Adverse events atau kejadian yang tidak diharapkan adalah suatu kejadian yamh mengakibat kan cedera
yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya di ambil dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien , yang dapat menimbulkan
kecacatan, kematian, atau perawatan yang lebih lama yang disebabkan oleh manajemen medis.
Pelaksanaan keselamatan pasien dengan kejadian yang tidak diharapkanini adalah pencacatan dan
pelaporan serta monitoring dan evaluasi
TUGAS ADMINISTRASI PUSKESMAS DAN RUMAH SAKIT
“PATIENT SAFETY”
IKMA 2010
KELOMPOK 5
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Mahaesa atas limpahan rahmat dan
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Ibu Inge Damayanti
selaku dosen pengajar mata kuliah Administrasi Puskesmas dan Rumah Sakit Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. Tugas ini juga di susun agar kita dapat mengetahui
tentang materi Administrasi Puskesmas dan Rumah Sakit tentang Patient Safety.
Tiada gading yang tak retak. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang
telah memberikan bantuan baik secara materi maupun moril atas penyelesaian makalah ini.
Makalah kami pun masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu kami terbuka terhadap saran dan
kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Harapan kami makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan pembaca. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
Kelompok 5
Daftar Isi
Kata Pengantar ii
Daftar isi iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
Daftar Pustaka 45
BAB 1
Pendahuluan
Hampir setiap tindakan medis menyimpan potensi risiko. Banyaknya jenis obat, jenis
pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf Rumah Sakit yang cukup besar,
merupakan hal yang potensial bagi terjadinya kesalahan medis (medical errors). Menurut
wrong plan to achieve an aim (i.e., error of planning). Artinya kesalahan medis
didefinisikan sebagai: suatu kegagalan tindakan medis yang telah direncanakan untuk
diselesaikan tidak seperti yang diharapkan (yaitu kesalahan tindakan) atau perencanaan
yang salah untuk mencapai suatu tujuan (yaitu kesalahan perencanaan). Kesalahan yang
terjadi dalam proses asuhan medis ini akan mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera pada pasien, bisa berupa Near Miss atau Adverse Event (Kejadian
Tidak Diharapkan/KTD).
Near Miss atau Nyaris Cedera (NC) merupakan suatu kejadian akibat melaksanakan
suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
(omission), yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi, karena
keberuntungan (misalnya, pasien terima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul
reaksi obat), pencegahan (suatu obat dengan overdosis lethal akan diberikan, tetapi staf
lain mengetahui dan membatalkannya sebelum obat diberikan), dan peringanan (suatu
obat dengan overdosis lethal diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan antidotenya).
yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu tindakan
(commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), dan
Kesalahan tersebut bisa terjadi dalam tahap diagnostik seperti kesalahan atau
pemeriksaan yang sudah tidak dipakai atau tidak bertindak atas hasil pemeriksaan atau
terapi, metode penggunaan obat, dan keterlambatan merespon hasil pemeriksaan asuhan
yang tidak layak; tahap preventif seperti tidak memberikan terapi provilaktik serta
monitor dan follow up yang tidak adekuat; atau pada hal teknis yang lain seperti
mencerminkan fenomena gunung es, karena yang terdeteksi umumnya adalah adverse
event yang ditemukan secara kebetulan saja. Sebagian besar yang lain cenderung tidak
dilaporkan, tidak dicatat, atau justru luput dari perhatian kita semua.
Institute of Medicine, Amerika Serikat dalam “TO ERR IS HUMAN, Building a Safer
Health System” melaporkan bahwa dalam pelayanan pasien rawat inap di rumah sakit ada
penemuan ini, tahun 2004, WHO mencanangkan World Alliance for Patient Safety,
rumah sakit.
Di Indonesia, telah dikeluarkan pula Kepmen nomor 496/Menkes/SK/IV/2005 tentang
Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit, yang tujuan utamanya adalah untuk tercapainya
pelayanan medis prima di rumah sakit yang jauh dari medical error dan memberikan
keselamatan bagi pasien. Perkembangan ini diikuti oleh Perhimpunan Rumah Sakit
Seluruh Indonesia (PERSI) yang berinisiatif melakukan pertemuan dan mengajak semua
stakeholder rumah sakit untuk lebih memperhatian keselamatan pasien di rumah sakit.
pelayanan kesehatan yang terbaik terhadap pasien mengharuskan rumah sakit untuk
BAB 2
Tinjauan Pustaka
Tidak adanya kesalahan atau bebas dari cedera karena kecelakaan (Kohn,
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan
1) Assessment risiko
freedom from accidental injury. Accidental injury disebabkan karena error yang
meliputi kegagalan suatu perencanaan atau memakai rencana yang salah dalam
mencapai tujuan. Accidental injury juga akibat dari melaksanakan suatu tindakan
(KTD = missed = adverse event) atau hampir terjadi kejadian tidak diinginkan
(near miss). Near miss ini dapat disebabkan karena: keberuntungan (misal: pasien
terima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat), pencegahan
(suatu obat dengan overdosis lethal akan diberikan, tetapi staf lain mengetahui dan
membatalkannya sebelum obat diberikan), atau peringanan (suatu obat dengan
over dosis lethal diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan antidotenya).
penanggulangan KTD
6) Reduce the risk of patient harm from falls (mengurangi risiko pasien
agar pasien segera sembuh dari sakitnya dan sehat kembali, sehingga tidak dapat
ditoleransi bila dalam perawatan di rumah sakit pasien menjadi lebih menderita
akibat dari terjadinya risiko yang sebenarnya dapat dicegah, dengan kata lain
pasien harus dijaga keselamatannya dari akibat yang timbul karena error. Bila
2.1.4 Isu, Elemen, dan Akar Penyebab Kesalahan yang Paling Umum dalam
Patient Safety
a) keselamatan pasien;
d) keselamatan lingkungan;
e) keselamatan bisnis.
obat/kesalahan pengobatan)
b) Restraint use (kendali penggunaan)
darah/administrasi)
i) Falls (terjatuh)
pembuluh darah)
3) Most Common Root Causes of Errors (Akar Penyebab Kesalahan yang Paling
Umum):
memadai)
[AHRQ (Agency for Healthcare Research and Quality) Publication No. 04-
1) Hak pasien
pelayanan
yang jelas dan benar kepada pasien dan keluarga tentang rencana
tentang kewajiban & tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Dengan
menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan dengan kriteri
sebagai berikut:
sumber daya
hasil analisis
Standarnya adalah:
KP
KP.
keselamatan pasien.
(2) Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan
dengan insiden,
Standarnya adalah:
pasien.
Standarnya adalah:
b) Transmisi data & informasi harus tepat waktu & akurat, dengan
Bagi Tim:
a) Anggota mampu berbicara, peduli & berani lapor bila ada insiden
2) Pimpin dan dukung staf anda, “bangunlah komitmen & focus yang kuat &
(champion) KP
Bagi Tim:
pengelolaan risiko, serta lakukan identifikasi & asesmen hal yang potensial
bermasalah”
Bagi Rumah Sakit:
a) Struktur & proses menjamin risiko klinis & non klinis, mencakup
KP
Bagi Tim:
manajemen terkait
KKP-RS”
Bagi Tim:
telah dicegah tetapi tetap terjadi juga, sebagai bahan pelajaran yang
penting
keluarga
pasien)
Bagi Tim:
a) Hargai & dukung keterlibatan pasien & keluarga bila telah terjadi
insiden
insiden
keluarga.
anda untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana &
Bagi Tim:
pengalaman tersebut
e) Umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang diambil atas
insiden
Bagi Tim:
dilaporkan
WHO Collaborating Centre for Patient Safety pada tanggal 2 Mei 2007 resmi
menerbitkan “Nine Life Saving Patient Safety Solutions” (“Sembilan Solusi Life-
Saving Keselamatan Pasien Rumah Sakit”). Panduan ini mulai disusun sejak tahun
2005 oleh pakar keselamatan pasien dan lebih 100 negara, dengan
tetapi fakta tampak bahwa di bumi ini setiap hari ada pasien yang mengalami
KTD (Kejadian Tidak Diharapkan). KTD, baik yang tidak dapat dicegah (non
error) mau pun yang dapat dicegah (error), berasal dari berbagai proses asuhan
pasien.
Solusi keselamatan pasien adalah sistem atau intervensi yang dibuat, mampu
mencegah atau mengurangi cedera pasien yang berasal dari proses pelayanan
Rumah Sakit, atau 9 Solusi, langsung atau bertahap, sesuai dengan kemampuan
Medication Names).
staf pelaksana adalah salah satu penyebab yang paling sering dalam kesalahan
dunia. Dengan puluhan ribu obat yang ada saat ini di pasar, maka sangat
secara elektronik.
ini; standardisasi dalam metode identifikasi di semua rumah sakit dalam suatu
sistem layanan kesehatan; dan partisipasi pasien dalam konfirmasi ini; serta
yang sama.
antara unit-unit pelayanan, dan didalam serta antar tim pelayanan, bisa
kasus dengan pelaksanaan prosedur yang keliru atau pembedahan sisi tubuh
yang salah sebagian besar adalah akibat dan miskomunikasi dan tidak adanya
dibedah oleh petugas yang akan melaksanakan prosedur; dan adanya tim yang
terlibat dalam prosedur Time out sesaat sebelum memulai prosedur untuk
memiliki profil risiko, cairan elektrolit pekat yang digunakan untuk injeksi
dari dosis, unit ukuran dan istilah; dan pencegahan atas campur aduk/bingung
lengkap dan akurat dan seluruh medikasi yang sedang diterima pasien juga
perintah medikasi; dan komunikasikan daftar tsb kepada petugas layanan yang
penyambungan spuit dan slang yang salah, serta memberikan medikasi atau
pemberian medikasi serta pemberian makan (misalnya slang yang benar), dan
Salah satu keprihatinan global terbesar adalah penyebaran dan HIV, HBV,
dan HCV yang diakibatkan oleh pakai ulang (reuse) dari jarum suntik.
Nosokomial.
Diperkirakan bahwa pada setiap saat lebih dari 1,4 juta orang di seluruh
Tangan yang efektif adalah ukuran preventif yang pimer untuk menghindarkan
Aspek hukum terhadap “patient safety” atau keselamatan pasien adalah sebagai
berikut:
pasien.”
3) Pasal 58 UU No.36/2009
darurat.”
Rumah Sakit.”
2) Pasal 46 UU No.44/2009
“Rumah sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian yang
“Rumah sakit tidak dapat dituntut dalam melaksanakan tugas dalam rangka
“Rumah Sakit Tidak bertanggung jawab secara hukum apabila pasien dan/atau
d. Hak Pasien
“Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan yang efektif dan efisien
dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang
apabila Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan
1) Pasal 43 UU No.44/2009
Menurut James Reason dalam Human error management: models and management
dikatakan ada dua pendekatan dalam penanganan error atau KTD. Pertama pendekatan
personal. Pendekatan ini memfokuskan pada tindakan yang tidak aman, melakukan dan
pelanggaran prosedur, dari orang-orang yang menjadi ujung tombak pelayanan kesehatan
seperti mudah lupa, kurang perhatian, motivasi yang buruk, tidak hati-hati, alpa dan
sembrono.
Kedua, pendekatan sistem. Pemikiran dasar dari pendekatan ini yaitu bahwa manusia
adalah dapat berbuat salah dan karenanya dapat terjadi kesalahan. Disini kesalahan
dianggap lebih sebagai konsekwensi daripada sebagai penyebab. Dalam pendekatan ini
diasumsikan bahwa kita tidak akan dapat mengubah sifat alamiah manusia ini, tetapi kita
harus mengubah kondisi dimana manusia itu bekerja. Pemikiran utama dari pendekatan
ini adalah pada pertahanan sistem yang digambarkan sebagai model keju Swiss (Gb. 2).
individu, lingkungan dan peralatan akan mencegah atau meminimalkan terjadinya KTD.
Pada hakekatnya program keselamatan pasien harus meliputi tiga hal: pertama,
perubahan budaya yaitu perubahan dari mencari kesalahan personal menjadi mencari
kegagalan sistem seperti yang diungkapkan oleh Kenneth Shine (The President Institute
we practice will”.
Tujuan dari perubahan budaya adalah transparansi. Kedua, perubahan proses. Proses
pelayanan dan menurunkan terjadinya KTD. Ketiga, mengukur proses. Proses harus dapat
diukur apakah sudah baik atau belum. Dalam buku Panduan Nasional Keselamatan Pasien
Rumah Sakit yang diterbitkan Departemen Kesehatan pada tahun 2006 sudah terdapat
a. Di Rumah Sakit
lainnya.
4) Rumah Sakit agar memenuhi standar keselamatan pasien rumah sakit dan
berdasarkan hasil dari analisis akar masalah dan sebagai tempat pelatihan
b. Di Provinsi/Kabupaten/Kota
1) Melakukan advokasi program keselamatan pasien ke rumah sakit-rumah
sakit di wilayahnya
sakit
c. Di Pusat
1) Di Rumah Sakit
Rumah Sakit pada formulir yang sudah disediakan oleh rumah sakit.
rahasia.
2) Di Propinsi
3) Di Pusat
Propinsi dan PERSI Daerah, rumah sakit terkait dan rumah sakit
lainnya.
2) Di Rumah sakit
di unit kerja.
3) Di propinsi
wilayah kerjanya.
4) Di Pusat
rumah sakit
Keselamatan Pasien Rumah Sakit- KPRS (patient safety) adalah suatu sistem dimana
RS membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ni termasuk: asesment risiko, “Identifikasi
dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, “Peloporan dan analisis
insiden, “Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta “implementasi solusi
untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
pengulangan KTD (Buku Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah sakit, Depkes
R.I. 2006).
World Alliance for Patient Safety menyusun program: Six areas of action for 2005:
e. Know what medications you take and why you take them
f. Use a health – care provider that rigorously evaluates itself against safety
standars
Menurut Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah sakit (Depkes R.I. 2006)
b. Memimpin dan Dukung Staf Anda, membangun komitmen & fokus yang kuat
proses pengelolaan risiko, serta melakukan identifikasi & asesmen hal yang
potensial bermasalah
KKP-RS
staf anda untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana &
pelayanan
Indikator patient safety merupakan ukuran yang digunakan untuk mengetahui tingkat
keselamatan pasien selama dirawat di rumah sakit. Indikator ini dapat digunakan bersama
dengan data pasien rawat inap yang sudah diperbolehkan meninggalkan rumah sakit.
dialami pasien selama dirawat di rumah sakit, khususnya yang berkaitan dengan berbagai
tindakan medik yang berpotensi menimbulkan risiko di sisi pasien. Dengan mendasarkan
pada IPS ini maka rumah sakit dapat menetapkan upaya-upaya yang dapat mencegah
timbulnya outcome klinik yang tidak diharapkan pada pasien. (Dwiprahasto, 2008).
Secara umum IPS terdiri atas 2 jenis, yaitu IPS tingkat rumah sakit dan IPS tingkat
area pelayanan.
yang memerlukan pengamatan dan perbaikan lebih lanjut, seperti misalnya untuk
menunjukkan:
b. bahwa suatu area pelayanan ternyata tidak memenuhi standar klinik atau terapi
Selain penjelasan di atas metode tim perlu menjadi strategi dalam penanganan patient
safety karena metode tim merupakan metode pemberian asuhan keperawatan, yaitu
memberikan asuhan keperawatan pada sekelompok pasien melalui upaya kooperatif dan
kolaboratif (Sitorus, 2006). Pada metode ini juga memungkinkan pelayanan keperawatan
(Nursalam, 2002). Jadi dengan pemberian asuhan keperawatan yang menyeluruh kepada
mutu pelayanan.
Menurut Hasting G, 2006, ada delapan langkah yang bisa dilakukan untuk
untuk pasien. Tetapi supaya keselamatan pasien ini bisa dikembangkan dan semua
strategis dari rumah sakit atau unit pelayanan kesehatan lainnya. Empat CEO RS
jawab untuk keselamatan pasien tidak bisa didelegasikan dan mereka memegang
dalam RS.
Belajar dari pengalaman, meskipun itu sesuatu yang salah adalah pengalaman
Dibutuhkan sistem pencatatan data yang lebih baik untuk mempelajari dan
mortalitas. Dengan perubahan data mortalitas dari tahun ke tahun, klinisi dan
hanya bisa terjadi jika ada sistem pendukung yang adekuat. Staf juga harus dilatih
utuh kedalam sistem yang berlaku di RS, maka peningkatan yang terjadi hanya
diharapkan sesudah lulus kedua hal ini sudah menjadi bagian dalam budaya kerja.
memberikan pengaruh yang positif. Perannya saat ini mungkin masih kecil, tetapi
komite keselamatan pasien adalah salah satu bentuk kontribusi aktif dari
ketiga pertanyaan berikut: apa masalahnya? Apa yang bisa kubantu? Apa yang
bisa tercapai dalam semalam. Diperlukan kepemimpinan yang kuat, tim yang
kompak, serta dedikasi dan komitmen yang tinggi untuk tercapainya tujuan
dengan berbagai peran yang berbeda bisa saling melengkapi dengan anggota tim
Studi Kasus
3.1 Kasus
JAKARTA -- Akhir Januari setahun lalu, seorang wartawan lepas bernama Eko
Warijadi meninggal dunia karena penyakit malaria. Tak ada yang salah dengan
penanganan dokter yang dilakukan terhadapnya. Sayangnya, tim dokter dari Rumah
Sakit Islam Cempaka Putih yang menanganinya mengakui penanganan medis yang
RS Haji Pondok Gede yang salah mendiagnosa penyakit si wartawan. Penyakit malaria
yang dideritanya didiagnosa sebagai penyakit tifus yang otomatis ditangani dengan
Malang tak dapat dihindari akibat salah penanganan itu. Namun, sang istri yang
juga seorang wartawati di situs berita detik.com merelakan kepergian si suami. Meski,
diyakininya apa yang dialami oleh pasangan hidupnya itu adalah malpraktek dalam
dunia kedokteran.
Tak demikian halnya dengan apa yang dilakukan oleh Indra Syafri Yacub yang
kehilangan istri Ny Adya Vitry Harisusanti alias Ny Santi pada 19 Desember 2003 di
RSCM. Syafri, yang warga Jalan Rajawali Selatan Jakarta Pusat mempersoalkan
perlakuan medis yang didapatkan dari tim dokter terhadap istrinya dari sejumlah RS
yang berbeda dalam kurun waktu dua bulan. Diantara diagnosa yang berbeda itu,
menurut kuasa hukum Syafri dari LBH Jakarta, Taufik Basari adalah luka usus, kista,
Berihwal dari muntah darah yang dialami oleh Ny. Santi, berbagai dokter dari
menghembuskan nafas terakhir karena pemasangan alat suntik infus di bagian leher
kanannya. Pemasangan infus itu sendiri dilakukan oleh tenaga medis yang tidak
Kasus ini pun saat ini tengah berproses di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat (PN
Jakpus) melalui gugatan perdata yang diajukan Syafri kepada RSCM, RS Pelni
Petamburan dan RS PMI Bogor serta delapan orang dokternya. Setelah digelar
hari bagi kedua pihak untuk mediasi. Dalam tahap pertama mediasi ini sendiri, kedua
Gugatan ganti rugi senilai materiil Rp 47,3 juta dan imateriil Rp 3 miliar atas
tuduhan malpraktek yang dilakukan pihak tergugat di persidangan perdana yang digelar
di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Kamis (18/3). Gugatan itu dirincikan; Rp 17,8 juta
kepada RS PMI Bogor, Rp 25,5 juta terhadap RS Pelni, dan sisanya ditanggung RSCM.
Dasar gugatan perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh para tergugat
Tahun 1992. Para tergugat juga dinilai melanggar Kode Etik Dokter dan Kode Etik
tersubut tidak menerapkan prinsip Patient Savety. Pada contoh kasus di atas terdapat
diagnosa penyakit yang dideritanya dan juga kesalahan penanganan yang dilkukan oleh
tim dokter. Dia yang seharusnya terserang malaria, didiagnosa hanya terserang penyakit
Hal ini jelas – jelas telah menyimpang dari tujuan Patient Safety secara
secara benar). Tim dokter yang menangani penyakit wartawan ini tidak mendiagnosis
Masalah ini juga termasuk dari salah satu elemen Patient Safety, yakni adverse
pasien / diagnosa, tim dokter salah memberikan penanganan medis dan pengobatan
Pada kasus yang kedua, seorang pasien meninggal akibat kesalahan tidakan medis
yang fatal, yakni pemasangan jarum infus yang seharusnya dipasang di tangan pasien
malah dipasang di daerah leher pasien, yang sebelumnya telah mendapat banyak
Pada kasus kedua ini ada kemiripan dengan kasus pertama, yakni penyimpangan
dari tujuan Patient Safety secara internasional poin pertama, yakni Identify patients
correctly (mengidentifikasi pasien secara benar). Tim dokter dari beberapa RS yang
menangani pasien ini tidak mendiagnosis penyakit yang dideritanya dengan tepat dan
pasien, kesalahan prosedur operasi), karena tim medis yang merawat pasien ini salah
menempatkan jarum infus pada leher pasien, bukan pada tangannya, sehingga
3.3 Solusi
Kejadian – kejadian pada kasus di atas termasuk kejadian yang tidak diinginkan /
KTD, yang seharusnya bisa dihindari apabila benar – benar memperhatikan tujuan dan
Dan pada kasus di atas beberapa dari Sembilan Solusi Life-Saving Keselamatan Pasien
standardisasi dalam metode identifikasi di semua rumah sakit dalam suatu sistem
layanan kesehatan; dan partisipasi pasien dalam konfirmasi ini; serta penggunaan
spuit dan slang yang salah, serta memberikan medikasi atau cairan melalui jalur
pemberian makan (misalnya slang yang benar), dan bilamana menyambung alat-
alat kepada pasien (misalnya menggunakan sambungan & slang yang benar).
BAB 4
4.1 Kesimpulan
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil.
Elemen Patient Safety yaitu: Adverse drug events(ADE)/ medication errors (ME)
catheter care (aliran darah – perawatan kateter pembuluh darah), Systematic review,
(kesalahan teknis), Inadequate policies and procedures (kebijakan dan prosedur yang
tidak memadai)
Tujuh Standar Keselamatan Pasien (mengacu pada “Hospital Patient Safety
Organizations, Illinois, USA, tahun 2002), yaitu: Hak pasien, Mendidik pasien dan
dalam meningkatkan keselamatan pasien, Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk
Lestari, Trisasi. Knteks Mikro dalam Implementasi Patient Safety: Delapan Langkah Untuk
Mengembangkan Budaya Patient Safety. Buletin IHQN Vol II/Nomor.04/2006 Hal.1-3
Pabuti, Aumas. (2011) Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien (KP) Rumah Sakit.
Proceedings of expert lecture of medical student of Block 21st of Andalas University,
Indonesia
Panduang Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety). 2005
Yahya, Adib A. (2006) Konsep dan Program “Patient Safety”. Proceedings of National
Convention VI of The Hospital Quality Hotel Permata Bidakara, Bandung 14-15 November
2006.
http://marsenorhudy.wordpress.com/2011/01/07/patient-safetiy-keselamatan-pasien-rumah-
sakit/