Jarak Ideal Antar Kehamilan (Askeb Remaja)
Jarak Ideal Antar Kehamilan (Askeb Remaja)
Disusun Oleh :
Kelompok Iv
Kelas G2
1
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan Rahmat,
hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah
ini.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menymampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Derajat Kesehatan
Keluarga dan Budaya dalam Masyarakat dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca .
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB 1
PENDA
HULUA
mengatakan bahwa banyak anak maka banyak rejeki. Hal ini yang juga
bila kehamilan kedua kurang dari 18 bulan dari kehamilan pertama, resiko
terlalu singkat, tubuh ibu masih membutuhkan waktu untuk pulih dari
4
stress dan berkurangnya gizi dari kehamilan pertama. Sedangkan. Para
5
2
sebelumnya memiliki resiko 40% lebih besar untuk lahir prematur atau kurang
berat badan. Selain itu jarak kehamilan yang berdekatan meningkatkan risiko
terjadinya perdarahan pada trimester III, termasuk alasan plasenta previa, anemia,
dan ketuban pecah dini. Selain itu bisa melahirkan bayi premature, BBLR, dan
cacat bawaan. Saat persalinan juga terdapat komplikasi seperti partus yang lama,
partus macet dan terjadinya perdarahan, rupture uteri. Pada masa nifas bisa terjadi
perdarahan, baby blues, dan sibling rivalry antara anak sebelumnya dengan
adiknya yang sekarang. Apabila hal tersebut tidak mendapat perhatian dari tenaga
kesehatan khususnya bidan maka resiko yang akan ibu alami semakin banyak dan
antenatal maka hal tersebut dapat menyebabkan peningkatan kematian ibu dan
bayi di Indonesia.
Peran bidan dalam kehamilan kurang dari 2 tahun ini adalah melakukan
Pemeriksakan kehamilan sedini mungkin dan teratur paling sedikit 4 kali selama
kelainan risiko tinggi pemeriksaan harus lebih sering dan lebih intensif ,
2
3
kehamilan ?”
1.3 Tujuan
ideal
dari 2 tahun.
1.4. Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
kehamilan
3
4
Mengetahui asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan jarak kehamilan sehingga
penanganan ibu hamil dengan jarak kehamilan kurang dari 2 tahun khususnya di
2. Bagi Peneliti
3. Bagi Masyarakat
Menambah pengetahuan dan pemahaman tentang ibu hamil dengan jarak ideal
antara kehamilan
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
Jarak kelahiran merupakan interval antara dua kelahiran yang berurutan dari
beberapa efek negatif baik pada kesehatan wanita tersebut maupun kesehatan bayi
Indonesia memiliki median jarak antar kelahiran selama 60,2 bulan dan hal ini
dikatakan meningkat dibanding survei demografi pada tahun 2007. Jarak kelahiran yang
dikatakan aman adalah 36-59 bulan. didapatkan data sebesar 75% ibu melahirkan
dengan rentang ini. Sedangkan 10% pada rentang kurang dari 24 bulan (SDKI,
2012). Pengaturan jarak kelahiran ini dinilai penting untuk setiap pasangan agar
dapat lebih siap untuk memiliki anak lagi dan menghindari terjadinya keadaan
resiko kehamilan dan kelahiran adalah karena jarak kelahiran yang tidak ideal. Dalam
hal ini adalah kelahiran yang kurang dari 24 bulan atau lebih dari 59 bulan. Selain itu
Woolfson (2004, dalam Triwijayanti & Sari) yang mengatakan bahwa adanya
perubahan perilaku pada anak yang terjadi akibat dekatnya jarak kelahiran antara
kelahiran pertama dan kelahiran selanjutnya. Hal ini disebabkan orang tua menjadi
terlalu fokus pada anak kedua sehingga proses tumbuh kembang pada anak pertama
5
9
sedikit terabaikan. Dampak yang terjadi adalah adanya kemunduran perilaku pada
anak dikarenkan oleh keinginan anak untuk merebut perhatian orang tua dari
adiknya.
anemia.
4. Waktu yang disediakan ibu untuk menyusui dan merawat bayi kurang karena
harus terbagi.
bahwa jarak kelahiran yang ideal adalah lebih dari dua tahun, karena tubuh
Dari permasalahan tersebut juga akan muncul beberapa resiko, misalnya kematian
Selain itu, resiko lain juga dapat terjadi seperti ketuban pecah dini dan
prematur karena kesehatan fisik dan rahim ibu masih memerlukan waktu untuk
beristirahat. Dalam waktu atau jarak kehamilan yang cukup dekat juga
Resiko yang ditimbulkan oleh jarak kehamilan yang terlalu dekat bukan hanya
terjadi pada ibu saja, hal ini juga bisa terjadi pada anak. Alasannya adalah ketika ibu
9
10
tersebut, bisa saja terjadi pegabaian pada anak pertamanya baik secara fisik maupun
psikis. Hal tersebut menjadi alasan mengapa anak menjadi iri atau cemburu
Tumbuh kembang anak dimulai ketika anak terlahir, yaitu dimulai ketika anak
berusia 0 hari. Selanjutnya tumbuh kembang anak berlanjut pada masa usia bayi atau
usia 0-12/15 bulan. Pada masa ini terdiri dari masa neonatal (0-28 hari) dan masa
pascaneonatal (29 hari- 12/15 bulan). Ketika anak berada pada masa ini, anak
masih sangat bergantung kepada orang tua dan pengasuh, selain itu mereka juga
akan senang terhadap orang-orang yang sudah dikenal. Rasa malu dan cemas
terhadap orang yang tidak dikenal juga mulai timbul pada usia ini (Soetjiningsih
Santrock (2011) juga menyebutkan bahwa pada usia bayi anak sudah mulai
mengalami emosi yang sederhana, emosi ini merupakan emosi primer seperti
perasaan marah, sedih, takut, terkejut, dan perasaan jijik. Selanjutnya, ketika anak
berada pada usia dini (1-2 tahun) mulai timbul emosi yang disadari, emosi ini meliputi
perasaan bingung, empati, cemburu, rasa bersalah,malu, dan bangga. Pada usia ini,
anak juga akan cenderung merasakan kecemasan berpisah dengan pengasuh (ibu).
Maka dari itu, pada usia ini anak masih belum bisa menerima kehadiran saudara
kandung atau anggota keluarga baru. Hal ini dikarenkan anak masih
membutuhkan dampingan dari orang tua atau pengasuh. Selain itu, anak juga
10
11
merasakan perasaan cemburu yang membuat meningkatnya rasa tidak nyaman jika
adanya kehadiran anggota keluarga baru karena akan terjadinya pengabaian fisik
ataupun psikis pada anak atas kehadiran anggota keluarga baru tersebut (Conde-
Agudelo, et.al, 2012). Jika perasaan cemburu terhadap kehadiran anggota keluarga
baru atau yang biasa disebut sibling rivalry terjadi pada usia ini namun tidak diatasi
dengan baik, maka kejadian sibling rivalry tersebut akan berlangsung secara terus-
menerus dan berulang hingga dewasa (Bank & Michael, 1999 dalam Chaulagain, et.al,
2016).
ketika anak usia 2-7 tahun dimana sebagian besar anak-anak pada usia ini akan
mengalami konflik yang cukup sering dengan saudara kandung. Rata-rata terjadi
ketika anak berusia 2-4 tahun dan mulai menurun ketika usia 5-7 tahun. Reaksi yang
biasa diberikan orang tua adalah sama sekali tidak melakukan apa-apa. Orang tua
akan berfikir bahwa hal ini merupakan peristiwa yang umum dan wajar terjadi
menyebutkan bahwa masa yang termasuk dalam usia prasekolah (3-6) tahun ini
merupakan masa dimana anak sudah memulai hidup mandirinya, dimana anak
sudah mulai terbuka dengan orang lain dan mulai tidak bergantung kepada orang
tua atau pengasuh. Namun anak juga akan memulai sifat agresifnya secara verbal
Pada masa kanak-kanak menengah-akhir atau biasa disebut sebagai masa usia
praremaja ini anak akan mulai disibukkan dengan perkenalan dan kedekatan mereka
terhadap teman sebaya. Teman sebaya akan menjadi sangat penting dalam maasa ini.
11
12
Waktu kedekatan mereka dengan orang tua dan anggota keluarga akan menjadi
semakin berkurang jika dibandingkan ketika mereka berada pada masa kanak-kanak
awal. Hal ini menyebabkan minimnya interaksi yang terjadi antara anak dan anggota
4. Masa remaja
sangat memanas, dimana anak akan mengancam, menghina, atau bahkan melakukan
hal lain yang diperlukan agar mendapatkan kontrol. Pada masa ini mereka akan
memiliki hubungan yang lebih dekat dengan teman sebaya jika dibanding ketika
teman sebaya membuat mereka semakin menjauhi peraturan yang dibuat oleh
orang tua mereka. Hal inilah yang membuat tingkat konflik antara orang tua dan
remaja semakin meningkat. Selain itu jika orang tua mulai frustasi dikarenakan
perubahan sikap yang terjadi pada anak, mereka akan mulai membandingkan dan
Sikap orang tua yang hanya memihak satu anak saja ini disebut dominasi
dan favoritisme. Hal ini terjadi pada salah satu anak saja yang dianggap sebagai anak
yang mudah diatur. Secara tidak langsung, sikap ini akan menimbulkan dampak
negatif pada kedua anak sekaligus. Anak yang menerima sikap dominasi dan
favoritisme akan merasa bahwa dirinya menerima perlindungan dan kasih sayang lebih
dari orang tua, selain itu anak juga akan menunjukkan sikap baik kepada orang tua
dampak negatif anak yang tidak mendapatkan sikap ini dari orang tua akan merasa
semakin terabaikan. Selain itu anak akan merasa semakin tidak mendapatkan
pengawasan dari orang tua. Sehingga membuat anak melakukan hal negatif baik
di dalam maupun
12
13
diluar lingkungan rumah, dimana hal negative yang terjadi di dalam rumah akan
Jarak kelahiran yang terlalu dekat akan menimbulkan terjadinya konflik antar
saudara. Hal ini timbul karena jarak yang dekat menyebabkan perkembangan antara
yang sama ini menyebabkan kakak atau adik menjadi sulit mengalah (Niken, 2016).
Konflik yang terjadi diantara saudara ini akan sangat berbahaya jika timbul diusia
menimbulkan konflik yang lebih besar. Hal ini dikarenakan konflik dialami oleh
Selain itu, pertumbuhan fisik yang lebih kuat juga akan menyebabkan terjadinya
Teori lain yang juga disebutkan oleh Santrock (2011) bahwa remaja memiliki
remaja belum mampu mengendalikan emosinya dengan baik. Selain itu pertumbuhan
otak bagian amigdala yang berfungsi sebagai pusat emosi atau amarah justru
berkembang lebih cepat. Hal inilah yang membuat konflik sangat mudah dialami
Konflik yang dialami remaja dengan saudara kandung adalah konflik yang
terjadi sejak kecil. Konflik yang lebih sering dialami oleh anak pertama atau anak
yang lebih besar dikarenakan oleh beban tanggung jawab yang diberikan oleh
orang tua terutama jika jarak usia anak terlalu kecil (Woolfson, 2004, dalam
Triwijayanti & Sari, 2014). Hal ini akan mempengaruhi pembentukan karakter,
pola pikir, dan kepribadian pada anak dimana anak tidak senang dengan kehadiran
saudaranya yang
13
14
menjadi beban untuk dirinya. Pola yang seperti inilah yang akan berlangsung hingga
anak memasuki usia remaja dan membuat remaja memiliki konflik dengan saudara
Sibling atau yang sering disebut dengan saudara kandung adalah anak-anak
dengan orang tua yang sama, baik saudara laki-laki maupun saudara perempuan.
perhatian dan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Maka, sibling rivalry dapat
diartikan sebagai rasa kecemburuan, persaingan dan pertengkaran yang terjadi antara
tua. Persaingan di antara saudara kandung ini terjadi ketika keluarga memiliki lebih
dari satu anak. Pada kejadian sibling rivalry ini anak memiliki kecenderungan sikap
yang lebih nakal dikarenakan perasaan cemburu dan tersaingi atas kehadiran adik
hilangnya perhatian orang tua yang sebelumnya hanya diberikan kepada dirinya
(Wong, et.al, 2009). Hal ini banyak terjadi ketika anak menginjak usia 1-5 tahun dan
bisa saja kembali ketika anak usia 8-12 tahun. (Millman & Schaifer, 2007, dalam
Maghfroh, 2012). Namun, pendapat lain juga mengatakan bahwa anak-anak dapat
mengalami gejala tersebut hingga usia dewasa. Kemungkinan tersebut dapat terjadi
antara 20-30% dari 30-60% kejadian sibling rivalry di dunia (Bank & Michael, 1999,
14
15
faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi perbedaan jenis kelamin,
perbedaan usia/ jarak kelahiran, urutan kelahiran, dan jumlah saudara kandung.
1. Faktor Internal
Hal ini terjadi karena perbedaan reaksi yang timbul antara saudara laki-laki
dan perempuan. Kombinasi antara perempuan dan perempuan akan memiliki lebih
banyak rasa kecemburuan jika dibanding kombinasi laki-laki dengan laki-laki atau
laki-laki dengan perempuan. Kakak perempuan akan lebih banyak bicara dan
Sedangkan kakak laki-laki akan lebih banyak bertengkar dengan adik laki-laki
daripada adik perempuannya (Bee & Boy, 2004, dalam Hanum & Hidayat, 2015).
sibling rivalry karena jika jarak semakin dekat maka anak akan merasa bahwa
saudaranya akan merebut perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya, namun
jika perbedaan usia cukup besar maka anak-anak akan lebih siap untuk berbagi dan
saling menyayangi satu sama lainnya (Chomaria, 2013, dalam Nugraheny, et.al,
2014). Pendapat yang sama diungkapkan oleh Woolfson (2004, dalam Triwijayanti &
Sari, 2014) menyebutkan bahwa jika jarak kelahiran atau perbedaan usia anak jauh,
akan terjadi tahap perkembangan yang jauh sehingga rasa persaingan dan
kecemburuan sangat minim terjadi. Kerugiannya adalah jarak yang begitu jauh
15
16
menjalin persahabatan. Jika perbedaan usia kecil, mungkin mereka akan menjadi
sahabat yang sangat dekat, namun karena mereka ada pada proses tumbuh
kembang yang hampir sama, maka akan timbul rasa bersaing, membenci dan
perasaan tidak nyaman oleh anak pertama karena merasa selalu diharuskan untuk
Jarak kelahiran atau perbedaan usia yang dapat memicu timbulnya sibling
rivalry adalah usia 0-5 tahun (Egbert & Jacob, 200, dalam Chaulagain, et.al, 2016).
Triwijayanti & Sari (2014) juga menyebutkan bahwa usia dibawah 5 tahun merupakan
usia yang paling banyak terjadi rekasi terhadap sibling atau saudara. Hal ini
dikarenakan kepribadian anak akan terbentuk ketika 5 tahun pertama. Pada usia 2-
4 tahun, anak akan merasa bahwa dirinya merupakan pusat perhatian, anak akan
merasa marah ketika dirinya telah tidak menjadi pusat perhatian, konsep diri juga
belum terbentuk secara matang. Oleh sebab itu, perbedaan usia 2-4 tahun
merupakan suatu ancaman bagi anak untuk menerima kehadirn saudara atau
anggota keluarga baru. Hal ini sejalan dengan pendapat Santrock (2011) bahwa
usia sebelum 5 tahun merupakan usia terjadinya puncak konflik dengan saudara
c. Urutan kelahiran
Anak yang dilahirkan dalam keluarga yang sama belum tentu mendapatkan
kepribadian dan tingkah laku mereka. Selain itu, urutan kelahiran juga menentukan
bagaimana cara mereka berkomunikasi dengan saudara, orang tua, atau bahkan
16
17
perselisihan antara mereka. Alasan yang mendasari hal tersebut adalah jika dalam satu
keluarga hanya terdapat dua anak, kedua anak tersebut akan lebih banyak
menghabiskan waktu bersama, maka perselisihan juga akan semakin sering terjadi.
Orang tua juga akan cenderung membela sang adik dan mengharapkan anak
pertamanya untuk mengalah (Hurlock, 2002, dalam Hanum & Hidayat., 2015).
2. Faktor eksternal
Salah satu hal yang mendasari terjadinya sibling rivalry adalah tidak adilnya
orang tua dalam memperlakukan anak-anaknya. Anak-anak yang masih dalam tahap
(Maghfuroh, 2012). Terdapat beberapa sikap yang khas dimiliki orang tua
penolakan, penerimaan, dominasi, tunduk pada anak, favoritisme, dan ambisius. Sikap
orang tua yang cenderung negatif ini akan saling berpengaruh dengan penyebab
internal (perbedaan jenis kelamin, perbedaan usia, urutan kelahiran, dan jumlah
saudara kandung). Hal ini dikarenakan sikap orang tua akan mempengaruhi
Reaksi atau juga biasa disebut sebagai tanda tanda terjadinya sibling rivalry
terbagi menjadi dua reaksi, yakni reaksi secara langsung dan tidak langsung. Reaksi
langsung adalah reaksi yang sudah dilakukan menggunakan kekerasan fisik, misalnya
saja memukul, mencubit, atau menendang. Hal ini didasari oleh rasa persaingan
17
18
terhadap saudaranya. Sedangkan reaksi secara tidak langsung adalah reaksi yang
muncul akibat rasa kecemburuan terhadap saudaranya, dalam hal ini meliputi
membuat kenakalan, berpura-pura sakit, menangis tanpa sebab, dan melakukan hal
yang sudah lama atau tidak pernah dilakukan sebelumnya. Hal ini dilakukan semata-
mata untuk mencari perhatian orang tua yang dirasa telah direbut oleh saudaranya
Reaksi sibling rivalry yang terjadi pada remaja terbagi menjadi psikis dan juga
fisik. Reaksi psikis pada remaja merupakan reaksi tidak langsung yang meliputi
perasaan cemburu, sebal, dan marah. Reaksi psikis ini disebabkan oleh beberapa
hal diantaranya adalah merasa diperlakukan tidak adil oleh orang tua, merasa
bahwa saudaranya memiliki kemampuan yang lebih dan merasa tidak suka ketika
mendorong. Reaksi ini akan muncul secara berbeda pada masing-masing individu
karena dipengaruhi oleh karakter dan kepribadian remaja (Herdian & Wulandari,
2014). Apple, et.al (2016) menyebutkan hal yang sejalan dengan reaksi sibling rivalry
dimana memiliki dampak yang terjadi baik pada psikis dan fisik remaja. Dampak
ini bukan hanya menyebabkan cidera pada anak, namun juga bahkan kematian
pada anak. Hal ini sejalan dengan Straus, et,al. (2006, dalam Apple, 2016) yang
verbal.
tingkatan terhadap tindak kekerasan fisik dimana kekerasan fisik digolongkan menjadi
tiga tingkatan yaitu ringan, sedang, dan berat. Kekerasan ringan merupakan kekerasan
18
19
fisik.
Sibling rivalry tidak sepenuhnya menjadi hal yang negatif saja, namun juga
bisa menjadi hal yang positif karena secara tidak langsung sibling rivalry dapat
mendorong anak untuk mengatasi perbedaan karena mereka akan lebih terampil
untuk menghargai nilai dan pandangan orang lain. Selain itu dengan sibling rivalry
anak juga akan belajar untuk berkompromi dan bernegosiasi serta mengontrol sifat
agresif. Segi positif ini akan terbentuk jika orang tua menangani sibling rivalry
tergantung pada karater dan polah asuh yang diberikan orang tua kepada anak.
Lingkungan juga sangat mempengaruhi pada dampak yang terjadi terhadap anak
(Putri, 2013). Sedangkan menurut Noviani (2007, dalam Magfuroh, 2012), dampak
19
20
negatif sibling rivalry adalah anak menjadi egois, minder, dan merasa tidak dihargai.
Hanuka (2008, dalam Magfuroh, 2012) juga menyebutkan bahwa selain kenakalan
anak dirumah yang dilakukan terhadap adiknya, sibling rivalry juga dapat berpengaruh
ketidakadilan di rumah yang membuat anak menjadi stress, bisa membuat anak
menjadi lebih tempramen dan agresif dalam kelakuannya di lingkungan luar dan
sekolah.
jika reaksi sibling rivalry terjadi secara terus-menerus dan tidak diantisipasi sejak dini,
maka anak akan bertingkah laku regresi (tingkah laku pada proses tumbuh
kembangnya yang terdahulu), memiliki self efficacy yang rendah, bertindak untuk
Sibling rivalry bukanlah sesuatu yang sangatlah berbahaya, namun jika cara
mengatasi anak-anak yang mengalami sibling rivalry tidak tepat maka hal ini bisa jadi
sangat berbahaya karena tindakan fisik yang berlebihan dapat menyakiti atau bahkan
menghilangkan nyawa anggota keluarga. Selain itu sibling rivalry yang terjadi hingga
usia dewasa juga akan mempengaruhi kepribadian seseorang. Berikut ini adalah cara
1. Pengetahuan ibu adalah hal penting yang harus diperhatikan dalam terjadinya
mereka secara adil. Salah satu caranya adalah dengan tidak memihak salah
satu anak atau memberikan kebebasan pada semua anak mereka secara sama.
Ibu atau orang tua juga bisa mengajarkan cara-cara yang positif untuk
20
21
mendapatkan perhatian orang tua. Hal lain yang juga bisa dilakukan orang tua
2. Ketika terjadi perseteruan atau pertengkaran orang tua tidak memihak atau
menyalahkan salah satu diantara mereka. Hanya saja orang tua tetap harus
mengarahkan bahwa tindakan tersebut adalah tindakan yang tidak baik dan
menghubungkan antara usia kanak-kanak dengan usia dewasa. Masa remaja juga
merupakan masa dimana cara berfikir menjadi lebih abstrak dan idealistic (Santrock,
2011). Pendapat lain mengatakan bahwa remaja berarti tumbuh dewasa. Klasifikasi
remaja menurut Santrock (2011) adalah remaja awal dengan rentang usia 10-12 tahun,
remaja menengah dengan rentang usia 13-17 tahun, dan remaja akhir dengan rentang
21
22
dalam hal ini adalah keputusan yang ada di dalam rumah ataupun sekolah. Cara
berpikir yang logis juga mulai ditunjukkan oleh remaja pada tahap ini, sehingga
tahap ini. Remaja juga mulai mengajukan pertanyaan, menganalisis dengan lebih
menyeluruh, dan mulai berfikir mengenai siapa diri mereka atau mulai mencari
identias diri. Dalam proses pencarian jati diri, remaja akan cenderung melakukan
Pada tahap remaja akhir, mulai timbul cara berfikir yang kompleks, hal ini
keputusan untuk pekerjaan, serta peran orang dewasa yang terdapat di masyarakat.
Pada tahap ini remaja sudah cukup mahir untuk menempatkan diri di lingkungan
sekitar. Cara berfikir yang lebih realistis membuat remaja pada tahap ini
cenderung tidak bermasalah meskipun ada beberapa remaja yang belum cukup
Dalam Santrock (2011) dikataakan bahwa ada tiga hal penting dalam
22
23
1. Harga diri
Harga diri adalah cara seseorang untuk mengevaluasi diri secara keseluruhan.
Harga diri ini cenderung tinggi pada masa anak-anak tetapi secara signifikan menurun
ketika masa remaja. Perbedaan gender juga turut mewarnai turunnya harga diri
pada masa remaja, hal ini dibuktikan dengan lebih banyaknya penurunan harga diri
yang terjadi pada remaja perempuan dibanding dengan remaja laki-laki. Penurunan
harga diri yang terjadi pada remaja awal tersebut lebih difokuskan pada citra tubuh
negatif ketika datangnya masa pubertas yang lebih banyak terjadi pada remaja
2. Identitas
Identitas merupakan gambaran diri seseorang yang terdiri atas banyak bagian,
hubungan, identitas pretasi atau intelektual, identitas seksual, identitas etnis, identitas
untuk menentukan identitas diri mereka.Maka dari itu, pada masa ini masyarakat
mencoba beberapa peran dari suatu identitas adalah untuk mencari tahu
kecocokan mereka dan pada akhirnya mereka akan meninggalkan peran yang tidak
mereka sukai. Remaja yang berhasil menyelesaikan konflik identitas diri mereka,
maka mereka akan muncul dengan kesadaran diri mereka yang baru. Sedangkan
remaja yang tidak dapat menyelesaikan konflik identitas diri mereka, maka mereka
akan mengalami hal yang telah disebut Erikson dengan kebingungan identitas.
3. Perkembangan emosional
Pada masa remaja awal akan terjadi fluktuatif atau naik turunnya emosi.
Remaja yang usianya lebih muda mungkin saja lebih mudah untuk merajuk, hal
ini
23
24
dengan baik.Pada masa ini seseorang juga memiliki sifat yang moody dan
berubah- ubah. Maka dari itu orang dewasa sangat perlu memahami bahwa hal
tersebut adalah hal yang normal dan umum terjadi pada usia remaja. Perubahan
emosional pada remaja disebabkan oleh variabilitas dalam hormon yang terjadi pada
saat terjadinya perubahan hormone yang sangat signifikan ketika remaja mengalami
bagian tubuhnya. Remaja laki-laki akan mengalami perubahan bentuk dada yang
membesar dan membidang, serta jakun akan lebih menonjol. Sedangkan pada remaja
perempuan akan mengalami perubahan pada pinggul dan payudara yang semakin
2. Otak
Sejalan dengan bagian tubuh yang lain, otak juga mengalami perubahan
selama masa remaja, hanya saja perkembangan otak pada masa remaja masih pada
tahap awal saja. Otak belum sepenuhnya berkembang sehingga menjadikan remja
belum bisa mengontol emosinya dengan stabil (Depkes, 2010). Namun, penemuan
terbaru oleh para ilmuan yang terdapat pada Santrock (2011) adalah terdapat
a. Korpus kalosum
Korpus kalosum adalah serat saraf yang menghubungan dua belahaan otak.
Bagian ini menjadi lebih tebal pada usia remaja sehingga terjadi peningkatan
24
25
kemampuan untuk memproses informasi. Pada bagian ini yang menyebabkan remaja
menjadi sangat ingin tahu dan mudah menyerap informasi baik informasi baik
ataupun buruk.
b. Korteks prefrontal
Bagian ini adalah bagian untuk mengurangi emosi yang intens. Namun, pada
masa remaja bagian ini belum cukup berkembang seolah olah otak remaja belum
mampu mengendalikan emosi yang sangat kuat. Hal ini tidak seimbang dengan beban
emosi yang diterima oleh remaja yang sudah cukup berat, meliputi emosi yang datang
c. Amigdala
Amigdala adalah pusat emosi (marah). Area ini berkembang lebih cepat jika
dibanding dengan korteks prefrontal. Pada bagian inilah yang menyebabkan remaja
lebih mudah marah ketika menghadapi tekanan atau emosi yang cukup kuat.
(Santrock, 2011)
masa remaja dengan masa sebelum atau sesudahnya (Hurlock, 1999, dalam Unayah &
Masa remaja sebagai masa peralihan adalah pada masa ini terdapat perubahan
sifat dan perilaku. Perubahan tersebut terjadi karena anak sedang menyesuaikan
dan mempersiapkan diri untuk menjadi dewasa. Hal ini dikarenakan pada masa
remaja anakakan melewati dua masa, yaitu masa anak-anak akhir dan juga masa
dewasa awal. Pada masa ini anak masih sulit untuk meninggalkan sifat kanak-
kanak namun juga merasa selalu ingin tahu mengenai kebiasaan yang dilakukan oleh
orang dewasa.
25
26
Masa remaja disebut juga sebagai periode perubahan, hal ini dikarenakan
adanya lima perubahan yang bersifat universal, yaitu perubahan emosi, pola perilaku,
minat, tubuh, dan perubahan nilai. Pada masa remaja ini, seseorang akan
cenderung terus mencari apa yang mereka inginkan dan apa yang membuat diri
remaja tersebut nyaman. Namun terkadang remaja belum siap dan belum dapat
mengontrol perubahan ini secara baik. Maka dari itu, dibutuhkan orang tua atau
orang terdekat yang cukup banyak pada masa remaja untuk mengontrol perubahan
Alasan mengapa remaja dianggap sebagai usia yang bermasalah adalah karena
pada saat usia anak-anak mereka terbiasa didampingi oleh orang tua mereka, sehingga
masalah yang timbul juga akan diselesaikan oleh orang tua. Namun, pada saat remaja
orang tua akan menganggap bahwa remaja sudah dapat menyelesaikan masalah
mereka sendiri, sedangkan remaja masih menganggap bahwa orang tua akan tetap
Masa remaja adalah masa yang menimbulkan ketakutan. Hal ini dikarenakan
adanya anggapan bahwa remaja adalah seseorang yang tidak rapih, masyarakat juga
menganggap bahwa remaja tidak dapat dipercaya bahkan cenderung merusak. Selain
itu masa remaja dianggap sebagai masa yang sulit mengikuti peraturan baik di dalam
siapa dirinya kepada masyarakat. Hal ini dapat berdampak baik dan sekaligus buruk
26
27
bagi remaja. Dampak baik akan timbul jika dalam pencarian identitas atau jati diri
remaja mengarah pada hal positif dan didampingi serta diarahkan oleh orang terdekat
remaja. Sedangkan dampak buruk akan timbul jika dalam proses pencarian jati diri
remaja luput dari perhatian orang tua dan orang terdekat remaja.
Pada masa ini seseorang akan melihat dirinya bukan sebagaimana adanya,
tetapi mereka melihat diri mereka atau bahkan melihat orang lain sesuai dengan
apa yang mereka inginkan saja. Hal ini akan membuat remaja akan terlalu
Masa remaja sebagai ambang masa dewasa. Hal ini dikarenakan pada masa
remaja seseorang tidah memusatkan diri pada perilaku anak-anak lagi, namun mereka
akan memusatkan diri pada apa yang dilakukan oleh orang dewasa. Namun,
terkadang pada masa ini remaja akan salah menempatkan diri dimana remaja
Kenakalan remaja adalah kejahatan yang dilakukan oleh anak muda, kejahatan
ini adalah salah satu bentuk penyakit sosial yang menyebakan adanya pengabaian
Mayoritas terjadinya kenakalan remaja adalah usia 15 – 19 tahun, meingkat pada usia
21 tahun dan mulai menurun setelah usia 22 tahun. Sosial dan kultural memiliki peran
besar terhadap pembentukan tingkah laku kriminal atau kenakalan pada remaja.
Selain itu, terdapat beberapa faktor penyebab terjadi kenakalan remaja, diantaranya
sebagai berikut :
27
28
1. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri remaja itu sendiri, hal ini
2. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri remaja itu sendiri,
teman sebaya yang kurang baik, dan komunitas atau lingkungan yang juga kurang
Studi terbaru juga mengatakan bahwa saudara kandung memiliki andil yang
antara saudara kandung dan kenakalan saudara kandung yang lebih tua dikaitkan
dengan kenakalan saudara kandung yang lebih muda, baik saudara laki-laki maupun
28
29
BAB III
a. Kesimpulan
Jarak antar kelahiran merupakan periode antara dua kelahiran hidup yang
berurutan dari seorang wanita (BKKBN, 2011). Menurut United States Agency
(USAID) tahun 2007, batas jarak kelahiran optimal adalah batas waktu antar
kelahiran yang menghasilkan dampak kesehatan yang terbaik bagi kehamilan, ibu,
bayi baru lahir dan seluruh keluarga. Menurut SDKI 2012, jarak kelahiran adalah
jarak antar kelahiran anak dengan anak sebelumnya yang lahir hidup. Jarak
kelahiran yang pendek akan menyebabkan seorang ibu belum cukup untuk
memulihkan kondisi tubuhnya setelah melahirkan.
Besarnya resiko kehamilan dan kelahiran adalah karena jarak kelahiran
yang tidak ideal. Dalam hal ini adalah kelahiran yang kurang dari 24 bulan atau
lebih dari 59 bulan. Selain itu Woolfson (2004, dalam Triwijayanti & Sari) yang
mengatakan bahwa adanya perubahan perilaku pada anak yang terjadi akibat
dekatnya jarak kelahiran antara kelahiran pertama dan kelahiran selanjutnya. Hal
ini disebabkan orang tua menjadi terlalu fokus pada anak kedua sehingga proses
29
30
sedikit terabaikan. Dampak yang terjadi adalah adanya kemunduran perilaku pada
anak dikarenkan oleh keinginan anak untuk merebut perhatian orang tua dari
adiknya. Terdapat beberapa alasan perlunya jarak kelahiran menurut Ummah (2015),
diantaranya adalah sebagai berikut: Belum pulihnya kondisi rahim ibu setelah
yang disediakan ibu untuk menyusui dan merawat bayi kurang karena harus
terbagi.
b. Saran
30
31
DAFTAR PUSTAKA
31