Bab 2
Bab 2
TINJAUAN PUSTAKA
Jarak kelahiran merupakan interval antara dua kelahiran yang berurutan dari seorang wanita.
Jarak kelahiran yang cenderung singkat dapat menimbulkan beberapa efek negatif baik pada kesehatan
wanita tersebut maupun kesehatan bayi yang dikandungnya.Setelah melahirkan, wanita memerlukan
waktu yang cukup untuk memulihkan dan mempersiapkan diri untuk kehamilan serta persalinan
Indonesia memiliki median jarak antar kelahiran selama 60,2 bulan dan hal ini dikatakan
meningkat dibanding survei demografi pada tahun 2007.Jarak kelahiran yang dikatakan aman adalah 36-
59 bulan. didapatkan data sebesar 75% ibu melahirkan dengan rentang ini. Sedangkan 10% pada rentang
kurang dari 24 bulan (SDKI,2012). Pengaturan jarak kelahiran ini dinilai penting untuk setiap pasangan
agar dapat lebih siap untuk memiliki anak lagi dan menghindari terjadinya keadaan darurat pada ibu dan
Rutstein (2011, dalam Fajarningtyas 2012) menyebutkan bahwa besarnya resiko kehamilan dan
kelahiran adalah karena jarak kelahiran yang tidak ideal. Dalam hal ini adalah kelahiran yang kurang dari
24 bulan atau lebih dari 59 bulan. Selain itu Woolfson (2004, dalam Triwijayanti & Sari) yang mengatakan
bahwa adanya perubahan perilaku pada anak yang terjadi akibat dekatnya jarak kelahiran antara
kelahiran pertama dan kelahiran selanjutnya. Hal ini disebabkan orang tua menjadi terlalu fokus pada
8
9
sedikit terabaikan. Dampak yang terjadi adalah adanya kemunduran perilaku pada anak
dikarenkan oleh keinginan anak untuk merebut perhatian orang tua dari adiknya.
2. Dapat timbulnya beberapa resiko dalam kehamilan, salah satunya adalah anemia.
4.Waktu yang disediakan ibu untuk menyusui dan merawat bayi kurang karena harus
terbagi.
Ruswandiani dan Mainase (2015, dalam Monita, et.al, 2016) mengatakan bahwa jarak kelahiran
yang ideal adalah lebih dari dua tahun, karena tubuh memerlukan kesempatan untuk memperbaiki
persediaan, selain itu pertumbuhan dan perkembangan janin jugaakan terhambat jika organ-organ
reproduksi terganggu. Dari permasalahan tersebut juga akan muncul beberapa resiko, misalnya kematian
Selain itu, resiko lain juga dapat terjadi seperti ketuban pecah dini dan prematur karena
kesehatan fisik dan rahim ibu masih memerlukan waktu untuk beristirahat. Dalam waktu atau
jarak kehamilan yang cukup dekat juga memungkingkan ibu untuk masih menyusui, hal
9
tersebut yang menyebabkan terlepasnya hormon oktisosin yang memicu terjadinya kontraksi
(Ummah, 2015).
Resiko yang ditimbulkan oleh jarak kehamilan yang terlalu dekat bukan hanya terjadi pada ibu
saja, hal ini juga bisa terjadi pada anak. Alasannya adalah ketika ibu
8
10
seharusnya masih menyusui dan memberikan perhatian kepada anaknya harus tergantikan dengan
perhatiaanya terhadap kehamilan barunya. Dengan situasi tersebut,bisa saja terjadi pegabaian pada anak
pertamanya baik secara fisik maupun psikis. Hal tersebut menjadi alasan mengapa anak menjadi iri atau
cemburu kepada saudara kandungnya, dibuktikan dengan tidak gembiranya kakak terhadap kehadiran
Tumbuh kembang anak dimulai ketika anak terlahir, yaitu dimulai ketika anak berusia 0 hari.
Selanjutnya tumbuh kembang anak berlanjut pada masa usia bayi atau usia 0-12/15 bulan. Pada masa ini
terdiri dari masa neonatal (0-28 hari) dan masa pascaneonatal (29 hari-12/15 bulan). Ketika anak berada
pada masa ini, anak masih sangat bergantung kepada orang tua dan pengasuh, selain itu mereka juga
akan senang terhadap orang-orang yang sudah dikenal. Rasa malu dan cemas terhadap orang yang tidak 10
dikenal juga mulai timbul pada usia ini (Soetjiningsih & Ranuh, 2016).
Santrock (2011) juga menyebutkan bahwa pada usia bayi anak sudah mulai mengalami emosi
yang sederhana, emosi ini merupakan emosi primer seperti perasaan marah, sedih, takut, terkejut, dan
perasaan jijik. Selanjutnya, ketika anak berada pada usia dini (1-2 tahun) mulai timbul emosi yang
disadari,emosi ini meliputi perasaan bingung, empati, cemburu, rasa bersalah,malu,dan bangga. Pada
usia ini, anak juga akan cenderung merasakan kecemasan berpisah dengan pengasuh (ibu). Maka dari
itu, pada usia ini anak masih belum bisa menerima kehadiran saudara kandung atau anggota keluarga
baru. Hal ini dikarenkan anak masih membutuhkan dampingan dari orang tua atau pengasuh. Selain itu,
8
11
merasakan perasaan cemburu yang membuat meningkatnya rasa tidak nyaman jika adanya kehadiran
anggota keluarga baru karena akan terjadinya pengabaian fisik ataupun psikis pada anak atas kehadiran
anggota keluarga baru tersebut (Conde-Agudelo, et.al, 2012). Jika perasaan cemburu terhadap kehadiran
anggota keluarga baru atau yang biasa disebut sibling rivalry terjadi pada usia ini namun tidak diatasi
dengan baik, maka kejadian sibling rivalry tersebut akan berlangsung secara terus-menerus dan berulang
Menurut Santrock (2011) mengatakan bahwa masa kanak-kanak awal dimulai ketika anak usia 2-
7 tahun dimana sebagian besar anak-anak pada usiaini akan mengalami konflik yang cukup sering
dengan saudara kandung. Rata-rata terjadi ketika anak berusia 2-4 tahun dan mulai menurun ketika usia
5-7 tahun.Reaksi yang biasa diberikan orang tua adalah sama sekali tidak melakukan apa-apa. Orang tua
akan berfikir bahwa hal ini merupakan peristiwa yang umum dan wajar terjadi pada anak-anak mereka
(Santrock, 2011). Soetjiningsih & Ranuh (2016) menyebutkan bahwa masa yang termasuk dalam usia
prasekolah (3-6) tahun ini merupakan masa dimana anak sudah memulai hidup mandirinya, dimana anak
sudah mulai terbuka dengan orang lain dan mulai tidak bergantung kepada orang tua atau pengasuh.
Namun anak juga akan memulai sifat agresifnya secara verbal dan fisik untuk mengungkapkan
11
Pada masa kanak-kanak menengah-akhir atau biasa disebut sebagai masa usia praremaja ini
anak akan mulai disibukkan dengan perkenalan dan kedekatan mereka terhadap teman sebaya. Teman
8
12
Waktu kedekatan mereka dengan orang tua dan anggota keluarga akan menjadi semakin berkurang jika
dibandingkan ketika mereka berada pada masa kanak-kanak awal.Hal ini menyebabkan minimnya
interaksi yang terjadi antara anak dan anggota keluarga pada masa ini (Santrock,2011).
4. Masa remaja
Masa remaja merupakan masa dimana terjadinya konflik emosional yang sangat memanas,
dimana anak akan mengancam, menghina,atau bahkan melakukan hal lain yang diperlukan agar
mendapatkan kontrol. Pada masa ini mereka akan memiliki hubungan yang lebih dekat dengan teman
sebaya jika dibanding ketika mereka menginjak masa kanak-kanak menengah-akhir. Kedekatan mereka
dengan teman sebaya membuat mereka semakin menjauhi peraturan yang dibuat oleh orang tua
mereka.Hal inilah yang membuat tingkat konflik antara orang tua dan remaja semakin meningkat. Selain
itu jika orang tua mulai frustasi dikarenakan perubahan sikap yang terjadi pada anak, mereka akan mulai
membandingkan dan hanya memihak pada salah satu anak saja (Santrock, 2011).
Sikap orang tua yang hanya memihak satu anak saja ini disebut dominasi dan favoritisme. Hal ini
terjadi pada salah satu anak saja yang dianggap sebagai anak yang mudah diatur. Secara tidak langsung,
sikap ini akan menimbulkan dampak negatif pada kedua anak sekaligus. Anak yang menerima sikap
dominasi dan faroritisme akan merasa bahwa dirinya menerima perlindungan dan kasih sayang lebih dari
orang tua, selain itu anak juga akan menunjukkan sikap baik kepada orang tua namun akan menunjukkan
sikap yang sebaliknya kepada saudaranya. Sedangkan dampak negatif anak yang tidak mendapatkan
sikap ini dari orang tuaakan merasa semakin terabaikan. Selain itu anak akan merasa semakin tidak
mendapatkan pengawasan dari orang tua. Sehingga membuat anak melakukan hal negatif baik di dalam12
maupun
8
13
diluar lingkungan rumah, dimana hal negative yang terjadidi dalam rumah akan
Jarak kelahiran yang terlalu dekat akan menimbulkan terjadinya konflik antar saudara.Hal ini
timbul karena jarak yang dekat menyebabkan perkembangan antara saudara menjadi sama, termasuk
perkembangan emosional. Dalam perkembangan yang sama ini menyebabkan kakak atau adik menjadi
sulit mengalah (Niken, 2016). Konflik yang terjadi diantara saudara ini akan sangat berbahaya jika timbul
diusia remaja. Perkembangan emosional remaja yang masih belum matang akan menimbulkan konflik
yang lebih besar. Hal ini dikarenakan konflik dialami oleh sesama remaja dimana perkembangan
emosional mereka sama-sama belum stabil. Selain it, pertumbuhan fisik yang lebih kuat juga akan
menyebabkan terjadinya dampak konflik yang lebih besar pula (Santrock, 2011).
Teori lain yang juga disebutkan oleh Santrock (2011) bahwa remaja memiliki pertumbuhan otak
(bagian korteks prefrontal) yang lambat,sehingga membuat remaja belum mampu mengendalikan
emosinya dengan baik. Selain itu pertumbuhan otak bagian amigdala yang berfungsi sebagai pusat emosi
atau amarah justru berkembang lebih cepat. Hal inilah yang membuat konflik sangat mudah dialami ketika 13
masa remaja.
Konflik yang dialami remaja dengan saudara kandung adalah konflik yang terjadi sejak kecil.
Konflik yang lebih sering dialami oleh anak pertama atau anak yang lebih besar dikarenakan oleh beban
tanggung jawab yang diberikan oleh orang tua terutama jika jarak usia anak terlalu kecil
(Woolfson,2004,dalam Triwijayanti & Sari, 2014). Hal ini akan mempengaruhi pembentukan karakter, pola
pikir, dan kepribadian pada anak dimana anak tidak senang dengan kehadiran saudaranya yang
8
14
menjadi beban untuk dirinya. Pola yang seperti inilah yang akan berlangsung hingga anak memasuki usia
remaja dan membuat remaja memiliki konflik dengan saudara secara terus menerus (McHale,et.al, 2012).
Sibling atau yang sering disebut dengan saudara kandung adalah anak-anak dengan orang tua
yang sama, baik saudara laki-laki maupun saudara perempuan. Sedangkan rivalry adalah kompetisi
antara saudara kandung untuk mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Maka,
sibling rivalry dapat diartikan sebagai rasa kecemburuan, persaingan dan pertengkaran yang terjadi
antara saudara yang menimbulkan kompetisi untuk mendapatkan perhatian dari orang tua. Persaingan di
antara saudara kandung ini terjadi ketika keluarga memiliki lebih dari satu anak. Pada kejadian sibling
rivalry ini anak memiliki kecenderungan sikap yang lebih nakal dikarenakan perasaan cemburu dan
tersaingi atas kehadiran adik barunya (Iswarati & Rahmadewi, 2003,dalam Thiaraciwi, et.al,2015)
Sibling Rivalry cenderung dialami oleh anak pertama yang merasakan hilangnya perhatian orang
tua yang sebelumnya hanya diberikan kepada dirinya (Wong,et.al, 2009). Hal ini banyak terjadi ketika
anak menginjak usia 1-5 tahun dan bisa saja kembali ketika anak usia 8-12 tahun. (Millman & Schaifer,
2007, dalam Maghfroh,2012). Namun, pendapat lain juga mengatakan bahwa anak-anak dapat
mengalami gejala tersebut hingga usia dewasa. Kemungkinan tersebut dapat terjadi antara 20-30% dari 14
30-60% kejadian sibling rivalry di dunia (Bank & Michael,1999, dalam Chaulagain, et.al, 2016).
8
15
Hanum dan Hidayat (2015) menyebutkan bahwa terdapat beberapa faktor dominan yang dapat
menyebabkan terjadinya Sibling Rivalry, diantaranya adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal
meliputi perbedaan jenis kelamin, perbedaan usia/ jarak kelahiran, urutan kelahiran, dan jumlah saudara
kandung. Sedangkan faktor eksternal adalah jenis pola asuh/sikap orang tua.
1. Faktor Internal
Hal ini terjadi karena perbedaan reaksi yang timbul antara saudara laki-laki dan perempuan.
Kombinasi antara perempuan dan perempuan akan memiliki lebih banyak rasa kecemburuan jika
dibanding kombinasi laki-laki dengan laki-laki atau laki-laki dengan perempuan. Kakak perempuan akan
lebih banyak bicara dan mengatur kepada adik perempuannya jika dibandingkan kepada adik laki-lakinya.
Sedangkan kakak laki-laki akanlebih banyak bertengkar dengan adik laki-laki daripada adik perempuannya
Jarak kelahiran yang terlalu dekat dapat mempengaruhi timbulnya kejadian sibling rivalry karena
jika jarak semakin dekat maka anak akan merasa bahwa saudaranya akan merebut perhatian dan kasih
sayang dari orang tuanya,namun jika perbedaan usia cukup besar maka anak-anak akan lebih siap untuk
berbagi dan saling menyayangi satu sama lainnya (Chomaria, 2013, dalam Nugraheny,et.al, 2014).
Pendapat yang sam diungkapkan oleh Woolfson (2004, dalam Triwijayanti & Sari, 2014) menyebutkan
bahwa jika jarak kelahiran atau perbedaan usia anak jauh, akan terjadi tahap perkembangan yang jauh
sehingga rasa persaingan dan kecemburuan sangat minim terjadi. Kerugiannya adalah jarak yang begitu 15
8
16
menjalin persahabatan. Jika perbedaan usia kecil, mungkin mereka akan menjadi sahabat yang sangat
dekat, namun karena mereka ada pada proses tumbuh kembang yang hampir sama, maka akan timbul
rasa bersaing, membenci dan perasaan tidak nyaman oleh anak pertama karena merasa selalu
Jarak kelahiran atau perbedaan usia yang dapat memicu timbulnya sibling rivalry adalah usia 0-5
tahun (Egbert & Jacob,200,dalam Chaulagain, et.al, 2016). Triwijayanti & Sari (2014) juga menyebutkan
bahwa usia dibawah 5 tahun merupakan usia yang paling banyak terjadi rekasi terhadap sibling atau
saudara. Hal ini dikarenakan kepribadian anak akan terbentuk ketika 5 tahun pertama. Pada usia 2-4
tahun, anak akan merasa bahwa dirinya merupakan pusat perhatian, anak akan merasa marah ketika
dirinya telah tidak menjadi pusat perhatian, konsep diri juga belum terbentuk secara matang. Oleh sebab
itu, perbedaan usia 2-4 tahun merupakan suatu ancaman bagi anak untuk menerima kehadirn saudara
atau anggota keluarga baru. Hal ini sejalan dengan pendapat Santrock (2011) bahwa usia sebelum 5
tahun merupakan usia terjadinya puncak konflik dengan saudara kandung dan akan berkurang ketika
c. Urutan kelahiran
Anak yang dilahirkan dalam keluarga yang sama belum tentu mendapatkan pengalaman yang
sama dalam keluarganya. Hal inilah yang mempengaruhi kepribadian dan tingkah laku mereka. Selain itu,
urutan kelahiran juga menentukan bagaimana cara mereka berkomunikasi dengan saudara, orang tua,
atau bahkan lingkungan sekitarnya (Hartanto, 2008, dalam Hanum & Hidayat, 2015).
8
17
Jumlah saudara kandung yang kecil justru akan menimbulkan terjadinya perselisihan antara
mereka. Alasan yang mendasari hal tersebut adalah jika dalam satu keluarga hanya terdapat dua anak,
kedua anak tersebut akan lebih banyak menghabiskan waktu bersama, maka perselisihan juga akan
semakin sering terjadi. Orang tua juga akan cenderung membela sang adik dan mengharapkan anak
2. Faktor eksternal
Salah satu hal yang mendasari terjadinya sibling rivalry adalah tidak adilnya orang tua dalam
memperlakukan anak-anaknya. Anak-anak yang masih dalam tahap tumbuh kembang akan merasa
tersisihkan dengan perbedaan perlakuan tersebut (Maghfuroh, 2012). Terdapat beberapa sikap yang khas
dimiliki orang tua menurut Hurlock (2003, dalam Tawainella, 2015), diantaranya melindungi secara
penerimaan,dominasi, tunduk pada anak, favoritisme, dan ambisius. Sikap orang tua yang cenderung
negatif ini akan saling berpengaruh dengan penyebab internal (perbedaan jenis kelamin, perbedaan usia,
urutan kelahiran, dan jumlah saudara kandung).Hal ini dikarenakan sikap orang tua akan mempengaruhi
Reaksi atau juga biasa disebut sebagai tanda tanda terjadinya sibling rivalry terbagi menjadi dua
reaksi,yakni reaksi secara langsung dan tidak langsung. Reaksi langsung adalah reaksi yang sudah
dilakukan menggunakan kekerasan fisik, misalnya saja memukul, mencubit, atau menendang. Hal ini
8
18
terhadap saudaranya. Sedangkan reaksi secara tidak langsung adalah reaksi yang muncul akibat rasa
kecemburuan terhadap saudaranya, dalam hal ini meliputi membuat kenakalan, berpura-pura sakit,
menangis tanpa sebab,dan melakukan hal yang sudah lama atau tidak pernah dilakukan sebelumnya. Hal
ini dilakukan semata-mata untuk mencari perhatian orang tua yang dirasa telah direbut oleh saudaranya
Reaksi sibling rivalry yang terjadi pada remaja terbagi menjadi psikis dan juga fisik. Reaksi psikis
pada remaja merupakan reaksi tidak langsung yang meliputi perasaan cemburu,sebal,dan marah. Reaksi
psikis ini disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah merasa diperlakukan tidak adil oleh orang
tua,merasa bahwa saudaranya memiliki kemampuan yang lebih dan merasa tidak suka ketika saudara
mencapai keberhasilan (Anchroni,2012). Sedangkan reaksi fisik merupakan reaksi langsung berupa
memukul, mencubit, menjambak, meninju tembok, dan mendorong. Reaksi ini akan muncul secara
berbeda pada masing-masing individu karena dipengaruhi oleh karakter dan kepribadian remaja (Herdian
& Wulandari, 2014). Apple,et.al (2016) menyebutkan hal yang sejalan dengan reaksi sibling rivalry dimana
memiliki dampak yang terjadi baik pada psikis dan fisik remaja. Dampak ini bukan hanya menyebabkan
cidera pada anak, namun juga bahkan kematian pada anak. Hal ini sejalan dengan Straus, et,al. (2006,
dalam Apple, 2016) yang mengatakan 74% saudara kandung mengekspresikan kekerasan fisik dengan18
Kitab Undang-undang Hukum Pidana (2018) memiliki klasifikasi atau tingkatan terhadap tindak
kekerasan fisik dimana kekerasan fisik digolongkan menjadi tiga tingkatan yaitu ringan, sedang, dan berat.
8
18
yang tidak menimbulkan penyakit atau tidak menimbulkan halangan untuk menjalankan suatu pekerjaan.
Kekerasan sedang adalah kekerasan yang yang menimbulkan rasa sakit dan perawatan namun tidak
mengakibatkan kecacatan. Sedangkan kekerasan berat merupakan kekerasan yang dapat menimbulkan
kecacatan fisik.
Berikut merupakan bentuk reaksi fisik yang disesuaikan dengan penggolongan KUHP (Kitab
Sibling ritalry tidak sepenuhnya menjadi hal yang negatif saja, namun juga bisa menjadi hal yang
positif karena secara tidak langsung sibling rivalry dapat mendorong anak untuk mengatasi perbedaan
karena mereka akan lebih terampil untuk menghargai nilai dan pandangan orang lain. Selain itu dengan
sibling rivalry anak juga akan belajar untuk berkompromi dan bernegosiasi serta mengontrol sifat agresif.
Segi positif ini akan terbentuk jika orang tua menangani sibling rivalry dengan baik (Wulandari &
Handayani,2011).
Dampak sibling rivalryakan dirasakan secara berbeda oleh masing-masing anak, tergantung pada
karater dan polah asuh yang diberikan orang tua kepada anak. Lingkungan juga sangat mempengaruhi
pada dampak yang terjadi terhadap anak (Putri, 2013).Sedangkan menurut Noviani (2007,dalam
8
20
negatif sibling rivalry adalah anak menjadi egois, minder, dan merasa tidak dihargai. Hanuka
(2008, dalam Magfuroh, 2012) juga menyebutkan bahwa selain kenakalan anak dirumah yang
dilakukan terhadap adiknya,sibling rivalry juga dapat berpengaruh pada hubungan anak
tersebut dengan teman-temannya di sekolah, bila terjadi ketidakadilan di rumah yang membuat
anak menjadi stress,bisa membuat anak menjadi lebih tempramen dan agresif dalam
Sulistyawati (2009, dalam Nugraheny, et.al, 2014) juga menyebutkan bahwa jika reaksi sibling
rivalry terjadi secara terus-menerus dan tidak diantisipasi sejak dini, maka anak akan bertingkah laku
regresi (tingkah laku pada proses tumbuh kembangnya yang terdahulu), memiliki self efficacy yang
rendah, bertindak untuk membahayakan saudaranya, dan bersifat dendam atau dengki terhadap
saudaranya.
Sibling rivalry bukanlah sesuatu yang sangatlah berbahaya, namun jika cara mengatasi anak-
anak yang mengalami sibling ritalry tidak tepat maka hal ini bisa jadi sangat berbahaya karena tindakan
fisik yang berlebihan dapat menyakiti atau bahkan menghilangkan nyawa anggota keluarga. Selain itu
sibling rivalry yang terjadi hingga usia dewasa juga akan mempengaruhi kepribadian seseorang. Berikut
20
ini adalah cara mengatasi sibling rivalry:
1. Pengetahuan ibu adalah hal penting yang harus diperhatikan dalam terjadinya sibling
rivalry. Ibu harus mengatahui bagaimana memperlakukan anak-anak mereka secara adil. Salah
satu caranya adalah dengan tidak memihak salah satu anak atau memberikan kebebasan pada
semua anak mereka secara sama. Ibu atau orang tua juga bisa mengajarkan cara-cara yang
positif untuk
8
21
mendapatkan perhatian orang tua. Hal lain yang juga bisa dilakukan orang tua adalah
2. Ketika terjadi perseteruan atau pertengkaran orang tua tidak memihak atau
menyalahkan salah satu diantara mereka.Hanya saja orang tua tetap harus mengarahkan
bahwa tindakan tersebut adalah tindakan yang tidak baik dan tidak semestinya dilakukan
sehingga anak tidak akan mengulanginya kembali. (Wulandari & Handayani, 2011).
mereka tentang apa yang dirasakan tentang saudara kandungnya (Wulandari & Handayani,
2011).
Remaja adalah masa peralihan dalam rentang kehidupan manusia yang menghubungkan antara
usia kanak-kanak dengan usia dewasa. Masa remaja juga merupakan masa dimana cara berfikir menjadi
lebih abstrak dan idealistic (Santrock, 2011). Pendapat lain mengatakan bahwa remaja berarti tumbuh
dewasa. Klasifikasi remaja menurut Santrock (2011) adalah remaja awal dengan rentang usia 10-12
tahun, remaja menengah dengan rentang usia 13-17 tahun, dan remaja akhir dengan rentang usia 18-22
tahun.
21
perkembangan kognitif yang terjadi pada tahapan remaja, diantaranya adalah sebagai berikut:
8
22
Remaja pada tahapan ini telah berfokus terhadap pengambilan keputusan, dalam hal ini adalah
keputusan yang ada di dalam rumah ataupun sekolah. Cara berpikir yang logis juga mulai ditunjukkan
oleh remaja pada tahap ini, sehingga seringkali timbulnya pertanyaan mengenai kewenangan dan standar
Remaja mulai mengalami peningkatan pada interaksi dengan kelompok pada tahap ini. Remaja
juga mulai mengajukan pertanyaan, menganalisis dengan lebih menyeluruh, dan mulai berfikir mengenai
siapa diri mereka atau mulai mencari identias diri. Dalam proses pencarian jati diri, remaja akan
cenderung melakukan kesalahan sehingga masa remaja tahap menengah ini membutuhkan
Pada tahap remaja akhir, mulai timbul cara berfikir yang kompleks, hal ini digunakan untuk
memfokuskan diri dari masalah-masalah idealism, toleransi, dan keputusan untuk pekerjaan, serta peran
orang dewasa yang terdapat di masyarakat. Pada tahap ini remaja sudah cukup mahir untuk
menempatkan diri di lingkungan sekitar. Cara berfikir yang lebih realistis membuat remaja pada tahap ini
cenderung tidak bermasalah meskipun ada beberapa remaja yang belum cukup baik ketika memasuki
masa ini.
22
Dalam Santrock (2011) dikataakan bahwa ada tiga hal penting dalam perkembangan emosional
dan kepribadian yang terjadi pada remaja, diantaranya adalaah harga diri, identitas, dan perkembangan
emosional.
8
23
1. Harga diri
Harga diri adalah cara seseorang untuk mengevaluasi diri secara keseluruhan. Harga diri ini
cenderung tinggi pada masa anak-anak tetapi secara signifikan menurun ketika masa remaja. Perbedaan
gender juga turut mewarnai turunnya harga diri pada masa remaja, hal ini dibuktikan dengan lebih
banyaknya penurunan harga diri yang terjadi pada remaja perempuan dibanding dengan remaja laki-laki.
Penurunan harga diri yang terjadi pada remaja awal tersebut lebih difokuskan pada citra tubuh negatif
ketika datangnya masa pubertas yang lebih banyak terjadi pada remaja perempuan jika dibanding dengan
remaja laki-laki.
2. Identitas
Identitas merupakan gambaran diri seseorang yang terdiri atas banyak bagian, diantaranya
adalah identitas karier, identitas politik, identitas agama, identitas hubungan, identitas pretasi atau
intelektual, identitas seksual, identitas etnis, identitas minat,kepribadian dan fisik. Moratorium psikososial
telah membantu remaja untuk menentukan identitas diri mereka.Maka dari itu, pada masa ini masyarakat
memberikan kebebasan untuk mencoba identias yang berbeda. Remaja yang mencoba beberapa peran
dari suatu identitas adalah untuk mencari tahu kecocokan mereka dan pada akhirnya mereka akan
meninggalkan peran yang tidak mereka sukai. Remaja yang berhasil menyelesaikan konflik identitas diri
mereka,maka mereka akan muncul dengan kesadaran diri mereka yang baru. Sedangkan remaja yang
tidak dapat menyelesaikan konflik identitas diri mereka, maka mereka akan mengalami hal yang telah
3. Perkembangan emosional
Pada masa remaja awal akan terjadi fluktuatif atau naik turunnya emosi. Remaja yang usianya
lebih muda mungkin saja lebih mudah untuk merajuk, hal ini
8
24
disebabkan oleh belum tahunya remaja mengekspresikan perasaan yang dimilikinya dengan
baik.Pada masa ini seseorang juga memiliki sifat yang moody dan berubah-ubah. Maka dari itu
orang dewasa sangat perlu memahami bahwa hal tersebut adalah hal yang normal dan umum
terjadi pada usia remaja. Perubahan emosional pada remaja disebabkan oleh variabilitas dalam
hormon yang terjadi pada saat terjadinya perubahan hormone yang sangat signifikan ketika
fisik pada remaja dapat menyebabkan meningkat peningkatan emosi yang negatif.
bagian tubuhnya. Remaja laki-laki akan mengalami perubahan bentuk dada yang
membesar dan membidang, serta jakun akan lebih menonjol. Sedangkan pada remaja
perempuan akan mengalami perubahan pada pinggul dan payudara yang semakin
2.
Sejalan dengan bagian tubuh yang lain, otak juga mengalami perubahan selama masa remaja,
hanya saja perkembangan otak pada masa remaja masih pada tahap awal saja. Otak belum sepenuhnya
berkembang sehingga menjadikan remja belum bisa mengontol emosinya dengan stabil (Depkes,2010).
Namun, penemuan terbaru oleh para ilmuan yang terdapat pada Santrock (2011) adalah terdapat
a. Korpus kalosum
Korpus kalosum adalah serat saraf yang menghubungan dua belahaan otak. Bagian ini
8
25
kemampuan untuk memproses informasi. Pada bagian ini yang menyebabkan remaja menjadi sangat
ingin tahu dan mudah menyerap informasi baik informasi baik ataupun buruk.
b. Korteks prefrontal
Bagian ini adalah bagian untuk mengurangi emosi yang intens. Namun, pada masa remaja
bagian ini belum cukup berkembang seolah olah otak remaja belum mampu mengendalikan emosi yang
sangat kuat. Hal ini tidak seimbang dengan beban emosi yang diterima oleh remaja yang sudah cukup
berat, meliputi emosi yang datang dari lingkungan rumah, lingkungan masyarakat, dan lingkungan
sekolah.
c. Amigdala
Amigdala adalah pusat emosi (marah). Area ini berkembang lebih cepat jika
dibanding dengan korteks prefrontal. Pada bagian inilah yang menyebabkan remaja
lebih mudah marah ketika menghadapi tekanan atau emosi yang cukup kuat.
(Santrock,2011)
dengan masa sebelum atau sesudahnya (Hurlock, 1999, dalam Unayah & Sabarisman, 2015)
Masa remaja sebagai masa peralihan adalah pada masa ini terdapat perubahan sifat dan
perilaku. Perubahan tersebut terjadi karena anak sedang menyesuaikan dan mempersiapkan diri untuk
menjadi dewasa. Hal ini dikarenakan pada masa remaja anakakan melewati dua masa, yaitu masa anak-
anak akhir dan juga masa dewasa awal. Pada masa ini anak masih sulit untuk meninggalkan sifat kanak-
kanak namun juga merasa selalu ingin tahu mengenai kebiasaan yang dilakukan oleh orang dewasa.
8
26
Masa remaja disebut juga sebagai periode perubahan, hal ini dikarenakan adanya lima
perubahan yang bersifat universal, yaitu perubahan emosi,pola perilaku, minat,tubuh, dan perubahan nilai.
Pada masa remaja ini, seseorang akan cenderung teruis mencari apa yang mereka inginkan dan apa
yang membuat diri remaja tersebut nyaman. Namun terkadang remaja belum siap dan belum dapat
mengontrol perubahan ini secara baik. Maka dari itu, dibutuhkan orang tua atau orang terdekat yang
cukup banyak pada masa remaja untuk mengontrol perubahan yang terjadi pada remaja.
Alasan mengapa remaja dianggap sebagai usia yang bermasalah adalah karena
pada saat usia anak-anak mereka terbiasa didampingi oleh orang tua mereka, sehingga
masalah yang timbul juga akan diselesaikan oleh orang tua. Namun, pada saat remaja
orang tua akan menganggap bahwa remaja sudah dapat menyelesaikan masalah
mereka sendiri, sedangkan remaja masih menganggap bahwa orang tua akan tetap
Masa remaja adalah masa yang menimbulkan ketakutan. Hal ini dikarenakan adanya anggapan
bahwa remja adalah seseorang yang tidak rapih, masyarakat juga menganggap bahwa remaja tidak dapat
dipercaya bahkan cenderung merusak. Selain itu masa remaja dianggap sebagai masa yang sulit
8
27
bagi remaja. Dampak baik akan timbul jika dalam pencarian identitas atau jati diri remaja mengarah pada
hal positif dan didampingi serta diarahkan oleh orang terdekat remaja. Sedangkan dampak buruk akan
timbul jika dalam proses pencarian jat diri remaja luput dari perhatian orang tua dan orang terdekat
remaja.
Pada masa ini seseorang akan melihat dirinya bukan sebagaimana adanya, tetapi mereka
melihat diri mereka atau bahkan melihat orang lain sesuai dengan apa yang mereka inginkan saja. Hal ini
akan membuat remaja akan terlalu berambisi dengan keinginannya namun mengabaikan kenyataan yang
ada.
Masa remaja sebagai ambang masa dewasa. Hal ini dikarenakan pada masa remaja seseorang
tidah memusatkan diri pada perilaku anak-anak lagi,namun mereka akan memusatkan diri pada apa yang
dilakukan oleh orang dewasa. Namun, terkadang pada masa ini remaja akan salah menempatkan diri
dimana remaja melakukan sesuatu yang seharusnya belum dilakukan pada usia tersebut. 27
Kenakalan remaja adalah kejahatan yang dilakukan oleh anak muda,kejahatan ini adalah salah
satu bentuk penyakit sosial yang menyebakan adanya pengabaian sosial sehingga remaja tersebut
mengembangkan tingkah laku yang menyimpang. Mayoritas terjadinya kenakalan remaja adalah usia 15 -
19 tahun, meingkat pada usia 21 tahun dan mulai menurun setelah usia 22 tahun. Sosial dan kultural
memiliki peran besar terhadap pembentukan tingkah laku kriminal atau kenakalan pada remaja. Selain
itu,terdapat beberapa faktor penyebab terjadi kenakalan remaja, diantaranya sebagai berikut:
8
28
1. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri remaja itu sendiri,hal ini meliputi krisis
2. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri remaja itu sendiri, diantaranya
adalah permasalahan remaja termasuk perceraian orang tua, adanya teman sebaya yang
kurang baik, dan komunitas atau lingkungan yang juga kurang baik (Unayah & Sabarisman, 28
2015).
Studi terbaru juga mengatakan bahwa saudara kandung memiliki andil yang cukup kuat atas
terjadinya kenakalan remaja.Tingginya tingkat hubungan permusuhan antara saudara kandung dan
kenakalan saudara kandung yang lebih tua dikaitkan dengan kenakalan saudara kandung yang lebih