Disusun Oleh :
Dosen Pembimbing :
T.A 2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa ,atas segala kebesaran
dan limpahan nikmat yang diberikan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah berjudul “Pengorganisasian Asuhan Praktik Kebidanan”.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR……………………………………………………………………ii
DAFTAR ISI………………………………………………..................................iii
Bab I Pendahuluan………………………………………………………………...1
A. Latar Belakang…………………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………....2
C. Tujuan Penelitian………………………………………………………….2
Bab II Pembahasan………………………………………………………………..3
A. Pengertian Organisasi...................................................................................3
B. Manajemen Kebidanan Menurut Narvey………………………………….5
C. Pelayanan Kebidanan……………………………………………………...8
D. Pelayanan Kebidanan Mandiri atau Primer………………………………..9
E. Pelayanan Kebidanan Kolaborasi………………………………………..21
F. Pelayanan Kebidanan Rujukan…………………………………………..28
A. Kesimpulan………………………………………………………………41
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...43
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Organisasi
Organisasi adalah suatu kelompok orang yang bekerja sama untuk
tujuan bersama. Sedangkan secara terperinci pengertian organisasi
adalah sebagai tempat atau wadah untuk orang berkumpuldan berkerja
sama secara rasional dan sistematis, terencana, terpimpin, dan
terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya baik uang, metode,
material, dan lingkungan, dan sarana-prasarana, data dan lain
sebagainya yang digunakan secara efisen dan efektif untuk mencapai
tujuan organisasi.
3
Pengertian Organisasi Menurut Definisi Para Ahli
1. Stoner, Menurutnya pengertian organisasi adalah suatu pola
hubungan-hubungan melalui mana orang-orang dibawah pengarahan
atasan mengejar tujuan bersama.
2. Stephen P. Robbins, Menurut definisinya, pengertian organisasi
adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar,
dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja
atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan
bersama atau sekelompok tujuan.
3. James D. Mooney, Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan
manusia untuk mencapai tujuan bersama.
4. Chester I. Bernard, Menyatakan bahwa organisasi adalah suatu
sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.
5. Drs. H. Malayu S,P, Hasibuan, menurutnya pengertian organisasi
adalah sebagai proses penentuan, pengelompokan, dan pengaturan
bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan
bersama.
6. Max Weber, menurut pendapatnya pengertian organisasi adalah
suatu kerangka hubungan terstruktur yang didalmnya terdapat
wewenang, dan tanggung jawab serta pembagian kerja menjalankan
sesuatu fungsi tertentu.
7. Prof. Dr. Sondang P. Siagian adalah setiap bentuk persekutuan
antara dua orang / lebih yang saling bekerjasama serta terikat secara
formal dalam rangka melakukan pencapaian tujuan yang sudah
ditentukan dalam ikatan yang ada pada seseorang atau beberap orang
yang dikenal sebagai atasan dan seorang atau kelompok orang yang
dikenal sebagai bawahan.
4
B. Manajemen Kebidanan Menurut Narvey
– Riwayat kesehatan
5
Perasaan takut tidak termasuk dalam kategori “nomenklatur
standar diagnosa” tetapi tentu akan menciptakan suatu masalah yang
membutuhkan pengkajian lebih lanjut dan memerlukan suatu perencanaan
untuk mengurangi rasa sakit.
6
Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan dievaluasi.
Beberapa data mungkin mengindikasikan situasi yang gawat dimana bidan
harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak
(misalnya, perdarahan kala III atau perdarahan segera setelah lahir,
distocia bahu, atau nilai APGAR yang rendah). Dari data yang
dikumpulkan dapat menunjukan satu situasi yang memerlukan tindakan
segera sementara yang lain harus menunggu intervensi dari seorang
dokter, misalnya prolaps tali pusat. Situasi lainya bisa saja tidak
merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi
dengan dokter.
7
Langkah VI (keenam) : Melaksanakan Perencanaan
C. Pelayanan Kebidanan
8
D. Pelayanan Kebidanan Mandiri atau Primer
9
2. Memberi pelayanan dasar pada anak remaja dan wanita
pernikahan dengan melibatkan klien:
10
4. Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa
persalinan dengan melibatkan klien atau keluarga :
11
5. Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir:
12
7. Memberi asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang
membutuhkan pelayanan keluarga berencana:
13
9. Memberi asuhan kebidanan pada bayi, balita dengan
melibatkan keluaarga:
14
Syarat praktik bidan mandiri Permenkes No.28 tahun 2017 :
Bab I
Ketentuan Umum
Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :
1. Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan
yang telah teregistrasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
2. Praktik Kebidanan adalah kegiatan pemberian pelayanan yang
dilakukan oleh Bidan dalam bentuk asuhan kebidanan.
3. Surat Tanda Registrasi Bidan yang selanjutnya disingkat STRB adalah
bukti tertulis yang diberikan oleh Pemerintah kepada Bidan yang telah
memiliki sertifikat kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
4. Surat Izin Praktik Bidan yang selanjutnya disingkat SIPB adalah bukti
tertulis yang diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota kepada
Bidan sebagai pemberian kewenangan untuk menjalankan praktik
kebidanan.
5. Praktik Mandiri Bidan adalah tempat pelaksanaan rangkaian kegiatan
pelayanan kebidanan yang dilakukan oleh Bidan secara perorangan.
6. Instansi Pemberi Izin adalah instansi atau satuan kerja yang ditunjuk
oleh pemerintah daerah kabupaten/kota untuk menerbitkan izin sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
7. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik
promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.
8. Organisasi Profesi adalah wadah berhimpunnya tenaga kesehatan bidan
di Indonesia.
15
9. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang
kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh
Wakil Presiden dan menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
10. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan daerah otonom.
11. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang kesehatan.
BAB II
PERIZINAN
Pasal 2
Dalam menjalankan Praktik Kebidanan, Bidan paling rendah
memiliki kualifikasi jenjang pendidikan diploma tiga kebidanan.
Pasal 3
1. Setiap Bidan harus memiliki STRB untuk dapat melakukan praktik
keprofesiannya.
2. STRB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh setelah Bidan
memiliki sertifikat kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
3. STRB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama 5 (lima)
tahun.
4. Contoh surat STRB sebagaimana tercantum dalam formulir II yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 4
STRB yang telah habis masa berlakunya dapat diperpanjang
selama memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
16
Pasal 5
1. Bidan yang menjalankan praktik keprofesiannya wajib memiliki SIPB.
2. SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada Bidan
yang telah memiliki STRB.
3. SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku untuk 1 (satu)
Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
4. SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama STR Bidan
masih berlaku, dan dapat diperpanjang selama memenuhi persyaratan.
Pasal 6
1. Bidan hanya dapat memiliki paling banyak 2 (dua) SIPB.
2. Permohonan SIPB kedua, harus dilakukan dengan menunjukan SIPB
pertama.
Pasal 7
1. SIPB diterbitkan oleh Instansi Pemberi Izin yang ditunjuk pada
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
2. Penerbitan SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
ditembuskan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota.
3. Dalam hal Instansi Pemberi Izin merupakan dinas kesehatan
kabupaten/kota, Penerbitan SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak ditembuskan.
17
Pasal 8
1. Untuk memperoleh SIPB, Bidan harus mengajukan permohonan kepada
Instansi Pemberi Izin dengan melampirkan:
a. Fotokopi STRB yang masih berlaku dan dilegalisasi asli;
b. Surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki surat izin
praktik;
c. Surat pernyataan memiliki tempat praktik;
d. surat keterangan dari pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
tempat Bidan akan berpraktik;
e. pas foto terbaru dan berwarna dengan ukuran 4X6 cm sebanyak
3 (tiga) lembar;
f. rekomendasi dari kepala dinas kesehatan kabupaten/kota
setempat; dan
g. rekomendasi dari Organisasi Profesi.
2. Persyaratan surat keterangan dari pimpinan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan tempat Bidan akan berpraktik sebagaimana dimaksud pada ayat
huruf d dikecualikan untuk Praktik Mandiri Bidan.
3. Dalam hal Instansi Pemberi Izin merupakan dinas kesehatan
kabupaten/kota, persyaratan rekomendasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf f tidak diperlukan.
4. Untuk Praktik Mandiri Bidan dan Bidan desa, Rekomendasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f dikeluarkan oleh dinas
kesehatan kabupaten/kota setelah dilakukan visitasi penilaian pemenuhan
persyaratan tempat praktik Bidan.
5. Contoh surat permohonan memperoleh SIPB sebagaimana tercantum
dalam formulir III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
6. Contoh SIPB sebagaimana tercantum dalam formulir IV yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
18
Pasal 9
1. Dalam jangka waktu paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak
berkas permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1)
diterima dan dinyatakan lengkap, Instansi Pemberi Izin harus
mengeluarkan SIPB sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
2. Pernyataan lengkap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan
dengan surat tanda penerimaan kelengkapan berkas.
Pasal 10
SIPB dinyatakan tidak berlaku dalam hal:
a. tempat praktik tidak sesuai lagi dengan SIPB;
b. masa berlaku STRB telah habis dan tidak diperpanjang;
c. dicabut oleh pejabat yang berwenang memberikan izin; atau
d. Bidan meninggal dunia.
Pasal 11
1. Bidan warga negara asing yang akan menjalankan Praktik Kebidanan di
Indonesia harus memiliki sertifikat kompetensi, STR sementara, dan SIPB.
2. Sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh
Bidan warga negara asing setelah lulus evaluasi kompetensi.
3. Evaluasi kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh STR sementara.
4. Untuk memperoleh SIPB, Bidan warga negara asing harus melakukan
permohonan kepada Instansi Pemberi Izin dan memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1).
5. Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bidan warga
negara asing harus memenuhi persyaratan lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
19
Pasal 12
STR sementara dan SIPB bagi Bidan warga negara asing
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 berlaku selama 1 (satu) tahun dan
dapat diperpanjang hanya untuk 1 (satu) tahun berikutnya.
Pasal 13
1. Bidan warga negara Indonesia lulusan luar negeri yang akan melakukan
Praktik Kebidanan di Indonesia harus memiliki STRB dan SIPB.
2. STRB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh setelah
melakukan proses evaluasi kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
3. Untuk memperoleh SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bidan
warga negara Indonesia lulusan luar negeri harus melakukan permohonan
kepada Instansi Pemberi Izin dan memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1).
20
E. Pelayanan Kebidanan Kolaborasi
21
2. Memberi asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan resiko
tinggi dan pertolongan pertama pada kegawatan yang
memerlukan tidakan kolaborasi:
22
3. Memberi asuhan kebidanan pada ibu masa persalinan dengan
resiko tinggi dan keadaan kegawatan yang memerlukan
pertolongan utama dengan tindakan kolaborasi dengan
melibatkan klien dan keluarga:
23
4. Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan
resiko tinggi dan pertolongan pertama dalam kegawat
daruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan klien
dan keluarga :
24
5. Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan
resiko tinggi dan yang mengalami komplikasi serta kegawat
daruratan yang memerlukan pertolongan pertama dengan
tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga:
25
6. Memberi asuhan kebidanan pada balita dengan resiko tinggi
dan yang mengalami komplikasi serta kegawatdaruratan yang
memerlukan tindakan kolaborasi dengan melibatkan keluarga.
26
Perkembangan Proses Kolaborasi
27
3. Pola yang ketiga lebih berpusat pada pasien. Sesama pemberi pelayanan
harus dapat bekerja sama, begitu juga dengan pasien. Model ini berbentuk
melingkar. Menekankan kontinuitas dan kondisi timbal balik satu sama
lain. Tidak ada satu pemberi pelayanan yang mendominasi secara terus
menerus.
28
1. Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan
kebidanan sesuai fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien
dan keluarga:
29
2. Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan
pada ibu yang hamil resiko tinggi dan kegawatdaruratan:
30
4. Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan
pada ibu dalam masa nifas dengan penyulit dan kegawatan
dengan melibatkan klien dan keluarga:
31
6. Memberi asuhan kebidanan pada anak balita dengan
kelainan tertentu dan kegawatdaruratan yang memerlukan
konsultasi dan rujukan dengan melibatkan klien atau
keluarga:
32
Jenis – Jenis Rujukan
1. Rujukan Vertikal
33
b. Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih tinggi ke
tingkatan yg lebih rendah dilakukan apabila:
2. Rujukan Horizontal
34
Dalam merujuk, Bidan harus mempunyai informasi tentang:
Langkah-langkah merujuk
35
5. Persiapan penderita. Sebelum dikirim keadaan umum penderita harus
diperbaiki terlebih dahulu atau dilakukan stabilisasi. Keadaan umum ini
perlu dipertahankan selama dalam perjalanan. Surat rujukan harus
dipersiapkan sesuai dengan format rujukan dan seorang bidan harus
mendampingi penderita dalam perjalanan sampai ke tempat rujukan.
9. Bagi penderita yang memerlukan tindak lanjut tapi tidak melapor, maka
perlu dilakukan kunjungan rumah.
a. puskesmas pembantu
a. puskesmas pembantu
Dapat langsung merujuk ke rumah sakit tipe D/C atau rumah sakit swasta
Dapat langsung merujuk ke rumah sakit tipe D. atau rumah sakit swasta
37
Persiapan – Persiapan Yang Harus Diperhatikan dalam Melakukan Rujukan
(BAKSOKUDA), yaitu:
1. B (Bidan):
2. A ( Alat ) :
3. K ( Keluarga ) :
4. S ( Surat ) :
Berikan surat ke tempat rujukan yang berisi identifikasi ibu (klien), alasan
rujukan, uraian hasil rujukan, asuhan atau obat – obat yang telah diterima
ibu ( klien )
5. O ( Obat ) :
6. K (Kendaraan) :
38
7. U ( Uang ) :
Ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk
membeli obat dan bahan – bahan kesehatan yang diperlukan di tempat
rujukan.
8. DA ( Donor Darah) :
39
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
2. Pelayanan kolaborasi :
a. Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan
kebidanan sesuai fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien
atau keluarga .
b. Memberi asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan resiko
tinggi dan pertolongan pertama pada kegawatan.
c. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu masa persalinan
dengan resiko tinggi dan keadaan kegawatanyang
memerlukan pertolongan pertama .
40
d. Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas
dengan resiko tinggi dan pertolongan pertama dalam keadaan
kegawatan .
e. Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan
resiko tinggi dan yang mengalami komplikasi, kegawatan dan
pertolongan pertama
f. Memberi asuhan kebidanan pada balita dengan resiko tinggi
dan yang mengalami komplikasi serta kegawatdaruratan.
3. Pelayanan Merujuk :
a. Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan
kebidanan sesuai dengan fungsi keterlibatan klien atau
keluarga.
b. Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan
pada ibu yang hamil resiko tinggi dan kegawatdaruratan.
c. Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan
pada masa persalinan dengan penyulit dan melibatkan klien
atau keluarga
d. Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan
pada ibu dalam masa nifas dengan penyulit melibatkan klien
dan keluarga
e. Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan
kelainan dan kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi
rujukan dengan melibatkan keluarga
f. Memberi asuhan kebidanan pada anak balita dengan kelainan
tertentu dan kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi
dan rujukan dengan melibatkan klien atau keluarga.
41
DAFTAR PUSTAKA
https://rizkaarmalena91.wordpress.com/2015/03/30/sistem-rujukan/
https://desmarvinda.wordpress.com/2017/04/16/sistem-rujukan-kebidanan/
42