Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN BAYI PREMATURE

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

1. ANGGI YOHANA 14201201208049


2. BINTANG AJI PAMUNGKAS 14201201208052
3. DEWI OKTA PERIYANTI 14201201208055
4. ELFINE DION 14201201208057
5. MARISSA NUR AZIZAH 14201201208065
6. MAYA AMELIA 14201201208066
7. MUKTI DINIATI 14201201208069
8. RISKA ULVIANI 14201201208081
9. M. ARIF MUSTAFA RAHMAN 14201201208094

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG

2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang MahaPengasih lagi Maha Penyayang,pujisyukur kami
panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya
sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah tentang “Asuhan Keperawatan Bayi
Premature” tepat pada waktunya

Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan berbagai pihak,
sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya.Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam merampungkan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan
baik dari segi penyusunan bahasa dan aspeklainnya.Oleh karenaitu, dengan lapang dada kami
membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi
memperbaiki makalah ini.

Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat diambil
manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk mengangkat
permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah selanjutnya.

Pringsewu , 01 maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................

KATA PENGANTAR......................................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN............................................................................

1.Latar Belakang...................................................................................

2. Tujuan...............................................................................................

3. Rumusan Masalah.............................................................................

BAB II LANDASAN TOERI.......................................................................

A. Definisi bayi premature...................................................................

B. Klasifikasi bayi premature...............................................................

C. Etiologi bayi premature....................................................................

D. Tanda dan gejala..............................................................................

E. Pathway dan patofisiologi

F. Pemeriksaan penunjang

G. penatalaksaan bayi premature

BAB III TINJAUAN KASUS


BAB IV PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Bayi premature adalah bayi yang lahir kurang dari usia kehamilah yang normal (37
minggu) dan juga bayi mengalami kelainan fisik.
Prematuritas dan berat lahir rendah biasanya terjadi secara bersamaan, teruama diantara bayi
dengan badan 1500 gr atau kurang saat lahir, sehingga keduanya berkaitan dengan terjadinya
peningkatan mordibitas dan mortalitas neonatus dan sering dianggap sebagai periode
kehamilan pendek (nelson 1988 dan sacharin 1996).
Masalah kesehtan pada bayi premature, membutuhkan asuhan keperawatan, dimana
pada bayi premature sebaiknya dirawat di rumah sakit karena masih membutuhkan cairan
cairan dan pengobatan serta pemeriksaan laboratorium yang bertujuan untuk meningkatkan
derajat kesehatan terpai pada bayi dan anak yang meliputi peran perawat sebagai advokad,
fasilitator, pelaksaan dan pemberi asuhan keperawatan pada klien.

2. Tujuan
Makalah ini bertujuan agar mahasiswa lebih memahami tentang asuhan
keperawatan bayi premature.

3. Rumusan masalah
a. Definisi bayi premature?
b. Etiologi bayi premature ?
c. Tanda dan gejala bayi premature ?
d. Asuhan keperawatan bayi premature ?
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Definisi Bayi Prematur


Menurut definisi WHO, bayi prematur adalah bayi lahir hidup sebelum usia
kehamilan minggu ke 37 (dihitung dari hari pertama haid terakhir). Bayi prematur atau
bayi preterm adalah bayi yang berumur kehamilan 37 minggu tanpa memperhatikan
berat badan, sebagian besar bayi prematur lahir dengan berat badan kurang 2500 gram
(Surasmi, dkk, 2003).
Prematur juga sering digunakan untuk menunjukkan imaturitas. Bayi dengan berat
badan lahir sangat rendah (BBLSR) yaitu kurang dari 1000 gram juga disebut sebagai
neonatus imatur. Secara historis, bayi dengan berat badan lahir 2500 gram atau kurang
disebut bayi prematur (Behrman, dkk, 2000). Umumnya kehamilan disebut cukup bulan
bila berlangsung antara 37-41 minggu dihitung dari hari pertama siklus haid terakhir
pada siklus 28 hari. Sedangkan persalinan yang terjadi sebelum usia kandungan
mencapai 37 minggu disebut dengan persalinan prematur (Sulistiarini & Berliana, 2016).

B. Klasifikasi Bayi Prematur


Menurut Rukiyah & Yulianti (2012), bayi dengan kelahiran prematur dapat dibagi
menjadi 2 yaitu :
1. Bayi Prematur Sesuai Masa Kehamilan (SMK)
Bayi prematur sesuai masa kehamilan (SMK) adalah bayi yang lahir dengan
masa gestasi kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan usia
kehamilan. Derajat prematuritas dapat digolongkan menjadi 3 kelompok antara lain
adalah sebagai berikut:
1) Bayi sangat prematur (extremely premature) : 24-30 minggu
2) Bayi prematur sedang (moderately premature) : 31-36 minggu
3) Borderline premature : 37-38 minggu. Bayi ini mempunyai sifat prematur dan
matur. Beratnya seperti bayi matur akan tetapi sering timbul masalah seperti
yang dialami bayi prematur misalnya gangguan pernapasan, hiperbilirubinemia
dan daya isap yang lemah.
2. Bayi Prematur Kecil untuk Masa Kehamilan (KMK)
Bayi prematur kecil untuk masa kehamilan (KMK) adalah bayi yang lahir
dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi tersebut.
Banyak istilah yang dipergunakan untuk 9 menunjukkan bahwa bayi KMK ini dapat
menderita gangguan pertumbuhan di dalam uterus (intrauterine retardation = IUGR)
seperti pseudopremature, small for dates, dysmature, fetal malnutrition syndrome,
chronis fetal distress, IUGR dan small for gestational age (SGA).
Setiap bayi baru lahir (prematur, matur dan post matur) mungkin saja
mempunyai berat yang tidak sesuai dengan masa gestasinya. Gambaran kliniknya
tergantung dari pada lamanya, intensitas dan timbulnya gangguan pertumbuhan yang
mempengaruhi bayi tersebut.
IUGR dapat dibedakan menjadi 2 yaitu sebagai berikut:
1) Proportinate IUGR : janin menderita distres yang lama, gangguan pertumbuhan
terjadi berminggu-minggu sampai berbulan-bulan sebelum bayi lahir. Sehingga
berat, panjang dan lingkaran kepala dalam proporsi yang seimbang, akan tetapi
keseluruhannya masih di bawah masa gestasi yang sebenarnya.
2) Disproportinate IUGR : terjadi akibat distres sub akut. Gangguan terjadi
beberapa minggu atau beberapa hari sebelum janin lahir. Pada keadaan ini
panjang dan lingkaran kepala normal, akan tetapi berat tidak sesuai dengan
masa gestasi. Tanda-tandanya adalah sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit,
kulit kering, keriput dan mudah diangkat, bayi kelihatan kurus dan lebih
panjang

C. Etiologi Bayi Prematur


Menurut Rukiyah & Yulianti (2012), bayi dengan kelahiran prematur dapat
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu sebagai berikut:
1. Faktor ibu
Faktor ibu merupakan hal dominan dalam mempengaruhi kejadian prematur, faktor-
faktor tersebut di antaranya adalah:
1) Toksemia gravidarum (preeklampsia dan eklampsia).
2) Riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan antepartum, malnutrisi dan
anemia sel sabit.
3) Kelainan bentuk uterus (misal: uterus bikurnis, inkompeten serviks).
4) Tumor (misal: mioma uteri, eistoma).
5) Ibu yang menderita penyakit seperti penyakit akut dengan gejala panas tinggi
(misal: thypus abdominalis, dan malaria) dan penyakit kronis (misal: TBC,
penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal).
6) Trauma pada masa kehamilan, antara lain jatuh.
7) Kebiasaan ibu (ketergantungan obat narkotik, rokok dan alkohol).
8) Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
9) Bekerja yang terlalu berat.
10) Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
2. Faktor Janin
Beberapa faktor janin yang mempengaruhi kejadian prematur antara lain
kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini, cacat bawaan, kelainan
kromosom, infeksi (misal: rubella, sifilis, 11 toksoplasmosis), insufensi plasenta,
inkompatibilitas darah ibu dari janin (faktor rhesus, golongan darah A, B dan O),
infeksi dalam rahim.
3. Faktor lain
Selain faktor ibu dan janin ada faktor lain yaitu faktor plasenta, seperti plasenta
previa dan solusio plasenta, faktor lingkungan, radiasi atau zat-zat beracun, keadaan
sosial ekonomi yang rendah, kebiasaan, pekerjaan yang melelahkan dan merokok.
Menurut Proverawati & Sulistyorini (2010), berdasarkan klasifikasinya penyebab
kelahiran bayi prematur dapat dibedakan menjadi sebagai berikut:
a. Bayi prematur tipe SMK disebabkan oleh:
1) Berat badan ibu yang rendah, ibu hamil yang masih remaja, kehamilan
kembar.
2) Pernah melahirkan bayi prematur sebelumnya.
3) Cervical incompetence (mulut rahim yang lemah hingga tak mampu
menahan berat bayi dalam rahim).
4) Perdarahan sebelum atau saat persalinan (antepartum hemorrhage).
5) Ibu hamil yang sedang sakit.
b. Bayi prematur tipe KMK disebabkan oleh:
1) Ibu hamil yang kekurangan nutrisi.
2) Ibu memiliki riwayat hipertensi, pre eklampsia dan anemia.
3) Kehamilan kembar.
4) Malaria kronik dan penyakit kronik lainnya.
5) Ibu hamil merokok.
D. Tanda dan Gejala
Bayi Prematur Menurut Rukiyah & Yulianti (2012), ada beberapa tanda dan gejala
yang dapat muncul pada bayi prematur antara lain adalah sebagai berikut:
1. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu.
2. Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram.
3. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm.
4. Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm.
5. Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm.
6. Rambut lanugo masih banyak.
7. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang.
8. Tulang rawan daun telinga belum sempuna pertumbuhannya.
9. Tumit mengkilap, telapak kaki halus.
10. Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia mayora dan
klitoris menonjol (pada bayi perempuan). Testis belum turun ke dalam skrotum,
pigmentasi dan rugue pada skrotum kurang (pada bayi laki-laki).
11. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah.
12. Fungsi saraf yang belum atau tidak efektif dan tangisnya lemah.
13. Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan lemak
masih kurang.
14. Vernix caseosa tidak ada atau sedikit bila ada

E. Pathway & Patofisiologi


1. Pathway
2. Patofisiologi Bayi Prematur
Menurut Surasmi, dkk (2003), neonatus dengan imaturitas pertumbuhan dan
perkembangan tidak dapat menghasilkan kalori melalui peningkatan metabolisme.
Hal itu disebabkan karena respon menggigil pada bayi tidak ada atau kurang,
sehingga bayi tidak dapat menambah aktivitas.
Sumber utama kalori bila ada stres dingin atau suhu lingkungan rendah adalah
thermogenesis nonshiver. Sebagai respon terhadap rangsangan dingin, tubuh bayi
akan mengeluarkan norepinefrin yang menstimulus metabolisme lemak dari
cadangan lemak coklat untuk menghasilkan kalori yang kemudian dibawa oleh darah
ke jaringan.
Stres dapat menyebabkan hipoksia, metabolisme asidosis dan hipoglikemia.
Peningkatan metabolisme sebagai respon terhadap stres dingin akan meningkatkan
kebutuhan kalori dan oksigen. Bila oksigen yang tersedia tidak dapat memenuhi
kebutuhan, tekanan oksigen berkurang (hipoksia) dan keadaan ini akan menjadi
lebih buruk karena volume paru menurun akibat berkurangnya oksigen darah dan
kelainan paru (paru yang imatur).
Keadaan ini dapat sedikit tertolong oleh haemoglobin fetal (HbF) yang dapat
mengikat oksigen lebih banyak sehingga bayi dapat bertahan lama pada kondisi
tekanan oksigen yang kurang.

F. Pemeriksaaan Penunjang
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
pada bayi prematur dan BBLR adalah sebagai berikut:
1. Jumlah sel darah putih: 18.000/mm3 . Neutrofil meningkat hingga 23.000-
24.000/mm3 hari pertama setelah lahir dan menurun bila ada sepsis.
2. Hematokrit (Ht): 43%-61%. Peningkatan hingga 65% atau lebih menandakan
polisitemia, sedangkan penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragic
prenatal/perinatal.
3. Hemoglobin (Hb): 15-20 gr/dl. Kadar hemoglobin yang rendah berhubungan dengan
anemia atau hemolisis yang berlebihan.
4. Bilirubin total: 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl pada 1-2 hari, dan 12
gr/dl pada 3-5 hari.
5. Destrosix: tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata-rata
40-50 mg/dl dan meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga.
6. Pemantauan elektrolit (Na, K, Cl): dalam batas normal pada awal kehidupan.
7. Pemeriksaan analisa gas darah

G. Penatalaksanaan pada Bayi Prematur


Menurut Rukiyah & Yulianti (2012), beberapa penatalaksanaan atau penanganan
yang dapat diberikan pada bayi prematur adalah sebagai berikut:
1. Mempertahankan suhu tubuh dengan ketat. Bayi prematur mudah mengalami
hipotermi, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus dipertahankan dengan ketat.
2. Mencegah infeksi dengan ketat. Bayi prematur sangat rentan dengan infeksi,
perhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan sebelum
memegang bayi.
3. Pengawasan nutrisi. Reflek menelan bayi prematur belum sempurna, oleh sebab itu
pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cermat.
4. Penimbangan ketat. Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi
dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat
badan harus dilakukan dengan ketat.
5. Kain yang basah secepatnya diganti dengan kain yang kering dan bersih serta
pertahankan suhu tetap hangat.
6. Kepala bayi ditutup topi dan beri oksigen bila perlu.
7. Tali pusat dalam keadaan bersih.
8. Beri minum dengan sonde/tetes dengan pemberian ASI.
Sedangkan menurut Proverawati & Sulistyorini (2010), ada beberapa
penatalaksanaan umum yang dapat dilakukan pada bayi prematur dan berat badan lahir
rendah, yaitu sebagai berikut:
1. Mempertahankan suhu tubuh bayi
2. Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi
3. Pencegahan infeksi
4. Penimbangan berat badan
5. Pemberian oksigen sesuai indikasi
6. Pengawasan jalan nafas
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN BAYI PREAMTURE
1. Pengkajian

Masalah yang berkaitan dengan ibu. Penyakit seperti hipertensi , toksemia,


plasenta previa, abrupsio plasenta, inkompeten servikal, kehamilan kembar, malnutrisi
dan diabetes melitus. Status sosial ekonomi yang rendah, dan tiadanya perwatan
sebelum kelahiran ekonomi yang rendah, dan tiadanya perawatan sebelum kelahiran
(prenatal care). Riwayat kelahiran kelahiran prematur atau aborsi, penggunaan obat
obatan, alkohol, rokok dan kafein. Riwayat ibu :umur dibawah 16 tahun atau diatas
35tahun dan latar belakang pendidikan rendah; status sosial ekonomi yang rendah,
tiadanya perawatansebelum kelahiran dan rendahnya gizi; konsultasi geneti yang
pernah dilakukan; kelahiran prematur sebelumnya dan jarak kehamilan yang
berdekatan; infeksi seperti TORCH atau penyakit hubungan seksual lain; keadaan
seperti toksemia, abrupsio, plasenta pervia, dan prolapsus tali pusat; konsumsi kafein,
rokok, alkohol dan obat-obatan; golongan darah, fakto Rh.

Bayi pada saat kelahiran . umur kehamilan biasanya antara 24 sampai 37


minggu, rendahnya berat badan pada saat kelahiran, SGA, atau terlalu besar dibanding
umur kehamilan; berat biasanya kurang dari 2500gram;kurus, lapisan lemak subkutan
sedikit atau tidak ada; kepala relatif lebih 3cm besar dibandingka lebar dada; kelainan
fisik yang mungkin terlihat; nilai Apgar pada sampai 1 sampai 5 menit, 0 sampai 3
menunjukkan kegawatan yang parah, 4 sampai 6 kegawatan sedang, dan 7 sampai 10
normal.

Kardiovaskular. Denyut jantung rata-rata 120 sampai 160per menit pada


bagian apikal dengan ritme yang teratur; pada saat kelahiran, kebisingan jantung
terdengar pada seperempat bagian interkostal yang menunjukkan aliran darah dari
kanan kekiri karena hipertensi atau atelektasis paru.

Gastrointestinal. Penonjolan abdomen; pengeluaran mekonium biasanya


terjadi dalam waktu 12 jam; refleks menelan dan mnegisap yang lemah; ada atau tidak
ada anus; ketidaknormalan kongenital lain.
Integumen. Kulit yang berwarna merah muda atau merah, kekuning-
kuningan, sianosis, atau campuran bermacam warna; sedikit vernik kaseosa, dengan
rambut lanugo disekujur tubuh; kurus; kulit tampak transparan, halus dan mengilap;
edama yang menyeluruh atau dibagian tertentu yang terjadi pada saat kelahiran; kuku
pendek belum melewati ujung jari, rambut jarang atau mungkin tidak ada sama sekali;
petekie atau ekimosis.

Muskoloskeletal. Tulang kartilago telinga belum tumbuh dengan sempurna,


lembut dan lunak, tulang tengkorak dan tulang rusuk lunak; gerakan lemah dan tidak
aktif atau letargik.

Neurologis. Refleks dan gerakan pada tes neurologis tampak tidak resisten,
gerak refleks hanya berkembang sebagian; menelan mengisap dan batuk sangat lemah
atau tidak efektif; tidak ada atau menurunny tanda neurologis; mata mungkin tertutup
rapat atau mengatup apabila umur kehamilan belum mencapai 25 sampai 26 minggu;
suhu tubuh tidak stabil , biasanya bersifat sementara, tetapi mungkin juga ini
mengindikasikan adanya kelainan neurologis.

Paru . jumlah pernapasan antara 40-60 permenit diselingi dengan periode


apnea; pernapasan yang tidak teratur dengan flaring nasal (nasal melebar), dengkuran,
retraksi (interkostal,suprasternal, substernal); terdengar suara gemerisik.

Ginjal . berkemih terjadi setelah 8 jam kelahiram; ketidakmampuan untuk


melarutkan ekskresi ke dalam urine.

Reproduksi. Bayi perempuan : klitoris yang menonjol dengan labium mayora


yang belum berkembang; bayi laki-laki: skrotum yang belum berkembang sempurna
dengan ruga yang kecil, testis tidak turun kedalam skrotum.

Temuan sikap . tangis yang lemah, tidak aktif, dan tremor.

2. Diagnosa dan rencana asuhan keperawatan

Diagnosa keperawatan :

1. risiko tinggi infeksi gawat pernapasann yang berhubungan dengan


ketidaknyamanan paru karena kurang produksi surfaktan.

Tujuan : menjaga dan memaksimalkan fungsi paru


Intervensi :

a. Kumpulkan data penilaian yang berkaitan dengan kegawata pernapasan.


Termasuk data-fata yang berkaitan dengan
 Riwayat ibu atas penggunaan obat atau kondisi tidak normal selama
kehamilan dan proses kelahiran
 Kondisi bayi saat kelahiran, nilai Apgar, resusitasi (dilakukan atau
tidak)
 Pernapasan frekuensi, kedalaman, kemudahan, takipnea dengan angka
lebih dari 60 permenit
 Dengkuran ekspirasi, pernapasan cuping hidung atau retraksi dengan
penggunaan otot-otot aksesories (intekostal, supra-strenatal, atau
substernal)
 Sianosis ketika menghirup udara kamar, penurunan suara napas.
b. Waspada episode apnea yang berlangsung lebih dari 20 detik, catat hal hal
berikut ini.
 Brakikardia
 Letargi, posisi dan aktivitas sebelum dan sesudah episode apnea
(mis,sambil tiduran atau menyuao), berbaring miring, telungkup atau
posisi terlentang, sumbatan jalan napas disebabkan oleh masker
(billimask) diatas hidung.
 Distensi abdomen
 Suhu dan sianosis
 Pembalikan naps yang spontan
 Perlunya stimulasi, jenis dan banyaknya
 Lamanya episode apnea
 Penyebab apnea se[erti stress, demam, sepsis, kegagalan pernapasan,
atai kelahiran prematur
 Hasil hitung sel darah, kultur darah, sinar x dada, dan kajian analisis
gas darah jika ada.
c. Memberi dan memantau bantuan pernapasan sebagai berikut.
 Berikan oksigen yang hangat dan sudah diatur kelembapannya, dengan
oksimeter pembuluh nadi atau pantau tegangan oksigen darah
transkutan ditempat. Periksa oksigen setiap satu jam. Penggantian
posisi dilakukan setiap satu jam
 Dengan hati hati isap lendir dari mulut selama kurang dari lima menit.
 Jaga suhu lingkungan yang netral.
 Posisikan bayi tengkurap atau telentanng dengan bantalan kecil
dibawaj bahu atau posisi terbaring miring dengan kepala sedikit
diangkat
 Rangsang bayi dengan cara tepukan lembut pada telapak kaki, tangan,
dan punggung. Kemudian tubuh, wajah, lengan, dan tungkai. Bila
diperlukan gerakan bisa menjadi semakin kuat.
d. Pantau kajian analisis gas darah untuk mengetahui asidosis pernapasan dan
metabolis
e. Persiapkan dan lakukan terapi farmakologi, seperti teofolin IV. Awasi
tingkat darah setiap 1 sampai 2 hari untuk deteksi adanya keracunan (lebih
besar dari 10mg/mL), sama atau kurang (2mcg/mL).

Diagnosa keperawatan :

2. risiko tinggi hipotermia atau hipertemia yang berhubungan dengan


prematuritas atau perubahan suhu lingkungan.

Tujuan : menjaga suhu lingkungan netral

Intervensi :

a. Jaga temperatur ruang perawatan 25o C


b. Ukur suhu rektal bayi terlebih dahulu, baru kemudian suhu aksila setiap 2
jam atau setiap kali yang diperlukan.
c. Lakukan prosedur penghangatan setelah bayi lahir.
d. Tempatkan bayi dibawah penghangatan radian atau inkubator jika
diperlukan
e. Tempatkan kotrol temperatur (servo-control) diatas abdomen. Atur
suhunya pada 37-37,5 o juga jaga suhu kulit pada 36-36,5oC
f. Hindari menempatkan bayi kontak dengan sumber panas atau sumber
dingin. Hindari juga udara maupun dingin. Lakukan juga perlindungan
untuk menjaga panas tubuh, seperti menjaga agar kulit bayi tetap kering
dan menjaga agar kepala bayi tertutup.
g. Awasi bayi terhadap perubuahan yang mengindikasikan adanya astress
dingin.

Diagnosa kepereawatan :

3. gangguan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan


simpanan glikogen, zat besi, dan bolik yang tinggi, tingginya kebutuhan,
asupan kalori yang tidak mencukupi, dan hilangnya kalori.

Tujuan : meningkatkan dan menjaga asupan kalori dan status gizi bayi

Intervensi :

a. Awasi refleks menghisap dan kemampuan menelan bayi.. pemberian


makanan melalui dimulai ketka bayi sudah dalam keadaan stabil dan
pernapasan terkendali dengan baik.
b. Awasi dan hitung kebutuhan kalori bayi
c. Mulai pemberian ASI atau susu denga botol 2-6 jam setelah val tiga tiga
jam. Pemberian bisa ditambah bila bayi menunjukkan toleransi yang baik.
Pemberian ASI jangan dihentikan sampaibayi menunjukkan bahwa ia
dapat makanmelalui botol soju susu dan berat badannya bisa bertambah
d. Timbang bayi setiap hari, bandingkan berat badan dengan asupan kalori
yang dierikan. Ini dilakukan untuk menentukan jumlah asupan yang tepat
atau kebutuhan peningkatan asupan.
e. Sediakan dekstrosa 10%

Diagnosa keperawatan :

4. kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan pengeluaran yang


disebabkan oleh imaturitas, pemanas radian (pancaran) atau pengeluaran
melalui kulit atau perut.

Tujuan : menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit

Intervensi :
a. Awasi dan hitunglah kebutuhan cairan bayi
b. Berikan cairan 150-180mL/kg jika diperlukan dapat dinaikan sampai 200
mL/kg
c. Timbang bayi setiap hari
d. Pantau dan catat asupan dan pengeluaran cairan bayi setiap jam.
Bandingkan jumlahnya untuk mengetahui bisa terjadi ketidakseimbangan.
Selain itu, yang perlu dicatat juga adalah sumber asupan dan pengeluaran
cairan
e. Periksa berat badan glikosuria
f. Jaga suhu lngkungan netral, berikan bayi pakaian yang tepat untuk
menghindari kemungkinan kehilangan cairan
g. Kaji bayi dari tanda yang mengindikasikan meningkatnya kebutuhan
cairan, seperti kenaikan suhu tubuh, syok hipovelemik dengan peningkatan
tekanan darah dan meningkatnya detak jantung, penurunan denyut nadi
periver, kaki dan tangan yang dingin, dan pengerutan kulit, sepsis, asfiksia
dan hipoksia.

Diagnosa keperawatan :

5. perubahan persepsi sensori penglihatan, pendengaran, kinestetik, gustatori,


taktil, dan olfaktori yang disebabkan oleh kekurangan atau kelebihan
rangsangan lingkungan keperawatan.

Tujuan : memastikan tingkat respon terhadap rangsangan sensori

Intervensi :

a. Kaji kemampuan bayi dalam merespon stimulun atau rangsangan


Amati : tanda respons neurologis yang kurang; respons baik atau
apatis; respons yang tidak tepat pada hidung, kontak mata atau pemberian
makan dan tidak adanya reflek yang normal; pengaruh medikasi terhadap
tingkah laku.
b. Lakukan stimulasi visual : lampu redup dan terang : gantungkan benda
bergerak hitam putih dengan bentuk bentuk geometris yang berjarak 7
sampai 9 inci dari mata bayi : letakkan bayi setinggi mata kita untuk
berpandangan mata, letakkan tegak lurus diatas pundak bila
memungkinkan.
c. Beri stimulasi pendengaran : bicara pada bayi, gunakan nada yang rendah,
kemudian ubah nadanya ; panggil namanya, bicara padanya sambil
memperhatikannya; bernyanyi atau putarkan kaset atau radio; hindari suara
yang terlalu keras atau bercakap cakap disekitar bayi
d. Lakukan stimulasi tatil (rabaan): dengan tangan yang sedikit hangat pukul
bayi dengan perlahan dari kepala sampai jari kaki serta seluruh bagian
tubuh; pegang dan belai bayi dengan lembut, beri sebuah dot agar bayi
mengisap dengan puas; sentuh bayi dengan benda yang permukaannya
berbeda, seperti bola kapas, kain bulu yang lembut
e. Lakukan stimulasi rasa/pengecap dengan cara memberi dot atau ASI atau
susu formula yang cocok.

Diagnosa keperawatan :

6. kurang pengetahuan yang berhubungan dengan perawatan bayi sakit dirumah.

Tujuan : orang tua keluarga mengetahui tentang penyakit bayi dan perawatan
selanjutnya.

Intervensi :

a. Informasikan pada orang tua dan keluarga tentang proses penyakit


prosedur perawatan, tanda dan gejala masalah pernapasan, perawatan
lanjut.
b. Ajari orang tua dan keluarga tentang perawatan yang dibutuhkan, seperti
terapi oksigen dirumah, ventilasi mekanis, fisioterapi dada,terapi obat,
terapi gizi dan cairan
c. Meminta orang tua dankeluarga untuk ikut berpartisipasi dalam perawatan
bayi.
d. Mengajarkan orang tua dan keluarga bagaimana menyeimbangkan antara
aktivitas dan istirahat dan bagaimana mengevaluasi toleransi bayi tehadap
aktivitas
e. Susun perawatan kesehatan lanjutan.
Diagnosa keperawatan :

7. risiko tinggi infeksi berhubungan dengan kurang kekebalan tubuh dan


kemunkinan infeksi silang dari ibu atau staf perawatan.

Tujuan : tidak terjadi infeksi

Intervensi :

a. Kaji adanya fluktuasi suhu tubuh, leteargi, apnea, melas minum, gelisah
dan ikterus
b. Kaji riwayat ibu, kondisi bayi selama kehamilan dan epidemi infeksi
diruang perawatan
c. Ambil sempel darah
d. Pantau ulang hasil penelitian eritrosit, leuokist
diferensiasi,immunoglobulin
e. Upayakan pencegahan infeksi dari lingkungan : cuci tangan sebelum dan
sesudah memegang bayi ; isolasi bayi bila perlu; lakukan prosedur
tindakan secara steril; cegah kontak dengan orang tua yang menderita
penyakit infeksi
DAFTAR PUSTAKA

http://perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1401100050/13._BAB_2_.pdf

Anda mungkin juga menyukai