Anda di halaman 1dari 45

MAKALAH KONSEP KEBIDANAN

“Pengorganisasian Asuhan Praktik Kebidanan”

Disusun Oleh :

1. Riska Putri P0 0340218 035


2. Riza Anggita Puji Lestari P0 0340218 036
3. Rizki Febriyanti P0 0340218 037
4. Rosalina Mike Putri P0 0340218 038
5. Selfitri Nofarida Putri RZ P0 0340218 039
6. Shella Purnamasari P0 0340218 040
7. Sri Rahayu P0 0340218 041
8. Thania Puji Astuti P0 0340218 042

Dosen Pembimbing :

Eva Susanti, SST, M.Keb

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU

PROGRAM STUDI DIPLOMA III CURUP

T.A 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa ,atas segala kebesaran
dan limpahan nikmat yang diberikan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah berjudul “Pengorganisasian Asuhan Praktik Kebidanan”.

Sehubungan dengan hal ini,kami mengucapkan terima kasih kepada


Bunda Eva selaku dosen mata kuliah Konsep Kebidanan yang telah membimbing
kami dalam menyelesaikan makalah ini.Kami juga berterimah kasih kepda semua
pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah membantu kami
dalam menyelesaikan laporan karya ilmiah ini.

Dalam penyusunan dan pembuatan makalah ini, kami menyadari


pengetahuan dan pengalaman penulis masih sangat terbatas. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak agar laporan karya ilmiah ini
lebih baik dan bermanfaat.

Curup, Agustus 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR……………………………………………………………………ii

DAFTAR ISI………………………………………………..................................iii

Bab I Pendahuluan………………………………………………………………...1

A. Latar Belakang…………………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………....2
C. Tujuan Penelitian………………………………………………………….2

Bab II Pembahasan………………………………………………………………..3

A. Pengertian Organisasi...................................................................................3
B. Manajemen Kebidanan Menurut Narvey………………………………….5
C. Pelayanan Kebidanan……………………………………………………...8
D. Pelayanan Kebidanan Mandiri atau Primer………………………………..9
E. Pelayanan Kebidanan Kolaborasi………………………………………..21
F. Pelayanan Kebidanan Rujukan…………………………………………..28

Bab III Penutup………………………………………………………………….41

A. Kesimpulan………………………………………………………………41

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...43

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bidan diakui sebagai tenaga professional yang bertanggung jawab dan


yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan
nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas, memimpin
persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru
lahir, dan bayi. Asuhan ini mencangkup upaya pencegahan, promosi persalinan
normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis atau
bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan kegawat-daruratan .

Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan


kesehatan, tidak hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan
masyarakat. Kegiatan ini harus mencakup pendidikan antenatal dan persiapan
menjadi orang tua serta dapat meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan
seksual atau kesehatan reproduksi dan asuhan anak.

Bidan dapat praktik diberbagai tatanan pelayanan , termasuk dirumah,


masyarakat, rumah sakit, klinik atau unit kesehatan lainnya. Dalam makalah ini
kami akan membahas pelayanan mandir, kolabolarisasi,dan rujukan yang menjadi
tanggungjawab seorang bidan.

1
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pelayanan mandiri yang dilakukan oleh seorang bidan


dalam pelayan asuhan kebidanan?
2. Bagaimana pelayanan kolaborasi yang dilakukan oleh seorang bidan
dalam pelayan asuhan kebidanan?
3. Bagaimana pelayanan rujukan yang dilakukan oleh seorang bidan
dalam pelayan asuhan kebidanan? .

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pelayanan mandiri yang dilakukan oleh seorang


bidan dalam pelayan asuhan kebidanan.
2. Untuk mengetahui pelayanan kolaborasi yang dilakukan oleh seorang
bidan dalam pelayan asuhan kebidanan.
3. Untuk mengetahui pelayanan rujukan yang dilakukan oleh seorang
bidan dalam pelayan asuhan kebidanan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

Pengorganisasian Asuhan Praktik Kebidanan

A. Pengertian Organisasi
Organisasi adalah suatu kelompok orang yang bekerja sama untuk
tujuan bersama. Sedangkan secara terperinci pengertian organisasi
adalah sebagai tempat atau wadah untuk orang berkumpuldan berkerja
sama secara rasional dan sistematis, terencana, terpimpin, dan
terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya baik uang, metode,
material, dan lingkungan, dan sarana-prasarana, data dan lain
sebagainya yang digunakan secara efisen dan efektif untuk mencapai
tujuan organisasi.

3
Pengertian Organisasi Menurut Definisi Para Ahli
1. Stoner, Menurutnya pengertian organisasi adalah suatu pola
hubungan-hubungan melalui mana orang-orang dibawah pengarahan
atasan mengejar tujuan bersama.
2. Stephen P. Robbins, Menurut definisinya, pengertian organisasi
adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar,
dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja
atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan
bersama atau sekelompok tujuan.
3. James D. Mooney, Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan
manusia untuk mencapai tujuan bersama.
4. Chester I. Bernard, Menyatakan bahwa organisasi adalah suatu
sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.
5. Drs. H. Malayu S,P, Hasibuan, menurutnya pengertian organisasi
adalah sebagai proses penentuan, pengelompokan, dan pengaturan
bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan
bersama.
6. Max Weber, menurut pendapatnya pengertian organisasi adalah
suatu kerangka hubungan terstruktur yang didalmnya terdapat
wewenang, dan tanggung jawab serta pembagian kerja menjalankan
sesuatu fungsi tertentu.
7. Prof. Dr. Sondang P. Siagian adalah setiap bentuk persekutuan
antara dua orang / lebih yang saling bekerjasama serta terikat secara
formal dalam rangka melakukan pencapaian tujuan yang sudah
ditentukan dalam ikatan yang ada pada seseorang atau beberap orang
yang dikenal sebagai atasan dan seorang atau kelompok orang yang
dikenal sebagai bawahan.

4
B. Manajemen Kebidanan Menurut Narvey

Manajemen Kebidanan Menurut Varney Ada 7, yaitu :

Langkah 1 Mengumpulkan Data

Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan


mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan
klien secara lengkap, yaitu:

– Riwayat kesehatan

– Pemeriksaan fisik pada kesehatan

– Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya

– Meninjau data laboratorium dan membandingkan dengan hasil studi

Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang


akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan
mengumpulkan data dasar awal yang lengkap. Bila klien mengalami
komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam manajemen
kolaborasi bidan akan melakukan konsultasi.

Langkah II (kedua): Interpretasi Data Dasar

Pada langkah ini dilakukan interpretasi data yang benar terhadap


diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang
benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah
dikumpulkan di interpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa
yang spesifik. Masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita yang
di identifikasikan oleh bidan. Masalah ini sering menyertai diagnosa.
Sebagai contoh yaitu wanita pada trimester ketiga merasa takut terhadap
proses persalinan dan persalinan yang sudah tidak dapat ditunda lagi.

5
Perasaan takut tidak termasuk dalam kategori “nomenklatur
standar diagnosa” tetapi tentu akan menciptakan suatu masalah yang
membutuhkan pengkajian lebih lanjut dan memerlukan suatu perencanaan
untuk mengurangi rasa sakit.

Langkah III (ketiga): Mengidentifikasikan Diagnosa atau Masalah


Potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasikan masalah atau diagnosa


potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat
bersiap-siap bila diagnosa atu masalah potensial benar-benar terjadi.

Langkah IV (keempat): Mengidentifikasi dan Menetapkan


Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan Segera

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter


dan/atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai kondisi klien. Langkah keempat mencerminkan
kesinambunagan dari proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen
bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja,
tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus menerus, misalnya
pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.

6
Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan dievaluasi.
Beberapa data mungkin mengindikasikan situasi yang gawat dimana bidan
harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak
(misalnya, perdarahan kala III atau perdarahan segera setelah lahir,
distocia bahu, atau nilai APGAR yang rendah). Dari data yang
dikumpulkan dapat menunjukan satu situasi yang memerlukan tindakan
segera sementara yang lain harus menunggu intervensi dari seorang
dokter, misalnya prolaps tali pusat. Situasi lainya bisa saja tidak
merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi
dengan dokter.

Langkah V(kelima) : Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh

Pada langkah ini direncanakan asuahan yang menyeluruh


ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan
kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini informasi/ data dasar yang
tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak
hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari
setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman
antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan
terjadi berikutnya apakah diberikan penyuluhan, konseling, dan apakah
merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial
ekonomi,kultur atau masalah psikologis. Semua keputusan yg
dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar-
benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang update serta sesuai
dengan asumsi tentang apa yang akan atau tidak akan dilakukan oleh klien.

7
Langkah VI (keenam) : Melaksanakan Perencanaan

Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang


telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan aman.
Perencanaan ini bisa dilakukan oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh
bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan yang lain.
Jika bidan tidak melakukanya sendiri ia tetap memikul tanggung jawab
untuk mengarahkan pelaksanaanya. Manajemen yang efisien akan
menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien.

Langkah VII (Terakhir) : Evaluasi

Pada langkah ke-7 ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan


yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah
benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan sebagaimana telah diidentifikasi
didalam masalah dan diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif
jika memang benar efektif dalam pelaksananya. Ada kemungkinan bahwa
sebagian rencana tersebut telah efektif sedang sebagian belum efektif.

C. Pelayanan Kebidanan

Pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung


jawab praktik profesi bidan dalam sistem pelayanan kesehatan yang
bertujuan meningkat kesehatan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan
kesehatan keluarga dan masyarakat. Sasaran pelayanan kebidanan adalah
individu, keluarga, dan masyarakat yang meliputi upaya peningkatan,
pencegahan, penyembuhan dan pemulihan.

8
D. Pelayanan Kebidanan Mandiri atau Primer

Pelayanan kebidanan mandiri atau primer adalah layanan bidan


kepada klien yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab bidan. Dalam
memberikan layanan ini bidan yang berkompeten harus tahu kapan
harus bertindak, kapan hanya memantau dengan ketat, kapan merujuk,
konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.

Pelayanan bidan mandiri meliputi:

1. Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan


kebidanan yang diberikan:

a. Mengkaji status kesehatan untuk memenuhi kebutuhan asuhan


klien.
b. Menetukan diagnosis.
c. Menyusun rencana tindakan sesuai dengan masalah yang
dihadapi.
d. Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah
disusun.
e. Mengevaluasi tindakan yang telah diberikan.
f. Membuat rencana tindak lanjut kegiatan atau tindakan.

9
2. Memberi pelayanan dasar pada anak remaja dan wanita
pernikahan dengan melibatkan klien:

a. Mengkaji status kesehatan dan kebutuhan anak remaja dan


wanita dalam masa pranikah..

b. Menentukan diagnosis dan kebutuhn pelayanan dasar .

c. Menyusun rencana tindakan atau layanan sebagai prioritas dasar


bersama klien.

d. Melaksanakan tindakan/layanan yang telah diberikan bersama


klien.

e. Mengevaluasi hasil tindakan/layanan.

f. Membuat rencana tindak lanjut tindakan/layanan bersama klien.

g. Membuat catatan dan pelaporan asuhan kebidanan.

3. Mengkaji asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan


normal:

a. Mengkaji status kesehatan klien yang dalam keadaan hamil

b. Menentukan diagnosis kebidanan dan kebutuhan kesehatan klien

c. Menyusun rencana asuhan kebidanan bersama klien sesuai


dengan prioritas masalah.

d. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai rencana yang telah


disusun.

e. Mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan bersama klien.

f. Membuat rencana tindak lanjut asuhan kebidanan bersama klien.

g. Membuat pencatatan dan pelaporan asuhan kebidanan yang telah


diberikan

10
4. Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa
persalinan dengan melibatkan klien atau keluarga :

a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidana pada klien dalam masa


persalinan.

b. Menentukan diagnosis dan kebutuhan asuhan kebidanan dalam


masa persalinan.

c. Menyusun rencana asuhan kebidana bersama klien dalam masa


persalinan.

d. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana yang


telah disusun.

e. Mengevaluasi bersama klien asuhan yang telah diberikan.

f. Membuat rencana tindakan pada ibu masa persalinan sesuai


prioritas.

g. Membuat asuhan kebidanan

11
5. Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir:

a. Mengkaji status kesehatan bayi baru lahir dengan melibatkan


keluarga.

b. Menentukan diagnosis dan kebutuhan asuhan kebidanan pada


bayi baru lahir.

c. Menyusun rencana asuhan kebidanan sesuai prioritas.

d. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana yang


telah dibuat.

e. Mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan.

f. Membuat rencana tidak lanjut.

g. Membuat rencana pencatatan dan laporan asuhan yang telah


diberikan.

6. Memberi asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas


dengan melibatkan klien atau keluarga:

a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu nifas.

b. Menentukan diagnosis dan kebutuhan asuhan kebidanan pada


masa nifas.

c. Menyusun rencana asuhan kebidanan berdasarkan prioritas


masalah.

d. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana.

e. Mengevaluasi bersama klien asuhan kebidanan yang telah


diberikan.

f. Membuat rencana tindak lanjut asuhan kebidanan bersama klien.

12
7. Memberi asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang
membutuhkan pelayanan keluarga berencana:

a. Mengkaji kebutuhan pelayanan keluarga berencana pada


pasangan usia subur (PUS) atau wanita usia subur (WUS).

b. Menentukan diagnosis dan kebutuhan pelayanan.

c. Menyusun rencana pelayanan KB sesuai prioritas masalah


bersama klien.

d. Melaksanakan asuhan sesuai dengan rencana yang telah dibuat.

e. Mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan.

f. Membuat rencana tindak lanjut pelayanan bersama klien.

g. Membuat pencatatan dan pelaporan.

8. Memberi asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan


sistem reproduksi dan wanita masa klimakterium dan
menopause:

a. Mengkaji status kesehatan dan kebutuhan asuhan klien,

b. Menentukan diagnosis, prognosis dan kebutuhan asuhan.

c. Menyusun rencana asuhan sesuai prioritas masalah bersama


klien.

d. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana.

e. Mengevaluasi bersama klien hamil asuhan kebidanan yang telah


diberikan.

f. Membuat rencana tindak lanjut bersama klien dan membuat


pencatatan dan pelaporan asuhan kebidanan.

13
9. Memberi asuhan kebidanan pada bayi, balita dengan
melibatkan keluaarga:

a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan sesuai dengan tumbuh-


kembang bayi dan balita.

b. Menentukan diagnosis dan prioritas masalah.

c. Menyusun rencana asuhan sesuai dengan rencana.

d. Melaksanakan asuhan sesuai dengan prioritas masalah.

e. Mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan.

f. Membuat rencana tindak lanjut.

g. Membuat catatan dan laporan asuhan.

14
Syarat praktik bidan mandiri Permenkes No.28 tahun 2017 :

Bab I
Ketentuan Umum
Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :
1. Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan
yang telah teregistrasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
2. Praktik Kebidanan adalah kegiatan pemberian pelayanan yang
dilakukan oleh Bidan dalam bentuk asuhan kebidanan.
3. Surat Tanda Registrasi Bidan yang selanjutnya disingkat STRB adalah
bukti tertulis yang diberikan oleh Pemerintah kepada Bidan yang telah
memiliki sertifikat kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
4. Surat Izin Praktik Bidan yang selanjutnya disingkat SIPB adalah bukti
tertulis yang diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota kepada
Bidan sebagai pemberian kewenangan untuk menjalankan praktik
kebidanan.
5. Praktik Mandiri Bidan adalah tempat pelaksanaan rangkaian kegiatan
pelayanan kebidanan yang dilakukan oleh Bidan secara perorangan.
6. Instansi Pemberi Izin adalah instansi atau satuan kerja yang ditunjuk
oleh pemerintah daerah kabupaten/kota untuk menerbitkan izin sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
7. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik
promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.
8. Organisasi Profesi adalah wadah berhimpunnya tenaga kesehatan bidan
di Indonesia.

15
9. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang
kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh
Wakil Presiden dan menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
10. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan daerah otonom.
11. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang kesehatan.

BAB II
PERIZINAN
Pasal 2
Dalam menjalankan Praktik Kebidanan, Bidan paling rendah
memiliki kualifikasi jenjang pendidikan diploma tiga kebidanan.
Pasal 3
1. Setiap Bidan harus memiliki STRB untuk dapat melakukan praktik
keprofesiannya.
2. STRB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh setelah Bidan
memiliki sertifikat kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
3. STRB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama 5 (lima)
tahun.
4. Contoh surat STRB sebagaimana tercantum dalam formulir II yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 4
STRB yang telah habis masa berlakunya dapat diperpanjang
selama memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

16
Pasal 5
1. Bidan yang menjalankan praktik keprofesiannya wajib memiliki SIPB.
2. SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada Bidan
yang telah memiliki STRB.
3. SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku untuk 1 (satu)
Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
4. SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama STR Bidan
masih berlaku, dan dapat diperpanjang selama memenuhi persyaratan.
Pasal 6
1. Bidan hanya dapat memiliki paling banyak 2 (dua) SIPB.
2. Permohonan SIPB kedua, harus dilakukan dengan menunjukan SIPB
pertama.
Pasal 7
1. SIPB diterbitkan oleh Instansi Pemberi Izin yang ditunjuk pada
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
2. Penerbitan SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
ditembuskan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota.
3. Dalam hal Instansi Pemberi Izin merupakan dinas kesehatan
kabupaten/kota, Penerbitan SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak ditembuskan.

17
Pasal 8
1. Untuk memperoleh SIPB, Bidan harus mengajukan permohonan kepada
Instansi Pemberi Izin dengan melampirkan:
a. Fotokopi STRB yang masih berlaku dan dilegalisasi asli;
b. Surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki surat izin
praktik;
c. Surat pernyataan memiliki tempat praktik;
d. surat keterangan dari pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
tempat Bidan akan berpraktik;
e. pas foto terbaru dan berwarna dengan ukuran 4X6 cm sebanyak
3 (tiga) lembar;
f. rekomendasi dari kepala dinas kesehatan kabupaten/kota
setempat; dan
g. rekomendasi dari Organisasi Profesi.
2. Persyaratan surat keterangan dari pimpinan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan tempat Bidan akan berpraktik sebagaimana dimaksud pada ayat
huruf d dikecualikan untuk Praktik Mandiri Bidan.
3. Dalam hal Instansi Pemberi Izin merupakan dinas kesehatan
kabupaten/kota, persyaratan rekomendasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf f tidak diperlukan.
4. Untuk Praktik Mandiri Bidan dan Bidan desa, Rekomendasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f dikeluarkan oleh dinas
kesehatan kabupaten/kota setelah dilakukan visitasi penilaian pemenuhan
persyaratan tempat praktik Bidan.
5. Contoh surat permohonan memperoleh SIPB sebagaimana tercantum
dalam formulir III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
6. Contoh SIPB sebagaimana tercantum dalam formulir IV yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

18
Pasal 9
1. Dalam jangka waktu paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak
berkas permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1)
diterima dan dinyatakan lengkap, Instansi Pemberi Izin harus
mengeluarkan SIPB sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
2. Pernyataan lengkap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan
dengan surat tanda penerimaan kelengkapan berkas.
Pasal 10
SIPB dinyatakan tidak berlaku dalam hal:
a. tempat praktik tidak sesuai lagi dengan SIPB;
b. masa berlaku STRB telah habis dan tidak diperpanjang;
c. dicabut oleh pejabat yang berwenang memberikan izin; atau
d. Bidan meninggal dunia.
Pasal 11
1. Bidan warga negara asing yang akan menjalankan Praktik Kebidanan di
Indonesia harus memiliki sertifikat kompetensi, STR sementara, dan SIPB.
2. Sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh
Bidan warga negara asing setelah lulus evaluasi kompetensi.
3. Evaluasi kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh STR sementara.
4. Untuk memperoleh SIPB, Bidan warga negara asing harus melakukan
permohonan kepada Instansi Pemberi Izin dan memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1).
5. Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bidan warga
negara asing harus memenuhi persyaratan lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

19
Pasal 12
STR sementara dan SIPB bagi Bidan warga negara asing
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 berlaku selama 1 (satu) tahun dan
dapat diperpanjang hanya untuk 1 (satu) tahun berikutnya.
Pasal 13
1. Bidan warga negara Indonesia lulusan luar negeri yang akan melakukan
Praktik Kebidanan di Indonesia harus memiliki STRB dan SIPB.
2. STRB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh setelah
melakukan proses evaluasi kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
3. Untuk memperoleh SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bidan
warga negara Indonesia lulusan luar negeri harus melakukan permohonan
kepada Instansi Pemberi Izin dan memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1).

20
E. Pelayanan Kebidanan Kolaborasi

Pelayanan kebidanan kolaborasi adalah layanna yang dilakukan


oleh bidan sebagai anggota tim yang kegiatannya dilakukan secara
bersama atau sebagai salah satu urutan dari suatu proses kegiatan
pelayanan kesehatan.

Pelayanan kolaborasi bidan meliputi:


1. Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan
kebidanan sesuai fungsi kolaborasi dengan melibatkan
klien dan keluarga:

a. Mengkaji masalah yang berkaitan dengan komplikasi dan


keadaan kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi.

b. Menentukan diagnosis,prognosis dan prioritas kegawatan


yang memerlukan tindakan kolaborasi.
c. Merencanakan tindakan sesuai dengan prioritas kegawatan
hasil kolaborasi serta kerja sama dengan klien.
d. Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana dan
melibatkan klien
e. Mengevaluasi hasil tindakan yang telah diberikan.
f. Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien.
g. Membuat pencatatan dan pelaporan.

21
2. Memberi asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan resiko
tinggi dan pertolongan pertama pada kegawatan yang
memerlukan tidakan kolaborasi:

a. Mengkaji kebutuhan asuhan pada resiko tinggi dan keadaan


kegawatdaruratan.
b. Menentukan diagnosis , prognosis dan prioritas sesuai dengan
faktor resiko dan keadaan kegawatdaruratan pada kasus resiko
tinggi.
c. Menyusun rencana asuhan dan tindakan pertolongan pertama
sesuai prioritas.
d. Melaksanakan asuhan kebidanan pada kasus ibu hamil resiko
tinggi dan memberikan pertolongan pertama sesuai dengan
prioritas
e. Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan pertolongan
pertama.
f. Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien.
g. Membuat catatan dan pelaporan.

22
3. Memberi asuhan kebidanan pada ibu masa persalinan dengan
resiko tinggi dan keadaan kegawatan yang memerlukan
pertolongan utama dengan tindakan kolaborasi dengan
melibatkan klien dan keluarga:

a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa


persalinan dengan resiko tinggi dan keadaan kegawatdaruratan
yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan
kolaborasi.
b. Menetukan diagnosis, prognosis dan prioritas sesuai dengan
faktor resiko dan keadaan kegawatan
c. Menyusun rencana asuhan kebidanan pada ibu dalam masa
persalinan dengan resiko tinggi dan pertolongan pertama sesuai
prioritas
d. Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa
persalinan dengan resiko tinggi dan memberikan pertolongan
pertama sesuai prioritas.
e. Mengevaluasi hasil ashan kebidana dan pertolongan pertama
pada ibu hamil dengan resiko tinggi.
f. Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien atau keluarga.
g. Membuat catatan dan laporan.

23
4. Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan
resiko tinggi dan pertolongan pertama dalam kegawat
daruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan klien
dan keluarga :

a. Mengkaji kebutuhan asuhan pada ibu dalam masa nifas dengan


resiko tinggi dan keadaan kegawat daruratan yang memerlukan
pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi.
b. Menetukan diagnosis, prognosis dan perioritas sesuai dengan
faktor risiko dan tindakan kegawat daruratan.
c. Menyusun rencana asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas
dengan resiko tinggi dan pertolongan pertama sesuai prioritas .
d. Melaksanakan asuhan kebidanan dengan resiko tinggi dan
memberi pertolongan pertama sesuai prioritas.
e. Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan pertolongan pertama.
f. Menyusun rencana tindakan lanjut bersama klien atau keluarga.
g. Membuat catatan laporan.

24
5. Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan
resiko tinggi dan yang mengalami komplikasi serta kegawat
daruratan yang memerlukan pertolongan pertama dengan
tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga:

a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir


dalam dengan risiko tinggi dan keadaan kegawat daruratan yang
memerlukan tindakan kolaborasi
b. Menentukan diagnosis, prpgnosis dan perioritas sesuai dengan
faktor resiko dan keadaan kegawat daruratan.
c. Menyusun rencana asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
dengan resiko tinggi dan memerlukan pertolongan pertama
sesuai prioritas.
d. Melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan
risiko tinggi dan pertolongan pertama sesuai prioritas
e. Mengevaluasi hasil asuhan dan pertolongan pertama sesuai yang
diberikan.
f. Menyusun rencana tindakan lanjut bersama klien atau keluarga.
g. Membuat catatan dan laporan.

25
6. Memberi asuhan kebidanan pada balita dengan resiko tinggi
dan yang mengalami komplikasi serta kegawatdaruratan yang
memerlukan tindakan kolaborasi dengan melibatkan keluarga.

a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada balita dengan risiko


tinggi dan keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan
tindakan kolaborasi.
b. Menentukan diagnosis, prognosis dan prioritas sesuai dengan
faktor risiko dan keadaan kegawatan
c. Menyusun rencana asuhan kebidanan pada balita dengan risiko
tinggi dan memerluka pertolongan pertama sesuai prioritas
d. Melaksanakan asuhan kebidanan pada balita dengan resiko
tinggi dan memerlukan pertolongan pertama sesuai prioritas
e. Mengevaluasi hasil asuhan dan pertolongan pertama yang telah
diberikan
f. Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien atau keluarga.
g. Membuat catatan dan laporan

26
Perkembangan Proses Kolaborasi

1. Pada awalnya, praktik kolaborasi menggunakan model hierarki yang


menekankan komunikasi satu arah yaitu dengan perawat, kontak terbatas
antara pasien dan dokter, dan menempatkan dokter sebagai tokoh yang
dominan.

2. Pola tersebut berkembang menjadi model praktik kolaborasi yang


menekankan komunikasi dua arah, yaitu dengan perawat dan juga bidan
tetapi tetap menempatkan dokter pada posisi utama dan membatasi
hubungan antara dokter dan pasien.

27
3. Pola yang ketiga lebih berpusat pada pasien. Sesama pemberi pelayanan
harus dapat bekerja sama, begitu juga dengan pasien. Model ini berbentuk
melingkar. Menekankan kontinuitas dan kondisi timbal balik satu sama
lain. Tidak ada satu pemberi pelayanan yang mendominasi secara terus
menerus.

F. Pelayanan Kebidanan Rujukan

Pelayanan kebidanan rujukan adalah layanan yang dilakukan


olehbidan dalam rangka rujukan kesistem layanan yang lebih tinggi atau
sebaliknya yaitu pelayanan yang dilakukan oleh bidan sewaktu menerima
rujukan dari dukun yang menolong persalinan,juga layanan rujukan yang
dilakukan oleh bidan ketempat atau fasilitas pelayanan kesehatan lain
secara horizontal maupun vertikal atau ke profesi kesehatan lainnya.

Fungsi bidan salah satunya adalah melakukan skirining terhadap


adanya komplikasi kehamilan agar dirujuk untuk mendapatkan perawatan
khusus dari dokter spesialis.adapun pelayanan kebidanan rujukan:

28
1. Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan
kebidanan sesuai fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien
dan keluarga:

a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan yang memerlukan


tindakan di luar lingkup kewenangan bidan memerlukan rujukan.

b. Menentukan diagnosis,prognosis serta sumber-sumber dan


fasilitas untuk kebutuhan intervensi lebih lanjut bersama klien atau
keluarga.

c. Mengirim klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut kepada


petugas institusi pelayana kesehatan yang berwenang dengan
dokumentasi yang lengkap.

d. Memberi pencatatan dan pelaporan serta mendokumentasikan


seluruh kejadian dan intevensi.

29
2. Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan
pada ibu yang hamil resiko tinggi dan kegawatdaruratan:

a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan melalui konsultasu dan


rujukan.

b. Menentukan diagnosis , prognosis dan prioritas

c. Memberi pertolongan pertama pada kasus memerlukan rujukan.

d. Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan.

e. Mengirim klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut pada petugas


atau institusi pelayana kesehatan yang berwenang.

f. Membuat catatan dan laporan serta mendokumentasikan seluruh


kejadian dan intervensi.

3. Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan


pada masa persalinan dengan penyulit dengan melibatkan klien
dan keluarga:

a. Mengkaji adanya penyulit dan kedaaan kegawatan pada ibu dalam


persalinan yang memerlukan konsultasi dan rujukan.

b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas.

c. Memberi petolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan.

d. Mengirim klien untuk intervensi lebih lanjut kepada petugas atau


instansi pelayanan kesehatan yang berwenang.

e.Membuat catatan dan laporan serta mendokumentasikan seluruh


kejadian dan intervensi yang sudah diberikan.

30
4. Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan
pada ibu dalam masa nifas dengan penyulit dan kegawatan
dengan melibatkan klien dan keluarga:

a. Mengkaji adanya penyulit dan kedaaan kegawatan dan rujukan pada


ibu dalam masa nifas yang memerlukan konsultasi dan rujukan.

b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas masalah.

c. Memberi petolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan.

d. Mengirim klien untuk intervensi lebih lanjut kepada petugas atau


instansi pelayanan kesehatan yang berwenang.

e.Membuat catatan dan laporan serta mendokumentasikan seluruh


kejadian dan intervensi yang sudah diberikan.

5. Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan


kelainan dan kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi dan
rujukan dengan melibatkan keluarga:

a. Mengkaji adanya penyulit dan kedaaan kegawatan pada bayi baru


lahir yang memerlukan konsultasi dan rujukan.

b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas masalah.

c. Memberi petolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan


dan memberi asuhan kebidanan pada bayi lahir dengan tindakan..

d. Mengirim klien untuk intervensi lebih lanjut kepada petugas atau


instansi pelayanan kesehatan yang berwenang.

e.Membuat catatan dan laporan serta mendokumentasikan seluruh


kejadian dan intervensi yang sudah diberikan.

31
6. Memberi asuhan kebidanan pada anak balita dengan
kelainan tertentu dan kegawatdaruratan yang memerlukan
konsultasi dan rujukan dengan melibatkan klien atau
keluarga:

a. Mengkaji adanya penyulit dan kedaaan kegawatan pada balita


yang memerlukan konsultasi dan rujukan.

b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas.

c. Memberi petolongan pertama pada kasus yang memerlukan


rujukan.

d. Mengirim klien untuk intervensi lebih lanjut kepada petugas atau


instansi pelayanan kesehatan yang berwenang.

e.Membuat catatan dan laporan serta mendokumentasikan seluruh


kejadian dan intervensi yang sudah diberikan.

32
Jenis – Jenis Rujukan

1. Rujukan Vertikal

Rujukan vertikal merupakan rujukan antar pelayanan kesehatan yang


berbeda tingkatan.

a. Rujukan vertikal ini dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah


ketingkatan yang lebih tinggi dilakukan apabila:

 Pasien membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik atau


subspesialistik. Pelayanan medis spesialistik dasar adalah pelayanan
spesialistik penyakit dalam, kebidanan, penyakit kandungan, bedah,
dan kesehatan anak. Pelayanan medis spesialistik luas adalah
pelayanan medis spesialistik dasar ditambah dengan pelayanan
spesialistik telinga, hidung, dan tenggorokan, mata, syaraf, jiwa, kulit,
kelamin, jantung, paru, radiologi, anestesi, rehabilitasi medis, dan
patologi anatomik. Pelayanan medis subspesialistik luas adalah
pelayanan subspesialistik di setiap spesialisasi yang ada contoh:
endokrinologi, gastrohepatologi, nefrologi, geriatri, dan lain-lain.
 Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan
kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan
ketenagaan.

33
b. Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih tinggi ke
tingkatan yg lebih rendah dilakukan apabila:

 Permasalahan pasien dapat ditangani oleh tingkatan pelayanan yang


lebih rendah sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya.
 Kompetensi dan kewenangan pelayanan tingkat pertama atau kedua
lebih baik dalam menangani pasien tersebut.
 Pasien memerlukan pelayanan lanjutan yang dapat ditangani oleh
tingkatan pelayanan yang lebih rendah dan untuk alasan kemudahan,
efisiensi dan pelayanan jangka panjang.
 Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan
kebutuhan pasien karena keterbatasan sarana, prasarana, peralatan dan
ketenagaan.

2. Rujukan Horizontal

Rujukan horizontal merupakan rujukan antar pelayanan kesehatan


dalam satu tingkatan. Rujukan horizontal dilakukan apabila perujuk tidak
dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien
karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan ketenagaan yg sifatnya
sementara atau menetap.

Ketimpangan yang sering terjadi di masyarakat awam adalah


pemahaman masyarakat tentang alur ini sangat rendah sehingga sebagian
mereka tidak mendapatkan pelayanan yang sebagaimana mestinya.
Masyarakat kebanyakan cenderung mengakses pelayanan kesehatan
terdekat atau mungkin paling murah tanpa memperdulikan kompetensi
institusi ataupun operator yang memberikan pelayanan.

34
Dalam merujuk, Bidan harus mempunyai informasi tentang:

a. Pelayanan yang tersedia ditempat rujukan. Pelayanan tersebut tentunya


harus lebih lengkap dan lebih baik sehingga pasien yang dirujuk bisa
tertangani dengan baik pula.
b. Biaya pelayanan ditempat rujukan.
c. Waktu dan jarak tempuh ditempat rujukan.

Langkah-langkah merujuk

1. Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembantu dan puskesmas. Tenaga


kesehatan harus dapat menentukan tingkat kegawatdaruratan kasus yang
ditemui. Sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya mereka harus
menentukan kasus mana yang boleh ditangani sendiri dan kasus mana
yang harus dirujuk

2. Menentukan tempat tujuan rujukan. Prinsip dalam menentukan tempat


rujukan adalah fasilitas pelayanan yang mempunyai kewenangan terdekat,
termasuk fasilitas pelayanan swasta dengan tidak mengabaikan kesediaan
dan kemampuan penderita.

3. Memberikan informasi kepada penderita dan keluarganya. Klien dan


keluarga perlu diberikan informasi tentang perlunya penderita segera
dirujuk untuk mendapatkan pertolongan pada fasilitas pelayanan kesehatan
yang lebih mampu

4. Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju melalui


telepon atau radio komunikasi pelayanan kesehatan yang lebih mampu.

35
5. Persiapan penderita. Sebelum dikirim keadaan umum penderita harus
diperbaiki terlebih dahulu atau dilakukan stabilisasi. Keadaan umum ini
perlu dipertahankan selama dalam perjalanan. Surat rujukan harus
dipersiapkan sesuai dengan format rujukan dan seorang bidan harus
mendampingi penderita dalam perjalanan sampai ke tempat rujukan.

6. Pengiriman penderita. Untuk mempercepat sampai ke tujuan, perlu


diupayakan kendaraan/ sarana transportasi yang tersedia untuk
mengangkut penderita.

7. Tindak lanjut penderita.

8. Untuk penderita yang telah dikembalikan dan memrlukan tindak lanjut,


dilakukan tindakan sesuai dengan saran yang diberikan.

9. Bagi penderita yang memerlukan tindak lanjut tapi tidak melapor, maka
perlu dilakukan kunjungan rumah.

Informasi bagi tempat rujukan

Informasi tentang pelayanan yang tersedia di tempat rujukan, ketersediaan


pelayanan purna waktu, biaya pelayanan dan waktu serta jarak yang ditempuh ke
tempat rujukan merupakan hal penting yang harus diketahui oleh klien dan
penolong persalinan. Jika terjadi penyulit, upaya rujukan melalui alur yang tepat
dan waktu yang singkat. Jika ibu dan bayi baru lahir mengalami penyulit dan
dirujuk ke tempat yang tidak sesuai, mereka akan kehilangan banyak waktu yang
berharga dan kesempatan terbaik untuk menyelamatkan jiwa mereka.

Pada saat kunjungan antenatal, jelaskan bahwa petugas kesehatan, klien


dan suami akan selalu berupaya untuk mendapatkan pertolongan terbaik, termasuk
kemungkinan rujukan setiap ibu hamil apabila terjadi penyulit. Pada saat terjadi
penyulit seringkali tidak cukup waktu untuk membuat rencana rujukan sehingga
keterlambatan dalam membuat keputusan dapat membahayakan jiwa klien.
Anjurkan ibu untuk membahas rujukan dan membuat rencana rujukan bersama
suami dan keluarganya serta tawarkan untuk berbicara dengan suami dan
keluarganya untuk menjelaskan antisipasi rencana rujukan. 36
Tempat rujukan

1. Dari kader, dapat langsung merujuk ke :

a. puskesmas pembantu

b. pondok bersalin/ bidan desa

c. puskesmas/ puskesmas rawat inap

d. rumah sakit pemerintah/ swasta

2. Dari posyandu, dapat langsung merujuk ke :

a. puskesmas pembantu

b. pondok bersalin/ bidan desa

c. puskesmas/ puskesmas rawat inap

d. rumah sakit pemerintah/ swasta

3. Dari puskesmas pembantu

Dapat langsung merujuk ke rumah sakit tipe D/C atau rumah sakit swasta

4. Dari pondok bersalin

Dapat langsung merujuk ke rumah sakit tipe D. atau rumah sakit swasta

37
Persiapan – Persiapan Yang Harus Diperhatikan dalam Melakukan Rujukan
(BAKSOKUDA), yaitu:

1. B (Bidan):

Pastikan ibu / bayi / klien didampingi oleh tenaga kesehatan yang


kompeten yang memiliki kemampuan untuk melaksanakan
kegawatdaruratan.

2. A ( Alat ) :

Bawa perlengkapan dan bahan – bahan yang diperlukan seperti : Spuit,


infus set, tensi meter, stetoskop dll.

3. K ( Keluarga ) :

Beritahu keluarga kondisi terakhir ibu ( klien ) dan alasan mengapa


dirujuk. Suami dan anggota keluarga yang lain harus menemani ibu ke
tempat rujukan.

4. S ( Surat ) :

Berikan surat ke tempat rujukan yang berisi identifikasi ibu (klien), alasan
rujukan, uraian hasil rujukan, asuhan atau obat – obat yang telah diterima
ibu ( klien )

5. O ( Obat ) :

Bawa obat – obat essensial diperlukan selama perjalanan merujuk.

6. K (Kendaraan) :

Siapkan kendaraan yang cukup baik untuk memungkinkan ibu (klien)


dalam kondisi yang nyaman dan dapat mencapai tempat rujukan dalam
waktu yang cepat.

38
7. U ( Uang ) :

Ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk
membeli obat dan bahan – bahan kesehatan yang diperlukan di tempat
rujukan.

8. DA ( Donor Darah) :

Siapkan calon pendonor darah dari keluarga untuk berjaga-jaga dari


kemungkinan kasus yang memerlukan donor darah.

39
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pelayanan Asuhan Kebidanan ada tiga yaitu:

1. Pelayanan Mandiri atau Primer :


a. Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan
kebidanan yang diberikan.
b. Memberi pelayanan dasar pada anak remaja dan wanita
pranikah dengan melibatkan klien.
c. Mengkaji asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan
normal.
d. Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa
persalinan dengan melibatkan klien atau keluarga.
e. Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir .
f. Memberi asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas .
g. Memberi asuhan kebidanan pada wanita usi subur yang
membutuhkan pelayanan keluarga berencana.

2. Pelayanan kolaborasi :
a. Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan
kebidanan sesuai fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien
atau keluarga .
b. Memberi asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan resiko
tinggi dan pertolongan pertama pada kegawatan.
c. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu masa persalinan
dengan resiko tinggi dan keadaan kegawatanyang
memerlukan pertolongan pertama .

40
d. Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas
dengan resiko tinggi dan pertolongan pertama dalam keadaan
kegawatan .
e. Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan
resiko tinggi dan yang mengalami komplikasi, kegawatan dan
pertolongan pertama
f. Memberi asuhan kebidanan pada balita dengan resiko tinggi
dan yang mengalami komplikasi serta kegawatdaruratan.

3. Pelayanan Merujuk :
a. Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan
kebidanan sesuai dengan fungsi keterlibatan klien atau
keluarga.
b. Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan
pada ibu yang hamil resiko tinggi dan kegawatdaruratan.
c. Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan
pada masa persalinan dengan penyulit dan melibatkan klien
atau keluarga
d. Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan
pada ibu dalam masa nifas dengan penyulit melibatkan klien
dan keluarga
e. Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan
kelainan dan kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi
rujukan dengan melibatkan keluarga
f. Memberi asuhan kebidanan pada anak balita dengan kelainan
tertentu dan kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi
dan rujukan dengan melibatkan klien atau keluarga.

41
DAFTAR PUSTAKA

Vasra,Gita.2013.Asuhan Kebidanan Komunitas Konsep dan Praktik.Jakarta:Buku


Kedokteran EGC. Di akses pada tanggal 28 Agustus 2018.
Mufdillah.2012.Konsep Kebidanan.Yogyakarta:Nuha Medika.
Diakses pada tanggal 28 Agustus 2018.
http://suryadun.blogspot.com/2014/11/pelayanan-mandiri-dan-pelayanan.html

https://rizkaarmalena91.wordpress.com/2015/03/30/sistem-rujukan/

https://desmarvinda.wordpress.com/2017/04/16/sistem-rujukan-kebidanan/

42

Anda mungkin juga menyukai