontrol kesehatan ibu hamil yang beresiko di kehamilan seperti
hipertensi, diabetes dll.
2. Menjaga Kesehatan Bayi
Menjaga jarak kehamilan ideal (2-5 tahun) akan membuat potensi
yang baik untuk kehamilan selanjutnya salah satunya adalah menghindari
anak lahir dengan berat badan yang rendah dan juga menghindari kelainan
pada janin. Selain itu dua tahun memungkinkan untuk mempersiapkan air
susu ibu. Dengan persiapan asi maka akan berpengaruh positif bagi
kesehatan dan kecerdasan, sedangkan bagi anda yang merencanakan
kehamilan terlalu dekat maka akan berdampak pada kurangnya nutrisi dari
asi pada anak pertama atau anak selanjutnya.
3. Menghindari Resiko Nutritional Deficiencies
Dengan merencanakan kehamilan pada jarak yang ideal maka akan
mengurangi resiko nutritional deficiencies atau kurang gizi terutama
kekurangan zat besi. Hal ini akan membantu anda dalam mengurangi
resiko anemia akut (severa anemia) yang akan terjadi pada kehamilan dan
meningkatkan resiko stress pada saat hamil , bahkan hal ini akan beresiko
terjadinya sistem kardiovaskular pada saat menjelang persalinan. Hal ini
dapat pula disebabkan karena kondisi ibu yang merencanakan kehamilan
terlalu cepat belum pulih dari kondisi sebelumnya sehingga belum dapat
maksimal dalam pembentukan cadangan makanan bagi janin dan
sendirinya.

4
4. Manfaat dalam Menjaga Hubungan antara Anak dan Ibu
Perhitungan yang tidak kalah penting dalam mempersiapkan jarak
kehamilan yang ideal adalah faktor psikologis anak dan orang tua. Secara
umum apabila merencanakan kehamilan pada usia yang ideal maka akan
mudah dimengerti dan juga mudah untuk menerima adik barunya
dikarenakan telah cukup mendapatkan perhatian dan kasih sayang
sebelumnya. Dalam merencanakan dan mengatur jarak kehamilan,
perencanaan pasangan dapat dipengaruhi oleh banyak faktor baik dari
segi kematangan ekonomi, umur pasangan, pengaruh sosial budaya,
lingkungan, pekerjaan maupun status kesehatan pasangan (Susan, 2006).
Faktor usia juga merupakan salah satu faktor dalam
menentukan jarak kehamilan dimana pada saat merencanakan
kehamilan yang harus dihindari antara lain empat T yaitu (Manuaba,
1998) :
a. Terlalu muda untuk hamil (< 20 tahun)
b. Terlalu tua untuk hamil (> 35 tahun)
c. Terlalu sering hamil (anak > 3 orang berisiko tinggi)
d. Terlalu dekat jarak kehamilannya (< 2 tahun)

C. Resiko dalam Menentukan Jarak Kehamilan


Wanita yang melahirkan dengan jarak yang sangat berdekatan (< 2
tahun) akan mengalami resiko antara lain (Yolan, 2007) :
1. Resiko perdarahan trimester III
a. Plasenta previa
b. Anemia
c. Ketuban pecah dini
d. Endometriosis masa nifas
e. Kematian saat melahirkan
f. Kehamilan dengan jarak yang terlalu jauh juga dapat menimbulkan
resiko tinggi antara lain persalinan lama.

5
D. Dampak Jarak Kelahiran yang Terlalu Dekat
Jarak kelahiran yang ideal adalah lebih dari dua tahun, karena tubuh
memerlukan kesempatan untuk memperbaiki persediaan, selain itu
pertumbuhan dan perkembangan janin juga akan terhambat jika organ-organ
reproduksi terganggu (Ruswandiani dan Mainase 2015, dalam Monita, et.al,
2016). Dari permasalahan tersebut juga akan muncul beberapa resiko,
misalnya kematian janin saat dilahirkan, BBLR, dan Kematian di usia bayi.
Selain itu, resiko lain juga dapat terjadi seperti ketuban pecah dini dan
prematur karena kesehatan fisik dan rahim ibu masih memerlukan waktu
untuk beristirahat.
Dalam waktu atau jarak kehamilan yang cukup dekat juga
memungkingkan ibu untuk masih menyusui, hal tersebut yang menyebabkan
terlepasnya hormon oktisosin yang memicu terjadinya kontraksi (Ummah,
2015). Resiko yang ditimbulkan oleh jarak kehamilan yang terlalu dekat
bukan hanya terjadi pada ibu saja, hal ini juga bisa terjadi pada anak.
Alasannya adalah ketika ibu seharusnya masih menyusui dan memberikan
perhatian kepada anaknya harus tergantikan dengan perhatiaanya terhadap
kehamilan barunya.
Dengan situasi tersebut, bisa saja terjadi pegabaian pada anak
pertamanya baik secara fisik maupun psikis. Hal tersebut menjadi alasan
mengapa anak menjadi iri atau cemburu kepada saudara kandungnya,
dibuktikan dengan tidak gembiranya kakak terhadap kehadiran adiknya atau
bahkan menganggapnya musuh (Ummah, 2015).

E. Fase-Fase Dalam Mengatur Kehamilan


Dalam mengatur jarak kehamilan kita dapat menggunakan kontrasepsi
sesuai dengan fase-fase berikut ini yaitu (Manuaba, 1998) :
1. Fase menunda kehamilan
Pada fase ini, pasangan dapat memilih metode kontrasepsi antara lain :
a. Metode sederhana yaitu dengan menggunakan kondom, pantang
berkala, pemakaian spermisid, dan senggama terputus.
b. Pil KB yaitu pil progestin atau pil kombinasi

6
c. Suntikan KB yaitu suntikan progestin atau suntikan kombinasi
2. Fase menjarangkan kehamilan
a. Metode sederhana yaitu dengan menggunakan kondom, pantang
berkala, pemakaian spermisid, dan senggama terputus.
b. Metode mekanis yaitu Alat Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR).
c. Metode MKE (Metode Kontrasepsi Efektif) kecuali kontrasepsi
mantap.
3. Fase mengakhiri kehamilan
a. Metode MKE termasuk kontap.
b. Metode sederhana.

F. Sibling Rivalry
1. Pengertian Sibling Rivalry
Sibling atau yang sering disebut dengan saudara kandung adalah
anak-anak dengan orang tua yang sama, baik saudara laki-laki maupun
saudara perempuan. Sedangkan rivalry adalah kompetisi antara saudara
kandung untuk mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari kedua orang
tuanya. Maka, sibling rivalry dapat diartikan sebagai rasa kecemburuan,
persaingan dan pertengkaran yang terjadi antara saudara yang
menimbulkan kompetisi untuk mendapatkan perhatian dari orang tua.
Persaingan di antara saudara kandung ini terjadi ketika keluarga
memiliki lebih dari satu anak. Pada kejadian sibling rivalry ini anak
memiliki kecenderungan sikap yang lebih nakal dikarenakan perasaan
cemburu dan tersaingi atas kehadiran adik barunya (Iswarati &
Rahmadewi, 2003, dalam Thiaraciwi, et.al, 2015).
Sibling Rivalry cenderung dialami oleh anak pertama yang
merasakan hilangnya perhatian orang tua yang sebelumnya hanya
diberikan kepada dirinya (Wong, et.al, 2009). Hal ini banyak terjadi
ketika anak menginjak usia 1-5 tahun dan bisa saja kembali ketika anak
usia 8-12 tahun. (Millman & Schaifer, 2007, dalam Maghfroh, 2012).
Namun, pendapat lain juga mengatakan bahwa anak-anak dapat
mengalami gejala tersebut hingga usia dewasa. Kemungkinan tersebut
dapat terjadi antara 20-30% dari 30-60% kejadian sibling rivalry di dunia

7
(Bank & Michael, 1999, dalam Chaulagain, et.al, 2016).
2. Penyebab Sibling Rivalry
Hanum dan Hidayat (2015) menyebutkan bahwa terdapat beberapa
faktor dominan yang dapat menyebabkan terjadinya Sibling Rivalry,
diantaranya adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi
perbedaan jenis kelamin, perbedaan usia/ jarak kelahiran, urutan
kelahiran, dan jumlah saudara kandung. Sedangkan faktor eksternal
adalah jenis pola asuh/ sikap orang tua.
a. Faktor Internal
1) Perbedaan jenis kelamin
Hal ini terjadi karena perbedaan reaksi yang timbul antara saudara
laki-laki dan perempuan. Kombinasi antara perempuan dan
perempuan akan memiliki lebih banyak rasa kecemburuan jika
dibanding kombinasi laki-laki dengan laki-laki atau laki-laki
dengan perempuan. Kakak perempuan akan lebih banyak bicara
dan mengatur kepada adik perempuannya jika dibandingkan
kepada adik laki-lakinya. Sedangkan kakak laki-laki akan lebih
banyak bertengkar dengan adik laki-laki daripada adik
perempuannya (Bee & Boy, 2004, dalam Hanum & Hidayat,
2015).
2) Perbedaan usia / jarak kelahiran
Jarak kelahiran yang terlalu dekat dapat mempengaruhi timbulnya
kejadian sibling rivalry karena jika jarak semakin dekat maka anak
akan merasa bahwa saudaranya akan merebut perhatian dan kasih
sayang dari orang tuanya, namun jika perbedaan usia cukup besar
maka anak-anak akan lebih siap untuk berbagi dan saling
menyayangi satu sama lainnya (Chomaria, 2013, dalam
Nugraheny, et.al, 2014).
3) Urutan kelahiran anak
Urutan kelahiran anak yang dilahirkan dalam keluarga yang sama
belum tentu mendapatkan pengalaman yang sama dalam
keluarganya. Hal inilah yang mempengaruhi kepribadian dan

8
tingkah laku mereka. Selain itu, urutan kelahiran juga menentukan
bagaimana cara mereka berkomunikasi dengan saudara, orang tua,
atau bahkan lingkungan sekitarnya (Hartanto, 2008, dalam Hanum
& Hidayat, 2015).
4) Jumlah saudara kandung
Jumlah saudara kandung yang kecil justru akan menimbulkan
terjadinya perselisihan antara mereka. Alasan yang mendasari hal
tersebut adalah jika dalam satu keluarga hanya terdapat dua anak,
kedua anak tersebut akan lebih banyak menghabiskan waktu
bersama, maka perselisihan juga akan semakin sering terjadi.
Orang tua juga akan cenderung membela sang adik dan
mengharapkan anak pertamanya untuk mengalah (Hurlock, 2002,
dalam Hanum & Hidayat., 2015).
b. Faktor eksternal
1) Jenis pola asuh/ sikap orang tua
Salah satu hal yang mendasari terjadinya sibling rivalry adalah
tidak adilnya orang tua dalam memperlakukan anak-anaknya.
Anak-anak yang masih dalam tahap tumbuh kembang akan merasa
tersisihkan dengan perbedaan perlakuan tersebut (Maghfuroh,
2012). Terdapat beberapa sikap yang khas dimiliki orang tua
menurut Hurlock (2003, dalam Tawainella, 2015), diantaranya
melindungi secara berlebihan, permisivitas (membiarkan anak
bersikap sesuka hati), memanjakan, penolakan, penerimaan,
dominasi, tunduk pada anak, favoritisme, dan ambisius. Sikap
orang tua yang cenderung negatif ini akan saling berpengaruh
dengan penyebab internal (perbedaan jenis kelamin, perbedaan
usia, urutan kelahiran, dan jumlah saudara kandung). Hal ini
dikarenakan sikap orang tua akan mempengaruhi pembentukan
karakteristik pada anak.
3. Reaksi Sibling Rivalry
Reaksi atau juga biasa disebut sebagai tanda tanda terjadinya
sibling rivalry terbagi menjadi dua reaksi, yakni reaksi secara langsung

9
dan tidak langsung. Reaksi langsung adalah reaksi yang sudah dilakukan
menggunakan kekerasan fisik, misalnya saja memukul, mencubit, atau
menendang. Hal ini didasari oleh rasa persaingan terhadap saudaranya.
Sedangkan reaksi secara tidak langsung adalah reaksi yang muncul
akibat rasa kecemburuan terhadap saudaranya, dalam hal ini meliputi
membuat kenakalan, berpura-pura sakit, menangis tanpa sebab, dan
melakukan hal yang sudah lama atau tidak pernah dilakukan sebelumnya.
Hal ini dilakukan sematamata untuk mencari perhatian orang tua yang
dirasa telah direbut oleh saudaranya (Sulistyawati, 2009, dalam
Nugraheny, et.al, 2014).
4. Segi positif Sibling Rivalry
Sibling rivalry tidak sepenuhnya menjadi hal yang negatif saja,
namun juga bisa menjadi hal yang positif karena secara tidak langsung
sibling rivalry dapat mendorong anak untuk mengatasi perbedaan karena
mereka akan lebih terampil untuk menghargai nilai dan pandangan orang
lain. Selain itu dengan sibling rivalry anak juga akan belajar untuk
berkompromi dan bernegosiasi serta mengontrol sifat agresif. Segi positif
ini akan terbentuk jika orang tua menangani sibling rivalry dengan baik
(Wulandari & Handayani, 2011).
5. Segi Negatif Sibling Rivalry
Dampak sibling rivalryakan dirasakan secara berbeda oleh masing-
masing anak, tergantung pada karater dan polah asuh yang diberikan orang
tua kepada anak. Lingkungan juga sangat mempengaruhi pada dampak
yang terjadi terhadap anak (Putri, 2013). Sedangkan menurut Noviani
(2007, dalam Magfuroh, 2012), dampak negatif sibling rivalry adalah anak
menjadi egois, minder, dan merasa tidak dihargai.
Hanuka (2008, dalam Magfuroh, 2012) juga menyebutkan bahwa
selain kenakalan anak dirumah yang dilakukan terhadap adiknya, sibling
rivalry juga dapat berpengaruh pada hubungan anak tersebut dengan
teman-temannya di sekolah, bila terjadi ketidakadilan di rumah yang
membuat anak menjadi stress, bisa membuat anak menjadi lebih
tempramen dan agresif dalam kelakuannya di lingkungan luar dan sekolah.

10
Sulistyawati (2009, dalam Nugraheny, et.al, 2014) juga
menyebutkan bahwa jika reaksi sibling rivalry terjadi secara terus-menerus
dan tidak diantisipasi sejak dini, maka anak akan bertingkah laku regresi
(tingkah laku pada proses tumbuh kembangnya yang terdahulu), memiliki
self efficacy yang rendah, bertindak untuk membahayakan saudaranya,
dan bersifat dendam atau dengki terhadap saudaranya.
6. Cara Mengatasi
Sibling rivalry bukanlah sesuatu yang sangatlah berbahaya, namun
jika cara mengatasi anak-anak yang mengalami sibling rivalry tidak tepat
maka hal ini bisa jadi sangat berbahaya karena tindakan fisik yang
berlebihan dapat menyakiti atau bahkan menghilangkan nyawa anggota
keluarga. Selain itu sibling rivalry yang terjadi hingga usia dewasa juga
akan mempengaruhi kepribadian seseorang. Berikut ini adalah cara
mengatasi sibling rivalry :
a. Pengetahuan ibu adalah hal penting yang harus diperhatikan dalam
terjadinya sibling rivalry. Ibu harus mengatahui bagaimana
memperlakukan anak-anak mereka secara adil. Salah satu caranya
adalah dengan tidak memihak salah satu anak atau memberikan
kebebasan pada semua anak mereka secara sama. Ibu atau orang tua
juga bisa mengajarkan cara-cara yang positif untuk mendapatkan
perhatian orang tua. Hal lain yang juga bisa dilakukan orang tua adalah
dengan membuat kegiatan bersama keluarga untuk mengajarkan
anakanaknya bekerja sama satu sama lain (Chaulagain, et.al, 2016).
b. Ketika terjadi perseteruan atau pertengkaran orang tua tidak memihak
atau menyalahkan salah satu diantara mereka. Hanya saja orang tua
tetap harus mengarahkan bahwa tindakan tersebut adalah tindakan
yang tidak baik dan tidak semestinya dilakukan sehingga anak tidak
akan mengulanginya kembali. (Wulandari & Handayani, 2011).
c. Memberikan anak kesempatan untuk mengatakan atau
mengungkapkan perasaan mereka tentang apa yang dirasakan tentang
saudara kandungnya (Wulandari & Handayani, 2011).

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asuhan prakonsepsi adalah asuhan yang diberikan sebelum kehamilan
dengan sasaran mempermudah wankita mencapai tingkat kesehatan optimal
sebelum ia hamil. Wanita hamil yang sehat memiliki kemungkinan lebih besar
untuk memiliki bayi yang sehat. Tujuan dari asuhan tersebut adalah untuk
memfasilitasi perempuan agar menjadi sehat sebelum dia hamil, dan supaya
bayi yang dilahirkannya dalam keadaan sehat yang optimal.
Alat kontrasepsi sangat berguna sekali dalam program KB namun
perlu diketahui bahwa tidak semua alat kontrasepsi cocok dengan kondisi
setiap orang. Untuk itu, setiap pribadi harus bisa memilih alat kontrasepsi
yang cocok untuk dirinya pada pelayanan KB difasilitas kesehatan yang
tersedia.

B. Saran
Diharapkan dengan disusunnya makalah ini, dapat menjadi suatu
bahan pembelajaran bagi pembaca. Serta untuk selanjutnya makalah yang
dibuat penyusun, diharapkan adanya saran-saran yang membangun.
Dikarenakan penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam
penyusunannya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Handayani, Sri, 2010. Pelayanan Keluarga Berencana, Yogyakarta: Pustaka


Rihama
Keputusan Menteri Kesehatan RI No.900/ Menkes/SK/VII/2002
http://www.lusa.web.id/Macam-Macam-Klien-Dalam-Asuhan-Kebidanan/
diakses 14 Juli 2022
http://www.lusa.web.id/Program-Kb-Di-Indonesia/ diakses 14 Juli 2022
http://www.lusa.web.id/Perkembangan-Kb-Di-Indonesia /diakses 14 Juli 2022

iii

Anda mungkin juga menyukai