Anda di halaman 1dari 202

LAPORAN PRAKTIK STASE

CONTINUITY OF CARE (COC)

Diajukan sebagai salah satu Syarat Memperoleh Gelar Profesi Bidan

DISUSUN OLEH
NAMA : NURSAKTILA
NIM : 213001080189

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ADIWANGSA JAMBI
TAHUN AKADEMIK 2024

i
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN LENGKAP
ASUHAN BERKELANJUTAN PADA MASA KEHAMILAN,
BERSALIN, NIFAS, BBL DAN NEONATUS
DI PRAKTEK BIDAN NURSAKTILA, S.Keb
TAHUN 2024

Diajukan sebagai salah satu syarat wajib dalam menyelesaikan


Stase Asuhan Berkelanjutan Pada Masa Kehamilan, Bersalin, Nifas, Bbl Dan
Neonatus

Jambi, Januari 2024

Disetujui,

CI Akademik

Bdn. Subang Aini Nst, S.Keb.,M.Kes


NIDN:0106018503

ii
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN LENGKAP
ASUHAN BERKELANJUTAN PADA MASA KEHAMILAN,
BERSALIN, NIFAS, BBL DAN NEONATUS
DI PRAKTEK BIDAN NURSAKTILA, S.Keb
TAHUN 2024

Dipersiapkan dan Disusun Oleh :


NAMA : NURSAKTILA
NIM : 213001080189

Disetujui,
CI Akademik

Bdn. Subang Aini Nst, S.Keb.,M.Kes


NIDN:0106018503

Mengetahui,
Ka.Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

(Devi Arista, S.Keb.,Bdn.,M.Kes)


Nik.1010300715008

iii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas semua berkat dan
rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan individu Asuhan
Kebidanan COC berjudul “Asuhan Berkelanjutan Pada Masa Kehamilan,
Bersalin, Nifas, Bbl Dan Neonatus”. Adapun laporan ini telah penulis usahakan
semaksimal mungkin.
Dalam hal ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan berterima kasih
kepada ibu Bdn. Subang Aini Nst, S.Keb.,M.Kes selaku pembimbing C.I
akademik yang telah memberikan saran,arahan dan masukan terhadap laporan
stase Keterampilan Klinik Praktik Bidan. Penulis menyadari bahwa penyusunan
Laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritikan dan saran
penulis harapkan sebagai bahan untuk perbaikan.

Jambi, Januari 2024

iv
DAFTAR ISI
Halaman Judul...................................................................................................................i
Halaman Persetujuan.......................................................................................................ii
Halaman pengesahan......................................................................................................iii
Kata Pengantar................................................................................................................iv
Daftar Isi...............................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................................1
1.2 Tujuan..........................................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Kehamilan..............................................................................................4
2.2 Persalinan.............................................................................................10
2.3 Nifas...........................................................................................................42
2.4 Bayi Baru Lahir....................................................................................52
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Kasus Terkait............................................................................................75
3.2 Pengkajian................................................................................................75
BAB IV PEMBAHASAN...................................................................................147
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan.............................................................................................156
5.2 Saran.......................................................................................................156
DAFTAR PUSTAKA
DOKUMENTASI
LAMPIRAN

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Asuhan kebidanan komprehensif merupakan asuhan menyeluruh
manajemen kebidanan mulai dari ibu hamil, bersalin, sampai bayi baru lahir
sehingga persalinan dapat berlangsung aman dan bayi yang dilahirkan
selamat dan sehat sampai masa nifas (Lapau, 2015). Kehamilan, persalinan,
nifas dan bayi baru lahir merupakan suatu keadaan yang fisiologis namun
dalam prosesnya terdapat kemungkinan suatu keadaan yang dapat
mengancam jiwa ibu dan bayi bahkan dapat menyebabkan kematian
(Damayanti dkk, 2014).
Asuhan Kebidanan Continuity of Care (COC) merupakan asuhan
kebidanan berkesinambungan yang diberikan kepada ibu dan bayi dimulai
pada saat kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas dan keluarga berencana,
dengan adanya asuhan COC maka perkembangan kondisi ibu setiap saat akan
terpantau dengan baik, selain itu asuhan berkelanjutan yang dilakukan bidan
dapat membuat ibu lebih percaya dan terbuka karena sudah mengenal
pemberiasuhan. Asuhan kebidanan secara COC adalah salah satu upaya untuk
menurunkan Angka kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
(Diana, 2017).
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator
keberhasilan layanan suatu negara. Setiap hari, sekitar 830 wanita meninggal
karena sebab yang dapat dicegah terkait dengan kehamilan dan persalinan.
99% dari semua kematian ibu terjadi di negara berkembang. Sekitar 830
wanita meninggal karena komplikasi kehamilan atau persalinan di seluruh
dunia setiap hari. Komplikasi yang menyebabkan kematian ibu yaitu
perdarahan hebat setelah melahirkan, infeksi, tekanan darah tinggi selama
kehamilan (pre-eklampsia dan eklampsia), komplikasi dari persalinan, dan
aborsi yang tidak aman (WHO, 2019).

1
2

Berdasarkan data World Health Oganization (WHO) pada tahun 2019,


Angka Kematian Ibu (AKI) masih tinggi sekitar 295.000 wanita meninggal
selama dan setelah kehamilan dan persalinan. Sebagian besar dari kematian
ini (94%) terjadi dirangkaian daya rendah dan sebagian besar dapat di cegah
(WHO, 2019).
Angka kematian ibu di Indonesia dari data Profil Kesehatan Indonesia
Tahun 2019 masih tinggi yaitu 305 per 100.000 kelahiran hidup. Jumlah
kematian ibu tahun 2019 terdapat penurunan dari 4.226 menjadi 4.221
kematian ibu. Pada tahun 2019 penyebab kematian ibu terbanyak adalah
perdarahan , hipertensi dalam kehamilan, infeksi (Kemenkes, 2019)
Angka Kematian Bayi 24 per 1000 KH dan Angka Kematian Neonatal
(AKN) sebanyak 15 per 1000 KH (KemenKes RI, 2019), hal ini masih jauh
dari target Sustainable Development Goals (SDGs) yaitu pada goals ke 3
pada tahun 2030, mengurangi AKI hingga di bawah 70 per 100.000 KH,
menurunkan AKN setidaknya hingga 12 per 1.000 KH dan AKB 25 per 1.000
KH . Dari seluruh kematian neonatus yang dilaporkan, 80% (16.156
kematian) terjadi pada periode enam hari pertama kehidupan. Sementara,
21% (6.151 kematian) terjadi pada usia 29 hari – 11 bulan dan 10% (2.927
kematian) terjadi pada usia 12 – 59 bulan (KemenKes RI, 2019).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lasiyanti Yuswo
Yani, Dkk (2015) dalam jurnal pelaksanaan “Continuity Of Care” Oleh
Kebidanan Mahasiswa Tingkat Akhir, mengemukakan bahwa asuhan
kebidanan yang berkesinambungan dan terpadu sangat penting dalam
pelayanan kesehatan, khusus nya pelayanan ibu dan anak. COC merupakan
hal yang mendasar dalam model praktik kebidanan untuk memberikan
asuhan yang holistik, membangun kemitraan yang berkelanjutan untuk
memberikan dukungan, dan membina hubungan saling percaya antara Bidan
dan Klien (Yanti et al. 2015)
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan
asuhan Asuhan Berkelanjutan Pada Masa Kehamilan, Bersalin, Nifas, Bbl
Dan Neonatus.
3

1.2. TUJUAN
- Tujuan Umum
Dapat melaksanakan Manajemen Asuhan Berkelanjutan Pada Masa
Kehamilan, Bersalin, Nifas, Bbl Dan Neonatus dengan menggunakan
manajemen kebidanan sesuai dengan kewenangan bidan.
- Tujuan Khusus
1. Dilaksanakan pengkajian dan analisa data pada Masa Kehamilan,
Bersalin, Nifas, Bbl Dan Neonatus
2. Dirumuskan diagnosa masalah aktual yang terjadi pada Masa
Kehamilan, Bersalin, Nifas, Bbl Dan Neonatus
3. Dirumuskan diagnosa masalah potensial pada Masa Kehamilan,
Bersalin, Nifas, Bbl Dan Neonatus
4. Diidentifikasi perlunya tindakan segera dan kolaborasi pada Masa
Kehamilan, Bersalin, Nifas, Bbl Dan Neonatus
5. Direncanakan tindakan asuhan pada Masa Kehamilan, Bersalin, Nifas,
Bbl Dan Neonatus
6. Diimplementasikan tindakan asuhan kebidanan pada Masa
Kehamilan, Bersalin, Nifas, Bbl Dan Neonatus
7. Dievaluasi asuhan kebidanan yang dilakukan pada Masa Kehamilan,
Bersalin, Nifas, Bbl Dan Neonatus
4

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Kehamilan
2.1.1 Definisi Kehamilan
Kehamilan adalah kondisi alamiah dan fisiologis. Wanita yang
telah melakukan hubungan seksual dengan pria yang memiliki alat
organ reproduksi sehat dan wanita yang telah menstruasi, sangatlah
besar kemungkinannya terjadi kehamilan (Mandriwati, dkk 2017).
2.2 Definisi Anemia
Anemia pada kehamilan adalah suatu keadaan di mana terjadi
kekurangan sel darah merah dan menurunnya hemoglobin kurang dari 11
gr/dl. Pada trimester I dan III kadar hemoglobin kurang dari 11 gr/dl, pada
trimester II kadar hemoglobin kurang dari 10,5 gr/dl. Pada ibu hamil anemia
yang sering terjadi yaitu anemia defisiensi besi (Helfiyem, 2016).
Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar hemoglobin
(Hb) yang berada di bawah normal. Di Indonesia, anemia umumnya
disebabkan oleh kekurangan zat besi, sehingga lebih dikenal dengan istilah
Anemia Gizi Besi. Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan
yang paling sering terjadi selama kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami
deplesi besi sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang
dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal. Selanjutnya mereka akan
menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin ibu turun sampai di bawah 11
gr/dl selama trimester III (Waryana, 2015).
Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi,
dan merupakan jenis anemia yang pengobatannya relatif mudah bahkan
murah (Manuaba, 2015).
Sebagaian besar anemia adalah anemia defisiensi Fe yang dapat
disebabkan oleh konsumsi Fe dari makanan yang kurang atau terjadi
perdarahan menahun akibat parasit, seperti ankilostomiasis (Manuaba, 2015).

4
5

2.2.1 Epidemiologi
Epidemiologi anemia defisiensi besi (ADB) cukup tinggi. WHO
melaporkan terdapat lebih dari 273 juta anak usia 6-59 bulan menderita
anemia dengan 9.6 juta diantaranya merupakan anemia berat, lebih dari
496 juta wanita tidak hamil usia 15-49 tahun menderita anemia dan 32,
4 juta wanita hamil usia 15-49 tahun menderita anemia.
2.2.2 Etiologi
Ketika ibu hamil, jumlah darah bertambah (hypervolemia)
sehingga terjadi pengenceran darah. Kondisi tersebut disebabkan karena
pertambahan sel-sel darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma
darah. Berikut adalah perbandingannya.
1) Plasma darah bertambah 30%.
2) Sel-sel darah bertambah 18%.
3) Hemoglobin bertambah 19%.
Secara fisiologis, pengenceran darah ini adalah untuk membantu
meringankan kerja jantung (Pranoto, 2013).
Penyebab lain dari anemia yaitu kehilangan darah berat akibat
menstruasi, atau parasit infeksi seperti cacing tambang, ascaris, serta
schistosomiasis yang dapat menurunkan konsentrasi hemoglobin darah
(Hb). Infeksi akut dan kronis, termasuk malaria, kanker, TBC, dan HIV
juga dapat menurunkan konsentrasi Hb. Kekurangan mikronutrien lain,
termasuk vitamin A dan B12, folat, riboflavin, dan tembaga juga dapat
meningkatkan risiko anemia (Benoist, 2018).
2.2.3 Manifestasi Klinis
Gejala anemia pada kehamilan berupa ibu mengeluh cepat lelah,
sering pusing, palpitasi, mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka,
nafsu makan turun (anoreksia), konsentrasi hilang, nafas pendek (pada
anemia parah) dan keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda,
perubahan jaringan epitel kuku, gangguan sistem neuromuskular, lesu,
lemah, lelah, disphagia dan pembesaran kelenjar limfe.
6

Gejala anemia defisiensi zat besi dapat digolongkan menjadi 3


yaitu: gejala umum anemia, gejala khas akibat defisiensi besi, dan
gejala penyakit dasar. Gejala umum anemia berupa badan lemah, lesu,
cepat lelah, mata berkunang- kunang, serta telinga berdenging,
simptomatik apabila hemoglobin <7g/dl dengan pemeriksaan fisik
dijumpai pucat terutama pada konjungtiva dan jaringan di bawah kuku.
Gejala khas defisiensi zat besi, yaitu gejala yang dijumpai pada anemia
defisiensi zat besi dan tidak dijumpai pada anemia jenis lain yaitu
koilonychia, atropi papil lidah, stomatitis angularis, disfagia, atrofi
mukosa gaster sehingga menimbulkan akhloridia, pica (Wulandari,
2015). Gejala penyakit dasar seperti pada anemia defisiensi besi dapat
dijumpai gejala-gejala penyakit yang menjadi penyebab anemia
defisiensi besi tersebut. Contohnya pada anemia akibat cacing tambang
dijumpai dispepsia, parotis membengkak, dan kulit telapak tangan
berwarna kuning seperti jerami (Noviawati, 2012).
2.2.4 Patofisiologi
Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah
karena perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta.
Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester kedua
kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke sembilan dan
meningkat sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterm serta
kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan
volume plasma seperti laktogen plasenta yang menyebabkan
peningkatan sekresi aldesteron. Stimulasi peningkatan 300-350 ml
massa sel merah ini dapat disebabkan oleh hubungan antara hormon
maternal dan peningkatan eritropoitin selama kehamilan. (Ibrahim dan
Proverawati, 2011).
Peningkatan volume plasma menyebabkan terjadinya hidremia
kehamilan atau hemodilusi, yang menyebabkan terjadinya penurunan
hematokrit (20-30%), sehingga hemoglobin dari hematokrit lebih
rendah secara nyata dari pada keadaan tidak hamil. Hemoglobin dari
7

hematocrit mulai menurun pada bulan ke 3-5 kehamilan, dan mencapai


nilai terendah pada bulan ke 5-8. Cadangan besi wanita hamil
mengandung 2 gram, sekitar 60-70% berada dalam sel darah merah
yang bersirkulasi, dan 10- 30% adalah besi cadangan yang terutama
terletak di dalam hati, empedu, dan sumsum tulang. Kehamilan
membutuhkan tambahan zat besi sekitar 800-1000 mg untuk mencukupi
kebutuhan yang terdiri dari :
1) Terjadinya peningkatan sel darah merah membutuhkan 300-400 mg
zat besi dan mencapai puncak pada 32 minggu kehamilan.
2) Janin membutuhkan zat besi 100-200 mg.
3) Pertumbuhan plasenta membutuhkan zat besi 100-200 mg. Sekitar
190 mg hilang selama melahirkan. (Ibrahim dan Proverawati dalam
Dhamayani, 2014).
Dalam Manuaba (2007), disebutkan bahwa kebutuhan Fe selama
hamil dapat diperhitungkan sebagai berikut.
1) Peningkatan jumlah darah ibu 500 mgr
2) Pembentukan plasenta 300 mgr
3) Pertumbuhan darah janin 100 mgr
Jadi, jumlah Fe yang dibutuhkan selama hamil adalah 900 mgr.
saat persalinan yang disertai perdarahan sekitar 300 cc dan lahirnya
plasenta, ibu akan kehilangan Fe sebesar 200 mg dan kekurangan ini
harus mendapatkan kompensasi dari makanan untuk kelangsungan
laktasi.
2.2.5 Diagnosis Anemia Dalam Kehamilan
Anemia adalah sesuatu kondisi dimana terdapat kekurangan sel
darah merah atau hemoglobin. Diagnosis anemia pada kehamilan yaitu
kadar Hb < 11g/dl pada trimester I dan III atau <10,5 g/dl pada
trimester II. Adapun faktor predisposisi terjadinya anemia pada ibu
hamil yaitu diet rendah zat besi dan asam folat (Vitamin B12), kelainan
gastrointestinal, penyakit kronis, dan riwayat keluarga (Kemenkes RI,
2013).
8

World Health Organization mendefinisikan anemia pada ibu


hamil yaitu kondisi ibu dengan kadar Hb <11g/dl. Anemia pada ibu
hamil dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Tidak anemia : Hb ≥11 g/dl
b. Anemia ringan : Hb 10-10,9 g/dl
c. Anemia sedang : Hb 7-9,9 g/dl
d. Anemia berat : Hb < 7 g/d
Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama
kehamilan, yaitu pada trimester I dan trimester III. Dengan
pertimbangan bahwa sebagian besar ibu hamil mengalami anemia maka
dilakukan pemberian preparat Fe sebanyak 90 tablet pada ibu-ibu hamil
di puskesmas. (Manuaba, 2010).
2.2.6 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dengan Anemia
Dalam penerapan praktis pelayanan antenatal menurut Badan
Litbang Depkes RI, standar minimal palayanan antenatal adalah “14 T”
yaitu :
1) Timbang berat badan (T1).
Ukur berat badan dalam kilo gram tiap kali kunjungan.
Kenaikan berat badan normal pada waktu hamil 0,5 kg per minggu
mulai trimester kedua. Penimbangan berat badan sangat penting
dalam pengawasan ibu hamil. Dalam keadaan normal kenaikan berat
badan ibu hamil dari sebelum hamil, terhitung mulai trimester I
sampai trimester III yang berkisar diantara 6,5-16,5 kg rata-rata 12,5
kg. Kenaikan berat badan ini terjadi terutama dalam kehamilan 20
minggu terakhir (Wiknjosastro, 2013).
2) Ukur tekanan darah (T2).
Tekanan darah yang normal 110/80 – 140/90 mmHg, bila
melebihi dari 140/90 mmHg perlu diwaspadai adanya preeklampsi.
3) Ukur tinggi fundus uteri (T3).
4) Pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan (T4).
9

5) Pemberian imunisasi TT (T5).


Menurut Saifuddin (2016), imunisasi TT diberikan pada
trimester I atau trimester II dan TT yang kedua diberikan dengan
jarak 4 minggu setelah TT yang pertama.
6) Pemeriksaan Hb (T6)
Menurut pendapat Manuaba (2007) pemeriksaan darah di
lakukan minimal dua kali selama kehamilan yaitu pada trimester I
dan trimester III dengan pertimbangan bahwa sebagian besar ibu
hamil mengalami anemia. Kriteria anemia menurut WHO untuk
wanita hamil memiliki hemoglobin <11 g/dl. Sedangkan, derajat
anemia berdasarkan kadar Hemoglobin menurut WHO yaitu ringan :
Hb 8 g/dl-9.9 g/dl, sedang : Hb 6 g/dl-7.9 g/dl, berat : Hb <6 g/dl.
7) Pemeriksaan VDRL (T7).
8) Perawatan payudara, senam payudara dan pijat tekan payudara (T8).
9) Pemeliharaan tingkat kebugaran / senam ibu hamil (T9).
10) Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan (T10).
11) Pemeriksaan protein urin atas indikasi (T11).
12) Pemeriksaan reduksi urin atas indikasi (T12).
13) Pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah endemis gondok
(T13).
14) Pemberian terapi anti malaria untuk daerah endemis malaria (T14).
Apabila suatu daerah tidak bisa melaksanakan 14 T sesuai
kebijakan dapat dilakukan standar minimal pelayanan ANC yaitu 7 T.
Pelayanan/asuhan antenatal ini hanya dapat diberikan oleh tenaga
kesehatan profesional dan tidak diberikan oleh dukun bayi
(Prawirohardjo, 2008).
Dari standar minimal pelayanan antenatal yaitu 14 T di atas,
terlihat bahwa untuk pencegahan maupun penangan anemia terdapat
pada T4 yaitu pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet selama
kehamilan, dan T6 yaitu pemeriksaan Hb. T6 tersebut merupakan
program pemerintah untuk mencegah terjadinya anemia pada ibu hamil
10

sedangkan untuk T6 berfungsi untuk mengetahui kadar Hb dalam darah


seorang ibu hamil sehingga dapat diketahui tingkat anemia yang
dialami oleh seorang ibu hamil.
2.3 Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran janin pada kehamilan cukup
bulan yaitu sekitar 37-42 minggu dan lahir secara spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung selama 18-24 jam tanpa komplikasi.
Persalinan adalah perlakuan oleh rahim ketika bayi akan dikeluarkan. Bahwa
selama persalinan, rahim akan berkontraksi dan mendorong bayi sampai ke
leher rahim. Sehingga dorongan ini menyebabkan leher rahim mencapai
pembukaan lengkap, kontraksi dan dorongan ibu akan menggerakan bayi ke
bawah (Nurasih, Nurkholifah, 2016).
Dalam pengertian sehari-hari persalinan sering diartikan serangkaian
kejadian pengeluaran bayi yang sudah cukup bulan, disusul dengan
pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu melalui jalan lahir atau
melalui jalan lain, berlangsung dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan
ibu sendiri). (Ari Kurniarum, S.SiT., 2016).
Persalinan merupakan proses membuka dan menipisnya serviks
sehingga janin dapat turun ke jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal
merupakan proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan (37-42 minggu) dengan adanya kontraksi rahim pada ibu. Prosedur
secara ilmiah lahirnya bayi dan plasenta dari rahim melalui proses yang
dimulai dengan terdapat kontraksi uterus yang menimbulkan terjadinya
dilatasi serviks atau pelebaran mulut rahim (Irawati, Muliani, & Arsyad,
2019)
Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa persalinan normal adalah
proses pengeluaran janin yang cukup bulan (37-42 minggu), lahir secara
spontan segera menangis dengan presentasi belakang kepala, di susul dengan
pengeluaran plasenta dan selaput ketuban dari jalan lahir dan tanpa
komplikasi baik ibu maupun janin.
11

2.1 Gambar Persalinan Normal


Bentuk-bentuk persalinan berdasarkan teknik
a. Persalinan spontan, yaitu persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu
sendiri dan melalui jalan lahir.
b. Persalinan buatan, yaitu persalinan dengan tenaga dari luar dengan
ekstraksi forceps, ekstrasi vakum dan section cesar.
c. Persalinan anjuran yaitu bila kekuatan yangdiperlukan untuk persalinan di
timbulkan dari luar dengan pemberian rangsangan. (Ai yeyeh,dkk. 2015).
2.3.1 Patofisiologi persalinan
a. Tanda-tanda persalinan sudah dekat
1) Lightening
Pada minggu ke 36 pada primigravida terjadi penurunan
fundus karena kepala bayi sudah memasuki pintu atas panggul
yang di sebabkan oleh : kontraksi Braxton hicks, ketegangan
otot, ketegangan ligamentum rotundum dan gaya berat janin
kepalakearah bawah.
2) Terjadinya his permulaan
Makin tua usia kehamilan pengeluaran progesterone dan
estrogen semakin berkurang sehingga oksitosin dapat
menimbulkan kontraksi, yang lebih sering disebut dengan his
palsu, sifat his palsu yaitu rasa nyeri ringan dibagian bawah,
datangnya tidak teratur, tidak ada perubahan serviks, durasinya
pendek, tidak bertambah jika beraktivitas (Ai Nursiah, dkk.
2016).
12

b. Tanda-tanda persalinan
1) Timbulnya his persalinan ialah his pembukaan dengan sifat-
sifatnya
sebagai berikut : nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut
bagian depan, teratur, makin lama makin pendek intervalnya dan
makin kuat intensitasnya, jika dibawa berjalan bertambah kuat,
dan mempunyai pengaruh pada pendataran atau pembukaan
serviks (Dewi setiawati. 2017).
2) Keluar lender bercampur darah yang lebih banyak karena
robekan-robekan kecil pada serviks (Mochtar,2015)
3) Kadang ketuban pecah dengan sendirinya (Yuanita Syaiful dan
Lilis Fatmawati. 2020).
4) Dengan pendataran dan pembukaan Lender dari canalis
servikalis keluar disertai dengan sedikit darah. Perdarahan yang
sedikit disebabkan karena selaput janin pada bagian bawah
segmen bawah rahim hingga beberapa kapiler terputus (Dewi
Setiawati. 2017).

Gambar 2.3 Pendataran dan Pembukaan Serviks


( Annisa UI Mutmainnah, dkk. Asuhan Persalinan Normal dan Bayi
Baru lahir. 2017).
13

2.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan


Keberhasilan proses persalinan dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu faktor ibu (power, passage,psikologis). Faktor janin, plasenta dan
air ketuban (passenger) dan faktor penolong persalinan. Hal ini sangat
penting, mengingat beberapa kasus kematian ibu dan bayi yang
disebabkan oleh tidak terdeteksinya secara dini adanya salah satu dari
faktor-faktor tersebut.
a. Power (Tenaga/kekuatan)
1) His (Kontraksi Uterus)
Merupakan kekuatan kontraksi uterus karena otot0otot
polos Rahim bekerja dengan baik dan sempurna. Sifat his yang
baik adalah kontraksi simetris, fundus dominal, terkonrdinasi
dan relaksasi. Kontraksi ini bersifat involunter karena berada
dibawah saraf intrinsic. (Ai Nursiah, dkk. 2016).
2) Tenaga Mengedan
Tenaga mengedan atau power meliputi His (Kontraksi
ritmis otot polos uterus), kekuatan mengejan ibu, keadaan
kardiovaskular, respirasi, dan metabolic ibu. Ibu melakukan
kontraksi involunter dan volunteer secara bersamaan untuk
mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus. Kontraksi uterus
involunter, yang disebut kekuatan primer, menandai permulaan
persalinan. Apabila serviks berdilatasi, usaha volunteer dimulai
untuk mendorong, yang disebut kekuatan sekunder, yang
memperbesar kekuatan kontraksi involunter.
a) Kekuatan primer,membuat serviks menipis (effacement)dan
berdilatasi dan janin turun.
Penipisan serviks selama tahap pertama persalinan.
Serviks, yang dalam kondisi normal memiliki 2 panjang 2
sampai 3 cm dan tebal sekitar 1 cm, terangkat ke atas
karena terjadi pemendekan gabungan otot uterus selama
penipisan segmen bawah rahim pada tahap akhir persalinan.
14

b) Kekuatan sekunder
Sifat kontraksi yang berubah yakni sifat mendorong
keluar. Ibu merasa ingin mengedan, usaha mendorong
kebawah (Kekuatan sekunder) dibantu dengan usaha
volunteer yang sama dengan yang dilakukan saat buang air
besar (Mengejan). Usaha mendorong ke bawah (kekuatan
sekunder) dibantu dengan usaha volunteer yang sama
dengan usaha volunteer yang sama dilakukan saat buang air
besar (Mengedan). (Jannah. 2016).
b. Passage (Jalan Lahir)
Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri
dari rongga panggul, dasar panggul, serviks, dan vagina. Syarat agar
janin dan plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan,
maka jalan lahir tersebut harus normal (Widia. 2015).
c. Passenger (Janin dan plasenta)
1) Janin
Passenger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir
merupakan akibat interaksi beberapa faktor, yakni kepala janin,
presentasi, letak, sikap dan posisi janin. (Ai Nursiah, dkk. 2016).
2) Plasenta
Plasenta juga harus melewati jalan lahir maka dia di anggap
sebagai bagian dari passenger yang menyertai janin. Namun
plasenta jarang menghambat proses persalinan normal. (Widia,
2015).
d. Psikis Ibu Bersalin
Psikis ibu bersalin sangat berpengaruh dari dukungan suami
dan anggota keluarga yang lain untuk mendampingi ibu selama
bersalin dan kelahiran anjurkan mereka berperan aktif dalam
mendukung dan mendampingi langkah-langkah yang mungkin
sangat membantu kenyaman ibu, hargai keinginan ibu untuk di
15

damping, dapat membantu kenyamanan ibu, hargai keinginan ibu


untuk didampingi. (Ai Yeyeh, dkk 2015).
e. Penolong
Penolong persalinan adalah petugas kesehatan yang
mempunyai legalitas dalam menolong persalinan antara lain dokter,
bidan serta mempunyai kopetentensi dalam menolong
persalinan,menangani kegawatdaruratan serta melakukan rujukan
jika diperlukan. Penolong persalinan selalu menerapkan upaya
pencegahan infeksi yang dianjurkan termasuk diantaranya cuci
tangan, memakai sarung tangan dan perlengkapan pelindung pribadi
serta pendokumentasian alat bekas pakai. (Ai Yeyek, dkk. 2015).
2.3.3 Tahap-tahap persalinan
1. Kala I (pembukaan)
a. Pengertian Kala I
Persalinan kala I meliputi fase pembukaan 1-10 cm, yang
ditandai dengan penipisan dan pembukaan serviks, kontraksi
uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi
minimal 2 kali dalam 10 menit), cairan lender bercampur darah
(show) melalui vagina. Dara berasal dari pecahnya pembuluh
darah kapiler serta kanalis servikalis karena pergesera serviks
mendatar dan terbuka. (Ai Nursiah, dkk. 2016).

2.3.1 Gambar Persalinan Kala I


16

Kala I dibagi menjadi dua fase yaitu :


1) Fase laten, dimana pembukaan serviks berlangsung lambat
dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan
dan pembukaan secara bertahap sampai pembukaan 3 cm,
berlangsung selama 7-8 jam.
2) Fase aktif (pembukaan serviks 4-10 cm), berlangsung
selama 6 jam dan dibagi dalam 3 subfase :
a) Periode akselerasi, berlangsung selama 2 jam,
pembukaan menjadi 4 cm.
b) Periode dilatasi maksimal, berlangsung selama 2 jam,
pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.
c) Periode fase deselerasi berlangsung lambat, dalam 2
jam pembukaan jadi 10 cm atau lengkap (Nurul, 2017).
Pada fase aktif persalinan, frekuensi dan lama kontraksi
uterus umumnya meningkat (kontraksi di anggap adekuat jika
terjadi 3 kali atau lebih dalam 10 menit dan berlangsung
selama 40 detik atau lebih) dan terjadi penurunan bagian
terbawah janin. Dari pembukaan 4 hingga mencapai
pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan
rata-rata per jam (primipara) atau lebih 1 cm hingga 2 cm
(multipara). (Ai Nursiah, dkk. 2016).
b. Perubahan Fisiologi kala I
1) Perubahan tekanan darah
Tekanan darah akan meningkat selama kontraksi
disertai peningkatan sistolik rata-rata 10-20 mmHg dan
diastolic rata-rata 5-10 mmHg. Pada waktu-waktu diantara
kontraksi tekanan darah kembali ketingkat sebelum
persalinan. Dengan mengubah posisi ibu dari posisi
terlentang ke posisi miring, perubahan tekanan darah
selama kontraksi dapat dihindari. Nyeri, rasa takut dan
kekhawatiran dapat semakin meningkatkan tekanan darah.
17

2) Perubahan Denyut nadi


Perubahan denyut nada pada ibu bersalin mengalami
perubahan yang lebih mencolok selama kontraksi.
Frekuensi denyut nadi diantara kontraksi sedikit lebih
meningkat disbanding selama periode menjelang
persalinan.
3) Perubahan suhu badan
Perubahan suhu sedikit meningkat selama persalinan
dan tertinggi selama dan segera setelah melahirkan.
Perubahan suhu dianggap dalam batas nilai normal,
apabila peningkatan suhu yang tidak lebih dari 0,5-1˚C
yang mencerminkan peningkatan metabolism selama
persalinan.
4) Pernafasan
Peningkatan frekuensi pernafasan normal selama
persalinan dan mencerminkan peningkatan metabolism
yang terjadi. Hiperventilasi yang memanjang adalah
temuan abnormal dan dapat menyebabkan alkalosis (rasa
kesemutan pada ekstremitas dan perasaan pusing).
5) Perubahan Metabolisme
Selama persalinan metabolism karbohidrat aerobic
maupun anaerobic akan naik secara perlahan, peningkatan
ini sebagian besar karena kecemasan, peningktan suhu
tubuh, denyut nadi, pernafasan, denyut jantung dan cairan
yang hilang.
6) Perubahan pada ginjal
Poliuria sering terjadi selama persalinan karena di
akibatkan peningkatan curah jantung selama persalinan
dan peningkatan laju filtrasi glomelurus dan aliran plasma
ginjal. Poliuria menjadi kurang jelas pada posisi terlentang
18

karena posisi terlentang dapat membuat aliran urine


berkurang selama persalinan.
7) Perubahan pada ginjal
Kemampuan gerakan gastric serta penyerapan
makanan berkurang karena akan menyebabkan pencernaan
hampir berhenti selama persalinan dan menyebabkan
konstipasi.
8) Perubahan hemoglobin
Hemoglobin meningkat rata-rata 1,2 gr/100 ml
selama persalinan kembali ke kadar sebelum persalinan
pada hari pertama pasca partum.
c. Perubahan Psikologis Kala I
Perubahan psikologi pada ibu bersalin selama kala I yaitu :
1) Memperlihatkan ketakutan atau kecemasan, yang
menyebabkan wanita mengartikan ucapan pemberi
perawatan atau kejadian persalinan secara pesimistik atau
negative.
2) Mengajukan banyak pertanyaan atau sangat waspada
terhadap sekelilingnya.
3) Memperlihatkan tingkah laku saat membutuhkan.
4) Memperlihatkan reaksi keras terhadap kontraksi ringan
atau terhadap pemeriksaan.
5) Menunjukkan kebutuhan yang kuat untuk mengontrol
tindakan pemberi perawatan.
6) Tampak lepas control dalam persalinan saat nyeri hebat
menggeliat kesakitan, panik, menjerit, tidak merespon
saran atau pertanyaan yang membantu.
7) Respon melawan atau menghindari yang di picu oleh
adanya bahaya fisik, ketakutan, kecemasan dan bentuk
stress lainnya. (Widia. 2015).
19

d. Masalah dan penyulit kala I


Apabila dalam proses persalinan terdapat indikasi-
indikasi baik dari ibu, kondisi janin dan kemajuan persalinan.
Maka seorang bidan harus konsultasi, kolaborasi dan rujukan
ke tempat pelayanan kesehatan yang lebih memadai. Indikasi-
indikasi untuk melakukan tindakan dan melakukan rujukan
segera selama persalinan :
1) Tekanan darah >140/90 mmHg, lakukan rujukan segera,
selama dalam perjalanan ke tempat rujukan, baringkan ibu
dalam posisi miring kea rah kiri sambil dinfus dan larutan
D5%.
2) Suhu tubuh >38˚C sebelum melakukan rujukan berikan ibu
banyak minum dan beri antibiotic.
3) DJJ <100 atau >160x/menit segera lakukan posisi ibu
menjadi tidur miring ke kiri, berikan oksigen, lakukan
dehidrasi selama DJJ kembali normal, bila DJJ tetap
abnormal segera lakukan rujukan.
4) Kontraksi <2x dalam 10 menit dan berlangsung <40 detik,
lakukan perubahan posisi tidur, kosongkan kandung kemih,
lakukan stimulasi putting susu, berikan asupan nutrisi, dan
apabila melewati tidak ada kemajuan lakukan rujukan.
5) Pembukaan serviks yang melewati garis waspada, segera
rujuk dan beri hidrasi selama perjalanan menuju tempat
rujukan.
6) Cairan ketuban yang bercampur darah dengan
mikonium/darah/berbau/kering, lakukan rujukan dengan
segera.
7) Bagian terendah janin yang tidak ada penurunan sedangkan
pembukaan sudah lengkap, lakukan rujukan. (Naomy.
2017).
20

e. Partograf
Partograf adalah alat bantu untuk mencatat informasi
berdasarkan observasi, anamnesis, dan pemeriksaan fisik ibu
dalam persalinan, dan sangat penting khususnya untuk
membuat keputusan klinik selama kala I persalinan. Tujuan
utama menggunakan partograf adalah untuk mencatat hasil
observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan
serviks melalui pemeriksaan dalam dan menentukan normal
atau tidaknya persalinan. Dan juga dapat membuat deteksi
secara dini, setiap kemungkinan terjadinya partus lama.
Partograf akan membantu penolong persalinan untuk mencatat
kemajuan persalinan, kondisi ibu dan janin, asuhan yang
diberikan selama persalinan dan kelahiran, serta menggunakan
informasi yang tercatat sehingga secara dini mengidentifikasi
adanya penyulit persalinan dan membuat keputusan klinik
yang sesuai dan tepat waktu (Sarwono, 2015).
Adapun 10 komponen VT ( Pemeriksaan dalam ) salah
satunya yaitu :
1) Ketuban
Warna dan adanya air ketuban di nilai air ketuban
setiap kali melakukan pemeriksaan dalam dengan
menggunakan lambang sebagai berikut:
U : Jika ketuban Utuh belum pecah.
J : Jika ketuban sudah pecah dan air ketuban Jernih.
M : Jika ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur
dengan Mekoneum.
D : Jika ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur
dengan Darah.
K : Jika ketuban sudah pecah dan air ketuban Kering
21

2) Penurunan
Skala 0 s/d 5 pada garis tepi sebelah kiri keatas, juga
menunjukkan seberapa jauh penurunan kepala janin
kedalam panggul. Dibawah lajur kotak dilatasi serviks dan
penurunan kepala menunjukkan waktu/ jam dimulainya
fase aktif, tertera kotak-kotak untuk mencatat waktu aktual
saat pemeriksaan fase aktif dimulai, setiap kotak
menunjukkan 30 menit.
3) Penyusupan/ moulase kepala janin
Setiap kali melakukan periksa dalam, nilai
penyusupan kepala janin dengan menggunakan lambang
sebagai berikut:
0 : Tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan
mudah dapat diraba.
1 : Tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan.
2 : Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih,
tetapi masih dapat dipisahkan.
3 : Tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak
dapat dipisahkan.
2. Kala II (kala pengeluaran)
a. Pengertian kala II
Kala II atau kala pengeluaran dimulai dengan pembukaan
lengkap dari serviks (10 cm) dan berakhir dengan kalahiran bayi.
(Jannah, 2017)
b. Tanda dan gejala kala II
1) His terkoordinasi, kuat, cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3
menit sekali.
2) Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga
terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara
reflektoris menimbulkan rasa mengejan. Tekanan pada rectum
22

dan anus terbuka, serta vulva membuka dan perineum


meregang (Jannah, 2017).
3) ketuban biasanya pecah ditandaidengan kaluarnya cairan
berwarna kekuningan secara tiba-tiba dan banyak.
4) Muncul perasaan ingin mengejan. (Naomy. 2016).
c. Mekanisme persalinan
Mekanisme persalinan merupakan gerakan janin dalam
menyesuaikan ukuran dirinya dengan ukuran panggul saat kepala
melewati panggul.

Gambar 2.4.2 Gerakan-gerakan Utama Kepala Pada Persalinan


(Syaiful dan Fatmawati. Asuhan Keperawatan
Pada Ibu Bersalin. 2020).
23

Gerakan-gerakan janin dalam persalinan yaitu :


1) Penurunan kepala (Engagement)
Penurunan kepala adalah peristiwa ketika diameter
biparetal melewati pintu atas panggul (PAP) dengan sutura
sagitalis yang melintang/oblik di dalam jalan lahir dan fleksi.
Pada primigravida terjadi pada bulan terakhir kehamilan,
sedangkan pada multigravida dapat terjadi pada awal
persalinan.

Gambar 2.4.3 Pengukuran Engagement


(Syaiful dan Fatmawati. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin.
2020).
2) Penurunan
Dimulai sebelum proses persalinan/inpartu, penurunan
kepala terjadi bersamaan dengan mekanisme lainnya.
Kekuatan yang mendukung yaitu tekanan pada anus, tekanan
langsung fundus pada bokong, kontraksi otot-otot abdomen
dan ekstensi dan penurunan badan janin atau tulang belakang.

Gambar 2.4.4 Penurunan Kepala


(Syaiful dan Fatmawati. Asuhan Kebidanan
Pada Ibu Bersalin. 2020).
24

3) Fleksi
Dengan adanya fleksi maka diameter oksipito-frontalis
berubah menjadi sub oksipito-bregmantika, dan posisi dagu
bergeser kearah dada janin.

Gambar 2.4.5 Proses Fleksi


(Syaiful dan Fatmawati. Asuhan Kebidanan Pada
Ibu Bersalin. 2020)
4) Rotasi dalam (putaran paksi dalam)
Rotasi dalam atau putaran paksi dalam adalah
pemutaran bagian terendah janin dari posisi sebelumnya kea
rah depan sampai ke bawah simfisis. Gerakan ini adalah
upaya kepala janin untuk menyesuaikan dengan bentuk jalan
lahir yaitu bidang tengah dan pintu bawah panggul.

Gambar 2.4.6 Putaran Paksi Dalam


(Syaiful dan Fatmawati. Asuhan Kebidanan
Pada Ibu Bersalin. 2020).
25

5) Ekstensi
Setelah kepala janin sampai di dasar panggul dan UKK
berada di bawah simpisis, terjadi ekstensi dari kepala janin.
Hal ini disebabkan oleh sumbu jalan lahir pada pintu atas
panggul mengarah ke depan dan atas, sehingga kepala
menyesuaikan dengan cara ekstensi agar dapat melaluinya.

Gambar 2.4.7 Permulaan Ekstensi dan Ekstensi Kepala


(Syaiful dan Fatmawati. Asuhan Kebidanan
Pada Ibu Bersalin. 2020).
6) Rotasi luar (putaran paksi luar)
Gerakan memutar ubun-ubun kecil ke arah punggung
janin, bagian belakang kepala berhadapan dengan tuber
ischiadikumkanan atau kiri, sedangkan muka janin menhadap
salah satu paha ibu.

Gambar 2.4.8 Rotasi Eksterna


(Syaiful dan Fatmawati. Asuhan Kebidanan
Pada Ibu Bersalin. 2020).
26

7) Ekspulsi
Ekspulsi merupakan pengeluaran janin dengan
memegang biparietal bayi dengan kedua tangan, maka dapat
dilahirkan bahu depan terlebih dahulu kemudian bahu depan
(Naomy,2016).

Gambar 2.4.9 Kelahiran Bahu Depan dan Bahu Belakang


(Syaiful dan Fatmawati. Asuhan Kebianan
Pada Ibu Bersalin. 2020).
d. Langkah-langkah pertolongan persalinan
1. Mengenali Gejala dan Tanda kala II
1) Mendengar dan melihat gejala tanda kala II
a) Ibu merasa ada dorongan kuat dan ingin mengedan
(doran).
b) Ibu merasakan regangan yang semakin meningkat
pada raktum dan vagina (teknus).
c) Perineum tampak menonjol (perjol)
d) Vulva dan sfingter ani membuka (vulka)
2. Menyiapkan pertolongan persalinan
2) Memastikan kelengkapan persalinan, bahan, dan obat
esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksanakan
komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Siapkan tempat datar
dank eras, dua buah kain dan satu handuk bersih dan
kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak penggunaan
lampu 60 cmdari tubuh bayi asfiksia.
27

3) Memakai celemek plastic


4) Lepaskan dan simpan semua perhiasan yang dipakai, cuci
tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian
keringkan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih
dan kering.
5) Pakai sarung tangan DTT untuk melakukan pemeriksaan
dalam.
6) Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan
sarung tangan yang memakai sarung tangan DTT) dan
steril (pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik).
3. Memastikan Pembukaan Lengkap dan Keadaan Janin Baik
7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekannya dengan
hati-hati dari depan kebelakang dengan menggunakan
kapas atau kasa yang dibasahi dengan air DTT.
8) Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan
pembukaan lengkap. Apabila selaput ketuban belum pecah
dan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.
9) Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan
tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam
larutan klorin 0,5%, kemudian lepaskan dan rendam dalam
keadaan terbalik dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepas.
10) Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi atau
saat relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam
batas normal (120-160x/menit).
4. Menyiapkan Ibu dan Keluarga untuk Membantu Proses
Bimbingan Mengedan
11) Memberitahukan ibu bahwa pembukaan sudah lengkap
dan keadaan janin baik serta bantu ibu dalam
menemukan posisi yang nyaman sesuai dengan
keinginannya.
28

12) Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi


mengedan. Apabila ibu merasa ingin mengedan dan
terjadi kontraksi kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk
atau posisi yang di inginkan dan pastikan ibu merasa
nyaman.
13) Laksanakan bimbingan mengedan pada saat ibu merasa
ada dorongan kuat untuk mengedan.
14) Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau
mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa
ada dorongan untuk mengedan dalam waktu 60 menit.
5. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi
15) Letakkan handuk bersih untuk mengeringkan bayi di
perut ibu apabila kepala bayi telah membuka vulva
dengan diameter 5-6 cm.
16) Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah
bokong ibu.
17) Buka tutup partus set dan perhatikan kembali
kelengkapan alat dan bahan.
18) Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
6. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi
19) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm
membuka vulva, lindungi perineum dengan satu tangan
yang dilapisi kain bersih dan kering. Tangan yang lain
menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan
membantu kelahiran kepala. Anjurkan ibu untuk
mengedan secara perlahan sambil bernapas cepat dan
dangkal.
20) Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil
tindakan segera sesuai jika hal itu terjadi, dan segera
lanjutkan proses kelahiran bayi.
29

21) Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara


spontan.
22) Setelah kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara
spontan, pegang secara biparietal. Anjurkan ibu untuk
mengedan saat ada kontraksi. Gerakkan kepala ke arah
bawah dan distal secara lembut hingga bahu depan
muncul di bawah arkus pubis lalu gerakkan ke atas dan
distal untuk melahirkan bahu belakang.
7. Kelahiran Badan dan Tungkai
23) Setelah kedua bahu lahir, geser tangan ke bawah ke arah
perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan, dan
siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk
menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.
24) Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas
berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki.
Pegang kedua mata kaki, masukkan telunjuk diantara
kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu
jari dan jari-jari lainnya.
8. Penanganan Bayi Baru lahir
25) Lakukan penilaian sepintas
a) Apakah bayi menangis kuat dan bernafas tanpa
kesulitan?
b) Apakah bayi bergerak aktif ?
26) Keringkan dan posisikan tubuh bayi di atas perut ibu.
27) Periksa kembali perut ibu untuk memastikan tidak ada
bayi lain dalam uterus atau hamil tunggal.
28) Beritahu ibu bahwa penolong akan menyuntikkan
oksitosin agar uterus berkontraksi dengan baik.
29) Satu menit setelah lahir, suntikkan 10 oksitosin unit
(intramuscular) di 1/3 paha atas bagian distal lateral.
30

Lakukan aspirasi sebelum penyuntikkan oksitosin.


30) Jepit tali pusat 2 menit setelah lahir, sekitar 3 cm dari
pusar atau umbilicus bayi dengan menggunakan klem.
Dari sisi luar klem penjepit, dorong isi tali pusat ke arah
distal ibu dan lakukan penjepitan pada 2 paha, sekitar 2
cm distal dari klem pertama.
31) Pemotongan dan pengikatan tali pusat
a) Angkat tali pusat yang telah dijepit dengan satu
tangan, kemudian lakukan pengguntingan tali pusat
(lindungi perut bayi) diantara 2 klem tersebut.
b) Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada
satu sisi, kemudian lingkarkan kembali benang ke
sisi berlawanan dan lakukan ikatan kedua
menggunakan simpul kunci.
c) Lepaskan klem dan memastikan dalam wadah yang
telah disediakan.
32) Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke
kulit bayi. Letakkan bayi dengan posisi tengkurap di
dada ibu.
33) Selimuti ibu dengan kain bersih dan hangat dan pasang
topi di kepala bayi.
9. Penatalaksanaan akti Kala III
34) Pindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari
vulva.
35) Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, ditepi
atas simfisis untuk deteksi. Tangan lain meregangkan tali
pusat.
36) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah
bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke
arah belakang atas (dorsocranial) secara hati-hati untuk
mencegah inversion uteri.
31

10. Mengeluarkan Plasenta


37) Lakukan peregangan tali pusat terkendali dan dorongan
dorsocranial hingga plsenta terlepas, minta ibu meneran
sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar
lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti proses
jalanm lahir (tetap melakukan tekanan dorsocranial).
a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem
hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan
lahirkan plasenta.
b) Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit
menegangkan tali pusat :
(1) Beri dosis ulang oksitosin 10 unit IM
(2) Lakukan kateterisasi (aseptic) jika kandung kemih
parah.
(3) Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
(4) Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya.
(5) Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah
bayi lahir atau bila terjadi.
(6) Perdarahan segera lakukan plsenta manual.
38) Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan
plasenta dengan kedua tangan, pegang dan putar plasenta
hingga selaput ketuban terlepas kemudian lahirkan dan
tempatkan plasenta pada wadah yang telah di sediakan.
11. Rangsangan Taktil atau Masase Uterus
39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir,
lakukan masase uterus, letakkan telapak tangan di fundus
dan lakukan mesase dengan gerakan melingkar dengan
lembut hingga uterus berkontraksi atau fundus teraba
keras.
32

12. Menilai Perdarahan


40) Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi,
dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh.
Masukkan plasenta kedalam kantong plastic atau tempat
khusus.
41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan
perineum.
Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan
perdarahan. Bila ada robekan yang menimbulkan
perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan.
13. Melakukan asuhan pascapersalinan
42) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak
terjadi perdarahan pervaginam.
43) Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ibu dan bayi
(di dada selama 1 jam).
44) Setelah 1 jam, lakukan penimbangan dan pengukuran
bayi, memberikan salep mata antibiotic profilaksis dan
vitamin K 1 mg IM dipaha kiri antero lateral.
45) Setelah 1 jam pemberian vitamin K, berikan suntikan
imunisasi Hepatitis B dipaha kanan antero lateral.
14. Evaluasi
46) Lanjutakan pemantauan kontraksi dan mencegah
perdarahan pervaginam.
47) Anjurkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus
dan menilai kontraksi.
48) Evaluasi dan estimulasi jumlah kehilangan darah.
49) Memeriksa nadi ibu dan kandung kemih setiap 15 menit
selama 1 jam pertama pasca persalinan dan tiap 30 menit
selama 1 jam kedua pasca persalinan.
50) Periksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi
bernapas dengan baik.
33

51) Periksa kembali bayi untuk memastikan bayi bernapas


dengan baik (40-60) serta suhu tubuh normal (36,5-
37,5˚C)
15. Kebersihan dan keamanan
52) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan
clorin 0,5% untuk dekontaminasi.
53) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat yang
sesuai.
54) Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan
sisa cairan ketuban.
55) Lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang
bersih dan kering.
56) Pastikan ibu merasa aman dan nyaman. Bantu ibu
memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk memberi ibu
makanan dan minuman yang di inginkan.
57) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan clorin
0,5%
58) Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan clorin
0,5%, balik bagian dalam keluar dan rendam dalam
larutan clorin 0,5% selama 10 menit.
59) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
16. Dokumentasi
60) Lengkapi partograf halaman depan dan belakang, periksa
tanda vital dan asuhan kala IV (Jannah. 2017).
e. Komplikasi dan Penyulit Kala II
1) Distosia bahu
Distosia bahu adalah kesulitan persalinan saat
melahirkan bahu pada presentasi kepala, karena bahu anterior
terjepit di atas simpisis pubis, sehingga bahu tidak dapat
melewati panggung kecil atau bidang sempit panggul.
Distosia bahu umumnya terjadi pada bayi makrosomia,
34

dimana suatu keadaan yang di tandai oleh ukuran badan bayi


yang relative lebih besar dari ukuran kepala.
2) Presentasi Muka
Komplikasi dan penyulit dapat terjadi pada presentasi
muka bila keadaan kepala dalam kedudukan maksimal,
sehingga oksiput tertekan pada punggung dan yang menjadi
bagian terendah adalah muka menghadap kebawah.
Penyebabnya yakni panggul sempit, dan leher terdapt lilitan
tali pusat.
3) Presentasi bokong (letak sungsang)
Presentasi bokong adalah suatu keadaan dimana janin
dalam posisi membujur/memanjang, kepala berada pada
fundus sedangkan bagian terendah adalah bokong (Naomy.
2016).
3. Persalinan kala III
Kala III di mulai sejak bayi lahir sampai lahirnya plasenta,
rata-rata lama kala III berkisar 15-30 menit, baik itu pada primapara
dan multipara. Penyebab terpisahnya plasenta dari dinding uterus
yakni kontraksi uterus (spontan atau stimulus) setelah kala II selesai.
(Naomy. 2016).
a. Tanda-tanda terlepasnya plasenta
1) Perubahan bentuk uterus
Perubahan bentuk uterus menjadi globuler atau
berbentuk seperti buah alpukat. Setelah bayi lahir dan
sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk
bulat penuh dan tinggi fundus uteri sekitar dibawah pusat.
Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong kebawah,
uterus berbentuk segitiga atau seperti buah pear atau alpukat
dan fundus berada diatas pusat.
35

2) Semburan darah tiba-tiba


Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan
membantu mendorong plasenta keluar dibantu oleh gaya
gravitasi. Apabila kumpulan darah (retroplacental pooling)
dalam ruang di antara dinding uterus dan permukaan dalam
plasenta melebihi kapasitas tampungnya maka darah
tersembur keluar secara tiba-tiba dari tepo plasenta yang
terlepas.
3) Tali pusat memanjang
Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva
(Naomy, 2016).
b. Metode Pelepasan Plasenta

Gambar 2.4.10 Pengeluaran Plasenta Metode Schullze (A),


Pengeluaran Plasenta Metode Duncan (B). ( Legawati. Asuhan
Persalinan dan Bayi baru Lahir. 2018).
1) Metode schullze
Metode yang lebih umum terjadi adalah plasenta
terlepas dari satu titik dan merosot ke vagina melalui lubang
kantong amnion, permukaan fetal plasenta muncul pada
vulva dengan selaput ketuban yang mengikuti dibelakang
seperti paying terbalik saat terkelupas dari dinding uterus.
36

2) Metode Matthews Duncan


Plasenta turun melalui bagian samping dan masuk ke
vulva dengan pembatas lateral terlebih dahulu seperti kancing
yang memasuki lubang baju, sehingga sebagian plasenta
tidak berada dalam kantong. Metode ini berkaitan dengan
plasenta letak rendah dalam uterus. Proses pelepasan
berlangsung lebih lama dan darah yang hilang sangat banyak
karena hanya sedikit serat oblik dibagian bawah segmen
(Nurul Jannah, 2017).
4) Pengeluaran Plasenta
Pengeluaran plasenta dimulai dengan penurunan
plasenta kedalam segmen bawah uterus, plasenta keluar
melewati serviks ke ruang vagina atas, dari arah plasenta
keluar. Pada saat di lakukan penarikan plasenta dengan
menarik tali pusat, maka plasenta akan terlahir dan terlihat di
introitus vagina. Pengeluaran plasenta dengan mekanisme
schultze, pada saat plasenta lahir yang terlihat di introitus
vagina. Bagian sisi janin (bagian fetal) yaitu sisi bagian
plasenta yang berkilat karena diselubungi membrane janin.
Sedangkan pengeluaran plasenta dengan mekanisme Duncan,
pada saat plasenta lahir di introitus vagina terlihat bagian sisi
ibu (bagian maternal) yaitu bagian plasenta yang menghadap
kea rah dinding uterus yang terlihat kasar dan kemerahan.
Perdarahan yang terjadi setelah kala III persalinan, biasanya
berhubungan dengan plasenta dan kontraksi uterus.
Perdarahan kala III terjadi akibat pelepasan plasenta
sebagian, penyebab terjadinya pelepasan plasenta sebagian
karena kesalahan penatalaksanaan kala III, biasanya
mencakup masase uterus sebelum plasenta lahir yang dapat
mengakibatkan terjadinya perdarahan kala III. Perdarahan
akibat tidak adanya kontraksi uterus dapat mengakibatkan ibu
37

bersakin kehilangan darah sekitar 350-500 ml, dengan adanya


kontraksi uterus akan mengakibatkan tertekannya pembukuh
darah uterus diantara anyaman myometrium yang dapat
menghentikan perdarahan. (Naomy, 2016).
5) Pemeriksaan Plasenta
Pemeriksaan plasenta harus meliputi hal-hal sebagai berikut :
a) Selaput ketuban utuh atau tidak
b) Plasenta (ukuran plasenta) terdiri atas :
(1) Bagian maternal, jumlah kotiledon, keutuhan pinggir
kotiledon
(2) Bagian fetal utuh atau tidak
c) Tali pusat meliputi :
(1) Jumlah arteri dan vena
(2) Adakah arteri atau vena yang terputus untuk
mendeteksi plasenta suksenturia
(3) Insersi tali pusat, apakah sentral, marginal, panjang
tali pusat. (Jannah, 2017).
6) Deteksi dini dan persalinan kala III
a) Perdarahan kala III
Perdarahan pasca persalina adalah perdarahan atau
hilangnya darah 500 cc atau lebih yang terjadi setelah
anak lahir. Perdarahan dapat terjadi sebelum, selama, atau
sesudah lahirnya plasenta. Perdarahan menurut waktunya
dapat di bagi atas :
(1) Perdarahan post partum primer, yang terjadi dalam 24
jam setelah anak lahir.
(2) Perdarahan post partum sekunder, yang terjadi antara
24 jam dan 6 minggu setelah anak lahir. (Widia,
2015).
38

b) Atonia Uteri
Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus
otot/kontraksi rahim yang menyebabkan uterus tidak
mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat
omplantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir.
Penyebab atonia uteri disebabkan oleh beberapa factor
predisposisinya yakni :
(1) Regangan rahim berlebihan karena kehamilan gemeli,
polihidramnion, atau anak terlalu besar.
(2) Kelelahan karena persalinan lama.
(3) Mioma uteri yang mengganggu kontraksi rahim.
(4) Ada riwayat atonia uteri sebelumnya.
c) Robekan Jalan Lahir
Pada umumnya robekan jalan lahir terjadi pada
persalinan dengan trauma. Robekan jalan lahir biasanya
akibat episiotomy, robekan spontan perineum,trauma
forceps atau vakum ekstraksi. Robekan yang terjadi bisa
ringan (lecet, laserasi), luka episiotomy, robekan perineum
spontan derajat ringan sampai rupture perinea totalis
(sfingter ani terputus), robekan pada dinding vagina,
forniks uteri, serviks, daerah sekitar klitoris dan uretra dan
bahkan yang terberat rupture uteri. Teknik penjahitan
memerlukan asisten, anastesi lokal, penerangan lampu
yang cukup serta speculum dan memperhatikan kedalaman
luka.
d) Retensio Plasenta
Retensio plasenta adalah plasenta yang belum lahir
setengah jam setelah bayi lahir. Bila sebagian kecil dari
plasenta masih tertinggal dalam uterus di sebut rest
plasenta dan dapat menimbulkan perdarahan
pascapersalinan primer atau (lebih sering) sekunder.
39

e) Inverse Uterus
Kegawatdaruratan pada kala III yang dapat
menimbulkan perdarahan adalah inverse uterus. Inverse
uterus adalah keadaan di mana lapisan dalam uterus
(endometrium) turun dan keluar lewat ostium uteri
eksternum, yang dapat bersifat inkomplit sampai komplit.
(Sarwono, 2015).
4. Kala IV (Kala Pemantauan)
Kala IV dimulai sejak plasenta lahir sampai dengan dua jam
kemudian. Selama kala IV di lakukan pemantauan ibu setiap 15
menit pada jam pertama dan 30 menit pada satu jam kedua setelah
persalinan.
a. Evaluasi Uterus, konsistensi dan atonia uteri.
Setelah pengeluaran plasenta, uterus biasanya berada pada
garis tengah dari abdomen kira-kira 2/3 antara simpisis pubis dan
umbilicus atau berada tepat diatas umbilicus. Uterus seharusnya
teraba keras (kaku) bila diraba. Uterus yang lembek, berayun
menunjukkan bahwa uterus dalam keadaan tidak berkontraksi
dengan baik. (Ai Yeyek, 2015).
b. Pemeriksaan serviks, vagina dan perineum
Pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui terjadinya
laserasi (adanya robekan) yang dapat diketahui dari adanya
perdarahan pasca persalinan, plasenta yang lahir lengkap, dan
adanya kontraksi uterus. Segera setelah kelahiran bayi, serviks,
dan vagina harus diperiksa secara menyeluruh untuk mencari ada
tidaknya laserasi dan perlu tidaknya dilakukan penjahitan. Setelah
proses persalinan, vagina akan mengalami peregangan dan lebih
besar dari biasanya. Dengan perlahan periksa anus, apakah ada
trauma atau hemoroid yang bisa menonjol keluar dan terjadi
thrombosis setelah persalinan.
40

c. Pemantauan dan evaluasi lanjut


1) Tanda-tanda vital
Pemantauan tanda vital ibu yakni tekanan darah, denyut
jantung, suhu, dan pernafasandilakukan selama kala IV
persalina dimulai setelah kelahiran plasenta. Pemantauan
dilakukan 15 menit pada satu jam pertama dan 30 menit pada
satu jam kedua. Tanda syok pada ibu harus diperhatikan
seperti nadi cepat dan lemah (110x/menit). Tekanan darah
rendah sistolik kurang dari 90 mmHg, pucat, berkeringat
dingin, kulit lembab, nafas cepat, kesadaran menurun, dan
protein urine sangat sedikit. Perhatikan juga tanda dehidrasi,
gejala infeksi, gejala preklamsia hingga eklamsi. Pemantauan
suhu tubuh perlu dilakukan untuk mencurigai terjadinya
infeksi.
2) Kontraksi uterus
Kontraksi yang baik pada uterus adalah bahwa uterus
teraba keras dan tidak lembek dan tinggi fundus 1-2 jari
dibawah pusat setelah melahirkan. Pemantauan kontraksi
uterus harus dilakukan 15 menit pada satu jam pertama dan
30 menit pada satu jam kedua.
3) Lochea
Selama beberapa hari persalinan, lochea tampak merah
karena ditemukan eritrosit atau disebut juga lochea rubra.
Setelah 3 sampai 4 hari, lochea serosa, dan hari ke-10 lochia
tampak putih atau putih kekuning-kuningan atau lochia alba.
Lochea yang berbau dapat menjadi indikasi dugaan
endometrosis.
4) Kandung kemih
Kandung kemih harus dievaluasi untuk memastikan
kandung kemih tidak penuh. Kandung kemih yang penuh
41

mendorong uterus keatas dan menghalangi uterus


berkontraksi sepenuhnya.
5) Perineum
Perineum dievaluasi untuk melihat adanya edema atau
hematoma. Bungkusan keeping es yang dikenakan perineum
mempunyai efek ganda untuk mengurangi ketidaknyaman
dan edema bila telah mengalami episiotomy atau laserasi.
6) Perkiraan darah yang hilang
Perkirakan jumlah darah yang hilang. Sangat sulit untuk
memperkirakan kehilangan darah secara tepat karena darah
sering kali bercampur dengan cairan ketuban atau urin dan
mungkin terserap dihanduk, kain atau sarung. Cara yang baik
untuk memastikan jumlah darah yang hilang dengan
menyiapkan botol 500 ml yang digunakan untuk menampung
darah. (Ai Yeyek, 2015).
4) Tanda bahaya kala IV
Selama kala IV, bidan harus memberitahu ibu dan
keluarga tentang tanda bahaya :
a) Demam.
b) Perdarahan aktif.
c) Bekuan darah banyak.
d) Bau busuk dari vagina.
e) Pusing.
f) Lemas luar biasa.
g) Kesulitan dalam menyusui.
h) Nyeri panggul atau abdomen yang lebih kram uterus biasa.
(Naomy, 2016).
42

2.4 Pengertian masa nifas


Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu (Rukiyah, dkk, 2012: 2).
Masa nifas atau masa puerperium atau masa postpartum adalah mulai
setelah partus selesai, dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi,
seluruh otot genitalia baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan
dalam waktu 3 bulan (Astutik, 2015).
Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai setelah kelahiran
plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Roito H,
dkk, 2016).
2.4 Teknik Menyusui
2.4.1 Pengertian Teknik Menyusui
Menyusui adalah keterampilan yang dipelajari oleh ibu dan bayi,
dimana keduanya membutuhkan waktu dan kesabaran untuk
pemenuhan nutrisi pada bayi selama 6 bulan (Mulyani, 2015).
Teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI
kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar
(Rini dan Kumala, 2017). Manfaat dari teknik menyusui yang benar
yaitu putting susu tidak lecet, perlekatan menyusu pada bayi kuat, bayi
menjadi tenang dan tidak terjadi gumoh (Wahyuningsih, 2019).
Hasil penjelasan di atas, dapat disimpulkan teknik menyusui yaitu
cara ibu memberikan ASI kepada anaknya dengan memperhatikan
perlekatan dan posisi yang benar, sehingga putting susu ibu tidak lecet
atau luka saat menyusui dan bayi menyusu dengan nyaman dan tidak
gumoh.
43

2.4.2 Teknik Menyusui yang Benar


Teknik menyusui yang benar yang diungkapkan Banowati (2019)
yaitu :
1. Sebelum mulai menyusui putting dan areola mammae dibersihkan
terlebih dahulu dengan kapas basah atau ASI dikeluarkan sedikit,
kemudian dioleskan pada putting dan sekitar kalang payudara.
2. Bayi diletakkan menghadap perut ibu / payudara.
3. Ibu duduk atau berbaring dengan santai, jika duduk akan lebih baik
menggunakan kursi yang rendah (hal ini bertujuan supaya kaki ibu
tidak menggantung) dan punggung ibu bersandar pada sandaran
kursi.
4. Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan menggunakan satu
lengan, kepala bayi terletak pada siku ibu (kepala tidak boleh
menengadah dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan).
5. Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu, dan yang satunya
di depan. Perut bayi menempel pada badan ibu, posisi kepala bayi
menghadap payudara (tidak hanya menoleh atau membelokkan
kepala bayi).
6. Telingan dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
7. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.
8. Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang lain
menopang di bawah, jangan terlalu menekan putting susu atau
kalang payudara saja.
9. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (roting refleks) dengan
cara menyentuh pipi dengan putting susu atau menyentuh sisi mulut
bayi.
10. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan
ke payudara ibu dan putting susu serta kalang payudara dimasukkan
ke mulut bayi.
11. Usahakan sebagian besar kalang payudara dapat masuk kedalam
mulut bayi, sehingga putting susu berada di bawah langit-langit dan
44

lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI
yang terletak di bawah kalang payudara.
12. Setelah bayi mulai menghisap payudara tak perlu dipegang atau
disangga.
13. Melepas isapan bayi
14. Setelah menyusui pada satu payudara sampai kosong, sebaiknya
diganti dengan payudara yang satunya. Cara melepas isapan bayi
yaitu jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut
mulut atau dagu bayi ditekan ke bawah.
15. Menyendawakan bayi
Tujuan menyendawakan bayi adalah untuk mengeluarkan
udara dari lambung supaya bayi tidak muntah setelah menyusu. Cara
menyendawakan bayi adalah bayi digendong tegak dengan bersandar
pada bahu ibu kemudian punggungnya ditepuk secara perlahan atau
dengan cara bayi tidur tengkurap dipangkuan ibu kemudian
punggungnya ditepuk perlahan-lahan.
Teknik menyusui yang benar yang diungkapkan Rini dan
Kumala (2017) yaitu :
1) Cuci tangan yang bersih dengan menggunakan sabun, perah sedikit
ASI kemudian oleskan disekitar putting, duduk dan berbaring
dengan santai.
2) Posisi ibu harus nyaman, biasanya duduk tegak di tempat
tidur/kursi, ibu harus merasa rileks.
3) Lengan ibu menopang kepala bayi, leher dan seluruh badan bayi
(kepala dan tubuh berada dalam garis lurus), muka bayi menghadap
ke payudara ibu, hidung bayi di depan putting susu ibu. Posisi bayi
harus sedemikian rupa sehingga perut bayi menghadap perut ibu.
Kepalanya harus sejajar dengan tubuhnya, tidak melengkung ke
belakang/menyamping, telinga, bahu, dan panggul bayi berada
dalam satu garis lurus.
45

4) Ibu mendekatkan bayi ke tubuhnya (muka bayi ke payudara ibu)


dan mengamati bayi yang siap menyusu: membuka mulut, bergerak
mencari dan menoleh. Bayi harus berada dekat dengan payudara
ibu dan ibu tidak harus mencondongkan badan dan bayi tidak
merenggangkan lehernya untuk mencapai putting susu ibu.
5) Ibu menyentuhkan putting susunya ke bibir bayi, menunggu hingga
mulut bayi terbuka lebar kemudian mengarahkan mulut bayi ke
putting susu ibu hingga bibir bayi dapat menangkap putting susu
tersebut. Ibu memegang payudara dengan satu tangan dengan cara
meletakkan empat jari di bawah payudara dan ibu jari di atas
payudara. Ibu jari dan telunjuk harus membentuk huruf “C”.
6) Pastikan bahwa sebagian besar areola masuk ke dalam mulut bayi.
Dagu rapat ke payudara ibu dan hidungnya menyentuh bagian atas
payudara.
7) Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah seluruh
tubuh bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh
bayi harus lurus, hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi
berhadapan dengan putting susu ibu, dekatkan badan bayi ke badan
ibu, menyentuh bibir bayi ke putting susunya dan menunggu
sampai mulut bayi terbuka lebar.
8) Jika bayi sudah selesai menyusui, ibu mengeluarkan putting dari
mulut bayi dengan cara memasukkan jari kelingking ibu di antara
mulut dan payudara.
9) Menyendawakan bayi dengan menyenderkan bayi di pundak atau
menelungkupkan bayi melintang kemudian menepuk-nepuk
punggung bayi.
Hasil penjelasan teknik menyusui di atas, dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1) Sebelum menyusui, ibu harus cuci tangan terlebih dahulu.
2) Payudara dibersihkan dengan kapas basah supaya bersih dari
debu dan keringat.
46

3) ASI dikeluarkan sedikit untuk membasahi putting dan areola.


4) Posisi ibu duduk bersandar, pada kursi yang rendah sehingga
punggung ibu bersandar di sandaran kursi sehingga ibu bisa duduk
nyaman dalam menyusui.
5) Bayi digendong dengan satu lengan, posisi kepala bayi berada di
lengkung siku ibu dan bokong bayi disangga dengan telapak tangan
ibu.
6) Posisi tangan bayi, satu dibelakang badan ibu dan satu di depan.
7) Perut bayi dan perut ibu menempel, kepala bayi menghadap ke
payudara ibu.Lengan dan telinga bayi harus lurus atau sejajar.
8) Ibu melihat bayi dengan tatapan penuh kasih sayang.
9) Ibu jari memegang payudara bagian atas, dan jari yang lain
memegang payudara bagian bawah. Sehingga membentuk huruf
“C”.
10) Sentuhkan putting susu ibu ke pipi bayi, ini adalah cara
merangsang bayi untuk membuka mulutnya.
11) Setelah mulut bayi terbuka, kepala bayi didekatkan ke payudara
ibu, kemudian putting dan areola dimasukkan ke mulut bayi.
12) Ketika menyusui bayi, usahakan hampir semua bagian areola
masuk ke mulut bayi.
13) Menyusui dengan bergantian, payudara satu dengan payudara
satunya lagi.
14) Selesai bayi menyusu, hisapan bayi dilepas dengan cara menekan
dagu bayi ke bawah.
15) Agar bayi bisa bersendawa dapat dilakukan dengan cara, bayi
digendong tegak dan bersandar pada bahu ibu, atau ditengkurapkan
di pangkuan ibu sambil ditepuk pelan-pelan punggungnya.
2.4.3 Cara Pengamatan Teknik Menyusui yang Benar
Mulyani (2015) mengungkapkan ada beberapa tanda untuk
mengetahui bayi telah menyusu dengan teknik yang benar, yaitu
sebagai berikut :
47

1. Badan bayi menempel dengan perut ibu.


2. Mulut bayi terbuka lebar.
3. Dagu bayi menempel dengan payudara ibu.
4. Sebagian besar areola masuk ke dalam mulut bayi, areola bagian
bawah lebih banyak yang masuk.
5. Bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan.
6. Putting ibu tidak terasa nyeri.
7. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
8. Kepala bayi agak menengadah.
Rini dan Kumala (2017) mengungkapkan apabila bayi telah
menyusui dengan benar maka akan memperlihatkan tanda-tanda
sebagai berikut :
1. Bayi nampak tenang.
2. Badan bayi menempel dengan perut ibu.
3. Mulut bayi terbuka lebar.
4. Dagu bayi menempel dengan payudara ibu.
5. Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi.
6. Hidung bayi mendekati dan kadang-kadang menyentuh payudara
ibu.
7. Lidah bayi menopang putting dan areola bagian bawah.
Hasil penjelasan cara pengamatan teknik menyusui yang benar
di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Bayi nyaman saat menyusu.
2. Bayi dengan mudah membuka mulutnya dan menghisap ASI.
3. Dagu bayi menempel pada payudara ibu.
4. Sebagian besar areola bisa masuk ke mulut bayi.
5. Bayi nampak menghisap ASI dengan kuat.
6. Ibu tidak merasakan nyeri pada payudara terutama bagian putting.
7. Lengan dan telinga bayi bisa lurus dalam satu garis.
8. Posisi kepala bayi sedikit menengadah.
48

2.4.4 Posisi dan Pelekatan Menyusui


Menurut Astuti (2018), posisi Menyusui terdapat enam macam
posisi yaitu:
1. Posisi Berbaring
Ibu dipastikan merasa nyaman dan relaks, maka ibu berbaring
pada sisi yang ibu bisa tidur. Rasa nyaman bias dibantu dengan
menempatkan satu bantal di bawah kepala dan bantal yang lain di
bawah dada. Tubuh bayi diletakkan dekat dengan ibu dan kepalanya
berada setinggi payudara sehingga bayi tidak perlu menarik putting.
Ibu dapat memegang bayi dengan lengan atas.

Gambar 1
Posisi Menyusui Berbaring Sumber: Astuti 2018
2. Posisi menyusui sambal duduk
Ibu dipastikan duduk dengan nyaman dan santai pada kursi
yang rendah, biasanya kursi yang disertaisandaran lebih baik.
Apabila kursinya agak tinggi, maka diperlukan kursi untuk
meletakkan kaki ibu.

Gambar 2
49

Posisi menyusui sambil duduk Sumber: Astuti 2018


3. Posisi Menyusui dengan ASI yang Memancar (penuh)
Bayi diterlungkapkan diatas dada ibu dengan tangan ibu
sedikit menahan kepala bayi. Pada posisi ini bayi tidak akan
tersendak.

Gambar 3
Posisi Menyusui dengan ASI yang Memancar
Sumber: Astuti 2018
4. Posisi Ibu Menyusui Sambil Berdiri
Penting bagi ibu untuk merasa nyaman dan relaks, dan untuk
bayi perlekatannya benar sehingga bayi menyusui dengan efektif.

Gambar 4
Posisi Ibu Menyusui Sambil Berdiri
Sumber: Astuti 2018
5. Posisi dibawah Lengan (underarm position)
Posisi lainnya yang dapat digunakan yaitu memgang bayi
pada lengan dengan posisi lengan bawah (underarm position).
Posisi ini berguna untuk bayi kembar atau jika ada kesulitan
50

meletakkan bayi.
51

Gambar 5
Posisi dibawah Lengan
Sumber: Astuti 2018
6. Posisi Menyusui Bayi Kembar
Ibu dapt menyusui sekaligus dua bayi, yaitu dengan posisi
seperti memegang bola (football position). Ibu menyusui bersama-
sama, maka bayi sebaiknya menyusu pada payudara secara
bergantian, jangan menetap pada satu payudara. Walaupun football
position merupakan cara yang baik, namun ibu sebaiknya mencoba
posisi lainnya secara berganti-ganti, dan yang penting adalah
menyusui bayi lebih sering.

Gambar 6
Posisi Menyusui Bayi Kembar
Sumber: Astuti 2018
51

Menurut Maryunani (2015) pelekatan menyusui yang baik dapat


dipastikan dengan melihat semua hal dibawah ini: dagu menyentuh
payudara, mulut terbuka lebar, bibir bawah kearah luar, dan lebih
banyak daerah areola yang telihat di atas mulut dari pada di bawah
mulut bayi. Perhatikan bayi melekat pada ibu, kepala dan tubuh bayi
garis lurus, dagu bayi menempel payudara, mulut membuka lebar,
areola bawah tidak tampak, pipi membulat, bunyi menelan.
Beberapa gambar kelekatan menyusui dan keterangannya
a. Gambar kelekatan menyusui yang benar dan tidak benar

Gambar 2.7 Pelekatan


menyusui Sumber:
Maryunani 2015

b. Keterangan pelekatan yang baik dapat diuraikan dari kata CALM,


berikut ini:
1) Chin yaitu dagu dan payudara menempel
2) Areola yaitu masukan ke dalam mulut bayi dengan harapan
putting terletak antara langit-langit kerasdan lunak
3) Lips yaitu bibir membalik keluar
4) Mouth yaitu mulut terbuka selebar-lebarnya
52

2.5 KONSEP DASAR BAYI


2.5.1 Definisi Bayi Baru Lahir
BBL disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang
sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta
harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterin ke
kehidupan ekstrauterin (Dewi, 2017)
Jadi asuhan keperawatan bayi baru lahir normal merupakan
asuhan yang diberikan kepada bayi berumur 0-1 bulan sesudah
kelahiran yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42
minggu dan berat lahir antara 2500 sampai 4000 gram.
2.5.2 Ciri-Ciri Bayi Baru Lahir Normal
Menurut Saputra (2014) bayi baru lahir dikatakan normal jika :
a) Berat badan antara 2500-4000 gram.
b) Panjang badan bayi 48-52 cm.
c) Lingkar dada bayi 30-38 cm.
d) Lingkar kepala bayi 33-35 cm.
e) Masa kehamilan 37-42 minggu
f) Denyut jantung pada menit-menit pertama 180 kali/menit, kemudian
turun menjadi 120 kali/menit.
g) Respirasi: pada menit-menit pertama cepat, yaitu 80 kali/menit,
kemudian turun menjadi 40 kali/menit.
h) Kulit berwarna kemerahan dan licin karena jaringan subkutan cukup
terbentuk dan diliputiverniks kaseosa.
i) Kuku telah agak panjang dan lemas.
j) Genetalia : testis sudah turun (pada laki-laki) dan labia mayora sudah
menutupi labia minora (pada perempuan)
k) Refleks: Refleks mengisap dan menelan, refleksmoro,
refleksmenggenggam sudah baik jika dikagetkan, bayi akan
memperlihatkan gerakan seperti memeluk (refleks moro), jika
diletakkan suatu benda di telapak tangan bayi, bayi akan
menggenggam (reflek menggenggam)
53

l) Eliminasi, baik urin dan mekonium keluar dalam 24 jam pertama.


m)Suhu 36,5-370C
2.5.3 Adaptasi Fisiologis Bayi Baru Lahir
Perubahan-perubahan fisiologis yang dialami oleh bayi baru lahir
adalah (Sondakh, 2013):
b) Sistem respirasi
Terjadinya pernapasan pertama pada bayi baru lahir
disebabkan oleh dua faktor, yaitu terjadinya hipoksia pada akhir
persalinan sehingga rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang
merangsang pusat pernapasan aktif, tekanan terhadap rongga dada
yang terjadi karena kompresi paru-paru selama persalinan,
merangsang masuknya udara ke dalam paru-paru secara mekanis.
Upaya pernapasan pertama ini bertujuan untuk mengeluarkan cairan
pada paru-paru dan mengembangkan alveoulus paru-paru. Pada
periode pertama reaktivitas akan terjadi pernapasan cepat (mencapai
40-60 kali/menit).
c) Kardiovasular
Setelah lahir, bayi akan menggunakan paru untuk mengambil
oksigen. Untuk membuat sirkulasi yang baik terdapat dua perubahan
adalah sebagai berikut: (Rohani, 2014).
1. Penutupan foramen ovale pada atrium jantung
2. Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru-paru dan aorta.
3. Denyut nadi berkisar 120-160 kali/menit saat bangun dan 100
kali/menit saat tidur.
d) Termoregulasi dan Metabolik
Timbunan lemak pada tubuh bayi mampu meningkatkan panas
sampai 100%. Dengan penjepitan tali pusat saat lahir, bayi harus
mulai mampu mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri.
Pada bayi baru lahir, glukosa akan turun dalam waktu cepat (1-2
jam). Koreksi penurunan kadar gula darah dalam tubuh dapat
dilakukan dengan 3 cara, yaitu penggunaan ASI, melalui cadangan
54

glikogen dan melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama


lemak (Sondakh, 2015).
e) Sistem Gastrointestinal
Perkembangan otot dan refleks dalam menghantarkan makanan
telah aktif saat bayi lahir. Pengeluaran mekonium disekresikan
dalam 24 jam pada 90% bayi baru lahir normal. Beberapa bayi baru
lahir dapat menyusu segera bila diletakkan pada payudara dan
sebagian lainnya memerlukan 48 jam untuk menyusu secara efektif
(Sondakh, 2013). Kemampuan BBL cukup bulan untuk menelan dan
mencerna makanan masih terbatas. Kapasitas lambung juga masih
terbatas, kurang dari 30 cc (Rohani, 2016).
f) Sistem Ginjal
Sebagian besar BBL berkemih setelah 24 jam pertama dan 2-6
kali sehari pada 1-2 hari pertama, setelah itu bayi berkemih 5-20 kali
dalam 24 jam (Sondakh, 2013). Beban kerja ginjal dimulai saat bayi
lahir hingga masukan cairan meningkat, mungkin urine akan tampak
keruh termasuk berwarna merah muda. Hal ini disebabkan oleh
kadar ureum yang tidak banyak berarti. Intake cairan sangat
mempengaruhi adaptasi pada sistem ginjal. Oleh karena itu,
pemberian ASI sesering mungkin dapat membantu proses tersebut.
(Rohani, 2016).
g) Hati
Selama periode neonatus, hati memproduksi zat yang esensial
untuk pembekuan darah. Hati juga mengontrol kadar bilirubin tak
terkonjugasi, pigemen berasal dari Hb dan dilepaskan bersamaan
dengan pemecahan sel-sel darah merah. Saat bayi lahir enzim hati
belum aktif total sehingga neonatus memperlihatkan gejala ikterus
fisiologis. Bilirubin tak terkonjugasi dapat mengakibatkan warna
kuning yang disebut jaundice atau ikterus. Asam lemak berlebihan
dapat menggeser bilirubin dari tempat pengikatan albumin.
Peningkatan kadar bilirubin tidak berikatan mengakibatkan
55

peningkatan resiko kern-ikterus bahkan kadar billirubin serum 10


mg/dL (Sondakh, 2015).
h) Sistem Muskuloskletal
Otot-otot sudah dalam keadaan lengkap saat lahir, tetapi
tumbuh melalui proses hipertropi. Tumpang tindih (moulage) dapat
terjadi pada waktu lahir karena pembungkus tengkorak belum
seluruhnya mengalami asifikasi. Kepala bayi cukup bulan berukuran
¼ panjang tubuhnya. Lengan lebih sedikit panjang dari tungkai
(Sondakh, 2015).
i) Sistem Saraf
Ada beberapa refleks yang terdapat pada BBL menandakan
adanya kerjasama antara sistem saraf dan sistem muskuloskeletal.
Beberapa refleks tersebut adalah: (Sondakh, 2015).
1. Refleks moro
Pada refleks ini dimana bayi mengembangkan tangannya
lebar-lebar dan melebarkan jari-jarinya, lalu membalikkan
tangannnya cepat seakan-akan memeluk seseorang. Kaki juga
mengikuti gerakan serupa. Refleks ini biasanya akan hilang 3-4
bulan.
2. Refleks rooting
Refleks ini timbul karena stimulasi taktil pipi dan daerah
mulut. Refleks rooting akan berkaitan dengan refleks menghisap.
Refleks ini dapat dilihat pada pipi atau sudut mulut bila disentuh
dengan pelan, maka bayi akan spontan melihat kearah sentuhan,
mulutnya akan terbuka dan mulai menghisap. Refleks ini
biasanya akan menghilang saat berusia 7 bulan.
3. Refleks sucking
Refleks ini berkaitan dengan refleks rooting untuk
menghisap dan menelan ASI.
56

a. Refleks batuk dan bersin


Refleks ini timbul untuk melindungi bayi dan obstruksi
pernapasan.
b. Refleks graps
Reflek ini timbul bila ibu jari diletakkan pada telapak
tangan bayi maka bayi akan menutup tangannya. Pada refleks
ini bayi akan menggenggam jari dan biasanya akan hilang pada
3-4 bulan.
c. Refleks babinsky
Refleks ini muncul jika ada rangsangan pada telapak
kaki. Ibu jari akan bergerak keatas dan jari-jari membuka dan
biasanya menghilang setelah 1 tahun.
2.5.4 Asuhan Bayi Baru Lahir
Asuhan pada bayi baru lahir normal adalah asuhan yang
diberikan kepada bayi yang tidak memiliki indikasi medis untuk
dirawat di rumah sakit, tetapi tetap berada di rumah sakit karena ibu
mereka membutuhkan dukungan.Asuhan normal diberikan pada bayi
yang memiliki masalah minor atau masalah medis yang umum
(Williamson, 2014).
Pelayanan kesehatan bayi baru lahir di laksanakan minimal 3
kali dan sesuai dengan standar (menggunakan form tatalaksana bayi
muda), yakni :
1. Saat bayi berusia 6 jam-48 jam
2. Saat bayi usia 3-7 hari
3. Saat bayi 8-28 hari
MenurutKemenkes (2015), asuhan yang diberikanpada BBL yaitu :
1. Pencegahan Infeksi
Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan
mikroorganisme yang terpapar selama proses persalinan berlangsung
ataupun beberapa saat setelah lahir. Pastikan penolong persalinan
melakukan pencegahan infeksi sesuai pedoman.
57

2. Menilai Bayi Baru Lahir


Penilaian Bayi baru lahir dilakukan dalam waktu 30 detik
pertama. Keadaan yang harus dinilai pada saat bayi baru lahir
sebagai berikut.
a. Apakah bayi cukup bulan?
b. Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium?
c. Apakah bayi menangis atau bernapas?
d. Apakah tonus otot baik?
Penilaian bayi baru lahir juga dapat dilakukan dengan Apgar
Score. Berikut table penilaian apgar score.
Tabel 2.1.4
Penilaian Apgar Score Tanda
Skor
Tanda
0 1 2
Appearance (warna kulit) Biru, Tubuh Seluruh tubuh
Pucat kemerahan , kemerahan
Ekstremitas biru
Pulse (Denyut Jantung) Takada Kurang dari 100 Lebih dari 100
x/menit x/menit
Grimace (reflek terhadap Takada Meringis Batuk, bersin
rangsangan)
Activity (Tonus Otot) Lemah Fleksi pada Gerakan aktif
ekstremitas
Respiration (Upaya Takada Tak teratur Menangis baik
bernafas)
Sumber : Arfiana, dkk, 2016
Setiap variabel diberi nilai 0, 1, atau 2 sehingga nilai tertinggi
adalah 10. Nilai 7-10 pada menit pertama menunjukkan bahwa bayi
sedang berada dalam kondisi baik. Nilai 4–6 menunjukkan adanya
depresi sedang dan membutuhkan beberapa jenis tindakan resusitasi.
Nilai 0–3 menunjukkan depresi serius dan membutuhkan resusitasi
segera dan mungkin memerlukan ventilasi (Sondakh, 2015).
58

3. Menjaga Bayi Tetap Hangat


Mekanisme kehilangan panas tubuh bayi baru lahir
1) Evaporasi adalah jalan utama bayi kehilangan panas.
Kehilangan panas dapat terjadi karena penguapan cairan ketuban
pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena
1) Setelah lahir tubuh bayi tidak segera dikeringkan,
2) Bayi yang terlalu cepat dimandikan, dan
3) Tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselimuti.
2) Konduksi adalah kehilangan panas tubuh bayi melalui kontak
langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin.
3) Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi
terpapar udara sekitar yang lebih dingin.
4) Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi
ditempatkan dekat benda-benda yang mempunyai suhu lebih
rendah dari suhu tubuh bayi.
4. Perawatan Tali Pusat
Lakukan perawatan tali pusat dengan cara mengklem dan
memotong tali pusat setelah bayi lahir, kemudian mengikat tali pusat
tanpa membubuhkan apapun.
5. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
MenurutKemenkes (2015), Segara setelah bayi lahir dan tali
pusat diikat, gunakan topi pada bayi di letakkan secara tengkurap di
dada ibu kontak langsung antara dada bayi dan kulit dada ibu. Bayi
akan merangkak mencari puting susu dan menyusu. Suhu ruangan
tidak boleh kurang dari 26oC. Keluarga memberi dukungan dan
membantu ibu selama proses IMD.
6. Pencegahan Infeksi Mata
Dengan memeberikan salep mata antibiotika tetrasiklim 1%
pada ke dua mata setelah satu jam kelahiran bayi.
59

7. Pemberian Imunisasi
Pemberian Vitamin K pada BBL untuk mencegah terjadinya
perdarahan karena defesiensi. BBL yang lahir normal dan cukup
bulan berikan Vit.K 1 mg secara IM di paha kanan lateral. Imunisasi
HB0 untuk pencegahan infeksi hepatitis B terhadap bayi. Pemberian
imunisasi pada bayi baru lahir dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.5.4
Pemberian Imunisasi pada Bayi Baru Lahir
Vaksin Umur Penyakit yang Dapat Dicegah
HEPATITIS 0-7 hari Mencegah hepatitis B (kerusakan hati)
B
BCG 1 bulan Mencegah TBC (Tuberkulosis) yang berat
POLIO 1-4 bulan Mencegah polio yang dapat menyebabkan lumpuh
layu pada tungkai dan lengan
DPT (Difteri, 2-4 bulan Mencegah difteri yang menyebabkan
Pertusis, penyumbatan jalan nafas, mencegah pertusis atau
Tetanus) batu krejan (batuk 100 hari) dan mencegah tetanus

CAMPAK 9 bulan Mencegah campak yang dapat mengakibatkan


komplikasi radang paru, radang otak, dan
kebutaan
Sumber :Kemenkes RI. 2015
2.5.5 Penatalaksanaan Pada Bayi Baru Lahir
a. Membersihkan jalan napas
Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir.
Apabila tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan
jalan napas dengan cara sebagai berikut :
1) Letakkan bayi pada posisi telentang di tempat yang keras dan
hangat.
2) Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher
bayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala diatur
lurus sedikit tengadah ke belakang.
3) Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan
jari tangan yang dibungkus kasa steril.
60

4) Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit
bayi dengan kain kering dan kasar. Dengan rangsangan ini
biasanya bayi segera menangis.
5) Alat penghisap lendir mulut (De Lee) atau alat penghisap lainnya
yang steril, tabung oksigen dengan selangnya harus sudah
ditempat.
6) Segera lakukan usaha menghisap mulut dan hidung
7) Memantau dan mencatat usaha bernapas yang pertama (APGAR
skor), warna kulit, adanya cairan atau mekonium dalam hidung
atau mulut.
b. Memotong dan merawat tali pusat
Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir tidak
begitu menentukan dan tidak akan mempengaruhi bayi, kecuali pada
bayi kurang bulan. Apabila bayi lahir tidak menangis, maka tali
pusat segera dipotong untuk memudahkan melakukan tindakan
resusitasi pada bayi. Tali pusat dipotong 5 cm dari dinding perut bayi
dengan gunting steril dan diikat dengan pengikat steril. Sebelum
memotong tali pusat, dipastikan bahwa tali pusat telah diklem
dengan baik, untuk mencegah terjadinya perdarahan. Association of
Woman’s Health, Obstetric and Neonatal Nurses (AWHONN)
merekomendasikan untuk perawatan tali pusat menggunakan air
steril. Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air
steril dan segera keringkan secara seksama dengan meggunakan kain
bersih.
c. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Pada waktu bayi lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu
badannya, sehingga membutuhkan pengaturan dari luar untuk
membuatnya tetap hangat. Mengeringkan bayi pada saat lahir
membantu mengurangi hilangnya panas melalui evaporasi. Kontak
antara kulit bayi dan kulit ibu, misalnya meletakkan bayi di atas
perut ibu ketika lahir, dapat menolong bayi mempertahankan panas.
61

Untuk menghindari kehilangan panas yang berlebihan dapat


dilakukan dengan menyelimuti bayi menggunakan selimut penahan
panas, membedong bayi, atau memakaikan baju yang longgar.
Penting sekali untuk menutup kepala bayi, dan topi dengan bahan
penahan panas lebih efektif digunakan dibandingkan dengan topi
rajutan dalam mencegah kehilangan panas. Jangan segera
memandikan bayi. Bayi sebaiknya dimandikan enam jam setelah
lahir. Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama setelah lahir
dapat menyebabkan hipotermia yang sangat membahayakan
kesehatan bayi baru lahir.
Praktik memandikan bayi yang dianjurkan adalah :
1) Tunggu sedikitnya 6 jam setelah lahir sebelum memandikan bayi
(lebih lama jika bayi mengalami asfiksia atau hipotermi)
2) Sebelum memandikan bayi, periksa bahwa suhu tubuh stabil
(suhu aksila antara 36,5º C – 37,2º C). Jika suhu tubuh bayi masih
dibawah 36,5º C, selimuti kembali tubuh bayi secara longgar,
tutupi bagian kepala dan tempatkan bersama ibunya di tempat
tidur atau lakukan persentuhan kulit ibu – bayi dan selimuti
keduanya. Tunda memandikan bayi hingga suhu tubuh bayi tetap
stabil dalam waktu (paling sedikit) satu jam.
3) Tunda untuk memandikan bayi yang sedang mengalami masalah
pernapasan
4) Sebelum bayi dimandikan, pastikan ruangan mandinya hangat dan
tidak ada tiupan angin. Siapkan handuk bersih dan kering untuk
mengeringkan tubuh bayi dan siapkan beberapa lembar kain atau
selimut bersih dan kering untuk menyelimuti tubuh bayi setelah
dimandikan.
5) Memandikan bayi secara cepat dengan air bersih dan hangat
6) Segera keringkan bayi dengan menggunakan handuk bersih dan
kering
7) Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat
62

d. Pemberian ASI dini


Memberikan ASI dini akan memberikan keuntungan yaitu:
1) Merangsang produksi ASI
Rangsangan isapan bayi pada puting susu ibu akan
diteruskan oleh serabut syaraf ke hipofise anterior untuk
mengeluarkan hormon prolaktin (hormon ini yang memacu
payudara untuk menghasilkan ASI.
2) Memperkuat reflek menghisap
3) Mempererat hubungan batin ibu dan bayi (membina ikatan
emosional dan kehangatan ibu-bayi).
4) Memberikan kekebalan pasif yang segera kepada bayi melalui
kolostrum.
5) Merangsang kontraksi uterus dan mencegah terjadi perdarahan
pada ibu.
e. Memberikan vitamin K
Kejadian perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi
baru lahir dilaporkan cukup tinggi, berkisar 0,25 - 0,5%. Untuk
mencegah terjadinya perdarahan tersebut, semua bayi baru lahir
normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin K.
f. Memberi obat tetes/salep mata
Di beberapa negara perawatan mata bayi baru lahir secara
hukum diharuskan untuk mencegah terjadinya oftalmia neonatorum.
Di daerah dimana prevalensi gonore tinggi, setiap bayi baru lahir
perlu diberi salep mata sesudah 5 jam bayi lahir. Pemberian obat
mata eritomisin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan untuk
pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular
seksual).
g. Identifikasi bayi
Apabila bayi dilahirkan di tempat bersalin yang persalinannya
mungkin lebih dari satu persalinan, maka sebuah alat pengenal harus
diberikan kepada setiap bayi baru lahir dan harus tetap di tempatnya
63

sampai waktu bayi dipulangkan. Alat yang digunakan hendaknya


kebal air dengan tepi yang harus tidak mudah melukai, tidak mudah
sobek, dan tidak mudah lepas. Pada alat/gelang identifikasi harus
tercantum nama (bayi/nyonya), tanggal lahir, nomor bayi, jenis
kelamin dan nama ibu. Di setiap tempat tidur harus diberi tanda
dengan mencantumkan nama, tangtanggal lahir dan nomor identitas.
Prawirohardjo (2016)
2.5.6 Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir
1. Pengkajian Fokus
Menurut Doenges (2015), pengkajian dasar pada neonatus
cukup bulan meliputi :
a. Aktivitas/istirahat
Aktivitas spontan, status terjaga yang terlihat
(mengantuk, sadar aktif, sadar diam, menangis), status tidur
yang terlihat (tidur dalam, tidur sebentar).
b. Sirkulasi
Nadi apikal, bunyi jantung (murmur), warna kulit
(kebiruan, belang-belang, abu-abu), sianosis (lokasi, efek
menangis), haemoglobin, hematokrit.
c. Integritas ego
Area umum dari masalah perhatian terhadap rangsang
(penglihatan, auditorium), kebiasaaan terhadap rangsang,
perilaku sosial/keinginan untuk digendong.
d. Eliminasi
Bising usus, abdomen (utuh, lunak, masa), anus (paten,
fisura, kista pilonidal), mekonium keluar (waktu), urine (waktu
pertama berkemih, jumlah/frekuensi, warna).
e. Makanan/cairan
Berat badan, panjang badan, kulit (lembab/kering, turgor),
fontanel (normal, tertekan), kekuatan refleks (menghisap,
menelan), muntah.
64

f. Hygiene
Bayi tidak mampu merawat diri dan tergantung secara total
(tingkat 4
g. Neurosensori
Tingkat kesadaran, respons terhadap rangsang, menangis
(kekuatan, karakter), respons pendengaran dan pengelihatan,
tonus otot, refleks.
h. Nyeri/ketidaknyamanan
Observasi (tidak dites untuk) respons terhadap rangsang
nyeri : gelisah, iritabilitas, menangis konstan.
i. Pernapasan
APGAR skor 1 menit dan 5 menit, frekuensi pernapasan,
bunyi napas, pernapasan cuping hidung,
j. Keamanan
Tipe kelahiran, suhu, kulit (tekstur, lembab/kering, warna,
verniks kaseosa,), tali pusat (jumlah pembuluh, warna,
perdarahan, eksudat, hernia, navel kutis), klavikula (utuh,
ikatan/krepitasi/lokasi), ekstremitas (kesamaan panjang,
jumlah jari), spinal (lurus, melengkung).
k. Seksualitas
Payudara (jarak, diameter areola), genitalia wanita (labia
mayor lebih besar dari labia minor, kemerahan, bengkak,
perdarahan), genitalia pria ( skrotum ada rugae , bengkak ,
testis turun)
2. Pemeriksaan Fisik
Pengkajian atau pemeriksaan fisik pada bayi dilakukan secara
menyeluruh. Pengkajian fisik pada bayi baru lahir merupakan
bagian dari prosedur perawatan bayi segera setelah lahir.
Pengkajian ini bertujuan untuk mengkaji adaptasi bayi baru lahir
dan untuk memastikan bayi dalam keadaan normal atau mengalami
penyimpangan (Muslihatun,2017).
65

a. Pengukuran
1) Lingkar kepala
Lingkar kepala diukur mulai dari bagian depan kepala
(diatas alis/area frontal) dan area oksipital. Lingkar kepala
normalnya 32-36,8 cm. Apabila lingkar kepala lebih kecil
dari pada lingkar dada dicurigai adanya mikrosefalus. Jika
lingkar kepala 4 cm lebih besar dari lingkar dada atau tetap
menetap atau bertambah meningkat selama beberapa hari,
maka harus dicurigai adanya hidrosefalus.
2) Lingkar dada
Lingkar dada pada bayi cukup bulan normalnya 30-33
cm. Sekitar 2 cm lebih kecil daripada lingkar kepala.
Pengukuran tepat dilakukan pada garis buah dada. Bila
lingkar kepala <30 cm perlu dicurigai adanya prematur.
a) Panjang badan
Panjang badan yang diukur dari puncak kepala sampai
tumit, pada bayi cukup bulan normalnya adalah 45-55
cm. Bila panjang badan <45 cm atau >55 cm perlu
dicermati adanya penyimpangan kromosom.
b) Berat badan
Berat badan pada bayi cukup bulan normalnya 2500-
4000 gram.
b. Pengukuran tanda-tanda vital
1) Suhu/temperatur
Sebaiknya mengukur temperatur melalui aksila, karena
mengukur temperatur melalui rektum dapat menyebabkan
perforasi pada mukosa. Temperatur normal adalah 36,5-
37,2°C.
2) Pernafasan
Pernafasan biasanya dimulai beberapa detik dari
kelahiran, Pernafasan yang normal pada bayi baru lahir
66

adalah berkisar 30-60 x/menit, pengukuran dilakukan


selama 60 detik (1 menit). Pengukuran dilakukan dengan
menghitung 60 detik penuh untuk mendeteksi
ketidakteraturan dalam kecepatan. Kecepatan pernafasan
dipengaruhi seperti menangis. Bila tidak terjadi pernafasan
yang teratur menunjukan suatu kelainan yaitu asfiksia.
3) Nadi
Denyut nadi normal pada bayi baru lahir adalah 110-160
x/menit. Pengukuran juga dilakukan dengan menghitung
selama 60 detik.
c. Kondisi Umum
Yang perlu diperhatikan dalam kondisi umum meliputi:
1) Keadaan umum : kesadaran dan keaktifan
2) Kulit : pada bayi baru lahir kulit tampak berwarna merah.
Observasi warna kulit bayi dalam hubungannya dengan
perubahan aktifitas, posisi dan temperatur. Pada umumnya
bayi akan memerah jika dia menangis , penurunan temperatur
dapat meningkatkan derajat sianosis karena vasokontriksi
(Maryunani dkk,2008; h.74)
d. Pemeriksaan bagian tubuh (pemeriksaan fisik)
1) Kepala
Ubun-ubun besar, ubun-ubun kecil, sutura, moulase,
caput succedaneum, cephal hematome, hidrosepalus. Berikut
ini merupakan tabel perbedaan antara caput succedenum dan
caput cephalhematoma :
67

Tabel 2.1.6
Perbedaan caput succedenum dan cephalhematoma
Caput succedenum Cephalhematoma
a) Muncul pada saat lahir a) Muncul beberapa jam
b) Tidak bertambah besar setelah lahir
c) Hilang dalam beberapa hari b) Lebih besar hari ke-2
d) Batas tidak jelas atau ke-3
e) Kadang-kadang melewati c) Hilang setelah 6
sutura minggu
f) Penyebab: bengkak d) Batas tegas
melewati jaringan lunak e) Tidak pernah lewat
g) Komplikasi: tidak ada sutura
f) Penyebab : perdarahan
subperiosteal
g) Komplikasi: ikterus,
fraktur, perdarahan
intrakranial, syok.
Maryunani dkk (2018)
2) Mata
Ukuran, bentuk (strabismus, pelebaran efikantus),
kesimetrisan, bengkak pada kelopak mata, perdarahan
subkonjungtiva.
3) Telinga
Kesimetrisan letak dihubungkan dengan mata dan kepala
serta adanya gangguan pendengaran
4) Hidung
Bentuk hidung, pola pernafasan, kebersihan
5) Mulut
Bentuk simetris/tidak, mukosa mulut kering/basah, lidah,
palatum, bercak putih pada gusi, refleks menghisap, ada
labio/palatoskisis
6) Leher
Bentuk simetris/tidak, adakah pembengkakan dan
benjolan, kelainan tiroid.
68

7) Klavikula dan lengan tangan


Adakah fraktur klavikula, gerakan, jumlah jari.
8) Dada
Bentuk dan kelainan bentuk dada, puting susu, gangguan
pernafasan, auskultasi bunyi jantung, dan pernafasan.
9) Abdomen
Penonjolan sekitar tali pusat pada saat menangis,
perdarahan tali pusat, dinding perut dan adanya benjolan,
gastroskisis, omfalokel, bentuk simetris/tidak, palpasi hati,
ginjal.
10) Genetalia
Kelamin laki-laki: skrotum sudah turun, urifisium uretra
diujung penis (fimosis, hipospadia/epispadia).
Kelamin perempuan: labia mayora, labia minora,
orifisium vagina, orifisium uretra, sekret dan lain-lain.
11) Tungkai dan kaki
Gerakan, bentuk simetris/tidak, jumlah jari (sindaktili,
polidaktili)
12) Anus
Berlubang/tidak, posisi, fungsi sfingter ani, adanya
atresia ani.
13) Punggung
Bayi tengkurap, raba kurvatura kolumna vertebralis,
pembengkakan, spina bifida.
14) Pemeriksaan kulit
Verniks caseosa, lanugo, warna, udema, bercak tanda
lahir, memar (Muslihatun, 2016)
e. Refleks pada bayi baru lahir
Refleks yaitu suatu gerakan yang terjadi secara otomatis
dan spontan tanpa disadari pada bayi normal. Berikut ini tabel
refleks yang biasa ditemukan pada neonatus normal :
69

Tabel 2.1.7
Refleks pada bayi baru lahir
Refleks Cara merangsang Keterangan
Refleks Sentuhkan puting Bayi secara otomatis akan
menghisap susu ke ujung mulut menghisap benda yang ditempatkan
(sucking) bayi di mulut mereka. Hilang setelah 3-4
bulan.
Refleks Sentuh bibir, pipi Bayi itu memalingkan kepalanya ke
mencari/ atau sudut mulut arah benda yang menyentuhnya,
memutar dengan Puting dalam upaya menemukan sesuatu
(rooting) yang dapat dihisap. Hilang setelah 3-
4 bulan.
Refleks Beri bayi minum Otot-otot tenggorokan menutup
menelan trakea dan membuka esofagus ketika
(swallowing) minuman berada dalam mulut.
Refleks akan menetap.
Refleks Tempatkan jari di Jari-jarinya akan langsung
menggengan telapak tangan bayi menggenggam sangat kuat. Hilang
(graps) pada bulan ketiga. Tidak adanya
reflex ini menegaskan penyakit
serebral.
Tonik leher Gerakkan kepala bayi Lengan pada sisi tersebut akan lurus
ke samping dan lengan yang berlawanan akan
menekuk. Refleks muncul pada
bulan pertama dan hilang pada bulan
keenam. Jika reflex ini menetap
hingga usia > 6 bulan menandakan
gangguan pada neuron motorik atas.
Refleks moro Bayi dikejutkan Seluruh tubuhnya bereaksi dengan
dengan gerakan yang gerakan mengayunkan/merentangkan
mendadak atau suara lengan dan kaki seolah ia akan
70

yang keras meraih sesuatu dan menariknya


dengan cepat ke arah dada dengan
posisi tubuh meringkuk seperti
berpegangan dengan erat,mendorong
kepala ke belakang, membuka mata,
dan mungkin menangis. Hilang pada
usia 3-4 bulan. Jika menetap setelah
4-6 bulan bayi menderita penyakit
serebral.
Refleks Biarkan telapak kaki Bayi akan melakukan gerakan seperti
berjalan bayi menyentuh berjalan. Akan menurun pada usia 1
dan melangkah permukaan yang keras minggu dan hilang setelah usia 2
(stepping) bulan.
Refleks Baringkan bayi Bayi akan melakukan gerakan
merangkak dengan tengkurap merangkak dengan menggunakan
(crawling) lengan dan tungkainya.
Knee jerk Dengan perlahan Tungkai bawah akan mengedut ke
tepuk lutut depan. Menetap seumur hidup.
Ekstensi Bayi dengan posisi Bayi dengan cepat menekukan dan
menyilang telentang, pemeriksa meluruskan kaki yang berlawanan
meluruskan salah satu sebagai usaha untuk mendorong
kaki bayi dan rangsangan menjauh dari kaki yang
merangsang telapak lain.
kaki dengan
menjentikkan jari
Babinsky Menggoreskan telapak Jari-jari akan mengembang dan jari
(Plantar) kaki dimulai dari kaki yang besar menekuk untuk hasil
tumit lalu sisi lateral yang positif. Menetap sampai usia 2-
kearah atas. 4 tahun.
Refleks daya Bayi diangkat dengan Kepala akan tengadah dan jatuh ke
tarik (traksi) pergelangan belakang
71

tangan dari posisi


telentang
Inkurvasi Atur posisi bayi Fleksi lateral searah usapan.
badan tengkurap, usap Hilang setelah 2-3 bulan
punggung membentuk
garis,4-5 cm dari
tulang belakang
Perry (2017)
2.5.7 Kewenangan Bidan dalam Asuhan BBL
Dalam Undang - undang Kebidanan No. 4 Tahun 2019 bagian
kedua tentang tugas dan wewenang pasal 46 menjelaskan bahwa
dalam menyelenggarakan Praktik Kebidanan, Bidan bertugas
memberikan pelayanan yang meliputi :
1. Pelayanan kesehatan ibu;
2. Pelayanan kesehatan anak;
3. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana;
4. Pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang, dan/atau
5. Pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu.
Hal lain juga disebutkan pada paragraf dua tentang Pelayanan
Kesehatan Anak pasal 50. Dalam menjalankan tugas memberikan
pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud dalam pasal 46 ayat
(1) huruf b, Bidan berwenang :
1. Memberikan Asuhan Kebidanan Neonatus pada bayi baru lahir,
bayi, balita dan anak prasekolah.
2. Memberikan imunisasi sesuai program Pemerintah Pusat.
3. Melakukan pemantauan tumbuh kembang pada bayi, balita dan
anak prasekolah serta deteksi dini kasus penyulit, gangguan
tumbuh kembang dan rujukan.
4. Memberikan pertolongan pertama kegawatdaruratan pada bayi baru
lahir yang dilanjutkan dengan rujukan.
72

Pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28


Tahun 2017 Pasal 20 :
1) Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18
huruf b diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak
pra sekolah.
2) Dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Bidan berwenang melakukan:
a. Pelayanan neonatal esensial
b. Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan
c. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak pra
sekolah
d. Konseling dan penyuluhan.
3) Pelayanan noenatal esensial sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a meliputi inisiasi menyusui dini, pemotongan dan perawatan
tali pusat, pemberian suntikan Vit K1, pemberian imunisasi B 0,
pemeriksaan fisik bayi baru lahir, pemantauan tanda bahaya,
pemberian tanda identitas diri, dan merujuk kasus yang tidak dapat
ditangani dalam kondisi stabil dan tepat waktu ke Fasilitas
Pelayanan Kesehatan yang lebih mampu.
4) Penanganan kegawat daruratan, dilanjutkan dengan perujukan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi:
a. Penanganan awal asfiksia bayi baru lahir melalui pembersihan
jalan nafas, ventilasi tekanan positif, dan/atau kompresi jantung.
b. Penanganan awal hipotermia pada bayi baru lahir dengan bblr
melalui penggunaan selimut atau fasilitasi dengan cara
menghangatkan tubuh bayi dengan metode kangguru.
c. Penanganan awal infeksi tali pusat dengan mengoleskan alcohol
atau povidon iodine serta menjaga luka tali pusat tetap bersih
dan kering.
d. Membersihkan dan pemberian salep mata pada bayi baru lahir
dengan infeksi gonore (go).
73

2.5.8 Aplikasi manajemen asuhan kebidanan bayi baru lahir


Keputusan Menteri Kesehatan No. 938 tahun 2007 telah
menetapkan bahwa model pencatatan yang digunakan dalam asuhan
kebidanan dalam bentuk SOAP (Subjektif, Objektif, Analisa dan
Penatalaksanaan)
a. Subjektif (S)
Dilakukan pengkajian tentang identitas bayi, usia, tanggal
dan jam lahir, jenis kelamin. Identitas orangtua, nama, usia, alamat,
pendidikan, agama, pekerjaan. Riwayat kehamilan meliputi paritas,
HPHT, taksiran partus, riwayat ANC, riwayat imunisasi TT.
Riwayat persalinan, tanggal persalinanm jenis persalinan, lama
persalinan, penolong, ketuban, dan komplikasi persalinan. Riwayat
penyakit, penyakit keturunan penyakit yang pernah diderita.
b. Objektif (O)
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik,
hasil laboratorium, dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam
data focus untuk mendukung assesment.
c. Analisa (A)
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan
analisis dan interpretasi, objektif dalam suatu identifikasi. Yaitu:
Diagnosis/masalah, antisipasi diagnosis lain/masalah potensial.
d. Penatalaksanaan (P)
Penatalaksanaan ini dilakukan berdasarkan hasil kesimpulan
dan evaluasi terhadap keputusan klien yang diambil dalam rangka
mengatasi masalah klien dan memenuhi kebutuhan klien.
Pemantauan ulang dilakukan pada bayi untuk mengetahui kondisi
apakah mengalami perubahan atau tidak dengan melakukan
pemeriksaan fisik, tanda-tanda vital: seperti denyut jantung, suhu,
pernafasan serta pengukuran antropometri yaitu: berat badan,
lingkar kepala, panjang badan, lingkar dada, lingkar perut, lingkar
lengan atas.
74
75

BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1. KASUS TERKAIT


Ny P G1P0A0H0, umur 25 tahun, usia kehamilan 38-39 minggu dengan
Anemia Ringan
3.2. PENGKAJIAN

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL


TRIMESTER III G1P0A0H0

Tempat Praktek/Ruang : Di Praktek Nursaktila, S.Keb


Nomor MR : 06-129
Masuk RS/klinik. H/Tgl : 08 Januari 2024
Pembimbing lahan/CI : Bdn. Subang Aini Nst, S.Keb.,M.Kes
Pengkajian tanggal : 08 januari 2024 Jam: 13.00 Wib
Oleh : Nursaktila
Sumber data : Primer

A. LANGKAH I : PENGKAJIAN / PENGUMPULAN DATA


1. DATA SUBJEKTIF / ANAMNESE :
17 Januari 2024 jam 13.00
BIODATA
- Nama Ibu : Ny. Putri - Nama Suami : Tn. Andre
- Umur : 25 th - Umur : 27 th
- Pendidikan : SI - Pendidikan : SI
- Agama : Islam - Agama : Islam
- Suku : Melayu - Suku : Melayu
- Alamat : Ds. Tb. Baru - Alamat : Ds. Tb. Baru
KELUHAN UTAMA ( 5 W, 1 H )
 Alasan kunjungan : Periksa kehamilan disertai dengan
Pusing, sering mengantuk
76

 Aminorrhoe : Ya
 Keluhan saat ini : Pusing, sering mengantuk
RIWAYAT OBSTETRI :
75
RIWAYAT MENSTRUASI
- HPHT : 14-04-2023
- TP : 20-01-2024
- Usia Kehamilan : 38 -39 minggu
- Menarche : 13 tahun
- Siklus : 28 hari
- Jumlah : normal
- Lama : 5-6 hari
- Sifat darah : normal
- Gg. Haid : tidak ada
RIWAYAT KEHAMILAN SEKARANG

 Trimester I
- Periksa ke : KLinik
- Oleh : dokter
- Frekwensi :1
- TT (jk sdh diberikan) : 3 xTanggal : 10/08/2023
- Keluhan:

- Mual muntah : Tidak


- Pusing : ya
- Nafsu makan : berkurang
- Keluar darah :-
- Sering BAK :-
- Lain-lain :-
- Penkes yang diberikan : Makanan-makanan yang
bernutrisi dan bergizi tinggi, khususnya yang kaya zat
besi dan asam folat
77

 Trimester II
- Periksa ke : Puskesmas
- Oleh : Bidan
- Frekwensi : 2 Kali
- TT : TT3
- Tanggal : 10-08-2023
- Keluhan:
- Mual muntah : Tidak
- Pusing / sakit kepala : Iya
- Mata kabur : Tidak
- Hipertensi : Tidak
- Nafsu makan : Tidak
- Nyeri ulu hati : Tidak
- Keputihan (patologis) : Tidak
- Keluar darah : Tidak
- Lain-lain : Tidak
- Penkes yang diberikan : Makan-makan yang kaya
akan zat besi, asam folat, mengkonsumsi vit c dan
tablet Fe
 Trimester III
- Periksa ke : Puskesmas
- Oleh : Bidan
- Frekwensi : 2 Kali
- TT :- Tanggal :-
- Keluhan:
- Mual muntah : Tidak
- Pusing / sakit kepala : Iya
- Nafsu makan : Berkurang
- Keluar darah : Tidak
- Keputihan (patologis) : Tidak
78

- Bengkak pd muka/kaki : Tidak


- Hipertensi : Tidak
- Kontraksi (brackton hick) : Tidak
- Lain-lain : Tidak
- Penkes yang diberikan : Makan-makanan yang kaya zt
besi, asam folat, mengkonsumsi vit C dan tablet Fe
 Riwayat pergerakan anak :

- Mulai dirasakan : Iya


- Frekwensi : ± 10 kali/jam
- Durasi :-
- Pergerakan anak dalam 24 jam terakhir : Ada
- Keluhan yg dirasakan: Tidak ada
RIWAYAT OBSTETRI YANG LALU

HAMIL PERSALINAN NIFAS


K Periksa Umur Komplikasi Thn Jenis Penolong Komplikasi BB/ J Komplikasi Laktasi
e Ke Kehamilan Persalinan Ibu dan Bayi PB K Ibu dan
Anak
-
- - - - - - - - - - -

RIWAYAT PERKAWINAN
 Perkawinan yang ke :1
 Status perkawinan : Sah
 Lama perkawinan : 1 tahun
 Apakah kehamilan ini diinginkan : Iya

RIWAYAT PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI KB


 Akseptor KB : Tidak ada
 Jenis alkon KB yg dipakai : Tidak ada
 Lama memakai alkon KB :-
 Alasan melepaskan alkon KB :-
 Keluhan yang dirasakan :-
 Apakah ibu diketahui hamil ketika masih ber-KB : -
79

RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG


 Penyakit sistemik :
 Hipertensi : Tidak ada
 Asma : Tidak ada
 Jantung : Tidak ada
 Hepatitis : Tidak ada
 Ginjal : Tidak ada
 Dm : Tidak ada
 Dll (sebutkan) : Tidak ada
 penyakit menular sexual (PMS) :
 HIV / AIDS : Tidak ada
 Gonorrhoea : Tidak ada
 Siphilis : Tidak ada
 Kondiloma Akuminata : Tidak ada
 Herpes : Tidak ada
 Penyakit infeksi :
 TBC : Tidak ada
 TORCH : Tidak ada
 Campak : Tidak ada
 ISK : Tidak ada
 Demam/kejang : Tidak ada
 dll (sebutkan) : Tidak ada
 Gangguan jiwa (psikis) : Tidak ada
 Kecemasan : Tidak
 Depresi : Tidak
 Psikosa : Tidak
 dll (sebutkan) : Tidak
 Riwayat operasi
 Appendix : Tidak ada
 SC : Tidak ada
80

 KET : Tidak ada


 Laparatomy : Tidak ada
 dll (sebutkan) : Tidak ada
RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
 Hipertensi : Tidak ada
 Asma : Tidak ada
 Jantung : Tidak ada
 Hepatitis : Tidak ada
 Ginjal : Tidak ada
 DM : Tidak ada
 Keturunan kembar : Tidak ada
 Penyakit psikis (kejiwaan) : Tidak ada
 Cacat bawaan :Tidak ada
 dll (sebutkan) : Tidak ada
RIWAYAT POLA AKTIVITAS IBU SEHARI-HARI
NUTRISI
 Makan :
- Frekwensi : 3x Sehari
- Banyaknya : Sepiring
- Keluhan/pantangan : Tidak Ada
- Menu seimbang (sebutkan) : Nasi, sayur, lauk
 Minum :
- Frekwensi : 8x sehari
- Banyaknya : 1 gelas
- Minum susu : Ya
- Minuman yang bergas : Tidak
ELIMINASI
 BAB
- Frekwensi : 1Kali
- Banyaknya : Normal
- Konsistensi : Normal
81

- Warnanya : Kuning kecoklatan


- Baunya : Normal
- Keluhan (sebutkan) : Tidak ada
 BAK
- Frekwensi : 6 x sehari
- Banyaknya : Normal
- Warna : Kuning
- Baunya : Normal
- Konsistensi BAK : Normal
- Keluhan (sebutkan) : Tidak ada
PERSONAL HIGIENE
 Mandi
- Frekwensi mandi : 2x
- Gosok gigi : Ya
- Keramas/Mandi : 2 hari sekali
- Keluhan (sebutkan) : Tidak ada
 Vulva hygiene
- Cara cebok : Pakai air bersih
- Pemakaian pembersih / obat-obatan pd vagina :
Tidak
- Keluhan (sebutkan) : Tidak ada
 Ganti pakaian
- Ganti pakaian dalam :
* BH : Ya
* Celana dalam : Ya
- Ganti baju
* Frekuensi : Sesuadah mandi
* Jenis pakaian : Katun
ISTIRAHAT / TIDUR
 Tidur malam : 8 jam
 Tidur / istirahat siang : 1 jam
82

 Gangguan/keluhan tidur (sebutkan) : Tidak ada


PEKERJAAN RUMAH
 Dibantu / tidak : Ya
 Jenis pekerjaan : Pekerjaan rumah tangga
 Mengangkat yang berat : Tidak
 Pkj RT yang memberatkan ibu saat kehamilan ini
:Tidak ada
OLAHRAGA / REKREASI
 Olahraga
- Frekwensi : 1x seminggu
- Jenis olahraga : Senam hamil
- Lama olahraga : Setengah jam
- Senam hamil : Ya
- Keluhan (sebutkan) : Tidak ada
 Rekreasi
- Rekreasi : Tidak ada
- Frekwensi :-
- Kemana :-

HUBUNGAN SEKSUAL
- Frekwensi :1x seminggu
- Penurunan libido : Ya
- Apakah hub.sex mengganggu kenyamanan ibu : Tidak
- Keluhan:
* Disparenia : Tidak ada
* Keluar darah post coitus : Tidak ada
* dll (sebutkan) : Tidak ada
DATA SOSIO, EKONOMI, KULTURAL & SPIRITUAL
SOSIAL
 Hubungan ibu dengan suami : Baik
 Hubungan ibu dengan keluarga : Baik
 Hubungan ibu dengan tetangga : Baik
83

 Mengikuti kegiatan dalam masyarakat : Iya (Yasinan)

EKONOMI
 Persiapan dana untuk persalinan : Suami
 Persiapan pakaian ibu dan bayi : Suami
 Persiapan dana tak terduga (keperluan mendadak) :
Ada
 Memiliki asuransi (Askes/Jamsostek/Askeskin) :
Tidak ada
KULTURAL
 Kepercayaan terhadap mistik : Tidak ada
 Kepercayaan yang bertentangan dengan kesehatan :
Tidak ada
 Kebiasaan yang bertentangan dengan
kesehatan (miras, narkoba, jamu, dll) :
Tidak ada
SPIRITUAL
 Percaya kepada tuhan YME : Ya
 Pelaksanaan ibadah rutin : Ya

2. DATA OBJEKTIF :
08 Januari 2024 jam 13.10
DATA UMUM
 Sikap tubuh : Normal
 Cara jalan : Normal
 BB sebelum hamil: 65 kg
 BB Sekarang : 77 kg
 TB : 163 cm
 TTV:
- TD : 110/60 mmhg - Nadi : 110x/i
- Suhu : 36,5 - Nafas : 20x/i
 Lila : 29,5 cm
84

 Kesadaran : Compos mentis


 K/U : Baik

DATA KHUSUS
 INSPEKSI (head to toe)
o Kepala
o Rambut :
- Ketombe : Tidak ada
- Rontok : Tidak ada
- Kebersihan : Bersih
o Muka :
- Oedema : Tidak
- Cloasma gravidarum : Tidak ada
o Mata
- Konjungtiva : Merah muda
- Sklera : Tidak ikterik
- Palpebra : Normal
o Hidung
- Polip : Tidak ada
- Obstruksi : Tidak ada
- kelainan/cacat : Tidak ada
- Pengeluaran : Tidak ada
- Kebersihan : Bersih
o Mulut
- Gigi :
* Caries : Tidak ada
* Karang gigi : Tidak ada
* Kebersihan : Tidak ada
- Gusi :
* Epulis : Tidak ada
* Sariawan : Tidak ada
85

* Warna : Merah muda

- Lidah
* Warna : Merah muda
* Kebersihan : Bersih
- Bibir :
* Kering/pecah-pecah : Tidak ada
* Sariawan : Tidak ada
o Telinga
- Bentuk : Normal
- Pengeluaran : Tidak ada
- Kebersihan : Bersih
o Leher
- Kelenjar tyroid : Tidak ada pembesaran
- Kelenjar limpe : Tidak ada pembesaran
- Hiperpigmentasi kulit leher : Tidak ada
o Dada
o Mamae :
- Bentuk kiri/kanan : Simetris
- Puting : Menonjol
- Areola mamae : Menghitam
- Kel.montgomery : Normal
- Massa : Tidak ada
o Jantung
- Irama : Ritmis
- lain-lain (sebutkan) : Tidak ada
o Paru

- Wheezing : Tidak ada


- Ronkhi : Tidak ada
o Punggung
86

- Bentuk : Tegap
- Kelainan tlg belakang : Tidak ada

o Perut
- Striae lividae : Tidak ada
- Linea alba : Tidak ada
- Linea nigra : Tidak ada
- Bekas operasi : Tidak ada
- Arah pembesaran perut (kanan/kiri): Kedepan
- Lain-lain (sebutkan) : Tidak ada
o Tangan
- Eritema palmaris : Tidak ada
- Spider nevi : Tidak ada
- Oedema : Tidak ada
o Kaki
- Varices : Tidak ada
- Oedema : Tidak ada
 PALPASI
o Leopold I (sda) : Dilakukan
- Tujuan : Untuk mengetahui usia kehamilan
dan bagian janin apa yang terdapat di atas
perut ibu (fundus uteri)
- Hasil : TFU pertengahan pusat dan
proxesus xipoideus, teraba bagian lunak,
agak lunak, tidak melenting pada fundus uteri
o Leopold II ( sda) : Dilakukan
- Tujuan : Untuk menentukan bagian kanan
dan kiri dari perut ibu dan bagian kecil janin
- Hasil : Pada bagian kanan perut ibu teraba
keras, panjang seperti paapan yaitu punggung
sedangkan pada bagian kiri teraba bagian
87

kecil janin.

o Leopold III (sda) : Dilakukan


- Tujuan : Untuk menentukan apa yang
terdapat di bagian bawah dan apakah bagian
bawah sudah masuk PAP
- Hasil : Pada bagian terendah janin teraba
bagian yang bulat, melenting keras dan dapat
digoyangkan.
o Leopold IV (sda): Dilakukan
- Tujuan : Untuk menentukan apa yang
menjadi bagian bawah dan berapa masuknya
bagian bawah ke dalam rongga panggul
- Hasil : Belum masuk PAP
- TFU (cm) : 34 cm
- TBJ : 2900 gr
o Kontraksi (brackton hick):
- Teraba : Tidak Ada
- Frekwensi : Tidak Ada
- Durasi : Tidak Ada
- Interval : Tidak Ada
 AUSKULTASI
o D J J : tidak dilakukan
- Frekwensi : 130x/i
- Irama : ritmis
- Durasi : Menit
- Interval : Teratur
- Kekuatan : Kuat
o Punktum maksimum : Dilakukan
 PERKUSI
88

o Reflek patella kiri / kanan : +/+

 INSPEKULO (anogenetal)
o Perineum : Elastis

o Vulva
- Warna : Merah muda
- Varises : Tidak ada
- Kel. Bartolini : Tidak ada
- Kel. Skene : Tidak ada
* Bengkak : Tidak
* Kelainan : Tidak
* Nyeri : Tidak
o Vagina
- Pengeluaran : Tidak ada
- Warna : Merah muda
- Luka/laserasi : Tidak ada
o Cervik
- Warna : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Polip : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Luka/laserasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
- lain-lain (sebutkan) : Tidak dilakukan
pemeriksaan
o Anus
- Haemorroid : Tidak ada
 PEMERIKSAAN PANGGUL LUAR
- Distantia spinarum : Tidak dilakukan
- Distantia cristarum : Tidak dilakukan
- Boudelogue : Tidak dilakukan
- Lingkar panggul : Tidak dilakukan
89

 PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) LABOR
o Darah
- HB : 10,7 gr/dl
o Urine
- Protein : Tidak dilakukan
- Glukosa : Tidak dilakukan
b) U S G / rontgen : Tidak dilakukan

II. INTERPRETASI DATA


1. Diagnosa Kebidanan
Ny.P G1P0A0, umur 25 tahun, usia kehamilan 38-39 minggu
Janin Tunggal Hidup, Intrauterine, Preskep Dengan Anemia
Ringan

Data Dasar :

DS : Ibu mengatakan hamil anak pertama


Ibu mengatakan tidak pernah keguguran
Ibu mengatakan HPHT 14-04-2023
Ibu mengatakan sering pusing dan mudah mengantuk
DO :
 BB sebelum hamil: 65 kg
 BB Sekarang : 77 kg
 TB : 163 cm
 TTV:
- TD : 110/60 mmhg - Nadi : 80x/i
- Suhu : 36,5 - Nafas : 20x/i
 Lila : 29,5 cm
90

 Kesadaran : compos mentis


 K/U : baik
2. Masalah : Sering Pusing dan mudah mengantuk
3. Kebutuhan : Mengatasi sering pusing
III.MENENTUKAN DIAGNOSA POTENSIAL
Anemia Sedang
IV. MENENTUKAN TINDAKAN ANTISIPASI/SEGERA
Atasi Sering pusing dan mudah mengantuk
V. MEMBUAT PERENCANAAN
08 Januari 2024 jam 13.20
 Informed consent
 Memberitahukan hasil pemeriksaan
 Mengingatkan ibu tanda bahaya kehamilan
 Menganjurkan ibu untuk mengatur pola makan
 Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang tinggi
zat besi
 Memberitahu ibu untuk mengatur pola istirahat.
 Memberitahu ibu tanda-tanda persalinan.
 Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya kehamilan trimester III.
 Memberitahu ibu untuk menjaga personal hygiene
 Memberi ibu tablet Fe dengan dosis 1x1 per hari dan Vitamin
C.
 Memberitahu ibu jadwal kunjungan ulang atau datang bila ada
keluhan.
VI. IMPLEMENTASI
08 Januari 2024 jam 13.30
 Melakukan inform concent
 Memberitahukan hasil pemeriksaan
 Mengingatkan ibu bahaya anemia pada kehamilan
 Menganjurkan ibu untuk mengatur pola makan, memakan
91

banyak sayuran dan buah-buahan, mengurangi makanan yang


manis dan mengurangi konsumsi karbohidrat seperti nasi.
 Mengingatkan ibu untuk mengonsumsi makanan yang tinggi
zat besi untuk meningkat kadar Hb
 Memberitahu ibu untuk mengatur pola istirahat, istirahat secara
teratur.
 Mengingatkan ibu tanda-tanda persalinan yaitu adanya
nyeri/mulas yang semakin kuat dan teratur teratur, keluar
lender bercampur darah dan keluar cairan air ketuban.
 Mengingatkan ibu tanda-tanda bahaya kehamilan trimester III
yaitu sakit kepala yang hebat, penglihatan kabur, bengkak pada
wajah kaki dan tangan, nyeri perut yang hebat, perdarahan, ,
nyeri ulu hati dan gerakan janin berkurang.
 Mengingatkan ibu untuk menjaga personal hygiene seperti
mandi 2 x/hari, mengganti pakaian minimal 2x/ hari dan
mengganti pakaian dalam apabila basah, serta cebok dengan
cara yang benar yaitu membersihkan dari depan ke belakang.
 Memberikan ibu tablet Fe dengan dosis 2x1 per hari dan
Vitamin C.
 Memberitahu ibu jadwal kunjungan ulang atau bila ibu ada
keluhan.

VII. EVALUASI
08 Januari 2024 jam 13.30
 Ibu mengerti dengan hasil pemeriksaan dan ibu nampak
senang
 Ibu mengerti bahaya anemia pada kehamilan
 Ibu mengerti cara mengatur pola makan
 Ibu mau mengonsumsi makanan yang tinggi zat besi.
 Ibu mau mengatur pola istirahat secara teratur.
 Ibu mengerti tanda-tanda persalinan.
92

 Ibu mengerti tanda-tanda bahaya kehamilan trimester III.


 Ibu mau menjaga personal hygiene.
 Ibu mau mengkonsumsi tablet Fe dan Vitamin C yang di
berikan oleh bidan.
 Ibu bersedia untuk melakukan kunjungan ulang

CI Akademik Peserta Praktik

(Bdn. Subang Aini Nst, S.Keb.,M.Kes) (Nursaktila)


NIDN:0106018503
93

CATATAN PERKEMBANGAN NY. P UMUR 25 TH G1P0A0H0 HAMIL


38 -39 MINGGU DENGAN ANEMIA RINGAN

S :

- Ibu mengatakan hamil anak pertama


- Ibu mengatakan tidak pernah keguguran
- Ibu mengatakan HPHT 14-04-2023
- Ibu mengatakan sering pusing dan mudah mengantuk

O :

 BB sebelum hamil: 65 kg
 BB Sekarang : 77 kg
 TB : 163 cm
 TTV:
- TD : 100/70 mmhg - Nadi : 80x/i
- Suhu : 36,5 - Nafas : 20x/i
 Lila : 30 cm
 Kesadaran : compos mentis
 K/U : baik
 Mata Cekung : Tidak

A : Ny.P G1P0A0, umur 25 tahun, usia kehamilan 38-39 minggu Janin Tunggal
Hidup, Intrauterine, Preskep Dengan Anemia Ringan.

P :

 Melakukan inform concent


 Memberitahukan hasil pemeriksaan
94

 Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan yaitu


keadaan umum baik, TD: 100/70 mmHg, N: 80x/menit, R: 20x/menit, S:
36.50C, Usia kehamilan ibu sekarang 38-39 minggu
 Mengingatkan ibu bahaya anemia pada kehamilan
 Menganjurkan ibu untuk mengatur pola makan, memakan banyak
sayuran dan buah-buahan, mengurangi makanan yang manis dan
mengurangi konsumsi karbohidrat seperti nasi.
 Mengingatkan ibu untuk mengonsumsi makanan yang tinggi zat besi
untuk meningkat kadar Hb
 Memberitahu ibu untuk mengatur pola istirahat, istirahat secara teratur.
 Mengingatkan ibu tanda-tanda persalinan yaitu adanya nyeri/mulas yang
semakin kuat dan teratur teratur, keluar lender bercampur darah dan
keluar cairan air ketuban.
 Mengingatkan ibu tanda-tanda bahaya kehamilan trimester III yaitu sakit
kepala yang hebat, penglihatan kabur, bengkak pada wajah kaki dan
tangan, nyeri perut yang hebat, perdarahan, , nyeri ulu hati dan gerakan
janin berkurang.
 Mengingatkan ibu untuk menjaga personal hygiene seperti mandi 2
x/hari, mengganti pakaian minimal 2x/ hari dan mengganti pakaian
dalam apabila basah, serta cebok dengan cara yang benar yaitu
membersihkan dari depan ke belakang.
 Memberikan ibu tablet Fe dengan dosis 2x1 per hari dan Vitamin C.
 Memberitahu ibu jadwal kunjungan ulang atau bila ibu ada keluhan.
95
95

BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1. KASUS TERKAIT

Ny. P G1P0A0H0, umur 25 tahun, hamil 39- 40 minggu

3.2. PENGKAJIAN

ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN NORMAL


PADA Ny. P UMUR 25 TAHUN G1P0A0H0
DI PRAKTEK BIDAN NURSAKTILA, S.Keb

Tempat Praktek/Ruang : Di Praktek Nursaktila, S. Keb


Nomor MR : 06-129

Masuk RS/klinik. H/Tgl : 17-01-2024


Pembimbing lahan/CI : Bdn. Subang Aini Nst, S.Keb.,M.Kes

Pengkajian tanggal : 17/01/2024 Jam 04.00 Oleh Nursaktila


Sumber data : Primer dan Sekunder
A. PENGKAJIAN
a. IDENTIFIKASI
Identitas Ibu Identitas Suami
Nama Ny. Putri Tn. Andre

1502056904890001 -

Umur 25 tahun 28 th

darah O (+) A (+)

Pendidikan SI SI

Pekerjaan Honorer Wiraswasta

Agama ISLAM ISLAM

95
96

Alamat Ds. Tb. Baru Ds. Tb. Baru

Telpon - -

Jenis dan No Jaminan : BPJS BPJS

1. RIWAYAT KEHAMILAN

Hamil Ke G1P0A0H0 Haid 14-04-2023


/G..P..A.. Terakhir
Jumlah Ana - Perkiraan 20-01-2024

Hidup Persalinan
Ana - Riwayat Tidak Ada

Terakhir Penyakit ibu


Kehamilan Ini Ya keluarga Tidak Ada
Direncanakan
Kehamilan Ini Ya
Diinginkan
Mengikuti Kelas Ya

Memanfaatkan Ya
kelas Ibu
97

2. DETEKSI DINI RESIKO TINGGI DAN TANDA BAHAYA


KEHAMILAN
*Berilah tanda (√) sesuai kondisi ibu
 Resiko Tinggi Pada Ibu Hamil

1.Umur ibu kurang dari 20 Th - Riwayat Persalian -


Caesar
2.Umur Ibu lebih dari 35 Th - Riwayat keguguran -
berulang
(Lebih dari 1 kali)
3.Kehamilan ke 4 atau lebih - Riwayat Melahirkan Bayi -
besar (lebih dari 4 Kg)
4. anak terakhir kurang dari 2 - Riwayat melahirkan -
Th anak kembar
5. Pendek (TB < 145 cm) - Riwayat melahirkan -
janin mati atau dengan
kelainan bawaan
6. tampak kurus / LILA < 23,5 - menderita penyakit penyerta -
cm dan atau BB < 45 Kg (Asma,DM, jantung,
hipertensi, TBC,
Gangguan Ginjal,
Anemia, PMS, Malaria,
tiroid dll) penyakit
disendirikan/ dibuat
kolom sendiri
7.Terlalu lambat hamil pertama (≥ 4 - Terlalu lama hamil lagi (≥ 10 -
tahun) tahun)
8.Riwayat persalinan dengan Ekstraksi - Riwayat persalinan -
Vakum {EV) dengan Tranfusi darah

9.Riwayat persalinan dengan - Riwayat persalinan -

Manual Plasenta kurang bulan


Riwayat IUFD
10. - Riwayat persalinan lebih -

Bulan
98

 Tanda Bahaya Kehamilan (Pada Kehamilan


sekarang) (isikan dengan kode(√)-
tidak mau makan dan - mengeluh -
muntah terus menerus sesak nafas

Perdarahan lewat jalan - Demam / Panas Tinggi -


lahir
Pusing yang hebat - Kejang -
Bengkak pada kaki - Keluar air ketuban -
sampai tangan dan wajah
Nyeri dada / ulu hati/ - Gerakan janin -
jantung berdebar-debar Berkurang
Letak melintang - Presentasi bokong -
Gemelli - Hidramnion -
Tekanan darah tinggi - Anemia (HB ˂ 11 gr%) -
Diare berulang - Batuk lama ≥ 2 minggu -
Terasa sakit pada saat - tidur dan cemas -
kencing/keputihan/gatal di berlebihan
daerah kemaluan
99

3. RIWAYAT KELAHIRAN SAAT INI

KELAHIRAN ke
: P0A0H0
/P..A..Ah..
Tanggal Kelahiran/Pukul : 17/01/2024 / 06.15

Umur Kehamilan : 39-40 MINGGU


Pendamping Kelahiran : Suami
Transportasi Kelahiran : Mobil
Tempat Kelahiran : Di Praktek Bidan Nursaktila, S.Keb

Penolong Kelahiran : Bidan

Cara Kelahiran : Normal


Tindakan Induksi
: Tidak
Kelahiran
Keadaan ibu : Sehat
(- ) Distosia bahu
( -) Retensio
Komplikasi saat Placenta
:
KELAHIRAN (- ) Perdarahan
(- ) Rupture
Uteri
Riwayat Rujukan : Tidak
Tanggal Dirujuk : -
Alasan Rujukan : -

Dirujuk Ke : -
Tindakan Sementara saat
: -
merujuk
Penggunaan JKN : BPJS
100

4. LINGKUNGAN DAN PERILAKU

 Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari

1 Pemenuhan Nutrisi 3. Pemenuhan Kebutuhan


Istirahat
a. Pola gizi seimbang : Ya a. Tidur malam : Ya
paling sedikit 6-7
jam
b. Porsi lebih banyak : Ya b. Tidur siang atau : Ya
dari sebelum hamil berbaring 1-2 jam
Posisi tidur miring
kiri
c. Makan-makanan : Setiap c. Bersama suami : Ya
beragam (variasi) hari melakukan stimulasi
pada janin dengan
sering
mengelus-elus perut
ibu dan mengajak
janin berbicara sejak
usia 4 bulan
d. Kebiasaan : Setiap
Konsumsi Buah hari
dan Sayur

e. Kebiasaan : Setiap 4. Hubungan seksual : Ya


konsumsi protein hari selama kehamilan
hewani

2 Personal Hygiene 5. Aktifitas Fisik


a. Cuci tangan dengan : Sering a. Beraktifitas sesuai : Ya
sabun dengan air kondisi
mengalir sebelum
makan dan sesudah
BAK/BAB
b. Menyikat gigi teratur : Sering b. Suami membantu : Ya
minimal setelah untuk melakukan
sarapan dan sebelum pekerjaan sehari-
tidur hari
c. Mandi 2x sehari : Sering c. Mengikuti senam : Ya
hamil sesuai
101

anjuran nakes
d. Bersihkan : Sering
payudara dan
daerah kemaluan
e. Ganti pakaian : Ya
dalam setiap
hari

 Lingkungan dan Perilaku yang merugikan kesehatan

Ibu sering terpapar : Tidak


1. asap rokok atau polusi 5. Bagaimana Lingkungan tempat
tinggal ibu ?
Beban pekerjaan ibu : Tidak a. Kebiasaan cuci : Ya
2. terlalu berat tangan pakai sabun
Kebiasaan Minum jamu : Tidak b. Kepemilikan jamban : Ya
3. atau obat tanpa resep c. Sumber Air Bersih : Ada
dokter
Memiliki hewan : Tidak Sarana Pembuangan Air : Tertutup
peliharaan/lingkungan Limbah (SPAL)
4.
sekitar dekat dengan
peternakan
Sarana Pembuangan : Terbuka
Sampah

5. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum (Sumber Buku KIA)
102

Tanggal Kunjungan
No Jenis Pemeriksaan
TM 1 TM 2 TM 3 TM 3
1. Keadaan Umum Ibu Baik Baik Baik Baik
2. Berat Badan 63 68 73 77
3. Tinggi Badan 163 163 163 163
4. Tekanan Darah 110/70 120/80 100/70 110/60
5. Status TT Lengkap Lengkap Lengkap Lengkap
6. Lingkar Lengan Atas (LILA) 25 27 28,5 29,5
7. Tinggi Fundus Uteri (TFU) - 14 24 29
8. Presentasi Janin - - Kep Kep
9. Tablet Fe Ya Ya Ya Ya
10. Test Laboratorium Sederhana
a. HB 10.7 10.7
b. Protein Urine - - - -
c. Glucose Urine - - - -
d. Gula darah - - - -
11. Ditawari Test HIV - - - -
Konseling Makan Makan Makan
Makan
bergizi bergizi bergizi
12. sedikit tapi
istirahat istirahat istirahat
sering
cukup cukup cukup
13. Rujukan - - - -
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
1) Rambut
Warna : Hitam
Kebersihan : Bersih
Mudah rontok/tidak : Tidak

2) Telinga
Kebersihan : Bersih
103

Gangguan pendengaran : Tidak ada


3) Mata
Konjungtiva : Merah muda
Sklera : Tidak ikterik
Kebersihan : Bersih
Kelainan : Bidak ada
Gangguan penglihatan : Tidak ada
4) Hidung
Kebersihan : Bersih
Polip : Tidak ada
5) Mulut
Warna bibir : Merah muda
Integritas jaringan : Baik
Kebersihan lidah : Bersih
Ganggan pada mulut : Tidak ada
b. Leher
Pembesaran kelenjar limfe : Tidak ada
c. Dada
Simetris/tidak :Simetris
Besar payudara simetris/tidak : Simetris
Nyeri :Tidak ada
Hiperpigmentasi :Ya
Kolostrum :Ya
Keadaan puting : Menonjol
Kebersihan puting : Bersih
d. Perut
Inspeksi :
Bentuk : Pembesaran kedepan
Bekas luka operasi : Tidak ada
Striae : Tidak ada
Linea : Linea nigra
104

TFU : 34 cm
Hasil palpasi
Leopold I : Teraba bagian lunak bundar, 2 jari di
bawah px
Leopold II : Teraba panjang keras, memapan pada perut
ibu bagian sebelah kanan. Teraba bagian-
bagian kecil di sebelah kiri perut ibu
Leopold III : Teraba bulat, keras dan melenting pada
bagian simfisis
Leopold IV : Penurunan bagian terbawah janin sudah
masuk PAP
HIS : 4 Kali dalam 10 menit selama 42 detik
TBJ : 3410
DJJ : 130x/menit,teratur, puctu maksimum
kuadran kanan bawah pusat
e. Pemeriksaan dalam (VT)
Pembukaan : 7 cm
Selaput ketuban : Utuh
Penurunan : 2/5
Penyusupan :0
f. Ekstremitas
1) Atas
Kelainan : Tidak ada
Kebersihan : Bersih
2) Bawah
Oedema : Tidak ada
Varises : Tidak ada
Perkusi reflek patellla : +/+

g. Genital
Kebersihan : Bersih
105

Pengeluaran pervaginam : Lendir bercampur darah


Tanda infeksi vagina : Tidak ada
h. Anus
Hemmoroid : Tidak ada
Kebersihan : Bersih

II. INTERPRETASI DATA


17-01-2024 jam 04.00
1. Diagnosa Kebidanan
Ny. P G1P0A0H0, umur 25 tahun, hamil 39-40 minggu

Data Dasar :

DS :
Ibu mengatakan hamil anak pertama, tidak pernah keguguran
Ibu mengatakan HPHT 14-04-2023
Ibu mengatakan nyeri perut yang menjalar dari pinggang ke ari-ari
sejak tadi malam
Ibu mengatakan keluar lendir bercampur darah
DO :
K/U : baik
Kesadaran : Composmentis
Status emosional : Stabil
TTV : TD : 110/ 70 mmHG R : 23 x/ menit

N : 80 x/ menit S : 36 o C
BB : 77 Kg TB : 163 Cm

Leopold I : Teraba bagian lunak bundar, 2 jari di bawah px


Leopold II : Teraba panjang keras, memapan pada perut ibu bagian
sebelah kanan. Teraba bagian-bagian kecil di sebelah kiri
perut ibu
Leopold III : Teraba bulat, keras dan melenting pada bagian simfisis
Leopold IV : Penurunan bagian terbawah janin sudah masuk PAP
106

HIS : 4 Kali dalam 10 menit selama 42 detik


TBJ : 3410
DJJ : 130x/menit,teratur, puctum maksimum kuadran
kanan bawah pusat
Vulva : Keluar lendir bercampur darah
Pembukaan: 7 cm
Selaput ketuban : Utuh
Penurunan : 2/5
Penyusupan :0
Anus : Tidak Ada Hemoroid
2. Masalah : tidak ada
3. Kebutuhan : tidak ada
III. MENENTUKAN DIAGNOSA POTENSIAL
Tidak ada
IV. MENENTUKAN TINDAKAN ANTISIPASI/SEGERA
Tidak ada

V. MEMBUAT PERENCANAAN
17-01-2024 jam 04.10
 Melakukan inform concent
 Memberitahukan hasil pemeriksaan
 Melakukan observasi dan pemeriksaan K/U, TTV, TFU
 Melakukan pemeriksaan dalam untuk mengetahui pembukaan dan
apakah ketuban masih utuh atau belum
 Memberikan asuhan kasih sayang ibu
 Menganjurkan ibu untuk BAB/BAK
 Menyiapkan tempat alat dan obat-obatan untuk proses persalinan
 Memantau kemajuan persalinan dengan menggunakan partograf

VI. IMPLEMENTASI
17-01-2024 jam 04.20
107

 Melakukan inform concent


 Memberitahukan hasil pemeriksaan
K/U : baik, Kesadaran : Composmentis, Status
emosional :Stabil
TTV : TD : 110/ 70 mmHG R : 23 x/ menit

N : 80 x/ menit S : 36 o C
BB : 77 Kg TB : 163 Cm
TBJ : 3410 gram
DJJ : 130x/menit
HIS : 4 kali dalam 10 menit selama 42 detik
Pembukaan : 7 cm
Selaput ketubah : Utuh
 Melakukan observasi dan pemeriksaan K/U, TTV, TFU
 Melakukan pemeriksaan dalam untuk mengetahui pembukaan dan
apakah ketuban masih utuh atau belum
 Memberikan asuhan kasih sayang ibu
1) Menyarankan ibu untuk berjalan-jalan disekitar ruangan bersalin
dan jongkok, agar terjadi penurunan kepala janin dan pembukaan
lebih cepat, dan bila ibu merasa lelah diperbolehkan untuk tidur
ditempat tidur dengan posisi miring kiri.
2) Memberikan dukungan emosional kepada ibu dan mendengarkan
keluhan ibu, bila ibu gelisah kesakitan biarkan ibu mengganti
posisi sesuai keinginannya, mengikutsertakan suami dan keluarga
mendampingi ibu saat proses persalinan.
3) Mengajarkan ibu teknik relaksasi bernafas, bila timbul his tarik
nafas panjang dari hidung lalu keluarkan pelan-pelan dari mulut
kemudian keluarkan perlahan.
4) Menganjurkan ibu untuk makan dan minum pada saat his tidak
ada agar menambah tenaga ibu saat proses persalinan.
5) Menjaga privasi ibu dengan cara tidak membiarkan orang lain
masuk kedalam kamar bersalin kecuali suami/keluarga.
108

 Menganjurkan ibu untuk BAK/BAB, karena bila kandung kemih


kosong akan mempercepat penurunan kepala janin.
 Menyiapkan tempat alat dan obat-obat untuk proses persalinan
 Memantau kemajuan persalinan dengan menggunakan partograf
VII. EVALUASI
17-01-2024 jam 04.30
 Inform concent telah dilakukan
 Telah diberitahukan hasil pemeriksaan
 Observasi dan pemeriksaan K/U, TTV, TFU telah dilakukan
 Pemeriksaan dalam telah dilakukan
 Telah diberikan asuhan kasih sayang ibu
 Ibu telah dianjurkan untuk BAB/BAK
 Alat dan obat-obatan telah disiapkan
 Kemajuan persalinan telah di pantau menggunakan partograf

II. INTERPRETASI DATA


17/01/2024 jam 06.00
109

DS:
- Ibu mengatakan perutnya mules semakin sering dan teratur
- Ibu mengatakan ada dorongan untuk meneran
- Ibu merasakan ada keinginan untuk BAB
DO :
1 K/U : Tampak kesakitan dan merasakan kontraksi yang semakin
kuat
2. Kesadaran : Composmentis
3. TTV : TD :120/80 mmHG R : 20 x/ menit

N : 85x/ menit S : 36 o C
4. Inspeksi Dorongan pada anus
Tekanan pada vulva
Perineum menonjol
Vulva membuka
5. DJJ : 150x/i
5. Vulva : Pembukaan : 10 cm
Portio : Tidak teraba
Ketuban : (-)
Penurunan : 1/5
6. Kontraksi : 5 kali dalam 10 menit selama 50 detik
7. Diagnosa : Ny.P umur 25 th, Inpartu kala II
8. Masalah : tidak ada
9. Kebutuhan : tidak ada
III. MENENTUKAN DIAGNOSA POTENSIAL
Tidak ada
IV. MENENTUKAN TINDAKAN ANTISIPASI/SEGERA
Tidak ada

V. MEMBUAT PERENCANAAN
110

1. Menginformasikan kepada ibu dan keluarga bahwa pembukaan sudah


lengkap
2. Mengajak suami mendampingi ibu selama proses persalinan
3. Lakukan pertolongan persalinan
4. Keringkan Bayi dan selimuti dengan kain kering dan letakkan bayi di atas
perut ibu
VI. IMPLEMENTASI
1. Menginformasikan kepada ibu dan keluarga bahwa pembukaan sudah
lengkap dan proses kelahiran bayi akan segera dimulai.
2. Mengajak suami mendampingi ibu selama proses persalinan dan membantu
ibu menahan kepala dan punggung ibu agar tetap pada posisi setengah duduk.
3. Melakukan pertolongan persalinan
- Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva
maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan
kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk
menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu
untuk meneran perlahan atau bernafas cepat dan dangkal.
- Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin
- Tunggu kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara
spontan
- Setelah kepala janin menghadap paha ibu, tempatkan kedua telapak
tangan biparietal kepala janin, tarik secara hati-hati kearah bawah
sampai bahu anterior/depan lahir, kemudian tarik secara hati-hati ke
atas sampai bahu posterior/belakang lahir
- Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah untuk kepala dan bahu.
Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan
siku sebelah atas. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran Setelah
seluruh badan bayi lahir pegang bayi bertumpu pada lengan kanan
sedemikian rupa hingga bayi menghadap kearah penolong. Nilai bayi,
kemudian letakkan bayi diatas perut ibu dengan posisi kepala lebih
rendah dari badan. (bila tali pusat terlalu pendek, letakkan bayi di
111

tempat yang memungkinkan)


- Segera mengeringkan bayi, kecuali tangan dan muka
- Periksa fundus uteri untuk memastikan kehamilan tunggal
- Beritahu ibu akan disuntik dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir,
suntik oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha atas bagian distal lateral
(sebelumnya aspirasi)
- Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari umbilicus
bayi. Melakukan urutan pada tali pusat ke arah ibu dan memasang
klem kedua dengan jarak 2 cm dari klem pertama
- Pemotongan dan pengikatan tali pusat
4. Kemudian meletakkan bayi di atas perut ibu, untuk melakukan IMD dan
selimuti bayi dengan kain kering dan beri topi untuk mencegah terjadinya
hipotermi.
VII. EVALUASI
Pukul 06.30
Bayi lahir spontan menangis kuat
JK : Laki-laki
Pb :48 cm
BB : 2900 gr
Anus :+

II. INTERPRETASI DATA DASAR


DS :
- Ibu merasa bahagia karena bayinya sudah lahir dengan selamat
- Ibu mengatakan perutnya masih mules
DO :
1. K/U : baik, Kesadaran : Composmentis, Status
emosional :Stabil
2. TTV : TD :120/80 mmHG R : 23 x/ menit

N : 82x/ menit S : 36 o C
112

3. Inspeksi Adanya semburan darah secara tiba-tiba


Tali pusat memanjang
Uterus berbentuk globuler
Kontraksi Uterus Baik
Diagnosa Kebidanan : Ny.P usia 25 tahun inpartu kala III
Diagnosa potensial : tidak ada
Kebutuhan tindakan segera : Manajemen aktif kala III
III. MENENTUKAN DIAGNOSA POTENSIAL
Tidak ada
IV. MENENTUKAN TINDAKAN ANTISIPASI/SEGERA
Tidak ada
V. MEMBUAT PERENCANAAN
1. Melakukan informed consent
2. Memberitahu keadaan ibu
3. Melakukan manajemen aktif kala III
VI. IMPLEMENTASI
1. Melakukan informed consent
2. Memberitahu keadaan ibu
3. Melakukan manajemen aktif kala III
 Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
 Letakkan tangan kiri di atas simpisis menahan bagian bawah uterus,
sementara tangan kanan memegang tali pusat menggunakan klem
atau kain kassa dengan jarak 5-10 cm dari vulva
 Saat uterus kontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan
sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorso
cranial.
 Peregangan tali pusat terkendali, jika tali pusat bertambah panjang
pindahkan berjarak 5-10 cm dari vulva
 Saat plasenta muncul di introitus vagina. Lahirkan plasenta
113

 Masase uterus menggunakan 4 jari palamar tangan kiri hingga


kontraksi uterus baik (fundus terba keras)
 Periksa Plasenta
 Memeriksa apakah ada robekan pada introitus vagina dan perineum
yang menimbulkan perdarahan aktif
VII. EVALUASI
Plasenta lahir lengkap pukul 06.50
Kotiledon lengkap

II. INTERPRETASI DATA DASAR


17-01-2024 Jam 06.50
DS :
Ibu mengatakan lelah
DO :
1. K/U : Baik, Kesadaran : Composmentis, Status
emosional :Stabil
2. TTV : TD :110/80 mmHG R : 23 x/ menit

N : 82x/ menit S : 36 o C
3. Inspeksi Plasenta lahir lengkap pukul 14.10
Kotiledon lengkap
Perdarahan 250cc
Tidak ada laserasi
Diagnosa Kebidanan : Ny.P usia 25 tahun Parturient kala IV
Diagnosa potensial : tidak ada
Kebutuhan tindakan segera : Observasi kala IV
III. MENENTUKAN DIAGNOSA POTENSIAL
Tidak ada
IV. MENENTUKAN TINDAKAN ANTISIPASI/SEGERA
Tidak ada
V. MEMBUAT PERENCANAAN
114

1. Melakukan informed consent


2. Memberitahu keadaan ibu, ibu dalam keadaan
baik
3. Mengajarkan ibu serta keluarga massase
4. Menganjurkan suami atau keluarga memberikan ibu makan dan minum
5. Dekontaminasi tempat dan alat bersalin
6. Lakukan pemantauan kala IV
7. Anjurkan ibu untuk istirahat
8. Dokumentasikan asuhan kedalam partograf
VI. IMPLEMENTASI
1. Melakukan informed consent
2. Memberitahu keadaan ibu, ibu dalam keadaan baik
TD :110/80 mmHG R : 23 x/ menit
N : 82x/ menit S : 36 o C
3 Mengajarkan ibu serta keluarga massase bila perut terasa lembek untuk
mencegah perdarahan
4 Menganjurkan suami atau keluarga memberikan ibu makan dan minum
untuk memenuhi kebutuhan ibu post partum.
5 Dekontaminasi peralatan bersalin dengan larutan klorin 0,5% selama 10
menit, bahan katun dicelupkan kelarutan deterjen, membersihkan APD dan
tempat bersalin dengan semprotan larutan klorin 0,5% serta membuka
sarung tangan dan celupkan ke larutan klorin, cuci tangan dengan sabun dan
air mengalir.
6 Melakukan pemantauan kala IV ibu, 1 jam pertama setiap 15 menit dan 1
jam kedua setiap 30 menit

Jam Waktu TD Nadi Tinggi Kontrak Kandung


Suhu perdarahan
(mmHg) (x/menit) Fundus Uteri si uterus kemih
06.50 110/80 82x/i Baik Kosong 50 cc
36 o C Sepusat
07.05 Baik
I
110/80 82x/i 36 o C Sepusat Kosong 50 cc
07.40 Baik
100/70 85x/i 36 o C Sepusat Kosong 50 cc
07.55 Baik 100c 40 cc
100/70 80x/i 36 o C Sepusat
115

08.10 1 Jari bawah Baik Kosong 30 cc


110/80 80x/i 36 o C pusat
II
08.45 1 Jari bawah Baik 50 cc 30 cc
110/80 83x/i 36 o C pusat

7 Menganjurkan ibu untuk istirahat


8 Mendokumentasikan asuhan kedalam partograf
VII. EVALUASI
Semua rencana tindakan sudah dilakukan
Ibu dan bayi dalam keadaan baik
Ibu sudah mendapatkan nutrisi dan cairan
Ibu sudah istirahat

CI Akademik Peserta Praktik

Bdn. Subang Aini Nst, S.Keb.,M.Kes (Nursaktila)


NIDN:0106018503
116

CATATAN PERKEMBANGAN DENGAN MENGGUNAKAN SOAP

17-01-2024 jam 04.00

S:
Ibu mengatakan hamil anak pertama, tidak pernah keguguran
Ibu mengatakan HPHT 14-04- 2023
Ibu mengatakan nyeri perut yang menjalar dari pinggang ke ari-ari
sejak tadi malam
Ibu mengatakan keluar lendir bercampur darah

O:
DO : K/U : baik, Kesadaran : Composmentis, Status
emosional :Stabil
TTV : TD : 110/ 70 mmHG R : 23 x/ menit

N : 80 x/ menit S : 36 o C
BB : 77 Kg TB : 163 Cm
Leopold I : Teraba bagian lunak bundar, 2 jari di
bawah px
Leopold II : Teraba panjang keras, memapan pada perut
ibu bagian sebelah kanan. Teraba bagian-
bagian kecil di sebelah kiri perut ibu
Leopold III : Teraba bulat, keras dan melenting pada
bagian simfisis
Leopold IV : Penurunan bagian terbawah janin sudah
masuk PAP
HIS : 4 Kali dalam 10 menit selama 42 detik
117

TBJ : 3410
DJJ : 130x/menit,teratur, puctum maksimum
kuadran kanan bawah pusat
Vulva : Keluar lendir bercampur darah
Pembukaan : 7 cm
Selaput ketuban : Utuh
Penurunan : 2/5
Penyusupan :0
Anus : Tidak Ada Hemoroid

A:
Diagnosa : Ny. P G1P0A0H0, umur 25 tahun, hamil 39-40 minggu
Masalah : tidak ada
Kebutuhan : tidak ada

P :

 Melakukan inform concent


 Memberitahukan hasil pemeriksaan
K/U : baik, Kesadaran : Composmentis
Status emosional : Stabil
TTV : TD : 110/ 70 mmHG R : 23 x/ menit

N : 80 x/ menit S : 36 o C
BB : 77 Kg
HIS : 4 Kali dalam 10 menit selama 42 detik
TBJ : 3410
DJJ : 130x/menit,teratur, puctum maksimum
kuadran kanan bawah pusat
Vulva : Keluar lendir bercampur darah
Pembukaan : 7 cm
Selaput ketuban : Utuh
Penurunan : 2/5
118

Penyusupan :0
Anus : Tidak Ada Hemoroid
 Melakukan observasi dan pemeriksaan K/U, TTV, TFU
 Melakukan pemeriksaan dalam untuk mengetahui pembukaan dan
apakah ketuban masih utuh atau belum
 Memberikan asuhan kasih sayang ibu
1) Menyarankan ibu untuk berjalan-jalan disekitar ruangan bersalin
dan jongkok, agar terjadi penurunan kepala janin dan pembukaan
lebih cepat, dan bila ibu merasa lelah diperbolehkan untuk tidur
ditempat tidur dengan posisi miring kiri.
2) Memberikan dukungan emosional kepada ibu dan mendengarkan
keluhan ibu, bila ibu gelisah kesakitan biarkan ibu mengganti
posisi sesuai keinginannya, mengikutsertakan suami dan keluarga
mendampingi ibu saat proses persalinan.
3) Mengajarkan ibu teknik relaksasi bernafas, bila timbul his tarik
nafas panjang dari hidung lalu keluarkan pelan-pelan dari mulut
kemudian keluarkan perlahan
4) Menganjurkan ibu untuk makan dan minum pada saat his tidak
ada agar menambah tenaga ibu saat proses persalinan.
5) Menjaga privasi ibu dengan cara tidak membiarkan orang lain
masuk kedalam kamar bersalin kecuali suami/keluarga.
6) Menganjurkan ibu untuk BAK/BAB, karena bila kandung kemih
kosong akan mempercepat penurunan kepala janin.
7) Menyiapkan tempat alat dan obat-obat untuk proses persalinan
8) Memantau kemajuan persalinan dengan menggunakan partograf
119

17/01/2024 jam 06.00

S:
- Ibu mengatakan perutnya mules semakin sering dan teratur
- Ibu mengatakan ada dorongan untuk meneran
- Ibu merasakan ada keinginan untuk BAB

O:
1. K/U : baik, Kesadaran : Composmentis, Status emosional :Stabil
2. TTV : TD : 120/80 mmHG R : 23 x/ menit

N : 90x/ menit S : 36 o C
3. Inspeksi Dorongan pada anus
Tekanan ppada vulva
Perineum menonjol
Vulva membuka
4. Djj : 156x/i
5. Vulva : Pembukaan : 10 cm
Portio : Tidak teraba
Ketuban : (-)
6. Kontraksi : 5 kali dalam 10 menit selama 50 detik

A:
Diagnosa : Ny. P umur 25 th, parturient kala II
Masalah : Tidak ada
Kebutuhan : Tidak ada
P:
120

1. Menginformasikan kepada ibu dan keluarga bahwa pembukaan sudah


lengkap dan proses kelahiran bayi akan segera dimulai.
2. Mengajak suami mendampingi ibu selama proses persalinan dan membantu
ibu menahan kepala dan punggung ibu agar tetap pada posisi setengah duduk.

3. Melakukan pertolongan persalinan


- Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva
maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan
kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk
menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu
untuk meneran perlahan atau bernafas cepat dan dangkal.
- Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin
- Tunggu kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara
spontan
- Setelah kepala janin menghadap paha ibu, tempatkan kedua telapak
tangan biparietal kepala janin, tarik secara hati-hati kearah bawah
sampai bahu anterior/depan lahir, kemudian tarik secara hati-hati ke
atas sampai bahu posterior/belakang lahir
- Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah untuk kepala dan bahu.
Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan
siku sebelah atas. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran Setelah
seluruh badan bayi lahir pegang bayi bertumpu pada lengan kanan
sedemikian rupa hingga bayi menghadap kearah penolong. Nilai bayi,
kemudian letakkan bayi diatas perut ibu dengan posisi kepala lebih
rendah dari badan. (bila tali pusat terlalu pendek, letakkan bayi di
tempat yang memungkinkan)
- Segera mengeringkan bayi, kecuali tangan dan muka
- Periksa fundus uteri untuk memastikan kehamilan tunggal
- Beritahu ibu akan disuntik dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir,
suntik oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha atas bagian distal lateral
(sebelumnya aspirasi)
121

- Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari umbilicus


bayi. Melakukan urutan pada tali pusat ke arah ibu dan memasang
klem kedua dengan jarak 2 cm dari klem pertama
- Pemotongan dan pengikatan tali pusat

4. Kemudian meletakkan bayi di atas perut ibu, untuk melakukan IMD dan
Selimuti bayi dengan kain kering dan beri topi untuk mencegah terjadinya
hipotermi.
EVALUASI
Pukul 06.30
Bayi lahir spontan menangis kuat
JK : Laki-laki
Pb : 48cm
BB : 2900 gr
Anus : +

S:
Ibu mengatakan ingin perutnya mules
Ibu mengatakan bahwa ia lelah

O:
1. K/U : Baik, Kesadaran : Composmentis
Status emosional : Stabil
2. TTV : TD :120/80 mmHG R : 23 x/ menit

N : 82x/ menit S : 36 o C
3. Inspeksi Adanya semburan darah secara tiba-tiba
Tali pusat memanjang
Uterus berbentuk globuler
Kontraksi Uterus Baik
122

A:
Diagnosa : Ny.P usia 25 tahun Parturient kala III
Diagnosa potensial : Tidak ada
Kebutuhan tindakan segera : Manajemen aktif kala III

P:
II. Melakukan informed consent
III. Memberitahu keadaan ibu
IV. Melakukan manajemen aktif kala III
 Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
 Letakkan tangan kiri di atas simpisis menahan bagian bawah uterus,
sementara tangan kanan memegang tali pusat menggunakan klem atau
kain kassa dengan jarak 5-10 cm dari vulva
 Saat uterus kontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan
sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorso
cranial.
 Peregangan tali pusat terkendali, jika tali pusat bertambah panjang
pindahkan berjarak 5-10 cm dari vulva
 Saat plasenta muncul di introitus vagina. Lahirkan plasenta
 Masase uterus menggunakan 4 jari pada tangan kiri hingga kontraksi
uterus baik (fundus terba keras)
 Periksa Plasenta
 Memeriksa apakah ada robekan pada introitus vagina dan perineum
yang menimbulkan perdarahan aktif
EVALUASI
Plasenta lahir lengkap pukul 06.40
Kotiledon lengkap
123

17-01-2024 Jam 06.40

S:
Ibu mengatakan lelah

O:
1. K/U : baik, Kesadaran : Composmentis, Status emosional:
Stabil
2. TTV : TD :110/80 mmHG R : 23 x/ menit

N : 82x/ menit S : 36 o C
3. Inspeksi Plasenta lahir lengkap pukul 11.40
Kotiledon lengkap
Perdarahan 250cc
Tidak ada laserasi

A:
Diagnosa Kebidanan : Ny.P usia 25 tahun Parturient kala IV
Diagnosa potensial : Tidak ada
Kebutuhan tindakan segera : Observasi kala IV

P:
1. Melakukan informed consent
2. Memberitahu keadaan ibu, ibu dalam keadaan baik
TD : 110/80 mmHG R : 23 x/ menit
N : 82x/ menit S : 36 o C
3 Mengajarkan ibu serta keluarga massase bila perut terasa lembek untuk
mencegah perdarahan
124

4 Menganjurkan suami atau keluarga memberikan ibu makan dan minum


untuk memenuhi kebutuhan ibu post partum.
5 Dekontaminasi peralatan bersalin dengan larutan klorin 0,5% selama 10
menit, bahan katun dicelupkan kelarutan deterjen, membersihkan APD dan
tempat bersalin dengan semprotan larutan klorin 0,5% serta membuka
sarung tangan dan celupkan ke larutan klorin, cuci tangan dengan sabun dan
air mengalir.
6 Melakukan pemantauan kala IV ibu, 1 jam pertama setiap 15 menit dan 1
jam kedua setiap 30 menit
Tinggi
Jam Waktu TD Nadi Kontraksi Kandung
Suhu Fundus perdarahan
(mmHg) (x/menit) uterus kemih
Uteri
06.40 110/80 82x/i Baik Kosong 50 cc
36 o C sepusat
06.55 Baik
I
110/80 82x/i 36 o C sepusat Kosong 50 cc
07.10 Baik
100/70 85x/i 36 o C sepusat Kosong 50 cc
07.25 Baik 100c 40 cc
100/70 80x/i 36 o C sepusat
1 Jari
07.55 Baik Kosong 30 cc
110/80 80x/i 36 o C bawah
II pusat
1 Jari
08.25 Baik 50 cc 30 cc
110/80 83x/i 36 o C bawah
pusat
7 Menganjurkan ibu untuk istirahat
8 Mendokumentasikan asuhan kedalam partograf
EVALUASI
Semua rencana tindakan sudah dilakukan
Ibu dan bayi dalam keadaan baik
Ibu sudah mendapatkan nutrisi dan cairan
Ibu sudah istirahat
125

BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1. KASUS TERKAIT


Ny. P G1P0A0, Usia 25 Tahun 6 Jam post partum normal dengan Teknik Menyusui
Yang Benar
3.2. PENGKAJIAN

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN NIFAS NORMAL PADA Ny. P UMUR


25 TAHUN GIP0A0 DENGAN TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR
Tempat Praktek/Ruang : Di Praktek Bidan Nursaktila, S.Keb
Nomor MR : 06-129
Masuk RS/klinik/Tgl : 17 Januari 2024
Pembimbing lahan/CI : Bdn. Subang Aini Nst, S.Keb.,M.Kes
Pengkajian tanggal : 17 Januari 2024 Jam: 14.25 Oleh: Nursaktila
Sumber data : Primer

I. PENGKAJIAN DATA
A. Data Subyektif
1. Identitas Pasien Suami
Nama : Ny. Putri : Tn. Andre
Umur : 25 Tahun : 27 Tahun
Agama : Islam : Islam
Pendidikan : SI : SI
Pekerjaan : HONORER : WIRASWASTA
Suku/Bangsa : Melayu : Melayu
Alamat : Ds. Tb. Baru : Ds. Tb. Baru

125
126

1. Riwayat Kesehatan Keluhan Utama :


Ibu mengatakan tidak mempunyai keluhan
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu mengatakan tidak mempunyai keluhan
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit keluarga baik yang dari keluarga dirinya
maupun dari keluarga suami tidak ada mempunyai riwayat penyakit menurun seperti
diabetes melitus, jantung, hipertensi, TBC, asma, HIV/AIDS dan klien belum pernah
mempunyai riwayat tersebut
4. Riwayat Haid

Menarche umur : 13 tahun.


Teratur / Tidak : Teratur
Siklus : 28 Hari
Lamanya : 5-6 Hari
Konsistensi : Cair
Keluhan : Tidak Ada
Warna : Merah kecoklatan
Bau : Amis
Haid terakhir tanggal : 14 April 2023
5. Riwayat Perkawinan
Umur kawin pertama : 24 Tahun Umur suami 26 Tahun
Umur kawin kedua : - Umur suami -
Umur perkawinan dengan suami sekarang : 1 Tahun
127

6. Riwayat Obstetri

Ibu menyatakan, G1P0A0


1) Riwayat Kehamilan, Nifas, dan persalinan yang Lalu
Pemeriksaan Kehamilan
No Tahun Keluhan Terapi/

Berapa Kali Oleh T.T Tindakan

-
- - - - - -

2) Riwayat Persalinan yang Lalu

N Jenis Anak
Kelahiran Volum Penolong
o Tahun Persalinan/ Penyulit
L/ H/ BB L/ Placenta e Darah / Terapi
. Pres
P M P

- - - - - - - - - - -

3) Riwayat Nifas yang Lalu


Terapi /
No Laktasi Penyulit
Tindakan
-
- - -
128

4) Riwayat Kehamilan sekarang


Pemeriksaan Kehamilan
No Tahun Keluhan Terapi/

Berapa Kali Oleh T.T Tindakan

Pemeriksaan
1 2024 Tidak Ada 4 kali Bidan Lengkap
Kehamilan

5) Riwayat Persalinan Sekarang


Persalinan mulai tanggal 17 Januari 2024 Jam 04. 00 Wib
Jenis persalinan Normal presentase Kepala janin Tunggal Selaput ketuban pecah
spontan/dipecah jam 06. 30 tanggal 17 Januari 2024 di Di Praktek Bidan Nursaktila,
S.Keb
Kelahiran placenta : Normal
Kelengkapan placenta : Lengkap
Ukuran placenta : - Diameter 22 cm kelainan Tidak Ada
- Tebal : 2 Cm
- Berat : 470 gram
- Panjang tali pusat : 50 cm
- Inersio tali pusat : -
Keadaan perineum : Ruptur
Dijahit : dalam 2 luar 2
Pengobatan/Terapi yang diberikan : Amoxilin, vit C, Fe
Lamanya persalinan :
Kala I : 2 jam 30 menit
Kala II : 1 jam 30 Menit
Kala III : 30 Menit
Kala IV : 1 jam 30 Menit
Jumlah : 6 jam
Volume darah yang keluar :
129

Kala I : 50 ml
Kala II : 40 ml
Kala III : 40 ml
Kala IV : 40 ml
Jumlah : 170 ml
Keadaan Janin :
Lahir langsung menangis kuat / merintih : Menangis Kuat
APGAR Skore 1 menit : 5 menit : 7/8
Jenis Kelamin : Laki-laki
Berat badan : 2900 gram
panjang badan : 48 cm
Lingkar kepala : 33 cm
Lingkar dada : 31 cm
Lingkar lengan atas : 11 cm
Kelainan : Tidak Ada

6) Riwayat Keluarga Berencana

No Metode/ Tgl/Bln/ Tempat Tgl/Bln/Th


Keluhan Penanggulangan
. Cara Th Pelayanan Berhenti/Alasan

- - - - - -
-
7. Pola Kebiasaan
a. Aspek Fisik Biologis
1) Pola Nutrisi
Frekuensi : 4x/hari
Komponen Makanan : Nasi, sayur, lauk pauk
Makanan Selingan : buah, roti
Makanan Pantang : Tidak Ada
Alergi Makanan : Tidak Ada
Volume Minum/Hari : 10-12 gelas/hari
Jenis Minuman : Air Putih
130

2) Pola Eliminasi
Buang Air Besar : 1x/hari
Buang Air Kecil : 7-8x/hari
3) Pola Aktifitas dan Istirahat
Aktifitas sehari-hari :-
Lama Beraktifitas :-
Keluhan selama Beraktivitas :-
Penanggulangan :-
Tidur malam dari jam : 21.00 Wib sampai jam 04.30 Wib
Keluhan : Tidak Ada
Tidur siang : 1-2 Jam
4) Personal Higiene
Mandi : 2x/hari
Menggosok gigi : 2x/hari
Mencuci rambut : 2xseminggu
Memotong kuku : 1x seminggu
Mengganti pakaian luar/dalam : 1-2x/hari atau jika lembab
Membersihkan genetalia : setiap BAK/BAB
b. Aspek Mental, Intelektual Sosial, Spiritual
Konsep diri : Baik
Intelektual : Baik
Hubungan interpersonal : Baik
Mekanisme koping : Tidak Ada
Support sistem : Ada
Spiritual : Beribadah
c. Data Psikososial
Penghasilan keluarga per bulan : Rp. 3.500.000
Respon pasien terhadap kelahiran anak sekarang : Ibu menerima bayinya dengan
senang
131

Respon keluarga terhadap kelahiran anak sekarang : Keluarga menerima bayinya


dengan senang
Rencana pengasuhan anak : Orang Tua

B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Berat Badan : 74 Kg
Tinggi Badan : 163 Cm
Tanda Vital :
- TD : 120/80 mmHg
- Nadi : 82x/Menit
- Suhu : 36,50C
- Pernafasan : 20X/Menit
Kepala :
- Bentuk : Simetris
- Rambut : Bersih
Muka :
- Mata : Konjungtiva merah muda, sclera normal.
- Hidung : Normal
- Mulut/gigi : Bibir tidak pecah-pecah, tidak terdapat sariawan, gigi bersih, tidak
ada caries, gusi dan lidah basah
- Telinga : Simetris
Leher : Tidak teraba kelenjar tiroid dan tidak ada pembesaran limfe
Dada :
- Bentuk : Normal
- Payudara : Normal, simetris kanan dan kiri
Abdomen :
- Bekas Operasi : Tidak Ada
132

- Tinggi Fundus Uteri : 2 Jari di bawah pusat


- Kontraksi Uterus : Baik, teraba keras dan bundar
- Ekstremitas atas : Simetris kiri dan kanan, tidak ada oedema, kuku tidak
pucat
- Ekstremitas bawah : Simetris kanan dan kiri, Tidak ada oedema dan tidak ada
varises, reflek patella (+)
Genitalia :
- Luka : Derajat 1
- Oedem : Tidak Ada
- Jahitan : Ada
- Lochea : Warna : Merah segar (Lochea Rubra)
Volume : ± 100 cc
Bau : Amis
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium : Hb = 11,7
b. Lain-lain : Tidak Ada

II. INTERPRETASI DATA


1. Diagnosa Kebidanan
Ibu G1P1A0H1 6 jam post partum normal
Data Dasar :
DS : - Ibu mengatakan tidak ada keluhan

DO : - Keadaan umum : Baik


- Kesadaran : Composmetis
- TTV
TD : 120/80 mmHg
Pernapasan : 20 x/menit
Nadi : 82 x/menit
Suhu : 36,50C
- Kontraksi uterus baik
133

- TFU 2 jari dibawah pusat


- Payudara sudah mengeluarkan colostrum
- Pengeluaran pervaginam berwarna merah (lochea rubra)
- Tidak ada laserasi
- Kandung kemih kosong
2. Masalah : Tidak ada
III. MENENTUKAN DIAGNOSA POTENSIAL
Bendungan ASI
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
Tidak Ada
V. MEMBUAT PERENCANAAN
1. Lakukan Informed Consent Kepada Ibu dan Keluarga
2. Obervasi KU dan TTV
3. Beritahukan hasil pemeriksaan
4. Ajarkan kepada ibu cara melakukan perawatan payudara
5. Ajarkan ibu teknik dan posisi menyusui yang baik dan benar
6. Anjurkan ibu untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui
7. Anjurkan ibu untuk menjaga personal hygienenya
8. Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup pada saat bayi tidur
9. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi sayuran hijau dan makanan yang bergizi
10. Beritahu ibu, bidan akan melakukan kunjungan ulang
11. Lakukan pendokumentasian
VI. IMPLEMENTASI
1. Melakukan Informed Consent
2. Mengobervasi KU dan TTV
- Keadaan umum : Baik
- Kesadaran : Composmetis
- TTV
TD : 120/80 mmHg
Pernapasan : 20 x/menit
134

Nadi : 82 x/menit
Suhu : 36,50C
3. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga
4. Mengajarkan kepada ibu cara melakukan perawatan payudara yaitu :
- Tempatkan kedua tangan diantara kedua payudara kemudian urut ke atas lalu
ke samping kemudian urut ke bawah hingga tangan menyanggah payudara
kemudian sentakkan ke bawah payudara secara perlahan.
- Telapak tangan kiri menopang payudara kiri dan jari-jari tangan saling
dirapatkan, kemudian sisi keliling tangan kanan mengurut payudara dari
pangkal ke arah puting, demikian pula payudara kanan
- Telapak tangan menopang payudara pada cara ke-2 kemudian jari tangan
kanan dikepalkan lalu buku-buku jari tangan kanan mengurut dari pangkal ke
arah puting.
5. Mengajarkan ibu teknik dan posisi menyusui yang baik dan benar
- Mencuci tangan sebelum menyusui bayinya
- Ibu duduk dengan santai dan nyaman, posisi punggung bersandar (tegak)
sejajar punggung kursi, kaki diberi alas sehingga tidak menggantung
- Mengeluarkan sedikit ASI dan mengoleskan pada puting susu dan aerola
sekitarnya (desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu)
- Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala terletak pada lengkung siku ibu dan
bokong bayi terletak pada lengan.
- Menempelkan perut bayi pada perut ibu dengan meletakkan satu tangan bayi
dibelakang ibu dan yang satu didepan, kepala bayi menghadap ke payudara.
Ibu memposisikan bayi dengan telinga dan lengan pada garis lurus.
- Ibu memegang payudara dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang
dibawah serta tidak menekan puting susu atau areola.
- Ibu menyentuhkan putting susu pada bagian sudut mulut bayi sebelum
menyusui. Setelah mulai menghisap, payudara tidak perlu dipegang atau
disangga lagi.
- Ibu menatap bayi saat menyusui
135

- Sendawakan bayi tiap kali habis menyusui untuk mengeluarkan udara dari
lambung bayi agar bayi tidak kembung dan muntah.
6. Menganjurkan ibu untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui
7. Menganjurkan menjaga personal hygienenya dengan cara membersihan alat genetalia
supaya tidak terjadi infeksi yaitu membersihkan pada saat mandi, setelah BAB/BAK,
membersihkan dari arah depan ke belakang. Dan mengganti pembalut setiap 4 jam sekali
atau apabila sudah terasa penuh
8. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup pada saat bayi tidur
9. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi sayuran hijau dan makanan yang bergizi
dengan mengkonsumsi sayuran hijau dan makanan yang bergizi dapat
memperbanyak dan memperlancar ASI.
10. Memberitahukan kepada ibu, bidan akan melakukan kunjungan ulang.
11. Melakukan pendokumentasian
VII.EVALUASI
1. Informed Consent telah dilakukan
2. Obervasi KU dan TTV telah dilakukan
3. Telah diberitahukan hasil pemeriksaan
4. Ibu sudah mengerti cara melakukan perawatan payudara
5. Ibu sudah mengerti teknik dan posisi menyusui yang baik dan benar
6. Ibu akan mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui
7. Ibu mau melakukanpersonal hygienenya
8. Ibu akan istirahat yang cukup pada saat bayi tidur
9. Ibu mau mengkonsumsi sayuran hijau dan makanan yang bergizi
10. Ibu bersedia akan dilakukan kunjungan ulang oleh bidan
11. Pendokumentasian telah dilakukan
136

CI Akademik Peserta Praktik

Bdn. Subang Aini Nst, S.Keb.,M.Kes (Nursaktila)


NIDN:0106018503
137

BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1. KASUS TERKAIT


Bayi baru lahir pada By. Ny. P dengan pemeriksaan fisik dan observasi pada 24
jam pertama
3.2. PENGKAJIAN

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR By. Ny.P

Tempat Praktek/Ruang : Di Praktek Bidan Nursaktila, S.Keb


Nomor MR : 06-179
Masuk RS/klinik. H/Tgl : 17 Januari 2024
Pembimbing lahan/CI : Bdn. Subang Aini Nst, S.Keb.,M.Kes
Pengkajian tanggal : 17 Januari Jam: 07.00 Wib
Oleh : Nursaktila
Sumber data : Primer

I. PENGKAJIAN DATA
A. DATA SUBJEKTIF
17 Januari 2024 jam 07.00 Wib
1. IDENTITAS
a. Nama bayi : By. Ny.P
Tanggal/jam lahir : 17-01-2024/ jam 06.30 wib
Jenis kelamin : laki-laki
Anak ke :1
3) Identitas orang tua
- Nama ibu : Ny.P - Nama ayah : Tn.A
- Umur : 25 Tahun - Umur : 27 Tahun
- Suku : Melayu - Suku : Melayu
- Agama : Islam - Agama : Islam

137
138

- Pendidikan : S1 - Pendidikan : S1
- Pekerjaan : Honorer - Pekerjaan : Swasta
- Alamat : Ds. Tb. Baru - Alamat : Ds. Tb. Baru
II. ANAMESA
a. Keluhan Utama
b. Riwayat persalinan
- Ibu dengan G P A H : G1P0A0H0
- Persalinan ditolonng oleh : Bidan
- Jenis persalinan : Normal
- Tempat persalinan : Di Praktek Bidan Nursaktila, S.Keb
- Lama persalinan :
- Lama kal I : 8 Jam
- Lama kala II : 30 Menit
- Lama kala III : 15 menit
- Lama kala IV : 2 jam
c. Riwayat penyakit kehamilan
- Perdarahan : Tidak ada
- Pre eklamsia : Tidak ada
- Eklamsia : Tidak ada
- Penyakit kelamin : Tidak ada
- Diabetes militus : Tidak ada
- Hepatitis : Tidak ada
- Lain-lain : Tidak ada
d. Kebiasaan sewaktu hamil
- Makan : Makan sedikit tapi sering dengan lauk pauk
dan sayur-sayuran sesuai yang dianjurkan bidan
- Obat-obatan : Minum tablet tambah darah dan Vitamin dari
bidan
- Jamu : Tidak ada
139

e. Keadaan bayi baru lahir


Tanda 0 1 2 Jumlah
Menit 1 Frekuensi []Tidak ada []<100x/i [√]>100x/i 7
jantung []Tidak ada []Lambat tidak [√]Menangis
Usaha bernafas []Lumpuh teratur kuat
Tonus otot []Tidak bereaksi [√]Eks. Fleksi []Gerakan aktif
Refleks []Tidak ada sedikit []Batuk/bersin
Warna [√]Gerakan []Kemerahan
aktif
[√]Tubuh
kemerahan
tangan dan kaki
biru
Menit 5 Frekuensi []Tidak ada []<100x/i [√]>100x/i
jantung []Tidak ada []Lambat tidak [√]Menangis 8
Usaha bernafas []Lumpuh teratur kuat
Tonus otot []Tidak ada []Eks. Fleksi [√]Gerakan
Refleks []Tidak ada sedikit aktif
Warna []Gerakan aktif [ ]Batuk/bersin
[]Tubuh [√]Kemerahan
kemerahan
tangan dan kaki
biru
f. Resusitasi
- Penghisap lendir : Tidak ada
- Ambu : Tidak ada
- Massage jantung : Tidak ada
- Intubasi endrotraheal : Tidak ada
- Oksigen : Tidak ada
- Terapi : Tidak ada
140

B. DATA OBJEKTIF
17 Januari 2024 Jam 07.10 Wib
1. Pemeriksaan umum
- Keadaan Umum : Baik
- Kesadaran : Composmentis
- Pernapasan : 45 x/menit
- Hr/Nadi : 135 x/menit
- Suhu : 36,50C
2. Antropometri
- Berat badan : 2900 g
- Panjang badan : 48 cm
- Lingkar Kepala : 33 cm
- Lingkar dada : 31 cm
- Lingkar lengan atas : 11 cm
3. Refleks
- Moro : Positif
- Rooting : Positif
- Graps : Positif
- Sucking : Positif
- Tonick neck : Positif
- Walking : Positif
4. Eliminasi
- Miksi : (+)
- Mekonium : (+)
5. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
- Simetris : Iya
- Ubun-ubun besar : Iya
- Caput : Tidak ada
- Sephalohematoma : Tidak ada
141

- Kelainan : Tidak ada


b. Mata
- Simetris : Iya
- Kelainan : Tidak ada
- Perdarahan : Tidak ada
- Kelainan : Tidak ada
c. Hidung
- Lubang : Ada
- Cuping hidung : Tidak ada
- Cairan/pengeluaran : Tidak ada
- Kelainan : Tidak ada
d. Mulut
- Bibir : Tidak ada kelainan
- Palatum : Tidak ada
- Gusi : Kemerahan
- Kelainan : Tidak ada
e. Telinga
- Simetris : Iya
- Pengeluaran : Tidak ada
- Lubang : Ada
- Daun telinga : Ada
- Kelainan : Tidak ada
f. Leher
- Pembengkakan : Tidak ada
- Kelainan : Tidak ada
g. Dada
- Simetris : Iya
- Bunyi nafas : Teratur
- Bunyi jantung : Teratur
- Kelainan : Tidak ada
142

h. Perut
- Bentuk : Normal
- Tali pusat : Normal
- Pengeluaran : Tidak ada
- Pembuluh darah : Tidak ada
- Kelainan : Tidak ada
i. Punggung
- Bentuk : Normal
- Kelainan : Tidak ada
j. Kulit
- Warna : Kemerahan
- Turgor : Tidak ada
- Lanuago : Tidak ada
- Vernik caseosa (lemak) : Tidak ada
k. Ekstremitas
- Jari-jari : Lengkap
- Gerakan : Aktif
- Kelainan : Tidak ada
l. Genetalia
Pria Wanita
- Scrotum : Ada - Labia :-
- Penis : Ada - Vagina :-
- Lubang penis : Ada - Kelainan :-
m. Anus
- Lubang anus : Ada
- Kelainan : Tidak ada

6. Pemeriksaan Penunjang : tidak ada


II. INTERPRETASI DATA
17 Januari 2024 jam 07.20 wib
b. Diagnosa Kebidanan

By. Ny P, Bayi cukup bulan, sesuai masa kehamilan dengan


pemeriksaan fisik dan observasi 24 jam pertama pada bayi baru
lahir normal

Data Dasar :
DS : - Ibu mengatakan senang dengan kelahiran anaknya

DO : - Keadaan umum : Baik


- kesadaran : Composmetis
- TTV
Pernapasan : 45 x/menit
Hr/Nadi : 135 x/menit
Suhu : 36,50C
Apgar Score :7/8
- Antropometri
Berat badan : 2900 g
Panjang badan : 48 cm
Lingkar Kepala : 33
Lingkar dada : 31 cm
Lingkar lengan atas : 11 cm
- Kelainan kongenital : Tidak ada
- Jenis Kelamin : Laki-laki
- Reflek Moro, Rooting, Graps, Sucking, Tonick neck,
Walking : Positif
c. Masalah : Tidak ada
144

III. MENENTUKAN DIAGNOSA POTENSIAL


Tidak Ada
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
Tidak Ada
V. MEMBUAT PERENCANAAN
Tanggal : 17 Januari 2024 jam : 07.30 wib
a. Inform Consent kepada ibu dan keluarga
b. Observasi KU dan TTV
c. Beritahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga
d. Lakukan penyuntikan Vit KI (phytomenadione)
e. Lakukan pemberian salep mata
f. Lakukan penyuntikan Hb0
g. Beritahu ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif sesuai kebutuhan bayi
selama 6 bulan tanpa makan tambahan dan menyusui bayinya sesering
mungkin kurang lebih setiap 2 jam dan mengajarkan ibu untuk
menyendawakan bayi selesai menyusui dengan mendekap bayi dan menepuk
punggung bayi dengan lembut agar tidak muntah
h. Jaga kehangatan bayi dengan mengganti pakaian bila basah atau kotor
i. Beritahu ibu cara merawat tali pusat dengan benar tanpa memberikan apapun
j. Anjurkan ibu untuk perawatan payudara dan senam nifas
k. Anjurkan ibu untuk makan-makanan yang mengandung gizi seimbang
VI. IMPLEMENTASI
Tanggal : 17 Januari jam : 07.40 wib
a. Melakukan Inform Consent kepada ibu dan keluarga
b. Mengobervasi KU dan TTV
- Keadaan umum : Baik
- Kesadaran : Composmetis
- TTV
Pernapasan : 45 x/menit
Hr/Nadi : 135 x/menit
145

Suhu : 36,50C
Apgar Score :7/8
c. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga
d. Melakukan penyuntikan Vit KI (phytomenadione) sebanyak 1 mg dosis
tunggal, disuntikkan di paha sebelah kiri bagian anterolateral secara IM untuk
mencegah perdarahan pada bayi baru lahir.
e. Melakukan pemberian salep mata gentamicin 0,3% untuk mencegah infeksi
pada mata bayi baru lahir dengan cara oleskan salep mata dari mata bagian
dalam kearah bagian luar secara bergantian antara mata kanan dan kiri
f. Melakukan penyuntikan imunisasi Hb0 untuk mencegah penyakit hepatitis pada
bayi baru lahir,disuntikkan pada paha kanan 1/3 atas bagian luar secara IM
dengan dosis 0,5 ml diberikan 1 jam setelah bayi lahir
g. Memberitahu ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif sesuai kebutuhan
bayi selama 6 bulan tanpa makan tambahan dan menyusui bayinya sesering
mungkin kurang lebih setiap 2 jam dan mengajarkan ibu untuk menyendawakan
bayi selesai menyusui dengan mendekap bayi dan menepuk punggung bayi
dengan lembut agar tidak muntah
h. Memberitahu ibu untuk menjaga kehangatan bayi dengan mengganti pakaian
bila basah atau kotor
i. Memberitahu ibu cara merawat tali pusat yang benar tanpa memberikan apapun
j. Menganjurkan ibu untuk perawatan payudara dan senam nifas
k. Menganjurkan ibu untuk makan-makanan yang mengandung gizi seimbang
VII. EVALUASI
Tanggal : 17 Januari 2024 jam : 07.50 wib
a. Informed consent kepada ibu dan keluarga telah dilakukan
b. Pemeriksaan TTV sudah dilakukan
c. Ibu dan keluarga sudah mengetahui hasil pemeriksaan dan ibu tampak senang
d. Penyuntikan Vit KI telah dilakukan
e. Pemberian salep mata telah dilakukan
f. Penyuntikan Hb0 telah dilakukan
146

g. Ibu sudah mengerti tentang ASI Eksklusif dan mau memberikan ASI Eksklusif
pada bayinya
h. Kehangatan bayi telah terjaga dan selalu mengganti pakaian bila basah atau
kotor
i. Ibu sudah mengerti tentang cara merawat tali pusat yang baik dan benar
j. Ibu mau mengikuti saran untuk melakukan perawatan payudara dan senam nifas
k. Ibu mau mengikuti saran untuk maka-makanan yang mengandung gizi
seimbang sesuai yang dianjurkan bidan

CI Akademik Peserta Praktik

Bdn. Subang Aini Nst, S.Keb.,M.Kes (Nursaktila)


NIDN:0106018503
147

CATATAN BAYI BARU LAHIR NORMAL DENGAN PEMERIKSAAN FISIK


DAN OBSERVASI PADA 24 JAM PERTAMA MENGGUNAKAN SOAP

A. Data Subjektif tanggal 17 Januari 2024


- Ibu mengatakan bayi menyusu kuat dan tidak ada keluhan
- Ibu mengatakan bayinya BAB dan BAK Lancar
B. Data objektif
- Keadaan umum : Baik
- TTV
Pernapasan : 45 x/menit
Hr/Nadi : 135 x/menit
Suhu : 36,50C
- Antropometri
Berat badan : 2900 g
Panjang badan : 48 cm
Lingkar Kepala : 33
Lingkar dada : 31 cm
Lingkar lengan atas : 11 cm
- Kelainan kongenital : Tidak ada
- Jenis Kelamin : Laki-laki
- Reflek Moro, Rooting, Graps, Sucking, Tonick neck, Walking : Positif
C. Asassement

By. Ny. P, bayi cukup bulan, sesuai masa kehamilan dengan pemeriksaan fisik dan
observasi 24 jam pertama pada bayi baru lahir normal
D. Plan
1. Melakukan Inform Consent kepada ibu dan keluarga
2. Mengobervasi KU dan TTV
- Keadaan umum: Baik
- Kesadaran : Composmetis
- TTV
148

Pernapasan : 45 x/menit
Hr/Nadi : 135 x/menit
Suhu : 36,50C
Apgar Score :7/8
3. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga
4. Melakukan penyuntikan Vit KI (phytomenadione) sebanyak 1 mg dosis tunggal,
disuntikkan di paha sebelah kiri bagian anterolateral secara IM untuk mencegah
perdarahan pada bayi baru lahir.
5. Melakukan pemberian salep mata gentamicin 0,3% untuk mencegah infeksi pada
mata bayi baru lahir dengan cara oleskan salep mata dari mata bagian dalam
kearah bagian luar secara bergantian antara mata kanan dan kiri
6. Melakukan penyuntikan imunisasi Hb0 untuk mencegah penyakit hepatitis pada
bayi baru lahir,disuntikkan pada paha kanan 1/3 atas bagian luar secara IM dengan
dosis 0,5 ml diberikan 1 jam setelah bayi lahir
7. Memberitahu ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif sesuai kebutuhan bayi
selama 6 bulan tanpa makan tambahan dan menyusui bayinya sesering mungkin
kurang lebih setiap 2 jam dan mengajarkan ibu untuk menyendawakan bayi selesai
menyusui dengan mendekap bayi dan menepuk punggung bayi dengan lembut agar
tidak muntah
8. Memberitahu ibu untuk menjaga kehangatan bayi dengan mengganti pakaian bila
basah atau kotor
9. Memberitahu ibu cara merawat tali pusat yang benar tanpa memberikan apapun
10. Menganjurkan ibu untuk perawatan payudara dan senam nifas
11. Menganjurkan ibu untuk makan-makanan yang mengandung gizi seimbang
149

BAB IV
PEMBAHASAN

https://jom.htp.ac.id/index.php/jkt/article/view/312
1. Kehamilan
Berdasarkan data subjektif Ny. P , ibu mengatakan hamil anak pertama, Ibu
mengatakan tidak pernah keguguran, Ibu mengatakan HPHT 14-04-2023, Ibu
mengatakan sering pusing dan mudah mengantuk. Berdasarkan data objektif TD :
110/60 mmh, Nadi : 110x/i, Suhu : 36,50C, Nafas : 20x/i, Lila : 29,5 cm , HB: 10,7
gr/dl.
Berdasarkan hasil pemeriksaan Ny. P mengalami anemia ringan. Hal ini sesuai
dengan teori Aini dan Yanti (2020) dalam jurnal Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil
Dengan Anemia Ringan Di PMB Hj. Dince Safrina Tahun 2020, bahwa Ibu hamil
dikatakan anemia jika ibu hamil dengan kadar Hb <11 gr% pada trimester I dan III atau
Hb <10,5 gr% pada trimester II.
Penatalaksanaan pada kasus Ny. P adalah memberitahukan hasil pemeriksaan,
mengingatkan ibu tanda bahaya kehamilan, menganjurkan ibu untuk mengatur pola
makan, menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang tinggi zat besi,
emberitahu ibu untuk mengatur pola istirahat, memberitahu ibu tanda-tanda persalinan,
memberitahu ibu tanda-tanda bahaya kehamilan trimester III, memberitahu ibu untuk
menjaga personal hygiene kemudia diberikan tablet Fe untuk mencegah dan mengatasi
anemia yang dialami oleh ibu serta pemenuhan nutrisi selama kehamilan. Selain tablet
Fe Ny. P yang mengalami anemia ringan juga diberikan vitamin C bertujuan untuk
mempercepat penyerapan zat besi dalam tubuh ibu sehingga diharapkan kadar Hb ibu
dapat meningkat. Selain itu, ibu juga disarankan untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya
dengan mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang terutama makanan yang
mengandung tinggi zat besi. Dengan penanganan yang telah dilakukan diharapkan ibu
tidak lagi mengalami anemia ringan dan kadar Hb-nya dapat meningkat dari 10,2
gram/dl menjadi minimal 11 gram/dl.
Hal ini sesuai dengan teori Aini dan Yanti (2020) dalam jurnal Asuhan
Kebidanan Pada Ibu Hamil Dengan Anemia Ringan Di PMB Hj. Dince Safrina Tahun

149
150

2020, memberikan pendidikan kesehatan seperti komplikasi pada ibu dan janin jika
sedang anemia, gizi ibu hamil, personal hygiene, istirahat cukup, tanda-tanda bahaya
dalam kehamilan, berikan terapi obat Fe dan sayur bayam, beritahu cara mengonsumsi
tablet Fe dengan benar. Berdasakan kasus diatas tidak ada kesenjangan antara teori dan
praktik dilapangan.

2. Persalinan
https://ejournal.stikesmajapahit.ac.id/index.php/MM/article/view/788
1. Kala I
Pada usia kehamilan 39-40 minggu Ny. P datang bersama ke Praktek Bidan
Nursaktila, S.Keb tanggal 17-01-2024, pukul 04.00 wib. Ibu mengeluh nyeri perut
yang menjalar dari pinggang ke ari-ari sejak tadi malam dan Ibu mengatakan keluar
lendir bercampur darah.
Menurut (Indah, dkk. 2018) dalam jurnal Manajemen Asuhan Kebidanan
Persalinan Normal Ny “N” dengan Usia Kehamilan Preterm di RSUD Syekh Yusuf
Gowa Tanggal 01 Juli 2018 tanda awal persalinan adalah his yang datang lebih kuat dan
teratur, diikuti dengan keluarnya lendir bercampur darah yang menandakan bahwa jalan
lahir mulai membuka serta keluar cairan dari kemaluan adalah ciri-ciri dari air ketuban.
Kemudian melakukan pemeriksaan dan didapatkan hasil pembukaan serviks sudah 6
cm, portio tipis lunak, selaput ketuban masih utuh kepala berada di bidang hodge III
dan his 4 kali dalam 10 menit lamanya 42 detik. Tanda-tanda vital ibu dalam batas
normal, djj 130x/i. Dengan demikian seorang bidan harus tetap memberikan asuhan
sayang ibu,memenuhi cairan nutrisi dan hidrasi dukungan psikologis dan spiritual
kepada ibu dan keluarga sangat penting agar tetap tenang dalam menghadapi
persalinannya yaitu dengan memperbanyak berdoa, berdzikir, istighfar, membaca dan
mendengarkan lantunan ayat suci Al-Quran. Pemantauan dilakukan sesuai dengan
partograf dan asuhan kebidanan yang diterapkan pada Ny. P mulai dari memilih posisi
yang nyaman sesuai keinginan ibu, pemberian dukungan suport mental dan ibu diberi
makan dan minum. Kemudian didapatkan bahwa kemajuan persalinan berlangsung
normal dengan hasil pembukaan 10 cm dan kepala sudah 1/5.
151

2. Kala II
Selama Kala II ibu dipimpin meneran ketika ada his dan menganjurkan ibu untuk
minum di sela-sela his, ibu memilih posisi melahirkan setengah duduk, beberapa menit
kemudian ibu mengatakan bahwa ia ingin meneran dan sudah ada tanda-tanda
persalinan yaitu: adanya dorongan kuat dan meneran, tekanan yang semakin meningkat
pada rektum dan vagina, perineum tampak menonjol, vulva dan sfingter ani membuka,
karena kepala janin telah turun dan masuk pintu atas panggul, sehingga terjadilah
tekanan pada otot dasar panggul yang menimbulkan rasa ingin meneran. Karena
tekanan rectum ibu merasa seperti buang air besar, dengan tanda anus terbuka. Dengan
HIS meneran yang terpimpin, maka akan lahir kepala setelah kepala bayi lahir dan
melakukan putar paksi luar maka ibu kembali meneran dan di ikuti dengan lahirnya
UUK, UUB, dahi, mata, telinga, hidung, mulut, dagu dan seluruh badan bayi, kemudian
bayi di letakkan di atas perut ibu, dikeringkan dan di selimuti untuk mencegah
terjadinya hipotermi.
Menurut Anggreni dan Rochimin (2021), dalam jurnal Asuhan Persalinan Normal
Pada Ny. “R” pada kala pengeluaran janin, his terkoordinasi, kuat, cepat, dan lebih
lama, kira-kira 2–3 menit sekali. Kepala janin telah turun dan masuk ke ruang panggul
sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot panggul yang melalui lengkung refleks yang
menimbulkan rasa mengedan. Oleh karena tekanan pada rektum, ibu merasa seperti
mau buang air besar, dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his, kepala janin mulai
kelihatan, vulva membuka, dan perineum meregang. Kala II pada primi berlangsung
1½-2 jam, dan pada multi ½ -1 jam. Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan
pada Ny. P tidak terdapat kesenjangan dengan teori karena kala II berlangsung selama
15 menit.
3. Kala III
Setelah kelahiran bayinya 1 menit kemudian dilakukan penyuntikan oksitosin pada
ibu, setelah itu dilakukan pemotongan tali pusat pada bayi, di ikat dengan kuat dan di
bungkus dengan kassa steril, kemudian dilakukan IMD selama 1 jam. Ibu mengatakan
perutnya terasa mules dan setelah melakukan pemeriksaan didapati tanda-tanda
pelepasan plasenta yaitu adanya semburan darah tiba-tiba, tali pusat bertambah panjang
152

dan bentuk uterus menjadi lebih bulat. Segera setelah ada tanda-tanda tersebut bidan
melakukan manajemen aktif kala III yaitu melakukan PTT (Penegangan Tali pusat
Terkendali) setelah lahir plasenta bidan melakukan masase uterus untuk meminimalkan
kejadian komplikasi. Kala III berlangsung selama 10 menit, plasenta dan selaput
ketuban lahir lengkap dengan perdarahan ± 100 cc. Hal ini sesuai dengan teori menurut
Anggreni dan Rochimin (2021), dalam jurnal Asuhan Persalinan Normal Pada Ny. “R”.
Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda- tanda yaitu
semburan darah mendadak, tali pusat bertambah panjang dan perubahan uterus menjadi
globuler/bundar.
4. Kala IV
Menurut Anggreni dan Rochimin (2021), dalam jurnal Asuhan Persalinan Normal
Pada Ny. “R” kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan
postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang dilakukan meliputi
pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi dan pernapasan, TFU, kontraksi
uterus, kandung kemih, dan perdarahan. Setelah proses persalinan selesai maka penulis
melakukan pemantauan kondisi ibu selama 2 jam. 1 jam pertama dilakukan per 15 menit
yang dipantau adalah tekanan darah, nadi, suhu dan darah yang keluar dalam batas
normal, tinggi fundus uteri setinggi pusat, kontraksi uterus baik serta kandung kemih
kosong. 1 jam kedua dilakukan per 30 menit, tekanan darah, suhu, nadi dan jumlah darah
yang keluar dalam batas normal, tinggi fundus uteri 1 jari dibawah pusat, kontraksi
uterus baik, dan kandung kemih ibu penuh. Ibu mengatakan merasa ingin buang air kecil
dan segera bidan membantu ibu untuk buang air kecil. Dari pemantauan tersebut
didapatkan bahwa keadaan ibu baik dan normal secara keseluruhan tanpa ada penyulit.
153

3. Nifas
https://ojs.unsiq.ac.id/index.php/ppkm/article/view/550
Berdasarkan data subjektif dan objektif, didapatkan hasil pemeriksaan Ny. P usia
25 tahun P1A0HI 6 jam Post Partum Normal , ibu mengatakan tidak ada keluhan.
Perencanaan penatalaksanaan pada Ny. P adalah mengajarkan ibu teknik menyusui
yang benar dan perawatan payudara. Untuk memberikan pelayanan pada ibu nifas
salah satu caranya adalah dengan perawatan payudara, dan posisi menyusui bayi yang
benar, menyusui bayinya lebih sering (8-12 kali dalam waktu 24 jam), ( Andriana dan
Sepduwiana, 2020).
Penatalaksanaan dari kasus Ny. P tersebut adalah dengan mengajarkan ibu
teknik menyusui yang benar Mengajarkan ibu teknik dan posisi menyusui yang baik
dan benar yaitu : mencuci tangan sebelum menyusui bayinya, ibu duduk dengan santai
dan nyaman, posisi punggung bersandar (tegak) sejajar punggung kursi, kaki diberi
alas sehingga tidak menggantung, mengeluarkan sedikit ASI dan mengoleskan pada
puting susu dan aerola sekitarnya (desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu),
bayi dipegang dengan satu lengan, kepala terletak pada lengkung siku ibu dan bokong
bayi terletak pada lengan, menempelkan perut bayi pada perut ibu dengan meletakkan
satu tangan bayi dibelakang ibu dan yang satu didepan, kepala bayi menghadap ke
payudara. Ibu memposisikan bayi dengan telinga dan lengan pada garis lurus, ibu
memegang payudara dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang dibawah serta
tidak menekan puting susu atau areola, ibu menyentuhkan putting susu pada bagian
sudut mulut bayi sebelum menyusui. Setelah mulai menghisap, payudara tidak perlu
dipegang atau disangga lagi, ibu menatap bayi saat menyusui dan sendawakan bayi
tiap kali habis menyusui untuk mengeluarkan udara dari lambung bayi agar bayi tidak
kembung dan muntah.
Berdasarkan penatalaksanaan kasus diatas sesuai dengan teori hal ini sesuai
dengan teori (Subekti 2018) dalam jurnal Teknik Menyusui Yang Benar Di Desa
Wanaraja, Kecamatan Wanayasa Kabupaten Banjarnegara. Langkah-langkah teknink
menyusui yang benar yaitu : ibu mencuci tangan sebelum menyusui bayinya, ibu
duduk dengan santai dan nyaman, posisi punggung bersandar (tegak) sejajar punggung
154

kursi, kaki diberi alas sehingga tidak menggantung. mengeluarkan sedikit ASI dan
mengoleskan pada puting susu dan aerola sekitarnya (desinfektan dan menjaga
kelembaban puting susu), bayi dipegang dengan satu lengan, kepala terletak pada
lengkung siku ibu dan bokong bayi terletak pada lengan, ibu menempelkan perut bayi
pada perut ibu dengan meletakkan satu tangan bayi dibelakang ibu dan yang satu
didepan, kepala bayi menghadap ke payudara, ibu memposisikan bayi dengan telinga
dan lengan pada garis lurus, ibu memegang payudara dengan ibu jari diatas dan jari
yang lain menopang dibawah serta tidak menekan puting susu atau areola, ibu
menyentuhkan putting susu pada bagian sudut mulut bayi sebelum menyusui, setelah
mulai menghisap, payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi, ibu menatap bayi
saat menyusui
Dari penatalaksaan pada kasus Ny. P tidak terdapat kesenjangan antara teori
dengan praktik di lapangan.

4. Bayi Baru Lahir


http://digilib.unisayogya.ac.id/1935/1/naskah%20publikasi.pdf
Menurut (Kemenkes, 2015) pelayanan kesehatan bayi baru lahir dilaksanakan
minimal 3 kali dan sesuai standar yaitu : saat bayi berusia 6 jam-48 jam, saat bayi usia
3-7 hari, dan saat bayi usia 8-28 hari.
Bayi Ny. P lahir spontan pada tanggal 17 Januari 2024 pukul 06.30 wib,
menangis kuat, warna kulit kemerahan, jenis kelamin laki-laki, tidak ada cacat
kongenital, berat badan 2900, panjang badan 49 cm, Hr/Nadi : 135 x/menit, Apgar
Score 7/8. Hal ini sesuai dengan teori dimana bayi baru lahir normal dan sehat apabila
warna kulit merah , denyut jantung > 100x/i , menangis kuat, tonus otot bergerak aktif,
pernapasan baik dan tidak ada komplikasi pada bayi tersebut (Tando, 2016).
Asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir yaitu memberikan penyuntikan Vit
KI, melakukan pemberian salep mata, melakukan penyuntikan Hb0, memberitahu ibu
untuk memberikan ASI secara eksklusif sesuai kebutuhan bayi selama 6 bulan tanpa
makan tambahan dan menyusui bayinya sesering mungkin kurang lebih setiap 2 jam
dan mengajarkan ibu untuk menyendawakan bayi selesai menyusui dengan mendekap
155

bayi dan menepuk punggung bayi dengan lembut agar tidak muntah, menjaga
kehangatan bayi dengan mengganti pakaian bila basah atau kotor, memberitahu ibu
cara merawat tali pusat dengan benar tanpa memberikan apapun, menganjurkan ibu
untuk perawatan payudara dan senam nifas, mengnjurkan ibu untuk makan-makanan
yang mengandung gizi seimbang.
Hal ini sesuai dengan teori Standar Asuhan pada bayi baru lahir menurut (Isnaini,
2015) dalam jurna Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Normal Di Bps Dwi
Maryati Gunung Kidul. Peran bidan dalam melakukan asuhan bayi baru lahir normal
termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusui dini, injeksi vitamin K1,
Perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari) dan perawatan tali pusat.
Bayi Baru Lahir memerlukan asuhan yang segera yang cepat, tepat, aman dan bersih.
Hal tersebut merupakan bagian esensial bayi baru lahir. Sebagian besar proses
persalinan terfokus pada ibu, tetapi sehubungan dengan proses pengeluaran hasil
kehamilan (bayi) maka penatalaksanaan persalinan baru dikatakan berhasil jika ibu dan
bayinya dalam kondisi yang optimal, sehingga selain ibunya bayi yang dilahirkan juga
harus dalam keadaan sehat.
156

BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan selama hamil, bersalin, nifas dan
bayi baru lahir se pada Ny “P” usia 25 tahun yang dimulai pada usia kehamilan 38-39
minggu sampai bayi baru lahir dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
5.1.1 Kehamilan
Pada masa kehamilan Ny “P” melakukan kunjungan ANC secara rutin ±
1- 2 kali kunjungan setiap bulannya, dan selama kehamilan trimester III tidak
ditemukan komplikasi, hanya ada keluhan fisiologis seperti sering pusing
masalah tersebut dapat teratasi dengan baik. Dalam penatalaksanaan kasus Ny.
P tidak terdapat kesenjangan antara toeri dan praktik dilapangan.
5.1.2 Persalinan
Pada proses persalinan pada Ny “P”, tidak terdapat masalah pada kala I
samapi kala III, dan persalinan dilakukan secara pervaginam pada tanggal 17
Januari 2024 pukul 04.00 Wib dan bayi lahir pukul 06.30 Wib dengan Apgar
Score 7/8, BB 2900 gram, PB 48 cm, Hr/Nadi 135x/menit, jenis kelamin laki-
laki dan tidak ada cacat.
5.1.3 Nifas
Pada masa nifas tidak terjadi perdarahan dan infeksi, pada payudara tidak
ada kelainan dan tidak ada tanda bahaya infeksi ataupun bendungan ASI,
pengeluaran ASI lancar, involusi dan penurunan fundus uteri pada Ny “P”
berlangsung dengan baik. Penatalaksanaan yang diberikan pada Ny. P adalah
dengan mengajarkan teknik menyusui yang benar dengan tujuan untuk
mendorong keluarnya ASI secara maksimal sehingga keberhasilan menyusui
bisa tercapai.
5.1.4 Bayi Baru Lahir
Pada neonatus tidak ditemukan terjadinya komplikasi atau masalah yang
serius yang dialami bayi, kunjungan dilakukan 1 kali dan tidak terjadi masalah.

156
157

Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi dan tanda-tanda bahaya pada bayi baru
lahir.
5.2 SARAN
Berdasarkan pembahasan kasus diatas, penulis memberikan sedikit masukan atau
saran yang diharapkan dapat bermanfaat :
1. Praktek Bidan Nursaktila, S.Keb
Diharapkan lahan praktik mampu meningkatkan mutu pelayanan kebidanan
terutama asuhan pada ibu hamil, bersalin, nifas dan BBL. Sehingga dapat
memberikan asuhan yang lebih baik sesuai dengan standar asuhan kebidanan serta
dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan agar dapat menerapkan
setiap asuhan kebidanan sesuai dan dengan melakukan Continuity of care terutama
asuhan pada ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir untuk mendeteksi dini
komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi sehingga dapat meningkatkaan derajat
pelayanan kesehatan ibu dan anak untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian
2. Universitas Adiwangsa Jambi
Dari laporan tugas akhir ini diharapkan institusi pendidikan dapat
mengembangkan materi yang telah diberikan baik dalam proses perkuliahan
maupun praktik lapangan sehingga mahasiswanya mampu menerapkan asuhan
kebidanan secara langsung dan berkesinambungan pada ibu hamil, bersalin, nifas
dan bayi baru lahir dengan pendekatan manajemen kebidanan yang sesuai dengan
standar pelayanan kebidanan. Serta meningkatkan kualitas pendidikan bagi
mahasiswa dengan penyediaan fasilitas sarana dan prasarana yang mendukung
peningkatan kompetensi mahasiswa sehingga dapat menghasilkan bidan yang
berkualitas.
3. Bagi Pasien
Diharapkan dengan dilakukannya asuhan kebidanan secara komprehensif
mulai dari hamil sampai bayi baru lahir dapat meningkatkan pengetahuan
pasien/klien tentang kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir.
DAFTAR PUSTAKA

Aini dan Yanti. (2020). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dengan
Anemia Ringan Di PMB Hj. Dince Safrina Tahun 2020.
https://jom.htp.ac.id/index.php/ikt.

Israyanti dan Ulya (2021). Pengaturan Menu Seimbang Tinggi


Protein Pada Ibu Hamil Anemia.
https://jom.htp.ac.id/index.php/jkt.

Helfiyem (2016). Studi Kasus Asuhan Kebidanan Pada Ny. A


Dengan Anemia Dalam Kehamilan Di Puskesmas Senen Jakarta
Pusat Tahun 2016.http://repository.poltekkesjakarta3.ac.id
Anggreni dan Rochimin, (2021). Asuhan Persalinan Normal Pada
Ny “R”.http://jom.htp.ac.id/index.php/jkt.

Ginarsih Yuni dan Sherly Jeniawaty. 2017. Hubungan


Penatalaksanaan Manajemen Aktif Kala Iii Dengan Kejadian
Hemorrhagic Post Partum (Hpp) Primer Pada Ibu Nifas.
Tunas-Tunas Riset Kesehatan Vol VII No 4
Rosyati, H. (2017). Asuhan Persalinan Normal. P E R S a L I N a N,
6.7
Wulandari, (2020). Manajemen Asuhan Kebidanan Intranatal
Dengan Persalinan Normal http://repository.poltekkes-
unair.ac.id/id/eprint/7807
Jannah , 2017. Buku Ajar Asuhan kebidanan Kehamilan. Yogyakarta : C.V Andi
Offset.
Setiawati, Dewi. 2016. Kehamilan dan pemeriksaan Kehamilan. Makassar : Alauddin
University Press.
Yeyek, Ai, dkk. 2015. Asuhan kebidanan II Persalinan, DKI Jakarta : CV-Trans Info
Media.
annah Nurul. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET.2012.
Khaerunnisa, dkk (2021). Manajemen Asuhan Kebidanan pada Ibu
Nifas dengan Bendungan Asi. http://journal.uin.alauddin.ac.id
Oriza, (2019). Faktor Yang Mempengaruhi Bendungan Asi Pada Ibu Nifas.
https://Poltekkes-sorong.e-journal.id.com
Yanti, Sundawati. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Bandung: PT Refika Aditama. 2014.
Apriliyani. (2016).Asuhan Keperawatan Bayi Baru Lahir Pada By.
Ny. A Di Bangsal Melati Bagian Kebidanan Budi Rahayu RSUD
Tidar Magelang. Https://R2kn.Litbang. Kemenkes.Go.Id
Chairunnisa & Juliarti. (2022). Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru
Lahir Normal Di Pmb Hasna Dewi Kota Pekanbaru.
Https://Jom.Htp.Ac.Id/Index.Php/Jkt

Salsabilah.(2021). Asuhan Kebidanan Neonatus Pada Bayi Ny. E


Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan Di RS PMI Kota
Bogor. Https://Repo.Poltekkesbandung.Ac.Id.Com

Isnaini, 2015. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Normal Di


Bps Dwi Maryati Gunung Kidul. https://jurnal.stikes.aisyiyah-
yogyakarta.ac.id

Surianti, (2018). Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Ny. N Di


Puskesmas Pancur Batu Jl. Jamin Ginting Kec. Pancur Batu,
Kab. Deli Serdang Tahun 2018. https://e-journal. ibi.or.id
L
A
M
P
I
R
A
N
Jurnal Kebidanan Terkini (Current Midwifery Journal)
e-ISSN 0000-0000

https://jom.htp.ac.id/index.php/jkt

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN ANEMIA RINGAN


DI PMB Hj. DINCE SAFRINA TAHUN 2020

Siti Nur Aini(1) Juli Selvi Yanti(2)


STIKes Hang Tuah

1)
nurainisiti458@gmail.com

Histori artikel Abstrak


Received: Anemia adalah suatu kondisi medis dimana jumlah sel darah merah
15 Desember 2020
atau haemoglobin kurang dari normal. Hal ini dapat menyebabkan
Accepted: masalah kesehatan karena sel darah merah mengandung haemoglobin
15 Februari 2021
yang membawa oksigen ke jaringan tubuh. Ibu hamil dikatakan
Published: anemia jika ibu hamil dengan kadar Hb <11 gr% pada trimester I dan
16 Maret 2021
III atau Hb <10,5 gr% pada trimester II. Ibu hamil dengan kadar Hb 9-
10 gr%, termasuk dalam kategori anemia ringan. Tujuan penulisan
adalah melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny. Y G1P0A0 umur 22
tahun usia kehamilan 28 minggu 3 hari dengan kasus anemia ringan di
Praktek Mandiri Bidan Hj. Dince Safrina Tahun 2020. Metode yang
digunakan adalah studi kasus dengan pendekatan asuhan kebidanan
yaitu SOAP yang meliputi subjektif, objektif, assessment, plan, dan
lembar implementasi serta evaluasi, dilaksanakan pada tanggal 09 Juli
2020 sampai 16 Juli 2020 di PMB Hj. Dince Safrina dan di rumah
pasien. Hasil asuhan kebidanan yang telah dilakukan terhadap Ny.Y
G1P0A0 umur 22 tahun usia kehamilan 28 minggu 3 hari dengan
anemia ringan dilakukan dengan memberikan tablet Fe dan sayur
bayam sebanyak 300 gram dikonsumsi setiap hari selama 1 minggu,
setelah 1 minggu diberikan asuhan ibu mengalami perbaikan Hb 11,2
gr/dL dan tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus.
Kesimpulan yang ditarik adalah adanya kenaikan Hb pada ibu
hamil setelah mengkonsumsi tablet Fe dan sayur bayam selama
1 minggu. Petugas kesehatan diharapkan dapat melakukan promosi
kesehatan tentang pentingnya mengkonsumsi tablet Fe yang tepat,
makan makanan yang mengandung zat besi, serta vitamin C untuk
meningkatkan penyerapan zat besi didalam tubuh.
Kata Kunci : Anemia Ringan, Ibu Hamil, Asuhan Kebidanan
PENDAHULUAN
Kehamilan adalah masa dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal
adalah 280 hari (40 minggu) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi
menjadi trimester I, II dan III, pada trimester I yaitu dimulai dari konsepsi sampai minggu ke-
12, trimester II dari minggu ke-13 sampai minggu ke-28, trimester III dari minggu ke-28
sampai minggu ke-40 (Nugraheny, 2010). Pada kunjungan awal dan pada trimester III (28
mgg), dilakukan pemeriksaan Hb pada ibu hamil dan bila didapatkan tanda-tanda anemia
menjelang persalinannya sebagai tindakan antisipasi pada proses persalinan seandainya terjadi
komplikasi (Rukiyah & Yulianti, 2014). Diperkirakan 41,8% ibu hamil diseluruh dunia
mengalami anemia. Paling tidak setengahnya disebabkan kekurangan zat besi (Kemenkes RI,
2015).
Anemia adalah suatu kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau haemoglobin
kurang dari normal. Hal ini dapat menyebabkan masalah kesehatan karena sel darah merah
mengandung haemoglobin yang membawa oksigen ke jaringan tubuh (Proverawati, 2011). Ibu
hamil dikatakan anemiajika ibu hamil dengan kadar Hb <11 gr% pada trimester I dan III atau
Hb <10,5 gr% pada trimester II (Fadlun & Feryanto, 2012). Prevalensi anemia diperkirakan
9% di negara-negara maju, sedangkan di negara berkembang prevalensinya 43% (Kemenkes
RI, 2016) Menurut World Health Organization (2010) dalam Evayanti (2015), penyebab
utama tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah perdarahan (28%). Penyebab
utama terjadinya perdarahan dan infeksi pada ibu hamil yaitu anemia dan kurang energi
kronik. Hasil Riskesdas 2018 menyatakan bahwa di Indonesia sebesar 48,9% ibu hamil
mengalami anemia. Sebanyak 84,6% anemia pada ibu hamil terjadi pada kelompok umur 15-
24 tahun. Untuk mencegah anemia setiap ibu hamil diharapkan mendapatkan tablet tambah
darah (TTD) minimal 90 tablet selama kehamilan. Cakupan pemberian TTD pada ibu hamil di
Indonesia tahun 2018 adalah 81,16%. Angka ini belum mencapai target Renstra tahun 2018
yaitu 95%. Provinsi dengan cakupan tertinggi pemberian TTD pada ibu hamil adalah
Bengkulu (99,49%), sedangkan provinsi dengan cakupan terendah adalah Banten (32,11%).

Terdapat dua provinsi yang sudah melampaui target Renstra tahun 2018 yaitu Bengkulu dan
DKI Jakarta (Kemenkes RI, 2019).
Provinsi Riau cakupan ibu hamil mendapat tablet Fe tahun 2018 sebesar 82,8%, data
tersebut masih dibawah target yang ditentukan yaitu 95%. Sedangkan untuk Kabupaten/kota
dengan cakupan tertinggi adalah Kabupaten Indragiri Hulu sebesar 100% diikuti oleh
Kabupaten Kuantan Singingi (96,85%) dan Kota Pekanbaru (94,07%). Cakupan terendah
adalah Kabupaten Rokan Hilir sebesar 66,24%, diikuti oleh Kabupaten Indragiri Hilir sebesar
71,7%, dan Kabupaten Siak sebesar 66,34% (Dinas Kesehatan Provinsi Riau, 2019).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru Tahun 2014, Puskesmas Rumbai
Bukit merupakan Puskesmas dengan anemia berat tertinggi yaitu sebesar 11,4% anemia pada
ibu hamil.
Anemia umumnya disebabkan oleh kurang gizi, kurang zat besi dalam diet, malabsorpsi,
kehilangan darah yang banyak pada persalinan yang lalu, haid, dll, penyakit kronik: TBC,
paru, cacing usus, malaria, dll (Nugraheny, 2010). Bahaya anemia bagi ibu hamil yaitu dapat
menyebabkan perdarahan waktu persalinan sehingga membahayakan jiwa ibu, mengganggu
pertumbuhan bayi dalam kandungan, berat badan bayi dibawah berat normal (Pudiastuti,
2012). Pencegahan dan pengobatan untuk ibu hamil terhadap anemia yaitu dapat dilakukan
dengan meningkatkan konsumsi makanan yang bergizi termasuk makan-makanan yang
mengandung zat besi, menambah pemasukan zat besi kedalam tubuh dengan minum Tablet
Tambah Darah (TTD), mengobati penyakit yang menyebabkan atau memperberat anemia
seperti kecacingan, malaria, dan penyakit TBC (Fadlun & Feryanto, 2012).
METODE STUDI KASUS

Studi kasus ini menggunakan metode dengan pendekatan asuhan kebidanan yaitu SOAP
yang meliputi subjektif, objektif, assessment, plan, dan lembar implementasi serta evaluasi
yang diberikan pada ibu hamil Ny. Y di PMB Hj. Dince Safrina, SST Jl. Limbungan,
Kelurahan Limbungan, Kecamatan Rumbai Pesisir, Kota Pekanbaru dari 09-16 Juli 2020.
Subyeknya Ny. Y Umur 22 tahun G1P0A0. Jenis data primer. Cara pengumpulan data dengan
wawancara yang dilakukan pada ibu hamil, keluarga pasien untuk mendapatkan data secara
lengkap dengan format asuhan kebidanan pada ibu hamil, serta lakukan pemeriksaan fisik
yang bertujuan untuk menentukan status kesehatan klien, mengidentifikasi masalah kesehatan
dan mengambil data dasar untuk menentukan rencana tindakan kebidanan.
HASIL STUDI KASUS

Kunjungan antenatal care pertama kali dilakukan pada tanggal 09 Juli 2020.
Data Subjektif
Ibu merasa mudah lelah, lemas, sesak nafas ringan, dan merasa pusing sejak 3 hari yang lalu.
Ibu mengatakan sering lupa minum obat dan takut dengan jarum suntik. Makanan dikonsumsi
seperti biasanya, dan ibu suka begadang pada malam hari sehingga kurang istirahat. HPHT:23-
12-2019
Data Objektif
Keadaan Umum ibu baik, tekanan darah 110/80 mmHg, denyut nadi 78 x/menit,
pernafasan 21 x/menit, Suhu 36,7°C, berat badan 95,5 kg, tinggi badan 160 cm, LILA 35 cm.
TP: 30-09-2020. Konjungtiva pucat (anemis), sclera tidak ikhterik, mulut bersih, dan bibir
terlihat pucat. Pada pemeriksaan abdomen tidak ada luka bekas operasi, ada linea nigra, ada
striae gravidarum. TFU 3 jari diatas pusat. Bagian atas perut ibu teraba bundar, lunak, dan
tidak melenting adalah bokong janin. Bagian kiri perut ibu teraba memanjang dan keras adalah
punggung janin.
Bagian kanan perut ibu teraba menonjol adalah bagian kecil janin (ekstremitas janin).
Bagian bawah perut ibu teraba bundar, keras dan melenting adalah kepala janin. MC. Donald
: 24 cm, TBBJ: (24-13) x 155 = 1705 gr, DJJ: 142x/menit. pemeriksaan penunjang Hb: 9,4
gr/dL.

Assessment
G1P0A0, 28 minggu 3 hari dengan anemia ringan. Janin hidup, tunggal, intrauterine, preskep.
K/U ibu dan janin baik.

Plan

Informasi, Edukasi dan Terapi:


1. Beritahu hasil pemeriksaan
2. Jelaskan tentang anemia
3. Beritahu penyebab anemia
4. Beritahu penatalaksanaan anemia
5. Beritahu komplikasi kehamilan jika sedang anemia
6. Berikan penkes tentang gizi ibu hamil, personal hygiene, istirahat cukup
7. Beritahu tanda-tanda bahaya dalam kehamilan
8. Beritahu cara mengonsumsi tablet Fe dengan benar
9. Beritahu cara pengolahan bayam agar kandungan gizi tidak hilang
10. Berikan terapi obat Fe dengan dosis 1x1 setiap hari dan sayur bayam sebanyak 300 gr
11. Jelaskan kunjungan ulang

Implementasi

Informasi, Edukasi dan Terapi:


1. Memberitahu kepada ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa kehamilan normal,
keadaan umum janin baik, tetapi ibu dalam keadaan anemia ringan.
2. Menjelaskan kepada ibu tentang anemia yaitu suatu keadaan dimana jumlah sel darah
merah atau jumlah haemoglobin dibawah normal. Anemia ringan yaitu dimana kadar
Hb ibu hamil 9 gr% - 10 gr%.
3. Memberitahu kepada ibu penyebab terjadinya anemia yaitu karena kurang gizi,
kurang zat besi dalam makanan, malabsorpsi (kesulitan penyerapan nutrisi dalam
makanan), kehilangan darah yang banyak pada persalinan yang lalu, haid, dll,
penyakit kronik seperti TBC, cacing usus, malaria, dll.
4. Memberitahu kepada ibu tentang penatalaksanaan anemia yaitu dengan
meningkatkan konsumsi makanan bergizi dengan makan makanan yang banyak
mengandung zat besi dari bahan makanan hewani (daging, ikan, ayam, hati, telur) dan
bahan makanan nabati (sayuran berwarna hijau tua, kacang- kacangan, tempe).
Menambah pemasukan zat besi kedalam tubuh dengan minum Tablet Tambah Darah
(TTD). Mengobati penyakit yang menyebabkan atau memperberat anemia seperti:
kecacingan, malaria, dan penyakit TBC
5. Memberitahu ibu tentang komplikasi dalam kehamilan dengan keadaan ibu yang
sedang mengalami anemia jika anemia tidak diatasi. Komplikasi yang mungkin
terjadi adalah abortus, lahir prematur, lamanya waktu partus karena kurang daya
dorong rahim, pendarahan setelah melahirkan, rentan infeksi, syok bahkan
kematian ibu saat persalinan, kematian bayi dalam kandungan, kematian bayi pada
usia sangat muda, serta cacat bawaan.

6. Memberikan penkes (Pendidikan Kesehatan) tentang gizi pada ibu hamil yaitu
kebutuhan kalori selama kehamilan meningkat 300 kkal/hari, kebutuhan protein
meningkat 60 gram/hari. Personal hygiene dalam kehamilan dengan menganjurkan
ibu untuk menjaga kebersihan tubuh agar terhindar dari infeksi apabila basah
ataupun kotor. Istirahat yang cukup dengan menganjurkan ibu untuk istirahat yang
cukup yaitu tidur malam minimal 6-7 jam dan usahakan siang tidur/berbaring 1-2 jam dan
tidak melaksanakan aktivitas yang dapat membuat ibu kelelahan.
7. Memberitahu tanda-tanda bahaya dalam kehamilan seperti muntah terus dan tidak
mau makan, demam tinggi, bengkak kaki, tangan dan wajah, sakit kepala disertai
kejang, janin dirasakan kurang bergerak dibanding sebelumnya, pendarahan pada
hamil muda dan hamil tua, air ketuban keluar sebelum waktunya.
8. Memberitahu ibu cara mengonsumsi tablet Fe dengan benar yaitu ibu
mengonsumsi tablet Fe setelah makan atau sebelum tidur dan tidak minum teh,
susu, dan kopi bersamaan setelah mengonsumsi tablet Fe karena dapat
mengganggu penyerapan obat.
9. Memberitahu ibu cara pengolahan bayam agar kandungan gizi tidak hilang yaitu
dengan cara direbus dapat dilakukan dengan waktu maksimum 3 menit, dan
dengan cara penumisan dapat dilakukan dengan waktu maksimum 5 menit.
10. Memberikan ibu tablet Fe dengan dosis 1x1 tablet setiap hari, diminum dengan
teratur setiap hari, serta memberikan bayam kepada ibu sebanyak 300 gr sebagai
salah satu cara mengatasi anemia pada ibu

11. Menjelaskan kepada ibu adanya kunjungan ulang 1 minggu lagi untuk dilakukan
pemeriksaan dan evaluasi perkembangan keadaan ibu dan kenaikan Hb ibu.

Evaluasi
1) Ibu sudah mengetahui dengan keadaannya sekarang
2) Ibu sudah mengerti tentang anemia ringan yang sudah dijelaskan
3) Ibu sudah mengerti penyebab- penyebab terjadinya anemia yang sudah dijelaskan
4) Ibu sudah memahami penatalaksanaan dalam mencegah dan mengobati
anemia
5) Ibu sudah mengerti tentang komplikasi pada ibu hamil dengan anemia yang
sudah dijelaskan
6) Ibu sudah mengerti dan mau melaksanakan anjuran yang telah disampaikan
7) Ibu sudah memahami tentang tanda-tanda bahaya pada kehamilan yang telah
dijelaskan
8) Ibu sudah memahami bagaimana cara mengonsumsi tablet Fe dengan benar
9) Ibu sudah mengerti bagaimana cara pengolahan bayam yang benar
10) Ibu sudah mengerti anjuran konsumsi obat dan sayur bayam yang sudah
diberikan
11) Ibu mengerti dan bersedia untuk dilakukan pemeriksaan ulang 1 minggu lagi

PEMBAHASAN

Data Subjektif

Data subjektif yang ditemukan pada pengkajian ini yaitu terdapat informasi tentang ibu
yang mengatakan mudah lelah, lemas, sesak nafas ringan, dan merasa pusing sejak 3 hari
yang lalu. Ibu mengatakan sering lupa minum obat dan takut dengan jarum suntik. Ibu
mengatakan makanan dikonsumsi seperti biasanya, dan ibu suka begadang pada malam hari
sehingga kurang istirahat. Berdasarkan data subjektif yang didapatkan dari Ny. Y, pada kasus
ini selaras dengan teori Astutik & Ertiana (2018) yaitu gejala yang muncul seperti mudah
lelah, lemas, sesak nafas ringan, dan merasa pusing, merupakan gejala dari anemia pada ibu
hamil.

Data Objektif

Data Objektif yang ditemukan pada kunjungan pertama sampai terakhir yaitu
keadaan umum ibu baik, dan tanda-tanda vital dalam batas normal. Pada pemeriksaan
fisik, penulis menemukan ada kesenjangan antara teori dengan kasus, yaitu dalam teori
Fadlun & Feryanto (2012), kadar Hb ibu hamil harus >11 gr% pada trimester I dan III,
serta >10,5 gr% pada trimester II. Dari data yang didapatkan saat pemeriksaan fisik pada
Ny. Y kadar Hb ibu tersebut adalah 9,4 gr%, yang dalam teori Rukiyah & Yulianti (2014)
Hb ibu tersebut termasuk dalam klasifikasi anemia ringan yaitu antara 9-10 gr%. Data
objektif yang lain tidak jauh beda dari teori yang sudah dijelaskan oleh Megasari et al
(2019), bahwa tanda-tanda vital dalam batas normal yaitu tekanan darah 120/80 mmHg,
nadi 81 x/menit, pernafasan 19 x/menit, dan suhu 36,9°C.

Assessment
Assesment (penilaian) yang dapat ditegakkan atau disimpulkan pada asuhan kebidanan
ini adalah G1P0A0, 28-29 minggu dengan anemia ringan. Janin hidup, tunggal, intra utein,
presentasi kepala. K/U ibu dan janin baik.

Plan
Plan pada kasus ini, penulis memberikan pendidikan kesehatan seperti komplikasi
pada ibu dan janin jika sedang anemia, gizi ibu hamil, personal hygiene, istirahat cukup,
tanda-tanda bahaya dalam kehamilan, berikan terapi obat Fe dan sayur bayam, beritahu
cara mengonsumsi tablet Fe dengan benar, beritahu cara pengolahan bayam yang benar,
plan pada kasus ini sesuai dengan teori Proverawati (2011).
Implementasi
Lembar implementasi pada kasus ini, penulis melanjutkan rencana kedalam tindakan
nyata sesuai dengan teori yang ada dan disesuaikan dengan kebutuhan pasien.
Evaluasi

Evaluasi yang ditemukan pada kasus ini dikunjungan pertama sampai terakhir yaitu
ibu mengerti dan mampu memahami semua penjelasan yang sudah diberikan, dan ibu mau
melakukan anjuran yang telah diberikan.
KESIMPULAN

Setelah dilakukan pengkajian sampai evaluasi kasus, tidak terdapat kesenjangan teori dan
praktik di lapangan. Setelah dilakukan asuhan kebidanan sebanyak 2 kali kepada Ny. Y
dengan anemia ringan selama 1 minggu, maka hasil yang didapatkan yaitu adanya
kenaikan Hb pada ibu hamil setelah mengkonsumsi tablet Fe dan sayur bayam selama 1
minggu.
SARAN

1. Bagi BPM Hj. Dince Safrina, SST


Diharapkan kepada penyedia layanan asuhan kebidanan yang membuka praktek
untuk selalu mempertahankan dan meningkatkan pelayanan kebidanan yang sudah
ada, khususnya asuhan kehamilan dengan anemia ringan.
2. Bagi Instansi Pendidikan STIKes Hang Tuah Pekanbaru
Diharapkan studi kasus yang telah dilakukan dapat menambah sumber wawasan
pengetahuan mahasiswa, Khususnya DIII dan S1 Kebidanan Pendidikan STIKes
Hang Tuah Pekanbaru serta dijadikan referensi sebagai pengembangan ilmu
pengetahuan tentang asuhan kebidanan pada ibu hamil, khususnya anemia dan
menjadi pedoman untuk pengambilan studi kasus berikutnya.
3. Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar dapat menambah pengetahuan serta keterampilan mahasiswa
tentang asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan anemia ringan yang dapat terjadi
dan bagaimana cara mengatasinya. Sehingga bisa lebih faham dan mampu
memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan anemia ringan yang lebih
maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Astriana, W. (2017). Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Ditinjau dari Paritas dan Usia. Jurnal
Aisyah : Jurnal Ilmu Kesehatan, 2(2), pp.123-130. Available from:
https://doi.org/10.30604/jika.v2i2. 57>[Accessed 29 Januari 2020].
Astutik, R. Y., & Ertiana, D. (2018). Anemia dalam Kehamilan. Jember : CV. Pustaka
Abadi. Available from: https://books.google.co.id/books?
id=6tisDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=anemia+dalam+kehamilan&hl=id&s
a=X&ved=0ahUKEwi07WToMrnAhXWzj
gGHRx9D8AQ6AEIKDAA#v=onepage&q=anemia dalam
kehamilan&f=false>[Accessed 04 Februari 2020].
Dinas Kesehatan Provinsi Riau. (2019). LKjIP Pemerintah Tahun 2018. Available from:
https://dinkes.riau.go.id/download/file/fid/303>[Accessed 02 September
2020].
Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru. (2014). Profil Kesehatan Kota Pekanbaru Tahun 2014.
Available from:https://www.pusdatin.kemkes.go.i
d/resources/download/profil/PROFIL_KAB_KOTA_2014/1471_Riau_Kota_Pe
kan_baru_2014.pdf>[ Accessed 25 Maret 2020].
Ekasari, T., & Natalia, M. S. (2019). Deteksi Dini Preeklamsi dengan Antenatal Care.
Sulawesi Selatan :Yayasan Ahmar Cendekia Indonesia. Available from:
https://books.google.co.id/books?id=EPK9DwAAQBAJ&printsec=frontcover&
dq=deteksi+dini+preeklampsia+dengan+antenatal+care&hl=id&sa=X&ved=0
ahUKEwi33_DGjsrnAhV2zjgGHUvGAbwQ6AEIKDAA#v=onepage&q=deteksi
dini preeklampsia dengan antenatal care&f=false>[Accessed 01Februari 2020].
ASUHAN PERSALINAN NORMAL PADA NY. “R”
Dhonna Anggreni , Alfiyatur Rochimin
1
Program Studi S2 Kesehatan Masyarakat STIKES Majapahit Mojokerto
2
Program Studi D3 Kebidanan STIKES Majapahit Mojokerto

ABSTRACT
One indicator to see the success of maternal health is by monitoring the Maternal
Mortality Rate (MMR). In Mojokerto Regency, the MMR in 2019 was 89.60 per 100,000 live
births. Reducing mortality rates and improving the quality of maternal and child health will
achieve the expected results if accompanied by increased antenatal care and delivery assistance
by health workers. Labor and birth are normal physiological events in life. Although the
coverage of delivery assistance by health workers is always increasing from year to year, there
are still many problems that are found related to complications during delivery. The purpose of
this study is to provide midwifery care to mothers in labor. This type of research is a case study
by providing midwifery care to mothers in labor. This research was conducted using midwifery
management and documentation using SOAP. The sample in this study was 1 respondent. The
research was conducted at BPM Sumirah Balonganyar Lekok Pasuruan. With this activity, it is
hoped that the delivery process can run smoothly and safely and be able to produce a healthy and
intelligent generation.
Keywords: care, midwifery, childbirth

ABSTRAK
Salah satu indikator untuk melihat keberhasilan kesehatan ibu adalah dengan
memantau Angka Kematian Ibu (AKI). Di Kabupaten Mojokerto AKI tahun 2019 sebesar
89,60 per 100.000 kelahiran hidup. Penurunan angka kematian dan peningkatan kualitas
kesehatan ibu dan anak akan mencapai hasil yang diharapkan jika disertai dengan
peningkatan pelayanan antenatal dan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal dalam kehidupan.
Meskipun cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan selalu meningkat dari
tahun ke tahun, namun masih banyak permasalahan yang ditemukan terkait komplikasi
saat persalinan.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan asuhan kebidanan
pada ibu bersalin. Jenis penelitian ini adalah studi kasus dengan memberikan asuhan
kebidanan pada ibu bersalin. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan manajemen
kebidanan dan dokumentasi menggunakan SOAP. Sampel dalam penelitian ini adalah 1
responden. Penelitian dilakukan di BPM Sumirah Balonganyar Lekok Pasuruan Dengan
diadakannya kegiatan ini diharapkan proses persalinan dapat berjalan dengan lancar
dan selamat serta mampu menghasilkan generasi yang sehat dan cerdas
Kata kunci: asuhan, kebidanan, persalinan

A. PENDAHULUAN
Persalinan merupakan suatu proses fisiologis yang dialami oleh wanita. Pada proses
ini terjadi serangkaian perubahan besar yang terjadi pada ibu untuk dapat melahirkan
janinnya melalui jalan lahir. Persalinan adalah serangkaian proses yang berakhir dengan
pengeluaran hasil konsepsi, plasenta dan selaput ketuban oleh ibu. Persalinan dimulai
(inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks
(membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap (JNPK –
KR, 2008. Hal: 37).

Tujuan utama dalam membantu proses persalinan adalah mendorong kelahiran


yang aman bagi ibu dan bayi. Maka oleh karena itu dibutuhkan peran dari petugas
kesehatan untuk mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada
ibu dan bayi, karena kematian ibu dan bayi sering terjadi terutama saat proses
persalinan (Koblinsky et al, 2006).

Berdasarkan data yang diperoleh penyebab kematian ibu terbanyak di Indonesia


pada tahun 2019 adalah dikarenakan kasus perdarahan (1.280 kasus), hipertensi dalam
kehamilan (1.066 kasus), infeksi (207 kasus). Dan penyebab kematian neonatal
terbanyak pada tahun 2019 adalah kondisi berat badan lahir rendah (BBLR). Penyebab
kematian lainnya diantaranya asfiksia, kelainan bawaan, sepsis, tetanus neonatorium,
dan lainnya. (Dinkes RI, 2019 ).

Untuk daerah Kabupaten Pasuruan, jumlah kasus kematian ibu pada tahun 2018
sebanyak 28 kasus sedangkan tahun 2019 sebanyak 21 kasus. Jumlah kematian bayi
pada tahun 2019 sebanyak 134 kasus , menurun disbanding tahun 2018 sebanyak 135
kasus. Penyebab terbesar adalah karena BBLR sebanyak 45 kasus (33,5%), asfiksia
sebanyak 42 kasus (31,3%), kelainan kongenital baaan sebanyak 20 kasus (15%) sepsis
sebanhak 18 kasus (13,2%), lain-lain sebanyak 10 kasus (7,4%) (Dinkes Kabupaten
Pasuruan, 2019).

Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal dalam


kehidupan. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial bagi ibu dan
keluarga. Peranan ibu adalah melahirkan bayinya, sedangkan peranan keluarga adalah
memberikan bantuan dan dukungan pada ibu ketika terjadi proses persalinan. Dalam hal
ini peranan petugas kesehatan tidak kalah penting dalam memberikan bantuan dan
dukungan pada ibu agar seluruh rangkaian proses persalinan berlangsung dengan aman
baik bagi ibu maupun bayi yang dilahirkan (Sumarah, dkk. 2008:1).

Meskipun cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan selalu meningkat


dari tahun ke tahun, namun masih banyak permasalahan yang ditemukan terkait
komplikasi saat persalinan antara lain kelainan letak/presentasi janin, partus
macet/distosia, perdarahan pasca persalinan, infeksi berat/sepsis, placenta previa, Intra
Uterine Fetal Death (IUFD). Timbulnya berbagai permasalahan yang terjadi saat
persalinan, pemerintah selalu berupaya menurunkan angka kematian ibu dengan
melakukan perluasan pelayanan kesehatan berkualitas melalui pelayanan obstetrik yang
komprehensif seperti penyediaan fasilitas Pelayanan Obstetrik Neonatal Emergensi
Komprehensif (PONEK) dan Pelayanan Obstetrik Neonatal Emergensi Dasar (PONED)
(Kemenkes RI, 2015).

Berdasarkan hal tersebut, seorang bidan sebagai petugas kesehatan sangatlah


penting untuk memperhatikan kesehatan ibu dan janin yang akan dilahirkan. Bidan
sebagai pemberi pelayanan harus mampu memberikan layanan kesehatan terutama pada
saat persalinan dengan persalinan yang aman. Dengan demikian, angka kematian ibu
dan angka kematian bayi diharapkan dapat diturunkan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan asuhan kebidanan pada ibu
bersalin normal. Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk
meneliti tentang Asuhan Persalinan Pada Ny. R Di BPM Ny. Sumirah Balonganyar
Lekok Kabpaten Pasuruan.

B. METODEPENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus dengan memberikan asuhan
kebidanan persalinan pada ibu bersalin normal. Tujuan dalam penelitian ini adalah
memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin menggunakan menajemen kebidanan
dan pendokumentasian dengan menggunakan SOAP. Sampel dalam penelitian ini
adalah 1 orang responden yaitu Ny. R, dengan usia kehamilan 40 minggu. Asuhan
persalinan dilakukan pada tanggal 24 Oktober 2021 di BPM Ny. Sumirah Balonganyar
Lekok Kabupaten Pasuruan.

C. HASIL PENELITIAN
Kala 1
persalinan
1). Pengkajian/ pengumpulan data subjektif dan objektif
a. Data subjektif
Pengumpulan data subjektif dilakukan dengan melakukan anamnesa. Anamnesa
dilakukan pada tanggal 24 Okrober 2021 pukul 02.45 wib. Dari hasil tanya jawab,
diketahui bahwa ibu sudah mengalami kenceng-kenceng dari tanggal 23 Oktober 2021 pukul
21.00 wib. Ibu mengatakan keluar lender bercampur darah dari kemaluan. Ibu mengatakan ini
merupakan persalinan anak ke 3. Ibu sudah memiliki 2 orang anak yang juga dilahirkan
secara normal dan tidak pernah mengalami komplikasi pada saat persalinan dan nifas
terdahulu.
b. Data objektif
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan data sebagai berikut :
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum :
Baik
Kesadaran : Composmentis
TD :120/80 mmHg
N : 80x/menit
S : 36,7°C
P : 20x/menit
2. Pemeriksaan Khusus
a. Pemeriksaan pada abdomen
- Leopold 1 :TFU 2 jari bawah-prosessus xyphoideus. Pada fundus
teraba bokong
- Leopold 2 : Pada perut bagian kanan teraba punggung janin dan
pada perut bagian kiri teraba ekstermitas janin
- Leopold 3 : pada perut bagian bawah teraba kepala janin yang
sudah tidak bisa di goyang lagi, yang berarti kepala sudah masuk
PAP.
- Leopold 4 : Posisi tangan divergent.
- TFU Mc donald 34 cm
- TBJ (34-12) x 155 =3.410 gram
- DJJ 140x/menit terdengar di bawah pusat sebelah kanan.
- His kuat, frekuensi 4 x/10 menit lamanya 45 detik
b. Pemeriksaan genetalia
- Pada pemeriksaan genetalia luar terlihat lendir bercampur darah
pada kemaluan, tidak ada varises, vulva tidak odema
- Pemeriksaan dalam luar pada tanggal 24 Okt 2021 pukul (02.45
WIB) didapat : pembukaan 9 cm, effeccement 90%, ketuban (+),
presentasi belakang kepala, penurunan kepala hodge III, UUK
kanan depan , tidak ada molase, tidak ada bagian kecil yang
menumbung.
2). Analisa data
Analisa data didapatkan bahwa ibu G3P2A0 umur kehamilan 40 minggu,
janin hidup, tunggal, intra uterin, letak belakang kepala inpartu kala 1 fase aktif
dilatasi maksimal
3). Penalaksanaan
a. Menjelaskan ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan yang dilakukan,
bahwa ibu dan janin dalam keadaan baik dan sehat. Ibu sudah memasuki
persalinan.
b. Mengajarkan ibu teknik relaksasi dengan menarik nafas dalam dan
mengeluarkan nya melalui mulut
c. Menganjurkan ibu untuk miring ke kiri
d. Memberi ibu minum saat di sela-sela his
e. Melanjutkan observasi DJJ, His, kemajuan persalinan dengan partograf.
f. Mempersiapkan peralatan persalinan.
Kala 2 persalinan
1). Pengkajian/ pengumpulan data subjektif dan objektif
a. Data subjektif
Ibu mengatakan nyeri pada perut semakin sering dan merasa ingin BAB
b. Data objektif
1. Perineum tampak menonjol dan vulva membuka.
2. DJJ 142 x/menit terdengar di bawah pusat sebelah kanan.
3. His 4x/10 menit lama 45 detik
4. VT jam 03.00: pembukaan lengkap, effeccement 100%, ketuban (-)
jernih, presentasi belakang kepala, penurunan kepala hodge IV, UUK
depan, tidak ada molase, tidak ada bagian yang menumbung.

2) Analisa data
Ibu Inpartu kala 2
3) Penatalaksanaan
a. Melihat tanda gejala kala 2
b. Memastikan semua perlemgkapan, bahan, obat-obat lengkap
c. Memimpin persalinan dan melakukan pertolongan sesuai dengan 60 langkah
APN
d. Jam 03.15. bayi lahir spontan, menangis kuat, gerak aktif, jenis kelamin laki-
laki
e. Plasenta belum lahir
Kala 3 Persalinan
1). Pengkajian/ pengumpulan data subjektif dan objektif
a. Data subjektif
Ibu mengatakan lega bayi telah lahir, dan masih nyeri pada perut
b. Data objektif
1. TFU setinggi pusat
2. Tali pusat tampak dijalan lahir dan bertambah panjang
3. Tampak darah keluar tiba-tiba dari jalan lahir
2) Analisa data
Ibu Inpartu kala 3
3) Penatalaksanaan
a. Membantu melahirkan plasenta
b. Pukul 03.25 plasenta lahir lengkap dan kontraksi uterus baik
c. Terdapat laserasi jalan lahir derajat 2.
Kala 4 Persalinan
1). Pengkajian/ pengumpulan data subjektif dan objektif
a. Data subjektif
Ibu mengatakan masih merasa sedikit nyeri pada perut
b. Data objektif
TD : 100/60 mmHg, N : 80 x/menit, P: 23 x/menit, S: 36,3 °C, TFU 2
jari dibawah pusat, Kontraksi uterus baik, Kandung kemih kosong, Perdarahan
±100 cc.
2) Analisa data
Ibu Kala 4 persalinan
3) Penatalaksanaan
a. Mengajarkan ibu masase uterus untuk mencegah perdarahan
b. Melakukan penjahitan perineum
c. Memenuhi kebutuhan kala IV seperti hidrasi dan nutrisi, hygiene dan
kenyaman pasien.
d. Bimbingan dan dukungan untuk berkemih.
e. Memantau kontraksi uterus ibu, perdarahan, kandung kemih dan TTV ibu
setiap 15 menit pada 1 jam 1 dan setiap 30 menit pada jam ke 2.

D. PEMBAHASAN
Ny. R sejak pukul 21.00 wib tanggal 23 Oktober 2021 merasakan adanya kenceng-
kenceng dan mengeluarkan lendir bercampur darah ibu datang ke bidan pukul 02.45
wib tanggal 24 Oktober 2021. Pada saat pemeriksaan jam 02.50 WIB kontraksi 3 kali
dalam 10 menit lamanya 40 detik. Pada pemeriksaan dalam ditemukan pembukaan 9
cm, penurunan kepala di hodge 3 dan ketuban belum pecah. Pukul 03.00 WIB
pembukaan lengkap. Pukul 03.15 WIB bayi lahir secara spontan belakang kepala.
Menurut sofian (2011), fase aktif akselerasi dari pembukaan 3–4 cm, dicapai dalam 2
jam. Fase aktif dilatasi maksimal dari pembukaan 4–9 cm, dicapai dalam 2 jam. Fase
aktif deselerasi dari pembukaan 9–10 cm selama 2 jam. Kemajuan pembukaan 1 cm per
jam untuk primipara dan 2 cm per jam untuk multipara. Ada kesenjangan mengenai
lama kala I . Fase aktif deselerasi berjalan terlalu cepat. Fase aktif dilatasi maksimal
sampai deselerasi dari pembukaan 9–10 cm selama 15 menit. Ibu tidur miring kiri dan
menarik nafas panjang saat ada kontraksi.

Pada kasus Ny. R mengalami kontraksi yang semakin lama semakin sering
kemudian pembukaan lengkap. Ada dorongan untuk meneran, tekanan pada anus, vulva
membuka dan perineum menonjol. Menurut Sofian (2011), pada kala pengeluaran janin,
his terkoordinasi, kuat, cepat, dan lebih lama, kira-kira 2–3 menit sekali. Kepala janin
telah turun dan masuk ke ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot
panggul yang melalui lengkung refleks yang menimbulkan rasa mengedan. Oleh karena
tekanan pada rektum, ibu merasa seperti mau buang air besar, dengan tanda anus
terbuka. Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka, dan perineum
meregang. Kala II pada primi berlangsung 1½-2 jam, dan pada multi ½ -1 jam ( M,
2011). Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan pada Ny. R tidak terdapat
kesenjangan dengan teori karena kala II berlangsung selama 15 menit.

Kontraksi uterus berhenti sekitar 5-10 menit. Lepasnya plasenta sudah dapat
diperkirakan dengan memperhatikan tanda- tanda yaitu semburan darah mendadak, tali
pusat bertambah panjang dan perubahan uterus menjadi globuler/bundar (Manuaba,
2013). Seluruh proses biasanya berlangsung 5–30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran
plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc(Sofian, 2011). Dalam
Jurnal PPKM, Vol. 6, No. 1, 45 - 49 ISSN(print): 2354-869X | ISSN(online): 2614-3763
kasus Ny. R pada kala III tidak ada kesenjangan antara teori dengan pelaksanaan, perdarahan
pada kala III normal yaitu kurang lebih 100 cc dan lama kala III adalah 5 menit. Asuhan pada
kala IV yang diberikan pada Ny. R antara lain : mengawasi perdarahan post partum, tinggi
fundus uteri, kontraksi uterus, tekanan darah, kandung kemih dan keadaan umum ibu. Menurut
Manuaba (2012), kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan
postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang dilakukan meliputi
pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi dan pernapasan, TFU, kontraksi uterus,
kandung kemih, dan perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal bila jumlahnya tidak
melebihi 400 - 500 cc. Ny. R pada kala IV tidak ada kesenjangan antara teori dengan
pelaksanaan kala IV yaitu kala pengawasan selama 2 jam post partum dan tidak terdapat
perdarahan yang melebihi 500 cc.

E. PENUTUP
Proses persalinanpada Ny. R berlangsung dengan normal. Plasenta lahir spontan dan
lengkap, tidak ada perdarahan setelah melahirkan. Lama persalinan dari kala I sampai dengan
kala 3 berlangsun dengan normal dan lancar.
Adanya sinergi yang kuat antara ibu, keluarga dan tenaga kesehatan sangat dibuukan bagi
seorang ibu yang akan melahirkan. Kesiagaan suami dan keluarga, serta persalinan yang bersih
dan aman oleh tenaga kesehatan akan bisa mencegah terjadinya kematian ibu dan bayi saat
melahirkan. Sehingga pada akhirnya derajat kesehatan bisa ditingkatkan

https://doi.org/10.32699/ppkm.v6i1.550 45
Jurnal PPKM, Vol. 6, No. 1, 45 - 49 ISSN(print): 2354-869X | ISSN(online): 2614-3763
DAFTAR PUSTAKA

Dinkes Kab Pasuruan. 2019. LKj IP Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan. Kabupaten Pasuruan
:Dinkes Kab Pasuruan.

Dinkes Prov. Jawa Timur, 2019. Profil Kesehatan Prov. Jawa Timur Surabaya : Dinkes Prov. Jawa
Timur

JNPK-KR. 2008. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Jakarta. USAID

Koblinsky, M., Matthews, Z., Hussein, J., Mavalankar, D., Mridha, M. K., Anwar, I., et all. (2006).
“Maternal Survival 3 : Going to Scale with Professional Skilled Care”. International Journal of
Public Health and Preventive Medicine. Bangladesh : Centre for Health and Population
Research. (http:// search. Proquest. com/ docview/ 872009166/ D576F1A32C254C43PQ/2?
acountid=34598#untid=34598

Kementerian Kesehatan RI. 2015. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta : Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan

Kemenkes RI, 2018. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan Indonesia

Manuaba. 2014. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB, Jakarta: EGC.

Sofian. 2011. Sinopsis Obstetri jilid 2. Jakarta : EGC.

https://doi.org/10.32699/ppkm.v6i1.550 45
Jurnal PPKM, Vol. 6, No. 1, 45 - 49 ISSN(print): 2354-869X | ISSN(online): 2614-3763

TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR


DI DESA WANARAJA, KECAMATAN WANAYASA KABUPATEN
BANJARNEGARA

Ratih Subekti
Politeknik Banjarnegara
Email : bektymidewife@gmail.com

INFO ARTIKEL ABSTRAK


Riwayat Artikel: Latar Belakang : Perilaku menyusui yang benar mempengaruhi
Diterima : 15 Desember 2018 keberhasilan dalam pemberian ASI. Di desa Wanaraja masih
Disetujui : 12 Januari 2019 terdapat ibu menyusui yang mengalami puting lecet, bengkak dan
nyeri pada payudara serta putting datar. Masyarakat desa
Kata Kunci:
Wanaraja belum sepenuhnya memahami tentang teknik menyusui
Pengetahuan ibu menyusui,
yang benar, sehingga jika puting lecet maka payudara tersebut
Teknik menyusui yang benar
berhenti untuk disusui. Metode : Metode dari pengabdian
masyarakat ini adalah penyuluhan tentang teknik menyusui yang
benar, praktik dan evaluasi melalui kuesioner. Hasil :
Meningkatnya pengetahuan ibu tentang teknik menyusui yang
benar sehingga proses menyusui dapat berjalan lancar dan tercapai
program pemerintah yaitu pemberian ASI eksklusif. Pengetahuan
ibu baik sebanyak 75% dan cukup 25%. Kesimpulan :Terjadi
peningkatan pengetahuan antara sebelum dan setelah dilakukan
penyuluhan.
ARTICLE INFO ABSTRACT
Article History Background : The correct breastfeeding behavior influences the
Received : December 15, 2018 success in breastfeeding. In the village of Wanaraja there are still
Accepted : January 12, 2019 nursing mothers who experience nipple blisters, swelling and pain
in the breasts and flat nipples. The people of Wanaraja village do
Key Words :
not fully understand the correct breastfeeding technique, so if the
knowledge breastfeeding
nipples are scratched, the breast stops to feed. The method :
mothers, correct breastfeeding
counseling about correct breastfeeding techniques, practice and
techniques
evaluation through questionnaires. The Results: to increase
maternal knowledge about the correct breastfeeding techniques so
that the breastfeeding process runs smoothly and a government
program is achieved, namely exclusive breastfeeding. Good
mother's knowledge as much as 75% and enough 25%.
Conclusion
: There was an increase in knowledge between before and after
counseling

https://doi.org/10.32699/ppkm.v6i1.550 45
Jurnal PPKM, Vol. 6, No. 1, 45 - 49 ISSN(print): 2354-869X | ISSN(online): 2614-3763

1. PENDAHULUAN

Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 dijelaskan
bahwa 67,5% ibu yang gagal memberikan ASI ekslusif kepada bayinya adalah
kurangnya pemahaman ibu tentang teknik menyusui yang benar, sehingga sering
menderita puting lecet dan retak (Riskesdas, 2010). Keberhasilan menyusui harus diawali
dengan kepekaan terhadap waktu yang tepat saat pemberian ASI. Kegagalan dalam
proses menyusui sering disebabkan karena timbulnya beberapa masalah pada ibu dan
bayi. Pada sebagian ibu yang tidak paham bagaimana teknik menyusui yang benar dapat
menjadi masalah dalam menyusui. Adapun masalah dalam menyusui adalah puting susu
lecet, payudara bengkak, abses payudara (mastitis) (Lismaysarah, 2013). Berdasarkan
analisis situasi dan analisis data keadaan desa Wanaraja melalui survey awal terhadap
beberapa ibu menyusui, masih ada ibu yang mengalami putting susu lecet, payudara
bengkak dan payudara nyeri dan putting datar.
Teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan
perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Suradi, 2004). Perilaku menyusui yang
salah dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga
mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau enggan menyusui (Proverawati, 2010).
Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam
lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya, bayi tidak memiliki pola
yang teratur dalam menyusui dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1 – 2 minggu
kemudian. Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi
sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya (Purwanti, 2004).
Teknikmenyusui sangat mempengaruhi kenyamanan bayi saat menghisap ASI.
Isapan bayi akan berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya, namun sering
kali ibu kurang mendapatkan informasi tentang manfaat ASI dan tentang teknik
menyusui yang benar (Roesli, 2011). Faktor yang berhubungan dan faktor yang paling
menjadi penentu yang berhubungandengan teknik,menyusui adalah variabel
pengetahuan ibu (p=0,039) (Rhipiduri, 2014). Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Arismawati (2014) menunjukkan bahwa ada hubungan anatara teknik
menyusui yang benar dengan keberhasilan laktasi (p-Value = 0,000) (Arismawati, 2017).
Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian Romiyati (2015) yang menunjukkan bahwa
ada hubungan pengetahuan ibu tentang teknik menyusui dengan
perilaku dalam pemberian ASI pada ibu menyusui (p-Value sebesar 0,003) (Romiyati,
Jurnal PPKM, Vol. 6, No. 1, 45 - 49 ISSN(print): 2354-869X | ISSN(online): 2614-3763

2015).
Untuk mengurangi resiko dari teknik menyusui yang kurang tepat dapat dilakukan
penyuluhan atau pendidikan kesehatan tentang manfaat menyusui dan penatalaksanaanya.
Dukungan dari suami, keluarga, masyarakat dan tenaga kesehatan sangat menentukan
keberhasilan dalam pelaksanaannya. Dukungan tenaga kesehatan mempunyai hubungan
yang bermakna dengan perilaku ibu dalam menyusui ( Ida, 2012).
Tujuan dari pengabdian masyarakat ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan
ibu tentang teknik menyusui yang benar dan dapat menerapkannya sehingga proses
menyusui berjalan lancar dan tercapai program pemerintah yaitu pemberian ASI
eksklusif.

2. METODE
Program pengabdian masyarakat ini dilakukan melalui penyuluhan tentang
pentingnya teknik menyusui yang benar, praktik langsung dengan bayinya dan
pelaksanaan evaluasi proses maupun hasil melalui kuesioner tentang materi penyuluhan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Desa Wanaraja merupakan desa yang terletak di Kecamatan Wanayasa yang
termasuk wilayah kerja Puskemas Wanayasa 2 Kabupaten Banjarnegara. Jarak dari ibu
kota Banjarnegara ± 35 km, arah utara. Batas Desa Wanaraja sebelah selatan dengan
Desa Wanayasa, sebelah barat Desa Balun, sebelah utara Desa Jatilawang, dan sebelah
timur Desa Legoksayem, yang semuanya masuk dalam wilayah Kecamatan Wanayasa.
Jumlah peserta yang mengikuti penyuluhan, praktik dan evaluasi teknik menyusui
yang benar di desa Wanaraja adalah sebanyak 20 orang. Jumlah ibu yang primipara
sebanyak 15 orang (75%) sedangkan jumlah ibu yang multipara sebanyak 5 orang (25%).
Ibu yang mengalami putting susu lecet sebanyak 3 orang (15%). Ibu yang mengalami
bengkak dan nyeri pada payudara sebanyak 1 orang (5%) dan ibu yang mengalami
putting datar (pada payudara sebelah kanan) sebanyak 1 orang (5%).

Lama dan Frekuensi Menyusui


Menyusui bayi sebaiknya tanpa dijadwal (on demand), karena bayi akan
menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis
bukan karena sebab lain (kencing dan sebagainya) atau ibu sudah merasa perlu menyusui
Jurnal PPKM, Vol. 6, No. 1, 45 - 49 ISSN(print): 2354-869X | ISSN(online): 2614-3763

bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI
dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Menyusui yang dijadwalkan akan
berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi
ASI tanpa jadwal, sesuai kebutuhan bayi, akan mencegah banyak masalah yang
mungkin timbul (Purwanti, 2004).
Langkah - langkah Teknik Menyusui Yang Benar
Ibu mencuci tangan sebelum menyusui bayinya. Ibu duduk dengan santai dan
nyaman, posisi punggung bersandar (tegak) sejajar punggung kursi, kaki diberi alas
sehingga tidak menggantung. Mengeluarkan sedikit ASI dan mengoleskan pada puting
susu dan aerola sekitarnya (desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu). Bayi
dipegang dengan satu lengan, kepala terletak pada lengkung siku ibu dan bokong bayi
terletak pada lengan. Ibu menempelkan perut bayi pada perut ibu dengan meletakkan satu
tangan bayi dibelakang ibu dan yang satu didepan, kepala bayi menghadap ke payudara.
Ibu memposisikan bayi dengan telinga dan lengan pada garis lurus. Ibu memegang
payudara dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang dibawah serta tidak menekan
puting susu atau areola. Ibu menyentuhkan putting susu pada bagian sudut mulut bayi
sebelum menyusui. Setelah mulai menghisap, payudara tidak perlu dipegang atau
disangga lagi. Ibu menatap bayi saat menyusui (Depkes RI, 2009).
Menyusui bayi harus secara bergantian pada kedua payudara untuk
mempertahankan produksi ASI tetap seimbang pada kedua payudara. Pasca Menyusui: 1)
Melepas isapan bayi dengan cara jari kelingking di masukkan ke mulut bayi melalui
sudut mulut bayi atau dagu bayi ditekan ke bawah 2) Setelah bayi selesai menyusui, ASI
dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada putting susu dan aerola, biarkan kering
dengan sendirinya.
Menyendawakan bayi dengan: 1) Bayi digendong tegak dengan bersandar pada
bahu ibu kemudian punggung ditepuk perlahan- lahan atau 2) Bayi tidur tengkurap di
pangkuan ibu, kemudian punggungnya di tepuk perlahan-lahan.

Cara menyusui sambil berbaring


Ibu berbaring miring dan punggung diganjal bantal. Usahakan lengan sebelah
payudara yang mengarah ke mulut bayi dapat menopang tubuh bayi, mulai dari leher,
punggung, dan bokongnya. Jadi, kedudukan bayi tetap berbaring sambil ditopang lengan
ibunya. Leher bayi terletak di persendianlengan ibunya. Punggung bayi di
lengan bawah ibu, bokongnya ditopang dengan telapak tangan ibu. Dengan demikian,
Jurnal PPKM, Vol. 6, No. 1, 45 - 49 ISSN(print): 2354-869X | ISSN(online): 2614-3763

mulut bayi dapat diatur agar dapat mencapai putung payudara ibu. Tangan ibu yang
bebas membantu memasukkan puting susu ke mulut bayi sambil telapak tangan
menahan payudara agar tidak menutup hidung bayi. Jari telunjuk dan jari tengah
membantu mengeluarkan ASI dengan cara menjepit payudara. Jangan menyusui
menggunakan dot sebelum cara menyusui ini bisa dilakukan dengan baik. (Saminem,
2009).
Cara pengamatan teknik menyusui yang benar
Jika bayi telah menyusu dengan benar maka akan memperlihatkan tanda-tanda
seperti bayi tampak tenang, badan bayi menempel pada perut ibu, mulut bayi terbuka
lebar, dagu bayi menempel pada payudara ibu, sebagian areola masuk kedalam mulut
bayi, areola bawah lebih banyak yang masuk, bayi nampak menghisap kuat dengan irama
perlahan, puting susu tidak terasa nyeri, telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis
lurus serta kepala bayi agak menengadah. (Proverawati, 2010).
Tanda Posisi Bayi Menyusu yang Benar
Tubuh bagian depan bayi menempel pada tubuh ibu, dagu bayi menempel pada
payudara ibu, dada bayi menempel pada dada ibu yang berada di dasar payudara, telinga
bayi berada dalam satu garis dengan leher dan lengan bayi, mulut bayi terbuka lebar
dengan bibir bawah yang terbuka, sebagian besar areola tidak tampak, bayi menghisap
dalam dan perlahan, bayi puas dan tenang pada akhir menyusu, terkadang terdengar
suara bayi menelan dan puting susu tidak terasa sakit atau lecet. (Depkes RI, 2005).
Evaluasi Praktik Teknik Menyusui Yang Benar
Setelah pemberian penyuluhan, semua peserta melakukan praktik teknik menyusui
yang benar dengan melihat demonstrasi yang pemateri lakukan serta melihat langkah-
langkah yang ditampilkan di slide. Sebanyak
17 orang (85%) ibu sudah benar dalam penatalaksanaannya.
Keberhasilan menyusui dipengaruhi oleh teknik dan posisi menyusui yang benar.
jika teknik menyusui benar maka tingkat keberhasilan laktasinya akan berhasil dan
sebaliknya jika cara menyusui salah tingkat keberhasilan laktasinya juga kurang berhasil
sehingga dapat berpengaruh terhadap ibu dan bayinya seperti: puting susu terasa nyeri
bahkan lecet, bayi kurang tidur dan berat badan bayi menurun (Hasselquist, 2006).
Teknik menyusui yang tidak dikuasai oleh ibu akan berdampak pada ibu seperti mastitis,
payudara bergumpal, putting sakit, sedangkan pada bayi dapat dipastikan bayi tidak mau
menyusu yang berakibat bayi tidak akan mendapatkan ASI cukup (Sulistyowati, 2011).
Jurnal PPKM, Vol. 6, No. 1, 45 - 49 ISSN(print): 2354-869X | ISSN(online): 2614-3763

Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Teknik Menyusui Yang Benar


Pengetahuan ibu menyusui tentang ”sebelum bayi menghisap puting susu,
keluarkan sedikit ASI dioleskan pada puting susu dan aerola”. Berdasarkan hasil dari
kuesioner didapatkan 10 dari 20 peserta (50%) menjawab benar.
‘’Urutan teknik menyusui yang benar’’. Didapatkan 11 dari 20 peserta (60%)
menjawab benar.
“Menyusui bayi harus secara bergantian pada kedua payudara”. Didapatkan 18 dari
20 peserta (90%) menjawab benar.
“Cara melepas isapan bayi dengan dagu bayi ditekan ke bawah”. Didapatkan 15
dari 20 peserta (75%) menjawab benar.
“Setelah selesai menyusui, puting susu dan sekitarnya dibasahi ASI dan biarkan
kering sendiri”. Didapatkan 15 dari 20 peserta (75%) menjawab benar.
“Bayi disusui tanpa jadwal”. Didapatkan 18 dari 20 peserta (90%) menjawab
benar. “Berbaring miring dan punggung diganjal bantal pada teknik menyusui sambil
berbaring”. Didapatkan 12 dari 20 peserta (60%) menjawab benar. “ASI dalam lambung
bayi akan kosong dalam 2 jam”. Didapatkan 15 dari 20 peserta (75%) menjawab
benar.“Manfaat menyusui sesering mungkin akan memperlancar produksi ASI”.
Didapatkan 17dari 20 peserta (85%) menjawab benar.
“Tujuan menyendawakan bayi setelah disusui dapat mengeluarkan udara dalam
lambung agar bayi tidak muntah”. Didapatkan 18 dari 20 peserta (90%) menjawab benar.

4. PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil kegitan penyuluhan tentang teknik menyusui yang benar, dapat
disimpulkan bahwa pengetahuan ibu tentang teknik menyusui yang benar secara umum
meningkat. Hal ini dapat dilihat dari beberapa hal sebagai berikut:
a. Antusiasme pada saat sedang dijelaskan, ibu sangat memperhatikan.
4.2. Saran
a. Perlu adanya pemantauan atau pembinaan secara lintas sektor dan lintas program
terkait tentang teknik menyusui yang benar sehingga dapat terwujud program
pemberian ASI secara eksklusif.
b. Setelah mendapatkan penyuluhan, ada tindak lanjut dari para ibu yang sedang
menyusui untuk menerapkan teknik menyusui yang benar.
Jurnal PPKM, Vol. 6, No. 1, 45 - 49 ISSN(print): 2354-869X | ISSN(online): 2614-3763

5. UCAPAN TERIMAKASIH
a. Program Pengabdian Masyarakat ini dibiayai oleh UP2M Politeknik Banjarnegara.
b. Kepala Desa Wanaraja yang telah memberikan ijin sehingga program pengabdian
masyarakat ini berjalan dengan baik.

6. DAFTAR PUSTAKA
Arismawati, Dian Fitra. 2017. Hubungan Teknik Menyusui Yang Benard dengan
Tingkat Keberhasilan Laktasi. Jurnal Keperawatan dan Kebidanan Stikes Dian
Husada Mojokerto.
Depkes RI. 2005. Manajemen Laktasi: Buku Panduan bagi Bidan dan petugas
Kesehatan di Puskesmas. Jakarta: Direktorat Gizi Masyarakat Depkes RI.
Depkes RI. 2009. Pegangan Fasilitator Kelas Ibu Balita. Jakarta: Direktorat Jenderal
Bina Kesehatan Masyarakat Depkes RI.
Hasselquist, Mary Beth. 2006. Tatalaksana ibu dan bayi pasca kelahiran, judul asli;
pregnancy handbook for a new mother. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.
Ida. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif 6 Bulan
di Wilayah Kerja Kemiri Muka Kota Depok Tahun 2011. Fakultas Kesehatan
Jurnal PPKM, Vol. 6, No. 1, 45 - 49 ISSN(print): 2354-869X | ISSN(online): 2614-3763

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR NORMAL DI BPS


DWI MARYATI GUNUNG KIDUL

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya


Kebidanan pada Program Studi Kebidanan Jenjang Diploma III
Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Yogyakarta

Disusun oleh :
Evi Nur Isnaini NIM.201210105160

PROGRAM STUDI KEBIDANAN JENJANG DIPLOMA III SEKOLAH


TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
2015
Jurnal PPKM, Vol. 6, No. 1, 45 - 49 ISSN(print): 2354-869X | ISSN(online): 2614-3763

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR NORMAL


DI BPS DWI MARYATI GUNUNG KIDUL
Evi Nur Isnaini1, Fitnaningsih Endang C2

INTISARI

Kehidupan pada masa neonatus ini sangat rawan maka memerlukan


penyesuaian fisiologik agar bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya.
Bayi baru lahir sangat rentan jika tidak dilakukan asuhan secara dini maka akan
meningkatkan resiko angka kesakitan bayi dan kematian bayi.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif eksplanatori. Rancangan penelitian


yang digunakan menggunakan studi kasus. Pengumpulan datanya menggunakan
wawancara mendalam. Penelitian ini menggunakan metode case study research dengan
cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal yaitu
bayi baru lahir normal.

Hasil perawatan pada bayi pada Ny. N, bayinya dalam keadaan sehat dan tidak
ditemukan kelainan atau masalah. Perlu pemahaman pada ibu pasca melahirkan tentang
perawatan tali pusat pada bayi baru lahir sehingga ibu bisa melakukan perawatan tali
pusat lebih baik lagi untuk pengalaman selanjutnya.

Kata Kunci : bayi baru lahir normal


Kepustakaan : 30 buku dan 4 Jurnal (2005-2014)
Halaman : xii, 76 halaman, 2 gambar, 7 lampiran

1
Mahasiswa D III Prodi Kebidanan STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta
2
Dosen STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta
Jurnal PPKM, Vol. 6, No. 1, 45 - 49 ISSN(print): 2354-869X | ISSN(online): 2614-3763

MIDWIFERY UPBRINGING IN NEWBORNS


NORMAL IN BPS DWI MARYATI GUNUNG KIDUL
Evi Nur Isnaini1, Fitnaningsih Endang C2

Abstract

The infant mortality rate is now regarded as a better measure and more
sensitive to assess the quality of obstetric care. Integral human development can
be realized if there is an increase in the quality of Indonesian human being who
prepared early, ie from the time a baby is conceived, kelahiranya period, a period
of newborn babies, as well as the later period. Newborns include age 0-28 days.
Life in the neonatal period is very vulnerable to the physiological adjustments that
require the baby can live outside the womb as well as possible.
This study uses descriptive explanatory. The research design used using
case studies. Collecting data using in-depth interviews. Analysis of the data will
be aggregated, presented and made conclusions or verification. Total respondents
1 normal newborns aged 0-3 days.
Writers get an overview and a real experience in the implementation
of newborn care. Results of treatment in infants at Ny. S, the baby is in good
health and found no abnormality or problem. Necessary understanding of
postpartum maternal care umbilical cord of the newborn so mothers can do cord
care better for the next experience.

Keyword normal newborns


Literature : 30 Book and 4 Journal (2005-2014)
Page : xii, 76 Pages, 2 picture, 7 attachment
1
Student of DIII Midwifery STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta
2
Lecturer of STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta
PENDAHULUAN
World Health Organization (WHO) pada tahun 2000 Angka Kematian Bayi
(AKB) di dunia 54 per 1000 kelahiran hidup. Tahun 2007 menjadi 9 per 1000 kelahiran
hidup. Menurut data dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2010
sebesar 34/1000 kelahiran hidup (BAPPENAS,2010).
Angka kematian bayi di negara-negara ASEAN seperti Singapura 3/1000 per
kelahiran hidup, Malaysia 5,5/1000 per kelahiran hidup, Thailand 17/1000 per kelahiran
hidup, Vietnam 18/1000 per kelahiran hidup, dan Philipina 26/1000 per kelahiran hidup,
dan di Indonesia sebesar 34/1000 per kelahiran hidup (Depkes, 2010).
Angka kematian bayi sekarang ini dianggap sebagai ukuran yang lebih baik serta
lebih peka untuk menilai kualitas pelayanan kebidanan (Wiknojosastro,2008).
Pembangunan manusia seutuhnya dapat terwujud bila terjadi peningkatan kualitas
manusia Indonesia yang dipersiapkan sejak dini, yaitu dari masa bayi dikandung, masa
kelahiranya, masa bayi baru lahir, serta masa-masa selanjutnya (Maryunani,2009).
Pemerintah Indonesia mendukung kebijakan WHO dan UNICEF yang
merekomendasikan inisiasi menyusui dini sebagai tindakan penyelamatan kehidupan,
karena IMD dapat menyelamatkan 22 % dari bayi yang meninggal sebelum usia 1 bulan.
Program ini dilakukan dengan cara langsung meletakkan bayi baru lahir di dada ibunya
dan membiarkan bayi mencari untuk menemukan putting susu ibun untuk menyusu. IMD
harus dilaksanakan langsung saat lahir, tanpa boleh ditunda dangan kegiatan menimbang
atau mengukur bayi. Bayi juga tidak boleh dibersihkan hanya dikeringkan kecuali
tangannya. Proses ini harus berlangsung skin to skin antara bayi dan ibu (Depkes, 2010).
Peran serta masyarakat untuk menurunkan AKB dengan cara melakukan
kunjungan neonatal minimal 2 kali setelah bayi lahir. Agar masalah yang timbul bisa
segera di tangani. Masalah pada neonatus biasanya timbul sebagai akibat yang spesifik
terjadi pada masa perinatal. Tidak hanya merupakan penyebab kematian tetapi juga
kecacatan. Dan untuk mencegah meningkatnya AKB dan angka kesakitan bayi baru lahir
maka perlu dilakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.
Untuk mengatasi masalah pada bayi baru lahir maka perlu penanganan yang
dilakukan secara dini, aman, bersih dan cepat untuk mencegah terjadinya kematian dan
kesakitan pada bayi baru lahir. Sebagian besar ibu-ibu masih memakaikan anaknya gurita
dan membubuhkan jamu-jamuan di tali pusat, seperti yang terjadi di daerah Ngawen,
Gunung Kidul.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
938/Menkes/SK/VIII/2007 tentang Standar Asuhan Kebidanan menjelaskan bahwa bidan
merupakan salah satu tenaga kesehatan yang mempunyai posisi penting dan strategis
terutama dalam penurunan AKI dan AKB. Bidan memberikan pelayanan kebidanan yang
berkesinambungan, kemitraan dan pemberdayaan masyarakat bersamam-sama dengan
tenaga kesehatan lainnya untuk senantiasa siap melayani siapa saja yang
membutuhkannya.
Peran bidan dalam melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi,
pencegahan hipotermi, inisiasi menyusui dini, injeksi vitamin K1, Perawatan bayi baru
lahir pada masa neonatal (0-28 hari) dan perawatan tali pusat. Bayi Baru Lahir
memerlukan asuhan yang segera yang cepat, tepat, aman dan bersih. Hal tersebut
merupakan bagian esensial bayi baru lahir. Sebagian besar proses persalinan terfokus
pada ibu, tetapi sehubungan dengan proses pengeluaran hasil kehamilan (bayi) maka
penatalaksanaan persalinan baru dikatakan berhasil jika ibu dan bayinya dalam kondisi
yang optimal, sehingga selain ibunya bayi yang dilahirkan juga harus dalam keadaan
sehat.
METODE PENELITIAN
Metode Penelitian yang digunakan adalah dengan Metode deskriptif dengan
model studi kasus. Penulis berusaha untuk menggambarkan suatu kejadian yang diambil
sebagai aspek penelitian. Dengan pengambilan lokasi Penelitian di BPS Dwi Maryati
Gunung Kidul. Pada karya tulis ilmiah ini responden yang digunakan adalah By. Ny. N
bayi baru lahir normal. Teknik pengumpulan data melalui pemeriksaan fisik, wawancara,
observasi, studi dokumentasi dan studi kepustakaan

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan data subjektif dan objektif By. Ny N bayi baru lahir normal ditandai
dengan lahir presentasi kepala melewati vagina tanpa alat apapun, dan usia kehamilan ibu
40 minggu dengan berat lahir 3500 gram nilai APGR 10 dan tanpa cacat bawaan maka
bisa disimpulkan bahwa By.Ny. N adalah bayi baru lahir normal.
Didukung oleh teori yang dikemukakan oleh Yulianti (2010), Bayi baru lahir adalah
bayi yang lahir dalam presentasi kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia
kehamilan 37 – 42 minggu dengan berat badan 2500 – 4000 gram, nilai APGAR > 7 dan
tanpa cacat bawaan.
Ditegaskan dari penelitian Novianti (2013) yang berjudul Asuhan Kebidanan Pada
Bayi Baru Lahir Terhadap Bayi Ny. S di BPS Martini Bandar Lampung, bayi baru lahir
normal adalah bayi yang lahir tanpa masalah apapun, lahir dengan umur kehamilan 37 –
42 minggu dengan berat badan 2500 – 4000 gram tanpa cacat bawaan.
Bayi baru lahir dilakukan perawatan rutin diatas perut ibu segera dilakukan IMD dan
dilakukan penilaian selintas yaitu bayi menangis kuat, tonus otot baik, warna kulit
kemerahan, cukup bulan. Didukung dengan teori yang ada dari Ambarwati (2010) Inisiasi
menyusu dini atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera
setelah lahir. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini ini dinamakan the best crawl
atau merangkak mencari payudara. Dari penelitian Novianti (2013) yang berjudul Asuhan
Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Terhadap Bayi Ny. S di BPS Martini Bandar Lampung,
menyebutkan bahwa melakukan IMD sebelum dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil pengkajian pada Ny. N dan keluarga diperoleh bahwa bayi Ny. N
lahir normal tanpa ada masalah .Berdasarkan analisa data By. Ny. N bayi baru lahir
normal cukup bulan, lahir sepontan, sesuai umur kehamilan tidak ada masalah tidak terjadi
infeksi. Penatalaksanaan yaitu memastikan bayi baru lahir dalam keadaan normal ,
Memberikan KIE secara holistik meliputi fisik, sosial, spiritual. Evaluasi setelah
dilakukan penelitian selama 3 hari dirumah hasilnya terdapat kesenjangan antara praktik
dan teori yaitu pemberian susu formula pada bayi baru lahir.

DAFTAR RUJUKAN
Aziz Alimul.H. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Munusia : Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Ambarwati,Eny retna. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta: Mitra Cendikia offset
Apriliany,Dyah, 2013, Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Dengan Perawatan Tali
Pusat Terhadap By. Ny. T di BPS Kartini Kampung Sawah Bandar Lampung.
AKADEMI Adila Bandar Lampung.
Arikunto. S. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : Bina Aksara. Bappenas.(2010)
Bappenas [Internet].Jakarta: Bappenas.Tersedia Dalam
<Http://penurunan angka kematian bayi.org>[Diakses 5 Desember
2014]
Depkes.2008. peran pemerintah dalam pelayanan kesehatan. Jakarta: direktorat Jendral
Bina Pelayanan Medis.
DOKUMENTASI
LEMBAR BIMBINGAN
PRAKTIK KLINIK PROFESI BIDAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ADIWANGSA JAMBI
TAHUN AKADEMIK 2022-2023
Nama : Nursaktila
NIM : 213001080189
Ruangan : Di Praktek Bidan Nursaktila, S.Keb
Stase : COC
CI Akademik : Bdn. Subang Aini Nst, S.Keb.,M.Kes

TTD
No Hari/Tanggal Follow Up Pembimbing
CI Akademik

Diketahui,
Ketua Prodi Pendidikan Profesi Bidan

Devi Arista, S.Keb.,Bdn.,M.Kes


NIDN.1005109001

Anda mungkin juga menyukai