Anda di halaman 1dari 58

LAPORAN KASUS KELOMPOK

ASUHAN KEBIDANAN POSNATAL CARE PADA Ny. “P” P2A0


DI PKM MAKALE

OLEH : KELOMPOK 3

1. DIORY FEVIANA PAMANGIN (B.20.03.040)


2. IRMAWATI RANTE (B.20.03.051)
3. MARTHINA KENDEK ALLO (B.20.03.061)
4. OKTAVIANA IRA (B.20.03.072)
5. SRY NOVIANTY PATILA (B.20.03.091)

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN

UNIVERSITAS MEGA BUANA PALOPO

TAHUN 2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan Rahmat dan Karunianya sehingga tugas tentang “Asuhan Kebidanan

Poasnatal Care pada Ny. “P” di Puskesmas Makale Tahun 2021 dapat

diselesaikan. Adapun tujuan dari pembuatan Asuhan Kebidanan ini adalah salah

satu syarat untuk menyelesaikan Praktek Asuhan Kebidanan Komprehensif pada

Program Studi Kebidanan Program Sarajana Terapan di Universitas Mega Buana

Palopo.

Kami menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak,

Laporan studi kasus praktik klinik kebidanan ini tidak akan terselesaikan dengan

baik, oleh karena itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Yuniar Dwi Yanti, S.ST.,M.Keb Selaku Penanggung Jawab Praktik Klinik

Kebidanan Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan STIKES

Mega Buana Palopo.

2. Defiyanti Ambali, S.ST Selaku Preceptor Institusi Praktik Klinik

Kebidanan Program Studi kebidanan Program Sarjana Terapan STIKES

Mega Buana Palopo.

3. drg. Irmasynda Topayung selaku Kepala Puskesmas Makale Tana Toraja.

4. Ratu Grace Ponda, S.Keb.bd Selaku CI Lahan di ruangan KIA Puskesmas

Makale Tana Toraja.

1
5. Kedua orang tua, suami, anak, dan saudara yang selamaini memberi doa

dan dukungan.

6. Terkhusus kepada teman-teman mahasiswa Program Studi Kebidanan

Program Sarajana Terapan di Universitas Mega Buana Palopo atas segala

dukungan dan bantuannya selama ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari

sempurna, mengingat pengetahuan dan pengalaman serta waktu dalam

penyusunan laporan ini yang terbatas. Oleh karena itu, penulis mengharapkan

masukan berupa saran dan kritik dari semua pihak yang sifatnya membangun agar

penyusun selanjutnya dapat menjadi lebih baik. Harapan penulis, semoga laporan

ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan mahasiswa pada khususya.

TanaToraja, 10 Maret 2020

Penulis

1
DAFTAR ISI

Kata pengantar

Daftar isi

Daftar lampiran

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Tujuan Pengkajian
1.3 Manfaaat Pengkajian

BAB II : TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar PostPartum

2.1.1 Pengertian

2.1.2 Tahapan Masa Nifas

2.1.3 Perubahan Fisiologis Masa Nifas

2.1.4 Adaptasi Fisiologis Masa Nifas

2.1.5 Kebutuhan Masa Nifas

2.1.6 Tanda Bahaya Masa Nifas

BAB III : STUDI KASUS

3.1 Asuhan Kebidanan

3.2 Pendokumentasian Asuhan Kebidanan

BAB IV : PEMBAHASAN

BAB V : PENUTUP

1
DAFTAR LAMPIRAN

Daftar Gambar

1. Buku KMS

2. Dokumentasi

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan ibu dan anak merupakan masalah yang menjadi perhatian dunia.

Target kesepakatan global Sustainable Development Goals (SDGs) menargetkan

AKI di Indonesia dapat diturunkan menjadi 70 per 100.000 kelahiran hidup pada

tahun 2030. Sedangkan RPJMN Tahun 2015-2019 mengamanatkan agar AKI

dapat diturunkan menjadi 306 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2019

(BAPENNAS, 2015). Disamping target penurunan AKI, target kelahiran ditolong

oleh tenaga kesehatan terampil juga menjadi poin yang perlu diperhatikan

(BAPPENAS, BPS dan UNFPA, 2013).

Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta

sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Pelayanan pasca persalinan harus

terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayinya, yang

meliputi upaya pencegahan, deteksi dini dan pengobatan komplikasi dan penyakit

yang mungkin terjadi, serta penyuluhan pemberian ASI, cara menjarangkan

kehamilan, imunisasi dan nutrisi bagi ibu.

Masa nifas merupakan masa kritis bagi ibu dalam kehidupan reproduksinya.

Fase ini disebut demikian karena masih banyak resiko komplikasi yang mungkin

terjadi yang berhubungan dengan tahap perubahan baik fisik maupun psikologis

ibu setelah kehamilan dan persalinan. Baik di negara maju maupun negara

berkembang, perhatian utama ibu dan bayi terlalu banyak tertuju pada masa

kehamilan dan persalinan, sementara pada keadaan yang sebenarnya justru

1
merupakan kebalikannya, oleh karena itu resiko kesakitan dan kematian ibu serta

bayi lebih sering terjadi pada masa pasca persalinan.

Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya perempuan yang meninggal

dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau

penanganannya (tidak termasuk kecelakaan, bunuh diri atau kasus insidentil)

selama kehamilan, melahirkan, dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan)

tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup (BPS,

2018). Berdasarkan pengertian ini, maka pengawasan selama masa nifas

(postnatal care atau PNC) juga turut menjadi bagian penting dalam upaya

penurunan AKI.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan

menerapkan pola pikir melalui pendekatan 7 langkah manajemen Varney dan

pendokumentasian menggunakan SOAP.

1.2.2 Tujuan Khusus

1) Mahasiswa mampu menjelaskan teori dan konsep dasar asuhan kebidanan

ibu nifas

2) Mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan ibu nifas

3) Mahasiswa mampu melakukan analisis adanya kesesuaian maupun

kesenjangan antara kasus yang didapat dengan teori dan konsep dasar yang

telah dijelaskan

1
4) Mahasiswa mampu melakukan pendokumentasian SOAP pada asuhan

kebidanan ibu nifas dengan menggunakan pola pikir pendekatan 7 langkah

Varney

1.3 Manfaat

1) Bagi Institusi Pendidikan dan Petugas Kesehatan

Diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat untuk

pengembangan ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan asuhan

kebidanan pada ibu hamil. Serta sebagai subjek dalam menilai bagaimana

pemahaman dan keterampilan penulis dalam menyikapi kasus.

2) Bagi Penulis

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis dalam

memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil.

1
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep dasar Post Partum

2.1.1 Pengertian

Postpartum atau masa nifas adalah suatu periode dalam minggu-minggu

pertama setelah kelahiran. Lamanya periode ini tidak pasti, sebagian besar

menganggapnya 4 sampai 6 minggu (Cunningham, et. al, 2013).

Masa nifas (post partum) adalah adalah masa pemulihan kembali, mulai dari

persalinan selesai sampai alat – alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

hamil (Sofian, 2013).

Periode pasca partum adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin

(menandakan akhir periode intrapartum) hingga kembalinya traktus reproduksi

wanita pada kondisi tidak hamil, bukan kondisi pra hamil (Varney, dkk, 2008).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa masa

nifas adalah masa setelah lahirnya plasenta sampai alat – alat reproduksi kembali

seperti keadaan tidak hamil yang berlangsung selama 6 – 8 minggu. Namun perlu

diingat bahwa wanita tidak kembali ke keadaan fisiologis dan anatomis yang sama

persis, ada bagian – bagian organ reproduksi yang mengalami perbedaan baik

anatomis maupun fisiologisnya antara sebelum dan setelah hamil, sehingga hal ini

dapat dijadikan sebagai penanda (bukti obyektif) antara wanita yang sudah pernah

hamil dan melahirkan dengan wanita yang belum pernah hamil dan melahirkan.

2.1.2 Tahapan Masa Nifas

1) Pueperium dini (awal)

1
1
Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan – jalan, dimulai

dari lahirnya plasenta sampai 40 hari atau 6 minggu post partum

2) Puerperium Intermediet

Kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia, dimulai dari 6 minggu sampai 8

minggu post partum. Dimulai dari 6 minggu post partum hingga 8 minggu post

partum

3) Remote Puerperium

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama

hamil atau waktu persalinan ibu mengalami komplikasi maka waktu untuk

sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan bahkan tahunan, dimulai

setelah 8 minggu post partum sampai organ reproduksi benar-benar mendekati

kondisi prahamil (Saifuddin, 2009).

2.1.3 Perubahan Fisiologis Ibu Nifas

1) Sistem Reproduksi

a. Involusi Uterus

Involusi uterus adalah kembalinya uterus pada keadaan sebelum hamil, baik

dalam bentuk maupun posisi. Selain uterus, vagina, ligament uterus, dan otot

dasar panggul juga kembali ke keadaan sebelum hamil. Bila ligament uterus

dan otot dasar panggul tidak kembali ke keadaan sebelum hamil, kemungkinan

terjadinya prolaps uteri semakin besar. Selama proses involusi, uterus menipis

dan mengeluarkan lokia yang diganti dengan endometrium baru. Setelah

kelahiran bayi dan plasenta terlepas, otot uterus berkontraksi sehingga sirkulasi

darah yang menuju uterus berhenti dan ini disebut dengan iskemia. Otot

1
redundant, fibrous, dan jaringan elastis bekerja. Fagosit dalam pembuluh darah

dipecah menjadi dua fagositosis. Enzim proteolitik diserap oleh serat otot yang

disebut autolysis. Lisozim dalam sel ikut berperan dalam proses ini. produk ini

dibawa oleh pembuluh darah yang kemudian disaring di ginjal.

Lapisan desidua yang dilepaskan dari dinding uterus disebut lokia.

Endometrium baru tumbuh dan terbentuk selama 10 hari postpartum dan

menjadi sempurna sekitar 6 minggu. Proses involusi berlangsung sekitar 6

minggu. Proses involusi uterus disertai dengan penurunan tinggi fundus uteri

(TFU), proses ini terus berlangsung dengan penurunan TFU 1 cm setiap

harinya.

Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus

Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gr

Uri lahir 2 jari di bawah pusat 750 gr

1 minggu Pertengahan pusat simfisis 500 gr

2 minggu Tidak teraba di atas simfisis 350 gr

6 minggu Bertambah kecil 50 gr

8 minggu Sebesar normal 30 gr

Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :

 Iskemia Miometrium

Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus dari uterus

setelah pengeluaran plasenta membuat uterus relative anemi dan

menyebabkan serat otot atrofi

 Autolysis

1
Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di

dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot

yang telah sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan

lima kali lebar dari semula selama kehamilan atau dapat juga dikatakan

sebagai pengerusakan secara langsung jaringan hipertropi yang berlebihan

hal ini disebabkan karena penurunan hormon estrogen dan progesteron.

 Efek Oksitosin

Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterin

sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan

berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk

mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi

perdarahan.

Penurunan ukuran uterus yang cepat itu dicerminkan oleh perubahan lokasi

uterus ketika turun keluar dari abdomen dan kembali menjadi organ pelvik.

Segera setelah proses persalinan puncak fundus kira-kira dua pertiga hingga

tiga perempat dari jalan atas diantara simfisis pubis dan umbilicus. Kemudian

naik ke tingkat umbilicus dalam beberapa jam dan bertahan hingga satu atau

dua hari dan kemudian secara berangsur-angsur turun ke pelvik yang secara

abdominal tidak dapat terpalpasi di atas simfisis setelah sepuluh hari.

b. Implantasi tempat perlekatan plasenta

Setelah persalinan, tempat plasenta merupakan tempat dengan permukaan

kasar, tidak rata, kira – kira sebesar telapak tangan dan menonjol ke dalam

cavum uteri. Segera setelah plasenta lahir, penonjolan tersebut berdiameter ±

1
7,5 cm, sesudah 2 minggu diameternya menjadi 3,5 cm dan 6 minggu telah

mencapai 24 mm.

Pada permulaan nifas bekas plasenta banyak mengandung pembuluh darah

besar yang tersumbat oleh thrombus. Biasanya luka yang demikian sembuh

dengan menjadi jaringan parut, tetapi luka bekas plasenta tidak meninggalkan

jaringan parut. Hal ini disebabkan luka ini sembuh dengan cara luar biasa, yaitu

dilepaskan dari dasarnya dengn pertumbuhan endometrium batu dibawah

permukaan luka. Endometrium ini tumbuh dari pinggir luka dan juga dari sisa

– sisa kelenjar pada dasar luka.

c. Endometrium

Perubahan pada endometrium yakni timbulnya thrombosis degenerasi dan

nekrosis di tempat implantasi plasenta.

Hari I : endometrium setebal 2 – 5 mm dengan permukaan yang kasar akibat

pelepasan desisua dan selaput janin.

Hari II : permukaan mulai rata akibat lepasnya sel –sel dibagian yang

mengalami degenerasi.

d. Pengeluaran Lochea

Lokia keluar dari uterus setelah bayi lahir sampai dengan tiga atau empat

minggu postpartum. Perubahan lokia terjadi dalam tiga tahap, yaitu lokia rubra,

serosa, dan alba. Perbedaan masing-masing lochea dapat dilihat sebagai

berikut:

Lochea Waktu Warna Ciri-ciri

Rubra 1-3 hari Merah Terdiri dari sel desidua, verniks caseosa,

kehitaman rambut lanugo, sisa mekonium dan sisa darah

1
Sanguilent 3-7 hari Putih bercampur Sisa darah bercampur lendir

a merah

Serosa 7-14 Kekuningan/ Lebih sedikit darah dan lebih banyak serum,

hari kecoklatan juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi

plasenta

Alba >14 putih Mengandung leukosit, selaput lendir serviks

hari dan serabut jaringan yang mati.

e. Ovarium dan Tuba Fallopi

Setelah kelahiran plasenta, produksi estrogen dan progesteron menurun,

sehingga menimbulkan mekanisme timbal balik dari sirkulasi menstruasi. Pada

saat inilah dimulai kembali proses ovulasi, sehingga wanita dapat hamil

kembali.

f. Segmen serviks dan uterus bagian bawah

Menurut Cunningham, et. al (2013), selama persalinan, batas serviks bagian

luar, yang berhubungan dengan ostium eksternum, biasanya mengalami

laserasi, terutama pada bagian lateral. Pembukaan serviks berkontraksi secara

perlahan dan selama beberapa hari setelah persalinan masih sebesar dua jari. Di

akhir minggu perrtama, pembukaan ini menyempit, serviks menebal dan

kanalis endoservikal kembali terbentuk. Selama beberapa minggu berikutnya,

segmen bawah yang sebelumnya secara jelas merupakan substruktur tersendiri

yang cukup besar untuk mengakomodasi kepala bayi, berubah menjadi isthmus

uteri yang hampir tidak terlihar yang terletak antara corpus dan ostium

internum.

1
g. Vulva dan Perineum

Selama proses persalinan vulva dan vagina mengalami penekanan serta

peregangan, setelah beberapa hari persalinan kedua organ ini kembali dalam

keadaan kendor. Rugae timbul kembali pada minggu ketiga. Hymen tampak

sebagai tonjolan kecil dan dalam proses pembentukkan berubah menjadi

krankulae mitiformis yang khas bagi wanita multipara. Ukuran vagina akan

selalu lebih besar dibandingkan keadaan saat sebelum persalinan pertama.

Perubahan perineum pasca melahirkan terjadi pada saat perineum mengalami

robekan. Robekan jalan lahir dapat terjadi secara spontan ataupun dilakukan

episiotomi dengan indikasi tertentu. Biasanya perineum menjadi agak

bengkak / oedem / memar dan mungkin ada luka jahitan bekas robekan atau

episiotomi. Proses penyembuhan luka episiotomi biasanya berlangsung 2-3

minggu setelah melahirkan.

2) Sistem Pencernaan

Sistem gastrointestinal selama kehamilan dipengaruhi oleh beberapa hal,

diantaranya tingginya kadar progesteron yang dapat mengganggu

keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan kolesterol darah, dan melambatkan

kontraksi otot-otot polos. Pasca melahirkan,kadar progesteron juga mulai

menurun. Namun demikian, faal usus memerlukan waktu 3-4 hari untuk

kembali normal. Pasca melahirkan biasanya ibu merasa lapar sehingga

diperbolehkan untuk mengkonsumsi makanan. Pemulihan nafsu makan

diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar

progesteron menurun setelah melahirkan, asupan makanan juga mengalami

penurunan selama 1 – 2 hari. Kecuali ada komplikasi kelahiran, tidak ada

1
alasan untuk menunda pemberian makan pada wanita pasca partum yang sehat

lebih lama dari waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pengkajian awal.

Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cema menetap selama

waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anastesia bisa

memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.

3) Sistem Perkemihan

Pasca melahirkan biasanya ibu merasa sulit buang air kecil sehingga ibu post

partum dianjurkan segera buang air kecil agar tidak mengganggu proses

involusi uteri dan ibu merasa nyaman. Hal yang menyebabkan kesulitan buang

air kecil pada ibu postpartum, antara lain :

a. Adanya oedema trigonium yang menimbulkan obstruksi sehingga terjadi

retensi urine.

b. Diaphoresis yaitu mekanisme tubuh untuk mengurangi cairan yang teretensi

dalam tubuh, terjadi selama 2 hari setelah melahirkan.

c. Depresi dari sfingter uretra oleh karena penekan kepala janin dan spasme

oleh iritasi muskulus sfingter ani selama persalinan, sehingga menyebabkan

miksi.

Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen akan menurun, hilangnya

peningkatan tekanan vena pada tingkat bawah dan hilangnya peningkatan

volume darah akibat kehamilan, hal ini merupakan mekanisme tubuh untuk

mengatasi kelebihan cairan. Keadaan seperti ini disebut dengan diuresis pasca

partum dan diuresis yang sangat banyak terjadi dalam hari-hari pertama

puerperium. Diuresis yang banyak mulai segera setelah persalinan sampai 5

hari postpartum. Empat puluh persen ibu postpartum tidak mempunyai

1
proteinuri yang patologi dari segera setelah lahir sampai hari kedua

postpartum, kecuali ada gejala infeksi dan preeklamsi.

Bila wanita pasca persalinan tidak dapat berkemih dalam waktu 4 jam pasca

persalinan mungkin ada masalah dan sebaiknya segera dipasang dower kateter

selama 24 jam. Bila kemudian keluhan tak dapat berkemih dalam waktu 4 jam,

lakukan kateterisasi dan bila jumlah residu > 200 ml, kateter dibuka dan pasien

diharapkan dapat berkemih seperti biasa.

4) Sistem Endokrin

a. Oksitosin

Oksitosin dikeluarkan oleh glandula pituitary posterior dan bekerja terhadap

otot uterus dan jaringan payudara. Oksitosin di dalam sirkulasi darah

menyebabkan kontraksi otot uterus dan pada waktu yang sama membantu

proses involusi uterus.

b. Prolaktin

Penurunan estrogen menjadikan prolaktin yang dikeluarkan oleh glandula

pituitary anterior bereaksi terhadap alveoli dari payudara sehingga

menstimulasi produksi ASI. Pada ibu yang menyusui kadar prolaktin tetap

tinggi dan merupakan permulaan stimulasi folikel di dalam ovarium ditekan.

c. HCG, HPL, Estrogen, dan progesterone

Ketika plasenta lepas dari dinding uterus dan lahir, tingkat hormon HCG,

HPL, estrogen, dan progesteron di dalam darah ibu menurun dengan cepat,

normalnya setelah 7 hari.

Tabel Perubahan Sistem Endokrin pada Masa Nifas

Hormon Perubahan Yang Terjadi Keadaan Terendah

1
Hormon Placental Lactogen Menurun 24 jam

Estrogen Menurun Hari ke-7

Progesteron Menurun Hari ke-7

FSH Menurun Hari ke 10-12

LH Menurun Hari ke 10-12

Prolaktin Menurun Hari ke-14

5) Sistem Kardiovaskuler

Sebagai kompensasi jantung dapat terjadi bradikardi 50-70 x/menit, keadaan

ini dianggap normal pada 24-48 jam pertama. Penurunan tekanan darah

sistolik 20 mmHg pada saat klien merubah posisi dari berbaring ke duduk lebih

disebabkan oleh reflek ortostatik hipertensi.

Curah jantung meningkat selama persalinan dan berlangsung sampai kala tiga

ketika volume darah uterus dikeluarkan. Penurunan terjadi pada beberapa hari

pertama postpartum dan akan kembali normal pada akhir minggu ketiga

postpartum.

Penurunan volume darah sangat berkaitan dengan kehilangan darah yang

dialami selama melahirkan. Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada

kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan hemoglobin pada

hari ke-3 sampai hari ke-7 postpartum dan akan kembali normal dalam 4-5

minggu postpartum (Dewi dan Tri, 2011).

6) Sistem Hematologi

Leukositosis mungkin terjadi selama persalinan, sel darah merah berkisar

15.000 selama persalinan. Peningkatan sel darah putih berkisar antara 25.000-

1
30.000. Hal ini dapat meningkat pada awal nifas yang terjadi bersamaan

dengan peningkatan tekanan darah serta volume plasma dan volume sel darah

merah. Jumlah Hb, hematokrit, dan eritrosit sangat bervariasi pada saat awal

masa post partum sebagai akibat dari volume darah yang berubah- ubah.

Semua tingkatan dipengaruhi oleh status gizi wanita tersebut. Selama proses

kelahiran diperkirakan kehilangan darah sekitar 200-500 ml. Penurunan

volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan disosialisasikan dengan

peningkatan Hematokrit dan Hb pada hari ke-3 sampai hari ke-7 post partum,

yang akan kembali normal dalam 4-5 minggu post partum.

Perubahan komponen darah, pada masa nifas terjadi perubahan komponen

darah, misalnya jumlah sel darah putih akan bertambah banyak. Jumlah sel

darah merah dan Hb akan berfluktuasi, namun dalam 1 minggu pasca

persalinan biasanya semuanya akan kembali lagi pada keadaan semula. Curah

jantung dan jumlah darah yang dipompakan oleh jantung akan tetap tinggi pada

awal masa nifas dan dalam 2 minggu akan kembali pada keadaan normal

(Cunningham, et. al, 2013).

7) Sistem Musculoskeletal

Perubahan sistem musculoskeletal terjadi pada saat umur kehamilan semakin

bertambah. Adaptasi musculoskeletal ini mencakup : peningkatan berat badan,

bergesernya pusat akibat perbesaran rahim, relaksasi dan hipermobilitas.

a. Dinding abdominal dan peritoneum

Dinding perut akan longgar dan lembek setelah proses persalinan karena

peregangan selama kehamilan, dimana pada masa kehamilan kulit abdomen

akan melebar, melonggar dan mengendur hingga berbulan-bulan. Otot-otot

1
dari dinding abdomen dapat kembali normal kembali dalam beberapa

minggu pasca melahirkan dengan latihan post natal.

b. Striae

Striae adalah suatu perubahan warna seperti jaringan parut pada dinding

abdomen. Striae pada dinding abdomen tidak dapat menghilang sempurna

melainkan membentuk garis lurus yang samar. Tingkat diastatismuskulus

rektus abdominis pada ibu postpartum dapat dikaji melalui keadaan umum,

aktifitas, paritas dan jarak kehamilan, sehingga dapat membantu

menentukan lama pengambalian tonus otot menjadi normal.

c. Perubahan ligamen

Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang sewaktu

kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsur-angsur menciut kembali

seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendor yang

mengakibatkan letak uterus menjadi retroflexi. Tidak jarang pula wanita

mengeluh “kandungannya turun” setelah melahirkan oleh karena ligamen,

fasia, jaringan penunjang alat genetalia menjadi agak kendor.

d. Simfisis pubis

Pemisahan simfisis pubis jarang terjadi. Namun demikian, hal ini dapat

menyebabkan morbiditas maternal. Gejala dari pemisahan simfisis pubis

antara lain : nyeri tekan pada pubis disertai peningkatan nyeri saat bergerak

di tempat tidur ataupun waktu berjalan. Pemisahan simfisis dapat dipalpasi.

Gejala ini dapat menghilang setelah beberapa minggu atau bulan pasca

melahirkan, bahkan ada yang menetap sehingga diperlukan kursi roda.

1
Adapun gejala-gejala system musculoskeletal yang biasa timbul pada masa

pasca partum antara lain nyeri punggung bawah, sakit kepala/nyeri leher,

nyeri pelvis posterior, disfungsi simfisis pubis, diastasis rekti, osteoporosis

akibat kehamilan dan disfungsi dasar panggul.

8) Laktasi/Pengeluaran ASI

Selama kehamilan, hormon estrogen dan progesteron menginduksi

perkembangan alveolus dan duktus latiferus di dalam mammae/payudara dan

juga merangsang produksi kolustrum. Namun, produksi ASI tidak berlangsung

sampai sesudah kelahiran bayi ketika kadar hormon estrogen menurun.

Penurunan kadar estrogen ini memungkinkan naiknya kadar prolaktin dan

produksi ASI pun dimulai. Produksi prolaktin yang berkesinambungan

disebabkan oleh menyusunya bayi pada mammae ibu. Pelepasan ASI berada di

bawah kendali neuro-endokrin. Rangsangan sentuhan pada payudara (yaitu

bayi menghisap) akan merangsang produksi oksitosin yang menyebabkan

kontraksi sel-sel myoepitel. Proses ini disebut sebagai refleks let down atau

pelepasan ASI dan membuat ASI tersedia bagi bayi (Pusdiknakes, 2003:15).

Pada 15, 30. Dan 45 menit setelah bayi lahir, peningkatan oksitosin terjadi

secara signifikan jika bayi diletakkan kulit ke kulit. Jika bayi tidak menyusu,

kadar oksitosin kembali pada nilai dasar. Oksitosin adalah hormon yang

meningkatkan ikatan ibu dengan bayi dan perilaku maternal lainnya (Varney,

2007:986).

Hisapan bayi memicu pelepasan ASI dari alveolus mammae melalui duktus ke

sinus laktiferus. Hisapan merangsang produksi oksitosin oleh kelenjar hipofisis

posterior. Oksitosin memasuki darah dan menyebabkan kontraksi sel-sel

1
khusus (sel-sel myoepitel) yang mengelilingi alveolus mammae dan duktus

laktiferus. Kontraksi sel-sel khusus ini mendorong ASI keluar dari alveolus

melalui duktus laktiferus menuju ke sinus laktiferus dimana ASI akan

disimpan. Pada saat bayi menghisap, ASI di dalam sinus tertekan keluar ke

mulut bayi. Gerakan ASI dari sinus ini disebut letdown atau pelepasan. Pada

akhirnya, let down dapat dipicu tanpa rangsangan hisapan. Let down dapat

terjadi bila ibu mendengar bayi menangis atau sekedar memikirkan tentang

bayinya. Let down penting sekali bagi pemberian ASI yang baik. tanpa

pelepasan, bayi dapat menghisap terus menerus tetapi hanya memperoleh

sebagian dari ASI yang tersedia dan tersimpan di dalam payudara. Bila let

down gagal terjadi berulangkali dan payudara berulangkali tidak dikosongkan

pada waktu pemberian ASI, refleks ini akan berhenti berfungsi, dan laktasi

akan berhenti.

Cairan pertama yang diperoleh bayi dari ibunya sesudah melahirkan adalah

kolostrum, yang mengandung campuran yang lebih kaya akan protein, mineral,

dan antibodi daripada ASI yang telah mature. ASI mulai ada kira-kira pada

hari ketiga atau keempat setelah kelahiran bayi, dan kolostrum berubah

menjadi ASI yang mature kira-kira 15 hari sesudah bayi lahir. Bila ibu

menyusui sesudah bayi lahir dan bayi diperbolehkan sering menyusu, maka

proses adanya ASI akan meningkat (Pusdiknakes, 2003:15-16).

Berat payudara saat laktasi sekitar 600-800 gram. Kecepatan sintesis dan

banyaknya ASI yang diproduksi dapat bervariasi pada tiap payudara menurut

frekuensi menyusui dan banyaknya ASI yang dikeluarkan. Laktogenesis mulai

sekitar 12 minggu sebelum melahirkan sebagai laktogenesis I dan dimulai pada

1
masa postpartum dengan penurunan progesteron yang cepat setelah pelahiran

plasenta (laktogenesis II). Tahap II ditandai dengan sekresi ASI yang banyak

pada dua sampai tiga hari postpartum. Galaktopoiesis (tahap III laktogenesis)

merupakan produksi ASI matur yang terus menerus. Penyapihan

mengakibatkan involusi payudara, yang dikarakteristikkan dengan dua proses

fisiologis yang berbeda: sel sekretorik mengalami apoptosis (kematian sel yang

terprogram) dan membran dasar kelenjar mammae mengalami degradasi

proteolitik. Selama involusi payudara, banyak epitelium payudara direabsorpsi

(Varney, 2008).

a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laktasi

Antara lain faktor anatomis atau fisiologis mammae, makanan atau diet

ibu, intake cairan, istirahat ibu, isapan bayi, obat-obatan dan psikologis

ibu. Produksi ASI bertambah sesuai dengan kebutuhan bayi, pada

umumnya kebutuhan ASI bertambah apabila keadaan ibu normal.

Mammae keras dan oedema terjadi bila terdapat penumpukan ASI

sehingga menimbulkan gangguan sirkulasi darah dan getah bening dan

menimbulkan nyeri (Prawirohardjo, 2011).

b. Manajemen laktasi

Adalah suatu tata laksana menyeluruh yang menyangkut laktasi dan

penggunaan ASI, yang menuju suatu keberhasilan menyusui untuk

pemeliharaan kesehatan ibu dan bayinya. Secara singkat manajemen

laktasi dijabarkan berdasarkan faktor-faktor dalam periode kehamilan

sebagai berikut:

 Periode prenatal

1
- Pendidikan-penyuluhan kepada pasien dan keluarga tentang manfaat

menyusui dan pelaksanaaan rawat gabung.

- Adanya dukungan keluarga.

- Adanya dukungan dan kemampuan tenaga kesehatan.

- Pemeriksaan payudara.

- Persiapan payudara.

- Persiapan payudara dan puting susu.

- Gizi yang bermutu

- Cara hidup sehat.

 Periode nifas dini

- Ibu dan bayi harus siap menyusui

- Segera menyusu setelah bayi lahir

- Teknik menyusui yang benar

- Menyusui harus sering sesuai kebutuhan

- Tidak memberikan susu formula

- Tidak memakai puting buatan atau pelindung

- Pergunaka kedua payudara bergantian

- Perawatan payudara

- Memelihara fisik dan psikis

- Makanan yang bermutu

- Istirahat cukup

 Periode nifas lanjut-sistem penunjang

1
- Sangat ideal dalam 7 hari setelah pulang dari rumah sakit, si ibu

dihubungi atau dikunjunig untuk melihat perkembangan dan situasi

rumahnya, persoalan biasanya timbul pada minggu pertama.

- Adanya sarana pelayanan atau konsultasi bila secara mendadak ibu

mendapat persoalan dengan laktasi dan menyusui

- Adanya keluarga dan teman yang membantu dirumah.

2.1.4 Adaptasi Psikologis Masa Nifas

Periode postpartum menyebabkan stres emosional terhadap ibu baru,

bahkan lebih menyulitkan bila terjadi perubahan fisik yang hebat. Faktor-

faktor yang mempengaruhi suksesnya, yaitu: respon dan dukungan dari

keluarga dan teman, hubungan antara pengalaman melahirkan dan harapan

serta aspirasi, pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lain,

pengaruh budaya (Bahiyatun, 2009).

Satu atau dua hari postpartum, ibu cenderung pasif dan tergantung.

Ia hanya menuruti nasihat, ragu-ragu dalam membuat keputusan, masih

berfokus untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, masih menggebu

membicarakan pengalaman persalinan. Periode ini diuraikan oleh Rubin

terjadi dalam 3 tahap, yaitu:

1) Taking in

a) Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu pada umumnya

pasif tergantung, perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan

tubuhnya.

b) Ibu akan mengulang-ulang pengalamannya waktu bersalin dan

1
melahirkan.

c) Tidur tanpa gangguan sangat penting untuk mencegah gangguan tidur.

d) Peningkatan nutrisi mungkin dibutuhkan karena selera makan ibu

biasanya bertambah. Nafsu makan yang kurang menandakan proses

pengembalian kondisi ibu tidak berlangsung normal.

2) Taking hold

a) Berlangsung 2-4 hari postpartum. Ibu menjadi perhatian pada

kemampuannya menjadi orang tua yang sukses dan meningkatkan

tanggung jawab terhadap bayi.

b) Perhatian terhadap fungsi-fungsi tubuh (misalnya, eliminasi).

c) Ibu berusaha keras untuk menguasai ketrampilan utuk merawat bayi,

misalnya menggendong dan menyusui. Ibu agak sensitif dan merasa

tidak mahir dalam melakukan hal tersebut, sehingga cenderung

menerima nasihat dari bidan karena ia terbuka untuk menerima

pengetahuan dan kritikan yang bersifat pribadi.

3) Letting go

a) Terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan sangat berpengaruh terhadap

waktu dan perhatian yang diberikan oleh keluarga.

b) Ibu merasa mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi. Ia

harus beradaptasi dengan kebutuhan bayi yang sangat tergantung, yang

menyebabkan berkurangnya hak ibu dalam kebebasan dan berhubungan

sosial.

c) Pada periode ini umumnya terjadi depresi postpartum (Bahiyatun,

2009)

1
2.1.5 Kebutuhan Masa Nifas

1) Nutrisi

Kebutuhan nutrisi pada masa nifas meningkat 25% yaitu untuk

produksi ASI dan memenuhi kebutuhan cairan yang meningkat tiga kali

dari biasanya. Penambahan kalori pada ibu nifas sebanyak 500 kkal tiap

hari. Makanan yang dikonsumsi ibu berguna untuk melakukan aktivitas,

metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses produksi ASI serta sebagai

ASI itu sendiri yang akan dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan

perkembangannya.

Makanan yang dikonsumsi juga perlu memenuhi syarat, seperti

susunannya harus seimbang, porsinya cukup dan teratur, tidak terlalu asin,

pedas atau berlemak, tidak mengansung alkohol, nikotin serta bahan

pengawet dan pewarna. Menu makanan yang seimbang mengandung

unsur-unsur, seperti sumber tenaga, pembangun, pengatur dan pelindung.

Untuk kebutuhan cairannya, ibu menyusui harus minum sedikitnya 3 liter

air setiap hari (Mellyana, 2008).

Program suplementasi Vitamin A pada ibu nifas selain untuk

mencegah kebutaan juga akan meningkatkan kualitas ASI sehingga

meningkatkan daya tubuh anak dan kesehatan ibu lebih cepat pulih setelah

bersalin. Selain itu vitamin A memiliki fungsi menjaga kesehatan saluran

kemih dan saluran cerna terhadap masuknya bakteri dan virus, system

reproduksi, pembelahan sel, diferensiasi sel dan bersifat antioksidan yang

dapat menetralisir radikal bebas penyebab kerusakan sel dan jaringan.

2) Istirahat

1
Istirahat atau tidur sangat diperlukan untuk mengembalikan

kelelahan akibat proses persalinan, disamping itu bermanfaat untuk

membantu produksi ASI, proses involusi, mengurangi darah yang keluar

serta mengurangi depresi (Mellyana, 2008).

Setelah menghadapi ketegangan dan kelelahan saat melahirkan,

usahakan untuk rileks dan istirahat yang cukup, terutama saat bayi sedang

tidur. Pasang dan dengarkan lagu-lagu klasik pada saat ibu dan bayi

beristirahat untuk menghilangkan rasa tegang dan lelah. Kebutuhan

istirahat dan tidur harus lebih diutamakan daripada tugas-tugas rumah

tangga yang kurang penting. Jangan sungkan untuk meminta bantuan

suami dan keluarga jika ibu merasa lelah. Istirahat juga memberi ibu

energi untuk memenuhi kebutuhan makan dan perawatan bayi sering dapat

tidak terduga (Mellyana, 2008).

Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal, antara

lain: mengurangi jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat proses

involusi uterus, memperbanyak perdarahan, bahkan menyebabkan depresi

postpartum dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri

(Mellyana, 2008).

3) Aktifitas

Mobilisasi sangat bervariasi tergantung pada komplikasi persalinan,

nifas atau sembuhnya luka. Jika tidak ada kelainan, lakukan mobilisasi

sedini mungkin, yaitu dua jam setelah persalinan normal. ini berguna

untuk memperlancar sirkulasi darah dan mengeluarkan cairan vagina

(lochea). Selain itu juga sangat berguna bagi semua system tubuh terutama

1
fungsi usus, kandung kemih, dan paru-paru disamping membantu

mencegah thrombosis pada pembuluh darah tungkai dan mengubah

perasaan sakit menjadi sehat (Mellyana, 2008).

Sedikit berbeda dengan ibu post oartum spontan, ibu post SC

memerlukan mobilisasi secara bertahap. Tahapan mobilisasi dini pada ibu

post SC anatar lain :

a. 6 jam pertama

Istirahat tirah baring, mobilisasi dini yang bisa dilakukan adalah menggerakkan

lengan, tangan, ujung jari kaki dan memutar pergelangan kaki, mengangkat

tumit, menegangkan otot betis serta menekuk dan menggeser kaki.

b. 6 – 10 jam

Ibu harus dapat miring ke kiri dan ke kanan untuk mencegah thrombosis dan

tromboemboli.

c. Setelah 24 jam

Ibu dianjurkan untuk mulai belajar duduk.

d. Hari ke-2

Ibu dapat duduk 5 menit dan minta untuk bernapas dalam – dalam lalu

menghembuskan disertai batuk – batuk kecil yang gunanya untuk

melonggarkan pernapasan dan segaligus menumbuhkan kepercayaan pada diri

ibu bahwa ia mulai pulih.

Posisi tidur terlentang dirubah menjadi setengah duduk selanjutnya secara

berturut – turut ibu yang sudah belajar duduk dianjurkan belajar duduk selama

sehari.

e. Hari ke- 3 sampai 5

1
Belajar berjalan kemudian berjalan sendiri tanpa bantuan.

Mobilisasi secara teratur dan bertahap serta diikuti dengan istirahat

dapat membantu penyembuhan ibu.

4) Eliminasi

Pengeluaran air seni akan meningkat 24-48 jam pertama sampai

sekitar hari ke-5 setelah melahirkan. Hal ini terjadi karena volume darah

meningkat pada saat hamil tidak diperlukan lagi setelah persalinan. Oleh

karena itu, ibu perlu belajar berkemih secara spontan dan tidak menahan

buang air kecil ketika ada rasa sakit pada jahitan. Menahan buang air kecil

akan menyebabkan terjadinya bendungan air seni dan gangguan kontraksi

rahim sehingga pengeluaran cairan vagina tidak lancar (Mellyana, 2008).

Bila 8 jam post partum ibu belum dapat kencing atau  sekali kencing

tetapi belum melebihi 100 cc, makan dapat dilakukan kateterisasi, akan

tetapi kalau ternyata kandung kencing penuh tidak perlu menunggu sampai

8 jam. Untuk keteterisasi jika penderita (ibu) sesudahnya belum dapat

BAK ataupun banyaknya belum memuaskan dilakukan setiap 8 jam,

dengan memeprhatikan jangan sampai terjadi infeksi. Oleh karena itu

mudah sekali timbul uretritis, sistitis dan juga pielibs, maka terapi

antibiotika sudah pada tempatnya. Namun ada baiknya kateteriasi

dihindari, dengan merangsang ibu untuk berkemih sendiri. Ia dapat

dibantu untuk duduk di ats kursi berlubang tempat BAK (commede). Jika

masih belum diperbolehkan jalan sendiri dan mengalami kesulitan untuk

BAK dapat digunakan pispot diatas tempat tidur, tetapi meskipun sedapat

1
mungkin dihindari, kateterisasi lebih baik dilakuakn dari pada terjadi

infeksi saluran kemih akibat urine yagn tertahan (Wiknjosastro;2011).

Sedangkan buang air besar akan sulit karena ketakutan akan rasa

sakit, takut jahitan terbuka atau karena adanya haemorroid (wasir).

obstipasi pada 3 hari post partum adalah fisiologis. Bila melebihi dapat

dibantu dengan mobilisasi dini, mengkonsumsi makanan tinggi serat dan

cukup minum (Mellyana, 2008).

5) Kebersihan diri

Pada masa nifas dianjurkan untuk menjaga kebersihan diri secara

keseluruhan untuk menghindari infeksi, baik pada luka jahitan maupun

kulit seluruh tubuh.

Pakaian sebaiknya pakaian terbuat dari bahan yang mudah menyerap

keringat karena produksi keringat menjadi banyak. Produksi keringat yang

tinggi berguna untuk menghilangkan ekstra volume saat hamil. Sebaiknya,

pakaian agak longgar di daerah dada sehingga payudara tidak tertekan dan

kering. Demikian juga dengan pakaian dalam, agar tidak terjadi iritasi

(lecet) pada daerah sekitarnya akibat lochea.

a. Kebersihan rambut : Setelah bayi lahir, ibu mungkin akan mengalami

kerontokan rambut akibat gangguan perubahan hormon sehingga keadaannya

menjadi lebih tipis dibandingkan keadaan normal. Jumlah dan lamanya

kerontokan berbeda-beda antara satu wanita dengan wanita yang lain.

Meskipun demikian, kebanyakan akan pulih setelah beberapa bulan. Cuci

rambut dengan conditioner yang cukup, lalu menggunakan sisir yang lembut.

Hindari penggunaan pengering rambut.

1
b. Kebersihan kulit : Setelah persalinan, ekstra cairan tubuh yang dibutuhkan saat

hamil akan dikeluarkan kembali melalui air seni dan keringat untuk

menghilangkan pembengkakan pada wajah, kaki, betis, dan tangan ibu. oleh

karena itu, dalam minggu-minggu pertama setelah melahirkan, ibu akan

merasakan jumlah keringat yang lebih banyak dari biasanya. Usahakan mandi

lebih sering dan jaga agar kulit tetap kering (Mellyana, 2008).

c. Kebersihan vulva dan sekitarnya

 Mengajarkan ibu membersihkan daerah kelamin dengan cara membersihkan

daerah di sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang, baru

kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Bersihkan vulva setiap kali

buang air kecil atau besar.

 Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut apabila

pembalut sudah penuh sehingga perlu diganti. Kain dapat digunakan ulang

jika telah dicuci dengan baik dan dikeringkan di bawah matahari atau

disetrika.

 Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan

sesudah membersihkan daerah kelaminnya.

 Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu

untuk menjaga kebersihan luka. Menurut penelitian, perawatan luka

perineum tanpa perlu menggunakan antiseptic jenis apapun, hanya dengan

menjaga kebersihan daerah luka perineum.

6) Exercise/Latihan

Latihan setelah melahirkan dilakukan untuk memperlancar

sirkulasi darah dan mengembalikan otot-otot yang kendur, terutama rahim

1
dan perut yang memuai saat hamil. Latihan untuk ibu primi dapat

dilakukan setelah 2 x 24 jam post partum, untuk ibu multi dapat dilakukan

setelah 1 x 24 jam post partum. Latihan tertentu beberapa menit setiap hari

sangat membantu, seperti:

a. Dengan tidur terlentang dengan lengan di samping, menarik otot perut selagi

menarik nafas ke dalam dan angkat dagu ke dada: tahan satu hitungan sampai

5. Rileks dan ulangi sebanyak 10 kali.

b. Untuk memperkuat tonus otot jalan lahir dan dasar panggul (latihan Kegel).

c. Berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot-otot, pantat dan pinggul

dan tahan sampai 5 hitungan. Kendurkan dan ulangi latihan sebanyak 5 kali.

d. Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan (Mellyana,

2008).

7) Dukungan

Ibu pada masa nifas membutuhkan dukungan emosional dan

psikologis dari pasangan dan keluarga mereka, yang bisa memberikan

dukungan dengan jalan membantu dalam menyelesaikan tugas-tugas di

rumah agar ibu mempunyai lebih banyak waktu untuk mengasuh bayinya.

Cegah timbulnya pertentangan dalam hubungan keluarga yang

menimbulkan perasaan kurang menyenangkan dan kurang bahagia. Ibu

dalam masa nifas bisa merasa takut, oleh karena itu ia akan memerlukan

dukungan dan dorongan dengan perasaan ketidakmampuan serta rasa

kehilangan hubungan yang erat dengan suaminya (Mellyana, 2008).

8) Perawatan Payudara dan Pijat Oksitosin

a. Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama puting susu.

1
b. Menggunkan BH yang menyokong payudara.

c. Apabila puting susu lecet oleskan kollostrum atau ASI yang keluar pada

sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui. Meyusui tetap dilakukan

muai dari puting susu yang tidak lecet.

d. Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI

dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok.

e. Apabila payudara bengkak akibat pembendungan ASI, lakukan:

f. Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat selama

5 menit.urut payudara dari arah pangkal menuju puting atau gunkana sisir

untuk mengurut payudara dengan arah menuju puting.

g. Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga puting susu

menjadi lunak.

h. Susukan bayi setiap 2-3 jam atau sesuai kebutuhan bayi. Apabila tidak dapat

mengisap seluruh ASI sisanya keluarkan dengan tangan.

i. Bersihkan payudara setelah menyusui (Mellyana, 2008).

Pelaksanaan pijat oksitosin mirip dengan pelaksanaan masase

punggng. Pada umumnya masase punggung memiliki kemampuan untuk

menghasilkan respon relaksasi. Hasil riset yang lain menyatkan bahwa

gosokan punggung sederhana selama tiga enit dapat meningkatkan

kenyamanan dan relaksasi klien serta memiliki efek positif parameter

kardiovaskuler (Kevinrestu; 2010).

Pada rangkaian perawatan payudara, pijat oksitosin merupakan cara

menstimulasi refleks oksitosin pada wal laktasi. Dilakukan dengan

1
gerakan memijit secara berputar pada punggung di tepi tulang belakang ke

atas dank e bawah, masing – masing minimal 10 kali (Nugrahanti; 2010)

9) Hubungan Seksual

Sarankan secara fisik untuk memulai hubungan seksual begitu darah

merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya kedalam

vagina tanpa rasa nyeri, luka jahitan perineum sembuh dan tidak ada rasa

tidak nyaman, aman untuk memulai melakukan hubungan seksual kapan

saja klien siap (Mellyana, 2008).

10) Keluarga Berencana (KB)

Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan bagaimana

mereka ingin merencanakan tentang keluarganya. Idealnya pasangan

menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun untuk kehamilan berikutnya.

Meskipun beberapa metode KB mengandung risiko, akan tetapi

menggunakan kontrasepsi lebih aman. Sarankan kapan metode KB itu

dapat dimulai, digunakan untuk wanita pasca persalinan dan menyusui

(Mellyana, 2008).

2.1.6 Tanda Bahaya Masa Nifas

Tanda bahaya pada masa nifas, yaitu :

a. Perdarahan lewat jalan lahir

b. Keluar cairan berbau dari jalan lahir

c. Demam lebih dari 2 hari suhunya lebih dari 37,5⁰C

d. Bengkak pada muka, tangan, kaki, disertai sakit kepala dan kejang

e. Nyeri atau panas di daerah tungkai

f. Payudara bengkak, berwarna kemerahan dan sakit serta putting susu lecet.

1
g. Ibu mengalami depresi antara lain : menangis tanpa sebab dan tidak peduli

terhadap bayinya.

(PUSDIKNAKES, WHO, 2009)

2.1.7 Kunjungan Masa Nifas

Kunjung Waktu Tujuan

an

1 6 – 8 jam  Mencegah perdarahan karena atonia uteri

Post partum  Mendeteksi dan mengatasi penyebab lain perdarahan

 Konseling pada ibu atau keluarga bagaimana mencegah

perdarahan karena atonia uteri

 Pemberian ASI awal

 Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir

 Menjaga bayi tetap hangat

 Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tingga

dengan ibu selama 2 jam pertama post partum atau sampai

1
kondisi ibu dan bayi stabil

2 6 hari post  Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus

partum berkontraksi, fundus di bawah umbilicus, tidak ada

perdarahan abnormal dan berbau

 Menilai tanda – tanda demam, infeksi atau perdarahan

abnormal

 Memastikan ibu cukup nutrisi dan istirahat

 Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada

penyulit

 Memberi konseling mengenai asuhan pada bayi

3 2 minggu Sama seperti 6 minggu post partum

post partum

4 6 minggu  Menanyakan pada ibu tentang penyulit pada ibu dan bayi

post partum  Konseling KB

1
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN POST PARTUM PADA NY ”P” P2A0

DI PUSKESMAS MAKALE

07 MARET 2021

Nomor Register : 9768/1777

Tanggal Masuk : 06 Maret 2021 Jam 21.50 WITA

Tanggal Pengkajian : 07 Maret 2021 Jam 11.30 WITA

LANGKAH I. IDENTIFIKASI DATA DASAR

A. IDENTITAS ISTRI/ SUAMI

1
NAMA : Ny. P / Tn. J

UMUR : 32 Tahun / 37 tahun

AGAMA : Islam / Islam

SUKU/BANGSA : Makassar / Bugis

PENDIDIKAN : SD / SMP

PEKERJAAN : IRT / Wiraswasta

ALAMAT : Kelurahan Ariang

B. RIWAYAT KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS YANG LALU

Ha Persalinan Nifas Keadaa

mil n Anak

ke-

Tahun Cara Penolo BB/ Lakt Kelai Sehat

Persalinan Persali ng PB asi nan

nan persali Lahir

nan

1 2019 Norma Bidan 2500 Ya - Sehat/

l gr/46 hidup

cm

2 PERSALI Norma Bidan 2500 Ya - Sehat /

NAN l gr/46 hidup

1
SEKARA cm

NG

C. RIWAYAT KEHAMIILAN SEKARANG

1. P2A0

2. HPHT : 07 Juni 2020

3. Periksa Trimester I : 1 Kali

Periksa Trimester II : 1 Kali

Periksa Trimester III :

4. TT 3 pada umur kehamilan 27 minggu (11/12/2020) di Puskesmas

Makale

D. RIWAYAT KONTRASEPSI

Jenis yang digunakan : Suntik 3 bulan

Lama Pemakaian : 8 Bulan

E. RIWAYAT KESEHATAN LALU DAN SEKARANG

Tidak ada riwayat penyakit jantung, TBC, DM, Hipertensi, penyakit

keturunan, penyakit menular, penyakit kulit dan tidak alergi makanan dan

obat – obatan.

F. RIWAYAT PSIKOSOSIAL,EKONOMI DAN SPIRITUAL

1) Kehamilan yang ini direncakan.

1
2) Pengambilan keputusan dalam keluarga dan biaya dalam persalinan

adalah suami.

3) Hubungan dengan keluarga baik

4) Ibu rajin melaksanakan ibadah sesuai dengan agamanya

5) Ibu mengatakan tidak khawatir dengan masa nifasnya

6) Keadaan anak pertama sehat yang menjaga selama persalinan adalah

suami

7) Yang menemani / merawat ibu selama di Puskesmas adalah suami

8) Pembiayaan persalinan ibu menggunakan BPJS

G. KEBUTUHAN SEHARI – HARI

No KEBUTUHAN SEBELUM SELAMA

. SEHARI- HAMIL HAMIL

HARI

1. Nutrisi - Makan 3 kali Tidak ada perubahan

Ibu sudah sehari

makan dan gizi - Jenis makanan :

telah terpenuhi Nasi, Sayur,

buah, Lau Pauk

- Minum 7 - 8

gelas/Hari

1. Eliminasi - Frekwensi BAK Tidak ada perubahan

1
Ibu belum 4-5 kali

BAB dan sehariwarna

sudah BAK 3x kuning muda

- BAB teratur

setiap hari

warna kuning

(lembek).

3. Personal - Frekwensi Tidak ada perubahan

Higyene mandi 2 kali

Ibu sudah sehari

mandi, - Keramas 3 kali

mengganti seminggu

pembalut 2 - Sikat gigi 2 kali

kali, sehari

banyaknya - Ganti pakaian 2

darah ± 100cc kali sehari.

4 Istirahat - Tidur siang 1-2 Tidak ada perubahan

Ibu dapat Jam sehari

beristrahat - Tidur malam 7-

dengan cukup 8 Jam sehari

H. PEMERIKSAAN FISIK

1) Keadaan umum ibu baik

1
2) Kesadaran komposmentis

3) Tanda-Tanda Vital

TD : 116/80 mmHg

Nadi : 76x/manit

Pernafasan : 18x/menit

Suhu : 36,6 ° C

4) Pengukuran

TB : 151 Cm

BB : 53 Kg

5) Kepala dan Leher

Edema wajah : Tidak ada

Cloasma gravidarum : Tidak ada

Mata : Konjungtiva merah muda, sclera tidak kuning

Mulut :Lidah bersih, ada gigi berlubang dan tonsil tidak meradang

Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar thyroid dan limfe

6) Payudara

Payudara : Tidak ada benjolan

Bentuk : Simetris

Aerola mamae : Hiperpigmentasi

Putting susu : Menonjol

Kolostrum/ASI : Ada

7) Abdomen

Inspeksi : Simetris

Palpasi : Uterus teraba keras dan bulat (globular), TFU 2 jari di

1
bawah pusat.

Auskultasi: Bising usus (+)

8) Genitalia

Tampak pengeluaran lochea rubra, tidak tampakluka jahitan dan

tidak ada varices.

9) Ekstermitas

Edema : Tidakada

Varices : Tidakada

LANGKAH II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/ MASALAH AKTUAL

P2A0, Post Partum Normal <24jam

LANGKAH III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL

TIDAK ADA DATA PENUNJANG

LANGKAH IV. TINDAKAN SEGERA/KOLABORASI

TIDAK ADA DATA PENUNJANG

LANGKAH V. RENCANA ASUHAN KEBIDANAN

RENCANA TINDAKAN :

1. Ciptakan suasana akrab dengan pasien

Rasional : Agar terjadi hubungan saling percaya antara klien dan Bidan.

2. Beritahu ibu hasil pemeriksaan

1
Rasional : Dengan memberikan penjelasan yang baik, ibu dapat

mengetahui keadaannya dan menerima setiap anjuran yang diberikan.

3. Berikan HE dan penyuluhan tentang

a. Gizi Ibu Menyusui

Rasional : Konsumsi gizi seimbang dapat mencukupi bayi melalui

konsumsi ASI dari ibu

b. Istirahat yang cukup

Rasional : Dapat memberikan relaksasi dan memulihkan tenaga ibu

pasca persalinan.

c. Perawatan Payudara

Rasional : Dengan melakukan perawatan payudara maka sirkulasi ASI

lancar sehingga kebutuhan bayi terpenuhi

d. Personal Hygiene

Rasional : Untuk menjaga kebersihan dan merupakan salah satu

pencegahan infeksi.

e. Keluarga Berencana

Rasional : Untuk mengatur jarak kehamilan berikutnya

4. Diskusi dengan Ibu tentang tanda bahaya masa nifas : demam tinggi

selama 2 hari, keluar darah banyak dari jalan lahir, keluar cairan berbau

dari jalan lahir, nyeri pada payudara, perasaan sedih berlebihan,susah

BAK.

Rasional : Ibu dapat mengetahui tanda-tanda bahaya masa nifas yang

mungkin terjadi dan secepatnya dapat menghubungi petugas kesehatan

apabila terjadi komplikasi.

1
5. Beri support ibu dan keluarga : merawat bayi, menyusui bayi dan menjaga

proses penyembuhan masa nifas

Rasional : Agar ibu siap menghadapi masalah dalam masa nifas dan

menyusui bayi.

6. Bangun kepercayaan ibu untuk melapor ke Bidan jika ada keluhan

Rasional : Agar dapat ditindaki segera bila ada kelainan / masalah pada ibu

atau bayi

LANGKAH VI. IMPLEMENTASI ASUHAN KEBIDANAN

Tanggal 07 Maret 2021 Jam 11.15 WITA

1. Menciptakan suasana akrab dengan pasien

Hasil : Ibu tidak segan dalam bertanya

2. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada bahwa masa nifasnya

berlangsung normal, keadaan bayi dan Ibu baik.

Hasil : Ibu dapat memahami.

3. Memberikan HE dan penyuluhan tentang

a. Gizi ibu menyusui yaitu mengkonsumsi jenis makanan yang beraneka

ragam yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan

mineral.

b. Istirahat yag cukup yaitu : Tidur siang 1-2 jam, tidur malam 7-8 jam.

c. Perawatan Payudara

1
d. Personal Hygiene : Mandi dengan teratur, sikat gigi 2 kali sehari, ganti

pakaian setiap kali basah atau kotor.

e. Keluarga Berencana : Untuk mengatur jarak kehamilan berikutnya

disarankan memilih alat kontrasepsi jangka panjang.

4. Mendiskusikan dengan ibu tentang tanda bahaya masa nifas yaitu. demam

tinggi selama 2 hari, keluar darah banyak dari jalan lahir, keluar cairan

berbau dari jalan lahir, nyeri pada payudara, perasaan sedih berlebihan,

susah BAK

Hasil : Ibu mengerti dan memahami tanda bahaya masa nifas..

5. Memberikan support kepada ibu dan keluarga : merawat bayi, menyusui

bayi, dan menjaga proses penyembuhan masa nifas

Hasil : Ibu telah menerima dan memahami kondisi masa nifasnya.

6. Membangun kepercayaan ibu untuk melaporkan ke bidan jika ada keluhan

Hasil : Ibu bersedia melapor bila ada keluhan yang dirasakan.

LANGKAH VII. EVALUASI

Tanggal 07 Maret 2021 Jam 11.30 WITA

1. Ibu merasa nyaman.

2. Ibu senang mendengar bahwa masa nifasnya berlangsung normal dan

keadaan bayinya baik.

3. Ibu akan mengkonsumsi makanan bergizi seimbang, istirahat yang cukup,

melakukan perawatan payudara, menjaga kebersihan diri sesuai yang

dianjurkan, dan maumengikuti program keluarga berencana.

1
4. Ibu akan segera periksa di rumah sakit atau tenaga kesehatan terdekat

apabila mengalami salah satu dari tanda bahaya masa nifas tersebut.

5. Ibu merasa senang atas support yang di berikan

6. Ibu bersedia untuk melaporkan bila ada keluhan / masalah yang dialami

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN

POST PARTUM PADA NY ”P” P2A1

DI PUSKESMAS MAKALE

07 MARET 2021

Nomor Register : 9768/1777

Tanggal Masuk : 06 Maret 2021 Jam 21.50 WITA

Tanggal Pengkajian : 07 Maret 2021 Jam 11.30 WITA

Data Subyektif

IDENTITAS ISTRI/ SUAMI

NAMA : Ny. P / Tn. J

1
UMUR : 32 Tahun / 37 tahun

AGAMA : Islam / Islam

SUKU/BANGSA : Makassar / Bugis

PENDIDIKAN : SD / SMP

PEKERJAAN : IRT / Wiraswasta

ALAMAT : Kelurahan Ariang

DATA SUBJEKTIF

Ibu mengatakan melahirkan tanggal 7 Maret 2021 jam 01.30 wita, ibu

mengatakan nyeri perut bagian bawah

DATA OBJEKTIF

P2 A0 Partus tanggal 7 maret 2021, ku ibu baik, kesadaran komposmentis,

kontraksi uterus baik, dan teraba keras dan bundar. TFU 2 jari bawah pusat,

perdarahan ± 150 cc ( 2 kali ganti pembalut), lochia rubra.

TTV

T. :116/80 mmhg

Nadi : 76x/menit

Pernapasan : 18x/menit

Suhu : 36,60 C

ASESMENT

Diagnosa : Post partum <24 jam dengan nyeri perut bagian bawah

PLANNING

Tanggal 7 maret 2021 jam 11.15 WITA

1
1. Ciptakan suasana akrab dengan pasien

2. Beritahu ibu hasil pemeriksaan

3. Berikan HE dan penyuluhan

4. Diskusi dengan Ibu tentang tanda bahaya masa nifas

5. Beri support ibu dan keluarga

6. Bangun kepercayaan ibu untuk melapor ke Bidan jika ada keluhan

IMPLEMENTASI

1. Menciptakan suasana akrab dengan pasien

2. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan

3. Memberikan HE dan penyuluhan

4. Mendiskusikan dengan Ibu tentang tanda bahaya masa nifas

5. Memberi support ibu dan keluarga

6. Mebangun kepercayaan ibu untuk melapor ke Bidan jika ada keluhan

EVALUASI

Tanggal 7 maret 2021 jam 11.30 WITA

1. Ibu merasa nyaman.

2. Ibu senang mendengar bahwa masa nifasnya berlangsung normal dan keadaan

bayinya baik.

3. Ibu akan mengkonsumsi makanan bergizi seimbang, istirahat yang cukup,

melakukan perawatan payudara, menjaga kebersihan diri sesuai yang

dianjurkan, dan mau mengikuti program keluarga berencana.

4. Ibu mengetahui tentang tanda-tanda bahaya masa nifas.

1
5. Ibu merasa senang atas support yang di berikan

6. Ibu bersedia untuk melaporkan bila ada keluhan / masalah yang dialami

BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan asuhan kebidanan yang dilakukan pada Ny. “P” P2A0

postpartum <24 jam dengan after pain, diperoleh data sebagai berikut :

Data subyektif yang diperoleh dari ibu, ibu menyatakan kemarin

tadi malam melahirkan anak yang kedua dan saat ini ibu merasa perutnya

mulas. Bila ditinjau dari tahapan masa nifas, maka Ny. “P” pada tahapan

puerperium dini, yakni yang terjadi pada setelah melahirkan hingga 40

hari postpartum. Keluhan yang ibu alami merupakan keluhan yang normal

atau fisiologis pada masa nifas. Keluhan ini timbul sebagai akibat adaptasi

tubuh ibu untuk kembali ke kondisi tidak hamil. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Varney (2008), bahwa pengertian masa nifas adalah masa dari

1
kelahiran plasenta dan selaput janin hingga kembalinya traktus reproduksi

wanita pada kondisi tidak hamil, bukan kondisi pra hamil.

Kontraksi pada uterus yang dirasakan oleh ibu yakni munculnya

rasa mulas merupakan proses involusi uterus. Involusi uterus adalah

kembalinya uterus pada keadaan sebelum hamil, baik dalam bentuk

maupun posisi. Involusi uterus adalah kembalinya uterus pada keadaan

sebelum hamil, baik dalam bentuk maupun posisi. Dalam proses involusi

uterus ini, terdapat efek oksitosin. Oksitosin menyebabkan terjadinya

kontraksi dan retraksi otot uterin (Cunningham, 2013). Teori ini sesuai

dengan kondisi Ny. “P”, yakni ditunjang hasil pemeriksaan fisik didapati

kontraksi uterus baik dan TFU berada 2 jari di bawah pusat.

Disamping keluhan yang ibu alami, pelayanan masa nifas

disesuaikan dengan kebutuhan ibu. Pada periode nifas dini, terdapat

beberapa kondisi yang perlu diperhatikan, antara lain : kesiapan menyusui,

memelihara fisik dan psikis, makanan yang bermutu dan istirahat yang

cukup. Seluruh kebutuhan ibu nifas ini telah diterapkan dengan intervensi

yang dilakukan oleh penulis.

Selanjutnya, kebutuhan ibu akan personal higiene juga telah

diberikan. Mengajarkan ibu membersihkan daerah kelamin dengan cara

membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke

belakang, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Bersihkan

vulva setiap kali buang air kecil atau besar.

1
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Masa nifas (puerperium) adalah masa pemulihan kembali, mulai dari

persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil.

Lama masa nifas 6-8 minggu (Sofian, 2013). Menurut Saifuddin (2008),

masa nifas di mulai sejak 1 jam setelah lahirnya placenta sampai dengan 6

minggu (40 hari) setelah itu.

2. Asuhan yang dilakukan bertujuan untuk memandirikan klien dalam

menghadapi masa nifas.

1
3. Asuhan berkesinambungan yang diberikan didokumentasikan dengan 7

Langkah Varney

5.2 Saran

1. Bagi institusi

Diharapkan dapat menambah kepustakaan yang telah dimiliki dan

diharapkan dapat menambah kajian baru serta dapat dijadikan rujukan

untuk penyusunan laporan yang akan datang

2. Bagi tempat praktik

Dapat menjadikan laporan ini sebagai bahan masukan dalam

meningkatkan kualitas pelayanan dan selalu berperan aktif terhadap proses

penelitian dan pendidikan.

3. Bagi mahasiswa

Dapat menjadikan laporan ini sebagai pertimbangan dasar atau bahan data

untuk menyusun laporan yang akan datang.

1
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham. 2014. Obstetri Williams. EGC. Jakarta

Fraser D., 2009. Myles Buku Ajar Bidan. EGC. Jakarta.

Manuaba IBG, Manuaba IAC, Manuaba IBGF. 2008. Pengantar Kuliah Obstetri.

EGC. Jakarta.

Mochtar, Rustam (2011) Sinopsis Obstetri. Jilid Satu, Edisi Tiga. Jakarta : EGC

Prawirohardjo S,. 2008. Ilmu kebidanan. YBP-SP. Jakarta.

Prawirohardjo S,. 2010. Pelayanan Kesehatan maternal dan neonatal. YBP-SP.

Jakarta.

Saifuddin A.B. 2008. Buku acuan nasional pelayanan maternal dan neonatal.

YBP-SP. Jakarta.

1
LAMPIRAN

1
1

Anda mungkin juga menyukai