Anda di halaman 1dari 62

SEMINAR KEPERAWATAN ANAK

PADA BY.NY R DENGAN DIAGNOSA BBLR

OLEH:

ADENIA RALIKA
APRIATNA
FIFI SELFIANI
RAHMATUL HUSNA
RANDI IRAWAN

CI KLINIK CI AKADEMIK

( ) ( )

PROGRAM STUDI NERS

STIKes YARSI SUMBAR BUKITTINGGI

2019/202
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT.atas rahmat dan


karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas seminar keperawatan anak
dalam bentuk proposal ini dengan lancar. Makalah yang berjudul BBLR (Berat
Bayi Lahir Rendah ) ini membahas mengenai pengertian dan asuhan keperawatan
pada neonatus.

Dalam penulisan makalah ini, kami banyak mendapat bantuan dari


berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu penulisan proposal ini.

Kami sadar, bahwa dalam proposal ini masih jauh dari kesempurnaan, Hal
itu dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan kami. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para
pembaca. Semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi para pembaca juga kami
para penulis.

Akhir kata, kami mohon maaf apabila dalam penulisan proposal ini
terdapat banyak kesalahan.

Bukittinggi,Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

LATAR BELAKANG.................................................................................1

RUMUSAN MASALAH............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

Konsep BBLR.............................................................................................3

Defenisi BBLR...........................................................................................3

Klasifikasi BBLR.......................................................................................3

Etiologi BBLR.............................................................................................4

Patofisiologi.................................................................................................6

Tanda dan gejala.........................................................................................6

Komplikasi..................................................................................................8

Pemeriksaan diagnostik.............................................................................8

Penatalaksanaan.........................................................................................8

Askep teoritis BBLR................................................................................10

BAB III PENGKAJIAN......................................................................................17

BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................38

BAB V PENUTUP................................................................................................42

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) diartikan sebagai bayi yang lahir

dengan berat badan kurang dari 2500 gram.BBLR merupakan prediktor

tertinggi angka kematian bayi, terutama dalam satu bulan pertama kehidupan

(Kemenkes RI,2015). Bayi BBLR mempunyai risiko kematian 20 kali lipat

lebih besar di bandingkan dengan bayi yang lahirdengan berat badan normal.

Lebih dari 20 juta bayi di seluruh dunia lahir dengan BBLR dan 95.6%

bayi BBLR lahir di negara yang sedang berkembang, contohnya di

Indonesia.SurveyDemografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2014-2015,

angka prevalensi BBLR di Indonesia masih tergolong tinggi yaitu 9%

dengan sebaran yang cukup bervariasi pada masing-masing provinsi.Angka

terendah tercatat di Bali (5,8%) dan tertinggi di Papua (27%),sedangkan di

Provinsi Jawa Tengahberkisar 7%(Kemenkes RI,2015).


BBLR disebabkan oleh usia kehamilan yang pendek (prematuritas),dan

IUGR (Intra Uterine Growth Restriction) yang dalam bahasa Indonesia

disebut Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) atau keduanya. Kedua

penyebab ini dipengaruhi oleh faktor risiko, seperti faktor ibu, plasenta,

janin dan lingkungan. Faktor risiko tersebut menyebabkan kurangnya

pemenuhan nutrisi padajanin selama masa kehamilan. Bayi dengan berat

badan lahir rendah umumnya mengalami proses hidup jangka panjang yang

kurang baik. Apabila tidak meninggal pada awal kelahiran, bayi BBLR

memilikirisiko tumbuh dan berkembang lebih lambat dibandingkan

denganbayi yang lahir dengan berat badan normal. Selain gangguan tumbuh

1
kembang, individu dengan riwayat BBLR mempunyai faktor risiko tinggi

untuk terjadinya hipertensi, penyakit jantung dan diabetes setelah mencapai

usia 40 tahun(Juaria dan Henry, 2014).


Bayi BBLR dapat berakibat jangka panjang terhadap tumbuh

kembang anak di masa yang akan datang. Dampak dari bayi lahir dengan

berat badan rendah ini adalah pertumbuhannya akan lambat,

kecenderungan memiliki penampilan intelektual yang lebih rendah

daripada bayi yang berat lahirnya normal. Bayi BBLR dapat mengalami

gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya sehingga

membutuhkan biaya perawatan yang tinggi. Peningkatan berat badan

merupakan proses yang sangat penting dalam tatalaksanaan BBLR

disamping pencegahan terjadinya penyulit. Proses peningkatan berat badan

bayi tidak terjadi secara segera dan otomatis, melainkan terjadi secara

bertahap sesuai dengan umur bayi. Peningkatan berat yang adekuat akan

sangat membantu pertumbuhan dan perkembangan bayi secara normal

dimasa depan sehingga akan sama dengan perkembangan bayi berat badan

lahir normal (Putra,2012). Adapun penatalaksanaan BBLR yaitu seperti

dukungan respirasi, pencegahan kehilangan panas seperti melakukan teknik

Kangaroo Mother Care atau kontak kulit dengan kulit antara bayi dengan

ibunya, pemancar pemanas ruangan yang hangat, Inkubator, perlindungan

terhadap infeksi, hidrasi dan nutrisi yang adekuat. Asuhan keperawatan yang

berkualitas pada bayi dengan berat lahir rendah sangat menentukan tingkat

mortalitas dan morbiditas bayi pada periode kehidupan pertamanya serta

pertumbuhan dan perkembangan untuk periode kehidupan selanjutnya.


B. RUMUSAN MASALAH

2
Bagaimana Asuhan Keperawatan pada bayi R dengan kasus Bayi Berat

Lahir Rendah (BBLR) di RS Achmad Mochtar Bukittinggi.


C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan umum :
Dapat melaksanakan manajemen asuhan keperawatan pada bayi R

dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) selama dirawat diruang

perinatologi di RS Achmad Moctar Bukittinggi.

2. Tujuan khusus :
a. Dapat melaksanakan pengkajian dan analisa data pada bayi R dengan

Berat bayi lahir rendah (BBLR) di Ruang Perinatologi di RS Achmad

Mochtar Bukittinggi.

b. Dapat menganalisis dan mengintrepretsaikan data-data untuk

menentukan diagnosa/masalah aktual pada bayi R dengan bayi berat lahir

rendah (BBLR) di Ruang Perinatologi di RS Achmad Mochtar

Bukittinggi.

c. Dapat melaksanakan tindakan segera dan kolaborasi pada bayi R

dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) di Ruang Perinatologi di RS

Achmad Mochtar Bukittinggi.

d. Dapat merencanakan tindakan dalam asuhan keperawatan pada bayi

R dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) di Ruang Perinatologi di RS

Achmad Mochtar Bukittinggi.

e. Dapat melaksanakan tindakan asuhan keperawatan pada bayi R

dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) di Ruang Perinatologi di RS

Achmad Mochtar Bukittinggi.

3
f. Dapat mengevaluasi asuhan keperawatan pada bayi R dengan bayi

berat lahir rendah (BBLR) di Ruang Perinatologi di RS Achmad Mochtar

Bukittinggi.

h. Dapat mendokumentasikan semua tindakan dalam asuhan kebidanan

yang telah dilaksanakan pada bayi R dengan bayi berat lahir rendah

(BBLR) di Ruang Perinatologi di RS Achmad Mochtar Bukittinggi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep BBLR ( Berat Bayi Lahir Rendah)


1. Definisi BBLR

Bayi berat lahir rendah adalah keadaan ketika bayi dilahirkan memiliki

berat badannya kurang dari 2500 gram. Keadaan BBLR ini akan

berdampak buruk untuk tumbuh kembang bayi ke depannya (Kementerian

Kesehatan RI, 2015).Penyebab BBLR adalah keadaan ibu hamil yang

memiliki masalah dalam kehamilan. Permasalahan dalam kehamilan inilah

4
yang paling berbahaya karena menjadi penyebabkematian ibu dan bayi

terbesar(Barua,Hazarika& Duta, 2014).

Bayi berat lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat

badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram). Sejak

tahun 1961 WHO telah mengganti istilah prematur dengan bayi berat

lahir rendah (BBLR). Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi yang

berat badannya kurang dari 2500 gram pada waktu lahir adalah bayi

prematur (Rukiyah & Yulianti, 2012).

2. Klasifikasi BBLR

Menurut Rukiyah & Yulianti (2012), bayi dengan kelahiran prematur

dapat dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Bayi Prematur Sesuai Masa Kehamilan (SMK)


Bayi prematur sesuai masa kehamilan (SMK) adalah bayi

yang lahir dengan masa gestasi kurang dari 37 minggu dan berat

badannya sesuai dengan usia kehamilan. Derajat prematuritas dapat

digolongkan menjadi 3 kelompok antara lain adalah sebagai berikut:


1) Bayi sangat prematur (extremely premature) : 24-30 minggu
2) Bayi prematur sedang (moderately premature) : 31-36 minggu
3) Borderline premature : 37-38 minggu.

Bayi ini mempunyai sifat prematur dan matur. Beratnya seperti

bayi matur akan tetapi sering timbul masalah seperti yang dialami bayi

prematur misalnya gangguan pernapasan, hiperbilirubinemia dan daya

isap yang lemah.

b. Bayi Prematur Kecil untuk Masa Kehamilan (KMK)

5
Bayi prematur kecil untuk masa kehamilan (KMK) adalah

bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya

untuk masa gestasi tersebut. Banyak istilah yang dipergunakan untuk

menunjukkan bahwa bayi KMK ini dapat menderita gangguan

pertumbuhan di dalam uterus (intrauterine retardation = IUGR)

seperti pseudopremature,small for dates, dysmature, fetal malnutrition

syndrome, chronis fetal distress, IUGR dan small for gestational age

(SGA). Setiap bayi baru lahir (prematur, matur dan post matur) mungkin

saja mempunyai berat yang tidak sesuai dengan masa gestasinya.

Gambaran kliniknya tergantung dari pada lamanya, intensitas dan

timbulnya gangguan pertumbuhan yang mempengaruhi bayi tersebut.

IUGR dapat dibedakan menjadi 2 yaitu sebagai berikut:


1) Proportinate IUGR : janin menderita distres yang lama, gangguan

pertumbuhan terjadi berminggu-minggu sampai berbulan-bulan

sebelum bayi lahir. Sehingga berat, panjang dan lingkaran kepala

dalam proporsi yang seimbang, akan tetapi keseluruhannya masih di

bawah masa gestasi yang sebenarnya.


2) Disproportinate IUGR : terjadi akibat distres sub akut. Gangguan

terjadi beberapa minggu atau beberapa hari sebelum janin lahir.

Pada keadaan ini panjang dan lingkaran kepala normal, akan tetapi

berat tidak sesuai denganmasa gestasi. Tanda-tandanya adalah

sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit, kulit kering, keriput dan

mudah diangkat, bayi kelihatan kurus dan lebih panjang.


3. Etiologi

6
Bayi PrematurMenurut Rukiyah & Yulianti (2012), bayi dengan

kelahiran prematur dapatdisebabkan oleh beberapa faktor yaitu sebagai

berikut:

a. Faktor ibu
Faktor ibu merupakan hal dominan dalam mempengaruhi

kejadian prematur, faktor-faktor tersebut di antaranya adalah:


1) Toksemia gravidarum (preeklampsia dan eklampsia).
2) Riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan antepartum,

malnutrisi dan anemia sel sabit.


3) Kelainan bentuk uterus (misal: uterus bikurnis, inkompeten serviks).
4) Tumor (misal: mioma uteri, eistoma).
5) Ibu yang menderita penyakit seperti penyakit akut dengan gejala

panas tinggi (misal: thypus abdominalis, dan malaria) dan

penyakit kronis (misal: TBC, penyakit jantung, hipertensi, penyakit

ginjal).
6) Trauma pada masa kehamilan, antara lain jatuh.
7) Kebiasaan ibu (ketergantungan obat narkotik, rokok dan alkohol).
8) Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari

35 tahun.
9) Bekerja yang terlalu berat.

10) Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat.

b. Faktor Janin
Beberapa faktor janin yang mempengaruhi kejadian

prematur antara lain kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah

dini, cacat bawaan, kelainan kromosom, infeksi (misal:

rubella,sifilis, 11toksoplasmosis), insufensi plasenta, inkompatibilitas

darah ibu dari janin (faktor rhesus, golongan darah A, B dan O), infeksi

dalam rahim.
c. Faktor Lain

7
Selain faktor ibu dan janin ada faktor lain yaitu faktor

plasenta, seperti plasenta previa dan solusio plasenta, faktor

lingkungan, radiasi atau zat-zat beracun, keadaan sosial ekonomi yang

rendah, kebiasaan, pekerjaan yang melelahkan dan merokok.Menurut

Proverawati & Sulistyorini (2010), berdasarkan klasifikasinya penyebab

kelahiran bayi prematur dapat dibedakan menjadi sebagai berikut:


1. Bayi prematur tipe SMK disebabkan oleh:
a) Berat badan ibu yang rendah, ibu hamil yang masih remaja,

kehamilan kembar.
b) Pernah melahirkan bayi prematur sebelumnya.
c) Cervical incompetence (mulut rahim yang lemah hingga

tak mampu menahan berat bayi dalam rahim).


d) Perdarahan sebelum atau saat persalinan (antepartum

hemorrhage).
e) Ibu hamil yang sedang sakit.
2. Bayi prematur tipe KMK disebabkan oleh:
a) Ibu hamil yang kekurangan nutrisi.
b) Ibu memiliki riwayat hipertensi, pre eklampsia dan anemia.
c) Kehamilan kembar.
d) Malaria kronik dan penyakit kronik lainnya.
e) Ibu hamil merokok.
4. Patofisiologi BBLR

Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari

2500 gram pada waktu lahir. Secara umum penyebab dari bayi berat badan

lahir rendah dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain gizi saat hamil yang

kurang dengan umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun, jarak hamil

dan persalinan terlalu dekat, pekerjaan yang terlalu berat, penyakit menahun

ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah, perokok.

BBLR biasanya disebabkan juga oleh hamil dengan hidramnion, hamil

ganda, perdarahan, cacat bawaan, infeksi dalam rahim. Hal ini akan

8
menyebabkan bayi lahir dengan berat 2500 gram dengan panjang kurang dari

45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm kepala lebih besar, kulit tipis,

transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang, otot hipotonik lemah,

pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea biasanya terjadi pada umur

kehamilan kurang dari 37 minggu.

Kemungkinan yang terjadi pada bayi dengan BBLR adalah Sindrom

aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom distres respirasi, penyakit

membran hialin, dismatur preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari

35 minggu, hiperbilirubinemia, patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel

otak, hipotermia, hipoglikemia, hipokalsemia, anemi, gangguan pembekuan

darah, infeksi, retrolental fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC),

bronchopulmonary dysplasia, dan malformasi konginetal.

5. Tanda dan Gejala Bayi Prematur

Menurut Rukiyah & Yulianti (2012), ada beberapa tanda dan gejala

yang dapat muncul pada bayi prematur antara lain adalah sebagai berikut:

a) Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu.


b) Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram.
c) Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm.
d) Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm.
e) Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm.
f) Rambut lanugo masih banyak.
g) Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang.
h) Tulang rawan daun telinga belum sempuna pertumbuhannya.
i) Tumit mengkilap, telapak kaki halus.
j) Genetalia belum sempurna, labiaminora belum tertutup oleh labia

mayora dan klitoris menonjol (pada bayi perempuan). Testis belum

9
turun ke dalam skrotum, pigmentasi dan rugue pada skrotum kurang

(pada bayi laki-laki).


k) Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah.
l) Fungsi saraf yang belum atau tidak efektif dan tangisnya lemah.
m) Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan

jaringan lemak masih kurang.


n) Vernix caseosatidak ada atau sedikit bila ada.
Menurut Proverawati & Sulistyorini (2010), bayi prematur

menunjukkan belum sempurnanya fungsi organ tubuh dengan keadaan

lemah, yaitu sebagai berikut:


1. Tanda-tanda bayi prematur sesuai masa kehamilan (SMK):
a) Kulit tipis dan mengkilap.
b) Tulang rawan telinga sangat lunak, karena belum terbentuk

dengan sempurna.
c) Lanugo (rambut halus atau lembut) masih banyak ditemukan

terutama pada daerah punggung.


d) Jaringan payudara belum terlihat, puting masih berupa titik.
e) Pada bayi perempuan, labia mayora belum menutupi labia

minora.
f) Pada bayi laki-laki, skrotum belum banyak lipatan dan

testis kadang belum turun.


g) Garis telapak tangan kurang dari 1/3 bagian atau belum

terbentuk.
h) Kadang disertai dengan pernapasan yang tidak teratur.
i) Aktivitas dan tangisan lemah.
j) Reflek menghisap dan menelan tidak efektif atau lemah.
2. Tanda-tanda bayi prematur kecil untuk masa kehamilan (KMK):
a) Umur bayi bisa cukup, kurang atau lebih bulan, tetapi beratnya

kurang dari 2500 gram.


b) Gerakannya cukup aktif dan tangisannya cukup kuat.
c) Kulit keriput, lemak bawah kulit tipis.
d) Pada bayi laki-laki testis mungkin sudah turun.
e) Bila kurang bulan maka jaringan payudara dan puting kecil.
6. Komplikasi

10
Ada beberapa hal yang dapat terjadi apabila BBLR tidak ditangani

secepatnya menurut Mitayanti, 2009 yaitu :

a) Sindrom aspirasi mekonium (menyababkan kesulitan bernapas pada

bayi).
b) Hipoglikemia simtomatik.
c) Penyakit membrane hialin disebabkan karena surfaktan paru belum

sempurna,sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan inspirasi,

tidak tertinggal udara residu dalam alveoli, sehingga selalu dibutuhkan

tenaga negative yang tinggi untuk yang berikutnya.


d) Asfiksia neonetorom.
e) Hiperbulirubinemia
7. Pemeriksaan Diagnostik
a) Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia.
b) Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan.
c) Titer torch sesuai indikasi.
d) Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi.
e) Pemantauan elektrolit.
f) Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan (mis : fhoto thorak)
8. Penatalaksaan

Konsekuensi dari anatomi dan fisiologi yang belum matang menyebabkan

BBLR cenderung mengalami masalah yang bervariasi.

Adapun penatalaksanaan BBLR yaitu:

a. Dukungan respirasi
Tujuan utama dalam asuhan bayi risiko tinggi adalah mencapai dan

mempertahankan respirasi. Bayi berat lahir rendah mempunyai risiko

mengalami defisiensi surfaktan dan periodik apneu. Dalam kondisi seperti

ini diperlukan pembersihan jalan nafas, merangsang pernafasan,

diposisikan miring untuk mencegah aspirasi, posisikan tertelungkup jika

11
mungkin,karena posisi ini menghasilkan oksigenasi yang lebih baik, dan

terapi oksigen diberikan berdasarkan kebutuhan dan penyakit bayi.


b. Termoregulasi
Pencegahan kehilangan panas pada bayi distresssangat dibutuhkan

karena produksi panas merupakan proses yang kompleks dan melibatkan

sistem kardiovaskular, neurologis, dan metabolik.


Beberapa cara penghangatan dan mempertahankan suhu tubuh bayi

dapat dilakukan melalui:


1) Kangaroo Mother Care atau kontak kulit dengan kulit antara bayi

dengan ibunya.
2) Pemancar pemanas
3) Ruangan yang hangat
4) Inkubator (Kosim Sholeh, 2005).
c. Perlindungan terhadap infeksi
Pada BBLR,imunitas seluler dan humoral masih kurang sehingga

sangat rentan terhadap penyakit.


1) Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah infeksi, yaitu:

Semua orang yang akan mengadakan kontak dengan bayi harus

cuci tangan terlebih dahulu.


2) Peralatan yang digunakan dalam asuhan bayi harus dibersihkan

secara teratur. Ruang perawatan bayi juga harus dijaga

kebersihannya.
3) Petugas dan orang tua yang memiliki penyakit infeksi tidak boleh

memasuki ruang perawatan bayi sampai mereka dinyatakan

sembuh atau disyaratkan agarmemakai alat pelindung seperti

masker ataupun sarung tangan untuk mencegah penularan.


d. Hidrasi
Bayi risiko tinggi sering mendapat cairan parenteral untuk asupan

tambahan kalori, elektrolit, dan air. Hidrasi yang adekuat sangat penting

pada bayi preterm karena kandungan air ekstraselulernya lebih tinggi

(70% pada bayi cukup bulan dan sampai 90% pada bayi preterm).
e. Nutrisi

12
Nutrisi yang optimal sangat pentingdalam manajemen bayi BBLR

tetapi terdapat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi tersebutkarena

berbagai mekanisme ingesti dan digesti makanan belum

berkembangsempurna. Jumlah, jadwal,dan metode pemberian nutrisi

ditentukan oleh ukuran dan kondisi bayi. Nutrisi dapat diberikan melalui

parenteral, enteral ataupundengan kombinasi keduanya. Pada bayi dengan

reflek menghisap dan menelan yang kurang, nutrisi dapat diberikan

melalui sonde ke lambung (Wong, 2008; Pillitteri, 2003).


B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS BBLR

I. Pengkajian

a. Data biografi : Nama, jenis kelamin, usia, riwayat kehamilan (usia kehamilan

biasanya antara 24 sampai 37 minggu), komplikasi kehamilan dan persalinan,

jenis persalinan.

b. Sistem sirkulasi/kardiovaskular : Frekuensi dan irama jantung rata-rata 120

sampai 160x/menit, bunyi jantung (murmur/gallop), warna kulit bayi sianosis

atau pucat, pengisisan capilary refill (kurang dari 2-3 detik).

c. Sistem pernapasan : Bentuk dada barel atau cembung, penggunaan otot

aksesoris, cuping hidung, interkostal; frekuensi dan keteraturan pernapasan

rata-rata antara 40-60x/menit, bunyi pernapasan adalah stridor, wheezing atau

ronkhi.

d. Sistem gastrointestinal : Distensi abdomen (lingkar perut bertambah, kulit

mengkilat), peristaltik usus, muntah (jumlah, warna, konsistensi dan bau),

BAB (jumlah, warna, karakteristik, konsistensi dan bau), refleks menelan dan

megisap yang lemah.

13
e. Sistem genitourinaria : Abnormalitas genitalia, hipospadia, urin (jumlah,

warna, berat jenis, dan PH).

f. Sistem neurologis dan musculoskeletal : Gerakan bayi, refleks moro,

menghisap, mengenggam, plantar, posisi atau sikap bayi fleksi, ekstensi,

ukuran lingkar kepala kurang dari 33 cm, respon pupil, tulang kartilago

telinga belum tumbuh dengan sempurna, lembut dan lunak.

g. Sistem thermogulasi (suhu) : Suhu kulit dan aksila, suhu lingkungan.

h. Sistem kulit : Keadaan kulit (warna, tanda iritasi, tanda lahir, lesi, pemasangan

infus), tekstur dan turgor kulit kering, halus, terkelupas.

i. Pemeriksaan fisik : Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram,

panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar kepala sama

dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30

cm, lingkar lengan atas, lingkar perut, keadaan rambut tipis, halus, lanugo

pada punggung dan wajah, pada wanita klitoris menonjol, sedangkan pada

laki-laki skrotum belum berkembang, tidak menggantung dan testis belum

turun., nilai APGAR pada menit 1 dan ke 5, kulit keriput.

j. Pemeriksaan penunjang : Pemeriksaan darah lengkap, Pemeriksaan fungsi hati,

Pemeriksaan AGD.

II. Diagnose Keperawatan

a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas paru dan

neuromuscular.

14
b. Thermoregulasi tidak efektif berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur

dan penurunan lemak tubuh subkutan.

c. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang.

d. Gangguan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan ketidak mampuan mencerna nutrisi karena imaturitas.

e. Resiko kekurangan / kelebihan cairan berhubungan fisiologis imatur.

f. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan struktur kulit imatur,

penurunan status nutrisi dan prosedur invasif.

g. Resiko cidera karena peningkatan tekanan intrakranial berhubungan dengan

sistem saraf pusat imatur dan respon stress fisiologis.

h. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan perpisahan

dari orang tua.

i. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kurang pengetahuan,

hospitalisasi sekunder.

III. Rencana Asuhan Keperawatan


No Dx. Keperawatan TUJUAN Intervensi

15
1 Tidak efektifnya Pola nafas efektif . Mandiri :
pola nafas b.d Dengan Kriteria
1. Kaji frekwensi pernafasan dan
imaturitas pusat Hasil :
pola pernafasan..
pernafasan,
RR 30-60 x/mnt
keterbatasan 2. Hisap jalan nafas sesuai
perkembangan Sianosis (-) kebutuhan.
otot, penurunan
Sesak (-) 3. Pertahankan suhu tubuh
energi/ kelelahan,
optimal
ketidakseimbangan Ronchi (-)
metabolik 4. Posisikan bayi pada abdomen
Whezing (-)
atau posisi terlentang dengan
gulungan popok di bawah bahu
untuk menghasilkan sedikit
hiperekstensi.

kolaborasi:

1. Pantau pemeriksaan laboratory


(GDA, glukosa serum,
elektrolit ).

2. Berikan oksigen sesuai indikasi

2 Tidak efektifnya Suhu tubuh kembali Mandiri


termoregulasi b.d normal.
1. Observasi tanda-tanda vital.
imaturitas control
Kriteria Hasil :
dan pengatur suhu 2. Tempatkan bayi
dan berkurangnya Suhu 36-37 C. pada inkubator.
lemak subcutan
Kulit hangat. 3. Ganti pakaian setiap basah
didalam tubuh.
Sianosis (-)

Ekstremitas hangat Kolaborasi:

1. Kolaborasi pemberian D-10 W


dan ekspander volume secara

16
intra vena bila diperlukan.

2. Berikan obat-obatan sesuai


indikasi fenobarbital, natrium
bikarbonat

3 Resiko tinggi Infeksi tidak terjadi. Mandiri :


infeksi
Kriteria Hasil : 1. tingkatkan cara-cara mencuci
berhubungan
tangan pada staf, orang tua dan
dengan respon Suhu 36-37 C
pekerja lain.
imun imatur
Tidak ada tanda-
2. Pantau pengunjung akan
tanda infeksi
adanya lesi kulit.
Leukosit 5.000–
3. Kaji bayi terhadap tanda-tanda
10.000
infeksi, misalnya : suhu, letargi
atau perubahan perilaku.

4. Lakukan perawatan tali pusat


sesuai kit.

5. Berikan ASI untuk pemberian


makan bila tersedia.

Kolaborasi

Berikan antibiotika sesuai


indikasi

4 Resiko gangguan Nutrisi terpenuhi Mandiri :


nutrisi kurang dari setelah
1. Timbang berat badan bayi saat
kebutuhan b.d
menerima di ruangan

17
ketidakmampuan Kriteria hasil : perawatan dan setelah itu setiap
mencerna nutrisi hari.
Reflek hisap dan
(Imaturitas saluran
menelan baik 2. Auskultasi bising usus,
cerna)
perhatikan adanya distensi
Muntah (-)
abdomen, dan perilaku
Kembung(-) menghisap.

BAB lancar 3. Lakukan pemberian makan


oral awal dengan 5-15 ml air
Berat badan
steril, kemudian dextrose dan
meningkat 15 gr/hr
air sesuai protokol rumah sakit.
Turgor elastis.
Kolaborasi :

1. Berikan glukosa dengan segera


peroral atau intravena bila kadar
dextrostik kurang dari 45 mg/dl.

IV. Implementasi
Menurut Nursalam (2001) pelaksanaan keperawatan adalah inisiatif dari

rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik (Lyer et al, 1996). Tahap

pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan

kepada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan

dengan harapan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah

kesehatan klien mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,

pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.

Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan

keperawatan. Dalam melakukan tindakan keperawatan pada klien dengan BBLR

yang harus diperhatikan adalah timbang berat badan setiap hari dan observasi

18
tanda-tanda vital, memberikan minum, rawat klien dalam inkubator, berikan posisi

semi fowler dan kolaborasi pemberian oksigen tambahan.

V. Evaluasi

Menurut Nursalam (2001) evaluasi adalah tindakan intelektual untuk

melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa

keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai.

Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor”kealpaan” yang

terjadi selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan dan pelaksanaan tindakan.

Adapun evaluasi yang diharapkan pada bayi dengan berat badan lahir rendah

(BBLR) adalah oksigenisasi klien kembali adekuat, klien dapat mempertahankan

suhu tubuh yang stabil, klien tidak mengalami infeksi, kebutuhan nutrisi klien

kembali terpenuhi, kebutuhan cairan klien kembali seimbang, integritas kulit klien

tetap utuh, klien tidak mengalami cidera, klien mencapai pertumbuhan dan

perkembangan yang normal, keluarga klien menunjukkan perilaku kedekatan yang

positif.

19
9. Pathway

20
BAB III

PENGKAJIAN

I. Identitas Bayi / Keluarga

Nama bayi : By. Ny. R

No. MR : 52 00 78

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tanggal Lahir : 20 september 2019

BB / PB : 1400 gram / 40 cm

Apgar Score : 5 menit (6) 5 menit ke 2 (7)

Anak ke :3

Nama Ayah : Tn. S

21
Pekerjaan Ayah : Bengkel

Pendidikan Ayah : SD

Nama Ibu : Ny. R

Pekerjaan Ibu : IRT

Pendidikan Ibu : SMA

Alamat : Puhun Tembok

Diagnosa Medis : BBLSR

II. Pengkajian Neonatus

Reflek : Menggenggam

Tonus/aktivitas : Tenang

Menangis : Keras

Kepala / Leher :

Gambaran wajah : Simetris

Fontanel Anterior : Datar

Mata : Bersih

THT :

Telinga : Normal

Hidung : Normal

Abdomen : Kembung

Lingkar Perut : 26 cm

Thorax : Simetris

Klavikula : Normal

Paru-paru

Suara nafas kiri dan kanan sama

Bunyi nafas di semua lapang paru terdengar

Suara nafas : Rongki

22
Respirasi : Spontan

Ekstremitas : Gerakan bebas

Nadi Perifer Kuat Lemah Tidak ada


Brakial Kanan ×
Brakial Kiri ×
Femoral Kanan ×
Femoral Kiri ×

Umbilikus : Normal

Genital : Laki-laki Normal

Anus : Paten

Kulit : Pucat

Suhu : Inkubator

III. Riwayat Prenatal

Jumlah Kunjungan : 11 kali

Bidan/Dokter : Bidan & Dokter

Penkes yang didapat : Nutrisi

HPHT : 01 – 02 – 2019

Kenaikan BB : 14 kg

Komplikasi selama hamil : Hipertensi

Komplikasi Obat : Tidak ada

Obat yang didapat : Kalsium, Asam folat

Golongan darah ibu :O

IV. Pemeriksaan kehamilan

Rubella : Ada Hasilnya : Negative

Hepatitis : Ada Hasilnya : Negative

GO : Ada Hasilnya : Negative

Herpes : Ada Hasilnya : Negative

23
HIV : Ada Hasilnya : Negative

V. Riwayat Persalinan

Awal persalinan : 20 september 2019 jam 6 pagi

Lama persalinan : 1 jam

Jumlah air ketuban : +- 200 cc

Anastesi yang diberikan : Tidak ada

VI. Riwayat Kelahiran

Cara melahirkan : Normal

Tempat melahirkan : RSUD Dr.Achmad Mochtar Bukittinggi

VII. Riwayat Postnatal

Usaha nafas : Tampa bantuan

Apgar score 5 menit 1 ( 6 ) 5 menit ke 2 ( 7 )

Adanya trauma lahir : tidak ada

VIII. Riwayat Sosial

Budaya

Suku : Minang

Agama : Islam

Bahasa Utama : Minang

Problem sosial yang penting : Tidak ada

Hubungan orang tua dengan bayi :

Ibu Tingkah Laku Ayah


× Menyentuh ×
× Memeluk ×
× Berbicara ×
× Berkunjung ×
× Memanggil nama ×
× Kontak mata ×

Anak yang lain :

24
Nama Anak Jenis kelamin Riwayat Imunisasi
Persalinan
An. R Laki-laki Normal Lengkap
An. H Laki-laki Normal Lengkap
An. Kembar Laki-laki Normal lengkap

IX. Riwayat Kesehatan

Keluhan utama : sesak nafas sejak 1 jam yang lalu di ruang perina NICU.

Riwayat kesehatan sekarang : sesak nafas, bayi lahir dengan berat 1400
gram 32-33 minggu, sianosis pada ekstremitas.

X. Pemeriksaan Fisik

KU : Sedang

TTV

Suhu : 35,3 C

Nadi : 158 x/menit

Pernafasan : 77 x/menit

BB / TB : 1400 gram / 40 cm

Kepala

Inspeksi : Rambut Hitam, Penyebaran merata

Palpasi : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, tekstur halus
lembut

Muka

Inspeksi : Simetris, tidak ada kemerahan

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

Mata : konjungtiva anemis, sklera ikterik, pupil isokor, posisi


mata simetris.

Telinga : liang telinga lapang, serumen tidak ada

Hidung : serumen tidak ada, nafas cuping hidung

25
Mulut : mukosa bibir kering

Leher : tidak terdapat pembesaran tyroid, tidak ada nyeri tekan.

Thoraks

Inspeksi : bentuk normochest, tidak ada oedem, penggunaan alat


bantu nafas.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Perkusi : Sonor

Auskultasi : Ronchi, wheezing tidak ada.

Abdomen

Permukaan : kembung

Kondisi : lemas

Tali pusar : layu

Genitalia : tidak ada kelainan

Ekstremitas : akral dingin, tidak ada nyeri tekan, tidak ada oedema,
dasar kuku sianosis.

Ukuran

Lingkar kepala : 29 cm

Lingkar dada : 27 cm

Lingkar perut : 26 cm

Panjang lengan: 12 cm

Panjang kaki : 16 cm

Isap : belum ada

Simpisis kaki : 22 cm

XI. Test Diagnostik

HGB : 10,2 g/dL

RBC : 3,20

HCT : 32,2 %

26
MCU : 100,6 fL

MCH : 31,9 pg

MCHC : 31,7 g/Dl

RDW_SD : 67,8 tL

RDN_CV : 19,0%

WBC : 1,99

PLT : 12

ANALISA DATA

No Data Fokus Masalah


1 Ds : Pola nafas tidak efektif
Do: bayi rawat dalam inkubator
Bayi tampak sesak
Pernafasam cuping hidung
Penggunaan otot bantu nafas
Tekanan ekspirasi dan inspirasi
menurun
S : 35,3 C
N : 158 x/menit
P : 72 x/menit
2 Ds : Resiko termoregulasi tidak
Do :kulit teraba dingin efektif
Suhu tubuh dibawah normal
Takikardi
Dasar kuku sianosis
Hipoksia
Ventilasi menurun
S : 35,3 C
N : 150 x/menit
P : 72 x/menit
3 Ds : Ketidakseimbangan nutrisi kurang
Do: reflek hisap belum ada dari kebutuhan tubuh
Bayi terpasang ogt
BB : 1400 gr
TB : 40 cm
Ibu belum menyusui

Intervensi Keperawatan

N Diagnosa Penyebab SLKI SIKI


o keperawatan

27
1 Pola nafas tidak - Depresi pusat Pola nafas Manajemen jalan
efektif pernapsan membaik nafas
- Hambatan dalam waktu Observasi :
upaya nafas 1x24 jam - Monitor pola
- Pernapasan dengan nafas ( frekuensi,
dinding dada kriteria kedalaman, usaha
- Gangguan hasil : nafas)
neuro muskular - Ventilasi - Monitor bunyi
- Gangguan semakin nafas tambahan
neurologis meningkat
- Obesitas - Kapasitas Terapeutik :
- Posisi tubuh vital - Pertahankan
yang meningkat kepatenan jalan
menghambat - Dispnue nafas
ekspansi paru menurun - Posisikan semi
- Sindrom - Pernafasan fowler atau
hipoventilasi cuping fowler.
- Cidera pada hidung - Berikan minum
medula spinalis menurun hangat
- Efek agen - Frekuensi - Lakukan
farmakologis nafan fisioterapi dada
- Kecemasan membaik jika perlu
- Kedalaman - Lakukan hisap
nafas lendir
membaik - Keluarkan
- Ekskusi sumbatan benda
dada padat
membaik - Berikan oksigen

Edukasi :
- Anjurkan asupan
cairan

Kolaborasi :
- Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika
perlu
2 Resiko - Kerusakan Termoregula Manajemen
termoregulasi hipotalamus si membaik Hipotermia
tidak efektif - Berat badan dalam waktu Observasi :
ekstrem 1x24 jam - Monitor suhu
- Terpapar suhu dengan tubuh
lingkungan kriteria hasil: - Identifikais
rendah - Menggigil penyebab
- Malnutrisi menurun hipotermia

28
- Pemakaian - Kulit - Monitor tand
pakaian tipis merah agejala hipotermia
- Penurunan menurun
lanju - Kejang Terapeutik :
metabolisme menurun - Sediakan
- Trauma - Konsumsi lingkungan yang
- Efek agem oksigen hangat
farmakologis menurun - Ganti pakaian atau
- Kurang - Pucat linen yang basah
terpapar menurun - Lakukan
informas - Takikardi penghangatan
tentang menurun yang pasif
hipotermia - Takipnue (selimut, menutup
menurun kepala, pakaian
Objektif : - Bradikardi tebal)
- Kulit teraba a menurun - Lakukan
dingin - Hipoksia penghangatan
- Menggigil menurun aktif internal
- Suhu tubuh - Dasar kuku (infus cairan
dibawa normal sianotik hangat, oksigen
- Akrosianosis menurun hangat)
- Bradikardi - Suhu
- Dasar kuku tubuh Edukasi :
sianotik membaik - Anjurkan makan
- Hipoglikemia - Suhu kulit atau minum
- Ventilasi membaik hangat
menurun - Kadar
- Takikardia glukosa
- Vasokontriksi darah
perifer membaik
- Kutis memorata - Ventilasi
membaik
- Tekanan
darah
membaik
- Pengisian
kapiler
membaik
3 Ketidakseimbang - Kurangnya Nutrisi
an nutrisi kurang Observasi
asupan terpenuhi
dari kebutuhan - Identifikasi
tubuh makanan setelah status nutrisi
- Ketidakmampu - Identifikasi
alergi dan
an menelan Kriteria hasil
intoleransi
makanan : makanan
- Ketidakmampu - Identifikasi
Reflek hisap makanan
an mencerna

29
makanan dan menelan yang disukai
- Ketidakmampu - Identifikasi
baik
kebutuhan
an
kalori dan
mengabsorbsi Muntah (-) jenis nutrien
- Identifikasi
nutrien
Kembung(-) perlunya
- Faktor ekonomi
penggunaan
- Faktor
BAB lancar selang
psikologi nasogastrik
Berat badan - Monitor
asupan
meningkat makanan
15 gr/hr - Monitor
berat badan
- Terapeutik
- Berikan
makanan
tinggi serat
mencegah
konstipasi
- Berikan
makanan
tinggi kalori
dan tinggi
protein
- Fasilitasi
menentukan
pedoman
diet

kolaborasi
- Kolaborasi dengan
ahli gizi

CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN

Tanggal diagnosa Implementasi evaluasi

07 – 10 – Pola Nafas Tidak Jam : 08:00 Jam : 13:00


2019 (pagi) Efektif
Implementasi : Evaluasi :

1. Memonitor pola S : -
nafas (frekuensi,
kedalaman, usaha O : Bayi
dirawat

30
nafas ) = P : 72x per dalam
menit inkubator,
2. Memberikan pasien
kepatenan jalan tampak
nafas sesak,
3. Memberikan oksigen pernapasan
4. Mengajukan asupan
cuping
cairan
hidung ,
penggunaa
n otot
bantu
nafas,
tekanan
ekspirasi n
dan
inspirasi
menurun. P
: 67x per
menit.

A :
Masalah
belum
teratasi

P :
intervensi
1234
dilanjutkan

Resiko Jam : 08:00 Jam : 13:00


termoregulasi
tidak efektif Implementasi : Evaluasi :

1. Memonitor suhu S:-


tubiuh. S : 35,3
2. Mengidentifikasi O : Akral
penyebab hipotermi hangat ,
3. Menyediakan suhu dalam
lingkungan yang batas
hangat normal. S :
4. Melakukan 37,0
penghangatan pasif Celcius

31
A :
Masalah
teratasi

P :
intervensi
1234
dihentikan

Ketidakseimbanga Jam : 08:00 Jam : 13:00


n nutrisi kurang
dari kebutuhan Implementasi : Evaluasi :
tubuh 1. Memonitor asupan S:-
makanan
2. Menganjurkan O : Refleks
makan sedikit tapi .hisap
sering belum ada,
3. Memonitor berat bayi
badan (BB : 1400 terpasang
gram) ogt BB :
4. Menganjurkan 1450 gram,
makan selagi hangat TB : 40 cm
,

A :
Masalah
belum
teratasi

P :
intervensi
1234
dilanjutkan

07 – 10 – Pola Nafas Tidak Jam : 13 :00 Jam : 20:00


2019 (siang) Efektif
Implementasi : Evaluasi :

1. Memonitor pola S : -
nafas (frekuensi,
kedalaman, usaha O : Bayi
nafas ) = P : 65x per dirawat

32
menit dalam
2. Memberikan inkubator,
kepatenan jalan pasien
nafas tidak sesak.
3. Memberikan oksigen P : 58x per
4. Mengajukan asupan
menit.
cairan
A :
Masalah
teratasi

P :
Intervensi
1234
dihentikan

Ketidakseimbanga Jam : 13:00 Jam : 18:00


n nutrisi kurang
dari kebutuhan Implementasi : Evaluasi :
tubuh 1. Memonitor asupan S:-
makanan
2. Menganjurkan O : Refleks
makan sedikit tapi .hisap
sering belum ada,
3. Memonitor berat BB : 1450
badan (BB : 1450 gram,bayi
gram) terpasang
ogt, TB :
Menganjurkan makan selagi 40 cm ,
hangat
A :
Masalah
belum
teratasi

P :
intervensi
1234
dilanjutkan

07 – 10 – Ketidakseimbanga Jam : 20:00 Jam : 06:00

33
2019 n nutrisi kurang Implementasi : Evaluasi :
(malam) dari kebutuhan
tubuh 1. Memonitor asupan S:-
makanan
2. Menganjurkan O : Refleks
makan sedikit tapi .hisap
sering belum ada,
3. Memonitor berat BB : 1480
badan (BB : 1450 gram, bayi
gram) terpasang
4. Menganjurkan ogt, TB :
makan selagi hangat 40 cm ,

A :
Masalah
belum
teratasi

P :
intervensi
1234
dilanjutkan

: Pola Nafas Tidak Jam : 08:00 Jam : 13:00


Efektif
Tanggal 08 – Implementasi : Evaluasi :
10 – 2019
1. Memonitor pola S:-
(pagi) nafas (frekuensi,
kedalaman, usaha O : Bayi
nafas ) = P : 56x per dirawat
menit dalam
2. Memberikan inkubator,
kepatenan jalan pasien
nafas tampak
3. Memberikan oksigen sudah tidak
4. Mengajukan asupan sesak lagi, .
cairan P : 48x per
menit.

A :
Masalah
teratasi

34
P :
intervensi
dihentiksn

Resiko Jam : 08:00 Jam : 13:00


termoregulasi
tidak efektif Implementasi : Evaluasi :

1. Memonitor suhu S:-


tubiuh. S : 36,2
2. Mengidentifikasi O : Akral
penyebab hangat ,
hipotermi suhu dalam
3. Menyediakan batas
lingkungan yang normal. S :
hangat 36,5
4. Melakukan Celcius
penghangatan pasif
A :
Masalah
teratasi

P :
intervensi
1234
dilanjutkan

Ketidakseimbanga Jam : 08:00 Jam : 13:00


n nutrisi kurang
dari kebutuhan Implementasi : Evaluasi :
tubuh 1. Memonitor asupan S:-
makanan
2. Menganjurkan O : Refleks
makan sedikit tapi .hisap
sering belum ada,
3. Memonitor berat BB : 1480
badan (BB : 1480 gram, bayi
gram) terpasang
ogt, TB :
Menganjurkan makan selagi 40 cm ,
hangat
A :

35
Masalah
belum
teratasi

P :
intervensi
1234
dilanjutkan

08– 10 – Ketidakseimbanga Jam : 13:00 Jam : 18:00


2019(siang) n nutrisi kurang
dari kebutuhan Implementasi : Evaluasi :
tubuh 1. Memonitor asupan S:-
makanan
2. Menganjurkan O : Refleks
makan sedikit .hisap
tapi sering belum ada,
3. Memonitor berat bayi
badan (BB : terpasang
1480 gram) ogt BB :
4. Menganjurkan 1480 gram,
makan selagi TB : 40 cm
hangat ,

A :
Masalah
belum
teratasi

P :
intervensi
1234
dilanjutkan

08 – 10 – Resiko Jam : 20:00 Jam : 06:00


2019(malam termoregulasi
) tidak efektif Implementasi : Evaluasi :

1. Memonitor suhu S : -
tubiuh. S : 36,2
O : Akral
2. Mengidentifikasi hangat ,

36
penyebab suhu dalam
hipotermi batas
normal. S :
3. Menyediakan 36,5
lingkungan yang Celcius
hangat
A :
4. Melakukan Masalah
penghangatan teratasi
pasif
P :
intervensi
1234
dihentikan

Ketidakseimbanga Jam : 20:00 Jam : 06:00


n nutrisi kurang
dari kebutuhan Implementasi : Evaluasi :
tubuh 1. Memonitor S:-
asupan makanan
2. Menganjurkan O : Refleks
makan sedikit .hisap
tapi sering belum ada,
3. Memonitor berat BB : 1500
badan (BB : gram, TB :
1480 gram) 40 cm ,bayi
4. Menganjurkan terpasang
makan selagi ogt
hangat
A :
Masalah
belum
teratasi

P :
intervensi
1234
dilanjutkan

09– 10 – Resiko Jam : 08:00 Jam : 13:00


2019 termoregulasi

37
(pagi) tidak efektif Implementasi : Evaluasi :

1 Memonitor suhu S : -
tubiuh. S : 36,4
O : Akral
2 Mengidentifikasi hangat ,
penyebab suhu dalam
hipotermi batas
normal. S :
3 Menyediakan 36,6
lingkungan yang Celcius
hangat
A :
4 Melakukan Masalah
penghangatan pasif teratasi

P :
intervensi
1234
dilanjutkan

Ketidakseimbanga Jam : 08:00 Jam : 13:00


n nutrisi kurang
dari kebutuhan Implementasi : Evaluasi :
tubuh 1. Memonitor S:-
asupan makanan
2. Menganjurkan O : Refleks
makan sedikit .hisap
tapi sering belum ada,
3. Memonitor berat BB : 1500
badan (BB : gram, TB :
1500 gram) 40 cm ,bayi
4. Menganjurkan tidak
makan selagi terpasang
hangat ogt lagi

A :
Masalah
belum
teratasi

P :
intervensi

38
1234
dilanjutkan

Tanggal
09– 10 –
2019

09– 10 – Resiko Jam : 13:00 Jam : 20:00


2019 termoregulasi
tidak efektif Implementasi : Evaluasi :
(siang)
1. Memonitor suhu S : -
tubiuh. S : 36,2
O : Akral
2. Mengidentifikasi hangat ,
penyebab hipotermi suhu dalam
batas
3. Menyediakan normal. S :
lingkungan yang 36,5
hangat Celcius
4. Melakukan A :
penghangatan pasif Masalah
teratasi

P :
intervensi
1234
dilanjutkan

Ketidakseimbanga Jam : 13:00 Jam : 20:00


n nutrisi kurang
dari kebutuhan Implementasi : Evaluasi :
tubuh 1. Memonitor S:-
asupan makanan
2. Menganjurkan O : Refleks
makan sedikit .hisap
tapi sering belum ada,
3. Memonitor berat BB : 1500
badan (BB : gram, TB :
1500 gram) 40 cm ,
4. Menganjurkan

39
makan selagi A :
hangat Masalah
belum
teratasi

P :
intervensi
1234
dilanjutkan

09 – 10 – Resiko Jam : 20:00 Jam : 06:00


2019 termoregulasi
(malam) tidak efektif Implementasi : Evaluasi :

1. Memonitor suhu S : -
tubiuh. S : 36,4
O : Akral
2. Mengidentifikasi hangat ,
penyebab hipotermi suhu dalam
batas
3. Menyediakan normal. S :
lingkungan yang 36,7
hangat Celcius
4. Melakukan A :
penghangatan pasif Masalah
teratasi
sebagian

P :
intervensi
1234
lanjutkan

Ketidakseimbanga Jam : 20:00 Jam : 06:00


n nutrisi kurang
dari kebutuhan Implementasi : Evaluasi :
tubuh 1. Memonitor S:-
asupan makanan
2. Menganjurkan O : Refleks
makan sedikit .hisap
tapi sering belum ada,

40
3. Memonitor berat BB : 1550
badan (BB : gram, TB :
1500 40 cm ,
gram)Menganjur
kan makan selagi A :
hangat Masalah
belum
teratasi

P :
intervensi
1234
dilanjutkan

10 – 10 – Resiko Jam : 08:00 Jam : 13:00


2019(pagi) termoregulasi
tidak efektif Implementasi : Evaluasi :

1. Memonitor suhu S : -
tubiuh. S : 35,6
O : Akral
2. Mengidentifikasi hangat ,
penyebab hipotermi suhu dalam
batas
3. Menyediakan normal. S :
lingkungan yang 36,4
hangat Celcius
4. Melakukan A :
penghangatan pasif Masalah
belum
teratasi

P :
intervensi
1234
dilanjutkan

Ketidakseimbanga Jam : 08:00 Jam : 13:00


n nutrisi kurang
dari kebutuhan Implementasi : Evaluasi :
tubuh 1. Memonitor S:-
asupan makanan
2. Menganjurkan O : Refleks

41
makan sedikit .hisap
tapi sering belum ada,
3. Memonitor berat BB : 1550
badan (BB : gram, TB :
1550 gram) 40 cm ,
4. Menganjurkan
makan selagi A :
hangat Masalah
belum
teratasi

P :
intervensi
1234
dilanjutkan

10 – 10 – Resiko Jam : 13:00 Jam : 20:00


2019(siang) termoregulasi
tidak efektif Implementasi : Evaluasi :

1. Memonitor suhu S : -
tubiuh. S : 37,2
O : Akral
2. Mengidentifikasi hangat ,
penyebab hipotermi suhu dalam
batas
3. Menyediakan normal. S :
lingkungan yang 36,5
hangat Celcius
4. Melakukan A :
penghangatan pasif Masalah
teratasi

P :
intervensi
1234
dilanjutkan

Ketidakseimbanga Jam : 13:00 Jam : 20:00


n nutrisi kurang

42
dari kebutuhan Implementasi : Evaluasi :
tubuh
1. Memonitor S:-
asupan makanan
2. Menganjurkan O : Refleks
makan sedikit .hisap
tapi sering belum ada,
3. Memonitor berat BB : 1550
badan (BB : gram, TB :
1550 gram) 40 cm ,
4. Menganjurkan
makan selagi A :
hangat Masalah
belum
teratasi

P :
intervensi
1234
dilanjutkan

10 – 10 – Resiko Jam : 20:00 Jam : 06:00


2019(malam termoregulasi
) tidak efektif Implementasi : Evaluasi :

1. Memonitor suhu S : -
tubiuh. S : 36,4
O : Akral
2. Mengidentifikasi hangat ,
penyebab hipotermi suhu dalam
batas
3. Menyediakan normal. S :
lingkungan yang 36,7
hangat Celcius
4. Melakukan A :
penghangatan pasif Masalah
teratasi
sebagian

P :
intervensi

43
1234
lanjutkan

Ketidakseimbanga Jam : 20:00 Jam : 06:00


n nutrisi kurang
dari kebutuhan Implementasi : Evaluasi :
tubuh 1. Memonitor asupan S : -
makanan
O : Refleks
2. Menganjurkan .hisap
makan sedikit tapi belum ada,
sering BB : 1600
3. Memonitor berat gram, TB :
badan (BB : 1550 40 cm ,
gram)Menganjurkan
makan selagi hangat A :
Masalah
belum
teratasi

P :
intervensi
1234
dilanjutkan

11 – 10 – Ketidakseimbanga Jam : 08:00


2019(pagi) n nutrisi kurang
dari kebutuhan Implementasi : Jam : 13:00
tubuh 1. Memonitor Evaluasi :
asupan makanan
2. Menganjurkan S:-
makan sedikit
O : Refleks
tapi sering
.hisap
3. Memonitor berat
belum ada,
badan (BB :
BB : 1625
1600 gram)
4. Menganjurkan gram, TB :
makan selagi 40 cm ,
hangat A :
Masalah

44
belum
teratasi

P :
intervensi
1234
dilanjutkan

11 – 10 – Resiko Jam : 13:00 Jam : 20:00


2019(siang) termoregulasi
tidak efektif Implementasi : Evaluasi :

1. Memonitor suhu S : -
tubiuh. S : 36,4
O : Akral
2. Mengidentifikasi hangat ,
penyebab hipotermi suhu dalam
batas
3. Menyediakan normal. S :
lingkungan yang 36,7
hangat Celcius
4. Melakukan A :
penghangatan pasif Masalah
teratasi

P :
intervensi
1234
dilanjutkan

Ketidakseimbanga Jam : 13:00 Jam : 20:00


n nutrisi kurang
dari kebutuhan Implementasi : Evaluasi :
tubuh 1. Memonitor S:-
asupan makanan
2. Menganjurkan O : Refleks
makan sedikit .hisap
tapi sering belum ada,
3. Memonitor berat BB : 1625
badan (BB : gram, TB :
1625 gram)

45
4. Menganjurkan 40 cm ,
makan selagi
hangat A :
Masalah
belum
teratasi

P :
intervensi
1234
dilanjutkan

11 – 10 – Ketidakseimbanga Jam : 20:00 Jam : 06:00


2019(malam n nutrisi kurang
) dari kebutuhan Implementasi : Evaluasi :
tubuh 1. Memonitor S:-
asupan makanan
2. Menganjurkan O : Refleks
makan sedikit .hisap
tapi sering belum ada,
3. Memonitor berat BB : 1640
badan (BB : gram, TB :
1625 40 cm ,
gram)Menganjur
A :
kan makan selagi
Masalah
hangat
belum
teratasi

P :
intervensi
1234
dilanjutkan

46
BAB IV

PEMBAHASAN

Pengkajian merupakan hal terpenting yang harus dilakukan pada setiap

pasien yang masuk ke rumah sakit. Pengumpulan data umum meliputi

biodata,data umum kesehatan,alasan masuk ke rumah sakit,riwayat kesehatan

sekarang riwayat kesehatan dahulu dan riwayat kesehatan keluarga.Dalam

pengkajian selain identitas data kesehatan seperti berat badan,tinggi

badan,peningkatan berat badan selama hamil serta data kesehatan kebidanan harus

ditanyakan dengan lengkap. Pengkajian tentang status obsetrik,HPHT,mengikuti

ANC dan apakah mengalami masalah dalam kehamilan sekarang dan persalinan

lalu.

Ibu yang selalu menjaga kesehatannya dengan mengkonsumsi makanan

bergizi dan menerapkan gaya hidup yang baik akan melahirkan bayi yang

sehat, sebaliknya ibu yang mengalami defisiensi gizi memiliki risiko untuk

melahirkan BBLR (Fitriyah,2018). WHO (World Health Organization)

mendefinisikan BBLR sebagai bayi yang lahir dengan berat ≤ 2500 gr.

WHO mengelompokkan BBLR menjadi 3 macam, yaitu BBLR (1500–2499

gram), BBLSR (1000-1499 gram), BBLER (< 1000 gram).BBLR tidak hanya

47
mencerminkan situasi kesehatan dan gizi, namun juga menunjukkan tingkat

kelangsungan hidup, dan perkembangan psikososialnya.

Sutan, et.al., (2014) dalam penelitiannya menyatakan bahwa BBLR

dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti faktor ibu (status gizi, umur, paritas,

status ekonomi), riwayat kehamilan buruk (pernah melahirkan BBLR, aborsi),

asuhan antenatal care yang buruk, keadaan janin. Wanita dengan status

ekonomi rendah cenderung memiliki asupan makanan yang tidak memadai,

sanitasi tempat tinggal yang buruk, dan kemampuan untuk mencari perawatan

selama kehamilan yang kurang sehingga dapat mempengaruhi berat lahir bayi

mereka (Perera & Manzur, 2014). Usia ibu ≤ 15 tahun memiliki risiko tinggi

untuk melahirkan bayi dengan berat rendah.

Pada kasus anak R dengan kehamilan ganda yaitu keduanya nya berjenis

kelamin laki aki dengan berat 2400 gram. Hal ini sejalan dengan penelitian

Ladewig pada kehamilan ganda ibu membutuhkan nutrisi yang tinggi. Jika

terjadi kekurangan nutrisi maka pertumbuhan janin akan terhambat (Ladewig,

2013). Fadlun & Achmad (2011) mengemukakan bahwa kehamilan kembar

lebih berisiko untuk mengalami gangguan seperti penegangan uterus yang

berlebihan yang disebabkan karena besarnya ukuran janin, terdapatnya dua

plasenta dan air ketuban yang berlebihan sehingga menyebabkan kelahiran

prematur (Hartiningrum, 2016)

Pemeriksaan kehamilan sangat penting bagi semua ibu hamil karna untuk

mengetahui pertumbuhan janin dan keadaan ibu.Kunjungan antenatal yang tidak

dilakukan secara berkesinambungan dan menyeluruh akan berdampak pada ibu

48
dan bayi yang dikandungnya.Mengingat kehamilan yang normal sewaktu-waktu

menjadi patologis ( Sifuddin,2019). Mengikuti kelas ANC pada masa kehamilan

minimal dilakukan ibu hamil sebanyak 4 kali. ANC yang terdistribusi dalam 3

trimester , yaitu 1 kali trimester 1 ,1 kali trimester 2 , 2 kali trimester 3

(Hani,2011).

Pengawasan sebelum lahir (antenatal) terbukti mempunyai kedudukan

yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kesehatan mental dan fisik serta

dalam membina suatu hubungan dalam proses pelayanan pada ibu hamil untuk

persiapan persalinan.

Pada ini penulis akan membahas tentang kesenjangan teori dan tindakan

proses asuhan keperawatan yang dilakukan di ruang perinatologi di RSUD Dr.

Achmad Mochtar Bukittinggi. An. R dirawat di ruang perinatologi di RSUD Dr.

Achmad Mochtar Bukittinggi dengan diagnosa medis BBLR dengan berat 1400

gram dengan gravid 32 – 33 minggu. Klien sesak nafas,daya isap tidak ada,

pernapasan cuping hidung.

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah BBLR merupakan salah satu

masalah kesehatan yang memerlukan perhatian di berbagai negara terutama

pada negara berkembang atau negara dengan sosio-ekonomi rendah. WHO

(World Health Organization) mendefinisikan BBLR sebagai bayi yang lahir

dengan berat ≤ 2500 gr. WHO mengelompokkan BBLR menjadi 3 macam,

yaitu BBLR (1500–2499 gram), BBLSR (1000-1499 gram), BBLER (< 1000

gram). WHO juga mengatakan bahwa sebesar 60–80% dari Angka Kematian Bayi

(AKB) yang terjadi, disebabkan karena BBLR. BBLR memiliki risiko lebih

49
besar untuk mengalami morbiditas dan mortalitas daripada bayi lahir yang

memiliki berat badan normal. Masa kehamilan yang kurang dari 37 minggu

dapat menyebabkan terjadinya komplikasi pada bayi karena rendah. Semakin

rendah berat badan bayi, maka semakin penting untuk memantau

perkembangannya di minggu-minggu setelah kelahiran.pertumbuhan organ-

organ yang berada dalam tubuhnya kurang sempurna. Kemungkinan yang terjadi

akan lebih buruk bila berat bayi semakin rendah. Semakin rendah berat badan

bayi, maka semakin penting untuk memantau perkembangannya di minggu-

minggu setelah kelahiran.(Hartiningrum, 2016)

Berdasarkan data dari World Health Rangkings tahun 2014 dari 172

negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke 70 yang memiliki presentase

kematian akibat BBLR tertinggi yaitu sebesar 10,69%. Tingkat kelahiran di

Indonesia pada tahun 2010 sebesar 4.371.800 dengan kejadian BBLR sebesar 15,5

per 100 kelahiran hidup atau 675.700 kasus prematur dalam 1 tahun (WHO,

2013). Pada tahun 2010, kejadian BBLR di Indonesia sebesar 11,1%

(Kemenkes RI, 2010).

BBLR dapat disebabkan oleh 2 hal yaitu kelahiran prematur atau

kelahiran saat usia kehamilan ≤ 37 minggu dan IUGR yang biasa disebut

terganggunya pertumbuhan janin. BBLR dapat menyebabkan kesakitan

bahkan kematian. Menetapkan penyebab BBLR antara prematur atau IUGR

(Intra Uterine Growth Restriction) merupakan hal yang penting karena tingkat

kematian antara kedua kondisi tersebut berbeda secara signifikan (Astria, et.al.,

2016). Sutan, et.al., (2014) dalam penelitiannya menyatakan bahwa BBLR

dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti faktor ibu (status gizi, umur, paritas,

50
status ekonomi), riwayat kehamilan buruk (pernah melahirkan BBLR, aborsi),

asuhan antenatal care yang buruk, keadaan janin. Wanita dengan status

ekonomi rendah cenderung memiliki asupan makanan yang tidak memadai,

sanitasi tempat tinggal yang buruk, dan kemampuan untuk mencari perawatan

selama kehamilan yang kurang sehingga dapat mempengaruhi berat lahir bayi

mereka (Perera & Manzur, 2014). Usia ibu ≤ 15 tahun memiliki risiko tinggi

untuk melahirkan bayi dengan berat rendah (Hartiningrum, 2016)

Pada kasus diatas didapatkan diagnosa gangguan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh hal ini diperkuat dengan penelitian (Angraini, 2016) Selain

meningkatkan risiko kematian dan komplikasi perinatal, bayi BBLR terutama

Bayi Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR) memiliki risiko yang lebih

besar terhadap kelainan kongenital, gangguan perilaku, gangguan tumbuh

kembang, serta neurodevelopmental disorders di masa yang akan datang.

Risiko ini meningkat dengan menurunnya usia gestasi dan berat badan lahir.

Efek jangka panjang ini dapat menjadi beban bagi keluarga, masyarakat, dan

negara karena menurunnya kualitas hidup (Quality of Life).

Tatalaksana untuk bayi BBLR harus dilakukan sedini mungkin sejak

bayi masih berada di Neonatal Intensive Care Unit(NICU). Hal terpenting

dalam perawatan dini bayi BBLR di NICU adalah pemberian nutrisi yang adekuat

sehingga terjadi peningkatan berat badan pada bayi BBLR. Pada bayi BBLR

intervensi nutrisi yang paling optimal, yang dapat mengoptimalkan

pertumbuhan dan perkembangan otak, adalah nutrisi protein tinggi post-natal

secara cepat (immediate). Hal ini dapat diperoleh dengan Total Parenteral

Nutrition (TPN) dan Air Susu Ibu (ASI) terfortifikasi untuk membatasi

51
extrauterin growth restriction dan untuk mengejar pertumbuhan post-term

(Angraini, 2016)

Bayi BBLR yang diberi susu formula BBLR akan mengalami kenaikan

berat badan dengan rata rata 171,8 g/minggu pada satu bulan pertama. Bayi

BBLR yang berumur 1-2 bulan mengalami kenaikan berat badan dengan

rata rata 242,4 g/minggu. Namun pemberian susu formula BBLR terlalu dini pada

bayi BBLR dapat meningkatkan tingkat kesakitan (morbiditas). Selain ASI dan

susu formula BBLR, bila dibutuhkan nutrisi parenteral juga dapat diberikan

untuk mengoptimalkan tumbuh kembang bayi. Dikarenakan imaturitas dari

traktus gastrointestinal, maka administrasi nutrisi tambahan harus bergantung

pada rute parenteral. Walaupun demikian, ketika nutrisi disalurkan dengan

cara parental, trophic feeding (pemberian nutrisi enteral minimal) juga harus

diberikan untuk mengembangkan maturitas traktus intestinal. Ketika maturitas

telah sampai pada poin, dapat dilakukannya asupan enternal secara

menyeluruh, nutrisi parenteral diberhentikan. Salah satu strategi untuk

memenuhi kebutuhan energi adalah mulai memberikan cairan infuse glukosa

pada saat lahir dengan kecepatan 4 mg/kg/menit dan kecepatan ditingkatkan

perhari atau lebih sering selama euglikemia masih terjaga (Angraini, 2016).

Selain masalah status nutrisi pada bayi BBLR juga terdapat masalah pada

pernafasannya,sesuai dengan jurnal Wahani 2015 pada bayi BBLR sering kali

disertai dengan immaturitas pada organ tubuh seperti pada organ pernafasan. Hal

ini akan mempengaruhi proses adaptasi awal dalam menanggapi berbagai

eksposur yang merugikan dalam usia janin dan anak usia dini seperti adanya

paparan terhadap asap rokok,debu kayu dan pemberian anti biotik yang kemudian

52
akan mengakibatkan terjadinya proses remodelling saluran pernafasan atau airway

remodelling (AR) pada bayi yang lahir prematur memiliki ukuran diameter

saluran pernafasan yang lebih kecil dibandingkan dengan mereka yang lahir

cukup bulan,dan adanya kekurangan nutrisi intra uterine yang menyebabkan jalan

nafas kecil.

Pada kasus diatas didapatkan dignosa hipotermi, gangguan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh dan pola nafas tidak efektif, dapat dilihat dari teori:

A. Pengendalian suhu.
Pada diagnosa hipotermi bayi prematur cenderung memiliki suhu

yang abnormal di sebabkan oleh produksi panas yang buruk dan

peningkatan kehilangan panas. Kegagalan untuk menghasilkan panas yang

adekuat di sebabkan tidak adanya jaringan adiposa coklat (yang

mempunyai aktifitas metabolik yang tinggi), pernafasan yang lemah

dengan pembakaran oksigen yang buruk, dan masukan makanan yang

rendah. Kehilangan panas yang mengikat karena adanya permukaan tubuh

yang relatif besar dan tidak adanya lemak subkutan, tidak adanya

pengaturan panas bayi sebagian disebabkan oleh panas immatur dari pusat

pengatur panas dan sebagian akibat kegagalan untuk memberikan respon

terhadap stimulus dari luar. Keadaan ini sebagian disebabkan oleh

mekanisme keringat yang belum sempurna, demikian juga tidak adanya

lemak subkutan. Pada minggu pertama dari kehidupan, bayi pretem

memperlihatkan fluktuasi nyata dalam suhu tubuh dan hal ini berhubugan

dengan fluktuasi suhu lingkungan.


B. Sistem pencernaan.

53
Pada diagnosa gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat

dilihat semakin rendah umur gestasi, maka semakin kecil/lemah refleks

menghisap dan menelan, bayi yang kecil tidak mampu minum secara

efektif dan regurgutasi merupakan hal yang paling sering terjadi. Hal ini

disebabkan karena mekanisme penutupan sfingter pilorus yang secara

relatif kuat. Pencernaan tergantung dari perkembangan dari alat

pencernaan, lambung dari seorang bayi dengan berat 900 gr

memperlihatkan adanya sedikit lipatan mukosa, glandula sektretoris,

demikian juga otot kurang berkembang. Perototan usus yang lemah

mengarah pada timbulnya distensi dan retensi bahan yang di cerna. Hati

relatif besar, tetapi kurang berkembang, terutama pada bayi yang kecil.

Hal ini merupakan predisposisi terjadinya ikterus akibat adanya

ketidakmampuan untuk melakukan konjugasi bilirubin yaitu keadaan tidak

larut. Pencernaan protein berkembang dengan baik pada bayi peterm yang

terkecil sekalipun. Protein baik dari tipe manusia dan hewani tampaknya

dapat di toleransi dan diabsorpsi. Absorpsi lemak tampaknya merupakan

masalah, kendati pun sudah dapat enzim pemecah lemak. Hal ini berakibat

dengan kekuatan ASI, karbohidrat bentuk glukosa, karbohidrat yang

mudah di serap.
C. Sistem pernafasan.
Pada diagnosa pola nafas tidak efektif lebih pendek masa gestasi

maka semakin kurang perkembangan paru-paru pada bayi dengan berat

900 gr. Alveoli cenderung kecil, dengan adanya sedikit pembuluh darah

yang mengelilingi stroma seluler. Semakin matur bayi dan lebih berat

badannya maka akan semakin besar alveoli. Pada hakikatnya dindingnya

54
di bentuk oleh kaliper, otot pernfasan bayi lemah dan pusat pernafasan

kurang berkembang. Terdapat juga kekurangan lipoprotein paru-paru,

yaitu surfaktan yang dapat mengurangi tegangan permukaan pada paru-

paru. Surfakan di duga bertindak dengan cara menstabilkan alveoli yang

kecil, sehingga mencegah terjadinya kolaps pada saat terjadi ekspirasi.

Ritme dari dalamnya pernafasan cenderung tidak teratur, seingkali

ditemukan apnea, dalam keadaan ini harus dihitung selama 1 menit untuk

perhitungan yang tepat. Pada bayi pretem yang terkecil batuk tidak ada.

Hal ini dapat mengarah pada timbulnya inhalasi cairan yang dimuntahkan

dengan timbulnya konsekuensi yang serius. Saluran hidung sangat kecil

dan mengalami cidera bertahap, hal ini penting diingat untuk memasukan

tabung nasogastric atau endotrakeal melalui hidung. Kecepatan pernafasan

bervariasi pada semua neonatus dan bayi peterm. Pada bayi neonatus pada

keadaan istirahat, maka kecepatan pernafasan dapat 60-80 kali / menit

berangsur-angsur menurun mencapai kecepatan yang mendekati biasa

yaitu 34-38 kali / menit.


D. Sistem sirkulasi
Jantung relatif kecil pada saat lahir, pada beberapa bayi pretem

kerjanya lambat dan lemah.Terjadinya ekstrasistole dan bising yang dapat

di dengar pada atau segera setelah lahir. Hal ini hilang ketika apartusa

jantung fetus menutup secara berangsur-angsur. Sirkulasi perifer seringkali

buruk dari dinding pembuluh darah intracranial. Hal ini merupakan sebab

dari timbulnya kecenderungan perdarahan intrakranial yang terlihat pada

bayi peterm. Tekanan darah lebih rendah di bandingkan dengan bayi

aterm. Tekanan menurun dengan menurunnya berat badan. Tekanan

55
sistolik bayi aterm sekitar 80 mmHg dan pada bayi preterm 45-60 mmHg.

Tekanan diastolik bayi aterm sekitar 80 mmHg dari pada bayi preterm 45-

60 mmHg. Nadi bervariasi antara 100-160 kali / menit cenderung

ditemukan aritmia, dan untuk memperoleh suara yang tepat maka

dianjurkan untuk mendengar pada debaran apeks dengan menggunakan

stetoskop

56
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada bayi ny.R dengan kehamilan

ganda dengan berjenis kelamin laki-laki bayi pertama dengan berat 2400 gr

sedangkan bayi yang satunya lagi beratnya 1400 gr lahir dengan usia kandungan

32-33 minggu .Pada bayi ny.R bayi sering mengalami sesak,peningkatan dan

penurunan suhu yang tidak efektif.

Diagnosa yang didapatkan dalam pengakajian yaitu:

1. Pola nafas tidak efektif b/d imaturitas pusat pernafasan, keterbatasan

perkembangan otot, penurunan energi/ kelelahan, ketidakseimbangan

metabolik

2. gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidakmampuan mencerna

nutrisi (Imaturitas saluran cerna)

3. Resiko thermoregulasi tidak efektif berhubungan dengan kontrol suhu

yang imatur dan penurunan lemak tubuh subkutan.

Dari diagnosa diatas intervensi yang dilakukan yaitu dengan cara melakukan

asuhan keperawatan pada by ny.R. setelah dilakukan intervensi keperawatan

maka dilakukan implementasi yang diberikan untuk setiap masalah yang

57
didapati dari by ny.R. Untuk evaluasi keperawatn dilakukan dalam setiap

pergantian shift, untuk memantau perubahan pada status kesehatan by.ny R.

B.SARAN

 Untuk pelayanan kesehatan

Diharapkan agar lebih memberikan edukasi kepada keluarga pasien

tentang penanganan pada bayi BBLR seperti Kangaroo Mother Care.

 Untuk pasien dan keluarga

Dengan adanya hasil seminar ini diharapkan kepada keluarga yang

memiliki bayi BBLR untuk didampingi dan diberi motivasi dalam

penanganan pada bayi BBLR.

58
DAFTAR PUSTAKA

Kosim Sholeh, M. 2003. Buku panduan Manajemen Masalah Bayi Baru

Lahir untuk Dokter, Bidan, dan Perawat di Rumah Sakit. Jakarta:

IDAI Depkes RI.

Wong Dona, L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong Volume 1.

Edisi Ke-6. Jakarta: EGC.

https://www.academia.edu/11800237/Asuhan_Keperawatan_Anak_-_BBLR
https://www.scribd.com/document/395050295/Asuhan-Keperawatan-Bblr-2018-

New

59

Anda mungkin juga menyukai