Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN BY NY.

K DENGAN BBLR DI RUANG CUT


NYA’ DIEN RSUD KANJURUHAN KAB. MALANG

Oleh:
Lutfia Meta Della
202120461011184
Kelompok 10

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2022
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN BY NY. K DENGAN BBLR DI RUANG CUT


NYA’ DIEN RSUD KANJURUHAN KAB. MALANG

DEPARTEMEN

KEPERAWATAN ANAK

KELOMPOK - 10

Nama: Lutfia Meta Della


NIM: 202120461011184
Minggu Ke: 9-15 Mei 2022/ Minggu 1

Malang, 9 Mei 2022


Pembimbing Institusi, Pembimbing Lahan,
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillaahi rabbil a’lamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, shalawat serta salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW dan para
sahabatnya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas laporan pendahuluan
dengan judul “ Laporan Pendahuluan Pada Pasien Bayi Berat Badan Lahir Rendah
di Ruang Cut Nyak Dien”. Laporan pendahuluan ini disusun guna memenuhi
persyaratan untuk bisa memenuhi tugas praktek klinis di RSUD Kanjuruhan
Malang.
Saya menyadari adanya kekurangan dalam penyusunan Laporan
Pendahuluan ini. Oleh karena itu, saya mengharap kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak untuk perbaikan selanjutnya. Semua berasal dari
Allah SWT dan akan kembali kepada-Nya.
Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.

Malang, 9 Mei 2022

Lutfia Meta Della

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... 1
DAFTAR ISI................................................................................................... 2
DEFINISI......................................................................................................... 3
KLASIFIKASI................................................................................................ 3
ETIOLOGI...................................................................................................... 4
TANDA DAN GEJALA................................................................................. 6
PATOFISIOLOGI.......................................................................................... 7
GEJALA KLINIS........................................................................................... 8
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK................................................................. 9
PENATALAKSANAAN................................................................................. 9
KOMPLIKASI................................................................................................ 10
ASUHAN KEPERAWATAN........................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 24
A. DEFINISI
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan bayi baru lahir
yang saat dilahirkan memiliki berat badan senilai < 2500 gram tanpa
menilai masa gestasi. (Sholeh, 2014). Pada tahun 1961 oleh World Health
Organization (WHO) semua bayi yang telah lahir dengan berat badan saat
lahir kurang dari 2.500 gram disebut Low Birth Weight Infants atau Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR).Banyak yang masih beranggapan apabila
BBLR hanya terjadi pada bayi prematur atau bayi tidak cukup bulan. Tapi,
BBLR tidak hanya bisa terjadi pada bayi prematur, bisa juga terjadi pada
bayi cukup bulan yang mengalami proses hambatan dalam
pertumbuhannya selama kehamilan (Profil Kesehatan Dasar Indonesia,
2014).
B. KLASIFIKASI
1. Berdasarkan BB lahir
a. BBLR      : BB < 2500gr
b. BBLSR    : BB 1000-1500gr
c. BBLASR : BB <1000 gr
2. Berdasarkan umur kehamilan
a. Prematuritas murni kurang dari 37 hari dan BB sesuai dengan
masa kehamilan/ gestasi (neonatus kurang bulan - sesuai masa
kehamilan/ NKB-SMK).
b. Dismatur (IUGR), BB kurang dari seharusnya untuk masa
gestasi/kehamilan akibat bayi mengalami retardasi intra uteri dan
merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilan (KMK).
Dismatur dapat terjadi dalam pre-term, term dan post-term yang
terbagi dalam :
1) Neonatus kurang bulan – kecil untuk masa kehamilan (NKB-
KMK), dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu (259
hari)
2) Neonatus cukup bulan – kecil untuk masa kehamilan (NCB –
KMK), dengan masa kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu
(259-293 hari)
3) Neonatus lebih bulan – kecil untuk masa kehamilan (NLB –
KMK), 42 minggu atau lebih (294 hari atau lebih) (Ridha, 2014).

C. ETIOLOGI
Etiologi dari BBLR dapat dilihat dari faktor maternal dan faktor
fetus. Etiologi dari maternal dapat dibagi menjadi dua yaitu prematur dan
IUGR (Intrauterine Growth Restriction). Yang termasuk prematur dari
faktor maternal yaitu Preeklamsia, penyakit kronis, infeksi, penggunaan
obat, KPD, polihidramnion, iatrogenic, disfungsi plasenta, plasenta previa,
solusio plasenta, inkompeten serviks, atau malformasi uterin. Sedangkan
yang termasuk IUGR (Intrauterine Growth Restriction) dari faktor
maternal yaitu Anemia, hipertensi, penyakit ginjal, penyakit kronis, atau
pecandu alcohol atau narkortika. Selain etiologi dari faktor maternal juga
ada etiologi dari faktor fetus. Yang termasuk prematur dari faktor fetus
yaitu Gestasi multipel atau malformasi. Sedangkan, yang termasuk IUGR
(Intrauterine Growth Restriction) dari faktor fetus yaitu Gangguan
kromosom, infeksi intrauterin (TORCH), kongenital anomali, atau gestasi
multipel (Bansal, Agrawal, dan Sukumaran, 2013). Selain itu ada beberapa
faktor yang dapat menyebabkan bayi dengan berat badan lahir rendah atau
biasa disebut BBLR (Proverawati dan Ismawati, 2010) :
A. Faktor ibu :
1) Penyakit Penyakit kronik adalah penyakit yang sangat lama terjadi
dan biasanya kejadiannya bisa penyakit berat yang dialami ibu pada
saat ibu hamil ataupun pada saat melahirkan. Penyakit kronik pada ibu
yang dapat menyebabkan terjadinya BBLR adalah hipertensi kronik,
Preeklampsia, diabetes melitus dan jantung (England, 2014).
a. Adanya komplkasi - komplikasi kehamilan, seperti anemia,
perdarahan antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi
kandung kemih.
b. Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual,
hipertensi atau darah tinggi, HIV/AIDS, TORCH, penyakit jantung.
c. Salah guna obat, merokok, konsumsi alkohol.
2) Ibu (geografis)
a. Usia ibu saat kehamilan tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20
tahun atau lebih dari 35 tahun.
b. Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek dari anak satu ke
anak yang akan dilahirkan (kurang dari 1 tahun).
c. Paritas yang dapat menyebabkan BBLR pada ibu yang paling
sering terjadi yaitu paritas pertama dan paritas lebih dari 4.
d. Mempunyai riwayat BBLR yang pernah diderita sebelumnya.
3) Keadaan sosial ekonomi
a. Kejadian yang paling sering terjadi yaitu pada keadaan sosial
ekonomi yang kurang. Karena pengawasan dan perawatan kehamilan
yang sangat kurang.
b. Aktivitas fisik yang berlebihan dapat juga mempengaruhi keadaan
bayi. diusahakan apabila sedang hamil tidak melakukan aktivitas
yang ekstrim.
c. Perkawinan yang tidak sah juga dapat mempengaruhi fisik serta
mental.
B. Faktor janin Faktor janin juga bisa menjadi salah satu faktor bayi
BBLR disebabkan oleh : kelainan kromosom, infeksi janin kronik
(inklusi sitomegali, rubella bawaan, gawat janin, dan kehamilan
kembar).
C. Faktor plasenta Faktor plasenta yang dapat menyebabkan bayi BBLR
juga dapat menjadi salah satu faktor. Kelainan plasenta dapat
disebabkan oeh : hidramnion, plasenta previa, solutio plasenta, sindrom
tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah dini.
D. Faktor lingkungan banyak masyarakat yang menganggap remeh adanya
faktor lingkungan ini. Faktor lingku ngan yang dapat menyebabkan
BBLR, yaitu : tempat tinggal di dataran tinggi, terkena radiasi, serta
terpapar zat beracun (England, 2014).
D. PATOFISISIOLOGI
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan
yang belum cukup bulan atau prematur, disamping itu juga disebabkan
dismaturitas. Artinya, bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38
minggu), tapi BB lahirnya lebih kecil ketimbang kehamilannya, yaitu
tidak mencapai 2500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya
gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan
oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi,
dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi
jadi berkurang. Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar
pertumbuhan janin tidak mengalami hambatan dan selanjutnya akan
melahirkan bayi dengan berat normal.
Dengan kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal,
tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa prahamil
maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar daripada ibu
dengan kondisi kehamilan yang sebailknya, ibu dengan kondisi kurang
gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang
rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.
Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada
pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak.Anemia gizi dapat
mengakibatkan kematian janin di dalam kandungan, abortus, cacat
bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini dapat
mengakibatkan morbiditas dan mortilitas ibu dan kematian perinatal
secara bermakna lebih tinggi.Pada ibu hamil yang menderita anemia
berat dapat meningkatkan resiko morbiditas ibu dan bayi, kemungkinan
melahirkan bayi BBLR dan prematur juga lebih besar.
E. PATHWAY

Faktor Gangguan
Pertukaran zat Ibu dan
Faktor Ibu Faktor Faktor Janin
Janin
Retardasi
Bayi Lahir Prematur Pertumbuhan Intra

Berat Badan <2500 gr

Jaringan Lemak Prematuritas Penurunan Risiko Infeksi


Subkutan Lebih Tipis Daya Tahan

Fungsi Organ
Kehilangan Panas
Belum Baik
Tubuh

Risiko Otak Paru-Paru Pertumbuhan Dinding


Hipotermi Dada Belum Sempurna

Reflek Menghisap Ketidakefektifan


Belum Sempurna Pola Nafas

Ketidakefektifan
Pola Makan Bayi

F. GEJALA KLINIS
1. Prematuritas murni
a. Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari
45 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm, lingkar dada krang dari
30 cm
b. Masa gestasi kurang dari 37 minggu
c. Kulit tipis dan transparan, tampak mengkilat dan licin
d. Kepala lebih besar dari badan
e. Lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis, telinga dan lengan
f. Lemak subkutan kurang
g. Ubun- ubun dan satura lebar
h. Rambut tipis dan halus
i. Tulang rawan dan daun telinga immature
j. Putting susu belum berbentuk dengan baik
k. Pembuluh darah kulit banyak terlihat, peristaltic usus dapat
terlihat
l. Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia
mayora (pada wanita), testis belum turun (pada laki-laki)
m. Bayi masih posisi fetal
n. Pergerakan kurang dan lemah
o. Otot masih hipotonik
p. Banyak tidur, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering
mengalami serangan apnoe
q. Reflex tonic neck lemah
r. Reflex menghisap dan menelan belum sempurna
2. Dismatur (IUGR)
a. Pre-term: sama dengan bayi prematuritas murni
b. Post-term:
1) kulit pucat/bernod, mekonium kering keriput, tipis
2) vernix caseosa tipis/ tidak ada
3) jaringanlemak dibawah kulit tipis
4) bayi tampak gesit, aktif dan kuat
5) tali pusat berwarna kuning kehijauan
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan skor ballard
Penilaian usia kehamilan yang tepat penting dalam pemeriksaan bayi
baru lahir untuk menentukan penatalaksanaan selanjutnya. Salah satu
metode untuk menilai masa gestasi yang dipakai adalah New Ballard
Score (NBS).
2. Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan
3. Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa
kadar elektrolit dan analisa gas darah
4. Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan
umur kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/
diperkirakan akan terjadi sindrom gawat napas
5. USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan.

H. PENATALAKSANAAAN
1. Medis
a. Resusitasi yang adekuat, pengaturan suhu, terapi oksigen
b. Pengawasan terhadap PDA (Patent Ductus Arteriosus)
c. Keseimbangan cairan dan elektrolit, pemberian nutrisi yang
cukup
d. Pengelolaan hiperbilirubinemia, penanganan infeksi dengan
antibiotik yang tepat
2. Penanganan secara umum :
a. Pengaturan suhu tubuh
Bayi BBLR mudah dan cepat sekali menderita Hypotermia
bila berada di lingkungan yang dingin.Kehilangan panas disebabkan
oleh permukaan tubuh bayi yang realtif lebih luas bila dibandingkan
dengan berat badan, kurangnya jaringan lemak dibawah kulit, dan
kekurangan lemak coklat (Brown Fat).Bayi akan berkembang secara
memuaskan, asal suhu rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d 370
C.Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan
dimana suhu normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha
metabolic yang minimalUntuk mencegah hypotermi, perlu
diusahakan lingkungan yang cukup hangat untuk bayi dengan cara
membersihkan tubuh bayi dengan handuk bersih dan tutupi tubuh
bayi dengan handuk bersih juga dan dalam keadaan istrahat
konsumsi oksigen paling sedikit, sehingga suhu tubuh bayi tetap
normal.
b. Pernapasan
Jalan napas merupakan jalan udara melalui hidung, pharing,
trachea, bronchiolus, bronchiolus respiratorius, dan duktus alveoleris
ke alveoli. Terhambatnya jalan napas akan menimbulkan asfiksia,
hipoksia dan akhirnya kematian. Selain itu bayi BBLR tidak dapat
beradaptasi dengan asfiksia yang terjadi selama proses kelahiran
sehingga dapat lahir dengan asfiksia perinatal. Bayi BBLR berisiko
mengalami serangan apneu dan defisiensi surfakatan, sehingga tidak
dapat memperoleh oksigen yang cukup yang sebelumnya diperoleh
dari plasenta.Dalam kondisi seperti ini diperlukan pembersihan jalan
napas segera setelah lahir (aspirasi lendir), dibaringkan pada posisi
miring, merangsang pernapasan dengan menepuk atau menjentik
tumit.Bila tindakan ini gagal, dilakukan ventilasi, intubasi
endotrakheal, pijatan jantung dan pemberian oksigen dan selama
pemberian intake dicegah terjadinya aspirasi.Dengan tindakan ini
dapat dicegah sekaligus mengatasi asfiksia sehingga memperkecil
kematian bayi BBLR.
c. Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system
imunologi yang kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau
tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi,
perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum dan
sesudah merawat bayi dan membersihkan tubuh bayi dengan handuk
dan juga membersihkan plasenta bayi.
d. Pemberian makanan
ASI (Air Susu Ibu) merupakan pilihan pertama agar bayi
mampu mengisap.Maka setelah bayi lahir, langsung berikan ASI
secara dini atau IMD (Inisiasi Menyusui Dini) yang sangat
dianjurkan untuk bayi yang mengalami BBLR untuk memenuhi
kebutuhan nutrisinya.Bayi berat lahir rendah secara relatif
memerlukan lebih banyak kalori.

I. KOMPLIKASI
1. Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom distres
respirasi, penyakit membran hialin
2. Dismatur preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35
minggu
3. Hiperbilirubinemia, patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak
4. Hipotermia, Hipoglikemia, Hipokalsemia, Anemi, gangguan
pembekuan darah
5. Infeksi, retrolental fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC)
6. Bronchopulmonary dysplasia, malformasi konginetal
J. ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Data Subyektif
Data subyektif adalah persepsi dan sensasi klien tentang masalah
kesehatan Data subyektif terdiri dari :
a. Biodata atau identitas pasien :
1) Bayi meliputi nama tempat tanggal lahir jenis kelamin
2) Orangtua meliputi : nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau
kebangsaan, pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari
riwayatantenatal pada kasus BBLR yaitu:
a) Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi
buruk, merokok ketergantungan obat-obatan atau dengan
penyakit seperti diabetes mellitus, kardiovaskuler dan
paru.
b) Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya
kelahiran multiple, kelainan kongenital, riwayat
persalinan preterm.
c) Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau
periksa tetapi tidak teratur dan periksa kehamilan tidak
pada petugas kesehatan.
d) Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia
kehamilan (kehamilan postdate atau preterm).
2) Riwayat natal komplikasi persalinan juga mempunyai kaitan
yang sangat erat dengan permasalahan pada bayi baru lahir. Yang
perlu dikaji :
a) Kala I : perdarahan antepartum baik solusio plasenta
maupun plasenta previa.
b) Kala II : Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena
pemakaian obat penenang (narkose) yang dapat menekan
sistem pusat pernafasan.
3) Riwayat post natal
Yang perlu dikaji antara lain :
a) Agar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua
AS (0-3) asfiksia berat, AS (4-6) asfiksia sedang, AS (7-10)
asfiksia ringan.
b) Berat badan lahir : Preterm/BBLR < 2500 gram, untu aterm 
2500 gram lingkar kepala kurang atau lebih dari normal (34-
36 cm).
c) Adanya kelainan kongenital : Anencephal, hirocephalus
anetrecial aesofagal.
4) Pola nutrisi
Yang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR gangguan absorbsi
gastrointentinal, muntah aspirasi, kelemahan menghisap sehingga
perlu diberikan cairan parentral atau personde sesuai dengan
kondisi bayi untuk mencukupi kebutuhan elektrolit, cairan, kalori
dan juga untuk mengkoreksi dehidrasi, asidosis metabolik,
hipoglikemi disamping untuk pemberian obat intravena.
a) Kebutuhan parenteral
Bayi BBLR < 1500 gram menggunakan D5%
Bayi BBLR > 1500 gram menggunakan D10%
b) Kebutuhan nutrisi enteral
BB < 1250 gram = 24 kali per 24 jam
BB 1250-< 2000 gram = 12 kali per 24 jam
BB > 2000 gram = 8 kali per 24 jam
c) Kebutuhan minum pada neonatus :
Hari ke 1 = 50-60 cc/kg BB/hari
Hari ke 2 = 90 cc/kg BB/hari
Hari ke 3 = 120 cc/kg BB/hari
Hari ke 4 = 150 cc/kg BB/hari
Untuk tiap harinya sampai mencapai 180 – 200 cc/kg
BB/hari
5) Pola eliminasi
Yang perlu dikaji pada neonatus adalah
a) BAB : frekwensi, jumlah, konsistensi.
b) BAK : frekwensi, jumlah
6) Latar belakang sosial budaya
a) Kebudayaan yang berpengaruh terhadap BBLR kebiasaan ibu
merokok, ketergantungan obat-obatan tertentu terutama jenis
psikotropika
b) Kebiasaan ibu mengkonsumsi minuman beralkohol,
kebiasaan ibu melakukan diet ketat atau pantang makanan
tertentu.
7) Hubungan psikologis
Sebaiknya segera setelah bayi baru lahir dilakukan rawat gabung
dengan ibu jika kondisi bayi memungkinkan. Hal ini berguna
sekali dimana bayi akan mendapatkan kasih sayang dan perhatian
serta dapat mempererat hubungan psikologis antara ibu dan bayi.
Lain halnya dengan BBLR karena memerlukan perawatan yang
intensif
2. Data Obyektif
Data obyektif adalah data yang diperoleh melalui suatu
pengukuran dan pemeriksaan dengan menggunakan standart yang diakui
atau berlaku
a. Keadaan umum
Pada neonatus dengan BBLR, keadaannya lemah dan hanya
merintih. Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan yang
aktif dan menangis keras. Kesadaran neonatus dapat dilihat dari
responnya terhadap rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang
badan sesuai dengan usianya tidak ada pembesaran lingkar kepala
dapat menunjukkan kondisi neonatus yang baik.
b. Tanda-tanda Vital
Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan
asfiksia benar, tepat dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko
terjadinya hipothermi bila suhu tubuh < 36 C dan beresiko terjadi
hipertermi bila suhu tubuh < 37 C. Sedangkan suhu normal tubuh
antara 36,5C – 37,5C, nadi normal antara 120-140 kali per menit
respirasi normal antara 40-60 kali permenit, sering pada bayi post
asfiksia berat pernafasan belum teratur
c. Pemeriksaan fisik
1) Kulit
Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru,
pada bayi preterm terdapat lanugo dan verniks.
2) Kepala
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal
haematom, ubun-ubun besar cekung atau cembung
kemungkinan adanya peningkatan tekanan intrakranial.
3) Mata
Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada
bleeding conjunctiva, warna sklera tidak kuning, pupil
menunjukkan refleksi terhadap cahaya.
4) Hidung
Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan
lendir.
5) Mulut
Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
6) Telinga
Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan
7) Leher
Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek
8) Thorax
Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara
wheezing dan ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100
kali per menit.
9) Abdomen
Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm dibawah arcus
costaae pada garis papila mamae, lien tidak teraba, perut
buncit berarti adanya asites atau tumor, perut cekung adanya
hernia diafragma, bising usus timbul 1 sampai 2 jam setelah
masa kelahiran bayi, sering terdapat retensi karena GI Tract
belum sempurna.
10) Umbilikus
Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya
tanda – tanda infeksi pada tali pusat.
11) Genitalia
Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan
letak muara uretra pada neonatus laki – laki, neonatus
perempuan lihat labia mayor dan labia minor, adanya sekresi
mucus keputihan, kadang perdarahan.
12) Anus
Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air
besar serta warna dari faeses.
13) Ekstremitas
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya
patah tulang atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-
jari tangan serta jumlahnya.
14) Refleks
Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan
sucking lemah. Reflek moro dapat memberi keterangan
mengenai keadaan susunan syaraf pusat atau adanya patah
tulang
3. Data Penunjang
Data penunjang pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam
menegakkan diagnosa atau kausal yang tepat sehingga kita dapat
memberikan obat yang tepat pula. Pemeriksaan yang diperlukan
adalah:
1) Darah : GDA > 20 mg/dl
2) Test kematangan paru
3) CRP
4) Hb dan Bilirubin : > 10 mg/dl

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa yang bisa ditegakkan oleh seorang perawat pada bayi dengan
BBLR yaitu:
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi, sindrom
hipoventilasi, disfungsi neuromuscular, imaturitas neurologis, kerusakan
neurologis.
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan, ketidakmampuan
menelan makanan, ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrient, faktor
biologis.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan
sekunder, malnutrisi, pemajanan terhadap pathogen lingkungan
meningkat, pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat.
4. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan berat badan
ekstrem, kegagalan fungsi regulator, kehilangan volume cairan aktif.
5. Hipotermia berhubungan dengan pemajanan lingkungan yang dingin,
penyakit, malnutrisi, pemajanan pakaian yang tidak adekuat, penurunan
laju metabolisme. (NANDA International, 2014

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi,
sindrom hipoventilasi, disfungsi neuromuscular, imaturitas neurologis,
kerusakan neurologis
Tujuan : setelah dilakukan tindakan, pola napas kembali efektif
Kriteria hasil:
a. Neonatus akan mempertahankan pola pernapasan periodik
b. Membran mukosa merah muda
Intervensi Rasional
Mandiri: Mandiri
1. Kaji frekwensi dan pola 1. Membantu dalam membedakan
pernapasan, perhatikan adanya periode perputaran pernapasan
apnea dan perubahan frekwensi normal dari serangan apnetik
jantung sejati, terutama sering terjadi pad
gestasi minggu ke-30
2. Isap jalan napas sesuai kebutuhan 2. Menghilangkan mukus yang
neyumbat jalan napas
3. Posisikan bayi pada abdomen atau 3. Posisi ini memudahkan pernapasan
posisi telentang dengan gulungan dan menurunkan episode apnea,
popok dibawah bahu untuk khususnya bila ditemukan adanya
menghasilkan hiperekstensi hipoksia, asidosis metabolik atau
hiperkapnea
4. Tinjau ulang riwayat ibu terhadap 4. Magnesium sulfat dan narkotik
obat-obatan yang akan menekan pusat pernapasan dan
memperberat depresi pernapasan aktifitas SSP
pada bayi
Kolaborasi : Kolaborasi
1. Pantau pemeriksaan 1. Hipoksia, asidosis netabolik,
laboratorium sesuai indikasi hiperkapnea, hipoglikemia,
hipokalsemia dan sepsis
memperberat serangan apnetik
2. Berikan oksigen sesuai 2. Perbaikan kadar oksigen dan
indikasi karbondioksida dapat
meningkatkan funsi pernapasan
3. Berikan obat-obatan yang 3. Untuk membantu dalam
sesuai indikasi bernafas pasien dan
mengentalkan mukus

2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan, ketidakmampuan
menelan makanan, ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrient,
faktor biologis
Tujuan : nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan
Kriteria hasil :
a. Bayi mendapat kalori dan nutrien esensial yang adekuat
b. Mempertahankan pertumbuhan dan peningkatan berat
badan  dalam kurva normal dengan penambahan berat badan
tetap, sedikitnya 20-30 gram/hari.

Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri
1. Kaji maturitas refleks berkenaan 1. Menentukan metode pemberian
dengan pemberian makan makan yang tepat untuk bayi
(misalnya : mengisap, menelan, 2. Pemberian makan pertama bayi
dan batuk) stabil memiliki peristaltik dapat
2. Auskultasi adanya bising usus, dimulai 6-12 jam setelah kelahiran.
kaji status fisik dan statuys Bila distres pernapasan ada  cairan
pernapasan parenteral di indikasikan dan cairan
3. Kaji berat badan dengan peroral harus ditunda
menimbang berat badan setiap 3. Mengidentifikasikan adanya resiko
hari, kemudian dokumentasikan derajat dan resiko terhadap pola
pada grafik pertumbuhan bayi pertumbuhan. Bayi SGA dengan
4. Pantau masukan dan dan kelebihan cairan ekstrasel
pengeluaran. Hitung konsumsi kemungkinan kehilangan 15% BB
kalori dan elektrolit setiap hari lahir. Bayi SGA mungkin telah
5. Kaji tingkat hidrasi, perhatikan mengalami penurunan berat badan
fontanel, turgor kulit, berat jenis dealam uterus atau mengalami
urine, kondisi membran mukosa, penurunan simpanan
fruktuasi berat badan. lemak/glikogen.
6. Kaji tanda-tanda hipoglikemia; 4. Memberikan informasi tentang
takipnea dan pernapasan tidak masukan aktual dalam hubungannya
teratur, apnea, letargi, fruktuasi dengan perkiraan kebutuhan untuk
suhu, dan diaphoresis. Pemberian digunakan dalam penyesuaian diet.
makan buruk, gugup, menangis, 5. Peningkatan kebutuhan metabolik
nada tinggi, gemetar, mata dari bayi SGA dapat meningkatkan
terbalik, dan aktifitas kejang. kebutuhan cairan. Keadaan bayi
Kolaborasi : hiperglikemia dapat mengakibatkan
1. Pantau pemeriksaan laboratorium diuresi pada bayi. Pemberian cairan
sesuai indikasi intravena mungkin diperlukan untuk
· Glukas serum memenuhi peningkatan kebutuhan,
· Nitrogen urea darah, kreatin, tetapi harus dengan hati-hati
osmolalitas serum/urine, elektrolit ditangani untuk menghindari
urine kelebihan cairan
2. Berikan suplemen elektrolit sesuai 6. Karena glukosa adalah sumber
indikasi misalnya kalsium utama dari bahan bakar untuk otak,
glukonat 10% kekurangan dapat menyebabkan
kerusakan SSP
permanen.hipoglikemia secara
bermakna meningkatkan mobilitas
mortalitas serta efek berat yang lama
bergantung pada durasi masing-
masing episode.Hipoglikemia dapat
terjadi pada awal 3 jam lahir bayi
SGA saat cadangan glikogen dengan
cepat berkurang dan
glukoneogenesis tidak adekuat
karena penurunan simpanan protein
obat dan lemak.
Kolaborasi
1. Mendeteksi perubahan fungsi ginjal
berhubungan dengan penurunan
simpanan nutrien dan kadar cairan
akibat  malnutrisi.
2. Ketidakstabilan metabolik pada bayi
SGA/LGA dapat memerlukan
suplemen untuk mempertashankan
homeostasis.

3. Risiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan


sekunder, malnutrisi, pemajanan terhadap pathogen lingkungan
meningkat, pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat.
Tujuan : pasien tidak memperlihatkan adanya tanda infeksi
Kriteri hasil :
a. Suhu 35 0C
b. Tidak ada tanda-tanda infeksi
c. Leukosit 5.000 – 10.000
Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri
1. Kaji adanya tanda – tanda infeksi 1. Untuk mengetahui lebih dini
adanya tanda-tanda terjadinya
infeksi
2. Lakukan isolasi bayi lain yang 2. Tindakan yang dilakukan untuk
menderita infeksi sesuai kebijakan meminimalkan terjadinya
insitusi infeksi  yang lebih luas
3. Sebelum dan setelah menangani 3. Untuk mencegah terjadinya infeksi
bayi, lakukan pencucian tangan
4. Yakinkan semua peralatan yang 4. Untuk mencegah terjadinya infeksi
kontak dengan bayi bersih dan
steril
5. Cegah personal yang mengalami 5. Untuk mencegah terjadinya infeksi
infeksi menular untuk tidak kontak yang berlanjut pada bayi
langsung dengan bayi.

4. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan berat badan


ekstrem, kegagalan fungsi regulator, kehilangan volume cairan aktif.
Tujuan : cairan terpenuhi
Kriteria hasil :
a. bebas dari tanda dehidrasi.
b. Menunjukkan penambahan berat badan 20-30 gram/hari.
Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :
1. Bandingkan masukan dan 1. Pengeluaran harus 1-3 ml/kg/jam,
pengeluaran urine setiap shift dan sementara kebutuhan terapi cairan
keseimbangan kumulatif setiap kira-kira 80-100 ml/kg/hari pada
periodik 24 jam hari pertama, meningkat sampai
2. Pantau berat jenis urine setiap 120-140 ml/kg/hari pada hari ketiga
selesai berkemih atau setiap 2-4 postpartum. Pengambilan darah
jam dengan menginspirasi urine untuk tes menyebabkan penurunan
dari popok bayi bila bayi tidak kadar Hb/Ht.
tahan dengan kantong penampung 2. Meskipun imaturitas ginjal dan
urine. ketidaknyamanan untuk
3. Evaluasi turgor kulit, membran mengonsentrasikan urine biasanya
mukosa, dan keadaan fontanel mengakibatkan berat jenis yang
anterior rendah pada bayi preterm ( rentang
4. Pantau tekanan darah, nadi, dan normal1,006-1,013). Kadar yang
tekanan arterial rata-rata (TAR) rendah menandakan volume cairan
Kolaborasi : berlebihan dan kadar lebih besar
1. Pantau pemeriksaan laboratorium dari 1,013 menandakan
sesuai dengan indikasi Ht ketidakmampuan masukan cairan
2. Berikan infus parenteral dalam dan dehidrasi.
jumlah lebih besar dari 180 ml/kg, 3. Kehialangan atau perpindahan
khususnya pada PDA, displasia cairan yang minimal dapat dengan
bronkopulmonal (BPD), atau cepat menimbulkan dehidrasi,
entero coltis nekrotisan (NEC) terlihat oleh turgor kulit yang
3. Berikan tranfusi darah. buruk, membran mukosa kering,
dan fontanel cekung.
4. Kehilangan 25% volume darah
mengakibatakan syok dengan TAR
< 25 mmHg menandakan hipotensi.

Kolaborasi
1. Dehidrasi meningkatkan kadar Ht
diatas normal 45-53% kalium
serum
2. Hipoglikemia dapat terjadi karena
kehilangan melalui selang
nasogastrik diare atau muntah.

3. Penggantian cairan darah


menambah volume darah,
membantu mengenbalikan
vasokonstriksi akibat dengan
hipoksia, asidosis, dan pirau kanan
ke kiri melalui PDA dan telah
membantu dalam penurunan
komplikasi enterokolitis nekrotisan
dan displasia bronkopulmonal. Ini
dilakukan mungkin perlu untuk
mempertahankan kadar Ht/Hb
optimal dan menggantikan
kehilangan darah.

5. Hipotermia berhubungan dengan pemajanan lingkungan yang dingin,


penyakit, malnutrisi, pemajanan pakaian yang tidak adekuat,
penurunan laju metabolisme.
Tujuan :Suhu tubuh pasien dalam batas normal
Kriteria hasil:
a. Dapat beradaptasi dengan lingkungan luar rahim
b. Tidak menggigil.
c. Pasien tidak gelisah
d. Kulit teraba hangat

Intervensi Rasional
Mandiri: Mandiri:
1. Pertahankan suhu lingkungan 1. Dalam respon terhadap suhu
2. Pantau suhu bayu sedikitnya setiap lingkungan  yang rendah, bayi
30 – 60 menit selam periode cukup bulan meningkatkan suhu
stabilitas. tubuh.
3. Kaji frekuensi pernapasan : 2. Stabilitas suhu mungkin tidak
perhatikan takipnea terjadi sampai 8 – 12 jam setelah
4. Tunda mandi pertama sampai suhu lahir.
tubuh stabil dan mencapai 36,5 OC 3. Bayu menjadi takipnea dalam
5. Mandikan bayi dengan cepat respon terhadap peningkatan
untuk menjaga supaya bayi tidak kebutuhan oksigen yang
kedinginan dan mengeringkannya dihubungkan dengan stress dingin
dengan segera. 4. Membantu mencegah kehilangan
6. Perhatikan tanda-tanda sekunder panas lanjut karena evaporasi
sters dingin (misal : peka
rangsang, pucat, tremor, kulit 5. Mengurangi kemungkinan
dingin. khilangan panas melalui eksplorasi
7. Petahankan termonetral dan koveksi
lingkungan melalui penggunaan 6. Hipotermi meningkatkan lagu
pengontrol automatik atau alat penggunaan oksigen dan glukosa
pemanas yang disesuaikan pada 37 7. Mencegah ketidak seimbangan
O
C panas atau kehilangan panas.
8. Libatkan keluarga jika bayi 8. Mencegah hipotermi terhadap bayi
kedinginan dekapkan erat bayi ke baru lahir.
tubuh ibu
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth (2002). Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, volume 2,


EGC.Jakartta.
Carpenito, Linda Juall (1995) Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan
( terjemahan) PT EGC, Jakarta.
Doenges,et al, (2000). Rencana Asuhan Keperawatan ( terjemahan), PT EGC,
Jakarta
Digiulio Mary, dkk (2007). Medical Surgical Nursing Demystified. New York
Chicago San
Fransisco Lisbon London, Mexico City Milan New Delhi San Juan Seoul,
Singapore Sydney Toronto.
Soeparman, ( 1990), Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Sylvia dan Lorraine ( 1999). Konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi empat,
buku kedua. EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai