Dosen Pembimbing:
DEWI NOPISKA LILIS, M. Keb
Oleh :
MAZNAH
PO.71242220018
iii
Telah disahkan “Laporan Kasus Asuhan Kebidanan Kolaborasi pada Kass Patologi dan
Komplikasi Pada Ibu Hamil Ny.AR dengan Abortus Inkomplet di Puskesmas Sarolangun
Tahun 2023” guna memenuhi tugas Stase Kolaborasi Pada Kasus –Kasus Patologi Dan
Komplikasi program studi profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Jambi tahun 2023.
Mahasiswa
Maznah
PO.71242220018
Mengetahui :
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan kasus Stase Kolaborasi Pada Kasus-Kasus Patlogi Dan
Komplikasi pada Ibu Hamil Ny. AR dengan Abortus Incomplet.
Penulisanan laporan ini dalam rangka menerapkan tugas mata kuliah praktik klinik
kebidanan stase Stase Kolaborasi Pada Kasus-Kasus Patlogi Dan Komplikasi yang
merupakan salah satu mata kuliah atau kurikulum yang harus dilalui dalam proses
pendidikan profesi kebidanan. Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak mendapatkan
bantuan, bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Yuli Suryanti,M.Keb selaku Kepala Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jambi
2. Dewi Nopiska Lilis, M.Keb selaku Ketua Prodi Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes
Jambi dan Dosen Pembimbing Institusi
3. Hj. Meiyi,AmKeb sebagai Pembimbing Lahan di Puskesmas Sarolangun.
4. Kakak-kakak bidan dan perawat serta rekan-rekan yang telah memberi banyak masukan
dalam laporan ini yang telah memberikan masukan dan pengarahan kepada penulis
sehingga laporan ini diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan
dengan demikian penulis sangan mengharapkan petunjuk dan saran serta kritik dari dosen
pembimbing. Akhir kata semoga hasil laporan ini memberikan manfaat yang berguna bagi
yang membutuhkannya.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 3
C. Tujuan........................................................................................................ 3
D. Manfaat ..................................................................................................... 4
BAB IV PEMBAHASAN
Analisis Kasus dengan kajian teori jurnal/EBM ........................................... 50
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................ 62
B. Saran ......................................................................................................... 63
Daftar Pustaka
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu indikator untuk menilai derajat kesehatan masyarakat adalah angka
kematian ibu (maternal mortality ratio). Angka Kematian Ibu adalah jumlah kematian
ibu selama masa hamil, persalinan dan masa nifas atau pengelolaannya tetapi bukan
karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan atau terjatuh disetiap 100.000 kelahiran
Kematian Ibu di Indonesia terjadi sejak tahun 1991 sampai dengan 2007 yaitu 390
menjadi 288. Namun pada tahun 2012 Angka Kematian Ibu mengalami peningkatan
yang signifikan yaitu menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2015
Angka Kematian Ibu mengalami penurunan menjadi 305 per 100.000 kelahiran hidup
(Kemenkes, 2016).
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) angka kematian ibu
di Indonesia pada tahun 2013 masih didominasi oleh tiga penyebab utama kematian ibu
yaitu perdarahan seberar 30,3%, hipertensi dalam kehamilan sebesar 27,1% dan
infeksi sebesar 7,3%. Perdarahan dapat terjadi pada saat antepartum, intrapartum, dan
kehamilan muda maupun kehamilan lanjut. Perdarahan pada kehamilan muda yang sering
terjadi salah satunya disebabkan oleh abortus. Abortus didefinisikan sebagai penghentian
kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar kandungan, pada usia kehamilan < 20 minggu atau berat
Menurut World Health Organization (WHO) 15-50% kematian ibu disebabkan oleh abortus.
Sekitar 15- 40% angka kejadian, diketahui pada ibu yang sudah dinyatakan positif hamil, dan 60-
iii
75% angka abortus terjadi sebelum usia kehamilan mencapai 12 minggu. Terjadi 20 juta kasus
abortus di dunia tiap tahun dan 70.000 wanita meninggal karena abortus tiap tahunnya (Arofah,
2021). Sekitar 44% abortus di dunia adalah ilegal, 64% abortus legal dan hampir 95% abortus ilegal
terjadi di negara berkembang. Sekitar 25% kematian ibu di Asia yang disebabkan karena abortus
masih tinggi. Abortus yang tidak aman bertanggung jawab terhadap 11% kematian ibu di Indonesia
(rata-rata dunia 13%). Abortus inkomplit memiliki kontribusi dalam kematian ibu, abortus inkomplit
merupakan komplikasi 10-20% kehamilan. Abortus Incomplet adalah pengeluaran sebagian hasil
konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus .
Penatalaksanaan abortus inkomplit dapat dilakukan secara ekspektatif, medikamentosa dan tindakan
karena adanya perdarahan masif yang bisa menimbulkan kematian akibat adanya syok
hipovolemik apabila keadaan ini tidak mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat.
Seorang ibu hamil yang mengalami Abortus Incomplet dapat mengalami guncangan psikis
tidak hanya pada ibu namun juga pada keluarganya, terutama pada keluarga yang sangat
menginginkan anak.
Kejadian kasus Abortus Incomplet di Puskesmas Sarolangun masih sangat tinggi. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis mengangkat masalah yang ditemui di lahan praktik
dengan topik “Asuhan Kebidanan Ibu Hamil dengan Abortus Incomplet” karena penanganan
secara dini oleh petugas kesehatan sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya kematian
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam laporan kasus ini
yaitu belum diketahuinya Manajemen Asuhan Kebidanan Ibu Hamil dengan Abortus
iii
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui dan mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan Ibu Hamil dengan Abortus
2. Tujuan Khusus
2023.
iii
D. Manfaat Penulisan
mahasiswa kebidanan dalam menerapakan asuhan pada ibu hamil dengan Abortus
Incomplet, serta dapat menjadi dokumen dan bahan bacaan bagi mahasiswa kebidanan
Dapat di jadikan sebagai bahan masukan dan gambaran informasi bagi tempat praktik,
sehingga dapat meningkatkan manajemen asuhan kebidanan terhadap ibu hamil dengan
Abortus Incomplet.
Sebagai sumber informasi dan menambah pengetahuan bagi para pembaca tentang
Abortus Incomplet.
1.
iii
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. Pengertian Kehamilan
sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan
nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan
normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan
Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis. Setiap wanita
yang memiliki organ reproduksi sehat, yang telah mengalami menstruasi, dan melakukan
hubungan seksual dengan seorang pria yang organ reproduksinya sehat sangat besar
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya hamil
normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid
terakhir. Kehamilan dibagi menjadi 3 triwulan, triwulan pertama dimulaisejak 0-3 bulan,
triwulan kedua dari 4-6 bulan, triwulan ketiga dari 7-9 bulan (Pudiastuti, 2012:3).
Perubahan Fisik
a. Rahim
Rahim: perubahan yang amat jelas adalah pembesaran rahim untuk menyimpan
bayi yang ditumbuh. Peningkatan ukuran ini disebabkan uterus membesar dan
akibat tekanan mekanik dari dalam yaitu janin, plasenta serta cairan ketuban akan
estrogen pada vagina menyebabkan tanda kehamilan yang khas disebut tanda
Respon lain pengaruh hormonal adalah sekresi sel-sel vagina meningkat, sekresi
tersebut berwarna putih yang bersifat sangat asam, dikenal dengan istila “putih”
atau leucorrhea.
c. Ovarium
Ovarium merupakan sumber hormone estrogen dan progesteron pada wanita tidak
d. Dinding perut
grafidarum. Kulit perut pada linia alba (garis putih) bertambah pigmentasinya
e. Kulit
Kulit: akibat membesarnya rahi dan pertumbuhan janin, perut menonjol keluar.
Serabut-serabut elastis dari lapisan kulit terdalam terpisah dan terputus karena
regangan. Tanda regangan yang disebut strie gravidarum terlihat pada abdomen
dan bokong terjadi pada 50% wanita hami dan menghilang menjadi bayangan
iii
lebih terang setelah melahirkan.Perubahan deposit pigmeng dan hiperpigmentasi
f. Payudara
peningkatan pertumbuhan jaringan alveoli dan suplay darah. Puting susu menjadi
menonjol dan keras, perubahan ini yang membawa fungsi laktasi, disebabkan
meningkat bertahap sampai mencapai 30% sampai 50% diatas tingkat pada
h. Sistem pernapasan
pada wanita hamil terjadi perubahan sistem respirasi untuk dapat memenuhi
i. Sistem Gastrointestinal
j. Sistem Urinaria
Sistem urinaria pada awal kehamilan suplai darah ke kandung kemih meningkat
iii
Terjadinya hemodilusi menyebabkan metabolisme air makin lancar sehingga
k. Berat Badan
Berat badan pada wanita hamil peningkatan berat badan normalnya sama dengan
25% dari berat badan sebelumnya, peningkatan yang utama adalah pada trimester
kedua kehamilan.
l. Sistem Muskuloskeletal
banyak kalsium dan fosfor, dengan makan makanan yang seimbang kebutuhan
Perubahan psikologis pada wanita hamil merupakan salah satu dari tiga
perubahan dalam hidupnya, ialah pubertas, kehamilan dan menopaus. Perubahan yang
dapat mempengaruhi suasana hati dan karena yang kadarnya yang naik turun maka
demikian juga suasana hati wanita, biasanya wanita menjadi labil, lebih emosional,
mudah tersinggung, mudah adanya depresi, marah, sedih, takut, kwatir, tingkah laku
berubah tidak sama sebelum hamil perubahan ini harus di hadapi sekalipun agak
Perubahan selama kehamilan tidak dapat di hindari, sering dalam waktu yang
singkat, ada beberapa sosial dan ahli klinis menyatakan bahwa kehamilan adalah salah
satu tipe krisis, terdapat teori krisis yaitu pada awalnya mengalami syok dan
berbagai alternatif seperti aborsi, atau adopsi yang menjadi pertimbangan, legal etik,
iii
moral dan ekonomi agar dapat menerimah keadaaan ini membutuhkan waktu 1-6
Tanda-tanda wanita hamil dibagi menjadi dua yaitu tanda pasti dan tanda tidak pasti.
a. Tanda-tanda pasti
yaitu tanda-tanda yang memastikan bahwa wanita itu pasti hami. Tanda-tanda pasti
1) Terdapat bunyi jantung janin tanda-tanda pasti baru timbul setelah kehamilan
lanjut diatas 4 bulan dengan ulntrasound bunyi jantung janin dapat didengar pada
kehamilan 12 minggu.
1) Tanda-tanda subjektif
ammenorhoe tetapi ammenorhoe terjadi pula pada keadaan yang lain: wanita
Morning sickness ialah perasaan mual diwaktu pagi. Kejadian ini ialah
bangun tidur sampai kira-kira jam 10.00 pagi. Adanya perasaan mual belum
iii
dipastikan wanita ini hamil. Keadaan ini biasa juga terjadi pada penyakit lain
Pergerakan janin yang pertama ini belum menjadi tanda pasti karena perasaan
ini adalah subjektif yang dirasakan oleh wanita itu sendiri. Wanita yang
Sering buang air kemih oleh karena pembesaran rahim menekan kandung
kemih. Keadaan ini tidak menjadi tanda yang pasti sebab dapat juga
disebabkan oleh hal lain yang ada gangguan pada kandung kemih yang
e) Perubahan payudara
lebih besar, tegang. Pada kehamilan 4 minggu keluar cairan jernih yang
payudara yang membesar dapat disebabkan oleh penyakit lain dan cairan
yang keluar dari payudara dapat pula disebabkan oleh tumor atau ovarial
Abortus adalah terancamnya atau keluarnya buah kehamilan baik sebagian ataupun
keseluruhan pada umur kehamilan lewat dari 20 minggu. Kematian janin dalam rahim
disebut Intra Uterine Fetal Death (IUFD), yakni kematian yang terjadi saat usia kehamilan
iii
lebih dari 20 minggu atau pada trimester kedua dan atau yang beratnya 500 gram. Jika terjadi
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan akibat faktor tertentu atau sebelum
kehamilan tersebut berusia 20 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup
1. Macam-macam Abortus
Abortus spontan adalah setiap kehamilan yang berakhir secara spontan sebelum
janin dapat bertahan. WHO mendefinisikan sebagai embrio atau janin seberat 500
gram atau kurang, yang biasanya sesuai dengan usia janin (usia kehamilan) dari 20
hingga 22 minggu atau kurang. Abortus spontan terjadi pada sekitar 15%-20% dari
seluruh kehamilan yang diakui, dan biasanya terjadi sebelum usia kehamilan
Gejala abortus spontan adalah kram dan pengeluaran darah dari jalan lahir
adalah gejala yang paling umum terjadi pada abortus spontan. Kram dan pendarahan
vagina yang mungkin tejadi sangat ringan, sedang, atau bahkan berat. Tidak ada pola
tertentu untuk berapa lama gejala akan berlangsung. Selain itu gejala lain yang
menyertai abortus spontan yaitu nyeri perut bagian bawah, nyeri pada punggung,
Abortus ini baru mengancam dan masih ada harapan untuk mempertahankannya.
Pada abortus ini terjadinya pendarahan uterus pada kehamilan sebelum usia
kehamilan 20 minggu, janin masih dalam uterus, tanpa adanya dilatasi serviks.
iii
Diagnosisnya terjadi pendarahan melalui ostium uteri eksternum disertai mual,
uterus membesar sebesar tuanya kehamilan. Serviks belum membuka, dan tes
kehamilan positif.
Abortus ini sudah berlangsung dan tidak dapat dicegah lagi. Pada abortus ini
dengan adanya dilatasi serviks. Diagnosisnya rasa mulas menjadi lebih sering dan
Sebagian dari buah kehamilan telah dilahirkan tapi sebagian (biasanya jaringan
plasenta) masih tertinggal di dalam rahim. Pada abortus ini pengeluaran sebagian
janin pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam
uterus. Pada pemeriksaan vaginal, servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba
dalam kavun uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari ostium uteri
eksternum. Pendarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan, dapat
menyebabkan syok.
Seluruh buah kehamilan telah dilahirkan dengan lengkap. Pada abortus ini,
ditemukan pendarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, uterus sudah mengecil
dan tidak memerlukan pengobatan khusus, apabila penderita anemia perlu diberi
Missed Abortion (keguguran tertunda) ialah keadaan dimana janin telah mati
sebelum minggu ke-22. Pada abortus ini, apabila buah kehamilan yang tertahan
dalam rahim selama 8 minggu atau lebih. Sekitar kematian janin kadang-kadang
iii
ada perdarahan sedikit sehingga menimbulkan gambaran abortus imminiens
(Sulistyawati, 2013:123).
Abortus infeksiosus ialah abortus yang disertai infeksi pada alat genetalia.Abortus
septik ialah abortus yang disertai penyebaran infeksi pada peredaran darah tubuh
yaitu:
kehamilan tanpa alasan medis yang sah atau oleh orang yang tidak berwenang
adalah pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang sah dan dilarang oleh
iii
2. Etiologi
Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti, tetapi terdapat beberapa
menyebabkan kematian janin dan cacat bawaan yang menyebabkan hasil konsepsi
kromosom seks.
- Gizi ibu kurang karena anemia atau jarak kehamilan terlalu pendek.
3) Pengaruh luar.
1) Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga plasenta tidak dapat
keguguran.
c. Penyakit ibu.
iii
- Anemia ibu melalui gangguan nutrisi dan gangguan peredaran O 2 menuju sirkulasi
retroplasenter.
- Penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal. Penyakit hati, dan
penyakit diabetes mellitus kelainan yang terdapat dalam rahim. Rahim merupakan
mioma uteri, uterus arkuatus, uterus septus, retroplefsia uteri, serviks inkompeten,
bekas operasi pada serviks (kolisasi, amputasi, serviks), robekan serviks postpartum
3. Patofisiologi
Pada awal abortus, terjadi pendarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti oleh
nekrosi jaringan sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian
atau seluruhnya sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini
dari 8 minggu, hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karena vili korialis
Pada kehamilan antara 8 dan 14 minggu, vili korinalis menembus desidua lebih
dalam dan umumnya plasenta tidak dilepaskan dengan sempurna sehingga dapat
dikeluarkan setelah ketuban pecah adalah janin, disusul setelah beberapa waktu
kemudian adalah plasenta. Pendarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan
lengkap. Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniatur (Yulaikha,
2015:75).
iii
4. Diagnosis Abortus
Sebagai seorang bidan pada kasus perdarahan awal kehamilan yang harus
Anamnesa
b. Adanya kram perut atau mules daerah atas sympisis, nyeri pinggang akibat kontraksi
uterus.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan ginekologi
a. Inspeksi vulva untuk menilai perdarahan pervaginam dengan atau tanpa jaringan
hasil konsepsi.
c. Inspekulo menilai ada/tidaknya perdarahan dari cavum uteri, ostium uteri terbuka
d. Vagina Toucher (VT) menilai portio masih terbuka atau sudah tertutup teraba atau
tidak jaringan dalam cavum uteri, tidak nyeri adneksa, kavum doglas tidak nyeri.
iii
Tabel 2.1
Diagnosis Abortus berdasarkan Pemeriksaan Inspekulo
Diagnosis Perdarahan Nyeri perut Uterus Serviks Gejala khas
Abortus Sedikit Sedang Sesuai UK Tertutup Tidak ada ekspulsi
Imminens jaringan konsepsi
Abortus Sedang- Banyak Sedang- Sesuai UK Terbuka Tidak ada ekspulsi
Insipiens Hebat jaringan konsepsi
Abortus Sedang- Banyak Sedang- Sesuai UK Terbuka Ekspulsi sebagian
Inkomplit Hebat jaringan konsepsi
Abortus Sedikit Tanpa/ < UK Terbuka/ Ekspulsi seluruh
Komplit sedikit tertutup jaringan konsepsi
(Sumber : Kemenkes RI, 2013:84)
Pemeriksaan penunjang dengan ultrasonografi (USG) oleh dokter (Irianti, 2014: 76-
77).
4. Tatalaksana umum
a. Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum ibu termasuk tanda-tanda
mmHg). Jika terdapat syok, lakukan tatalaksana awal syok. Jika tidak terlihat tanda-
tanda syok, tetap fikirkan kemungkinan tersebut saat penolong melakukan evaluasi
c. Bila terdapat tanda-tanda sepsis atau dugaan abortus dengan komplikasi, berikut
e. Semua ibu yang mengalami abortus perlu mendapat dukungan emosional dan
iii
f. Lakukan tatalaksana selanjutnya sesuai jenis abortus (WHO, 2013:84).
Abortus Insipiens adalah pengeluaran janin dengan kuret vakum atau cunan ovum,
disusul dengan kerokan. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu bahaya peforasi pada
kerokan lebih besar, maka sebaiknya proses abortus dipercepat dengan pemberian
infus oksitosin. Sebaliknya secara digital dan kerokan bila sisa plasenta tertinggal
Abortus Incomplet adalah begitu keadaan hemodinamik pasien sudah dinilai dan
pengobatan dimulai, jaringan yang tertahan harus diangkat atau perdarahan akan
kuretase.
Komplikasi yang terjadi pada abortus yang di sebabkan oleh abortus kriminalis dan
iii
a. Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan
jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi
menimbulkan kemandulan.
c. Faal ginjal rusak disebabkan karena infeksi dan syok. Pada pasien dengan abortus
heparin.
(Pudiastuti,2012: 49-50).
6. Abortus Incomplet
pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Pada
pemeriksaan vaginal, servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri
atau kadang-kadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum. Pendarahan tidak akan
berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan, dapat menyebabkan syok (Irianti, 2012: 43).
b. Sering cervix tetap terbuka karena masih ada benda di dalam rahim yang dianggap
kontraksi. Tetapi kalau keadaan ini dibiarkan lama cerviksakan menutup kembali
iii
Diagnosis
4) Jika hasil pemeriksaan negatif, lakukan pemeriksaan denyut jantung janin untuk
5) Jika perdarahan terus berlanjut, khususnya jika ditemui uterus lebih besar dari
6) Jika perdarahan berhenti, lakukan asuhan antenatal seperti biasa dan lakukan
7) Konsultasi dan rujuk ke dokter spesialis jika terjadi perdarahan hebat, kram
2015:79-80).
a. Perdarahan
konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena perdarahan
b. Perforasi
iii
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus pada posisi
harus segera di lakukan untuk menentukan luasnya perlukaan pada uterus dan
c. Infeksi
Infeksi dalam uterus dan sekitarnya dapat terjadi disetiap abortus, tetapi
biasanya ditemukan pada Abortus Incomplet dan lebih sering pada abortus buatan
d. Syok
Syok pada abortus biasa terjadi karena perdarahan dan karena infeksi berat.
e. Kematian
kali tersembunyi di balik data kematian ibu akibat perdarahan. Data lapangan
menunjukkan bahwa sekitar 60% -70% kematian ibu disebabkan oleh perdarahan ,
dan sekitar 60% kematian akibat perdarahan tersebut, atau sekitar 35-40% dari
1. Pengertian
setiap kali memberikan asuhan kepada klien. Karena itu terdapat hubungan yang
langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap yang biasa diaplikasikan dalam
Varney.
Langkah ini mengumpulkan semua informasi yang akurat, lengkap dari semua
sumber yang berkaitan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara
1) Biodata
d) Suku bangsa: dikaji untuk mengetahui lebih jauh tentang sosial budaya
pasien.
iii
f) Pekerjaan: untuk mengetahui keadaan sosial ekonomi keluarga.
2) Data subjektif
Adalah data yang di dapat dari klien sebagai suatu pendapat terhadap
suatu situasi data klien. Data tersebut tidak dapat di tentukan oleh petugas
3) Alasan masuk
masalah yang dihadapi yang berkaitan denga masa kehamilan misalnya ada
pengeluaran darah dari jalan lahir, pada kasus abortus biasa terjadi yaitu
pengeluaran darah dari jalan lahir, badan terasa lemas, nyeri perut dan
penglihatan berkunang-kunang.
4) Riwayat penyakit
yang diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan keadaanya
sekarang.
penyakit akut, kronis seperti jantung, DM, hipertensi, asma yang dapat
iii
Data ini diperlukan untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada yang
d) Riwayat menstruasi
e) Riwayat perkawinan
jarak antara dua kelahiran, tempat kelahiran, lamanya melahirkan dan cara
lahir, adakah kelainan bawaan bayi, jenis kelamin bayi, keadaan bayi
g) Riwayat KB
Untuk mengetahui keadaan kesehatan ibu selama hamil ada atau tidaknya
iii
4) Selama hamil berapa kali ibu peiksa kehamilan
5) Data obyektif
meliputi:
a) Pemeriksaan fisik
adanya ibu merasakan nyeri danada darah keluar dari jalan lahir
- Suhu: untuk mengetahui suhu basal pada ibu, suhu badan yang
iii
- Nadi: untuk mengetahui denyut nadi pasien. Berdasarkan
ibu post kuret yaitu suhu tubuh meningkat, nadi cepat dan
(e) Lingkar lengan atas: untuk mengetahui status gizi atas pasien.
b) Inspeksi
Pemeriksaan klien dengan melihat ujung rambut sampai dengan ujung kaki.
2) Wajah: untuk mengetahui keadaan wajah pucat atau tidak, ada oedema
3) Mata: kongjungtiva pucat atau tidak, sklera putih atau tidak dan mata
iii
4) Mulut dan gigi: untuk mengetahui keadaan mulut bersih atau tidak, gusi
ada stomatitis atau tidak, ada caries pada gigi atau tidak.
5) Abdomen: untuk mengetahui ada bekas luka operasi atau tidak. Pada
kasus abortus pembesaran uterus sesuai atau lebih kecil dari usia
kehamilan.
hasil konsepsi.
c) Palpasi
(a) Leher: untuk mengetahui ada pembesaran kelenjar tyroid atau kelenjar
gondok.
(b) Dada: untuk mengetahui ada benjolan pada payudara atau tidak, ada
nyeri tekan atau tidak, ada kelainan bentuk atau tidak, putting susu
menonjol.
menilai portio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak
jaringan dalam kavum uteri, tidak nyeri adneksa, kavum doglas tidak
tidaknya varices
iii
6) Data penunjang
Kelengkapan data yang sesuai dengan kasus yang dihadapi akan menentukan proses
interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya, sehingga dalam
pendekatan ini harus komprehensif meliputi data subjektif, objektif dan hasil
sebenarnya.
Diagnosa kebidanan
Diagnosa kebidanan yang disimpulkan oleh bidan (Jannah, 2012: 204). Diagnos
pada kasus ini ditegakkan Ny.xPxAx umur x tahun hamil denan Abortus
Dasar:
a) Data subyektif
2) Ibu mengatakan merasa cemas dan rasa tidak nyaman setelah kuretase.
b) Data objektif
iii
1) Keadaan umum
3) Tanda-tanda vital
teratur atau tidak. Tekanan darah ibu post kuretase 90/70 mmHg-
130/90 mmHg.
(b) Suhu
normal atau tidak. Suhu pada ibu post kuretase adalah 36,50c-37,50c.
(c) Nadi
atau tidak. Nadi pada ibu post kuretase adalah 50-90 x/menit.
(d) Respirasi
cenderung lebih cepat atau lambat. Respirasi ibu pada ibu post kuretase
16-24 x/menit.
Masalah
Masalah adalah problem yang dialami ibu tetapi tidak termasuk kedalam
iii
problem ekonomi.Masalah memerlukan penanganan yang dituangkan kedalam
rencana asuhan.
Kebutuhan
diagnosa/ masalah potensial terjadi. Diagnosa yang mungkinterjadi adalah syok dan
perdarahan.
klien. Oleh karena itu, bidan harus bertindak segera untuk menyelamatkan jiwa ibu
dan anak.Tindakan ini dilaksanankan secara kolaborasi dan rujukan sesuai dengan
kondisi klien. Faktor yang berperang terhadap komplikasi Abortus Incomplet post
kuretase adalah dalam proses pemberian layanan asuhan pasca abortus, harus diingat
Dalam memberikan asuhan pasca abortus hal yang pertama kali harus
dilakukan adalah mengatasi situasi segera, yaitu perdarahan dan syok. Setelah
kondisi ibu stabil, hal selanjutnya yang sama pentingnya adalah memberikan asuhan
kongseling pasca abortus dan pemeriksaan lebih lanjut yang mungkin diperlukan
iii
(WHO, 2012: 95). Pada pasien abortus dengan Abortus Incomplet dapat di berikan
penangan syok dengan cara: tindakan universal, oksigen, cairan, obat, identifikasi
perbaikan laserasi saluran genetal atau serviks, manejemen perforasi uterus dan
Pada langkah ini direncana untuk pemecahan masalah dibagi menjadi tujuan,
rencana pelaksanaan dan evaluasi. Rencana ini disusun berdasarkan kondisi klien
(diagnosa, masalah dan diagnosa potensial) berkaitan dengan semua aspek asuhan
kebidanan.
pengetahuan dan teori yang up to date serta evidance terkini serta sesuai dengan
Pemberian asuhan dapat dilakukan oleh bidan, klien/ keluarga, atau tim
kesehatan lainnya namun tanggung jawab utama tetap pada bidan untuk
keefektifan asuhan kebidana yang diberikan.Hasil evaluasi dapat menjadi data dasar
iii
untuk menegakkan diagnosa dan rencana selanjutnya.Yang di evaluasi adalah
apakah diagnosa sesuai, rencana asuhan efektif, masalah teratasi, masalah telah
berkurang, timbul masalah baru, dan kebutuhan telah terpenuhi. Evaluasi asuhan
kebidanan pada Abortus Incomplet post kuretase antara lain keadaan umum baik dan
tanda-tanda vital normal, tidak ada tanda-tanda syok dan perdarahan pada jalan lahir
SOAP adalah sebuah cara untuk mengidentifikasi dan mengatasi masalah pasien,
social, ekonomi dan masalah demografis. Bidan melakukan pencatatan secara lengkap,
sigkat dan jelas mengenai keadaan /kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam
S : Subjektif
anamnesa.
c. Tanda gejala subjektif diperoleh dari hasil bertanya dari klien, suami atau keluarga
d. Catatan ini berhubungan dengan masalah sudut pandang pasien. Ekspresi klien
O: Objektif
iii
b. Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan fisik klien, hasil laboratorium
dan tes diagnostik lainnya yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung
analisis.
c. Tanda gejala objektif yang diperoleh dari hasil pemeriksaan (tanda KU, vital sighn,
d. Data ini memberi bukti gejala klinis klien dan fakta yang berhubungan dengan
diagnosis. Data fisiologis, hasil observasi yang jujur, informasi kajian, teknologi
(hasil laboratorium, sinar X, rekam CTG, dan lain-lain). Apa yang di observasi oleh
bidan akan menjadi komponen yang berarti dari diagnosis yang di tegakkan.
A: Assesment
berubah dan selalu ada informasi baru baik subjektif maupun objektif dan sering
Nenganalisa adalah suatu yang penting dalam mengikuti perkembangan klien dan
menjamin suatu perubahan baru yang cepat diketahui dan dapat diikuti sehingga
Diagnosa/masalah
1) Diagnosis adalah rumusan dari hasil pengkajian kondisi klien: hamil, bersalin,
nifas dan bayi baru lahir. Berdasarkan hasil analisa data yang didapat.
iii
2) Masalah segalah sesuatu yang menyimpang sehingga kebutuhan klien
P: Planning
Membuat rencana tindakan saat itu atau yang akan datang. Untuk mengusahakan
kesejahteraannya. Proses ini termasuk tujuan tertentu dari kebutuhan pasien yang harus
dicapai dalam batas waktu tertentu. Perencanaan diambil harus membantu klien
mencapai kemajuan dalam kesehatan dan harus sesuai dengan instruksi dokter. Dalam
perencanaan harus tertuang asuhan yang akan direncanakan, bagaimana pelaksaan dan
1. Pengertian
Praktik kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti ilmiah hasil penelitian dan
pengalaman praktik dari para praktisi dari seluruh penjuru dunia. Rutinitas yang tidak
tersebut tentu saja bermanfaat membantu mengurangi angka kematian ibu hamil dan
iii
risiko-risiko yang dialami selama persalinan bagi ibu dan bayi serta bermanfaat juga
dari penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan. Temuan obat baru yang dapat saja
segera ditarik dan peredaran hanya dalam waktu beberapa bulan setelah obat tersebut
dipasarkan, karena di populasi terbukti memberikan efek samping yang berat pada
sebagian penggunanya.
d. Evidence based report adalah mgmpakan bentuk penulisan laporan kasus yang baru
Sumber EBM dapat diperoleh melalui bukti publikasi jurnal dari internet maupun
berlangganan baik hardcopy seperti majalah, bulletin, atau CD. Situs internet yang ada
dapat diakses, ada yang harus dibayar namun banyak pula yang public domain. Adapun
beberapa jurnal penelitian yang dijadikan sebagai literature dan sumber referensi dalam
iii
Hasil penelitian menyatakan bahwa Sebanyak 4945 aborsi dilakukan selama
masa penelitian. Hampir semua, 4945 (99,7%) memenuhi syarat untuk memenuhi
dalam penelitian ini. Aborsi medis <12 minggu adalah prosedur yang umum (74,7%),
diikuti oleh aborsi bedah (17,5%), dan aborsi medis> 12 minggu (7,8%). Komplikasi
tercatat di 333 (6,7%) dari semua aborsi. Di antara aborsi medis <12 minggu,
frekuensi komplikasi meningkat secara signifikan, dari 4,2% pada 2008 menjadi
8,2% pada 2015 (RR 1,49, 95% 1,04–2,15). Aborsi inkomplit merupakan komplikasi
yang berkaitan dengan aborsi medis <12 minggu. Dari semua wanita yang positif
untuk satu atau beberapa bakteri pada skrining dan karena itu menerima antibiotik,
komplikasi yang terkait dengan aborsi medis <12 minggu telah meningkat dari 4,2%
pada tahun 2008 menjadi 8,2% pada tahun 2015. Penyebabnya tidak diketahui tetapi
rumah. Wanita yang dites positif untuk satu atau beberapa bakteri setelah skrining
dan menerima antibiotik yang memiliki infeksi postabortal yang hampir sama dengan
tidak tuntas. Tidak ada yang dirawat secara tidak sengaja dengan kehamilan 12
minggu, tetapi seorang wanita tidak pernah hamil. Seorang wanita yang menjalani
iii
USG pra-aborsi dengan indikasi operasi caesar ektopik. Ada dua kasus perdarahan
dan tidak ada infeksi berat. Sekitar 123 (18,5%) wanita nasihat nasihat melalui
telepon untuk masalah yang terkait aborsi dan 56 (8,4%) kemudian mengunjungi
telemedicine tanpa ultrasound rutin ini aman, dan memiliki hak yang tinggi dan
penerimaan yang tinggi di kalangan wanita. Studi ini memberikan dukungan untuk
kelanjutan model perawatan ini dalam pengaturan diluar Pandemi covid-19 yang
c. Penelitian oleh Shelly Makleff, et al (2019) dengan judul Exploring stigma and
Temuan ini membantu menjelaskan bagaimana norma sosial dan stigma aborsi
berinteraksi dengan persepsi perempuan tentang aborsi di Kenya dan India, termasuk
rendahnya harapan mereka akan perawatan dan kekhawatiran tentang keamanan atau
aborsi mungkin berasal dari norma-norma sosial lokal yang terkait dengan agama,
keibuan, tanggung jawab atas kontrasepsi, dan adat istiadat seksual bagi perempuan
strategi yang dapat diadaptasi untuk pengaturan yang berbeda untuk mengatasi
komunitas mereka. Pendekatan yang sesuai untuk organisasi pemberi layanan dapat
memastikan layanan yang ramah remaja, atau memberikan layanan dukungan bagi
iii
wanita yang memilih untuk tidak mengungkapkan aborsi mereka kepada keluarga
dan teman dan karena itu merasa terisolasi. Mengingat pengaruh konteks lokal dalam
memberikan informasi yang akurat, dan memastikan layanan berkualitas tinggi yang
berpusat pada klien akan mendapat manfaat dari upaya untuk mengembangkan dan
atau sosial, lensa norma dan budaya yang berlaku di lingkungan tersebut.
d. Penelitian oleh Arofah dan Sargih (2021) dengan judul Hubungan Karakteristik Ibu
Hasil penelitian menyatakan bahwa Ada hubungan umur ibu dengan abortus
diperoleh hasil uji chi-square p value (0,002), ada hubungan paritas ibu dengan
abortus diperoleh hasil uji chi-square p value (0,017), ada hubungan pendidikan ibu
Puskesmas PONED yang lengkap lebih besar 4,1 kali dibandingkan dengan
Puskesmas PONED yang tidak lengkap. Terdapat hubungan yang signifikan antara
yang mengalami abortus awal lebih besar 7,1 kali dibandingkan dengan ibu yang
iii
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. AR USIA KEHAMILAN 9-10 MINGGU
DENGAN ABORTUS INCOMPLET
DI PUSKESMAS SAROLANGUN
Puskesmas Simpang Tuan Pj. Ruangan : Hj.Meiyi,AmKeb
Tanggal/Pukul pengkajian : 2 Februari 2023/
08.30WIB
1. PENGUMPULAN DATA
A. BIODATA
Nama klien/Ibu : Ny. AR Nama suami : Tn.AZ
Umur : 26 Tahun Umur : 29 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : S1 Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS Pekerjaan : Bank BRI
Alamat : RT 09 Pasar Sarolangun
No. Telp/HP : 082261667923 No. Telp/HP : 082261667923
Penanggung jawab
Nama : Ny. AZ Pekerjaan : Bank BRI
Umur : 29 tahun Alamat : RT 09 Pasar Sarolangun
Hubungan dengan klien : Suami
B DATA SUBYEKTIF
ALASAN KUNJUNGAN :
1 Klien mengatakan keluar Plek- plek Selama 2 hari, klien mengatakan sudah mengalami
perdarahan da nada keluar gumpalan darah, klien mengaku sangat lemah.
KELUHAN :
nyeri perut bagian bawah, pusing dan lemah
Riwayat Menstruasi
Umur menarche : 13 tahun, lamanya haid 5-7 hari, jumlah darah haid 2-3 x ganti duk,
2 Konsistensi :Cair
Masalah lain : tidak ada
Riwayat perkawinan :
Perkawinan ke :- Kawin-.-… tahun, …..th, ke
3 Usia saat kawin : tahun
HPHT: 16 November 2022
4 Riwayat kehamilan persalinan dan nifas yang lalu
Tgl Anak
Tempat Umur Jenis Penolong Keadaan
No Tahun Penyulit Kel/
Partus Hamil Persalinan Persalinan Anak Sek
Partus BB
1. Ini
6 Riwayat penyakit/operasi yang lalu: (jenis penyakit, operasi, dimana dan kapan)
Tidak ada
7 Riwayat penyakit keluarga (Ayah, ibu, adik, paman, bibi) yang pernah menderita sakit
Kanker Penyakit hati Hipertensi DM Penyakit ginjal
TBC Epilepsi Kelainan bawaan Alergi Hamil kembar
Penyakit jiwa
Lain-lain : tidak ada
8 Riwayat yang berhubungan dengan masalah kesehatan reproduksi
Infentilitas infeksi PMS Servisitis kronis Endrometriosis
Myoma Polip servix Kanker kandungan Operasi kandungan
Perkosaan
Lain-lain : …Tidak ada……
9 Genogram (bila memungkinkan)
13 Perilaku kesehatan :
Penggunaan miras : Ada Tidak
Penggunaan zat adiktif : Ada Tidak
iii
Merokok : Ada Tidak
Kepercayaan yang berhubungan dengan kehamilan :
Memakai benda tajam Membawa tumbuh-tumbuhan
Lain-lain :
B DATA OBYEKTIF
1 PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum :
Sikap tubuh : lordosis kiposis skoliosis normal Cacat
Tanda-tanda vital : TD 100/60 mmHg RR 22 x/mnt N 83 x/mnt
S36,50C
Turgor : Baik Kurang Jelek
BB : 48 kg
Pertambahan berat badan selama hamil : 0 kg
Rambut/kepala : Bersih Kotor Rontok Lain-lain: Mata
Seklera : Ikterus Tidak Ikterus
Konjungtiva : Pucat Tdk. Pucat
Penglihatan : Jelas Kabur Lain-lain :
Alat bantu : Kacamata Tidak ada
Muka: Hiperpigmentasi Edema Tdk. Tampak kelainan
Lain-lain:
Gigi : Palsu Karies Lain-lain : tidak ada
Telinga : Tdk. Tampak kelainan Lain-lain:
Alat bantu dengar
Leher : Pembesaran kelenjar tiroid Pembesaran V. Jugularis
Tdk. Tampak kelainan
Payudara : Simetris Asimetri Kemerahan Bengkak Benjolan
Puting susu : Datar Menonjol Ke dalam Lecet Kotor
Areola mammae : Bersih Kotor Hiperpigmentasi
Pengeluaran asi : Kolostrum Tidak tampak
Jantung : Bunyi jelas teratur Lain-lain : Tidak ada
Paru-paru : Bunyi nafas besih Lain-lain : Tidak ada
Abdomen :
- Hepar/lien : Tidak dapat dinilai Lain-lain: tidak ada
- Bekas operasi : Ada Lokasi Tidak ada
- Striae : Tidak ada Livide Albikans
- Linia : Alba Nigra Fusca
- TFU : 1 jari atas sympisis, Letak punggung: - Presentasi : -
- Penurunan : -
- TBJ : - gram
- Djj : Belum terdengar
Frek x/mnt Teratur Tdk. Teratur Kuat /Lemah
Pungtum maksimum: - cm
Sebelah: -
Ekstermitas : Tidak tampak cacat Cacat Varises
Edema
Refleks Patella : Positif kanan/kiri Negatif kanan/kiri
Akral : Dingin Pucat Kebiruan
Normal
Anogenital : tidak tampak kelainan, dan tidak keluar darah
Pengeluaran per vulva : Darah Lendir Air ketuban
Pemeriksaan Penunjang
Tanggal : 31/Januari/2023
iii
Hb: 9,8 gr% Ct/Bt:...... Ht:......... Gol darah: O
HB Triwulan I..........gr% HB Triwulan II.......... HB Triwulan III............
HCG Test : (+) Urine Protein : Reduksi:......
DDR KI : Ada Tidak DDR K4: Ada Tidak
CTG :........... USG: kesan sisa jaringan + Ro :..........
Hal-hal yang masih perlu dikaji, tetapi tidak tercantum pada format :
Pemeriksaan Inspekulo : serviks terbuka dan adanya sisa jaringan dari hasil USG
B ASSESMENT
Diagnosa : G1P0A0 usia kehamilan 9-10 minggu Data Pendukung : keluar darah dari vagina,
dengan Abortus Inkomplet HCG Test : (+)
USG: kesan sisa jaringan +
C Identifikasi Diagnosa dan Masalah potensial Data Pendukung : klien mengeluh nyeri pada
Masalah : Nyeri perut bagian bawah, anemia ari-ari, HB: 9,8 gr%
ringan
Kebutuhan: penanganan nyeri dan anemia rinan
iii
F. PERENCANAAN
Nama : Ny. AR N0. RM : Ruang : VK
Umur : 26Tahun Tanggal : 2-02-2023 Kelas :
4. Beri informasi kepada ibu - Agar ibu dan keluarga mengerti tentang
tentang penyebab perdarahan penyebab perdarahan yang dialami karena
masih ada sisa jarungan yang tertinggal
5. Lakukan stabilisasi keadaan - ibu dalam keadaan lemah dan anemia
klien dengan pemberian cairan ringan yang harus segera mendapat
infus RL 28tts/I penanganan untuk perbaikan KU ibu dan
anemia sebelum dirujuk.
6. Kolaborasi dengan dokter dalam - analgetik akan membantu mengurangi rasa
pemberian obat analgetik, nyeri yang dirasakan ibu, antibiotik akan
antibiotik dan tablet tambah membantu mencegah terjadinya infeksi
darah dan tablet tambah darah untuk mencegah
anemia.
7. Anjurkan ibu untuk makan dan - Untuk membantu proses pemulihan dan
minum stabilisasi KU klien.
8. Bantu klien mengatur posisi - mengatur posisi yang diinginkan akan
yang nyaman sesuai kebutuhan memberikan rasa nyaman pada ibu .
ibu
9. Anjurkan teknik relaksasi jika - teknik relaksasi merupakan salah satu
timbul rasa nyeri upaya untuk menghilangkan perhatian
klien terhadap nyeri yang dirasakan dan
meningkatkan suplai oksigen yang masuk
kedalam tubuh diteruskan keotak yang
akan menghambat/ mengurangi
rangsangan nyeri yang timbul
10. Beri dukungan dan kesempatan - dengan memberi dukungan dapat
pada ibu untuk mengungkapkan meringankan beban psikologis klien dan
perasaannya dengan mendengarkan keluhannya klien
akan merasa diperhatikan sehingga ia akan
lebih tenang
PAGE \* MERGEFORMAT 24
11. Anjurkan keluarga untuk tetap - dengan dorongan moril/spiritual
memberikan dorongan memberikan ketenangan hati bahwa segala
moril/spiritual kepada klien tindakan yang diberikan untuk proses
penyembuhan klien.
12. Jelaskan bahwa klien dan - Agar dapat dilakukan penanganan lebih
keluarga, bahwa klien harus lanjut untuk pengeluaran jaringan yang
dirujuk ke RS untuk penanganan tersisa
lebih lanjut
PAGE \* MERGEFORMAT 24
PELAKSANAAN
PAGE \* MERGEFORMAT 24
ibu
9. Menganjurkan teknik relaksasi jika timbul rasa nyeri dengan cara
menarik nafas dalam melalui hidung dan menghembuskan secara
perlahan-lahan lewat mulut
10. Memberikan dukungan dan kesempatan pada ibu untuk
mengungkapkan perasaannya
11. Menganjurkan kepada keluarga untuk tetap memberikan dorongan
moril/spiritual kepada ibu
Hasil: ibu mengerti dan tampak mulai berdoa
12. Jelaskan bahwa ibu dan keluarga, bahwa klien harus dirujuk ke
RS untuk penanganan lebih lanjut
PAGE \* MERGEFORMAT 24
EVALUASI
Nama : Ny. AR N0. RM : Ruang : VK
Umur : 26 Tahun Tanggal : 2-02-2023 Kelas :
Diagnosa : G1P0A0H0 Usia Kehamilan 9-10 minggu dengan Abortus Incomplet
Masalah : nyeri perut bagian bawah dan anemia sedang
NAMA
TANGGAL/
EVALUASI &
Pkl
PARAF
2-02-2023 1. Informed consent telah dilakukan dan ibu dan suami setuju dengan mer
17.30 Wib tindakan yang akan dilakukan
2. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan dan memahami serta
mengerti tentang keadaannya
3. Observasi tanda-tanda vital telah dilakukan
4. Ibu sudah mengetahui penyebab perdarahan yang dialaminya
5. Infus RL28tts/I telah dipasang
6. Kolabarasi dengan dokter telah dilakukan dan ibu sudah
mengkonsumsi obat paracetamol, amoksisilin dan TTD
7. Ibu sudah makan dan minum
8. Ibu sudah mengatur posisi yang nyaman untuk dirinya yaitu posisi
miring ke kiri
9. Dengan teknik relaksasi,ibu mengatakan nyeri yang dialami telah
berkurang dan ekspresi wajah ibu tidak meringis bila bergerak
10. Ibu menngungkapkan telah ikhlas kehilangan anak yang
dikandungnya dan dukungan dan kesempatan pada klien untuk
mengungkapkan perasaannya
11. Dorongan moril/ spritiual telah diberikan oleh suami dengan
mengatakan bahwa ini adalah takdir dari Allah SWT.
12. Ibu dan suami bersedia untuk dirujuk ke RS.
Jam 18.00 wib ibu telah di rujuk ke RS Chatib Quswain dengan
didampingi suami dan ibu kandungnya.
PAGE \* MERGEFORMAT 24
BAB IV
PEMBAHASAN
Bab ini akan menguraikan pembahasan manajemen asuhan kebidanan yang dilakukan pada
ibu hamil dengan abortus inkomplet di Puskesmas Sarolangun pada tanggal 31 Januari 2023.
Penulis akan menguraikan berdasarkan SOAP dan langkah Varney. Bab ini, penulis akan
membandingkan antara tinjauan kasus pada Nn.R dengan Abotus Inkomplit di Puskesmas
pendekatan manajemen asuhan kebidanan dengan tujuh langkah, yaitu pengumpulan data dasar,
merumuskan diagnosis atau masalah aktual, merumuskan diagnosis atau masalah potensial,
Identifikasi data dasar merupakan proses manajemen asuhan kebidanan yaang ditujukan
untuk pengumpulan informasi baik fisik, psikososial dan spritual. Informasi yang diperoleh
mengenai data-data tersebut penulis dapatkan dengan mengadakan wawancara langsung dari
klien dan keluarganya serta sebagian bersumber dari pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
Pada kasus Nn.R, usia 27 tahun, datang kerumah sakit dengan keluhan ada pengeluaran
darah berlebihan sejak 5 hari yang lalu dank lien mengaku sangat lemah. Perdarahan awalnya
sedikit kemudian bertambah banyak sejak kemarin yang disertai dengan nyeri perut bagian
bawah. Pada anamnesis klien tidak menjelaskan secara jelas mengenai kronologi perdarahan
yang dialami, klien juga mengaku siklus haidnya tidak teratur dan hanya mendapat haid 3
bulan sekali. Riwayat HPHT: 14-11-2023. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran
PAGE \* MERGEFORMAT 24
komposmentis, keadaan umum lemah, tekanan darah 10/60 mmHg, nadi 82x/menit,
pernapasan 20x/menit, dan suhu 36,5°C. Ekspresi wajah tampak cemas, pucat dan meringis
menahan sakit serta tidak ada oedema, kedua konjungtiva mata terlihat tidak pucat, adanya
hiperpigmentasi pada areola mammae. Pada palpasi teraba keras 1 jari di atas symfisis.
Pemeriksaan labor, diketahui golongan darah klien yaitu O(+) dan kadar HB 9,8 gr% sedangkan
pemeriksaan Urine menyatakan HCG test garis dua (+ hamil), pemeriksaan penunjang
dilakukan USG dengan hasil adanya kesan sisa jaringan, dan dari hasil pemeriksaan inspekulo
Dalam tinjauan pustaka dikemukakan gejala atau tanda Abortus Incomplet berupa
adanya riwayat amenorrhea, perdarahan dari jalan lahir yang bisa sedikit atau banyak disertai
gumpalan darah, serta terdapat nyeri perut bagian bawah. Pada pemeriksaan inspekulo
didapati pembukaan serviks dan kadang-kadang dapat diraba sisa-sisa jaringan dalam kanalis
servikalis. Berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan pada kasus diketahui bahwa Nn.R
Nona R merupakan primigravida dengan usia 27 tahun dimana kedua subjek tersebut
kemungkinan mempengaruhi kejadian abortus yang dialaminya hal ini sejalan dengan hasil
penelitian oleh Arofah dan Saragih (2019) dengan judul Hubungan Karakteristik Ibu dengan
Kejadian Abortus di RSU Muhammadiyah Medan yang menyatakan bahwa ada hubungan
umur ibu dengan abortus diperoleh hasil uji chi-square p-value (0,002), ada hubungan paritas
ibu dengan abortus diperoleh hasil uji chi-square p-value (0,017). Abortus berpeluang lebih
besar terjadi pada ibu dengan paritas rendah (primi) dan dengan usia yang berisiko pada saat
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Heryanti, 2018. Tentang Hubungan Umur
Dan Paritas Ibu Hamil Dengan Kejadian Abortus Inkomplit Di Rumah Sakit Muhammadiyah
PAGE \* MERGEFORMAT 24
Palembang Tahun 2017. Komplikasi abortus yang membahayakan kesehatan ibu dan dapat
memberikan dampak negatif pada berbagai aspek tersebut harus dapat dicegah. Pencegahan
sekaligus menekan kejadian abortus dengan memperhatikan usia pernikahan, usia pernikahan
yang ideal yaitu 20-35 tahun, karena pada usia diatas 20 tahun organ reproduksi perempuan
sudah siap mengandung dan melahirkan, sedangkan pada usia 35 tahun mulai terjadi proses
regeneratif. Adapun faktor-faktor yang dapat menyebabkan abortus adalah umur ibu, usia
kehamilan, jumlah paritas, jarak kehamilan, tingkat pendidikan status ekonomi, dan riwayat
Selanjutnya penelitian oleh Rachel Jewkes, 2005. Dalam The impact of age on the
epidemiology of incomplete abortions in South Africa after legislative change. Ada harapan
yang sama tingginya pada tahun 1996 Pilihan dalam Undang-Undang Pengakhiran Kehamilan
Afrika Selatan, yang merupakan salah satu contoh aborsi yang paling liberal perundang-
undangan di dunia. Bagiannya melalui Parlemen secara signifikan dipengaruhi oleh temuan
nasional studi tentang epidemiologi aborsi tidak lengkap yang dilakukan pada tahun 1994. Ini
memberikan gambaran tentang besarnya masalah aborsi yang tidak aman dan metodologi yang
diikuti secara luas yang dikembangkan untuk Dunia Studi multinegara Organisasi Kesehatan
tentang aborsi yang tidak aman dengan modifikasi tertentu. Salah satu temuan utamanya
adalah beban diferensial morbiditas yang terkait dengan in- pengalaman aborsi lengkap oleh
wanita di bawah 21 tahun yang memiliki risiko jauh lebih besar daripada wanita yang lebih tua
memiliki produk ofensif yang ditemukan pada evakuasi uterus rasio peluang. Dalam tiga tahun
pertama setelah undang-undang tersebut diundangkan, ed, layanan didirikan di swasta dan
publik sektor sedemikian rupa sehingga 40.000 pemutusan hukum telah terjadi dilakukan
Kemampuan provinsi untuk mendirikan layanan ini begitu cepat dalam lingkungan terbatas
PAGE \* MERGEFORMAT 24
sumber daya Ronment secara substansial dipengaruhi oleh promosi teknologi berbiaya rendah,
yaitu aspirasi vakum manual mengikuti pematangan serviks dengan misoprostol di bawah
lokal anestesi. Dan telah ada pelatihan klinis provinsi. (Rachel Jewkes, 2005)
Dari uraian diatas penulis berasumsi bahwa kasus Nn.R merupakan kasus abortus
primigravida dimana hasil pengumpulan data pada tahap ini sesuai antara teori, manajemen
kebidanan dan jurnal EBM sehingga tidak terjadi kesenjangan antara teori dan kasus di lahan.
interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data tersebut kemudian
diinterpretasikan sehingga dapat dirumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik (Nurhayati
dkk, 2013).
interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Dalam langkah ini data yang
beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi membutuhkan penanganan
Hasil pengkajian data subjektif dan objektif yang diperoleh menunjukkan diagnosis
Abortus Incomplet. Pasien datang dengan keluhan ada pengeluaran darah berlebihan sejak 5
hari yang lalu dan klien mengaku lemah. Perdarahan awalnya sedikit kemudian bertambah
banyak sejak kemarin yang disertai dengan nyeri perut bagian bawah. Pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan plano test (HCG Test) positif dan pada pemeriksaan obstetrik TFU
teraba 1 jari atas sympisis, serta pada pemeriksaan Inspekulo terdapat pembukaan serviks dan
sisa-sisa jaringan dapat diraba dalam kanalis servikalis atau kavum uteri dan pada pemeriksaan
USG didapatkan kesan sisa jaringan. Adapun masalah yang timbul pada kasus berdasarkan
PAGE \* MERGEFORMAT 24
data yaitu adanya nyeri perut bagian bawah sesui dengan pengakuan klien, terjadinya anemia
sedang yang di tandai dengan ibu mengeluh lemas, hasil pemeriksaan darah kadar HB: 9,8 gr
%.
Berdasarkan interpretasi data di atas dapat ditegakkan diagnose kasus Nn. R yaitu
G1P0A0 Hamil 11 minggu dengan Abortus Incomplet. Adapun masalah yang dialami pada
klien yaitu adanya nyeri perut bagian bawah dan anemia sedang. Pada tahap interpretasi data
ini, penerapan tinjauan pustaka dan kasus pada Ny.R secara garis besar tampak adanya
persamaan antara teori dengan diagnosis aktual yang ditegakkan sehingga memudahkan
Pada langkah ini, kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain
diagnosis potensial yaitu mengantisipasi segala sesuatu yang mungkin terjadi (Mangkuji dkk,
sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial
Kondisi pasien saat ini dengan nyeri perut bagian bawah, ibu tampak lemah dan pucat.
Perdarahan masih berlangsung, hasil pemeriksaan HB ibu mengalami anemia sedang. Pasien
berpotensi terjadi anemia berat jika tidak segera ditangani dan infeksi. Klien dan keluarga
harus segera diberi informasi dan penjelasan tentang keadaan dan tindakan yang harus
dilakukan. Sikap dan empati yang ditunjukkan oleh bidan dan dokter akan memberi pengaruh
mikroorganisme pathogen yang dapat menyebabkan infeksi dalam uterus dan sekitarnya dapat
PAGE \* MERGEFORMAT 24
terjadi disetiap abortus tetapi biasanya ditemukan pada Abortus Incomplet dan lebih sering
pada abortus buatatan yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis (Irianti
Sesuai dengan tinjauan kasus pada Ny.R dengan diagnosa Abortus Incomplet masalah
potensial yang dapat terjadi adalah potensial terjadi anemia berat serta infeksi jalan lahir. Data
keadaan anemis. Sebagian hasil konsepsi masih tertinggal dalam uterus dimana pada
pemeriksaan vagina, kanalis servikalis masih terbuka dan teraba jaringan pada cavum uteri.
Perdarahan biasanya masih terjadi jumlahnyapun bisa banyak atau sedikit bergantung pada
sisa jaringan yang tersisa, sehingga perdarahan berjalan terus. Pasien dapat jatuh dalam
Penelitian yang dilakukan oleh Andesia Maliana.AS, 2016 tentang Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Abortus Inkomplit Di Ruang Kebidanan Rsud Mayjend. HM.
Ryacudu Kota Bumi, Lima penyebab kematian ibu terbesar adalah perdarahan, hipertensi
dalam kehamilan, infeksi, partus macet, dan abortus. WHO melaporkan setiap tahun 42 juta
wanita mengalami kehamilan yang tidak diinginkan unintended pregnancy yang menyebabkan
abortus, terdiri dari 20 juta merupakan unsafe abortion, yang paling sering terjadi pada
negaranegara dimana abortus itu illegal. (Kemenkes RI, 2015). Abortus dapat menyebabkan
komplikasi yang mengarah pada kematian ibu. Komplikasi yang serius kebanyakan terjadi
pada fase abortus yang tidak aman (unsafe abortion) walaupun terkadang dijumpai juga pada
abortus spontan. Komplikasi dapat berupa perdarahan, kegagalan ginjal, infeksi, syok akibat
PAGE \* MERGEFORMAT 24
Pada tahap ini terdapat persamaan dan tidak di temukan adanya kesenjangan antara
tinjauan teori dengan kasus yang ditemukan di lahan juga didukung oleh jurnal-jurnal
penelitian terkait.
Pada langkah ini beberapa data menunjukkan situasi emergensi, di mana bidan perlu
bertindak segera demi keselamatan ibu dan bayi. Beberapa data menunjukkan situasi yang
mungkin juga memerlukan konsultasi dengan tim kesehatan lain. Bidan megevaluasi situasi
setiap pasien untuk menentukan asuhan pasien yang paling tepat. Langkah ini mencerminkan
penanganan cepat dan tepat sehingga memerlukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan yang
ahli di bidangnya. Adapun tindakan segera pada kasus Nn.R ini yaitu pemasangan infus
dengan cairan NaCl yang saat itu dalam keadaan anemia sedang (9,8 gr%).
Adapun kriteria anemia pada laki-laki dewasa dengan kadar Hb <13g/dl, wanita dewasa
yang tidak hamil dengan kadar Hb <12 g/dl, wanita hamil dengan kadar Hb <11g/dl, anak
umur 6-14 tahun dengan kadar Hb <12 g/dl dan anak umur 6 bulan-6 tahun dengan kadar Hb
<11 g/dl. Bedasarkan kadar Hb pembagian anemia pada ibu hamil yaitu: anemia ringan Hb 9-
10 gr%, anemia sedang Hb 7-8 gr%, anemia berat Hb < 7 gr% (Jannah,2012: 190).
Pada kasus Nn.R dengan Abortus Incomplet memerlukan tindakan segera yaitu
kolaborasi atau berkonsultasi dengan dokter dalam perbaikan KU dengan pemasangan tansfusi
darah sesuai instruksi dokter sebelum dilakukan tindakan kuretase. Berdasarkan hal tersebut
dapat disimpulkan bahwa ada kesamaan antara tinjauan pustaka dan manajemen asuhan
kebidanan pada studi kasus dilahan praktek sehingga tidak terdapat kesenjangan.
PAGE \* MERGEFORMAT 24
5. Rencana Tindakan Asuhan
masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Suatu rencana tindakan harus disetujui
pasien dan bidan agar menjadi efektif. Semua keputusan yang dibuat dalam merencanakan
suatu asuhan yang komprehensif harus merefleksikan alasan yang benar berlandaskan
pengetahuan, teori yang berkaitan dan terbaru, serta telah divalidasi dengan keinginan atau
hendaknya menentukan tujuan tindakan yang akan dilakukan yang berisi sasaran/target dan
hasil yang akan dicapai dalam penerapan asuhan kebidanan pada kasus kematian janin dalam
Dalam membuat perencanaan ini ditemukan tujuan dan kriteria yang akan dicapai dalam
menerapkan asuhan kebidanan Ibu Hamil pada Nn.R dengan Abortus Incomplet tidak berbeda
dengan teori dimana rencana asuhan kebidanan dikembangkan berdasarkan pada intervensi
dan rasional sesuai dengan masalah aktual dan potensial yang dialami klien. Adapun rencana
5. Lakukan stabilisasi keadaan klien dengan pemberian cairan infus NaCl 28tts/I
6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik, antibiotik dan tablet tambah
darah
10. Beri dukungan dan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
11. Anjurkan keluarga untuk tetap memberikan dorongan moril/spiritual kepada klien
12. Jelaskan bahwa klien dan keluarga, bahwa klien harus dirujuk ke RS untuk penanganan
lebih lanjut
Rencana Tindakan pada Abortus Incomplet dengan keluhan nyeri perut bagian bawah
serta adanya anemia ringan yaitu dengan penanganan nyeri, perbaikan KU dan penanganan
pengeluaran darah dari jalan lahir serta pengeluaran sisa jaringan pada rahim. Adapun
prinsip-prinsip pencegahan infeksi adalah dengan cuci tangan sebelum melakukan tindakan,
penanganan infeksi, nyeri, perbaikan KU, penanganan perdarahan dan pengeluaran hasil
konsepsi dengan merujuk ke RS karena dengan keluarnya seluruh hasil konsepsi maka tidak
ada rangsangan untuk kontraksi, pengeluaran darah akan berhenti dan serviks akan menutup.
Perencanaan ini disusun sedemikian rupa dengan tujuan meminimalisir komplikasi abortus
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian oleh Isabelle Carlsson, et al (2018) dengan
follow-up study yang menyatakan bahwa angka komplikasi yang terkait dengan aborsi medis
<12 minggu telah meningkat dari 4,2% pada tahun 2008 menjadi 8,2% pada tahun 2015.
Penyebabnya tidak diketahui tetapi mungkin terkait dengan pergeseran dari rumah sakit ke
aborsi medis di rumah. Wanita yang dites positif untuk satu atau beberapa bakteri setelah
skrining dan menerima antibiotik yang memiliki infeksi postabortal yang hampir sama
PAGE \* MERGEFORMAT 24
Selanjutnya penelitian oleh Yuli Erlina, 2018 tentang Analisis Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Abortus Inkomplit Di Rsud Kota Bekasi Angka Kematian Ibu
(AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan masyarakat. Abortus
merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau
berat janin kurang dari 500 gram, sebelum janin mampu hidup diluar kandungan. Banyak faktor yang
mempengaruhi abortus diantaranya adalah usia ibu, graviditas yang meningkat (paritas), keguguran
sebelumnya. Berdasarkan data yang diperoleh dibagian rekam medik RSUD Kota Bekasi tahun 2017
ditemukan jumlah kejadian abortus berkisar 380 kasus, dimana ibu hamil yang mengalami abortus
inkomplit sebanyak 40 orang, abortus komplit sebanyak 165 orang, abortus imminens 55 orang,
abortus insipiens 35 orang, abortus habitualis sebanyak 20 orang, missed abortion sebanyak 30 orang
dan abortus provokatus sebanyak 45 orang. Selain dari segi medis, abortus juga dapat menimbulkan
dampak negatif pada aspek psikologi dan aspek sosioekonomi. Abortus seringkali terjadi pada wanita
hamil dan membawa dampak psikologi yang mendalam seperti trauma, deprsi, juga menyebabkan
krisis kepercayaan diri pada wanita yang mengalaminya. Asuhan kebidanan yang diberikan secara
baik dan benar mampu mengurangi komplikasi yang berat pada ibu hamil dengan abortus inkomplit.
Komplikasi yang bisa terjadi jika tidak dilakukan penanganan yang tepat adalah terjadinya
Pada manajemen asuhan kebidanan suatu rencana tindakan yang komprehensif dilakukan
termasuk atas indikasi apa yang timbul berdasarkan kondisi klien, rencana tindakan harus
disetujui klien dan semua tindakan yang diambil harus berdasarkan rasional yang relevan dan
diakui kebenarannya. Pada kasus Nn. R rencana tindakan asuhan sudah disusun berdasarkan
diagnosa/masalah aktual dan potensial, hal ini menunjukkan tidak ada kesenjangan antara
tinjauan teori dan tinjauan manajemen asuhan kebidanan pada penerapan studi kasus di lahan
tindakan harus efisien dan menjamin rasa aman pada klien. Implementasi dapat dilaksanakan
seluruhnya oleh bidan ataupun sebagian dilaksanakan pasien atau keluarga serta kerjasama
dengan tim kesehatan atau dokter dengan demikian bidan harus bertanggung jawab atas
terlaksananya rencana asuhan yang menyeluruh yang telah dibuat bersama tersebut (Mangkuji
dkk, 2013). Pada kasus Nn.R dengan Abortus Incomplet, semua tindakan yang telah
direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik tanpa ada hambatan karena adanya kerjasama
dan penerimaan yang baik dari klien serta adanya dukungan dari keluarga dan petugas
Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Kurniaty, et al (2019) yang menyatakan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara keberhasilan penanganan abortus inkomplit dengan
abortus inkomplit pada Puskesmas PONED yang lengkap lebih besar 4,1 kali dibandingkan
dengan Puskesmas PONED yang tidak lengkap. Terdapat hubungan yang signifikan antara
keberhasilan penanganan abortus inkomplit dengan usia kehamilan saat abortus (p=0,014).
Kemungkinan untuk keberhasilan penanganan abortus inkomplit pada ibu yang mengalami
abortus awal lebih besar 7,1 kali dibandingkan dengan ibu yang mengalami abortus telat. Dari
penelitian tersebut digambarkan bahwa puskesmas PONED yang lengkap dapat menangani
abortus inkomplit dengan peluang yang cukup besar apalagi bila penanganan dilakukan di
Rumah Sakit dengan sarana, parsarana, dan SDM yang memadai sesuai dengan tipe rumah
Penelitian yang dilakukan oleh Murray Blair, M.D., C.M., 2018. Dalam A Conservative
service dari Vancouver General Rumah Sakit dari 1 Januari hingga 30 Juni 1980,
PAGE \* MERGEFORMAT 24
menunjukkan bahwa 41 kasus aborsi diterima. Ini diklasifikasikan sebagai berikut: lengkap,
10; tidak lengkap, 28; terancam, 3. Yang kami maksud dengan aborsi total adalah kasus-kasus
itu yang diakui sebagai aborsi yang tak terelakkan, dan siapa setelah masuk berhasil com-
benar-benar mengosongkan uteri mereka sendiri atau untuk beberapa orang alasan telah aborsi
terapeutik dilakukan. Semua 10 kasus berjalan tanpa demam dan lancar penyembuhan.'
Dengan aborsi tidak lengkap kita berarti kasus-kasus yang dirawat dengan a riwayat amenorea,
diikuti perdarahan, nyeri intermiten, dan keluarnya gumpalan atau massa dari beberapa macam
sebelum masuk. Oleh ancaman aborsi yang kami maksud adalah kasus-kasus yang datang
menunjukkan tanda-tanda klasik akan datangnya melakukan aborsi, tetapi yang krisisnya dapat
dihindari dan yang dipulangkan sebagai kasus normal kehamilan. Perawatan lengkap dan
terancam aborsi dilakukan di klinik ini pada garis konservatif yang sama dengan yang tidak
Pada kasus ini Ny.R usia 27 tahun dengan diagnosa Abortus Incomplet dilakukan
implementasi secara umum sesuai dengan perencanaan yaitu konseling dan informasi kepada
klien dan keluarga tentang hasil pemeriksaan dan keadaan klien saat itu, perbaikan KU yang
mengalami anemia ringan dengan pemberian cairan NaCl, tablet Fe, paracetamol dan
Dalam pelaksanaan tindakan asuhan kebidanan penulis tidak menemukan hambatan yang
berarti, karena seluruh tindakan yang dilakukan sudah berorientasi pada diagnose, masalah
dan kebutuhan klien. Oleh karena itu pada tahap ini tidak terjadi kesenjangan antara teori,
penerapan asuhan pada kasus di lahan dan merujuk kepada teori jurnal EBM yang
mendukung.
diberikan, meliputi bantuan pemenuhan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan
kebutuhan, sebagaimana telah diidentifikasi didalam masalah dan diagnosis. Rencana tersebut
dapat dianggap efektif jika memang benar kreatif dalam penatalaksanaannya. Ada
kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut sudah efektif, sedangkan sebagian lagi belum.
Manajemen kebidanan ini merupakan suatu kontinum, maka perlu mengulang kembali lagi
dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui proses manajemen tidak efektif, serta
Hasil evaluasi setelah asuhan kebidanan yang dilaksanankan pada tanggal 31 januari
2023 pukul 09.00 WIB yaitu klien dan keluarga mengetahui tentang hasil pemeriksaan dan
keadaan klien saat itu, pemasangan infus naCl, pemberian obat-obatan telah dilakukan, nyeri
perut teratasi, ibu dan suami menyetujui untuk di rujuk Ke RSIA Annisa.
perdarahan selama 5 hari di rumah namun klien tidak memeriksakan keluhan yang dialaminya
Namun hal tersebut bukanlah penghalang bagi klien untuk mendapatkan perawatan abortus
yang dialaminya karena jika dibiarkan akan membahayakan keselamatan klien itu sendiri.
Hal ini sejalan dengan penelitian John Joseph Reynolds-Wright, et al (2021) dengan
observational cohort study during the COVID-19 pandemic. Hasil penelitian menyatakan
bahwa Sekitar 650/663 (98%) perempuan melakukan aborsi lengkap, 5 (0,8%) kehamilan
berkelanjutan dan 4 (0,6%) aborsi tidak tuntas. Tidak ada yang dirawat secara tidak sengaja
dengan kehamilan 12 minggu, tetapi seorang wanita tidak pernah hamil. Seorang wanita yang
menjalani USG pra-aborsi dengan indikasi operasi caesar ektopik. Ada dua kasus perdarahan
dan tidak ada infeksi berat. Sekitar 123 (18,5%) wanita nasihat nasihat melalui telepon untuk
PAGE \* MERGEFORMAT 24
masalah yang terkait aborsi dan 56 (8,4%) kemudian mengunjungi klinik untuk membayar.
Sebagian besar (628, 95%) wanita penilaian perawatan mereka sangat atau agak dapat
diterima.
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa Model aborsi medis telemedicine
tanpa ultrasound rutin ini aman, dan memiliki hak yang tinggi dan penerimaan yang tinggi di
kalangan wanita.
Berdasarkan studi Manajemen Asuhan Kebidanan Ibu Hamil dengan Abotus Inkomplit
tidak ditemukan hal-hal yang menyimpang dari evaluasi tinjauan pustaka. Oleh karena itu, bila
dibandingkan dengan tinjauan pustaka dan studi kasus Nn.R secara garis besar tidak
ditemukan kesenjangan. Beberapa jurnal penelitian sebagai EBM dapat memberikan gambaran
PAGE \* MERGEFORMAT 24
BAB V
PENUTUP
Setelah penulis mempelajari teori dan pengamatan langsung dari lahan praktek melalui studi
kasus tentang manajemen asuhan kebidanan ibu hamil dengan Abortus Incomplet di RSUD. Abdul
Manap tahun 2021, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
A. Kesimpulan
1. Telah dilaksanakan pengkajian dan analisis data ibu hamil dengan Abortus Incomplet di
4. Telah mengidentifikasi perlunya tindakan segera dan kolaborasi ibu hamil dengan Abortus
5. Telah menetapkan rencana tindakan asuhan kebidanan ibu hamil dengan Abortus
Incomplet di Puskesmas Sarolangun tahun 2023 dengan hasil dilakukan tindakan segera
6. Menetapkan rencana tindakan asuhan kebidanan ibu hamil dengan Abortus Incomplet di
7. Melaksanankan tindakan asuhan kebidanan yang telah disusun pada ibu hamil dengan
Abortus Incomplet di Puskesmas Sarolangun tahun 2023 dengan hasil yaitu semua
PAGE \* MERGEFORMAT 24
tindakan yang telah direncanakan dapat dilaksanakan seluruhnya dengan baik tanpa
adanya hambatan.
8. Mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilaksanakan pada ibu hamil dengan Abortus
Incomplet di Puskesmas Sarolangun tahun 2023 dengan hasil yaitu tidak ditemukan hal-
tahun 2023.
B. SARAN
a. Untuk mendapatkan hasil manajemen asuhan kebidanan yang baik perlu menyediakan
b. Untuk pelayanan yang lebih berkualitas sesuai dengan kemajuan teknologi, sebaiknya
bidan yang sudah bertugas diberi kesempatan untuk melanjutkan atau semacam
pelatihan-pelatihan.
c. Demi mendapatkan hasil yang baik dan memuaskan perlu kiranya penyediaan
professional sehingga dapat berperan dalam menurunkan angka kematian ibu (AKI).
PAGE \* MERGEFORMAT 24
b. Bidan harus memberikan asuhan sesuai wewenang untuk itu manajemen kebidanan
perlu dikembangkan karena merupakan alat yang mendasari bagi bidan untuk
c. Seorang bidan hendaknya menganggap bahwa semua ibu hamil mempunyai resiko
untuk komplikasi yang dapat mengancam jiwa ibu dan janin, oleh karena itu bidan
diharapkan mampu mendeteksi secara dini adanya tanda-tanda bahaya kehamilan dan
menganjurkan ibu dan keluarga segera kepelayanan kesehatan bila mengalami hal
tersebut.
b. Mampu memberikan asuhan yang berkualitas terhadap klien dengan abortus inkomplit.
PAGE \* MERGEFORMAT 24
DAFTAR PUSTAKA
Adil,Ferdinand, 2012. Kajian yuridis tentang pengguguran kandungan karena alasan kesehatan
ibu menurut pasal 299 KUH PidanaLex Crimen Vol.I/No.1/Jan-Mrt/2012.
Arofah, 2021. Hubungan Karakteristik Ibu dengan Kejadian Abortus di RSU. Muhammadiyah
Medan tahun 2020. Jurnal Keperawatan Priority. Vol 4/No. 1/ hal.77-86
C.Benson Ralph dan Martin L.Pernoll, 2013. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC.
Carlsson, et al, 2018. Complications related to induced abortion: a combined retrospective and
longitudinal follow-up study. BMC Women's Health. 18:158
https://doi.org/10.1186/s12905-018-0645-6
Fauziah, Yulia, 2012. Obstetri Patologi. Yogyakarta: Nuha Medika.
Fathala, Mahmoud dan Robecca J Cook,2015. women, Abortion and the new Thecnical and Policy
Guidance from WHO Competing interests: None declared. Bull World Health Organ
2012;90:712 doi:10.2471/BLT.12.107144.
Feryanto Achmad dan Padlun, 2014. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta: Salemba Medika.
Jannah, Nurul, 2012. Buku Ajar Asuhan Kehamilan.Yogyakarta:ANDI. 2012
Irianti, Bayu dkk, 2014. Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti. Jakarta : Sagung Seto.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2013. Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas
Kesehatan Dasar dan Rujukan. WHO Country Office for Indonesia. Jakarta:xvi+346 hlm.
Kurniaty, et al, 2019. Penanganan kasus abortus inkomplit pada puskesmas PONED di
Kabupaten Sumbawa Barat. Berita Kedokteran Masyarakat (BKM Journal of Community
Medicine and Public Health). Volume 35 Nomor 1 Tahun 2019 Halaman 17-22
Mangkuji, Abetty dkk, 2013. Asuhan Kebidanan 7 Langkah SOAP. Jakarta: EGC.
Manriwati, 2012. Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta : EGC.
Manuaba, Ida Ayu Chandranita dkk, 2013. IlmuKebidanan, Penyakit Kandungandan KB, Jakarta:
EGC.
Makleff, et al, 2019. Exploring stigma and social norms in women’s abortion experiences and
their expectations of care. Sexual and Reproductive Health Matters 2019;27(3):50–64.
Nurhayati dkk,2013. Konsep Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.
PAGE \* MERGEFORMAT 24
________, 2016. Tentang pelatihan dan penyelenggaraan pelayanan aborsi atas indikasi
kedaruratan medis dan kehamilan akibat pemerkosaan. Jakarta: Kemenkes RI
Pudiastuti,Ratna Dewi, 2012. Asuhan Kebidanan Pada Hamil Normal Patologi.Yogyakarta:
Nuha Medika.
Prawirohardjo, Sarwono, 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: P.T. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Reskiyah Septi Yanti dan Fruriolina Ariani, 2012. Manajemen Abortus Incomplet. Jakarta:
EGC.
Saifuddin, Abdul Bari, 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternadan Neonatal.
Jakarta : PT Bina Sarwono Prawirohardjo.
Sandi, Deby Matia, 2014. Gambaran Umum dan Paritas Ibu Hamil dengan Kejadian Abortus
Incomplet di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang. Jurnal Harapan Bangsa Vol 2.
Wright, et al, 2021. Telemedicine medical abortion at home under 12 weeks’ gestation: a
prospective observational cohort study during the COVID-19 pandemic. BMJ Sex
Reprod Health 2021;0:1–6. doi:10.1136/bmjsrh-2020-200976.
PAGE \* MERGEFORMAT 24