Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

BBLR DAN BALLARD SCORE

Disusun Oleh :

Agung Fradika (2211101015)

PRODI D III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS CENDEKIA ABDITAMA
Jl. Islamic Raya Kelapa Dua Tangerang 15810
Telepon / Fax : 021-5462852,
Website : http://www.uca.ac.id/.
Email : info@cendekia.ac.id
KATA PENGHANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang maha esa. yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan karya
ilmiah yang berjudul ” makalah bblr dan ballard score” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari karya ilmiah ini adalah untuk memenuhi
tugas pada mata kuliah keperawatan anak .Selain itu, karya ilmiah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang dampak bblr .

Kritik dan saran yang membangun saya butuhkan untuk membangun karya
ilmiah berikutnya, semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca.

Tangerang, 12 september 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGHANTAR.......................................................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................
1.1Latar belakang...........................................................................................................3
1.2 Rumusan masalah....................................................................................................4
1.3 Tujuan Masalah........................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................................................
2.1 Pengertian BBLR.......................................................................................................5
2.2 Klasifikasi BBLR.........................................................................................................5
2.3 Etiologi BBLR............................................................................................................5
2.4 Manifestasi Klinis.....................................................................................................7
2.5 Sistem Penilaian/Skoring Usia Gestasi Ballard Skor..................................................8
2.6 Konsep Asuhan keperawatan.................................................................................12
BAB III..........................................................................................................................................
PENUTUP......................................................................................................................................
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................18

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Bayi baru lahir (BBL) atau disebut juga dengan neonatus merupakan bayi
berusia 0 sampai dengan 28 hari yang baru mengalami proses kelahiran dengan
usia kehamilan 37 – 42 minggu dengan berat lahir 2.500 – 4.000 gram , bayi lahir
langsung menangis dan tidak ada kelainan konginetal (cacat bawaan) yang berat.
Fisiologis neonatus merupakan ilmu yang mempelajari fungsi dan proses vital
neonatus . Neonatus dapat dibedakan lagi menjadi neonatus dini ialah bayi yang
berusia 0 – 7 hari dan neonatus lanjut ialah bayi yang berusia 8 – 28 hari. Bayi
baru lahir merupakan masa yang mempunyai resiko gangguan kesehatan dan
merupakan periode yang rawan bagi kelangsungan hidup kedepannya.
Dikarenakan tubuh bayi baru lahir masih rentan serta memerlukan waktu untuk
beradaptasi . Bayi yang sehat merupakan salah satu indikator dari tingginya status
kesehatan anak disuatu negara dan menjadikan modal utama dalam pembentukan
generasi yang kuat, berkualitas serta produktif .
Pada masa kelahiran, neonatus akan mengalami adaptasi yang semula
bergantung kemudian menjadi mandiri fisiologis. Sebelum diatur oleh tubuh
bayi, fungsi tersebut dilakukan oleh plasenta yang kemudian masuk ke periode
transisi. Periode transisi berlangsung segera setelah lahir hingga satu bulan atau
lebih oleh beberapa sistem. Transisi yang paling cepat adalah sistem pernafasan
dan sirkulasi, sistem termogulasi dan sistem metabolisme glukosa. Adaptasi
fisiologis neonatus dapat dipengaruhi oleh riwayat kehamilan (misal : sikap ibu
terhadap kehamilan, umur kehamilan, riwayat penyakit yang diderita ibu),
persalinan (misal : lama dan jenis persalinan), kemampuan dan kondisi neonatus
(misal : penyakit atau kelainan bawaan pada neonatus dan prematuritas). Pada 24
jam pertama resiko terbesar kematian bayi baru lahir mungkin dialami, sehingga
asuhan bayi baru lahir sehat yang diberikan pada satu jam pertama sangat
dibutuhkan untuk mencegah kelainan dan komplikasi . Misalnya karena
hipotermi akan menyebabkan hipoglikemia dan dapat terjadi kerusakan otak.
Neonatal merupakan golongan umur yang rentan terkena gangguan kesehatan,
seperti : asfiksia, ikterus, hipotermi, kejang,

3
perdarahan tali pusat dan lain sebagainya, serta beresiko akan terjadinya
kematian.
B. Rumusan masalah
a. Apa pengertian BBLR?
b. Bagaimana klasifikasi BBLR?
c. Bagaimana etiologi BBLR?
d. Apa manifestasi klinis BBLR?
e. Apa itu ballard score?
f. Bagaimana konsep asuhan keperawatan BBLR?
C. Tujuan Masalah
a. Untuk mengetahui pengertian BBLR
b. Untuk mengetahui Bagaimana kalsifikasi BBLR
c. Untuk mengetahui Etiologi BBLR
d. Untuk mengetahui Manifestasi Klinis BBLR
e. Untuk mengetahui Apa itu ballard score
f. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan BBLR

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian BBLR

Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan bayi baru lahir yang
saat dilahirkan memiliki berat badan senilai < 2500 gram tanpa menilai masa
gestasi. (Sholeh, 2014). Pada tahun 1961 oleh World Health Organization (WHO)
semua bayi yang telah lahir dengan berat badan saat lahir kurang dari 2.500 gram
disebut Low Birth Weight Infants atau Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Banyak
yang masih beranggapan apabila BBLR hanya terjadi pada bayi prematur atau
bayi tidak cukup bulan. Tapi, BBLR tidak hanya bisa terjadi pada bayi prematur,
bisa juga terjadi pada bayi cukup bulan yang mengalami proses hambatan dalam
pertumbuhannya selama kehamilan (Profil Kesehatan Dasar Indonesia, 2014).
2.2 Klasifikasi BBLR
Bayi BBLR dapat di klasifikasikan berdasarkan gestasinya, Bayi bblr
dapat digolongkan sebagai berikut :

1. Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) prematuritas murni, yaitu


BBLR yang mengalami masa gestasi kurang dari 37 minggu. Berat badan pada
masa gestasi itu pada umumnya biasa disebut neonatus kurang bulan untuk masa
kehamilan (Saputra, 2014).

2. Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dismatur, Yaitu BBLR yang
memiliki berat badan yang kurang dari seharusnya pada masa kehamilan. BBLR
dismatur dapat lahir pada masa kehamilan preterm atau kurang bulan-kecil masa
kehamilan, masa kehamilan term atau cukup bulan-kecil masa kehamilan, dan
masa kehamilan post-term atau lebih bulan-kecil masa kehamilan (Saputra,
2014).

2.3 Etiologi BBLR

5
Etiologi dari BBLR dapat dilihat dari faktor maternal dan faktor fetus.
Etiologi dari maternal dapat dibagi menjadi dua yaitu prematur dan IUGR
(Intrauterine Growth Restriction). Yang termasuk prematur dari faktor maternal
yaitu Preeklamsia, penyakit kronis, infeksi, penggunaan obat, KPD,
polihidramnion, iatrogenic, disfungsi plasenta, plasenta previa, solusio plasenta,
inkompeten serviks, atau malformasi uterin. Sedangkan yang termasuk IUGR
(Intrauterine Growth Restriction) dari faktor maternal yaitu Anemia, hipertensi,
penyakit ginjal, penyakit kronis, atau pecandu alcohol atau narkortika. Selain
etiologi dari faktor maternal juga ada etiologi dari faktor fetus. Yang termasuk
prematur dari faktor fetus yaitu Gestasi multipel atau malformasi. Sedangkan,
yang termasuk IUGR (Intrauterine Growth Restriction) dari faktor fetus yaitu
Gangguan kromosom, infeksi intrauterin (TORCH), kongenital anomali, atau
gestasi multipel (Bansal, Agrawal, dan Sukumaran, 2013).

Selain itu ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan bayi dengan
berat badan lahir rendah atau biasa disebut BBLR (Proverawati dan Ismawati,
2010) :

1. Faktor ibu :
a) Penyakit Penyakit kronik adalah penyakit yang sangat lama terjadi
dan biasanya kejadiannya bisa penyakit berat yang dialami ibu pada
saat ibu hamil ataupun pada saat melahirkan. Penyakit kronik pada
ibu yang dapat menyebabkan terjadinya BBLR adalah hipertensi
kronik, Preeklampsia, diabetes melitus dan jantung (England, 2014).
1) Adanya komplkasi - komplikasi kehamilan, seperti anemia,
perdarahan antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi
kandung kemih.
2) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual,
hipertensi atau darah tinggi, HIV/AIDS, TORCH, penyakit
jantung.
3) Salah guna obat, merokok, konsumsi alkohol.
b) Ibu (geografis)
1) Usia ibu saat kehamilan tertinggi adalah kehamilan pada usia <
20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
2) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek dari anak satu ke
anak yang akan dilahirkan (kurang dari 1 tahun).

6
3) Paritas yang dapat menyebabkan BBLR pada ibu yang paling
sering terjadi yaitu paritas pertama dan paritas lebih dari 4.
4) Mempunyai riwayat BBLR yang pernah diderita sebelumnya.
c) Keadaan sosial ekonomi
1) Kejadian yang paling sering terjadi yaitu pada keadaan sosial
ekonomi yang kurang. Karena pengawasan dan perawatan
kehamilan yang sangat kurang.
2) Aktivitas fisik yang berlebihan dapat juga mempengaruhi
keadaan bayi. diusahakan apabila sedang hamil tidak melakukan
aktivitas yang ekstrim.
3) Perkawinan yang tidak sah juga dapat mempengaruhi fisik serta
mental.
2. Faktor janin :
Faktor janin juga bisa menjadi salah satu faktor bayi BBLR
disebabkan oleh : kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi
sitomegali, rubella bawaan, gawat janin, dan kehamilan kembar).

3. Faktor plasenta :
Faktor plasenta yang dapat menyebabkan bayi BBLR juga dapat
menjadi salah satu faktor. Kelainan plasenta dapat disebabkan oeh :
hidramnion, plasenta previa, solutio plasenta, sindrom tranfusi bayi
kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah dini.
A. Faktor lingkungan
banyak masyarakat yang menganggap remeh adanya faktor
lingkungan ini. Faktor lingku ngan yang dapat menyebabkan BBLR,
yaitu : tempat tinggal di dataran tinggi, terkena radiasi, serta terpapar
zat beracun (England, 2014).

2.4 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis atau biasa disebut gambaran klinis biasanya digunakan


untuk menggambarkan sesuatu kejadian yang sedang terjadi. Manifestasi klinis
dari BBLR dapat dibagi berdasarkan prematuritas dan dismaturitas. Manifestasi
klinis dari premataturitas yaitu :
a. Berat lahir bernilai sekitar < 2.500 gram, panjang badan < 45 cm,
lingkaran dada < 30 cm, lingkar kepala < 33 cm.

7
b. Masa gestasi kurang dari 37 minggu.
c. Kulit tipis dan mengkilap dan lemak subkutan kurang. d. Tulang
rawan telinga yang sangat lunak.
d. Lanugo banyak terutama di daerah punggung.
e. Puting susu belum terbentuk dengan bentuk baik.
f. Pembuluh darah kulit masih banyak terlihat.
g. Labia minora belum bisa menutup pada labia mayora pada bayi jenis
kelamin perempuan, sedangkan pada bayi jenis kelamin laki – laki
belum turunnya testis.
h. Pergerakan kurang, lemah serta tonus otot yang mengalami
hipotonik.
i. Menangis dan lemah.
j. Pernapasan kurang teratur.
k. Sering terjadi serangan apnea.
l. Refleks tonik leher masih lemah.
m. Refleks mengisap serta menelan belum mencapai sempurna (Saputra,
2014).

Selain prematuritas juga ada dismaturitas. Manifestasi klinis dari


dismaturitas sebagai berikut :

a. kulit pucat ada seperti noda


b. Mekonium atau feses kering, keriput, dan tipis
c. Verniks caseosa tipis atau bahkan tidak ada d. Jaringan lemak
dibawah kulit yang masih tipis
d. Bayi tampak gersk cepat, aktif, dan kuat
e. Tali pusat berwarna kuning agak kehijauan (Saputra, 2014).

2.5 Sistem Penilaian/Skoring Usia Gestasi Ballard Skor

Skala Ballard Baru atau New Ballard Scale (NBS) adalah skala untuk
pengkajian usia gestasi yang disusun berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Dubowitz dan kawan-kawan dan telah di sederhanakan oleh Ballard. Skala tersebut
telah direvisi untuk mengkaji bayi baru lahir yang sangat prematur secara akurat dan
memberikan keakuratan yang lebih besar pada bayi baru lahir cukup bulan. NBS dan
skala lain akurat dalam waktu dua minggu (Varney, Kriebs, dan Gegor, 2007).

8
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Limawa, et al (2008), terbukti bahwa skor
new ballard sangat baik bila digunakan untuk menentukan usia gestasi bayi baru
lahir.

Menurut Maryunani dan Nurhayati (2008), sistem penilaian/scoring new Ballard


ideal dilakukan pada saat bayi berusia antara 2-8 jam. Apabila penilaian dilakukan
lebih awal (usia bayi <2 jam), waktu itu bayi sedang menjalani pemulihan dari stres
lahir dan pergerakan otot dapat menunjukkan adanya keletihan. Nilai kematangan
antara 26-44 minggu berasal dari nilai kumulatif (maturitas neuromuskuler dan fisik)
dan berlaku untuk semua bayi di semua bangsa. Menurut penelitian yang dilakukan
oleh Karunasekera, et al (2002), pada 200 bayi baru lahir didapatkan keakuratan skor
pada 24 jam pertama setelah lahir.

Penilaian maturitas neuromuscular menurut Ballard JL, Khoury JC, Wedig K, et


al, (1991), meliputi:

a. Postur
Tonus otot tercermin dalam postur tubuh bayi saat istirahat dan adanya
tahanan saat otot diregangkan. Untuk mengamati postur, bayi diposisikan
terlentang, bayi tenang, dan dilakukan manipulasi ringan dengan
memfleksikan jika ekstensi atau sebaliknya. Fleksi panggul tanpa abduksi
memberikan gambaran seperti posisi kodok.
b. Sudut pergelangan tangan (square window)
Fleksibilitas pergelangan tangan dan atau tahanan terhadap peregangan
ekstensor memberikan hasil sudut fleksi pada pergelangan tangan. Pemeriksa
meluruskan jari-jari bayi dan menekan punggung tangan dekat dengan jari-
jari lembut.
c. Rekoil tangan (arm recoil)
Maneuver ini berfokus pada fleksi pasif dari tonus biseps dengan mengukur
sudut mundur singkat setelah sendi siku di fleksi dan ekstensikan. Bayi
terlentang, pegang kedua tangan bayi, fleksikan lengan bagian bawah sejauh
mungkin dalam 5 detik, lalu rentangkan kedua lengan dan lepaskan. Amati
reaksi bayi saat lengan dilepaskan.
d. Sudut poplitea (popliteal angle)
Maneuver ini menilai pematangan tonus fleksor pasif sendi lutut dengan
menguji resistensi ekstremitas bawah terhadap ekstensi. Bayi tidur terlentang

9
tanpa popok, paha ditempatkan lembut di perut bayi dengan lutut tertekuk
penuh, jangan menekan paha belakang karena dapat mengganggu
interpretasi, kaki diekstensikan sampai terdapat resistensi pasti terhadap
ekstensi, dan ukur sudut yang terbentuk antara paha dan betis di daerah
popliteal. Bayi harus tenang tidak menendang aktif.
e. Tanda scarf (scarf sign)
Manuver ini menguji tonus pasif fleksor gelang bahu. Bayi berbaring
terlentang, pemeriksa mengarahkan kepala bayi ke garis tengah tubuh dan
mendorong tangan bayi melalui dada bagian atas dengan satu tangan dan ibu
jari dari tangan sisi lain pemeriksa diletakkan pada siku bayi. Siku mungkin
perlu diangkat melewati tubuh bayi, namun kedua bahu harus tetap
menempel di meja dan kepala tetap lurus. Posisi siku bayi diamati dan
bandingkan dengan angka pada lembar penilaian, yakni, penuh pada tingkat
leher (-1); garis aksila kontrateral (0); kontrateral baris putting (1); prosesus
xyphoid (2); garis putting ipsilateral (3); dan garis aksila ipsilateral (4).
f. Perasat tumit ke telinga (heel to ear)
Maneuver ini menilai tonus pasif otot fleksor pada gelang panggul dengan
memberikan fleksi pasif atau tahanan terhadap otototot posterior fleksor
pinggul. Posisi bayi terlentang, pegang kaki dengan ibu jari dan telunjuk,
tarik sedekat mungkin dengan kepala tanpa memaksa, pertahankan panggul
pada permukaan meja periksa, dan amati jarak antara kaki dan kepala serta
tingkat ekstensi lutut. Hasil resistensi tumit ketika berada pada atau dekat:
telinga (-1); hidung (0); dagu (1); putting baris (2); daerah pusar (3); dan
lipatan femoralis (4).

Penilaian maturitas fisik menurut Ballard JL, Khoury JC, Wedig K, et al,
(1991), meliputi:
a. Kulit (skin)

Pematangan kulit janin melibatkan pengembangan struktur intrinsiknya


bersamaan dengan hilangnya secara bertahap dari lapisan pelindung
(vernix caseosa), sehingga kulit menebal, mengering, menjadi keriput
atau mengelupas, dan dapat timbul ruam selama pematangan janin. Pada
keadaan matur dan postmatur, janin dapat mengeluarkan mekonium
dalam cairan ketuban sehingga mempercepat proses pengeringan kulit,
menyebabkan mengelupas, pecah-pecah, dan dehidrasi.

10
b. Lanugo
Lanugo mulai tumbuh pada usia gestasi 24-25 minggu dan biasanya
sangat banyak, terutama di bahu dan punggung atas ketika memasuki
minggu ke 28. Lanugo mulai menipis dari punggung bagian bawah.
Daerah yang tidak ditutupi lanugo meluas sejalan dengan maturitasnya
dan biasanya paling luas terdapat di daerah lumbo sakral. Pada punggung
bayi matur biasanya sudah tidak ditutupi lanugo. Saat melakukan
penilaian hendaknya menilai daerah yang mewakili jumlah relatif lanugo
yakni pada daerah atas dan bawah dari punggung.
c. Lipatan plantar (plantar surface)
Garis telapak kaki pertama kali muncul pada bagian anterior ini
kemungkinan berkaitan dengan posisi bayi ketika di dalam kandungan.
Bayi very premature dan extremely immature tidak mempunyai garis
pada telapak kaki. Untuk membantu menilai status maturitas fisik bayi
berdasarkan permukaan plantar maka dipakai ukuran panjang dari ujung
jari hingga tumit.
d. Payudara (breast)
Areola mammae terdiri atas jaringan mammae yang tumbuh akibat
stimulasi estrogen ibu dan jaringan lemak yang tergantung dari nutrisi
yang diterima janin. Dilakukan palpasi jaringan mammae dibawah areola
dengan ibu jari dan telunjuk untuk mengukur diameternya dalam
millimeter.
e. Mata/telinga (eye/ear)
Daun telinga pada fetus mengalami penambahan kartilago seiring
perkembangannya menuju matur. Palpasi untuk mengetahui ketebalan
kartilago, lipat daun telinga ke arah wajah kemudian lepaskan dan amati
kembalinya daun telinga. Pada bayi prematur daun telinga akan tetap
terlipat ketika dilepaskan. Pemeriksaan pada mata menilai kematangan
berdasarkan perkembangan palpebra. Pemeriksa membuka dan
memisahkan palpebra superior dan inferior dengan menggunakan jari
telunjuk dan ibu jari. Pada bayi extremely premature palpebra akan
menempel erat satu sama lain, dengan bertambahnya maturitas palpebra
bisa dipisahkan walaupun hanya satu sisi dan meninggalkan sisi yang
lain.
f. Genetalia

11
Testis pada fetus mulai turun dari cavum peritoneum ke dalam skrotum
kurang lebih pada minggu ke 30 gestasi. Testis kiri lebih dulu turun yaitu
sekitar minggu ke 32. Kedua testis biasanya sudah dapat diraba di kanalis
inguinalis bagian atas atau bawah pada minggu ke 33- 34 kehamilan.
Bersamaan dengan itu, kulit skrotum menjadi lebih tebal dan membentuk
rugae. Testis telah sepenuhnya turun bila terdapat dalam zona berugae.
Pada neonatus matur hingga postmatur, skrotum biasanya seperti
pendulum dan dapat menyentuh kasur ketika berbaring.

Hasil pengkajian NBS harus langsung dicatat, setelah nilai untuk setiap kategori
maturitas fisik dan neuromuskuler ditetapkan, nilai-nilai tersebut dijumlahkan dan nilai
akhirnya dibandingkan dengan standar penilaian untuk mendapatkan usia gestasi.
Kemudian bayi baru lahir digolongkan ke dalam salah satu kategori yaitu kurang bulan
(usia gestasi ≤38 minggu), cukup bulan (usia gestasi 38-42 minggu), atau lewat bulan
(usia gestasi ≥42 minggu) (Varney, Kriebs, dan Gegor, 2007). Intepretasi hasil
pemeriksaan maturitas fisik dan neuromuskuler disesuaikan dengan skor sehingga
didapatkan usia gestasi

2.6 Konsep Asuhan keperawatan


1. Pengkajian
a) Identitas klien
Pada bayi BBLR identitas klien berupa berat badan bayi <1.500gr, jenis
kelamin, usia gentasi <37 minggu.
b) Keluhan utama
Menurut Sartika (2015) keluhan utama yang dialami oleh bayi dengan
berat badan lahir rendah dengan hipotermia karena sumber panas bagi
bayi prematur baik lemak subkutan yang masih sedikit maupun brown fat
belum terbentuk.
c) Riwayat kesehatan sekarang
Bayi dengan riwayat dengan berat badan kurang dari 2500 gram
(Sulistyorini, 2015).
d) Riwayat kesehatan dulu
Ibu dengan riwayat kelahiran prematur, umur ibu kurang dari 20 tahun
dan lebih dari 35 tahun, jarak kedua kehamilan yang terlalu dekat
(Lestari, 2016).
e) Riwayat kesehatan keluarga

12
Apakah anggota keluarga pernah mengalami sakit keturunan seperti
kelainan kardiovaskuler.
f) Riwayat kehamilan atau persalinan
1) Riwayat kehamilan
Keadaan ibu yang beresiko tinggi yang menyebabkan BBLR adalah
mempunyai penyakit hipertensi, toksemia, plasenta pravia, abrupsio
plasenta, inkopenten servikal, kehamilan kembar, malnutrisi dan
diabetes meilitus, status sosial ekonomi yang rendah dan tiadanya
perawat sebelum kelahiran (prenatal care), riwayat kelahiran
premature atau aborsi, penggunaan obat-obatan, alkohol, rokok,
kafein.
2) Riwayat ibu
Umur dibawah 16 tahun atau diatas usia 35 tahun dan latar
pendidikan yang kurang, rendahnya gizi, kehamilan yang
berdekatandan penyakit hubungan seksual lain. (Pratiwi, 2015).
3) Riwayat persalinan
4) Riwayat post natal
g) Pola kebiasaan sehari-hari
1) Riwayat nutrisi
Masalah pemberian asi pada BBLR terjadi karena ukuran tubuh bayi
dengan BBLR kecil, kurang energi, lemah, lambungnya kecil dan
tidak dapat menghisap. Bayi dengan BBLR sering- sering
mendapatkan pemberian ASI dalam jumplah yang lebih sedikit tetapi
sering. Bayi BBLR dengan kehamilan > 35 minggu dan berat lahir
2000 gram umumnya bisa langsung menetek. (Proverawati, 2016).
2) Pola makan dan minum
Air susu ibu (ASI) merupakan pilihan pertama jika bayi mampu
menghisap. ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga
ASI adalah pilihan yang harus didahulukan untuk diberikan. Bila
faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan
diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau memasang sonde ke
lambung. Permukaan cairan yang diberika sekitar 200cc/kg BB/hari.
Pemberian makanan interval tiap jam dilakukan pada BBLR. Reflek
hisap yang lemah, sehingga pemberian minum sebaiknya sediki demi

13
sedikit, tetapi dengan frekuensi yang lebih sering (Sulistyorini,
2017).
3) Pola eliminasi
Umumnya klien mengalami gangguan BAB karena organ tubuh
terutama pencernaan belum sempurna.
4) Pola kebersihan diri (personal hygiene)
Perawat dan keluarga pasien harus menjaga kebersihan pasien,
terutama saat BAB dan BAK, saat BAB dan BAK harus diganti
popok khusus bayi BBLR yang kering dan halus.
5) Pola tidur
Terlihat gerak bayi masih pasif, tangisannya masih merintih,
meskipun keadaan lapar bayi tetap tidak menangis, bayi cenderung
lebih banyak tidur dan pemalas. Tonus otot lemah sehingga bayi
kurang aktif dan pergerakannya lemah (Proverawati, 2010).
2. Pemeriksaan fisik
a. Antropometri
Berat badan normal bayi 2500-4000 gram, panjang aterm kepala ke tumit
rata-rata 45-53 cm, lingkar kepala normalnya 34-39 cm, lingkar dada
ukuran normal 31-33cm, lingkar lengan atas normal saat lahir 11 cm.
b. Kepala
Inspeksi : Simetris/tidak, persebaran rambut merata/tidak. Palpasi :
Fontanela menutup/tidak cekung/tidak, ubun- ubun
cekung/cembung/datar, lingkar kepala, nyeri tekan/tidak,
maulding/moulase tulang kepala tumpang tindih/tidak.
c. Wajah
Inspeksi Simetris/tidak, warna kulit sama/tidak, pucat/tidak.
Palpasi :Nyeri tekan/tidak.
d. Mata
Inspeksi : Simetris/tidak, konjungtivanormal/anemis, sklera
(putih,bersih,ikterus), pupil miosis/midriasis, bersih/tidak, mata
cowong/tidak, bentuk bola mata menonjol/cekung/normal. Palpasi :
Nyeri tekan/tidak
e. Hidung

14
Inspeksi : Simetris/tidak, pernafasan cuping hidung iya/tidak, adanya
pembengkakan sputum hidung/tidak, ada polip/tidak, ada sekret/tidak.
Palpasi : Nyeri tekan/tidak.
f. Telinga
Inspeksi : Simetris/tidak, ada serumen/tidak, tulang rawan sudah
matang/belum, ketiak ditekuk kembali/tidak Palpasi : Daun telinga
keras/lunak, ada nyeri tekan /tidak.
g. Dada dan punggung
Inspeksi :Simetris/tidak, ada pergerakan dada/tidak, adanya
penonjolan/tidak Palpasi : Nyeri tekan/tidak Adakah rabut
abnormal/tidak
h. Abdomen
Inspeksi : Perut tampak buncit/kembung, pembuluh darah tampak/tidak
Palpasi : Nyeri tekan/tidak pada area abdomen Auskultasi : Peristaltik
usus dapat terdengar antara 9-30 x/menit, timpani/hipertimpani
i. Genetalia dan anus
Pada bayi perempuan labia minora belum tertutup dengan labia mayora,
pada bayi laki-laki didapatkan testis yang belum turun
j. Ekstermitas
Otot-otot masih hipotonik, kepala mengarah kesatu sisi, pergelangan kaki
dan sendi lutut dalam fleksi/lurus.
k. Reflek
1) Refleks Rooting
Reflek in karena stimulasi taktil pada pipi dan daerah mulut, bayi
akan merutar kepala seakan-akan mencari puting susu. Pola
perkembangan menghilang di usia 3- 7 bulan bila tak ada respons:
Bayi kurang bulan (prematur) atau kerungkinan adanya kelainan
sensorik.
2) Reflek sucking
Reflek menghisap bila ada objek disentuhkan / dimasukkan ke mulut
pola perkembangan menghilang di usia 3-7 bulan bila tdk ada respon,
reflek menghisap dan menelan akan terjadi pada kehamilan 34
minggu, kelainan saluran pernapasan dan kelainan pada mulut
termasuk langit-langit mulut.
3) Reflek moro

15
Reflek di mana bayi akan mengembangkan tangan dan jari
lebarlebar, lalu mengembalikan dengan yg cepat seakan - akan
memeluk jika tiba-liba dikejutkan oleh suara atau gerakan pola
perkembangan hilang di usia 3-4 bulan bila tak ada respons,
menunjukkan fraktur atau cedera pada bagian tubuh tertentu.
4) Reflek menggenggam
Reflek yang timbul bila ibu jari diletakkan pada telapak tangan bayi,
maka bayi akan menutup telapak tangannya, menghilang di usia 3-4
bulan bila tak ada respons menunjukkan kelainan pada saraf otak.
5) Reflek plantar
Reflek yang timbul bila telapak kaki disentuh, maka bayi akan
menutup telapak kakinya, menghilang di usia 8 bulan.
3. Diagnosa keperawatan
a. Hipotermia berhubungan dengan berat badan ekstrem
1) Data Mayor:
Subjektif: -
Objektif :
a) Kulit teraba dingin
b) Menggigil
c) Suhu tubuh di bawah nilai normal
2) Data Minor:
Subjektif: -
Objektif:
a) Akrosianosis
b) Bradikardi
c) Dasar kuku sianosis
d) Hipoglikemia
e) Hipoksia
f) Pengisiaan kapiler >3 detik
g) Konsumsi oksigen meningkat
h) Ventilasi menurun

b. Risiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan organisme


pantogen lingkungan.
Faktor Risiko

16
1. Penyakit kronis (mis, diabetes melitus)
2. Efek prosedur invasive
3. Malnutrisi
4. Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan
5. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer:
a) Gangguan peristaltic
b) Kerusakan integritas kulit
c) Perubahan sekresi pH
d) Penurunan kerja siliaris
e) Ketuban pecah lama
f) Ketuban pecah sebelum waktunya
g) Merokok
h) Status cairan tubuh
4. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan keperawatan adalah rencana keperawatan kepada klien


sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan sehingga kebutuhan klien dapat
terpenuhi. Dalam teori perencanaan keperawatan dituliskan sesuai dengan
rencana dan kriteria hasil berdasarkan Standar Luaran Keperawatan
Indonesia (SLKI) dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).
Perencanaan keperawatan dan disesuaikan dengan kondisi klien dan fasilitas
yang ada, sehingga rencana tindakan dapat diselesaikan dengan Spesifik,
Measure, Arhieverble, Rasional, Time (SMART) selanjutnya akan diuraikan
rencana asuhan keperawatan dari diagnosa yang ditegakkan (SDKI, 2016).

5. Implementasi keperawatan
Implementasi adalah tahap pelaksanaan dari rencana intervensi yang
dilakukan untuk tercapainya intervensi yang jelas. Implementasi merupakan
tindakan asuhan keperawatan yang sudah direncanakan dalam tahap
perencanaan keperawatan. Tahap implementasi dilakukan setelah rencana
intervensi disusun untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan
untuk mengatasi masalah kesehatan klien. Pada tahap implementasi ini
perawat harus mengetahui berbagai hal seperti bahaya-bahaya fisik dan
perlindungan pada klien, teknik komunikasi yang efektif dan terapeutik, serta
kemampuan dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan yang tepat
(Sukmawati, 2017).

17
6. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tindakan intelektual yang bertujuan
untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh
diagnosa keperawatan, rencana tindakan keperawatan, dan pelaksanaannya
sudah berhasil dicapai. Perawat dapat memonitor apa saja yang terjadi selama
tahap pengkajian, diagnosa, perencanaan, dan pelaksanaan keperawatan yang
telah dilakukan terhadap pasien yang ditangani, Evaluasi yang digunakan
berbentuk S (Subjektif), O (Objektif), A (Analisa),P (Perencanaan terhadap
analisis), ( Marpaung, 2016).

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Pada masa kelahiran, neonatus akan mengalami adaptasi yang semula


bergantung kemudian menjadi mandiri fisiologis. Sebelum diatur oleh tubuh
bayi, fungsi tersebut dilakukan oleh plasenta yang kemudian masuk ke periode
transisi. Periode transisi berlangsung segera setelah lahir hingga satu bulan atau
lebih oleh beberapa sistem. Transisi yang paling cepat adalah sistem pernafasan
dan sirkulasi, sistem termogulasi dan sistem metabolisme glukosa. Adaptasi
fisiologis neonatus dapat dipengaruhi oleh riwayat kehamilan (misal : sikap ibu
terhadap kehamilan, umur kehamilan, riwayat penyakit yang diderita ibu),
persalinan (misal : lama dan jenis persalinan), kemampuan dan kondisi neonatus
(misal : penyakit atau kelainan bawaan pada neonatus dan prematuritas). Pada 24
jam pertama resiko terbesar kematian bayi baru lahir mungkin dialami, sehingga
asuhan bayi baru lahir sehat yang diberikan pada satu jam pertama sangat
dibutuhkan untuk mencegah kelainan dan komplikasi7 . Misalnya karena
hipotermi akan menyebabkan hipoglikemia dan dapat terjadi kerusakan otak.
Neonatal merupakan golongan umur yang rentan terkena gangguan kesehatan,
seperti : asfiksia, ikterus, hipotermi, kejang, perdarahan tali pusat dan lain
sebagainya, serta beresiko akan terjadinya kematian.
Untuk menghindari gangguan kesehatan pada bayi baru lahir, maka
diperlukan upaya pencegahan yaitu dengan memberikan pelayanan Asuhan
Komprehensif sejak bayi dalam kandungan, selama persalinan, segerah setelah

18
melahirkan serta melibatkan keluarga dan masyarakat dalam memberikan
pelayanan kesehatan yang berkualitas seperti melakukan penatalaksanaan bayi
baru lahir yaitu mengeringkan bayi, atur pernafasan, jepit potong tali pusat,
hangatkan bayi, lakukan IMD, berikan salep mata, injeksi vitamin K, imunisasi
HB 0, cara merawat tali pusat, cara menyusi bayi yang baik dan benar,
memberikan ASI secara esklusif dan pemantauan perkembangan selanjutnya
guna menghasilkan bayi yang sehat.

19

Anda mungkin juga menyukai