Anda di halaman 1dari 70

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI


PADA IBU HAMIL NY. AR DENGAN ABORTUS INCOMPLETE
DI PUSKESMAS SAROLANGUN TAHUN 2023

Dosen Pembimbing:
DEWI NOPISKA LILIS, M. Keb

Oleh :
MAZNAH
PO.71242220018

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI


JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
2023

iii
Telah disahkan “Laporan Kasus Asuhan Kebidanan Kolaborasi pada Kass Patologi dan
Komplikasi Pada Ibu Hamil Ny.AR dengan Abortus Inkomplet di Puskesmas Sarolangun
Tahun 2023” guna memenuhi tugas Stase Kolaborasi Pada Kasus –Kasus Patologi Dan
Komplikasi program studi profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Jambi tahun 2023.

Jambi, Februari 2023

Mahasiswa

Maznah
PO.71242220018

Mengetahui :

Preseptop Akademik Preseptop Akademik

(Dewi Nopiska lilis, M.Keb) (Hj. Meiyi Am.Keb)

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan kasus Stase Kolaborasi Pada Kasus-Kasus Patlogi Dan
Komplikasi pada Ibu Hamil Ny. AR dengan Abortus Incomplet.
Penulisanan laporan ini dalam rangka menerapkan tugas mata kuliah praktik klinik
kebidanan stase Stase Kolaborasi Pada Kasus-Kasus Patlogi Dan Komplikasi yang
merupakan salah satu mata kuliah atau kurikulum yang harus dilalui dalam proses
pendidikan profesi kebidanan. Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak mendapatkan
bantuan, bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Yuli Suryanti,M.Keb selaku Kepala Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jambi
2. Dewi Nopiska Lilis, M.Keb selaku Ketua Prodi Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes
Jambi dan Dosen Pembimbing Institusi
3. Hj. Meiyi,AmKeb sebagai Pembimbing Lahan di Puskesmas Sarolangun.
4. Kakak-kakak bidan dan perawat serta rekan-rekan yang telah memberi banyak masukan
dalam laporan ini yang telah memberikan masukan dan pengarahan kepada penulis
sehingga laporan ini diselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan
dengan demikian penulis sangan mengharapkan petunjuk dan saran serta kritik dari dosen
pembimbing. Akhir kata semoga hasil laporan ini memberikan manfaat yang berguna bagi
yang membutuhkannya.

Jambi, Februari 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan .................................................................................................. i


Kata Pengantar........................................................................................................... ii
Daftar Isi..................................................................................................................... iii

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 3
C. Tujuan........................................................................................................ 3
D. Manfaat ..................................................................................................... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


A.Konsep dasar Kehamilan............................................................................ 5
B. Konsep Dasar Abortus............................................................................... 11
B. Manajemen Kebidanan ............................................................................. 22
B. Evidence Based Midwivery....................................................................... 36

BAB III. TINJAUAN KASUS


A. Tinjauan Kasus ........................................................................................ 41

BAB IV PEMBAHASAN
Analisis Kasus dengan kajian teori jurnal/EBM ........................................... 50

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................ 62
B. Saran ......................................................................................................... 63

Daftar Pustaka

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu indikator untuk menilai derajat kesehatan masyarakat adalah angka

kematian ibu (maternal mortality ratio). Angka Kematian Ibu adalah jumlah kematian

ibu selama masa hamil, persalinan dan masa nifas atau pengelolaannya tetapi bukan

karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan atau terjatuh disetiap 100.000 kelahiran

hidup. (Kemenkes RI, 2016).

Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) penurunan Angka

Kematian Ibu di Indonesia terjadi sejak tahun 1991 sampai dengan 2007 yaitu 390

menjadi 288. Namun pada tahun 2012 Angka Kematian Ibu mengalami peningkatan

yang signifikan yaitu menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2015

Angka Kematian Ibu mengalami penurunan menjadi 305 per 100.000 kelahiran hidup

(Kemenkes, 2016).

Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) angka kematian ibu

di Indonesia pada tahun 2013 masih didominasi oleh tiga penyebab utama kematian ibu

yaitu perdarahan seberar 30,3%, hipertensi dalam kehamilan sebesar 27,1% dan

infeksi sebesar 7,3%. Perdarahan dapat terjadi pada saat antepartum, intrapartum, dan

postpartum. Perdarahan antepartum yaitu perdarahan selama proses kehamilan baik

kehamilan muda maupun kehamilan lanjut. Perdarahan pada kehamilan muda yang sering

terjadi salah satunya disebabkan oleh abortus. Abortus didefinisikan sebagai penghentian

kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar kandungan, pada usia kehamilan < 20 minggu atau berat

janin kurang dari 500 gram (Cunningham, 2014).

Menurut World Health Organization (WHO) 15-50% kematian ibu disebabkan oleh abortus.

Sekitar 15- 40% angka kejadian, diketahui pada ibu yang sudah dinyatakan positif hamil, dan 60-

iii
75% angka abortus terjadi sebelum usia kehamilan mencapai 12 minggu. Terjadi 20 juta kasus

abortus di dunia tiap tahun dan 70.000 wanita meninggal karena abortus tiap tahunnya (Arofah,

2021). Sekitar 44% abortus di dunia adalah ilegal, 64% abortus legal dan hampir 95% abortus ilegal

terjadi di negara berkembang. Sekitar 25% kematian ibu di Asia yang disebabkan karena abortus

masih tinggi. Abortus yang tidak aman bertanggung jawab terhadap 11% kematian ibu di Indonesia

(rata-rata dunia 13%). Abortus inkomplit memiliki kontribusi dalam kematian ibu, abortus inkomplit

merupakan komplikasi 10-20% kehamilan. Abortus Incomplet adalah pengeluaran sebagian hasil

konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus .

Penatalaksanaan abortus inkomplit dapat dilakukan secara ekspektatif, medikamentosa dan tindakan

bedah dengan kuretase atau aspirasi vakum (Blum J, 2007).

Abortus Incomplet memiliki komplikasi yang dapat mengancam keselamatan ibu

karena adanya perdarahan masif yang bisa menimbulkan kematian akibat adanya syok

hipovolemik apabila keadaan ini tidak mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat.

Seorang ibu hamil yang mengalami Abortus Incomplet dapat mengalami guncangan psikis

tidak hanya pada ibu namun juga pada keluarganya, terutama pada keluarga yang sangat

menginginkan anak.

Kejadian kasus Abortus Incomplet di Puskesmas Sarolangun masih sangat tinggi. Oleh

karena itu, pada kesempatan ini penulis mengangkat masalah yang ditemui di lahan praktik

dengan topik “Asuhan Kebidanan Ibu Hamil dengan Abortus Incomplet” karena penanganan

secara dini oleh petugas kesehatan sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya kematian

ibu disebabkan perdarahan sebagai komplikasi dari abortus.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam laporan kasus ini

yaitu belum diketahuinya Manajemen Asuhan Kebidanan Ibu Hamil dengan Abortus

Incomplet di Puskesmas Sarolangun Tahun 2023.

iii
C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mengetahui dan mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan Ibu Hamil dengan Abortus

Incomplet di Puskesmas Sarolangun melalui pendekatan manajemen kebidanan menurut

Varney sesuai dengan wewenang bidan.

2. Tujuan Khusus

a. Diperolehnya gambaran pengumpulan data dasar asuhan kebidanan kehamilan

dengan Abortus Incomplet di Puskesmas Sarolangun Tahun 2023.

b. Diperolehnya gambaran interpretasi data dasar asuhan kebidanan kehamilan dengan

Abortus Incomplet di Puskesmas Sarolangun Tahun 2023.

c. Diperolehnya gambaran identifikasi diagnosa dan masalah potensial data asuhan

kebidanan kehamilan dengan Abortus Incomplet di Puskesmas Sarolangun Tahun

2023.

d. Diperolehnya gambaran kebutuhan akan tindakan segera asuhan kebidanan

kehamilan dengan Abortus Incomplet di Puskesmas Sarolangun Tahun 2023.

e. Diperolehnya gambaran perencanaan asuhan kebidanan kehamilan dengan Abortus

Incomplet di Puskesmas Sarolangun Tahun 2023.

f. Diperolehnya gambaran pelaksanaan rencana asuhan kebidanan kehamilan dengan

Abortus Incomplet di Puskesmas Sarolangun Tahun 2023.

g. Diperolehnya gambaran evaluasi terhadap pelaksanaan asuhan kebidanan kehamilan

dengan Abortus Incomplet di Puskesmas Sarolangun Tahun 2023.

iii
D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan pada kasus tersebut diatas adalah:

1. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penulisan diharapkan dapat menambah wawasan dan keterampilan khususnya

mahasiswa kebidanan dalam menerapakan asuhan pada ibu hamil dengan Abortus

Incomplet, serta dapat menjadi dokumen dan bahan bacaan bagi mahasiswa kebidanan

Poltekkes Kemenkes Jambi sehingga menjadikan sumber ilmu bagi pembaca.

2. Bagi Lahan Praktik

Dapat di jadikan sebagai bahan masukan dan gambaran informasi bagi tempat praktik,

sehingga dapat meningkatkan manajemen asuhan kebidanan terhadap ibu hamil dengan

Abortus Incomplet.

3. Bagi Pemberi Asuhan Lainnya

Sebagai sumber informasi dan menambah pengetahuan bagi para pembaca tentang

Abortus Incomplet.

1.

iii
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Kehamilan

1. Pengertian Kehamilan

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan

sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan

nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan

normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan

menurut kalender Internasional (Sarwono, 2014: 213).

Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis. Setiap wanita

yang memiliki organ reproduksi sehat, yang telah mengalami menstruasi, dan melakukan

hubungan seksual dengan seorang pria yang organ reproduksinya sehat sangat besar

kemungkinannya akan mengalami kehamilan (Mandriwati, 2012:3).

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya hamil

normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid

terakhir. Kehamilan dibagi menjadi 3 triwulan, triwulan pertama dimulaisejak 0-3 bulan,

triwulan kedua dari 4-6 bulan, triwulan ketiga dari 7-9 bulan (Pudiastuti, 2012:3).

2. Perubahan yang terjadi pada Wanita Hamil

 Perubahan Fisik

a. Rahim

Rahim: perubahan yang amat jelas adalah pembesaran rahim untuk menyimpan

bayi yang ditumbuh. Peningkatan ukuran ini disebabkan uterus membesar dan

meregang yang disebabkan oleh rangsanagan estrogenserta progesterondan terjadi

akibat tekanan mekanik dari dalam yaitu janin, plasenta serta cairan ketuban akan

memerlukan lebih banyak ruangan.


iii
b. Vagina

Vagina sampai minggu ke-8, meningkatnya vaskularisasi dan pengaruh hormone

estrogen pada vagina menyebabkan tanda kehamilan yang khas disebut tanda

chadwigck’s, yang berwarna kebiru-biruan yang dapat terlihat oleh pemeriksa.

Respon lain pengaruh hormonal adalah sekresi sel-sel vagina meningkat, sekresi

tersebut berwarna putih yang bersifat sangat asam, dikenal dengan istila “putih”

atau leucorrhea.

c. Ovarium

Ovarium merupakan sumber hormone estrogen dan progesteron pada wanita tidak

hamil. Pada kehamilan ovulasi berhenti, corpuslutium terus tumbuh sampai

terbentuk plasenta yang mengambilalih pengeluaran hormone estrogen dan

progesteron. Plasenta juga membenruk hormon yang lain: human chorionic

gonadotropin (HCG), human plasenta lactogen (HPL), juga disebut human

chorionic somammotropin (hCS) dan human chorionic thyrotropin (hCT).

d. Dinding perut

Dinding perut dengan pembesaran rahim menimbulkan peregangan dan

menyebabkan robeknya serabut elastis di bawah kulit, maka timbullah strie

grafidarum. Kulit perut pada linia alba (garis putih) bertambah pigmentasinya

disebut linia nigra.

e. Kulit

Kulit: akibat membesarnya rahi dan pertumbuhan janin, perut menonjol keluar.

Serabut-serabut elastis dari lapisan kulit terdalam terpisah dan terputus karena

regangan. Tanda regangan yang disebut strie gravidarum terlihat pada abdomen

dan bokong terjadi pada 50% wanita hami dan menghilang menjadi bayangan

iii
lebih terang setelah melahirkan.Perubahan deposit pigmeng dan hiperpigmentasi

karena pengaruh rangsangan hormone melanophore.

f. Payudara

Payudara terjadi perubahan secara bertahap mengalami pembesaran karena

peningkatan pertumbuhan jaringan alveoli dan suplay darah. Puting susu menjadi

menonjol dan keras, perubahan ini yang membawa fungsi laktasi, disebabkan

oleh peningkatan kadar hormon estrogen, progesteron, laktogen dan prolactin.

g. Sistem Sirkulasi darah

Sistem sirkulasi darah sebagaimana kehamilan berlanjut, volume darah

meningkat bertahap sampai mencapai 30% sampai 50% diatas tingkat pada

keadaan tidak hamil.

h. Sistem pernapasan

Wanita hamil kadang-kadang mengeluh sesak dan pendek nafas, dikarenakan

pada wanita hamil terjadi perubahan sistem respirasi untuk dapat memenuhi

kebutuhan oksigen. Disamping itu terjadi desakan diafragma karena dorongan

rahim yang membesar pada umur kehamilan 32 minggu.

i. Sistem Gastrointestinal

Sistem gastrointestinal dapat terpengaruh oleh karena kehamilan, penyebabnya

adalah faktor hormonal dan mekanis. Tingginya kadarprogesteron mengganggu

keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan kolesterol darah dan melambatkan

kontraksi otot-otot polos.

j. Sistem Urinaria

Sistem urinaria pada awal kehamilan suplai darah ke kandung kemih meningkat

dan pembesaran uterus menekan kandung kemih, menyebabkan sering kemih.

iii
Terjadinya hemodilusi menyebabkan metabolisme air makin lancar sehingga

pembentukan air senipun bertambah.

k. Berat Badan

Berat badan pada wanita hamil peningkatan berat badan normalnya sama dengan

25% dari berat badan sebelumnya, peningkatan yang utama adalah pada trimester

kedua kehamilan.

l. Sistem Muskuloskeletal

Selamah masa kehamilan wanita membutuhkan kira-kira membutuhkan lebih

banyak kalsium dan fosfor, dengan makan makanan yang seimbang kebutuhan

tersebut akan terpenuhi.Postur tubuh pada wanita mengalami perubahan secara

bertahap karena janin membesar bertahap dalam rahim (Sunarti, 2013:43-49).

 Perubahan psikologis pada wanita hamil

Perubahan psikologis pada wanita hamil merupakan salah satu dari tiga

perubahan dalam hidupnya, ialah pubertas, kehamilan dan menopaus. Perubahan yang

terjadi merupakan suatu respon terhadap kehamilannya, akibat peningkatan hormon

dapat mempengaruhi suasana hati dan karena yang kadarnya yang naik turun maka

demikian juga suasana hati wanita, biasanya wanita menjadi labil, lebih emosional,

mudah tersinggung, mudah adanya depresi, marah, sedih, takut, kwatir, tingkah laku

berubah tidak sama sebelum hamil perubahan ini harus di hadapi sekalipun agak

membingungkan sementara waktu.

Perubahan selama kehamilan tidak dapat di hindari, sering dalam waktu yang

singkat, ada beberapa sosial dan ahli klinis menyatakan bahwa kehamilan adalah salah

satu tipe krisis, terdapat teori krisis yaitu pada awalnya mengalami syok dan

menyangkal, kebingungan dengan masalah yang mengganggu.Pada periode ini,

berbagai alternatif seperti aborsi, atau adopsi yang menjadi pertimbangan, legal etik,

iii
moral dan ekonomi agar dapat menerimah keadaaan ini membutuhkan waktu 1-6

minggu untuk mengatasinya membutuhkan dukungan situasional yang mereka

harapkan (Jannah, 2013: 54-55).

3. Tanda dan Gejala Kehamilan

Tanda-tanda wanita hamil dibagi menjadi dua yaitu tanda pasti dan tanda tidak pasti.

a. Tanda-tanda pasti

yaitu tanda-tanda yang memastikan bahwa wanita itu pasti hami. Tanda-tanda pasti

ini diketahui setelah umur kehamilan 16 minggu atau lebih.

1) Terdapat bunyi jantung janin tanda-tanda pasti baru timbul setelah kehamilan

lanjut diatas 4 bulan dengan ulntrasound bunyi jantung janin dapat didengar pada

kehamilan 12 minggu.

2) Melihat, meraba atau mendengar pergerakan anak saat melakukan pemeriksaan.

3) Melihat rangka janin pada pemeriksaan radiologi atau ultrasonografi.

b. Tanda-tanda tidak pasti

Tanda-tanda tidak pasti dibagi menjadi :

1) Tanda-tanda subjektif

Tanda subjektif ini hanya dirasakan oleh penderita terdiri dari :

a) Ammenorhoe (tidak datang bulan), semua wanita hamil akan mengalami

ammenorhoe tetapi ammenorhoe terjadi pula pada keadaan yang lain: wanita

yang mengalami gangguan emosi, penyakit kronis seperti tuberkulose,

anemia, gangguan fungsi ovarium, pergantian lingkungan dan lain-lain.

b) Mual dipagi hari (Morning sickness)

Morning sickness ialah perasaan mual diwaktu pagi. Kejadian ini ialah

perasaan mual, meriang, muntah-muntah, pusing kepala umumnya dipagi dari

bangun tidur sampai kira-kira jam 10.00 pagi. Adanya perasaan mual belum

iii
dipastikan wanita ini hamil. Keadaan ini biasa juga terjadi pada penyakit lain

seperti: hepatitis, tiroid adominalis, ulcus peptikum dan lain-lain.

c) Merasa adanya pergerakan anak

Pergerakan janin yang pertama ini belum menjadi tanda pasti karena perasaan

ini adalah subjektif yang dirasakan oleh wanita itu sendiri. Wanita yang

sangat menginginkanketurunan mungkin akan merasakan adanya quickening

biarpun sesungguhnya wanita itu tidak hamil.

d) Sering buang air kemih

Sering buang air kemih oleh karena pembesaran rahim menekan kandung

kemih. Keadaan ini tidak menjadi tanda yang pasti sebab dapat juga

disebabkan oleh hal lain yang ada gangguan pada kandung kemih yang

menyebabkan volume menjadi sedikit dan menimbulkan rangsangan untuk

buang air kemih, misalnya tumor dan penyakit lain.

e) Perubahan payudara

Perubahan payudara terjadi karena pengaruh hormonal, payudara menjadi

lebih besar, tegang. Pada kehamilan 4 minggu keluar cairan jernih yang

disebut kolostrum dapat dikeluarkan pada kehamilan 16 minggu. Perubahan

payudara yang membesar dapat disebabkan oleh penyakit lain dan cairan

yang keluar dari payudara dapat pula disebabkan oleh tumor atau ovarial

cysta (Sunarti, 2013: 59-61).

B. Konsep Dasar Abortus

Abortus adalah terancamnya atau keluarnya buah kehamilan baik sebagian ataupun

keseluruhan pada umur kehamilan lewat dari 20 minggu. Kematian janin dalam rahim

disebut Intra Uterine Fetal Death (IUFD), yakni kematian yang terjadi saat usia kehamilan

iii
lebih dari 20 minggu atau pada trimester kedua dan atau yang beratnya 500 gram. Jika terjadi

pada trimester pertama disebut keguguran atau abortus (Setiawati, 2013:189-190).

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan akibat faktor tertentu atau sebelum

kehamilan tersebut berusia 20 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup

diluar kandungan (Yulaikha Lily, 2015: 72).

1. Macam-macam Abortus

Abortus dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:

a. Abortus Spontan (terjadi dengan sendiri, keguguran)

Abortus spontan adalah setiap kehamilan yang berakhir secara spontan sebelum

janin dapat bertahan. WHO mendefinisikan sebagai embrio atau janin seberat 500

gram atau kurang, yang biasanya sesuai dengan usia janin (usia kehamilan) dari 20

hingga 22 minggu atau kurang. Abortus spontan terjadi pada sekitar 15%-20% dari

seluruh kehamilan yang diakui, dan biasanya terjadi sebelum usia kehamilan

memasuki minggu ke-13 (Fauziyah, 2012: 37).

Gejala abortus spontan adalah kram dan pengeluaran darah dari jalan lahir

adalah gejala yang paling umum terjadi pada abortus spontan. Kram dan pendarahan

vagina yang mungkin tejadi sangat ringan, sedang, atau bahkan berat. Tidak ada pola

tertentu untuk berapa lama gejala akan berlangsung. Selain itu gejala lain yang

menyertai abortus spontan yaitu nyeri perut bagian bawah, nyeri pada punggung,

pembukaan leher rahim dan pengeluaran janin dari dalam rahim.

Berdasarkan gambaran klinisnya, abortus dibagi menjadi:

1) Abortus Imminiens (keguguran mengancam).

Abortus ini baru mengancam dan masih ada harapan untuk mempertahankannya.

Pada abortus ini terjadinya pendarahan uterus pada kehamilan sebelum usia

kehamilan 20 minggu, janin masih dalam uterus, tanpa adanya dilatasi serviks.

iii
Diagnosisnya terjadi pendarahan melalui ostium uteri eksternum disertai mual,

uterus membesar sebesar tuanya kehamilan. Serviks belum membuka, dan tes

kehamilan positif.

2) Abortus incipiens (keguguran berlangsung).

Abortus ini sudah berlangsung dan tidak dapat dicegah lagi. Pada abortus ini

peristiwa peradangan uterus pada kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu

dengan adanya dilatasi serviks. Diagnosisnya rasa mulas menjadi lebih sering dan

kuat, pendarahan bertambah

3) Abortus incompletes (keguguran tidak lengkap).

Sebagian dari buah kehamilan telah dilahirkan tapi sebagian (biasanya jaringan

plasenta) masih tertinggal di dalam rahim. Pada abortus ini pengeluaran sebagian

janin pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam

uterus. Pada pemeriksaan vaginal, servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba

dalam kavun uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari ostium uteri

eksternum. Pendarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan, dapat

menyebabkan syok.

4) Abortus komplit (keguguran lengkap).

Seluruh buah kehamilan telah dilahirkan dengan lengkap. Pada abortus ini,

ditemukan pendarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, uterus sudah mengecil

dan tidak memerlukan pengobatan khusus, apabila penderita anemia perlu diberi

sulfat ferrosus atau transfusi (Fauziyah, 2012: 42-45).

5) Missed Abortion (keguguran tertunda)

Missed Abortion (keguguran tertunda) ialah keadaan dimana janin telah mati

sebelum minggu ke-22. Pada abortus ini, apabila buah kehamilan yang tertahan

dalam rahim selama 8 minggu atau lebih. Sekitar kematian janin kadang-kadang

iii
ada perdarahan sedikit sehingga menimbulkan gambaran abortus imminiens

(Sulistyawati, 2013:123).

6) Abortus habitualis (keguguran berulang-ulang)

Abortus habitualis (keguguran berulang-ulang)ialah abortus yang telah berulang

dan berturut-turut terjadi: sekurang-kurangnya 3X berturut-turut.

7) Abortus infeksiosus, abortus septik

Abortus infeksiosus ialah abortus yang disertai infeksi pada alat genetalia.Abortus

septik ialah abortus yang disertai penyebaran infeksi pada peredaran darah tubuh

(Sarwono, 2014: 467-473).

b. Abortus Provocatus (disengaja, digugurkan): 80 % dari semua abortus dibagi atas 2

yaitu:

1) Abortus provocatus artificialis atau abortus therapeuticus.

Abortus provocatus artificialis atau abortus therapeuticus ialah pengguguran

kehamilan biasanya dengan alat-alat dengan alasan bahwa kehamilan

membahayakan membawa maut bagi ibu, misalnya karena ibu berpenyakit

beratmisalnya: penyakit jantung, hypertensi essentialis, carcinoma dari serviks.

2) Abortus Provocatus criminalis

Abortus buatan kriminal (abortus propocatus criminalis) adalah pengguguran

kehamilan tanpa alasan medis yang sah atau oleh orang yang tidak berwenang

dan dilarang oleh hukum (Feryanto,2014: 41). Abortus provocatus criminalis

adalah pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang sah dan dilarang oleh

hukum. Abortus provokatus dapat dilakukan dengan pemberian prostaglanding

atau curettage dengan penyedotan (Vacum) atau dengan sendok kuret

(Pudiastusi, 2012: 41-42).

iii
2. Etiologi

Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti, tetapi terdapat beberapa

faktor sebagai berikut:

a. Faktor pertumbuhan hasil konsespi. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat

menyebabkan kematian janin dan cacat bawaan yang menyebabkan hasil konsepsi

dikeluarkan. Gangguan pertumbuhan hasil konsepsi dapat terjadi karena :

1) Faktor kromosom. Gangguan terjadi sejak semula pertemuan kromosom termasuk

kromosom seks.

2) Faktor lingkungan endometrium

- Endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi hasil konsepsi.

- Gizi ibu kurang karena anemia atau jarak kehamilan terlalu pendek.

3) Pengaruh luar.

- Infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima hasil konsepsi.

- Hasil konsepsi berpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan pertumbuhan

hasil konsepsi terganggu.

b. Kelainan pada plasenta

1) Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga plasenta tidak dapat

berfungsi. Gangguan pembuluh dara plasenta diantaranya diabetes mellitus.

2) Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran dara plasenta sehingga menimbulkan

keguguran.

c. Penyakit ibu.

Penyakit ibu dapat secara langsung mempengaruhi pertumbuhan janin dalam

kandungan melalui plasenta.

- Penyakit infeksi seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria dan sifilis

iii
- Anemia ibu melalui gangguan nutrisi dan gangguan peredaran O 2 menuju sirkulasi

retroplasenter.

- Penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal. Penyakit hati, dan

penyakit diabetes mellitus kelainan yang terdapat dalam rahim. Rahim merupakan

tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaan abnormal dalam bentuk

mioma uteri, uterus arkuatus, uterus septus, retroplefsia uteri, serviks inkompeten,

bekas operasi pada serviks (kolisasi, amputasi, serviks), robekan serviks postpartum

(Manuaba, Ida Ayu Candranita dkk, 2013 :288-289).

3. Patofisiologi

Pada awal abortus, terjadi pendarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti oleh

nekrosi jaringan sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian

atau seluruhnya sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini

menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya.Pada kehamilan kurang

dari 8 minggu, hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karena vili korialis

belum menembus desidua secara mendalam.

Pada kehamilan antara 8 dan 14 minggu, vili korinalis menembus desidua lebih

dalam dan umumnya plasenta tidak dilepaskan dengan sempurna sehingga dapat

menyebabkan banyak pendarahan. Pada kehamilan 14 minggu ke atas, umumnya yang

dikeluarkan setelah ketuban pecah adalah janin, disusul setelah beberapa waktu

kemudian adalah plasenta. Pendarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan

lengkap. Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniatur (Yulaikha,

2015:75).

iii
4. Diagnosis Abortus

Sebagai seorang bidan pada kasus perdarahan awal kehamilan yang harus

dilakukan adalah memastikan arah kemungkinan keabnormalan yang terjadi berdasarkan

hasil tanda dan gejala yang ditemukan, yaitu melalui:

 Anamnesa

a. Usia kehamilan ibu (kurang dari 20 minggu).

b. Adanya kram perut atau mules daerah atas sympisis, nyeri pinggang akibat kontraksi

uterus.

c. Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi.

 Pemeriksaan fisik

Hasil pemeriksaan fisik di dapat:

a. Biasanya keadaan umum (KU) tampak lemah.

b. Tekanan darah normal atau menurun.

c. Denyut nadi normal, cepat atau kecil dan lambat.

d. Suhu badan normal atau meningkat.

e. Pembesaran uterus sesuai atau lebih kecil dar]i usia kehamilan.

 Pemeriksaan ginekologi

Hasil pemeriksaan ginekologi didapat:

a. Inspeksi vulva untuk menilai perdarahan pervaginam dengan atau tanpa jaringan

hasil konsepsi.

b. Pemeriksaan pembukaan serviks.

c. Inspekulo menilai ada/tidaknya perdarahan dari cavum uteri, ostium uteri terbuka

atau tertutu, ada atau tidaknya jaringan di ostium.

d. Vagina Toucher (VT) menilai portio masih terbuka atau sudah tertutup teraba atau

tidak jaringan dalam cavum uteri, tidak nyeri adneksa, kavum doglas tidak nyeri.

iii
Tabel 2.1
Diagnosis Abortus berdasarkan Pemeriksaan Inspekulo
Diagnosis Perdarahan Nyeri perut Uterus Serviks Gejala khas
Abortus Sedikit Sedang Sesuai UK Tertutup Tidak ada ekspulsi
Imminens jaringan konsepsi
Abortus Sedang- Banyak Sedang- Sesuai UK Terbuka Tidak ada ekspulsi
Insipiens Hebat jaringan konsepsi
Abortus Sedang- Banyak Sedang- Sesuai UK Terbuka Ekspulsi sebagian
Inkomplit Hebat jaringan konsepsi
Abortus Sedikit Tanpa/ < UK Terbuka/ Ekspulsi seluruh
Komplit sedikit tertutup jaringan konsepsi
(Sumber : Kemenkes RI, 2013:84)
 Pemeriksaan penunjang dengan ultrasonografi (USG) oleh dokter (Irianti, 2014: 76-

77).

4. Tatalaksana umum

Penanganan Abortus secara umum antara lain sebagai berikut:

a. Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum ibu termasuk tanda-tanda

vital (nadi, tekann darah, pernapasan, suhu).

b. Pemeriksaan tanda-tanda syok (akral dingin,pucat, takikardi, tekanan sistolik <90

mmHg). Jika terdapat syok, lakukan tatalaksana awal syok. Jika tidak terlihat tanda-

tanda syok, tetap fikirkan kemungkinan tersebut saat penolong melakukan evaluasi

mengenai kondisi ibu karena kondisinya dapat memburuk dengan cepat.

c. Bila terdapat tanda-tanda sepsis atau dugaan abortus dengan komplikasi, berikut

kombinasi antibiotika sampai ibu bebas demam untuk 48 jam:

- Ampisilin 2 g lV/IM kemudian 1 g diberikan setiap 6 jam.

- Gentamicin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam

- Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam

d. Segera rujuk ibu ke rumah sakit.

e. Semua ibu yang mengalami abortus perlu mendapat dukungan emosional dan

kongseling kontrasepsi pasca keguguran.

iii
f. Lakukan tatalaksana selanjutnya sesuai jenis abortus (WHO, 2013:84).

 Abortus imminiens adalah Penangananya:

1) Berbaring, cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan

sehingga rangsang mekanik berkurang.

2) Pemberian hormon progesteron

3) Pemeriksa ultrasonografi (USG).

 Abortus Insipiens adalah pengeluaran janin dengan kuret vakum atau cunan ovum,

disusul dengan kerokan. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu bahaya peforasi pada

kerokan lebih besar, maka sebaiknya proses abortus dipercepat dengan pemberian

infus oksitosin. Sebaliknya secara digital dan kerokan bila sisa plasenta tertinggal

bahaya peforasinya kecil.

 Abortus Incomplet adalah begitu keadaan hemodinamik pasien sudah dinilai dan

pengobatan dimulai, jaringan yang tertahan harus diangkat atau perdarahan akan

terus berlangsung. Oksitosik (oksitosin 10 IU/500ml larutan dekstrosa 5% dalam

larutan RL IV dengan kecepatan kira-kira 125 ml/jam) akan membuat uterus

berkontraksi, membatasi perdarahan, membantu pengeluaran bekuan darah atau

jaringan dan mengurangi kemungkinan perforasi uterus selama dilatasi dan

kuretase.

 Abortus komplit dan abortus tertunda (missed Abortion)

Penganan terbaru missed abortion adalah induksi persalinan dengan supositoria

prostaglandin E2, jika perlu dengan oksitosin IV (C.Benson, 2013: 302).

5. Komplikasi pada Abortus

Komplikasi yang terjadi pada abortus yang di sebabkan oleh abortus kriminalis dan

abortus spontan adalah sebagai berikut:

iii
a. Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan

jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi

apabila pertolongan tidak di berikan pada waktunya.

b. Infeksi kadang-kadang sampai terjadi sepsis, infeksi dari tuba dapat

menimbulkan kemandulan.

c. Faal ginjal rusak disebabkan karena infeksi dan syok. Pada pasien dengan abortus

diurese selalu harus diperhatikan. Pengobatan ialah dengan pembatasan cairan

dengan pengobatan infeksi.

d. Syok bakteril: terjadi syok yang berat rupa-rupanya oleh toksin-toksin.

Pengobatannya ialah dengan pemberian antibiotika, cairan, corticosteroid dan

heparin.

e. Perforasi: ini terjadi karena curratage atau karena abortus kriminalis

(Pudiastuti,2012: 49-50).

6. Abortus Incomplet

Abortus Incomplet (keguguran tidak lengkap) adalah pengeluaran sebagian janin

pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Pada

pemeriksaan vaginal, servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri

atau kadang-kadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum. Pendarahan tidak akan

berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan, dapat menyebabkan syok (Irianti, 2012: 43).

 Tanda-tanda Abortus Incomplet

a. Setelah tejadi abortus dengan pengeluaran jaringan, pendarahan berlangsung terus.

b. Sering cervix tetap terbuka karena masih ada benda di dalam rahim yang dianggap

corpus allieum, maka uterus akan berusaha mengeluarkannya dengan mengadakan

kontraksi. Tetapi kalau keadaan ini dibiarkan lama cerviksakan menutup kembali

(Pudiastuti, 2012: 45).

iii
 Diagnosis

a. Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis.

b. Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat.

c. Terjadi infeksi ditandai suhu tinggi.

d. Dapat terjadi degenerasi ganas.

e. Pada pemeriksaan dijumpai gambaran:

1) Kanalis servikalis terbuka

2) Dapat diraba jaringan dalam rahim.

3) Lakukan pemeriksaan bimanual: ukuran uterus, dilatasi, nyeri tekan, penipisan

serviks, serta kondisi ketuban.

4) Jika hasil pemeriksaan negatif, lakukan pemeriksaan denyut jantung janin untuk

menentukan kelangsungan hidup janin dan tenangkan keadaan ibu.

5) Jika perdarahan terus berlanjut, khususnya jika ditemui uterus lebih besar dari

yang harusnya mungkin menunjukkan kehamilan ganda atau molahidatidosa.

6) Jika perdarahan berhenti, lakukan asuhan antenatal seperti biasa dan lakukan

penilaian jika terjadi perdarahan lagi.

7) Konsultasi dan rujuk ke dokter spesialis jika terjadi perdarahan hebat, kram

meningkat atau hasil pemeriksaan menunjukkan hasil abnormal (Yulaikhah,

2015:79-80).

 Komplikasi Abortus Incomplet

a. Perdarahan

Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil

konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena perdarahan

dapat terjadi apabil pertolongan tidak diberikan pada waktunya.

b. Perforasi

iii
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus pada posisi

hiperretrofleksi. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadi perforasi, laparatomi

harus segera di lakukan untuk menentukan luasnya perlukaan pada uterus dan

apakah ada perlukaan alat-alat lain.

c. Infeksi

Infeksi dalam uterus dan sekitarnya dapat terjadi disetiap abortus, tetapi

biasanya ditemukan pada Abortus Incomplet dan lebih sering pada abortus buatan

yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis.

d. Syok

Syok pada abortus biasa terjadi karena perdarahan dan karena infeksi berat.

e. Kematian

Abortus berkontribusi terhadap kematian ibu sekitar 15%.Data tersebut sering

kali tersembunyi di balik data kematian ibu akibat perdarahan. Data lapangan

menunjukkan bahwa sekitar 60% -70% kematian ibu disebabkan oleh perdarahan ,

dan sekitar 60% kematian akibat perdarahan tersebut, atau sekitar 35-40% dari

seluruh kematian ibu, disebabkan oleh perdarahan postpartum. Sekitar 15-20%

kematian disebabkan oleh perdarahan (Irianti, 2014:77-78). keputusan yang berfokus

pada klien (Jannah, 2012: 193).

C. Teori Manajemen Kebidanan

1. Pengertian

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan

sebagai metode untuk mengorganisasikan fikiran dan tindakan berdasarkan teori

ilmiah, temuan, keterampilan, dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk mengambil

suatu keputusan yang berfokus pada klien (Jannah, 2012: 193).

2. Proses Manajemen Kebidanan


iii
Proses manajemen kebidanan merupakan urutan langkah yang saling

berhubungan, bersambungan, dan berulang kembali untuk bias mengevaluasi

efektifitas dari rencana asuhan diperlukan proses dalam pengumpulan data,

mengevaluasi dan membuat rencana asuhan kembali. Proses tersebut berlangsung

setiap kali memberikan asuhan kepada klien. Karena itu terdapat hubungan yang

dinamis menurut antara masing-masing langkah (Jannah, 2012: 193-194).

Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan, yang

dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi.Langkah-

langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap yang biasa diaplikasikan dalam

semua situasi. Berikut langkah-langkah dalam proses penatalaksanaan menurut

Varney.

a. Langkah I (Pengumpulan data/ pengakajian)

Langkah ini mengumpulkan semua informasi yang akurat, lengkap dari semua

sumber yang berkaitan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara

anamnesa (Jannah, 2012: 195).

1) Biodata

Adalah identitas untuk mengetahui status klien secara lengkap sehingga

sesuai dengan sasaran. Identitas meliputi:

a) Nama: untuk mengetahui dan mengenal pasien

b) Umur: untuk mengetahui faktor resiko dan tingkat kesuburan.

c) Agama: untuk mengetahui kepercayaan yang dianut oleh pasien

d) Suku bangsa: dikaji untuk mengetahui lebih jauh tentang sosial budaya

pasien.

e) Pendidikan: untuk mengetahui tingkat pendidikan yang nantinya penting

dalam pemberia KIE (kongseling informasi dan edukasi).

iii
f) Pekerjaan: untuk mengetahui keadaan sosial ekonomi keluarga.

g) Alamat: dikaji untuk mengetahui keadaan sosial dan budaya di lingkungan

tempat tinggal budaya.

2) Data subjektif

Adalah data yang di dapat dari klien sebagai suatu pendapat terhadap

suatu situasi data klien. Data tersebut tidak dapat di tentukan oleh petugas

kesehatan secara independen tapi melalui suatu interaksi atau komunikasi.

3) Alasan masuk

Untuk mengetahui alasan yang membuat pasien datang yang

berhubungan dengan Abortus Incomplet. Keluhan utama untuk mengetahui

masalah yang dihadapi yang berkaitan denga masa kehamilan misalnya ada

pengeluaran darah dari jalan lahir, pada kasus abortus biasa terjadi yaitu

pengeluaran darah dari jalan lahir, badan terasa lemas, nyeri perut dan

penglihatan berkunang-kunang.

4) Riwayat penyakit

a) Riwayat penyakit sekarang

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat penyakit

yang diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan keadaanya

sekarang.

b) Riwayat kesehatan yang lalu

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau

penyakit akut, kronis seperti jantung, DM, hipertensi, asma yang dapat

mempengaruhi pada masa nifas ini.

c) Riwayat kesehatan keluarga

iii
Data ini diperlukan untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada yang

menderita penyakit menurun seperti asma, hepatitis dan DM serta penyakit

menular seperti TBC dan hepatitis.

d) Riwayat menstruasi

Ibu mengetahui menarche, siklus haid, lamanya, jumlah darah yang

dikeluarkan dan pernahkah disminorhea.

e) Riwayat perkawinan

Untuk mengetahui status perkawinannya, lama perkawinan, sah atau tidak,

sudah berapakali menikah dan berapa jumlah anaknya.

f) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Untuk mengetahui jumlah kehamilan dan kelahiran, riwayat persalinan yaitu

jarak antara dua kelahiran, tempat kelahiran, lamanya melahirkan dan cara

melahirkan. Riwayat kelahiran anak mencakup berat badan bayi sewaktu

lahir, adakah kelainan bawaan bayi, jenis kelamin bayi, keadaan bayi

hidup/mati saat dilahirkan.

g) Riwayat KB

Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis

apa, berapa lama adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta

rencana KB setelah dikuret dan beralih kontrasepsi apa.

h) Riwayat kehamilan sekarang

Untuk mengetahui keadaan kesehatan ibu selama hamil ada atau tidaknya

penyakit serta upaya yang dilakukan untuk mengatasi penyakit tersebut.

1) Hari pertama, haid terakhir serta kapan taksiran persalinannya.

2) Keluhan-keluhan pada trimester l, ll, lll

3) Dimana ibu biasa memeriksakan kehamilaannya.

iii
4) Selama hamil berapa kali ibu peiksa kehamilan

5) Penyuluhan yang pernah ibu dapat selama kehamilan berapa minggu.

6) Imunisasi TT: sudah/belum imunisasi, berapa kalitelah dilakukan

imunisasi TT selama hamil.

5) Data obyektif

Adalah menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik pasien yang

meliputi:

a) Pemeriksaan fisik

(1) Status generalis

(a) Keadaan umum: untuk mengetahui keadaan umum ibu apakah

baik, sedang, buruk. Keadaan ibu setelah dilakukan kuretase,

adalah sedang. Berdasarkan tanda-tanda pasien post kuret yaitu

adanya ibu merasakan nyeri danada darah keluar dari jalan lahir

dan ibu merasa lemas.

(b) Kesadaran: untuk mengetahui tingkat kesadaran yaitu apakah

komposmentis, apatis, samnolen atau koma.

(c) Tanda vital

- Tekanan darah: untuk mengetahui atau mengukur batas normal

tekanan darah antara sistolik 90-130 mmHg, diastolik 70-90

mmHg. Sedangkan tekanan darah pada diagnosa abortus

normal atau menurun

- Suhu: untuk mengetahui suhu basal pada ibu, suhu badan yang

normal 36,50c -37,50c.sedangkan pada kasus abortus suhu

badan normal atau meningkat.

iii
- Nadi: untuk mengetahui denyut nadi pasien. Berdasarkan

kasus abortus denyut nadi normal, cepat, kecil dan lambat

(Irianti Bayu, 2014: 77)

- Respirasi: untuk mengetahui frekuensi pernafasan yang

dihitung dalam menit. Sedangkan respirasi pada ibu abortus

cenderung lebih lambat. Pada Abortus Incomplet, kuman dapat

berimigrasi pada daerah abdomen hingga menyebabkan infeksi

dalam rahim, syok dan perdarahan jika kontraksi dan sisah

hasil konsepsi belum keluar semua. Tanda-tanda infeksi pada

ibu post kuret yaitu suhu tubuh meningkat, nadi cepat dan

nyeri perut bagian bawah.

(d) Tinggi badan: untuk mengetahui tinggi badan pasien.

(e) Lingkar lengan atas: untuk mengetahui status gizi atas pasien.

Pada kasus post kuret dengan dengan riwayat Abortus Incomplet,

pengeluaran darah dari jalan lahir merupakan salah satu

terjadinya Abortus Incomplet.

b) Inspeksi

Pemeriksaan klien dengan melihat ujung rambut sampai dengan ujung kaki.

1) Rambut: untuk mengetahui kebersihan rambutnya, kondisi kulit kepala

bersih, rontok atau tidak.

2) Wajah: untuk mengetahui keadaan wajah pucat atau tidak, ada oedema

atau tidak dan ada kloasma gravidarum atau tidak.

3) Mata: kongjungtiva pucat atau tidak, sklera putih atau tidak dan mata

cekung atau tidak.

iii
4) Mulut dan gigi: untuk mengetahui keadaan mulut bersih atau tidak, gusi

ada stomatitis atau tidak, ada caries pada gigi atau tidak.

5) Abdomen: untuk mengetahui ada bekas luka operasi atau tidak. Pada

kasus abortus pembesaran uterus sesuai atau lebih kecil dari usia

kehamilan.

6) Vulva: untuk menilai perdarahan pervaginam dengan atau tanpa jaringan

hasil konsepsi.

7) Anus: untuk mengetahui apakah ada hemorrhoid.

c) Palpasi

Yaitu pemeriksaan yang dilakukan dengan cara meraba.

(a) Leher: untuk mengetahui ada pembesaran kelenjar tyroid atau kelenjar

gondok.

(b) Dada: untuk mengetahui ada benjolan pada payudara atau tidak, ada

nyeri tekan atau tidak, ada kelainan bentuk atau tidak, putting susu

menonjol.

(c) Abdomen: untuk mengetahui keadaan kontraksi uterus, timggi fundus

uteri berapa jari dibawah pusat.

(d) Genetalia: pemeriksaan pembukaan serviks, inspekulo menilai

ada/tidaknya perdarahan dari cavum uteri, ostium uteri terbuka atau

tertutup, ada atau tidaknya jaringan di ostium. Vagina toucher (VT)

menilai portio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak

jaringan dalam kavum uteri, tidak nyeri adneksa, kavum doglas tidak

nyeri (Husin Farid, 2014: 77).Ekstremitas untuk mengetahui ada

tidaknya varices

iii
6) Data penunjang

Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendukung pencegahan diagnosa

seperti pemeriksaan laboratorium (hemoglobin, golongan darah, protein urin,

glukosa urine), pemeriksaan USG (Jannah Nurul, 2012: 203)

b. Langkah ll Interpretasi data: identifikasi masalah atau diagnosa.

Pemeriksaan fisik, meliputi:keadaan umum klien, tanta-tanda vital dan

pemeriksaan fisik dilakukan secara inspeksi, palpasi dan dilakukan pemeriksaan

penunjang bila perlu. Klien yang mengalami Abortus Incomplet biasanya

menunjukkan klien pucat, nyeri perut yang hebat dan perdarahan.

Tahap ini merupakan langkah yang menentukan langkah berikutnya.

Kelengkapan data yang sesuai dengan kasus yang dihadapi akan menentukan proses

interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya, sehingga dalam

pendekatan ini harus komprehensif meliputi data subjektif, objektif dan hasil

pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi atau masukan klien yang

sebenarnya.

 Diagnosa kebidanan

Diagnosa kebidanan yang disimpulkan oleh bidan (Jannah, 2012: 204). Diagnos

pada kasus ini ditegakkan Ny.xPxAx umur x tahun hamil denan Abortus

Incomplet post kuretase hari keberapa.

Dasar:

a) Data subyektif

1) Ibu mengatakan keadaan setelah kuretase

2) Ibu mengatakan merasa cemas dan rasa tidak nyaman setelah kuretase.

b) Data objektif

iii
1) Keadaan umum

Keadaan umum ibu setelah dilakukan tindakan kuretase, adalah sedang

2) Kesadaran ibu setelah dilakukan tindakan kuretase adalah sedang.

3) Tanda-tanda vital

(a) Tekanan darah

Ibu hamil dengan Abortus Incomplet post kuretase tekanan darahnya

teratur atau tidak. Tekanan darah ibu post kuretase 90/70 mmHg-

130/90 mmHg.

(b) Suhu

Ibu hamil dengan Abortus Incomplet post kuretse suhu tubuhnya

normal atau tidak. Suhu pada ibu post kuretase adalah 36,50c-37,50c.

(c) Nadi

Ibu hamil dengan Abortus Incomplet post kuretase nadinya normal

atau tidak. Nadi pada ibu post kuretase adalah 50-90 x/menit.

(d) Respirasi

Ibu hamil dengan Abortus Incomplet post kuretase respirasinya

cenderung lebih cepat atau lambat. Respirasi ibu pada ibu post kuretase

16-24 x/menit.

4) Tinggi fundus uteri pada ibu post kuretase

5) Pemeriksaan hemoglobin perlu dilakukan karena biasanya setelah

melakukan kuretase terjadi penurunan hemoglobin.

 Masalah

Masalah adalah problem yang dialami ibu tetapi tidak termasuk kedalam

kategori standar nomenklatur diagnosa kebidanan, misalnya rasa cemas, dan

iii
problem ekonomi.Masalah memerlukan penanganan yang dituangkan kedalam

rencana asuhan.

 Kebutuhan

Kebutuhan adalah suatu yang diperlukan untuk meningkatkan kesehatan

klien, misalnya pendidikan kesehatan, dan promosi kesehatan.

c. Langkah III (Identifikasi diagnosa/masalah potensial)

Identifikasi diagnosa/masalah potensial adalah mengidentifikasi masalah dan

diagnosa yang sudah diidentifikasi.

Langkah ini membutuhakan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan

pencegahan sambil mengamati klien bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila

diagnosa/ masalah potensial terjadi. Diagnosa yang mungkinterjadi adalah syok dan

perdarahan.

d. Langkah IV (Identifikasi tindakan segera/ Kolaborasi)

Tindakan segera terahadap kondisi yang diperkirakan akan membahayakan

klien. Oleh karena itu, bidan harus bertindak segera untuk menyelamatkan jiwa ibu

dan anak.Tindakan ini dilaksanankan secara kolaborasi dan rujukan sesuai dengan

kondisi klien. Faktor yang berperang terhadap komplikasi Abortus Incomplet post

kuretase adalah dalam proses pemberian layanan asuhan pasca abortus, harus diingat

bahwa pasien ini membutuhkan kongseling, perhatian, pemahaman, serta empati

selama pemberian asuhan.

Dalam memberikan asuhan pasca abortus hal yang pertama kali harus

dilakukan adalah mengatasi situasi segera, yaitu perdarahan dan syok. Setelah

kondisi ibu stabil, hal selanjutnya yang sama pentingnya adalah memberikan asuhan

tindak lanjut yang penting, meliputi peredaan nyeri, dukungan psikologis,

kongseling pasca abortus dan pemeriksaan lebih lanjut yang mungkin diperlukan

iii
(WHO, 2012: 95). Pada pasien abortus dengan Abortus Incomplet dapat di berikan

penangan syok dengan cara: tindakan universal, oksigen, cairan, obat, identifikasi

penyebab syok dan atasi sesuai penyebabnya. Selanjutnya adalah penanganan

perdarahan melibatkan langkah-langkah berikut manajemen syok, identifikasi lokasi

perdarahan, evakuasi atau pengososngan uterus, pemeriksaan produk konsepsi,

perbaikan laserasi saluran genetal atau serviks, manejemen perforasi uterus dan

rujukan transfer atau pemindahan.

e. Langkah V (Rencana Asuhan yang menyeluruh)

Pada langkah ini direncana untuk pemecahan masalah dibagi menjadi tujuan,

rencana pelaksanaan dan evaluasi. Rencana ini disusun berdasarkan kondisi klien

(diagnosa, masalah dan diagnosa potensial) berkaitan dengan semua aspek asuhan

kebidanan.

Rencana dibuat harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan

pengetahuan dan teori yang up to date serta evidance terkini serta sesuai dengan

asumsi tentang apa yang akan dilakukan klien.

f. Langkah VI (Pelaksanaan Asuhan )

Kegiatan yang dilakukan bidan di komunitas adalah mencakup rencana

pelaksanaan yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

Pemberian asuhan dapat dilakukan oleh bidan, klien/ keluarga, atau tim

kesehatan lainnya namun tanggung jawab utama tetap pada bidan untuk

mengarahkan pelaksanaannya. Asuhan yang dilakukan secara efisien yaitu hemat

waktu, hemat biaya, dan mutu meningkat.

g. Langkah VII (Evaluasi Hasil Asuhan)

Pada langkah ini,Kegiatan evaluasi dilakukan untuk mengevaluasi

keefektifan asuhan kebidana yang diberikan.Hasil evaluasi dapat menjadi data dasar

iii
untuk menegakkan diagnosa dan rencana selanjutnya.Yang di evaluasi adalah

apakah diagnosa sesuai, rencana asuhan efektif, masalah teratasi, masalah telah

berkurang, timbul masalah baru, dan kebutuhan telah terpenuhi. Evaluasi asuhan

kebidanan pada Abortus Incomplet post kuretase antara lain keadaan umum baik dan

tanda-tanda vital normal, tidak ada tanda-tanda syok dan perdarahan pada jalan lahir

(Jannah Nurul, 2012: 185-211).

3. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP)

SOAP adalah sebuah cara untuk mengidentifikasi dan mengatasi masalah pasien,

merupakan suatu yang membutuhkan manajemen atau diagnostik termasuk medis ,

social, ekonomi dan masalah demografis. Bidan melakukan pencatatan secara lengkap,

sigkat dan jelas mengenai keadaan /kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam

memberikn asuhan kebidanan.Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP.

S : Subjektif

a. Data subjektif (observasi klien)

b. Menggambarkan pendokumentasian hanya pengumpulan data klien melalui

anamnesa.

c. Tanda gejala subjektif diperoleh dari hasil bertanya dari klien, suami atau keluarga

(identitas umum, keluhan, riwayat perkawinan, riwayayat kehamilan, riwayat

persalinan, riwayat KB, riwayat penyakit, riwayat penyakit keluarga, riwayat

penyakit keturunan, riwayat psikologis dan pola hidup).

d. Catatan ini berhubungan dengan masalah sudut pandang pasien. Ekspresi klien

mengenai kekhawatiran dan keluhannya di catat sebagai kutipan langsung atau

ringkasan yang berhubungan dengan diagnosa.

O: Objektif

a. Data objektif ( observasi dan pemeriksaan)

iii
b. Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan fisik klien, hasil laboratorium

dan tes diagnostik lainnya yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung

analisis.

c. Tanda gejala objektif yang diperoleh dari hasil pemeriksaan (tanda KU, vital sighn,

pemeriksaan fisik, pemeriksaan kebidanan, pemeriksaan dalaam dan pemeriksaan

penunjang). Pemeriksaan dengan inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.

d. Data ini memberi bukti gejala klinis klien dan fakta yang berhubungan dengan

diagnosis. Data fisiologis, hasil observasi yang jujur, informasi kajian, teknologi

(hasil laboratorium, sinar X, rekam CTG, dan lain-lain). Apa yang di observasi oleh

bidan akan menjadi komponen yang berarti dari diagnosis yang di tegakkan.

A: Assesment

a. Masalah atau diagnosisyang ditegakkan berdasarkan data atau informasi subjektif

maupun objektif dikumpulkan atau disimpulkan. Karena keadaan pasien harus

berubah dan selalu ada informasi baru baik subjektif maupun objektif dan sering

diungkapkan secara terpisah-pisah, proses pengkajian adalah suatu proses dinamik.

Nenganalisa adalah suatu yang penting dalam mengikuti perkembangan klien dan

menjamin suatu perubahan baru yang cepat diketahui dan dapat diikuti sehingga

dapat diambil tindakan yang cepat.

b. Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi data subjektif

dalam suatu identifikasi.

 Diagnosa/masalah

1) Diagnosis adalah rumusan dari hasil pengkajian kondisi klien: hamil, bersalin,

nifas dan bayi baru lahir. Berdasarkan hasil analisa data yang didapat.

iii
2) Masalah segalah sesuatu yang menyimpang sehingga kebutuhan klien

terganggu, kemungkinan mengganggu kehamilan/ kesehatan tetapi tidak

masuk dalam diagnosis.

 Antisipasi masalah lain/ diagnosa potensial.

P: Planning

Membuat rencana tindakan saat itu atau yang akan datang. Untuk mengusahakan

tercapainya kondisi klien yang sebaik mungkin atau menjaga mempertahankan

kesejahteraannya. Proses ini termasuk tujuan tertentu dari kebutuhan pasien yang harus

dicapai dalam batas waktu tertentu. Perencanaan diambil harus membantu klien

mencapai kemajuan dalam kesehatan dan harus sesuai dengan instruksi dokter. Dalam

perencanaan harus tertuang asuhan yang akan direncanakan, bagaimana pelaksaan dan

hasil dari suatu asuhan yang telah diberikan (Irianti Bayu,2014:337-339).

D. Teori Evidence Based Midwifery (EBM)

1. Pengertian

Evidence based artinya berdasarkan bukti. Artinya tidak lagi berdasarkan

pengalaman atau kebiasaaan semata.

Evidence based midwifery adalah pemberian informasi kebidanan berdasarkan

bukti dari penelitian yang bisa dipertanggung jawabkan (Gray, 1997).

Praktik kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti ilmiah hasil penelitian dan

pengalaman praktik dari para praktisi dari seluruh penjuru dunia. Rutinitas yang tidak

terbukti manfaatnya kini tidak dianjurkan lagi (Jayanti, 2021).

2. Manfaaat Evidence based Midwifery dalam Praktik Kebidanan

Dengan pelaksanaan praktik asuhan kebidanan yang berdasarkan evidence based

tersebut tentu saja bermanfaat membantu mengurangi angka kematian ibu hamil dan

iii
risiko-risiko yang dialami selama persalinan bagi ibu dan bayi serta bermanfaat juga

untuk memperbaiki keadaan kesehatan masyarakat.

3. Kategori Evidence Based Menurut World Health Organization (2017)

Menurut WHO, Evidence based terbagi sebagai berikut:

a. Evidenve-based Medicine adalah pemberian informasi obat-obatan berdasarkan bukti

dari penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan. Temuan obat baru yang dapat saja

segera ditarik dan peredaran hanya dalam waktu beberapa bulan setelah obat tersebut

dipasarkan, karena di populasi terbukti memberikan efek samping yang berat pada

sebagian penggunanya.

b. Evidence-based Policy adalah satu sistem peningkatan mutu pelayanan kesehatan

dan kedokteran (Clinical Governance): suatu tantangan profesi kesehatan dan

kedokteran di masa mendatang.

c. Evidence based Midwifery adalah pemberian informasi kebidanan berdasarkan bukti

dari penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan.

d. Evidence based report adalah mgmpakan bentuk penulisan laporan kasus yang baru

berkembang, memperlihatkan bagaimana hasil penelitian dapat diterapkan pada

semua tahapan penatalaksanaan pasien.

4. Sumber Evidence Based

Sumber EBM dapat diperoleh melalui bukti publikasi jurnal dari internet maupun

berlangganan baik hardcopy seperti majalah, bulletin, atau CD. Situs internet yang ada

dapat diakses, ada yang harus dibayar namun banyak pula yang public domain. Adapun

beberapa jurnal penelitian yang dijadikan sebagai literature dan sumber referensi dalam

laporan kasus ini adalah sebagai berikut:

a. Penelitian Isabelle Carlsson, et al (2018) dengan judul Complications related to

induced abortion: a combined retrospective and longitudinal follow-up study

iii
Hasil penelitian menyatakan bahwa Sebanyak 4945 aborsi dilakukan selama

masa penelitian. Hampir semua, 4945 (99,7%) memenuhi syarat untuk memenuhi

dalam penelitian ini. Aborsi medis <12 minggu adalah prosedur yang umum (74,7%),

diikuti oleh aborsi bedah (17,5%), dan aborsi medis> 12 minggu (7,8%). Komplikasi

tercatat di 333 (6,7%) dari semua aborsi. Di antara aborsi medis <12 minggu,

frekuensi komplikasi meningkat secara signifikan, dari 4,2% pada 2008 menjadi

8,2% pada 2015 (RR 1,49, 95% 1,04–2,15). Aborsi inkomplit merupakan komplikasi

yang berkaitan dengan aborsi medis <12 minggu. Dari semua wanita yang positif

untuk satu atau beberapa bakteri pada skrining dan karena itu menerima antibiotik,

1,4% mengembangkan infeksi postabortal. Di antara mereka yang berbanding

terbalik dengan skrining, 1,7% mengembangkan infeksi infeksi.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa Angka

komplikasi yang terkait dengan aborsi medis <12 minggu telah meningkat dari 4,2%

pada tahun 2008 menjadi 8,2% pada tahun 2015. Penyebabnya tidak diketahui tetapi

mungkin terkait dengan pergeseran dari rumah sakit ke aborsi medis di

rumah. Wanita yang dites positif untuk satu atau beberapa bakteri setelah skrining

dan menerima antibiotik yang memiliki infeksi postabortal yang hampir sama dengan

wanita yang dites negatif saat skrining.

b. Penelitian John Joseph Reynolds-Wright, et al (2021) dengan judul Telemedicine

medical abortion at home under 12 weeks’ gestation: a prospective observational

cohort study during the COVID-19 pandemic

Hasil penelitian menyatakan bahwa Sekitar 650/663 (98%) perempuan

melakukan aborsi lengkap, 5 (0,8%) kehamilan berkelanjutan dan 4 (0,6%) aborsi

tidak tuntas. Tidak ada yang dirawat secara tidak sengaja dengan kehamilan 12

minggu, tetapi seorang wanita tidak pernah hamil. Seorang wanita yang menjalani

iii
USG pra-aborsi dengan indikasi operasi caesar ektopik. Ada dua kasus perdarahan

dan tidak ada infeksi berat. Sekitar 123 (18,5%) wanita nasihat nasihat melalui

telepon untuk masalah yang terkait aborsi dan 56 (8,4%) kemudian mengunjungi

klinik untuk membayar.Sebagian besar (628, 95%) wanita penilaian perawatan

mereka sangat atau agak dapat diterima.

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa Model aborsi medis

telemedicine tanpa ultrasound rutin ini aman, dan memiliki hak yang tinggi dan

penerimaan yang tinggi di kalangan wanita. Studi ini memberikan dukungan untuk

kelanjutan model perawatan ini dalam pengaturan diluar Pandemi covid-19 yang

terjadi saat ini.

c. Penelitian oleh Shelly Makleff, et al (2019) dengan judul Exploring stigma and

social norms in women’s abortion experiences and their expectations of care

Temuan ini membantu menjelaskan bagaimana norma sosial dan stigma aborsi

berinteraksi dengan persepsi perempuan tentang aborsi di Kenya dan India, termasuk

rendahnya harapan mereka akan perawatan dan kekhawatiran tentang keamanan atau

penganiayaan. Persepsi perempuan tentang ketidaksetujuan masyarakat terhadap

aborsi mungkin berasal dari norma-norma sosial lokal yang terkait dengan agama,

keibuan, tanggung jawab atas kontrasepsi, dan adat istiadat seksual bagi perempuan

muda dan belum menikah.

Temuan ini berimplikasi pada praktik, menyoroti pentingnya mengembangkan

strategi yang dapat diadaptasi untuk pengaturan yang berbeda untuk mengatasi

ketakutan perempuan untuk dihakimi dan membantu perempuan mengatasi stigma di

komunitas mereka. Pendekatan yang sesuai untuk organisasi pemberi layanan dapat

mencakup dengan jelas mengkomunikasikan informasi tentang hak atas perawatan,

memastikan layanan yang ramah remaja, atau memberikan layanan dukungan bagi

iii
wanita yang memilih untuk tidak mengungkapkan aborsi mereka kepada keluarga

dan teman dan karena itu merasa terisolasi. Mengingat pengaruh konteks lokal dalam

pengalaman aborsi perempuan, intervensi yang berupaya meningkatkan akses,

memberikan informasi yang akurat, dan memastikan layanan berkualitas tinggi yang

berpusat pada klien akan mendapat manfaat dari upaya untuk mengembangkan dan

menyempurnakan pendekatan semacam itu secara lokal, serta menerapkan stigma

atau sosial, lensa norma dan budaya yang berlaku di lingkungan tersebut.

d. Penelitian oleh Arofah dan Sargih (2021) dengan judul Hubungan Karakteristik Ibu

dengan Kejadian Abortus di RSU. Muhammadiyah Medan tahun 2020

Hasil penelitian menyatakan bahwa Ada hubungan umur ibu dengan abortus

diperoleh hasil uji chi-square p value (0,002), ada hubungan paritas ibu dengan

abortus diperoleh hasil uji chi-square p value (0,017), ada hubungan pendidikan ibu

dengan abortus diperoleh hasil uji chi square p value (0,004).

e. Penelitian oleh Kurniaty, et al (2019) dengan judul Penanganan kasus abortus

inkomplit pada puskesmas PONED di Kabupaten Sumbawa Barat

Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

keberhasilan penanganan abortus inkomplit dengan kelengkapan Puskesmas PONED

(p=0,020). Kemungkinan untuk keberhasilan penanganan abortus inkomplit pada

Puskesmas PONED yang lengkap lebih besar 4,1 kali dibandingkan dengan

Puskesmas PONED yang tidak lengkap. Terdapat hubungan yang signifikan antara

keberhasilan penanganan abortus inkomplit dengan usia kehamilan saat abortus

(p=0,014). Kemungkinan untuk keberhasilan penanganan abortus inkomplit pada ibu

yang mengalami abortus awal lebih besar 7,1 kali dibandingkan dengan ibu yang

mengalami abortus telat.

iii
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. AR USIA KEHAMILAN 9-10 MINGGU
DENGAN ABORTUS INCOMPLET
DI PUSKESMAS SAROLANGUN
Puskesmas Simpang Tuan Pj. Ruangan : Hj.Meiyi,AmKeb
Tanggal/Pukul pengkajian : 2 Februari 2023/
08.30WIB

Mahasiswa :Maznah Sumber Informasi tempat pelayanan


NIM : PO71242220018 Teman Orang tua/keluarga
Pembimbing : Dewi Nopiska Lilis, M.Keb Nakes : ….. Sendiri

1. PENGUMPULAN DATA
A. BIODATA
Nama klien/Ibu : Ny. AR Nama suami : Tn.AZ
Umur : 26 Tahun Umur : 29 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : S1 Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS Pekerjaan : Bank BRI
Alamat : RT 09 Pasar Sarolangun
No. Telp/HP : 082261667923 No. Telp/HP : 082261667923
Penanggung jawab
Nama : Ny. AZ Pekerjaan : Bank BRI
Umur : 29 tahun Alamat : RT 09 Pasar Sarolangun
Hubungan dengan klien : Suami

B DATA SUBYEKTIF
ALASAN KUNJUNGAN :
1 Klien mengatakan keluar Plek- plek Selama 2 hari, klien mengatakan sudah mengalami
perdarahan da nada keluar gumpalan darah, klien mengaku sangat lemah.
KELUHAN :
nyeri perut bagian bawah, pusing dan lemah
Riwayat Menstruasi
Umur menarche : 13 tahun, lamanya haid 5-7 hari, jumlah darah haid 2-3 x ganti duk,
2 Konsistensi :Cair
Masalah lain : tidak ada
Riwayat perkawinan :
Perkawinan ke :- Kawin-.-… tahun, …..th, ke
3 Usia saat kawin : tahun
HPHT: 16 November 2022
4 Riwayat kehamilan persalinan dan nifas yang lalu
Tgl Anak
Tempat Umur Jenis Penolong Keadaan
No Tahun Penyulit Kel/
Partus Hamil Persalinan Persalinan Anak Sek
Partus BB
1. Ini

5 Riwayat kehamilan saat ini : -


Pertama kali memeriksakan kehamilan pada UK: 6 Minggu
iii
Di : PMB Oleh : Reni Anggraini
Pemeriksaan saat ini yang ke : -
Masalah yang pernah dialami :
Hami muda : mual muntah perdarahan
Lain-lain : tidak ada keluhan
Hamil tua : pusing Sakit kepala perdarahan
Lain-lain : tidak ada
Imunisasi :
TT Hepatitis
Lain-lain :

Pengobatan/anjuran yang pernah diperoleh selama kehamilan ini :


T.a.a…………………………………………………………….

6 Riwayat penyakit/operasi yang lalu: (jenis penyakit, operasi, dimana dan kapan)
Tidak ada
7 Riwayat penyakit keluarga (Ayah, ibu, adik, paman, bibi) yang pernah menderita sakit
Kanker Penyakit hati Hipertensi DM Penyakit ginjal
TBC Epilepsi Kelainan bawaan Alergi Hamil kembar
Penyakit jiwa
Lain-lain : tidak ada
8 Riwayat yang berhubungan dengan masalah kesehatan reproduksi
Infentilitas infeksi PMS Servisitis kronis Endrometriosis
Myoma Polip servix Kanker kandungan Operasi kandungan
Perkosaan
Lain-lain : …Tidak ada……
9 Genogram (bila memungkinkan)

10 Riwayat Keluarga Berencana


Metode KB yang pernah dipakai : tidak ada Lama:
Komplikasi/masalah :
11 Pola Makan / Minum / Eliminasi / Istirahat
Makan : 3 kali/hari ;
Minum : 6-7 gelas/hari ;
Jenis makanan/minuman yang sering dikonsumsi :
Nasi, sayur, lauk, buah, air putih, susu
(bila terdapat gangguan pada pola makan minum, hitung secara kuantitas/kualitas di lembar lain)
Pola Eliminasi : BAK : 6-7 kali/hari
BAB : 1 kali/hari
Kelainan/masalah yang ditemukan pada pola eliminasi : Tidak ada
Pola istirahat : tidur : ..8... jam/hari : Tidur terakhir jam :..15.00.... Wib
Masalah/gangguan yang ditemukan pada pola istirahat:
Tidak ada
12 Riwayat Psikososial
sikososial: klien tidak mengaku sedang dalam keadaan hamil
Alasan : -
Social support dari : Suami Orang tua Mertua Keluarga lain
Masalah psikososial :
Kekerasan RT : Fisik Psikologis Dan lain lain: tidak ada

13 Perilaku kesehatan :
Penggunaan miras : Ada Tidak
Penggunaan zat adiktif : Ada Tidak
iii
Merokok : Ada Tidak
Kepercayaan yang berhubungan dengan kehamilan :
Memakai benda tajam Membawa tumbuh-tumbuhan
Lain-lain :

B DATA OBYEKTIF
1 PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum :
Sikap tubuh : lordosis kiposis skoliosis normal Cacat
Tanda-tanda vital : TD 100/60 mmHg RR 22 x/mnt N 83 x/mnt
S36,50C
Turgor : Baik Kurang Jelek
BB : 48 kg
Pertambahan berat badan selama hamil : 0 kg
Rambut/kepala : Bersih Kotor Rontok Lain-lain: Mata
Seklera : Ikterus Tidak Ikterus
Konjungtiva : Pucat Tdk. Pucat
Penglihatan : Jelas Kabur Lain-lain :
Alat bantu : Kacamata Tidak ada
Muka: Hiperpigmentasi Edema Tdk. Tampak kelainan
Lain-lain:
Gigi : Palsu Karies Lain-lain : tidak ada
Telinga : Tdk. Tampak kelainan Lain-lain:
Alat bantu dengar
Leher : Pembesaran kelenjar tiroid Pembesaran V. Jugularis
Tdk. Tampak kelainan
Payudara : Simetris Asimetri Kemerahan Bengkak Benjolan
Puting susu : Datar Menonjol Ke dalam Lecet Kotor
Areola mammae : Bersih Kotor Hiperpigmentasi
Pengeluaran asi : Kolostrum Tidak tampak
Jantung : Bunyi jelas teratur Lain-lain : Tidak ada
Paru-paru : Bunyi nafas besih Lain-lain : Tidak ada

Abdomen :
- Hepar/lien : Tidak dapat dinilai Lain-lain: tidak ada
- Bekas operasi : Ada Lokasi Tidak ada
- Striae : Tidak ada Livide Albikans
- Linia : Alba Nigra Fusca
- TFU : 1 jari atas sympisis, Letak punggung: - Presentasi : -
- Penurunan : -
- TBJ : - gram
- Djj : Belum terdengar
Frek x/mnt Teratur Tdk. Teratur Kuat /Lemah
Pungtum maksimum: - cm
Sebelah: -
Ekstermitas : Tidak tampak cacat Cacat Varises
Edema
Refleks Patella : Positif kanan/kiri Negatif kanan/kiri
Akral : Dingin Pucat Kebiruan
Normal
Anogenital : tidak tampak kelainan, dan tidak keluar darah
Pengeluaran per vulva : Darah Lendir Air ketuban
Pemeriksaan Penunjang
Tanggal : 31/Januari/2023
iii
Hb: 9,8 gr% Ct/Bt:...... Ht:......... Gol darah: O
HB Triwulan I..........gr% HB Triwulan II.......... HB Triwulan III............
HCG Test : (+) Urine Protein : Reduksi:......
DDR KI : Ada Tidak DDR K4: Ada Tidak
CTG :........... USG: kesan sisa jaringan + Ro :..........

Hal-hal yang masih perlu dikaji, tetapi tidak tercantum pada format :
Pemeriksaan Inspekulo : serviks terbuka dan adanya sisa jaringan dari hasil USG

B ASSESMENT
Diagnosa : G1P0A0 usia kehamilan 9-10 minggu Data Pendukung : keluar darah dari vagina,
dengan Abortus Inkomplet HCG Test : (+)
USG: kesan sisa jaringan +
C Identifikasi Diagnosa dan Masalah potensial Data Pendukung : klien mengeluh nyeri pada
Masalah : Nyeri perut bagian bawah, anemia ari-ari, HB: 9,8 gr%
ringan
Kebutuhan: penanganan nyeri dan anemia rinan

E. Identifikasi Tindakan Segera dan atau Kolaborasi

a. Penatalaksanaan pemberian cairan infus RL 28 tts/I


b. Kolaborasi pemberian obat-oabatan: paracetamol, amoksisillin dan SF

iii
F. PERENCANAAN
Nama : Ny. AR N0. RM : Ruang : VK
Umur : 26Tahun Tanggal : 2-02-2023 Kelas :

PERENCANAAN RASIONALISASI PARAF


1. Lakukan informed consent - Sebagai pernyataan persetujuan dari
kepada klien klien/keluarga untuk tindakan dan sebagai
perlindungan hukum bagi dokter dan bidan
dalam melakukan tindakan
2. Menyampaikan hasil - dengan menyampaikan hasil pemeriksaan
pemeriksaan kepada ibu dan pada ibu sehingga dapat mengerti tentang
wali/ibu keadaannya saat ini.
3. Observasi tanda-tanda vital dan - tanda-tanda vital dan perdarahan
perdarahan pada klien ibu merupakan indikator dari keadaan umum
ibu dan menentukan intervensi selanjutnya

4. Beri informasi kepada ibu - Agar ibu dan keluarga mengerti tentang
tentang penyebab perdarahan penyebab perdarahan yang dialami karena
masih ada sisa jarungan yang tertinggal
5. Lakukan stabilisasi keadaan - ibu dalam keadaan lemah dan anemia
klien dengan pemberian cairan ringan yang harus segera mendapat
infus RL 28tts/I penanganan untuk perbaikan KU ibu dan
anemia sebelum dirujuk.
6. Kolaborasi dengan dokter dalam - analgetik akan membantu mengurangi rasa
pemberian obat analgetik, nyeri yang dirasakan ibu, antibiotik akan
antibiotik dan tablet tambah membantu mencegah terjadinya infeksi
darah dan tablet tambah darah untuk mencegah
anemia.
7. Anjurkan ibu untuk makan dan - Untuk membantu proses pemulihan dan
minum stabilisasi KU klien.
8. Bantu klien mengatur posisi - mengatur posisi yang diinginkan akan
yang nyaman sesuai kebutuhan memberikan rasa nyaman pada ibu .
ibu
9. Anjurkan teknik relaksasi jika - teknik relaksasi merupakan salah satu
timbul rasa nyeri upaya untuk menghilangkan perhatian
klien terhadap nyeri yang dirasakan dan
meningkatkan suplai oksigen yang masuk
kedalam tubuh diteruskan keotak yang
akan menghambat/ mengurangi
rangsangan nyeri yang timbul
10. Beri dukungan dan kesempatan - dengan memberi dukungan dapat
pada ibu untuk mengungkapkan meringankan beban psikologis klien dan
perasaannya dengan mendengarkan keluhannya klien
akan merasa diperhatikan sehingga ia akan
lebih tenang
PAGE \* MERGEFORMAT 24
11. Anjurkan keluarga untuk tetap - dengan dorongan moril/spiritual
memberikan dorongan memberikan ketenangan hati bahwa segala
moril/spiritual kepada klien tindakan yang diberikan untuk proses
penyembuhan klien.

12. Jelaskan bahwa klien dan - Agar dapat dilakukan penanganan lebih
keluarga, bahwa klien harus lanjut untuk pengeluaran jaringan yang
dirujuk ke RS untuk penanganan tersisa
lebih lanjut

PAGE \* MERGEFORMAT 24
PELAKSANAAN

Nama : Ny. AR N0. RM : Ruang : VK


Umur : 26 Tahun Tanggal : 2-02-2023 Kelas :
Diagnosa : G1P0A0H0 Usia Kehamilan 9-10 minggu dengan Abortus Incomplet
Masalah : nyeri perut bagian bawah dan anemia sedang
NAMA
TANGGAL/
CATATAN PELAKSANAAN &
Pkl
PARAF
2-02-2023 1. Melakukan informed consent kepada ibu /keluarga
16.45 wib 2. Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada ibu/keluarga dan
menjelaskan keadaan yang dialaminya.
Hasil: ibu memahami dan mengerti dengan keadaanya.
3. Mengobservasi tanda-tanda vital dan perdarahan
TD : 100/60 mmhg
S : 36,50C
N : 82x/ menit
P : 20x/menit
Perdarahan : masih aktif
Inspekulo : OUI terbuka, tampak ada sisa jaringan
HCG Test : (+)
USG: kesan sisa jaringan +
4. Memberikan informasi kepada ibu tentang penyebab perdarahan
5. Melakukan stabilisasi keadaan ibu dengan pemberian cairan infus
NaCl 28tts/I
6. Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
analgetik, antibiotik dan Tablet tambah darah
a. Paracetamol
b. Antibiotik (amoksisilin 3x1).
c. SF 2x1
7. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum
8. Membantu ibu mengatur posisi yang nyaman sesuai kebutuhan

PAGE \* MERGEFORMAT 24
ibu
9. Menganjurkan teknik relaksasi jika timbul rasa nyeri dengan cara
menarik nafas dalam melalui hidung dan menghembuskan secara
perlahan-lahan lewat mulut
10. Memberikan dukungan dan kesempatan pada ibu untuk
mengungkapkan perasaannya
11. Menganjurkan kepada keluarga untuk tetap memberikan dorongan
moril/spiritual kepada ibu
Hasil: ibu mengerti dan tampak mulai berdoa
12. Jelaskan bahwa ibu dan keluarga, bahwa klien harus dirujuk ke
RS untuk penanganan lebih lanjut

PAGE \* MERGEFORMAT 24
EVALUASI
Nama : Ny. AR N0. RM : Ruang : VK
Umur : 26 Tahun Tanggal : 2-02-2023 Kelas :
Diagnosa : G1P0A0H0 Usia Kehamilan 9-10 minggu dengan Abortus Incomplet
Masalah : nyeri perut bagian bawah dan anemia sedang
NAMA
TANGGAL/
EVALUASI &
Pkl
PARAF
2-02-2023 1. Informed consent telah dilakukan dan ibu dan suami setuju dengan mer
17.30 Wib tindakan yang akan dilakukan
2. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan dan memahami serta
mengerti tentang keadaannya
3. Observasi tanda-tanda vital telah dilakukan
4. Ibu sudah mengetahui penyebab perdarahan yang dialaminya
5. Infus RL28tts/I telah dipasang
6. Kolabarasi dengan dokter telah dilakukan dan ibu sudah
mengkonsumsi obat paracetamol, amoksisilin dan TTD
7. Ibu sudah makan dan minum
8. Ibu sudah mengatur posisi yang nyaman untuk dirinya yaitu posisi
miring ke kiri
9. Dengan teknik relaksasi,ibu mengatakan nyeri yang dialami telah
berkurang dan ekspresi wajah ibu tidak meringis bila bergerak
10. Ibu menngungkapkan telah ikhlas kehilangan anak yang
dikandungnya dan dukungan dan kesempatan pada klien untuk
mengungkapkan perasaannya
11. Dorongan moril/ spritiual telah diberikan oleh suami dengan
mengatakan bahwa ini adalah takdir dari Allah SWT.
12. Ibu dan suami bersedia untuk dirujuk ke RS.
Jam 18.00 wib ibu telah di rujuk ke RS Chatib Quswain dengan
didampingi suami dan ibu kandungnya.

PAGE \* MERGEFORMAT 24
BAB IV

PEMBAHASAN

Bab ini akan menguraikan pembahasan manajemen asuhan kebidanan yang dilakukan pada

ibu hamil dengan abortus inkomplet di Puskesmas Sarolangun pada tanggal 31 Januari 2023.

Penulis akan menguraikan berdasarkan SOAP dan langkah Varney. Bab ini, penulis akan

membandingkan antara tinjauan kasus pada Nn.R dengan Abotus Inkomplit di Puskesmas

Sarolangun dengan teori tentang penanganan Abortus Incomplet. Pembahasan berdasarkan

pendekatan manajemen asuhan kebidanan dengan tujuh langkah, yaitu pengumpulan data dasar,

merumuskan diagnosis atau masalah aktual, merumuskan diagnosis atau masalah potensial,

melaksanakan tindakan segera atau kolaborasi, merencanakan tindakan asuhan kebidanan,

melakukan tindakan asuhan kebidanan, dan mengevaluasi asuhan kebidanan.

1. Identifikasi Data Dasar

Identifikasi data dasar merupakan proses manajemen asuhan kebidanan yaang ditujukan

untuk pengumpulan informasi baik fisik, psikososial dan spritual. Informasi yang diperoleh

mengenai data-data tersebut penulis dapatkan dengan mengadakan wawancara langsung dari

klien dan keluarganya serta sebagian bersumber dari pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan

penunjang/laboratorium (Nurhayati dkk, 2013).

Pada kasus Nn.R, usia 27 tahun, datang kerumah sakit dengan keluhan ada pengeluaran

darah berlebihan sejak 5 hari yang lalu dank lien mengaku sangat lemah. Perdarahan awalnya

sedikit kemudian bertambah banyak sejak kemarin yang disertai dengan nyeri perut bagian

bawah. Pada anamnesis klien tidak menjelaskan secara jelas mengenai kronologi perdarahan

yang dialami, klien juga mengaku siklus haidnya tidak teratur dan hanya mendapat haid 3

bulan sekali. Riwayat HPHT: 14-11-2023. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran

PAGE \* MERGEFORMAT 24
komposmentis, keadaan umum lemah, tekanan darah 10/60 mmHg, nadi 82x/menit,

pernapasan 20x/menit, dan suhu 36,5°C. Ekspresi wajah tampak cemas, pucat dan meringis

menahan sakit serta tidak ada oedema, kedua konjungtiva mata terlihat tidak pucat, adanya

hiperpigmentasi pada areola mammae. Pada palpasi teraba keras 1 jari di atas symfisis.

Pemeriksaan labor, diketahui golongan darah klien yaitu O(+) dan kadar HB 9,8 gr% sedangkan

pemeriksaan Urine menyatakan HCG test garis dua (+ hamil), pemeriksaan penunjang

dilakukan USG dengan hasil adanya kesan sisa jaringan, dan dari hasil pemeriksaan inspekulo

terlihat serviks membuka dan adanya sisa jaringan.

Dalam tinjauan pustaka dikemukakan gejala atau tanda Abortus Incomplet berupa

adanya riwayat amenorrhea, perdarahan dari jalan lahir yang bisa sedikit atau banyak disertai

gumpalan darah, serta terdapat nyeri perut bagian bawah. Pada pemeriksaan inspekulo

didapati pembukaan serviks dan kadang-kadang dapat diraba sisa-sisa jaringan dalam kanalis

servikalis. Berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan pada kasus diketahui bahwa Nn.R

G1P0A0 Hamil 11 minggu dengan abortus inkomplit.

Nona R merupakan primigravida dengan usia 27 tahun dimana kedua subjek tersebut

kemungkinan mempengaruhi kejadian abortus yang dialaminya hal ini sejalan dengan hasil

penelitian oleh Arofah dan Saragih (2019) dengan judul Hubungan Karakteristik Ibu dengan

Kejadian Abortus di RSU Muhammadiyah Medan yang menyatakan bahwa ada hubungan

umur ibu dengan abortus diperoleh hasil uji chi-square p-value (0,002), ada hubungan paritas

ibu dengan abortus diperoleh hasil uji chi-square p-value (0,017). Abortus berpeluang lebih

besar terjadi pada ibu dengan paritas rendah (primi) dan dengan usia yang berisiko pada saat

kehamilan (<20 th atau >35 th).

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Heryanti, 2018. Tentang Hubungan Umur

Dan Paritas Ibu Hamil Dengan Kejadian Abortus Inkomplit Di Rumah Sakit Muhammadiyah
PAGE \* MERGEFORMAT 24
Palembang Tahun 2017. Komplikasi abortus yang membahayakan kesehatan ibu dan dapat

memberikan dampak negatif pada berbagai aspek tersebut harus dapat dicegah. Pencegahan

sekaligus menekan kejadian abortus dengan memperhatikan usia pernikahan, usia pernikahan

yang ideal yaitu 20-35 tahun, karena pada usia diatas 20 tahun organ reproduksi perempuan

sudah siap mengandung dan melahirkan, sedangkan pada usia 35 tahun mulai terjadi proses

regeneratif. Adapun faktor-faktor yang dapat menyebabkan abortus adalah umur ibu, usia

kehamilan, jumlah paritas, jarak kehamilan, tingkat pendidikan status ekonomi, dan riwayat

abortus sebelumnya (Heryanti, 2018).

Selanjutnya penelitian oleh Rachel Jewkes, 2005. Dalam The impact of age on the

epidemiology of incomplete abortions in South Africa after legislative change. Ada harapan

yang sama tingginya pada tahun 1996 Pilihan dalam Undang-Undang Pengakhiran Kehamilan

Afrika Selatan, yang merupakan salah satu contoh aborsi yang paling liberal perundang-

undangan di dunia. Bagiannya melalui Parlemen secara signifikan dipengaruhi oleh temuan

nasional studi tentang epidemiologi aborsi tidak lengkap yang dilakukan pada tahun 1994. Ini

memberikan gambaran tentang besarnya masalah aborsi yang tidak aman dan metodologi yang

diikuti secara luas yang dikembangkan untuk Dunia Studi multinegara Organisasi Kesehatan

tentang aborsi yang tidak aman dengan modifikasi tertentu. Salah satu temuan utamanya

adalah beban diferensial morbiditas yang terkait dengan in- pengalaman aborsi lengkap oleh

wanita di bawah 21 tahun yang memiliki risiko jauh lebih besar daripada wanita yang lebih tua

memiliki produk ofensif yang ditemukan pada evakuasi uterus rasio peluang. Dalam tiga tahun

pertama setelah undang-undang tersebut diundangkan, ed, layanan didirikan di swasta dan

publik sektor sedemikian rupa sehingga 40.000 pemutusan hukum telah terjadi dilakukan

setiap tahun7 (dibandingkan dengan 800–1000 di bawah perundang-undangan sebelumnya8 ).

Kemampuan provinsi untuk mendirikan layanan ini begitu cepat dalam lingkungan terbatas
PAGE \* MERGEFORMAT 24
sumber daya Ronment secara substansial dipengaruhi oleh promosi teknologi berbiaya rendah,

yaitu aspirasi vakum manual mengikuti pematangan serviks dengan misoprostol di bawah

lokal anestesi. Dan telah ada pelatihan klinis provinsi. (Rachel Jewkes, 2005)

Dari uraian diatas penulis berasumsi bahwa kasus Nn.R merupakan kasus abortus

primigravida dimana hasil pengumpulan data pada tahap ini sesuai antara teori, manajemen

kebidanan dan jurnal EBM sehingga tidak terjadi kesenjangan antara teori dan kasus di lahan.

2. Identifikasi Diagnosa/Masalah Aktual

Pada langkah kedua dilakukan identifikasi diagnosis atau masalah berdasarkan

interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data tersebut kemudian

diinterpretasikan sehingga dapat dirumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik (Nurhayati

dkk, 2013).

Masalah aktual merupakan identifikasi diagnosa kebidanan dan masalah berdasarkan

interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Dalam langkah ini data yang

diinterpretasikan menjadi diagnosa kebidanan dan masalah.Keduanya digunakan karena

beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi membutuhkan penanganan

yang dituangkan dalam rencana asuhan terhadap klien.

Hasil pengkajian data subjektif dan objektif yang diperoleh menunjukkan diagnosis

Abortus Incomplet. Pasien datang dengan keluhan ada pengeluaran darah berlebihan sejak 5

hari yang lalu dan klien mengaku lemah. Perdarahan awalnya sedikit kemudian bertambah

banyak sejak kemarin yang disertai dengan nyeri perut bagian bawah. Pada pemeriksaan

laboratorium didapatkan plano test (HCG Test) positif dan pada pemeriksaan obstetrik TFU

teraba 1 jari atas sympisis, serta pada pemeriksaan Inspekulo terdapat pembukaan serviks dan

sisa-sisa jaringan dapat diraba dalam kanalis servikalis atau kavum uteri dan pada pemeriksaan

USG didapatkan kesan sisa jaringan. Adapun masalah yang timbul pada kasus berdasarkan
PAGE \* MERGEFORMAT 24
data yaitu adanya nyeri perut bagian bawah sesui dengan pengakuan klien, terjadinya anemia

sedang yang di tandai dengan ibu mengeluh lemas, hasil pemeriksaan darah kadar HB: 9,8 gr

%.

Berdasarkan interpretasi data di atas dapat ditegakkan diagnose kasus Nn. R yaitu

G1P0A0 Hamil 11 minggu dengan Abortus Incomplet. Adapun masalah yang dialami pada

klien yaitu adanya nyeri perut bagian bawah dan anemia sedang. Pada tahap interpretasi data

ini, penerapan tinjauan pustaka dan kasus pada Ny.R secara garis besar tampak adanya

persamaan antara teori dengan diagnosis aktual yang ditegakkan sehingga memudahkan

memberikan tindakan selanjutnya.

3. Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial

Pada langkah ini, kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain

berdasarkan rangkaian diagnosis dan masalah yang sudah teridentifikasi. Identiifikasi

diagnosis potensial yaitu mengantisipasi segala sesuatu yang mungkin terjadi (Mangkuji dkk,

2013). Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan,

sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial

ini benar-benar terjadi dilakukan asuhan yang aman.

Kondisi pasien saat ini dengan nyeri perut bagian bawah, ibu tampak lemah dan pucat.

Perdarahan masih berlangsung, hasil pemeriksaan HB ibu mengalami anemia sedang. Pasien

berpotensi terjadi anemia berat jika tidak segera ditangani dan infeksi. Klien dan keluarga

harus segera diberi informasi dan penjelasan tentang keadaan dan tindakan yang harus

dilakukan. Sikap dan empati yang ditunjukkan oleh bidan dan dokter akan memberi pengaruh

psikologis ibu dan keluarga.

Terbukanya jalan lahir dan adanya perdarahan merupakan media perkembangannya

mikroorganisme pathogen yang dapat menyebabkan infeksi dalam uterus dan sekitarnya dapat
PAGE \* MERGEFORMAT 24
terjadi disetiap abortus tetapi biasanya ditemukan pada Abortus Incomplet dan lebih sering

pada abortus buatatan yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis (Irianti

Bayu dkk, 2014: 77).

Sesuai dengan tinjauan kasus pada Ny.R dengan diagnosa Abortus Incomplet masalah

potensial yang dapat terjadi adalah potensial terjadi anemia berat serta infeksi jalan lahir. Data

yang mendukung yaitu perdarahan sedikit-sedikit, kemudian banyak sehingga menimbulkan

keadaan anemis. Sebagian hasil konsepsi masih tertinggal dalam uterus dimana pada

pemeriksaan vagina, kanalis servikalis masih terbuka dan teraba jaringan pada cavum uteri.

Perdarahan biasanya masih terjadi jumlahnyapun bisa banyak atau sedikit bergantung pada

sisa jaringan yang tersisa, sehingga perdarahan berjalan terus. Pasien dapat jatuh dalam

keadaan anemia yang berat (Prawirohardjo, 2014: 469-470).

Penelitian yang dilakukan oleh Andesia Maliana.AS, 2016 tentang Faktor-Faktor Yang

Berhubungan Dengan Kejadian Abortus Inkomplit Di Ruang Kebidanan Rsud Mayjend. HM.

Ryacudu Kota Bumi, Lima penyebab kematian ibu terbesar adalah perdarahan, hipertensi

dalam kehamilan, infeksi, partus macet, dan abortus. WHO melaporkan setiap tahun 42 juta

wanita mengalami kehamilan yang tidak diinginkan unintended pregnancy yang menyebabkan

abortus, terdiri dari 20 juta merupakan unsafe abortion, yang paling sering terjadi pada

negaranegara dimana abortus itu illegal. (Kemenkes RI, 2015). Abortus dapat menyebabkan

komplikasi yang mengarah pada kematian ibu. Komplikasi yang serius kebanyakan terjadi

pada fase abortus yang tidak aman (unsafe abortion) walaupun terkadang dijumpai juga pada

abortus spontan. Komplikasi dapat berupa perdarahan, kegagalan ginjal, infeksi, syok akibat

perdarahan dan infeksi sepsis (Andesia Maliana.AS, 2016).

PAGE \* MERGEFORMAT 24
Pada tahap ini terdapat persamaan dan tidak di temukan adanya kesenjangan antara

tinjauan teori dengan kasus yang ditemukan di lahan juga didukung oleh jurnal-jurnal

penelitian terkait.

4. Tindakan Segera/ Kolaborasi

Pada langkah ini beberapa data menunjukkan situasi emergensi, di mana bidan perlu

bertindak segera demi keselamatan ibu dan bayi. Beberapa data menunjukkan situasi yang

memerlukan tindakan segera sementara menunggu instruksi dokter. Tindakan tersebut

mungkin juga memerlukan konsultasi dengan tim kesehatan lain. Bidan megevaluasi situasi

setiap pasien untuk menentukan asuhan pasien yang paling tepat. Langkah ini mencerminkan

kesinambungan dari proses manajemen kebidanan (Nurhayati dkk, 2013: 143).

Tindakan segera dan kolaborasi dilakukan berdasarkan indikasi yang memerlukan

penanganan cepat dan tepat sehingga memerlukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan yang

ahli di bidangnya. Adapun tindakan segera pada kasus Nn.R ini yaitu pemasangan infus

dengan cairan NaCl yang saat itu dalam keadaan anemia sedang (9,8 gr%).

Adapun kriteria anemia pada laki-laki dewasa dengan kadar Hb <13g/dl, wanita dewasa

yang tidak hamil dengan kadar Hb <12 g/dl, wanita hamil dengan kadar Hb <11g/dl, anak

umur 6-14 tahun dengan kadar Hb <12 g/dl dan anak umur 6 bulan-6 tahun dengan kadar Hb

<11 g/dl. Bedasarkan kadar Hb pembagian anemia pada ibu hamil yaitu: anemia ringan Hb 9-

10 gr%, anemia sedang Hb 7-8 gr%, anemia berat Hb < 7 gr% (Jannah,2012: 190).

Pada kasus Nn.R dengan Abortus Incomplet memerlukan tindakan segera yaitu

kolaborasi atau berkonsultasi dengan dokter dalam perbaikan KU dengan pemasangan tansfusi

darah sesuai instruksi dokter sebelum dilakukan tindakan kuretase. Berdasarkan hal tersebut

dapat disimpulkan bahwa ada kesamaan antara tinjauan pustaka dan manajemen asuhan

kebidanan pada studi kasus dilahan praktek sehingga tidak terdapat kesenjangan.
PAGE \* MERGEFORMAT 24
5. Rencana Tindakan Asuhan

Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen kebidanan terhadap diagnosis atau

masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Suatu rencana tindakan harus disetujui

pasien dan bidan agar menjadi efektif. Semua keputusan yang dibuat dalam merencanakan

suatu asuhan yang komprehensif harus merefleksikan alasan yang benar berlandaskan

pengetahuan, teori yang berkaitan dan terbaru, serta telah divalidasi dengan keinginan atau

kebutuhan pasien. Rencana asuhan disusun berdasarkan diagnosa/masalah aktual dan

pencegahan masalah/diagnosa potensial. Membuat rencana tindakan asuhan kebidanan

hendaknya menentukan tujuan tindakan yang akan dilakukan yang berisi sasaran/target dan

hasil yang akan dicapai dalam penerapan asuhan kebidanan pada kasus kematian janin dalam

rahim (Nurhayati dkk, 2013).

Dalam membuat perencanaan ini ditemukan tujuan dan kriteria yang akan dicapai dalam

menerapkan asuhan kebidanan Ibu Hamil pada Nn.R dengan Abortus Incomplet tidak berbeda

dengan teori dimana rencana asuhan kebidanan dikembangkan berdasarkan pada intervensi

dan rasional sesuai dengan masalah aktual dan potensial yang dialami klien. Adapun rencana

tindakan yang disusun untuk kasus Nn.R yaitu sebagai berikut:

1. Lakukan informed consent kepada klien

2. Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada klien dan wali/ibu

3. Observasi tanda-tanda vital dan perdarahan pada klien

4. Beri informasi kepada klien tentang penyebab perdarahan

5. Lakukan stabilisasi keadaan klien dengan pemberian cairan infus NaCl 28tts/I

6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik, antibiotik dan tablet tambah

darah

7. Anjurkan klien untuk makan dan minum


PAGE \* MERGEFORMAT 24
8. Bantu klien mengatur posisi yang nyaman sesuai kebutuhan klien

9. Anjurkan teknik relaksasi jika timbul rasa nyeri

10. Beri dukungan dan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya

11. Anjurkan keluarga untuk tetap memberikan dorongan moril/spiritual kepada klien

12. Jelaskan bahwa klien dan keluarga, bahwa klien harus dirujuk ke RS untuk penanganan

lebih lanjut

Rencana Tindakan pada Abortus Incomplet dengan keluhan nyeri perut bagian bawah

serta adanya anemia ringan yaitu dengan penanganan nyeri, perbaikan KU dan penanganan

pengeluaran darah dari jalan lahir serta pengeluaran sisa jaringan pada rahim. Adapun

prinsip-prinsip pencegahan infeksi adalah dengan cuci tangan sebelum melakukan tindakan,

penanganan infeksi, nyeri, perbaikan KU, penanganan perdarahan dan pengeluaran hasil

konsepsi dengan merujuk ke RS karena dengan keluarnya seluruh hasil konsepsi maka tidak

ada rangsangan untuk kontraksi, pengeluaran darah akan berhenti dan serviks akan menutup.

Perencanaan ini disusun sedemikian rupa dengan tujuan meminimalisir komplikasi abortus

yang dapat mebahayakan klien.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian oleh Isabelle Carlsson, et al (2018) dengan

judul Complications related to induced abortion: a combined retrospective and longitudinal

follow-up study yang menyatakan bahwa angka komplikasi yang terkait dengan aborsi medis

<12 minggu telah meningkat dari 4,2% pada tahun 2008 menjadi 8,2% pada tahun 2015.

Penyebabnya tidak diketahui tetapi mungkin terkait dengan pergeseran dari rumah sakit ke

aborsi medis di rumah. Wanita yang dites positif untuk satu atau beberapa bakteri setelah

skrining dan menerima antibiotik yang memiliki infeksi postabortal yang hampir sama

dengan wanita yang dites negatif saat skrining.

PAGE \* MERGEFORMAT 24
Selanjutnya penelitian oleh Yuli Erlina, 2018 tentang Analisis Faktor Yang

Berhubungan Dengan Kejadian Abortus Inkomplit Di Rsud Kota Bekasi Angka Kematian Ibu

(AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan masyarakat. Abortus

merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau

berat janin kurang dari 500 gram, sebelum janin mampu hidup diluar kandungan. Banyak faktor yang

mempengaruhi abortus diantaranya adalah usia ibu, graviditas yang meningkat (paritas), keguguran

sebelumnya. Berdasarkan data yang diperoleh dibagian rekam medik RSUD Kota Bekasi tahun 2017

ditemukan jumlah kejadian abortus berkisar 380 kasus, dimana ibu hamil yang mengalami abortus

inkomplit sebanyak 40 orang, abortus komplit sebanyak 165 orang, abortus imminens 55 orang,

abortus insipiens 35 orang, abortus habitualis sebanyak 20 orang, missed abortion sebanyak 30 orang

dan abortus provokatus sebanyak 45 orang. Selain dari segi medis, abortus juga dapat menimbulkan

dampak negatif pada aspek psikologi dan aspek sosioekonomi. Abortus seringkali terjadi pada wanita

hamil dan membawa dampak psikologi yang mendalam seperti trauma, deprsi, juga menyebabkan

krisis kepercayaan diri pada wanita yang mengalaminya. Asuhan kebidanan yang diberikan secara

baik dan benar mampu mengurangi komplikasi yang berat pada ibu hamil dengan abortus inkomplit.

Komplikasi yang bisa terjadi jika tidak dilakukan penanganan yang tepat adalah terjadinya

perdarahan, perforasi, infeksi, dan syok (Yuli Erlina, 2018).

Pada manajemen asuhan kebidanan suatu rencana tindakan yang komprehensif dilakukan

termasuk atas indikasi apa yang timbul berdasarkan kondisi klien, rencana tindakan harus

disetujui klien dan semua tindakan yang diambil harus berdasarkan rasional yang relevan dan

diakui kebenarannya. Pada kasus Nn. R rencana tindakan asuhan sudah disusun berdasarkan

diagnosa/masalah aktual dan potensial, hal ini menunjukkan tidak ada kesenjangan antara

tinjauan teori dan tinjauan manajemen asuhan kebidanan pada penerapan studi kasus di lahan

praktik serta mengacu pada jurnal EBM terkait.

6. Implementasi Asuhan Kebidanan


PAGE \* MERGEFORMAT 24
Berdasarkan tinjauan manajemen asuhan kebidanan bahwa melaksanakan rencana

tindakan harus efisien dan menjamin rasa aman pada klien. Implementasi dapat dilaksanakan

seluruhnya oleh bidan ataupun sebagian dilaksanakan pasien atau keluarga serta kerjasama

dengan tim kesehatan atau dokter dengan demikian bidan harus bertanggung jawab atas

terlaksananya rencana asuhan yang menyeluruh yang telah dibuat bersama tersebut (Mangkuji

dkk, 2013). Pada kasus Nn.R dengan Abortus Incomplet, semua tindakan yang telah

direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik tanpa ada hambatan karena adanya kerjasama

dan penerimaan yang baik dari klien serta adanya dukungan dari keluarga dan petugas

kesehatan di Puskesmas Sarolangun.

Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Kurniaty, et al (2019) yang menyatakan bahwa

terdapat hubungan yang signifikan antara keberhasilan penanganan abortus inkomplit dengan

kelengkapan Puskesmas PONED (p=0,020). Kemungkinan untuk keberhasilan penanganan

abortus inkomplit pada Puskesmas PONED yang lengkap lebih besar 4,1 kali dibandingkan

dengan Puskesmas PONED yang tidak lengkap. Terdapat hubungan yang signifikan antara

keberhasilan penanganan abortus inkomplit dengan usia kehamilan saat abortus (p=0,014).

Kemungkinan untuk keberhasilan penanganan abortus inkomplit pada ibu yang mengalami

abortus awal lebih besar 7,1 kali dibandingkan dengan ibu yang mengalami abortus telat. Dari

penelitian tersebut digambarkan bahwa puskesmas PONED yang lengkap dapat menangani

abortus inkomplit dengan peluang yang cukup besar apalagi bila penanganan dilakukan di

Rumah Sakit dengan sarana, parsarana, dan SDM yang memadai sesuai dengan tipe rumah

sakit yang bersangkutan.

Penelitian yang dilakukan oleh Murray Blair, M.D., C.M., 2018. Dalam A Conservative

Treatment Of Incomplete Abortion. Sebuah studi tentang catatan kasus di gynEcological

service dari Vancouver General Rumah Sakit dari 1 Januari hingga 30 Juni 1980,
PAGE \* MERGEFORMAT 24
menunjukkan bahwa 41 kasus aborsi diterima. Ini diklasifikasikan sebagai berikut: lengkap,

10; tidak lengkap, 28; terancam, 3. Yang kami maksud dengan aborsi total adalah kasus-kasus

itu yang diakui sebagai aborsi yang tak terelakkan, dan siapa setelah masuk berhasil com-

benar-benar mengosongkan uteri mereka sendiri atau untuk beberapa orang alasan telah aborsi

terapeutik dilakukan. Semua 10 kasus berjalan tanpa demam dan lancar penyembuhan.'

Dengan aborsi tidak lengkap kita berarti kasus-kasus yang dirawat dengan a riwayat amenorea,

diikuti perdarahan, nyeri intermiten, dan keluarnya gumpalan atau massa dari beberapa macam

sebelum masuk. Oleh ancaman aborsi yang kami maksud adalah kasus-kasus yang datang

menunjukkan tanda-tanda klasik akan datangnya melakukan aborsi, tetapi yang krisisnya dapat

dihindari dan yang dipulangkan sebagai kasus normal kehamilan. Perawatan lengkap dan

terancam aborsi dilakukan di klinik ini pada garis konservatif yang sama dengan yang tidak

lengkap abortus (Murray Blair, M.D., C.M., 2018).

Pada kasus ini Ny.R usia 27 tahun dengan diagnosa Abortus Incomplet dilakukan

implementasi secara umum sesuai dengan perencanaan yaitu konseling dan informasi kepada

klien dan keluarga tentang hasil pemeriksaan dan keadaan klien saat itu, perbaikan KU yang

mengalami anemia ringan dengan pemberian cairan NaCl, tablet Fe, paracetamol dan

amoksisillin dan merujuk Ny.R ke RS.

Dalam pelaksanaan tindakan asuhan kebidanan penulis tidak menemukan hambatan yang

berarti, karena seluruh tindakan yang dilakukan sudah berorientasi pada diagnose, masalah

dan kebutuhan klien. Oleh karena itu pada tahap ini tidak terjadi kesenjangan antara teori,

penerapan asuhan pada kasus di lahan dan merujuk kepada teori jurnal EBM yang

mendukung.

7. Evaluasi Asuhan Kebidanan


PAGE \* MERGEFORMAT 24
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi efektivitas dari asuhan yang sudah

diberikan, meliputi bantuan pemenuhan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan

kebutuhan, sebagaimana telah diidentifikasi didalam masalah dan diagnosis. Rencana tersebut

dapat dianggap efektif jika memang benar kreatif dalam penatalaksanaannya. Ada

kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut sudah efektif, sedangkan sebagian lagi belum.

Manajemen kebidanan ini merupakan suatu kontinum, maka perlu mengulang kembali lagi

dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui proses manajemen tidak efektif, serta

melakukan penyusuaian pada rencana asuhan berikutnya (Nurhayati, 2013:144).

Hasil evaluasi setelah asuhan kebidanan yang dilaksanankan pada tanggal 31 januari

2023 pukul 09.00 WIB yaitu klien dan keluarga mengetahui tentang hasil pemeriksaan dan

keadaan klien saat itu, pemasangan infus naCl, pemberian obat-obatan telah dilakukan, nyeri

perut teratasi, ibu dan suami menyetujui untuk di rujuk Ke RSIA Annisa.

Selama proses perawatan berlangsung diketahui bahwa klien sudah mengalami

perdarahan selama 5 hari di rumah namun klien tidak memeriksakan keluhan yang dialaminya

Namun hal tersebut bukanlah penghalang bagi klien untuk mendapatkan perawatan abortus

yang dialaminya karena jika dibiarkan akan membahayakan keselamatan klien itu sendiri.

Hal ini sejalan dengan penelitian John Joseph Reynolds-Wright, et al (2021) dengan

judul Telemedicine medical abortion at home under 12 weeks’ gestation: a prospective

observational cohort study during the COVID-19 pandemic. Hasil penelitian menyatakan

bahwa Sekitar 650/663 (98%) perempuan melakukan aborsi lengkap, 5 (0,8%) kehamilan

berkelanjutan dan 4 (0,6%) aborsi tidak tuntas. Tidak ada yang dirawat secara tidak sengaja

dengan kehamilan 12 minggu, tetapi seorang wanita tidak pernah hamil. Seorang wanita yang

menjalani USG pra-aborsi dengan indikasi operasi caesar ektopik. Ada dua kasus perdarahan

dan tidak ada infeksi berat. Sekitar 123 (18,5%) wanita nasihat nasihat melalui telepon untuk
PAGE \* MERGEFORMAT 24
masalah yang terkait aborsi dan 56 (8,4%) kemudian mengunjungi klinik untuk membayar.

Sebagian besar (628, 95%) wanita penilaian perawatan mereka sangat atau agak dapat

diterima.

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa Model aborsi medis telemedicine

tanpa ultrasound rutin ini aman, dan memiliki hak yang tinggi dan penerimaan yang tinggi di

kalangan wanita.

Berdasarkan studi Manajemen Asuhan Kebidanan Ibu Hamil dengan Abotus Inkomplit

tidak ditemukan hal-hal yang menyimpang dari evaluasi tinjauan pustaka. Oleh karena itu, bila

dibandingkan dengan tinjauan pustaka dan studi kasus Nn.R secara garis besar tidak

ditemukan kesenjangan. Beberapa jurnal penelitian sebagai EBM dapat memberikan gambaran

kejadian dan penanganan kasus Abortus inkomplit.

PAGE \* MERGEFORMAT 24
BAB V

PENUTUP

Setelah penulis mempelajari teori dan pengamatan langsung dari lahan praktek melalui studi

kasus tentang manajemen asuhan kebidanan ibu hamil dengan Abortus Incomplet di RSUD. Abdul

Manap tahun 2021, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

A. Kesimpulan

1. Telah dilaksanakan pengkajian dan analisis data ibu hamil dengan Abortus Incomplet di

Puskesmas Sarolangun tahun 2023.

2. Telah dilaksanakan perumusan diagnosa/masalah aktual ibu hamildengan Abortus

Incomplet di Puskesmas Sarolangun tahun 2023.

3. Telah dilaksanakan perumusan diagnosa/masalah potensial ibu hamil dengan Abortus

Incomplet di Puskesmas Sarolangun tahun 20231.

4. Telah mengidentifikasi perlunya tindakan segera dan kolaborasi ibu hamil dengan Abortus

Incomplet di Puskesmas Sarolangun tahun 2023.

5. Telah menetapkan rencana tindakan asuhan kebidanan ibu hamil dengan Abortus

Incomplet di Puskesmas Sarolangun tahun 2023 dengan hasil dilakukan tindakan segera

dengan memasang infus untuk memperbaiki keadaan umum ibu.

6. Menetapkan rencana tindakan asuhan kebidanan ibu hamil dengan Abortus Incomplet di

Puskesmas Sarolangun tahun 2023 dengan hasil penulisan merencanakan berdasarkan

diagnosa/masalah aktual dan masalah potensial.

7. Melaksanankan tindakan asuhan kebidanan yang telah disusun pada ibu hamil dengan

Abortus Incomplet di Puskesmas Sarolangun tahun 2023 dengan hasil yaitu semua

PAGE \* MERGEFORMAT 24
tindakan yang telah direncanakan dapat dilaksanakan seluruhnya dengan baik tanpa

adanya hambatan.

8. Mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilaksanakan pada ibu hamil dengan Abortus

Incomplet di Puskesmas Sarolangun tahun 2023 dengan hasil yaitu tidak ditemukan hal-

hal yang menyimpang dari evaluasi tinjauan pustaka.

9. Pendokumentasian dilaksanakan pada tanggal 31 Januari 2023 di Puskesmas Sarolangun

tahun 2023.

B. SARAN

1. Bagi institusi Pendidikan

a. Untuk mendapatkan hasil manajemen asuhan kebidanan yang baik perlu menyediakan

tenaga bidan yang profesional untuk menunjang pelaksanaan tugas.

b. Untuk pelayanan yang lebih berkualitas sesuai dengan kemajuan teknologi, sebaiknya

bidan yang sudah bertugas diberi kesempatan untuk melanjutkan atau semacam

pelatihan-pelatihan.

c. Demi mendapatkan hasil yang baik dan memuaskan perlu kiranya penyediaan

fasilitas/alat-alat yang memadai untuk penunjang pelaksanaan tugas-tugas kebidanan

dan untuk meningkatkan keterampilan bidan.

2. Bagi Lahan Praktik

a. Bidan sebagai tenaga kesehatan diharapkan mampu memberikan pelayanan yang

professional sehingga dapat berperan dalam menurunkan angka kematian ibu (AKI).

Oleh karena itu bidan harus meningkatkan kemampuan, pengetahuan, keterampilan,

melalui program pendidikan, pelatihan-pelatihan, seminar agar menjadi bidan yang

berkualitas sesuai dengan perkembangan perkembangan ilmu pengetahuan (IPTEK).

PAGE \* MERGEFORMAT 24
b. Bidan harus memberikan asuhan sesuai wewenang untuk itu manajemen kebidanan

perlu dikembangkan karena merupakan alat yang mendasari bagi bidan untuk

memecahkan masalah klien dan berbagai kasus.

c. Seorang bidan hendaknya menganggap bahwa semua ibu hamil mempunyai resiko

untuk komplikasi yang dapat mengancam jiwa ibu dan janin, oleh karena itu bidan

diharapkan mampu mendeteksi secara dini adanya tanda-tanda bahaya kehamilan dan

menganjurkan ibu dan keluarga segera kepelayanan kesehatan bila mengalami hal

tersebut.

3. Bagi Pemberi Asuhan Lainnya

a. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang Abortus Incomplet.

b. Mampu memberikan asuhan yang berkualitas terhadap klien dengan abortus inkomplit.

PAGE \* MERGEFORMAT 24
DAFTAR PUSTAKA

Adil,Ferdinand, 2012. Kajian yuridis tentang pengguguran kandungan karena alasan kesehatan
ibu menurut pasal 299 KUH PidanaLex Crimen Vol.I/No.1/Jan-Mrt/2012.
Arofah, 2021. Hubungan Karakteristik Ibu dengan Kejadian Abortus di RSU. Muhammadiyah
Medan tahun 2020. Jurnal Keperawatan Priority. Vol 4/No. 1/ hal.77-86
C.Benson Ralph dan Martin L.Pernoll, 2013. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC.
Carlsson, et al, 2018. Complications related to induced abortion: a combined retrospective and
longitudinal follow-up study. BMC Women's Health. 18:158
https://doi.org/10.1186/s12905-018-0645-6
Fauziah, Yulia, 2012. Obstetri Patologi. Yogyakarta: Nuha Medika.
Fathala, Mahmoud dan Robecca J Cook,2015. women, Abortion and the new Thecnical and Policy
Guidance from WHO Competing interests: None declared. Bull World Health Organ
2012;90:712 doi:10.2471/BLT.12.107144.
Feryanto Achmad dan Padlun, 2014. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta: Salemba Medika.
Jannah, Nurul, 2012. Buku Ajar Asuhan Kehamilan.Yogyakarta:ANDI. 2012
Irianti, Bayu dkk, 2014. Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti. Jakarta : Sagung Seto.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2013. Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas
Kesehatan Dasar dan Rujukan. WHO Country Office for Indonesia. Jakarta:xvi+346 hlm.
Kurniaty, et al, 2019. Penanganan kasus abortus inkomplit pada puskesmas PONED di
Kabupaten Sumbawa Barat. Berita Kedokteran Masyarakat (BKM Journal of Community
Medicine and Public Health). Volume 35 Nomor 1 Tahun 2019 Halaman 17-22
Mangkuji, Abetty dkk, 2013. Asuhan Kebidanan 7 Langkah SOAP. Jakarta: EGC.
Manriwati, 2012. Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta : EGC.
Manuaba, Ida Ayu Chandranita dkk, 2013. IlmuKebidanan, Penyakit Kandungandan KB, Jakarta:
EGC.
Makleff, et al, 2019. Exploring stigma and social norms in women’s abortion experiences and
their expectations of care. Sexual and Reproductive Health Matters 2019;27(3):50–64.
Nurhayati dkk,2013. Konsep Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.

PAGE \* MERGEFORMAT 24
________, 2016. Tentang pelatihan dan penyelenggaraan pelayanan aborsi atas indikasi
kedaruratan medis dan kehamilan akibat pemerkosaan. Jakarta: Kemenkes RI
Pudiastuti,Ratna Dewi, 2012. Asuhan Kebidanan Pada Hamil Normal Patologi.Yogyakarta:
Nuha Medika.
Prawirohardjo, Sarwono, 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: P.T. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Reskiyah Septi Yanti dan Fruriolina Ariani, 2012. Manajemen Abortus Incomplet. Jakarta:
EGC.
Saifuddin, Abdul Bari, 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternadan Neonatal.
Jakarta : PT Bina Sarwono Prawirohardjo.
Sandi, Deby Matia, 2014. Gambaran Umum dan Paritas Ibu Hamil dengan Kejadian Abortus
Incomplet di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang. Jurnal Harapan Bangsa Vol 2.
Wright, et al, 2021. Telemedicine medical abortion at home under 12 weeks’ gestation: a
prospective observational cohort study during the COVID-19 pandemic. BMJ Sex
Reprod Health 2021;0:1–6. doi:10.1136/bmjsrh-2020-200976.

PAGE \* MERGEFORMAT 24

Anda mungkin juga menyukai