Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR NORMAL

PADA BAYI R USIA 7 HARI DI PMB Bd.NOVI JULIANTI ,STr.Keb

DISUSUN OLEH:
RIEFNA YASMINE
NPM : 2305041304484

PRODI PROFESI KEBIDANAN


STIKES BHAKTI PERTIWI INDONESIA
JAKARTA
TAHUN 2024

ii
A.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Asuhan Kebidanan Bayi Baru
Lahir Normal Pada Bayi R Usia 7 Hari Di PMB Bd.Novi Julianti ,STr.Keb”.
Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini :
1. Ibu Dian Raflesia , SST.MKes selaku Pembimbing Akademik
2. Ibu Bd.Novi Julianti ,STr.Kebsela ku Pembimbing lahan
3. Ibu Imel selaku narahubung
4. Teman-teman kelompok bimbingan yang selalu siap membantu.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah pengetahuan serta
wawasan kita khususnya mengenai Asuhan Pada Bayi Baru Lahir Normal.
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak
kekurangan serta jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang penulis harapkan. Oleh karena
itu, dengan senang hati penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan makalah ini dikemudian hari.
Demikian makalah ini disusun, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua dan semoga
jerih payah penulis mendapat berkah dari Tuhan Yang Maha Esa.

Tangerang, Februari 2024

Penulis

iii
A.
DAFTAS ISI

LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................4
C. Tujuan............................................................................................................................4
D. Manfaat..........................................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................6
A. Bayi Baru Lahir.............................................................................................................6
B. Tinjauan Manajemen Asuhan Kebidanan....................................................................10
C. Pendokumentasian Dalam Bentuk SOAP:...................................................................11
D. Undang-undang.......................................................................................................... 13

BAB III KASUS......................................................................................................................15


BAB IV PEMBAHASAN.......................................................................................................23
BAB VI PENUTUP................................................................................................................26
A. Kesimpulan..................................................................................................................26
B. Saran............................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................26

iv
A.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Tingkat kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu indikator di suatu negara. Angka
kematian maternal dan neonatal masih tinggi, salah satu faktor penting dalam upaya penurunan angka
tersebut dengan memberikan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas keadaan
masyarakat yang belum terlaksana (Sarwono, 2010).
Kejadian kematian tertinggi pada bayi dan balita terjadi pada masa neonatus.Berdasarkan hasil
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka Kematian Neonatus (AKN)
pada tahun 2012 sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup.Perhatian terhadap upaya penurunan angka
kematian neonatal (0-28 hari) menjadi penting karena kematian neonatal memberi kontribusi terhadap
59% kematian bayi (Kemenkes RI, 2014).
Risiko kematian yang tinggi dan berbagai serangan komplikasi pada minggu pertama kelahiran,
maka setiap bayi baru lahir harus mendapatkan pemeriksaan sesuai standar lebih sering, minimal dua
kali dalam minggu pertama.Langkah ini dilakukan untuk menemukan secara dini jika terdapat penyakit
atau tanda bahaya pada neonatus sehingga pertolongan dapat segera diberikan untuk mencegah
penyakit bertambah berat yang dapat menyebabkan kematian bayi, Kunjungan neonatus merupakan
salah satu intervensi untuk menurunkan kematian bayi baru lahir (Kemenkes RI, 2014).
Neonatus mengalami masa perubahan dari kehidupan di dalam rahim yang serba tergantung
pada ibu menjadi kehidupan diluar rahim yang serba mandiri. Masa perubahan yang paling besar terjadi
selama jam ke 24-72 pertama. Transisi ini hampir meliputi semua sistem organ tapi yang terpenting
bagi anak adalah sistem pernapasan, sirkulasi, ginjal dan hepar.Maka dari itu sangatlah diperlukan
penataan dan persiapan yang matang untuk menangani bayi baru lahir (Suparyanto, 2012).
Bayi Baru Lahir adalah janin yang lahir melalui proses persalinan dan telah mampu hidup di
luar kandungan. Periode neonatal adalah periode yang sangat penting dalam kehidupan. Dari penelitian
menunjukkan bahwa lebih dari 50% kematian bayi terjadi pada periode neonatal yaitu dalam bulan
pertama kehidupan. Kurang baiknya

penanganan bayi baru lahir yang lahir sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat
mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan kematian misalnya sebagai akibat hipotermi pada bayi baru
lahir dapat terjadi cold stress yang selanjutnya yang dapat menyebabkan hipoksemia atau hipoglikemia
dan mengakibatkan kerusakan otak, akibat selanjutnya adalah perdarahan otak, syok, beberapa bagian
tubuh mengeras dan keterlambatan tumbuh kembang. Pada dasarnya perkembangan abnormal tidak
hanya mencakup gangguan perkembangan saja. Perkembangan abnormal juga berkaitan dengan
perkembangan yang lebih cepat atau lebih bagus dari pada rata-rata, misalnya anak yang memiliki
kecerdasan di atas rata-rata atau disebut anak berbakat. Oleh karena itu, dalam penyajian ini
perkembangan anak luar biasa, khususnya anak jenius atau berbakat disajikan dalam satu kesatuan
dalam perkembangan abnormal (Hapsari, 2011).
Ditinjau dari pertumbuhan dan perkembangan bayi, periode neonatal merupakan periode yang
paling kritis. Pencegahan asfiksia, mempertahankan suhu tubuh bayi terutama pada BBLR, pemberian
ASI dalam usaha menurunkan angka kematian oleh karena diare, pencegahan terhadap infeksi,
pemantauan kenaikan berat badan dan stimulasi psikologi merupakan tugas pokok bagi pemantau
kesehatan bayi dan anak. Hal ini akan memberikan kontribusi yang positif dalam penurunan angka
kematian bayi (Suryaningtyas, 2013).
Kriteria penatalaksanaan bayi baru lahir normal 0-6 jam seperti pencegahan infeksi,
membersihakan jalan nafas, memotong tali pusat, penialian apgar score,inisiasi menyusu dini,
pemberian vitamin K, pemberian Imunisasi Hb0, pencegahan infeksi mata,pemeriksaan Fisik Bayi baru

1
Lahir serta pemantauan tanda bahaya dan pencegahan kehilangan panas melalui tunda mandi selama 6
jam(Kemenkes RI, 2013).
Oleh karena itu peran bidan dalam mengatasi terjadinya komplikasi pada bayi maka perlu
dilakukan asuhan kebidanan yang memadai dan paripurna dalam rangka melaksanakan fungsinya
untuk dalam meningkatkan pelaksanaan bayi baru lahir normal 0-6 jam sehingga dapat meningkatkan
kesehatan dan taraf hidup ibu dan bayi yang pada akhirnya dapat menurunkan AKI dan AKB.
Masa neonatal (0-28 hari) adalah masa yang memiliki resiko gangguan kesehatan paling
tinggi dan berbagai masalah kesehatan. Apabila penanganan masalah kesehatan yang kurang tepat bisa
berdampak pada tingginya angka kematian neonatal, sehingga diperlukan beberapa upaya untuk
mengendalikan masalah tersebut. Penanganan masalah kesehatan diantaranya pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan pada saran pelayanan kesehatan, dan jaminan pelayanan sesuai standar pada
kunjungan bayi baru lahir, yaitu kunjungan neonatal dilakukan 3 kali pada usia 6-48 jam, umur 3-7 hari
dan umur 8-28 hari (Sudinkes & Kesga DKI Jakarta: 2018).
Penanganan bayi baru lahir memerlukan upaya bersama tenaga kesehatan khususnya bidan
dengan memberikan asuhan komprehensif sesuai dengan PerMenKes RI No.1464/MenKes/2010 sejak
bayi dalam kandungan, selama persalinan, segera sesudah melahirkan serta melibatkan keluarga dan
masyarakat dalam memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas seperti mengajarkan cara
merawat tali pusat, cara memandikan bayi serta cara menyusui yang benar dan pemantauan
pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya akan menghasilkan bayi yang sehat.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang diatas maka mahasiswa tertarik untuk mengetahui ”Bagaimana Asuhan
Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Normal Pada Bayi R Usia 7 hari Di PMB Bd.Novi Julianti , STr.Keb.

2
B.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu menganalisa kasus dari pengkajian,


menegakkan diagnosa, melakukan asuhan kebidanan dengan benar dan
tepat sesuai teori yang berhubungan dengan Asuhan Kebidananan Bayi
Baru Lahir Normal R Usia 7 hari Di PMB Bd.Novi Julianti,STr.Keb
Tahun 2024.

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian sesuai fakta
dibandingkan teori Asuhan Kebidananan Bayi Baru Lahir
Normal Bayi Baru Lahir Normal Bayi R Usia 7 hari Di PMB
Bd. Novi Julianti, STr.Keb Tahun Pada Tahun 2024.
b. Mahasiswa mampu membuat analisis untuk menegakkan
diagnosis pada Asuhan Kebidananan Bayi Baru Lahir Normal
Pada Bayi R Usia 7 hari Di PMB Bd.Novi Julianti, STr.Keb
Tahun Pada Tahun 2024
c. Mahasiswa mampu memberikan Asuhan Kebidananan,
merasionalisasi dan mengevaluasi Asuhan Bayi Baru Lahir
Normal Pada Bayi R Usia 7 hari Di PMB Bd. Novi
Julianti,STr.Keb Tahun Pada Tahun 2024.

D. Manfaat
1. Bagi Lahan Praktek

Untuk meningkatkan pengetahuan bagi bidan di lahan praktek


tentang asuhan kebidanan pada bayi baru lahir normal secara tepat dan
benar berdasarkan teori dan kenyataan.
2. Bagi Pendidikan
Untuk menambah referensi di perpustakaan sebagai bahan
masukan bagi rekan-rekan mahasiswi profesi kebidanan Stikes Bhakti
Pertiwi Indonesia dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru
lahir normal.

3
C.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Bayi Baru Lahir


1. Pengertian Bayi Baru lahir
Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang berusia 0-28 hari (Kemenkes RI:
2019). Asuhan bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir
tersebut selama satu jam pertama setelah kelahiran, sebagian besar bayi yang baru
lahir akan menunjukkan usaha nafas spontan dengan sedikit bantuan
(Prawirohardjo:2018).
2. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir normal mempunyai ciri-ciri berat badan lahir 2500-4000 gram,
umur kehamilan 37-40 minggu, bayi segera menangis, bergerak aktif, kulit
kemerahan, menghisap ASI dengan baik, dan tidak ada cacat bawaan (Kemenkes RI:
2019).
Bayi baru lahir normal memiliki panjang badan 48-52 cm, lingkar dada 30-38
cm, lingkar lengan 11-12 cm, frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit, pernapasan
40-60 x/menit, lanugo tidak terlihat dan rambut kepala tumbuh sempurna, kuku agak
panjang dan lemas, nilai APGAR >7, refleks-refleks sudah terbentuk dengan baik
(rooting, sucking, morro, grasping), organ genitalia pada bayi laki-laki testis sudah
berada pada skrotum dan penis berlubang, pada bayi perempuan vagina dan uretra
berlubang serta adanya labia minora dan mayora, mekonium sudah keluar dalam 24
jam pertama berwarna hitam kecoklatan (Dewi: 2016).
3. Klasifikasi Neonatus/Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir atau neonatus di bagi dalam beberapa kasifikasi menurut Marmi
(2015), yaitu:
a. Neonatus menurut masa gestasinya:
1) Kurang bulan (preterm infant): < 259 hari (37 minggu)
2) Cukup bulan (term infant): 259-294 hari (37-42 minggu)
3) Lebih bulan (postterm infant): > 294 hari (42 minggu atau lebih)
b. Neonatus menurut berat badan lahir:
1) Berat lahir rendah: < 2500 gram
2) Berat lahir cukup: 2500-4000 gram
3) Berat lahir lebih: > 4000 gram

6
D.
c. Neonatus menurut berat lahir terhadap masa gestasi (masa gestasi dan ukuran
berat lahir yang sesuai untuk masa kehamilan):
1) Nenonatus cukup/kurang/lebih bulan (NCB/NKB/NLB)
2) Sesuai/kecil/besar untuk masa kehamilan (SMK/KMK/BMK)
4. Penatalaksanaan Bayi Baru lahir Normal
Semua bayi diperiksa segera setelah lahir untuk mengetahui apakah transisi dari
kehidupan intrauterine ke ekstrauterine berjalan dengan lancar dan tidak ada kelainan.
Pemeriksaan medis komprehensif dilakukan dalam 24 jam pertama kehidupan.
Pemeriksaan rutin pada bayi baru lahir harus dilakukan, tujuannya untuk mendeteksi
kelainan atau anomali kongenital yang muncul pada setiap kelahiran dalam 10-20 per
1000 kelahiran, pengelolaan lebih lanjut dari setiap kelainan yang terdeteksi pada saat
antenatal, mempertimbangkan masalah potensial terkait riwayat kehamilan ibu dan
kelainan yang diturunkan, dan memberikan promosi kesehatan, terutama pencegahan
terhadap sudden infant death syndrome (SIDS).
Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir adalah untuk membersihkan
jalan napas, memotong dan merawat tali pusat, mempertahankan suhu tubuh bayi,
identifikasi, dan pencegahan infeksi (Saifuddin: 2018). Asuhan bayi baru lahir
meliputi:
a. Pencegahan Infeksi (PI)
b. Penilaian awal untuk memutuskan resusitasi pada bayi
Untuk menilai apakah bayi mengalami asfiksia atau tidak dilakukan
penilaian sepintas setelah seluruh tubuh bayi lahir dengan tiga pertanyaan:
1) Apakah kehamilan cukup bulan?
2) Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak megap-megap?
3) Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif
Jika ada jawaban “tidak” kemungkinan bayi mengalami asfiksia sehingga
harus segera dilakukan resusitasi. Penghisapan lendir pada jalan napas bayi tidak
dilakukan secara rutin (Kemenkes RI: 2019).
c. Pemotongan dan perawatan tali pusat
Setelah penilaian sepintas dan tidak ada tanda asfiksia pada bayi,
dilakukan manajemen bayi baru lahir normal dengan mengeringkan bayi mulai dari
muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan
verniks, kemudian bayi diletakkan di atas dada atau perut ibu. Setelah pemberian

7
D.
oksitosin pada ibu, lakukan pemotongan tali pusat dengan satu tangan melindungi
perut bayi.
Perawatan tali pusat adalah dengan tidak membungkus tali pusat atau
mengoleskan cairan/bahan apa pun pada tali pusat (Kemenkes RI: 2020).
Perawatan rutin untuk tali pusat adalah selalu cuci tangan sebelum memegangnya,
menjaga tali pusat tetap kering dan terpapar udara, membersihkan dengan air,
menghindari dengan alkohol karena menghambat pelepasan tali pusat, dan melipat
popok di bawah umbilikus.
d. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Setelah bayi lahir dan tali pusat dipotong, segera letakkan bayi tengkurap
di dada ibu, kulit bayi kontak dengan kulit ibu untuk melaksanakan proses IMD
selama 1 jam. Biarkan bayi mencari, menemukan puting, dan mulai menyusu.
Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan IMD dalam waktu 60-90 menit,
menyusu pertama biasanya berlangsung pada menit ke- 45-60 dan berlangsung
selama 10-20 menit dan bayi cukup menyusu dari satu payudara (Kemenkes RI:
2020).
Jika bayi belum menemukan puting ibu dalam waktu 1 jam, posisikan
bayi lebih dekat dengan puting ibu dan biarkan kontak kulit dengan kulit selama
30-60 menit berikutnya. Jika bayi masih belum melakukan IMD dalam waktu 2
jam, lanjutkan asuhan perawatan neonatal esensial lainnya (menimbang, pemberian
vitamin K, salep mata, serta pemberian gelang pengenal) kemudian dikembalikan
lagi kepada ibu untuk belajar menyusu (Kemenkes RI: 2020).
e. Pencegahan kehilangan panas
Hal ini dapat dilakukan melalui dengan menunda mandi selama 6 jam,
kontak kulit bayi dan ibu, menyelimuti tubuh bayi, serta memakaikan topi pada
kepala bayi (Kemenkes RI: 2020).
f. Pemberian salep mata
Pemberian salep atau tetes mata diberikan untuk pencegahan infeksi mata.
Beri bayi salep atau tetes mata antibiotika profilaksis (tetrasiklin 1%, oxytetrasiklin
1% atau antibiotika lain). Pemberian salep atau tetes mata harus tepat 1 jam setelah
kelahiran. Upaya pencegahan infeksi mata tidak efektif jika diberikan lebih dari 1
jam setelah kelahiran (Kemenkes RI: 2020).
g. Pencegahan perdarahan

8
D.
Semua bayi baru lahir harus diberi penyuntikan vitamin K1
(Phytomenadione) 1 mg intramuskuler di paha kiri, untuk mencegah perdarahan
BBL akibat defisiensi vitamin yang dapat dialami oleh sebagian bayi baru lahir
(Kementerian Kesehatan RI, 2010). Pemberian vitamin K sebagai profilaksis
melawan hemorragic disease of the newborn dapat diberikan dalam suntikan
yang memberikan pencegahan lebih terpercaya, atau secara oral yang
membutuhkan beberapa dosis untuk mengatasi absorbsi yang bervariasi dan
proteksi yang kurang pasti pada bayi. Vitamin K dapat diberikan dalam waktu 6
jam setelah lahir (Lowry: 2014).
h. Pemberian imunisasi hepatitis b (HB 0)
Imunisasi Hepatitis B diberikan 1-2 jam di paha kanan setelah
penyuntikan vitamin K1 yang bertujuan untuk mencegah penularan Hepatitis B
melalui jalur ibu ke bayi yang dapat menimbulkan kerusakan hati (Kemenkes RI:
2019).
i. Pemeriksaan bayi baru lahir
Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin kelainan
pada bayi. Bayi yang lahir di fasilitas kesehatan dianjurkan tetap berada di
fasilitas tersebut selama 24 jam karena risiko terbesar kematian BBL terjadi pada
24 jam pertama kehidupan. saat kunjungan tindak lanjut (KN) yaitu 1 kali pada
umur 1-3 hari, 1 kali pada umur 4-7 hari dan 1 kali pada umur 8-28 hari
(Kemenkes RI: 2019).
j. Pemberian ASI eksklusif
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman
tambahan lain pada bayi berusia 0-6 bulan dan jika memungkinkan dilanjutkan
dengan pemberian ASI dan makanan pendamping sampai usia 2 tahun.
Pemberian ASI ekslusif mempunyai dasar hukum yang diatur dalam SK Menkes
Nomor 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6
bulan. Setiap bayi mempunyai hak untuk dipenuhi kebutuhan dasarnya seperti
Inisiasi Menyusu Dini (IMD), ASI Ekslusif, dan imunisasi serta pengamanan dan
perlindungan bayi baru lahir dari upaya penculikan dan perdagangan bayi.

B. Tinjauan Manajemen Asuhan Kebidanan


1. Pengertian

9
D.
Manajemen kebidanan adalah bentuk pendekatan yang dilakukan oleh bidan
dalam memberikan asuhan kebidanan dengan menggunakan metode pemecahan
masalah (Nurhayati: 2016: 139).

2. Proses Manajemen Asuhan Kebidanan


Proses manajemen adalah proses pemecahan masalah dengan meenggunakan
metode yang terorganisasi, meliputi pikiran dan tindakan dalam urutan yang logis
untuk keuntungan pasien dan pemberian asuhan (Nurhayati, 2016: 139)
Pengertian manajemen asuhan kebidanan dan prosesnya perlu dijelaskan untuk
memberikan kesamaan pandangan. Helen Varney (2007) menyatakan bahwa proses
manajemen terdiri dari 7 langkah sekuensial yang secara berkala disempurnakan. Ini
dimulai dengan pengumpulan data dan diakhiri dengan evaluasi. Langkah 7 Varney
ini merupakan keseluruhan kerangka kerja yang 47 berlaku dalam semua situasi.
Setiap langkah kemudian dapat dipecah menjadi tugas yang terbatas yang bervariasi
sesuai dengan kondisi pasien. Harus diakui bahwa langkah-langkah ini diambil
berkolaborasi dengan pasien atau bekerjasama dengan pasien atau keluarga pasien.

Tujuh langkah manajemen asuhan kebidanan menurut Helen Varney (2007)


yaitu :

a. Langkah I (Identifikasi dan Analisa Data Dasar) Langkah pertama merupakan


langkah awal yang akan menentukan langkah berikutnya. Mengumpulkan data
adalah menghimpun informasi tentang pasien. Data dapat dikumpulkan dari
berbagai sumber. Sumber diharapkan dapat memberikan informasi yang paling
akurat dan dapat diperoleh dengan cepat serta upaya sekecil mungkin. Data
secara garis besar diklasifikasikan menjadi data subjektif dan data objektif.

b. Langkah II (Identifikasi Diagnosa / Masalah Aktual) Pada langkah ini,


identifikasi dilakukan terhadap diagnosis atau masalah ddan kebutuhan klien
berdasarkan interpretasi data-data yang dikumpulkan. Data dasar yang sudah
dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosis
spesifik.

b. Langkah III (Identifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial) Langkah ketiga ini
bertujuan untuk mengantisipasi semua kemungkinan tidak diinginkan yang dapat
muncul sewaktu-waktu. Mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang sudah diidentifikasi

10
D.
c. Langkah IV (Tindakan Segera, Kolaborasi dan Rujukan ) Tindakan segera adalah
tindakan yang dilakukan dengan cara menetapkan kebutuhan tentang perlunya
tindakan segera oleh bidan ataupun dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani
bersama dengan anggota tim 50 kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi
pasien..

d. Langkah V (Merencanakan Asuhan Kebidanan) Langkah ini merupakan rencana


asuhan menyeluruh terhadap langkah-langkah yang telah dilaksanakan
sebelumnya. Pada langkah ini informasi data tidak lengkap dapat dilengkapi.
Semua perencanaan yang dibuat harus berdasarkan pertimbangan yang tepat
meliputi pengetahuan, teori terbaru, evidence based care, serta divalidasi dengan
asumsi mengenai apa yang diinginkan. Sebaiknya pasien dilibatkan dalam
perencanaan asuhan karena pada akhirnya keputusan dilakukan atau tidaknya
tindakan berada di tangan pasien.

e. Langkah VI (Melaksanakan Asuhan Kebidanan) Pada langkah ini seluruh


rencana asuhan yang telah ditetapkan pada langkah V dilaksanakan secara efisien
dan aman. Perencanaan ini dapat dilakukan sepenuhnya oleh bidan atau sebagian
oleh pasien atau angota tim kesehatan lainnya. Bidan dalam manajemen asuhan
bagi pasien adalah bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan
bersama yang menyeluruh tersebut.

f. Langkah VII (Mengevaluasi Hasil Tindakan) Pada tahap ini, kita perlu
mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan yang telah kita berikan kepada
pasien, untuk itu kita perlu melakukan evaluasi dengan cara mengacu pada
beberapa pertimbangan yaitu tujuan asuhan kebidanan, efektifitas tindakan untuk
mengatasi masalah, dan hasil asuhan.

C. Pendokumentasian Dalam Bentuk SOAP:


Menurut Kepmenkes RI nomor 320 tahun 2020 menjelaskan bahwa bidan
melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat, dan jelas mengenai
keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam memberi asuhan kebidanan.
Kriteria pencatatan asuhan kebidanan tersebut ditulis dalam bentuk catatan perkembangan
S O A P, meliputi :

a. S adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa.

11
D.
b. O adalah data objektif, mencatat hasil pemeriksaan.
c. A adalah analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan.
d. P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang
sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara
komprehensif ; penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/ follow up, dan rujukan.
Sinkronisasi alur berfikir manajemen asuhan kebidanan Varney’s dengan
dokumentasi asuhan kebidanan SOAP sebagai berikut:

Tabel Sinkronisasi alur berfikir manajemen asuhan kebidanan Varney’s dengan


dokumentasi asuhan kebidanan model S O A P
No. Manajemen asuhan Dokumentasi
kebidanan Varney’s SOAP
1. Pengkajian
a. Data subjektif/
anamnesa
b. Data objektif Data Subjektif (S) dan Objektif (O)
c. Pemeriksaan penunjang
laboratorium
2. Interpretasi data
a. Diagnosis kebidanan
b. Masalah
c. Kebutuhan
3. Mengidentifikasi diagnosis Analisa
atau masalah potensial
4. Menetapkan kebutuhan
terhadap tindakan segera
5. Menyusun rencana asuhan
yang menyeluruh
6. Pelaksanaan langsung Perencanaan dan Pelaksanaan
asuhan dengan efesien dan
aman
7. Evaluasi
(Sumber: Depkes RI, 2003)

12
D.
D. PERUNDANG-UNDANGAN

1. UNDANG – UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2019


TENTANG PRAKTEK KEBIDANAN BAGIAN 2 TUGAS DAN
WEWENANG .

a. Pasal 46

Dalam menyelenggarakan Praktik Kebidanan, Bidan Bertugas memberikan


pelayanan yang meliputi:1) pelayanan kesehatan ibu; 2) pelayanan kesehatan
anak; 3) pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana;4) pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang; dan/atau
pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu.

Tugas Bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan secara
bersama atau sendiri.

Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan secara


bertanggung jawab dan akuntabel.

b. Pasal 47

Dalam menyelenggarakan praktik kebidanan, bidan dapat berperan sebagai:1)


pengelola Pelayanan Kebidanan;2) penyuluh dan konselor;3) pendidik,
pembimbing, dan fasilitator klinik; 4) penggerak peran serta masyarakat dan
pemberdayaan perempuan; dan/atau peneliti.

2. KMK No.HK.01.07.MENKES 320 Tahun 2020 tentang Standar Kompetensi


Bidan

a. Area Kompetensi

Kompetensi Bidan terdiri dari 7 (tujuh) area kompetensi meliputi: 1) Etik legal dan
keselamatan klien, 2) Komunikasi efektif, 3) Pengembangan diri dan
profesionalisme, 4) Landasan ilmiah praktik kebidanan, 5) Keterampilan
klinis dalam praktik kebidanan, 6) Promosi kesehatan dan konseling, dan 7)
Manajemen dan kepemimpinan. Kompetensi Bidan menjadi dasar
memberikan pelayanan kebidanan secara komprehensif, efektif, efisien dan
aman berdasarkan evidence based kepada klien, dalam bentuk upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara mandiri,
kolaborasi dan rujukan.

b. Area Landasan Ilmiah Praktik Kebidanan

Bidan memiliki pengetahuan yang diperlukan untuk memberikan asuhan yang


berkualitas dan tanggap budaya sesuai ruang lingkup asuhan:1) Bayi Baru
Lahir (Neonatus).2) Bayi, Balita dan Anak Prasekolah 3) Remaja. 4) Masa
Sebelum Hamil.5) Masa Kehamilan.6) Masa Persalinan.7) Masa Pasca

13
D.
Keguguran. 8) Masa Nifas.9) Masa Antara.10) Masa Klimakterium.11)
Pelayanan Keluarga Berencana.12) Pelayanan Kesehatan
Reproduksi dan Seksualitas Perempuan.

c. Bidan memiliki pengetahuan yang diperlukan untuk memberikan penanganan


situasi kegawatdaruratan dan sistem rujukan.

d. Bidan memiliki pengetahuan yang diperlukan untuk dapat melakukan


Keterampilan Dasar Praktik Klinis Kebidanan.

BAB III
KASUS
Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Normal Pada Bayi Ny. A Usia 1 Jam
Di PMB Hj Eni Rohaeni, S.ST, M.A Tahun 2022
No Reg : 0045
Tanggal : 16 Februari 2024
Pukul : 9.30 wib
Oleh : Riefna Yasmine
Tempat : PMB Bd.Novi Julianti,STr.Keb

1. PENGKAJIAN

14
D.
1. DATA SUBJEKTIF
A. Identitas Orang Tua
Jenis Identitas Istri Suami
Nama Ny. R Tn. S
Umur 28 Tahun 30 Tahun
Suku/bangsa Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Agama Islam Islam
Pendidikan SMA SMA
Pekerjaan IRT Karyawan Swasta
Alamat rumah Karang Tengah Karang Tengah
Alamat kantor - -
Anamnesa pada tanggal 16 Februari 2024 Pukul 09.30 wib Oleh Riefna Yasmine

Quick Cek :
• Tidak mau minum atau memuntahkan semua ATAU : tidak
• Kejang ATAU : tidak
• Bergerak hanya jika dirangsang ATAU : tidak
• Napas cepat ( ≥ 60 kali / menit ) ATAU : tidak
• Napas lambat ( < 30 kali / menit ) ATAU : tidak
• Tarikan dinding dada kedalam yang sangat kuat ATAU : tidak
• Merintih ATAU : tidak
• Teraba demam (suhu ketiak > 37,50C) ATAU : tidak
• Teraba dingin (suhu ketiak < 360C) ATAU : tidak
• Nanah yang banyak di mata ATAU : tidak
• Diare ATAU : tidak
• Tampak kuning pada wajah : ya
• Perdarahan : tidak

a. Riwayat Kehamilan Sekarang


1) Pemeriksaan Ante Natal
( a ) Keluhan
❖ Trimester I : kadang-kadang mual
❖ Trimester II : tidak ada
❖ Trimester III : nyeri punggung

15
D.
2) HPHT : 12 Mei 2023 HPL : 19 Februari 2024
3) Imunisasi : TT 5 Tanggal 2 September 2023

2 ) Riwayat penyakit dalam kehamilan

❖ Kardiovaskuler : Tidak ada

❖ Diabetes Melitus : Tidak ada

❖ TBC : Tidak ada

❖ Asma : Tidak ada

❖ Malaria : Tidak ada

❖ PMS : Tidak ada

❖ HIV/AIDS : Tidak ada

❖ Lain-lain : Tidak ada

3) Riwayat Komplikasi kehamilan

1. Perdarahan : Tidak ada

2. Preeklamsi : Tidak ada

3. Eklamsi : Tidak ada

b. Riwayat Persalinan Sekarang

1) Jenis Persalinan : Sesar

2) Ditolong Oleh : Dokter

3) Indikasi persalinan : karena letak lintang

4) Keadaan bayi saat lahir : KU Baik

Jumlah Air Ketuban : Cukup

Komplikasi Persalinan : Tidak ada

16
D.
2. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum

a. Suhu : 36,8°C

b. Pernafasan : 36 x/menit

c. Nadi : 124 x/menit

d. Keaktifan : aktif

e. Tangisan : kuat

2. Antropometri

a. Lingkar Kepala : 30 cm

b. Berat Badan : 2500 gram

e. Panjang Badan : 46 cm

3. Refleks

a. Refleks Moro : Positif

b. Refleks Rooting : Positif

c. Refleks Tonic Neck : Positif

d. Refleks Grafs/Plantar : Positif

e. Refleks Sucking : Positif

f. Refleks Babinsky : Positif

4. Pemeriksaan Fisik Secara sistematis

a. Kepala : Bentuk bulat,ubun-ubun dan sutura teraba, tidak ada


kelainan caput sucsedaneum dan cepal hematoma.

b. Muka : Tidak pucat, tidak edema,tampak kuning di wajah.

c. Mata : Simetris, conjungtiva tidak pucat, sklera tidal


kuning, tidak ada nanah ataupun kotoran.

d. Hidung : Simetris,terdapat lubang hidung, tidak ada


pernafasan cuping hidung, tidak ada kotoran.

e. Mulut : Terdapat bibir dan langit-langit, tidak ada kelainan


seperti labioskisis, palatoskisis dan
genatoskisis,terdapat reflek hisap.

17
D.
f. Telinga : Simetris, terdapat lubang dan daun telinga, tidak ada
kotoran

g. Leher : Tidak ada benjolan / pembengkakan.

h. Dada : Simetris, tidak ada tarikan dinding dada, bunyi


jantung dan paru normal.

i. Perut : Bentuk oval, tidak kembung tidak ada kelainan

j. Tali Pusat : Tali pusat sudah lepas tidak terdapat darah dan
nanah.

k. Punggung dan anus : Simetris tidak ada kelainan spina bipida, terdapat
lubang anus dan ada bab.

l. Ekstermitas atas dan bawah : Pergerakan aktif tidak ada kelainan


polidaktil, andaktil, sindaktil , jumlah jari normal

m. Genetalia : terdapat lubang vagina, labia minora menutupi labia


mayora

5. Eliminasi

a. BAB : positif

3. ANALISA

Bayi R Umur 1 Kunjungan Neonatus 2 Normal

4. PENATALAKSANAAN

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa bayinya masih dalam keadaan


normal ( Ibu mengerti ).
2. Menjelaskan pada ibu tentang bayi sehat dan bayi sakit ( ibu mengerti ).
3. Menjelaskan pada ibu untuk selalu menjaga kehangatan bayi dengan
menggunakan selimut, bedong, topi dan mengatur suhu ruangan tetap hangat
( Bayi sudah di jaga kehangatannya ).
4. Menjelaskan pada ibu tentang jadwal imunisasi bayi ( ibu mengetahui kapan
bayinya mendapat imunisasi bcg )
5. Menganjurkan ibu untuk terus dan sering memberikan asi ( ibu mengerti )
6. Menganjurkan pada ibu kapan kunjungan selanjutnya ( ibu mengerti untuk
dating Kembali di umur 8-28 hari atau jika ada tanda-tanda bayi tidak sehat)

18
D.
7. Melakukan dokumentasi .

Laporan Kasus Dengan Metode Pathway


Dokumentasi Dalam Bentuk Pathway Asuhan Kebidanan Pada BBL usia 7 Hari
Hari/ Tanggal : Jumat, 16 Februari 2024
Tempat praktek : PMB Bd.Novi Julianti,STr.Keb
Nama : Riefna Yasmine
Program study : Pendidikan Profesi Bidan

Bayi Baru Lahir


Diagnosa : Bayi R Umur 7 Hari Kunjungan
Neonatus 2 Normal

19
D.
Tanda, gejala/ keluhan secara teori: Patofisiologi sesuai tanda, Tanda/gejala yang dialami
gejala yang dialami: Bayi Lahir sesar usia kehamilan
Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi
yang berusia 0-28 hari (Kemenkes 38 minggu bayi menangis kuat,
RI: 2019). (Prawirohardjo:2018). gerakan aktif, warna kulit
Bayi baru lahir atau neonatus di bagi Bayi baru lahir beberapa saat kemerahan, jenis kelamin:
dalam beberapa kasifikasi menurut atau beberapa jam pertama Perempuan, APGAR Scor 10,
Marmi (2015), yaitu: akan melalui kehidupan TTV: N: 124 x/menit, R:
a.Neonatus menurut masa ekstrim dimana masa yang 36x/menit, S: 36,8⸰C, Lingkar
gestasinya: paling dinamis dari seluruh Kepala: 30 cm, BB: 2500, PB 46
siklus kehidupan akibat cm, LIDA: 35 cm, muka tampak
-Kurang bulan (preterm infant): < 259
perpindahan dari kuning Simetris, mata simetris,
hari (37 minggu)
-Cukup bulan (term infant): 259-294 hari ketergantungan total tidak pucat dan tidak ikteris,
(37-42 minggu) kemandirian Rasionalisasi:
secara mulut bersih tidak ada labio
-Lebih bulan (postterm infant): > 294 fisiologis proses ini di1.kenal palatoskizis, leher tidak ada
Untuk mengetahui kondisi bayi
pembengkakan sehat dan
kelenjar getah
hari (42 minggu atau lebih) dengan periode transisi normal
b.Neonatus menurut berat badan lahir: ( Padilah dkk, 2018). 2. Dengan bening, dada tidak ada weezing
melakukan IMD dapat
-Berat lahir rendah: < 2500 gram dan tidak ada retraksi dinding
-Berat lahir cukup: 2500-4000 gram memberikan colustrum, meningkatkan
dada, perut cembung dan tidak
-Berat lahir lebih: >Yang
4000Diberikan:
gram kesehatan,bunyitumbuh kembang,
bising, tali pusar tidakdan
ada
Asuhan
membantukemerahan,
membangun daya tahan tubuh
anogenital ada
c.Neonatus menurut berat lahir
1. Memberitahu ibu hasil
terhadap masa gestasi (masa gestasi pemeriksaan bayi, melindungi bayi dari berbagai
lubang pada vagina dan anus.
dan ukuran berat lahir yang sesuai penyakit, menurunkan resiko kematian
2. Melakukan
untuk masa kehamilan): IMD di dada ibu selama pada bayi (JNPK-KR: 2017)
d.Nenonatus 1 jam cukup/kurang/lebih
( sudah dilakukan di tempat 3. Dengan menjaga kehangatan bayi maka
persalinan
bulan (NCB/NKB/NLB) bayi tidak akan mengalami hipotermi
3. Menjaga kehangatan
e.Sesuai/kecil/besar untuk masabayi (Kemenkes RI: 2020)
kehamilan (SMK/KMK/BMK)
4. Melalakukan pencegahan infeksi 4. Dengan melalakukan pencegahan infeksi
pada mata dengan pemberian salep pada mata bayi baru lahir 0-6 jam dengan
mata tetrasiklin 1 % ( sudah pemberian salep mata antibiotika pada
dilakukan di tempat persalinan ) kedua mata yaitu tetrasiklin 1 % yang
5. Menyuntikkan VIT K dengan dosis diberikan dalam waktu satu jam setelah
0,5 ml (sudah dilakukan di tempat kelahiran maka dapat menecgah
persalinan ) bayi dari penyakit konjungtivitis pada
6. Menyuntikkan HB 0 (sudah mata (Saifuddin: 2019).
dilakukan di tempat persalinan ) 5. Dengan menyuntikkan VIT K dengan
7. Menjelaskan pada ibu tentang bayi dosis 0,5 ml di paha sebelah kiri antero
sehat dan bayi sakit. lateral secara intramuscular maka dapat
8. Menjelaskan pada ibu tentang jadwal mencegah perdarahan pada otak pada bayi
imunisasi bayi . baru lahir akibat defisiensi VIT K
9. Menganjurkan ibu untuk terus dan (Kemenkes RI: 2020).
sering memberikan asi. 6. .Dengan memberikan HB 0 pada paha
10. Menganjurkan ibu untuk dating di sebelah kanan antero lateral secara IM
kunjungan neonates 3 , 8 – 28 hari . untuk mencegah penyakit Hepatitis B
11. Melakukan dokumentasi (Kemenkes RI: 2020)
7. Menjelaskan pada ibu tentang bayi sehat
dan bayi sakit.
8. Menjelaskan pada ibu tentang jadwal
imunisasi bayi .
9. Menganjurkan ibu untuk terus dan sering
memberikan asi.
20 10. Menganjurkan ibu untuk datang di
D.
kunjungan neonates 3 , 8 – 28 hari
11. Dengan melakukan dokumentasi maka
Evaluasi:
1. Ibu mengerti penjelasan bidan
2. IMD telah dilakukan
3. Bayi telah dijaga kehangatannya
4. Salep mata sudah di beriakan
5. Vit K sudah di berikan
6. HB 0 sudah di berikan
7. Ibu mengerti tentang bayi sehat dan bayi
sakit.
8. Ibu mengerti kapan bayinya mendapatkan
imunisasi bcg.
9. Ibu mengerti bayinya hanya diberikan asi
saja hingga 6 bulan.
10. Ibu mengerti control lagi di usia 8-28
hari atau jika ada tanda bayi tidak sehat.
11. Asuhan yang di berikan sudah di
dokumentasikan

21
D.
BAB IV
PEMBAHASAN

Manajemen kebidanan digunakan untuk memberikan bentuk khusus dari proses


yang dilakukan oleh bidan di dalam suatu asuhan atau pelayanan kebidanan. Menurut
Kepmenkes RI nomor 320 tahun 2020 menjelaskan bahwa bidan melakukan
pencatatan secara lengkap, akurat, singkat, dan jelas mengenai keadaan/kejadian yang
ditemukan dan dilakukan dalam memberi asuhan kebidanan. Pengertian tersebut
sejalan dengan manajemen asuhan kebidanan yang dilakukan di PMB Bd.Novi
Julianti,STr.Keb yang memberikan pelayanan dengan metode berpikir dan bertindak
tepat secara logis tentang asuhan yang diberikan. Hal ini terlihat dari asuhan
kebidanan yang dilakukan meliputi indentifikasi data subjektif, data objektif, analisis,
dan penatalaksanaan pada bayi baru lahir norma PENGKAJIAN DATA
Ny R melahirkan pada usia kehamilan 38 minggu, sedangkan bayi lahir
pada tanggal 9 Februari 2024 pukul 19.30 wib bayi menangis kuat, gerakan aktif, dan
warna kulit kemerahan, menghisap ASI dengan baik, dan tidak ada cacat bawaan.
Apgar score 10 , Jenis kelamin: Perempuan, TTV: N: 124 x/menit, R: 36x/menit, S:
36,8⸰C, Lingkar Kepala: 30 cm, BB: 2500, PB 46 cm, LIDA: 35 cm, muka
simetris,tampak kuning , mata simetris, tidak pucat dan tidak ikteris, mulut bersih
tidak ada labio palatoskizis, leher tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening,
dada tidak ada weezing dan tidak ada retraksi dinding dada, perut cembung dan tidak
bunyi bising, tali pusar tidak ada kemerahan, anogenital ada lubang pada vagina dan
anus.
Dari data di atas dapat di tarik kesimpulan terdapat gambaran klinis bayi baru
lahir normal di karenakan berat badan cukup, usia kehamilan saat melahirkan cukup
bulan, tidak ada asfiksia dan tidak ada cacat bawaan. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Kemenkes RI (2020) bayi baru lahir normal mempunyai ciri-ciri berat
badan lahir 2500-4000 gram, umur kehamilan 37-40 minggu, bayi segera menangis,
bergerak aktif, kulit kemerahan, menghisap ASI dengan baik, dan tidak ada cacat
bawaan. Sebelum melakukan penilaian abgarscore, yang tidak kalah pentingnya
penilaian awal yg dilakukan segera setelah bayi lahir untuk menilai asfiksia atau tidak
yaitu dengan cara menilai awal menit pertama diantaranya tangisan bayi, tonus otot,
warna kulit hal ini sesuai menurut Prawirohardjo (2002) mengatakan penilaian awal
pada menit pertama meliputi tangisan bayi, tonus otot, warna kulit yang bertujuan

22
D.
untuk menentukan asfiksia atau tidak. Lima menit setelah bayi baru lahirsemakin
tinggi nilai APGAR, maka semakin baik. Nilai APGAR yang tinggi di anggap dapat
menjadi patokan bahwa kondisi bayi baru lahir sehat dan bugar. Pada kasus ini
APGAR score 9/10 menunjukkan tidak asfiksia dan di bandingkan dengan teori
APGAR score menurut Prawirohardjo ( 2002 ) yang mengatakan nilai APGAR score
normal 7-10
Pada kasus di atas menunjukkan tidak adanya kesenjangan antara teori dan praktik
lapangan.
ANALISIS
Berdasarkan data subjek tif dan objektif dapat ditegakkan diagnosis yaitu Bayi R
umur 7 Hari Kunjungan Neonatus 2 Normal.
ASUHAN YANG DIBERIKAN
Asuhan yang di berikan pada bayi nomal usia 1 jam yaitu : 1 ). Memberitahu ibu hasil
pemeriksaan bahwa bayi lahir spontan, menangis kuat, gerakan aktif, warna kemerahan
2 ). Melakukan IMD di dada ibu selama 1 jam.
3 ). Menjaga kehangatan bayi dengan menggunakan selimut, bedong, topi dan mengatur
suhu ruangan tetap hangat.
4 ). Melalakukan Pencegahan Infeksi Mata pada bayi baru lahir 0-6 jam dengan pemberian
salep mata antibiotika pada kedua mata yaitu tetrasiklin 1 % yang diberikan dalam waktu satu
jam setelah kelahiran .
5). Menyuntikkan VIT K dengan dosis 0,5 ml di paha sebelah kiri antero lateral secara
intramuscular untuk mencegah perdarahan pada otak bayi baru lahir akibat ddefisiensi VIT K
6 ). Menyuntikkan HB0 pada paha sebelah kanan antero lateral secara IM untuk mencegah
penyakit Hepatitis B .
7 ). Menjelaskan pada ibu tentang bayi sehat dan bayi sakit.
8 ). Menjelaskan pada ibu tentang jadwal imunisasi bayi .
9 ).Menganjurkan ibu untuk terus dan sering memberikan asi.
10 ). Menganjurkan ibu untuk datang di kunjungan neonates 3 , 8 – 28 hari
11 ). Melakukan dokumentasi.
Pada kasus di atas penatalaksanaannya sudah sesuai menurut beberapa pakar
diantaranya : pada 1 jam pemantauan setelah kelahiran di lakukan IMD pada bayi Ny. A
selama 1 jam. Menurut Kemenkes RI (2020) segera setelah bayi lahir dan tali pusat dipotong,
segera meletakkan bayi tengkurap di dada ibu, kulit bayi kontak dengan kulit ibu dan bayi di

23
D.
pakaikan topi . Bayi akan merangkak mencari puting susu dan menyusu pada 1 jam pertama
untuk mendapatkan colostrum. Colostrum adalah cairan kekuning-kuningan yang di hasilan
oleh kelenjar payudara pada hari pertama sampai ketiga atau ke empat yang banyak
mengandung laktosa, lemak dan vitamin ( Septiani ( 2020 ). Pencegahan hipotermi dengan
menjaga kehangatan bayi seperti menyelimuti bayi dengan selimut berbahan lembut, di
berikan ASI secara eksklusif, tidak meletakkan bayi di ruang ber AC ( Pambayun, 2020 ).
Pemberian salep mata untuk pencegahan infeksi mata pada bayi baru lahir 0-6 jam dengan
memberikan antibiotika pada kedua mata yaitu tetrasiklin 1 % yang diberikan dalam waktu
satu jam setelah kelahiran maka dapat mencegah bayi dari penyakit konjungtivitis pada mata
(Saifuddin: 2019).
Pemberian VIT K pada bayi baru lahir normal dan cukup bulan untuk mencegah perdarahan
pada otak pada bayi baru lahir akibat defisiensi VIT K (Kemenkes RI: 2020). Asuhan yang
di berikan pada bayi baru lahir 1 jam memberikan suntikan imunisasi HB 0 pada paha bagian
luar untuk imunisasi dasar dan mencegah penyakit Hepatitis B ( Kemenkes RI , 2020).
Evaluasi bayi usia 1 jam dalam kondisi normal.

24
D.
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan kasus dan pembahasan, mahasiswa sudah melakukan
pengkajian berdasarkan fakta yang ditemukan dibandingkan dengan teori yang ada yang
berkaitan dengan kasus tersebut untuk membuat assasment dalam menegakkan diagnosa
yang benar dan tepat sehingga bisa memberikan asuhan kebidanan, merasionalisasikan
dan mengevaluasi asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir normal .
B. Saran
1. Bagi Lahan Praktek
Disarankan kepada Bidan untuk memberikan asuhan kebidanan bayi baru lahir normal
sesuai teori dan kenyataan.
2. Bagi Pendidikan
Disarankan membaca referensi di perpustakaan bagi rekan-rekan mahasiswa profesi
kebidanan Stikes Bhakti Pertiwi Indonesia dalam melaksanakan asuhan kebidanan
pada bayi baru lahir normal .

25
D.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Profil Kesehatan Republik Indonesia.


Jakarta: Depkes RI
Dewi . (2016). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika
Kemenkes RI. (20120). Asuhan Kebidanan dan Bayi Baru Lahir. Kemenkes RI: Pusdik SDM
Kesehatan.
Kemenkes RI. (2019). Panduan Pelayanan Pasca Persalinan Bagi Ibu dan Bayi Baru Lahir.
Jakarta: Kemenkes RI
Kurniarum. (2016). Asuhan Kebidanan dan Bayi Baru Lahir. Kemenkes RI: Pusdik SDM
Kesehatan.
Marmi. (2015). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Nurhayati. (2016). Konsep Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Prawirohardjo. (2018). Ilmu kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Varney. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4, Volume 2. Jakarta : EGC.

26
D.

Anda mungkin juga menyukai