Anda di halaman 1dari 13

EBM PERSALINAN KURANG BULAN

UNTUK MEMENUHI TUGAS SEMINAR ILMU KEBIDANAN

Dosen Pengampu:

Nuli Nuryanti Zulala;;S.ST.,M.Keb

Disusun oleh:

Yuni Dwi Satriasi 1810106009 Intan Puspitasari 1810106046

Safrida Nur ‘Aini 1810106018 Deva Indowidy Santiya 1810106047

Hilyah Shobiroh 1810106039 Imainih Adha Hani’ah 1810106048

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA DAN PENDIDIKAN

PROFESI FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA

2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirannya, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan
judul“EBM Persalinan Kurang Bulan”.

Makalah ini telah kami susun dengan sebaik mungkin dengan bantuan dari berbagai
belah pihak, sehingga dalam pembuatan makalah ini berjalan dengan lancar. Terlepas dari
semua itu kami menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Karena tidak ada yang sempurna di dunia ini. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami harap makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca.

Yogyakarta , ....... 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

BAB I .................................................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN ................................................................................................................................ 4

A. Latar Belakang ........................................................................................................................ 4

B. Rumasan Masalah ................................................................................................................... 4

C. Tujuan ...................................................................................................................................... 5

BAB II .................................................................................................................................................. 6

PEMBAHASAN .................................................................................................................................. 6

A. Definisi ...................................................................................................................................... 6

B. Faktor Predisposisi .................................................................................................................. 7

1. Status perkawinan ................................................................................................................. 7

2. Riwayat persalinan preterm ................................................................................................... 7

3. Pertambahan Berat Badan selama kehamilan yang tidak adekuat dan Indeks Masa Tubuh . 8

BAB III ............................................................................................................................................... 12

PENUTUP .......................................................................................................................................... 12

A. Kesimpulan ............................................................................................................................ 12

B. Saran....................................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................ 13


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Usia kehamilan merupakan salah satu predik terpenting bagi kelangsungan
hidup janin dan kualitas hidupnya. Umumnya kehamilan disebut cukup bulan bila
berlangsung antara 37-41 minggu dihitung dari hari pertama siklus haid terakhir pada
siklus 28 hari.
Persalinan prematur adalah persalinan yang terjadi sebelum janin genap
berusia 37 minggu (Prof. DR. dr Sofie R. Krisnadi dkk,2009). Dibandingkan dengan
bayi yang lahir cukup bulan, bayi premature terutama yang lahir dengan usia
kehamilan <32 minggu, mempunyai risiko kematian 70 kali lebih tinggi, karena
mereka mempunyai kesulitan untuk beradaptasi dengan kehidupan di luar rahim
akibat ketidak matangan system organ tubuhnya seperti paru-paru, jantung, ginjal,
hati dan system pencernaannya (Prof. DR. dr Sofie R. Krisnadi dkk,2009).
Angka kejadian BBLR di Indonesia tahun 2013 cenderung menurun dari
tahun 2010 tetapi masih terdapat 10,2% bayi dengan berat badan lahir rendah.
Penyebab terbanyak terjadinya bayi BBLR adalah kelahiran prematur. Semakin
muda usia kehamilan semakin besar risiko jangka pendek dan panjang dapat terjadi
seperti hipotermi, hipoglikemia, hiperglikemia, gangguan perkembangan dan
pertumbuhan (Proverawati,2010). Untuk itu perlu dilakukan perawatan khusus pada
bayi BBLR. Hal itu harus segera dilakukan perawatan seperti alat bantu pernapasan,
nutrisi, perawatan intesif incubator atau dengan “Metode Kanguru”. Bila tidak
dilakukan perawatan pada bayi BLR akan mengakibatkan kesakitan bahkan kematian
(Atika Proverawati,2010).

B. Rumasan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah yang
dibahas adalah bagaimanakah cara menangani persalinan kurang bulan atau
persalinan preterm atau persalinan premature berdasarkan EBM.
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui dan
menjelaskan tentang persalinan kurang bulan atau persalinan preterm atau persalinan
premature berdasarkan EBM.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Menurut sackett et al.(1996) evidence based medicine (EBM) adalah suatu
pendekatan medik yang didasarkan pada bukti-bukti ilmiah terkini untuk kepentingan
pelayanan kesehatan penderita. Dengan demikian dalam praktek, EBM memadukan
antara kemampuan dan pengalaman klinik dengan bukti-bukti ilmiah terkini yang
paling dapat dipercaya.

Definisi persalinan preterm menurut beberapa ahli:

a. Persalinan preterm atau partus premature adalah persalinan yang terjadi pada
kehamilan 37 minggu atau kurang. (Wiknjosastro , 2005 ;h.312).
b. Persalinan preterm menurut WHO adalah lahirnya bayi sebelum kehamilan berusia
lengkap 37 minggu.(Sofie RK, Jusuf SE, Adhi P, 2009; h. 7).
c. Persalinan preterm dapat diartikan sebagai dimulainya kontraksi uterus yang teratur
yang disertai pendataran dan atau dilatasi serviks serta turunnya bayi pada wanita
hamil yang lama kehamilannya kurang dari 37 minggu (kurang dari 259 hari) sejak
hari pertama haid terakhir. (Oxorn H, 2010; h. 581).
d. Persalinan preterm adalah persalinan yang dimulai setiap saat setelah awal minggu
gestasi ke-20 sampai akhir minggu gestasi ke-37. (Varney H, Kriebs MJ, Gegor LC,
2008 ; h. 782).
e. Usia kehamilan merupakan salah satu predictor penting bagi kelangsungan hidup
janin dan kualitas hidupnya. Umumnya kehamilan disebut cukup bulan bila
berlangsung antara 37-41 minggu dihitungdari hari pertama siklus haid terakhir
pada siklus 28 hari.
f. Persalinan premature adalah persalinan yang terjadi sebelum janin genap berusia
37 minggu. (Prof. DR. dr Sofie R. Krisnadi dkk,2009)
g. Dibandingkan dengan bayi yang lahir cukup bulan, bayi premature terutama yang
lahir dengan usia kehamilan <32 minggu, mempunyai risiko kematian 70 kali lebih
tinggi, karena mereka mempunyai kesulitan untuk beradaptasi dengan kehidupan di
luar rahim akibat ketidak matangan system organ tubuhnya seperti paru-paru,
jantung, ginjal, hati dan system pencernaannya. (Prof. DR. dr Sofie R.
Krisnadi.dkk,2009).
h. Angka kejadian BBLR di Indonesia tahun 2013 cenderung menurun dari tahun
2010 tetapi masih terdapat 10,2% bayi dengan berat badan lahir rendah.
i. Penyebab terbanyak terjadinya bayi BBLR adalah kelahiran prematur. Semakin
muda usia kehamilan semakin besar risiko jangka pendek dan panjang dapat
terjadi seperti hipotermi, hipoglikemia, hiperglikemia, gangguan perkembangan dan
pertumbuhan. (Proverawati,2010). Untuk itu perlu dilakukan perawatan khusus
pada bayi BBLR. Hal itu harus segera dilakukan perawatan seperti alat bantu
pernapasan, nutrisi, perawatan intesif incubator atau dengan Metode Kanguru.
Bila tidak dilakukan perawatan pada bayi BBLR akan mengakibatkan kesakitan
bahkan kematian. (Atika Proverawati,2010).

B. Faktor Predisposisi
1. Status perkawinan
Persalinan preterm pada ibu yang menikah tidak resmi / sah meningkat pada
semua golongan etnik dan semua golongan usia ibu. Penyebab pasti belum
diketahui, berkaitan dengan factor psikososial (kecemasan,stres), dukungan
lingkungan dan faktorsosio-ekonomi. Di USA 40% persalinan preterm terjadi pada
ibu-ibu yang tidak menikah,tetapi mempunyai pasangan hidup bersama, demikian
pula di belahan dunia lain, hubungan pasangan hidup bersama di luar nikah
meningkat dan meningkatkan kejadian persalinan preterm. ( Sofie RK, Jusuf SE,
Adhi P, 2009 ; h.51-52 ).

2. Riwayat persalinan preterm


Riwayat kelahiran preterm sangat berkolerasi dengan persalinan preterm
berikutnya. Risiko kelahiran preterm berulang bagi mereka yang kelahiran
pertamanya preterm meningkat tiga kali lipat di banding dengan wanita yang bayi
pertamanya mencapai aterm. ( Cuningham GF, 2006 ; h. 776).
3. Pertambahan Berat Badan selama kehamilan yang tidak adekuat dan Indeks Masa
Tubuh
Berat Badan (BB) sebelum hamil merupkan perilaku, tetapi berhubungan dengan
polamakan/diet, oleh karena itu dimasukkan dalam factor kebiasaan. Bukti
menunjukkan bahwa Berat Badan sebelum hamil rendah berhubungan dengan
kejadian persalinan preterm.
Kenaikan berat badan selama hamil dan Indeks Masa Tubuh sebelum hamil juga
berhubungan dengan kejadian prematuritas. Berkowitz dan Papiernik (1993)
mendapatkan hubungan antara persalinan preterm dengan pertambahan berat badan
selama hamil yang rendah, wanita yang tidak obese dengan risiko relative antara 1,5
– 2,5. Ibu dengan Indeks Masa Tubuh rendah (< 19,8) dan kenaikan berat badan
selama hamil <0,5 kg/minggu akan meningkatkan risiko tidak hanya karena naiknya
kalori atau deposit lemak, tapi juga akibat retensi cairan, hal ini menyebabkan hidrasi
penting dalam upaya menurunkan persalinan preterm. ( Sofie RK, Jusuf SE, Adhi P,
2009 ; h. 48-49).

a) Pekerjaan Ibu
Kejadian persalinan preterm lebih rendah pada ibu hamil yang bukan pekerja
dibangdingkan dengan ibu pekerja yang hamil. Pekerjaan ibu dapat meningkatkan
kejadian persalinan preterm baik melalui kelelahan fisik atau stres yang timbul akibat
pekerjaanya. Jenis pekerjaan yang berpengaruh terhadap peningkatan kejadian
prematuritas adalah bekerja terlalu lama, pekerjaan fisik berat, dan pekerjaan yang
menimbulkan stress seperti berhadapan dengan konsumen atau terlibat dengan
masalah uang/kasir.
Ibu hamil yang bekerja sering dianggap merepotkan dan sering diminta segera
mengambil cuti agar tidak mengganggu kelancaran pekerjaannya. ( Sofie RK, Jusuf
SE, Adhi P, 2009 ; 46-47). Menurut Cuningham, factor pekerjaan ibu juga
mempengaruhi persalinan preterm. ( Cuningham GF, et al , 2006 ; p.771 ).
b) Pola kebutuhan sehari-hari
Ibu hamil yang perokok dan peminum alcohol. Merokok dalam kehamilan
mempunyai hubungan yang kuat dengan kejadian solution plasenta, Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) atau pada trimerster pertama, tidak didapatkan hasil persalinan
yang buruk. Risiko persalinan preterm pada perokok meningkat sebanyak 1,2 kali.
Akibat merokok aktif tidak jauh berbeda dengan merokok pasif selama kehamilan.
Wanita hamil yang merokok pasif (suaminya perokok atau bekerja di lingkungan
perokok) akan mengalami sulit tidur, tidur kurang nyenyak dan rasa sulit bernafas
dibandingkan ibu hamil yang tidak terpapar asap rokok.
Pemakaian alcohol semasa kehamilan mempunyai hubungan erat dengan
gangguan pertumbuhan dan cacat janin, demikian juga dengan kejadian persalinan
preterm. Marijuana dan kokain merupakan obat-obatan yang banyak diteliti dan
dihubungkan dengan kejadian prematuritas. Pemakai kokain mempunyai
kemungkinan prematuritas dua kali lebih tinggi. Meskipun disebutkan penyebabnya
adalah vasokontriksi, masih harus dipikirkan apakah benar hanya hal itu yang
berhubungan dengan persalinan preterm. Pertama karena ibu hamil pemakai
Narkotika, Psikotropika dan zat aditif lainnya biasanya juga peminum alkohol, yang
sering mempunyai masalah lain seperti infeksi atau nutrisi yang buruk; kedua,
perkiraan memakai kokain bisa lain dengan memang memakai kokain, termasuk cara
pemakainnya. Terbukti perilaku dapat diubah, sehingga dapat menurunkan angka
kejadian alkohol. (Sofie RK , Jusuf SE, Adhi P, 2009 ; 47-48).
c) Faktornutri si ibu
Berat badan sebelum hamil rendah ;pertambahan berat badan kurangdari 10 pon
pada minggu ke-20 gestasi ; berat badan turun ; asupan protein dan kalori yang tidak
adekuat. ( Varney H, Kriebs MJ, Gegor LC, 2008 ; h. 782 )
d) Sosial ekonomi
Perbedaan kejadian persalinan preterm berdasarkan kondisi sosio- ekonomi telah
lama diketahui,yang pada umumnya dengan tingkat sosio-ekonomi yang cukup baik.
Hal ini berkaitan dengan faktor-faktor lain yang dapat terjadi pada kondisi tersebut
seperti kecenderungan untuk hamil pada usia muda, tidak menikah, mengalami lebih
banyak stress nutrisi yang kurang, tidak dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan,
merokok atau pemakaian obat-obatan narkotika, dan kekerasan fisik. ( Sofie RK,
Jusuf SE, Adhi P, 2009 ; h.52 ).
Ras bukan kulit putih ;perbedaan antara angka kelahiran premature untuk orang
berkulit hitam dan berkulit putih tetap ada walaupun status sosio ekonom ibu
merupakan suatu factor risiko. Hal ini menggambarkan fakta bahwa wanita berkulit
putih yang saat ini digolongkan dalam kelas menengah, dikandung dan dibesarkan
dalam kemiskinan ;kemungkinan dampak kumulatif kemiskinan dari generasi ke
generasi yang berada dalam kemiskinan dan kemungkinan.
e) Faktor psikis
 Kecemasan dan Depresi
Penelitian awal tentang pengaruh psikososial terhadap kejadian persalinan
kurang bulan, yaitu mengenai kecemasan dan depresi pada ibu, dilakukan oleh
Gorsuch dan Key. Mereka menyatakan bahwa sulit untuk memisahkan factor
tingkat kecemasan dengan factor depresi. Dari 11 penelitian prospektif yang
menghubungkan antara tingkat kecemasan ibu dengan kejadian persalinan
preterm, ternyata 9 penelitian menyimpulkan adanya hubungan antara
kecemasan dengan gangguan pertumbuhan janin, bukan dengan usia
kehamilan.
Dole dkk, membuat scoring risiko dari berbagai factor kecemasan dan
menemukan hanya ibu hamil yang mengalami kecemasan disertai dengan
kenaikan berat badan tidak adekuat yang berhubungan dengan kejadian
persalinan preterm. Di Indonesia belum ada penelitian nasional (multisenter)
yang menghubungkan kecemasan dan depresi terhadap usia kehamilan.
 Stres
Stresor adalah rangsangan eksternal atau internal yang memunculkan gangguan
pada keseimbangan hidup individu, karena peristiwa atau rangsangan yang hal
tersebut mengganggu keseimbangannya. Stres ditampilkan antara lain dengan
meningkatnya kegelisahan, ketegangan, kecemasan, sakit kepala, ketegangan
otot, gangguan tidur, meningkatnya tekanan darah, cepat marah, kelelahan
fisik, atau perubahan nafsu makan. Stres pada ibu dapat meningkatkan kadar
katekolamin dan kortisol yang akan mengaktifkan plasental corticotrophin
releasing hormone dan mempresipitasi persalinan melalui jalur biologis. Stres
juga mengganggu fungsi imunitas yang dapat menyebabkan reaksi inflamasi
atau infeksi intraamnion dan akhirnya merangsang proses persalinan.
Moutaqin, membuktikan bahwa stres yang berhubungan dengan kejadian
prematuritas adalah adanya peristiwa kematian, keluarga yang sakit, kekerasan
dalam rumah tangga, atau masalah keuangan. ( Sofie RK, Jusuf SE, Adhi
P,2009 ; h.45-46 ).
f) Penyakit Medis dan KeadaanKehamilan
Penyakit ibu, kondisi dan pengobatan medis akan mempengaruhi keadaan
kehamilan dan dapat berhubungan atau meningkatkan kejadian persalinan preterm.
Penyakit sistemik terutama yang melibatkan system peredaran darah, oksigenasi
atau nutrisi ibu dapat menyebabkan gangguan sirkulasi plasenta yang akan
mengurangi nutrisi oksigen bagi janin. Penyakit-penyakit pada ibu yang diketahui
menyebabkan persalinan preterm adalah :Hipertensikronis dan hipertensi dalam
kehamilan. Hipertensi menyebabkan pertumbuhan janin terhambat sehingga
menyebabkan persalinan preterm. Diabetes pregestasional dan gestasional. ( Sofie
RK , Jusuf SE, Adhi P, 2009 ; h.56 – 57 ).
Kondisi kehamilan ibu yang dapat meningkatkan kejadian persalinan preterm
adalah :hidramnion karena kelebihan cairan amniotic sebesar 2000ml, terjadi sekitar
10 kali lebih sering dalam kehamilan diabetik. Hidramnion menyebabkan distensi
uterus yang berlebihan, meningkatkan risiko rupture membran yang prematur dan
persalinan premetur, anemia berat. ( Bobak, Lowdermilk, Jensen, 2005; h. 703 ).
g) Perdarahan antepartum
Pada solusio plasenta terlepasnya plasenta akan merangsang untuk terjadi
persalinan preterm, meskipun sebagian besar (65%) terjadi pada aterm. Pada pasien
dengan riwayat solusio plasenta maka kemungkinan terulang menjadi lebih besar
yaitu 11% ( Varney H, Kriebs MJ, Gegor LC, 2008 ; h. 783 ). Pada plasenta previa
sering kali berhubungan dengan persalinan preterm akibat harus dilakukan tindakan
pada perdarahan yang banyak. Bila telah terjadi perdarahan banyak maka
kemungkinan kondisi janin kurang baik karena hipoksia( Mochtar R, 2002 ; h. 274)
lepas, kadar progesterone turun dan dapat terjadi his, juga lepasnya plasenta sendiri
dapat merangsang his ( Wiknjosastro, 2005 ; h. 365).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut sackett et al.(1996) evidence based medicine (EBM) adalah suatu
pendekatan medik yang didasarkan pada bukti-bukti ilmiah terkini untuk kepentingan
pelayanan kesehatan penderita. Persalinan preterm menurut WHO adalah lahirnya bayi
sebelum kehamilan berusia lengkap 37 minggu. (Sofie RK, Jusuf SE, Adhi P, 2009; h. 7).
Angka kejadian BBLR di Indonesia tahun 2013 cenderung menurun dari tahun 2010
tetapi masih terdapat 10,2% bayi dengan berat badan lahir rendah. Penyebab terbanyak
terjadinya bayi BBLR adalah kelahiran prematur. Semakin muda usia kehamilan semakin
besar risiko jangka pendek dan panjang dapat terjadi seperti hipotermi, hipoglikemia,
hiperglikemia, gangguan perkembangan dan pertumbuhan. (Proverawati,2010). Untuk itu
tenaga kesehatan perlu melakukan asuhan yang sesuai dengan prosedur dan mengikuti
EBM yang ada.

B. Saran
Bidan sebagai tenaga medis terlatih yang ditempatkan ditengah masyarakat sebaiknya
bertindak konservatif artinya tidak terlalu banyak intervensi. Selain itu diharapkan bidan
mengikuti perkembangan yang ada, sehingga bidan dapat memberikan asuhan sesuai
dengan perkembangan dan bidan dapat melakukan asuhan saying ibu saat persalinan
serta dapat menangani persalinan baik itu normal maupun patologis atau persalinan
kurang bulan sesuai dengan perkembangan EBM yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

Pantiawati Ika. 2010. Bayi dengan Berat Lahir Rendah (BBLR). Yogyakarta: Nuha Medika.

http://journal.stikespemkabjombang.ac.id/index.php/jikeb/article/view/69/67

Anda mungkin juga menyukai