Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN INDIVIDU

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL


PADA BY. NY “M” USIA 0 HARI DENGAN BBLR
DI RUANG VK RSUD IBNU SINA GRESIK
Tanggal Praktik : 24 Februari – 16 Maret 2020

Disusun Oleh :
FITRIANA RAHMAWATI
P27824419066

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D4 KEBIDANAN
TAHUN 2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan individu yang disusun oleh mahasiswa semester 2 Prodi D-IV Kebidanan
Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Surabaya tahun akademik 2019/2020 ini
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Tempat Praktik : RSUD Ibnu Sina Gresik
Tanggal Praktik : 24 Februari – 16 Maret 2020

Gresik, Maret 2020

Pembimbing Ruangan

Afifah, Amd.Keb
NIP. 198010282008012014

Pembimbing Akademik

Dwi Purwanti, S.Kp,. SST., M.Kes Dina Isfentiani, S.Kep.Ns., M.Ked


NIP. 196702061990032003 NIP. 196401221988032001

Mengetahui,
Ketua Prodi D-IV Kebidanan Dosen Tabulasi

Dwi Purwanti, S.Kp,. SST., M.Kes Sukesi, A.Per.Pen., S.Kep.Ns., M.Kes


NIP. 196702061990032003 NIP. 196404021988032001
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga laporan yang berjudul “Asuhan Kebidanan Neonatus
Patologis Pada By. Ny. M Usia 0 Hari dengan BBLR” dapat terselesaikan
dengan baik tanpa halangan.
Laporan ini merupakan tugas individu bagi mahasiswa Program Studi D-IV
Alih Jenjang Kebidanan Surabaya Semester 2 yang menjalankan praktik klinik di
RSUD Ibnu Sina Gresik pada tanggal 24 Februari – 16 Maret 2020. Oleh karena
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Astuti Setiyani, SST.,M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Surabaya
2. Ibu Dwi Purwanti, S.Kp.,SST.,M.Kes selaku Ketua Prodi sekaligus
Pembimbing Pendidikan I Praktik Klinik Program Studi D-IV Kebidanan
Surabaya
3. Ibu Dina Isfentiani, S.Kep.Ns., M.Ked selaku Pembimbing Pendidikan II
Praktik Klinik Program Studi D-IV Kebidanan Surabaya
4. Ibu Afifah, Amd.Keb selaku Pembimbing Ruangan Praktik Klinik di Ruang
VK RSUD Ibnu Sina Gresik
5. Semua pihak terkait yang membantu dalam penyelesaian laporan ini
Laporan ini masih jauh dari kata sempurna, diharapkan kritik dan saran guna
membantu memperbaiki laporan ini di masa mendatang.

Gresik, Maret 2020

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan masalah
kesehatan yang sering dialami pada sebagian masyrakat yang ditandai dengan
berat lahir kurang dari 2500 gram. Kejadian BBLR pada dasarnya
berhubungan dengan kurangnya pemenuhan nutrisi pada masa kehamilan ibu
dan hal ini berhubungan dengan banyak faktor dan lebih utama pada masalah
perekonomian keluarga sehingga pemenuhan kebutuhan konsumsi makanan
pun kurang. Namun, kejadian BBLR jugs dapat terjadi tidak hanya karena
aspek perekonomian dimana kejadian BBLR dapat saja terjadi pada mereka
dengan status perekonomian cukup. Hal ini dapat berkaitan dengan paritas,
jarak kelahiran, kadar haemoglobin dan pemanfaatan pelayanan antenatal.
BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas, dan
diabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang
terhadap kehidupannya di masa depan (Indrayani, 2013).
BBLR yang tidak ditangani dengan baik mengakibatkan timbulnya
masalah pada semua system organ tubuh meliputi gangguan pernapasan
(aspirasi meconium, asfiksia neonatorum), gangguan pada system pencernaan
(lambung kecil), gangguan perkemihan (ginjal belum sempurna), gangguan
system persyarafan (respon rangsangan lambat). Menurut SDKI (2013),
Angka Kematian Neonatal sebesar 19 per 1000 kelahiran hidup. Dalam 1
tahun, sekitar 86.000 bayi usia 1 bulan meninggal sehingga setiap 6 menit ada
1 neonatus meninggal. Di RS pusat rujukan sekitar 15-20% bayi dilahirkan
dengan berat lahir rendah sedangkan jumlah kelahiran BBLR secara nasional
adalah 11,5%. Sebagian BBLR <2000 gram meninggal pada masa neonatal.
Dalam hal ini bidan dan perawat adalah bagian dari pemberi pelayanan
yang ikut berperan penting dalam memberikan perawatan pada bayi dengan
BBLR. Perkembangan bayi dengan BBLR yang dirawat di RS sangat
tergantung pada ketepatan tindakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan mampu memberikan asuhan kebidanan pada bayi
dengan BBLR secara tepat dengan menerapkan asuhan kebidanan dan dapat
memperoleh pengalaman nyata dalam pelaksanaan asuhan kebidanan.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data subjektif dan objektif pada
bayi dengan BBLR.
2. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa yang tepat.
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa potensial dan kebutuhan
segera.
4. Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan secara efektif, efisien
dan aman.
5. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan yang telah diberikan dalam
bentuk SOAP.
1.3 Pelaksanaan
Pelaksanaan asuhan kebidanan ini dilakukan pada saat praktik klinik di
Ruang VK RSUD Ibnu Sina Gresik pada tanggal 24 Februari – 16 Maret
2020.
1.4 Sistematika Penulisan
Penulisan dan penyusunan asuhan kebidanan ini terbagi atas 5 bab yaitu:
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Pelaksanaan
1.4 Sistematika Penulisan
BAB 2 TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Teori
2.2 Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan
BAB 3 TINJAUAN KASUS
3.1 Data Subjektif
3.2 Data Objektif
3.3 Assessment
3.4 Penatalaksanaan
BAB 4 PEMBAHASAN
BAB 5 PENUTUP
5.1 Simpulan
5.2 Saran
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)


2.1.1 Pengertian
BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2500 gram,
tanpa memandang usia kehamilan. BBLR dibedakan menjadi 2 bagian
yaitu BBL sangat rendah bila berat badan lahir kurang dari 1500 gram dan
BBLR bila berat badan lahir antara 1501-2499 gram (Marmi, 2012).
Menurut Saifuddin (2014), bayi berat lahir rendah (BBLR) ialah bayi
baru lahir yang berat badannya kurang dari 2500 gram (sampai dengan
2499 gram). Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, bayi
berat lahir rendah dibedakan dalam:
1. Bayi berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 1500-2500 gram
2. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir < 1500 gram
3. Bayi berat lahir ekstrem rendah (BBLER), berat lahir < 1000 gram.
4. Bayi berat lahir rendah mungkin premature (kurang bulan), mungkin juga
cukup bulan (dismatur)
2.1.2 Etiologi
Menurut Manuaba (2012) faktor penyebab persalinan preterm
(premature) atau berat badan lahir rendah:
1. Faktor ibu
a. Gizi saat hamil yang kurang
b. Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
c. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
d. Penyakit menahun ibu: hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah
(perokok)
e. Pekerjaan ibu yang terlalu berat
2. Faktor kehamilan
a. Hamil dengan hidramnion
b. Hamil ganda
c. Perdarahan antepartum
d. Komplikasi hamil: preeclampsia/eklampsia, ketuban pecah dini
3. Faktor janin
a. Kelainan kromosom
b. Cacat bawaan
c. Infeksi dalam Rahim
4. Faktor Lingkungan
Tempat tinggal di dataran tinggi radiasi dan zat-zat tertentu.
2.1.3 Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan
yang belum cukup bulan (premature) disamping itu juga disebabkan
dismaturitas, artinya bayi lahir cukup bulan (37 minggu) tetapi berat badan
lahirnya lebih kecil dari masa kehamilannya yang tidak mencapai 2500
gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi
sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti
adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan lain yang
menghambat suplai nutrisi ibu ke bayinya (Manuaba, 2012).
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin
tidak mengalami hambatan dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan
berat normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik, system reproduksi
normal, tidak menderita sakit, dan tidak adanya gangguan gizi pada masa
pra hamil bahkan saat hamil sampai melahirkan. Ibu dengan kondisi
kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan BBLR, vitalitas
yang rendah dan kematian yang tinggi terlebih pada ibu penderita anemia
(Ngastiyah, 2010).
2.1.4 Diagnosis dan Gejala Klinik
Menurut Sofian (2015) diagnosis dan gejala klinik BBLR adalah:
1. Sebelum bayi lahir
a. Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus
prematurus, dan lahir mati.
b. Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan.
c. Pergerakan janin yang pertama (quickening) terjadi lebih lambat,
gerakan janin lebih lambat walaupun kehamilannya sudah agak lanjut.
d. Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut yang
seharusnya.
e. Sering dijumpai kehamilan dengan oligohidramnionatau bisa pula
dengan hidramnion; hiperemesis gravidarum dan pada hamil lanjut
dengan toksemia gravidarum, atau perdarahan antepertum.
2. Setelah bayi lahir
a. Bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauterin.
b. Secara klasik tampak seperti bayi yang kelaparan. Tanda-tanda bayi
ini adalah tengkorak kepala keras, gerakan bayi terbatas, verniks
kaseosa sedikit atau tidak ada, kulit tipis, kering, berlipat-lipat, mudah
diangkat. Abdomen cekung atau rata, jaringan lemak bawah kulit
sedikit, tali pusat tipis, lembek dan berwarna kehijauan.
c. Bayi prematur yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu.
d. Verniks caseosa ada, jaringan lemak bawah kulit sedikit, tulang
tengkorak lunak mudah bergerak, muka seperti boneka (doll like),
abdomen buncit, tali pusat tebal dan segar, menangis lemah, tonus otot
hipotoni, dan kulit tipis, merah dan transparan.
e. Bayi small for date sama dengan retardasi pertumbuhan intrauterine.
f. Bayi prematur kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam
tubuhnya, karena itu sangat peka terhadap gangguan pernafasan,
infeksi, trauma kelahiran, hipotermi dan sebagainya. Pada bayi kecil
untuk masa kehamilan (small for date) alat-alat dalam tubuh lebih
berkembang dibandingkan dengan bayi prematur berat badan sama,
karena itu akan lebih mudah hidup di luar rahim, namun tetap lebih
peka terhadap infekksi dan hipotermi dibandingkan bayi matur dengan
berat badan normal.
2.1.5 Komplikasi
1. Menurut Saifuddin (2014) beberapa penyakit yang berhubungan dengan
prematuritas :
a. Sindrom gangguan pernafasan idiopatik (penyakit membran hialin).
b. Pneumonia aspirasi, karena reflek menelan dan batuk belum
sempurna.
c. Perdarahan spontan dalam ventrikel otak lateral, akibat anoksia otak
(erat kaitannya dengan gangguan pernafasan).
d. Hiperbilirubinemia, karena fungsi hati belum matang.
e. Hipotermia.
2. Menurut Saifuddin (2014) beberapa penyakit yang berhubungan dengan
dismaturitas:
a. Sindrom aspirasi mekonium
b. Hipoglikemia
c. Hiperbilirubinemia
d. Hipotermia
2.1.6 Penanganan
Menurut Sofian (2012), perawatan bayi dengan BBLR antara lain:
1. Terapi
Karena belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk
pertumbuhan dan perkembangan serta penyesuaian diri dengan lingkungan
perlu diperhatikan :
a. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas/ BBLR.
Bayi prematuritas dengan cepat akan kehilangan panas badan dan
menjadi hipotermi, karena pusat pengaturan panas badan belum
berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah, permukaan badan
relatif luas. Oleh karena itu bayi prematuritas harus dirawat di dalam
inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Dengan
pengaturan suhu pada bayi dengan berat badan di bawah 2 kilogram
dengan suhu inkubator 35°C, bayi dengan berat badan 2-2,5 kilogram
dengan suhu inkubator 34°C, suhu inkubator diturunkan 1°C setiap
minggu sampai bayi dapat ditempatkan pada suhu lingkungan kurang
lebih 24-27°C.
b. Makanan bayi premature
Alat pencernaan bayi prematur masih belum sempurna, lambung
kecil, enzim pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein
3-5 gram/kg BB dan kalori 110 kal/kg BB, sehingga pertumbuhannya
dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir
dan didahului dengan mengisap cairan lambung. Refleks mengisap
masih lemah, sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi
sedikit, tetapi dengan frekuensi yang lebih sering.ASI merupakan
makanan yang paling utama, sehingga ASI lah yang paling dahulu
diberikan. Bila faktor mengisapnya kurang maka ASI dapat diperas
dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan
memasang sonde menuju lambung. Permulaan cairan yang diberikan
sekitar 50-60 cc/kg BB/hari dan terus dinaikkan sampai mencapai
sekitar 200 cc/kg BB/hari.
c. Menghindari infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan
tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan
pembentukan antibody belum sempurna. Oleh karena itu,
upaya preventifsudah dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga
tidak terjadi persalinan prematuritas (BBLR). Dengan demikian
perawatan dan pengawasan bayi prematuritas sebaiknya secara khusus
dan terisolasi dengan baik.
2. Tindakan medik
a. Intubasi
Dilakukan pada bayi prematur dengan berat badan lahir rendah
yang mengalami pernafasan periodik yang berat serta mengalami
serangan apnea yang menetap.
b. Oksigen tambahan
Tujuan pemberian oksigen tambahan untuk mengatasi hipoksemia,
dalam pemberian oksigen tambahan harus dilakukan secara hati-hati
karena tekanan oksigen yang tinggi di dalam arteri bayi prematur
merupakan faktor penting dalam menyebabkan retinopati
prematuritas.
Penanganan neonatus dengan BBLR dapat dilihat dalam tabel 1.1.
Tabel 1.1
Bagan Penanganan BBLR
Kriteria Berat lahir bayi < 2500 gram
Kategori Bati berat lahir sangat rendah Bayi berat lahir rendah (BBLR)
(BBLSR)
Penilaian Berat lahir < 1500 gram Berat lahir 1500-2500 gram
Penanganan
Puskesmas - Keringkan secepatnya dengan handuk hangat
- Kain yang basah secepatnya diganti dengan yang kering dan
hangat
- Berikan lingkungan yang hangat dengan cara kontak kulit ke kulit
dan bungkus BBLSR dengan kain hangat
- Beri lampu 60 watt, dengan jarak minimal 60 cm dari bayi
- Kepala bayi ditutupi topi
- Beri oksigen
- Talipusat dalam keadaan bersih
- Tetesi ASI bila dapat menelan. - Beri ASI. Bila dapat
Bila tidak dapat menelan, menghisap, bisa menelan
langsung dirujuk. langsung tetesi langsung dari
- Rujuk ke rumah sakit puting
- Bila tidak dapat menelan
langsung dirujuk
Rumah sakit - Sama dengan di atas
- Beri minum dengan sonde/tetesi ASI (lihat Tabel I BBLR)
- Bila tidak mungkin, infus dekstrose 10 % + bicarbonas Natricus
1,5 % = 4:1
Hari I : 60 cc/kg/har
Hari ke II: 70 cc/kg/hari
- Antibiotika (lihat anjuran antibiotika dalam bab infeksi)
- Bila tidak dapat menghisap puting susu/tidak dapat menelan
langsung/sesak/biru/tanda-tanda hipotermia berat, terangkan
kemungkinan akan meninggal
Sumber: Saifuddin. 2014. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Jenis antibiotika dan dosis yang dianjurkan untuk neonatus dengan BBLR dapat
dilihat dalam tabel 1.2
Tabel 1.2
Jenis antibiotika dan dosis yang dianjurkan untuk neonatus dengan BBLR
Jenis antibiotika Dosis Frekuensi pemberian
Injeksi benzil penisilin 50.000 IU/kg/kali I.M Tiap 12 jam
Atau
Injeksi Ampisilin 50 mg/kg/kali Tiap 8 jam
Dikombinasikan dengan
Injeksi Aminoglikosida 2,5 mg/kg/kali I.M/IV Tiap 12 jam
(Gentamisin)
Eritromisin 50 mg/kg/hari Dalam 3 dosis
Sumber: Saifuddin. 2014. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

2.1.7 Prognosis
Kematian prenatal pada bayi berat lahir rendah 8x lebih besar dari
bayi normal umur kehamilan sama. Prognosis akan lebih buruk apabila
berat badan makin rendah. Angka kematian yang tinggi terutama
disebabkan oleh seringnya dijumpai kelainan komplikasi neonatal seperti
asfiksia aspirasi pneumonia, perdarahan intracranial dan hipoglikemia.
Bila bayi ini selamat terkadang dijumpai kerusakan pada syaraf dan akan
terjadi gangguan pada bayi, IQ yang rendah dan gangguan kesehatan
lainnya (Mochtar, 2013).
2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan
2.2.1 Pengkajian Data
1. Data Subjektif
a. Biodata
Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun (Manuaba, 2012).
b. Riwayat Kesehatan
Menurut Marmi (2012), ada beberapa penyakit yang dapat mempengaruhi
berat badan lahir bayi jika diderita oleh ibu yang sedang hamil misalnya:
1) Jantung
2) Hipertensi
3) Preeklampsi dan eklampsia
4) Diabetes melitus
c. Riwayat Kebidanan
1) Riwayat Kehamilan Sekarang
Ciri-ciri aktivitas bayi dengan berat badan lahir rendah berbeda-beda.
Menurut Manuaba (2012) perlu diperhatikan gambaran umum
kehamilan sebagai berikut:
a) Denyut jantung terdengar minggu 18 sampai 22
b) Fetal quickening minggu 16 sampai 18
c) Hamil dengan hidramnion
d) Hamil ganda
e) Perdarahan antepartum
f) Komplikasi hamil: preeklampsia/eklampsia, ketuban pecah dini
g) Jarak kehamilan dan bersalin yang terlalu dekat dapat menjadi
pemicu persalinan dengan BBLR
2) Riwayat Persalinan yang Lalu
Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus partus
prematurus dan lahir mati (Sofian, 2015).
d. Pola Kebiasaan
1) Nutrisi
Menurut Marmi (2012), status gizi ibu sebelum hamil berperan dalam
pencapaian gizi ibu saat hamil. Penelitian menunjukkan bahwa status
gizi ibu sebelum hamil mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap
kejadian BBLR. Ibu dengan status gizi kurang (kurus) selama hamil
mempunyai resiko 4,27 kali untuk melahirkan bayi BBLR
dibandingkan dengan ibu yang mempunyai status gizi baik (normal).
2) Kebiasaan
Kebiasaan ibu selama atau selama hamil yang buruk seperti merokok,
minum-minuman beralkohol, pecandu obat dan pemenuhan nutrisi
yang salah dapat menyebabkan anomali plasenta karena plasenta tidak
mendapat nutrisi yang cukup dari arteri plasenta ataupun karena
plasenta tidak mampu mengantar makanan ke janin. Selain itu
aktivitas yang berlebihan juga dapat merupakan faktor pencetus
terjadinya masalah BBLR (Marmi, 2012).
2. Data Objektif
Karakteristik yang dapat ditemukan pada bayi BBLR menurut Marmi (2012)
adalah:
a. Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm,
lingkar kepala kurang dari 33 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm.
b. Gerakan kurang aktif otot masih hipotonis
c. Kepala lebih besar dari badan, rambut tipis dan halus
d. Tulang-tulang tengkorak lunak, fontanela besar dan sutura besar
e. Telinga sedikit tulang rawannya dan berbentuk sederhana
f. Jaringan payudara tidak ada, dan puting susu kecil
g. Pernafasan belum teratur dan sering mengalami serangan apneu
h. Kulit tipis dan transparan, lanugo (bulu halus) banyak, terutama pada dahi
dan pelipiiis dahi dan lengan
i. Lemak subkutan kurang
j. Genetalia belum sempurna, pada wanita labia minora belum tertutup oleh
labia mayora
k. Reflek menghisap dan menelan serta reflek batuk masih lemah
l. Bayi prematur mudah sekali mengalami infeksi karena daya tahan tubuh
masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan
antibodi belum sempurna. Oleh karena itu tindakan preventif sudah
dilakukan sejak antenatal sehingga tidak terjadi persalinan dengan BBLR.
Manuaba (2010) menambahkan gambaran umum bayi dengan BBLR:
a. Ekstremitas : paha abduksi, sendi lutut/kaki fleksi lurus
b. Kepala tidak mampu tegak
c. Pernafasan sekitar 45 sampai 60 x/menit
d. Frekuensi nadi 100-140 x/menit
2.2.2 Diagnosa Kebidanan
Diagnosa ditegakkan berdasarkan hasil pengkajian subyektif dan obyektif.
Diagnosa yang dapat ditegakkan pada asuhan primer bayi usia.....menurut
Marmi (2012) adalah sebagai berikut
Bayi baru lahir usia 0-28 hari, jenis kelamin laki-laki/perempuan, KU baik
dengan kemungkinan masalah :
1. Hipotermi
2. Infeksi
3. Gangguan integritas kulit
Prognosa baik/buruk.
2.2.3 Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Pada langkah ini di identifikasi masalah atau diagnose potensial
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnose, hal ini membutuhkan
antisipasi apabila benar-benar terjadi masalah yang lain. Adapun beberapa
diagnose potensial akibat BBLR yaitu:
1. Hiperbilirubin
2. Hipotermia
3. Gangguan pernafasan
4. Pneumonia aspirasi
5. Perdarahan spontan
2.2.4 Identifikasi Kebutuhan Segera
Pada langkah ini yang dilakukan bidan adalah mengidentifikasi perlunya
tindakan segera oleh dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama
dengan tim tenaga kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien saat ini.
2.2.5 Perencanaan
1. Tujuan: setelah dilakukan asuhan diharapkan bayi tidak mengalami
komplikasi dan tidak timbul masalah potensial
Kriteria:
a. KU bayi baik
b. Ada peningkatan berat badan (160 gram gram/minggu atau 15 gram/hari)
c. TTV : RR: 40-60 x/menit, N: 100-140 x/menit, Suhu: 36,5 – 37,5 0C
d. Kebutuhan ASI ±150 ml/kg BB/hari
e. Akral hangat, kulit merah, tangis kuat
Intervensi menurut Varney (2007) ada 11 yaitu dibawah ini:
a. Berikan penjelasan pada keluarga tentang kondisi bayi saat ini
Rasional: Agar keluarga paham dan kooperatif
b. Beritahu keluarga tentang tindakan apa saja yang dilakukan
Rasional: Keluarga memahami diakukan tindakan
c. Pertahankan suhu lingkungan
Rasional: mencegah timbulnya hipotermi
d. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi
Rasional: pencegahan infeksi nosokomial
e. Letakkan bayi pada inkubator atau pada suhu hangat
Rasional: Memberikan kehangatan pada bayi dan mencegah hipotermi
f. Berikan kebutuhan cairan sesuai jadwal
Rasional: memberikan kebutuhan nutrisi dan mencegah hipotermi
g. Segera ganti popok atau pakaian bayi yang basah dengan yang kering
Rasional: mencegah terjadinya hipotermi
h. Timbang bayi dengan telanjang atau dengan baju yang sudah ditimbang
berat baju sebelumnya lalu dikurangi setiap hari
Rasional: untuk mengetahui kenaikan BB setiap hariny
i. Observasi tanda-tanda vital
Rasional: untuk memantau adanya gangguan sistem tubuh
j. Kaji respon bayi terhadap pemberian O2
Rasional: untuk mengetahui kadar kbutuhan O2 bayi
k. Kolaborasi dengan dokter
Rasional: pemberian terapi dan tindakan lebih lanjut
2. Masalah 1: potensial hipotermi sehubungan dengan pusat pengaturan panas
belum berfungsi dengan baik
Tujuan : setelah dilakukan intervensi, suhu bayi dalam batas normal
Kriteria :
a. Suhu bayi 36,5-37,5 0C
b. Akral hangat
c. Tidak sianosis
Intervensi menurut Varney (2007) ada 4 yaitu dibawah ini:
a. Letakkan bayi dalam inkubator
Rasional: mencegah terjadinya hipotermi
b. Observasi TTV dan adanya syanosis
Rasional: mengetahui kemungkinan komplikasi
c. Ganti popok setiap kali basah
Rasional: mencegah terjadinya hipotermi
d. Awasi atau kontrol temperatur inkubator
Rasional: mengatur suhu sesuai kebutuhan
3. Masalah 2 : resiko tinggi infeksi sehubungana dengan defisiensi
pertahanan tubuh
Tujuan : setelah dilakukan asuhan kebidanan, tidak terjadi infeksi
Kriteria :
a. Suhu tubuh tidak lebih dari 37,5 0C (36,5-37,5 0C)
b. Nadi 100-140 x/menit
c. RR 40-60 x/menit
d. Leukosit 4000-11000
Intervensi Menurut Varney (2007) ada 5 yaitu dibawah ini:
a. Observasi TTV
Rasional: untuk mengetahui tanda-tanda infeksi
b. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi
Rasional: mencegah penularan infeksi nosokomial
c. Cegah kontak dengan orang yang terinfeksi
Rasional: mencegah terjadinya infeksi
d. Pastikan semua perawatan dalam keadaan bersih/steril
Rasional: mencegah timbulnya infeksi
e. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antibiotik
Rasional: pemberian terapi dan tindak lanjut
4. Masalah 3 : gangguan integritas kulit sehubungan dengan lemak
subkutis yang kurang
Tujuan : setelah dilakukan asuhan kebidanan, tidak terjadi gangguan
terhadap integritas kulit
Kriteria :
a. Kulit lembab
b. Turgor kulit baik
c. Lemak subkutan bertambah
Intervensi menurut Varney (2007) ada 2 yaitu dibawah ini:
a. Monitor suhu inkubator
Rasional: mencegah terjadinya hipotermi yang emnurunkan tingkat
kelembaban kulit
b. Gunakan kain yang lembut dan halus untuk keperluan bayi
Rasional: mencegah terjadinya gangguan integritas kulit
2.2.6 Pelaksanaan
Menurut Kepmenkes No. 938/Menkes/SK/VIII/2007 (2011:6) bidan
melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif, efektif,
efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada klien/pasien dalam
bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dilaksanakan
secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.
2.2.7 Evaluasi
Menilai hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan atau tidak, catatan
perkembangan dalam bentuk SOAP dengan uraian sebagai berikut:
S : Data Subjektif
Informasi yang didapat dari keluhan pasien
O : Data Objektif
Data yang diperoleh dari pemeriksaan petugas
A : Assessment
Penilaian yang diperoleh dari kesimpulan S dan O
P : Penatalaksanaan
Dokumentasi perencanaan, pelaksanaan dan evalusi

Petugas
BAB 3
TINJAUAN KASUS

Pengkajian Data
Tanggal Pengkajian : 16-03-2020
Waktu Pengkajian : 22.00 WIB
Tempat Pengkajian : Ruang VK RSUD Ibnu Sina Gresik
No. RM : 677199
3.1 Data Subjektif
1. Biodata Bayi
Nama : By. Ny. M
Tanggal lahir : 03-03-2020
Usia : 0 hari
Jenis Kelamin : Perempuan
2. Biodata Orangtua
IBU AYAH
Nama : Ny. M Tn. S
Umur : 26 tahun 32 tahun
Agama : Islam Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : Swasta Swasta
Alamat : Lumpur 3/1, Gresik
3. Keluhan Utama
Ibu mengatakan saat ini keadaan bayi lemah, bayi di rawat di ruang bayi
dalam inkubator karena kondisi saat dilahirkan belum cukup bulan sehingga
berat lahirnya kurang dari normal.

4. Riwayat Kesehatan Ibu


a. Riwayat Kesehatan Lalu
Ibu pernah menderita hipertensi saat hamil anak pertama, ibu tidak pernah
menderita penyakit DM, jantung, asma, HIV/AIDS dan hepatitis.
b. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga tidak ada riwayat penyakit menular, menurun dan
menahun.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu pertama kali datang ke IGD RSUD Ibnu Sina Gresik dirujuk dengan
keluhan tensi tinggi 200/128 mmHg dan pusing. Ibu hamil anak ke 2 usia
kehamilan 8 bulan. Diagnosa masuknya adalah PEB, kemudian diberikan
terapi dan perawatan intensif untuk mempertahankan kehamilan. Namun
pada hari kedua, ibu mengeluh keluar lendir darah dan melahirkan spontan
tanggal 16-03-2020 pukul 05.00 WIB.
5. Riwayat Kebidanan
a. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Ibu hamil ke 2 usia kehamilan 8 bulan, rutin periksa ke bidan, USG dokter
SpOG 1x kondisi normal. Selama hamil tensi normal, kemudian saat
periksa ke bidan terakhir tensi ibu tinggi dan ibu harus di rawat di RS
untuk menurunkan tensi. Persalinan dilakukan secara spontan ditolong
bidan, bayi lahir tanggal 16-03-2020 pukul 05.00 WIB jenis kelamin
perempuan, BB=2000 gram, kondisi lemah, langsung dibawa ke ruang
NICU.
6. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Nutrisi
Ibu belum memberikan ASI pada bayinya kemungkinan bayi diberikan
susu formula oleh perawat jaga di ruang NICU.
b. Eliminasi
Bayi sudah BAB dan BAK spontan, diberikan pempers, ganti pempers 3-
4x dalam sehari.

c. Personal Hygiene
Bayi belum dimandikan hanya di seka dengan air hangat 2x sehari dan
diganti pakaian serta pempers.
d. Istirahat/Tidur
Saat dijenguk ayahnya bayi tertidur pulas dan tidak rewel.
e. Aktivitas
Bayi berada di ruang inkubator sehingga posisinya hanya tidur telentang.
7. Riwayat Psikososial
Ibu dan keluarga khawatir dengan kondisi bayinya yang berada di dalam
inkubator.
3.2 Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
- KU lemah, kesadaran composmentis
- TTV :
R = 40x/menit, N = 134x/menit, S = 36,5oC
- Antropometri :
BB = 2200 kg LK = 30 cm
PB = 43 cm LD = 27 cm
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : tidak ada benjolan abnormal, tidak ada caput, tidak ada
cefal hematoma, tidak ada kelainan pada kepala.
b. Muka : tidak sembab, tidak pucat, konjungtiva palpebra merah
muda, sklera putih
c. Hidung : tidak ada polip, tidak ada pernapasan cuping hidung
d. Mulut : bibir lembab, tidak ada stomatitis, tidak terdapat
labioskisis, tidak terdapat labiopalatoskisis
e. Telinga : tidak ada serumen berlebih, bersih
f. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan limfe, tidak ada
bendungan vena jugularis
g. Dada : simetris, pola pernafasan dangkal, reguler, tidak ada
retraksi dinding dada, tidak terdengar wheezing dan ronchi
h. Abdomen : tali pusat masih basah, tidak kembung, tidak ada benjolan
abnormal
i. Integument : turgor kulit lemah, kulit keriput
j. Genetalia : labia mayora belum menutup labia minora
k. Anus : terdapat lubang anus, tidak mengalami atresia ani
l. Ekstremitas : gerakan lemah, terdapat lanugo, tidak ada kelainan
(sindaktil/polidaktil)

3. Pemeriksaan Neurologis
a. Reflek Moro :+
b. Reflek Rooting :+
c. Reflek Sucking :+
d. Reflek Menggenggam : +

4. Pemeriksaan Penunjang (16-03-2020)


- Hb : 10,1 gr/dL
- GDA : 80 mg/dL

3.3 Assessment
By. Ny. M usia 0 hari, neonatus kurang bulan dengan BBLR, KU lemah.

3.4 Penatalaksanaan
Tanggal : 16-03-2020 Pukul : 22.00 WIB
1. Memberikan penjelasan pada keluarga tentang kondisi bayi saat ini termasuk
berat bayi lahir rendah. Ibu dan keluarga memahami.
2. Mempertahankan suhu lingkungan agar suhu lingkungan tetap hangat. Bayi
berada di inkubator ruang NICU.
3. Mengobservasi tanda-tanda distress pernafasan dan TTV. Tidak terjadi
aspirasi dan komplikasi.
4. Memberikan motivasi kepada ibu bayi untuk tetap memberikan ASI secara
eksklusif kepada bayinya. Ibu bersedia
5. Mengajari ibu cara menyusui yang baik dan benar. Ibu memahami dan
bersedia menyusui yang baik dan benar.
6. Mengajari ibu cara merawat tali pusat, yaitu dengan sebelum dan sesudah
memegang bayi selalu mencuci tangan dengan sabun, tidak memberikan
apapun pada tali pusat kecuali kasa bersih dan kering. Ibu memahami
7. Memberikan HE kepada ibu tentang tanda-tanda bahaya bayi baru lahir yang
harus diwaspadai. Ibu mengerti dan mengetahui tanda-tanda bahaya bagi
bayi.
8. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin, agar berat
badan bayi berada digaris normal. Evaluasi satu minggu kemudian. Ibu
bersedia
9. Melakukan kolaborasi dengan dr.SpA dalam pemberian terapi.
10. Melakukan tindakan sesuai advice dokter.
11. Mendokumentasikan hasil tindakan yang telah dilakukan. Semua tindakan
dicatat di Rekam Medis pasien.

Mahasiswa,

FITRIANA R.
BAB 4
PEMBAHASAN

Asuhan kebidanan kasus bayi baru lahir patologi dengan berat lahir rendah
yang dilakukan oleh penulis merupakan salah satu klasifikasi bayi BBLR.
Penatalaksanaan kasus ini telah dilakukan dengan cepat dan tepat untuk
menegakkan diagnosa yang pasti untuk dilakukan tindakan segera. Pemeriksaan
yang dilakukan yaitu dilihat dari keadaan umum pasien hingga pemeriksaan fisik
dan laboratorium untuk pemeriksaan penunjangnya, sehingga diagnosa bisa
ditegakkan.
Berdasarkan data subjektif didapatkan bahwa ibu mengatakan kondisi bayi
nya lemah dan sekarang dirawat di ruang NICU, hal ini sesuai dengan teori bahwa
kondisi bayi dengan BBLR lemah. Setelah dilakukan pengkajian data objektif
didapatkan bahwa berat bayi 2200, PB 43, LK 30 cm, LD 27. Hal ini sesuai
dengan teori Marmi (2012) bahwa bayi dengan BBLR berat badan kurang dari
2500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm,
lingkar dada kurang dari 30 cm.
Bayi dengan BBLR perlu diperhatikan pemenuhan kebutuhan nutrisinya
untuk intake dan out put yaitu dengan pemberian ASI perah media sendok/ sonde,
namun dalam hal ini telah terjadi kesenjangan dalam teori dan praktik, karena
dilahan tempat pengambilan kasus media yang digunakan dalam pemenuhan
nutrisi yaitu dengan media spuit. Pada bayi BBLR rentan terjadi hipotermi
sehingga mempertahankan kestabilan kehangatan dalam inkubator sangatlah
penting sedangkan di lahan sudah dilakukan sama seperti teori yaitu bayi
diletakkan di dalam inkubator.
Kesimpulan dari pembahasan diatas yaitu mulai dari pengkajian data,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sudah sesuai antara teori dan praktik.
Tidak ada kesenjangan yang berarti dalam penatalaksanaan bayi dengan BBLR.
BAB 5
PENUTUP

5.1 Simpulan
Setelah dilakukan asuhan kebidanan bayi baru lahir pada By. Ny. M sesuai
dengan 7 langkah varney yaitu dari pengkajian data, interpretasi data,
diagnosa potensial, kebutuhan tindakan segera, perencanaan, pelaksanaan
sampai dengan evaluasi maka dapat disimpulkan :
1. Dari hasil pengkajian baik melalui data subjektif dan objektif dapat dilakukan
dengan baik dengan hasil bayi Ny. M lahir tanggal 16-03-2020 jam 05.00
WIB, secara spontan, jenis kelamin perempuan, keadaan umum lemah, berat
badan 2200 gram, panjang badan 43 cm, lingkar kepala 30 cm, lingkar dada
27 cm.
2. Setelah semua pengkajian dilakukan maka dapat dibuat interpretasi data yang
terdiri dari diagnosa, masalah dan kebutuhan. Diagnosa yang dapat diambil
adalah Bayi Ny. M umur 0 hari, bayi baru lahir kurang bulan, dengan berat
badan lahir rendah. Pada bayi Ny. M ditemukan masalah yaitu berat badan
bayi lahir rendah. Namun dalam hal ini bayi Ny. M belum diberikan
pemenuhan kebutuhan yang seharusnya diberikan ASI sedini mungkin tidak
diberikan dikarenakan bayi berada di ruang NICU dan kondisi ibu belum
stabil.
3. Dari diagnosa yang telah ditentukan pada bayi Ny. M maka diagnosa
potensial pada berat badan lahir rendah adalah hipotermia.
4. Kebutuhan tindakan segera yang dilakukan pada kasus ini adalah melakukan
kolaborasi dengan dokter spesialis anak.
5. Perencanaan asuhan kebidanan pada bayi dengan berat badan lahir rendah
adalah dengan melakukan pencegahan hipotermia dengan memasukkan bayi
ke dalam inkubator.
6. Pelaksanaan asuhan yang diberikan pada bayi Ny. M sudah sesuai dengan
perencanaan.
7. Hasil evaluasi yang didapat pada bayi baru lahir dengan berat badan lahir
rendah yaitu keadaan umum bayi : baik, bayi gerak aktif, sudah bisa nafas
spontan, ASI sudah diberikan pada bayi secara langsung sejak tanggal 17-03-
2020.
5.2 Saran
Diharapkan mahasiswa lebih memahami teori bayi baru lahir sehingga
mampu meningkatkan ketrampilan dalam memberikan asuhan kebidanan
pada BBLR di lahan. Laporan ini dibuat dengan harapan sebagai sumber
informasi untuk kemajuan perkembangan ilmu kebidanan dan sebagai
referensi untuk mengetahui perbandingan antara praktik di lahan dengan
teori.
DAFTAR PUSTAKA

Indrayani, D. (2013). Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. CV. Trans Info
Media.
Manuaba, I. A. C., Manuaba, I. B. G. F., & Manuaba, I. B. G. (2012). Ilmu
Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB (2nd ed.). Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Manuaba, I. B. G. (2012). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. EGC.
Marmi. (2011). Asuhan Kebidanan Pada Masa Antenatal. Pustaka Pelajar.
Marmi. (2012). Intranatal Care Asuhan Kebidanan Pada Persalinan. Pustaka
Pelajar.
Mochtar, R. (2013). Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Patologi edisi 2 (II). EGC.
Ngastiyah. (2010). Perawatan Anak Sakit. EGC.
Saifuddin, A. B. (Ed.). (2014). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
SDKI. (2013). Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia. In Survei Demografi
dan Kesehatan Indonesia. https://doi.org/0910383107
[pii]\r10.1073/pnas.0910383107
Sofian, A. (2015). Sinopsis Obstetri Jilid 1. EGC.
Varney, H. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan (4th, vol. 1 ed.). EGC.
Wiknjosastro, H. (2010). Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo.

Anda mungkin juga menyukai